• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesehatan Keuangan Dan Kinerja Sosial Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kesehatan Keuangan Dan Kinerja Sosial Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN DAN KINERJA SOSIAL BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

OLEH

VITA CITRA YESSICA HUTAHAEAN 080502077

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN DAN KINERJA SOSIAL BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kesehatan keuangan, kinerja sosial, serta hubungan antara kesehatan keuangan dan kinerja sosial bank umum syariah di Indonesia. Penilaian kesehatan keuangan dinilai menggunakan aspek kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas. Sedangkan penilaian terhadap kinerja sosial dinilai menggunakan aspek kontribusi pembangunan ekonomi (KPE), kontribusi kepada masyarakat (KKM), serta kontribusi untuk stakeholder (KUS), peningkatan kapasitas sumber daya insani dan riset (PKSR).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis data deskriptif kuantitatif. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 11 bank umum syariah nasional di Indonesia dan kemudian diambil sampel secara purposive sampling sebanyak 3 bank, yaitu PT. Bank Mega Syariah, Tbk, PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk, dan PT. Bank Muamalat, Tbk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa oleh PT. Bank Mega Syariah, Tbk memiliki tingkat kesehatan keuangan dan kinerja sosial terbaik tahun 2008-2010 diikuti dengan PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk dan PT. Bank Muamalat, Tbk. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kesehatan keuangan berhubungan secara positif dengan kinerja sosial.

(3)

ABSTRACT

The Analysis Of Financial Soundness And Social Performance Of Islamic Banks In Indonesia

The purpose of this research to determine and analyze the financial soundness, social performance, as well as the correlation between financial soundness and social performance of islamic banks in Indonesia. Assessment of financial soundness was assessed using the aspects of quality asset, earnings, and liquidity. While the assessment of social performance was assessed using the aspects of development contributions, contributions to society, contributions to stakeholders, capacity building of human resources and research.

This research uses a quantitative approch to data analysis quantitatif methods. The population in this research were 11 national Islamic banks in Indonesia, and then the sample was taken by purposive sampling as many as 3 banks, they are PT. Bank Mega Syariah, Inc, PT. Bank Mandiri Syariah, Inc and PT. Bank Muamalat, Inc.

The results shows that PT. Bank Mega Syariah, Inc has the financial soundness and social performance of the year 2008-2010. Then PT. Bank Mandiri Syariah, Inc and PT. Bank Muamalat, Inc. This research also show that financial soundness positively correlated to social performance.

(4)

KATA PENGANTAR

Tuhan Yesus baik sungguh amat baik sampai selama-lamanya, amin. Puji dan syukur peneliti sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasih karunia, berkat, serta anugerah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kesehatan Keuangan Dan Kinerja Sosial Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia”.

Skripsi ini merupakan persembahan terindah untuk kedua orang tua saya yang terkasih Bapak F.Hutahaean dan Mama K.Br Sinambela yang selalu memberikan yang terbaik buat saya, membawa serta saya dalam tiap doa, serta tidak henti-hentinya memberikan motivasi, dan materi dalam penyelesaian skripsi ini. Moms and Dad,You’re my everything,

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE., ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan nasihat kepada peneliti selama penyelesaian skripsi.

(5)

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Ekonomi khusunya Departemen S1 Manajemen Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh keluarga besar F.Hutahaean/K.Br. Sinambela. Buat abangku Freddy, Andy, kakak ku Lely, Mimi dan adek ku Denis yang selalu memberikan semangat dan dukungan doa buat peneliti.

8. Sahabat-sahabatku Tamy Pardede, Valent Hutabarat, Devi, Nanda, Qaedi, Budi, Doni, Eva, Endang, Rogrius, Lely, Ayu, Fika. Teman-teman perjuangan Tens Club ku (Nita, Sara, Irma, Melda, Desy, Ronal, Mardi, Lionir, dan Rimlas). Misss you all. Serta Irvan Simarmata yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan perhatian selama pengerjaan skripsi ini.

9. Kepada seluruh teman-teman seperjuanganku di Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi USU Stambuk 2008. Tetap semangat bagi teman-temanku yang masih berjuang menyelesaikan skripsinya. Tetap Semangat!

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1. Tujuan Penelitian ... 11

2. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 13

2.1.1 Bank Syariah ... 13

1. Pengertian Bank Syariah ... 13

2. Sejarah Perkembangan Bank Syariah ... 14

3. Fungsi dan Peranan Bank Syariah ... 16

4. Tujuan Bank Syariah ... 18

5. Produk Bank Syariah ... 19

2.1.2 Kesehatan Keuangan Bank Syariah ... 21

1. Kualitas Aset (Assets Quality) ... 27

2. Rentabilitas (Earnings) ... 28

3. Likuiditas (Liquidity) ... 32

2.1.3 Penilaian Kesehatan Bank Syariah ... 34

2.1.4 Kinerja Sosial Bank Syariah ... 36

1. Kontribusi Pembangunan Ekonomi (KPE) ... 41

2. Kontribusi Kepada Masyarakat (KKM) ... 44

3. Kontribusi Untuk Stakeholder (KUS) ... 46

4. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Insani dan Riset (PKSR) ... 49

2.1.5 Penilaian Kinerja Sosial Bank Syariah ... 51

2.2 Penelitian Terdahulu ... 52

2.3 Kerangka Konseptual ... 54

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 58

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

3.3 Batasan Operasional ... 58

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 60

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 63

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 64

3.7 Jenis Data ... 65

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 65

3.9 Metode Analisis Data ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perbankan Syariah ... 67

4.2 Hasil Penelitian ... 70

4.2.1 Kesehatan Keuangan Pada PT Bank Mega Syariah Tbk PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah Tbk ... 70

1.1 Kualitas Aset (Asset Quality) ... 71

1.2 Rentabilitas (Earnings) ... 74

1.3 Likuiditas (Liquidity ... 83

4.2.2 Penilaian Kesehatan Keuangan PT Bank Mega Syariah Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, Dan PT Bank Mandiri Syariah Tbk ... 88

2.1 Rekapitulasi Tingkat Kesehatan Keuangan PT Bank Mega Syariah Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk serta PT Bank Mandiri Syariah Tbk Tahun 2008-2010 ... 89

2.2 Rekapitulasi Tingkat Kesehatan Keuangan Kumulatif PT Bank Syariah Mega Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah, Tbk Tahun 2008-2010 ... 93

4.2.3 Kinerja Sosial PT Bank Syariah Mega Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah, Tbk Tahun 2008-2010 ... 95

3.1 Kontribusi Pembangunan Ekonomi (KPE) ... 96

3.2 Kontribusi Kepada Masyarakat (KKM) ... 101

3.3 Kontribusi Untuk Stakeholder (KUS) ... 107

3.4 Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Insani Dan Riset (PKSR) ... 114

4.2.4 Penilaian Kinerja Sosial PT Bank Mega Syariah Indonesia, PT Bank Muamalat Indonesia, dan PT Bank Mandiri Syariah, Tbk Tahun 2008-2010 ... 117 4.1 Tingkat Kinerja Sosial PT Bank Syariah Mega

(8)

4.2 Tingkat Kinerja Sosial Kumulatif PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah, Tbk

Tahun 2008-2010 ... 124

4.2.5 Hubungan Antara Kesehatan Keuangan Dengan Kinerja Sosial Pada PT Bank Mega Syariah Indonesia, Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk dan PT Bank Mandiri Syariah, Tbk Tahun 2008-2010 ... 126

5.1 Hubungan Antara Kesehatan Keuangan Dengan Kinerja Sosial PT Bank Mega Syariah Indonesia, Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah, Tbk Tahun 2008-2010 ... 127

