• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pendorong Kenakalan Remaja Geng Motor Di Kota Medan Ditinjau Dari Aspek Kriminologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor Pendorong Kenakalan Remaja Geng Motor Di Kota Medan Ditinjau Dari Aspek Kriminologi"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR PENDORONG KENAKALAN REMAJA GENG

MOTOR DI KOTA MEDAN DITINJAU DARI ASPEK

KRIMINOLOGI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mendapat gelar sarjana hukum

OLEH

YUDIKA D. MARGARETHA HUTABARAT

070200042

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FAKTOR PENDORONG KENAKALAN REMAJA GENG MOTOR DI KOTA MEDAN DITINJAU DARI ASPEK KRIMINOLOGI

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mendapat gelar sarjana hukum

OLEH

YUDIKA D. MARGARETHA HUTABARAT

070200042

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Pidana

NIP: 195703261986011001

Dr. MUHAMMAD HAMDAN, SH. MH

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

NURMALAWATY, SH. M.Hum Prof. MARLINA, SH. M.Hum

NIP: 196209071988112001 NIP:197503072002122002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi tugas dan syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara yang merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/I yang akan menyelesaikan perkuliahannya.

Adapun judul skripsi ini adalah “Faktor Pendorong Kenakalan Remaja Geng Motor Di Kota Medan Ditinja Dari Aspek Kriminologi”. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dan bekerja keras dalam menyusun skripsi ini. Namun, penulis menyadari masih banyak kekurangan dari segi isi maupun penulisan dari skripsi ini.

Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(4)

4. Bapak Muhammad Husni, SH., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Muhammad Hamdan, SH., MH., selaku Ketua Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Liza Erwina, SH., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Nurmalawaty, SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan masukan-masukan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Prof. Marlina, SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan masukan-masukan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kedua orang tua penulis, ayahanda TP. Hutabarat dan Ibunda D.Harahap,Spd, Terimakasih buat kasih sayang, perhatian dan doa.

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

ABSTRAKSI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 6

C. Tujuan dan manfaat Penelitian ... 6

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Remaja/Anak ... 14

2. Pengertian Kenakalan Remaja ... 18

3. Pengertian Geng ... 22

4. Pengertian Geng Motor dan Sejarah Geng Motor dibeberapa Negara ... 25

(6)

F. Tinjauan Kepustakaan... 30

G. Metode Penelitian ... 31

H. Sistematika Penelitian ... 31

BAB II PANDANGAN KRIMINOLOGI TERHADAP KENAKALAN REMAJA A. Klasifikasi dan Tipe Kenakalan Remaja ... 33

B. Perkembangan Kenakalan Remaja... 42

C. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja... 48

BAB III FAKTOR PENYEBAB PEMBENTUKAN GENG MOTOR KALANGAN REMAJA DI KOTA MEDAN A. Pengertian Geng Motor ... 53

B. Ciri Geng Motor di Kota Medan... 58

C. Faktor pendorong keikutsertaan remaja dalam geng motor di kota medan ... 60

D. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya tindakan kekerasan/penganiayaan yang dilakukan oleh anggota geng motor ... 64

BAB IV HAMBATAN DAN UPAYA DALAM PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI ASPEK KRIMINOLOGI A. Hambatan-hambatan yang di Hadapi Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja a. Hambatan Internal ... 72

b. Hambatan Eksternal ... 84

B. Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja Ditinjau dari Aspek Kriminologi a. Tindakan Prefentif... 87

b. Tindakan Represif ... 90

c. Tindakan Kuratif dan Rehabilitatif ... 93

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 105 B. Saran ... 108

(8)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Faktor Pendorong Kenakalan Remaja Geng Motor di Kota Medan ditinjua dari Aspek Kriminologi”yang merupakan tugas akhir penulis untuk memenuhi syarat-syarat dan tugas dalam memperoleh gelar sarjana hukum di fakultas hukum Universitas Sumatera Utara.

Menurut pandangan kriminologi terhadap kenakalan remaja saat ini yaitu disebabkan oleh beberapa faktor yang dimana faktor utamanya adalah faktor keluarga. Keluarga memiliki peranyang sangat penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Selain itu faktor lingkungan masyarakat dan lingkugan tempat tinggal pun memiliki peran yang sangat penting pula.

Masalah geng motor belakangan ini adalah masalah kenakalan remaja yang banyak diperbincangkan di setiap kalangan. Adapun faktor penyebab keikutsertaan remaja dalam geng motor terkhususnya di kota Medan adalah faktor ketidak harmonisan keluarga, faktor kesetiakawanan antar teman faktor pencarian jati diri, dan faktor “tren”, yang dianggap remaja saat ini adalah bentuk pertemanan yang paling baik.

Adapun hambatan-hambatan dalam menanggulangi kenakalan remaja adalah terdapat dalam diri pribadi remaja itu sendiri dan terdapat pada keluarga dan lingkungan tempat tinggal remaja itu. Dan adapun upaya-upaya dalam penanggulangan kenakalan remaja, khususnya kenakalan remaja geng motor di kota medan adalah dengan melakukan pendekatan pada pribadi remaja yang telah terjerumus ke dalam geng motor baik secara prefentif, represif, dan rehabilitatif.

Dalam skripsi ini penulis memgangkat permasalahan sebagai berikut, antara lain; bagaimana pandangan kriminologi terhadap kenakalan remaja, apa faktor penyebab keikutsertaan remaja dalam geng motor, dan upaya dalam penanggulangan kenakalan remaja ditinjau dari aspek kriminologi.

(9)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Faktor Pendorong Kenakalan Remaja Geng Motor di Kota Medan ditinjua dari Aspek Kriminologi”yang merupakan tugas akhir penulis untuk memenuhi syarat-syarat dan tugas dalam memperoleh gelar sarjana hukum di fakultas hukum Universitas Sumatera Utara.

Menurut pandangan kriminologi terhadap kenakalan remaja saat ini yaitu disebabkan oleh beberapa faktor yang dimana faktor utamanya adalah faktor keluarga. Keluarga memiliki peranyang sangat penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Selain itu faktor lingkungan masyarakat dan lingkugan tempat tinggal pun memiliki peran yang sangat penting pula.

Masalah geng motor belakangan ini adalah masalah kenakalan remaja yang banyak diperbincangkan di setiap kalangan. Adapun faktor penyebab keikutsertaan remaja dalam geng motor terkhususnya di kota Medan adalah faktor ketidak harmonisan keluarga, faktor kesetiakawanan antar teman faktor pencarian jati diri, dan faktor “tren”, yang dianggap remaja saat ini adalah bentuk pertemanan yang paling baik.

Adapun hambatan-hambatan dalam menanggulangi kenakalan remaja adalah terdapat dalam diri pribadi remaja itu sendiri dan terdapat pada keluarga dan lingkungan tempat tinggal remaja itu. Dan adapun upaya-upaya dalam penanggulangan kenakalan remaja, khususnya kenakalan remaja geng motor di kota medan adalah dengan melakukan pendekatan pada pribadi remaja yang telah terjerumus ke dalam geng motor baik secara prefentif, represif, dan rehabilitatif.

Dalam skripsi ini penulis memgangkat permasalahan sebagai berikut, antara lain; bagaimana pandangan kriminologi terhadap kenakalan remaja, apa faktor penyebab keikutsertaan remaja dalam geng motor, dan upaya dalam penanggulangan kenakalan remaja ditinjau dari aspek kriminologi.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kejahatan sebagai salah satu bentuk problema sosial merupakan sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap lapisan masyarakat. Untuk menganalisa atau mengadakan diagnosa terhadap kejahatan-kejahatan yang meningkat saat ini, belum dapat dilakukan, karena keadaan pengetahuan kriminologi dewasa ini belum memungkinkan untuk tegas menentukan sebab, mengapa orang melakukan kejahatan, sehingga hanya baru dapat dicari faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi masyarakat tertentu pada masa tertentu pula, yang berhubungan erat dengan timbulnya kejahatan.

Menurut Walter Lunden, faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya kejahatan adalah sebagai berikut :

a. Gelombang urbanisasi remaja dari desa ke kota-kota jumlahnya cukup besar dan sukar dicegah.

b. Terjadi konflik antar norma adat pedesaan tradisional dengan norma-norma baru yang tumbuh dalam proses dan pergeseran sosial yang cepat, terutama di kota-kota besar.

c. Memudarnya pola-pola kepribadian individu yang terkait kuat pada pola kontrol sosial tradisionalnya, sehingga anggota masyarakat terutama remajanya menghadapi “samarpola” untuk melalukan prilakunya.1

Pelaku kejahatan tidak saja didominasi oleh orang-orang dewasa, tetapi juga telah menjangkiti anak-anak yang sebenarnya menjadi harapan bagi nusa dan bangsa sebagai penerus cita-cita dan perjuangan bangsa.

