• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hubungan Profit Margin Dan Metode Arus Biaya Persediaan Dengan Market Value ( Studi Kasus Pada Industri Barang Konsumsi Dan Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bei )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Hubungan Profit Margin Dan Metode Arus Biaya Persediaan Dengan Market Value ( Studi Kasus Pada Industri Barang Konsumsi Dan Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bei )"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STRATA-1 MEDAN

ANALISIS HUBUNGAN PROFIT MARGIN DAN METODE ARUS BIAYA PERSEDIAAN DENGAN

MARKET VALUE

( Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI )

SKRIPSI

OLEH

MANAHAN FEBRIYANTO NAPITUPULU 060502062

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)

i

Manahan Febriyanto Napitupulu (2011): Analisis Hubungan Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan dengan Market Value (Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI). Dr. Muslich Lutfi, SE, MBA (Pembimbing), Dr.Endang Sulistya Rini,SE,M.Si (Ketua Program Studi Manajemen), Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME (Penguji I), Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi (Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan dengan Market Value pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI. Hipotesis dari penelitian ini adalah Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap Market Value pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis korelasi.Populasi penelitian adalah Industri Barang Konsumsi dan Inudstri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 dengan pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive

Sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positip (tidak erat) dan signifikan antara variabel Profit Margin dan variabel Market Value,dan terdapat hubungan yang positip (tidak erat) dan tidak signifikan antara variabel Metode Arus Biaya Persediaan dengan variabel Market Value.

(3)

ii

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas segala kasih, berkat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Anakisis Hubungan Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan dengan Market Value (Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua penulis: Bapak Drs. Hasiholan Napitupulu,BA dan Ibu Tumiur br Sianturi yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, bimbingan, motivasi, nasihat, bantuan material serta doa kepada penulis.

Penulis selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini telah banyak mendapat bimbingan, nasihat, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini :

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr.Isfenti Sadalia,SE,ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

(4)

iii

sabar dalam memberikan banyak bimbingan, arahan, saran, kritik dalam penulisan skripsi ini

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini

6. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi sebagai dosen penguji II yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini

7. Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si., selaku dosen wali yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan.

8. Pegawai Fakultas Ekonomi khususnya untuk segala jasanya selama masa perkuliahan: Bang Jum, Kak Dani, Kak Vina dan Kak Tatiek.

9. Kakak penulis, Rosmaline br Napitupulu,Amd, Ruth Hastuti br Napitupulu AMd(+) dan abang penulis, Poltak Parlindungan Napitupulu, SE, Freddy Parsaoran Napitupulu, SE.

10. Teman-teman kampus penulis : Boy, Toman, Januar, Andri, Rudi, Salman, Elwin dan lainnya.

11. Teman-teman kos “Rejoice Camp, Susuk V no.25”, buat dukungannya.

12. Saudara-saudara penulis di pelayanan : KPA Yehuda (Kak Irma LH, Ranap, Yenni, Fernandoli), KPA NaCl (adik Maria, adik Edi, adik Sihar, adik Marreta), juga saudara-saudara sepelayanan yang lain di KMKS, KMBI dan GpdI Alfa Omega yang tidak dapat disebutkan satu persatu, buat doa, semangat, motivasi, dan nasihatnya.

(5)

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STRATA-1 MEDAN

ANALISIS HUBUNGAN PROFIT MARGIN DAN METODE ARUS BIAYA PERSEDIAAN DENGAN

MARKET VALUE

( Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI )

SKRIPSI

OLEH

MANAHAN FEBRIYANTO NAPITUPULU 060502062

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

(6)

ii

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas segala kasih, berkat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Anakisis Hubungan Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan dengan Market Value (Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua penulis: Bapak Drs. Hasiholan Napitupulu,BA dan Ibu Tumiur br Sianturi yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, bimbingan, motivasi, nasihat, bantuan material serta doa kepada penulis.

Penulis selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini telah banyak mendapat bimbingan, nasihat, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini :

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr.Isfenti Sadalia,SE,ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

(7)

iii

sabar dalam memberikan banyak bimbingan, arahan, saran, kritik dalam penulisan skripsi ini

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini

6. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi sebagai dosen penguji II yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini

7. Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si., selaku dosen wali yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan.

8. Pegawai Fakultas Ekonomi khususnya untuk segala jasanya selama masa perkuliahan: Bang Jum, Kak Dani, Kak Vina dan Kak Tatiek.

9. Kakak penulis, Rosmaline br Napitupulu,Amd, Ruth Hastuti br Napitupulu AMd(+) dan abang penulis, Poltak Parlindungan Napitupulu, SE, Freddy Parsaoran Napitupulu, SE.

10. Teman-teman kampus penulis : Boy, Toman, Januar, Andri, Rudi, Salman, Elwin dan lainnya.

11. Teman-teman kos “Rejoice Camp, Susuk V no.25”, buat dukungannya.

12. Saudara-saudara penulis di pelayanan : KPA Yehuda (Kak Irma LH, Ranap, Yenni, Fernandoli), KPA NaCl (adik Maria, adik Edi, adik Sihar, adik Marreta), juga saudara-saudara sepelayanan yang lain di KMKS, KMBI dan GpdI Alfa Omega yang tidak dapat disebutkan satu persatu, buat doa, semangat, motivasi, dan nasihatnya.

(8)

iv

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis selanjutnya. Semoga Tuhan selalu membimbing dan menyertai setiap langkah kita. Amin.

Medan, Desember 2010 Penulis

(9)

iv

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis selanjutnya. Semoga Tuhan selalu membimbing dan menyertai setiap langkah kita. Amin.

Medan, Desember 2010 Penulis

(10)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 8

C. Kerangka Konseptual ... 8

D. Hipotesis... 11

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1. Tujuan Penelitian ... 11

2. Manfaat Penelitian ... 11

F. Metodologi Penelitian ... 12

1. Batasan Operasional... 12

2. Defenisi Operasional Variabel ... 12

3. Populasi dan Sampel ... 14

4. Teknik Pengumpulan Data ... 17

5. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

6. Jenis Data ... 17

7. Metode Analisis Data ... 17

A. Metode Analisis Deskriptif ... 17

(11)

vi

B. Market Value ... 20

Indeks Harga Saham ... 24

C. Profit Margin ... 26

D. Metode Arus Biaya Persediaan ... 28

1. Pengertian Metode Arus Biaya Persediaan ... 28

2. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (First in First Out/FIFO) ... 30

3. Metode Rata-rata Tertimbang (Weight Average Method) ... ... 32

BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 34

B. Gambaran Umum Perusahaan Barang Konsumsi dan Perusahaan Dasar dan Kimia .... 39

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ... 46

B. Analisis Korelasi ... 53

Korelasi Parsial ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

(12)

vii

Tabel 1.1 Perbandingan Profit Margin dan Market Value ... 7

Tabel 1.2 Prosedur Pemilihan Sampel ... 15

Tabel 1.3 Sampel Perusahaan Barang Konsumsi ... 16

Tabel 1.4 Sampel Perusahaan Dasar dan Kimia ... 16

Tabel 1.5 Tabel Hubungan Antar Variabel ... 18

Tabel 3.1 Profil Perusahaan Barang Konsumsi ... 41

Tabel 3.2 Profil Perusahaan Dasar dan Kimia ... 43

Tabel 4.1 Profit Margin Industri Barang Konsumsi di BEI tahun 2007-2009 ... 46

Tabel 4.2 Profit Margin Industri Dasar dan Kimia di BEI tahun 2007-2009 ... 47

Tabel 4.3 Metode Arus Biaya Persediaan Industri Barang Konsumsi di BEI tahun 2007-2009 ... 48

