KONTRIBUSI EKSPOR-IMPOR TERHADAP PENDAPATAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
(STUDI EMPIRIS INDONESIA DAN ARAB SAUDI)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
FARAH KAMALIA RUSMAHAFI 107046101850
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
KONTRIBUSI EKSPOR-IMPOR TERHADAP PENDAPATAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
(STUDI EMPIRIS INDONESIA DAN ARAB SAUDI)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
FARAH KAMALIA RUSMAHAFI
NIM. 107046101850
Di Bawah Bimbingan
Dr. Ir. H. Murasa Sarkaniputra NIP. 080030109
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Kontribusi Ekspor-Impor terhadap Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Empiris Indonesia dan Arab Saudi), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 9 Juni 2011 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM
NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (...) NIP. 197107011998032002
Sekretaris : Mu’min Rauf, M.A (...) NIP. 150281979
Pembimbing : Dr. Ir. H. Murasa Sarkaniputra (...) NIP. 080030109
Penguji I : Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag , MM (...) NIP. 195502151983031002
iii
Impor terhadap Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Empiris Indonesia dan Arab Saudi). Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1432 H/2011 M.
Isi: xi + 81 halaman, 49 literatur (1989-2011)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketentuan ekspor-impor dalam ekonomi Islam serta pandangan ekonomi makro Islam mengenai kontribusi ekspor-impor terhadap pendapatan negara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif-analitis. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ekonomi Islam sebenarnya sangat menganjurkan perdagangan sebagai tulang punggung perekonomian. Kekayaan negara juga dapat dilihat dari transaksi perdagangan luar negerinya. Arab Saudi telah mengaplikasikan ekspor-impor sebagai kontributor yang cukup besar bagi pembentukan pendapatan negara, namun di Indonesia praktik perdagangan (ekspor-impor) belum berkontribusi besar terhadap pendapatan negara. Sektor ekspor utama suatu negara menurut Islam seharusnya berupa komoditi yang dapat diperbaharui, seperti komoditi pertanian, bukan komoditi migas dan mineral. Impor suatu negara menurut ekonomi Islam harusnya berupa komoditi yang dapat memenuhi maqashid syari’ah.
Kata kunci : ekspor, impor, pendapatan negara, ekonomi Islam. Pembimbing : Dr. Ir. H. Murasa Sarkaniputra
iv
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 11 April 2011
v
menganugerahkan kasih sayang dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kekuatan dari-Nya merupakan hal utama yang
membuat penulis terus bersemangat menyelesaikan skripsi ini. Laa haula wa laa
quwwata illaa billaah. Penulisan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan
Strata 1 (S1) Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas
Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula shalawat teriring
salam semoga selalu tercurahkan kepada sang manusia pilihan, kekasih Allah,
Muhammad Saw, keluarganya beserta para sahabatnya yang mulia.
Selama proses penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
terdalam kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat, Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Mu’min Rauf, M.Ag, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat,
vi
masukan dan arahan penting bagi terselesaikannya skripsi ini.
5. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu kepada penulis. Semoga ilmu ini bermanfaat di dunia dan
akhirat.
6. Pimpinan dan staf perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah serta
perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum atas pelayanan dan kemudahan yang
penulis rasakan selama pengumpulan literatur.
7. Kedua orang tua penulis, Drs. Ruyani dan Salmani, yang tiada henti memberikan
motivasi, cinta, kasih sayang, dan untaian doa terindah bagi keberhasilan dan
keselamatan anak-anaknya. Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama
rabbayani shaghira.
8. Kakak dan adikku tersayang, Fikri Aulawi Rusmahafi, SE dan Hayatul
Muthmainnah Rusmahafi. Terima kasih atas segala saran, motivasi, dan canda
tawa yang senantiasa menyegarkan penulis dari kejenuhan. Semoga Allah
menjadikan kita orang-orang yang kaya akan iman, ilmu, dan harta untuk
beribadah kepada-Nya.
9. Teman-teman seperjuangan, seluruh warga PS C-’07 atas ukhuwah yang telah
kita bina selama empat tahun ini.
10. Sahabat-sahabat penulis, Dian Pewe (terima kasih sudah bersedia mengantarkan
vii
Ratna Marita, Yuke Maydari, Nur Syakinah, dan Rofiatul Mahmudah yang telah
memberikan motivasi kepada penulis.
11. Sahabat-sahabat yang baik hati, yang menjadi penyemangat dan tempat berbagi
suka duka, Rahma, Nurul, Hamie, Fatimah, Putri, dan Retno.
12. Teman-teman Forum Alumni Rohis SMAN 3 Tangerang yang selalu
mengajarkan dan mengingatkan akan kebaikan, terutama Icha, Nisa, Wiwit,
Luthfi, dan Babam.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih atas segala kebaikan dari semua
pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah
membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda.
Jakarta, 11 April 2011
viii
ABSTRAKSI….………..iii
KATA PENGANTAR……….v
DAFTAR ISI……….viii
DAFTAR TABEL………...xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………3
C. Definisi Operasional Variabel………...4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..5
E. Tinjauan Kajian Terdahulu………6
F. Kerangka Teori………..9
G. Metode Penelitian………11
1. Jenis Penelitian………11
2. Jenis dan Sumber Data………12
3. Teknik Pengumpulan Data………..12
4. Teknik Pengolahan Data……….12
5. Metode Analisis Data………..13
6. Teknik Penulisan Skripsi……….13
ix
1. Definisi Perdagangan Internasional……….15
2. Ekspor-Impor………...16
B. Manfaat Perdagangan Internasional………19
C. Ketentuan Ekspor-Impor Menurut Islam……….21
D. Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam……….25
E. Kontribusi Ekspor-Impor terhadap Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam……….31
BAB III PROFIL NEGARA INDONESIA DAN ARAB SAUDI A. Profil Negara Indonesia ………..……38
1. Posisi dan Letak Geografis………...39
2. Sumber Daya Alam………...41
3. Perekonomian dan Komoditas Ekspor-Impor………...42
B. Profil Negara Arab Saudi……….43
1. Posisi dan Letak Geografis………...45
2. Sumber Daya Alam………...45
x
A. Potret Ekspor-Impor dan Pendapatan Negara di Indonesia dan Arab
Saudi...51
B. Analisis Kontribusi Ekspor-Impor terhadap Pendapatan Negara dalam
Perspektif Ekonomi Islam (Studi Empiris Indonesia dan Arab Saudi)……...56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………..75
B. Saran………76
xi
2. Tabel 3.2 Profil Perekonomian Indonesia...………...42
3. Tabel 3.3 Profil Negara Arab Saudi………...44
4. Tabel 4.1 Ekspor Indonesia Tahun 2001-2010………..51
5. Tabel 4.2 Impor Indonesia Tahun 2001-2010………...…52 6. Tabel 4.3 PDB dan X-M Indonesia Tahun 2001-2010………...53
7. Tabel 4.4 Ekspor Arab SaudiTahun 2001-2009………...53
8. Tabel 4.5 Impor Arab SaudiTahun 2001-2009………...54
9. Tabel 4.6 PDB dan X-M Arab Saudi Tahun 2001-2009………...55
10. Tabel 4.7 Kontribusi Ekspor-Impor terhadap PDB Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2001-2010………..57
11. Tabel 4.8 Kontribusi Ekspor-Impor terhadap PDB Arab Saudi Tahun 2001-2009…………...……….………..59
12. Tabel 4.9 Ekspor Indonesia Berdasarkan Sektor Tahun 2001-2010………….66
13. Tabel 4.10 Komoditas Ekspor Utama Arab Saudi Tahun 2001-2007………….67
14. Tabel 4.11 Impor Indonesia Berdasarkan Sektor Tahun 2001-2010…………...70
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi merupakan sebuah aktivitas dasar manusia dalam rangka memenuhi
naluri mereka untuk tetap bertahan hidup semampu mereka di dunia ini. Mereka
melakukan apa saja yang mereka mampu, sehingga segala kebutuhan hidupnya dapat
terpenuhi dan terlayani dengan maksimal. 1 Seiring berjalannya waktu dan
berkembangnya zaman, kebutuhan manusia pun menjadi lebih kompleks. Kebutuhan
manusia tidak lagi dapat dipenuhi hanya dengan barang-barang yang diproduksi di
dalam negeri. Oleh karena itu, munculah perdagangan luar negeri/perdagangan
internasional guna mencukupi kebutuhan manusia yang semakin beragam.