1 Ninik Widiyanti –Panji Anaroga, Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya ditinjua

(11)

Pada awalnya, kenakalan remaja hanyalah merupakan perilaku “nakal” dari kalangan remaja yang sering dikatakan sedang mencari identitas diri. Kenakalan remaja yang demikian ini tidaklah menimbulkan kekhawatiran dikalangan masyarakat luas (orang tua, guru, teman, dan masyarakat umum), tetapi justru perilaku yang demikian itu dapat dipahami sebagai suatu fase yang akan terjadi dan akan dialami oleh setiap orang, yang pada akhirnya akan berlalu begitu saja oleh masyarakat luas.

Saat ini, kenakalan remaja tampaknya bukan lagi bersifat nakal, tidak lagi memperlihatkan ciri-ciri kenakalannya tetapi sudah menjurus pada tindakan brutal seperti, perkelahian antar kelompok, penggunaan narkotika/obat terlarang, perampasan, kebut-kebutan di jalan raya tanpa aturan, penyimpangan-penyimpangan seksual, dan tindakan-tindakan yang menjurus pada perbuatan kriminal.

Penyebab utama maraknya kenakalan remaja saat ini adalah karena kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh terlalu sibuknya kedua orang tua mereka dengan pekerjaan, sehingga perhatian dan kasih sayang kepada anaknya hanya diekspresikan dalam bentuk materi saja. Padahal materi tidak dapat menggantikan dahaga mereka akan kasih sayang dan perhatian orang tua.

(12)

kuat. Pada saat pengakuan, perhatian, pujian, dan kasih sayang tersebut tidak mereka dapatkan di rumah, maka mereka akan mencarinya di tempat lain. Salah satu tempat yang paling mudah mereka temukan untuk pengakuan terebut adalah dilingkungan teman sebayanya. Sayangnya, kegiatan-kegiatan negatif kerap menjadi pilihan anak-anak tersebut sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan eksistensinya.2

Dewasa ini kenakalan remaja yang sedang hangat dibicarakan baik dari segi faktor penyebab dan cara penanggulangannya adalah kenakalan remaja geng motor. Kelahiran geng motor, rata-rata diawali dari kumpulan remaja yang hobi balapan liar dan aksi-aksi yang menantang bahaya pada malam menjelang dini hari di jalan raya. Setelah terbentuk kelompok, bukan hanya hubungan emosinya yang menguat, dorongan untuk unjuk gigi sebagai komunitas bikers juga ikut meradang. Mereka ingin tampil beda dan dikenal luas. Caranya, tentu bikin aksi-aksi yang sensasional. Mulai dari kebut-kebutan, tawuran antar geng, tindakan kriminal tanpa pandang bulu mencuri di toko, hingga perlawanan terhadap aparat keamanan.3

Faktor lain yang juga ikut berperan menjadi alasan mengapa remaja saat ini memilih bergabung dengan geng motor adalah kurangnya sarana atau media bagi mereka untuk mengaktualisasikan dirinya secara positif. Remaja pada umumnya lebih suka memacu kendaraan dengan kecapatan tinggi. Namun,

2

http;//mulyanihasan.wordpres.com/2007/04/27/geng-motor-do-kota-bandung/, diakses pada tanggal 24 november 2010, hal 9.

3

(13)

ajang lomba balap yang legal sangat jarang digelar. Padahal, ajang-ajang seperti ini sangat besar manfaatnya, selain dapat memotifasi untuk berprestasi, juga sebagai ajang aktualisasi diri. Karena sarana aktualisasi diri yang positif ini sulit mereka dapatkan, akhirnya mereka melampiaskan dengan aksi ugal-ugalan di jalan umum yang berpotensi mencelakakan dirinya dan orang lain.4

Geng motor sebenarnya sudah ada dari tahun 1978, yang dulu namanya melegenda adalah geng motor Moonraker. Kota tempat tumbuh dan berkembangnya geng-geng motor adalah kota Bandung. Namun seiring dengan berkembangnya zaman kini mereka mulai menjalar ke daerah-daerah seperti Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Ciamis, Cirebon, Subang dan bahkan sekarang di Kota Medan pun ada ditemui beberapa geng-geng motor.

Disisi lain masalah kenakalan remaja geng motor ini telah mencapai tingkat yang meresahkan bagi masyarakat dan merupakan problema aktual yang dihadapi orang tua, masyarakat dan terlebih-lebih masalah penting yang dihadapi oleh pemerintah dan Negara.

Keadaan seperti ini telah memberikan dorongan yang kuat untuk membahas dan memcari alternatif jalan keluar yang terbaik dalam menanggulangi masalah kenakalan remaja. Oleh karena itu penting sekali tanggapan terhadap persoalan mengenai cara dan tindakan guna menghantarkan generasi muda yang bertanggung jawab serta ikut dalam memberikan bantuan yang nyata kepada bangsa dan negara di masa depan.

4

(14)

2. PERMASALAHAN

Kenakalan remaja geng motor dewasa ini semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya, dan kita akui hal ini menjadi masalah nasional yang dapat mengganggu stabilitas nasional dan pembangunan serta persatuan dan kesatuan bangsa. Remaja merupakan generasi dan potensi bangsa dalam pembangunan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Meningkatnya kenakalan remaja geng motor dapat disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Dalam hal ini penulis ingin mengemukakan beberapa permasalahan yang menjadi tolak ukur dalam pembahasan mengenai materi ini, yang berkaitan dengan kenakalan remaja geng motor yang ditinjau dari aspek kriminologi, yaitu:

1. Bagaimana pandangan kriminologi terhadap kenakalan remaja?

2. Apa faktor pendorong keikutsertaan remaja dalam geng motor di kota medan?

3. Apa hambatan dan upaya yang dilakukan dalam penanggulangan kenakalan remaja dari aspek kriminologi?

3. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

1. TUJUAN PENULISAN.

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Unifersitas Sumatera Utara Medan.

(15)

1. Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja

2. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor pendorong terbentuknya geng motor kalangan remaja di kota Medan.

3. Untuk mengetahui hambatan apa yang dihadapidalam menanggulangi kenakalan remaja serta upaya penanggulangannya.

2. MANFAAT PENULISAN

Atas dasar tujuan tersebut, maka manfaat dari penulisan skripsi ini adalah: a) Secara Teoritis

Penulis berharap karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kalangan akademis pada khususnya dan masyarakat pada umumnya yang membutuhkan informasi mengenai karateristik pembentukan geng motor yang brutal serta faktor penyebab terbentuknya geng motor yang brutal dikalangan remaja.

Skripsi ini juga diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang hukum pidana serta yang berkaitan dengan kriminologi.

b) Secara Praktis

secara praktis, skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi aparat penegak hukum khususnya kepolisian dalam menanggulangi kenakalan remaja geng motor.

(16)

Penulisan skripsi yang berjudul “Faktor Pendorong Kenakalan Remaja geng Motor di kota Medan ditinjau dari Aspek Kriminologi” yang diangkat sebagai judul skripsi telah diperiksa melalui penelusuran kepustakaan Fakultas Hukum dan tidak ditemukan judul yang sama. Berdasarkan hasil penelusuran penulis di perpustakaan Fakultas Hukum Unifersitas Sumatera Utara, adapun skripsi yang berjudul “Suatu Tinjauan Psikologi Kriminal tentang Kenakalan Remaja dan Timbulnya Perkelahian Massal dikalangan Remaja” tidak memiliki kesamaan dengan skripsi penulis.

Data yang dipakai guna melengkapi penulisan skripsi ini memanfaatkan informasi yang diperoleh langsung dari responden, dan info yang diperoleh dari media, baik itu media cetak ataupun melalui media internet. Sehingga data-data yang dipakai secara garis besar adalah data yang faktual. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

5. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Pengertian Remaja/Anak

(17)

remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khas dan perannya yang menentukan dalam kehidupan dan lingkungan orang dewasa.

Masalah mengenai kenakalan anak atau remaja merupakan masalah yang selalu menarik, hal ini disebabkan karena kenakalan anak atau remaja akan selalu terjadi pada setiap generasi bangsa. Apabila berbicara tentang anak atau remaja, seringkali timbul pertanyaan, umur berapakah seseorang tersebut dikatakan remaja?.

Sebenarnya batasan umur seorang remaja tidak dapat ditentukan begitu saja. Karena di samping belum ada kesepakatan pendapat diantara para ahli mengenai klasifikasi umur, juga disebabkan karena masalah tersebut bergantung pada keadaan masyarakat di mana remaja tersebut hidup dan bergantung dari sudut mana pengertian itu ditinjau.

Pengertian yang dikemukakan oleh pakar psikologi Dr. Kartini Kartono, remaja adalah suatu tingkatan umur, dimana seorang anak tidak lagi bersikap seperti anak-anak, tetapi belum dapat juga dipandang sebagai orang dewasa. Jadi seorang anak atau remaja adalah batasan umur yang menjembatani antara umur anak-anak dengan dewasa.

(18)

dari itu masalah kenakalan anak atau remaja ini bukanlah merupakan masalah yang baru pada tiap-tiap kehidupan generasi bangsa, serta dapat dipastikan bahwa pada masa-masa ini akan timbul suatu bentuk kenakalan antara satu dengan yang lainnya yang berbeda-beda ukuran kenakalannya. Hanya saja bentuk kenakalan tersebut tidaklah sama antara generasi satu dengan seterusnya, ada kemungkinan kenakalan anak atau remaja tersebut semakin melampaui batas-batas kewajaran nakal.

