iv ABSTRACT
Political Dynamics of Comunication Region Conference of DPD PDI Perjuangan West Java (Case Study concerning Political Dynamics of Comunication Younger Chairman Candidate on
Region Conference of DPD PDI Perjuangan West Java Period 2015-2020) By :
Wahyu Khanoris NIM. 41810858
Supervised by:
Olih Solihin, S.S.os., M.I.Kom
This study intends to determine the depth of the Political Dynamics of Communication Region Conference DPD PDIP West Java, with a focus Political Communication Youngest Candidate Chairman Region Conference DPD PDIP in West Java Period 2015-2020. To describe the focus of the study, the researchers divided into several sub-micro problem, namely, the process of political communication and the realities of political communication.
This research method is qualitative interactive methods, Case Study. Subjects in this study amounted to 6 (six) people, obtained through purposive sampling technique. The technique of collecting data through interviews, observation, documentation and library Studies. Testing techniques to test the validity of data credibility by triangualisation and membercheck.
The results showed that, the process of political communication of region conference DPD PDIP West Java is a series of events that occur when Branch Conference, recruitment and screening and final stage is region conference. At all stage of political communication performed by youngest candidate for chairman using the PDI-P Party Structural and personal to the DPC and the PAC as well as the communication to the DPP. By using structural and personal youngest candidate for chairman easier to conduct political communication. The reality of political communication that occurs when region conference PDI-P West Java was held is appear name of Abdy Yuhana within three (3) major candidates for chairman of the PDI-P, West Java. As well as chairman of the youngest candidate gets 69 sound recommendation of DPC and PAC.
Conclusion of The process of political communication region conference DPD PDIP West Java that the process of political communication occurs when branch conference, recruitment and screening, and the final is region conference that happened so dynamic, in which youngest candidates chairman doing political communication by utilizing the structural hierarchy of the party and personal. The reality of Political Communication DPD PDIP West Java appear name of candidates as the youngest chairman as three candidates recommended by the DPP. Following the unanimously council, TB.Hassanudin elected as Chairman, Abdy Yuhana as secretary and Aang Hamid Suganda as Vice Chairman.
Suggestions Process of Political Communication region conference DPD PDIP West Java should be made more open again, where candidates can explained the vision and mission before the holding of the process of consensus, so that participants are able to see the quality of candidates. The reality of political communication region conference DPD PDI-P of West Java in the process there is still interference and obstacles ie the day of the resignation region conference it greatly influence the course region conference including dynamic names of candidates who will be recommended by the DPP PDI-P, West Java.
iii ABSTRAK
DINAMIKA KOMUNIKASI POLITIK KONFERDA DPD PDI PERJUANGAN JAWA BARAT (Studi Kasus Mengenai Dinamika Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda Dalam Konferda DPD
PDI Perjuangan Jawa Barat Periode 2015-2020) Oleh:
Wahyu Khanoris NIM. 41810858
Skripsi ini dibawah bimbingan: Olih Solihin, S.S.os., M.I.Kom
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahuai secara mendalam tentang Dinamika Komunikasi Politik Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat dengan fokus Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda Dalam Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Periode 2015-2020. Untuk menjabarkan fokus penelitian , maka peneliti membagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu, proses komunikasi politik dan realitas komunikasi politik.
Metode penelitian ini adalah metode kualitatif interaktif Studi Kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 6 (enam) orang, yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data melalui Wawancara, Observasi, Dokumentasi dan Studi Pustaka. Teknik uji keabsahan data dengan uji credibilitydengan cara triangualisasi, danmembercheck.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, Proses komunikasi politik konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat adalah sebuah rentetan kejadian yang terjadi saat konfecab, penjaringan & penyaringan dan terakhir tahap konferda. Pada semua tahap komunikasi politik yang dilakukan oleh calon ketua termuda mengunakan Struktural Partai PDI Perjuangan dan personal ke DPC & PAC serta komunikasi ke DPP. Dengan mengunakan Struktural dan personal calon ketua termuda lebih mudah untuk melakukan komunikasi politiknya. Realitas komunikasi politik yang terjadi saat Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat yaitu menculnya nama Abdy Yuhana dalam 3 (tiga) besar calon ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat. Serta calon ketua termuda mendapat 69 suara rekomendasi dari DPC dan PAC.
Kesimpulan Proses komunikasi politik konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat bahwa proses komunikasi politik terjadi pada saat konfercab, penjaringan dan penyaringan dan terakhir yaitu Konferda yang terjadi begitu dinamis, dimana calon ketua termuda melakukan komunikasi politik dengan memanfaatkan hierarki struktural partai dan personal. Realitas Komunikasi Politik DPD PDI Perjuangan Jawa Barat munculnya nama calon ketua termuda sebagai ketiga calon ketua yang direkomendasikan oleh DPP. Setelah dilakukan nya Musyawarah mufakat terpilihlah TB.Hassanudin sebagai Ketua, Abdy Yuhana sebagai Sekertaris dan Aang Hamid Suganda sebagai Wakil Ketua.
Saran Proses Komunikasi Politik Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat harus dilakukan lebih terbuka lagi, dimana calon ketua bisa memaparkan visi-misinya terlebih dahulu sebelum diadakannya proses musyawarah mufakat, agar peserta mampu melihat kualitas calon. Realitas komunikasi politik Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat dalam prosesnya masih adanya ganguan dan hambatan misal adanya pengunduran hari dilaksanakannya konferda hal tersebut sangat mempengaruhi jalannya konferda termasuk dinamisnya nama-nama calon ketua yang bakal direkomendasikan oleh DPP PDI Perjuangan Jawa Barat.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi Politik sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian
pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan
ini bersifat empirik, karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial dan
komunikasi politik dilakukan saat kegiatan politik dalam sistem politik.
Komunikasi politk yang dibangun oleh salah satu kandidat calon dalam
merancang strategi untuk mendapat dukungan dan kepercayaan dari para kader
PAC dan DPC, guna menduduki posisi ketua merupakan suatu proses bangunan
komunikasi politik yang dilakukan secara terus-menerus oleh salah satu calon
kandidat untuk mencapai dan mendapat dukungan serta memenuhi target
politiknya.
Bangunan komunikasi yang dilakukan dengan terus menjaga hubungan baik,
keterbukaan informasi dan membangun kepercayaan antar kader merupakan hal
yang sangat penting bagi calon ketua untuk mendapatkan suatu dukungan dari
para kader-kader partai. Karena seorang organisatoris harus pandai dalam
menjaga hubungan baik dengan berkomunikasi kepada para kader.
Pemilihan calon ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat melibatkan seluruh
elemen partai PDI Perjuangan dari tingkatan Dewan Pimpinan Cabang (PAC),
Dewan Pimpinan Cabang (DPC), Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan sampai
2
mempunyai peranan masing-masing tentu yang diatur di anggaran dasar/anggaran
rumah tangga yang disingkat dengan AD/ART dan surat keputusan (SK) dari
Partai PDI Perjuangan.
Pergantian ketua siliberganti dalam sebuah Partai Politik merupakan sebuah
tradisi lima tahunan yang dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,
pergantian tersebut merupakan keharusan yang terus dilakukan Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan guna untuk mejalankan AD/ART dan amanat organisasi
dalam menjaga regenerasi dan kestabilan suatu partai politik.
