• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Early Childhood Caries dengan Kebersihan Rongga Mulut Anak Usia 36-71 Bulan dan Ibu di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Early Childhood Caries dengan Kebersihan Rongga Mulut Anak Usia 36-71 Bulan dan Ibu di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES DENGAN

KEBERSIHAN RONGGA MULUT ANAK USIA 36-71

BULAN DAN IBU DI DESA UJUNG RAMBUNG

KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

NICKO AGUNG SUTISNA NIM : 040600143

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 15 Februari 2010

Pembimbing : Tanda tangan

Essie Octiara, drg., Sp.KGA ……….... NIP. 197210151999032001

(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 15 Februari 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Yati Roesnawi, drg.

ANGGOTA : 1. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp.KGA

(4)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2010

Nicko Agung Sutisna

Hubungan Early Childhood Caries dengan Kebersihan Rongga Mulut Anak Usia 36-71 Bulan dan Ibu di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

x + 43 halaman

Ibu merupakan pengasuh utama bagi anak-anaknya di dalam keluarga dan memainkan

peranan utama dalam pembentukan tingkah laku kesehatan gigi anak. Hal ini sangat menentukan

kebersihan rongga mulut anak yang merupakan faktor risiko terjadinya ECC.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara kebersihan rongga mulut anak

dengan risiko ECC, hubungan antara kebersihan rongga mulut ibu dengan risiko ECC, serta

hubungan antara faktor risiko kebersihan rongga mulut dengan risiko ECC anak usia 36-71 bulan

di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasi cross sectional. Sampel

penelitian 84 orang anak usia 36-71 bulan beserta ibunya. Pemeriksaan plak anak dengan indeks

Loe dan Silness, pemeriksaan kebersihan rongga mulut ibu dengan OHI-S, dan pemeriksaan

karies menggunakan kriteria WHO, serta faktor risiko didapat dengan kuesioner. Data dianalisis

dengan menggunakan Kruskal Wallis dan Mann Whitney.

Hasil penelitian didapat ada hubungan antara kebersihan rongga mulut anak, karies anak,

dan kebersihan rongga mulut ibu dengan risiko ECC. Anak yang memiliki tingkat kebersihan

(5)

kebersihan rongga mulut buruk maka akan memiliki anak dengan risiko karies yang tinggi. Hal

ini berarti ibu memegang peranan dalam kebersihan rongga mulut anak. Usia dan tingkat

pendidikan ibu merupakan faktor risiko yang menentukan tingkat keparahan karies anak.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Early Childhood Caries Dengan Kebersihan Rongga Mulut Anak Usia 36-71 Bulan dan Ibu di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai”

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Salawat beserta salam penulis sampaikan kepada

junjungan Nabi Muhammad S.A.W atas suri tauladan yang baik.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak bimbingan, pengarahan,

dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih dengan ketulusan hati kepada keluarga yang tersayang ayahanda Ir. H. Hasan

Munadji, ibunda Hj. Sri Mulyani, kakak penulis Almira Devi Puspita, SH dan kedua adik penulis

Dessi Astari Wijayati, SH dan Oggi Bagus Suyatna, serta abang penulis Andy Irawan Siregar,

SE atas segala perhatian, dukungan moril dan materil, motivasi, harapan dan doa, serta cinta dan

kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ibu Essie Octiara, drg.,

Sp.KGA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran

dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik.

Selanjutnya dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang

(7)

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Ibu Taqwa Dalimunthe, drg., Sp.KGA

selaku Ketua Departemen, Ibu Yati Roesnawi, drg., selaku dosen pembimbing akademik dan tim

penguji skripsi, Ibu Hermina M., drg., Ibu Lutfiani, drg., Ibu Zulfi Amalia, drg., selaku dosen di

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak. Kak Tuti dan Kak Ruwi selaku pegawai di

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ibu Prof. Tri Murni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG (K) selaku ketua pelaksaan Desa Binaan

Pepsodent-FKG USU atas waktu dan saran yang diberikan kepada penulis, dan seluruh staf

pengajar dan pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah

membimbing, mendidik, dan membantu penulis selama menuntut ilmu di masa pendidikan.

Selanjutnya terima kasih juga penulis sampaikan kepada Amy Indriasari Nst, Mitra,

Maslah, Ina, Aeiri, Fahreza, Liyana, Nurul, Fitri, Yuki, Hafiz, Rani, Yuni, Roy, Stefen, Kak

Dini, Kak Janah, Shelly, Tiwi, Adi Wika, Pepenk, Rara, Nanda Iswa dan teman-teman stambuk

2004 lainnya atas bantuan, semangat, motivasi, dan kebersamaan di FKG USU.

Penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna

bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 15 Februari 2010

Penulis,

NICKO AGUNG SUTISNA

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat ... 5

1.5 Hipotesis ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Early Childhood Caries (ECC) ... 7

2.2 Penyebab dan Gejala ECC ... 7

2.3 Hubungan Kebersihan Rongga Mulut dengan Kejadian Karies ... 12

2.4 Kerangka Teori ... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 17

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 18

4.2 Populasi dan Sampel ... 18

(9)

4.4 Skema Identifikasi Variabel ... 19

4.5 Defenisi Operasional ... 20

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

4.7 Sarana Penelitian ... 25

4.8 Cara Pengumpulan Data ... 26

4.9 Pengolahan Data dan Analisa Data ... 26

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Indeks plak anak, OHI-S ibu, dan ECC pada anak usia 36-71 Bulan di Desa Ujung Rambung ... 27

5.2 Hubungan usia anak dan jenis kelamin dengan risiko ECC di Desa Ujung Rambung ... 28

5.3 Hubungan plak anak dan OHI-S ibu dengan risiko ECC (∑deft) di Desa Ujung Rambung ... 29

5.4 Sosial ekonomi sebagai faktor risiko karies di Desa Ujung Rambung ... 30

5.4 Gambaran perilaku terhadap kesehatan gigi di Desa Ujung Rambung ... 32

BAB 6 PEMBAHASAN ... 36

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 39

7.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Early Childhood Caries pada Gigi Anterior Rahang Atas ... 7

2 Celah/ Fisur pada Gigi yang bisa Menjadi Lokasi Karies ... 8

3 Streptococcus mutans ... 9

4 Kebiasaan Minum Susu dengan Botol ... 9

5 Diagram Lingkaran Faktor yang Mempengaruhi Karies Gigi ... 10

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Status ECC pada Anak Usia 36-71 Bulan di Desa Ujung Rambung 27

2 Rata-Rata dan Nilai Tengah (Median) Indeks Plak Anak, OHI-S Ibu, dan Risiko ECC (∑deft) pada Anak Usia 36-71 Bulan di Desa Ujung Rambung ... 28

3 Frekuensi Distribusi dan Uji Statistik antara Usia Anak dengan Risiko ECC (∑deft) pada Anak Usia 36-71 Bulan di Desa Ujung

Rambung ... 28

4 Frekuensi Distribusi dan Uji Statistik antara Jenis Kelamin dengan Risiko ECC (∑deft) pada Anak Usia 36-71 Bulan

di Desa Ujung Rambung ... 29

5 Frekuensi Distribusi dan Uji Statistik antara Indeks Plak Anak dengan Risiko ECC (∑deft) pada Anak Usia 36-71 Bulan di Desa

Ujung Rambung ... 30

6 Frekuensi Distribusi dan Uji Statistik antara OHI-S Ibu dengan Risiko ECC (∑deft) pada Anak Usia 36-71 Bulan di Desa Ujung

Rambung ... 30

7 Frekuensi Distribusi dan Uji Statistik Sosial Ekonomi Ibu dari Anak usia 36-71 Bulan dengan Risiko ECC (∑deft) di Desa

Ujung Rambung ... 32

8 Frekuensi Distribusi dan Uji Statistik Perilaku Terhadap Kesehatan Gigi Anak Usia 36-71 bulan dengan Risiko ECC (∑deft) di Desa

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Informasi Kepada Orang Tua/ Wali Subjek Penelitian

2. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian

3. Lembaran Pemeriksaan Keadaan Gigi-Geligi pada Rongga Mulut Subjek

4. Kuesioner Orang Tua Mengenai Hubungan Faktor Predisposisi Terhadap Kejadian Karies

5. Hasil Analisis Statistik

6. Persetujuan Komite Etik Pelaksanaan Penelitian

(13)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2010

Nicko Agung Sutisna

Hubungan Early Childhood Caries dengan Kebersihan Rongga Mulut Anak Usia 36-71 Bulan dan Ibu di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

x + 43 halaman

Ibu merupakan pengasuh utama bagi anak-anaknya di dalam keluarga dan memainkan

peranan utama dalam pembentukan tingkah laku kesehatan gigi anak. Hal ini sangat menentukan

kebersihan rongga mulut anak yang merupakan faktor risiko terjadinya ECC.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara kebersihan rongga mulut anak

dengan risiko ECC, hubungan antara kebersihan rongga mulut ibu dengan risiko ECC, serta

hubungan antara faktor risiko kebersihan rongga mulut dengan risiko ECC anak usia 36-71 bulan

di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasi cross sectional. Sampel

penelitian 84 orang anak usia 36-71 bulan beserta ibunya. Pemeriksaan plak anak dengan indeks

Loe dan Silness, pemeriksaan kebersihan rongga mulut ibu dengan OHI-S, dan pemeriksaan

karies menggunakan kriteria WHO, serta faktor risiko didapat dengan kuesioner. Data dianalisis

dengan menggunakan Kruskal Wallis dan Mann Whitney.

Hasil penelitian didapat ada hubungan antara kebersihan rongga mulut anak, karies anak,

dan kebersihan rongga mulut ibu dengan risiko ECC. Anak yang memiliki tingkat kebersihan

(14)

kebersihan rongga mulut buruk maka akan memiliki anak dengan risiko karies yang tinggi. Hal

ini berarti ibu memegang peranan dalam kebersihan rongga mulut anak. Usia dan tingkat

pendidikan ibu merupakan faktor risiko yang menentukan tingkat keparahan karies anak.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Early Childhood Caries (ECC)merupakan istilah yang menjelaskan suatu pola lesi karies yang unik pada bayi, balita, dan anak prasekolah. Dahulu Early Childhood Caries (ECC) dikenal juga dengan istilah bottle caries, nursing caries, baby bottle tooth decay, dan bottle rot.1,2

Defenisi ECC menurut The American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) adalah

adanya 1 (satu) atau lebih karies (kavitas atau non-kavitas), adanya gigi yang hilang karena

karies atau adanya gigi yang ditambal pada gigi desidui anak usia 0-71 bulan. Berdasarkan

defenisi ini, severe ECC (S-ECC) merupakan pengganti rampan karies, harus ada minimal satu dari kriteria berikut : tanda-tanda karies pada permukaan gigi pada anak usia dibawah 3 tahun;

pada permukaan gigi insisivus satu desidui rahang atas mengalami kerusakan, kehilangan gigi

atau tambalan pada anak-anak usia antara 3 sampai 5 tahun; indeks kerusakan, kehilangan gigi

dan tambalan (DMFT) mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 4 pada umur 3 tahun;

mempunyai nilai lebih besar dari 5 pada usia 4 tahun; dan mempunyai nilai lebih besar dari 6

pada usia 5 tahun.2,3

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu mengenai ECC pada anak usia 15-60 bulan

dilakukan di Cileunyi Bandung oleh Eka Chemiawan terdapat hasil penelitian menunjukkan

bahwa 180 anak (56,78%) dari 317 anak mengalami ECC. Prevalensi ECCberdasarkan frekuensi

penyikatan gigi satu kali sebanyak 31,55% (100 anak), dua kali sebanyak 23,03% (73 anak), dan

(16)

Ibu merupakan pengasuh utama bagi anak-anaknya di dalam keluarga dan memainkan

peranan utama dalam pembentukan tingkah laku kesehatan gigi anak. Hodge dkk menyatakan

bahwa kebiasaan menyikat gigi pada remaja tergantung pada kebiasaan menyikat gigi dari orang

tua mereka dan saudara kandungnya. Chen dan Rossow menemukan bahwa kebiasaan menyikat

gigi pada ibu merupakan faktor terbesar yang dapat menjelaskan kebiasaan menyikat gigi pada

anak-anak. Hubungan ini juga terlihat pada penyakit dan penelitian menunjukkan bahwa

pengalaman karies ibu berhubungan secara signifikan dengan si anak. Pengalaman karies pada

anak menunjukkan sejarah singkat dari pemaparan faktor-faktor risiko, sedangkan pada karies

orang dewasa menunjukkan hal yang sebaliknya. Kondisi gingiva ibu lebih memperlihatkan

pemeliharaan kesehatan giginya pada saat sekarang, serta kemampuan membentuk kebiasaan

kesehatan mulut (khususnya menyikat gigi) dibanding pengalaman karies. Beberapa penelitian

telah memfokuskan pentingnya hubungan tingkah laku kesehatan mulut ibu dengan kondisi gigi

anak mereka.5

Data statistik status karies pada anak usia 36-71 bulan sampai saat ini belum ada di

Sumatera Utara, sehingga penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Ujung Rambung Kecamatan

Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Desa ini dipilih karena rendahnya tingkat

pengetahuan masyarakat mengenai kebersihan rongga mulut, jarak puskesmas yang jauh dari

pemukiman penduduk, dan juga tidak adanya dokter gigi swasta, sehingga FKG USU Medan

melakukan kerjasama dengan Kabupaten Serdang Bedagai dalam usaha peningkatan kesehatan

rongga mulut di Desa Ujung Rambung sebagai Desa binaan FKG USU Medan. Oleh karena itu

diharapkan penelitian ini dapat menjadi sebagian cerminan kesehatan gigi dan mulut di daerah

(17)

Desa Ujung Rambung berada dalam lokasi Perkebunan PTP IV Kebun Adolina yang

berlokasi ± 40 km dari Medan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2002), luas Desa ini

adalah 3,28 km2, dengan jumlah penduduk sebanyak 3.213 jiwa dengan 499 KK, terdiri dari

1.255 pria, 1.017 wanita, 487 anak laki-laki dan 454 anak perempuan. Penduduk Desa ini telah

mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran Gigi

USU pada bulan Februari 2008, namun yang baru mendapat pelayanan kesehatan gigi

(penambalan, pencabutan, dan pembersihan karang gigi) berjumlah 286 orang yang terdiri dari

pasien dewasa, remaja, dan anak-anak. Pasien anak yang paling banyak mendapat pelayanan

kesehatan gigi yaitu sebesar 220 orang yaitu sebanyak 5 orang pada usia 0-4 tahun, sebanyak 126

orang pada usia 5-9 tahun, dan 89 orang pada usia 10-14 tahun. Jumlah anak yang memerlukan

pelayanan kesehatan gigi adalah sebanyak 161 orang, yang mendapat perawatan sebanyak 157

orang dan hanya 4 orang yang tidak mendapat perawatan.6

Pada anak usia 36-71 bulan di Desa Ujung Rambung belum pernah dilakukan penelitian,

oleh karena itu penelitian akan dilakukan pada anak usia 36-71 bulan dan ibunya di Desa Ujung

Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini dihubungkan dengan

data pengabdian sebelumnya pada pasien anak usia 36-71 bulan yang memiliki kebutuhan

perawatan kesehatan gigi. Pada Desa Ujung Rambung jumlah anak usia 3-5 tahun adalah

sebanyak 97 orang. Seperti kita ketahui kebersihan rongga mulut merupakan salah satu faktor

risiko terjadinya karies gigi, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai Early

(18)

1.2 Permasalahan

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

Masalah :

1. Apakah ada hubungan antara kebersihan rongga mulut anak dengan risiko ECC anak

usia 36-71 bulan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten

Serdang Bedagai ?

2. Apakah ada hubungan antara kebersihan rongga mulut ibu dengan risiko ECC anak

usia 36-71 bulan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten

Serdang Bedagai ?

3. Apakah ada hubungan antara faktor risiko kebersihan rongga mulut dengan risiko

ECC anak usia 36-71 bulan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin

Kabupaten Serdang Bedagai ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis hubungan antara kebersihan rongga mulut anak dengan risiko ECC

anak usia 36-71 bulan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin

Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Menganalisis hubungan antara kebersihan rongga mulut ibu dengan risiko ECC anak

usia 36-71 bulan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten

Serdang Bedagai.

3. Menganalisis hubungan antara faktor risiko kebersihan rongga mulut dengan risiko

ECC anak usia 36-71 bulan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin

(19)

1.4 Manfaat

Manfaat untuk masyarakat :

1. Mendapatkan informasi mengenai kebersihan rongga mulut dan risiko ECC anak usia

36-71 bulan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang

Bedagai sehingga dapat memotivasi para orang tua untuk menjaga kesehatan gigi dan

mulut anaknya.

2. Memotivasi masyarakat agar dapat memanfaatkan fasilitas Posyandu dan Puskesmas

untuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan :

1. Sebagai penelitian pendahuluan bagi bidang kedokteran gigi anak, khususnya

pencegahan karies dini.

2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi program pemerintah dalam

bidang kesehatan gigi dan mulut anak untuk meningkatkan kualitas hidup anak pada

masa pra sekolah.

Manfaat kebutuhan klinis :

1. Diketahuinya informasi mengenai risiko ECC anak usia 36-71 bulan di Desa

tersebut, sehingga dokter gigi dapat memberikan kebutuhan klinis yang tepat bagi

anak-anak dalam menunjang kesehatannya secara keseluruhan.

1.5 Hipotesis

1. Ada hubungan antara kebersihan rongga mulut anak dengan risiko ECC anak usia

36-71 bulan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang

(20)

2. Ada hubungan antara kebersihan rongga mulut ibu dengan risiko ECC anak usia

36-71 bulan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang

Bedagai.

3. Ada hubungan antara faktor risiko kebersihan rongga mulut dengan risiko ECC anak

usia 36-71 bulan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Early Childhood Caries (ECC)

Early childhood caries merupakan suatu bentuk karies rampan pada gigi desidui yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

sari buah, susu, dan soda dalam jangka waktu yang panjang, yang disebut juga dengan karies

botol susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang atas.Gigi depan di rahang

bawah jarang ditemukan karies karena dilindungi oleh pergerakan lidah.Lesi karies ini terjadi

pada bayi, balita dan anak-anak prasekolah.1,7-10

Penelitian cross sectional yang dilakukan di Anguilla melaporkan prevalensi ECC dan S-ECC masing-masing 50% dan 17%. Prevalensi ini lebih rendah daripada di Quchan, yaitu 59%

dan 28%.1 Tetapi prevalensi ECC ini lebih tinggi daripada klinik daerah Harris, yaitu 5% sampai

8%.11

Gambar 1. Early Childhood Caries pada gigi anterior rahang atas8

2.2 Penyebab dan Gejala ECC

Menurut Hallett & Rourke (2002), ECC adalah penyakit multifaktorial akibat interaksi

(22)

makanan, dan faktor sosial ekonomi.12 Secara umum proses terjadinya karies pada gigi

dipengaruhi oleh 4 faktor penyebab utama, yaitu : gigi, bakteri, substrat dan waktu. 3,8,12,16-18

Faktor gigi berupa morfologi dan anatomi gigi berpengaruh pada pembentukan karies.

Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Dengan bentuk

lengkung gigi yang tidak teratur dengan adanya gigi yang berjejal maupun yang berlapis

kadang-kadang sulit dibersihkan secara sempurna dan dapat mempercepat proses terjadinya karies.3,16,18

Aliran saliva berperan dalam penyeimbangan lingkungan asam pada mulut. Saliva

mempertahankan pH rongga mulut. Saliva dapat memperlambat proses karies dengan

menghasilkan kalsium dan fosfat untuk proses remineralisasi. Tetapi jika aliran saliva berkurang

maka akan mempercepat proses karies.3,16

Gambar 2. Celah/fisur pada gigi yang bisa menjadi lokasi karies16

Faktor bakteri, rongga mulut merupakan tempat pertumbuhan banyak bakteri. Secara

normal bakteri diperlukan di rongga mulut, tetapi apabila terdapat sisa makanan yang melekat

terus di gigi maka akan bertumpuk menjadi plak. Pada plak akan hidup Streptococcus mutans

(23)

Gambar 3. Streptococcuss mutans16

Faktor substrat, sisa makanan terutama golongan karbohidrat apabila melekat terus pada

gigi dapat diubah oleh bakteri menjadi asam melalui proses glikolisis, bila suasana di sekitar gigi

menjadi asam maka mineral kalsium dan fosfor akan lepas dari gigi sehingga gigi menjadi rapuh

dan akhirnya terbentuk karies.6,16,17

Kebiasaan minum susu dari botol, air susu ibu (ASI) atau cairan lainnya yang termasuk

karbohidrat dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan ECC. ECC dapat

menimbulkan masalah gigi dan mulut anak. Masalah gigi dan mulut anak dapat mempengaruhi

perkembangan anak, karena rasa sakit dari karies menyebabkan anak malas makan, hal ini

mengganggu kesehatan anak sehingga anak rentan terserang penyakit.13

Gardner, Norwood, dan Eisenson melaporkan 4 kasus dimana setiap anak mengalami

karies akibat kebiasaan minum ASI sejak lahir, saat meminum ASI setiap anak akan tertidur.

Oleh karena itu ibu harus membiasakan menyikat gigi anak sejak gigi sudah erupsi.23

(24)

Faktor waktu merupakan faktor pokok yang mempengaruhi perkembangan karies dan

akan memperparah karies apabila pemberian susu dilakukan pada waktu malam hari. Ketiga

faktor di atas saling berinteraksi dalam beberapa waktu yang bersamaan menyebabkan terjadinya

demineralisasi (biasanya terjadi setelah 2 jam) sehingga terbentuk karies. 14,17 Untuk terjadinya

kavitas karies pada permukaan licin gigi yang dapat terlihat secara klinis dibutuhkan waktu

18 bulan ± 6 bulan.25

Gejala yang dapat dilihat pada Early Childhood Caries adalah pada permukaan gigi anterior di rahang atas terlihat berkapur (white spot) yang kemudian berubah menjadi warna

kecoklatan sampai hitam dan dapat meluas sampai ke gigi posterior.1,14 Epidemiologi

menunjukkan bahwa ECC mudah menyerang bayi. ECC pada bayi dan balita berisiko tinggi

mempengaruhi perkembangan gigi anak berupa karies yang berkelanjutan.15

Gambar 5. Diagram lingkaran faktor yang mempengaruhi karies gigi18

(25)

Dalam literatur disebutkan ada 4 tahap perkembangan ECC :

Tahap pertama dikarakteristikkan seperti lesi terlihat pucat, lesi demineralisasi opak pada

permukaan yang halus pada insisivus satu rahang atas ketika anak berusia diantara 10-20 bulan

atau kadang-kadang lebih muda. Suatu garis putih yang khas dapat terlihat pada regio servikal

dari vestibular dan permukaan palatal dari insisivus rahang atas. Pada tahap ini, lesi dapat

bersifat reversibel namun orangtua atau dokter gigi pertama yang memeriksa mulut anak sering

mengabaikannya. Lebih lanjut, gigi dapat didiagnosa setelah dikeringkan.20

Tahap kedua terjadi ketika anak berusia antara 16-24 bulan. Dentin dipengaruhi oleh

email yang rusak akibat dari lesi putih pada insisivus yang terbentuk secara cepat. Dentin yang

terbuka dan kelihatan lunak juga berwarna kuning. Molar desidui rahang atas dengan lesi awal

pada regio servikal, proksimal, dan oklusal. Pada tahap ini, anak mulai mengeluh terhadap

rangsangan dingin.20

Tahap ketiga, terjadi ketika anak berusia 20-36 bulan, yang dikarakteristikkan dengan lesi

yang besar dan dalam pada insisivus rahang atas, serta iritasi pulpa. Anak mengeluh sakit ketika

mengunyah atau menggosok giginya dan sakit spontan pada malam hari. Pada keadaan ini, molar

desidui rahang atas berada pada tahap 2, sementara tahap satu dapat didiagnosa pada molar

desidui rahang bawah dan kaninus rahang atas.20

Tahap keempat, terjadi antara usia 30-48 bulan, ciri-cirinya fraktur mahkota pada rahang

atas anterior akibat kerusakan email dan dentin. Pada tahap ini, insisivus rahang atas biasanya

nekrosis sedangkan molar desidui didiagnosa pada tahap 3. Molar dua, kaninus rahang atas dan

molar satu rahang bawah pada tahap 2. Beberapa anak-anak kecil menderita tapi tidak dapat

(26)

2.3 Hubungan Kebersihan Rongga Mulut dengan Kejadian Karies

Pengalaman karies anak menunjukkan sejarah singkat dari pemaparan faktor-faktor

risiko, sedangkan pada karies orang dewasa menunjukkan hal yang sebaliknya. Kondisi gingiva

ibu lebih memperlihatkan pemeliharaan kesehatan giginya pada saat sekarang, serta kemampuan

membentuk kebiasaan kesehatan mulut (khususnya menyikat gigi) dibanding pengalaman karies.

Beberapa penelitian telah memfokuskan pentingnya hubungan tingkah laku kesehatan mulut ibu

dengan kondisi gigi anak mereka. Lebih lanjut ada beberapa penelitian mengenai hubungan

kondisi gingiva ibu (sebagai ukuran dari tingkah laku kesehatan mulut) dan pengalaman karies

anak.5 Ibu harus membiasakan pada anak mereka untuk mengubah kepribadian yang dibutuhkan

untuk kebersihan dan kesehatan rongga mulut.24

Pendidikan dasar tentang prosedur kesehatan mulut penting dilakukan pada anak sejak

tahun pertama kelahiran (0-12 bulan). Kegiatan membersihkan plak dari rongga mulut harus

dimulai saat gigi pertama erupsi.24

Beberapa dokter gigi merekomendasikan untuk membersihkan dan memijat gusi sebelum

membersihkan plak untuk kesehatan rongga mulut dan gigi. Kegiatan ini sepenuhnya dilakukan

oleh ibu. Bisa menggunakan kapas yang dililitkan pada jari kemudian memijat gusi dengan

lembut dan membersihkan gigi, dilakukan satu kali sehari. Bisa juga dengan menggunakan sikat

gigi anak-anak bila orang tua merasa nyaman dengan sikat gigi. Pada anak usia 1-3 tahun

memiliki tingkah laku suka meniru ibunya dan anak mulai berlatih menyikat gigi tetapi anak

tidak dapat melakukannya sendiri. Selain itu ibu dapat menggunakan dental floss pada gigi anak

di daerah kontak interproksimal yang rapat.24

Pada anak usia 3-6 tahun sudah dapat menyikat gigi sendiri namun masih perlu supervisi