5.2 Hubungan Antara Kesehatan Keuangan Dengan Kinerja Sosial Secara Akumulatif Pada PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah, Tbk Tahun 2008-2010 ... 128

4.3 Pembahasan ... 129

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 132

5.2 Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 134

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 Statistik Perbankan Syariah di Indonesia ... 4

2.1 Kriteria Komponen Penilaian Kesehatan Keuangan ... 34

2.2 Bobot Penilaian Faktor Keuangan ... 34

2.3 Penyesuaian Bobot Penilaian Faktor Keuangan ... 35

2.4 Predikat Kesehatan Keuangan Bank ... 36

2.5 Bobot Penilaian Komponen Kinerja Sosial... 51

2.6 Predikat Kinerja Sosial Bank Syariah ... 51

3.1 Definisi Operasional Variabel ... 60

3.2 Skala Pengukuran Variabel ... 63

3.3 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel ... 64

3.4 Sampel Penelitian ... 65

4.1 Nilai Aktiva Yang Diproduktifkan (APYD) dan Aktiva Produktif Pada PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah, Tbk Tahun 2008-2010 ... 72

4.2 Pembiayaan (Kurang Lancar, Diragukan, Macet) dan Total Pembiayaan Pada PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah Tbk Tahun 2008-2010 ... 73

4.3 Pendapatan Operasional, Distribusi Bagi Hasil (DBH), Biaya Operasional dan Aktiva Produktif Pada PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah Tbk Tahun 2008-2010 ... 75

4.4 Laba Sebelum Pajak dan Total Aktiva Pada PT Bank Syariah Mega Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah Tbk Tahun 2008-2010... 77

4.5 Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional Pada Pada PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah Tbk Tahun 2008-2010 ... 79

(10)

4.7 Pendapatan Berbasis Fee dan Pendapatan dari Penyaluran Dana Pada PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank

Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah Tbk

Tahun 2008-2010 ... 82 4.8 Pendapatan Berbasis Fee dan Pendapatan dari Penyaluran Dana

Pada PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank

Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah Tbk

Tahun 2008-2010 ... 84 4.9 Aktiva Jangka Pendek, Kas, Secondary Reserve dan Kewajiban

Jangka Pendek Dana Pada PT Bank Mega Syariah Indonesia, Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri

Syariah, Tbk Tahun 2008-2010 ... 86 4.10 Rasio Antar Bank Pasiva Pada PT Bank Mega Syariah

Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan

PT Bank Mandiri Syariah Tbk Tahun 2008-2009 ... 87 4.11 Tingkat Kesehatan Keuangan PT Bank Mega Syariah Tbk

Tahun 2008-2010 ... 90 4.12 Tingkat Kesehatan Keuangan PT Bank Muamalat Indonesia,

Tbk Tahun 2008-2010 ... 91 4.13 Tingkat Kesehatan Keuangan PT Bank Syariah Mandiri Tbk

Tahun 2008-2010 ... 92 4.14 Tingkat Kesehatan Keuangan Akumulatif PT Bank Syariah

Mega Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah Tbk

Tahun 2008-2010 ... 94 4.15 Akad Profit Sharing, Total Pada PT Bank Mega Syariah

Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan

PT Bank Mandiri Syariah Tbk Tahun 2008-2010 ... 97 4.16 Dana Pihak Ketiga (DPK) Profit Sharing dan Total DPK

Pada PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank

Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah, Tbk

Tahun 2008-2010 ... 98 4.17 Pembiayaan Jangka Panjang dan Total Aktiva Pada PT Bank

Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia,

Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah, Tbk Tahun 2008-2010 ... 99 4.18 Deposito, Obligasi Mudharabah, dan Total Kewajiban

Tahun PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah,Tbk

Tahun 2008-2010 ... 100 4.19 Pembiayaan Qardh dan Total Pembiayaan PT Bank Mega

Syariah Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk,

dan PT Bank Mandiri Syariah Tahun 2008-2010 ... 102 4.20 Penyaluran Zakat Perusahaan dan Laba Sebelum Pajak

PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah Tbk

(11)

4.21 Dana Zakat dan Qardh serta Total Ekuitas Pada PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah Tbk

Tahun 2008-2010 ... 105 4.22 Biaya Promosi dan Biaya Operasional PT Bank Mega Syariah

Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT

Bank Mandiri Syariah,Tbk Tahun 2008-2010 ... 106 4.23 Laba Setelah Pajak dan Total Ekuitas PT Bank Mega Syariah

Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan

PT Bank Mandiri Syariah, Tbk Tahun 2008-2009 ... 107 4.24 Biaya Gaji dan Pendapatan Operasional PT Bank Mega Syariah

Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan

PT Bank Mandiri Syariah Tbk Tahun 2008-2010 ... 109 4.25 Distribusi Bagi Hasil dan Dana Pihak Ketiga Investasi Tidak

Terikat (DPK ITT) Pada PT Bank Mega Syariah Indonesia, Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank

Mandiri Syariah, Tbk Tahun 2008-2010 ... 110 4.26 Bonus Rekening Wadiah, Total Dana Pihak Ketiga (DPK),

Dan Wadiah PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT BankMandiri Syariah Tbk

Tahun 2008-2010 ... 111 4.27 Beban Pajak Penghasilan dan Pendapatan Operasional Pada

PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah Tbk

Tahun 2008-2010 ... 113 4.28 Biaya Pendidikan dan Pelatihan serta Laba Setelah Pajak

Pada PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank

Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah Tbk

Tahun 2008-2010 ... 115 4.29 Biaya Riset dan Development (R&D), serta Laba Setelah Pajak

Pada PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk, PT Bank

Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah, Tbk

Tahun 2008-2010 ... 116 4.30 Tingkat Kinerja Sosial PT Bank Mega Syariah Tbk

Tahun 2008-2010 ... 119 4.31 Tingkat Kinerja Sosial PT Bank Muamalat Tbk

Tahun 2008-2010 ... 121 4.32 Tingkat Kinerja Sosial PT Bank Syariah Mandiri Tbk

Tahun 2008-2010 ... 122 4.33 Tingkat Kinerja Sosial Akumulatif PT Bank Mega Syariah Tbk,

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Fungsi Bank Syariah ... 17

2.2 Skema al- Musyarakah ... 20

2.3 Skema al- Mudharabah ... 21

2.4 Triple Bottom Line ... 37

(13)

DAFTAR GRAFIK

No. Judul Halaman

1.1 Grafik Pertumbuhan Deposito ... 5 1.2 Persentase BOPO, CAR, ROE, ROA ... 7 1.3 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah dan

Unit Usaha Syariah ... 9 4.1 Rasio Return On Equity PT Bank MegaSyariah Indonesia Tbk,

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri

Syariah Tbk Tahun 2008-2010 ... 83 4.2 Rasio Antar Bank Pasiva Pada PT Bank Mega Syariah

Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan

PT Bank Mandiri Syariah Tbk Tahun 2008-2010 ... 88 4.3 Tingkat Kesehatan PT Bank Mega Syariah Tbk, PT Bank

Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah Tbk

Tahun 2008-2010 ... 93 4.4 Tingkat Kesehatan Keuangan Akumulatif PT Bank Mega

Syariah Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk,

dan PT Bank Mandiri Syariah Tahun 2008-2010 ... 95 4.5 Tingkat Kinerja Sosial PT Bank Mega Syariah Tbk, PT Bank

Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah Tbk

Tahun 2008-2010 ... 123 4.6 Tingkat Kinerja Sosial Akumulatif PT Bank Mega Syariah Tbk,

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri

Syariah, Tbk Tahun 2008-2010 ... 126 4.7 Kesehatan Keuangan dan Kinerja Sosial Pada PT Bank Mega