Momentum pemilihan calon ketua ditingkatan DPD adalah pemilihan yang
dilakukan ditingkatan Provinsi yang dilakukan oleh kader-kader partai untuk
melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan partai ditingkatan provinsi untuk
melakukan regenerasi dan menggantikan kepengurusan yang lama dengan
kepengurusan yang baru.
Musyawarah mufakat dalam ajang suatu pemilihan baik ditingkatan
Pengurus Anak Cabang (PAC), Dewan Pimpinan Cabang (DPC), Dewan
Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) merupakan suatu
prinsip yang pertama kali dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
pada tahun 2015 dalam melakukan pemilihan calon ketua dan kewajiban
organisasi, musyawarah mufakat merupakan suatu yang baru dalam kubu partai
PDI Perjuangan untuk mengindikasikan partai ini kearah moderenitas tetapi tidak
menghilangkan nilai-nilai atau prinsip dari Pancasila itu sendiri. Peneliti mengajak
3
PAC, DPC hingga DPD, PDI Perjuangan menggunakan system one man one vote
dari tahun 2000, 2005 dan 2010.
Kecendrungan para kandidat calon ketua yang rata-rata berumur 50 tahun
keatas untuk mencalonkan ketua DPD PDI Perjuangan khususnya Jawa Barat,
ketika ada salah satu kandidat calon yang berumur dibawah 40 tahun merupakan
suatu hal yang tidak lumrah. Karena kalau melihat fakta terdahulu dalam
pemilihan calon ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat dari periode tahun 2000,
2005, 2010 dan sampai ke tahun 2015 ada satu kandidat yang lebih muda ketika
4
Table Kandidat Calon Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Tabel 1.1
Komparasi Calon Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat periode 2000, 2005, 2010 s/d 2015
Periode Pencalonan Calon Ketua DPD
PDIP Jawa Barat
Nama Calon Ketua DPD PDIP Jawa Barat
(Sumber: Arsip DPD PDI Perjuangan Jawa Barat 2015)
DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat merupakan organisasi partai
politik PDI Perjuangan yang berada di Provinsi Jawa Barat memiliki kewenangan
5
Dewan Pengurus Cabang (DPC) sampai tingkat ranting sesuai dengan pedoman
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang berlaku.
PDI Perjuangan merupakan partai politik yang sebenarnya adalah partai
yang secara langsung memiliki tali kesejarahan dengan partai politik masa orde
lama. PDI Perjuangan sebenarnya kelanjutan dari Partai Demokrasi Indonesia
yang berdiri pada tanggal 10 Januari 1973. Partai Demokrasi Indonesia itu lahir
dari hasil fusi 5 (lima) partai politik PNI, PARKINDO, Partai Katolik, Ikatan
Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) dan Partai Murba.
Reformasi telah membawa perubahan terhadap aspek-aspek kehidupan di
Indonesia, baik dari segi sistem politik, ekonomi, hukum, budaya dan aspek
lainnya telah mengalami pergeseran struktur sejak reformasi bergulir. Perubahan
sistem yang multidimensi seperti ini telah menjadikan perubahan peta kekuatan
politik baik di pusat maupun di daerah, yang menuntut adanya suatu pembaharuan
dalam sistem politik agar lebih terbuka dan demokratis sesuai dengan harapan
terciptanya suatu kestabilan politik yang dinamis.
Dampak reformasi terhadap bidang politik adalah tumbuh kembangnya
suatu sistem politik itu sendiri terhadap tuntutan perubahan, seperti bentuk negara,
sistem pemerintahan maupun sistem kepartaian. Salah satu implikasi dari
reformasi tersebut adalah perubahan sistem kepartaian. Partai politik merupakan
organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa
6
Politik sebagai suatu peristiwa, kegiatan, atau proses yang melibatkan
pemerintah dan masyarakat dalam suatu negara dalam membuat kebijakan,
keputusan, atau mendistribusikan nilai (berupa barang dan jasa) untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat, bangsa, dan
negara.
Komunikasi politik mempunyai arti yang sangat penting, terutama di era
reformasi sekarang ini. Iklim keterbukaan dan demokratisasi yang dibangun,
desentralisasi dan otonomi daerah, serta pemilihan presiden dan wakil presiden
secara langsung, maupun pemilihan kepala daerah yang juga nantinya dilakukan
secara langsung akan semakin menambah pentingnya arti komunikasi politik di
Indonesia.
Komunikasi politik sebagai suatu teori memang memiliki universalitas
atau keberlakuan secara umum. Akan tetapi sebagai suatu praktik, komunikasi
tentu memiiki perbedaan-perbedaan sebagai akibat adanya perbedaan adat istiadat
dan budaya organisasi. Komunikasi politik itu sendiri di pengaruhi oleh sistem
budaya dan sistem politik itu sendiri. Apabila di masa sebelum reformasi,
komunikasi politik yang berkembang di Indonesia lebih bersifat satu arah yakni
dari atas ke bawah (updown), maka di dalam era reformasi ini komunikasi yang
berkembang di Indonesia lebih bersifat dua arah, yakni tidak hanya dari atas ke
bawah tapi juga dari bawah ke atas (bottom up). Perubahan ini sejalan dengan
perubahan sistem politik dan sistem sosial yang diterapkan di Indonesia, dari
sistem politik yang otoriter dan tersentralisasi menjadi sistem politik dan sistem
7
Sang aktor atau komunikator politik dapat mengerti bahwa isi, tujuan dan
keinginan pesan politik yang disampaikan adalah untuk mempengaruhi dan
menggalang kepercayaan untuk suatu kedudukan tertentu. Komunikasi politik ini
sangat penting karena mengandung pesan yang nantinya akan mempengaruhi
orang lain supaya bersedia untuk mendukungnya. Di dunia politik tidak bisa
terlepas dari persaingan, terutama di dalam era yang dipenuhi persaingan seperti
sekarang dan dalam dunia politik, persaingan dapat terjadi dalam banyak hal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis
merumuskan pokok masalah yang akan diteliti sebagai berikut yang terbagi ke
dalam rumusan masalah makro (umum) serta rumusan masalah mikro (khusus).
1.2.1 Rumusan Masalah Makro
Adapun rumusan masalah makro terkait masalah yang akan diteliti
oleh penelliti yaitu:
Bagaimana Dinamika Komunikasi Politik Konferda DPD PDI Perjuang
Jawa Barat
1.2.2 Rumusan Masalah Mikro
Adapun rumusan masalah makro terkait masalah yang akan diteliti oleh
8
1.Bagaimana Proses Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda dalam
Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Periode 2015-2020?
2.Bagaimana Realitas Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda dalam
Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Periode 2015-2020?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan oleh
peneliti mengenai dinamika komunikasi politik konferda DPD PDI
Perjuangan Jawa Barat adalah sebagai berikut:
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui serta
menganalisa tentang dinamika komunikasi politik konferda DPD PDI
Perjuangan Jawa Barat.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Untuk membuat penelitian ini lebih terarah maka perlu dirumuskan
tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)Untuk Mengetahui Proses Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda
dalam Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat.
