• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Komunikasi Politik Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat (Studi Kasus Mengenai Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda Dalam Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Periode 2015-2020)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika Komunikasi Politik Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat (Studi Kasus Mengenai Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda Dalam Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Periode 2015-2020)"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRACT

Political Dynamics of Comunication Region Conference of DPD PDI Perjuangan West Java (Case Study concerning Political Dynamics of Comunication Younger Chairman Candidate on

Region Conference of DPD PDI Perjuangan West Java Period 2015-2020) By :

Wahyu Khanoris NIM. 41810858

Supervised by:

Olih Solihin, S.S.os., M.I.Kom

This study intends to determine the depth of the Political Dynamics of Communication Region Conference DPD PDIP West Java, with a focus Political Communication Youngest Candidate Chairman Region Conference DPD PDIP in West Java Period 2015-2020. To describe the focus of the study, the researchers divided into several sub-micro problem, namely, the process of political communication and the realities of political communication.

This research method is qualitative interactive methods, Case Study. Subjects in this study amounted to 6 (six) people, obtained through purposive sampling technique. The technique of collecting data through interviews, observation, documentation and library Studies. Testing techniques to test the validity of data credibility by triangualisation and membercheck.

The results showed that, the process of political communication of region conference DPD PDIP West Java is a series of events that occur when Branch Conference, recruitment and screening and final stage is region conference. At all stage of political communication performed by youngest candidate for chairman using the PDI-P Party Structural and personal to the DPC and the PAC as well as the communication to the DPP. By using structural and personal youngest candidate for chairman easier to conduct political communication. The reality of political communication that occurs when region conference PDI-P West Java was held is appear name of Abdy Yuhana within three (3) major candidates for chairman of the PDI-P, West Java. As well as chairman of the youngest candidate gets 69 sound recommendation of DPC and PAC.

Conclusion of The process of political communication region conference DPD PDIP West Java that the process of political communication occurs when branch conference, recruitment and screening, and the final is region conference that happened so dynamic, in which youngest candidates chairman doing political communication by utilizing the structural hierarchy of the party and personal. The reality of Political Communication DPD PDIP West Java appear name of candidates as the youngest chairman as three candidates recommended by the DPP. Following the unanimously council, TB.Hassanudin elected as Chairman, Abdy Yuhana as secretary and Aang Hamid Suganda as Vice Chairman.

Suggestions Process of Political Communication region conference DPD PDIP West Java should be made more open again, where candidates can explained the vision and mission before the holding of the process of consensus, so that participants are able to see the quality of candidates. The reality of political communication region conference DPD PDI-P of West Java in the process there is still interference and obstacles ie the day of the resignation region conference it greatly influence the course region conference including dynamic names of candidates who will be recommended by the DPP PDI-P, West Java.

(2)

iii ABSTRAK

DINAMIKA KOMUNIKASI POLITIK KONFERDA DPD PDI PERJUANGAN JAWA BARAT (Studi Kasus Mengenai Dinamika Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda Dalam Konferda DPD

PDI Perjuangan Jawa Barat Periode 2015-2020) Oleh:

Wahyu Khanoris NIM. 41810858

Skripsi ini dibawah bimbingan: Olih Solihin, S.S.os., M.I.Kom

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahuai secara mendalam tentang Dinamika Komunikasi Politik Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat dengan fokus Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda Dalam Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Periode 2015-2020. Untuk menjabarkan fokus penelitian , maka peneliti membagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu, proses komunikasi politik dan realitas komunikasi politik.

Metode penelitian ini adalah metode kualitatif interaktif Studi Kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 6 (enam) orang, yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data melalui Wawancara, Observasi, Dokumentasi dan Studi Pustaka. Teknik uji keabsahan data dengan uji credibilitydengan cara triangualisasi, danmembercheck.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, Proses komunikasi politik konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat adalah sebuah rentetan kejadian yang terjadi saat konfecab, penjaringan & penyaringan dan terakhir tahap konferda. Pada semua tahap komunikasi politik yang dilakukan oleh calon ketua termuda mengunakan Struktural Partai PDI Perjuangan dan personal ke DPC & PAC serta komunikasi ke DPP. Dengan mengunakan Struktural dan personal calon ketua termuda lebih mudah untuk melakukan komunikasi politiknya. Realitas komunikasi politik yang terjadi saat Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat yaitu menculnya nama Abdy Yuhana dalam 3 (tiga) besar calon ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat. Serta calon ketua termuda mendapat 69 suara rekomendasi dari DPC dan PAC.

Kesimpulan Proses komunikasi politik konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat bahwa proses komunikasi politik terjadi pada saat konfercab, penjaringan dan penyaringan dan terakhir yaitu Konferda yang terjadi begitu dinamis, dimana calon ketua termuda melakukan komunikasi politik dengan memanfaatkan hierarki struktural partai dan personal. Realitas Komunikasi Politik DPD PDI Perjuangan Jawa Barat munculnya nama calon ketua termuda sebagai ketiga calon ketua yang direkomendasikan oleh DPP. Setelah dilakukan nya Musyawarah mufakat terpilihlah TB.Hassanudin sebagai Ketua, Abdy Yuhana sebagai Sekertaris dan Aang Hamid Suganda sebagai Wakil Ketua.

Saran Proses Komunikasi Politik Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat harus dilakukan lebih terbuka lagi, dimana calon ketua bisa memaparkan visi-misinya terlebih dahulu sebelum diadakannya proses musyawarah mufakat, agar peserta mampu melihat kualitas calon. Realitas komunikasi politik Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat dalam prosesnya masih adanya ganguan dan hambatan misal adanya pengunduran hari dilaksanakannya konferda hal tersebut sangat mempengaruhi jalannya konferda termasuk dinamisnya nama-nama calon ketua yang bakal direkomendasikan oleh DPP PDI Perjuangan Jawa Barat.

(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi Politik sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian

pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan

ini bersifat empirik, karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial dan

komunikasi politik dilakukan saat kegiatan politik dalam sistem politik.

Komunikasi politk yang dibangun oleh salah satu kandidat calon dalam

merancang strategi untuk mendapat dukungan dan kepercayaan dari para kader

PAC dan DPC, guna menduduki posisi ketua merupakan suatu proses bangunan

komunikasi politik yang dilakukan secara terus-menerus oleh salah satu calon

kandidat untuk mencapai dan mendapat dukungan serta memenuhi target

politiknya.

Bangunan komunikasi yang dilakukan dengan terus menjaga hubungan baik,

keterbukaan informasi dan membangun kepercayaan antar kader merupakan hal

yang sangat penting bagi calon ketua untuk mendapatkan suatu dukungan dari

para kader-kader partai. Karena seorang organisatoris harus pandai dalam

menjaga hubungan baik dengan berkomunikasi kepada para kader.

Pemilihan calon ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat melibatkan seluruh

elemen partai PDI Perjuangan dari tingkatan Dewan Pimpinan Cabang (PAC),

Dewan Pimpinan Cabang (DPC), Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan sampai

(4)

2

mempunyai peranan masing-masing tentu yang diatur di anggaran dasar/anggaran

rumah tangga yang disingkat dengan AD/ART dan surat keputusan (SK) dari

Partai PDI Perjuangan.

Pergantian ketua siliberganti dalam sebuah Partai Politik merupakan sebuah

tradisi lima tahunan yang dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,

pergantian tersebut merupakan keharusan yang terus dilakukan Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan guna untuk mejalankan AD/ART dan amanat organisasi

dalam menjaga regenerasi dan kestabilan suatu partai politik.