Perdagangan internasional tentu berkaitan dengan aktivitas ekspor-impor.
Aktivitas ekspor-impor ini tak dapat dihindari oleh negara manapun di dunia. Hampir
tak mungkin ada negara yang tidak melakukan perdagangan internasional. Bahkan, di
banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk
meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan
tahun, dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan
beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong
1
Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam; Jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern
industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan
multinasional.2
Di negara maju, nilai ekspor menjadi pendongkrak PDB, namun di negara
berkembang impor yang lebih besar justru membuat PDB menurun. Hal ini terjadi
karena perekonomian negara-negara berkembang lebih banyak berorientasi ke ekspor
barang primer (produk-produk pertanian, bahan bakar, hasil hutan, dan bahan-bahan
mentah) yang nilainya terbilang kecil. Kemudian negara tersebut mengimpor
barang-barang jadi (sekunder dan tersier) yang nilainya jauh lebih besar dari nilai barang-barang
yang diekspor.
PDB Indonesia pada tahun 2010 sebesar Rp 6.422,9 triliun dengan nilai
ekspor sebesar Rp 1.580,8 triliun dan nilai impor sebesar Rp 1.475,8 triliun. Sektor
ekspor Indonesia didominasi oleh barang-barang industri. Sedangkan sektor impor
didominasi oleh bahan baku penolong.
Ekonomi Islam juga mengenal perdagangan luar negeri/perdagangan
internasional. Hal ini dapat dilihat dari praktik dagang Rasulullah SAW yang
melintasi jazirah Arab dan wilayah perbatasan Yaman, Bahrain, dan Syria. Selain itu,
pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab diterapkan pungutan „ushr bagi
para pedagang yang melintasi wilayah negara muslim dengan syarat nilai dagangan
yang dibawa minimal 200 dirham. Pungutan ini menjadi salah satu sumber
pendapatan negara pada masa itu.
2
Hal yang menarik untuk diteliti adalah bagaimana pandangan ekonomi Islam
tentang ekspor-impor, ketentuannya serta pandangan ekonomi Islam mengenai
ekspor-impor sebagai salah satu kontributor dalam pendapatan suatu negara. Menarik
pula untuk diketahui, menurut ekonomi Islam, komoditi seperti apa yang seharusnya
menjadi andalan perdagangan luar negeri di suatu negara. Atas alasan dan pemaparan
di atas, penulis merasa perlu dan tertarik untuk menyusun skripsi berjudul
“KONTRIBUSI EKSPOR-IMPOR TERHADAP PENDAPATAN NEGARA
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (STUDI EMPIRIS INDONESIA DAN ARAB SAUDI)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar permasalahan tidak terlalu meluas, peneliti membatasi wilayah masalah
yang akan diteliti dengan perumusan masalah. Adapun perumusan masalah dari
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kontribusi ekspor-impor yang baik terhadap pendapatan negara
menurut teori ekonomi Islam?
2. Bagaimana potret ekspor-impor dan kontribusinya terhadap pendapatan negara
di Indonesia dan Arab Saudi?
3. Antara Indonesia dan Arab Saudi, negara manakah yang memiliki kontribusi
C. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Ekspor barang adalah seluruh barang yang dibawa ke luar dari wilayah suatu
negara, baik bersifat komersial maupun nonkomersial (seperti barang hibah,
sumbangan, hadiah), serta barang yang akan diolah di luar negeri yang
hasilnya dimasukkan kembali ke negara tersebut. Tidak termasuk dalam
statistik ekspor adalah: (1) Pakaian, barang pribadi dan perhiasan milik
penumpang yang bepergian ke luar negeri; (2) Barang-barang yang dikirim
untuk perwakilan suatu negara di luar negeri;(3) Barang untuk
eksebisi/pameran; (4) Peti kemas untuk diisi kembali; (5) Uang dan
surat-surat berharga; (6) Barang-barang untuk contoh (sample). Ekspor jasa adalah
pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Data ekspor barang dan jasa diperoleh
dari publikasi statistik Kementerian Perdagangan, BPS (Badan Pusat
Statistik), dan Central Department of Statistics and Information of Saudi
Arabia Kingdom. Dalam penelitian ini, ekspor dilambangkan dengan X. 2. Impor barang adalah seluruh barang yang masuk ke wilayah suatu negara baik
bersifat komersial maupun bukan komersial, serta barang yang akan diolah di
dalam negeri yang hasilnya dikeluarkan lagi dari negara tersebut. Tidak
termasuk dalam statistik impor adalah: (1) Pakaian dan barang-barang
perhiasan penumpang; Barang-barang penumpang untuk dipakai sendiri,
kecuali lemari es, pesawat TV dan sebagainya; (2) Barang-barang yang
Barang-barang untuk ekspedisi/penelitian ilmiah dan eksebisi/ pameran; (4)
Pembungkus/peti kemas; (5) Uang dan surat-surat berharga; (6)
Barang-barang sebagai contoh (sampel). Data ekspor Barang-barang dan jasa diperoleh dari
publikasi statistik Kementerian Perdagangan, BPS (Badan Pusat Statistik),
dan Central Department of Statistics and Information of Saudi Arabia
Kingdom. Dalam penelitian ini, impor dilambangkan dengan M.
3. Pendapatan Negara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PDB. Produk
Domestik Bruto merupakan nilai total dari barang dan jasa yang diproduksi
selama jangka waktu satu tahun dan merupakan indikator primer dalam
perekonomian suatu negara. PDB terdiri dari pembelian pemerintah dan
konsumen, investasi domestik dan asing dan nilai ekspor total. Data PDB
didapat dari publikasi statistik BPS (Badan Pusat Statistik) dan Central
Department of Statistics and Information of Saudi Arabia Kingdom.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat, yaitu:
1. Untuk mengetahui teori ekonomi Islam tentang kontribusi ekspor-impor yang
baik terhadap pendapatan negara.
2. Untuk mengetahui potret ekspor-impor dan kontribusinya terhadap
3. Untuk mengetahui kontribusi ekspor-impor yang lebih baik terhadap
pendapatan negara antara negara Indonesia dan Arab Saudi.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, sebagai media untuk memahami dan menambah pengetahuan
tentang kontribusi ekspor-impor terhadap pendapatan negara dalam perspektif
ekonomi Islam.
2. Bagi ilmu pengetahuan/akademis, menambah khazanah intelektual serta
memperkaya konsep dan teori yang mendukung terutama tentang
ekspor-impor dan pendapatan negara.
3. Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi, akademisi dalam penelitian
selanjutnya sehingga bisa menjadi perbandingan bagi penelitian yang lain.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Rusydi AM pada tahun 2001 melakukan penelitian dengan judul Perdagangan
dalam Perspektif Al-Qur‘an (Pendekatan Tafsir Tematik). Penelitian ini bersifat
kualitatif dan bercorak kepustakaan murni. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam mengungkap perdagangan, al-Qur‘an memakai beberapa terma yaitu tijarah, bay‟, syira‟ dan dayn. Tidak semua terma tersebut dimaksudkan sebagai perdagangan
materil, akan tetapi di antaranya ada yang mengacu kepada perdagangan immateril
yang berlangsung antara manusia dengan Allah. Penelitian ini juga menunjukkan
saling ridho (suka sama suka), bersikap benar dan jujur, adil, serta memperdagangkan
komoditas yang bermanfaat, halal, dan baik. Penelitian ini hanya membahas
mengenai perdagangan secara umum, tidak membahas secara rinci mengenai
ekspor-impor (perdagangan luar negeri) serta kontribusinya terhadap pendapatan negara.3
Irham Lihan dan Yogi pada tahun 2003 pernah melakukan penelitian yang
berjudul Analisis Perkembangan Ekspor dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia. Penelitian ini menggunakan data dari tahun 1983 sampai dengan
tahun 2001. Data dianalisis dengan menggunakan regresi berganda dengan
pendekatan Ordinary Least Square (OLS). Hasil analisis menunjukkan bahwa
peranan sektor ekspor di Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap perkembangan
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) di Indonesia. Penelitian ini sama sekali
tidak menyinggung masalah ekonomi makro Islam.4
Pada tahun 2004, Hidayat Amir melakukan penelitian dengan judul Pengaruh
Ekspor Pertanian dan Non-Pertanian terhadap Pendapatan Nasional: Studi Kasus
Indonesia Tahun 1981-2003. Data dianalisis menggunakan model persamaan regresi
linier yang menganalisis pengaruh variasi besaran ekspor pertanian dan non-pertanian
terhadap variasi pendapatan nasional serta model persamaan regresi log linier yang
akan menganalisis pengaruh persentase perubahan (pertumbuhan) ekspor pertanian
dan non-pertanian terhadap persentase perubahan (pertumbuhan) pendapatan nasional.
3
Rusydi AM, ―Perdagangan dalam Perspektif Al-Qur‘an (Pendekatan Tafsir Tematik)‖, Disertasi S3 Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2001.
4 Irham Lihan dan Yogi, ―Analisis Perkembangan Ekspor dan Pengaruhnya terhadap
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekspor pertanian dan ekspor non-pertanian
sama-sama memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan nasional, dan ekspor
pertanian memiliki dampak yang lebih besar. Dari sisi perubahannya, pertumbuhan
ekspor non-pertanian memberikan dampak yang lebih baik terhadap pertumbuhan
ekonomi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor pertanian. Penelitian ini
membagi kategori ekspor menjadi ekspor pertanian dan non-pertanian serta tidak
membahas tentang ekonomi makro Islam.5
Musleh Jawas pada tahun 2008 juga pernah melakukan penelitian terkait
ekspor. Judul penelitiannya adalah Pengaruh Penanaman Modal Asing dan Ekspor
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara Muslim (2004-2005). Penelitian
ini menggunakan metode panel data, yaitu menggabungkan observasi lintas sektor
dan runtun waktu sehingga jumlah observasi meningkat. Estimasi panel data akan
meningkatkan derajat kebebasan, mengurangi kolinearitas antara variabel penjelas
dan memperbaki efisiensi estimasi.6
Penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu Penanaman Modal
Asing (PMA) dan Ekspor, sedangkan variabel dependennya adalah Pertumbuhan
Ekonomi (PE). Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang
merupakan gabungan antara data time series dan data cross section. Menggunakan
5 Hidayat Amir, ‖ Pengaruh Ekspor Pertanian dan Non
-Pertanian terhadap Pendapatan Nasional: Studi Kasus Indonesia Tahun 1981-2003‖, diterbitkan dalam Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan, Departemen Keuangan, Edisi Desember 2004, artikel diakses pada 15 Oktober 2010 dari http://www.iei.or.id/publicationfiles/HA.05.%20Dampak%20Ekspor%20Tani%20-%20NonTani%20Thd%20GNP%20%28KEK%20Des%202004%29.pdf
6 Musleh Jawas, ―Pengaruh Penanaman Modal Asing dan Ekspor terhadap Pertumbuhan
sample 52 negara dari tahun 2004 – 2005. Sehingga secara keseluruhan data yang
digunakan sebanyak 156 data. Sumber yang digunakan untuk data utama adalah data
yang diterbitkan oleh Islamic Development Bank (IDB) dan International Monetary
Fund (IMF). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah penanaman modal asing
signifikan dan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara
muslim, ekspor mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara -negara muslim,
serta penanaman modal asing dan ekspor selama dua tahun mempunyai pengaruh
terhadap nilai pertumbuhan ekonomi di 52 negara muslim yang menjadi sampel
penelitian. Penelitian ini tidak membahas mengenai ekonomi makro Islam.7
F. Kerangka Teori
Perdagangan luar negeri yang menyangkut ekspor dan impor sangat penting
peranannya dalam perekonomian Indonesia. Devisa yang diperoleh dari ekspor
merupakan sumber biaya pembangunan, dikarenakan peningkatan penerimaan devisa
dari ekspor akan ikut meringankan beban neraca perdagangan. Di samping ekspor,
impor juga mempunyai peranan penting. Dalam hal ini untuk kepentingan kegiatan
produksi dalam negeri perlu diimpor barang dan jasa, terutama bahan baku, barang
modal, dan teknologi yang belum dapat atau belum cukup diproduksi di dalam
negeri.8
7
Musleh Jawas, Ibid.
8
Perdagangan internasional merupakan elemen penting dari proses globalisasi.
Membuka perdagangan dengan berbagai negara di dunia akan memberikan
keuntungan dan membawa pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Keuntungan yang
didapat dapat dirasakan secara langsung berupa pengaruh yang ditimbulkan terhadap
alokasi sumber daya, maupun secara tidak langsung berupa naiknya tingkat
investasi.9
Semua negara mempunyai hubungan dagang dengan luar negeri. Sebagian
barang dan jasa yang dihasilkannya dijual ke luar negeri sebagai ekspor. Sebagian
pengeluarannya dipakai untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diimpor.
Pengaruh perdagangan luar negeri atas penentuan pendapatan nasional adalah sama
dengan pengeluaran pengeluaran pemerintah dan perpajakan. Pengeluaran oleh
orang-orang luar negeri atas ekspor suatu negara akan menimbulkan pendapatan,
sama halnya dengan pengeluaran pemerintah. Besarnya pendapatan yang dihasilkan
oleh suatu negara dari ekspor tergantung pada berbagai faktor, antara lain kapasitas
produksi perusahaan penghasil barang ekspor, kemampuan
perusahaan-perusahaan itu untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan luar negeri yang
menghasilkan barang yang sama, nilai tukar uang dalam negeri dengan uang luar
negeri, politik dagang negara dan tingkat permintaan keseluruhan di
negara-negara lain.10
9
Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoretis, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 100.
10
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari tata kehidupan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhannya untuk mencapai ridha Allah SWT.11 Menurut M.A
Mannan, sejarah telah membuktikan bahwa Islam telah menganjurkan perdagangan
internasional. Bila seseorang mengkaji sejarah hukum perniagaan, dia dapat melihat
bahwa kaum Moro Muslim yang luas pandangannya mempunyai hubungan dagang
yang ekstensif dengan Levant dari Barcelona dan tempat-tempat lain. Ada kantor
perdagangan dan konsul di Tunisia, sedangkan perdagangan besar diselenggarakan
dengan Istambul.12
Adanya teori dalam suatu penelitian untuk membantu dalam memberikan
pengarahan pada penelitian. Dengan kata lain, agar penelitian lebih terarah dan
terfokus pada teori-teori yang akan dimunculkan. Pada penelitian kali ini bahasannya
terfokus pada ekspor-impor dan kontribusinya terhadap pendapatan negara.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif-analitis, yaitu untuk mengetahui dan
menggambarkan fakta dan karakteristik masalah dalam suatu situasi,
kemudian dibandingkan dengan teori yang ada dan diambil kesimpulan.