Syariah Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank

(14)

ABSTRAK

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN DAN KINERJA SOSIAL BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kesehatan keuangan, kinerja sosial, serta hubungan antara kesehatan keuangan dan kinerja sosial bank umum syariah di Indonesia. Penilaian kesehatan keuangan dinilai menggunakan aspek kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas. Sedangkan penilaian terhadap kinerja sosial dinilai menggunakan aspek kontribusi pembangunan ekonomi (KPE), kontribusi kepada masyarakat (KKM), serta kontribusi untuk stakeholder (KUS), peningkatan kapasitas sumber daya insani dan riset (PKSR).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis data deskriptif kuantitatif. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 11 bank umum syariah nasional di Indonesia dan kemudian diambil sampel secara purposive sampling sebanyak 3 bank, yaitu PT. Bank Mega Syariah, Tbk, PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk, dan PT. Bank Muamalat, Tbk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa oleh PT. Bank Mega Syariah, Tbk memiliki tingkat kesehatan keuangan dan kinerja sosial terbaik tahun 2008-2010 diikuti dengan PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk dan PT. Bank Muamalat, Tbk. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kesehatan keuangan berhubungan secara positif dengan kinerja sosial.

(15)

ABSTRACT

The Analysis Of Financial Soundness And Social Performance Of Islamic Banks In Indonesia

The purpose of this research to determine and analyze the financial soundness, social performance, as well as the correlation between financial soundness and social performance of islamic banks in Indonesia. Assessment of financial soundness was assessed using the aspects of quality asset, earnings, and liquidity. While the assessment of social performance was assessed using the aspects of development contributions, contributions to society, contributions to stakeholders, capacity building of human resources and research.

This research uses a quantitative approch to data analysis quantitatif methods. The population in this research were 11 national Islamic banks in Indonesia, and then the sample was taken by purposive sampling as many as 3 banks, they are PT. Bank Mega Syariah, Inc, PT. Bank Mandiri Syariah, Inc and PT. Bank Muamalat, Inc.

The results shows that PT. Bank Mega Syariah, Inc has the financial soundness and social performance of the year 2008-2010. Then PT. Bank Mandiri Syariah, Inc and PT. Bank Muamalat, Inc. This research also show that financial soundness positively correlated to social performance.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan hukum Islam (Rivai dan Arifin, 2010:170). Bank syariah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja secara halal yang sesuai dengan etika dan nilai-nilai Islam seperti meniadakan bunga dan berorientasi pada kesejahteraan sosial masyarakat yang merupakan tujuan dari ekonomi Islam.

(17)

Bank Muamalat Indonesia (BMI) adalah bank syariah yang didirikan pada tahun 1992 dan merupakan bank syariah pertama dan menjadi pioneer bagi keberadaan bank syariah lain di Indonesia. Awalnya keberadaan Bank Muamalat Indonesia ditanggapi biasa oleh masyarakat di Indonesia, namun krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 merupakan awal mula eksistensi bank syariah di masyarakat karena bank syariah adalah satu-satunya bank yang tetap bertahan dan tidak terlikuidasi seperti bank-bank konvensional yang ada. Bank Muamalat tetap bertahan dan semakin menunjukkan kinerja terbaiknya serta tidak pernah menerima bantuan dari pemerintah meskipun saat itu terjadi krisis. Hal ini memperlihatkan bahwa Bank Muamalat sebagai bank syariah tahan terhadap krisis dan mampu bertumbuh dan berkembang dengan baik sampai saat ini.

Kemampuan bank syariah dalam menghadapi krisis ditanggapi positif oleh masyarakat dan pemerintah. Dukungan pemerintah terhadap bank syariah terlaksana dengan memberikan izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank syariah. Hal ini juga merupakan implementasi dari perubahan Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998 yang mengizinkan bank konvensional beroperasi secara dual system menggantikan UU No. 7 tahun 1992. Selanjutnya, dukungan dari masyarakat terlihat dari banyaknya nasabah yang mempercayakan dananya di bank syariah.

(18)

memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Selain itu, eksistensi bank syariah di Indonesia semakin baik selaras dengan semakin meningkatnya permintaan dan kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan bank syariah. Bank syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan dan keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, penyimpan dana dan peminjam dana. Dengan progres perkembangannya yang impresif dan mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.

(19)

Tabel 1.1

Statistik Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2005 – September 2011

2005 2006 2007 200 8

200

9 2010

2011 SEP BANK UMUM

SYARIAH

3 3 3 5 6 11 11

UNIT USAHA SYARIAH

19 20 26 27 25 23 23

BPR SYARIAH 92 105 114 131 138 150 154

TOTAL BANK 114 128 143 163 169 184 188

Sumber: Laporan Statistik Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2005 sampai September 2011 (Data diolah)

Selain dari segi kuantitas, dari segi pendapatan bersih bank syariah di Indonesia sampai September 2011 mengalami peningkatan sebesar empat kali lipat dibanding dengan dengan pendapatan pada tahun 2005. Dari segi aset juga mengalami peningkatan hampir enam kali lipat. Tahun 2005 aset bank syariah hanya sebesar Rp20.880 Miliar, kemudian pada September 2011 aset tersebut meningkat menjadi Rp123.362 Miliar.

(20)

paling besar memberi kontribusi pada jumlah deposito bank syariah di Indonesia. Pertumbuhan deposito bank syariah dapat dilihat dari Grafik 1.1 berikut ini.

Grafik 1.1

Pertumbuhan Deposito di Bank Syariah Tahun 2005 sampai September 2011

Sumber : Laporan Statistik Perbankan Syariah September 2011 (Data diolah)

Walaupun demikian pesatnya perkembangan bank syariah di Indonesia, masyarakat masih banyak yang belum akrab dengan bank syariah. Bank syariah yang dianggap maju di negara-negara muslim ternyata masih menempati posisi paling kecil di sektor keuangan negara tersebut terlebih lagi di sektor keuangan Internasional. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang bank syariah dapat menimbulkan kesan bahwa masyarakat masih anggap remeh dengan kemampuan bank syariah yang bisa memberikan keuntungan kepadanya karena tidak adanya sistem bunga pada bank ini. Padahal sebenarnya nasabah atau pun investor masih dapat menikmati keuntungan dari sistem bagi hasil.

Pada bank syariah, nasabah dapat mengetahui secara langsung keuntungan yang didapat dengan mengamati bagi hasil yang dia terima tidak bersifat spekulatif seperti sistem bunga yang diterapkan bank kovensional. Jika jumlah keuntungan yang dihasilkan bank dari pembiayaan semakin besar, maka tingkat

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Ju

ml

ah

Depo

sito

(J

ut

aa

n

Ru

piah)

Tahun

(21)

bagi hasil untuk nasabah investor/nasabah juga semakin besar. Sebaliknya, jika bagi hasil yang diterima nasabah investor semakin kecil, maka hal itu disebabkan oleh menurunnya kemampuan bank syariah menghasilkan keuntungan atau meningkatnya biaya operasional bank syariah tersebut. Penurunan keuntungan ini juga dapat disebabkan karena perkembangan produk dan jasa perbankan yang kompleks dan bervariasi dengan tingkat eksposur risiko yang tinggi sehingga berpengaruh terhadap penerapan manajemen risiko yang berakibat pada kondisi yang dialami oleh bank secara keseluruhan.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor:9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, kesehatan keuangan pada perbankan prinsip syariah merupakan kepentingan seluruh pihak, baik pihak manajemen bank itu sendiri, nasabah bank tersebut serta menjadi tanggung jawab Bank Indonesia. Sistem penilaian tingkat kesehatan bank bersifat dinamis sehingga dapat dijadikan sebagai cerminan kondisi keuangan bank saat ini dan proyeksi keadaan di masa yang akan datang sehingga bank dapat menentukan strategi di masa yang akan datang. Bank Indonesia sebagai pengawas juga memanfaatkan sistem penilaian tingkat kesehatan bank untuk menetapkan kebijakan dan implementasi strategi pengawasan terhadap bank.

(22)

Kualitas Asset (Asset Quality), Rentabilitas (Earnings), Likuiditas (Liquidity) dan Sensitivitas atas risiko pasar (Sensitivity to Market Risk) dan pendekatan kualitatif digunakan analisis Manajemen (Management) dalam menganalisis kemampuan manajerial dalam melaksanakan usaha sebagaimana prinsip manajemen umum dan manajemen risiko. Pendekatan kuantitatif memiliki rasio perhitungan khusus yang saling berhubungan antara satu faktor dengan faktor lainnya sehinggga dapat dinilai dan dapat membandingkannya dengan rasio lain untuk menghasilkan informasi yang berguna untuk memberikan penilaian secara tepat dan cepat terhadap kinerja keuangan bank syariah. Adapun rasio yang dapat mencerminkan kesehatan bank syariah seperti yang digambarkan pada Grafik 1.2 berikut ini.

Grafik 1.2

Persentase BOPO, ROA, ROE, CAR BUS dan UUS Tahun 2005 sampai September 2011

Sumber : Laporan Statistik Perbankan Syariah September 2011 ( Data diolah ) Keterangan

BOPO = Rasio Biaya Operasional BUS = Bank Umum Syariah CAR = Capital Addequancy Ratio

2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sep-11 BOPO 78.91% 76.77% 76.54% 81.75% 84.39% 80.54% 77.54% ROA 1.35% 1.55% 2.07% 1.42% 1.48% 1.67% 1.80% ROE 27.50% 28.45% 40.38% 38.70% 26.09% 20.91% 17.09% CAR 12.41% 13.73% 10.67% 12.81% 10.77% 16.25% 16.18%

(23)

ROA = Return On Assets

ROE = Return On Equity

UUS = Unit Usaha Syariah

Penilaian kesehatan bank syariah diperlukan untuk mengevaluasi kinerja bank syariah dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap aturan serta manejemen risiko terhadap kondisi yang dihadapi oleh bank syariah tersebut. Dengan demikian, Bank syariah sebagai entitas bisnis Islami dapat memperlihatkan tingkat usahanya secara maksimal agar mampu menjalankan kegiatan operasional perbankan secara normal sekaligus dapat memenuhi semua kewajiban secara baik sesuai peraturan sehingga bank syariah dapat survival dan terus berkembang ditengah persaingan yang semakin tajam.

Keberadaan bank syariah di Indonesia memberikan keuntungan tersendiri bagi nasabah. Keuntungan yang didapat dapat berupa keuntungan spiritual dan material. Keuntungan spiritual karena Bank syariah memberikan ketenangan dan ketentraman kepada umat Islam karena dengan menabung di bank syariah nasabah mendapatkan hasil yang terbebas dari riba dan nasabah juga diuntungkan dengan adanya aktivitas keuangan halal yang dilaksanakan.

(24)

masyarakat secara luas dan menjadi bukti terhadap implementasi terhadap pelaksanaan fungsi sosial bagi nasabah, investor, maupun masyarakat secara keseluruhan (Setiawan, 2007). Kinerja sosial yang dilaksanakan oleh bank syariah selaras dengan konsep tanggung jawab sosial yang dilaksakan oleh perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Perusahaan dalam hal ini bank syariah dalam melaksanakan praktek ekonominya tidak boleh berjalan sendiri, melainkan harus juga menyelaraskan kegiatan ekonominya dengan nilai-nilai dan tujuan masyarakat di sekitarnya. Semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar pula tanggung jawab yang harus ditunaikannya pada masyarakat (Davis, dalam Siagian, 2010:12).

Kinerja sosial yang dilakukan bank syariah juga dapat dilihat dari pembiayaan yang dilakukan bank syariah pada sektor perekonomian nasional dan masyarakat. Pembiayaan bank syariah tersebut digambarkan pada Grafik 1.3 berikut.

Grafik 1.3

Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Pada Sektor Ekonomi dan Sosial Tahun 2005 sampai September 2011

Sumber : Laporan Statistik Perbankan Syariah September 2011 (Data diolah) 0

500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sep-11

Jumlah

Pemb

ia

ya

an

(Juta

an

Rup

ia

h)

(25)

Dari Grafik 1.3 terlihat bahwa peranan bank syariah beserta unit syariah dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan jumlah pembiayaan ini sejalan juga dengan pertumbuhan bank syariah dan jumlah deposito yang dimiliki oleh bank syariah di Indonesia. Keberadaan bank syariah di Indonesia yang mengalami kemajuan baik dalam segi kauntitatif maupun jumlah deposito yang dimilikinya menjadikan bank syariah sebagai perusahaan perbankan yang cukup besar. Hal ini merujuk pada pertanyaan apakah keberadaan bank syariah yang cukup besar kuantitas dan depositonya sekarang ini disesuaikan juga dengan perkembangan kegiatan sosial yang dilakukan oleh bank syariah terhadap

stakeholder dan masyarakat sekitarnya.

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti ingin mengukur tingkat kesehatan keuangan bank dan kinerja sosial kemasyarakatan yang dilaksanakan oleh bank syariah di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kesehatan Keuangan dan Kinerja

Sosial Pada Bank Umum Syariah di Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut.

a. Bagaimana kesehatan keuangan dari bank umum syariah di Indonesia?

b. Bagaimana kinerja sosial dari bank umum syariah di Indonesia?

(26)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitan

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui dan menganalisis kesehatan keuangan bank umum syariah di Indonesia.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja sosial bank umum syariah di Indonesia.

c. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara kesehatan keuangan dengan kinerja sosial bank umum syariah di Indonesia.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: a. Bagi Bank Syariah

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan buat bank umum syariah dalam melakukan penilaian terhadap kesehatan keuangan bank umum syariah tersebut dan dapat melihat ukuran kinerja sosial yang telah dilaksanakan bank umum syariah tersebut.

b. Bagi Investor

(27)

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta cakrawala berpikir ilmiah di bidang keuangan khususnya teori penilaian kesehatan keuangan dan kinerja sosial bank umum syariah di Indonesia.

d. Bagi Peneliti Lain

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari kata banco

dari bahasa Italia, yang berarti peti/lemari atau bangku yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang dan sebagainya. Al-Qur’an juga menyiratkan istilah bank secara implisit sebagai sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban yang semuanya disebutkan dengan jelas dalam fungsi zakat,

sadaqah, rampasan perang (ghanimah), jual beli (ba’i), utang dagang (dayn), harta (maal), dan sebagainya yang dilaksanakan dalam kegiatan ekonomi dan melibatkan fungsi dan peran pihak-pihak tertentu.

Bank syariah merupakan inovasi dari perbankan internasional yang telah menerapkan prinsip dan syariah Islam dalam aktivitas operasionalnya. Secara umum, bank syariah adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya memberikan kredit dan jasa-jasa dan dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. (Sudarsono, 2004:27).

(29)

kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian serta bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

Pengertian bank Islam menurut Rivai dan Arifin (2010:183) adalah:

“Bank Islam merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai Islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), berprinsip keadilan dan hanya membiayai usaha yang halal”.

Bank Islam atau bank syariah melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip Islam, yaitu dengan adanya perjanjian (akad) antara pihak bank dan nasabah berdasarkan hukum Islam. Bank syariah juga turut serta secara aktif untuk mencapai sasaran serta tujuam ekonomi Islam yang berorientasi pada kesejahteraan sosial.

2. Sejarah Perkembangan Bank Syariah

(30)

National bank of Egypt dan Central Bank of Egypt yang beroperasi atas dasar bunga sebelum akhirnya beralih kembali ke sistem tanpa riba dengan berdirinya Nasser Social Bank di Mesir pada tahun 1972 yang bersifat sosial.

Pada Desember 1970, Mesir mengajukan proposal untuk mendirikan bank syariah pada Sidang Menteri Luar Negeri negara-negara Organisasi Konfrensi Islam (OKI) sebagai langkah untuk mempermudah berkembangnya bank syariah di negara-negara muslim. Selanjutnya proposal tersebut disetujui pada sidang Menteri Keuangan di Jeddah tahun 1974 dengan mendirikan Bank Pembangunan Islam atau Islamic Development Bank (IDB).

Didirikannya IDB menjadi motovasi besar bagi negara-negara Muslim untuk mendirikan lembaga keuangan syariah berupa bank Islam (Islamic Commercial Bank) dan lembaga investasi dalam bentuk International Holding Company. Tidak hanya negara muslim saja negara-negara non muslim juga antusias mendirikan bank Islam seperti yang terjadi Inggris, Denmark, Bahamas, Swiss, dan Luxemburg. Dengan pesatnya perkembangan bank syariah maka banyak bank konvensional yang menawarkan produk-produk bank syariah yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah tersebut.

(31)

dimana bank sudah diperbolehkan untuk mendirikan bank syariah yang bebas bunga.

Selanjutnya diperbaharui lagi dengan kehadiran Undang-undang No.10 Tahun 1998 yang semakin mempercepat perkembangan bank syariah karena diizinkanya bank beroperasi secara dual system yakni Bank Indonesia mengakui keberadaan bank syariah dan bank konvensional serta bank konvensional diperkenankan untuk membuka kantor cabang syariah serta mengizinkan konversi bank konvensional menjadi bank syariah. Undang-undang ini juga menjadi landasan hukum yang kuat serta dapat menjamin kepastian hukum bagi para pelaku ekonomi serta masyarakat luas untuk kelembagaan dan kegiatan usaha bank syariah. Sehingga keberadaan bank syariah sampai saat ini berkembang sangat pesat dan sangat diminati masyarakat.

3. Fungsi dan Peranan Bank Syariah

Fungsi dan peran bank syariah yang tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution) dalam Sudarsono (2004:39) adalah sebagai berikut:

a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.

(32)

c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.

d. Pelaksana kegiatan sosial, bank syariah juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.

Senada dengan Sudarsono, Rivai dan Arifin (2010:185) juga menjelaskan fungsi bank syariah dengan menggambarkan fungsi bank syariah sebagai berikut:

[image:32.596.120.477.340.647.2]

Sumber: Rivai (2010:185)

Gambar 2.1 Fungsi Bank Syariah

TAMWIL MAAL

MANAJE R

INVESTOR JASA PERBANKAN SOSIAL FUNGSI P R O D U K Penghimpunan dana Prinsip Wadiah -Giro -Tabungan Prinsip Mudharabah -Tabungan -Deposito -Investasi -Obligasi

Prinsip Ijarah

-Obligasi

Penyaluran dana

Pola Bagi Hasil -Mudharabah -Musyarakah,

dll

Pola Jual Beli -Murabahah -Isthisna, dll

Pola Sewa -Ijarah -Ijarah wa

Iqtina

Jasa Keuangan

Wakalah, Kafalah, Hiwalah, Ujr, Sharf, Qard, Rahn, dll

Jasa Non Keuangan

Wadi’ah yad

Amanah Jasa Keagenan

Mudharabah

Muqayyadah

Dana Kebajikan  Penghimpunan

dan Penyaluran ZIS

(33)

4. Tujuan Bank Syariah

Menurut Sudarsono (2004:40) tujuan bank syariah adalah sebagai berikut: a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam,

khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau usaha perdagangan lain yang mengandung unsur tipuan (gharar) dan jenis-jenis usaha lain yang dilarang oleh Islam serta kegiatan yang menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi. b. Untuk menciptakan keadilan di bidang ekonomi dengan cara meratakan

pendapatan melalui kegiataan investasi, agar tidak terdapat kesenjangan yang besar antara pihak surplus dan defisit.

c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan membuka peluang usaha terutama untuk golongan masyarakat tidak mampu dan diarahkan kepada kegiatan produktif dan menciptakan kemandirian usaha.

d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan di negara-negara berkembang dengan cara melakukan pembinaan pelaku ekonomi untuk mengembangan kegiatan usaha yang ada.

e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter dengan cara menghindari pemanasan ekonomi akibat adanya inflasi serta menghindari persaingan yang tidak sehat antar lembaga keuangan.

(34)

5. Produk Bank Syariah

Produk pembiayaan bank syariah yang difokuskan di sini adalah produk pembiayaan yang didasarkan atas prinsip bagi hasil yang terdiri dari al-musyarakah dan al-mudharabah.

a. Al-Musyarakah

Musyarakah berasal dari istilah sharikah atau syirkah yang berarti kerjasama antara kedua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko yang ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah

terdiri dari musyarakah pemilikan dan musyarakah kontrak (akad).

Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan atau wasiat atau kondisi lain yang berakibat pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Sedangkan

musyarakah kontrak (akad) terjadi karena adanya kesepakatan antara dua orang atau lebih memberikan modal dan berbagi keuntungan dan kerugian secara bersama-sama.

(35)

Sumber: Sudarsono (2003:69)

Gambar 2.2 Skema al-Musyarakah

b. Al-Mudharabah

Kata mudharabah berasal dari kata adhdharbu fil ardhi yang berarti berpergian untuk urusan dagang. Disebut juga dengan qiradh yang berasal dari kata al-qardhu yang berati potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagaian keuntungan.

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan dari usaha dalam

mudharabah dibagi menurut kesepakatan dalam kontrak, dan apabila usaha

Nasabah Bank

Proyek Usaha

Bagi hasil Keuntungan Sesuai kontibusi modal

(36)

kelalaian pengelola. Apabila kerugian diakibatkan oleh kelalaian pengelola maka kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pengelola. Kegiatan al-mudharabah dapat dilihat melalui Gambar 2.3 berikut ini.

Perjanjian Bagi Hasil

[image:36.596.150.500.199.373.2]

Sumber: Sudarsono (2003:71)

Gambar 2.3 Skema al-Mudharabah

2.1.2 Kesehatan Keuangan Bank Syariah

Kesehatan atau kondisi keuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank, bank, pemerintah (melalui Bank Indonesia) dan pengguna jasa bank tersebut (Rivai dan Arifin, 2010:846). Tingkat kesehatan bank juga merupakan penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar atau ketetapan BI yang berlaku. Analisis kinerja keuangan ini juga sebagai upaya untuk mengetahui kondisi usaha saat ini dan sekaligus untuk memudahkan dalam menentukan kebijakan bisnisnya di masa yang akan datang (Rivai dan Arifin, 2010:846).

Sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah yang menjadi acuan bank syariah dewasa ini adalah Peraturan Bank Indonesia

Nasabah

Modal Pembagian

Proyek/Usah

(37)

Nomor:9/PBI/2007. Peraturan itu merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari undang-undang sebelumnya yang sudah ada, yaitu tentang Perbankan yang diatur dalam undang Nomor 7 Tahun 1992 diubah menjadi Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 serta tentang Bank Indonesia yang diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004.