Tabel 4.4 Metode Arus Biaya Persediaan Industri Dasar dan Kimia di BEI tahun 2007-2009 ... 49

Tabel 4.5 Market Value Industri Barang Konsumsi di BEI tahun 2007-2009 ... 50

Tabel 4.6 Market Value Industri Dasar dan Kimia di BEI tahun 2007-2009 ... 51

Tabel 4.7 Tabel Hubungan Antar Variabel ... 53

Tabel 4.8 Korelasi Parsial LnPM dan LnMV dengan Variabel Kontrol MET ... 54

(13)

viii

(14)

i

Manahan Febriyanto Napitupulu (2011): Analisis Hubungan Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan dengan Market Value (Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI). Dr. Muslich Lutfi, SE, MBA (Pembimbing), Dr.Endang Sulistya Rini,SE,M.Si (Ketua Program Studi Manajemen), Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME (Penguji I), Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi (Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan dengan Market Value pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI. Hipotesis dari penelitian ini adalah Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap Market Value pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis korelasi.Populasi penelitian adalah Industri Barang Konsumsi dan Inudstri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 dengan pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positip (tidak erat) dan signifikan antara variabel Profit Margin dan variabel Market Value,dan terdapat hubungan yang positip (tidak erat) dan tidak signifikan antara variabel Metode Arus Biaya Persediaan dengan variabel Market Value.

(15)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan berbeda dengan badan usaha. Badan usaha berkaitan dengan organisasi yang kegiatannya bertujuan mencari laba, sedangkan perusahaan berkaitan dengan tempat/hal kegiatan yang dilakukan oleh badan usaha tersebut. Perusahaan industri adalah perusahaan yang mengolah suatu bahan menjadi produk tertentu (produksi) untuk dijual. Jadi industri barang konsumsi adalah industri yang terdiri dari perusahaan yang menghasilkan produk/output berupa barang yang akan dihabiskan/dikonsumsi oleh konsumennya. Sedangkan Industri dasar dan kimia adalah industri yang terdiri dari perusahaan yang menghasilkan bahan-bahan dasar yang nantinya akan diolah lagi menjadi barang jadi (Nafarin, 2004:51).

Industri barang konsumsi dipilih karena memiliki konsumen yang tinggi yang akan mendorong perkembangan industri ini. Dengan konsumen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dari peningkatan harga sahamnya. Investor menyukai perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang tinggi, karena perusahaan seperti ini akan menghasilkan return yang tinggi. Bahkan saat krisis sekalipun industri ini mendapat peluang untuk terus berkembang, karena mampu memenuhi selera konsumen yang semakin beragam dan memiliki pasar yang begitu luas. Industri barang konsumsi (makanan dan minuman) juga erat kaitannya dengan kebutuhan pokok manusia. Sementara industri dasar dan kimia juga memiliki keterkaitan dengan industri barang konsumsi dan memiliki karakteristik konsumen yang cukup tinggi, terutama Pulp dan Kertas,Kayu dan Pengolahannya, juga Plastik

(16)

profit margin, dan metode arus biaya persediaan yang mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan.

Market value adalah nilai yang mencerminkan kondisi perusahaan dilihat dari kondisi ekuitas perusahaan di pasar yang tercermin dalam harga saham biasa dan jumlah lembar saham yang dikeluarkan perusahaan. Market value suatu perusahaan menyajikan suatu nilai yang melekat pada perusahaan,dan mencerminkan nilai pasarnya. Jika pertimbangan harga di pasar bursa (market price) merupakan suatu kesepakatan marginal, maka harga saham berhak dikatakan dapat mewakili market value (Lubis, 2008:125).

Market value adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa yang ditentukan oleh pelaku pasar. Market value ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa. Market value merupakan harga jual saham sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham sehingga nilai pasar menunjukan fluktuasi dari harga saham. Market value yang tinggi di satu sisi akan mencerminkan kenaikan laba bagi perusahaan.

Laba yang diperoleh perusahaan dipakai untuk keputusan investasi dan operasi. Untuk keputusan investasi, investor lebih menyukai perusahaan yang melaporkan laba yang lebih besar (dengan asumsi besaran perusahaan sama dan berada dalam satu industri). Ini bermakna bahwa perbedaan dalam laba mencerminkan perbedaan kinerja perusahaan yang sesungguhnya dan bukan semata-mata karena perbedaan artifisial sebagai akibat pemilihan teknik-teknik akuntansi. Penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap profit margin perusahaan yang akan direspon oleh investor. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam persediaan akan menekan

(17)

perhitungan laba bersih perusahaan yang tercantum dalam laporan laba rugi. Respon investor biasanya berupa keinginan investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan menaikkan harga saham perusahaan. Kenaikan harga saham perusahaan mencerminkan market value perusahaan, sehingga profit margin berpengaruh terhadap market value perusahaan.

Profit margin adalah rasio pendapatan terhadap penjualan yang diperoleh dari selisih antara penjulan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan dibagi dengan penjualan bersih. Rasio ini mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu dan juga menilai kemampuan manajemen perusahaan untuk mengontrol berbagai pengeluaran yang langsung digunakan dalam menghasilkan penjualan yaitu pengeluaran untuk pembelian bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik Margin laba kotor (gross profit margin) merupakan ukuran yang paling tepat untuk melihat profitabilitas. Perubahan kecil dalam rasio ini akan mengindikasikan pergerakan yang cukup besar dalam profitabilitas. Dengan demikian profit margin yang tinggi sangat diinginkan karena mengindikasikan laba yang dihasilkan melebihi harga pokok penjualan (Darmadji dan Fakhruddin, 2004:85).

Tingginya tingkat kompetisi yang terjadi di dalam sebuah industrilah yang

menyebabkan tinggi rendahnya profit margin. Semakin banyak perusahaan di dalam

industri maka semakin sedikit pangsa pasar yang didapatkan. Sebaliknya semakin

sedikit perusahaan di dalam sebuah industri maka semakin banyak pangsa pasar yang

didapatkan sehingga akan semakin besar profit margin yang dihasilkan. Selain itu,

jika perusahaan yang memiliki profit margin lebih tinggi dari perusahaan sejenis,

(18)

mendorong perusahaan untuk meningkatkan investasinya pada bagian yang dapat

meningkatkan profit margin, seperti investasi pada persediaan perusahaan .

Penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap profit margin perusahaan. Besar kecilnya

profit margin juga akan mempengaruhi perhitungan laba bersih perusahaan yang tercantum dalam laporan laba rugi. Berkenaan dengan laporan laba rugi perusahaan, manajer melihat laba stabil sebagai aliran earning yang lebih stabil atau earning yang rendah akan mendorong penilaian yang lebih rendah bagi perusahaan. Metode perhitungan persediaan yang seharusnya dilaporkan merupakan metode yang menghasilkan angka-angka laba yang mempunyai hubungan paling dekat dengan harga-harga surat berharga yaitu metode yang paling konsisten dengan informasi yang dihasilkan dalam suatu harga-harga saham yang efisien .

(19)

yang berbeda terhadap kandungan informasi laporan keuangan. Metode arus biaya persediaan yang diizinkan dan sesuai dengan Undang-Undang adalah metode FIFO dan metode rata-rata tertimbang ).