Adapun batasan-batasan mengenai kapan seseorang anak itu dianggap dewasa:

a) Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah dua puluh satu tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan.5

b) Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu menikah. Apabila perkawinan dibubarkan sebelum umur mereka genap dua puluh satu tahun, maka mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan belum dewasa.6

c) Belum cukup umur (minderjarig) karena melakukan perbuatan sebelum umur enam belas tahun.7

5 Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,

(Jakarta: Departemen Agama RI-Badan Pembinaan Kelembagaan Agama Islam), 2000, hal.50.

6

R. Subekti dan R. Tjitrosudibyo, Cetakan ketiga puluh tiga, Kitab Undang-Undang Hukum Perdaata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1990, hal. 90.

7

(19)

d) Menurut Hukum Adat “anak-anak dibawah umur” adalah mereka yang belum menunjukkan tanda-tanda fisis yang konkrit, bahwa ia telah dewasa.8

Setelah ditelusuri dan dilihat dari peraturan perundang-undangan, maka seseorang itu dapat diklasifikasikan sebagai seorang remaja apabila belum berumur 21 tahun atau terlebih dahulu menikah sebelumnya.

Dari keterangan yang dikemukakan di atas terlihat adanya keanekaragaman pendapat mengenai batasan umur remaja. Karena selama masa remaja akan timbul masalah-masalah yang menentukan bagaimana anak atau remaja itu bersikap dan menghadapi.

2. Pengertian Kenakalan Remaja

W.A. Bonger dalam kitab kecilnya Inleiding tot de Criminologi antara lain mengemukakan :

“ kejahatan anak-anak dan pemuda-pemuda sudah merupakan bagian yang besar dalam kejahatan, lagi pula kebanyakan penjahat yang sudah dewasa umumnya sudah sejak kecil.

Siapa menyelidiki sebab-sebab kejahatan anak-anak dapat mencari tindakan-tindakan pencegahan kejahatan anak-anak yang dapat mencari tindakan-tindakan pencegahan kejahatan anak-anak yang kemudian akan berpengaruh baik pula terhadap pencegahan kejahatan orang dewasa “.9 Istilah baku perdana untuk kenakalan remaja dalam konsep psikologis adalah juvenile deliquency, yang memiliki arti perilaku jahat/dursila, atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit (patologis) secara

8

Soedjono Dirdjosisworo, Penanggulangan Kejahatan, cetakan Ketiga, Alumni, Bandung, 1983, hal 152.

9

(20)

sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabdian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.

Juvenile berasal dari bahasa latin “ juvenilis” yang artinya : anak-anak, anak muda, ciri karateristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja.

Delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti : terabaikan, mengabaikan ; yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain.10

Pengertian secara etimologis telah beberapa kali mengalami pergeseran, akan tetapi hanya menyangkut aktifitasnya, yakni istilah kejahatan menjadi kenakalan. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian subjek atau pelaku pun mengalami pergeseran. Psikolog Bimo Waljito merumuskan arti selengkapnya dari juvenile deliquency, yaitu tiap perbuatan jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh anak, khususnya remaja.11

Sedangkan Fuad Hasan merumuskan juvenile deliquency adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja bilamana dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan.12

10

Dr. Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hal 6.

11

Sudarsono, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hal 11

12

(21)

Dalam perumusan arti juvenile deliquency oleh Fuad Hasan dan Bimo Waljito nampak adanya pergesaran mengenai kualitas subjek, dari kualitas anak menjadi remaja atau anak remaja. Bertitik tolak dari konsepsi dasar inilah maka juvenile deliquency pada gilirannya mendapat pengertian “kenakalan remaja”. Dalam arti luas tentang kenakalan remaja adalah perbuatan kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila dan menyalahi norma-norma agama.13

Deliquency itu selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda/remaja.

Purnianti mendefinisikan kenakalan remaja berdasarkan perspektif sosiologis, dalam tiga kategori, yaitu :

a. Definisi hukum, menekankan pada tindakan/perlakuan yang bertentangan dengan norma yang diklasifikasikan secara hukum,

b. Definisi peranan, dalam hal ini penekanannya pada pelaku, remaja yang peranannya diidentifikasikan sebagai kenakalan,

c. Definisi masyarakat, perilaku ini ditentukan oleh masyarakat.14

Paham kenakalan remaja dalam arti luas meliputi perbuatan-perbuatan anak remaja yang bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum tertulis, baik yang terdapat dalam KUHP maupun dalam perundang-undangan di luar KUHP (pidanan khusus). Dapat pula terjadi perbuatan anak remaja tersebut bersifat anti

13

Sudarsono, Opcit, hal 11.

14

(22)

sosial yang menimbulkan keresahan dalam masyarakat pada umumnya. Selanjutnya kenakalan remaja tersebut semakin luas cakupannya dan lebih dalam bobot isinya. Kenakalan remaja tersebut meliputi perbuatan-perbuatan yang sering menimbulkan keresahan dilingkungan masyarakat, sekolah maupun keluarga. Contoh yang sangat sederhana dalam hal ini yaitu perkelahian antar sekolah, pencurian dan pembentukan geng-geng motor yang suka menimbulkan keresahan masyarakat.

Secara umum remaja dianggap ada dalam satu periode transisi dengan tingkah laku anti sosial yang potensial, disertai dengan banyak pergolakan hati atau kekisruhan batin pada fase-fase remaja dan adolesens. Maka segala gejala keberandalan dan kejahatan yang muncul itu merupakan akibat dari proses perkembangan pribadi anak yang mengandung unsur dan usaha :

1) Kedewasaan seksual

2) Pencaharian suatu identitas kedewasaan 3) Adanya ambisi materil yang tidak terkendali 4) Kurang atau tidak adanya disiplin diri.15

Maka berdasarkan pandangan perspektif periode/fase remaja yang delinquen itu dianggap sebagai manifestasi kebudayaan remaja dan tidak dilihat sebagai bagian dari gang kriminal orang-orang dewasa.

kenakalan anak-anak remaja ini merupakan produk sampingan dari :

15

(23)

1) pendidikan massal yang tidak menekankan pendidikan watak dan kepribadian anak;

2) kurangnya usaha orang tua dan orang dewasa dalam menanamkan moralitas dan keyakinan beragama pada anak muda;

3) kurang ditumbuhkannya tanggung jawab sosial pada anak-anak remaja.16 anak-anak remaja yang melakukan kejahatan itu pada umumnya kurang memiliki kontrol diri, atau justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut, dan suka menegakkan standar tingkah laku sendiri, disamping meremehkan keberadaan orang lain. kejahatan yang mereka lakukan itu pada umumnya disertai unsur-unsur mental dengan motif-motif sumbjektif, yaitu untuk mencapai suatu objek tertentu dengan disertai kekerasan dan agresi. pada umumnya anak-anak muda tadi sangat egoistis, dan suka sekali menyalahgunakan atau melebih-lebihkan harga dirinya.

3. Pengertian Geng

istilah geng umumnya dipakai untuk kelompok yang lebih besar dan terbatas pada kelompok yang kecil. Devinisi tentang geng sangat jelas identik dengan kehidupan berkelompok. Hanya saja geng memang memiliki makna yang sedemikian negatif. Geng bukan sekedar kumpulan remaja yang bersifat informal. Geng dalam bahasa inggris adalah sebuah kelompok penjahat yang terorganisasi secara rapi. Dalam sebuah konsep yang moderat, geng merupakan sebuah

16

(24)

kelompok kaum muda yang pergi secara bersama-sama dan sering kali menyebabkan keributan.17

Kaum remaja yang terlibat dalam kehidupan geng sebenarnya sedang mengalami distorsi komunikasi. Kaum remaja tidak mampu memahami atau sengaja tidak sudi untuk menyepakati aturan-aturan budaya, masyarakat, dan komunitas tempat berfungsinya dengan baik.

Dalam hal kenakalan remaja yang terbentuk dalam suatu geng-geng atau gerombolan-gerombolan anak muda, fokusnya bukan lagi pelanggaran individuil tetapi sudah terhadap kelompok sebagai keseluruhan dalam arti bahwa kolektifitas itu dipandang sebagai suatu kesatuan yang mengandung kualitas-kualitas di luar jumlah individu anggota semata-mata.