Momentum pemilihan calon ketua ditingkatan DPD adalah pemilihan yang

dilakukan ditingkatan Provinsi yang dilakukan oleh kader-kader partai untuk

melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan partai ditingkatan provinsi untuk

melakukan regenerasi dan menggantikan kepengurusan yang lama dengan

kepengurusan yang baru.

Musyawarah mufakat dalam ajang suatu pemilihan baik ditingkatan

Pengurus Anak Cabang (PAC), Dewan Pimpinan Cabang (DPC), Dewan

Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) merupakan suatu

prinsip yang pertama kali dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

pada tahun 2015 dalam melakukan pemilihan calon ketua dan kewajiban

organisasi, musyawarah mufakat merupakan suatu yang baru dalam kubu partai

PDI Perjuangan untuk mengindikasikan partai ini kearah moderenitas tetapi tidak

menghilangkan nilai-nilai atau prinsip dari Pancasila itu sendiri. Peneliti mengajak

(5)

3

PAC, DPC hingga DPD, PDI Perjuangan menggunakan system one man one vote

dari tahun 2000, 2005 dan 2010.

Kecendrungan para kandidat calon ketua yang rata-rata berumur 50 tahun

keatas untuk mencalonkan ketua DPD PDI Perjuangan khususnya Jawa Barat,

ketika ada salah satu kandidat calon yang berumur dibawah 40 tahun merupakan

suatu hal yang tidak lumrah. Karena kalau melihat fakta terdahulu dalam

pemilihan calon ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat dari periode tahun 2000,

2005, 2010 dan sampai ke tahun 2015 ada satu kandidat yang lebih muda ketika

(6)

4

Table Kandidat Calon Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Tabel 1.1

Komparasi Calon Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat periode 2000, 2005, 2010 s/d 2015

Periode Pencalonan Calon Ketua DPD

PDIP Jawa Barat

Nama Calon Ketua DPD PDIP Jawa Barat

(Sumber: Arsip DPD PDI Perjuangan Jawa Barat 2015)

DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat merupakan organisasi partai

politik PDI Perjuangan yang berada di Provinsi Jawa Barat memiliki kewenangan

(7)

5

Dewan Pengurus Cabang (DPC) sampai tingkat ranting sesuai dengan pedoman

Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang berlaku.

PDI Perjuangan merupakan partai politik yang sebenarnya adalah partai

yang secara langsung memiliki tali kesejarahan dengan partai politik masa orde

lama. PDI Perjuangan sebenarnya kelanjutan dari Partai Demokrasi Indonesia

yang berdiri pada tanggal 10 Januari 1973. Partai Demokrasi Indonesia itu lahir

dari hasil fusi 5 (lima) partai politik PNI, PARKINDO, Partai Katolik, Ikatan

Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) dan Partai Murba.

Reformasi telah membawa perubahan terhadap aspek-aspek kehidupan di

Indonesia, baik dari segi sistem politik, ekonomi, hukum, budaya dan aspek

lainnya telah mengalami pergeseran struktur sejak reformasi bergulir. Perubahan

sistem yang multidimensi seperti ini telah menjadikan perubahan peta kekuatan

politik baik di pusat maupun di daerah, yang menuntut adanya suatu pembaharuan

dalam sistem politik agar lebih terbuka dan demokratis sesuai dengan harapan

terciptanya suatu kestabilan politik yang dinamis.

Dampak reformasi terhadap bidang politik adalah tumbuh kembangnya

suatu sistem politik itu sendiri terhadap tuntutan perubahan, seperti bentuk negara,

sistem pemerintahan maupun sistem kepartaian. Salah satu implikasi dari

reformasi tersebut adalah perubahan sistem kepartaian. Partai politik merupakan

organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara

Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk

memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa

(8)

6

Politik sebagai suatu peristiwa, kegiatan, atau proses yang melibatkan

pemerintah dan masyarakat dalam suatu negara dalam membuat kebijakan,

keputusan, atau mendistribusikan nilai (berupa barang dan jasa) untuk

mewujudkan kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat, bangsa, dan

negara.

Komunikasi politik mempunyai arti yang sangat penting, terutama di era

reformasi sekarang ini. Iklim keterbukaan dan demokratisasi yang dibangun,

desentralisasi dan otonomi daerah, serta pemilihan presiden dan wakil presiden

secara langsung, maupun pemilihan kepala daerah yang juga nantinya dilakukan

secara langsung akan semakin menambah pentingnya arti komunikasi politik di

Indonesia.

Komunikasi politik sebagai suatu teori memang memiliki universalitas

atau keberlakuan secara umum. Akan tetapi sebagai suatu praktik, komunikasi

tentu memiiki perbedaan-perbedaan sebagai akibat adanya perbedaan adat istiadat

dan budaya organisasi. Komunikasi politik itu sendiri di pengaruhi oleh sistem

budaya dan sistem politik itu sendiri. Apabila di masa sebelum reformasi,

komunikasi politik yang berkembang di Indonesia lebih bersifat satu arah yakni

dari atas ke bawah (updown), maka di dalam era reformasi ini komunikasi yang

berkembang di Indonesia lebih bersifat dua arah, yakni tidak hanya dari atas ke

bawah tapi juga dari bawah ke atas (bottom up). Perubahan ini sejalan dengan

perubahan sistem politik dan sistem sosial yang diterapkan di Indonesia, dari

sistem politik yang otoriter dan tersentralisasi menjadi sistem politik dan sistem

(9)

7

Sang aktor atau komunikator politik dapat mengerti bahwa isi, tujuan dan

keinginan pesan politik yang disampaikan adalah untuk mempengaruhi dan

menggalang kepercayaan untuk suatu kedudukan tertentu. Komunikasi politik ini

sangat penting karena mengandung pesan yang nantinya akan mempengaruhi

orang lain supaya bersedia untuk mendukungnya. Di dunia politik tidak bisa

terlepas dari persaingan, terutama di dalam era yang dipenuhi persaingan seperti

sekarang dan dalam dunia politik, persaingan dapat terjadi dalam banyak hal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis

merumuskan pokok masalah yang akan diteliti sebagai berikut yang terbagi ke

dalam rumusan masalah makro (umum) serta rumusan masalah mikro (khusus).

1.2.1 Rumusan Masalah Makro

Adapun rumusan masalah makro terkait masalah yang akan diteliti

oleh penelliti yaitu:

Bagaimana Dinamika Komunikasi Politik Konferda DPD PDI Perjuang

Jawa Barat

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

Adapun rumusan masalah makro terkait masalah yang akan diteliti oleh

(10)

8

1.Bagaimana Proses Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda dalam

Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Periode 2015-2020?

2.Bagaimana Realitas Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda dalam

Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Periode 2015-2020?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan oleh

peneliti mengenai dinamika komunikasi politik konferda DPD PDI

Perjuangan Jawa Barat adalah sebagai berikut:

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui serta

menganalisa tentang dinamika komunikasi politik konferda DPD PDI

Perjuangan Jawa Barat.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk membuat penelitian ini lebih terarah maka perlu dirumuskan

tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1)Untuk Mengetahui Proses Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda

dalam Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat.

2) Untuk Mengetahui Realitas Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda

(11)

9 1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis

sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk

menambah disiplin ilmu dalam kajian Komunikasi Politik guna melengkapi

karya-karya yang sudah ada.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan Praktis yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:

1.4.2.1Kegunaan Bagi Peneliti

Adapun kegunaan penelitian ini bagi peneliti adalah meningkatkan

penegtahuan peneliti dalam mempelajari komunikasi politik dan disiplin ilmu

komunikasi.

1.4.2.2Kegunaan Bagi Akademik

Adapun kegunaan penelitian ini secara akademik diharapkan dapat:

1. Dapat memberikan informasi yang berguna bagi pengembangan dan

menambah khazanah ilmu komunikasi, khususnya yang berkaitan dengan

(12)

10

2. Memperkaya hasil-hasil penelitian komunikasi yang menggunakan

pendekatan kualitatif dengan tradisi studi kasus yang menggunakan

perspektif komunikasi politik.

3. Sebagai bahan masukan yang berguna untuk penelitian selanjutnya

dibidang yang sama atau yang ada hubungannya dalam pengembangan

ilmu pengetahuan secara umum dan pengembangan di bidang ilmu

(13)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Penelitian

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang relevan mengenai

penelitian ini, serta study literature, dokumen atau arsip yang mendukung, yang

telah dilakukan sebagai pedoman pelaksanaan pra penelitian. Hal ini dilakukan

guna menambahkan ilmu dan melengkapi penelitian yang berkaitan dengan

Dinamika Komunikasi Politik DPD PDI Perjuangan Jawa Barat (Studi Kasus

Mengenai Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda Dalam Pemilihan Ketua

DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Periode 2015-2020.

2.1.1 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

No Judul Penyusun/Tahun Hasil Penelitian

1 Dinamika Komunikasi Politik Nahdatul Ulama

Saluran dan artikulasi

komunikasi politik NU

berlangsung dalam etika

oraganisasi diperkuat oleh

pemikiran-pemikiran “politik agama” yang dirumuskannya.

(14)

12

kaum nahdliyin secara umum

berakar pada pandangan

religius, ahlassunnah wal

jamaah, yang menjadi dasar

hamper semua perilaku

organisatoris yang

2 Komunikasi Politik Melalui Media Masa

Pasangan Mochtar

Muhammad – Rahmat Effendi Dalam Pilkada

Walikota Bekasi

Periode 2008-2013.

Misliyah Hasil dari penelitian

menunjukkan kegiatan

sosialisasi politik yang

digunakan Mochtar

Muhammad - Rahmat Effendi

banyak menggunakan media

cetak dan media

elektronik.peranan media masa

dalam mensosialisasikan

(15)

13

bekasi terdiri dari beberapa

faktor, keberhasilan publitas

melalui media masa didukung

oleh beberapa partai besar.

Sedangkan faktor yang

menjadi penghambat yaitu

munculnya masalah dan

berbagai kecurangan di

lapangan dan masih tingginya

golput.

Sumber: Data Peneliti 2015

2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi

Sebagai mahluk sosial setiap manusia secara alamiah memiliki potensi

komunikasi, bahkan ketika manusia itu diam manusia itu sedang

berkomunikasi, mengkomunikasikan keadaan perasaannya. Baik secara

sadar maupun tidak manusia pasti berkomunikasi, komunikasi pun dapat

kita temukan di semua sendi-sendi kehidupan, dimana setiap proses interaksi

antara manusia dengan manusia lain pasti terdapat komunikasi.

Ilmu Komunikasi merupakan ilmu sosial terapan, bukan ilmu sosial

murni, ilmu komunikasi tidak bersifat absolut, sifat ilmu komunikasi dapat

berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman, hal tersebut dikarenakan

(16)

14

manusia, sedangkan perilaku atau tingkah laku manusia dapat dipengaruhi

oleh lingkungan, termasuk perkembangan zaman.

Sifat ilmu komunikasi adalah interdisipliner atau multidisipliner. Maka

dari itu ilmu komunikasi dapat menyisip dan berhubungan erat dengan ilmu

sosial lainnya. Hal itu disebabkan oleh objek materialnya sama dengan

ilmu-ilmu sosial lainnya, terutama ilmu-ilmu sosial kemasyarakatan.

Banyak definisi dan pengertian tentang komunikasi para ahli

komunikasi untuk dapat menjelaskan apa itu komunikasi. Wiryanto dalam

bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa:

“Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum bersama-sama.” (Wiryanto, 2004:5)

Effendy, menjelaskan lebih jauh, bahwa dalam perkembangan

selanjutnya, komunikasi dapat berlangsung melalui banyak tahap, bahwa

sejarah tentang komunikasi massa dianggap tidak tepat lagi karena tidak

menjangkau proses komunikasi yang menyeluruh. Penelitian yang dilakukan

oleh Paul Lazarsfeld, Bernald Berelson, Hazel Gaudet, Elihu Katz, Robert

Merton, Frank Stanton, Wilbur Schramm, Everett M. Rogers, dan para

cendekiawan lainnya menunjukkan bahwa:

(17)

15

banyak dilakukan atas dasar hasil komunikasi antarpersonal (interpersonal communication) dan komunikasi kelompok (group communication) sebagai kelanjutan dari komunikasi massa (mass communication)” (Effendy,2005:4).

Pengertian komunikasi lainnya bila ditinjau dari tujuan manusia

berkomunikasi adalah untuk menyampaikan maksud hingga dapat

mengubah perilaku orang yang dituju, menurut Mulyana sebagai berikut:

“Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)

menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk

mengubah perilaku orang lain)”. (Mulyana, 2003:62)

Selain itu, Joseph A Devito menegaskan bahwa komunikologi adalah

ilmu komunikasi, terutama komunikasi oleh dan di antara manusia. Seorang

komunikologi adalah ahli ilmu komunikasi. Istilah komunikasi

dipergunakan untuk menunjukkan tiga bidang studi yang berbeda: proses

komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, dan studi mengenai proses

komunikasi. Luasnya komunikasi ini didefinisikan oleh Devito sebagai:

(18)

16

Menurut Roger dan D Lawrence (1981), mengatakan bahwa komunikasi adalah : “Suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk

atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada

gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara, 2004

:19)

Sementara Raymond S Ross, melihat komunikasi yang berawal dari

proses penyampaian suatu lambang:

“A transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source.”

(Proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.) (Rakhmat, 2007:3).

Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di atas, dapat

disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan

atau informasi antara dua orang atau lebih, untuk memperoleh kesamaan arti

atau makna diantara mereka.

2.1.3 Komponen-Komponen Komunikasi

Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi diatas, dapat

disimpulkan bahwa komunikasi terdiri dari proses yang di dalamnya

terdapat unsur atau komponen. Menurut Effendy (2005:6), Ruang Lingkup

(19)

17 1. Komunikator (communicator)

2. Pesan (message)

3. Media (media)

4. Komunikan (communicant)

5. Efek (effect)

Untuk itu, Lasswell memberikan paradigma bahwa komunikasi adalah

proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui

media yang menimbulkan efek tertentu.

2.1.3.1Komunikator Dan Komunikan

Komunikator dan komunikan merupakan salah satu unsur terpenting

dalam proses komunikasi. Komunikator sering juga disebut sebagai

sumber atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau

encoder.

Hafied Cangara dalam bukunya ”Pengantar Ilmu Komunikasi”

mengatakan bahwa:

(20)

18

Begitu pula dengan komunikator atau penerima, atau dalam bahasa Inggris

disebut audience atau receiver. Cangara menjelaskan:

”Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara”. Selain itu, ”dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber”. Cangara pun menekankan: ”Kenalilah khalayakmu adalah prinsip dasar dalam berkomunikasi. Karena mengetahui dan memahami karakteristik penerima (khalayak), berarti suatu peluang untuk mencapai keberhasilan komunikasi” (Cangara, 2004:25).

2.1.3.2 Pesan

Pesan yang dalam bahasa Inggris disebut message, content, atau

information, salah unsur dalam komunikasi yang teramat penting, karena

salah satu tujuan dari komunikasi yaitu menyampaikan atau

mengkomunikasikan pesan itu sendiri. Cangara menjelaskan bahwa:

”Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda” (Cangara, 2004:23).

2.1.3.3 Media

Media dalam proses komunikasi yaitu, ”Alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima” (Cangara, 2004:23).

Media yang digunakan dalam proses komunikasi bermacam-macam,

tergantung dari konteks komunikasi yang berlaku dalam proses

komunikasi tersebut. Komunikasi antarpribadi misalnya, dalam hal ini

(21)

19

Selain itu, ”Ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi” (Cangara, 2004:24).

Lebih jelas lagi Cangara menjelaskan, dalam konteks komunikasi

mass media, yaitu:

”Alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surata kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk, dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televisi, video recording, komputer, electronic board, audio casette, dan semacamnya” (Cangara, 2004:24)

2.1.3.4 Efek

Efek atau dapat disebut pengaruh, juga merupakan bagian dari proses

komunikasi. Namun, efek ini dapat dikatakan sebagai akibat dari proses

komunikasi yang telah dilakukan. Seperti yang dijelaskan Cangara, masih

dalam bukunya ”Pengantar Ilmu Komunikasi”, pengaruh atau efek adalah:

“Perbedaaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang” (De Fleur, 1982, dalam Cangara, 2004:25).

(22)

20 2.1.4 Tujuan Komunikasi

Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan, secara

umum tujuan komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan memahami

maksud makna pesan yang disampaikan, lebih lanjut diharapkan dapat

mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun perilaku.

Menurut Onong Uchjana dalam buku yang berjudul Ilmu Komunikasi

Teori dan Praktik, menyebutkan ada beberapa tujuan dalam berkomunikasi,

yaitu:

A. Perubahan sikap (attitude change)

B. Perubahan Pendapat (opinion change)

C. Perubahan Perilaku (behavior change)

D. Perubahan Sosial (sosial change).

(Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik 2005:8)

Sedangkan Joseph Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia

menyebutkan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:

A. Menemukan

Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara baik diri kita

sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Komunikasi juga

memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar yang dipenuhi

(23)

21 B. Untuk Berhubungan

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan

dengan orang lain

C. Untuk Meyakinkan

Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar

mengubah sikap dan perilaku kita.

D. Untuk Bermain

Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk

bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak (Devito,

Komunikasi Antar Manusia, 1997:31)

2.1.5Ruang Lingkup Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat

Komunikasi, ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah

dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup

nya dan banyak dimensinya. Para mahasiswa acap kali mengklasifikasikan

aspek-aspek komunikasi ke dalam jenis-jenis yang satu sama lain berbeda

konteksnya. Berikut ini adalah penjenisan komunikasi berdasarkan

konteksnya.

1.Bidang Komunikasi

Yang dimaksud dengan bidang ini adalah bidang pada kehidupan

(24)

22

kehidupan lain terdapat perbedaan yang khas, dan kekhasan ini

menyangkut pula proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya,

komunikasi meliputi jenis-jenis sebagai berikut:

1) Komunikasi sosial (sosial communication)

2) Komunikasi organisasi atau manajemen (organizational or

management communication)

3) Komunikasi bisnis (business communication)

4) Komunikasi politik (political communication)

5) Komunikasi internasional (international communication)

6) Komunikasi antar budaya (intercultural communication)

7) Komunikasi pembangunan (development communication)

8) Komunikasi tradisional (traditional communication)

2. Sifat Komunikasi

Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Komunikasi verbal (verbal communicaton)

a.Komunikasi lisan

b.Komunikasi tulisan

2) Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)

a.kial (gestural)

b.gambar (pictorial)

3) Tatap muka (face to face)

(25)

23 2. Tatanan Komunikasi

Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses

komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang,

sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara

tersebar. Berdasarkan situasi komunikasi seperti itu, maka

diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:

a. Komunikasi Pribadi (Personal Communication)

Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)

b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)

Komunikasi kelompok kecil (small group communication)

Komunikasi kelompok besar (big group communication)

c. Komunikasi Massa (Mass Communication)

Komunikasi media massa cetak (printed mass media)

Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media)

3. Fungsi Komunikasi

Fungsi Komunikasi antara lain:

a. Menginformasikan (to Inform)

b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertaint)

(26)

24 4. Teknik Komunikasi

Istilah teknik komunikasi berasal dari bahasa Yunani “technikos”

yang berarti ketrampilan. Berdasarkan ketrampilan komunikasi yang

dilakukan komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi:

a. Komunikasi informastif (informative communication)

b. Persuasif (persuasive)

c. Pervasif (pervasive)

d. Koersif (coercive)

e. Instruktif (instructive)

f. Hubungan manusiawi (human relations) (Effendy, 2005:55)

5. Metode Komunikasi

Istilah metode dalam bahasa Inggris “Method” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang

merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang

pasti, mapan, dan logis.

Atas dasar pengertian diatas, metode komunikasi meliputi

kegiatan-kegiatan yang teroganisaasi sebagai berikut:

1) Hubungan Masyarakat

a. Periklanan

b. Propaganda

c. Perang urat syaraf

(27)

25 a. Jurnalisme

b. Jurnalisme cetak

c. Jurnalisme elektronik (Effendy, 2003: 56)

2.2 Politik

Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana

kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat

melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara

anggota-anggotanya (Hague et al dalam Budiardjo, 2008:16).

Sedangkan menurut Roelofs dalam buku Dan Nimmo, Politik adalah pembicaraan atau lebih tepat, kegiatan politik (berpolitik) adalah berbicara. Roelofs menekankan bahwa politik tidak hanya pembicaraan, juga tidak semua pembicaraan adalah politik. Akan tetapi, “hakekat pengalaman politik dan bukan hanya kondisi dasarnya ialah bahwa ia adalah kegiatan berkomunikasi antar orang.

Sedangkan pelaksanaan tujuan diantaranya berupa penyusunan kebijakan

umum yang menyangkut distribusi dan alokasi atas sumber daya yang ada dalam

negara. Untuk melaksanakan kebijakan itu perlu adanya kekuasaan (power) dan

kewenangan (authority). Dengan demikian konsep pokok dalam politik meliputi

negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making),

(28)

26 2.3 Pengertian Komunikasi Politik

Komunikasi Politik sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian

pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan

ini bersifat empirik, karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial.

Sedangkan sebagai kegiatan ilmiah, komunikasi politik adalah salah satu kegiatan

politik dalam sistem politik (Maswadi Rauf,1993: 32– 33).

Menurut Rush dan Althoff (1997:255) Komunikasi politik adalah transmisi informasi yang relevan secara politis dari satu bagian sistem politik – merupakan unsur dinamis dari suatu sistem politik; dan proses sosialisasi, partisipasi serta rekrutmen politik bergantung pada komunikasi. Secara sederhana unsur-unsur tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Sistem Politik dalam Komunikasi Politik (Rush and Athhoff)

Budaya Politik

Sistem Politik Komunikasi Politik

Komunikasi politik adalah salah satu dari tujuh fungsi yang dijalankan oleh

setiap sistem politik. Dalam kata-kata Almond sendiri:

(29)

27

Dalam buku The Politics of The Development Areas, pada tahun 1960.

Almond berpendapat bahwa:

“komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik sehingga terbuka kemungkinan bagi para ilmuwan politik untuk memperbandingkan berbagai sistem politik dengan latar belakang budaya yang berbeda (Maswadi Rauf, 1993: 21).

Faktor tujuan dalam komunikasi politik itu, jelas pula tampak pada definisi

yang diketengahkan oleh Lord Windlesham dalam karyanya, What is political

communication adalah:

“Komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat komunikasi berperilaku tertentu (Effendy, 2002: 158).”

“Menurut Dan Nimmo (2005: 8) “komunikasi Politik yaitu (kegiatan) komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan konsekuensi – konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik. “

Dengan demikian, inti komunikasi politik adalah komunikasi yang

diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah

yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi tersebut dapat mengikat suatu

kelompok atau warga tertentu. Komunikasi politik dengan demikian adalah upaya

sekelompok manusia yang mempunyai orientasi, pemikiran politik atau ideology

tertentu dalam rangka menguasai atau memperoleh kekuasaan.

Komunikator itu sendiri sebagaimana dikemukakan oleh Rakhmat (dalam

Dan Nimmo, 2005) digolongkan menjadi tiga yaitu politisi, profesional dan

(30)

28

politik. Nimmo (2005;30) menjelaskan secara rinci mengenai komunikator politik

ini. Ia memaparkan bahwa terdapat tiga macam komunikator politik.

Pertama, adalah komunikator politik yang mempunyai pekerjaan sebagai

politisi/politikus, mereka adalah calon atau pemegang jabatan tertentu di

pemerintahan. Tak peduli apakah ia ditunjuk atau pejabat karir dan tak

mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, legislatif atau yudikatif. Pekerjaan

mereka adalah aspek utama kegiatan ini. Politisi atau politikus inilah yang sering

juga disebut sebagai elite politik. Dalam kegiatan keseharian, para politikus harus

melakukan komunikasi politik. Hal ini dilakukan, untuk mengomunikasikan pesan

pesan poitik kepada sesama politikus, pesan politik ini bisa berupa tuntutan,

protes dan kebijakan. kemudian, melakukan komunikasi politik kepada

masyarakat.

Kedua; profesional sebagai komunikator politik muncul diakibatkan karena

berkembangnya perangkat teknologi media massa. Ia menyuarakan pendapat

komunikator politik yang sesungguhnya dan menghubungkan dengan masyarakat,

menghubungkan publik umum, dengan pemimpin politik dan membantu

menempatkan masalah dan peristiwa pada agenda diskusi publik. Yang termasuk

dalam profesional adalah para jurnalis (reporter, koordinator berita, penerbit,

pengarah berita, eksekutif stasiun dan lainnya). Profesional lainnya adalah

promotor, ia adalah orang yang dibayar untuk mengajukan kepentingan langganan

tertentu. Seperti agen publisitas, tokoh masyarakat, pejabat humas, pejabat

(31)

29

Komunikator yang ketiga adalah aktivis, yang dimaksud dengan aktivis

adalah orang-orang yang tidak bekerja untuk kepentingan politik. Namun

tugasnya adalah menjadi juru bicara atau sebagai peloby. Politik bukan lapangan

pekerjaannya, namun ia terlibat baik dalam kegiatan politik walaupun dalam

komunikasi. Karena itulah ia disebut aktivis politik. Aktivis lainnya yang juga

berfungsi sebagai komunikator politik adalah pemuka masyarakat.

Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa ”penggabungan kepentingan” (interest aggregation) dan “perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi public policy (Budiardjo, 2008: 406).”

Dari pengertian-pengertian di atas menunjukkan pada sikap dan perilaku

seluruh individu yang berada dalam lingkup sistem politik, sistem pemerintahan

atau sistem nilai baik sebagai pemegang kekuasaan maupun sebagai masyarakat

untuk terwujudnya suatu jalinan komunikasi antara pemegang kekuasaan

(pemerintah) dengan masyarakat yang mengarah kepada sifat-sifat integrative.

Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang

terjadi pada saat fungsi-fungsi itu dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi

komunikasi politik terdapat secara inherent di dalam setiap fungsi sistem politik.

Dari beberapa pendapat mengenai komunikasi politik tersebut, dapat

disimpulkan bahwa komunikasi politik merupakan suatu penyampaian pesan

politik antara pemerintah, partai politik, dan juga warga masyarakat untuk

menyampaikan ide, gagasan, dan pemikiran yang dapat mempengaruhi seluruh

(32)

30

yang telah ditentukan bersama. Jadi, dilihat dari sistem dan pengertian komunikasi

politik di atas komunikasi politik merupakan suatu proses penyampaian informasi

atau pesan yang dilakukan oleh pimpinan partai politik terhadap anggota partai

politik dengan saluran/media berupa lisan maupun tulisan dan diharapkan anggota

partai politik tersebut mengerti dan menyetujui dari apa yang telah disampaikan.

2.3.1 Unsur-Unsur Komunikasi Politik

Tabel 2.2

Unsur-Unsur Komunikasi Politik

Keterangan:

a. Komunikator/sender/ sumber = Pengirim pesan

b. Encoding: Proses penyusunan ide menjadi simbol/pesan

c. Message = Pesan

d. Media = Saluran

e. Decoding – Proses pemecahan/ penerjemahan simbol-simbol Sumber

Pesan

Feedback

(33)

31 f. Feedback = Umpan balik/ respon

g. Komunikan (receiver)/ pendengar (audiens) = Penerima pesan

Komunikasi politik dilakukan melalui proses yang meliputi unsur-unsur

komunikasi politik yaitu (Nimmo, 2004:16):

a. Sumber

Para komunikator politik ini adalah pols, yakni politikus yang

hidupnya dari manipulasi komunikasi, dan vols, yaitu warga negara yang

aktif dalam politik berdasarkan paruh waktu (part-time) dan sukarela

(voluntary).

b. Pesan

Sebagian besar politik adalah pembicaraan. Untuk memahami

mengatakan apa dari komunikasi politik, dan gunanya untuk mula-mula

melihat bahasa yang digunakan orang dalam berbicara, yaitu gejala

linguistik politik. Komunikator politik menggunakan bahasa dan simbol,

baik untuk meyakinkan khalayak.

c. Saluran

Media politik sebagi sarana saluran politik dapat dibagi menjadi:

saluran massa, interpersonal, dan organisasi. Pemerintah dan pers sebagai

sumber dan saluran komunikasi politik. Jika perbuatan politik kita

diturunkan dari makna yang kita berikan kepada objek-objek politik, maka

(34)

komunikasi-32

opini karena kenyataan bahwa kita memperoleh begitu banyak informasi

politik kita langsung dari siaran berita televisi dan dari surat kabar.

d. Audiens atau pendengar

Komunikasi terlibat dalam perbuatan gabungan atau transaksi antara

sumber dan penerima. Khalayak komunikasi politik bukanlah wadah yang

pasif yang ke dalamnya para pemimpin politik dengan berbagai

karakteristik dan motif hanya menuangkan beraneka imbauan dengan

menggunakan bahasa, simbol, piranti, dan media yang menarik.

e. Umpan balik

Akibat komunikasi diturunkan dari interaksi antara tiga unsur yang dapat

dipisahkan: pesan, khalayak yang diduga akan dipengaruhi, dan pengaruh

yang diakibatkannya. Singkatnya, akibat tidak ditentukan terpisah dari

interpretasi: bahkan, akibat adalah tindakan interpretatif sinambung yang

diturunkan dari penyusunan opini personal, sosial, dan politik.