Metode persediaan FIFO adalah metode dimana perlu ada pemisahan antara produk dalam proses awal dengan produk yang dibuat pada periode sekarang. Diasumsikan bahwa produk awal merupakan produk yang masuk pertama kedalam proses produksi dan diselesaikan lebih dulu sebelum mulai mengerjakan produk periode sekarang. Dengan demikian, produk yang ditransfer ke departemen berikutnya terdiri atas produk awal barang dalam proses yang sudah selesai dan produk yang baru dikerjakan dan selesai pada periode berjalan. Jika terdapat persediaan barang dalam proses akhir maka hampir dapat dipastikan bahwa produk tersebut merupakan bagian dari produk yang dikerjakan periode sekarang yang belum selesai. Asumsi arus persediaan yang melandasi metode FIFO paling erat berkaitan dengan arus fisis yang sesungguhnya dari pos-pos persediaan di kebanyakan usaha. Pendekatan dengan metode FIFO juga menghindarkan kerusakan,keusangan,dan hal lain yang seperti itu (Hariadi, 2002:164).

Metode rata-rata tertimbang adalah metode perhitungan persediaan dimana harga pokok persediaan barang dalam proses awal ditambahkan dengan biaya yang terjadi pada periode sekarang dan dibagi dengan unit equivalent untuk menghitung harga pokok produk per unit rata-rata. Dalam metode ini, unit equivalent produksi departemen merupakan penjumlahan unit produk jadi dengan unit equivalent dalam persediaan barang dalam proses akhir ( Hariadi, 2002:163 ).

(20)

tingkat return yang diharapkan investor atau pemilik perusahaan. Tujuan utama perusahaan umumnya bukanlah memaksimumkan profit, akan tetapi memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan (maximization wealth of stockholders). Perusahaan akan memilih metode arus biaya persediaan yang akan memaksimumkan kemakmuran pemilik.

Berdasarkan studi pendahuluan pada laporan keuangan industri barang konsumsi, dan industri dasar dan kimia, diketahui terdapat beberapa perusahaan yang memiliki profit margin yang tinggi namun menghasilkan market value yang masih rendah, dan sebaliknya terdapat beberapa perusahaan yang memiliki profit margin

rendah tetapi menghasilkan market value yang tinggi. Hal ini dapat diketahui dari angka rasio yang berbanding terbalik antara profit margin dengan metode arus biaya persediaan.

(21)

Tabel 1.1

Perbandingan Profit Margin dan Market Value Kode

Perusahaan

Profit Margin Margin Value

2007 2008 2009 2007 2008 2009

ADES -0,002 -0,29 0,35 118486250 1136484375 683785041 DLTA 0,52 0,42 0,45 2452500 14633333 32558333 INDF 0,23 0,23 0,27 52852470542 50180146125 50180146125 MERK 0,58 0,56 0,58 84155833 10916666 41335833 MLBI 0,45 0,48 0,52 12293333 40549166 107960000 MYOR 0,22 0,19 0,23 489565083 116512333 651506208

SCPI 0,48 0,50 0,39 1173750 1402083 4293333

APLI 0,10 0,11 0,16 162014100 27624266 107524416 BTON 0,14 0,17 0,16 2554733 12411433 1948125 BUDI 0,15 0,14 0,14 9678924925 1971726317 182194691 IGAR 0,11 0,09 0,13 1068896342 250304716 117184733

LION 0,39 0,42 0,45 5134583 1059166 587500

SIPD 0,09 0,09 0,07 9769593300 599016358 3030744867 Sumber :

Motivasi yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai analisis hubungan profit margin dan metode arus biaya persediaan dengan market value adalah untuk melihat sejauh mana hubungan antara variabel profit margin

dengan market value dan variabel metode arus biaya persediaan dengan variabel

(22)

Berdasarkan uraian dan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan

Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan dengan Market Value (Studi

Kasus pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang

Terdaftar di BEI) ”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hubungan antara Profit Margin dengan Market Value Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2009?

2. Bagaimanakah hubungan antara Metode Arus Biaya Persediaan dengan

Market Value Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2009?

C. Kerangka Konseptual

(23)

Profit margin adalah rasio pendapatan terhadap penjualan yang diperoleh dari selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan dibagi penjualan bersih.

Profit margin memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual.

Profit margin merupakan pengukur efisiensi operasi perusahaan, dan merupakan indikasi dari cara produk ditetapkan harganya (Horne dan Wachowicz, 2001:22).

Metode persediaan FIFO adalah metode dimana perlu ada pemisahan antara produk dalam proses awal dengan produk yang dibuat pada periode sekarang. Diasumsikan bahwa produk awal merupakan produk yang masuk pertama kedalam proses produksi dan diselesaikan lebih dulu sebelum mulai mengerjakan produk periode sekarang. Dengan demikian, produk yang ditransfer ke departemen berikutnya terdiri atas produk awal barang dalam proses yang sudah selesai dan produk yang baru dikerjakan dan selesai pada periode berjalan.Sedangkan Metode rata-rata tertimbang adalah metode perhitungan persediaan dimana harga pokok persediaan barang dalam proses awal ditambahkan dengan biaya yang terjadi pada periode sekarang dan dibagi dengan unit equivalent untuk menghitung harga pokok produk per unit rata-rata. Dalam metode ini, unit equivalent produksi departemen merupakan penjumlahan unit produk jadi dengan unit equivalent dalam persediaan barang dalam proses akhir (Hariadi, 2002:164).

(24)

persediaan adalah untuk memenuhi keinginan para investor dalam kaitannya dengan

market value perusahaan, sehingga dalam memilih metode tersebut selayaknya berdampak pada tingkat return yang diharapkan investor Penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap profit margin perusahaan. Besar kecilnya profit margin juga akan mempengaruhi tingkat market value perusahaan.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka variabel yang berhubungan dengan market value digunakan dalam penelitian ini yaitu Profit Margin, dan Metode Arus Biaya Persediaan. Kerangka konseptual dapat digambarkan :

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Profit Margin

(X1)

Metode Arus Biaya Persediaan

( X2 )

Profit Margin naik

( X1 ) Market Value naik( Y )

Profit Margin

turun( X1 ) Market Value turun( Y )

(25)

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian oleh karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2005:5).

Fungsi dari hipotesis adalah untuk mengarahkan peneliti agar sesuai dengan apa yang kita harapkan. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi hipotesis dalam penulisan ini adalah :

1. H1 : Profit Margin memiliki hubungan yang positip dan signifikan dengan

Market Value perusahaan barang konsumsi dan perusahaan-perusahaan dasar dan kimia yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009.

2. H2 : Metode Arus Biaya Persediaan memiliki hubungan yang erat dan signifikan dengan Market Value perusahaan-perusahaan barang konsumsi dan perusahaan-perusahaan dasar dan kimia yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hubungan profit margin dan metode arus biaya persediaan dengan

market value industri barang konsumsi dan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009.

2. Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti Lain

(26)

penelitian mengenai Profit Margin, dan Metode Arus Biaya Persediaan, serta Market Value pada ruang lingkup dan kajian yang lebih luas.

b. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam bidang keuangan terutama dalam memahami seberapa besar hubungan Profit Margin, dan Metode Arus Biaya Persediaan terhadap Market Value pada perusahaan-perusahaan barang konsumsi dan perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia.

F. Metodologi Penelitian

1. Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel Bebas (Independent Variabel) yang terdiri dari Profit Margin dan Metode arus Biaya Persediaan.

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel) yaitu Market Value.

b. Industri yang menjadi sampel penelitian adalah Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI selama tahun 2007-2009.

2. Defenisi Operasional Variabel

Defenisi Operasional Variabel dalam penelitian ini, sebagai berikut : a. Variabel Terikat ( Dependent Variabel ) (Y)

(27)

dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran (Lubis, 2008:60 ).

Market value yang diambil sebagai data adalah harga penutupan akhir dikalikan dengan jumlah saham yang beredar untuk dirata-rata dalam satu periode.

Market value diukur dengan menggunakan rumus :

MV = Ln of ( harga pasar per lembar saham x jumlah lembar saham yang beredar )

Dimana :

MV : nilai pasar perusahaan dalam 1 periode tertentu

Harga pasar saham : harga penutupan (closing price) pada tanggal pelaporan Saham beredar : jumlah saham beredar pada periode tersebut

Nilai pasar menunjukkan keadaan perusahaan berdasarkan persepsi investor yang teraktualisasi dalam harga saham. Secara garis besar nilai pasar perusahaan merupakan harga seluruh saham yang beredar .

Harga pasar merupakan harga jual saham sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham sehingga nilai pasar menunjukkan fluktuasi dari harga saham. Harga saham adalah harga penutupan (closing price) pada tanggal pelaporan. Jumlah lembar saham yang beredar adalah jumlah lembar saham beredar yang dilaporkan dalam laporan keuangan 2007-2009.

b. Variabel Bebas (Independent Variabel) (X)

Profit margin (X1 )

(28)

2001:224). Profit margin merupakan rasio laba kotor (penjualan bersih – harga pokok penjualan) terhadap penjualan bersih yang tersaji dalam laporan laba rugi tahun 2007-2009.

Metode arus biaya persediaan merupakan metode yang digunakan perusahaan selama tahun pengamatan. Variabel ini merupakan variabel dummy dimana ada dua pilihan metode, yaitu metode rata-rata dan metode FIFO .

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003:103). Populasi dalam penelitian ini adalah Industri barang konsumsi dan industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009, yang berjumlah 73 perusahaan. Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian (Kuncoro, 2003 :103). Penarikan jumlah sampel dengan menggunakan Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005:78). Sampel adalah perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Perusahaan barang konsumsi, dan perusahaan dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2009, mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk tahun 2007-2009, serta tidak pernah dihentikan perdagangannya (di-suspend).

(29)

c. Perusahaan tidak melakukan perubahan metode selama tahun pengamatan.Jika pada tahun pengamatan perusahaan melakukan perubahan metode, maka pada tahun tersebut tidak dapat mencirikan apakah perusahaan tersebut menggunakan metode persediaan FIFO atau tidak.

Berdasarkan kriteria tersebut diatas, diperoleh sampel sebagai berikut :

Tabel 1.2

Prosedur Pemilihan Sampel

KRITERIA PENENTUAN SAMPEL JUMLAH

Jumlah perusahaan barang konsumsi dan perusahaan dasar dan kimia yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009

73

Jumlah perusahaan yang tidak masuk kriteria : Perusahaan yang tidak lengkap laporan keuangannya 28

(31) Perusahaan barang konsumsi yang termasuk sampel 22

Perusahaan dasar dan kimia yang termasuk sampel 20

Jumlah keseluruhan sampel 42

Sumber :

(30)

Berikut ini adalah perusahaan yang menjadi sampel sekaligus objek dalam penelitian ini :

Tabel 1.3

Sampel Perusahaan Barang Konsumsi

No Kode Nama Perusahaan No Kode Nama Perusahaan 1 ADES Ades Waters Indonesia

Tbk

12 MERK Merck Tbk 2 AQUA Aqua Golden Mississippi

Tbk

13

MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 3 CEKA Cahaya Kalbar Tbk 14 MRAT Mustika Ratu Tbk 4 DLTA Delta Djakarta Tbk 15 MYOR Mayora Indah Tbk 5 HMSP HM Sampoerna Tbk 16 PYFA Pyridam Farma Tbk

6 INAF Indofarma Tbk 17

SCPI Schering Plough Indonesia Tbk 7 INDF Indofood Sukses Makmur

Tbk

18

SKLT Sekar Laut Tbk 8 KICI Kedaung Indah Can Tbk 19 STTP Siantar Top Tbk 9 KDSI Kedawung Setia Industrial

Tbk

20

TCID Mandom Indonesia Tbk

10 KLBF Kalbe Farma Tbk 21 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 11 LMPI Langgeng Makmur

Industri Tbk

22

UNVR Unilever Indonesia Tbk

Sumber

Tabel 1.4

Sampel Perusahaan Dasar dan Kimia

No Kode Nama Perusahaan No Kode Nama Perusahaan 1

AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk

11

JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk

2 APLI Asiaplast Industries Tbk 12 LION Lion Metal Works Tbk 3 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 13 LMSH Lionmesh Prima Tbk 4 BUDI Budi Acid Jaya Tbk 14 MAIN Malindo Feedmill Tbk 5 DYNA Dynaplast Tbk 15 MLIA Mulia Industrindo Tbk 6

EKAD Ekadharma Internasional Tbk

16

PICO Pelangi Indah Canindo Tbk

7

FASW Fajar Surya Wisesa Tbk 17 SAIP Surabaya Agung Industry P. Tbk 8 IGAR Kageo Igar Jaya Tbk 18 SIPD Sierad Produce Tbk 9

INAI Indal Aluminium Industry Tbk

19

SRSN Indo Acidatama Tbk 10

ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk

20

(31)

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengmpulkan data pendukung berupa jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di BEI melalui situs

www.finance.yahoo.com b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yaitu dimulai pada bulan Mei 2010 – Desember 2010.

6. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data sekunder yaitu berasal dari publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data emiten, berbagai hasil penelitian, dan buku referensi, jurnal-jurnal, majalah-majalah, laporan keuangan industri barang konsumsi dan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2009.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik.

A. Metode Analisis Deskriptif

(32)

B. Metode Analisis Korelasi

Korelasi Parsial

Korelasi parsial antara dua variabel adalah suatu korelasi yang menihilkan akibat dari variabel ketiga atau sejumlah variabel-variabel lain terhadap dua variabel yang sedang dikorelasikan, untuk melakukan perhitungan korelasi parsial. Oleh karena itu korelasi parsial mengeluarkan pengaruh variabel kontrol (Situmorang,et al, 2008:52-53).

Korelasi yang positip menunjukkan hubungan dimana jika variabel yang satu mengalami kenaikan, maka variabel lainnya juga mengalami hal yang sama. Korelasi yang negatip menunjukkan hubungan dimana jika variabel yang satu naik, maka variabel yang lain akan mengalami penurunan.

Untuk melihat keeratan hubungan antara variabel dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.5

Tabel Hubungan Antar Variabel

Nilai Interpretasi

0.0 – 0.19 Sangat Tidak Erat

0.2 – 0.39 Tidak Erat

0.4 – 0.59 Cukup Erat

0.6 – 0.79 Erat

0.8 – 0.99 Sangat Erat

(33)

19

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Ika Ratna Sari (2007) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Profit Margin, dan Metode Arus Biaya Persediaan terhadap Market Value pada industri barang konsumsi yang terdaftar di BEJ tahun 2004-2005”.Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana pengaruh profit margin, dan metode arus biaya persediaan terhadap market value industri barang konsumsi. Hasil Penelitian ini membuktikan terdapat pengaruh yang signifikan antara profit margin, dan metode arus biaya persediaan terhadap market value.

Elma (2009) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Economic Value Added dan Profit Margin Terhadap Harga Saham Perusahaan manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Periode penelitian yang dilakukan ialah tahun 2005 sampai dengan 2008. Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan mengetahui dampak

(34)

B. Market Value

Market Value (Nilai Pasar) adalah harga jual dari investor satu dengan investor lainnya. Harga Terjadi setelah saham dicatat di Bursa. Harga pasar merupakan harga jual saham sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham sehingga nilai pasar menunjukan fluktuasi dari harga saham. Market value sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran (Lubis, 2008:60).

Perbedaan harga saham hanya terjadi bila pasar saham adalah efisien semi kuat secara keputusan yaitu investor dapat merespon secara tepat atas informasi yang tersedia secara penuh di pasar modal. Perbedaan harga saham antara perusahaan yang bertumbuh dan tidak bertumbuh sesuai dengan salah satu dasar pembentukan harga saham yang yakin bahwa harga saham terjadi karena aliran laba atau kas masa depan yang dinilai sekarang Perusahaan yang tidak bertumbuh mempunyai kebijakan pendanaan yang bertolak belakang dengan perusahaan yang bertumbuh, sehingga hal ini menjadi informasi yang bersifat negatif bagi investor.

(35)

Berkaitan dengan bursa saham, bahwa nilai pasar merupakan harga pasar riil dan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham perusahaan pada pasar yang sedang berlangsung atau sudah tutup, berdasarkan bursa utama. Nilai pasar menunjukan keadaan perusahaan berdasarkan persepsi investor yang teraktualisasi melalui harga saham. Secara garis besar nilai pasar perusahaan merupakan harga seluruh saham yang beredar (closing price).

Dapat disimpulkan, market value adalah harga saham yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham perusahaan pada pasar yang sedang berlangsung atau sudah tutup, yang didasarkan pada bursa utama oleh pelaku pasar sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham, sehingga nilai pasar menunjukan fluktuasi dari harga saham dimana harga saham sekarang mencerminkan sepenuhnya informasi pada masa lampau, informasi yang dipublikasikan dan informasi yang tidak dipublikasikan.

Harga saham merupakan komponen utama pembentuk market value. Harga saham biasanya cenderung fluktuatif (berubah-ubah). Menurut Suad Husnan (2007: 65), Fluktuasi harga saham dapat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :

a. Laba per lembar saham yang diharapkan (projecting earning per share).

(36)

b. Arus waktu penerimaan laba (timing of the earning stream)

Waktu penerimaan laba sangat mempengaruhi fluktuasi harga saham. Seorang pemodal yang memperoleh laba sekarang dengan pemodal yang menerima laba di masa yang akan datang berbeda nilainya bila diukur dengan present value. Dalam memilih proyek investasi terbaik, tergantung pada proyek investasi mana yang dapat memberikan tambahan nilai yang terbesar bagi laba yang akan diterima. Jadi waktu adalah alasan yang penting untuk memusatkan kekayaan yang dalam hal ini diukur dari waktu penerimaan laba karena pemilihan saham.

c. Risiko dari laba yang diharapkan (riskness of the projecting earning)

Harga saham juga dipengaruhi oleh resiko dari laba yang telah direncanakan atau yang diharapkan sebelumnya. Semakin besar jaminan kepastian, investor akan memberikan nilai tinggi terhadap harga saham yang bersangkutan.

d. Penggunaan hutang (use of debt)

Hutang merupakan sumber dana dari luar perusahaan yang harus dilunasi pada suatu waktu di masa yang akan datang dengan disertai kewajiban untuk membayar bunga. Banyak perusahaan yang menjadi bangkrut karena penggunaan hutang yang berlebihan. Semakin besar penggunaan hutang maka akan semakin besar pula ancaman kebangkrutan yang mungkin menimpa perusahaan.

e. Kebijakan deviden (deviden policy)

(37)

market value yang dimilikinya meningkat. Dengan demikian total kemakmuran pemegang saham dapat diukur dengan menilai peningkatan total kepemilikan saham dikalikan dengan market value per lembar saham. Semakin tinggi market value berarti kemakmuran pemegang saham meningkat.

Market value dapat diukur dengan mengalikan jumlah saham beredar dengan harga saham penutupan pada hari ke-t. Berdasarkan besarnya jumlah saham yang beredar dan harga saham, dapat dilihat ukuran suatu perusahaan. Semakin banyak jumlah saham yang beredar dan semakin tingginya harga saham menunjukan semakin besar ukuran sebuah perusahaan.

Adapun untuk penyelesaian nilai market value ditunjukan dalam persamaan sebagi berikut :

MV = Ln of (harga pasar per lembar saham x jumlah lembar saham yang beredar) Keterangan :

MV : nilai pasar perusahaan dalam periode tertentu Harga pasar saham : harga penutupan (closing price) periode tersebut Saham beredar : jumlah saham beredar dalam periode tersebut

Nilai pasar menunjukkan keadaan perusahaan berdasarkan persepsi investor yang teraktualisasi dalam harga saham. Secara garis besar nilai pasar perusahaan merupakan harga seluruh saham yang beredar (closing price).

(38)

Tujuan dari manajemen keuangan adalah bukan memaksimumkan profit melainkan memakmurkan kekayaan para pemegang saham melalui maksimalisasi nilai perusahaan. Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat. Sementara itu harga saham yang terbentuk dalam pasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham (earning per share), rasio laba terhadap laba per lembar saham, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaa

Indeks Harga Saham

Bagi mereka yang aktif dalam proses jual beli saham, maka informasi seputar pergerakan Indeks Harga Saham merupakan informasi vital. Dengan mengetahui posisi indeks, maka investor dapat memperkirakan apa yang sebaiknya dilakukan terhadap saham-saham yang dimilikinya, apakah menjual, membeli atau menahan saham tersebut. Informasi tentang posisi dan perkembangan indeks dapat ditemukan pada surat kabar, radio, maupun berita-berita televise (Darmadji dan Fakhruddin, 2004:160).

Indeks Harga Saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada saat pasar sedang aktif atau lesu.

Ada 5 fungsi indeks, antara lain : 1. Sebagai indikator tren pasar

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan

(39)

Ada beberapa jenis Indeks Harga Saham di Bursa Efek Indonesia, antara lain :

1. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

2. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan, jasa, dan manufaktur.

3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.

4. Indeks LQ-45, yaitu indeks yang terdiri atas 45 saham pilihan dengan mengacu pada 2 variabel, yaitu likuiditas perdagangan, dan kapitalisasi pasar.

5. Indeks Syariah atau JII ( Jakarta Islamic Indeks), merupakan indeks yang terdiri dari 30 saham, yang mengakomodasi syariah investasi dalam islam atau indeks yang berdasarkan pada Syariah Islam.

(40)

C. Profit Margin

Profit margin adalah rasio pendapatan terhadap penjualan yang diperoleh dari selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan dibagi penjualan bersih.

Profit margin memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual.

Profit margin merupakan pengukur efisiensi operasi perusahaan, serta merupakan indikasi dari cara produk ditetapkan harganya (Horne danWachowicz,2001:224).

Profit margin merupakan nilai sisa dari jumlah dana telah dibayarkan untuk biaya operasional perusahaan. Jadi, bila sebuah perusahaan ingin meningkatkan profit margin-nya, yang harus dilakukan adalah mengendalikan sedemikian rupa biaya-biaya yang ditimbulkan dari kegiatan operasional perusahaan. Sehingga dengan semakin tingginya profit margin berarti semakin tinggi juga ROE yang dihasilkan (Horne danWachowicz,2001:226).

Selain itu, profit margin juga berarti sebuah gambaran kompetisi yang terjadi di industri perusahaan. Dalam industri yang kompetitif seperti sektor retail, perusahaan-perusahaan cenderung untuk memiliki profit margin yang rendah. Hal ini jauh berbeda dengan yang terjadi pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di dalam industri yang cenderung monopolistik.

Tinggi rendahnya profit margin dipengaruhi oleh kompetisi yang terjadi di dalam sebuah industri. Semakin banyak perusahaan di dalam industri maka semakin sedikit pangsa pasar yang didapatkan. Sebaliknya semakin sedikit perusahaan di

dalam sebuah industri maka semakin banyak pangsa pasar yang didapatkan sehingga

akan semakin besar profit margin yang dihasilkan. Selain itu jika perusahaan yang

memiliki profit margin lebih tinggi dari perusahaan sejenis, mengindikasikan posisi

(41)

Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam persediaan akan menekan profit margin perusahaan. Besar kecilnya profit margin juga akan mempengaruhi perhitungan laba bersih perusahaan yang tercantum dalam laporan laba rugi. Respon investor biasanya berupa keinginan investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan menaikkan harga saham perusahaan. Kenaikan harga saham perusahaan mencerminkan market value perusahaan, sehingga

profit margin berpengaruh terhadap market value perusahaan.

Profit Margin dapat diperbesar, yaitu dengan meningkatkan net operating income dan atau net sales. Semakinnet operating income pada net sales yang tetap, atau semakin kecil net sales pada net operating income tetap maka semakin besar profit margin. Lantas tambahan net operating income yang lebih besar daripada tambahan net sales pun mampu memperbesar profit margin. Net operating income

terikat oleh income dari sales dan operating expense. Dengan jumlah operating expense tertentu profit margin diperbesar dengan memperbesar sales atau dengan sales tertentu profit margin dapat diperbesar dengan menekan operating expense. (Skousen,2008:102).

(42)

D. Metode Arus Biaya Persediaan

1. Pengertian Metode Arus Biaya Persediaan

Persediaan merupakan sejumlah bahan atau barang yang disediakan oleh perusahaan, baik berupa barang jadi, bahan mentah, maupun barang dalam proses yang disediakan untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan guna memenuhi permintaan konsumen setiap waktu. Persediaan diperlukan untuk dapat melakukan proses produksi, penjualan secara lancar, persediaan barang mentah dan barang dalam proses diperlukan untuk menjamin kelancaran proses produksi, sedangkan barang jadi harus selalu tersedia sebagai “buffer stock“ agar memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan yang timbul. Beberapa masalah keputusan persediaan dapat diselesaikan dengan menggunakan kriteria ekonomis, satu syarat mutlak terpenting adalah membuat struktur biaya. Struktur biaya ini memuat biaya persediaan, biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang disebabkan oleh adanya persediaan. Biaya persediaan ini di dalam perusahaan secara umum dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:

1. Biaya Pembelian, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, jumlahnya tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga per unit barang.

2. Biaya Pengadaan, merupakan biaya yang berhubungan dengan pembelian barang yang terdiri dari biaya pemesanan, apabila barang yang diperlukan berasal dari luar perusahaan.

(43)

4. Biaya Kekurangan Persediaan, merupakan konsekuensi ekonomis yang disebabkan oleh adanya kehabisan persediaan (Atmaja, 2005:88 ).

Seluruh barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan (baik secara fisik ada atau tidak di perusahaan tersebut), termasuk dalam persediaan ketika suatu persediaan diambil. Ini memerlukan pemeriksaan seluruh dokumen-dokumen pengiriman dan mengidentifikasi seluruh pengiriman barang dagangan yang keluar. Menentukan kuantitas barang di tangan harus dilakukan sedikitnya oleh dua orang, dan orang ketiga harus memeriksa ketepatan dari perhitungan tersebut (terutama jika barang-barang yang mempunyai nilai moneter yang tinggi). Ketika menentukan harga pokok penjualan, seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkannya dimasukkan dalam harga pembelian (Atmaja, 2005:102 ).

Tujuan utama dari penilaian persediaan digunakan untuk proses penandingan antara pendapatan dan biaya. Proses penandingan ini dilakukan dalam menentukan besarnya biaya dari barang yang tersedia untuk dijual, untuk kemudian dikurangi dengan pendapatan pada periode berjalan, sehingga dari proses penandingan ini akan diperoleh besarnya laba perusahaan (Annisa,2003:83).

(44)

Jadi metode arus biaya persediaan adalah kebijaksanaan pengukuran yang digunakan sebagai media kontrak antara economic agent yang berkaitan dengan persediaan yang mempengaruhi laporan keuangan dimana pemilihan metode arus biaya persediaan harus mempertimbangkan nilai-nilai yang dapat mendukung nilai perusahaan yang disesuaikan dengan karakteristik perusahaan.

2. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (First-in, First-out / FIFO )

Metode FIFO (First In First Out) pertama kali dikenal dalam akuntansi keuangan sebagai salah satu metode dalam penilaian persediaan barang. Harga yang digunakan sebagai dasar dalam menilai persediaan barang dapat memakai harga lama atau harga baru. Pada metode FIFO, persediaan barang yang dikeluarkan untuk produksi atau dijual, nilainya didasarkan pada harga menurut urutan yang pertama masuk. Jadi, untuk penilaian pada persediaan barang yang tersisa, berarti harganya didasarkan pada harga baru atau harga menurut urutan yang terakhir.

(45)

Dalam sistem biaya proses, akuntan menentukan biaya yang ditransfer keluar dan jumlah yang tersisa dalam persediaan untuk setiap departemen. Untuk banyak proses produksi, bahan ditambahkan pada awal produksi dan unit-unit yang telah diproduksi dipindahkan melalui proses produksi dengan metode masuk pertama keluar pertama ( FIFO ). Artinya, unit pertama yang memasuki proses produksi adalah unit pertama yang diselesaikan pertama.

Kebanyakan produsen pengguna biaya proses memiliki lebih dari satu departemen. Kita mengasumsikan bahwa semua bahan yang digunakan dalam departemen ditambahkan pada awal proses, dan biaya konversi (tenaga kerja langsung dan overhead pabrik) terjadi dalam proses tersebut. Tujuannya adalah untuk menentukan harga pokok unit yang telah selesai dan penilaian persediaan akhir.

Harga pokok unit ini dihitung dengan menggunakan empat langkah : 1. Menentukan unit yang akan dibebankan biaya.

2. Menghitung unit ekuivalen produksi. 3. Menentukan biaya per unit ekuivalen.

4.Mengalokasikan biaya untuk ditransfer dan unit yang selesai sebagian. (Niswonger,et al, 2004 : 191)

Adapun tujuan dari metode FIFO ini adalah:

1. Merupakan penggabungan semua unsure laba pada saat penjualan, dimana

gain dan loss yang timbul dari perubahan-perubahan harga yang dianggap tidak dapat dipisahkan dari income yang merupakan hasil dari keputusan manajerial dalam kegiatan normal perusahaan.

(46)

3. Untuk melakukan matching atau current cost dengan revenue dan pelaporan secara terpisah antara gain dan loss yang disebabkan oleh perubahan harga (Horngren,2002:88).

Metode FIFO merupakan metode yang paling luas digunakan dalam penilaian persediaan. Metode FIFO seringkali tidak nampak secara langsung pada aliran fisik dari barang tersebut karena pengambilan barang dari gudang lebih didasarkan pada pengaturan barangnya. Dengan demikian meode FIFO lebih nampak pada perhitungan harga pokok barang. Dalam metode FIFO, biaya yang digunakan untuk membeli barang pertama kali akan dikenali sebagai Cost of Goods Sold (COGS). Untuk perhitungan harga maka digunakan harga dari stok barang dari transaksi yang terdahulu.

Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang terjual karena pesanan adalah barang yang mereka beli. Oleh karenanya, barang-barang yang dibeli pertama kali adalah barang-barang pertama yang dijual dan barang-barang sisa di tangan (persediaan akhir) diasumsikan untuk biaya akhir. Karenanya, untuk penentuan pendapatan, biaya-biaya sebelumnya dicocokkan dengan pendapatan dan biaya-biaya yang baru digunakan untuk penilaian laporan neraca. Metode ini konsisten dengan arus biaya aktual, sejak pemilik barang dagang mencoba untuk menjual persediaan lama pertama kali.

3. Metode Rata-rata Tertimbang (Weight Average Method)

(47)

Penilaian persediaan menurut metode ini adalah bahwa persediaan yang dibebankan pada periode berjalan atau nilai persediaan pada akhir periode merupakan nilai yang dirata-ratakan dari saldo awal dan pembelian-pembelian pada periode tersebut. Metode rata-rata tertimbang adalah netral ditinjau dari persediaan dan harga pokok penjualan dan harga pokok produksi, pada umumnya harga pokok penjualan dan harga pokok produksi serta laba akan jatuh diantara ekstrim-ekstrim FIFO dan LIFO.

Pendekatan biaya rata-rata dapat didukung sebagai suatu pendekatan yang realistik dan menyelaraskan arus fisik barang, khususnya jika unit-unit persediaan yang identik ternyata tercampur baur. Metode ini memberikan harga pokok yang sama untuk barang serupa yang memiliki kegunaan yang sama dan tidak memberi peluang terjadinya manipulasi laba. Keterbatasan metode ini yaitu nilai persediaan yang selalu mengandung unsur biaya yang paling dini, dan nilai persediaan yang dapat jauh berbeda dengan nilai periode berjalan jika terjadi kenaikan atau penurunan harga secara drastis.

(48)

34

BAB III

GAMBARAN PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan ekonomi nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indomesia yang stabil.

Bursa Efek Indonesia berawal dari berdirinya Bursa Efek di Batavia, yang dikenal sebagai Jakarta pada saat ini, oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912. Sekuritas yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda, dan sekuritas lainnya.

Perkembangan Bursa Efek di Batavia sangat pesat, sehingga mendorong pemerintah Belanda membuka Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Kedua bursa ini kemudian ditutup karena terjadinya gejolak politik di Eropa awal tahun 1939. Bursa Efek di Jakarta pun akhirnya ditutup juga akibat terjadinya perang dunia ke dua tahun 1942, sekaligus menandai berakhirnya aktivitas pasar modal di Indonesia.

(49)

dibentuknya Tim Uang dan Pasar Modal, disusul tahun 1976 berdirinya BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal) serta berdirinya perusahaan dan investasi PT Danareksa. Kebangkitan ini didukung dengan diresmikannya aktivitas perdagangan di Bursa Efek Jakarta oleh Presiden Soeharto pada tahun 1977.

Pemerintah mengeluarkan Paket Deregulasi Desember 1987 dan Desember 1988 tentang diperbolehkannya swastanisasi Bursa Efek. Paket deregulasi ini kemudian mendorong Bursa Efek Jakarta berubah menjadi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 13 Juli 1992. Pada tahun itu juga BAPEPAM yang awalnya Badan Pelasksana Pasar Modal berubah menjadi Badan pengawas pasar modal.

Bursa Efek Jakarta berkembang dengan pesat sehingga kegiatannya semakin ramai dan kompleks. Hal ini menyebabkan sistem perdagangan manual yang selama ini dilakukan di Bursa Efek Jakarta tidak lagi memadai. Pada tanggal 22 Mei 1995 diterapkanlah suatu sistem otomatis yang dinamakan JATS (Jakarta Automatic Trading System). Sistem yang baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi lebh besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang adil dan transparan dibandingkan dengan sistem perdagangan manual.

Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) kemudian bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007. Penggabungan kedua bursa ini diharapkan dapat menciptakan kondisi perekonomian Indonesia yang lebih baik.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :

1. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda.

(50)

3. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

4. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

5. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II. 6. 1952 : Bursaa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar

Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukaman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof.DR.Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan : Obligasi Pemerintah RI (1950).

7. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

8. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

9. 10 agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

10.1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

(51)

12.1988 – 1990 : Paket deregulasi di bidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas Bursa terlihat meningkat.

13.2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

14.14 Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positip bagi pertumbuhan pasar modal.

15.16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya..

16.13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

17.22 Mei 1995 : Sistem otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

18.10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang – Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang – Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

19.1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

20.2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

21.2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

(52)

Struktur Organisai Bursa Efek Indonesia : 1. Dewan Komisaris BEI

a. I Nyoman Tjager (Komisaris Utama) b. Johnny Darmawan (Komisaris)

c. Chaeruddin Berlian (Komisaris) d. Felix Oentoeng Soebagjo (Komisaris)

e. Mustofa (Komisaris)

2. Dewan Direksi BEI

a. Ito Warsito (Direktur Utama)

b. Eddy Sugito (Direktur Penilaian Perusahaan) c. Wan Wei Yiong (Direktur Perdagangan)

d. Uriep Budhi Prasetyo (Direktur Pengawasan Transaksi) e. Friderica Widyasari Dewi (Direktur Pengembangan)

f. Adikin Basirun (Direktur Teknologi Informasi)

g. Supandi (Direktur Keuangan dan SDM)

3. Kepala Divisi/Kepala Satuan BEI a. Direktorat Utama

1) Irmawati Amran (Sekretaris Perusahaan)

2) Dewi Arum (Divisi Hukum)

3) Widodo (Satuan Pemeriksa Internal)

b. Direktorat Penilaian Perusahaan

(53)

c. Direktorat Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa 1) Andre PJ Tolle (Divisi Perdagangan Saham) 2) Erna Dewayani (Divisi Perdagangan Surat Utang) 3) Andi Sudhana (Divisi Keanggotaan dan Partisipan) d. Direktorat Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan

1) Hamdi Haasyarbaini (Divisi Pengawasan Transaksi) 2) Kristian S Manulang (Divisi Kepatuhan Anggota Bursa) e. Direktorat Pengembangan

1) Kandi Sofia S. Dahlan (Divisi Riset)

2) Hari Purnomo (Divisi Pengembangan Usaha) 3) Isharsaya (Divisi Pemasaran)

4) Edison Hulu (Chief Economist)

f. Direktorat Teknologi Informasi dan Manajemen Resiko

1) Yohanes Liauw (Divisi Operasional Teknologi Informasi) 2) Didit Agung Laksono (Divisi Pengembangan Solusi Bisnis) 3) Mohammad Mukhlis (Divisi Manajemen Resiko)

g. Direktorat Keuangan dan Sumber Daya Manusia 1) Yohanes A. (Divisi Keuangan)

2) Mirna Kurniawati (Divisi Sumber Daya Manusia)

B. Gambaran Umum Perusahaan Barang Konsumsi dan Perusahaan Dasar dan

Kimia

(54)

menghasilkan bahan-bahan dasar yang nantinya akan diolah lagi menjadi barang jadi. Perusahaan Barang Konsumsi terdiri dari beberapa subsektor perusahaan, yaitu :

a. Makanan dan Minuman b. Rokok

c. Farmasi

d. Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga e. Peralatan Rumah Tangga

Perusahaan Dasar dan Kimia terdiri dari beberapa subsektor perusahaan, yaitu : a. Keramik, Perselen, dan Kaca

b. Logam dan Sejenisnya c. Kimia

d. Plastik dan Kemasan e. Pakan Ternak

(55)

Tabel 3.1

Profil Perusahaan Barang Konsumsi

No Kode Perusahaan Tanggal

International Tbk 6 Mar 1985 13 Juni 1994

(56)

17 MYOR Mayora Indah Tbk

Squibb Indonesia 08 Jul 1970 29 Mar 1983

(57)

Tabel 3.2

Profil Perusahaan Dasar dan Kimia

No Kode Perusahaan Tanggal

Berdiri Tanggal Listing Jenis 1 AKKU

Internasional Tbk 27 Nov 1981 14 Agu 1990

(58)
(59)

41 TPIA Tri Polyta

Indonesia Tbk 08 Jul 1981 05 Sep 1990

Kimia 42 TRST Trias Sentosa

Tbk 23 Nov 1979 02 Jul 1990

Plastik dan Kemasan 43 UNIC Unggul Indah

Cahaya Tbk 11 Jan 1901 06 Nov 1989

Kimia 44 YPAS Yanaprima

Hastapersada Tbk

14 Des 1995 05 Mar 2008

Plastik dan Kemasan

(60)

46

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS DESKRIPTIF

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. Hasil estimasi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Deskriptif Profit Margin Industri Barang Konsumsi di BEI tahun 2007-2009 yang dijadikan sampel

Tabel 4.1

Profit Margin Industri Barang Konsumsi di BEI Tahun 2007-2009

Emiten Profit Margin

(61)

Tabel 4.1 menggambarkan profit margin yang dimiliki Industri Barang Konsumsi. Pada tahun 2007 profit margin tertinggi dimiliki oleh PT Pyridam Farma Tbk sebesar 0,64 , dan terendah dimiliki oleh PT Akasha Wira International Tbk sebesar -0,002. Pada tahun 2008 profit margin tertinggi dimiliki oleh PT Pyridam Farma Tbk sebesar 0,65, dan terendah dimiliki oleh PT Akasha Wira International Tbk sebesar -0,29. Sedangkan pada tahun 2009 profit margin tertinggi juga dimiliki oleh PT Pyridam Farma Tbk sebesar 0,63, dan terendah dimiliki oleh PT Aqua Golden Mississippi Tbk sebesar 0,06.

2. Deskriptif Profit Margin Industri Dasar dan Kimia di BEI tahun 2007-2009 yang dijadikan sampel

Tabel 4.2

Profit Margin Industri Dasar dan Kimia di BEI Tahun 2007-2009

Emiten Profit Margin

(62)

Tabel 4.2 menggambarkan profit margin yang dimiliki Industri Dasar dan Kimia. Pada tahun 2007 profit margin tertinggi dimiliki oleh PT Lion Metal Works Tbk sebesar 0,39, dan terendah dimiliki oleh PT Surabaya Agung Industry P.Tbk sebesar -0,006. Pada tahun 2008 profit margin tertinggi dimiliki oleh PT Lion Metal Works Tbk sebesar 0,42, dan terendah dimiliki oleh PT Surabaya Agung Industry P. Tbk sebesar 0,03. Sedangkan pada tahun 2009 profit margin tertinggi juga dimiliki oleh PT Lion Metal Works Tbk sebesar 0,45, dan terendah juga dimiliki oleh PT Surabaya Agung Industry P.Tbk sebesar 0,02.

3. Deskriptif Metode Arus Biaya Persediaan Industri Barang Konsumsi tahun 2007-2009 yang dijadikan sampel

Tabel 4.3

Metode Arus Biaya Persediaan Industri Barang Konsumsi di BEI Tahun 2007-2009

Emiten Metode Arus Biaya Persediaan

2007 2008 2009

ADES FIFO FIFO FIFO

AQUA FIFO FIFO FIFO

CEKA rata-rata rata-rata rata-rata

DLTA rata-rata rata-rata rata-rata HMSP rata-rata rata-rata rata-rata

INAF FIFO FIFO FIFO

INDF FIFO FIFO FIFO

KICI rata-rata rata-rata rata-rata KDSI rata-rata rata-rata rata-rata KLBF rata-rata rata-rata rata-rata LMPI rata-rata rata-rata rata-rata MERK rata-rata rata-rata rata-rata MLBI rata-rata rata-rata rata-rata

MRAT FIFO FIFO FIFO

MYOR rata-rata rata-rata rata-rata PYFA rata-rata rata-rata rata-rata

SCPI FIFO FIFO FIFO

SKLT rata-rata rata-rata rata-rata STTP rata-rata rata-rata rata-rata TCID rata-rata rata-rata rata-rata

ULTJ FIFO FIFO FIFO

(63)

Tabel 4.3 menggambarkan Metode yang digunakan perusahaan-perusahaan Industri Barang Konsumsi untuk menghitung persediaannya. Diketahui bahwa metode yang digunakan adalah metode First in First Out (FIFO) dan metode rata-rata tertimbang. Pemilihan metode ini dapat diketahui dari laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh perusahaan. Dari tabel, dapat diketahui bahwa tidak terjadi perubahan metode selama tiga tahun. Perusahaan barang konsumsi yang menggunakan metode FIFO sebanyak 7 perusahaan, dan sebanyak 15 perusahaan menggunakan metode rata-rata tertimbang.

4. Deskriptif Metode Arus Biaya Persediaan Industri Dasar dan Kimia tahun 2007-2009 yang dijadikan sampel

Tabel 4.4

Metode Arus Biaya Persediaan Industri Dasar dan Kimia di BEI di BEI Tahun 2007-2009

Emiten Metode Arus Biaya Persediaan

2007 2008 2009

AKKU rata-rata rata-rata rata-rata APLI rata-rata rata-rata rata-rata BTON rata-rata rata-rata rata-rata BUDI rata-rata rata-rata rata-rata DYNA rata-rata rata-rata rata-rata

EKAD FIFO FIFO FIFO

FASW rata-rata rata-rata rata-rata IGAR rata-rata rata-rata rata-rata INAI rata-rata rata-rata rata-rata ITMG rata-rata rata-rata rata-rata JKSW rata-rata rata-rata rata-rata LION rata-rata rata-rata rata-rata

LMSH FIFO FIFO FIFO

MAIN FIFO FIFO FIFO

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
Tabel 1.2
Tabel 1.4 Sampel Perusahaan Dasar dan Kimia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Murai (1999) SIG adalah sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi

Rumah Sakit Umum Budi Rahayu adalah rumah sakit umum swasta tipe C, dengan kapasitas 123 tempat tidur dengan 8 poli spesialis dan didalamnya terdapat fasilitas

Prinsip mengenal nasabah adalah prinsip yang diterapkan oleh Penyelenggara untuk mengetahui antara lain identitas Pengirim dan/atau Penerima, memantau kegiatan usaha

Sementara corak kelmuan kajian hadis di Pondok Pesantren Kota Banjarbaru, guru/pengajar yang mengasuh mata pelajaran hadis di pondok pesantren Kota Banjarbaru terbagi

Salah satu algoritma yang termasuk bagian dari Procedural Content Generation adalah algoritma Drunkard Walk, di mana algoritma ini menciptakan ruangan dan konten dari

Mutasi yang terjadi pada ujung 5’ ada kemungkinan terjadi amplifikasi tetapi tidak sempurna (smear). Ketidaksesuaian sekuen ini menyebabkan tidak terjadinya annealing sehingga

Secara khusus penelitian bertujuan: (1) mengetahui pengaruh secara parsial social media marketing terhadap minat beli, (2) mengetahui pengaruh secara parsial e-trust

Hntuk mendapatkan perbandi)ngan putaran sesuai yang diinginkan pada sistem transmisi otomatis de)ngan roda gigi planet dilakukan de)ngan cara mengerem atau meng)kopel