Menurut Albert K. Cohen dan James F. Short dua orang ahli kriminologi, pada tingkat kolektif/geng, kenakalan dibagi ke dalam beberapa bentuk atas dasar type-type berbeda dari sub kebudayaan yang terdiri dari sebagai berikut :

a. Yang mewujudkan dirinya dalam kelompok-kelompok kecil atau klik dengan bentuk-bentuk kenakalan yang tanpa tujuan, bersifat jahil, tidak tetap, dan bercirikan pengejaran kesenangan sesaat serta otonomi kelompok.

b. Yang merupakan jenis perkembangan lebih tinggi dalam kenakalan kolektif, dipertunjukkan dalam bentuk geng-geng yang besar, keanggotaannya mungkin berkisar ratusan orang, mereka diketemukan mempunyai organnisasi yang rapi dengan adanya peranan-peranan

17

(25)

pimpinan, nama, hasrat yang kuat untuk menegakkan identitas geng, serta mempunyai kepribadian umum dalam dunia geng.

c. Dalam tipe ini para remaja mengelompokkan diri dalam suatu sub kebudayaan obat bius, tindakannya pada umumnya tidak menggunakan kekerasan dan kerapkali disertai usaha-usaha yang bisa menghasilkan uang untuk memelihara keberlangsungan kebiasaan mereka menghhisap narkotika yang tersedia hanya lewat cara-cara gelap serta memakan biaya yang besar.

d. Sub kebudayaan pencuri profesionil. Ini adalah suatu tahapan khusus sebelum kenakalan itu mencapai tingkat pencurian elite seperti yang dilakukan oleh orang-orang dewasa secara profesionil.

e. Tipe sub kebudayaan lain adalah remaja yang mengekspresikan kenakalan khas kelas menengah.

f. Tipe sub kebudayaan pemudi. Menurut Chohen dan Short pengelompokan dan status pemudi terutama menyangkut status pemudi terutama menyangkut “status dari laki-laki terhadap siapa ia mengidentifikasikan dirinya”. Sebagai kecuali, misalnya, pemudi-pemudi yang mengorganisir diri dalam geng-geng dalam rangka aktifitas seksuil atau narkotika.18

4. Pengertian Geng Motor dan Sejarah Geng Motor dibeberapa Negara.

Geng motor berbeda dengan club motor. Geng motor adalah kumpulan orang-orang pecinta motor yang doyan kebut-kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai. Sedangkan club motor biasanya mengusung merek

18

(26)

tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (harley davidson club), scooter (kelompok pecinta vespa), kelompok honda, kelompok suzuki, tiger, mio, dan lain sebagainya. Ada juga brotherhood, yaitu kelompok pecinta motor besar tua.19

Geng motor bukanlah hal yang baru di negara Indonesia, sebenarnya geng motor sudah ada dari tahun 1978 yang namanya melegenda saat itu adalah geng motor “M2R” atau Moonraker.20 Kelahiran geng motor, rata-rata diawali dari kumpulan remaja yang doyan balapan liar dan aksi-aksi menantang bahaya pada malam menjelang dini hari di jalan raya. Setelah terbentuk kelompok, bukan hanya hubungan emosi para remaja saja yang menguat, dorongan untuk unjuk gigi sebagai komunitas bikers juga ikut meradang. Mereka ingin tampil beda dan dikenal luas. Caranya yaitu dengan membuat aksi-aksi yang sensasional. Mulai dari kebut-kebutan, tawuran antar geng, tindakan kriminal tanpa pandang bulu, hingga perlawanan terhadap aparat keamanan.21

Ada 4 (empat) geng motor yang paling besar di Bandung antara lain yaitu:

1. Moonraker

Moonraker didirikan pada tahun 1978 oleh siswa SMA yang ada di jalan Dago yang mencintai balap motor. Nama moonraker diambil dari salah satu judul film James Bond yang kondang saat itu. Awalnya mereka mengusung bendera berwarna putih-biru-dan merah dengan gambar palu arit ditengahnya. Namun, karena pemerintahan indonesia saat itu melarang ideologi tertentu yang identik

(27)

dengan komunisme (yang bersimbol palu arit), mereka lalu mengganti bendera kebangsaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar kelelawar. Gambar ini mereka adopsi dari lambang “Hell Angel”, sebuah kelompok motor di Amerika Serikat. Kelompok ini konsisten dengan sistem keorganisasiannya. Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan membuat program-program kerja. Struktur organisasinya terdiri atas Divisi Balap, Panglima Perang, dan Tim SWAT ( regu penyelamat ). Panglima perang bertugas mengkoordinir anggota pada saat terjadi tawuran, atau sebagai pembuat keputusan pada saat terjadi bentrok dengan kelompok lain.22

2. XTC ( Exalt To Coitus )

XTC lahir pada tahun 1982 oleh 7 oleh 7 orang pemuda. Belakangan nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity, karena nama semula agak berbau porno. Mereka mengusung bendera berwarna putih-biru muda-biru tua, dan di tengahnya ada gambar lebah yang menggambarkan solidaritas antar anggota. Bila salah satu diantara mereka ada yang diserang maka yang lainnya akan membela. Pasukan XTC juga memiliki koordinator perang yang bertugas untuk mempermudah kordinasi pada saat terjadi tawuran dan pada saat akan melakukan perebutan wilayah.23

3. Brigez ( Brigade Seven )

Brigade seven berdiri pada tahun 1980-an. Awal terbentuknya tak lebih hanya sekedar kumpul-kumpul biasa. Warna bendera Irak menjadi lambang identitas

22

Mulyani hasan, op cit, hal 1.

23

(28)

kelompok ini dengan gambar kelelawar hitam sebagai simbolnya. Tiga doktirn utama seperti musuhi polisi, lawan orang tua, dan berlaku jahat di tengah malam terus dilestarikan pada tubuh geng yang semula beranggotakan siswa SMA 7 bandung ini. Setiap anggota baru harus melakukan uji nyali mulai dari keterampilan dan beraksi hingga minum darah hewan tertentu yang mereka percayai bisa menumbuhkan keberanian pada diri anggota.24

4. GBR ( Grab on Road )

GBR juga lahir pada tahun 1980-an. Kelompok yang anggotanya mayoritas anak SMP ini mengidentifikasikan diri dengan segala sesuatu yang berbau Jerman. Mereka mengusung bendera berwarna merah-kuning-hitam.25

5. Pengertian kriminologi dan Metode Pendekatan kriminologi.

Secara harafiah, kriminologi berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Apabila dilihat dari kata tersebut, maka kriminologi mempunyai arti sebagai pengetahuan tentang kejahatan.26

Pengertian secara harafiah tersebut memberikan pengertian yang sempit bahkan dapat mengarah pada pengertian yang salah. Pengertian kriminologi secara harafiah tersebut menimbulkan suatu persepsi bahwa hanya kejahatan saja yang dibahas dalam kriminologi.

24

Kompasiana, op cit hal 2.

25

Ibid.

26

(29)

Sutherland mengatakan kriminologi adalah keseluruhan ilmu-ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kejahatan sebagai gejala masyarakat. Termasuk terjadinya undang-undang dan pekanggaran atas itu. Sedangkan Michael dan Adle merumuskan bahwa kriminologi adalah keseluruhan keterangan tentang perbuatan dan sifat, lingkungan penjahat dan pejabat memperlakukan penjahat serta reaksi masyarakat, terhadap penjahat.27

Kriminologi terbagi dalam dua arti, antara lain kriminologi dalam arti sempit yaitu ilmu pengetahuan yang membahas masalah-masalah kejahatan istimewa mengenai :

a. Bentuk-bentuk kejahatan (paenomenologi) b. Sebab-sebab kejahatan (aetiologi)

c. Akibat-akibat kejahatan (penologi)

Kriminologi dalam arti luas adalah kriminologi dalam arti sempit ditambah dengan kriminalistik.28

Dalam rangka mempelajari kejahatan, ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan, antara lain :

1) Pendekatan Deskriptif

Yang dimaksud dengan pendekatan deskriptif adalah suatu pendekatan dengan cara melakukan observasi dan pengumpulan data yang berkaitan dengan fakta-fakta tentang kejahatan dan pelaku kejahatan seperti :

27

Simanjuntak dan Pasaribu, Kriminologi, Tarsito, Bandung, 1984, hal 27.

28

(30)

a. bentuk tingkah laku kriminal, b. bagaimana kejahatan dilakukan,

c. frekuensi kejahatan pada waktu dan tempat yang berbeda,

d. ciri-ciri khas pelaku kejahatan, seperti usia, jenis kelamin, dan sebaginya,

e. perkembangan karir seorang pelaku kejahatan.

Di kalangan ilmuan, pendekatan deskriptif sering dianggap sebagai pendekatan yang bersifat sangat sederhana. Meskipun demikian pendekatan ini sangat bermanfaat sebagai studi awal sebelum melangkah pada studi yang bersifat lebih mendalam.29

2) Pendekatan Sebab-Akibat.

Pendekatan sebab-akibat berarti fakta-fakta yang terdapat di dalam masyarakat dapat ditafsirkan untuk mengetahui sebab-musabab kejahatan, baik dalam kasus-kasus yang bersifat individual maupun yang bersifat umum.

Hubungan sebab-akibat dalam kriminologi berbeda dengan hubungan sebab-akibat yang terdapat dalam hukum pidana. Dalam hukum pidana, agar suatu perkara dapat dilakukan penuntutan harus dapat dibuktikan adanya hubungan sebab-akibat antara suatu perbuatan dengan akibat yang dilarang, sedangkan akibat dalam kriminologi yaitu akibat dicari setelah hubungan sebab-akibat dalam hukum pidana terbukti. Usaha untuk mengetahui kejahatan dengan

29

(31)

menggunakan pendekatan sebab-akibat ini dikatakan sebagai etiologi kriminil (etiologi of crime).30

3) Pendekatan Secara Normatif

Kriminologi dikatakan sebagai idiographic-discipline dan nomothetic-discipline. Dikatakan sebagai “ideographic discipline”, karena kriminologi mempelajari fakta-fakta, sebab-akibat, dan kemungkinan-kemungkinan dalam kasus yang bersifat individual. Sedangkan yang dimaksud dengan “nomotethic-discipline” adalah bertujuan untuk menemukan dan mengungkapkan hukum-hukum yang bersifat ilmiah, yang diakui keseragaman dan kecenderungan-kecenderungannya.