2.3.2 Bentuk-bentuk Komunikasi Politik

Terdapat berbagai bentuk komunikasi politik yang biasa dilakukan oleh

politikus atau aktivis politik untuk mencapai tujuan politiknya. Teknik

komunikasi yang dilakukan diarahkan untuk mencapai dukungan-legitimasi

(otoritas sosial), yang meliputi tiga level, yaitu pengetahuan, sikap sampai dengan

perilaku khalayak. Bentuk-bentuk komunikasi politik menurut Arifin (2003: 65)

antara lain, retorika politik, agitasi politik, propaganda politik, public relations

(35)

33 1) Retorika politik

Retorika politik atau pidato politik sebagai suatu seni berbicara memang

memiliki daya persuasi politik yang sangat tinggi, dengan menggunakan bahasa

lisan yang indah (irama, mimik, dan intonasi suara). Arifin (2003: 65)

2) Public relations politik

Public relations politik sebagai bentuk kegiatan dalam melakukan

hubungan dengan masyarakat, secara jujur (tidak berbohong), terbuka, rasional

(tidak emosional), dan timbal balik (dua arah).

3) Kampanye politik

Kampanye politik adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan oleh

seorang atau sekelompok orang atau organisasi politik dalam waktu tertentu untuk

memperoleh dukungan politik dari rakyat.

4) Lobi politik

Lobi politik dan forum politik, merupakan forum pembicaraan politik yang

dalam perspektif komunikasi politik tercakup dalam komunikasi antar pesona atau

(36)

34 5) Pola tindakan politik

Tindakan politik dalam peristiwa komunikasi politik bertujuan untuk

membentuk citra (image) politik bagi khalayak (masyarakat), yaitu gambaran

tentang realitas politik yang memiliki makna.

2.3.3 Faktor-faktor Penghambat Komunikasi Politik

Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Komunikasi Politik

Unsur-unsur sistem komunikasi politik tersebut dapat dipengaruh oleh faktor-faktor

pendorong dan faktor-faktor penghambat, seperti di bawah ini.

1) Hubungan komunikator-komunikan

Politikus, baik representatif maupun ideolog, berkomunikasi untuk

kepentingan para pemilih atau untuk kepentingan tujuan. Juru bicara kelompok

terorganisasi dan pemuka pendapat memainkan peran yang jauh lebih aktif dalam

komunikasi politik dibandingkan dengan warga negara pada umumnya. Dalam

komunikasi politik, partisipan adalah anggota khalayak yang aktif yang tidak

hanya memperhatikan apa yang dikatakan oleh para pemimpin politik, tetapi juga

menanggapi dan bertukar pesan dengan para pemimpin Itu. Ringkasnya,

partisipan politik melakukan kegiatan bersama dan bersama-sama dengan para

pemimpin politik, yaitu mereka sama-sama merupakan komunikator politik

(37)

35 2) Faktor sosial-ekonomi

Banyak cara menentukan seseorang untuk dikategorikan ke dalam kelas

sosial mana; tetapi pada umumnya, kelas itu merupakan fungsi dari pekerjaan,

pendapatan, dan pendidikan orang. Anggota kelas atas dan kelas menengah adalah

orang dengan pekerjaan profesional-manajerial dengan pendapatan tinggi dan

berpendidikan akademis; anggota kelas menengah bisa pegawai administrasi atau

pegawai keahlian (skilled) yang pendapatannya relatif baik dan seringkali, tetapi

tidak terlalu, memiliki gelar akademis; kelas rendah mencakup buruh kasar

dengan pendidikan sekolah menengah atau yang lebih rendah, penganggur, dan

orang miskin. Pada umumnya, orang dari kelas yang lebih tinggi lebih sering

berpartisipasi dalam politik ketimbang orang dari strata sosial yang lebih rendah

(Nimmo, 2004: 141).

3) Budaya politik

Suatu cara penting opini publik dalam mempengaruhi apa yang dilakukan

oleh pejabat pemerintah ialah menggunakan budaya politik. Pengaruh opini publik

yang terbesar terhadap pembuatan keputusan pada pemerintah ialah dimilikinya

budaya politik bersama oleh rakyat untuk memegang jabatan pemerintah. Budaya

politik terdiri atas pola kecenderungan kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang

(38)

36 4) Struktur organisasi partai

Struktur ialah pelembagaan hubungan organisasi antara

komponen-komponen yang membentuk bangunan itu. Struktur politik sebagai salah satu

species struktur pada umumnya, selalu berkenaan dengan alokasi nilai-nilai yang

bersifat otoritatif, yaitu yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan

kekuasaan.

5) Model komunikasi

Komunikasi politik yang dilakukaaan partai politik bisa berupa lisan

maupun tulisan. Komunikasi politik yang dilakukan oleh partai politik bertujuan

untuk memperoleh kejelasan dan mempengaruhi perubahan aspek kognitif

anggota yang meliputi paham ideologi dan platform.

2.3.4 Indikator dalam pelaksanaan komunikasi politik adalah Sebagai

berikut:

1. Unsur-unsur sistem komunikasi politik (Rush dan Althoff, 2002:255)

1) Sumber, tolok ukurnya: pemimpin partai politik, pengurus partai politik.

2) Pesan, tolok ukurnya: isi pesan, perintah, larangan, program kerja.

3) Saluran, tolok ukurnya : media lisan, media tulisan, elektronik.

4) Umpan balik, tolok ukurnya: penolakan, penerimaan.

(39)

37

2. Faktor-faktor pendorong dan penghambat komunikasi politik adalah:

1) Hubungan komunikator-komunikan, tolak ukurnya: pendekatan,

pengenalan komunikator.

2) Faktor sosial-ekonomi, tolok ukurnya: tingkat pendidikan, tingkat

ekonomi.

3) Budaya politik, tolok ukurnya: parokhial, kaula, partisipan.

4) Struktur organisasi partai politik, tolok ukurnya: formal, informal.

5) Model komunikasi, tolok ukurnya: berbelit-belit, mudah.

2.3.5 Fungsi Komunikasi Politik

Komunikasi politik merupakan jalan mengalirnya informasi melalui

masyarakat dan melalui berbagai struktur yang ada dalam sistem politik (Mas‟oed dan Andrew, 1990: 130). Fungsi dari komunikasi politik adalah struktur politik

yang menyerap berbagai aspirasi, pandangan, dan gagasan yang berkembang

dalam masyarakat dan menyalurkannya sebagai bahan dalam penentuan

kebijakan. Dengan demikian fungsi membawakan arus informasi balik dari

masyarakat ke pemerintah dan dari pemerintah ke masyarakat.

Fungsi komunikasi politik itu terutama dijalankan oleh media massa, baik

itu media cetak maupun media elektronik. Dengan demikian media massa itu

memiliki peranan yang strategis dalam sistem politik. Berarti frekuensi dan

intensitas yang lebih besar. Di samping perasaan “sadar informasi” hal itu juga

(40)

38

Kelancaran komunikasi politik akan sangat berpengaruh pada kemantapan

kehidupan politik. Terlambatnya saluran komunikasi politik dapat mengakibatkan

munculnya kecurigaan antara satu kelompok lain, antara satu pihak dengan pihak

lain. Atas dasar itu, keterbukaan politik ada batasnya, diperlukan dalam

pembinaan sistem politik. Maka dari itulah muncul fungsi komunikasi bagi

komunikasi politik untuk mempermudah jalannya sistem politik yang ada.

2.4 Proses Komunikasi Politik

Proses adalah arus, perubahan dan ketidaktepatan dalam hubungan kegiatan

terhadap satu sama lain. Barlund melukisakan sifat proses itu sendiri –

berkembang, dinamis, sinambung, sirkular, tak dapat diulang, tak dapat dibalikan

dan kompleks. Sebagai proses, komunikasi tidak memiliki titik bertolak; tiada

hentinya ia meliputi interpretasi personal, pertukaran sosial dan politik. Ia tidak

memiliki penyebab yang mudah dilihat bagi akibatnya yang dapat diamati. (Dan

Nimmo. 2005)

Miriam Budiardjo, dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik, menjelaskan

bahwa proses politik adalah pola-pola politik yang dibuat oleh manusia dalam

mengatur hubungan antara satu sama lain. Proses dalam setiap sistem dapat

dijelaskan sebagai input dan output. Input itu sendiri merupakan tuntutan serta

aspirasi masyarakat dan juga dukungan dari masyarakat. Input ini kemudian

diolah menjadi output, kebijaksanaan, dan keputusan-keputusan, yang akan

(41)

39

Dari beberapa penjelasan dari ilmuwan politik yang menjelaskan tentang

proses politik, maka dapat disimpulkan bahwa Pokok dari politik adalah upaya

untuk mencapai tujuan, dan untuk mencapainya harus ada proses yang dilewati

yang kemudian disebut sebagai proses politik. Secara garis besar, proses politik

adalah semua interaksi yang terjadi dalam sebuah sistem politik. Proses politik

dimulai dari adanya tuntutan untuk memenuhi tujuan dan kepentingan politik

yang tentunya terdapat instrument untuk memperjuangkan tuntutannya. Proses

politik merupakan tahapan setelah adanya input politik dimana proses mencakup

serangkaian tindakan pengambilan keputusan, baik oleh perorangan, kelompok,

maupun lembaga apapun macam legislatif, eksekutif, maupun yudikatif dan

lain-lain dalam rangka memenuhi tujuan atau kepentingannya. Harus diketahui

bagaimana input politik itu terbentuk dan bergerak, sebab dinamikanya akan

sangat berpengaruh terhadap output politik atau setelah melalui proses politik.

Oleh karena itu harus dikenali tenaga-tenaga pembuat atau tenaga pembantu dari

input tersebut.

2.5 Momentum Politik

Gun-gun dalam bukunya “Dinamika Komunikasi Politik” menjabarkan: “Momentum adalah pesan politik itu sendiri. Saat elit memainkan “the game of words” dengan menyatakan seribu kata manis dan saling mengapresiasi lawan

politiknya, substansi pertarungan sesungguhnya dapat kita temukan dimomentum

(42)

40 2.6 Dinamika Komunikasi Politik

Dari arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Dinamika adalah

gerak masyarakat secara terus-menerus yang menimbulkan perubahan ditata hidup

masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan Dinamika menurut Slamet Santoso

Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung memengaruhi

warga yang lain secara timbal balik. Jadi, dnamika berarti adanya interaksi dan

interpendensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang

lain secara timbal balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan.

(Slamet Santoso, 2004)

Sedangkan menurut para ahli mengenai komunikasi politik ialah sebagai

berikut, Komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara

sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat

komunikasi berperilaku tertentu (Effendy, 2002: 158).

Menurut Rush dan Althoff (1997:255) Komunikasi politik adalah transmisi

informasi yang relevan secara politis dari satu bagian sistem politik – merupakan

unsur dinamis dari suatu sistem politik; dan proses sosialisasi, partisipasi serta

rekrutmen politik bergantung pada komunikasi.

2.7 Realitas Komunikasi Politik

Realitas Komunikasi Politik adalah sebuah sistem yang konstan, teratur

dan dapat diramalkan, misalnya sebagai:

(43)

41

B. Interaksi antara elite, media warga negara mengenai topik-topik yang

berkaitan dengan politik (Talia Stroud).

C. Pertukaran gagasan dan pesan, verbal atau visual, secara langsung atau

bermedia, dalam suatu ruang publik yang dapat diidentifikasi, yang

tujuannya dan konsekuensinya adalah untuk mengubah struktural atau

produk pemerintah atau menghindari perubahan tersebut (Lynn Sanders).

(Mulyana, Deddy, Komunikasi Politik, Poltik Komunikasi, 2013, 7)

2.8 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah sebuah alur pikiran peneliti sebagai dasar-dasar

pemikiran untuk memperkuat sub fokus yang menjadi latar belakang dalam

penelitian ini. Dalam penelitian ini sebagai ranah pemikiran baik yang mendasari

penelitian tersusunlah kerangka pemikiran baik secara teoritis maupu konseptual.

Adapun kerangka pemikiran secara teoritis dan konseptual adalah sebagai berikut:

2.8.1Kerangka Pemikiran Teoritis

Menurut Rush dan Althoff (1997:255) sebagaimana yang dikutip oleh

Asep Saipul Muhtadi (2008: 28), Komunikasi politik adalah transmisi

informasi yang relevan secara politis dari satu bagian sistem politik – merupakan unsur dinamis dari suatu sistem politik; dan proses sosialisasi,

partisipasi serta rekrutmen politik bergantung pada komunikasi. Secara

(44)

42 Tabel 2.5

Sistem Politik dalam Komunikasi Politik

(Rush and Athhoff)

Budaya Politik

Sistem Politik Komunikasi Politik

Komunikasi politik adalah salah satu dari tujuh fungsi yang dijalankan oleh

setiap sistem politik. Dalam kata-kata Almond sendiri:

“All of the functions performed in the political system political socialization and recruitment, interest articulation, interest aggregation, rule making, rule application, and rule adjudication – are performed by means ofcommunication.”

Dalam buku The Politics of The Development Areas, pada tahun 1960.

Almond berpendapat bahwa komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang

selalu ada dalam setiap sistem politik sehingga terbuka kemungkinan bagi para

ilmuwan politik untuk memperbandingkan berbagai sistem politik dengan latar

belakang budaya yang berbeda (Maswadi Rauf, 1993: 21).

Menurut Dan Nimmo (2005: 168) Ada dua bentuk saluran komunikasi

politik yang digunakan oleh komunikator yaitu: Pertama, Komunikasi

Interpersonal merupakan bentukan dari hubungan satu-kepada-satu. Saluran ini

(45)

43

menggabungkan penyampaian satu-kepada-satu dan satu-kepada-banyak.

(Nimmo, Dan 2005: 168 Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan dan Media)

Faktor tujuan dalam komunikasi politik itu, jelas pula tampak pada definisi

yang diketengahkan oleh Lord Windlesham dalam karyanya, What is political

communication, Komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang

secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan

membuat komunikasi berperilaku tertentu (Effendy, 2002: 158).

Menurut Dan Nimmo (2005: 9) komunikasi Politik yaitu (kegiatan)

komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan konsekuensi – konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di

dalam kondisi-kondisi konflik.

Dengan demikian, inti komunikasi politik adalah komunikasi yang

diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah

yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi tersebut dapat mengikat suatu

kelompok atau warga tertentu. Komunikasi politik dengan demikian adalah upaya

sekelompok manusia yang mempunyai orientasi, pemikiran politik atau ideology

tertentu dalam rangka menguasai atau memperoleh kekuasaan.

Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni

menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya

sedemikian rupa ”penggabungan kepentingan” (interest aggregation) dan “perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi

(46)

44

Dari pengertian-pengertian di atas menunjukkan pada sikap dan perilaku

seluruh individu yang berada dalam lingkup sistem politik, sistem pemerintahan

atau sistem nilai baik sebagai pemegang kekuasaan maupun sebagai masyarakat

untuk terwujudnya suatu jalinan komunikasi antara pemegang kekuasaan

(pemerintah) dengan masyarakat yang mengarah kepada sifat-sifat integratif.

Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang

terjadi pada saat fungsi-fungsi itu dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi

komunikasi politik terdapat secara inherent di dalam setiap fungsi sistem politik.

Dari beberapa pendapat mengenai komunikasi politik tersebut, dapat

disimpulkan bahwa komunikasi politik merupakan suatu penyampaian pesan

politik antara pemerintah, partai politik, dan juga warga masyarakat untuk

menyampaikan ide, gagasan, dan pemikiran yang dapat mempengaruhi seluruh

elemen masyarakat untuk dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi

yang telah ditentukan bersama. Jadi, dilihat dari sistem dan pengertian komunikasi

politik di atas komunikasi politik merupakan suatu proses penyampaian informasi

atau pesan yang dilakukan oleh pimpinan partai politik terhadap anggota partai

politik dengan saluran/media berupa lisan maupun tulisan dan diharapkan anggota

partai politik tersebut mengerti dan menyetujui dari apa yang telah disampaikan.

2.8.2 Kerangka Konseptual

Dalam menjelaskan kerangka konseptual peneliti berusaha membuat

(47)

45

berusaha mengambarkan secara terperinci suatu dinamika proses komunikasi

dalam momentum pemilihan calon ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat.

2.8.2.1Alur Model Kerangka Pemikiraan

Dengan melihat konteks dari teori Studi Kasus Creswell tersebut yakni

yang berusaha membentuk dan mengumpulkan sebuah data-data dari

kejadian yang berdasarkan pada subjek, maka peneliti memaparkan

(48)

46 Gambar 2.1

Alur Kerangka Pemikiran Peneliti

Dinamika Komunikasi Politik Calon Ketua

Termuda

Komunikasi Organisasi

Realitas Komunikasi Politik DPC & PAC

Proses Komunikasi Politik

Dinamika Komunikasi Politik Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat

Komunikasi Politik

(49)

47 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan

metode studi kasus, mengacu pada John W.Creswell dalam bukunya Qualitative

Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Tradition bahwa studi kasus

sebuah eksplorasi dari suatu sistem yang terikat atau suatu kasus/beragam kasus

yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta

melibatkan berbagai sumber informasi yang kaya dalam suatu konteks. Sistem

terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu

program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu dan organisasi. Dengan perkataan

lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena

tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi

atau kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara terinci dan

mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama

periode tertentu.

John W.Creswell membagi penelitian studi kasus dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

jenis, yaitu:

1. Penelitian Studi Kasus Instrumental Tunggal

Penelitian studi kasus instrumental tunggal (single instrumental case

(50)

48

kasus untuk menggambarkan suatu isu atau perhatian. Pada penelitian ini,

penelitinya memperhatikan dan mengkaji suatu isu yang menarik perhatiannya,

dan menggunakan sebuah kasus sebagai sarana (instrumen) untuk

menggambarkannya secara terperinci.

2. Penelitian Studi Kasus Jamak

Penelitian studi kasus jamak (collective or multiple case study) adalah

penelitian studi kasus yang menggunakan banyak (lebih dari satu) isu atau kasus

di dalam satu penelitian. Penelitian ini dapat terfokus pada hanya satu isu atau

perhatian dan memenfaatkan banyak kasus untuk menjelaskannya. Disamping itu,

penelitian ini juga dapat hanya menggunakan satu kasus (lokasi), tetapi dengan

banyak isu atau perhatian yang diteliti. Pada akhirnya, penelitian ini juga dapat

bersifat sangat kompleks, karena terfokus pada banyak isu atau perhatian dan

menggunakan banyak kasus untuk menjelaskannya.

3. Penelitian Studi Kasus Mendalam

Penelitian studi kasus mendalam (intrinsic case study) adalah penelitian

yang dilakukan pada suatu kasus yang memiliki kekhasan dan keunikan yang

tinggi. Fokus penelitian ini adalah pada kasus itu sendiri, baik sebagai lokasi,

program, kejadian atau kegiatan. Penelitian studi kasus mendalam ini mirip

dengan penelitian naratif yang telah dijelaskan di depan, tetapi memiliki prosedur

kajian yang lebih terperinci kepada kasus dan kaitannya dengan lingkungan

(51)

49

kasus mendalam merupakan penelitian yang sangat terikat pada konteksnya, atau

dengan kata lain sangat terikat pada lokusnya (site-case).

Selanjutnya John W.Creswell mengungkapkan bahwa apabila kita akan

memilih studi untuk suatu kasus, dapat dipilih dari beberapa program studi atau

sebuah program studi dengan menggunakan berbagai sumber informasi yang

meliputi observasi, wawancara, materi audio-visual, dokumentasi dan laporan.

Kontekskasus dapat “mensituasikan” kasus di dalam settingnya yang terdiri dari setting fisik maupun setting sosial, sejarah atau setting ekonomi. Sedangkan fokus

di dalam suatu kasus dapat dilihat dari keunikannya, memerlukan suatu studi

(studi kasus intrinsik) atau dapat pula menjadi suatu isu (isu-isu) dengan

menggunakan kasus sebagai instrumen untuk menggambarkan isu tersebut (studi

kasus instrumental). Ketika suatu kasus diteliti lebih dari satu kasus hendaknya

mengacu pada studi kasus kolektif. Untuk itu Lincoln Guba mengungkapkan

bahwa struktur studi kasus terdiri dari masalah, konsteks, isu dan pelajaran yang

dipelajari.

3.1.1 Penelitian Kualitatif

John W.Creswell dalam bukunya yang berjudul: “Research Design:

Qualitative and Quantitative Approaches.” Sage Publications, 1994,

mengemukakan:

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 2.1
Tabel 2.1
Tabel 2.2
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis MANOVA dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh variabel karakteristik UKM alas kaki (skala, usia, jenis produk) tidak memberi

PEMANFAATAN AMPAS KEDELAI MENJADI BIODIESEL SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF (BBA) DENGAN PROSES TRANS-.. ESTERIFIKASI

Sebagian individu jabon merah (su) berada dalam ordinat yang sama dengan populasi Sumatera Selatan, sebagian individu berada dalam ordinat yang sama dengan populasi Lombok

Hal ini senaa dengan pendapat Menurut Hamalik (2006:26) “pemanfaatan media poster sebagai media pembelajaran merupakan salah satu upaya dalam rangka menarik minat

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Pasal 83 Pemilihan Gagal ayat (1) d. : Peraturan Kepala LKPP Nomor 14 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres No.

mendokumentasikan sistem informasi yang terdapat di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan (RSCK), dengan harapan dapat dijadikan sebagai referensi dalam pengembangan di masa

Pada perubahan angka discount rate yang sama, perubahan nilai kriteria kelayakan ekonomi & pendanaan pada PLTN lebih besar daripada PLTU Batubara, hal ini

Dari data dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kendala yang kira-kira dihadapi oleh industri nasional dalam berpartisipasi adalah (1) Kebijakan pemerintah