Peraturan Bank Indonesia Nomor:9/PBI/2007 menetapkan faktor-faktor yang menjadi cakupan dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Faktor-faktor tersebut adalah Permodalan (Capital), Kualitas Aset (Assets Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earnings), Likuiditas (Liquidity), dan Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk).

Perkembangan produk dan jasa perbankan syariah yang semakin kompleks dan beragam akan meningkatkan ekposur risiko yang akan dihadapi oleh bank sehingga harus diketahui terlebih dahulu kinerja dari bank tersebut. Perubahan ekposur risiko bank dan penerapan manajemen risiko akan memengaruhi profil risiko bank yang selanjutnya berakibat pada kondisi bank secara keseluruhan (Rivai dan Arifin, 2010:846). Dengan diketahuinya kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank, bank, dan pemerintah melalui Bank Indonesia serta pengguna jasa bank untuk mengevaluasi kerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko yang ditetapkan.

(38)

dalam menetapkan strategi usaha di masa yang akan datang, sedangkan bagi Bank Indonesia sebagai pengawas digunakan antara lain sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank dan unit usaha syariah. Selain itu menurut Rivai dan Arifin (2010:167), Bank Indonesia telah melakukan langkah-langkah kebijakan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, kompetitif, efisien, dan hati-hati bagi industri perbankan syariah. Langkah kebijakan ini dilakukan untuk mendukung sektor riil yang akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia khususnya. Usman (2008:129) menambahkan lagi bahwa ketentuan mengenai tingkat kesehatan bank dimaksudkan sebagai:

1. Tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

2. Tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank, baik secara individual maupun perbankan secara keseluruhan.

(39)

Peraturan Bank Indonesia Nomor:9/PBI/2007 menyatakan bahwa penilaian tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank umum syariah atau UUS melalui penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, maupun proyeksi rasio-rasio keuangan bank dan UUS. Penilaian kuantitatif digunakan pada faktor-faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, serta sensitivitas terhadap risiko pasar. Selanjutnya penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen risiko, dan kepatuhan bank atau UUS. Komponen yang menjadi penilaiaan kualitatif adalah faktor manajemen.

Bank Indonesia sebagai penetap kebijakan menetapkan penilaian yang digunakan dalam menilai faktor permodalan, antara lain:

a. kecukupan, proyeksi (trend ke depan) permodalan dan kemampuan permodalan dalam mengcover risiko;

b. kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham.

Untuk penilaian terhadap kualitas aset, Bank Indonesia melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

(40)

b. kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

Selanjutnya untuk memberi penilaian terhadap rentabilitas diperlukan penilaian komponen sebagai berikut:

a. kemampuan dalam menghasilkan laba, kemampuan laba mendukung ekspansi dan menutup risiko, serta tingkat efisiensi;

b. diversifikasi pendapatan termasuk kemampuan bank untuk mendapatkan fee based income, dan diversifikasi penanaman dana, serta penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya.

Kemudian penilaian terhadap likuiditas dilaksanakan dengan memberi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

a. kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek, potensi maturity mismatch, dan konsentrasi sumber pendanaan;

b. kecukupan kebijakan pengelolaan likuiditas, akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan.

Dan yang terakhir dalam penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap sensitivitas terhadap risiko pasar dengan menilai komponen sebagai berikut:

a. kemampuan modal Bank atau UUS mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar;

b. kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.

(41)

menilai dalam pemberian nilai terhadap faktor manajemen adalah sebagai berikut:

a. kualitas manajemen umum, penerapan manajemen risiko terutama pemahaman manajemen atas risiko Bank atau UUS;

b.kepatuhan Bank atau UUS terhadap ketentuan yang berlaku, komitmen kepada Bank Indonesia maupun pihak lain, dan kepatuhan terhadap prinsip syariah termasuk edukasi pada masyarakat, pelaksanaan fungsi sosial.

Peraturan Bank Indonesia Nomor:9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah menyatakan bahwa salah satu faktor yang membentuk tingkat kesehatan bank adalah faktor finansial. Adapun yang tergolong dalam faktor finansial adalah faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, serta faktor sensitivitas terhadap risiko pasar. Adapun faktor finansial yang dibahas dalam penelitian ini adalah faktor kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas.

(42)

judgment. Berikut ini dijelaskan faktor-faktor yang diteliti dan berpengaruh terhadap kesehatan keuangan bank syariah di Indonesia.

1. Kualitas Aset (Asset Quality)

Peraturan Bank Indonesia Nomor:13/13/PBI/2011 tentang penilaian kualitas aktiva pada bank syariah menyatakan kualitas aset atau penilaian kualitas aktiva adalah menilai jenis-jenis aset produktif maupun yang non produktif yang dimiliki oleh bank syariah dalam rangka pengelolaan risiko terhadap potensi kerugian yang telah diperkirakan dan mungkin dialami oleh bank syariah. Penilaian terhadap kualitas aset ini dilakukan dengan menggunakan dua rasio penting, yaitu penilaian terhadap kualitas aktiva produktif dan pembiayaan non performing.

1.1 Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Kualitas aktiva produktif merupakan rasio utama yang digunakan untuk menghitung kualitas aset. Adapun yang termasuk dalam aktiva produktif pada bank syariah terdiri dari pembiayaan, surat berharga syariah, sertifikat bank indonesia syariah (SBIS), penyertaan modal, penyertaan modal sementara, penempatan modal pada bank lain, transaksi rekening dan administratif (komitmen dan kontinjensi), dan bentuk penyedia dana lainnya. Semakin tinggi rasio KAP dari sebuah bank syariah menunjukkan semakin baik aktiva produktif yang dimiliki bank syariah tersebut. Cara menghitung kualitas aktiva produktif adalah sebagai berikut:

KAP = 1-

(43)

Aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, yang besarnya ditetapkan sebagai berikut: 25% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus; 50% dari aktiva yang digolongkan kurang lancar; 75% dari aktiva yang digolongkan diragukan; dan 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet.

1.2. Pembiayaan Non-Performing

Rasio penunjang yang digunakan untuk menilai kualitas aktiva pada bank syariah adalah pembiayaan non performing. Pembiayaan non performing

adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebahagian atau seluruh kewajibannya kepada bank syariah sesuai dengan perjanjian yang berlaku. Semakin tinggi rasio NPF, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk.

Untuk menghitung besarnya tingkat risiko pembiayaan non performing dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

NPF =

X 100%

2. Rentabilitas (Earnings)

(44)

rentabilitas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap lima komponen rasio berikut ini.

2.1 Net Operating Margin (NOM)

Rasio ini adalah rasio utama yang digunakan untuk menghitung rentabilitas. Rasio NOM menggambarkan pendapatan operasional bersih bank syariah sehingga dapat membantu untuk mengetahui rata-rata aktiva produktif dalam menghasilkan laba. Rumus yang digunakan untuk menghitung Net Operating Margin adalah:

X 100%

Nilai NOM dihasilkan dari membagi laba operasional dengan aktiva produktif. Laba operasional diperoleh dari pendapatan operasional setelah distribusi bagi hasil dikurangi biaya operasional. Biaya operasional sendiri mencakup beban operasional termasuk kekurangan PPAP yang wajib dibentuk. 2.2 Return on Assets (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba secara keseluruhan dengan cara membandingkan antara laba sebelum pajak dengan total aset serta menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus:

ROA =

X 100%

(45)

kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.

2.3 Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional (REO)

REO adalah rasio penunjang kedua dalam menentukan besarnya rentabilitas. Rasio ini merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam menunjang kegiatan operasional. Semakin kecil rasio biaya operasional (BO) akan lebih baik, karena biaya yang dikeluarkan akan lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan yang diterima (PO).

