• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penerapan Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan)"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI DALAM PELAYANAN PUBLIK

(Studi Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan)

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya

Disusun Oleh:

VERONIKA 130921024

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh: Nama : Veronika Sinulingga

NIM : 130921024

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Penerapan Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan)

Medan, April 2015 Ketua Departemen

Dosen Pembimbing Ilmu Administrasi Negara

Prof.Dr.Marlon Sihombing,MA Drs.M.Husni.Thamrin Nasution,M.Si NIP: 195908161986111001 NIP: 196401081991021001

Dekan,

FISIP USU MEDAN

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh:

Nama : Veronika Sinulingga

NIM : 130921024

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Penerapan Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan)

Yang dilaksanakan pada :

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Panitia Penguji

Ketua : ( )

Anggota I : ( )

(4)

ABSTRAK

Penerapan Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas

Polresta Medan) Skripsi ini disusun oleh :

Nama : Veronika Sinulingga

NIM : 130921024

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Prof.Dr. Marlon Sihombing,MA

Tata laksana pemerintahan yang baik dapat dipahami dengan memberlakukan karakteristik dasarnya yaitu partisipasi, penegakan hukum, transparansi, kesetaraan, daya tanggap, wawasan kedepan, akuntabilitas, pengawasan, efisinsi dan efektivitas, serta profesionalisme. Adapun yang ingin dibahas yaitu akuntabilitas dan transpransi. Akuntabilitas bermakna pertanggung- jawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah bahwa penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan lainnya, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan, dan pelaksanaan serta hasil-hasil yang dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akuntabilitas dan transparansi dalam pengurusan pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara secara mendalam kepada informan, dan studi kepustakaan. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 4 orang informan kunci yaitu Kanit, Subkanit, Staf Petugas Uji Praktek, dan Staf petugas Uji Teori. Berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa pegawai kantor Satlantas Medan sudah berkomitmen dan mulai menerapkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelayanan pembuatan surat izin mengemudi. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam menerapkan akuntabilitas dan transparansi antara lain yaitu kurangnya peran aktif masyarakat dan sebagian sumberdaya manusia yang masih menganut paradigma lama yang bukan melayanin tapi dilayani.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun skripsi ini berjudul “Penerapan Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Pembuata Surat Izin Mengemudi di Satlantas Polresta Medan)”. Yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui implementasi prinsip-prinsip Good Governance terutama prinsip akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Satlantas Polresta Medan untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam penerapannya. Skripsi ini juga dikerjakan sebagai salah satu syarat unntuk menyelesaikan program pendidikan strata 1 (S-1) di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penelitian dan pengerjaan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai kekurangan. Hal itu tidak lepas dari penulis masih dalam tahap pembelajaran dan peningkatan pengetahuan serta keterbatasan kemampuan penulis. Namun demikian, penulis tetap berharap agar skripsi ataupun tulisan ini dapat berguna sebagai seluruh pembaca, atau paling tidak bagi penulis sendiri.

(6)

1. Bapak Prof. Dr. Badarudding,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.Sp selaku Sekertaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan mengajari penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Dr. Kariono, M.Si sebagai Dosen Penguji yang banyak memberikan

arahan dan masukan-masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak AKP. Imam Alriyuddin,SH selaku Kepala Unit SIM yang telah banyak

membantu dan memudahkan penulis dalam pengambilan data di Satlantas Polresta Medan.

7. Bapak Aiptu M. Sinulingga selaku Kasubnit sekaligus ayah saya yang telah banyak membantu dan memudahkan penulis dalam administrasi dan pengambilan data di Satlantas Polresta Medan dan Ibu saya Edianna Br Ginting yang selalu mendukung dengan tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah di Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

(7)

9. Kepada seluruh Pegawai di Kantor Satlantas Polresta Medan yang telah banyak membantu penulis dalam menghimpun data dan atas keramahan ketika penulis menghimpun data.

10.Kepada seluruh Staf Administrasi Negara, Kak Mega, Kak Dian dan staf lainnya terima kasih atas bantuannya.

11.Kepada sahabat-sahabat saya Prasetyo Sitanggang, Stacia Benita Sihite, Elvira Rosa Kemit, Edo Bastian Simanjuntak dan teman-teman seperjuangan di Ekstensi Administrasi Negara 2013 yang selalu mendengarkan masalah-masalah dan ikut andil mendukung serta menjadi inspirasi dalam penyemangat penulis. Terima kasih atas semangat dan doanya.

Akhir kata saya mohon maaf atas segala kekurangan ataupun kesalahan yang ada, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Medan, April 2015

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 9

1.3Tujuan Penelitian ... 10

1.4Manfaat Penelitian ... 10

1.5Kerangka Teori ... 11

1.5.1 Akuntabilitas ... 11

1.5.2 Transparansi ... 14

1.5.3 Pelayanan Publik ... 17

1.5.3.1Pengertian Pelayanan Publik ... 17

1.5.3.2Azas dan Prinsip Pelayanan Publik ... 20

1.5.3.3Kualitas Pelayanan Publik...24

1.5.4 Peranan Pemerintah dalam Pelayanan Publik ... 33

1.5.5 Standar Operasional Prosedur Penerbitan Surat Izin Mengemudi (SIM)...35

(9)

1.7Sistematika Penulisan ... 40

BAB II METODE PENULISAN ... 41

2.1 Bentuk Penelitian ... 41

2.2Lokasi Penelitian ... 41

2.3Informan Penelitian ... 42

2.4Teknik Pengumpulan Data ... 43

2.5Teknik Analisis Data ... 44

BAB III Deskripsi Objek Penelitian ... 45

3.1Sejarah Polresta Medan ... 45

3.2Moto,Visi, Misi, Janji Pelayanan dan Logo Satlantas Medan ... 47

3.2.1 Moto Satlantas Polresta Medan ... 47

3.2.2 Visi Satlantas Polresta Medan ... 47

3.2.3 Misi Satlantas Polresta Medan ... 47

3.2.4 Janji Pelayanan Satlantas Polresta Medan ... 48

3.2.5 Logo Satlantas Polresta Medan ... 48

3.3Tugas Pokok dan Fungsi Satlantas Medan ... 49

3.3.1 Tugas Pokok ... 49

3.3.2 Fungsi Satlantas ... 50

3.4Sarana dan Prasarana Satlantas ... 51

3.5Struktur Organisasi ... 54

(10)

4.1Karakteristik Responden ... 60

4.2Akuntabilitas dalam Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi ... 60

4.2.1 Penerapan Disiplin Pegawai ... 60

4.2.2 Biaya Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) ... 61

4.2.3 Persyaratan Teknis dan Administratif SIM ... 63

4.3Transparansi dalam Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi ... 65

4.3.1 Manajemen dan Penyelenggaraan Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi ... 65

4.3.2 Prosedur Pelayanan Pembuatan SIM ... 67

4.3.3 Standar Pelayanan Pembuatan SIM ... 72

4.3.4 Rincian Biaya Pelayanan Pembuatan SIM ... 77

4.3.5 Waktu Penyelesaian Pelayanan Pembuatan SIM ... 79

4.3.6 Lokasi Pelayanan Pembuatan SIM... 81

4.3.7 Janji Pelayanan Pembuatan SIM ... 83

4.3.8 Informasi Penyelenggaran Pelayanan ... 83

4.3.9 Penanganan Pengaduan Masyarakat ... 85

4.4Hambatan-Hambatan yang Dihadapi dalam Menerapkan Prinsip Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi .... 87

BAB V ANALISA DATA ... 89

5.1Akuntabilitas dalam Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi ... 89

5.1.1 Penerapan Disiplin Pegawai ... 90

(11)