2) Untuk Mengetahui Realitas Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda
9 1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis
sebagai berikut:
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Kegunaan teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk
menambah disiplin ilmu dalam kajian Komunikasi Politik guna melengkapi
karya-karya yang sudah ada.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Kegunaan Praktis yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:
1.4.2.1Kegunaan Bagi Peneliti
Adapun kegunaan penelitian ini bagi peneliti adalah meningkatkan
penegtahuan peneliti dalam mempelajari komunikasi politik dan disiplin ilmu
komunikasi.
1.4.2.2Kegunaan Bagi Akademik
Adapun kegunaan penelitian ini secara akademik diharapkan dapat:
1. Dapat memberikan informasi yang berguna bagi pengembangan dan
menambah khazanah ilmu komunikasi, khususnya yang berkaitan dengan
10
2. Memperkaya hasil-hasil penelitian komunikasi yang menggunakan
pendekatan kualitatif dengan tradisi studi kasus yang menggunakan
perspektif komunikasi politik.
3. Sebagai bahan masukan yang berguna untuk penelitian selanjutnya
dibidang yang sama atau yang ada hubungannya dalam pengembangan
ilmu pengetahuan secara umum dan pengembangan di bidang ilmu
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Penelitian
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang relevan mengenai
penelitian ini, serta study literature, dokumen atau arsip yang mendukung, yang
telah dilakukan sebagai pedoman pelaksanaan pra penelitian. Hal ini dilakukan
guna menambahkan ilmu dan melengkapi penelitian yang berkaitan dengan
Dinamika Komunikasi Politik DPD PDI Perjuangan Jawa Barat (Studi Kasus
Mengenai Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda Dalam Pemilihan Ketua
DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Periode 2015-2020.
2.1.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No Judul Penyusun/Tahun Hasil Penelitian
1 Dinamika Komunikasi Politik Nahdatul Ulama
Saluran dan artikulasi
komunikasi politik NU
berlangsung dalam etika
oraganisasi diperkuat oleh
pemikiran-pemikiran “politik agama” yang dirumuskannya.
12
kaum nahdliyin secara umum
berakar pada pandangan
religius, ahlassunnah wal
jamaah, yang menjadi dasar
hamper semua perilaku
organisatoris yang
2 Komunikasi Politik Melalui Media Masa
Pasangan Mochtar
Muhammad – Rahmat Effendi Dalam Pilkada
Walikota Bekasi
Periode 2008-2013.
Misliyah Hasil dari penelitian
menunjukkan kegiatan
sosialisasi politik yang
digunakan Mochtar
Muhammad - Rahmat Effendi
banyak menggunakan media
cetak dan media
elektronik.peranan media masa
dalam mensosialisasikan
13
bekasi terdiri dari beberapa
faktor, keberhasilan publitas
melalui media masa didukung
oleh beberapa partai besar.
Sedangkan faktor yang
menjadi penghambat yaitu
munculnya masalah dan
berbagai kecurangan di
lapangan dan masih tingginya
golput.
Sumber: Data Peneliti 2015
2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi
Sebagai mahluk sosial setiap manusia secara alamiah memiliki potensi
komunikasi, bahkan ketika manusia itu diam manusia itu sedang
berkomunikasi, mengkomunikasikan keadaan perasaannya. Baik secara
sadar maupun tidak manusia pasti berkomunikasi, komunikasi pun dapat
kita temukan di semua sendi-sendi kehidupan, dimana setiap proses interaksi
antara manusia dengan manusia lain pasti terdapat komunikasi.
Ilmu Komunikasi merupakan ilmu sosial terapan, bukan ilmu sosial
murni, ilmu komunikasi tidak bersifat absolut, sifat ilmu komunikasi dapat
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman, hal tersebut dikarenakan
14
manusia, sedangkan perilaku atau tingkah laku manusia dapat dipengaruhi
oleh lingkungan, termasuk perkembangan zaman.
Sifat ilmu komunikasi adalah interdisipliner atau multidisipliner. Maka
dari itu ilmu komunikasi dapat menyisip dan berhubungan erat dengan ilmu
sosial lainnya. Hal itu disebabkan oleh objek materialnya sama dengan
ilmu-ilmu sosial lainnya, terutama ilmu-ilmu sosial kemasyarakatan.
Banyak definisi dan pengertian tentang komunikasi para ahli
komunikasi untuk dapat menjelaskan apa itu komunikasi. Wiryanto dalam
bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa:
“Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum bersama-sama.” (Wiryanto, 2004:5)
Effendy, menjelaskan lebih jauh, bahwa dalam perkembangan
selanjutnya, komunikasi dapat berlangsung melalui banyak tahap, bahwa
sejarah tentang komunikasi massa dianggap tidak tepat lagi karena tidak
menjangkau proses komunikasi yang menyeluruh. Penelitian yang dilakukan
oleh Paul Lazarsfeld, Bernald Berelson, Hazel Gaudet, Elihu Katz, Robert
Merton, Frank Stanton, Wilbur Schramm, Everett M. Rogers, dan para
cendekiawan lainnya menunjukkan bahwa:
15
banyak dilakukan atas dasar hasil komunikasi antarpersonal (interpersonal communication) dan komunikasi kelompok (group communication) sebagai kelanjutan dari komunikasi massa (mass communication)” (Effendy,2005:4).
Pengertian komunikasi lainnya bila ditinjau dari tujuan manusia
berkomunikasi adalah untuk menyampaikan maksud hingga dapat
mengubah perilaku orang yang dituju, menurut Mulyana sebagai berikut:
“Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)
menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk
mengubah perilaku orang lain)”. (Mulyana, 2003:62)
Selain itu, Joseph A Devito menegaskan bahwa komunikologi adalah
ilmu komunikasi, terutama komunikasi oleh dan di antara manusia. Seorang
komunikologi adalah ahli ilmu komunikasi. Istilah komunikasi
dipergunakan untuk menunjukkan tiga bidang studi yang berbeda: proses
komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, dan studi mengenai proses
komunikasi. Luasnya komunikasi ini didefinisikan oleh Devito sebagai:
16
Menurut Roger dan D Lawrence (1981), mengatakan bahwa komunikasi adalah : “Suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada
gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara, 2004
:19)
Sementara Raymond S Ross, melihat komunikasi yang berawal dari
proses penyampaian suatu lambang:
“A transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source.”
(Proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.) (Rakhmat, 2007:3).
Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di atas, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan
atau informasi antara dua orang atau lebih, untuk memperoleh kesamaan arti
atau makna diantara mereka.
2.1.3 Komponen-Komponen Komunikasi
Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi diatas, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi terdiri dari proses yang di dalamnya
terdapat unsur atau komponen. Menurut Effendy (2005:6), Ruang Lingkup
17 1. Komunikator (communicator)
2. Pesan (message)
3. Media (media)
4. Komunikan (communicant)
5. Efek (effect)
Untuk itu, Lasswell memberikan paradigma bahwa komunikasi adalah
proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui
media yang menimbulkan efek tertentu.
2.1.3.1Komunikator Dan Komunikan
Komunikator dan komunikan merupakan salah satu unsur terpenting
dalam proses komunikasi. Komunikator sering juga disebut sebagai
sumber atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau
encoder.
