• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi ekspor-impor terhadap pendapatan negara dalam perspektif ekonomi Islam (studi empiris Indonesia dan Arab Saudi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi ekspor-impor terhadap pendapatan negara dalam perspektif ekonomi Islam (studi empiris Indonesia dan Arab Saudi)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI EKSPOR-IMPOR TERHADAP PENDAPATAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

(STUDI EMPIRIS INDONESIA DAN ARAB SAUDI)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

FARAH KAMALIA RUSMAHAFI 107046101850

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

KONTRIBUSI EKSPOR-IMPOR TERHADAP PENDAPATAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

(STUDI EMPIRIS INDONESIA DAN ARAB SAUDI)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

FARAH KAMALIA RUSMAHAFI

NIM. 107046101850

Di Bawah Bimbingan

Dr. Ir. H. Murasa Sarkaniputra NIP. 080030109

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Kontribusi Ekspor-Impor terhadap Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Empiris Indonesia dan Arab Saudi), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 9 Juni 2011 Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM

NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (...) NIP. 197107011998032002

Sekretaris : Mu’min Rauf, M.A (...) NIP. 150281979

Pembimbing : Dr. Ir. H. Murasa Sarkaniputra (...) NIP. 080030109

Penguji I : Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag , MM (...) NIP. 195502151983031002

(4)

iii

Impor terhadap Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Empiris Indonesia dan Arab Saudi). Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1432 H/2011 M.

Isi: xi + 81 halaman, 49 literatur (1989-2011)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketentuan ekspor-impor dalam ekonomi Islam serta pandangan ekonomi makro Islam mengenai kontribusi ekspor-impor terhadap pendapatan negara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif-analitis. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ekonomi Islam sebenarnya sangat menganjurkan perdagangan sebagai tulang punggung perekonomian. Kekayaan negara juga dapat dilihat dari transaksi perdagangan luar negerinya. Arab Saudi telah mengaplikasikan ekspor-impor sebagai kontributor yang cukup besar bagi pembentukan pendapatan negara, namun di Indonesia praktik perdagangan (ekspor-impor) belum berkontribusi besar terhadap pendapatan negara. Sektor ekspor utama suatu negara menurut Islam seharusnya berupa komoditi yang dapat diperbaharui, seperti komoditi pertanian, bukan komoditi migas dan mineral. Impor suatu negara menurut ekonomi Islam harusnya berupa komoditi yang dapat memenuhi maqashid syari’ah.

Kata kunci : ekspor, impor, pendapatan negara, ekonomi Islam. Pembimbing : Dr. Ir. H. Murasa Sarkaniputra

(5)

iv

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 11 April 2011

(6)

v

menganugerahkan kasih sayang dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kekuatan dari-Nya merupakan hal utama yang

membuat penulis terus bersemangat menyelesaikan skripsi ini. Laa haula wa laa

quwwata illaa billaah. Penulisan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan

Strata 1 (S1) Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas

Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula shalawat teriring

salam semoga selalu tercurahkan kepada sang manusia pilihan, kekasih Allah,

Muhammad Saw, keluarganya beserta para sahabatnya yang mulia.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

terdalam kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat, Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Mu’min Rauf, M.Ag, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat,

(7)

vi

masukan dan arahan penting bagi terselesaikannya skripsi ini.

5. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan ilmu kepada penulis. Semoga ilmu ini bermanfaat di dunia dan

akhirat.

6. Pimpinan dan staf perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah serta

perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum atas pelayanan dan kemudahan yang

penulis rasakan selama pengumpulan literatur.

7. Kedua orang tua penulis, Drs. Ruyani dan Salmani, yang tiada henti memberikan

motivasi, cinta, kasih sayang, dan untaian doa terindah bagi keberhasilan dan

keselamatan anak-anaknya. Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama

rabbayani shaghira.

8. Kakak dan adikku tersayang, Fikri Aulawi Rusmahafi, SE dan Hayatul

Muthmainnah Rusmahafi. Terima kasih atas segala saran, motivasi, dan canda

tawa yang senantiasa menyegarkan penulis dari kejenuhan. Semoga Allah

menjadikan kita orang-orang yang kaya akan iman, ilmu, dan harta untuk

beribadah kepada-Nya.

9. Teman-teman seperjuangan, seluruh warga PS C-’07 atas ukhuwah yang telah

kita bina selama empat tahun ini.

10. Sahabat-sahabat penulis, Dian Pewe (terima kasih sudah bersedia mengantarkan

(8)

vii

Ratna Marita, Yuke Maydari, Nur Syakinah, dan Rofiatul Mahmudah yang telah

memberikan motivasi kepada penulis.

11. Sahabat-sahabat yang baik hati, yang menjadi penyemangat dan tempat berbagi

suka duka, Rahma, Nurul, Hamie, Fatimah, Putri, dan Retno.

12. Teman-teman Forum Alumni Rohis SMAN 3 Tangerang yang selalu

mengajarkan dan mengingatkan akan kebaikan, terutama Icha, Nisa, Wiwit,

Luthfi, dan Babam.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih atas segala kebaikan dari semua

pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah

membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Jakarta, 11 April 2011

(9)

viii

ABSTRAKSI….………..iii

KATA PENGANTAR……….v

DAFTAR ISI……….viii

DAFTAR TABEL………...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………3

C. Definisi Operasional Variabel………...4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..5

E. Tinjauan Kajian Terdahulu………6

F. Kerangka Teori………..9

G. Metode Penelitian………11

1. Jenis Penelitian………11

2. Jenis dan Sumber Data………12

3. Teknik Pengumpulan Data………..12

4. Teknik Pengolahan Data……….12

5. Metode Analisis Data………..13

6. Teknik Penulisan Skripsi……….13

(10)

ix

1. Definisi Perdagangan Internasional……….15

2. Ekspor-Impor………...16

B. Manfaat Perdagangan Internasional………19

C. Ketentuan Ekspor-Impor Menurut Islam……….21

D. Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam……….25

E. Kontribusi Ekspor-Impor terhadap Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam……….31

BAB III PROFIL NEGARA INDONESIA DAN ARAB SAUDI A. Profil Negara Indonesia ………..……38

1. Posisi dan Letak Geografis………...39

2. Sumber Daya Alam………...41

3. Perekonomian dan Komoditas Ekspor-Impor………...42

B. Profil Negara Arab Saudi……….43

1. Posisi dan Letak Geografis………...45

2. Sumber Daya Alam………...45

(11)

x

A. Potret Ekspor-Impor dan Pendapatan Negara di Indonesia dan Arab

Saudi...51

B. Analisis Kontribusi Ekspor-Impor terhadap Pendapatan Negara dalam

Perspektif Ekonomi Islam (Studi Empiris Indonesia dan Arab Saudi)……...56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………..75

B. Saran………76

(12)

xi

2. Tabel 3.2 Profil Perekonomian Indonesia...………...42

3. Tabel 3.3 Profil Negara Arab Saudi………...44

4. Tabel 4.1 Ekspor Indonesia Tahun 2001-2010………..51

5. Tabel 4.2 Impor Indonesia Tahun 2001-2010………...…52 6. Tabel 4.3 PDB dan X-M Indonesia Tahun 2001-2010………...53

7. Tabel 4.4 Ekspor Arab SaudiTahun 2001-2009………...53

8. Tabel 4.5 Impor Arab SaudiTahun 2001-2009………...54

9. Tabel 4.6 PDB dan X-M Arab Saudi Tahun 2001-2009………...55

10. Tabel 4.7 Kontribusi Ekspor-Impor terhadap PDB Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2001-2010………..57

11. Tabel 4.8 Kontribusi Ekspor-Impor terhadap PDB Arab Saudi Tahun 2001-2009…………...……….………..59

12. Tabel 4.9 Ekspor Indonesia Berdasarkan Sektor Tahun 2001-2010………….66

13. Tabel 4.10 Komoditas Ekspor Utama Arab Saudi Tahun 2001-2007………….67

14. Tabel 4.11 Impor Indonesia Berdasarkan Sektor Tahun 2001-2010…………...70

(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi merupakan sebuah aktivitas dasar manusia dalam rangka memenuhi

naluri mereka untuk tetap bertahan hidup semampu mereka di dunia ini. Mereka

melakukan apa saja yang mereka mampu, sehingga segala kebutuhan hidupnya dapat

terpenuhi dan terlayani dengan maksimal. 1 Seiring berjalannya waktu dan

berkembangnya zaman, kebutuhan manusia pun menjadi lebih kompleks. Kebutuhan

manusia tidak lagi dapat dipenuhi hanya dengan barang-barang yang diproduksi di

dalam negeri. Oleh karena itu, munculah perdagangan luar negeri/perdagangan

internasional guna mencukupi kebutuhan manusia yang semakin beragam.