5.1.3 Persyaratan Teknis dan Administratif ... 92

5.2Transpransi dalam Pelayanan Surat Izin Mengemudi ... 93

5.2.1 Manajemen dan Penyelengaraan Pelayanan Publik ... 94

5.2.2 Prosedur Pelayanan ... 95

5.2.3 Standar Pelayanan ... 96

5.2.4 Rincian Biaya Pelayanan Pembuatan SIM ... 97

5.2.5 Waktu Penyelesaian Pelayanan Pembuatan SIM ... 98

5.2.6 Lokasi Pelayanan Pembuatan SIM... 98

5.2.7 Janji Pelayanan Pembuatan SIM ... 99

5.2.8 Informasi Penyelenggaran Pelayanan ... 99

5.2.9 Penanganan Pengaduan Masyarakat ... 100

5.3Hambatan-Hambatan yang Dihadapi dalam Menerapkan Prinsip Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi ... 101

5.3.1 Kurangnya Peran Aktif Masyarakat ... 101

BAB VI PENUTUP ... 102

6.1 Kesimpulan ... 102

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi Lampiran II : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Lampiran II : Undangan Seminar Proposal

Lampiran III : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Lampiran IV : Berita Acara Seminar Proposal

Lampiran V : Surat Izin Penelitian

Lampiran VI :Surat Persetujuan Penelitian dari Kantor Satlantas Polresta Medan

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Jenis Pelanggaran dalam Lalu Lintas Di Kantor Satlantas Polresta Medan

Gambar 3.1 : Logo Satlantas Polresta Medan

Gambar 4.1 : Tarif pembuatan SIM Baru dan Perpanjangan

Gambar 4.2 : Pekap RI No. 9 Tahun 2012 Tentang Surat Izin Mengemudi Gambar 4.3 : Prosedur Sistem Penerbitan SIM Baru & Alih Golongan Gambar 4.4 : Prosedur Penerbitan SIM Perpanjangan

Gambar 4.5 : Penangkapan Calo di Satlantas Polresta Medan Gambar 4.6 : Standar Waktu Penerbitan SIM

(14)

ABSTRAK

Penerapan Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas

Polresta Medan) Skripsi ini disusun oleh :

Nama : Veronika Sinulingga

NIM : 130921024

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Prof.Dr. Marlon Sihombing,MA

Tata laksana pemerintahan yang baik dapat dipahami dengan memberlakukan karakteristik dasarnya yaitu partisipasi, penegakan hukum, transparansi, kesetaraan, daya tanggap, wawasan kedepan, akuntabilitas, pengawasan, efisinsi dan efektivitas, serta profesionalisme. Adapun yang ingin dibahas yaitu akuntabilitas dan transpransi. Akuntabilitas bermakna pertanggung- jawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah bahwa penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan lainnya, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan, dan pelaksanaan serta hasil-hasil yang dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akuntabilitas dan transparansi dalam pengurusan pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara secara mendalam kepada informan, dan studi kepustakaan. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 4 orang informan kunci yaitu Kanit, Subkanit, Staf Petugas Uji Praktek, dan Staf petugas Uji Teori. Berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa pegawai kantor Satlantas Medan sudah berkomitmen dan mulai menerapkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelayanan pembuatan surat izin mengemudi. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam menerapkan akuntabilitas dan transparansi antara lain yaitu kurangnya peran aktif masyarakat dan sebagian sumberdaya manusia yang masih menganut paradigma lama yang bukan melayanin tapi dilayani.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya tugas pokok aparatur negara yang juga abdi negara tercermin dalam tugas pokoknya di bidang pemerintahan umum, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Sejak pasca reformasi diharapkan akan berdampak positif terhadap sistem penyelenggaraan pemerintah yang dapat dilihat dari semakin keterpihakkannya pemerintah terhadap kepentingan-kepentingan masyarakat, namun dalam kenyataannya semakin meluasnya praktek -praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) dalam sistem birokrasi publik di Indonesia berimbas buruk terhadap tatanan dan citra birokrasi dihadapan masyarakat.

Buruknya kinerja pelayanan public disebabkan karena belum terlaksananya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan public. Oleh karena itu, pelayanan publik harus dilaksanakan karena kualitas kinerja birokrasi pelayanan publik belum memiliki implikasi yang luas dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.

(16)

masyarakat atas pelayanan yang diberikan yang belum akuntabel atau belum dapat dipertanggungjawabkan seperti, profesionalitas pegawai, persyaratan administrasi ataupun mekanisme kerja yang belum jelas serta biaya pelayanan pembuatan surat izin mengemudi yang belum terlaksana dengan baik. Selain itu di Kantor Satlantas Polresta Medan juga masih banyak calo-calo dan pungli yang berkeliaran di lingkungan Satlantas Medan. Meski adanya larangan tentang pengurusan pembuatan surat izin mengemudi (SIM) melibatkan calo melalui audio suara diSatlantas Polresta Medan, praktik percaloan tetap saja marak di instansi tersebut. Konsidi ini membuat para warga masyarakat yang ingin membuat SIM menjadi tidak nyaman. Aktivitas calo yang meresahkan itu bebas berkeliaran, seolah-olah mendapat restu dari pihak kepolisian. Hal ini dapat dilihat dari jurnal Medan Bisnis

(17)

di akses 23 November 2013). Selain itu dalam

pengurusan Surat Izin Mengemudi pemohon harus melampirkan sertifikat dari sekolah mengemudi, sehingga pemohon harus membayar mahal untuk pengurusan surat izin mengemudi (SIM). Dewan Perwakilan Rakyat Daerah meminta pihak Polresta Medan untuk mencabut kebijakan tersebut karna sangat memberatkan masyarakat dan sebagai gantinya cukup dilakukan test drive di kantor Satlantas, yang benar-benar luluslah yang akan dikeluarkan SIM-nya tetapi belum mendapatkan

tanggapa

(18)

Hal ini mengharuskan pihak pemerintah senantiasa mengadakan pembenahan menyangkut mutu dan kualitas dari pelayanan yang dihasilkan. Tantangan yang dihadapi dalam pelayanan publik adalah bukan hanya menciptakan sebuah pelayanan yang efisien, namun juga bagaimana pelayanan dapat dilakukan dengan transparan dan profesional tanpa membeda-bedakan status dari masyarakat yang dilayani, atau dengan kata lain bagaimana menciptakan pelayanan yang adil dan demokratis. Tantangan tersebut merupakan hal yang beralasan karena secara empiris masyarakat di daerah menginginkan agar aparatur pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya dapat bekerja secara optimal yang akhirnya dapat memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat.

Demikian pula dengan aparatur/pegawai Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan khususnya bidang pelayanan pengurusan Surat Izin Mengenudi (SIM). Dalam melayani masyarakat, Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan, tidak terlepas dari permasalahan mengenai kondisi pelayanan yang relatif belum memuaskan. Hal ini berkaitan dengan baik buruknya sumber daya aparatur yang profesional. Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan mempunyai tugas dan kewenangan di bidang pelayanan publik antara lain : memberikan pelayanan sekaligus pengawasan terhadap prosedur pembuatan SIM.

(19)

mengemudikan kendaraan bermotor. Setia bermotor di Jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang dikemudikan (Pasal 77 ayat (1) UU No.22 Tahun 2009). Adapun Fungsi SIM (surat izin mengemudi) adalah :

1. Sebagai bukti kompetensi mengemudi,

2. Sebagai registrasi pengemudi kendaraan bermotor yang memuat keterangan identitas lengkap pengemudi,

3. Untuk mendukung kegiatan penyelidikan, penyidikan dan identifikasi forensik Kepolisian.

Pada tahun 2013 di Indonesia lebih dari 60 juta unit motor yang beredar namun hanya sekitar 40 persennya tidak memiliki SIM, padahal SIM mutlak dimiliki bagi seseorang yang hampir beberapa jam dalam sehari berkendara mengunakan sepeda motor/mobil, bukan hanya untuk mencegah operasi atau razia yang kadang dilakukkan oleh polisi tetapi SIM juga bermanfaat ketika kita mengalami suatu kejadian yang tidak kita inginkan seperti kecelakaan atau mungkin terlibat dalam kecelakaan walau secara tidak sengaja.

(20)

memiliki surat izin mengemudi adalah kurungan selama 4 bulan denda 1.000.000,- tertuang pada pasal 281 UU No. 2 tahun 2009. Berikut ini adalah jenis pelanggaran dalam Berlalu Lintas.

Gambar 1.1

Jenis Pelanggaran dalam Lalu Lintas Di Kantor Satlantas Polresta Medan

(21)

Tabel 1.1

Rekapitulasi Kegiatan Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satlantas Polresta Medan

Sumber: Kantor Satlantas Polresta Medan

(22)

lintas jalan dan teknik dasar kendaraan bermotor. Namun kenyataannya, masih ada juga masyarakat yang telah memenuhi syarat tetapi belum memiliki SIM namun bebas menggunakan kendaraan bermotor di jalan raya. Hal ini disebabkan oleh lambannya aparatur serta mekanisme pelayanan yang berbelit-belit, sehingga terkadang masyarakat sering merasa malas mengantri dan ribetnya administrasi pembuatan Surat Izin Mengemudi apalagi SIM dibuat berdasarkan domisili kelahiran, membuat masyarakat malas untuk memprosesnya terlebih adanya jasa calo dengan harga yang berbeda-beda yang membuat masyarakat enggan mengurusnya walau SIM mati sekalipun serta kurangnya sosialisasi dan informasi kepada masyarakat mengenai prosedur dan biaya dalam pengurusan pembuatan SIM. .

(23)

sedangkan untuk SIM perpanjangan 60 menit. Dengan adanya penerapan akuntabilitas pegawai akan lebih memperbaiki kinerjanya untuk dapat menyelesaikan pembuatan SIM dengan waktu sesingkat mungkin. Setiap kantor pemerintahan pasti memiliki cara tersendiri untuk mewujudkan good governance khususnya akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pelayanan publik. Begitu juga dengan Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan.

Berdasarkan keadaan diatas penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam penelitian dengan judul “Penerapan Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan)”

1.2 Perumusan Masalah

(24)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Penerapan Akuntabilitas dan Transparansi dalam pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan?

2. Apakah hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penerapan akuntabilitas dan transparansi dalam Surat Izin Mengemudi (SIM) di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang penulis harapkan dapat dicapai melalui penelitian ini adalah :

1. Untuk mendapatkan gambaran tentang proses dan situasi terkini penerapan akuntabilitas dan transparansi dalam pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penerapan akuntabilitas dan transparansi dalam pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

(25)

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam menulis karya ilmiah dan menganalisa permasalahan di lapangan, dan juga menjadi masukan pengetahuan bagi penulis tentang akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan publik.

2. Bagi instansi, penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang berguna bagi instansi itu sendiri.

3. Bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi Fakultas dan menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa/i di masa mendatang.

1.5 Kerangka Teori

Dalam penelitian ini diperlukan adanya kumpulan teori-teori yang akan menjadi hambatan landasan teoritis dan menjadi pedoman dalam melaksanakan penelitian. Setelah masalah penelitian dirumuskan maka selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk melaksanakan penelitian. Sugiyono (2005:55). Teori-teori yang menjadi landsan dalam penelitoan ini adalah:

1.5.1 Akuntabilitas

(26)

Fenomena ini merupakan imbas dari tuntutan masyarakat yang mulai digemborkan kembali pada awal era reformasi di tahun 1998. Tuntutan masyarakat ini muncul karena pada masa orde baru konsep akuntabilitas tidak mampu diterapkan secara konsisten di setiap kepemerintahan yang pada akhirnya menjadi salah satu penyebab lemahnya birokrasi dan menjadi pemicu munculnya berbagai penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan keuangan dan administrasi negara di Indonesia. Era reformasi memberi harapan baru dalam implementasi akuntabilitas di Indonesia.

Menurut Kumorotomo (2005) akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban bawahan atas pemenuhan wewenang yang dilimpahkan kepadanya, sehingga akuntabilitas merupakan faktor di luar individu dan perasaan pribadinya.

Ada 3 hal yang menjadi dimensi akuntabilitas, antara lain :

1. Akuntabilitas Politik, yang biasanya dihubungkan dengan proses dan mandat pemilu

2. Akuntabilitas Finansial, yang fokus utamanya adalah pelaporan yang akurat dan tepat waktu tentang penggunaan dana publik

3. Akuntabilitas administratif ,yang pada umumnya berkaitan dengan pelayanan publik dalam kerangka kerja otoritas dan sumber daya yang tersedia.

(27)

1. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik

a. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan proses yang antara lain meliputi : tingkat ketelitian, profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan dan kedisiplinan.

b. Akuntablitas kinerja harus sesuai dengan pelayanan publik yang telah ditetapkan.

c. Standaar pelayanan harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah, apalagi terjadi penyimpangan dalam hal pencapaian standar harus dilakukan upaya perbaikan.

d. Masyarakat melakukan penilaian terhadap kinerja pelayanan secara berkala. e. Disediakan mekanisme pertanggungjawaban bila terjadi kerugian dalam

pelayanan publik

2. Akuntabilitas biaya pelayanan publik

a. Biaya pelayanan dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan

(28)

3. Akuntabilitas produk pelayanan

a. Persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan sari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan b. Prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuaai

dengan ketentuan yang berlaku.

c. Produk pelayanan diterima dengan benar, tepat dan sah.

1.5.2 Transparansi

Dalam KepMenPan No.26/KEP/M.PAN/2/2004 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik, menjelaskan pengertian transparansi penyelenggaraan publik merupakan pelaksanaan tugas dan kegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat dari proses kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan ataupun pengendaliannya, serta mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan informasi.

Transparansi dalam penyelenggaraan pelayanan publik utamanya meliputi : 1. Manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik

(29)

2. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan adalah rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga menunjukkan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta tata cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian sesuatu pelayanaan. Prosedur pelayanan publik harus sederhana, tidak berbelit-belit dan mudah dipahami dan dilaksanakan.

3. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan

Untuk memperoleh pelayanan, masyarakat harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemberi pelayanan, baik berupa persyaratan teknis atau persyaratan administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Rincian biaya pelayanan

Biaya pelayanan adalah segala biaya dan rinciannya dengan nama atau sebutan apapun sebagai imbalan atas pemberian pelayanan umum yang besaran dan tata cara pembayarannya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan perundang-undangan.

5. Waktu penyelesaian pelayanan

(30)

6. Pejabat yang berwenangdan bertanggung jawab

Pejabat/ petugas yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan pelayanan dan menyelesaikan keluhan, persoalan, atau sengketa yang diwajibkan memakai tanda pengenal. Pejabat/ petugas yang memberikan pelayanan dan menyelesaikan keluhan harus dapat menciptakan ciri positif terhadap penerima pelayanan dengan memperhatikan berikut ini :

a. Aspek psikologi dan komunikasi, serta perilaku melayani.

b. Kemampuan melaksanakan empati terhadap penerima pelayanan dan dapat mengubah keluhan penerima pelayanan menjaadi senyuman.

c. Menyelaraskan cara penyampaian layanan melalui nada, tekanan dan kecepatan suara, sikap tubuh, mimik dan pandangan mata.

d. Mengenal siapa dan apa yang menjadi kebutuhan penerima pelayanan. e. Berada di tempat yang ditentukan pada waktu dan jam pelayanan. 7. Lokasi pelayanan

Tempat dan lokasi pelayanan diusahakan harus tetap dan tidak berpindah-pindah, mudah dijangkau oleh pemohon, dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai termasuk penyediaan sarana telekomunikasi dan informatika.

8. Janji Pelayanan

(31)

mengenai standar kualitas pelayanan. Dapat pula dibuat Motto Pelayanan, dengan penyusunan kata-kata yang dapat memberikan semangat, baik kepada pemberi maupun penerima pelayanan.

9. Standar pelayanan publik

Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun standar pelayanan masing-masing sesuai dengan tugas dan kewenangannya, dan dipublikasikan kepada masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan yang ditetapkan hendaknya realistis, karena merupakan jaminan bahwa janji/komitmen yang dibuat dapat dipenuhi, jelas dan mudah dimengerti oleh para pemberi dan penerima pelayanan.

10.Informasi Pelayanan

Untuk memenuhi kebutuhan informasi pelayanan kepada masyarakat, setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib mempublikasikan mengenai prosedur, persyaratan, biaya, waktu, standar, akta/janji, motto pelayanan, lokasi serta pejabat/petugas yang berwenang dan bertanggung jawab sebagaimana telah diuraikan diatas.

(32)

penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

Transparansi dan akuntabilitas harus dilaksanakan pada seluruh aspek manajemen pelayanan, yang meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan laporan hasil kinerja. Transparansi dan akuntabilitas hendaknya dimulai dari proses perencanaan pengembangan pelayanan karena sangat terkait dengan pelayanan bagi masyarakat umum yang memerlukan dan berhak atas pelayanan.

1.5.3 Pelayanan Publik

1.5.3.1Pengertian Pelayanan Publik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan pengertian pelayanan bahwa “pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Sementara istilah publik, yang berasal dari bahasa Inggris (public), terdapat beberapa pengertiaan, yang memiliki variasi arti dalam bahasa Indonesia, yaitu umum, masyarakat, dan Negara.

(33)

Pemerintah Pusat/Daerah maupun Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang menyelenggarakan pelayanan publik. Sedangkan penerima pelayanan publik adalah orang perseorangan dan atau kelompok orang dan atau badan hukum yang memiliki hak, dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik (Ahmad, 2008:3).

Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009, Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Menurut Ratminto (2005: 18), ada beberapa pengertian dasar di dalam pelayanan publik diantaranya sebagai berikut :

a. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Penyelenggara pelayanan publik adalah Instansi Pemerintah.

(34)

d. Unit penyelenggaran pelayanan publik adalah unit kerja pada instansi pemerintah yang secara langsung memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan publik.

e. Pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

f. Penerima pelayanan publik adalah orang ataupun masyarakat

g. Biaya pelayanan publik adalah segala biaya sesuai imbalan jasa atas pemberian pelayanan publik yang besaran dan tata cara pembayaran ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. Indeks Kepuasan Masyarakat adalah tingkat kepuasan masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari penyelenggaraan atau pemberi pelayanan sesuai harapan dan kebutuhan masyarakat.

Sementara menurut Kurniawan (2005:4) pelayanan publik adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

(35)

1.5.3.2Asas dan Prinsip Pelayanan Publik

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, penyelenggara pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut (Ratminto, 2005:19) :

a. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan-peraturan perundang-undangan.

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak

(36)

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 tahun 2004, dijelaskan bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip yaitu :

a. Kesederhanaan, prosedur / tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

b. Kejelasan yang mecakup beberapa hal antara lain: - Persyaratan teknis dan administrasi pelayanan umum

- Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan, persoala, sengketa, dalam pelaksanaan pelayanan publik.

- Rincian biaya pelayanan dan tata cara pembayaran

c. Kepastian Waktu. Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

d. Akuransi. Dimana produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.

(37)

f. Tanggung Jawab, Pimpinan penyelenggaraan pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan publik. g. Kelengkapan Sarana dan Prasarana. Tersedianya saranan dan prasarana kerja,

peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika.

h. Kemudahan akses. Tempat dan lokasi serta sarana dan prasarana kerja yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi telematika.

i. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan. Pemberian pelayanan herus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan yang ikhlas. j. Kenyamanan. Lingkungan pelayanan harus tertib, disediakan ruang tunggu

yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah, sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parker, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

Kualitas pelayanan publik yang baik menjamin keberhasilan pelayanan tersebut, sebaliknya kualitas yang rendah kurang menjamin keberkasilan pelayanan publik tersebbut. Keadaan ini menyebabkan setiap negara berusaha meningkatkan kualitas pelayanan publiknya.

(38)

tergantung pada berbagai aspek, yaitu bagaimana pola penyelenggaraannya (tata laksana), dukungan sumber daya manusia dan kelembagaan.

Dilihat dari sisi pola penyelenggaraannya, pelayanan publik masih memiliki berbagai kelemahan antara lain:

1. Kurang Responsif.

Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan, mulai pada tingkatan petugas pelayanan sampai dengan tingkayan pertanggungjawab instansi. Respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan masyarakat seringkali lambat atau bahkan diabaikan sama sekali.

2. Kurang Informatif

Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan kepada masyarakat, lambat atau bahkan tidak sampai kepda masyarakat.

3. Kurang Accessible

Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari jangkauan masyarakat, sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan pelayanan tersebut. 4. Kurang Koordinasi

(39)

5. Birokratis

Pelayanan khususnya pelayanan perijinan pada umumnya dilakukan dengan melalui proses yang terdiri dari berbagai level, sehingga menyebabkan penyelesaian pelayanan yang terlalu lama.

6. Kurang mau mendengar keluhan ataupun saran dari masyarakat

Pada umumnya aparat pelayanan kurang memiliki kemauan untuk mendengar keluhan ataupun saran dari masyarakat. Akibatnya pelayanan dilaksanakan dengan apa adanya tanpa ada perbaikan dari waktu ke waktu.

1.5.3.3Kualitas Pelayanan Publik

Pelayanan publik sering dilihat sebagai representasi dari eksistensi birokrasi pemerintahan, karena hal itu bersentuhan langsung dengan tuntutan kebutuhan faktual masyarakat terhadap peranan pemerintah. Filosofi pelayanan publik adalah menempatkan rakyat sebagai subyek dalam proses penyelenggaraan pemerintah khususnya dalam hal pemberian pelayanan. Oleh sebab itu dalam konteks pelayanan publik, kepuasan masyarakat adalah objek utama dalam pencapaian tujuan organisasi pemerintahan.

(40)

agama, dan latar belakang kepartaian. Hal ini berarti setiap warga negara diperlakukan sama ketika berhadapan dengan birokrasi publik dalam menerima pelayanan selama memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.

Pelayanan publik dalam konteks paradigma New Public Service sebagai bagian dari pelaksanaan reformasi birokrasi yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik menuju pelayanan prima sehingga diharapkan dapat terciptanya pelayanan publik yang bermutu dan berkualitas. Kualitas merupakan aspek yang sangat penting dan mendukung segala sesuatu untuk menunjukkan dan membandingkan seberapa baik atau buruk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya. Suatu pelayanan dikatakan baik atau berkualitas jika masyarakat merasa bahwa kebutuhan atau kepentingannya dapat terpenuhi dan dapat merasa puas akan pelayanan tersebut.

Menurut W.E Deming dalam (Sinambela.2008:43) kualitas diartikan sebagai perbaikan yang berkesinambungan; selain itu menurut Kaouru Ishikawa mengartikan kualitas adalah produk yang paling ekonomis, paling berguna dan selalu memuaskan pelanggan. Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, dapat diartikan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan semuanya sudah terukur ketepatannya karena yang diberikan adalah yang berkualitas.

(41)

Sistem pelayanan publik yang baik akan menghasilkan kualitas pelayanan publik yang baik pula. Oleh karena itu, sebagai suatu kesatuan yang terorganisir dan membentuk keutuhan sebagai sistem maka dalam sistem pelayanan publik perlu diperhatikan unsur-unsur dari pelayanan itu sendiri. Unsur-unsur dari pelayanan publik terdiri dari; pedoman pelayanan publik, syarat pelayanan yang jelas, batas waktu, biaya atau tarif, prosedur buku panduan, media informasi terpadu yang saling terkait. Dengan demikian, pelayanan publik dapat dikatakan berkualitas dan memiliki mutu yang prima apabila dalam pelaksanaannya berpedoman pada standar umum pelayanan publik.

Untuk menilai kualitas dari pelayanan publik digunakan penilaian yang menggunakan indikator ganda yang mana dilihat dari aspek proses pelayanan dan aspek out-put atau hasil pelayanan. Berdasarkan indikator ini, maka (Dwiyanto. 2005:150) menjabarkan tiga hal yang perlu diperhatikan guna memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Ketiga indikator tersebut adalah:

1. Pelayanan publik yang efisien

(42)

Selain itu, masyarakat dapat memperoleh pelayanan publik dalam waktu yang relatif singkat tanpa membutuhkan banyak tenaga. Sedangkan output yang dimaksudkan adalah dalam pelaksanaan pelayanan publik dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dan memuaskan pelanggan atau pengguna layanan.

Efisiensi dalam pelayanan publik, dapat dilihat dari sudut pandang pemberi layanan, dan dari sudut pandamg pengguna layanan. Dalam hal pelayanan publik, pemberi layanan adalah aparatur pemerintah, sedangkan pengguna layanan adalah masyarakat. Aparatur pemerintah sebagai pemberi layanan harus mengusahakan agar harga pelayanan murah dan tidak terjadi pemborosan Sumber Daya Publik. Selain itu, masyarakat sebagai pengguna pelayanan menghendaki pelayanan publik dapat dicapai dengan biaya yang murah, waktu yang singkat, dan tidak banyak membuang energi.

(43)

download untuk mendapatkan formulir yang berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan publik, sehingga masyarakat tidak perlu mendatangi tempat pelayanan untuk mendapatkan formulir tetapi dapat langsung mencetaknya dari internet. Keempat, meningkatkan jasa pengantaran hasil suatu pelayanan publik ke alamat pelangga dengan menggunakan dana APBD, atau dapat juga dibebankan kepada warga pengguna yang bersangkutan asalkan rasionalitas biaya pelayanan diumumkan kepada publik secara rasional.

(44)

2. Pelayanan publik yang responsif

Responsivitas atau daya tanggap adalah kemampuan organisasi untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, menyusun prioritas kebutuhan, dan mengembangkannya ke dalam berbagai program pelayanan. Responsivitas mengukur daya tanggap organisasi khususnya organisasi pemerintahan terhadap harapan, keinginan, dan aspirasi, serta tuntutan masyarakat pengguna layanan. Tujuan utama pelayanan publik adalah memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna pelayanan agar dapat memperoleh pelayanan yang diinginkan dan memuaskan. Oleh sebab itu, penyedia pelayanan publik harus mampu mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan warga pengguna, kemudian memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan warga tersebut.

(45)

pelayanan publik dapat dijadikan masukan bagi organisasi pemerintahan untuk terus membenahi pelayanan yang diberikannya agar tercipta pelayanan publik yang berkualitas.

3. Pelayanan publik yang non partisan

Pelayanan publik yang non-partisipan adalah sistem pelayanan yang memperlakukan semua pengguna layanan secara adil tanpa membeda-bedakan berdasarkan status sosial ekonomi, kesukuan, etnik, agama, kepartaian, dan sebagainya. Latar belakang pengguna pelayanan tidak boleh dijadikan pertimbangan dalam memberikan pelayanan. Penyelenggaraan pelayanan publik harus berdasarkan asas persamaan di depan hukum. Prinsip ini memberikan akses yang sama bagi semua warga negara di dalam menerima pelayanan publik.

(46)

dan partai politik. Ketiga, menerapkan kode etik birokrasi. Penerapan kode etik ini diantaranya adalah dengan memberikan sanksi kepada aparatur pemerintahan yang melakukan praktik diskriminasi pelayanan publik.

Pada dasarnya hakikat dari pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupalan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi negara. Guna mencapai pelayanan publik yang prima, maka dalam memberikan pelayanan harus didasarkan pada standar pelayanan publik yang telah disahkan berdasarkan peraturan perundangan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik menyebutkan, adapun komponen standar pelayanan publik sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:

1. Dasar hukum

Setiap bentuk kebijakan pelayanan publik yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan, harus memiliki dasar hukum yang disahkan oleh Peraturan Perundangan untuk menandakan bahwa pelayanan yang diberikan merupakan pelayanan publik yang sah menurut hukum dan perundangan.

2. Sistem, mekanisme, dan prosedur

(47)

diimplementasikan oleh seluruh masyarakat serta harus memiliki prosedur atau tata laksana yang jelas dan diketahui oleh pengguna pelayanan publik. 3. Jangka waktu penyelesaian

Pelayanan publik yang diberikan oleh instansi pemerintah dalam pelaksanaannya harus memiliki batas waktu penyelesaian kegiatan yang efisien. Pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat dilakukan dalam standart waktu yang singkat.

4. Biaya/tarif

Pelayanan publik pada hakekatnya adalah bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Oleh sebab itu biaya atau tarif yang yang diberikan harus memiliki standart harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat secara keseluruhan. Dengan kata lain harga untuk pelayanan publik adalah harga yang murah.

5. Produk pelayanan

Pelayanan yang diberikan oleh suatu organisasi dapat dikatakan sebagai pelayanan publik apabila produk yang dihasilkan dapat berupa public good, public service dan administration service.

6. Sarana, prasarana, dan fasilitas

(48)

serta terdapat fasilitas yang memadai demi kenyamanan pelanggan atau masyarakat.

7. Kompetensi pelaksana

Petugas pemberi pelayanan publik harus memiliki keahlian, kreativitas serta kemampuan yang menyangkut sikap dan prilaku dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan atau masyarakat.

8. Penanganan pengaduan, saran, dan masukan

Setiap organisasi pemerintahan harus memiliki sarana yang menampung aspirasi masyarakat yang berisi kritik, saran dan juga pengaduan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pemberian pelayanan publik kepada masyarakat.

9. Jumlah pelaksana

Organisasi pemerintahan memiliki pelaksana pelayanan yang memadai agar dalam pelaksanaan pemberian pelayanan dapat berjalan efektif

1.5.4 Peranan Pemerintah dalam Pelayanan Publik

(49)

Dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa, prioritas pembangunan bidang penyelenggaraan negara diarahkan pada upaya peningkatan kinerja birokrasi agar birokrasi mampu menciptakan kondusi yang kondusif bagi terpenuhinya kebutuhan masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan menekan tingkat penyalahgunaan kewenangan dilingkungan aparatur pemerintahan. Suatu layanan publik harus dapat memenuhi harapan publik.

Kebijakan untuk mewujudkan birokrasi yang netral dalam penyelenggaraan administrasi dan pemerintahan negara ternyata dalam praktiknya banyak menghadapi rintangan. Padahal ditengah rintangan itu, masyarakat sangat merindukan pelayanan publik yang baik, dalam arti proporsional dan kepentingan, yaitu birokrasi yang berorientasi kepada penciptaan keseimbangan antara kekuasaan yang dimiliki dengan tanggung jawab yang mesti diberikan kepada masyarakat yang dilayani. Terlebih jika diingat bahwa pegawai negeri sebagai aparat birokrasi, sebagai aparatur negara dan abdi negara, juga merupakan abdi masyarakat. Sehingga kepada kepentingan masyarakatlah aparat birokrasi harus mengabdikan diri. Aparat birokasi memang sangat diharapkan memiliki jiwa pengabdi dan pelayanan kepada masyarakat. Prinsip pemerintahan yang memberikan pelayanan kepada publik harus benar- benar dilaksanakan bukanlah citra yang menjadi dilayani oleh masyarakat.

(50)

agregaasi kepentingan maasyarakat, apalagi tidak ditunjang dengan adanya proses pengambilan keputusan dan pengontrolan pelaksanaan keputusan yang baik, maka hal ini bisa mengakibatkan kekuasaan birokrasi menjadi semakin besar.

Bila kekuasaan birokrasi lebih besar, akan memungkinkan aparat birokrasi dapat dengan leluasa mengendalikan lingkungan luar birokrasi , sehingga dapat mengkokohkan kedudukannya dalam tatanan organisasi pemerintahan negara. Penyalahgunaan kekuasaan tersebut dapat mengakibatkan pemerintahan gagal untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan gagal merealisasikan program-program yang telah diputuskan. Keadaan demikian cepat atau lambat akan memungkinkan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh aparat birokrasi. Dalam situasi demikian, maka aparat birokrasi mengakibatkan menyusutnya rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Inilah yang menjadi pagkal tolak ukur kurang sigapnya aparat birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

(51)

pengabdian yang mengutamakan efisiensi dan keberhasilan bangsa dalam membangun.

1.5.5 Standar Operasional Prosedur Penerbitan Surat Izin Mengemudi (SIM)

Penyelenggaraan administrasi Surat Ijin Mengemudi (SIM) telah dilakukan

Polri lebih dari 50 Tahun yang lalu hingga saat ini dalam kurun waktu lebih dari

setengah abad, maka masyarakat telah menerima kenyataan bahwa Polri merupakan

satu-satunya Instansi yang mengeluarkan SIM. Seiring dengan bergulirnya

Reformasi, Pelayanan Polisi Lalu Lintas kepada masyarakat dalam penerbitan Surat

Ijin Mengemudi (SIM) dituntut lebih profesional, procedural, bermoral dan

transparan guna menghilangkan kesan negative di masyarakat. Untuk memenuhi hal

tersebut sebagai anggota Polri khususnya Polisi Lalu Lintas yang akan mengawalinya

haruslah dibekali dengan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan yang baik

berkaitan dengan Registrasi dan Identifikasi. Surat Ijin Mengemudi sebagai upaya

untuk menunjang kegiatan tersebut antara lain melalui pelatihan, penataran dan

pendidikan.

Di dalam Standar Operasional Prosedur akan dijelaskan mengenai persyaratan

mendapatkan SIM, dimana dijelaskan tentang persyaratan usia, persyaratan

administrasi, persyaratan kesehatan untuk mendapatkan SIM, mengetahui persyaratan

kelulusan peserta uji SIM, menyebutkan biaya mendapatkan SIM dan mengetahui

(52)

yang sesuai dengan Perkap No.9 Tahun 2012 Pasal 27 tentang pengajuan pembuatan

SIM baru golongan A, C & Alih Golongan adalah :

1. Tes Kesehatan

Tes kesehatan dimulai dengan membeli formulir tes kesehatan dan pemeriksaan KTP. Biasanya yang dites hanya mata saja untuk mengetahui mata kita rabun minus atau tidak. Apabila lulus anda dapat melangkah ke babak selanjutnya, namun jika gagal maka anda tidak dapat mengikuti tahapan berikutnya.

2. Membeli dan Mengisi Formulir Pendaftaran

Harga formulir pendaftaran berbeda antara SIM baru dan perpanjang SIM. Untuk SIM baru biasanya berharga lebih mahal. Setelah diisi dengan baik dan benar anda harus menyerahkan berkas yang sudah lengkap tadi ke loket pendaftaran.

3. Ujian Teori Mengemudi Kendaraan Bermotor

(53)

4. Ujian Praktek Mengemudi Kendaraan Bermotor

Ujian praktek adalah ujian membawa kendaraan bermotor yang akan anda buat izinnya. Tingkat kesulitan biasanya disesuaikan dengan mood petugas yang memberi tes anda. Jika anda lulus tes lapangan maka anda berhak mendapat SIM / Surat Izin Mengemudi dari Kepolisian.

5. Membuat dan Mengambil Kartu SIM / Surat Izin Mengemudi

Setelah lulus semua ujian maka anda harus membuat foto, tanda tangan, dan sidik jari digital. Semua hal tersebut dilakukan di tempat anda membuat SIM secara langsung. Jangan lupa ngaca dulu agar foto anda tidak berantakan rambutnya. Setelah membuat data digital maka anda tinggal menunggu sim diprint dan di bagikan.

1.6 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial. Melalui konsep kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan yang lainnya (Singarimbun, 1995:33).

(54)

1. Akuntabilitas merupakan para pengambil keputusan dalam sektor publik, swasta, dan masyarakat yang memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik (masyarakat umum) sebagaimana halnya kepada para pemilik (stakeholders).

Adapun yang menjadi indikator dalam mengukur akuntabilitas antara lain: a. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik, dilihat berdasarkan proses seperti :

tingkat ketelitian (akurasi), profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan (termasuk kejelasan kebijakan atau peraturan perundang-undangan ), dan kedisiplinan harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka.

b. Akuntabilitas biaya pelayanan publik, dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Akuntabilitas produk pelayanan publik, persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan. Selain itu prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

(55)

merupakan upaya menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang lebih akurat dan memadai.

Yang menjadi indikator untuk mengukur Transparansi yaitu : a. Manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik

b. Prosedur pelayanan c. Standar pelayanan publik d. Rincian biaya pelayanan e. Waktu penyelesaian pelayanan f. Lokasi pelayanan

g. Janji pelayanan h. Informasi pelayanan

(56)

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi gambaran umum tentang objek atau lokasi penelitian yang relevan dengan topik penelitian.

BAB IV PENYAJIAN HASIL DATA PENELITIAN

Bab ini berisi hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan berdasarkan wawancara langsung dan dokumentasi yang akan dianalisis.

BAB V ANALISIS DATA

(57)

BAB V PENUTUP

(58)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

deskriptif dengan pendekatan analisis kualitatif. Metode deksriptif adalah metode yang sifatnya memberikan gambar fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yan Nasir (1988: 63) metode deskriptif didefenisikan sebagai “suatu metode dalam ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. Tujuan penelitian deskriptif menurut Moh. Nasir adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisa sistematik, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

jelas mengenai Penerapan Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan)

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Surat Izin Mengemudi (SIM) di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan yang beralamat di Jalan Adinegoro Medan

(59)

2.3 Informan Penelitian

Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimasudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja (Husaini, 2009: 56). Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi (Hendarso dalam Sutyanto, 2005:171) :

1. Informan kunci (key informant), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini informan kunci 1 orang yaitu Kepala Unit SIM (KANIT)

2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini informan utama berjumlah 3 orang yang terdiri dari :

1 pegawai Kasubnit 1 pegawai unit praktek 1 pegawai unit teori

(60)

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua cara yaitu:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara:

a. Wawancara (Interview)

Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait, dan berhadapan langsung dengan informan atau key informan yang dianggap mengerti mengenai permasalahan yang dilteliti.

b. Pengamatan atau Observasi

Yaitu mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian yaitu pegawai di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan dan masyarakat yang mengurus pembuatan Surat Izin Mengemudi.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

(61)

a. Studi kepustakaan (Library Research) yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literature seperti buku-buku ilmiah, tulisan, karngan ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

b. Dokumentasi (Documentary) yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan –catatan atau dalam bentuk dokumen yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber yang relevan dengan objek penelitian. Data yang dimaksud bisa merupakan undang-undang, peraturan, hasil studi/riset, pernyataan, teori yang relevan, serta bahan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

c. Browsing yaitu pencarian bahan-bahan yang relevan dengan masalah yang

diteliti melalui media internet

.

2.5 Teknik Analisis Data

(62)

BAB III

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

3.1 Sejarah Polresta Medan

Menurut data yang diperoleh dari kantor Polresta Medan dijelaskan bahwa sejarah perkembangan kepolisisan dikota Medan tak terlepas dari keberadsaan penjajahan Belanda dan Jepang. Selain itu tak terlepas dari sejarah perjuangan masyarakat kota Medan dalam melawan penjajahan Belanda maupun Jepang. Sejarah panjang Kepolisian ditandai dengan lahirnya Bailluw. Lembaga ini muncul di Batavia pada tahun 1920 untuk melindungi orang-orang Belanda yang bekerja di VOC. Tahun 1897 diadakan perbaikan organisasi polisi oleh Direktur Yustisi dan Binnenlandsch Bestuur. Setelah itu terciptalah polisi kota, polisi pamong praja, polisi perkebunan, polisi lapangan, dan polisi umum. Tahun 1912 terbentuklaah polisi bersenjata.

Kepangkatan kepolisia di Sumatera berbeda dengan di Jawa. Kepangkatan kepolisisan di Sumatera termasuk Kota Medan hanya ada 4, Junsha, Junsha-butyo, Keibuho dan Keibu. Para calon polisi yang direkrut Jepang di Kota Medan dididik disekolah polisi di Padang Sumatera Barat. Dalam catatan sejarah kepolisisan kota besar Medan dan sekitarnya pada awalnya disebut sebagai Komtabes-21MS yang terbentuk pada tanhun 1950. Komtabes-21MS pada awalnya berkantor di jalan Bali (saat ini di Jalan VETERAN Medan) tahun 1981. Sebutan Komtabes-21MS berubah menjadi Kotabes 21MS. Bersamaan dengan itu markas Kotabes 21 pindah dari jalan

(63)

Bali ke jalan Durian (saat ini jalan HM. Said). Saat itu Dantabes MS dijabat oleh Kolonel Polisi Drs. Suhardi.

Saat Kapoltabes MS dijabat oleh Kolonel Sofjan Jacoeb (tahun 1990-1992), Sofjam melakukan telaah staf dan studi banding pada perkembangan Polwiltabes Bandung. Tim yang dibentuk Sofjan kemudian merumuskan perlunya perubahan status atau pemekaran Poltabes MS menjadi Polwiltabes Medan. Hal ini dilakukan untuk menjawab tantangan kepolisian Medan kedepannya. Konsepnya ada 4 Polresta dibawah naungan Polwiltabes MS yakni, Polresta Medan Timur, Medan Barat, Medan Selatan dan Medan Utara. Usul ini telah disampaikan ke Mabes Polri tetapi tidak di kabulkan.

(64)

2010, sejak 1 Juli 2010 sampai sekarang sebutannya menjadi Polresta Medan (Kepolisian Resort Kota Medan) yang dipimpin oleh Kombes Polisi Tagam Sinaga, SH.

3.2 Motto, Visi, Misi dan Janji Pelayanan Satlantas Polresta Medan 3.2.1 Motto

Yang menjadi motto dari kantor Satlantas Polresta Medan adalah “Kepuasan Masyarakat Adalah Kebanggaan dan Citra Pelayan Kami”

3.2.2 Visi

Visi dari kantor Satlantas Polresta Medan adalah “Terciptanya pelaynan penerbitan SIM yang transparan guna menghasilkan pengemudi yang sadar dan taat hukum serta selalu menjaga Kamseltibcarlantas (Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, Kelancaran Lalu Lintas).”

3.2.3 Misi

Adapun misi dari kantor Satlantas Polresta Medan antara lain:

(65)

2. Memperbaiki sarana dan prasarana serta mengevaluasi sistem dan masyarakat dengan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan.

3. Melakukan upaya terus menerus dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui peran serta dalam masyarakat dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keamanan dan profesionalisme.

3.2.4 Janji Pelayanan

Pelayanan yang Cepat, Benar, Aman, Tidak Diskriminatif, Akuntabilitas, Legalitas, Profesionalitas, Proporsional, Transparansi, Patisipatif, dan Persamaan Hak.

3.2.5 Logo Satlantas Polresta Medan

Adapun logo dari Satlantas Polresta Medan terdapat pada gambar berikut ini: Gambar 3.1

Logo Satlantas Polresta Medan

(66)

Gambar Roda : melambangkan “Kecepatan Bergerak” atau mobile, merupakan kesiapsiagaan dan ketanggapsegeraan setiap anggota Polantas didalam pengabdian sebagai aparat penegak hukum, pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat dalam rangka terbinanya ketentraman masyarakat guna terwujudnya keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.

Gambar Tameng : melambangkan “Perlindungan”, setiap anggota Polantas wajib memiliki kemampuan dan keterampilan serta ilmu pengetahuan yang dilandasi dengan mental kepribadian yang berjiwa Tri Brata dan Catur Prasetya dalam rangka tugas melindungi masyarakat dari setiap gangguan Kamtibmas.

Jari – jari Tameng : Berjumlah 22 merupakan tanggal lahirnya Polantas.

Garis Marka : Berjumlah 9 sebagai bulan September yang merupakan bulan lahirnya Polantas.

Gambar Sayap : Adalah lambang inisiatif, melindungi dan mempermudah gerakan pelaksanaan tugas dari Polantas untuk melindungi setiap pemakai jalan dan memberi rasa aman dan nyaman dalam berlalu lintas.

Seloka bertuliskan “Dharma Kerta Marga Raksyaka”

Dharma Kerta : Sebagai sasaran pengabdian

Marga : Jalan Raya dan setiap pengguna jalan

(67)

3.3 Tugas Pokok dan Fungsi Satlantas Polresta Medan 3.3.1 Tugas Pokok

Satlantas merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolres yang bertugas melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan patroli (Tujawali) lalu lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan identifikasi (regident) kendaraan bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas.

3.3.2 Fungsi Satlantas

Dalam melaksanakan tugas Satlantas menyelengarakan fungsi : 1. Pembinaan lalu lintas Kepolisian

2. Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama sektoral, Dikmas lantas, dan pengkajian masalah bidang lalu lintas.

3. Melaksanakan Operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas ( Kamseltibcarlantas).

4. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta pengemudi.

(68)

6. Pengamanan dan penyelamatan Masyarakat pengguna jalan. 7. Perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.

Satuan Lalu lintas di pimpin oleh Kasat Lantas yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres

3.4 Sarana dan Prasarana Pendukung dalam Pelayanan Pembuatan SIM Berdasarkan Perkap No.9 Tahun 2012 tentang SIM Bab III SATPAS dalam bagian Keempat terdapat standar sarana dan prasarana dalam penerbitan SIM yaitu antara lain :

I. Pasal 18 Paragraf 1 berdasarkan Pelayanan Administrasi 1. Sarana pelayanan administrasi Satpas sekurang-kurangnya meliputi:

a. komputer;

b. alat pengambil foto (foto capture) dan alat pengambil tanda tangan (signature capture);

c. alat sidik jari (finger print capture); d. alat cetak (ID printer); dan

e. latar belakang (background) foto.

2. Prasarana pelayanan administrasi Satpas sekurang-kurangnya meliputi: a. ruang pelayanan yang terdiri atas:

(69)

- ruang penerbitan dan pengambilan; - ruang server dalam jaringan; - ruang arsip dan materiil; - ruang tunggu;

- ruang pelayanan informasi (customer service); dan - ruang pembayaran administrasi.

b. Papan informasi mekanisme pengajuan SIM dan tempat proses pelayanan SIM. II. Pasal 19 Paragraf 2 Sarana dan Prasarana dalam Ujian Teori

1. Sarana yang digunakan dalam pelaksanaan Ujian Teori sekurang-kurangnya meliputi:

a. meja dan kursi peserta ujian, serta meja dan kursi pengawas/operator; b. nomor peserta ujian;

c. buku register;

d. perangkat komputer untuk ujian (AVIS); e. proyektor dan layar;

f. headset; g. server data;

h. printer hasil ujian; dan i. perangkat ujian lain.

(70)

b. ruang tunggu Ujian Teori; dan/atau

c. tenda portabel untuk pelayanan unit SIM komunitas.

III. Pasal 20 paragraf 3 tentang Sarana dan Prasarana Ujian Praktik 1. Sarana yang digunakan dalam pelaksanaan Ujian Praktik meliputi: a. Ranmor untuk ujian;

b. peralatan Simulator termasuk bagi peserta uji SIM D yang setara dengan dengan SIM A dan SIM D yang setara dengan SIM C;

c. helm;

d. nomor peserta ujian; e. buku register; f. komputer entri data;

g. komputer pengontrol hasil pelaksanaan Uji Praktik elektronik; h. papan nilai digital;

i. pengeras suara; j. peluit;

k. alat komunikasi bagi instruktur dan peserta uji;

l. kerucut lalu lintas (traffic cone) uji yang dilengkapi dengan peralatan sensor; m. rambu lalu lintas dan marka jalan; dan

(71)

a. Lapangan Ujian Praktik dengan ketentuan lebar dan panjang lapangan Ujian Praktik disesuaikan dengan besaran kapasitas silinder (cylinder capacity) dan/atau dimensi Ranmor yang akan digunakan, serta materi ujian pada setiap golongan;

b. ruang tunggu Ujian Praktik; dan

c. perangkat Ujian Praktik yang dilengkapi dengan peralatan sensor dan sistem penilaian secara elektronik atau sistem penilaian secara manual.

3. Selain sarana dan prasarana, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Ujian Praktik dilengkapi dengan sistem jaringan yang terkoneksi dengan server pada kelompok kerja:

a. identifikasi dan verifikasi; b. pendaftaran;

c. pengujian; dan d. penerbitan SIM.

3.5 Struktur Organisasi di Kantor Satlantas Polresta Medan

(72)
(73)

STRUKTUR ORGANISASI SATLANTAS MEDAN

KEP.KAPOLRI NO. POL: KEP/54/X/2002 TANGGAL 17 OKTOBER 2002

KA SAT LANTAS

KOMPOL BUDI HENDRAWAN,SIK

Bend.MA PNBP

Identifikasi Pendaftaran Pengujian Klipeng Produksi Arsip SIM

WA KA

AKP SARIFUDDIN SIAGIAN

KAUR BIN OPS

IPTU MEGAWATY,SE

KANIT REG IDEN

(74)

JOB DESCRIPTION a. Kasat Lantas :

1. Menetapkan rencana dan kegiatan Sat Lantas serta mengerahkan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaannya guna menjamin tercapainya sasaran.

2. Menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam Sat Lantas serta mengarahkan fungsi teknis untuk menjamin terselenggaranya fungsi secara menyeluruh.

3. Memelihara disiplin, tata tertib dan kesadaran hukum serta meningkatkan kemampuan personil untuk terpenuhinya kebutuhan organisasi.

4. Mengadakan koordinasi dan supervisi staf segala kegiatan bidang pembinaan di lingkungannya.

5. Menyelenggarakan administrasi berpedoman pada Juklak dan Jukis yang ada.

6. Menyampaikan laporan tentang pelaksanaan tugas dan kewajiban kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Waka Polres.

b. Wakasat Lantas :

1. Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Kasat Lantas sesuai dengan bidang tugasnya.

(75)

3. Melaksanakan tugas khusus yang dibebankan oleh Kasat Lantas

4. Memelihara dan mengawasi pelaksanaan prosedur kerja menyangkut tata cara kerja yang bersifat pembinaan dilingkungan Sat Lantas.

5. Melaporkan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada Kasat Lantas.

c. Kaur Bin Ops :

1. Merumuskan dan mengembangkan prosedur dan tata cara kerja tetap bagi pelaksana tugas lalu lintas serta mengawasi, mengarahkan dan mengevaluasi hasil pelaksanaannya.

2. Menyiapkan rencana dan program kegiatan termasuk pelaksanaan operasi khusus fungsi lalu lintas.

3. Mengatur penyelenggaraan dukungan administrasi operasional lalu lintas. 4. Mengumpulkan, mencatat, mengelola dan menyajikan data hasil kegiatan

dalam rangka penegakan hukum dan Kamseltibcarlantas.

5. Menyusun dan merumuskan produk-produk lalu lintas yang bersifat periodik dan insidentil yang berkaitan dengan bidang tugasnya.

6. Mengadakan koordinaasi/ kerjasama lintas sektorat pengkajian masalah di bidang lalu lintas.

Gambar

Gambar 1.1 Jenis Pelanggaran dalam Lalu Lintas Di Kantor Satlantas Polresta Medan
Tabel 1.1 Rekapitulasi Kegiatan Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi di
Gambar 3.1 Logo Satlantas Polresta Medan
Gambar 4.1 Tarif pembuatan SIM Baru dan Perpanjangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui kedudukan bersatu majelis bagi ijab kabul dalam akad nikah melalui telepon, 2) Mengetahui hukum akad nikah melalui telepon

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa variablel ukuran perusahaan, dan risiko default memiliki nilai standar deviasi yang yang lebih kecil dari nilai mean yang dapat

Ahli materi memberikan penilaian dengan presentase yang diperoleh dari masing-masing aspek yang terdiri dari 2 aspek yaitu, aspek tampilan yang memperoleh nilai

Koreksi geometrik atau rektifikasi merupakan tahapan agar data citra dapat diproyeksikan sesuai dengan sistem koordinat yang digunakan... Beberapa kasus

Menunjukkan bahwa (1) Tingkat pengetahuan seks bebas pada sisiwi kelas XI di SMA N 1 Sanden Bantul Yogyakarta Tahun 2014 yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 71

euu vkSj fpUru djus okys bl vk;r ds vFkZ okdiVqrk] xgjkbZ] O;kidrk lkFkZdrk ij fopkj vkSj bl fdrkc dks ek= fo'okl dh n`f"V ls ugha ckSf)d :i ls Hkh vYykg ikd dk okd~ eku

Wayang Kulit: Perubahan Makna Ritual dan Hiburan (2004) tulisan Soetarno menyajikan pembahasan tentang nilai-nilai etis, estetis, dan religius dalam lakon-lakon wayang

Fauna tanah adalah salah satu organisme tanah yang hidup baik di permukaan maupun dalam tanah yang berperan penting dalam proses perombakan bahan organik, agregasi, ketersediaan