Hafied Cangara dalam bukunya ”Pengantar Ilmu Komunikasi”
mengatakan bahwa:
18
Begitu pula dengan komunikator atau penerima, atau dalam bahasa Inggris
disebut audience atau receiver. Cangara menjelaskan:
”Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara”. Selain itu, ”dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber”. Cangara pun menekankan: ”Kenalilah khalayakmu adalah prinsip dasar dalam berkomunikasi. Karena mengetahui dan memahami karakteristik penerima (khalayak), berarti suatu peluang untuk mencapai keberhasilan komunikasi” (Cangara, 2004:25).
2.1.3.2 Pesan
Pesan yang dalam bahasa Inggris disebut message, content, atau
information, salah unsur dalam komunikasi yang teramat penting, karena
salah satu tujuan dari komunikasi yaitu menyampaikan atau
mengkomunikasikan pesan itu sendiri. Cangara menjelaskan bahwa:
”Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda” (Cangara, 2004:23).
2.1.3.3 Media
Media dalam proses komunikasi yaitu, ”Alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima” (Cangara, 2004:23).
Media yang digunakan dalam proses komunikasi bermacam-macam,
tergantung dari konteks komunikasi yang berlaku dalam proses
komunikasi tersebut. Komunikasi antarpribadi misalnya, dalam hal ini
19
Selain itu, ”Ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi” (Cangara, 2004:24).
Lebih jelas lagi Cangara menjelaskan, dalam konteks komunikasi
mass media, yaitu:
”Alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surata kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk, dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televisi, video recording, komputer, electronic board, audio casette, dan semacamnya” (Cangara, 2004:24)
2.1.3.4 Efek
Efek atau dapat disebut pengaruh, juga merupakan bagian dari proses
komunikasi. Namun, efek ini dapat dikatakan sebagai akibat dari proses
komunikasi yang telah dilakukan. Seperti yang dijelaskan Cangara, masih
dalam bukunya ”Pengantar Ilmu Komunikasi”, pengaruh atau efek adalah:
“Perbedaaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang” (De Fleur, 1982, dalam Cangara, 2004:25).
20 2.1.4 Tujuan Komunikasi
Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan, secara
umum tujuan komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan memahami
maksud makna pesan yang disampaikan, lebih lanjut diharapkan dapat
mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun perilaku.
Menurut Onong Uchjana dalam buku yang berjudul Ilmu Komunikasi
Teori dan Praktik, menyebutkan ada beberapa tujuan dalam berkomunikasi,
yaitu:
A. Perubahan sikap (attitude change)
B. Perubahan Pendapat (opinion change)
C. Perubahan Perilaku (behavior change)
D. Perubahan Sosial (sosial change).
(Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik 2005:8)
Sedangkan Joseph Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia
menyebutkan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:
A. Menemukan
Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara baik diri kita
sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Komunikasi juga
memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar yang dipenuhi
21 B. Untuk Berhubungan
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan
dengan orang lain
C. Untuk Meyakinkan
Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar
mengubah sikap dan perilaku kita.
D. Untuk Bermain
Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk
bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak (Devito,
Komunikasi Antar Manusia, 1997:31)
2.1.5Ruang Lingkup Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi, ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah
dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup
nya dan banyak dimensinya. Para mahasiswa acap kali mengklasifikasikan
aspek-aspek komunikasi ke dalam jenis-jenis yang satu sama lain berbeda
konteksnya. Berikut ini adalah penjenisan komunikasi berdasarkan
konteksnya.
1.Bidang Komunikasi
Yang dimaksud dengan bidang ini adalah bidang pada kehidupan
22
kehidupan lain terdapat perbedaan yang khas, dan kekhasan ini
menyangkut pula proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya,
komunikasi meliputi jenis-jenis sebagai berikut:
1) Komunikasi sosial (sosial communication)
2) Komunikasi organisasi atau manajemen (organizational or
management communication)
3) Komunikasi bisnis (business communication)
4) Komunikasi politik (political communication)
5) Komunikasi internasional (international communication)
6) Komunikasi antar budaya (intercultural communication)
7) Komunikasi pembangunan (development communication)
8) Komunikasi tradisional (traditional communication)
2. Sifat Komunikasi
Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Komunikasi verbal (verbal communicaton)
a.Komunikasi lisan
b.Komunikasi tulisan
2) Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)
a.kial (gestural)
b.gambar (pictorial)
3) Tatap muka (face to face)
23 2. Tatanan Komunikasi
Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses
komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang,
sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara
tersebar. Berdasarkan situasi komunikasi seperti itu, maka
diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:
a. Komunikasi Pribadi (Personal Communication)
Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)
b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)
Komunikasi kelompok kecil (small group communication)
Komunikasi kelompok besar (big group communication)
c. Komunikasi Massa (Mass Communication)
Komunikasi media massa cetak (printed mass media)
Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media)
3. Fungsi Komunikasi
Fungsi Komunikasi antara lain:
a. Menginformasikan (to Inform)
b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertaint)
24 4. Teknik Komunikasi
Istilah teknik komunikasi berasal dari bahasa Yunani “technikos”
yang berarti ketrampilan. Berdasarkan ketrampilan komunikasi yang
dilakukan komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi:
a. Komunikasi informastif (informative communication)
b. Persuasif (persuasive)
c. Pervasif (pervasive)
d. Koersif (coercive)
e. Instruktif (instructive)
f. Hubungan manusiawi (human relations) (Effendy, 2005:55)
5. Metode Komunikasi
Istilah metode dalam bahasa Inggris “Method” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang
merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang
pasti, mapan, dan logis.
Atas dasar pengertian diatas, metode komunikasi meliputi
kegiatan-kegiatan yang teroganisaasi sebagai berikut:
1) Hubungan Masyarakat
a. Periklanan
b. Propaganda
c. Perang urat syaraf
25 a. Jurnalisme
b. Jurnalisme cetak
c. Jurnalisme elektronik (Effendy, 2003: 56)
2.2 Politik
Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana
kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat
melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara
anggota-anggotanya (Hague et al dalam Budiardjo, 2008:16).
Sedangkan menurut Roelofs dalam buku Dan Nimmo, Politik adalah pembicaraan atau lebih tepat, kegiatan politik (berpolitik) adalah berbicara. Roelofs menekankan bahwa politik tidak hanya pembicaraan, juga tidak semua pembicaraan adalah politik. Akan tetapi, “hakekat pengalaman politik dan bukan hanya kondisi dasarnya ialah bahwa ia adalah kegiatan berkomunikasi antar orang.
Sedangkan pelaksanaan tujuan diantaranya berupa penyusunan kebijakan
umum yang menyangkut distribusi dan alokasi atas sumber daya yang ada dalam
negara. Untuk melaksanakan kebijakan itu perlu adanya kekuasaan (power) dan
kewenangan (authority). Dengan demikian konsep pokok dalam politik meliputi
negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making),
26 2.3 Pengertian Komunikasi Politik
Komunikasi Politik sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian
pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan
ini bersifat empirik, karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial.
Sedangkan sebagai kegiatan ilmiah, komunikasi politik adalah salah satu kegiatan
politik dalam sistem politik (Maswadi Rauf,1993: 32– 33).
Menurut Rush dan Althoff (1997:255) Komunikasi politik adalah transmisi informasi yang relevan secara politis dari satu bagian sistem politik – merupakan unsur dinamis dari suatu sistem politik; dan proses sosialisasi, partisipasi serta rekrutmen politik bergantung pada komunikasi. Secara sederhana unsur-unsur tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Sistem Politik dalam Komunikasi Politik (Rush and Athhoff)
Budaya Politik
Sistem Politik Komunikasi Politik
Komunikasi politik adalah salah satu dari tujuh fungsi yang dijalankan oleh
setiap sistem politik. Dalam kata-kata Almond sendiri:
27
Dalam buku The Politics of The Development Areas, pada tahun 1960.
Almond berpendapat bahwa:
“komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik sehingga terbuka kemungkinan bagi para ilmuwan politik untuk memperbandingkan berbagai sistem politik dengan latar belakang budaya yang berbeda (Maswadi Rauf, 1993: 21).
Faktor tujuan dalam komunikasi politik itu, jelas pula tampak pada definisi
yang diketengahkan oleh Lord Windlesham dalam karyanya, What is political
communication adalah:
“Komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat komunikasi berperilaku tertentu (Effendy, 2002: 158).”
“Menurut Dan Nimmo (2005: 8) “komunikasi Politik yaitu (kegiatan) komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan konsekuensi – konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik. “
Dengan demikian, inti komunikasi politik adalah komunikasi yang
diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah
yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi tersebut dapat mengikat suatu
kelompok atau warga tertentu. Komunikasi politik dengan demikian adalah upaya
sekelompok manusia yang mempunyai orientasi, pemikiran politik atau ideology
tertentu dalam rangka menguasai atau memperoleh kekuasaan.
Komunikator itu sendiri sebagaimana dikemukakan oleh Rakhmat (dalam
Dan Nimmo, 2005) digolongkan menjadi tiga yaitu politisi, profesional dan
28
politik. Nimmo (2005;30) menjelaskan secara rinci mengenai komunikator politik
ini. Ia memaparkan bahwa terdapat tiga macam komunikator politik.
Pertama, adalah komunikator politik yang mempunyai pekerjaan sebagai
politisi/politikus, mereka adalah calon atau pemegang jabatan tertentu di
pemerintahan. Tak peduli apakah ia ditunjuk atau pejabat karir dan tak
mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, legislatif atau yudikatif. Pekerjaan
mereka adalah aspek utama kegiatan ini. Politisi atau politikus inilah yang sering
juga disebut sebagai elite politik. Dalam kegiatan keseharian, para politikus harus
melakukan komunikasi politik. Hal ini dilakukan, untuk mengomunikasikan pesan
pesan poitik kepada sesama politikus, pesan politik ini bisa berupa tuntutan,
protes dan kebijakan. kemudian, melakukan komunikasi politik kepada
masyarakat.
Kedua; profesional sebagai komunikator politik muncul diakibatkan karena
berkembangnya perangkat teknologi media massa. Ia menyuarakan pendapat
komunikator politik yang sesungguhnya dan menghubungkan dengan masyarakat,
menghubungkan publik umum, dengan pemimpin politik dan membantu
menempatkan masalah dan peristiwa pada agenda diskusi publik. Yang termasuk
dalam profesional adalah para jurnalis (reporter, koordinator berita, penerbit,
pengarah berita, eksekutif stasiun dan lainnya). Profesional lainnya adalah
promotor, ia adalah orang yang dibayar untuk mengajukan kepentingan langganan
tertentu. Seperti agen publisitas, tokoh masyarakat, pejabat humas, pejabat
29
Komunikator yang ketiga adalah aktivis, yang dimaksud dengan aktivis
adalah orang-orang yang tidak bekerja untuk kepentingan politik. Namun
tugasnya adalah menjadi juru bicara atau sebagai peloby. Politik bukan lapangan
pekerjaannya, namun ia terlibat baik dalam kegiatan politik walaupun dalam
komunikasi. Karena itulah ia disebut aktivis politik. Aktivis lainnya yang juga
berfungsi sebagai komunikator politik adalah pemuka masyarakat.
“Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa ”penggabungan kepentingan” (interest aggregation) dan “perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi public policy (Budiardjo, 2008: 406).”
Dari pengertian-pengertian di atas menunjukkan pada sikap dan perilaku
seluruh individu yang berada dalam lingkup sistem politik, sistem pemerintahan
atau sistem nilai baik sebagai pemegang kekuasaan maupun sebagai masyarakat
untuk terwujudnya suatu jalinan komunikasi antara pemegang kekuasaan
(pemerintah) dengan masyarakat yang mengarah kepada sifat-sifat integrative.
Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang
terjadi pada saat fungsi-fungsi itu dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi
komunikasi politik terdapat secara inherent di dalam setiap fungsi sistem politik.
Dari beberapa pendapat mengenai komunikasi politik tersebut, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi politik merupakan suatu penyampaian pesan
politik antara pemerintah, partai politik, dan juga warga masyarakat untuk
menyampaikan ide, gagasan, dan pemikiran yang dapat mempengaruhi seluruh
30
yang telah ditentukan bersama. Jadi, dilihat dari sistem dan pengertian komunikasi
politik di atas komunikasi politik merupakan suatu proses penyampaian informasi
atau pesan yang dilakukan oleh pimpinan partai politik terhadap anggota partai
politik dengan saluran/media berupa lisan maupun tulisan dan diharapkan anggota
partai politik tersebut mengerti dan menyetujui dari apa yang telah disampaikan.
2.3.1 Unsur-Unsur Komunikasi Politik
Tabel 2.2
Unsur-Unsur Komunikasi Politik
Keterangan:
a. Komunikator/sender/ sumber = Pengirim pesan
b. Encoding: Proses penyusunan ide menjadi simbol/pesan
c. Message = Pesan
d. Media = Saluran
e. Decoding – Proses pemecahan/ penerjemahan simbol-simbol Sumber
Pesan
Feedback
31 f. Feedback = Umpan balik/ respon
g. Komunikan (receiver)/ pendengar (audiens) = Penerima pesan
Komunikasi politik dilakukan melalui proses yang meliputi unsur-unsur
komunikasi politik yaitu (Nimmo, 2004:16):
a. Sumber
Para komunikator politik ini adalah pols, yakni politikus yang
hidupnya dari manipulasi komunikasi, dan vols, yaitu warga negara yang
aktif dalam politik berdasarkan paruh waktu (part-time) dan sukarela
(voluntary).
b. Pesan
Sebagian besar politik adalah pembicaraan. Untuk memahami
mengatakan apa dari komunikasi politik, dan gunanya untuk mula-mula
melihat bahasa yang digunakan orang dalam berbicara, yaitu gejala
linguistik politik. Komunikator politik menggunakan bahasa dan simbol,
baik untuk meyakinkan khalayak.
c. Saluran
Media politik sebagi sarana saluran politik dapat dibagi menjadi:
saluran massa, interpersonal, dan organisasi. Pemerintah dan pers sebagai
sumber dan saluran komunikasi politik. Jika perbuatan politik kita
diturunkan dari makna yang kita berikan kepada objek-objek politik, maka
komunikasi-32
opini karena kenyataan bahwa kita memperoleh begitu banyak informasi
politik kita langsung dari siaran berita televisi dan dari surat kabar.
d. Audiens atau pendengar
Komunikasi terlibat dalam perbuatan gabungan atau transaksi antara
sumber dan penerima. Khalayak komunikasi politik bukanlah wadah yang
pasif yang ke dalamnya para pemimpin politik dengan berbagai
karakteristik dan motif hanya menuangkan beraneka imbauan dengan
menggunakan bahasa, simbol, piranti, dan media yang menarik.
e. Umpan balik
Akibat komunikasi diturunkan dari interaksi antara tiga unsur yang dapat
dipisahkan: pesan, khalayak yang diduga akan dipengaruhi, dan pengaruh
yang diakibatkannya. Singkatnya, akibat tidak ditentukan terpisah dari
interpretasi: bahkan, akibat adalah tindakan interpretatif sinambung yang
diturunkan dari penyusunan opini personal, sosial, dan politik.
2.3.2 Bentuk-bentuk Komunikasi Politik
Terdapat berbagai bentuk komunikasi politik yang biasa dilakukan oleh
politikus atau aktivis politik untuk mencapai tujuan politiknya. Teknik
komunikasi yang dilakukan diarahkan untuk mencapai dukungan-legitimasi
(otoritas sosial), yang meliputi tiga level, yaitu pengetahuan, sikap sampai dengan
perilaku khalayak. Bentuk-bentuk komunikasi politik menurut Arifin (2003: 65)
antara lain, retorika politik, agitasi politik, propaganda politik, public relations
33 1) Retorika politik
Retorika politik atau pidato politik sebagai suatu seni berbicara memang
memiliki daya persuasi politik yang sangat tinggi, dengan menggunakan bahasa
lisan yang indah (irama, mimik, dan intonasi suara). Arifin (2003: 65)
2) Public relations politik
Public relations politik sebagai bentuk kegiatan dalam melakukan
hubungan dengan masyarakat, secara jujur (tidak berbohong), terbuka, rasional
(tidak emosional), dan timbal balik (dua arah).
3) Kampanye politik
Kampanye politik adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan oleh
seorang atau sekelompok orang atau organisasi politik dalam waktu tertentu untuk
memperoleh dukungan politik dari rakyat.
4) Lobi politik
Lobi politik dan forum politik, merupakan forum pembicaraan politik yang
dalam perspektif komunikasi politik tercakup dalam komunikasi antar pesona atau
34 5) Pola tindakan politik
Tindakan politik dalam peristiwa komunikasi politik bertujuan untuk
membentuk citra (image) politik bagi khalayak (masyarakat), yaitu gambaran
tentang realitas politik yang memiliki makna.
2.3.3 Faktor-faktor Penghambat Komunikasi Politik
Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Komunikasi Politik
Unsur-unsur sistem komunikasi politik tersebut dapat dipengaruh oleh faktor-faktor
pendorong dan faktor-faktor penghambat, seperti di bawah ini.
1) Hubungan komunikator-komunikan
Politikus, baik representatif maupun ideolog, berkomunikasi untuk
kepentingan para pemilih atau untuk kepentingan tujuan. Juru bicara kelompok
terorganisasi dan pemuka pendapat memainkan peran yang jauh lebih aktif dalam
komunikasi politik dibandingkan dengan warga negara pada umumnya. Dalam
komunikasi politik, partisipan adalah anggota khalayak yang aktif yang tidak
hanya memperhatikan apa yang dikatakan oleh para pemimpin politik, tetapi juga
menanggapi dan bertukar pesan dengan para pemimpin Itu. Ringkasnya,
partisipan politik melakukan kegiatan bersama dan bersama-sama dengan para
pemimpin politik, yaitu mereka sama-sama merupakan komunikator politik
35 2) Faktor sosial-ekonomi
Banyak cara menentukan seseorang untuk dikategorikan ke dalam kelas
sosial mana; tetapi pada umumnya, kelas itu merupakan fungsi dari pekerjaan,
pendapatan, dan pendidikan orang. Anggota kelas atas dan kelas menengah adalah
orang dengan pekerjaan profesional-manajerial dengan pendapatan tinggi dan
berpendidikan akademis; anggota kelas menengah bisa pegawai administrasi atau
pegawai keahlian (skilled) yang pendapatannya relatif baik dan seringkali, tetapi
tidak terlalu, memiliki gelar akademis; kelas rendah mencakup buruh kasar
dengan pendidikan sekolah menengah atau yang lebih rendah, penganggur, dan
orang miskin. Pada umumnya, orang dari kelas yang lebih tinggi lebih sering
berpartisipasi dalam politik ketimbang orang dari strata sosial yang lebih rendah
(Nimmo, 2004: 141).
3) Budaya politik
Suatu cara penting opini publik dalam mempengaruhi apa yang dilakukan
oleh pejabat pemerintah ialah menggunakan budaya politik. Pengaruh opini publik
yang terbesar terhadap pembuatan keputusan pada pemerintah ialah dimilikinya
budaya politik bersama oleh rakyat untuk memegang jabatan pemerintah. Budaya
politik terdiri atas pola kecenderungan kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang
36 4) Struktur organisasi partai
Struktur ialah pelembagaan hubungan organisasi antara
komponen-komponen yang membentuk bangunan itu. Struktur politik sebagai salah satu
species struktur pada umumnya, selalu berkenaan dengan alokasi nilai-nilai yang
bersifat otoritatif, yaitu yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan
kekuasaan.
5) Model komunikasi
Komunikasi politik yang dilakukaaan partai politik bisa berupa lisan
maupun tulisan. Komunikasi politik yang dilakukan oleh partai politik bertujuan
untuk memperoleh kejelasan dan mempengaruhi perubahan aspek kognitif
anggota yang meliputi paham ideologi dan platform.
2.3.4 Indikator dalam pelaksanaan komunikasi politik adalah Sebagai
berikut:
1. Unsur-unsur sistem komunikasi politik (Rush dan Althoff, 2002:255)
1) Sumber, tolok ukurnya: pemimpin partai politik, pengurus partai politik.
2) Pesan, tolok ukurnya: isi pesan, perintah, larangan, program kerja.
3) Saluran, tolok ukurnya : media lisan, media tulisan, elektronik.
4) Umpan balik, tolok ukurnya: penolakan, penerimaan.
37
2. Faktor-faktor pendorong dan penghambat komunikasi politik adalah:
1) Hubungan komunikator-komunikan, tolak ukurnya: pendekatan,
pengenalan komunikator.
2) Faktor sosial-ekonomi, tolok ukurnya: tingkat pendidikan, tingkat
ekonomi.
3) Budaya politik, tolok ukurnya: parokhial, kaula, partisipan.
4) Struktur organisasi partai politik, tolok ukurnya: formal, informal.
5) Model komunikasi, tolok ukurnya: berbelit-belit, mudah.
2.3.5 Fungsi Komunikasi Politik
Komunikasi politik merupakan jalan mengalirnya informasi melalui
masyarakat dan melalui berbagai struktur yang ada dalam sistem politik (Mas‟oed dan Andrew, 1990: 130). Fungsi dari komunikasi politik adalah struktur politik
yang menyerap berbagai aspirasi, pandangan, dan gagasan yang berkembang
dalam masyarakat dan menyalurkannya sebagai bahan dalam penentuan
kebijakan. Dengan demikian fungsi membawakan arus informasi balik dari
masyarakat ke pemerintah dan dari pemerintah ke masyarakat.