Perdagangan internasional tentu berkaitan dengan aktivitas ekspor-impor.

Aktivitas ekspor-impor ini tak dapat dihindari oleh negara manapun di dunia. Hampir

tak mungkin ada negara yang tidak melakukan perdagangan internasional. Bahkan, di

banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk

meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan

tahun, dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan

beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong

1

Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam; Jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern

(15)

industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan

multinasional.2

Di negara maju, nilai ekspor menjadi pendongkrak PDB, namun di negara

berkembang impor yang lebih besar justru membuat PDB menurun. Hal ini terjadi

karena perekonomian negara-negara berkembang lebih banyak berorientasi ke ekspor

barang primer (produk-produk pertanian, bahan bakar, hasil hutan, dan bahan-bahan

mentah) yang nilainya terbilang kecil. Kemudian negara tersebut mengimpor

barang-barang jadi (sekunder dan tersier) yang nilainya jauh lebih besar dari nilai barang-barang

yang diekspor.

PDB Indonesia pada tahun 2010 sebesar Rp 6.422,9 triliun dengan nilai

ekspor sebesar Rp 1.580,8 triliun dan nilai impor sebesar Rp 1.475,8 triliun. Sektor

ekspor Indonesia didominasi oleh barang-barang industri. Sedangkan sektor impor

didominasi oleh bahan baku penolong.

Ekonomi Islam juga mengenal perdagangan luar negeri/perdagangan

internasional. Hal ini dapat dilihat dari praktik dagang Rasulullah SAW yang

melintasi jazirah Arab dan wilayah perbatasan Yaman, Bahrain, dan Syria. Selain itu,

pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab diterapkan pungutan „ushr bagi

para pedagang yang melintasi wilayah negara muslim dengan syarat nilai dagangan

yang dibawa minimal 200 dirham. Pungutan ini menjadi salah satu sumber

pendapatan negara pada masa itu.

2

(16)

Hal yang menarik untuk diteliti adalah bagaimana pandangan ekonomi Islam

tentang ekspor-impor, ketentuannya serta pandangan ekonomi Islam mengenai

ekspor-impor sebagai salah satu kontributor dalam pendapatan suatu negara. Menarik

pula untuk diketahui, menurut ekonomi Islam, komoditi seperti apa yang seharusnya

menjadi andalan perdagangan luar negeri di suatu negara. Atas alasan dan pemaparan

di atas, penulis merasa perlu dan tertarik untuk menyusun skripsi berjudul

“KONTRIBUSI EKSPOR-IMPOR TERHADAP PENDAPATAN NEGARA

DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (STUDI EMPIRIS INDONESIA DAN ARAB SAUDI)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar permasalahan tidak terlalu meluas, peneliti membatasi wilayah masalah

yang akan diteliti dengan perumusan masalah. Adapun perumusan masalah dari

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kontribusi ekspor-impor yang baik terhadap pendapatan negara

menurut teori ekonomi Islam?

2. Bagaimana potret ekspor-impor dan kontribusinya terhadap pendapatan negara

di Indonesia dan Arab Saudi?

3. Antara Indonesia dan Arab Saudi, negara manakah yang memiliki kontribusi

(17)

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Ekspor barang adalah seluruh barang yang dibawa ke luar dari wilayah suatu

negara, baik bersifat komersial maupun nonkomersial (seperti barang hibah,

sumbangan, hadiah), serta barang yang akan diolah di luar negeri yang

hasilnya dimasukkan kembali ke negara tersebut. Tidak termasuk dalam

statistik ekspor adalah: (1) Pakaian, barang pribadi dan perhiasan milik

penumpang yang bepergian ke luar negeri; (2) Barang-barang yang dikirim

untuk perwakilan suatu negara di luar negeri;(3) Barang untuk

eksebisi/pameran; (4) Peti kemas untuk diisi kembali; (5) Uang dan

surat-surat berharga; (6) Barang-barang untuk contoh (sample). Ekspor jasa adalah

pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Data ekspor barang dan jasa diperoleh

dari publikasi statistik Kementerian Perdagangan, BPS (Badan Pusat

Statistik), dan Central Department of Statistics and Information of Saudi

Arabia Kingdom. Dalam penelitian ini, ekspor dilambangkan dengan X. 2. Impor barang adalah seluruh barang yang masuk ke wilayah suatu negara baik

bersifat komersial maupun bukan komersial, serta barang yang akan diolah di

dalam negeri yang hasilnya dikeluarkan lagi dari negara tersebut. Tidak

termasuk dalam statistik impor adalah: (1) Pakaian dan barang-barang

perhiasan penumpang; Barang-barang penumpang untuk dipakai sendiri,

kecuali lemari es, pesawat TV dan sebagainya; (2) Barang-barang yang

(18)

Barang-barang untuk ekspedisi/penelitian ilmiah dan eksebisi/ pameran; (4)

Pembungkus/peti kemas; (5) Uang dan surat-surat berharga; (6)

Barang-barang sebagai contoh (sampel). Data ekspor Barang-barang dan jasa diperoleh dari

publikasi statistik Kementerian Perdagangan, BPS (Badan Pusat Statistik),

dan Central Department of Statistics and Information of Saudi Arabia

Kingdom. Dalam penelitian ini, impor dilambangkan dengan M.

3. Pendapatan Negara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PDB. Produk

Domestik Bruto merupakan nilai total dari barang dan jasa yang diproduksi

selama jangka waktu satu tahun dan merupakan indikator primer dalam

perekonomian suatu negara. PDB terdiri dari pembelian pemerintah dan

konsumen, investasi domestik dan asing dan nilai ekspor total. Data PDB

didapat dari publikasi statistik BPS (Badan Pusat Statistik) dan Central

Department of Statistics and Information of Saudi Arabia Kingdom.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat, yaitu:

1. Untuk mengetahui teori ekonomi Islam tentang kontribusi ekspor-impor yang

baik terhadap pendapatan negara.

2. Untuk mengetahui potret ekspor-impor dan kontribusinya terhadap

(19)

3. Untuk mengetahui kontribusi ekspor-impor yang lebih baik terhadap

pendapatan negara antara negara Indonesia dan Arab Saudi.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, sebagai media untuk memahami dan menambah pengetahuan

tentang kontribusi ekspor-impor terhadap pendapatan negara dalam perspektif

ekonomi Islam.

2. Bagi ilmu pengetahuan/akademis, menambah khazanah intelektual serta

memperkaya konsep dan teori yang mendukung terutama tentang

ekspor-impor dan pendapatan negara.

3. Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi, akademisi dalam penelitian

selanjutnya sehingga bisa menjadi perbandingan bagi penelitian yang lain.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Rusydi AM pada tahun 2001 melakukan penelitian dengan judul Perdagangan

dalam Perspektif Al-Qur‘an (Pendekatan Tafsir Tematik). Penelitian ini bersifat

kualitatif dan bercorak kepustakaan murni. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

dalam mengungkap perdagangan, al-Qur‘an memakai beberapa terma yaitu tijarah, bay‟, syira‟ dan dayn. Tidak semua terma tersebut dimaksudkan sebagai perdagangan

materil, akan tetapi di antaranya ada yang mengacu kepada perdagangan immateril

yang berlangsung antara manusia dengan Allah. Penelitian ini juga menunjukkan

(20)

saling ridho (suka sama suka), bersikap benar dan jujur, adil, serta memperdagangkan

komoditas yang bermanfaat, halal, dan baik. Penelitian ini hanya membahas

mengenai perdagangan secara umum, tidak membahas secara rinci mengenai

ekspor-impor (perdagangan luar negeri) serta kontribusinya terhadap pendapatan negara.3

Irham Lihan dan Yogi pada tahun 2003 pernah melakukan penelitian yang

berjudul Analisis Perkembangan Ekspor dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Indonesia. Penelitian ini menggunakan data dari tahun 1983 sampai dengan

tahun 2001. Data dianalisis dengan menggunakan regresi berganda dengan

pendekatan Ordinary Least Square (OLS). Hasil analisis menunjukkan bahwa

peranan sektor ekspor di Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap perkembangan

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) di Indonesia. Penelitian ini sama sekali

tidak menyinggung masalah ekonomi makro Islam.4

Pada tahun 2004, Hidayat Amir melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Ekspor Pertanian dan Non-Pertanian terhadap Pendapatan Nasional: Studi Kasus

Indonesia Tahun 1981-2003. Data dianalisis menggunakan model persamaan regresi

linier yang menganalisis pengaruh variasi besaran ekspor pertanian dan non-pertanian

terhadap variasi pendapatan nasional serta model persamaan regresi log linier yang

akan menganalisis pengaruh persentase perubahan (pertumbuhan) ekspor pertanian

dan non-pertanian terhadap persentase perubahan (pertumbuhan) pendapatan nasional.

3

Rusydi AM, ―Perdagangan dalam Perspektif Al-Qur‘an (Pendekatan Tafsir Tematik)‖, Disertasi S3 Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2001.

4 Irham Lihan dan Yogi, ―Analisis Perkembangan Ekspor dan Pengaruhnya terhadap

(21)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekspor pertanian dan ekspor non-pertanian

sama-sama memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan nasional, dan ekspor

pertanian memiliki dampak yang lebih besar. Dari sisi perubahannya, pertumbuhan

ekspor non-pertanian memberikan dampak yang lebih baik terhadap pertumbuhan

ekonomi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor pertanian. Penelitian ini

membagi kategori ekspor menjadi ekspor pertanian dan non-pertanian serta tidak

membahas tentang ekonomi makro Islam.5

Musleh Jawas pada tahun 2008 juga pernah melakukan penelitian terkait

ekspor. Judul penelitiannya adalah Pengaruh Penanaman Modal Asing dan Ekspor

terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara Muslim (2004-2005). Penelitian

ini menggunakan metode panel data, yaitu menggabungkan observasi lintas sektor

dan runtun waktu sehingga jumlah observasi meningkat. Estimasi panel data akan

meningkatkan derajat kebebasan, mengurangi kolinearitas antara variabel penjelas

dan memperbaki efisiensi estimasi.6

Penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu Penanaman Modal

Asing (PMA) dan Ekspor, sedangkan variabel dependennya adalah Pertumbuhan

Ekonomi (PE). Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang

merupakan gabungan antara data time series dan data cross section. Menggunakan

5 Hidayat Amir, ‖ Pengaruh Ekspor Pertanian dan Non

-Pertanian terhadap Pendapatan Nasional: Studi Kasus Indonesia Tahun 1981-2003‖, diterbitkan dalam Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan, Departemen Keuangan, Edisi Desember 2004, artikel diakses pada 15 Oktober 2010 dari http://www.iei.or.id/publicationfiles/HA.05.%20Dampak%20Ekspor%20Tani%20-%20NonTani%20Thd%20GNP%20%28KEK%20Des%202004%29.pdf

6 Musleh Jawas, ―Pengaruh Penanaman Modal Asing dan Ekspor terhadap Pertumbuhan

(22)

sample 52 negara dari tahun 2004 – 2005. Sehingga secara keseluruhan data yang

digunakan sebanyak 156 data. Sumber yang digunakan untuk data utama adalah data

yang diterbitkan oleh Islamic Development Bank (IDB) dan International Monetary

Fund (IMF). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah penanaman modal asing

signifikan dan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara

muslim, ekspor mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara -negara muslim,

serta penanaman modal asing dan ekspor selama dua tahun mempunyai pengaruh

terhadap nilai pertumbuhan ekonomi di 52 negara muslim yang menjadi sampel

penelitian. Penelitian ini tidak membahas mengenai ekonomi makro Islam.7

F. Kerangka Teori

Perdagangan luar negeri yang menyangkut ekspor dan impor sangat penting

peranannya dalam perekonomian Indonesia. Devisa yang diperoleh dari ekspor

merupakan sumber biaya pembangunan, dikarenakan peningkatan penerimaan devisa

dari ekspor akan ikut meringankan beban neraca perdagangan. Di samping ekspor,

impor juga mempunyai peranan penting. Dalam hal ini untuk kepentingan kegiatan

produksi dalam negeri perlu diimpor barang dan jasa, terutama bahan baku, barang

modal, dan teknologi yang belum dapat atau belum cukup diproduksi di dalam

negeri.8

7

Musleh Jawas, Ibid.

8

(23)

Perdagangan internasional merupakan elemen penting dari proses globalisasi.

Membuka perdagangan dengan berbagai negara di dunia akan memberikan

keuntungan dan membawa pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Keuntungan yang

didapat dapat dirasakan secara langsung berupa pengaruh yang ditimbulkan terhadap

alokasi sumber daya, maupun secara tidak langsung berupa naiknya tingkat

investasi.9

Semua negara mempunyai hubungan dagang dengan luar negeri. Sebagian

barang dan jasa yang dihasilkannya dijual ke luar negeri sebagai ekspor. Sebagian

pengeluarannya dipakai untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diimpor.

Pengaruh perdagangan luar negeri atas penentuan pendapatan nasional adalah sama

dengan pengeluaran pengeluaran pemerintah dan perpajakan. Pengeluaran oleh

orang-orang luar negeri atas ekspor suatu negara akan menimbulkan pendapatan,

sama halnya dengan pengeluaran pemerintah. Besarnya pendapatan yang dihasilkan

oleh suatu negara dari ekspor tergantung pada berbagai faktor, antara lain kapasitas

produksi perusahaan penghasil barang ekspor, kemampuan

perusahaan-perusahaan itu untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan luar negeri yang

menghasilkan barang yang sama, nilai tukar uang dalam negeri dengan uang luar

negeri, politik dagang negara dan tingkat permintaan keseluruhan di

negara-negara lain.10

9

Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoretis, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 100.

10

(24)

Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari tata kehidupan masyarakat

dalam memenuhi kebutuhannya untuk mencapai ridha Allah SWT.11 Menurut M.A

Mannan, sejarah telah membuktikan bahwa Islam telah menganjurkan perdagangan

internasional. Bila seseorang mengkaji sejarah hukum perniagaan, dia dapat melihat

bahwa kaum Moro Muslim yang luas pandangannya mempunyai hubungan dagang

yang ekstensif dengan Levant dari Barcelona dan tempat-tempat lain. Ada kantor

perdagangan dan konsul di Tunisia, sedangkan perdagangan besar diselenggarakan

dengan Istambul.12

Adanya teori dalam suatu penelitian untuk membantu dalam memberikan

pengarahan pada penelitian. Dengan kata lain, agar penelitian lebih terarah dan

terfokus pada teori-teori yang akan dimunculkan. Pada penelitian kali ini bahasannya

terfokus pada ekspor-impor dan kontribusinya terhadap pendapatan negara.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif-analitis, yaitu untuk mengetahui dan

menggambarkan fakta dan karakteristik masalah dalam suatu situasi,

kemudian dibandingkan dengan teori yang ada dan diambil kesimpulan.

11

Murasa Sarkaniputra, Ruqyah Syar‟iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi, (Cirebon: Al-Ishlah Press, 2009), h. 114.

12

(25)

2. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, data merupakan jenis data sekunder yang diperoleh

dari literatur kepustakaan seperti buku-buku, majalah, publikasi statistik

time series dari situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian

Perdagangan Republik Indonesia, Central Department of Statistics and

Information of Saudi Arabia Kingdom, serta artikel atau karya ilmiah lain

yang berhubungan dengan penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang

umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun

dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan atau tidak

dipublikasikan.13 Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu

dengan metode penelitian lapangan (field research) dan studi kepustakaan.

Studi lapangan dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari situs

internet dan media lainnya. Sedangkan studi kepustakaan dilakukan

dengan menelusuri teori-teori yang mendukung judul penelitian ini.

4. Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga data-data akan digambarkan

dengan kata-kata tertulis untuk menjelaskan fenomena yang terjadi.

13

(26)

5. Metode Analisis Data

Melalui analisis kualitatif, peneliti mengumpulkan dan menganalisis

berupa klasifikasi yang berbentuk bahasa.

6. Teknik Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini merujuk pada Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, sistem penulisan dibagi menjadi lima bab.

Masing-masing bab, secara garis besar diuraikan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari pembahasan latar belakang, pembatasan dan

perumusan masalah, definisi operaional variabel, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan kajian terdahulu, kerangka teori, dan metode

penelitian.

BAB II TINJAUAN UMUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN

PENDAPATAN NEGARA

Bab ini berisi tentang penjelasan teori yang relevan dengan judul

penelitian. Oleh karena itu bab ini akan membahas tentang

perdagangan internasional yang meliputi definisi perdagangan

internasional dan ekspor-impor, membahas manfaat perdagangan

(27)

negara dalam perspektif ekonomi Islam, serta kontribusi ekspor-impor

terhadap pendapatan negara dalam perspektif ekonomi Islam.

BAB III PROFIL NEGARA INDONESIA DAN ARAB SAUDI

Bab ini akan membahas tentang profil, posisi dan letak geografis,

sumber daya alam, serta perekonomian dan komoditas ekspor-impor

negara Indonesia dan Arab Saudi.

BAB IV ANALISIS KONTRIBUSI EKSPOR-IMPOR TERHADAP

PENDAPATAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI

MAKRO ISLAM

Bab ini berisi jawaban atas persoalan-persoalan yang berhubungan

dengan pokok masalah, yaitu potret ekspor-impor dan pendapatan

negara di Indonesia dan Arab Saudi serta analisis kontribusi

ekspor-impor terhadap pendapatan negara (studi empiris di Indonesia dan

Arab Saudi).

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh,

(28)

BAB II

TINJAUAN UMUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PENDAPATAN NEGARA

A. Perdagangan Internasional

1. Definisi Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional didefinisikan sebagai perdagangan yang

dilakukan suatu negara dengan negara lain atas dasar saling percaya dan saling

menguntungkan. Perdagangan internasional tidak hanya dilakukan oleh negara

maju saja, namun juga negara berkembang.14 Dengan adanya perdagangan

internasional, seseorang bisa pergi ke negara lain untuk mendatangkan komoditi

tertentu, kemudian melakukan transaksi pembelian komoditi untuk ia transfer ke

negaranya. Bisa juga ia mengambil komoditi untuk dijual di negara lain sehingga

ia akan memberikan harga komoditi tersebut untuk negaranya.15

Melakukan perdagangan internasional merupakan kegiatan yang lazim

dilakukan oleh berbagai negara. Sejak berabad-abad yang lalu, ketika

perekonomian belum terlalu berkembang, perdagangan ekspor dan impor telah

14

http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Perdagangan_Internasional_9.1_%28BAB_8%29

artikel diakses pada 23 Oktober 2010.

15

(29)

dilakukan. Saat ini, kegiatan ekspor dan impor merupakan bagian yang penting

dalam kegiatan perekonomian suatu negara.16

Berkat perdagangan internasional, baik dalam barang maupun jasa, dan lalu

lintas keuangan internasional, perekonomian setiap negara kini menjadi semakin

terkait erat satu sama lain dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada

waktu yang sama, perekonomian dunia makin bergejolak, suatu fenomena yang

belum pernah terjadi pada dekade-dekade lalu. 17 Ditambah lagi dengan

perubahan dalam lingkungan internasional yang menuntut terus terjadinya

perubahan dan inovasi dalam aktivitas perdagangan internasional.

2. Ekspor-Impor

Secara fisik, ekspor diartikan sebagai pengiriman dan penjualan

barang-barang buatan dalam negeri ke negara-negara lain. Pengiriman ini akan

menimbulkan aliran pengeluaran yang masuk ke sektor perusahaan. Dengan

demikian, pengeluaran agregat akan meningkat sebagai akibat dari kegiatan

mengekspor barang dan jasa dan pada akhirnya keadaan ini akan menyebabkan

peningkatan dalam pendapatan nasional.18

Pada umumnya, perekonomian negara-negara berkembang lebih banyak

berorientasi ke produksi barang primer (produk-produk pertanian, bahan bakar,

hasil hutan, dan bahan-bahan mentah) daripada ke barang sekunder (manufaktur)

16

Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h.202.

17

Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld, Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijakan, pent. Faisal H. Basri, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), Cet. Ke 7, h. 1.

18

(30)

dan barang tersier (jasa-jasa). Komoditi-komoditi primer tersebut merupakan

andalan ekspor yang utama ke negara-negara lain, baik ke negara maju maupun

ke sesama negara berkembang. Sekalipun ekspor sangat penting bagi

negera-negara yang sedang berkembang pada umumnya, namun pertumbuhan ekspor

(tidak termasuk minyak) ternyata tidak dapat mengimbangi ekspor negara-negara

maju.19

Banyak faktor yang menentukan kebijakan sejauh mana suatu negara akan

mengekspor barang yang diproduksinya. Pada dasarnya, kepentingan ekspor di

suatu negara selalu berbeda dengan negara lain. Di sebagian negara, ekspor

sangat penting, yang meliputi sebagian besar dari pendapatan nasional. Akan

tetapi, di sebagian negara lain peranannya relatif kecil. Suatu negara dapat

mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila barang tersebut

diperlukan negara lain dan mereka tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri.

Ekspor karet, kelapa sawit, dan petroleum dari beberapa negara Asia Tenggara

terjadi karena barang-barang tersebut dibeli oleh negara yang tidak dapat

memproduksinya. Sebaliknya pula, negara-negara Asia Tenggara mengimpor

kapal terbang, dan berbagai jenis barang modal karena mereka tidak dapat

memproduksi sendiri barang-barang tersebut.20

Faktor yang lebih penting dalam menentukan ekspor adalah kemampuan

dari suatu negara untuk memproduksi barang-barang yang dapat bersaing dalam

19

Michael P. Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, (Jakarta: Erlangga, 1998), Cet. Ke 1, h. 63.

20

(31)

pasaran luar negeri. Maksudnya, mutu dan harga barang yang diekspor minimal

harus sama baiknya dengan yang diperjualbelikan di pasar luar negeri. Cita rasa

masyarakat di luar negeri terhadap barang yang dapat diekspor dari suatu negara

sangat penting peranannya dalam menentukan ekspor negara tersebut.21

Bicara tentang impor, secara fisik, impor merupakan pembelian dan

pemasukan barang dari luar negeri ke dalam suatu perekonomian negara. Aliran

barang ini akan menimbulkan aliran keluar atau bocoran aliran pengeluaran

sektor rumah tangga ke sektor perusahaan. Aliran keluar atau bocoran ini pada

akhirnya akan menurunkan pendapatan nasional yang dapat dicapai. Dengan

demikian, sejauh mana ekspor dan impor mempengaruhi keseimbangan

pendapatan nasional tergantung pada ekspor neto, yaitu ekspor dikurangi

impor.22

Berbeda dengan ekspor, fungsi impor sangat berhubungan dengan

pendapatan nasional. Permintaan impor dipengaruhi oleh tingkat pendapatan

negara pengimpor, harga relatif (perbandingan antara harga barang-barang yang

dihasilkan di dalam negeri dan harga barang-barang yang dihasilkan di luar

negeri), dan faktor lain seperti selera, kualitas produk, dan sebagainya. 23

21

Sadono Sukirno, op.cit, h. 205.

22

Sadono Sukirno, op.cit, h. 203.

23

(32)

B. Manfaat Perdagangan Internasional

Negara-negara melakukan perdagangan internasional karena dua alasan utama,

yang masing-masing alasan tersebut menyumbangkan keuntungan perdagangan bagi

mereka. Pertama, negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain.

Bangsa-bangsa, sebagaimana individu-individu, dapat memperoleh keuntungan dari

perbedaan-perbedaan mereka melalui suatu pengaturan di mana setiap pihak

melakukan sesuatu dengan relatif lebih baik. Kedua, negara-negara berdagang satu

sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomis. Maksudnya, jika setiap negara

hanya menghasilkan sejumlah barang tertentu, mereka dapat menghasilkan

barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien

dibandingkan jika negara tersebut mencoba untuk memproduksi segala jenis barang.24

Tidak satu negara pun di dunia ini yang tidak melakukan perdagangan dengan

negara lain. Sebab-sebab umum yang mendorong terjadinya perdagangan

internasional adalah sumber daya alam, sumber daya modal, tenaga kerja, dan

teknologi.25 Adapun beberapa manfaat dan keuntungan perdagangan internasional

adalah:26

1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri. Misalnya,

negara-negara maju memerlukan karet alam, tetapi barang tersebut tidak dapat

dihasilkan di negara mereka. Maka mereka akan mengimpor barang-barang

24

Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld, op.cit, h. 15.

25

R.Hendra Halwani, Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 2.

26

(33)

tersebut dari negara-negara di Asia Tenggara, terutama dari Indonesia,

Thailand, dan Malaysia. Sebaliknya pula negara-negara di Asia Tenggara

belum dapat memproduksi sendiri beberapa hasil industri modern seperti

kapal pengangkutan minyak dan mesin-mesin industri. Maka negara-negara

itu harus mengimpor barang-barang tersebut dari negara maju.

2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat

memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan barang yang

diproduksi negara lain, tetapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut

mengimpor barang itu dari negara lain. Dengan mengadakan spesialisasi dan

perdagangan, setiap negara dapat memperoleh keuntungan berupa

penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan dengan lebih efisien serta

dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat diproduksikan di dalam

negeri.

3. Memperluas pasar-pasar industri dalam negeri. Beberapa jenis industri telah

dapat memenuhi permintaan dalam negeri sebelum mesin-mesin (alat-alat

produksi) sepenuhnya digunakan. Ini berarti bahwa industri itu masih dapat

menaikkan produksi dan meningkatkan keuntungannya apabila masih terdapat

pasar untuk barang-barang yang dihasilkan oleh industri itu. Karena seluruh

permintaan dari dalam negeri telah dipenuhi, satu-satunya cara untuk

memperoleh pasaran adalah dengan mengekspornya ke luar negeri.

4. Menggunakan teknologi modern dan meningkatkan produktivitas.

(34)

teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen yang lebih

modern. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara mengimpor

mesin-mesin atau alat-alat yang lebih modern untuk melaksanakan teknik

produksi dan cara produksi yang lebih baik.

C. Ketentuan Ekspor-Impor Menurut Islam

Agar hubungan perdagangan internasional dapat merealisasikan kemanfaatan

sebesar mungkin bagi kaum muslimin dan menjauhkan mereka dari mudharat yang

akan terjadi, maka hubungan tersebut harus memenuhi kaidah-kaidah sebagai

berikut:27

1. Kehalalan barang dan jasa di tempat perdagangan. Barang dan jasa di tempat

terjadinya transaksi di antara negara Islam dan dunia luar harus mubah

menurut syariat, karena tidak diperbolehkan membawa masuk barang atau

jasa yang diharamkan secara syar‘i. Sesungguhnya, pembatasan perdagangan

luar negeri dan tidak diperbolehkannya mengimpor barang-barang yang

dilarang menurut syariat adalah yang memberikan kesesuaian antara produksi

dan konsumsi. Pada sisi lain, pembatasan perdagangan luar negeri akan

berdampak pada penjagaan akidah dan akhlak umat, serta perlindungan moral

kepada kaum pria dan wanitanya. Lain halnya dengan apa yang disaksikan

pada saat ini di mana mayoritas pasar di negara-negara Islam dipenuhi dengan

27

(35)

barang-barang yang tidak sesuai dengan akhlak kaum muslimin, yang

menjadikan mereka sebagai ‗tawanan‘ pola konsumtif non-muslim.

2. Hubungan perdagangan internasional dapat merealisasikan kemaslahatan bagi

kaum muslimin. Dibolehkannya pertukaran dagang dengan non-muslim tidak

berarti membuka kesempatan dilakukannya hubungan ekonomi tanpa

memastikan adanya kemaslahatan yang kuat bagi kaum muslimin.

Kemaslahatan ini terkadang memberikan kesempatan ekspor produksi yang

melimpah dari negara Islam atau mengimpor hal-hal yang sangat dibutuhkan

kaum muslimin, terkadang pula untuk kesempatan mendakwahkan Islam, dan

lain-lain.

3. Wilayah Islam dijadikan sebagai prioritas. Pada dasarnya, kaum muslimin

adalah satu umat yang memiliki wilayah yang satu. Sesungguhnya,

keterceraiberaian kaum muslimin kepada beberapa negara dan beberapa

kelompok sama sekali tidak menghilangkan kewajiban tolong-menolong dan

keterpaduan di antara kaum muslimin, bahkan mengharuskannya. Syariat

Islam menyambut dengan berbagai kaidah yang menetapkan dan mengatur

hubungan antar negara Islam. Kaidah yang pertama tercermin dalam

kewajiban memberikan prioritas kepada kaum muslimin dalam hubungan

perdagangan internasional. Di antara manfaat terpenting dari pemberian

terbaik kepada daerah-daerah Islam dalam hubungan dagang adalah

(36)

pengekoran ekonomi Islam terhadap ekonomi non-Islam serta dampaknya

dalam arah kumulasi hubungan dagang.

4. Adanya pengaturan masuk dan menetapnya non-muslim di bumi Islam. Hal

ini dilakukan guna menjaga bahasa dan akhlak kaum muslimin, serta menjaga

keamanan dan stabilitas masyarakat.

5. Adanya perjanjian perdagangan. Melakukan akad kesepakatan dagang antar

negara merupakan hal yang tidak dapat dihindari untuk memotivasi dan

pengaturan hubungan dagang agar dapat merealisasikan kemaslahatan

pihak-pihak yang melakukan kesepakatan. Perjanjian dagang yang dilakukan

pemerintah Islam dengan non-muslim hendaknya memenuhi dasar-dasar

sebagai berikut.

a. Harus terdapat kemaslahatan yang kuat bagi kaum muslimin, dan

poin-poinnya tidak boleh mencakup hal yang diharamkan menurut syariah,

seperti akad riba, misalnya, atau ekspor dan impor hal-hal yang haram,

atau berdampak mudharat terhadap kaum muslimin, dalam hal akidah,

akhlak, dan lain-lain.

b. Harus memperhatikan keamanan kaum muslimin.

c. Menepati poin-poin perjanjian ekonomi yang dilakukan oleh kaum

muslimin dengan selain mereka merupakan salah satu kewajiban dalam

syariah. Hal ini akan membantu kaum muslimin dalam melakukan

hubungan ekonomi dengan umat lain ketika kemaslahatan menuntut hal

(37)

6. Negara Islam hendaknya memiliki otoritas dalam pengaturan dan pengawasan

hubungan ekonomi luar negeri. Abu Yusuf berpendapat bahwa hendaknya

seorang kepala negara memiliki tempat pengawasan di jalan-jalan yang

tembus ke negara non-muslim, sehingga para pedagang yang melintasinya

dapat diawasi. Barangsiapa yang membawa senjata, maka dapat dirampas

darinya, dan mereka harus mengembalikan para hamba sahaya yang

bersamanya.

7. Urusan kegiatan ekonomi harus dipimpin seorang muslim jika terdapat

non-muslim yang andil di dalamnya. Hal ini menunjukkan diperbolehkannya

persekutuan antara seorang muslim dan non-muslim dalam kegiatan ekonomi

serta keharusan bersihnya muamalah tersebut dari setiap hal yang menyalahi

syariah. Selain itu, kaidah ini juga menunjukkan larangan dominasi

orang-orang kafir terhadap umat Islam dalam kegiatan dan manajemennya, dan

menjadikan seorang muslim hanya sebatas mengekor yang tidak maju dan

tidak mundur, bahkan seringkali tidak mengetahui segala sesuatu. Contoh

dalam memahami kaidah tersebut, bahwa Islam tidak melarang menggunakan

perserikatan milik non-muslim untuk mengeksplorasi minyak bumi dari

negeri Islam. Akan tetapi, Islam melarang sebagian bentuk kesepakatan

dengan perserikatan tersebut jika merugikan kaum muslimin, dan melarang

memberikan perserikatan non-muslim tersebut otoritas dalam pengaturan

(38)

D. Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam

Pada dasarnya, praktik ekonomi Islam sudah mulai dilakukan semenjak masa

kenabian Rasulullah Muhammad SAW.28 Negara Islam yang pertama didirikan di

dunia adalah negara yang dibangun Rasulullah SAW di Madinah. Negara ini

dibangun berdasarkan semangat Islam yang tercermin dari Alquran dan

kepemimpinan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW juga merupakan kepala negara

pertama yang memperkenalkan konsep baru di bidang keuangan negara di abad

ketujuh, yaitu semua hasil penghimpunan kekayaan negara harus dikumpulkan

terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan negara. Tempat

pusat pengumpulan dana itu disebut dengan bait al-mal yang pada masa Nabi

Muhammad SAW terletak di Masjid Nabawi. Pemasukan negara yang sangat sedikit

disimpan di lembaga ini dalam jangka waktu yang singkat untuk selanjutnya

didistribusikan kepada masyarakat.29

Pada masa pemerintahan Rasulullah SAW, sumber pemasukan negara berasal

dari:30

1. Ghanimah

Pada tahun kedua Hijriyah, dalam surat Al Anfal ayat 41 Allah SWT

menentukan tata cara pembagian harta ghanimah dengan formulasi

sebagai berikut :

28

Ali Sakti, op.cit, h. 29.

29

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,

(Jakarta: Granada Press, 2007), h. 16.

30

(39)

 Seperlima bagian untuk Allah dan Rasul-Nya. Dialokasikan bagi

kesejahteraan umum dan untuk para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang

miskin dan para musafir.

 Empat perlima bagian lainnya dibagikan kepada para angggota pasukan

yang terlibat dalam peperangan.

2. Zakat

Pada tahun kedua Hijriyah, Allah SWT mewajibkan kaum muslimin

menunaikan zakat fitrah pada setiap bulan Ramadhan. Kewajiban zakat

mal diperintahkan pada tahun ke-9 H. Pemerintah pusat berhak menerima

keuntungan hanya bila terjadi surplus yang tidak dapat didistribusikan lagi

kepada orang-orang yang berhak, dan ditambah kekayaan yang

dikumpulkan di Madinah.

Di masa Rasulullah SAW, zakat dikenakan pada hal-hal berikut:

a. benda logam yang terbuat dari emas dan perak

b. binatang ternak unta, sapi, domba, kambing

c. berbagai jenis barang dagang termasuk budak dan hewan

d. hasil pertanian termasuk buah-buahan

e. luqta, harta benda yang ditinggalkan musuh

f. barang temuan

3. Fay‘

Fay‘ adalah harta kekayaan yang diambil dari musuh tanpa melakukan

(40)

4. Jizyah

Jizyah adalah pajak yang dibayar oleh orang nonmuslim khususnya ahli

kitab, untuk jaminan perlindungan jiwa, properti, ibadah, bebas dari

nilai-nilai dan tidak wajib militer. Pada masa Rasulullah SAW, besarnya jizyah

satu dinar per tahun untuk orang dewasa yang mampu membayarnya.

Perempuan, anak-anak, orang tua dibebaskan dari kewajiban jizyah. Di

antara ahli kitab yang harus membayar jizyah sejauh yang diketahui

adalah Nashara Najran.

5. Kharaj

Kharaj atau pajak tanah dipungut dari non-muslim ketika khaibar

ditaklukkan. Tanahnya diambil alih oleh orang muslim dan pemilik

lamanya harus menawarkan untuk mengolah tanah tersebut sebagai

pengganti sewa tanah dan bersedia memberikan sebagian hasil produksi

kepada negara. Kharaj dibayar oleh orang-orang non-muslim seperti

halnya dengan kaum muslimin membayar ‗ushr dari hasil pertanian. Pajak

ini ditentukan berdasarkan tingkat produktivitas tanah, menyangkut

karakteristik atau atau tingkat kesuburan tanah, jenis tanaman, dan jenis

irigasi.31

6. Uang tebusan untuk para tawanan perang (hanya pada kasus perang Badr).

7. Pinjaman-pinjaman untuk pembayaran uang pembebasan kaum muslimin.

31

(41)

8. Khums

Khums yaitu pajak proporsional sebesar 20%. Terdapat perbedaan

pendapat di kalangan ulama Syiah dan Sunni mengenai objek khums ini.

Kalangan ulama Syiah menyatakan bahwa obyek khums adalah semua

pendapatan, sedangkan kalangan ulama Sunni menyatakan bahwa obyek

khums hanyalah hasil rampasan perang. Namun, Imam Abu Ubaid,

seorang ulama Sunni beranggapan bahwa obyek khums juga meliputi

barang temuan dan barang tambang.32

9. Amwal Fadhilah

Yaitu pendapatan yang berasal dari harta benda kaum muslimin yang

meninggal tanpa ahli waris.

10. Wakaf

Yaitu harta benda yang didedikasikan oleh seseorang kepada kaum muslimin

untuk kepentingan agama Allah dan pendapatannya akan didepositokan di

Baitul Mal.

11. Bentuk sadaqah lainnya seperti qurban dan kafarat.

Kafarat adalah denda atas kesalahan yang dilakukan oleh seorang muslim

pada saat melakukan kegiatan ibadah, seperti berburu pada musim haji.

32

(42)

Sedangkan pada masa Umar bin Khathab, pendapatan negara dapat

diklasifikasi menjadi empat bagian, yaitu:33

1. Pendapatan zakat dan ‗usyur (pajak tanah). Khalifah Umar bin Khattab

menetapkan kuda, karet, dan madu sebagai objek zakat karena pada masanya,

ketiga hal tersebut lazim diperdagangkan, bahkan secara besar-besaran,

sehingga mendatangkan keutungan bagi para penjualnya.

2. Pendapatan khums dan sedekah.

3. Pendapatan kharaj, fay‘, jizyah, ‗usyur (pajak perdagangan), dan sewa tanah.

‗usyur dikenakan oleh Khalifah Umar bin Khattab kepada para pedagang yang

memasuki wilayah kekuasaan Islam. Besarnya jumlah pajak ini bervariasi,

2,5% bagi pedagang muslim, 5% bagi kafir dzimmi, dan 10% bagi kafir harbi.

Pajak ini hanya dibayar sekali dalam setahun sekalipun pedagang tersebut

memasuki wilayah Islam lebih dari sekali dalam setahun.

4. Pendapatan lain-lain yang dialokasikan untuk membayar para pekerja,

pemeliharaan anak-anak terlantar, dan dana sosial lainnya.

Sementara itu, Abu Yusuf mengklasifikasikan penerimaan Negara dalam tiga

kategori utama, yaitu: (i) ganimah, (ii) shadaqah, (iii) harta fay‘ yang di dalamnya

termasuk jizyah, ‗usyur dan kharaj.34 Tak berbeda dengan Abu Yusuf, Ibnu Taimiyah

menyimpulkan sumber-sumber penerimaan keuangan negara sesuai syariah, dalam

tiga ketentuan pokok, yaitu ghanimah, shadaqah, dan fay‘. Dalam

33

Euis Amalia, op.cit, h. 36-38.

34

(43)

mengkalisifikasikan seluruh sumber penerimaan ia mempertimbangkan asal-usul dari

penerimaan yang dihimpun dari berbagai sumber dan kebutuhan anggaran

pengeluarannya, termasuk seluruh sumber pendapatan diluar ghanimah dan zakat,

dibawah nama fay‘.35

Ibnu Taimiyah membedakan antara ghanimah dan fay‘, menurutnya seluruh

penerimaan selain ghanimah dan zakat bisa masuk kategori fay‘. Karena istilah fay‘

pertama kali digunakan untuk:36

1. Jizyah yang dikenakan pada orang Yahudi dan Nasrani.

2. Upeti yang dibayar oleh musuh.

3. Hadiah yang dipersembahkan kepada kepala Negara.

4. Bea cukai atau pajak tol yang dikenakan pada pedagang dari negeri musuh.

5. Benda berupa uang.

6. Kharaj.

7. Harta benda tak bertuan.

8. Harta benda yang tak memiliki ahli waris.

9. Simpanan, atau utang atau barang rampasan yang pemilik sebenarnya tak

diketahui lagi dan karena itu tak bisa dikembalikan.

10. Berbagai sumber pendapatan lain.

35

A. A Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997), h. 265.

36

(44)

D. Kontribusi Ekspor-Impor terhadap Pendapatan Negara dalam Ekonomi Islam

Perdagangan Internasional adalah perdagangan antar negara yang melintasi

batas-batas suatu negara. Sebelum teori perdagangan internasional ditemukan di

Barat, Islam telah menerapkan konsep-konsep perdagangan internasional. Adalah

ulama besar yang bernama Abu Ubaid bin Salam bin Miskin bin Zaid al-Azdi telah

menyoroti praktik perdagangan internasional ini, khususnya impor dan ekspor. Abu

Ubaid merupakan orang pertama yang memotret kegiatan perekonomian di zaman

Rasulullah SAW, khulafaur Rasyidin, para sahabat dan tabiin-tabiin.37

Pemikiran Abu Ubaid tentang ini dapat dilihat dalam kitabnya, Al Amwaal

yang ditulisnya hampir 1000 tahun sebelum Adam Smith (1723-1790) menelurkan

teori keunggulan absolutnya. Pemikiran Abu Ubaid tentang ekspor impor ini dapat

dibagi kepada tiga bagian, yaitu tidak adanya nol tarif dalam perdagangan

internasional, cukai bahan makanan pokok lebih murah, dan ada batas tertentu untuk

dikenakan cukai.

Tidak Adanya Nol Tarif

Pengumpulan cukai merupakan kebiasaan pada zaman jahiliah dan telah

dilakukan oleh para raja bangsa Arab dan non Arab tanpa pengecualian. Kebiasaan

mereka adalah memungut cukai barang dagangan impor apabila masuk ke dalam

37Hendri Tanjung, ―Abu Ubaid dan Perdagangan Internasional‖, Harian Republika edisi

(45)

negeri mereka. Dari Abdurrahman bin Maqil, ia berkata, "Saya pernah bertanya

kepada Ziyad bin Hudair, Siapakah yang telah kalian pungut cukai barang impornya?

Ia berkata, "Kami tidak pernah mengenakan cukai atas Muslim dan Mua-hid. Saya

bertanya, Lantas, siapakah orang yang telah engkau kenakan cukai atasnya? Ia

berkata, "Kami mengenakan cukai atas para pedagang kafir harbi, sebagaimana

mereka telah memungut barang impor kamiapabila kami masuk dan mendatangi

negeri mereka". Hal tersebut diperjelas lagi dengan surat-surat Rasulullah, dimana

beliau mengirimkannya kepada penduduk penjuru negeri seperti Tsaqif, Bahrain,

Dawmatul Jandal dan lainnya yang telah memeluk agama Islam. Isi surat tersebut

adalah "Binatang ternak mereka tidak boleh diambil dan barang dagangan impor

mereka tidak boleh dipungut cukai atasnya".38

Dari uraian diatas, Abu Ubaid mengambil kesimpulan bahwa cukai

merupakan adat kebiasaan yang senantiasa diberlakukan pada zaman jahiliah.

Kemudian Allah membatalkan sistem cukai tersebut dengan pengutusan Rasulullah

dan agama Islam. Lalu, datanglah kewajiban membayar zakat sebanyak seperempat

dari usyur (2.5%). Dari Ziyad bin Hudair, ia berkata, "Saya telah dilantik Umar

menjadi petugas bea cukai. Lalu dia memerintahkanku supaya mengambil cukai

barang impor dari para pedagang kafir harbi sebanyak usyur (10%), barang impor

pedagang ahli dzimmah sebanyak setengah dari usyur (5%), dan barang impor

pedagang kaum muslimin seperempat dari usyur (2.5%)".39

38

Ibid.

39

(46)

Yang menarik, cukai merupakan salah satu bentuk merugikan orang lain, yang

sekarang ini didengungkan oleh penganut perdagangan bebas (free trade), bahwa

tidak boleh ada tarif barrier pada suatu negara. Barang dagangan harus bebas masuk

dan keluar dari suatu negara. Dengan kata lain, bea masuknya nol persen. Tetapi,

dalam konsep Islam, tidak ada sama sekali yang bebas, meskipun barang impor itu

adalah barang kaum muslimin. Untuk barang impor kaum muslimin dikenakan zakat

yang besarnya 2.5%. Sedangkan non muslim, dikenakan cukai 5% untuk ahli

dzimmah (kafir yang sudah melakukan perdamaian dengan Islam) dan 10% untuk

kafir harbi (Yahudi dan nasrani). Jadi, tidak ada praktiknya sejak dari dahulu, bahwa

barang suatu negara bebas masuk ke negara lain begitu saja.40

Cukai Bahan Makanan Pokok

Untuk minyak dan gandum yang merupakan bahan makanan pokok, cukai

yang dikenakan bukan 10% tetapi 5% dengan tujuan agar barang impor berupa

makanan pokok banyak berdatangan ke Madinah sebagai pusat pemerintahan saat itu.

Dari Salim bin Abdullah bin Umar dari ayahnya, ia berkata, "Umar telah memungut

cukai dari kalangan pedagang luar; masing-masing dari minyak dan gandum

dikenakan bayaran cukai sebanyak setengah dari usyur (5%). Hal ini bertujuan

supaya barang impor terus berdatangan ke negeri madinah. Dan dia telah memungut

cukai dari barang impor al-Qithniyyah sebanyak usyur (10%)".41

40

Ibid.

41

(47)

Ada Batas Tertentu untuk Cukai

Yang menarik, tidak semua barang dagangan dipungut cukainya. Ada

batas-batas tertentu dimana kalau kurang dari batas-batas tersebut, maka cukai tidak akan

dipungut. Dari Ruzaiq bin Hayyan ad-Damisyqi (dia adalah petugas cukai di

perbatasan Mesir pada saat itu) bahwa Umar bin Abdul Aziz telah menulis surat

kepadanya, yang isinya adalah, "Barang siapa yang melewa-timu dari kalangan ahli

zimmah, maka pu-ngutlah barang dagangan impor mereka. Yaitu, pada setiap dua

puluh dinar mesti dikenakan cukai sebanyak satu dinar. Apabila kadarnya kurang dari

jumlah tersebut, maka hitunglah dengan kadar kekurangannya, sehingga ia mencapai

sepuluh dinar. Apabila barang dagangannya kurang dari sepertiga dinar, maka

janganlah engkau memungut apapun darinya. Kemudian buatkanlah surat

pembayaran cukai kepada mereka bahwa pengumpulan cukai akan tetap diberlakukan

sehingga sampai satu tahun".42

Jumlah sepuluh dinar adalah sama dengan jumlah seratus dirharn di dalam

ketentuan pembayaran zakat. Seorang ulama Iraq, Sufyan telah menggugurkan

kewajiban membayar cukai apabila barang impor ahli dzimmah tidak mencapai

seratus dirharn. Menurut Abu Ubaid, seratus dirharn inilah ketentuan kadar terendah

pengumpulan cukai atas harta impor ahli dzimmah dan kafir harbi.43

Selain Abu Ubaid, Ibn Khaldun juga mendukung bidang ekonomi

internasional. Melalui pengamatannya dan pikiran analitisnya, ia menerangkan

42

Ibid.

43

(48)

keuntungan perdagangan antar negara. Melalui perdagangan luar negeri, menurut Ibn

Khaldun, kepuasan masyarakat, laba pedagang, dan kekayaan negara semuanya akan

meningkat. Pertimbangan untuk mengadakan foreign trade adalah: (1) lebih murah

dibanding memproduksi secara internal, (2) mutu yang lebih baik, atau (3) a totally

new product. Ibn Khaldun dalam analisa dan pengamatan perdagangan luar negerinya

pengenalan layak mendapat penghargaan dalam bidang ekonomi internasional.44

Menurut Ibnu Khaldun, kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh

banyaknya uang di negara tersebut, tetapi kekayaan suatu negara ditentukan oleh

tingkat produksi domestik dan neraca pembayaran yang positif dari negara

tersebut.45 Dengan demikian, negara yang makmur adalah negara yang mampu

memproduksi lebih banyak dari yang dibutuhkan, sehingga kelebihan hasil produksi

tersebut diekspor, dan pada akhirnya akan menambah kemakmuran di negara

tersebut.46

Berikut merupakan konsep ekonomi menurut Ibnu Khaldun sebagai indikator

dari kekayaan suatu negara.47

1) Tingkat Produk Domestik Bruto

Bila suatu negara mencetak uang dengan sebanyak-banyaknya, itu bukan

merupakan refleksi dari pesatnya pertumbuhan sektor produksi (baik

44

http://ekisonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=191:pemikiran-ekonomi-ibnu-khaldun&catid=36:akuntansi, artikel diakses pada 12 Juni 2011.

45

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,

(Jakarta: Granada Press, 2007), h. 197.

46

http://ponpes-nu.blogspot.com/2011/04/pemikiran-ekonomi-ibnu-khaldun.html, diakses pada 12 Juni 2011.

47

(49)

barang maupun jasa). Maka uang yang melimpah itu tidak ada artinya, jika

jumlah uang lebih banyak dibanding jumlah ketersediaan barang dan jasa.

2) Neraca Pembayaran Positif

Ibnu Khaldun menegaskan bahwa neraca pembayaran yang positif akan

meningkatkan kekayaan negara tersebut. Neraca pembayaran yang positif

menggambarkan dua hal:

a) Tingkat produksi yang tinggi.

Jika tingkat produksi suatu negara tinggi dan melebihi dari jumlah

permintaan domestik negara tersebut, atau supply lebih besar

dibanding demand. Maka memungkinkan negara tersebut melakukan

kegiatan ekspor.

b) Tingkat efisiensi yang tinggi

Bila tingkat efisiensi suatu negara lebih tinggi dibanding negara lain,

maka dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi maka komoditi suatu

negara mampu masuk ke negara lain dengan harga yang lebih

kompetitif.

Teori Ibnu Khaldun tentang pembagian kerja (division of labor) merupakan

embrio dari teori perdagangan internasional yang berkembang pesat pada era

merkantilisme di abad ke-17. Hal itu disadari analisisnya tentang pertukaran atau

perdagangan diantara negara-negara miskin dan negara kaya yang menimbulkan

kecenderungan suatu negara untuk mengimpor ataupun menekspor dari negara lain.

(50)

perdagangan luar negeri, dan uang sebagai hasil surplus perdagangan adalah sumber

kekuasaan.48

Ibnu Khaldun mengatakan bahwa melalui perdagangan luar negeri, kepuasan

masyarakat, keuntungan pedagang dan kekayaan negara semuanya meningkat. Dan

barang-barang dagangan menjadi lebih bernilai ketika para pedagang membawanya

dari suatu negara ke negara lain. Perdagangan luar negeri ini dapat menyumbang

secara positif kepada tingkat pendapatan negara, tingkat pertumbuhan serta tingkat

kemakmuran. Jika barang-barang luar negeri memiliki kualitas yang lebih baik dari

dalam negeri, ini akan memicu impor. Pada saat yang sama produsen dalam negeri

harus berhadapan dengan produk berkualitas tinggi dan kompetitif sehingga mereka

harus berusaha untuk meningkatkan produksi mereka.49

48

Ibid.

49

(51)

BAB III

PROFIL NEGARA INDONESIA DAN ARAB SAUDI

A. Profil Negara Indonesia

Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lain. Kepulauan Indonesia

menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu

ketika Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjalin hubungan agama dan perdagangan

dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada

awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai

kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan

rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra.Setelah berada di

bawah penjajahan Belanda, Indonesia yang saat itu bernama Hindia

Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya,

Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam,

korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang

pesat.50

Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan

agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling

dominan. Lambang negara Indonesia adalah burung garuda. Semboyan nasional

Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika" (Berbeda-beda tetapi tetap satu), berarti

keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah

50

(52)

yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung

tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.

Empat pilar utama yang menjadi nilai dan konsensus dasar yang selama ini

menopang tegaknya Republik Indonesia adalah: Pancasila, Undang-Undang Dasar

1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Negara Indonesia yang terdiri dari beragam daerah dan suku memiliki beragam

bahasa daerah. Namun bahasa yang mempersatukan atau bahasa Nasional yang

dipakai adalah bahasa Indonesia. Indonesia memiliki warna merah dan putih sebagai

warna benderanya. Merah berarti berani. Putih berarti suci.51

Lagu Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan bangsa Indonesia.Lagu

Indonesia Raya diciptakan oleh W.R. Supratman pada tahun 1924. Pada hari Sumpah

Pemuda yaitu tanggal 28 Oktober 1928, merupakan saat pertama kali lagu Indonesia

Raya dikumandangkan. Pada tanggal 17 Agustus 1945 saat hari kemerdekaan bangsa

Indonesia, lagu Indonesia Raya dinyanyikan dan sejak saat itu dijadikan sebagai lagu

kebangsaan Indonesia.

1. Posisi dan Letak Geografis

Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia

Tenggara, terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan

Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Karena letaknya

yang berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia disebut juga sebagai

51

Gambar

Tabel 3.1 Profil Negara Indonesia
Tabel 3.2 Profil Perekonomian Indonesia
Tabel 3.3 Profil Negara Arab Saudi
Tabel 4.1 Ekspor Indonesia Tahun 2001-2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Getah darnar yang memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan rumah tangga tersebut, merupakan komoditi ekspor, sehingga pada saat krisis ekonomi dan moneter yang

Skripsi yang berjudul “ Analisis Pemikiran Bung Hatta Tentang Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia Dalam Perspektif Ekonomi Islam ” ini merupakan hasil penelitian

Skripsi yang berjudul Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Perencanaan Keuangan Keluarga Perspektif Ekonomi Islam (Studi pada Masyarakat Cempaka Putih Ciputat) , telah diujikan

Skripsi dengan judul : Kontribusi Buruh Perempuan Terhadap Kesejahteraan Ekonomi Rumah Tangga Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Masyarakat

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Perkembangan Ekspor dan Impor

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya yang berlimpah dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Ekspor dan Impor Terhadap

Seperti apa yang sudah diketahui bahwasannya sektor pariwisata Arab Saudi memiliki potensi yang sangat besar dalam menopang dan menjadi sektor alternatif setelah

Analisis Peran Ekonomi Kreatif Dalam Meningkatkan Pendapatan Pengrajin Kayu Kriya Ditinjau dari Perspektif Etika Bisnis Islam Berdasarkan pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa