• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Aparatur Dinas Bina Marga Dan pengairan Kota Bandung (Studi Kasus Perbaikan Jalan Milik Pemerintah Kota Bandung Oleh Unit Reaksi Cepat Karees)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Aparatur Dinas Bina Marga Dan pengairan Kota Bandung (Studi Kasus Perbaikan Jalan Milik Pemerintah Kota Bandung Oleh Unit Reaksi Cepat Karees)"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

176 Data Pribadi

Nama : Wildan Wachyudi

Nama Panggilan : Ndan

Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 20 Maret 1993 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Telepon : 02291264034

Status : Belum Kawin

Nama Ayah : Adang Budiman

Pekerjaan : Wiraswasta

NamaIbu : Euis Suartini

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Jl. Jati Mulya 3 No.96/207B RT.02/11 Kelurahan Gumuruh Kecamatan Batununggal Kota Bandung Motto : Perubahan itu harus di jemput, Ia tidak biasa

menunggu

(2)

177 PENDIDIKAN FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1 1998-2004 SD Negeri Gumuruh 7 Kota Bandung Berijazah 2 2004-2007 SMP Kemala Bhayangkari Kota Bandung Berijazah 3 2007-2010 SMK Nugraha Kota Bandung Berijazah

4 2010 Universitas Langlangbuana -

(3)

178 Soft Skill Meeting Leadership Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Komputer Indonesia

Bersertifikat

(4)

179 PELATIHAN DAN SEMINAR

No. Tahun Uraian Keterangan

1 2012 Peserta Kuliah Umum”Pelaksanaan E-KTP Guna Meningkatkan Pelayanan Publik” Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP

3 2013 Panitia “Character Building And Soft Skill Metting Leadership Government Science

Fisip Unikom 2013” Universitas Komputer

Indonesia

Bersertifkat

4 2013 Peserta Pratikum Mata kuliah E-Government di Dinas Pertanian Kota Denpasar Bali

-

5 2013 Peserta Pratikum Mata kuliah E-Government di Universitas Udayana Bali

-

6 2014 Peserta Seminar“Nasionalismedan Pemilu 2014” Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Partai Politik Dalam Menghadapi Pemilu 2014” Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Komputer Indonesia

(5)

180

9 2014 Panitia Seminar Kewirausahaan “Pengusaha Muda Membangun Bangsa” Hima Ilmu Pemerintahan, Universitas Komputer Indonesia

Bersertifikat

10 2014 Panitia Penerimanaan Mahasiswa Baru, Universitas Komputer Indonesia Tahun Ajaran 2014/2015

-

11 2014 Peserta Pratikum Mata kuliah Sistem Informasi Manajemen Daerah di Dinas Catatan Sipil Kabupaten Sragen

Bersertifikat

12 2015 Peserta “Konsulidasi Skripsi Tahun Akademik 2014/2015”

Bersertifikat

Bandung, Agustus 2015 Hormat Saya,

(6)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan program perbaikan jalan merupakan bagian dari pembangunan. Jalan merupakan salah satu infrastruktur yang sangat penting keberadaannya di Kota Bandung. Keberadaan jalan menghubungkan wilayah yang ada di Kota Bandung beberapa diantaranya mempunyai aktifitas yang cukup tinggi dan jalan sering digunakan oleh masyarakat untuk melakukan aktivitasnya setiap hari. Jumlah masyarakat yang banyak mempunyai kendaraan dan dapat menimbulkan kepadatan di jalan raya, maka keadaan fisik jalan sangatlah penting. Berdasarkan pengertian diatas adalah faktor pendukung kelancaran aktifitas masyarakat yang dilakukan setiap harinya.

Pemerintah dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, dihadapkan pada pelaksanaan tugas yang sangat luas dan kompleks. Pemerintah memiliki tugas untuk pembangunan terhadap sarana dan prasarana untuk masyarakat yang selama ini diupayakan oleh pemerintah selaku penyelenggara pembangunan negara.

(7)

dan keberhasilan dibidang ekonomi. Tujuan dan sasaran pembangunan yaitu masyarakat adil dan makmur, perlu diusahakan adanya keserasian dan keselarasan dalam pemakaian Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM) serta permodalan dan teknologi.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, telah mengubah paradigma sentralisasi pemerintah kearah desentralisasi dengan pemberian otonomi daerah yang nyata luas dan bertanggung jawab kepada daerah. Hal ini berarti fungsi pembangunan pun telah di desentralisasikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Perubahan paradigma di atas menuntut pemerintah daerah untuk membuktikan kesanggupannya dalam melaksanakan unsur-unsur pemerintahan lokal sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat lokal. Mengurus rumah tangga daerah dan pembangunan sarana dan prasarana masyarakat, kinerja pemerintah daerah melalui kapasitas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ditingkatkan. Pengelolaan sumber daya manusia terkait dan mempengaruhi kinerja instansi pemerintahan dengan cara menciptakan nilai atau menggunakan keahlian sumber daya manusia yang berkaitan dengan praktek manajemen dan sasarannya cukup luas, tidak hanya terbatas aparatur pemerintah saja semata, namun juga meliputi tingkatan pemimpin.

(8)

diberikan pada dampak yang diterima oleh masyarakat setempat dan kemudian kepada pemerintah daerah sebagai lembaga yang langsung berhubungan dengan kegiatan pembangunan maupun pelaksanaan lalu lintas jalan raya.

Jalan raya merupakan sarana transportasi darat yang membentuk jaringan transportasi untuk menghubungkan daerah-daerah, sehingga roda perekonomian dan pembangunan dapat berputar dengan baik. Seiring dengan bertambahnya kepemilikan kendaraan menyebabkan meningkatnya volume lalu lintas, sementara kapasitas jalan tetap. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kemacetan lalu lintas. Jalan raya adalah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain. Jalan besar ini mempunyai ciri-ciri digunakan untuk kendaraan bermotor, digunakan oleh masyarakat umum dan dibiayai oleh perusahaan negara.

(9)

Kemacetan lalu lintas yang timbul akibat jalan rusak ini dapat berakibat terhadap kenaikan biaya angkutan dan biaya perjalanan akan semakin meningkat bahkan juga akan memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan pencemaran udara yang mana hal ini akan mengganggu kesehatan masyarakat, dengan turunnya tingkat kesehatan masyarakat maka hal ini juga akan dapat berakibat menurunkan produktivitas kerja masyarakat, sedangkan dampak positif dari pembangunan jalan raya ini adalah membantu melancarkan kegiatan distribusi ekonomi seperti di bidang industri dan perdagangan yang mengarah ke arah yang lebih luas lagi. Jalan raya bukanlah barang atau fasilitas yang dimiliki oleh perorangan atau bersifat pribadi tetapi statusnya adalah sebagai barang publik yang mana dapat dikonsumsi oleh orang banyak.

Pembangunan jalan lewat pinggiran kota akan lebih menguntungkan dalam arti lebih cepat dan lancar lalu lintasnya, mengembangkan wilayah dan tidak menciptakan kemacetan lalu lintas dan pencemaran udara. Sedangkan pembangunan jalan lewat kota akan dapat menciptakan pertumbuhan industri dan perdagangan dengan lebih cepat, tetapi banyak menimbulkan banyak kemacetan lalu lintas dan pencemaran udara.

(10)

pemerintahan untuk memelihara dan membina semua aparatur agar dapat lebih berkualitas dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan atau yang telah direncanakan.

Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No. 13 Tahun 2007 tentang pembentukan dan susunan organisasi dinas daerah Kota Bandung yang merupakan organisasi pemerintah dan berfungsi untuk merumuskan kebijakan teknis bidang sarana dan prasarana jalan serta pengairan, melaksanakan tugas teknis operasional di bidang sarana dan prasarana jalan serta pengairan, serta melaksanakan pelayanan teknis administratif ketatausahaan urusan umum, kepegawaian, keuangan, serta evaluasi dan pelaporan dinas. Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung yang bergerak dalam penyediaan prasarana infrastruktur pendukung perekonomian dan kehidupan masyarakat. Infrastruktur diantaranya jalan dan drainase, sesuai dengan visi dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yaitu “Terwujudnya Pemenuhan

Infrastruktur Jalan Guna Dan Sumber Daya Air Guna Mendukung Terciptanya Kesejahteraan Masyarakat”.

(11)

baik oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung dalam memberikan pelayanan fisik kepada masyarakat Kota Bandung.

Kota Bandung berada di tengah-tengah daerah Kabupatan Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi, sehingga dengan pergerakan ekonomi yang sangat tinggi di Kota Bandung jumlah volume pengendara bertambah pada pagi hingga malam hari. Oleh karena itu munculah dampak permasalahan kota pada umumnya yaitu dengan banyaknya jalanan Kota Bandung yang rusak dan tidak memenuhi standar kualitas jalan.

Melihat kondisi yang demikian, seringkali muncul persepsi kepentingan yang berbeda, dimana pada satu sisi sebagian besar masyarakat menginginkan jalan raya dapat dipergunakan dengan baik tanpa adanya kerusakan jalan yang menghambat perjalanan. Sementara pada sisi yang lain, pemerintah dan dinas terkait berupaya memperbaiki jalan yang mengalami kerusakan, akan tetapi banyak permasalahan sehingga jalan mulus yang diharapkan oleh masyarakat pemerintah belum sepenuhnya memberikan pelayan fisik yang baik untuk warganya.

(12)

Sumber yang peneliti dapat dari akun twitter Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung jalan di Kota Bandung tidak semua jalan dapat diperbaiki karena ada tiga kepemilikan jalan yaitu milik Pemerintah Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Pusat. Hal tersebut menjadi kendala unit reaksi cepat tambal jalan rusak di Kota Bandung dikarenakan masyarakat yang melapor perbaikan jalan rusak belum mengetahuinya tiga kepemilikan jalan di Kota Bandung.

Seperti contoh ruas kepemilikan jalan di berikut ini: Gambar 1.1 Jalan Nasional

Sumber: (www.twittter/@dbmpkotabdg, 21/04/2015)

(13)

Gambar 1.2 Jalan Provinsi

Sumber: (www.twittter/@dbmpkotabdg, 21/04/2015)

Gambar di atas menjelaskan bahwa terdapat beberapa daftar ruas jalan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berada di Kota Bandung.

Gambar 1.3

Jalan Bolong, Ridwan Kamil : Tak Semua Jalan Milik Pemkot Bandung

(14)

Kota Bandung."Saya pun baru memahami bahwa yang namanya di Indonesia ini ada properti milik pemkot, pemprov dan nasional. Nah, itupun berlaku untuk jalan," katanya, Senin (23/2/2015). Jadi, kata Emil panggilan akrabnya, perbaikan jalan tak sesederhana yang dipikirkan oleh warga begitupun dirinya."Pernah kami tambal malah dipermasalahkan secara administrasi bahwa tak boleh menambal jalan di lahan milik orang lain. Karena uang Pemkot tak boleh tambal jalan Pemprov," katanya. Sementara itu, Emil mengerti warga tak mengetahui kepemilikan jalan yang dikeluhkannya. Jadi, ia mengungkapkan dipusingkan oleh sebuah sistem yang kurang tepat sehingga hanya bisa melaporkan secara cepat ke Dinas PU Pemprov Jabar untuk melaksanakan penambalan. "Hati kecil ingin melakukan penambalan tapi di lain pihak tak bisa," tuturnya. Sumber: (http://www.prfmnews.com, 24/02/2015)

Berdasarkan berita di atas memberitakan bahwa tidak semua ruas jalan di Kota Bandung milik Pemerintah Kota Bandung. Dinas Bina Marga dan Pengairan dalam melaksanakan tugasnya hanya memperbaiki jalan milik Pemerintah Kota Bandung. Banyak masyarakat yang mengeluhkan perbaikan dan pengerjaan jalan di Kota Bandung, tetapi jalan tersebut kepemilikannya bukan dimiliki oleh pemerintah Kota Bandung. Seharusnya pemerintah Kota Bandung berkordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kementrian Pekerjaan Umum terkait perbaikan jalan di Kota Bandung.

(15)

Gambar 1.4

Jalan Rusak dan Berlobang, URC Segera Meluncur

(16)

Berdasarkan berita di atas Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung berjanji segera memperbaiki jalan yang rusak, akan tetapi sesuai dengan permasalahan yang peneliti bahas perbaikan jalan yang sudah dikerjakan jalan tersebut tidak bertahan lama dan mengalami kerusakan kembali.

Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik penelitian yaitu mengenai kinerja aparatur.

(17)

Penelitian mengenai jalan juga dilakukan oleh Rismayanto (2007) dimana melalukan penelitian yang berjudul pengaruh daktilitas aspal terhadap kekuatan lapisan permukaaan jalan. Penelitian ini mempelajari tentang pengaruh daktilitas membuka ke permukaan mantel kekuatan jalan. Digunakan aspal terdiri dari penetrasi aspal 40-60, 60-70, 85-100. maka hasil diperoleh dari penelitian membuktikan bahwa aspal yang penetrasi 60-70 yang terbaik.

Melihat dari beberapa penelitian sebelumnya dan juga sesuai dengan masalah yang dikemukan penelitian ini terdapat perbedaan dan persamaan. Persamaan penelitian-penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan sama-sama membahas kinerja aparatur dan jalan, akan tetapi di beberapa penelitian sebelumnya penelitian kinerja aparatur dan jalan dilihat dan di evaluasi dari segi sumber daya manusia pada kinerja aparatur dan kualitas jalan. Penelitian yang akan saya lakukan yaitu kinerja aparatur Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung (studi kasus perbaikan jalan milik pemerintah Kota Bandung oleh unit reaksi cepat karees), dalam pelaksanaannya apakah sudah sesuai dengan tujuan terbentuknya program tersebut atau kinerja aparatur masih belum baik.

(18)

mengalami kerusakan kembali, hal ini terlihat dari beberapa jalan yang sudah diperbaiki mengalami kerusakan. Masalah lain juga yang sering dirasakan oleh masyarakat yaitu kualitas jalan yang tidak sesuai dengan prosedur membuat jalan tersebut sehingga jalan yang sudah diperbaiki mengalami kerusakan yang sangat cepat.

Masalah yang diambil peneliti dari judul kinerja aparatur Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung (studi kasus perbaikan jalan milik pemerintah Kota Bandung oleh unit reaksi cepat karees) adalah banyaknya program perbaikan jalan yang sudah dikerjakan tetapi jalan tersebut sudah mengalami kerusakan dan tidak bertahan lama. Dari kasus ini dapat di lihat bahwa Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung belum maksimal dalam memberikan kinerjanya kepada masyarakat.

Berdasarkan fakta-fakta yang terdapat pada tulisan di atas jalan yang rusak sudah mendapat perhatian untuk diperbaiki tapi jalan yang sudah diperbaiki tersebut mengalami kerusakan kembali. Kinerja aparatur unit reaksi cepat Dinas Bina Marga dan Pengairan pun dipertanyakan, apakah sebenarnya Dinas Bina Marga dan Pengairan menggunakan anggaran secara efektif atau tidak yang mengakibatkan perbaikan jalan mudah mengalami kerusakan kembali.

(19)

dengan kualitas jalan yang sesuai dengan prosedur. Sehingga peneliti tertarik untuk mengambil judul “Kinerja Aparatur Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung (Studi Kasus Perbaikan Jalan Milik Pemerintah Kota Bandung Oleh Unit Reaksi Cepat Karees)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, untuk memperjelas fokus masalah penelitian ini, peneliti merumuskan masalah yaitu:

1. Bagaimana produktivitas aparatur Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung ?

2. Bagaimana kualitas layanan aparatur Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung ?

3. Bagaimana responsivitas aparatur Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung ?

4. Bagaimana responsibilitas aparatur Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung ?

(20)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kinerja aparatur Unit Reaksi Cepat Perbaikan Jalan Milik Pemerintah Kota Bandung oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1) Untuk menganalisa produktifitas kinerja aparatur Dinas Bina Maga dan Pengairan Kota Bandung tentang pelaksanaan program perbaikan jalan milik Pemerintah Kota Bandung oleh unit reaksi cepat karees.

2) Untuk menganalisa kualitas layanan aparatur Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung tentang pelaksanaan program perbaikan jalan milik Pemerintah Kota Bandung oleh unit reaksi cepat karees.

3) Untuk menganalisa responsivitas aparatur Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung tentang pelaksanaan program perbaikan jalan milik Pemerintah Kota Bandung oleh unit reaksi cepat karees.

4) Untuk menganalisa responsibilitas aparatur Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung tentang pelaksanaan program perbaikan jalan milik Pemerintah Kota Bandung oleh unit reaksi cepat karees.

(21)

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Kegunaan Bagi Peneliti

Kegunaan penelitian ini bagi peneliti yaitu untuk melatih kemandirian sikap dan rasa tanggung jawab dalam meneliti suatu masalah. Selain itu juga sebagai gambaran praktis bagi peneliti berkaitan dengan kerusakan jalan di Kota Bandung, serta peneliti pun dapat mengetahui kinarja aparatur dari Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung mengenai unit reaksi cepat perbaikan jalan milik Pemerintah Kota Bandung Kota Bandung.

2. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang pengembangan teori khususnya Ilmu Pemerintahan, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan literature bagi penelitian-penelitian serupa selanjutnya.

3. Kegunaan Praktis

(22)
(23)

18 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kinerja Aparatur

Kinerja aparatur adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang aparatur dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah secara teknis sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja merupakan gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Oleh karena itu bila ingin tercapainya tujuan yang telah ditetaapkan sebelumnya, maka perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Agus Dwiyanto dalam buku Reformasi Birokrasi Publik mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:

1. Tingkat produktivitas 2. Kualitas layanan 3. Responsivitas 4. Responsibilitas 5. Akuntabilitas

(Dwiyanto, 2012:50)

(24)

2.1.1.2 Definisi Aparatur

Aparatur merupakan orang-orang yang menjalankan roda pemerintahan. Aparatur memiliki peranan strategis dalam menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Peranan aparatur tersebut sesuai dengan tuntutan zaman terutama untuk menjawab tantangan masa depan.

Aparatur yang berkualitas adalah aparatur yang memiliki kecakapan dan kemampuan, yang sangat dibutuhkan dalam rangka menghadapi tantangan tersebut. Kemampuan untuk melaksanakan setiap tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik. Hal lainnya adalah mampu memelihara dan mengembangkan kecakapan dan kemampuannya secara berkesinambungan. Oleh sebab itu, sudah menjadi tugas pimpinan pada setiap organisasi pemerintahan untuk memelihara dan membina semua aparatur agar dapat lebih berkualitas dalam rangka pencapaian tujuan.

Aparatur menurut Dharma Setyawan Salam dalam buku Manajemen Pemerintahan Indonesia menyebutkan bahwa “aparatur pemerintahan sebagai social servant yaitu pekerja yang digaji oleh pemerintah melaksanakan tugas-tugas teknis pemerintahan melakukan pelayanan kepada masyarakat.”

(25)

birokrasi. Aparatur merupakan pegawai yang melaksanakan setiap kebijakan yang berlaku.

Pengertian di atas mengenai aparatur adalah sumber daya manusia yang bekerja sesuai dengan kemampuannya, dibidangnya masing-masing sesuai dengan ketentuan yang ada. Berkewajiban dalam melayani setiap warga negara untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya. Setiap aparatur pemerintahan dalam menjalankan kinerjanya, harus selalu dilandasi dengan tanggung jawab, dalam melaksanakan tugasnya agar dapat menciptakan kualitas kinerja yang optimal dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat pada umumnya. Sebuah lembaga pemerintah tidak lepas dari aparatur sebagai pelaksana penyelenggaraan pemerintahan, hal ini sesuai dengan pendapat Sedarmayanti yang mengatakan bahwa aparatur negara merupakan pelaksana roda birokrasi. Pendapat tersebut terdapat dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, birokrat adalah:

1. Birokrat adalah pegawai yang bertindak secara birokratis. 2. Birokrat adalah:

a. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan.

b. Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban serta menuntut kata aturan (adat dan sebagainya) yang banyak lika-likunya.

c. Birokrasi sering melupakan tujuan pemerintahan yang sejati, karena teralalu mementingkan cara dan bentuk. Ia menghalangi pekerjaan yang cepat serta menimbulkan semangat menanti, menghilangkan inisiatif, terikat dalam peraturaan yang rumit dan bergantung kepada perintah atasann dan berjiwa statis dank arena itu menghambat kemajuan.

(Sedarmayanti, 2010:319)

(26)

Kemajuan bukanlah sesuatu yang ditargetkan karena terlalu berpacu pada aturan yang ada. Aparatur sebagai pelaksana jalannya birokrasi sering melupakan tujuan pemerintah sebagai pelayan masyarakat. Aparatur lebih memprioritaskan kepada bentuk organisasi dan cara-cara yang sering dilaksanakan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pengertian kinerja aparatur adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu, sebagaimana yang dikemukakan oleh Payaman Simanjuntak yang mengatakan bahwa:

“Kinerja aparatur adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Kinerja juda adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.” (Simanjuntak, 2005:1)

Aparatur menurut definisi diatas dikatakan bahwa aparatur merupakan organisasi kepegawaian dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan atau negara dalam melayani masyarakat. Aspek-aspek administrasi merupakan kelembagaan atau organisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pentingnya profesionalisme aparatur pemerintah sejalan dengan Pasal 3 UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang menyatakan bahwa:

“Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintah dan pembangunan.” (UU Nomor 43 Tahun 1999)

(27)

penyelenggaraan pemerintahan atau negara. Maka diperlukan aspek-aspek administrasi terutama kelembagaan atau organisasi dan kepegawaian. Maka dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara dibutuhkan suatu alat untuk mencapai tujuan organisasi, maksud dari alat disini adalah seorang aparatur atau pegawai yang ada dalam suatu pemerintahan atau negara.

Aparatur merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu lembaga pemerintahan disamping faktor lain seperti uang, alat-alat yang berbasis teknologi misalnya komputer dan internet. Oleh karena itu, sumber daya aparatur harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi pemerintahan untuk mewujudkan professional pegawai dalam melakukan pekerjaan.

2.1.1.1.1 Indikator Kinerja Aparatur

Keith Davis menjelaskan terdapat empat faktor yang mempengaruhi pencapain kinerja faktor tersebut berasal dari faktor kemampuan, motivasi, individu serta lingkungan organisasi. Berdasarkan hal tersebut maka akan dijelaskan sebagai berikut:

Faktor kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan relity (knowledge + skill) yang memiliki arti:

”Pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaanya sehari-hari, maka akan mudah mencapai kinerja yang maksimal.” (Mangkunegara, 2013:67)

(28)

selain diharapkan mampu, cakap dan terampil, juga hendaknya berkemauan dan mempunyai kesungguhan untuk bekerja efektif dan efisien. Kemampuan dan kecakapan akan kurang berati jika tidak diikuti oleh moral kerja dan kedisiplinan pegawai dalam mewujudkan tujuan. Menurut Milman Yusdi dalam buku Belajar dan Pembelajaran bahwa: “Kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikan, latihan dan pengalaman.” (Yusdi, 2010:10)

Berdasarkan pendapat di atas, kemampuan sebagai keadaan yang dimiliki seseorang sehingga memungkinkan dirinya untuk dapat melakukan sesuatu berdasarkan keahlian dan ketarampilannya. Kaitannya dengan aparatur merupakan salah satu faktor penunjang kemampuan seorang aparatur untuk dapat meningkatkan kinerjanya agar mencapai tujuan dari sebuah organisasi. Pendapat lain diungkapkan oleh Moenir yaitu:

”Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang dalam hubungan dengan tugas/pekerjaan berarti dapat (kata sifat/keadaan) melakukan tugas/pekerjaan sehingga menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan yang diharapkan.” (Moenir, 2006:116)

Berdasarkan pendapat di atas, kemampuan diartikan sebagai penggunaan keahlian untuk menyelesaikan pekerjaan yang dikerjakan seseorang.

Sebuah pelayanan adalah hal yang paling utama dalam tugas seorang pegawai/karyawan dalam sebuah organisasi. Dengan pentingnya sebuah layanan maka tugas utama dari seorang aparatur adalah memiliki sebuah kemampuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

(29)

hal tersebut, E. Koswara dalam buku Otonomi Daerah untuk Demokrasi dan Kemandirian Rakyat, tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui kemampuan aparatur adalah:

1. Ratio jumlah pegawai dengan jumlah penduduk 2. Masa kerjs pegawai

3. Golongan kepegawaian 4. Pendidikan formal

5. Pendidikan teknis fungsional (Koswara, 2011:259)

Berdasarkan pengertian diatas, bahwa tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui kemampuan aparatur adalah rasio jumlah aparaturnya dengan jumlah penduduk, masa kerja aparatur, golongan kepegawaian, pendidikan dan pendidikan teknis fungsional yang dimiliki oleh aparatur.

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) pegawai dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situasion). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakan diri pegawai yang terarah atau tertuju untuk mencapai organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja untuk mencapai kinerja yang maksimal. Motivasi dalam arti bagaimana anggota organisasi menafsirkan lingkungan kerja mereka. Vitalitas kerja yang ditunjukan seseorang pekerja didasari atas faktor-faktor apa yang memberi andil dan berkaitan dengan efek negatif terhadap vitalitas seseorang serta apa yang menimbulkan kegairahan dalam bekerja. Faktor motivasi terdiri dari dua indikator yaitu:

(30)

“Sikap adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap stimulus atau objek (masalah kesehatan, termasuk penyakit). Sikap yang terdapat pada individu akan memberikan warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Sikap merupakan reaksi atau objek.” (Azwar, 2007:44)

Aparatur yang memiliki perilaku yang baik terhadap situasi dan kondisi dalam lingkungan pekerjaannya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika berperilaku tidak baik terhadap situasi dan kondisi dalam lingkungan pekerjaannya akan menunjukan motivasi kerja yang rendah. Sikap dan mental aparatur haruslah mempunyai sikap mental yang siap secara psikofisik (siap secara mental, fisik, situasi dan tujuan). Artinya yaitu aparatur dalam bekerja secara mental siap, fisik sehat, memahami situasi dan kondisi serta berusaha keras mencapai target kerja (tujuan utama organisasi).

Kedua, situasi, adalah suasana yang dapat menentukan bagaimana sikap aparatur tersebut. Perilaku manusia banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, apabila manusia mendefinisikan sesuatu sebagai hal nyata, maka konsekuensinya menjadi nyata. Sikap seseorang dapat ditentukan oleh aparatur bagaimana memahami situasi yang dihadapinya. Situasi dikatakan oleh Azwar bahwa “suatu keadaan atau kondisi dalam lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi sikap seseorang” (Azwar, 2007:7). Situasi kerja yang dimaksud antara lain hubungan

(31)

Mangkunegara mengatakan beberapa prinsip dalam memotivasi kerja aparatur, yaitu:

a. Prinsip partisipasi yaitu upaya memotivasi kerja, aparatur perlu diberikan kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.

b. Prinsip komunikasi yaitu pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas dengan informasi yang jelas, sehingga aparatur akan lebih mudah termotivasi dalam kerjanya.

c. Prinsip mengakui andil bawahan yaitu pemimpin mengakui bahwa bawahan aparatur mempunyai andil di dalam usaha pencapaian tujuan.

d. Prinsip pendelegasiaan wewenang yaitu pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada aparatur bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat aparatur yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.

e. Prinsip perhatian yaitu pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan aparatur, sehingga memotivasi aparatur untuk bekerja seperti yang diharapkan oleh pemimpin.

(Mangkunegara, 2013:100).

Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang pemimpin harus mempunyai prinsip dalam memotivasi kerja aparatur karena sangat penting untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dibebankan kepada kepada aparatur, agar aparatur berprestasi tinggi dan bekerja dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

(32)

berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai” (Hasibuan, 2007:143)

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan yang sangat penting dalam melakukan suatu pekerjaan adalah bagaimana pimpinan harus mampu memotivasi kerja aparaturnya agar mereka dapat mampu bekerja dengan produktif serta penuh tanggung jawab, maka motivasi merupakan sebuah bentuk dorongan yang diberikan oleh lembaga supaya pegawai mau bekerja sesuai pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai tersebut. Oleh karena itu pimpinan dan aparatur yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mencapai kinerja tinggi, dan sebaliknya mereka yang kinerjanya rendah disebabkan karena motivasi kerja yang diberikan pemimpin sangat rendah. Motivasi kerja yang baik akan menghasilkan kinerja aparatur yang baik pula sehingga dapat menyelenggarakan tugas organisasi dan pembangunan daerah.

Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antar fungsi psikis (rohani) dan pisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antar fungsi psikis dan fisik maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik.

”Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan memdayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.” (Mangkunegara, 2006:16)

(33)

Pada umunya, individu yang mampu bekerja dengan penuh konsentrasi apabila ia memiliki tingkat intelegensi minimal normal (average, above average, superior, very superior dan gifted) dengan tingkat kecerdasan emosi baik (tidak merasa bersalah yang berlebihan, tidak mudah marah, tidak dengki, tidak benci, tidak iri hati, tidak dendam, tidak sombong, tidak minder, tidak cemas, memiliki pandangan dan pedoman hidup yang jelas berdasarkan kitab sucinya).

Pola komunikasi kerja yang efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarir dan pasilitas kerja yang relatif memadai. Sekalipun, jika faktor lingkungan organanisasi kurang menunjang, maka bagi individu yang memiliki tingkat kecerdasan pikiran memadai dengan tingkat kecerdasan emosi baik, sebenarnya ia tetap berprestasi dalam bekerja. Hal ini bagi individu tersebut, lingkungan organisasi itu dapat diubah dan bahkan dapat diciptakan oleh dirinya serta merupakan pemacu (pemotivator), tantangan bagi dirinya dalam berprestasi di organisasinya.

Peningkatan kontribusi yang diberikan oleh pekerja dalam organisasi ke arah tercapainya tujuan organisasi. Dibentuknya organisasi yang mengeloal sumber daya manusia dimaksudkan bukan sebagai tujuan, akan tetapi sebagai alat untuk meningkatkan efesiensi, efektivitas, dan produktifitas kerja organisasi sebagai keseluruhan.

(34)

yang harus dia kerjakan dan menentukan target kerja agar seorang pegawai tertantang untuk bekerja lebih baik.

Seorang pegawai memiliki kinerja yang efektif atau tidak, perlu dikaji lebih dalam tentang seberapa jauh faktor tersebut mempunyai dampak terhadap kondisi tersebut. Apabila pengajian terhadap faktor yang berpengaruh tersebut dapat dilakukan, maka hal tersebut dapat mengeliminasi kinerja seorang pegawai yang tidak efektif.

2.1.1.1.2 Penilaian Kinerja Aparatur

Penilaian kinerja merupakan faktor utama dalam mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan. Kinerja adalah kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi, bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau peranan dalam organisasi. Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara:

“Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuntitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” (Mangkunegara, 2013:67).

(35)

dicapai itu baik, sedang atau kurang. Penilaian prestasi ini sangat penting bagi karyawan dan berguna bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan selanjutnya. Mangkunegara menyatakan bahwa:

“penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematik dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan, penilaian adalah proses penaksiran atau penentuan nilai, kualitas, atau status dari beberapa objek orang ataupun sesuatu.” (Mangkunegara, 2013:67)

Berdasarkan pendapat, dapat disimpulkan bahwa penilaian prestasi karyawan adalah suatu proses penilaian prestasi kerja karyawan yang dilakukan pimpinan perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.

Evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sitematis untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Disamping itu, evaluasi kinerja diperlukan juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung jawab yang sesuai kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik dimasa mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau penentuan imbalan.

2.1.1.1.3 Manfaat Kinerja Aparatur

Mohamad Mahsun menyebutkan beberapa manfaat penilaian kinerja, yaitu yang meliputi:

1. Aspek finansial

Aspek finansial meliputi anggaran rutin dan pembangunan dari suatu instansi pemerintah. Karena aspek finansial dapat dianalogikan sebagai aliran darah dalam tubuh manusia, maka aspek finansial merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pengukuran kinerja.

(36)

Dalam globalisasi perdagangan, peran dan posisi pelanggan sangat krusial dalam penentuan strategi organisasi. Hal serupa juga terjadi pada instansi pemerintah. Dengan semakin banyaknya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang berkualitas, maka instansi pemerintah dituntut untuk secara terus menerus memberikan pelayanan yang berkualitas prima. 3. Operasi bisnis internal

Informasi operasi bisnis internal diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan instansi pemerintah sudah in-concert (seirama) untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi seperti yang tercantum dalam rencana strategi.

4. Kepuasan pegawai

Organisasi pegawai merupakan asset yang harus dikelola dengan baik. Apabila pegawai tidak dikelola dengan baik, maka kehancuran instansi pemerintah sungguh sulit untuk dicegah.

5. Kepuasan komunitas dan shareholders/stakeholders

Instansi pemerintah tidak beroperasi "in vacuum" artinya kegiatan instansi pemerintah berinteraksi dengan berbagai pihak yang menaruh kepentingan terhadap keberadaannya.

6. Waktu

Ukuran waktu juga merupakan variabel yang perlu diperhatikan dalam desain pengukuran kinerja. Sering informasi untuk pengambilan keputusan terlambat diterima, sementara informasi yang ada sering sudah tidak relevan atau kadaluwarsa.

(Mahsun,2006:28)

Penilaian kinerja individu dapat menunjukkan dampak sistem informasi yang diterapkan terhadap efektifitas penyelesaian tugas, membantu meningkatkan kinerja dan menjadikan pemakai lebih produktif dan kreatif dan Penilaian kinerja memungkinkan suatu organisasi untuk mengetahui tingkat kinerja individu sehingga organisasi tersebut dapat membuat keputusan yang tepat dalam rangka memperbaiki kinerja individu.

2.1.1.2 Pengertian Kinerja Aparatur

(37)

yaitu “melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnnya dengan hasil seperti yang diharapkan” (Widodo, 2010:78).

Berdasarkan pengertian di atas bahwa kinerja merupakan sebuah tanggung jawab pada saat melakukan kegiatan dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tanggung jawabnya.

Sementara ini pengertian Kinerja menurut Mahsun yaitu:

“Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program dan kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.” (Mahsun, 2006:25)

Berdasarkan pengertian di atas bahwa pengertian kinerja yaitu suatu proses tingkat pencapaian untuk mewujudkan kinerja yang baik dengan strategi organisasi yang telah di susun dengan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan atau pencapaian organisasi yang baik.

Prestasi kerja (performance) diartikan sebagai suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik kuantitas maupun mutunya. Wibowo mengatakan bahwa:

“Pengertian performance sering diartikan sebagai kinerja, hasil kerja/prestasi kerja. Kinerja memiliki makna lebih luas, bukan hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan tersebu . Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategi organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontibusi ekonomi.” (Wibowo, 2007:7)

(38)

yang dimiliki, dan tugas yang telah ditentukan. Aparatur dalam memperdayakan dan memaksimalkan suatu kinerja, diperlukan pengetahuan yang luas dalam melaksanakan tugasnya, sehingga menghasilkan apa yang menjadi tujuan utama.

Pengertian di atas menyoroti kinerja berdasarkan hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Prawirosentono yang mengartikan kinerja adalah :

“Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.” (Prawirosentono, 2008:2)

Sesuai dengan pendapat di atas bahwa pengertian kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

2.1.1.3 Pengukuran Kinerja Aparatur

Pengertian Menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, “kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang aparatur dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya” (2005:9). Menurut pengertian tersebut bahwa kinerja SDM

(39)

Penilaian prestasi kerja merupakan usaha yang dilakukan pimpinan untuk menilai hasil kerja bawahannya. Namun, sering terjadi pengukuran dilakukan secara tidak tepat. Ketidaktepatan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang menyebabkan ketidaktepatan pengukuran kinerja diantaranya adalah ketidakjelasan makna kinerja yang diimplementasikan, ketidapahaman pegawai mengenai kinerja yang diharapkan, ketidakakuratan instrumen pengukuran kinerja, dan ketidakpedulian pimpinan organisasi dalam pengelolaan kinerja.

Mangkunegara mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai berikut:

“Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahan. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai umpan balik yang memberikan informasi tentang prestasi, pelaksanaan suatu rencana dan apa yang diperlukan perusahaan dalam penyesuaian-penyesuaian dan pengendalian.” (Mangkunegara, 2006:42)

Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan guna mewujudkan visi dan misi perusahaan. Pengkuran kinerja merupakan hasil dari penelitian yang sistematis. Sesuai dengan suatu rencana yang telah ditetapkan dalam penyesuaian-penyesuaian dan pengendalian.

Mangkunegara kemudian mengemukakan ciri-ciri pengukuran kinerja sebagai berikut:

a. Merupakan suatu aspek dari strategi perusahaan.

b. Menetapkan ukuran kinerja melalui ukuran mekanisme komunikasi antar tingkatan manajemen.

c. Mengevaluasi hasil kinerja secara terus menerus guna perbaikan pengukuran kinerja pada kesempatan selanjutnya.

(40)

Pengukuran kinerja berkaitan dengan strategi organisasi mengenai penetapan, pengumpulan data kinerja, evaluasi dan cara pengukuran kinerja. Penilaian kinerja PNS di Indonesia dilakukan berdasarkan UU No. 43/1999 tentang perubahan atas UU No.8/1974 jo. PP 10/1979 tentang penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS. Penilaian ini tertuang dalam suatu daftar yang lazim disebut DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan), yang dibuat dalam kurun waktu 1 tahun terhadap pelaksanaan pekerjaan seorang PNS yang dilakukan oleh atasannya langsung.

Unsur yang dinilai dalam penilaian pelaksanaan pekerjaan DP3 tersebut yaitu:

1. Kesetiaan: tekad dan kesanggupan untuk mentaati, melaksankaan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesabaran dan tanggungjawab.

2. Prestasi kerja: hasil kerja yang dicapai oleh pegawai dalam melaksankanan tugas yang dibebankan kepadanya.

3. Tanggung jawab: kesanggupan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan tugas yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani menanggunng resiko atas keputusan yang diambil/dilaksanakan.

4. Ketaatan: kesanggupan pegawai untuk mentaati segala peraturan yang berlaku, mentaati perintah yang diberikan oleh atasan yang berwenang serta kesanggupan untuk tidak melanggarnya.

5. Kejujuran: ketulusan hati dalam melaksanakan dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yangn dimilikinya. 6. Kerjasama: kemampuan untuk bekerjasama dengan yang lain

dalam menyelesaikan tugas sehingga tercapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.

7. Prakarsa: kemampuan untuk mengambil keputusan dalam melaksankan semua tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya tanpa menunggu perintah dari pimpinan.

8. Kepemimpinan: kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sehingga dapat diarahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas.

(41)

Berdasarkan unsur penilaian pekerjaan diatas bahwa aparatur pemerintahan dituntut untuk melaksanakan tugas dalam pekerjaannya dengan baik, penilaian yang dilakukan untuk mencapai tujuan bersama dalam mensejahterakan masyarakat dan memajukan Negara.

Organisasi pemerintahan ada beberapa aspek yang dapat dilihat untuk mengetahui suatu kinerja birokrasi publik, seperti yang dikemukakan Muh. Ilham dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya dan Kinerja Aparatur Pemerintahan Daerah sebagai berikut:

1. Tingkat Efektifitas 2. Tingkat Efisiensi 3. Keamanan

4. Kepuasan Pelanggan (Ilham, 2008: 34)

Berdasarkan pendapat diatas ukuran tingkat efektivitas telah menjadi penilaian pada suatu kinerja birokrasi publik, menurut Muh. Ilham tingkat efektifitas sebagai berikut:

“Tingkat efektivitas adalah sesuatu yang dapat dilihat dari sejauh mana seorang aparatur dapat memanfaatkan sumber-sumber daya untuk melaksanakan tugas-tugas yang sudah direncanakan, serta cakupan sasaran yang bisa dilayani.” (Ilham, 2008: 36)

(42)

Sumber utama efisiensi kerja adalah manusia, karena dengan akal, pikiran dan pengetahuan yang ada, manusia mampu menciptakan cara kerja yang efisien. menurut Muh. Ilham tingkat efektifitas sebagai berikut:

“Tingkat efisiensi adalah sesuatu untuk mengukur seberapa tingkat penggunaan sumber-sumber daya secara minimal dalam pelaksanaan pekerjaan, sekaligus pula dapat diukur besarnya sumber-sumber daya yang terbuang, semakin besar sumber daya yang terbuang, menunjukan semakin rendah tingkat efisiensinya.” (Ilham, 2008: 35).

Berdasarkan hal di atas maka tingkat efisiensi dapat diukur dari dua unsur, yaitu waktu dan biaya, dari dua unsur ini bisa diketahui suatu ukuran untuk mengetahui seberapa tingkat penggunaan sumber-sumber daya secara minimal. Waktu disini adalah seluruh rangkaian ketika proses pelaksanaan pekerjaan, sedangkan biaya adalah masukan maupun keluaran dari sumber daya yang ada oleh aparatur untuk terukurnya sumber daya yang terpakai dan terbuang.

Sedarmayanti memberi pengertian efesiensi kerja sebagai berikut:

“efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupun hasilnya yang meliputi pemakaian waktu yang optimal dan kualitas cara kerja yang maksimal.” (Sedarmayanti, 2009:23)

(43)

Pelayanan publik yang baik akan menghadirkan suatu rasa aman dan puas kepada masyarakat. Menurut Muh. Ilham kemanan sebagai berikut:

“Keamanan adalah sesuatu yang menunjukan pada keberadaan dan kepatuhan standar prosedur kerja. Standar prosedur kerja yang dijadikan pedoman kerja dapat menjamin seorang aparatur bekerja keras secara sistemmatis, terkontrol dan bebas dari rasa “was-was” akan complain.” (Ilham, 2008: 35)

Berdasarkan pendapat di atas, maka keamanan adalah suatu proses yang dilakukan oleh aparatur dengan berpedoman kepada prosedur kerja. Prosedur kerja merupakan tata cara kerja atau cara menjalankan suatu pekerjaan dengan keamanan dan kenyamanan yang dilakukan oleh aparatur.

Moenir dampak kepuasan masyarakat dapat terlihat pada:

1. Masyarakat sangat menghargai kepada korps pegawai yang bertugas dibidang pelayanan umum. Mereka tidak memandang remeh dan mencemooh korps itu dan tidak pula berlaku sembarang.

2. Masyarakat terdorong mematuhi aturan dengan penuh kesadaran tanpa prasangka buruk, sehingga lambat laun dapat terbentuk sistem pengendalian diri yang akan sangat efektif dalam ketertiban berpemerintahan dan bernegara.

3. Ada rasa bangga pada masyarakat atas karya korps pegawai dibidang layanan umum, meskipun di lain pihak ada yang merasa ruang geraknya dipersempit karena tidak dapat lagi mempermainkan masyarakat.

4. Kelambatan-kelambatan yang biasa ditemui, dapat dihindarkan dan ditiadakan. Sebaliknya akan dapat ditumbuhkan percepatan kegiatan di masyarakat di semua bidang kegiatan baik ekonomi, sosial maupun budaya.

5. Adanya kelancaran di bidang pelayanan umum, usaha dan inisiatif masyarakat mengalami peningkatan, yang berdampak meningkatnya pula usaha pengembangan ideologi, politik, sosial dan budaya (ipoleksosbud) masyarakat ke arah tercapainya masyarakat adil dan makmur berlandaskan pancasila.

(Moenir, 2006:45).

(44)

mengakibatkan masyarakat sangat menghargai kepada pegawai yang bertugas dibidang pelayanan umum, masyarakat terdorong mematuhi aturan dengan penuh kesadaran tanpa prasangka buruk, ada rasa bangga pada masyarakat atas karya pegawai dibidang layanan umum, kelambatan-kelambatan yang biasa ditemui, dapat dihindarkan dan inisiatif masyarakat mengalami peningkatan.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat akan sangat menghargai kepada pegawai karena pelayanan yang mereka dapatkan sangat memuaskan dengan begitu masyarakat dapat mematuhi peraturan yang ada dengan penuh kesadaran dan pada akhirnya adanya kelancaran dalam pelayanan umum yang diberikan kepada masyarakat.

Esensi dari tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memberikan kepuasan pemberian pelayanan kepada masyarakat untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari:

1. Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapat dipertanggung- jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan

kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat 5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi

dilihat dari aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

(45)

Berdasarkan pendapat di atas, pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti, dipertanggung- jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, prinsip efisiensi dan efektivitas, tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik akan mengakibatkan kepuasan dari masyarakat.

Kepuasan juga adalah salah satu hal penting dalam hal pelayanan publik. Menurut Muh. Ilham kepuasan yaitu:

(46)

aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan secara aman dan nyaman.

2.1.2 Pengertian Jalan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, pengertian jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel. Pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menjelaskan bahwa prasarana lalu lintas dan angkutan jalan adalah ruang lalu lintas, terminal dan perlengkapan jalan yang meliputi marka, rambu, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali dan pengaman pengguna jalan, alat pengawasan dan pengamanan jalan serta fasilitas pendukung. Berdasar konsentrasi populasi dan intensitas tata guna lahannya, maka kebutuhan akses (perjalanan) relatif rendah, volume arus lalu lintas atau permintaan angkutan umum bergantung pada jarak antar kota yang dihubungkannya. Manual yang dipergunakan untuk disain konstruksi (geometrik) adalah tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan: Pasal 1 bahwa:

(47)

Berdasarkan pendapat di atas bahwa jalan adalah sarana dan prasarana yang berhubungan dengan trasportasi melalui segaala bagian termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang ada dan disediakan atau diperuntukan bagi lalu lintas dibawah maupun di atas permukaan tanah supaya mempermudah masyarakat dalam beraktifitas.

Menurut Sofyan Assauri dalam buku Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep Dan Strategi mengungkap bahwa pemeliharaan yaitu:

“Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.” (Assauri, 2006:93)

Berdasarkan pendapat di atas bahwa pemeliharaan merupakan suatu kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan yang ada dikantor dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan yang memuaskan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

Menurut Sedarmayanti dalam bukunya Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja bahwa pemeliharaan adalah:

“Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas pegawai, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan berdasarkan kebutuhan berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi.” (Sedarmayanti, 2013:10)

(48)

melaksanakan produksi dengan efektif dan efisien sesuai yang telah direncanakan dengan hasil yang berkualitas.

2.2 Kerangka Pemikiran

Peneliti mengambil teori untuk penelitian ini yaitu pendapat dari Agus Dwiyanto dengan judul Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia yang terdapat lima tolak ukur dalam menilai kinerja yaitu tingkat produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas, karena teori ini cocok untuk menunjang penelitian ini.

Kinerja pada dasarnya digunakan untuk penilaian atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan, program dan kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi instansi pemerintahan daerah serta guna mengukur kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja. Penilaian kinerja merupakan evaluasi keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam menjalankan tugasnya.

(49)

dan proses pengelolaannya biasa disebut sebagai manajemen sebagai dasar acuan keberhasilan kinerja organisasi.

Berdasarkan pendapat di atas kinerja adalah hasil yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara kuantitas dan kualitas sesuai dengan tanggung jawabnya. Kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan kerja, prestasi yang diperlihatkan atau yang dicapai. Penilaian kinerja birokrasi publik tidak cukup hanya dilakukan dengan mengunakan indikator-indikator yang melekat pada birokrasi itu, seperti efesiensi dan efektifitas tetapi harus dilihat juga indikator yang melekat pada pengguna jasa seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas, dan responsivitas.

Dimensi kinerja aparatur yang baik diatas dapat dipengaruhi oleh lima faktor dan diartikan bahwa dalam setiap aktivitas kerja yang telah diprogramkan harus mampu dilaksanakan dengan faktor sebagai berikut:

(50)

begitu pula jika semakin buruk hasil kerja yang dicapai oleh suatu organisasi atau instansi, maka terjadinya kesalahan-kesalahan akan sangat besar untuk terjadi.

Kedua, kualitas layanan yaitu pelayanan yang diberikan organisasi kepada pihak pengguna jasa atau stakeholders demi memberikan kepuasan terhadap kualitas layanan yang menjadi indikator keberhasilan dari sebuah kinerja organisasi. Kepastian dalam pemberian pelayanan dapat diukur melalui system informasi yang diberikan dan kualitas sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan yang maksimal sehingga kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan dapat terpenuhi.

Ketiga, responsivitas yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan. Kemampuan aparatur birokrasi dalam mengenali kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi apabila aparatur memiliki daya tangkap yang cepat dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan keinginan masyarakat.

Keempat, responsibilitas yaitu kegiatan pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan target yang akan dicapai suatu organisasi serta prinsip-prinsip administrasi pelayanan yang baik dalam menggunakan sistem layanan. Responsibilitas pelayanan publik dijabarkan menjadi beberapa yang diantaranya tanggung jawab serta kerjasama yang dilakukan aparatur dengan stakeholders guna menciptakan kesesuaian dalam mencapai tujuan.

(51)

dapat dijabarkan melalui tindakan yang dilakukan oleh aparatur apabila terdapat masyarakat pengguna jasa yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Jika penyelenggaraan pelayanan publik diukur dengan nilai-nilai yang baik, maka kemungkinan besar mereka akan menggunakan sistem layanan secara bersungguh-sungguh seperti tujuan yang diharapkannya. Sebaliknya jika penyelenggaraan pelayanan publik tidak diukur dengan nilai-nilai yang baik dalam menggunakan sistem layanan, maka proses kinerja dalam pelayanan publik akan mengalami kesulitan. Sehingga jika pengukuran terhadap tindakan telah dilakukan, maka akan diperoleh suatu tingkat kesesuaian dalam pencapaian target. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Kinerja adalah perilaku aparatur Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung yang diterapkan oleh setiap aparatur sebagai prestasi kerja sesuai dengan perannya melalui program perbaikan jalan di Kota Bandung. 2. Aparatur adalah seseorang yang digaji oleh pemerintah untuk

melaksanakan tugas-tugas pemerintah secara teknis dengan berdasarkan ketentuan yang ada, sehingga menghasilkan karya-karya yang diharapkan dalam usaha pencapaian untuk mencapai tujuan khususnya kinerja aparatur Dinas Bina Marga dan Pengairan dalam program perbaikan jalan di Kota Bandung.

(52)

Adapun faktor-faktornya sebagai berikut:

1. Produktivitas adalah rasio output dan input yang terkait dengan kinerja aparatur Dinas Bina Marga dan Peengairan Kota Bandung dalam perbaikan jalan, yang meliputi:

a. Input adalah bagian awal yang akan dilaksanakan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung. berupa rencana atau ketentuan yang telah ditetapkan dalam kegiatan program perbaikan jalan.

b. Output adalah hasil dari kinerja tentang dari kegiatan perbaikan jalan yang dilakukan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung.

2. Kualitas layanan adalah pelayanan yang diberikan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung. pada saat melakukan perbaikan jalan, adapun pelayanan yang diberikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pemberian Informasi adalah suatu pemberian informasi berupa pengertian apa saja yang dibutuhkan masyarakat pada saat proses perbaikan jalan.

b. Kualitas Sumber Daya Manusia adalah kinerja Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung yang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam melakukan perbaikan jalan.

(53)

berkaitan dengan proses perbaikan jalan yang dilakukan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung, yang meliputi:

a. Daya Tangkap adalah kemampuan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung dalam memberikan pelayanan yang cepat dan menerima masukan-masukan yang berkaitan dengan proses perbaikan jalan.

b. Keinginan Masyarakat adalah suatu harapan yang diinginkan oleh masyarakat dari kegiatan program perbaikan jalan yang dilakukan oleh kemampuan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung dapat terpenuhi.

4. Responsibilitas adalah tindakan kemampuan Dinas Bina marga dan Pengairan Kota Bandung dalam melaksanakan program kerja yang sesuai dengan target yang akan dicapai pada saat melakukan program perbaikan jalan, yang meliputi:

a. Tanggung Jawab adalah kesediaan untuk menyiapkan diri dalam menghadapi resiko terburuk sekalipun, memberikan kompensasi atau informasi terhadap yang pernah kemampuan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung dalam melakukan program perbaikan jalan.

(54)

5. Akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan program perbaikan jalan yang dilakukan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung yang meliputi:

a. Tingkat kesesuaian adalah seberapa besar kesesuaian data atau persyaratan yang diberikan masyarakat kepada kinerja Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung pada saat proses perbaikan jalan.

(55)

Berdasarkan teori-teori di atas, kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat dalam model sebagai berikut:

Bagan 2.1

Model Kerangka Pemikiran

Jalan yang baik di Kota Bandung

Perbaikan Jalan Oleh Unit Reaksi Cepat Karees di Kota Bandung

Kondisi Jalan Milik Pemerintah Kota Bandung

1. Produktivitas

Input Output

2. Kualitas Layanan

Pemberian Informasi

Kualitas Sumber Daya Manusia

3. Responsivitas

Daya Tanggap

Keinginan Masyarakat

4. Responsibilitas

Tanggung Jawab Kerjasama

5. Akuntabilitas

(56)

2.3Proposisi

(57)

52 3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif yaitu menggambarkan dan menganalisa data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan keadaan yang nyata. Hal ini dikarenakan penelitian dimaksudkan untuk memberi gambaran perbaikan jalan tentang kinerja aparatur Dinas Bina Marga dan Pengiran Kota Bandung, serta mendeskripsikan sejumlah konsep yang berkenaan dengan masalah perbaikan jalan tersebut.

Penelitian kualitatif merupakan suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif bertumpu pada latar belakang alamiah secara holistik, memposisikan manusia sebagai alat penelitian, melakukan analisis data secara induktif, lebih mementingkan proses dari pada hasil serta hasil penelitian yang dilakukan disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian (Sugiyono, 2009:15)

(58)

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua) yaitu:

a. Teknik purposive digunakan peneliti untuk mengambil beberapa orang aparatur Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung yang dianggap memiliki cukup informasi tentang program perbaikan jalan di Kota Bandung.

b. Teknik Accidental digunakan peneliti untuk mewawancarai masyarakat berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dapat digunakan sebagai narasumber, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data mengenai kinerja aparatur Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung oleh Unit Reaksi Cepat perbaikan jalan milik pemerintah Kota Bandung.

1. Informan Aparatur Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung: a. Sekertaris Dinas Bina Marga dan Pengairan. Alasan peneliti memilih

Sekertaris Dinas Bina Marga dan Pengairan, karena beliau mengetahui seluruh kinerja aparatur Dinas Bina Marga dan Pengairan, dan dapat memberikan informasi penuh dan detail mengenai program perbaikan jalan di Kota Bandung.

(59)

keseluruhan masalah program perbaikan jalan yang ada di wilayah Karees Kota Bandung.

c. Staf Petugas Pengolah Data Program atau Perencanaan Jalan. Alasan peneliti memilih staf petugas pengolahan data program atau perencanaan jalan, karena beliau dapat memberikan informasi penuh dan detail mengenai rencana program perbaikan jalan di Kota Bandung.

d. Staf Pelaksana Lapangan perbaikan jalan Unit Reaksi Cepat Karees Dinas Bina Marga dan Pengairan. Alasan peneliti memilih staf pelaksana lapangan perbaikan jalan Unit Reaksi Cepat Karees Dinas Bina Marga dan Pengairan, karena beliau dapat memberikan informasi penuh dan detail khususnya dilapangan mengenai program perbaikan jalan milik Pemerintah Kota Bandung.

2. Informan Masyarakat.

(60)

jalan di sekitar rumah tinggalnya rusak dan dapat merasakan mengenai program pemeliharaan atau perbaikan jalan di Kota Bandung sudah berjalan dengan baik atau belum serta memberikan informasi bagaimana tentang kinerja aparatur Unit Reaksi Cepat Karees Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Studi Pustaka

Studi Pustaka dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menghimpun bahan-bahan atau keterangan-keterangan yang disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian yaitu studi pustaka (Library Research). Kegiatan yang dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data tentang kinerja aparatur Unit Reaksi Cepat Karees Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung yang bersifat teoritis. Studi pustaka ini peneliti dapatkan dari buku, makalah, artikel, jurnal, koran, media dan internet sehingga pekerjaan peneliti tidak merupakan duplikasi dengan mencantumkan semua sumber yang digunakan dalam penelitian ini.

3.3.2 Studi Lapangan

(61)

Studi lapangan ini terdiri dari:

a. Observasi, yaitu peneliti melakukan pengamatan lapangan langsung ke Unit Reaksi Cepat Karees Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung tentang kinerja aparatur Unit Reaksi Cepat Karees perbaikan jalan milik Pemerintah Kota Bandung oleh Unit Reaksi Cepat Karees Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung. Observasi ini dilakukan dengan melihat kinerja aparatur Unit Reaksi Cepat Karees dan interaksi yang terjadi antara masyarakat sebagai penerima layanan dari Unit Reaksi Cepat Karees Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung sebagai pemberi layanan. Observasi ini dilakukan agar peneliti mendapatkan data-data atau informasi tentang kinerja yang diberikan oleh Unit Reaksi Cepat Karees Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung setelah peneliti melakukan penelitian sendiri.

(62)

c. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara membaca, mempelajari, mengkaji dokumen dan arsip, serta sumber data sekunder lainnya yang berhubungan dengan kinerja aparatur. Dokumentasi ini digunakan untuk mendukung studi pustaka, sehingga dapat mempertajam analisis dan juga dapat diartikan sebagai metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.

3.4 Teknik Analisa Data

Gambar

Table Manner Course di Hotel
Table Manner Course The Amaroossa
Gambar 1.1 Jalan Nasional
Gambar 1.2 Jalan Provinsi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah dengan

2. mendeskripsikan struktur yang terdapat dalam cerita rakyat di pulau Bangka. mendeskripsikan nilai budaya dan nilai pendidikan karakter yang terkandung. dalam cerita rakyat di

Hasil perubahan penggunaan lahan yang diperoleh dari hasil overlay peta tersebut akan dapat menjawab kondisi penggunaan lahan eksisting dan bagaimana hubungan bencana banjir

berbeda dengan kisah aslinya. Legenda biasanya bersifat migratoris, yakni dapat berpindah-pindah, sehingga dikenal luas di daerah-daerah yang berbeda. Selain

KAJIAN BAND INGAN NOVEL MAX HAVELAAR D ENGAN BUMI MANUSIA SERTA PEMANFAATANNYA UNTUK MENYUSUN BUKU PENGAYAAN KEPRIBAD IAN D I SMA.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat

Organisasi Sosial (Orsos) adalah lembaga, organisasi atau perkumpulan sosial yang dibentuk oleh anggota masyarakat baik berbadan hukum maupun tidak, sebagai sarana

Adobe Flash merupakan sebuah program yang didesain khusus oleh Adobe dan program aplikasi standar authoring tool professional yang digunakan untuk membuat animasi dan bitmap