11
Murasa Sarkaniputra, Ruqyah Syar‟iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi, (Cirebon: Al-Ishlah Press, 2009), h. 114.
12
2. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, data merupakan jenis data sekunder yang diperoleh
dari literatur kepustakaan seperti buku-buku, majalah, publikasi statistik
time series dari situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia, Central Department of Statistics and
Information of Saudi Arabia Kingdom, serta artikel atau karya ilmiah lain
yang berhubungan dengan penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan atau tidak
dipublikasikan.13 Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu
dengan metode penelitian lapangan (field research) dan studi kepustakaan.
Studi lapangan dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari situs
internet dan media lainnya. Sedangkan studi kepustakaan dilakukan
dengan menelusuri teori-teori yang mendukung judul penelitian ini.
4. Teknik Pengolahan Data
Penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga data-data akan digambarkan
dengan kata-kata tertulis untuk menjelaskan fenomena yang terjadi.
13
5. Metode Analisis Data
Melalui analisis kualitatif, peneliti mengumpulkan dan menganalisis
berupa klasifikasi yang berbentuk bahasa.
6. Teknik Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini merujuk pada Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, sistem penulisan dibagi menjadi lima bab.
Masing-masing bab, secara garis besar diuraikan sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari pembahasan latar belakang, pembatasan dan
perumusan masalah, definisi operaional variabel, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan kajian terdahulu, kerangka teori, dan metode
penelitian.
BAB II TINJAUAN UMUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN
PENDAPATAN NEGARA
Bab ini berisi tentang penjelasan teori yang relevan dengan judul
penelitian. Oleh karena itu bab ini akan membahas tentang
perdagangan internasional yang meliputi definisi perdagangan
internasional dan ekspor-impor, membahas manfaat perdagangan
negara dalam perspektif ekonomi Islam, serta kontribusi ekspor-impor
terhadap pendapatan negara dalam perspektif ekonomi Islam.
BAB III PROFIL NEGARA INDONESIA DAN ARAB SAUDI
Bab ini akan membahas tentang profil, posisi dan letak geografis,
sumber daya alam, serta perekonomian dan komoditas ekspor-impor
negara Indonesia dan Arab Saudi.
BAB IV ANALISIS KONTRIBUSI EKSPOR-IMPOR TERHADAP
PENDAPATAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI
MAKRO ISLAM
Bab ini berisi jawaban atas persoalan-persoalan yang berhubungan
dengan pokok masalah, yaitu potret ekspor-impor dan pendapatan
negara di Indonesia dan Arab Saudi serta analisis kontribusi
ekspor-impor terhadap pendapatan negara (studi empiris di Indonesia dan
Arab Saudi).
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh,
BAB II
TINJAUAN UMUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PENDAPATAN NEGARA
A. Perdagangan Internasional
1. Definisi Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional didefinisikan sebagai perdagangan yang
dilakukan suatu negara dengan negara lain atas dasar saling percaya dan saling
menguntungkan. Perdagangan internasional tidak hanya dilakukan oleh negara
maju saja, namun juga negara berkembang.14 Dengan adanya perdagangan
internasional, seseorang bisa pergi ke negara lain untuk mendatangkan komoditi
tertentu, kemudian melakukan transaksi pembelian komoditi untuk ia transfer ke
negaranya. Bisa juga ia mengambil komoditi untuk dijual di negara lain sehingga
ia akan memberikan harga komoditi tersebut untuk negaranya.15
Melakukan perdagangan internasional merupakan kegiatan yang lazim
dilakukan oleh berbagai negara. Sejak berabad-abad yang lalu, ketika
perekonomian belum terlalu berkembang, perdagangan ekspor dan impor telah
14
http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Perdagangan_Internasional_9.1_%28BAB_8%29
artikel diakses pada 23 Oktober 2010.
15
dilakukan. Saat ini, kegiatan ekspor dan impor merupakan bagian yang penting
dalam kegiatan perekonomian suatu negara.16
Berkat perdagangan internasional, baik dalam barang maupun jasa, dan lalu
lintas keuangan internasional, perekonomian setiap negara kini menjadi semakin
terkait erat satu sama lain dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada
waktu yang sama, perekonomian dunia makin bergejolak, suatu fenomena yang
belum pernah terjadi pada dekade-dekade lalu. 17 Ditambah lagi dengan
perubahan dalam lingkungan internasional yang menuntut terus terjadinya
perubahan dan inovasi dalam aktivitas perdagangan internasional.
2. Ekspor-Impor
Secara fisik, ekspor diartikan sebagai pengiriman dan penjualan
barang-barang buatan dalam negeri ke negara-negara lain. Pengiriman ini akan
menimbulkan aliran pengeluaran yang masuk ke sektor perusahaan. Dengan
demikian, pengeluaran agregat akan meningkat sebagai akibat dari kegiatan
mengekspor barang dan jasa dan pada akhirnya keadaan ini akan menyebabkan
peningkatan dalam pendapatan nasional.18
Pada umumnya, perekonomian negara-negara berkembang lebih banyak
berorientasi ke produksi barang primer (produk-produk pertanian, bahan bakar,
hasil hutan, dan bahan-bahan mentah) daripada ke barang sekunder (manufaktur)
16
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h.202.
17
Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld, Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijakan, pent. Faisal H. Basri, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), Cet. Ke 7, h. 1.
18
dan barang tersier (jasa-jasa). Komoditi-komoditi primer tersebut merupakan
andalan ekspor yang utama ke negara-negara lain, baik ke negara maju maupun
ke sesama negara berkembang. Sekalipun ekspor sangat penting bagi
negera-negara yang sedang berkembang pada umumnya, namun pertumbuhan ekspor
(tidak termasuk minyak) ternyata tidak dapat mengimbangi ekspor negara-negara
maju.19
Banyak faktor yang menentukan kebijakan sejauh mana suatu negara akan
mengekspor barang yang diproduksinya. Pada dasarnya, kepentingan ekspor di
suatu negara selalu berbeda dengan negara lain. Di sebagian negara, ekspor
sangat penting, yang meliputi sebagian besar dari pendapatan nasional. Akan
tetapi, di sebagian negara lain peranannya relatif kecil. Suatu negara dapat
mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila barang tersebut
diperlukan negara lain dan mereka tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri.
Ekspor karet, kelapa sawit, dan petroleum dari beberapa negara Asia Tenggara
terjadi karena barang-barang tersebut dibeli oleh negara yang tidak dapat
memproduksinya. Sebaliknya pula, negara-negara Asia Tenggara mengimpor
kapal terbang, dan berbagai jenis barang modal karena mereka tidak dapat
memproduksi sendiri barang-barang tersebut.20
Faktor yang lebih penting dalam menentukan ekspor adalah kemampuan
dari suatu negara untuk memproduksi barang-barang yang dapat bersaing dalam
19
Michael P. Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, (Jakarta: Erlangga, 1998), Cet. Ke 1, h. 63.
20
pasaran luar negeri. Maksudnya, mutu dan harga barang yang diekspor minimal
harus sama baiknya dengan yang diperjualbelikan di pasar luar negeri. Cita rasa
masyarakat di luar negeri terhadap barang yang dapat diekspor dari suatu negara
sangat penting peranannya dalam menentukan ekspor negara tersebut.21
Bicara tentang impor, secara fisik, impor merupakan pembelian dan
pemasukan barang dari luar negeri ke dalam suatu perekonomian negara. Aliran
barang ini akan menimbulkan aliran keluar atau bocoran aliran pengeluaran
sektor rumah tangga ke sektor perusahaan. Aliran keluar atau bocoran ini pada
akhirnya akan menurunkan pendapatan nasional yang dapat dicapai. Dengan
demikian, sejauh mana ekspor dan impor mempengaruhi keseimbangan
pendapatan nasional tergantung pada ekspor neto, yaitu ekspor dikurangi
impor.22
Berbeda dengan ekspor, fungsi impor sangat berhubungan dengan
pendapatan nasional. Permintaan impor dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
negara pengimpor, harga relatif (perbandingan antara harga barang-barang yang
dihasilkan di dalam negeri dan harga barang-barang yang dihasilkan di luar
negeri), dan faktor lain seperti selera, kualitas produk, dan sebagainya. 23
21
Sadono Sukirno, op.cit, h. 205.
22
Sadono Sukirno, op.cit, h. 203.
23
B. Manfaat Perdagangan Internasional
Negara-negara melakukan perdagangan internasional karena dua alasan utama,
yang masing-masing alasan tersebut menyumbangkan keuntungan perdagangan bagi
mereka. Pertama, negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain.
Bangsa-bangsa, sebagaimana individu-individu, dapat memperoleh keuntungan dari
perbedaan-perbedaan mereka melalui suatu pengaturan di mana setiap pihak
melakukan sesuatu dengan relatif lebih baik. Kedua, negara-negara berdagang satu
sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomis. Maksudnya, jika setiap negara
hanya menghasilkan sejumlah barang tertentu, mereka dapat menghasilkan
barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien
dibandingkan jika negara tersebut mencoba untuk memproduksi segala jenis barang.24
Tidak satu negara pun di dunia ini yang tidak melakukan perdagangan dengan
negara lain. Sebab-sebab umum yang mendorong terjadinya perdagangan
internasional adalah sumber daya alam, sumber daya modal, tenaga kerja, dan
teknologi.25 Adapun beberapa manfaat dan keuntungan perdagangan internasional
adalah:26
1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri. Misalnya,
negara-negara maju memerlukan karet alam, tetapi barang tersebut tidak dapat
dihasilkan di negara mereka. Maka mereka akan mengimpor barang-barang
24
Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld, op.cit, h. 15.
25
R.Hendra Halwani, Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 2.
26
tersebut dari negara-negara di Asia Tenggara, terutama dari Indonesia,
Thailand, dan Malaysia. Sebaliknya pula negara-negara di Asia Tenggara
belum dapat memproduksi sendiri beberapa hasil industri modern seperti
kapal pengangkutan minyak dan mesin-mesin industri. Maka negara-negara
itu harus mengimpor barang-barang tersebut dari negara maju.
2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat
memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan barang yang
diproduksi negara lain, tetapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut
mengimpor barang itu dari negara lain. Dengan mengadakan spesialisasi dan
perdagangan, setiap negara dapat memperoleh keuntungan berupa
penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan dengan lebih efisien serta
dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat diproduksikan di dalam
negeri.
3. Memperluas pasar-pasar industri dalam negeri. Beberapa jenis industri telah
dapat memenuhi permintaan dalam negeri sebelum mesin-mesin (alat-alat
produksi) sepenuhnya digunakan. Ini berarti bahwa industri itu masih dapat
menaikkan produksi dan meningkatkan keuntungannya apabila masih terdapat
pasar untuk barang-barang yang dihasilkan oleh industri itu. Karena seluruh
permintaan dari dalam negeri telah dipenuhi, satu-satunya cara untuk
memperoleh pasaran adalah dengan mengekspornya ke luar negeri.
4. Menggunakan teknologi modern dan meningkatkan produktivitas.
teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen yang lebih
modern. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara mengimpor
mesin-mesin atau alat-alat yang lebih modern untuk melaksanakan teknik
produksi dan cara produksi yang lebih baik.
C. Ketentuan Ekspor-Impor Menurut Islam
Agar hubungan perdagangan internasional dapat merealisasikan kemanfaatan
sebesar mungkin bagi kaum muslimin dan menjauhkan mereka dari mudharat yang
akan terjadi, maka hubungan tersebut harus memenuhi kaidah-kaidah sebagai
berikut:27
1. Kehalalan barang dan jasa di tempat perdagangan. Barang dan jasa di tempat
terjadinya transaksi di antara negara Islam dan dunia luar harus mubah
menurut syariat, karena tidak diperbolehkan membawa masuk barang atau
jasa yang diharamkan secara syar‘i. Sesungguhnya, pembatasan perdagangan
luar negeri dan tidak diperbolehkannya mengimpor barang-barang yang
dilarang menurut syariat adalah yang memberikan kesesuaian antara produksi
dan konsumsi. Pada sisi lain, pembatasan perdagangan luar negeri akan
berdampak pada penjagaan akidah dan akhlak umat, serta perlindungan moral
kepada kaum pria dan wanitanya. Lain halnya dengan apa yang disaksikan
pada saat ini di mana mayoritas pasar di negara-negara Islam dipenuhi dengan
27
barang-barang yang tidak sesuai dengan akhlak kaum muslimin, yang
menjadikan mereka sebagai ‗tawanan‘ pola konsumtif non-muslim.
2. Hubungan perdagangan internasional dapat merealisasikan kemaslahatan bagi
kaum muslimin. Dibolehkannya pertukaran dagang dengan non-muslim tidak
berarti membuka kesempatan dilakukannya hubungan ekonomi tanpa
memastikan adanya kemaslahatan yang kuat bagi kaum muslimin.
Kemaslahatan ini terkadang memberikan kesempatan ekspor produksi yang
melimpah dari negara Islam atau mengimpor hal-hal yang sangat dibutuhkan
kaum muslimin, terkadang pula untuk kesempatan mendakwahkan Islam, dan
lain-lain.
3. Wilayah Islam dijadikan sebagai prioritas. Pada dasarnya, kaum muslimin
adalah satu umat yang memiliki wilayah yang satu. Sesungguhnya,
keterceraiberaian kaum muslimin kepada beberapa negara dan beberapa
kelompok sama sekali tidak menghilangkan kewajiban tolong-menolong dan
keterpaduan di antara kaum muslimin, bahkan mengharuskannya. Syariat
Islam menyambut dengan berbagai kaidah yang menetapkan dan mengatur
hubungan antar negara Islam. Kaidah yang pertama tercermin dalam
kewajiban memberikan prioritas kepada kaum muslimin dalam hubungan
perdagangan internasional. Di antara manfaat terpenting dari pemberian
terbaik kepada daerah-daerah Islam dalam hubungan dagang adalah
pengekoran ekonomi Islam terhadap ekonomi non-Islam serta dampaknya
dalam arah kumulasi hubungan dagang.
4. Adanya pengaturan masuk dan menetapnya non-muslim di bumi Islam. Hal
ini dilakukan guna menjaga bahasa dan akhlak kaum muslimin, serta menjaga
keamanan dan stabilitas masyarakat.
5. Adanya perjanjian perdagangan. Melakukan akad kesepakatan dagang antar
negara merupakan hal yang tidak dapat dihindari untuk memotivasi dan
pengaturan hubungan dagang agar dapat merealisasikan kemaslahatan
pihak-pihak yang melakukan kesepakatan. Perjanjian dagang yang dilakukan
pemerintah Islam dengan non-muslim hendaknya memenuhi dasar-dasar
sebagai berikut.
a. Harus terdapat kemaslahatan yang kuat bagi kaum muslimin, dan
poin-poinnya tidak boleh mencakup hal yang diharamkan menurut syariah,
seperti akad riba, misalnya, atau ekspor dan impor hal-hal yang haram,
atau berdampak mudharat terhadap kaum muslimin, dalam hal akidah,
akhlak, dan lain-lain.
b. Harus memperhatikan keamanan kaum muslimin.
c. Menepati poin-poin perjanjian ekonomi yang dilakukan oleh kaum
muslimin dengan selain mereka merupakan salah satu kewajiban dalam
syariah. Hal ini akan membantu kaum muslimin dalam melakukan
hubungan ekonomi dengan umat lain ketika kemaslahatan menuntut hal
6. Negara Islam hendaknya memiliki otoritas dalam pengaturan dan pengawasan
hubungan ekonomi luar negeri. Abu Yusuf berpendapat bahwa hendaknya
seorang kepala negara memiliki tempat pengawasan di jalan-jalan yang
tembus ke negara non-muslim, sehingga para pedagang yang melintasinya
dapat diawasi. Barangsiapa yang membawa senjata, maka dapat dirampas
darinya, dan mereka harus mengembalikan para hamba sahaya yang
bersamanya.
7. Urusan kegiatan ekonomi harus dipimpin seorang muslim jika terdapat
non-muslim yang andil di dalamnya. Hal ini menunjukkan diperbolehkannya
persekutuan antara seorang muslim dan non-muslim dalam kegiatan ekonomi
serta keharusan bersihnya muamalah tersebut dari setiap hal yang menyalahi
syariah. Selain itu, kaidah ini juga menunjukkan larangan dominasi
orang-orang kafir terhadap umat Islam dalam kegiatan dan manajemennya, dan
menjadikan seorang muslim hanya sebatas mengekor yang tidak maju dan
tidak mundur, bahkan seringkali tidak mengetahui segala sesuatu. Contoh
dalam memahami kaidah tersebut, bahwa Islam tidak melarang menggunakan
perserikatan milik non-muslim untuk mengeksplorasi minyak bumi dari
negeri Islam. Akan tetapi, Islam melarang sebagian bentuk kesepakatan
dengan perserikatan tersebut jika merugikan kaum muslimin, dan melarang
memberikan perserikatan non-muslim tersebut otoritas dalam pengaturan
D. Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam
Pada dasarnya, praktik ekonomi Islam sudah mulai dilakukan semenjak masa
kenabian Rasulullah Muhammad SAW.28 Negara Islam yang pertama didirikan di
dunia adalah negara yang dibangun Rasulullah SAW di Madinah. Negara ini
dibangun berdasarkan semangat Islam yang tercermin dari Alquran dan
kepemimpinan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW juga merupakan kepala negara
pertama yang memperkenalkan konsep baru di bidang keuangan negara di abad
ketujuh, yaitu semua hasil penghimpunan kekayaan negara harus dikumpulkan
terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan negara. Tempat
pusat pengumpulan dana itu disebut dengan bait al-mal yang pada masa Nabi
Muhammad SAW terletak di Masjid Nabawi. Pemasukan negara yang sangat sedikit
disimpan di lembaga ini dalam jangka waktu yang singkat untuk selanjutnya
didistribusikan kepada masyarakat.29
Pada masa pemerintahan Rasulullah SAW, sumber pemasukan negara berasal
dari:30
1. Ghanimah
Pada tahun kedua Hijriyah, dalam surat Al Anfal ayat 41 Allah SWT
menentukan tata cara pembagian harta ghanimah dengan formulasi
sebagai berikut :
28
Ali Sakti, op.cit, h. 29.
29
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,
(Jakarta: Granada Press, 2007), h. 16.
30
Seperlima bagian untuk Allah dan Rasul-Nya. Dialokasikan bagi
kesejahteraan umum dan untuk para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan para musafir.
Empat perlima bagian lainnya dibagikan kepada para angggota pasukan
yang terlibat dalam peperangan.
2. Zakat
Pada tahun kedua Hijriyah, Allah SWT mewajibkan kaum muslimin
menunaikan zakat fitrah pada setiap bulan Ramadhan. Kewajiban zakat
mal diperintahkan pada tahun ke-9 H. Pemerintah pusat berhak menerima
keuntungan hanya bila terjadi surplus yang tidak dapat didistribusikan lagi
kepada orang-orang yang berhak, dan ditambah kekayaan yang
dikumpulkan di Madinah.
Di masa Rasulullah SAW, zakat dikenakan pada hal-hal berikut:
a. benda logam yang terbuat dari emas dan perak
b. binatang ternak unta, sapi, domba, kambing
c. berbagai jenis barang dagang termasuk budak dan hewan
d. hasil pertanian termasuk buah-buahan
e. luqta, harta benda yang ditinggalkan musuh
f. barang temuan
3. Fay‘
Fay‘ adalah harta kekayaan yang diambil dari musuh tanpa melakukan
4. Jizyah
Jizyah adalah pajak yang dibayar oleh orang nonmuslim khususnya ahli
kitab, untuk jaminan perlindungan jiwa, properti, ibadah, bebas dari
nilai-nilai dan tidak wajib militer. Pada masa Rasulullah SAW, besarnya jizyah
satu dinar per tahun untuk orang dewasa yang mampu membayarnya.
Perempuan, anak-anak, orang tua dibebaskan dari kewajiban jizyah. Di
antara ahli kitab yang harus membayar jizyah sejauh yang diketahui
adalah Nashara Najran.
5. Kharaj
Kharaj atau pajak tanah dipungut dari non-muslim ketika khaibar
ditaklukkan. Tanahnya diambil alih oleh orang muslim dan pemilik
lamanya harus menawarkan untuk mengolah tanah tersebut sebagai
pengganti sewa tanah dan bersedia memberikan sebagian hasil produksi
kepada negara. Kharaj dibayar oleh orang-orang non-muslim seperti
halnya dengan kaum muslimin membayar ‗ushr dari hasil pertanian. Pajak
ini ditentukan berdasarkan tingkat produktivitas tanah, menyangkut
karakteristik atau atau tingkat kesuburan tanah, jenis tanaman, dan jenis
irigasi.31
6. Uang tebusan untuk para tawanan perang (hanya pada kasus perang Badr).
7. Pinjaman-pinjaman untuk pembayaran uang pembebasan kaum muslimin.
31
8. Khums
Khums yaitu pajak proporsional sebesar 20%. Terdapat perbedaan
pendapat di kalangan ulama Syiah dan Sunni mengenai objek khums ini.
Kalangan ulama Syiah menyatakan bahwa obyek khums adalah semua
pendapatan, sedangkan kalangan ulama Sunni menyatakan bahwa obyek
khums hanyalah hasil rampasan perang. Namun, Imam Abu Ubaid,
seorang ulama Sunni beranggapan bahwa obyek khums juga meliputi
barang temuan dan barang tambang.32
9. Amwal Fadhilah
Yaitu pendapatan yang berasal dari harta benda kaum muslimin yang
meninggal tanpa ahli waris.
10. Wakaf
Yaitu harta benda yang didedikasikan oleh seseorang kepada kaum muslimin
untuk kepentingan agama Allah dan pendapatannya akan didepositokan di
Baitul Mal.
11. Bentuk sadaqah lainnya seperti qurban dan kafarat.
Kafarat adalah denda atas kesalahan yang dilakukan oleh seorang muslim
pada saat melakukan kegiatan ibadah, seperti berburu pada musim haji.
32
Sedangkan pada masa Umar bin Khathab, pendapatan negara dapat
diklasifikasi menjadi empat bagian, yaitu:33
1. Pendapatan zakat dan ‗usyur (pajak tanah). Khalifah Umar bin Khattab
menetapkan kuda, karet, dan madu sebagai objek zakat karena pada masanya,
ketiga hal tersebut lazim diperdagangkan, bahkan secara besar-besaran,
sehingga mendatangkan keutungan bagi para penjualnya.
2. Pendapatan khums dan sedekah.
3. Pendapatan kharaj, fay‘, jizyah, ‗usyur (pajak perdagangan), dan sewa tanah.
‗usyur dikenakan oleh Khalifah Umar bin Khattab kepada para pedagang yang
memasuki wilayah kekuasaan Islam. Besarnya jumlah pajak ini bervariasi,
2,5% bagi pedagang muslim, 5% bagi kafir dzimmi, dan 10% bagi kafir harbi.
Pajak ini hanya dibayar sekali dalam setahun sekalipun pedagang tersebut
memasuki wilayah Islam lebih dari sekali dalam setahun.
4. Pendapatan lain-lain yang dialokasikan untuk membayar para pekerja,
pemeliharaan anak-anak terlantar, dan dana sosial lainnya.
Sementara itu, Abu Yusuf mengklasifikasikan penerimaan Negara dalam tiga
kategori utama, yaitu: (i) ganimah, (ii) shadaqah, (iii) harta fay‘ yang di dalamnya
termasuk jizyah, ‗usyur dan kharaj.34 Tak berbeda dengan Abu Yusuf, Ibnu Taimiyah
menyimpulkan sumber-sumber penerimaan keuangan negara sesuai syariah, dalam
tiga ketentuan pokok, yaitu ghanimah, shadaqah, dan fay‘. Dalam
33
Euis Amalia, op.cit, h. 36-38.
34
mengkalisifikasikan seluruh sumber penerimaan ia mempertimbangkan asal-usul dari
penerimaan yang dihimpun dari berbagai sumber dan kebutuhan anggaran
pengeluarannya, termasuk seluruh sumber pendapatan diluar ghanimah dan zakat,
dibawah nama fay‘.35
Ibnu Taimiyah membedakan antara ghanimah dan fay‘, menurutnya seluruh
penerimaan selain ghanimah dan zakat bisa masuk kategori fay‘. Karena istilah fay‘
pertama kali digunakan untuk:36
1. Jizyah yang dikenakan pada orang Yahudi dan Nasrani.
2. Upeti yang dibayar oleh musuh.
3. Hadiah yang dipersembahkan kepada kepala Negara.
4. Bea cukai atau pajak tol yang dikenakan pada pedagang dari negeri musuh.
5. Benda berupa uang.
6. Kharaj.
7. Harta benda tak bertuan.
8. Harta benda yang tak memiliki ahli waris.
9. Simpanan, atau utang atau barang rampasan yang pemilik sebenarnya tak
diketahui lagi dan karena itu tak bisa dikembalikan.
10. Berbagai sumber pendapatan lain.
35
A. A Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997), h. 265.
36
D. Kontribusi Ekspor-Impor terhadap Pendapatan Negara dalam Ekonomi Islam
Perdagangan Internasional adalah perdagangan antar negara yang melintasi
batas-batas suatu negara. Sebelum teori perdagangan internasional ditemukan di
Barat, Islam telah menerapkan konsep-konsep perdagangan internasional. Adalah
ulama besar yang bernama Abu Ubaid bin Salam bin Miskin bin Zaid al-Azdi telah
menyoroti praktik perdagangan internasional ini, khususnya impor dan ekspor. Abu
Ubaid merupakan orang pertama yang memotret kegiatan perekonomian di zaman
Rasulullah SAW, khulafaur Rasyidin, para sahabat dan tabiin-tabiin.37
Pemikiran Abu Ubaid tentang ini dapat dilihat dalam kitabnya, Al Amwaal
yang ditulisnya hampir 1000 tahun sebelum Adam Smith (1723-1790) menelurkan
teori keunggulan absolutnya. Pemikiran Abu Ubaid tentang ekspor impor ini dapat
dibagi kepada tiga bagian, yaitu tidak adanya nol tarif dalam perdagangan
internasional, cukai bahan makanan pokok lebih murah, dan ada batas tertentu untuk
dikenakan cukai.
Tidak Adanya Nol Tarif
Pengumpulan cukai merupakan kebiasaan pada zaman jahiliah dan telah
dilakukan oleh para raja bangsa Arab dan non Arab tanpa pengecualian. Kebiasaan
mereka adalah memungut cukai barang dagangan impor apabila masuk ke dalam
37Hendri Tanjung, ―Abu Ubaid dan Perdagangan Internasional‖, Harian Republika edisi
negeri mereka. Dari Abdurrahman bin Maqil, ia berkata, "Saya pernah bertanya
kepada Ziyad bin Hudair, Siapakah yang telah kalian pungut cukai barang impornya?
Ia berkata, "Kami tidak pernah mengenakan cukai atas Muslim dan Mua-hid. Saya
bertanya, Lantas, siapakah orang yang telah engkau kenakan cukai atasnya? Ia
berkata, "Kami mengenakan cukai atas para pedagang kafir harbi, sebagaimana
mereka telah memungut barang impor kamiapabila kami masuk dan mendatangi
negeri mereka". Hal tersebut diperjelas lagi dengan surat-surat Rasulullah, dimana
beliau mengirimkannya kepada penduduk penjuru negeri seperti Tsaqif, Bahrain,
Dawmatul Jandal dan lainnya yang telah memeluk agama Islam. Isi surat tersebut
adalah "Binatang ternak mereka tidak boleh diambil dan barang dagangan impor
mereka tidak boleh dipungut cukai atasnya".38
Dari uraian diatas, Abu Ubaid mengambil kesimpulan bahwa cukai
merupakan adat kebiasaan yang senantiasa diberlakukan pada zaman jahiliah.
Kemudian Allah membatalkan sistem cukai tersebut dengan pengutusan Rasulullah
dan agama Islam. Lalu, datanglah kewajiban membayar zakat sebanyak seperempat
dari usyur (2.5%). Dari Ziyad bin Hudair, ia berkata, "Saya telah dilantik Umar
menjadi petugas bea cukai. Lalu dia memerintahkanku supaya mengambil cukai
barang impor dari para pedagang kafir harbi sebanyak usyur (10%), barang impor
pedagang ahli dzimmah sebanyak setengah dari usyur (5%), dan barang impor
pedagang kaum muslimin seperempat dari usyur (2.5%)".39
38
Ibid.
39
Yang menarik, cukai merupakan salah satu bentuk merugikan orang lain, yang
sekarang ini didengungkan oleh penganut perdagangan bebas (free trade), bahwa
tidak boleh ada tarif barrier pada suatu negara. Barang dagangan harus bebas masuk
dan keluar dari suatu negara. Dengan kata lain, bea masuknya nol persen. Tetapi,
dalam konsep Islam, tidak ada sama sekali yang bebas, meskipun barang impor itu
adalah barang kaum muslimin. Untuk barang impor kaum muslimin dikenakan zakat
yang besarnya 2.5%. Sedangkan non muslim, dikenakan cukai 5% untuk ahli
dzimmah (kafir yang sudah melakukan perdamaian dengan Islam) dan 10% untuk
kafir harbi (Yahudi dan nasrani). Jadi, tidak ada praktiknya sejak dari dahulu, bahwa
barang suatu negara bebas masuk ke negara lain begitu saja.40
Cukai Bahan Makanan Pokok
Untuk minyak dan gandum yang merupakan bahan makanan pokok, cukai
yang dikenakan bukan 10% tetapi 5% dengan tujuan agar barang impor berupa
makanan pokok banyak berdatangan ke Madinah sebagai pusat pemerintahan saat itu.
Dari Salim bin Abdullah bin Umar dari ayahnya, ia berkata, "Umar telah memungut
cukai dari kalangan pedagang luar; masing-masing dari minyak dan gandum
dikenakan bayaran cukai sebanyak setengah dari usyur (5%). Hal ini bertujuan
supaya barang impor terus berdatangan ke negeri madinah. Dan dia telah memungut
cukai dari barang impor al-Qithniyyah sebanyak usyur (10%)".41
40
Ibid.
41
Ada Batas Tertentu untuk Cukai
Yang menarik, tidak semua barang dagangan dipungut cukainya. Ada
batas-batas tertentu dimana kalau kurang dari batas-batas tersebut, maka cukai tidak akan
dipungut. Dari Ruzaiq bin Hayyan ad-Damisyqi (dia adalah petugas cukai di
perbatasan Mesir pada saat itu) bahwa Umar bin Abdul Aziz telah menulis surat
kepadanya, yang isinya adalah, "Barang siapa yang melewa-timu dari kalangan ahli
zimmah, maka pu-ngutlah barang dagangan impor mereka. Yaitu, pada setiap dua
puluh dinar mesti dikenakan cukai sebanyak satu dinar. Apabila kadarnya kurang dari
jumlah tersebut, maka hitunglah dengan kadar kekurangannya, sehingga ia mencapai
sepuluh dinar. Apabila barang dagangannya kurang dari sepertiga dinar, maka
janganlah engkau memungut apapun darinya. Kemudian buatkanlah surat
pembayaran cukai kepada mereka bahwa pengumpulan cukai akan tetap diberlakukan
sehingga sampai satu tahun".42
Jumlah sepuluh dinar adalah sama dengan jumlah seratus dirharn di dalam
ketentuan pembayaran zakat. Seorang ulama Iraq, Sufyan telah menggugurkan
kewajiban membayar cukai apabila barang impor ahli dzimmah tidak mencapai
seratus dirharn. Menurut Abu Ubaid, seratus dirharn inilah ketentuan kadar terendah
pengumpulan cukai atas harta impor ahli dzimmah dan kafir harbi.43
Selain Abu Ubaid, Ibn Khaldun juga mendukung bidang ekonomi
internasional. Melalui pengamatannya dan pikiran analitisnya, ia menerangkan
42
Ibid.
43
keuntungan perdagangan antar negara. Melalui perdagangan luar negeri, menurut Ibn
Khaldun, kepuasan masyarakat, laba pedagang, dan kekayaan negara semuanya akan
meningkat. Pertimbangan untuk mengadakan foreign trade adalah: (1) lebih murah
dibanding memproduksi secara internal, (2) mutu yang lebih baik, atau (3) a totally
new product. Ibn Khaldun dalam analisa dan pengamatan perdagangan luar negerinya
pengenalan layak mendapat penghargaan dalam bidang ekonomi internasional.44
Menurut Ibnu Khaldun, kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh
banyaknya uang di negara tersebut, tetapi kekayaan suatu negara ditentukan oleh
tingkat produksi domestik dan neraca pembayaran yang positif dari negara
tersebut.45 Dengan demikian, negara yang makmur adalah negara yang mampu
memproduksi lebih banyak dari yang dibutuhkan, sehingga kelebihan hasil produksi
tersebut diekspor, dan pada akhirnya akan menambah kemakmuran di negara
tersebut.46
Berikut merupakan konsep ekonomi menurut Ibnu Khaldun sebagai indikator
dari kekayaan suatu negara.47
1) Tingkat Produk Domestik Bruto
Bila suatu negara mencetak uang dengan sebanyak-banyaknya, itu bukan
merupakan refleksi dari pesatnya pertumbuhan sektor produksi (baik
44
http://ekisonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=191:pemikiran-ekonomi-ibnu-khaldun&catid=36:akuntansi, artikel diakses pada 12 Juni 2011.
45
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,
(Jakarta: Granada Press, 2007), h. 197.
46
http://ponpes-nu.blogspot.com/2011/04/pemikiran-ekonomi-ibnu-khaldun.html, diakses pada 12 Juni 2011.
47
barang maupun jasa). Maka uang yang melimpah itu tidak ada artinya, jika
jumlah uang lebih banyak dibanding jumlah ketersediaan barang dan jasa.
2) Neraca Pembayaran Positif
Ibnu Khaldun menegaskan bahwa neraca pembayaran yang positif akan
meningkatkan kekayaan negara tersebut. Neraca pembayaran yang positif
menggambarkan dua hal:
a) Tingkat produksi yang tinggi.
Jika tingkat produksi suatu negara tinggi dan melebihi dari jumlah
permintaan domestik negara tersebut, atau supply lebih besar
dibanding demand. Maka memungkinkan negara tersebut melakukan
kegiatan ekspor.
b) Tingkat efisiensi yang tinggi
Bila tingkat efisiensi suatu negara lebih tinggi dibanding negara lain,
maka dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi maka komoditi suatu
negara mampu masuk ke negara lain dengan harga yang lebih
kompetitif.
Teori Ibnu Khaldun tentang pembagian kerja (division of labor) merupakan
embrio dari teori perdagangan internasional yang berkembang pesat pada era
merkantilisme di abad ke-17. Hal itu disadari analisisnya tentang pertukaran atau
perdagangan diantara negara-negara miskin dan negara kaya yang menimbulkan
kecenderungan suatu negara untuk mengimpor ataupun menekspor dari negara lain.
perdagangan luar negeri, dan uang sebagai hasil surplus perdagangan adalah sumber
kekuasaan.48
Ibnu Khaldun mengatakan bahwa melalui perdagangan luar negeri, kepuasan
masyarakat, keuntungan pedagang dan kekayaan negara semuanya meningkat. Dan
barang-barang dagangan menjadi lebih bernilai ketika para pedagang membawanya
dari suatu negara ke negara lain. Perdagangan luar negeri ini dapat menyumbang
secara positif kepada tingkat pendapatan negara, tingkat pertumbuhan serta tingkat
kemakmuran. Jika barang-barang luar negeri memiliki kualitas yang lebih baik dari
dalam negeri, ini akan memicu impor. Pada saat yang sama produsen dalam negeri
harus berhadapan dengan produk berkualitas tinggi dan kompetitif sehingga mereka
harus berusaha untuk meningkatkan produksi mereka.49
48
Ibid.
49
BAB III
PROFIL NEGARA INDONESIA DAN ARAB SAUDI
A. Profil Negara Indonesia
Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lain. Kepulauan Indonesia
menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu
ketika Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjalin hubungan agama dan perdagangan
dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada
awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai
kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan
rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra.Setelah berada di
bawah penjajahan Belanda, Indonesia yang saat itu bernama Hindia
Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya,
Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam,
korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang
pesat.50
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan
agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling
dominan. Lambang negara Indonesia adalah burung garuda. Semboyan nasional
Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika" (Berbeda-beda tetapi tetap satu), berarti
keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah
50
yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung
tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.
Empat pilar utama yang menjadi nilai dan konsensus dasar yang selama ini
menopang tegaknya Republik Indonesia adalah: Pancasila, Undang-Undang Dasar
1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Negara Indonesia yang terdiri dari beragam daerah dan suku memiliki beragam
bahasa daerah. Namun bahasa yang mempersatukan atau bahasa Nasional yang
dipakai adalah bahasa Indonesia. Indonesia memiliki warna merah dan putih sebagai
warna benderanya. Merah berarti berani. Putih berarti suci.51
Lagu Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan bangsa Indonesia.Lagu
Indonesia Raya diciptakan oleh W.R. Supratman pada tahun 1924. Pada hari Sumpah
Pemuda yaitu tanggal 28 Oktober 1928, merupakan saat pertama kali lagu Indonesia
Raya dikumandangkan. Pada tanggal 17 Agustus 1945 saat hari kemerdekaan bangsa
Indonesia, lagu Indonesia Raya dinyanyikan dan sejak saat itu dijadikan sebagai lagu
kebangsaan Indonesia.
1. Posisi dan Letak Geografis
Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia
Tenggara, terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan
Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Karena letaknya
yang berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia disebut juga sebagai
51