Rumus yang digunakan dalam menghitung REO adalah: REO =

X 100%

2.4 Diversifikasi Pendapatan (DP)

Diversifikasi pendapatan adalah rasio penunjang terakhir yang digunakan untuk menilai rentabilitas bank syariah. Rasio diversifikasi pendapatan bertujuan untuk mengukur kemampuan bank syariah dalam menghasilkan pendapatan dari jasa berbasis fee. Rasio DP ini dihitung dengan membagi pendapatan berbasis fee

(46)

DP =

X 100%

2.5 Return on Equity (ROE)

Rasio ini merupakan rasio pengamatan. Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri (equity). Rasio ini juga merupakan indikator yang sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengkur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang terkait dengan pembayaran deviden.

ROE =

X 100%

Kenaikan rasio ini menunjukkan kenaikan laba bersih dari laba yang keseluruhan dan dikaitkan dengan kemungkinan pembayaran deviden. Semakin besar ROE maka kemampuan modal disetor bank dalam menghasilkan laba pemegang saham akan semakin besar.

(47)

3. Likuiditas (Liquidity)

Penilaian likuiditas terhadap bank syariah merupakan penilaian terhadap kemampuan bank dalam memelihara dan memenuhi kebutuhan likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen risiko likuiditas. Suatu bank syariah dikatakan likuid apabila mempunyai alat pembayaran berupa aset lancar lebih besar bila dibandingkan dengan seluruh kewajibannya sehingga dapat memenuhi semua utang-utangnya, terutama pemenuhan dana amanah dari masyarakat berupa tabungan, giro, deposito pada saat ditarik oleh shohibul maal maupun dalam rangka memenuhi semua komitmen dengan mudhorib terhadap pembiayaan yang telah disepakati.

Penilaian likuiditas terhadap bank syariah dilakukan menggunakan tiga komponen rasio sebagai berikut:

3.1 Short Term Mismatch (STM)

Rasio ini menghitung besarnya aset jangka pendek dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek sehingga diketahui kemampuan bank syariah dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendeknya. Rumus yang digunakan untuk menghitung Short Term Mismatch adalah:

STM =

X 100%

(48)

merupakan kewajiban likuid kurang dari 3 bulan yang terdapat dalam laporan

maturity profile.

3.2 Short Term Mismatch Plus (STMP)

Rasio ini digunakan untuk menghitung kemampuan yang dimiliki bank syariah dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva jangka pendek berupa kas dan secondary reserve yang dimilikinya. Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya rasio ini adalah:

STMP=

X 100% Kas adalah uang tunai dan secondary reserve mencakup Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) ditambah dengan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Sedangkan aktiva jangka pendek dan kewajiban jangka pendek sebagaimana telah dijelaskan di atas.

3.3 Rasio Antar Bank Pasiva (RABP)

(49)

Masing-masing komponen penilaian kesehatan keuangan yang telah dijelaskan memiliki kriteria tersendiri. Adapun kriteria komponen penilaian kesehatan keuangan tersebut digambarkan pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Kriteria Komponen Penilaian Kesehatan Keuangan Kompoen

Penilaian

Peringkat

1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4

Pering kat 5 Kualitas Aset

- KAP >99% 96% < KAP ≤ 99% 93% < KAP ≤ 96% 90%<KAP≤ 93%≤ 90%

- NPF <2% 2% < NPF <5% 5% <NPR < 8% 8% <NPF<12% ≥ 12%

Rentabilitas

- NOM >3% 2%<NOM<3% 1,5%<NOM<2% 1%<NOM<1,5% <1%

- ROA

>1,5% 1,25%<ROA<1,5 %

0,5%<ROA<1,25

% 0%<ROA<0,5% <0%

- REO ≤ 83% 83%<REO≤85% 85%<REO≤87% 87%<REO≤89% >89%

- DP >12% 9%<DP≤12% 6%<DP≤9% 3%<DP<6% ≤3%

- ROE - - - - -

Likuiditas

- STM >25% 20%<STM<25% 15%<STM<20% 10%<STM<15% <10%

- STMP >50% 40%<STMP<50% 30%<STMP<40% 20%<STMP<30% <20%

- RABP - - - - -

Sumber: Lampiran SE-BI No.9/24/DPbS 2007, Setiawan (2008)

2.1.3 Penilaian Kesehatan Bank Syariah

[image:49.596.118.511.199.427.2]

Setelah kita menghitung rasio-rasio yang dibutuhkan dalam menilai kinerja keuangan bank syariah, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah menghitung nilai kumulatif dari pembobotan faktor keuangan tersebut. Pembobotan ini dilakukan berdasarkan ketetapan BI tahun 2007.

Tabel 2.2

Bobot Penilaian Faktor Keuangan

Keterangan Bobot

Peringkat Faktor Permodalan 25%

Peringkat Faktor Kualitas Aset 50%

Peringkat Faktor Rentabilitas 10%

Peringkat Faktor Likuiditas 10%

(50)
[image:50.596.115.518.279.396.2]

Penelitian kali hanya menggunakan tiga peringkat faktor dalam menghitung kesehatan bank syariah yaitu faktor kualitas aset (Asset Quality), Rentabilitas (Earnings), dan Likuiditas (Liquidity). Untuk itu diperlukan adanya pennyesuaian terhadap bobot penilaian yang menjadi standarisasi BI. Tiga peringkat faktor perhitungan kesehatan keuangan bank syariah tersebut terlihat pada Tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3

Penyesuaian Bobot Penilaian Faktor Keuangan

Keterangan Penyesuaian Bobot Akhir

Peringkat Faktor Kualitas Aset 50/70 70%

Peringkat Faktor Rentabilitas 10/70 15%

Peringkat Faktor Likuiditas 10/70 15%

Total nilai bobot 70/70 100%

Sumber: Penyesuaian dengan mengacu SE-BI No.9/24/DPbS, 2007

Setelah melakukan penyesuaian maka nilai bobot akhir tetap bernilai 100%. Peringkat kualitas aset berubah dari 50% menjadi 70%, untuk bobot rentabilitas berubah dari 10% menjadi 15%, dan yang terakhir likuiditas juga berubah menjadi 15%. Untuk penentuan angka kredit maka diberikan nilai masing-masing sebagai berikut: Peringkat 1 mendapatkan angka kredit 100, Peringkat 2 memiliki angka kredit 80, peringkat 3 mendapat angka kredit 60, dan begitu seterusnya untuk peringkat 4 dan 5 masing-masing mendapatkan angka kredit 40 dan 20.

(51)
[image:51.596.116.513.116.232.2]

Tabel 2.4

Predikat Kesehatan Keuangan Bank

Nilai Kredit Predikat

81 – 100 Sehat

66 <81 Cukup Sehat

51 < 66 Kurang sehat

0 < 51 Tidak Sehat

Sumber: Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Mengacu Ketentuan BI, Rivai dan Arifin (2010:849)

2.1.4 Kinerja Sosial

Kinerja sosial adalah aktivitas-aktivitas perusahaan dalam melaksanakan suatu bentuk tanggung jawab sosial selain melakukan kegiatan operasional perusahaan (Zubaidah, 2003). Bank syariah sebagai bagian perusahaan perbankan juga wajib melaksanakan kinerja sosial dalam bentuk tanggung jawab sosial kepada stakeholdernya. Tanggung jawab sosial adalah komitmen perusahaan untuk terus-menerus bertindak secara etik, beroperasi berdasarkan hukum dan bermanfaat dalam upaya meningkatkan ekonomi, bersamaan dengan meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluarganya, juga peningkatan kualitas hidup masyarakat setempat dan masyarakat secara luas (Wibisono dalam Siagian, 2010:64).

(52)

People

Planet Profit

[image:52.596.224.395.113.279.2]

Sumber: Elkington dalam Siagian 2010 Gambar 2.4

Triple Bottom Line

Gambar 2.4 menjelaskan bahwa suatu perusahaan tidak hanya dihadapkan pada unsur ekonomi yang diukur berdasarkan keadaan keuangan sebagai gambaran tingkat dan besarnya keuntungan perusahaan. Saat ini perusahaan dihadapkan pada tiga dasar tanggung jawab, yaitu selain mengejar keuntungan perusahaan (Profit), harus juga memperhatikan aspek sosial kesejahteraan masyarakat sekitarnya (People) serta pelestarian lingkungan (Planet).

Secara ekonomi Islam, tanggung jawab sosial juga dapat dijelaskan seperti berikut ini. Chapra dalam bukunya Islam dan Tantangan Ekonomi

(1999:8) mengatakan bahwa

(53)

Tujuan dan strategi ekonomi yang dilaksanakan bank syariah sejalan dengan yang dikemukakan oleh Chapra di atas. Bahwa ekonomi Islam menginginkan adanya kesejahteraan, keadilan, dan keseimbangan kebutuhan dalam segala aktivitas termasuk aktivitas perbankan.

Bank syariah dalam operasionalnya menjalankan setiap kegiatannya didasarkan pada prinsip syariah seperti yang dikemukakan dalam pasal 1 ayat 12 Undang-undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Prinsip syariah menekankan bahwa pelaku ekonomi untuk selalu menjunjung etika dan moral hukum dalam kegiatan ekonomi. Realisasi dari konsep syariah, pada dasarnya sistem ekonomi/bank syariah memiliki tiga ciri yang mendasar, yaitu prinsip keadilan, menghindarkan kegiatan yang dilarang, serta memperhatikan aspek kemanfaatan (Zainuddin Ali, 2008:20).

Selain sebagai badan usaha yang menjalankan bisnis, Rivai dan Arifin (2010:210) mengatakan bank syariah juga turut aktif dalam kegiatan sosial melalui berbagai kegiatan antara lain:

a) Mempunyai divisi yang menerima dan menyalurkan zakat, infak, dan

sedekah.

b) Memberikan pinjaman kebajikan tanpa bunga (qardhul hasan)

c) Menyisihkan sebagian laba untuk kegiatan sosial,seperti memberikan beasiswa.

(54)

Pada saat pengembalian pinjaman, si peminjam mengembalikan pinjaman dengan sama jumlah yang sama. Apabila tidak mampu membayar, si peminjam tidak boleh diberikan sanksi. Karena prinsip kerelaan hati inilah, maka bank syariah satu-satunya lembanga keuangan yang rela membantu masyarakat yang membutuhkan.

Penelitian pada bank syariah banyak yang hanya terfokus pada penelitian terhadap kinerja bisnis dan keuangan. Padahal sistem yang dilakukan oleh bank syariah lebih unik karena adanya kinerja sosial yang dilakukannya demi terwujudnya tujuan sistem ekonomi Islam dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Karakter unik ini yang mendukung pakar perbankan syariah Internasional untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja sosial pada bank syariah. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Hameed,dkk (2004) yang menggunakan konsep muhasabah. Muhasabah merupakan representasi yang mendasar dari evaluasi kinerja, yang bisa diterapkan untuk individu atau perusahaan. Hal ini kemudian menjadi landasan filosofis penting mengapa perlu dilakukan evaluasi kinerja bagi bank syariah, termasuk kinerja sosialnya yang digunakan bank syariah sebagai kontrol pengukur yang dapat membantu kinerja bank syariah di masa yang akan datang.

(55)

1. Long Term Loan Ratio (LTA)

2. Government Bond Investment Ratio (GBD) 3. Mudarabah-Musharakah Ratio (MM/L).

Hameed, et al. (2004) dengan judul penelitian Alternative Disclosure dan Performance for Islamic Bank’s, merumuskan apa yang disebut

“Islamicity Performance Index”. Dalam metode pengukuran kinerja bagi bank syariah tersebut rasio keuangan yang digunakan antara lain:

1. Profit Sharing Ratio (Mudarabah+Musyarakah/Total Financing) 2. Zakat Performance Ratio (Zakat/Net Asset)

3. Equitable Distribution Ratio

4. Directors-Employees Welfare Ratio (Average directors’remuneration/Average

employees’ welfare)

5. Islamic Investment vs Non-Islamic Investment Ratio

6. Islamic Income vs Non-Islamic Income Ratio.

Penelitian yang dilakukan Hameed, et al. (2004) dilakukan pada bank kinerja Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) dan Bahrain Islamic Bank (BIB).

Islamicity Performance Index yang digunakan menghitung seberapa besar kinerja sosial yang dilakukan oleh kedua bank syariah tersebut.

(56)

Stakeholder (KUS), dan Peningkatan Kapasitas SDI dan Riset (PKSR). Adapun penjelasan dari penelitian kinerja sosial tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kontribusi Pembangunan Ekonomi (KPE)

Kontribusi Pembangunan Ekonomi (KPE) bertujuan untuk menilai peran perbankan syariah dalam pembangunan ekonomi bagi umat dan masyarakat secara umum. Pembangunan adalah suatu proses yang kompleks: kondisi ekonomi, politik, religius, sosial dan kultural yan menguntungkan (Manan, 1997:380). Evaluasi KPE dihitung dari aspek Intensitas Pembiayaan Profit Sharing (MMR), Intensitas Fungsi Agency (AR), Kontribusi Pembangunan Jangka Panjang (KPJP), dan Pendalaman Fungsi Agency (PFA).

1.1 Intensitas Pembiayaan Profit Sharing (MMR)

Rasio intensitas pembiayaan profit sharing atau mudharabah-musyarakah ratio (MMR) digunakan untuk mengukur besarnya fungsi intermediasi bank syariah melalui penyaluran dana dengan akad profit sharing. Hameed, dkk (2004) menyatakan bahwa sasaran utama dari bank syariah adalah profit sharing, sehingga bank syariah harus bisa melihat seberapa besar profit sharing

yang ia dapatkan. Perhitungan rasio ini dapat dilakukan sebgai berikut: MMR =

X 100%

(57)

Kriteria penilaian peringkat untuk rasio MMR adalah: Peringkat 1 = MMR > 50%; Peringkat 2 = 40% < MMR

Gambar

Gambar 2.1 Fungsi Bank Syariah
Gambar 2.3 Skema al-Mudharabah
Tabel 2.2 Bobot Penilaian Faktor Keuangan
Tabel 2.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk performance was better in terms of KAP and ROE, while PT Bank Syariah Mandiri financial performance was better in terms of the CAR and ROA.. Key

Menganalisis efisiensi perbankan syariah (Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia periode 2009-2012) di Indonesia dengan menggunakan variabel-variabel

ANALISIS MENGUKUR TINGKAT EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (STUDI PADA BANK SYARIAH MANDIRI, BANK MEGA SYARIAH, BANK MUAMALAT INDONESIA PERIODE 2009-2012).. ANALISIS

MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI PADA BANK MEGA SYARIAH, BANK MUAMALAT INDONESIA, BANK BNI SYARIAH DAN BANK SYARIAH MANDIRI TAHUN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dengan PT Bank

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dengan PT Bank

Kemampuan Bank BNI syariah, BSM, BMI dan Bank Mega Syariah berdasarkan rasio MR mengindikasikan ke empat bank syariah tersebut mencerminkan risiko sangat

Skripsi dengan judul “ Perbandingan Kinerja Keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia” ini ditulis oleh Muhamad Nur Fatih, 3223103045,