H. Bianchi menyatakan, apabila kejahatan itu merupakan konsep yuridis, berarti merupakan dorongan bagi kriminologi untuk mempelajari norma-norma. Oleh karena itu kriminologi merupakan disiplin yang normatif.31

6. METODE PENELITIAN

Dalam penulisan karya ilmiah, selalu diperlukan data untuk mendukung penulisan yang tengah dilakukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Pengumpulan data tersebut diperoleh dengan melakukan sebuah penelitian.

Dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha menemukan data-data dengan menggunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

30

Ibid, hal 3.

31

(32)

a. Library Research (Penelitian Pustaka)

Library Research ini dimaksudkan adalah suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku literatur yang dianggap relevan dalam mendukung penulisan skripsi ini.

b. Field Research (Penelitian Lapangan)

Field Research ini dimaksudkan sebagai suatu metode untuk memperoleh data dengan jalan penelitian langsung ke lapangan yaitu di jalan pancing. Dengan cara demikian dapat diperoleh data-data mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi anak-anak tersebut dalam melakukan suatu tindak kejahatan secara kongkrit.

2. Metode Pengumpulan Data a. Wawancara ( Interview )

Wawancara adalah cara yang digunakakan untuk memperoleh keterangan secara lisan guna mencapai tujuan.Wawancara dilakukan langsung dengan para responden, yaitu anak-anak/remaja anggota geng motor, masyarakat disekitar area anak-anak tersebut sering melakukan balap liar dan kerusuhan, dan juga aparat kepolisian.

b. Studi Dokumen

Yaitu mengumpulkan data yang dilakukan melalui data tertulis hasil penelitian dilapangan.

(33)

Sumber data diperoleh dari wawancara dengan para geng motor, juga pada masyarakat setempat dan aparat kepolisian. Sumber data lain adalah data kepustakaan, karya ilmiah, artikel-artikel serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan materi penelitian.

7. SISTEMATIKA PENULISAN

Skripsi ini dibagi atas 5 ( lima ) bab, yang tiap bab dibagi pula atas beberapa sub bab yang desesuaikan dengan isi dan maksud dari penulisan skripsi ini. Hal ini dimaksud untuk menjalin hubungan yang serasi antar bab, sehingga dapat menjawab permasalahan secara benar, terarah, terperinci, dan sistematis sehingga kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini sacara singkat adalah sebagai berikut :

Bab I : “Pendahuluan“ adalah sebagai bab pengantar dari permasalahan, terdiri dari 7(tujuh) sub bab yaitu Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistematika penulisan.

Bab II : “Pandangan Kriminologi terhadap Kenakalan Remaja” yang terdiri dari 3 (tiga) sub bab yaitu : klasifikasi dan tipe kenakalan remaja, perkembangan kenakalan remaja, dan faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan remaja.

(34)

ciri-ciri geng motor di kota Medan, faktor pendorong keikutsertaan remaja dalam geng motor, faktor yang melatarbelakangi terjadinya tindakan kekerasan/penganiayaan yang dilakukan oleh anggota geng motor, akibat-akibat adanya geng motor kalangan remaja di kota Medan.

Bab IV : “Hambatan dan Upaya dalam Penanggulangan Kenakalan Remaja di tinjau dari Apek Kriminologi” yang terdiri dari 3 (tiga) sub bab yaitu: Hambatan-hambatan dalam penanggulangan kenakalan remaja, usaha-usaha pencegahan kejahatan dari aspek kriminologi, Upaya penanggulangan kenakalan remaja ditinjau dari aspek kriminologi.

(35)

BAB II

PANDANGAN KRIMINOLOGI TERHADAP KENAKALAN REMAJA

A. KLASIFIKASI DAN TIPE KENAKALAN REMAJA

Kenakalan dalam diri seorang anak atau remaja merupakan perkara yang lazim terjadi. Tidak seorang pun yang tidak melewati tahap / fase negatif ini atau sama sekali tidak melakukan perbuatan kenakalan. Masalah ini tidak hanya menimpa beberapa golongan anak atau remaja di suatu daerah tertentu saja. Dengan kata lain, keadaan ini terjadi di setiap tempat, lapisan dan kawasan masyarakat.

Bentuk kenakalan anak atau remaja terbagi mengikuti tiga kriteria, yaitu : “kebetulan, kadang-kadang, dan habitual sebagai kebiasaan, yang menampilkan tingkat penyesuaian dengan titik patahan yang tinggi, medium dan rendah. Klasifikasi ilmiah lainnya menggunakan penggolongan tripartite, yaitu :historis, instinktual, dan mental. Semua itu dapat saling berkombinasi. Misalnya berkenaan dengan sebab-musabab terjadinya kejahatan instinktual, bisa dilihat dari aspek keserakahan, agresivitas, seksualitas, kepecahan keluarga dan anomali-anomali dalam dorongan berkelompok”.32

Klasifikasi ini dilengkapi dengan kondisi mental, dan hasilnya menampilkan suatu bentuk anak atau remaja yang agresif, serakah, pendek pikir, sangat emosional dan tidak mampu mengenal nilai-nilai etis serta kecenderungan untuk menjatuhkan dirinya ke dalam perbuatan yang merugikan dan berbahaya.

32

(36)

Adapun macam dan bentuk-bentuk kejahatan yang dilakukan oleh anak atau remaja dibedakan menjadi beberapa macam :

1. Kenakalan biasa.

2. Kenakalan yang menjurus pada tindak kriminal. 3. Kenakalan khusus.33

Ad. 1. Kenakalan biasa.

Adalah suatu bentuk kenakalan anak atau remaja yang dapat berupa berbohong, pergi keluar rumah tanpa pamit pada orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan teman, membuang sampah sembarangan, membolos dari sekolah dan lain sebagainya.

Ad. 2. Kenakalan yang menjurus pada tindakan Kriminal.

Adalah suatu bentuk kenakalan anak atau remaja yang merupakan perbuatan pidana, berupa kejahatan yang meliputi : mencuri, mencopet, menodong, menggugurkan kandungan, memperkosa, membunuh, berjudi, menonton dan mengedarkan film porno, dan lain sebagainya.

Ad. 3. Kenakalan Khusus.

Adalah kenakalan anak atau remaja yang diatur dalam Undang- Undang Pidana khusus, seperti kejahatan narkotika, psikotropika, pencucian uang (Money Laundering), kejahatan di internet (Cyber Crime), kejahatan terhadap HAM dan sebagainya.

33

(37)

Bentuk lain dari kenakalan remaja (juvenile delinquency) ialah berdasarkan ciri kepribadian yang defek, yang mendorong mereka menjadi delinquen. Anak-anak muda ini pada umumnya bersifat pendek pikir, sangat emosional, agresif, tidak mampu mengenal nilai-nilai etis, dan cenderung suka menceburkan diri dalam perbuatan yang berbahaya. Hati nurani mereka hampir tidak dapat digugah, beku.

Tipe Delinquen menurut struktur kepribadian ini dibagi atas :

1. delinquensi terisolir 2. delinquensi neurotik 3. delinquensi psikopatik 4. delinquensi defek mental.34

Ad. 1. Delinquensi Terisolir

Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari para remaja delinquen; merupakan kelompok mayoritas. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan kejahatan mereka disebabkan oleh dorongan faktor sebagai berikut :

a. Kejahatan mereka tidak didorong oleh motifasi kecemasan dan konflik batin yang tidak dapat diselesaikan, dan motif yang mendalam, akan tetapi lebih banyak dirangsang oleh keinginan meniru, ingin konform dengan norma gengnya. biasanya semua kegiatan mereka lakukan bersama-sama dalam bentuk kegiatan kelompok.

34

(38)

b. Mereka kebanyakan berasal dari daerah-daerah kota yang transisional sifatnya memiliki subkultur kriminal. sejak kecil anak melihat adanya geng-geng kriminal, sampai suatu saat dia ikut menjadi anggota salah satu kelompok geng tersebut. Di dalam geng ini anak merasa diterima, mendapat kedudukan terhormat, pengakuan status sosial dan prestise tertentu. Semua nilai, norma dan kebiasaan kelompoknya dengan subkultur kriminal itu, diopernya dengan serta merta.

c. Pada umumnya anak delinquen tipe ini berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, tidak konsekuen dan mengalami banyak frustasi. Situasi keluarga dipenuhi dengan konflik hebat di antara sesama anggota keluarga, dan ada suasana penolakan oleh orang tua, sehingga anak merasakan disiakan serta kesepian. Dalam situasi demikian anak tidak pernah merasakan iklim kehangatan emosional. Kebutuhan elementernya tidak terpenuhi, misalnya, tidak pernah merasa aman, harga dirinya terasa diinjak, merasa dilupakan dan ditolak oleh orang tua, dan lain-lain. Pendeknya, anak mengalami banyak frustasi dalam lingkuang keluarga sendiri, dan mereaksi negatif terhadap lingkungannya.

(39)

tersebut memberikan pada dirinya perasaan aman, diterima, bahkan mendapatkan bimbingan untuk menonjolkan egonya.

e. Secara typis mereka dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapatkan supervisi dan latiha disiplin dan teratur. sebagai akibatnya, anak tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Bahkan banyak dari mereka kebal terhadap nilai kesusilaan, sebaliknya lebih peka terhadap pengaruh jahat.

Ringkasnya, delinquensi terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari lingkungan sosial. Mereka mencari panutan dan sekuritas dari dan di dalam diri kelompok gengnya. Namun pada usia dewasa, mayoritas anak delinquen tipe terisolir tadi meninggalkan tingkah laku kriminalnya.

Ad. 2. Delinquensi Neurotik35

Pada umumnya anak-anak delinquen tipe ini menderita ganguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa terancam, tersudut dan terpojok, merasa bersalah dan berdosa, dan lain-lain. Ciri tingkah laku mereka itu antara lain :

a. Tingkah laku delinquennya bersumber pada sebab-sebab psikologis yang sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan nilai subkultur gengnya yang kriminal itu saja, juga bukan berupa usaha untuk mendapatkan prestise sosial dan simpati dari luar.

35

(40)

b. Tingkah laku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan, karena itu tindak kejahatan mereka merupakan alat pelepas bagi rasa ketakutan, kecemasan dan kebingungan batinnyayang jelas tidak terpikulkan oleh egonya.

c. Biasanya, anak remaja delinquen tipe ini melakukan kejahatan seorang diri, dan mempraktekkan jenis kejahatan tertentu, misalnya suka memperkosa lalu membunuh korbannya, kriminal dan sekaligus neurotik. d. Anak delinquen neurotik ini banyak yang berasal dari kelas menengah,

yaitu dari lingkungan konvensional yang cukup baik kondisi sosila ekonominya. Namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah, dan orang tuanya biasanya juga neurotik atau psikotik.

e. Anak delinquen neurotik ini memiliki ego yang lemah, dan ada kecenderungan untuk mengisolir diri dari lingkungan orang dewasa dan anak-anak remaja lainnya.

f. Motivasi kejahatan mereka berbeda-beda. Misalnya, para penyundut api (pyromania, suka membakar) didorong oleh nafsu ekshibisionistis, anak-anak yang suka membongkar melakukan pembongkaran didorong oleh keinginan melepaskan nafsu seks, dan lain-lain.

(41)

seks, dan pecandu narkotika dimasukkan dalam kelompok tipe neurotik ini.

Oleh karena perubahan tingkah laku anak-anak delinquen neurotik ini berlangsung atas dasar konflik jiwani yang serius atau mendalam sekali, maka mereka akan terus melanjutkan tingkah laku kejahatannya sampai usia dewasa dan umur tua.

Ad. 3. Delinquen Psikopatik36

Delinquen psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka ialah :

a. Hampir seluruh anak delinquen ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga, berdisiplin keras namun tidak konsisten, dan selalu menyiakan anaknya. Tak sedikit dari mereka berasal dari rumah yatim piatu. Dalam lingkungan demikian mereka tidak pernah merasakan kehangatan, kasih sayang dan relasi personal yang akrab dengan orang lain. Sebagai akibatnya mreka tidak mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan afeksi, sedang kehidupan perasaan pada umumnya menjadi tumpul atau mati. Sebagai akibatnya mereka tidak mampu menjalin relasi emosional yang akrab atau baik dengan orang lain.

b. Mereaka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa atau melakukan pelanggaran. Karena itu sering meledak dan tidak terkendali.

36

(42)

c. Bentuk kejahatan majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau tidak dapat diduga-duga. Mereka pada umumnya sangat agresif dan impulsif. Biasanya mereka residivis yang berulangkali keluar masuk penjara, dan sulit sekali diperbaiki.

d. Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma-norma sosial yang umum berlaku. Juga tidak perduli terhadap norma-norma subkultur gengnya sendiri.

e. Acapkali mereka juga menderita gangguan neurologis, sehingga mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri.

Psikopat itu merupakan bentuk kekalutan mental dengan ciri-ciri sebagai berikut : tidak memiliki pengorganisasian dan integrasi diri. Orangnya tidak pernah bertanggung jawab secara moral, dia selalu konflik dengan norma sosial dan hukum. Biasanya juga immoral. Tingkah laku dan relasi sosialnya selalu a-sosial, eksentrik kegila-gilaan, dan jelas tidak memiliki kesadaran sosial serta intelegensi sosial. Mereka sangat egoistis, fanatik, dan selalu menentang apa dan siapapun juga. sikapnya aneh, sangat kasar, kurang ajar, ganas buas terhadap siapapun tanpa sebab sesuatu pun juga. Kata-katanya selalu menyakiti hati orang lain, perbuatannya sering ganas sadis, suka menyakiti jasmani orang lain tanpa motif atau apapun juga. Karena itu, remaja delinquen yang psikopatik ini digolongkan kedalam bentuk penjahat yang paling berbahaya.

Ad. 4. Delinquen Defek Moral37

37

(43)

Defek (defect, defectus) artinya: rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. Delinquensi defek moral mempunyai ciri : selalu melakukan tindakan a-sosial atau anti a-sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan dan gangguan kognitif, namun ada disfungsi pada intelegensinya.

Kelemahan dn kegagalan para remaja delinquen tipe ini adalah : mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya. Selalu saja mereka ingin melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan. Relasi kemanusiaannya sangat terganggu. Sikapnya sangat dingin dan beku, tanpa afeksi (perasaan), jadi ada kemiskinan afektif dan sterilitas emosional. Mereka tidak memiliki rasa harga diri. Terdapat kelemahan pada dorongan instinktif yang primer, sehingga pembentukan super egonya sangat lemah. Impulsnya tetap ada dalam tarif primitif, sehingga sukar dikontrol dan dikendalikan. Mereka merasa cepat puas dengan “prestasinya”, namun sering perbuatan mereka disertai agresivitas yang meledak. mereka juga selalu bersikap bermusuhan terhadap siapapun juga, karena itu mereka selalu melakukan perbuatan kejahatan.

(44)

muda dan remaja yang defek moralnya itu sangat mencolok ekstrim biasanya mereka digolongkan ke dalam tipe delinquen psikopatik.

B. PERKEMBANGAN KENAKALAN REMAJA

Kenakalan remaja tidak dapt dipisahkan dari perkembangan zaman dari era ke era. Sebab setiap zaman memiliki ciri khas yang berbeda dan memiliki tantangan yang berbeda khususnya kepada generasi mudanya, sehingga anak-anak muda ini bereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi atau zaman yang berbeda.

(45)

Pada tahun 70-an keatas, kenakalan remaja di kota-kota besar di tanah air sudah menjurus pada kejahatan yang lebih serius, antara lain berupa tidak kekerasan, penjambretan, penggarongan, perbuatan seksual dalam bentuk perkosaan sampai pada perbuatan pembunuhan danperbuatan kriminal lain seperti pecandu narkotika.

Kejahatan dan kenakalan tersebut erat kaitannya dengan makin derasnya arus urbanisasi dan semakin banyaknya jumlah remaja desa bermigrasi kedaerah perkotaan tanpa jaminan sosial yang mantap, ditambah sulitnya mencari pekerjaan yang cocok dengan keinginan mereka.

Pada tahun berikutnya kenakalan remaja semakin meluas baik dalam frekuensinya maupun dalam kualitas kejahatannya. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya pengedaran dan penggunaan ganja dan narkotika ditengah masyarakat dan memasuki ruang sekolah.

(46)

dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka kurang beralasan.38

Kenakalan remaja lain yang sedang populer di zaman sekarang ini adalah kenakalan remaja geng motor. Remaja khususnya laki-laki, lebih suka membentuk sebuah kelompok yang dinamai dengan “geng motor”, dimana para remaja ini merasa populer dan disegani oleh orang lain apabila bergabung kedalam sebuah geng motor, karena banyak orang yang berasumsi bahwa geng motor itu merupakan segerombolan pemuda yang brutal, sadis, tidak berpendidikan dan memiliki hobi menyakiti orang lain. Namun, bagi remaja yang bergabung dalam geng motor tersebut, malah menyukai asumsi masyarakat yang seperti itu. Semakin buruk asumsi masyarakat terhadap geng motor, maka semakin senanglah para remaja yang tergabung dalam geng tersebut. Geng motor ini,, cenderung melakukan kenakalannya dengan melakukan aksi balap liar di jalan raya, perkelahian antar geng motor yang lain, penjambretan, dan penganiayaan terhadap orang lain yang tidak mereka sukai.

dewasa ini banyak hal yang meresahkan masyarakat akibat ulah para remaja baik itu dalam kondisi statis maupun dinamis. Seiring dengan perkembangan dan pencarian identitas kepribadian, banya wujud dan perilaku delinquen yang dilakukan remaja baik yang diketahui ataupun yang tidak diketahui. Umumnya perbuatan remaja yang tidak diketahui selalu tidak terjerat hukum yang disebabkan oleh :

a) kejahatan yang dianggap sepele,

38

(47)

b) tidak pernah dilaporkan kepada yang berwajib karena orang malas dan segan berurusan dengan polisi dan pengadilan,

c) orang takut akkan adanya balas dendam.39

sementara itu wujud-wujud perilaku kenakalan remaja yang dapat diketahuidan terjerat hukum adalah :

a) Kebut-kebutan di jalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas, dan membahayakan jiwa sendiri serta orang lain.

b) Perilaku ugal-ugalan, brandalan, urakan yang mengacaukan ketenraman masyarakat sekitar. Tingkah ini bersumber pada kelebihan energi dan dorongan primitif yang tidak terkendali serta kesukaan menteror lingkungan.

c) Perkelahian antar geng, antar kelompok, antar sekolah, antar suku, sehingga kadang-kadang membawa korban jiwa.

d) Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau bersembunyi di tempat-tempat terpencil sambil melakukan eksperimen bermacam-macam kedurjanaan dan tindak asusila.

e) Kriminalitas anak, remaja dan adolesens antara lain berupa perbuatan mengancam, intimidasi, memeras, maling, mencuri, mencopet, merampas, menjambret, menyerang, merampok, menggarong, melakukan pembunuhan dengan jalan menyembelih korbannya, mencekik, meracun, tindak kekerasan dan pelanggaran lainnya.

39

(48)

f) Berpesta pora, sambil mabuk-mabukan, melakukan hubungan seks bebas, atau orgi ( mabuk-mabukan hemat dengan menimbulkan keadaan yang kacau-balau) yang mengganggu lingkungan.

g) Perkosaan, agresivitas seksual dan pembunuhan dengan motif seksual, atau didorong oleh reaksi-reaksi kompensatoris dari perasaan inferior, menurut pengakuan diri, depresi hebat, rasa kesunyian, emosi, balas dendam, kekecewaan ditolak cintanya oleh seorang wanita dan lain-lain. h) Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika (obat bius; drugs) yang erat

bergandengan dengan tindak kejahatan.

i) Tindak-tindak immoral seksual secara terang-terangan, tanpa tendenga aling-aling, tanpa rasa malu dengan cara yang kasar. Ada seks dan cinta bebas tanpa kendali (promiscuity) yang didorong oleh hiperseksualitas, geltungsrieb (dorongan menuntut hak) dan usaha-usaha kompensasi lainnya yang kriminal sifatnya.

j) Homoseksualitas, erotisme anal dan oral, dan gangguan seksual lain pada anak remaja lain disertai tindakan sadistis.

k) Perjudian dalam bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga mengakibatkan ekses kriminalitas.

l) Komersialisasi seks, pengguguran janin oleh gadis-gadis delinquen, dan pembunuhan bayi-bayi oleh ibu-ibu yang tidak kawin.

(49)

n) Perbuatan a-sosial dan anti-sosial lain disebabkan oleh gangguan kejiwaan pada anak-anak dan remaja psikopatik, psikotik, neurotik, dan menderita gangguan-gangguan jiwa lainnya.

o) Tindakan kejahatan disebabkan oleh penyakit tidur ( encephalitis lethargical), dan ledakan meningitis serta post- enchepalitics; juga luka dikepala dengan kerusakan pada otak adakalanya membuahkan kerusakan mental, sehingga orang yang bersangkutan tidak mampu melakukan kontrol diri.

p) Penyimpangan tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut kompensasi, disebabkan oleh adanya organ-organ yang inferior.40

Dari uraian diatas maka dukungan dari teman-teman seperjuangan tidak dapat diabaikan keberadaannya. Steven Box dalam bukunya yang berjudul Deviance, Reality, and Society mengemukakan bahwa ada anak-anak dan remaja yang mempunyai kemauan untuk melakukan kejahatan tetapi tidak pernah terwujud. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, ada beberapa hal yang diperlukan yaitu :41

1. Keahlian (skills)

a) Anak-anak remaja yang mempunyai keinginan untuk melakukan kejahatan, mungkin harus menunda keinginannya mengingat mereka tidak mempunyai tingkat pengetahuan yang khusus atau keahlian (skills).

40

Kartini Kartono, op cit, hal 21.

41

(50)

b) Keahlian dalam melakukan kejahatan merupakan proses belajar, yang diperoleh dari teman-teman sekelompok. Cara-cara mengompas, mengancam, menggunakan senjata tajam merupakan keahlian yang harus dipelajari.

2. Perlengkapan (suplay)

Seseorang yang mempunyai keinginan melakukan kejahatan akan mengabaikan keinginannya bila tidak mempunyai perlengkapan yang memadai. Perlengkapan ini pun tidak mudah diperoleh. Hanya mereka yang dikenal dan termasuk dalam kelompoklah yang mudah memperoleh perlengkapan. Misalnya untuk memperoleh obat-obat terlarang, narkotika, bahan-bahan kimia tertentu, senjata api, dan sebagainya.

3. Adanya dukungan sosial

Mereka yang mempunyai keinginan untuk melakukan penyimpangan/kejahatan baru dapat melaksanakan keinginannya bila terdapat dukungan kelompok. Dukungan sosial, yang berbentuk dukungan kelompok sangat penting bagi pelaksanaan kejahatan. Dengan adanya dukungan kelompok ini segala perbuatan yang akan dilakukan dapat direncanakan dengan baik. Dan yang lebih penting lagi, dengan dukungan sosial ini akan diperoleh pembenaran dari perbuatan tersebut.

4. Adanya dukungan simbolis (symbolic support)

(51)

Dari paparan di atas jelas bahwa perbuatan kenakalan remaja akan menjurus menjadi kejahatan bila dilakukan secara berkelompok atau mendapat dukungan dari kelompok. Adanya dukungan dari kelompok yang berbentuk “geng” akan mempermudah pelaksanaan kejahatan. Oleh karena itu, kerumunan tempat remaja-remaja berkumpul/berkelompok akan menjadi tempat yang rawan dan perlu mendapat perhatian.

C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA

A. Sebab-Sebab Kejahatan Menurut Teori Kriminologi.

Ada tiga bagian yang disebut dalam typhological atau bio-typhological berdasarkan dalil yang menyatakan bahwa beda penjahat dan bukan penjahat terletak pada sifat-sifat tertentu pada kepribadian, yang mengakibatkan seorang tertentu dalam suatu keadaan berbuad kejahatan dan seseorang lain tidak. Kecenderungan berbuat jahat ini mungkin diturunkan dari orang tua atau merupakan ekspresi dan sifat-sifat kepribadian dan keadaan sosial maupun proses-proses lain tidak diperhitungkan dalam menerangkan sebab-sebab kejahatan. Ketiga aliran ini saling berbeda hanya dalam sifat mana yang dianggap perbedaan antara penjahat dan bukan penjahat.

Ketiga bagian sebab-sebab tersebut adalah :

1. Lambrosian

(52)

b. Memiliki tipe tersendiri, misalnya; tengkorak asimetris, rahang bawah yang panjang, hidung yang pesek, rambut janggut jarang, tahan sakit. c. Tanda-tanda lahiriah yang merupakan bawaan sejak lahir seperti

berbentuk atavisme atau suatu degenerasi terutama epilepsy. 2. The Mental Testers

Teori ini merupakan teori yang mempertahankan teori Lambrosian. teori ini lebih menekankan pada feeble minded sebagi suatu ciri khas seorang penjahat. Teori ini ini berpendapat bahwa kelemahan otak (yang diturunkan dari orang tua menurut hukum-hukum kebaikan dan mental) mengakibatkan orang-orang bersangkutan tak mampu menilai akibat tingkah lakunya dan tidak bisa menghargai undang-undang sebagaimana mestinya.

3. The Psychiatric School/ Aliran Psikiatri

Teori ini merupakan kelanjutan dari aliran Lambroso, tetapi tanpa bentuk khusus dari tanda badan. Pada aliran ini mengajarkan bahwa gangguan-gangguan emosional yang terjadi dalam hubungan pergaulan kelompok merupakan penyebab kejahatan dan warisan biologis sebagai penyebab kejahatan sudah tidak diakui lagi. Aliran ini sangat dipengaruhi oleh teori Sigmund Freud, khusus ajarannya yang menitikberatkan pada: “alam tak sadar,” frustasi dan Oedipus Complex.42

B. Faktor penyebab kenakalan remaja

Kenakalan anak atau remaja tidak timbul dan ada begitu saja dalam setiap kehidupan, karena kenakalan-kenakalan tersebut mempunyai penyebab yang

42

(53)

merupakan faktor terjadinya kejahatan anak atau remaja. Untuk mengetahui sebab musabab timbulnya kenakalan remaja harus diperhatikan faktor-faktor dari dalam diri anak remaja tersebut, faktor keluarga, lingkungan dan hal-hal lainnya yang dapat mempengaruhi seseorang anak itu melakukan kenakalan. Kenakalan remaja yang sering terjadi di dalam masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri. Kenakalan anak / remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab dan tiap-tiap sebab dapat ditanggulangi dengan cara-cara tertentu.

Menurut pengalaman POLRI dalam menangani kasus-kasus yang terjadi di masyarakat dapat dikatakan bahwa banyak faktor yang turut mempengaruhi terjadinya kenakalan remaja. Untuk terjadinya suatu pelanggaran maka 2 (dua) unsur harus bertemu yaitu NIAT untuk melakukan suatu pelanggaran dan KESEMPATAN untuk melaksanakan niat tersebut. Jika hanya ada salah satu dari kedua unsur tersebut di atas maka tidak akan terjadi apa-apa, yaitu ada niat untuk melakukan pelanggaran tetapi tidak ada kesempatan untuk melaksanakan niat tersebut, maka tidak mungkin terlaksanan pelanggaran itu. Dan sebaliknya walaupun ada kesempatan, tetapi tidak ada niat untuk melanggar maka juga tidak akan terjadi suatu pelanggaran. Jadi kedua unsur NIAT dan KESEMPATAN adalah hal yang sangat penting dalam hal terjadinya kenakalan remaja.43

Disisi lain ada pula faktor-faktor penyebab kenakalan remaja yaitu faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah faktor endogin dan faktor eksogin.

43

(54)

Yang dimaksud dengan faktor endogin adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri yang mempengaruhi tingkah laku yaitu antara lain:

a. cacat yang bersifat biologis dan psikis

b. Perkembangan kepribadian dan intelegensi yang terhambat sehingga tidak bisa menghayati norma-norma yang berlaku.

Faktor-faktor ekssogin adala faktor-faktor yang berasal dari anak, yang mempengaruhi tingkah lakunya, antara lain :

a. pengaruh negatif dari orang tua,

b. pengaruh negatif dari lingkungan sekolah, c. pengaruh negatif dari lingkungan maasyarakat, d. tidak ada/ kurangnya pengawasan orang tua, e. tidak ada/ kurangnya pengawasan pemerintah, f. tidak ada/ kurangnya pengawasan masyarakat, g. tidak ada pengisian waktu yang sehat,

h. tidak ada pekerjaan,

i. lingkungan fisik kota besar,

j. anonimitas karena banyaknya penduduk kota-kota besar, dll.44

Selain faktor-faktor penyebab kenakalan remaja yang telah diuraikan diatas, ada beberapa faktor lain yang ditinjau dari lingkungan tempat remaja itu bertumbuh dan berkembang. Faktor-faktor lingkungan tersebut terdiri :

1. Lingkungan keluraga

44

(55)

Keluarga menjadi tolak ukur orang menilai kepribadian dan keberadaan anak di luar lingkungan keluarga. Keluarga adalah satu-satunya tempat pendidikan awal sebelum berlangsung ke institusi lain di luar keluarga. Berbagai problem yang menyangkut kenakalan remaja (juvenile delinquency) akhir-akhir ini tidak terlepas dari keterkaitannya dengan lingkungan keluarga.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku remaja oleh keluarga : 1) Status ekonomi orang tua rendah, banyak penghuni/keluarga besar, rumah

kotor, moralitasnya merupakan tanda tanya sehingga tidak mampu mengembangkan ketenangan emosional pada anak.

2) Anak kurang mendapat kasih sayang, kurangnya pengawasan secara langsung dan tidak diasuh oleh orang tua kandung serta tidak ada persekutuan antara anggota keluarga.

3) Ada penolakan baik ibu maupun ayah atau broken home (karena kematian, perceraian, hukuman dan lain-lain).

2. Lingkungan sekolah

sekolah merupakan satu-satunya tempat anak mendapatkan pendidikan secara formal yang dengan kesungguhannya melaksanakan tugas untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang diharapkan adalah membimbing anak didik menjadi warga negara pancasilayang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, bermoral, berkesadaran masyarakat serta bertanggunjawab terhadap kesejahteraan masyarakat.

(56)

1) Sekolah yang selalu berusaha memanjakan anak-anak yang sebenarnya kurang mampu.

2) Guru bersifat menolak (reject).

3) Sekolah menerapkan disiplin secara kaku, tanpa menghiraukan perasaan anak serta suasana sekolah yang buruk menimbulkan anak-anak yang suka membolos, malas belajar, melawan guru dan meninggalkan sekolah ( droup out).

3. Lingkungan masyarakat

masyarakat adalah keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnyadan tersusun dari berbagai sistem dan sub sistem salah satunya adalah keluarga. Dalam proses untuk membentuk seorang individu masyarakat mendapat peranan penting terutama dalam membentuk mentalitas hidup seorang anak.

Ada beberapa hal yang terdapat dalam masyarakat kita yang mempengaruhi pola kehidupan remaja, antara lain :

1) Sulit memperhatikan kepentingan anak dan melindungi hak anak khususnya berhadapan dengan berbagai perilaku kekerasan terhadap anak yang marak terjadi belakangan ini.

2) Masyarakat kita sulit memberikan kesempatan bagi anak untuk melaksanakan kehidupan sosial, dan tidak mampu menyalurkan emosi anak secara sehat.

(57)

tersisih dari suatu hubungan yang positif, bermakna, langgeng, dan mendalam dengan generasi yang lebih tua yang sebenarnya bisa membantu mereka dalam pertumbuhannya.45

Selanjutnya faktor-faktor penyebab kenakalan remaja juga dipaparkan oleh Ali Qaimi dalam bukunya yang berjudul Keluarga dan Anak Bermasalah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak berbuat nakan atau jahat, antara lain yaitu :

1. Kondisi pertumbuhan.

Adakalanya kenakalan seorang anak/remaja terjadi pada tahap-tahap pertumbuhannya. Sebagaimana yang sering kita saksikan, pada tahapan- tahapan tertentu, sang anak mulai menunjukkan kemandiriaannya dan tidak bersedia terikat dengan aturan apapun. Ia berusaha menundukkan orang lain dan menolak mengikuti setiap perintah. Dalam mencapai kemandiriannya, sang anak melakukan kenakalan dan berulah tertentu demi melancarkan protes (dengan kata-kata) atau kritikan. Dengan cara seperti inilah, ia ingin menunjukkan kepribadiannya. Kenakalan seperti ini harus segera diperbaiki. Dan sang anak harus segera dikembalikan ke dalam kondisinya yang normal dan alamiah.

2. Kerusakan syaraf.

Sebagian anak-anak, dikarenakan kerusakan syarafnya, selalu mempersulit keadaan, bersikap sensitif, dan senang mencari-cari alasan. Ia memiliki banyak keinginan dan ingin segera mewujudkannya tanpa melalui pertimbangan yang

45

(58)

matang. Ketika keinginannya dihambat, ia akan berulah dan berbuat nakal. Kerusakan syaraf ini besar kemungkinan berasal dari faktor genetik atau kondisi lingkungan yang kurang baik. Atau terkadang bersumber dari sejumlah penyakit lainnya.

3. Tidak memperhatikan kebutuhan anak.

Adakalanya kenakalan seorang anak timbul lantaran faktor orang tua, khususnya ibu, yang tidak memperhatikan segenap kebutuhannya. Misalnya, sang anak meminta makan kepada ibunya, dan ibunya itu kemudian berkata, “bersabarlah!” mendengar jawaban itu, sang anak akan mulai menangis dan merengek-rengek menuntut pemenuhan keinginannya. Atau seorang anak yang suka makan (banyak), kemudian meminta makanan dari kedua orang tuanya. Memang, orang tuanya itu tidak menghalangi atau mencegah keinginannya. Namun pemberian mereka itu masih dianggap kurang oleh sang anak. Atau seorang anak menghendaki sesuatu dari toko, dan kedua orang tuanya tidak memenuhi keinginannya atau menolaknya dengan cara-cara yang kasar. Disebabkan inilah, sang anak kemudian berbuat nakal dan bersikeras untuk meraih keinginannya.

4. Pendidikan buruk.

Referensi

Dokumen terkait

Perlu adanya kerjasama antara pihak kepolisian dengan orang tua warga setempat untuk membahas masalah timbulnya geng motor sebagai yang dilakonkan anak-anak remaja dari

Hasil  dari  penelitian  adalah  subjek  melakukan  kenakalan  remaja  yang 

Kenakalan – kenakalan yang dilkukan oleh anak – anak dan remaja seyogiyanya diupayahkan penanggulangan secara sunguh – sunguh dalam arti penanggulangan yang setuntas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bentu-bentuk kenakalan remaja, Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan, dampak kenakalan remaja dan, Solusi alternatif

a) Faktor lingkungan: pengaruh orang tua, teman sebaya (kelompok) dan masyarakat sekitar mempunyai pengaruh besar yang menyebabkan remaja merokok. Lingkungan menjadi

Kenakalan Remaja merupakan tindakan melanggar peraturan atau hukum yang dilakukan oleh anak yang berada pada masa remaja.Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai

Pada umumnya kenakalan remaja terjadi karena kurangnya kasih sayang serta perhatian dari orangtua, dan kebanyakan terjadi di kalangan remaja yang orangtuanya berkehidupan

kenakalan anak jalanan yang dapat ditinjau dari aspek kriminologi adalah