(27)

sebesar kacang polong pada sikat gigi anak. Sebagai tambahan, dental floss sudah dapat

digunakan oleh anak. Jika daerah kontak interproksimal terlalu rapat maka ibu yang harus

melakukannya. Daerah yang paling memerlukan penggunaan dental floss adalah daerah kontak

posterior. Pada usia 6-12 tahun, anak sudah dapat menyikat gigi dengan lebih baik namun masih

dibutuhkan perhatian ibu. Pada periode usia ini, anak sudah dapat menggunakan obat kumur

seperti chlorhexidine atau listerin.24

Kebersihan mulut yang buruk dapat menimbulkan karies pada anak yaitu menyebabkan

terjadinya penumpukan plak pada supragingival dan subgingival. Dimana pada tumpukan plak

terdapat mikroorganisme yang dapat merusak ekologi rongga mulut yang menyebabkan iritasi

dan pembengkakan jaringan gusi.21,22 Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan

mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat

pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.18 Bakteri kariogenik juga dapat ditularkan dari ibu

ke anak secara pasti contohnya mencicipi makanan bayi dengan sendok yang sama atau merasai

suhu dari dot. Disamping itu, buruknya kebersihan rongga mulut ibu dapat dihubungkan dengan

tingginya konsentrasi mikroorganisme dalam mulut anak mereka.6

Berbicara tentang karies tentu hal ini tidak bisa dilepas dari peran plak gigi (dental

plaque) dan mikroorganisme yang dominan terdapat di dalamnya yaitu Streptococcus mutans

yang dianggap sebagai bakteri utama penyebab terjadinya karies. Karena pada prinsipnya karies

terjadi akibat adanya interaksi dari pejamu (permukaan gigi, saliva, pelikel), diet, dan plak gigi.

Dari hasil pertemuan para pakar mikrobiologi ekologi pada konferensi yang diadakan oleh The

National Institute for Dental and Craniofacial Research disepakati bahwa plak merupakan biofilm yang terbentuk di dalam rongga mulut. Hasil kesepakatan ini juga disetujui oleh para

(28)

Menurut AAPD, rongga mulut ibu yang buruk mempunyai risiko tinggi dalam

menjangkiti anak dengan bakteri penyebab lubang dan menambah risiko terjadinya karies dini.

Maka AAPD menganjurkan kepada para ibu agar selalu menjaga kebersihan rongga mulutnya

dan rongga mulut anak dengan cara diet, menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor, dan

menggunakan obat kumur untuk mencegah penumpukan plak yang dapat mempercepat

pembentukan karies.26

Marinela Pasareanu, Dana Rotaru, dan Adriana Balan menyatakan bahwa frekuensi

menyikat gigi pada anak bergantung pada frekuensi menyikat gigi pada ibu. Ibu dengan keadaan

rongga mulut yang buruk mempunyai kemungkinan yang besar tidak memperhatikan kebersihan

rongga mulut anaknya.27

Kebersihan rongga mulut memegang peranan yang penting dalam menciptakan pola

hidup sehat. Jika kebersihan rongga mulut tidak terpelihara maka akan menimbulkan berbagai

penyakit di rongga mulut. Kebersihan rongga mulut dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya

status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, dan ras. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Sogi GM dkk (2002) dan Peres MA dkk (2003), karies gigi dan status kesehatan

rongga mulut anak-anak usia 13-14 tahun sangat berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi

anak-anak tersebut. Namun menurut penelitian Mustahsen dkk (2008), status kesehatan rongga

mulut tidak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi. Pada penelitian Mustahsen dkk, keadaan

sosial ekonomi menengah memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk daripada keadaan

sosial ekonomi rendah atau tinggi.28

Menurut Tirthankar (2002), tingkat pendidikan merupakan faktor terbesar kedua setelah

faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kebersihan rongga mulut. Tingkat pengetahuan

(29)

tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang

kesehatan yang akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.29 Sedangkan pada faktor

usia dan jenis kelamin, anak-anak yang berusia 11-14 tahun dan jenis kelamin perempuan

memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk (WHO). Jika dihubungkan dengan ras, orang

Asia dan Afrika memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk daripada orang Eropa dan

Amerika.30

AAPD menyarankan anak-anak mulai datang ke dokter gigi pada saat gigi pertama

erupsi, selambatnya usia 12 bulan mengunjungi dokter gigi apabila anak membutuhkan

perawatan gigi, seperti masalah kesehatan atau trauma, kunjungan dapat dilakukan lebih awal.

Kunjungan pertama ke dokter gigi dapat membuat anak lebih mengenal perawat gigi dan dokter

gigi sehingga di masa yang akan datang, anak tidak merasa gelisah ketika dilakukan perawatan

gigi.24

(30)

2.4 Kerangka Teori

Kebersihan rongga mulut anak yang buruk Penyebab

Early Childhood Caries

Gigi Plak bakteri Substrat Waktu

Risiko karies

Faktor Risiko :

- Praktek kebersihan

rongga mulut ibu - Status sosial ekonomi - Usia

(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

?

? ?

Faktor Risiko :

- Status sosial ekonomi - Tingkat pendidikan

Faktor Risiko :

- Praktek kebersihan rongga mulut ibu

- Status sosial ekonomi - Usia

- Jenis kelamin

ECC

(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan secara analitik observasi cross sectional.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 36-71 bulan beserta ibunya di

Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

4.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 36-71 bulan beserta ibunya di Desa

Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai yang sesuai dengan

kriteria inklusi.

Tehnik pengambilan sampel : Purposive Sampling.

4.3 Variabel Penelitian

Variabel pendahulu : Kebersihan rongga mulut ibu

Variabel bebas : Kebersihan rongga mulut anak

Variabel terikat : Risiko ECC

Variabel terkendali : Usia anak dan Jenis kelamin

(33)

Kriteria inklusi : 1. Ibu dan anak usia 36-71 bulan di Desa Ujung

Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten

Serdang Bedagai.

2. Anak bebas karies.

3. Adanya 1 (satu) atau lebih karies (kavitas atau

non-kavitas), adanya gigi yang hilang karena karies atau

adanya gigi yang ditambal pada anak.3

4. Anak dalam masa gigi desidui.

5. Anak tidak mempunyai penyakit sistemik kronik.

Kriteria eksklusi : 1. Orang tua tidak mengizinkan anaknya menjadi subjek

penelitian.

2. Anak dan ibu menolak dilakukan penelitian.

3. Anak dengan kelainan mental dan cacat fisik.

4.4 Skema Identifikasi Variabel

Variabel Pendahulu :

Kebersihan Rongga Mulut Ibu

Variabel Bebas :

Kebersihan Rongga Mulut Anak

Variabel Terikat : Risiko ECC Variabel tidak terkendali :

Sosial ekonomi dan Pendidikan

(34)

4.5Defenisi Operasional

a. Usia anak adalah usia sesuai tanggal lahir anak, dalam penelitian ini usia yang

digunakan adalah 36-71 bulan. Dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai

berikut :

- Usia 36 – 47 bulan

- Usia 48 – 59 bulan

- Usia 60 – 71 bulan

b. Early Childhood Caries adalah adanya 1 (satu) atau lebih karies (kavitas atau

non-kavitas), adanya gigi yang hilang karena karies atau adanya gigi yang

ditambal pada gigi desidui anak usia 0-71 bulan (Menurut AAPD).

Indeks untuk gigi desidui :

deft

d = decayed = Gigi desidui yang mengalami karies atau yang belum ditambal.

e = extracted = Gigi desidui yang diindikasikan karena lesi karies yang tidak

dapat ditambal lagi (indicated for extracted), terpaksa harus

dicabut, dan hilang karena karies.

f = filling = Lesi karies yang sudah ditambal.

t = tooth = Gigi desidui.

deft rata-rata adalah jumlah seluruh nilai d, e, f pada tiap anak dibagi dengan jumlah anak

yang diperiksa. (deft/20)

Kategori risiko karies dengan menjumlahkan nilai deft (WHO) :

- Sangat rendah : 0,0 – 1,1

(35)

- Sedang : 2,7 – 4,4

- Tinggi : 4,5 – 6,5

- Sangat tinggi : > 6,5

c. Kebersihan rongga mulut

Pada anak digunakan indeks plak Loe dan Silness.

Pada ibu digunakan Simplified Oral Hygiene Indeks (OHI-S) Green dan Vermillion.

OHI-S = Indeks Debris + Indeks Kalkulus.

Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang

berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada

permukaan gigi yang tidak dibersihkan.18

Kriteria skor indeks plak :

0 = Tidak ada plak pada daerah gingiva.

1 = Suatu lapisan plak menumpuk ke gingival margin dan daerah sekitarnya.

Plak hanya dapat dikenali dengan melewatkan probe sepanjang permukaan

gigi.

2 = Penumpukan yang sedang dari deposit lunak di dalam sulkus/ saku dan

gingival margin dan/ atau permukaan gigi sekitarnya, yang telah dapat

dilihat dengan mata telanjang.

3 = Penumpukan yang banyak dari deposit lunak didalam sulkus/ saku dan/ atau

(36)

Pemeriksaan indeks plak dilakukan pada 6 gigi perwakilan, bagian yang diperiksa

yaitu :

55 51 65

85 71 75

Derajat keparahan indeks plak anak :

0 – 0,9 = Oral Hygiene baik

1 – 1,9 = Oral Hygiene sedang ≥ 2 = Oral Hygiene buruk

OHI-S = Indeks Debris + Indeks Kalkulus

Kriteria skor indeks debris :

0 = Tidak ada debris atau stain.

1 = Debris lunak menutupi tidak lebih dari sepertiga permukaan gigi, atau stain

ekstrinsik tanpa debris tanpa memperhitungkan luas permukaan gigi yang

ditutupinya.

2 = Debris lunak menutupi lebih dari sepertiga tapi tidak lebih duapertiga dari

permukaan gigi yang tersingkap.

3 = Debris lunak menutupi lebih dari duapertiga permukaan gigi yang

(37)

Pemeriksaan indeks debris dilakukan pada 6 gigi perwakilan, bagian yang

diperiksa yaitu :

16 11 26

46 31 36

Kriteria skor indeks kalkulus :

0 = Tidak ada kalkulus.

1 = Kalkulus supragingival menutupi lebih dari sepertiga permukaan gigi yang

tersingkap.

2 = Kalkulus supragingival menutupi lebih dari sepertiga tapi tidak lebih

duapertiga permukaan gigi yang tersingkap, atau adanya flek-flek kalkulus

subgingival di bagian servikal dari gigi, atau kedua-duanya.

3 = Kalkulus supragingival menutupi lebih dari duapertiga permukaan gigi yang

tersingkap, atau adanya cincin kalkulus subgingiva yang mengelilingi

bagian servikal gigi, atau kedua-duanya.

Pemeriksaan indeks kalkulus dilakukan pada 6 gigi perwakilan, bagian yang

diperiksa yaitu :

16 11 26

(38)

Level klinis dari Oral Hygiene yang dapat dikaitkan dengan grup skor OHI-S : 0,0 – 1,2 = Baik

1,3 – 3,0 = Sedang

3,1 – 6,0 = Jelek

d. Faktor risiko kebersihan rongga mulut

1. Sosial ekonomi adalah penghasilan orang tua per bulan yang terdiri dari dua

kelompok yaitu : penghasilan kurang 1 juta sampai dengan 1 juta dan lebih

dari 1 juta.

2. Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan.

3. Pekerjaan ibu terdiri dari ibu tidak bekerja, bekerja sebagai pegawai negeri/

ABRI/ Polisi, bekerja sebagai pegawai swasta, bekerja sebagai pedagang/

pengusaha/ wiraswasta, bekerja sebagai petani, dan bekerja sebagai buruh/

tukang/ pembantu rumah tangga.

4. Usia tumbuh gigi dimulai dari usia dibawah 6 bulan, usia 6 – 9 bulan, dan usia

diatas 9 bulan.

5. Usia anak mulai sikat gigi terdiri dari usia dibawah 6 bulan – dibawah 1,5

tahun, usia 1,5 tahun – 3 tahun, usia diatas 3 tahun, dan sampai sekarang

belum sikat gigi.

6. Pengawasan ibu terhadap penyikatan gigi anak meliputi ibu membantu

mengawasi sikat gigi dan ibu tidak mengawasi sikat gigi, jika ibu membantu

mengawasi sikat gigi maka perlu diketahui usia anak ketika ibu mengawasi

anak sikat gigi antara lain pada usia dibawah 2 tahun, usia 2 – 3 tahun, dan

(39)

7. Frekuensi anak dalam menyikat gigi terdiri dari frekuensi benar meliputi dua

kali sehari, tiga kali sehari, dan lebih dari tiga kali sehari. Frekuensi salah

meliputi tidak setiap hari anak sikat gigi, satu kali sehari, dan tidak pernah

sikat gigi.

8. Waktu anak dalam melakukan sikat gigi terdiri dari waktu benar meliputi

setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. Waktu salah meliputi sebelum

sarapan pagi, saat mandi sore, dan waktu tidak tentu.

9. Anak menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor dan anak yang tidak

menggunakan pasta gigi dalam menyikat gigi.

4.6Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten

Serdang Bedagai.

Waktu penelitian adalah direncanakan selama 6 bulan (September – Februari 2010).

4.7Sarana Penelitian

Alat :

a. Kaca mulut, sonde, pinset

b. Prob periodontal

c. Masker

d. Sarung tangan

(40)

Bahan :

a. Alkohol 96%

b. Kapas dan tisu

c. Antiseptik dan desinfektan

4.8Cara Pengumpulan Data

Meminta izin kepada Kepala Desa, pengumpulan data dilakukan pada anak usia 36-71

bulan dan ibu di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

Seluruh sampel dikumpulkan pada satu tempat, lalu memberikan informed consent, kemudian dilakukan pemeriksaan klinis dengan menggunakan probe periodontal, sonde, kaca mulut, dan

senter sebagai alat penerangan. Cara pemeriksaan yaitu memeriksa keadaan rongga mulut anak

yang menjadi sampel apakah ditemukan berupa karies, kebersihan rongga mulut anak berupa

plak, kebersihan rongga mulut ibu berupa debris dan kalkulus. Dilakukan wawancara untuk

mendapatkan hasil kuesioner mengenai faktor risiko ECC. Anak dengan kelainan mental, cacat

fisik, dan mempunyai penyakit sistemik kronik dapat diketahui dengan cara observasi.

4.9Pengolahan Data dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer.

Analisa data dengan menggunakan Kruskal Wallis dan Mann Whitney karena data tidak

(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Ujung Rambung dari bulan September s/d Februari 2010

selama 6 bulan di setiap dusun Desa Ujung Rambung. Data diperoleh dari data statistik

Puskesmas Desa Ujung Rambung dengan jumlah anak usia 36-71 bulan sebanyak 97 orang.

13 orang tidak menjadi subjek penelitian dengan alasan menolak diperiksa dan tidak diizinkan

orang tua sehingga jumlah anak yang diperiksa menjadi sampel penelitian sebanyak 84 orang.

Kuesioner yang dikembalikan dan diisi dengan lengkap dari anak usia 36-71 bulan sebanyak 84

kuesioner.

5.1 Indeks plak anak, OHI‐S ibu, dan ECC pada anak usia 36‐71 bulan di Desa Ujung Rambung 

Data ECC pada anak usia 36-71 bulan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai

Cermin Kabupaten Serdang Bedagai terdiri atas 14 orang (16,7%) bebas karies dan menderita

ECC sebanyak 70 orang (83,3%) (Tabel 1).

Tabel 1. STATUS ECC PADA ANAK USIA 36-71 BULAN DI DESA UJUNG RAMBUNG (N = 84)

YA TIDAK

N % N %

KEJADIAN ECC 70 83,3 14 16,7

Dari anak usia 36-71 bulan yang dilakukan pemeriksaan terhadap indeks plak anak,

(42)

nilai tengah OHI-S ibu adalah 3,00 (1,00-4,67); nilai rata-rata ∑deft adalah 6,76 (4,89) dan nilai tengah ∑deft adalah 6,50 (0-18,00) (Tabel 2).

Tabel 2.     RATA‐RATA DAN NILAI TENGAH (MEDIAN) INDEKS PLAK ANAK, OHI‐S IBU, DAN RISIKO ECC 

5.2 Hubungan usia anak dan jenis kelamin dengan risiko ECC di Desa Ujung

Rambung

Untuk melihat ada hubungan usia anak dengan risiko ECC digunakan uji statistik dengan

hubungan signifikan p < 0,05. Dari hasil uji statistik ditemukan bahwa ada hubungan yang

signifikan (p < 0,05) antara usia anak dengan ∑deft (p = 0,012) (Tabel 3).

Tabel 3. FREKUENSI DISTRIBUSI DAN UJI STATISTIK ANTARA USIA ANAK

DENGAN RISIKO ECC (∑deft) PADA ANAK USIA 36-71 BULAN DI DESA

UJUNG RAMBUNG (N = 84)

(43)

- Kelompok antara anak usia 36-47 bulan dan anak usia 48-59 bulan diperoleh nilai

p = 0,011

- Kelompok antara anak usia 36-71 bulan dan anak usia 60-71 bulan diperoleh nilai

p = 0,017

- Kelompok antara anak usia 48-59 bulan dan anak usia 60-71 bulan diperoleh nilai

p = 0,369

Untuk melihat ada hubungan jenis kelamin dengan indeks risiko ECC digunakan uji

statistik dengan hubungan signifikan p < 0,05. Dari hasil uji statistik ditemukan bahwa tidak ada

hubungan signifikan jenis kelamin dengan ∑deft (p = 0,328) (Tabel 4).

Tabel 4. FREKUENSI DISTRIBUSI DAN UJI STATISTIK ANTARA JENIS KELAMIN

DENGAN RISIKO ECC (∑deft) PADA ANAK USIA 36-71 BULAN DI DESA

UJUNG RAMBUNG (N = 84)

5.3 Hubungan plak anak dan OHI-S ibu dengan risiko ECC (∑deft) di Desa Ujung

Rambung

Untuk melihat hubungan plak anak dengan ∑deft digunakan uji statistik dengan hubungan signifikan p < 0,05. Dari hasil uji statistik ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan (p = 0,040). Diperoleh anak dengan indeks plak baik memiliki nilai rata-rata

(44)

rata-rata 7,16 (4,78) dan nilai tengah 7,50 (0-18,00); dan anak dengan indeks plak buruk

memiliki nilai rata-rata 9,25 (3,57) dan nilai tengah 8,50 (4,00-15,00) (Tabel 5).

Tabel 5. FREKUENSI DISTRIBUSI DAN UJI STATISTIKANTARA INDEKS PLAK ANAK

DENGAN RISIKO ECC (∑deft) PADA ANAK USIA 36-71 BULAN DI DESA

UJUNG RAMBUNG (N = 84)

Berdasarkan Post Hoc Test diperoleh hasil antara indeks plak anak dengan risiko ECC (∑deft) sebagai berikut :

- Kelompok antara indeks plak anak baik dan indeks plak anak sedang diperoleh nilai

p = 0,050

- Kelompok antara indeks plak anak baik dan indeks plak anak buruk diperoleh nilai

p = 0,028

- Kelompok antara indeks plak anak sedang dan indeks plak anak buruk diperoleh nilai

p = 0,187

Untuk melihat hubungan OHI-S ibu dengan ∑deft digunakan uji statistik dengan hubungan signifikan p < 0,05. Dari hasil uji statistik ditemukan bahwa ada hubungan yang

(45)

Tabel 6. FREKUENSI DISTRIBUSI DAN UJI STATISTIKANTARA OHI-SIBU DENGAN RISIKO ECC PADA ANAK USIA 36-71 BULAN DI DESA UJUNG RAMBUNG (N = 84)

5.4Sosial ekonomi sebagai faktor risiko karies di Desa Ujung Rambung

Pada tingkat pendidikan diperoleh, ibu yang tidak tamat dan tamat SD sebanyak 36 orang

(42,8 %), tamat SLTP sebanyak 25 orang (29,8%), dan tamat SLTA dan Akademik/ Perguruan

Tinggi sebanyak 23 orang (27,4 %). Untuk melihat hubungan tingkat pendidikan dengan risiko

ECC digunakan uji statistik dengan hubungan signifikan p < 0,05. Dapat dilihat dari hasil uji

statistik bahwa antara tingkat pendidikan ibu dengan risiko ECC (∑deft) terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,011) (Tabel 7).

Berdasarkan Post Hoc Test diperoleh hasil antara pendidikan ibu dengan risiko ECC (∑deft) sebagai berikut :

- Kelompok antara tamat SD dan tamat SLTP diperoleh nilai p = 0,317

- Kelompok antara tamat SD dan tamat SLTA diperoleh nilai p = 0,014

- Kelompok antara tamat SLTP dan tamat SLTA diperoleh nilai p = 0,008

Pada pekerjaan ibu diperoleh yang terbanyak jumlahnya adalah yang tidak bekerja

sebanyak 52 orang (61,9%). Dapat dilihat dari hasil uji statistik bahwa antara tingkat pekerjaan

(46)

Berdasarkan penghasilan orang tua, yang terbanyak adalah dibawah 1 juta – 1 juta

(≤ 1 juta) yaitu sebanyak 47 orang (56%) dan yang berpenghasilan diatas 1 juta (> 1 juta) sebanyak 37 orang (44%). Dapat dilihat dari hasil uji statistik bahwa antara tingkat penghasilan

ibu dengan ∑deft tidak terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,603) (Tabel 7).

Tabel 7. FREKUENSI DISTRIBUSI DAN UJI STATISTIK SOSIAL EKONOMI IBU DARI

ANAK USIA 36-71 BULAN DENGAN RISIKO ECC (∑deft) DI DESA UJUNG

RAMBUNG (N = 84)

Kriteria N % ∑deft p

Mean (SD) Median Min. Max.

1. Pendidikan ibu

Tidak tamat dan tamat SD Tamat SLTP

Tamat SLTA dan Akademik/ Perguruan tinggi Pegawai swasta/ PNS/ ABRI/ Polisi

5.5 Gambaran perilaku terhadap kesehatan gigi di Desa Ujung Rambung

Gambaran perilaku terhadap kesehatan gigi diketahui dari jawaban terhadap

pertanyaan-pertanyaan yang meliputi usia mulai tumbuh gigi, usia mulai sikat gigi, pengawasan ibu dalam

menyikat gigi, usia anak yang dibantu/ diawasi dalam menyikat gigi, frekuensi menyikat gigi,

waktu dalam menyikat gigi, dan penggunaan pasta gigi berfluor. Dari hasil uji statistik

(47)

Tabel 8. FREKUENSI DISTRIBUSI DAN UJI STATISTIK PERILAKU TERHADAP KESEHATAN GIGI ANAK USIA 36-71 BULAN DENGAN RISIKO ECC DI DESA UJUNG RAMBUNG (N = 84)

Kriteria N % ∑deft p

Mean (SD) Median Min. Max.

1. Usia anak mulai tumbuh gigi Usia 6-9 bulan

2. Usia mulai sikat gigi Usia 1,5 – 3 tahun Di atas usia 3 tahun

Usia < 6 bulan – usia < 1,5 tahun

Sampai sekarang belum sikat gigi

3. Ibu membantu/ mengawasi anak

dalam menyikat gigi

4. Usia anak yang dibantu/ diawasi dalam menyikat gigi

5. Frekuensi dalam sehari anak

menyikat gigi

Frekuensi benar (dua kali sehari dan tiga kali sehari)

Frekuensi salah (satu kali sehari, tidak setiap hari sikat gigi, dan tidak pernah sikat gigi)

49

6. Waktu dilakukan penyikatan gigi Waktu salah (sebelum sarapan pagi, saat mandi sore, dan tidak tentu)

Waktu benar (setelah sarapan pagi dan atau malam hari sebelum tidur)

(48)

BAB 6

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data ECC pada anak usia 36-71 bulan di Desa

Ujung Rambung sebanyak 84 orang anak, yang menderita ECC yaitu sebanyak 83,3% dan yang

bebas karies sebanyak 16,7% (Tabel 1). Data ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di DKI

Jakarta (2001) pada anak usia 3-5 tahun sebesar 81,2%.34 Tetapi penelitian ini lebih tinggi

dibandingkan dengan di Cileunyi Bandung oleh Eka Chemiawan pada anak usia 15-60 bulan

yaitu sebesar 56,78%, penelitian yang dilakukan di Quchan pada anak usia 6-60 bulan yaitu

sebesar 59%, dan penelitian yang dilakukan di klinik daerah Harris pada anak usia 16-72 bulan

yaitu sebesar 5% sampai 8% anak mengalami ECC.1,4,11 Persentase ECC di Desa Ujung

Rambung lebih tinggi dibandingkan dengan persentase ECC di Cileunyi Bandung, di Quchan,

dan di klinik daerah Harris karena peneliti menghitung white spot sebagai karies.

Diperoleh nilai rata-rata ∑deft dari hasil penelitian pada anak usia 36-71 tahun di Desa Ujung Rambung adalah 6,76 (4,89) (Tabel 2). Risiko karies pada anak usia 36-71 bulan di Desa

Ujung Rambung berdasarkan kategori WHO merupakan kategori risiko ECC sangat tinggi. Hal

ini sedikit berbeda dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di DKI Jakarta dengan

keparahan karies pada anak usia 3-5 tahun memiliki rata-rata 6,03.34

Dari hasil uji statistik ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara

usia anak dengan risiko ECC (p = 0,012). Berdasarkan Post Hoc Test diperoleh hasil bahwa ada perbedaan ∑deft berdasarkan usia didapat pada kelompok anak usia 36-47 bulan 4,50 (3,98) dan anak usia 48-59 bulan 7,50 (4,83) serta kelompok antara anak usia 36-47 bulan 4,50 (3,98) dan

(49)

usia maka risiko karies semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian epidemiologis yang

menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya usia.33 Tetapi

hal ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angela A yang menyatakan bahwa

tidak ada hubungan antara usia dengan kejadian karies pada anak usia 4-5 tahun.35

Untuk melihat ada hubungan jenis kelamin dengan risiko ECC diperoleh hasil tidak ada

hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat keparahan ∑deft (p = 0,328) (Tabel 4). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Angela A yang menyatakan bahwa tidak

ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian karies pada anak usia 4-5 tahun.35 Tetapi

berbeda dengan pernyataan WHO yang menyatakan bahwa jenis kelamin perempuan memiliki

kesehatan rongga mulut (DMF) yang lebih buruk.30,33

Dari hasil uji statistik antara indeks plak gigi anak dengan ∑deft ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan (p = 0,040). Diperoleh anak dengan indeks plak baik memiliki nilai

tengah 4,50 (0-15,00); anak dengan indeks plak sedang memiliki nilai tengah 7,50 (0-18,00); dan

anak dengan indeks plak buruk memiliki nilai tengah 8,50 (4,00-15,00). Berdasarkan Post Hoc

Test diperoleh hasil bahwa ada perbedaan antara indeks plak gigi anak dengan ∑deft didapat pada kelompok indeks plak anak baik dan indeks plak anak sedang (p = 0,050) dan indeks plak

anak baik dan indeks plak anak buruk (p = 0,028) (Tabel 5). Melihat hasil tersebut berarti

semakin tinggi indeks plak anak maka risiko karies semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Angela A yang menyatakan bahwa ada hubungan antara plak

indeks dengan kejadian karies pada anak usia 4-5 tahun.35 Berbicara tentang karies tentu hal ini

(50)

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa OHI-S ibu mempunyai hubungan yang signifikan

(p < 0,05) dengan risiko ECC (p = 0,034) (Tabel 6). Hal ini sesuai dengan penelitian Chen dan

Rossow yang menunjukkan bahwa pengalaman karies ibu berhubungan secara signifikan dengan

si anak.5 Hal ini juga sesuai menurut AAPD, rongga mulut ibu yang buruk mempunyai risiko

tinggi dalam menjangkiti anak dengan bakteri penyebab lubang dan menambah risiko terjadinya

karies dini. Maka AAPD menganjurkan kepada para ibu agar selalu menjaga kebersihan rongga

mulutnya dan rongga mulut anak dengan cara diet, menggunakan pasta gigi yang mengandung

fluor, dan menggunakan obat kumur untuk mencegah penumpukan plak yang dapat

mempercepat pembentukan karies.26 Hal ini juga sesuai menurut Marinela Pasareanu, Dana

Rotaru, dan Adriana Balan menyatakan bahwa ibu dengan keadaan rongga mulut yang buruk

mempunyai kemungkinan yang besar tidak memperhatikan kebersihan rongga mulut anaknya.27

Buruknya kebersihan rongga mulut ibu dapat dihubungkan dengan tingginya konsentrasi

mikroorganisme dalam mulut anak mereka.6

Dari hasil uji statistik ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara

tingkat pendidikan ibu dengan risiko ECC (p = 0,011). Berdasarkan Post Hoc Test diperoleh hasil antara pendidikan ibu dengan risiko ECC (∑deft) diperoleh kelompok antara tamat SD dan tamat SLTA (p = 0,014) dan kelompok antara tamat SLTP dan tamat SLTA (p = 0,008)

(Tabel 7). Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka risiko karies semakin

rendah. Menurut Tirthankar (2002), tingkat pendidikan merupakan faktor terbesar kedua setelah

faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kebersihan rongga mulut. Tingkat pengetahuan sangat

berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku hidup sehat. Seseorang dengan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan

(51)

penelitian yang dilakukan oleh Angela A yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara

pendidikan ibu dengan kejadian karies pada anak usia 4-5 tahun.35

Pada pekerjaan ibu diperoleh data yang terbanyak jumlahnya adalah yang tidak bekerja

yaitu sebesar 61,9% dan hanya 2,4% yang bekerja sebagai pegawai swasta/ PNS/ ABRI/ Polisi,

karena ibu yang bekerja sebagai pegawai swasta berjumlah satu orang dan yang bekerja sebagai

PNS/ ABRI/ Polisi berjumlah satu orang maka dijadikan menjadi satu kelompok, dari hasil uji

statistik antara pekerjaan ibu dengan ∑deft tidak ditemukan hubungan signifikan (p = 0,174). Dan untuk gambaran sosial ekonomi seperti jumlah pendapatan keluarga bukan merupakan

faktor risiko karies (Tabel 7). Ini sesuai menurut Mustahsen dkk (2008) menyatakan bahwa

status kesehatan rongga mulut tidak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi, dimana pada

penelitian Mustahsen dkk, keadaan sosial ekonomi menengah memiliki kesehatan rongga mulut

yang lebih buruk daripada keadaan sosial ekonomi rendah atau tinggi.28 Tetapi ini tidak sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Angela A yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

tingkat sosial ekonomi dengan kejadian karies pada anak usia 4-5 tahun.35

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran perilaku terhadap kesehatan gigi

mengenai usia mulai sikat gigi tidak ada hubungan signifikan dengan risiko ECC (p = 0,281)

(Tabel 8). Walaupun perbedaan tidak signifikan namun anak yang sikat gigi dimulai dari usia

1,5 – 3 tahun memiliki rata-rata yang lebih rendah yaitu 5,92 (4,23); dibandingkan anak yang

mulai sikat gigi pada usia dibawah 6 bulan – usia dibawah 1,5 tahun yaitu 7,28 (6,68). Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Angela A yang menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara perilaku kesehatan dengan kejadian karies pada anak usia 4-5 tahun.35

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran perilaku terhadap kesehatan gigi

(52)

58,3% dan frekuensi yang salah dalam penyikatan gigi (satu kali sehari, tidak setiap hari sikat

gigi, dan tidak pernah sikat gigi) sebesar 41,7% dan dari hasil uji statistik menunjukkan tidak ada

hubungan yang signifikan antara frekuensi menyikat gigi dengan risiko ECC (p = 0,345) (Tabel

8). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anitasari S di Samarinda (2004) dimana

tidak terdapat hubungan frekuensi sikat gigi dengan kebersihan gigi dan mulut.36 Ini dapat terjadi

akibat terdapat faktor lain yang berperan dalam menentukan kebersihan rongga mulut seperti

waktu salah dalam penyikatan gigi serta metode yang digunakan dalam menyikat gigi. Hal ini

juga dapat dikarenakan tingkat pendidikan masyarakat yang rendah (tamat SD sebesar 42,8%)

merupakan tingkat pendidikan yang paling banyak sedangkan kita ketahui bahwa tingkat

pendidikan dapat mempengaruhi perilaku hidup sehat.

Sebesar 69% dari subjek penelitian menyikat gigi pada waktu yang salah yaitu sebelum

sarapan pagi, mandi sore, dan tidak tentu. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan

yang signifikan antara waktu sikat gigi dengan risiko ECC (p = 0,641) (Tabel 8). Faktor waktu

merupakan faktor pokok yang mempengaruhi perkembangan karies dan akan memperparah

karies apabila pemberian susu dilakukan pada waktu malam hari, oleh karena anak tidak

(53)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan :

1. Anak yang memiliki tingkat kebersihan rongga mulut yang buruk akan menunjukkan risiko

ECC yang tinggi.

2. Ibu dengan tingkat kebersihan rongga mulut buruk maka akan memiliki anak dengan risiko

karies yang tinggi. Hal ini berarti ibu memegang peranan dalam kebersihan rongga mulut

anak.

3. Usia dan tingkat pendidikan ibu merupakan faktor risiko yang menentukan risiko karies

anak.

7.2 Saran

Diharapkan dokter gigi agar lebih memperhatikan upaya pencegahan dan melakukan

perawatan sedini mungkin terhadap karies yang terjadi pada gigi geligi anak, khususnya balita

mengingat tingkat keparahan karies yang tinggi.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menentukan faktor risiko karies pada anak dan

menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya yang lebih terarah dan mendalam, karena penelitian

(54)

DAFTAR PUSTAKA

1. Mazhari F, Talebi M, Zoghi M. Prevalence of early childhood caries and its risk factors in

6-60 months old children in Quchan. Dent Res J 2007; 4(2): 96-101.

2. Berkowitz R. Causes, treatment, and prevention of early childhood caries

: A microbiologic perspective. JCDA 2003; 69(5). http://www.cda-adc.ca/jcda/vol-69/

issue-5/304.htm (Januari 2009)

3. Ribeiro NME, Ribeiro MAS. Breastfeeding and early childhood caries : a critical review.

J d Pediat 2004; 80(5): 199-210.

4. Chemiawan E, Riyanti E, Tjahyaningrum SN. Prevalensi nursing mouth caries pada anak

usia 15-60 bulan berdasarkan frekuensi penyakit gigi di posyandu desa Cileunyi Wetan

Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. 2004. http://www.resources.unpad.ac.id/

unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Prevalensi%20Nursing%20Mouth%20Caries%20Pada

%20Anak%20Usia2015.pdf (Januari 2009)

5. Sasahara H, Kawamura M, Kawabata K, Iwamoto Y. Relationship between mothers’

gingival condition and caries experience of their 3-year-old children. IAPD 1998; 8: 261-7.

6. Abidin T. Penyuluhan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat desa

Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Pengabdian

2008, FKG USU. (Unpublish)

7. Encyclopedia of Nursing & Allied Health. Dental caries. 2008. http://www.eNotes.com

(Januari 2009)

8. Kennel DAJ. Baby bottle tooth decay/early childhood caries. Pediatric Dental Group. 1996.

http://www.MyPediatricDentist.com (Januari 2009)

(55)

10. Koroluk LD, Hoover JN, Komiyama K. Factors related to plaque distribution in a group

of Canadian preschool children. IAPD 1994; 4: 167-172.

11. Quartey JB, Williamson DD. Prevalence of early childhood caries at harris county clinics.

J Dent Child 1999; 87: 127-131.

12. Yost J, Li Y. Promoting Oral Health From Birth Throught Childhood : Prevention of

Early Childhood Caries. 2008. http://www.Nursingcentre.com (April 2009)

13. PDGI Online. Pentingnya kesehatan gigi dan mulut anak. http://www.PDGI.com

(Januari 2009)

14. Riyanti E. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini. 2005.

http://www.resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Pengenalan

%20dan%20Perawatan%20Kesehatan%20Gigi%20Anak%20Sejak%20Dini.pdf

(Januari 2009)

15. Denbesten P, Berkowitz R. Early childhood caries : An overview with reference to our

experience in California. JCDA 2003. http:www.cdafoundation.org/library/docs/jour0203

February_E_2003_CDA_127CCF.pdf (Januari 2009)

16. Wikipedia. Karies gigi. 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/Karies_gigi.htm (Januari 2009)

17. Cameron AC, Widmer RP. Handbook of pediatric dentistry. 2nd ed. New York : Mosby,

2003: 44-5.

18. Panjaitan Monang. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Ed 1. Medan : USU

PRESS, 1997: 3-6.

19. Rumahku Sorgaku. Perilaku ibu tentukan kesehatan gigi anak. 2008.

(56)

20. Msefer S. Importance of early diagnosis of early childhood caries. Scientific. JODQ

2006. http://www.ordredesdentistesduquebec.qc.ca (Januari 2009)

21. Baker JS. Gingivitis. New York. 2008. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/

001056.htm (Januari 2009)

22. Hamzah SD. Terapi periodontal. Medan : USU PRESS, 2006: 15.

23. McDonald RE, Avery DR, Stookey GK. Dental caries in the child and adolescent. In :

McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent. 8th ed. St.Louis : Mosby, 2004: 210.

24. Dean JA, Hughes CV. Mechanical and chemotherapeutic home oral hygiene. In :

McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent. 8th ed. St.Louis : Mosby, 2004: 252-4.

25. Laporan KKN : Upaya pemberantasan karies gigi sebagai bentuk dukungan terhadap

program kesehatan masyarakat desa. 2004. http://www.scribd.com/doc/12911819/

laporan-kkn-upaya-pemberantasan-karies-gigi-sebagai-bentuk-dukungan-terhadap-program-kesehatan-masyarakat-desa.htm (Juli 2009)

26. Bumbaris M. American academy of pediatric dentistry releases new perinatal and infant

oral health didelines. Chicago. 2009. http://www.aapd.org (Juli 2009)

27. Pasareanu M, Rotaru D, Balan A. The mothers’ role in effecting and supervising the early

childhood oro-dental hygiene. J Prev Med 2008; 16(1-2): 116-124.

28. Mustahsen dkk. The relationship caries with oral hygiene status and extra oral risk factor.

(57)

29. Pintauli S, Muler T. Hubungan tingkat pendidikan dan skor DMF-T pada ibu-ibu rumah

tangga berusia 20-45 tahun di Kecamatan Medan Tuntungan. Dentika Dental J 2004;

9(2): 78-83.

30. Ismail AI, Hasson H, Sohn W. Dental caries in the second millennium. J Dent Educ 2001;

65: 953-9.

31. Rumahku Sorgaku. Tips melatih anak menyikat gigi. 2008. http://www.rumahkusorgaku.

wordpress.com (Oktober 2009)

32. Chismirina S, Tjahajani A, Brotosoetarno S. Pembentukan mikrobial biofilm dalam

rongga mulut. IJD 2006; 13(1): 55-60.

33. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan dan pemeliharaan.

Medan: USU PRESS, 2008: 8.

34. Setiawati F, Djoharnas H, Darwita RR. Relationship between breastfeeding and early

childhood caries (ECC) severity of children under three years old in DKI Jakarta.

Makara, Kesehatan 2008; 12(2): 87-92.

35. Angela A. Peran berbagai faktor risiko karies terhadap kejadian karies pada anak usia 4-5

tahun. Tesis. Jakarta : Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak FKUI, 2008 : 36-45.

36. Anitasari S, Rahayu NS. Hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat kebersihan

gigi dan mulut siswa sekolah dasar negeri di Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda

Provinsi Kalimantan Timur. Majalah Kedokteran Gigi 2005; 38(2): 88-90.

37. Axelsson. Risk prediction and preventive dentistry. Chicago : Quitessence books,

(58)

Lampiran 1

INFORMASI KEPADA ORANG TUA/ WALI SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth,

Bapak/ Ibu/ Sdr...

Orang Tua/ Wali Ananda...

Alamat...

Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu/ Sdr dapat mengizinkan ananda... ...untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul :

Hubungan Early Childhood Caries Dengan Kebersihan Rongga Mulut Anak Usia 36-71 Bulan dan Ibu di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

Early Childhood Caries (ECC) merupakan suatu bentuk lubang pada gigi anak yang cepat berkembang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti sari buah, susu, dan soda dalam jangka waktu yang panjang dan gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang atas.

Kebersihan rongga mulut merupakan faktor risiko penyebab terjadinya lubang gigi. Kebersihan rongga mulut anak tergantung dari praktek kebersihan rongga mulut ibu.

Dengan tujuan,

Mendata hubungan Early Childhood Caries (ECC) dengan kebersihan rongga mulut anak usia 36-71 bulan, kebersihan rongga mulut ibu, dan faktor risiko penyebab terjadinya lubang gigi.

Dalam penelitian tersebut anak dan ibu akan dilakukan :

1. Pemeriksaan rongga mulut mengenai adanya gigi berlubang dan kebersihan mulut.

(59)

Adapun ketidak nyamanan yang dialami dalam prosedur penelitian yaitu :

Anak dan ibu membuka mulut sedikit lebih lama untuk memeriksa keadaan tiap gigi dan keadaan

rongga mulut.

Namun keuntungan menjadi subjek penelitian adalah :

Mendapat data kondisi rongga mulut anak dan ibu secara spesifik serta saran upaya pencegahan.

Pemeriksaan yang dilakukan tidak dikenakan biaya apapun.

Diharapkan hasil penelitian ini secara keseluruhan dapat membantu solusi pencegahan gigi

berlubang pada anak-anak Indonesia dimasa yang akan datang.

Jika Bapak/ Ibu/ Sdr bersedia, Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Peneliti harap

ditandatangani dan dikirim kembali kepada peneliti.

Perlu Bapak/ Ibu/ Sdr ketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat Bapak/ Ibu/ Sdr

untuk dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian berlangsung.

Mudah-mudahan keterangan saya di atas dapat dimengerti dan atas kesediaan ibu dan ananda

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan,...

Peneliti,

Gambar

Gambar 3. Streptococcuss mutans16
Gambar 5. Diagram lingkaran faktor yang mempengaruhi karies gigi18
Tabel 1.   STATUS ECC PADA ANAK USIA 36-71 BULAN DI DESA UJUNG RAMBUNG
Tabel 3.  FREKUENSI DISTRIBUSI DAN UJI STATISTIK ANTARA USIA ANAK DENGAN RISIKO ECC (∑deft) PADA ANAK USIA 36-71 BULAN DI DESA UJUNG RAMBUNG (N = 84)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangbiakan perkici pelangi secara ex-situ dapat dilakukan di dalam laboratorium penangkaran melalui cara mengawinkan satu jantan dengan satu betina, ataupun

(DEFISIT) BELANJA

Standar pelayanan minimum, baik yang ditetapkan oleh menteri, pimpinan lembaga non kementerian atau lembaga negara maupun yang diusulkan sendiri oleh instansi pemerintah

Maka dari itu, guru dalam melakukan pembelajaran matematika harus mampu sekreatif mungkin untuk menampilkan situasi yang menyenangkan serta menggunakan alat peraga

Kuesioner yang dilakukan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert untuk menanyakan tanggapan konsumen mengenai.. pengaruh hubungan interpersonal dan

Penelitian yang berjudul pengaruh profitabilitas terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan dengan opini audit dan reputasi kantor akuntan publik sebagai

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi saya dengan judul : “KEKUATAN HUKUM TANAH BEKAS MILIK ADAT ATAU YASAN DITINJ AU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24

Kata Kunci: Bagaimana implementasi kewenangan tembak di tempat oleh Kepolisian Republik Indonesia, serta untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban pelaksanaan kewenangan