Fungsi komunikasi politik itu terutama dijalankan oleh media massa, baik
itu media cetak maupun media elektronik. Dengan demikian media massa itu
memiliki peranan yang strategis dalam sistem politik. Berarti frekuensi dan
intensitas yang lebih besar. Di samping perasaan “sadar informasi” hal itu juga
38
Kelancaran komunikasi politik akan sangat berpengaruh pada kemantapan
kehidupan politik. Terlambatnya saluran komunikasi politik dapat mengakibatkan
munculnya kecurigaan antara satu kelompok lain, antara satu pihak dengan pihak
lain. Atas dasar itu, keterbukaan politik ada batasnya, diperlukan dalam
pembinaan sistem politik. Maka dari itulah muncul fungsi komunikasi bagi
komunikasi politik untuk mempermudah jalannya sistem politik yang ada.
2.4 Proses Komunikasi Politik
Proses adalah arus, perubahan dan ketidaktepatan dalam hubungan kegiatan
terhadap satu sama lain. Barlund melukisakan sifat proses itu sendiri –
berkembang, dinamis, sinambung, sirkular, tak dapat diulang, tak dapat dibalikan
dan kompleks. Sebagai proses, komunikasi tidak memiliki titik bertolak; tiada
hentinya ia meliputi interpretasi personal, pertukaran sosial dan politik. Ia tidak
memiliki penyebab yang mudah dilihat bagi akibatnya yang dapat diamati. (Dan
Nimmo. 2005)
Miriam Budiardjo, dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik, menjelaskan
bahwa proses politik adalah pola-pola politik yang dibuat oleh manusia dalam
mengatur hubungan antara satu sama lain. Proses dalam setiap sistem dapat
dijelaskan sebagai input dan output. Input itu sendiri merupakan tuntutan serta
aspirasi masyarakat dan juga dukungan dari masyarakat. Input ini kemudian
diolah menjadi output, kebijaksanaan, dan keputusan-keputusan, yang akan
39
Dari beberapa penjelasan dari ilmuwan politik yang menjelaskan tentang
proses politik, maka dapat disimpulkan bahwa Pokok dari politik adalah upaya
untuk mencapai tujuan, dan untuk mencapainya harus ada proses yang dilewati
yang kemudian disebut sebagai proses politik. Secara garis besar, proses politik
adalah semua interaksi yang terjadi dalam sebuah sistem politik. Proses politik
dimulai dari adanya tuntutan untuk memenuhi tujuan dan kepentingan politik
yang tentunya terdapat instrument untuk memperjuangkan tuntutannya. Proses
politik merupakan tahapan setelah adanya input politik dimana proses mencakup
serangkaian tindakan pengambilan keputusan, baik oleh perorangan, kelompok,
maupun lembaga apapun macam legislatif, eksekutif, maupun yudikatif dan
lain-lain dalam rangka memenuhi tujuan atau kepentingannya. Harus diketahui
bagaimana input politik itu terbentuk dan bergerak, sebab dinamikanya akan
sangat berpengaruh terhadap output politik atau setelah melalui proses politik.
Oleh karena itu harus dikenali tenaga-tenaga pembuat atau tenaga pembantu dari
input tersebut.
2.5 Momentum Politik
Gun-gun dalam bukunya “Dinamika Komunikasi Politik” menjabarkan: “Momentum adalah pesan politik itu sendiri. Saat elit memainkan “the game of words” dengan menyatakan seribu kata manis dan saling mengapresiasi lawan
politiknya, substansi pertarungan sesungguhnya dapat kita temukan dimomentum
40 2.6 Dinamika Komunikasi Politik
Dari arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Dinamika adalah
gerak masyarakat secara terus-menerus yang menimbulkan perubahan ditata hidup
masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan Dinamika menurut Slamet Santoso
Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung memengaruhi
warga yang lain secara timbal balik. Jadi, dnamika berarti adanya interaksi dan
interpendensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang
lain secara timbal balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan.
(Slamet Santoso, 2004)
Sedangkan menurut para ahli mengenai komunikasi politik ialah sebagai
berikut, Komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara
sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat
komunikasi berperilaku tertentu (Effendy, 2002: 158).
Menurut Rush dan Althoff (1997:255) Komunikasi politik adalah transmisi
informasi yang relevan secara politis dari satu bagian sistem politik – merupakan
unsur dinamis dari suatu sistem politik; dan proses sosialisasi, partisipasi serta
rekrutmen politik bergantung pada komunikasi.
2.7 Realitas Komunikasi Politik
Realitas Komunikasi Politik adalah sebuah sistem yang konstan, teratur
dan dapat diramalkan, misalnya sebagai:
41
B. Interaksi antara elite, media warga negara mengenai topik-topik yang
berkaitan dengan politik (Talia Stroud).
C. Pertukaran gagasan dan pesan, verbal atau visual, secara langsung atau
bermedia, dalam suatu ruang publik yang dapat diidentifikasi, yang
tujuannya dan konsekuensinya adalah untuk mengubah struktural atau
produk pemerintah atau menghindari perubahan tersebut (Lynn Sanders).
(Mulyana, Deddy, Komunikasi Politik, Poltik Komunikasi, 2013, 7)
2.8 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah sebuah alur pikiran peneliti sebagai dasar-dasar
pemikiran untuk memperkuat sub fokus yang menjadi latar belakang dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini sebagai ranah pemikiran baik yang mendasari
penelitian tersusunlah kerangka pemikiran baik secara teoritis maupu konseptual.
Adapun kerangka pemikiran secara teoritis dan konseptual adalah sebagai berikut:
2.8.1Kerangka Pemikiran Teoritis
Menurut Rush dan Althoff (1997:255) sebagaimana yang dikutip oleh
Asep Saipul Muhtadi (2008: 28), Komunikasi politik adalah transmisi
informasi yang relevan secara politis dari satu bagian sistem politik – merupakan unsur dinamis dari suatu sistem politik; dan proses sosialisasi,
partisipasi serta rekrutmen politik bergantung pada komunikasi. Secara
42 Tabel 2.5
Sistem Politik dalam Komunikasi Politik
(Rush and Athhoff)
Budaya Politik
Sistem Politik Komunikasi Politik
Komunikasi politik adalah salah satu dari tujuh fungsi yang dijalankan oleh
setiap sistem politik. Dalam kata-kata Almond sendiri:
“All of the functions performed in the political system – political socialization and recruitment, interest articulation, interest aggregation, rule making, rule application, and rule adjudication – are performed by means ofcommunication.”
Dalam buku The Politics of The Development Areas, pada tahun 1960.
Almond berpendapat bahwa komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang
selalu ada dalam setiap sistem politik sehingga terbuka kemungkinan bagi para
ilmuwan politik untuk memperbandingkan berbagai sistem politik dengan latar
belakang budaya yang berbeda (Maswadi Rauf, 1993: 21).
Menurut Dan Nimmo (2005: 168) Ada dua bentuk saluran komunikasi
politik yang digunakan oleh komunikator yaitu: Pertama, Komunikasi
Interpersonal merupakan bentukan dari hubungan satu-kepada-satu. Saluran ini
43
menggabungkan penyampaian satu-kepada-satu dan satu-kepada-banyak.
(Nimmo, Dan 2005: 168 Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan dan Media)
Faktor tujuan dalam komunikasi politik itu, jelas pula tampak pada definisi
yang diketengahkan oleh Lord Windlesham dalam karyanya, What is political
communication, Komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang
secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan
membuat komunikasi berperilaku tertentu (Effendy, 2002: 158).
Menurut Dan Nimmo (2005: 9) komunikasi Politik yaitu (kegiatan)
komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan konsekuensi – konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di
dalam kondisi-kondisi konflik.
Dengan demikian, inti komunikasi politik adalah komunikasi yang
diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah
yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi tersebut dapat mengikat suatu
kelompok atau warga tertentu. Komunikasi politik dengan demikian adalah upaya
sekelompok manusia yang mempunyai orientasi, pemikiran politik atau ideology
tertentu dalam rangka menguasai atau memperoleh kekuasaan.
Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni
menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya
sedemikian rupa ”penggabungan kepentingan” (interest aggregation) dan “perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi
44
Dari pengertian-pengertian di atas menunjukkan pada sikap dan perilaku
seluruh individu yang berada dalam lingkup sistem politik, sistem pemerintahan
atau sistem nilai baik sebagai pemegang kekuasaan maupun sebagai masyarakat
untuk terwujudnya suatu jalinan komunikasi antara pemegang kekuasaan
(pemerintah) dengan masyarakat yang mengarah kepada sifat-sifat integratif.
Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang
terjadi pada saat fungsi-fungsi itu dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi
komunikasi politik terdapat secara inherent di dalam setiap fungsi sistem politik.
Dari beberapa pendapat mengenai komunikasi politik tersebut, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi politik merupakan suatu penyampaian pesan
politik antara pemerintah, partai politik, dan juga warga masyarakat untuk
menyampaikan ide, gagasan, dan pemikiran yang dapat mempengaruhi seluruh
elemen masyarakat untuk dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi
yang telah ditentukan bersama. Jadi, dilihat dari sistem dan pengertian komunikasi
politik di atas komunikasi politik merupakan suatu proses penyampaian informasi
atau pesan yang dilakukan oleh pimpinan partai politik terhadap anggota partai
politik dengan saluran/media berupa lisan maupun tulisan dan diharapkan anggota
partai politik tersebut mengerti dan menyetujui dari apa yang telah disampaikan.
2.8.2 Kerangka Konseptual
Dalam menjelaskan kerangka konseptual peneliti berusaha membuat
45
berusaha mengambarkan secara terperinci suatu dinamika proses komunikasi
dalam momentum pemilihan calon ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat.
2.8.2.1Alur Model Kerangka Pemikiraan
Dengan melihat konteks dari teori Studi Kasus Creswell tersebut yakni
yang berusaha membentuk dan mengumpulkan sebuah data-data dari
kejadian yang berdasarkan pada subjek, maka peneliti memaparkan
46 Gambar 2.1
Alur Kerangka Pemikiran Peneliti
Dinamika Komunikasi Politik Calon Ketua
Termuda
Komunikasi Organisasi
Realitas Komunikasi Politik DPC & PAC
Proses Komunikasi Politik
Dinamika Komunikasi Politik Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat
Komunikasi Politik
47 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Desain Penelitian
Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode studi kasus, mengacu pada John W.Creswell dalam bukunya Qualitative
Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Tradition bahwa studi kasus
sebuah eksplorasi dari suatu sistem yang terikat atau suatu kasus/beragam kasus
yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta
melibatkan berbagai sumber informasi yang kaya dalam suatu konteks. Sistem
terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu
program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu dan organisasi. Dengan perkataan
lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena
tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi
atau kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara terinci dan
mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama
periode tertentu.
John W.Creswell membagi penelitian studi kasus dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
jenis, yaitu:
1. Penelitian Studi Kasus Instrumental Tunggal
Penelitian studi kasus instrumental tunggal (single instrumental case
48
kasus untuk menggambarkan suatu isu atau perhatian. Pada penelitian ini,
penelitinya memperhatikan dan mengkaji suatu isu yang menarik perhatiannya,
dan menggunakan sebuah kasus sebagai sarana (instrumen) untuk
menggambarkannya secara terperinci.
2. Penelitian Studi Kasus Jamak
Penelitian studi kasus jamak (collective or multiple case study) adalah
penelitian studi kasus yang menggunakan banyak (lebih dari satu) isu atau kasus
di dalam satu penelitian. Penelitian ini dapat terfokus pada hanya satu isu atau
perhatian dan memenfaatkan banyak kasus untuk menjelaskannya. Disamping itu,
penelitian ini juga dapat hanya menggunakan satu kasus (lokasi), tetapi dengan
banyak isu atau perhatian yang diteliti. Pada akhirnya, penelitian ini juga dapat
bersifat sangat kompleks, karena terfokus pada banyak isu atau perhatian dan
menggunakan banyak kasus untuk menjelaskannya.
3. Penelitian Studi Kasus Mendalam
Penelitian studi kasus mendalam (intrinsic case study) adalah penelitian
yang dilakukan pada suatu kasus yang memiliki kekhasan dan keunikan yang
tinggi. Fokus penelitian ini adalah pada kasus itu sendiri, baik sebagai lokasi,
program, kejadian atau kegiatan. Penelitian studi kasus mendalam ini mirip
dengan penelitian naratif yang telah dijelaskan di depan, tetapi memiliki prosedur
kajian yang lebih terperinci kepada kasus dan kaitannya dengan lingkungan
49
kasus mendalam merupakan penelitian yang sangat terikat pada konteksnya, atau
dengan kata lain sangat terikat pada lokusnya (site-case).
Selanjutnya John W.Creswell mengungkapkan bahwa apabila kita akan
memilih studi untuk suatu kasus, dapat dipilih dari beberapa program studi atau
sebuah program studi dengan menggunakan berbagai sumber informasi yang
meliputi observasi, wawancara, materi audio-visual, dokumentasi dan laporan.
Kontekskasus dapat “mensituasikan” kasus di dalam settingnya yang terdiri dari setting fisik maupun setting sosial, sejarah atau setting ekonomi. Sedangkan fokus
di dalam suatu kasus dapat dilihat dari keunikannya, memerlukan suatu studi
(studi kasus intrinsik) atau dapat pula menjadi suatu isu (isu-isu) dengan
menggunakan kasus sebagai instrumen untuk menggambarkan isu tersebut (studi
kasus instrumental). Ketika suatu kasus diteliti lebih dari satu kasus hendaknya
mengacu pada studi kasus kolektif. Untuk itu Lincoln Guba mengungkapkan
bahwa struktur studi kasus terdiri dari masalah, konsteks, isu dan pelajaran yang
dipelajari.
3.1.1 Penelitian Kualitatif
John W.Creswell dalam bukunya yang berjudul: “Research Design:
Qualitative and Quantitative Approaches.” Sage Publications, 1994,
mengemukakan: