• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Marketing Produk Pembiayaan pada BMT Ta'awun Cipulir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Marketing Produk Pembiayaan pada BMT Ta'awun Cipulir"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh :

Nihlah Dewi Purnama Sari NIM. 206046103858

PROGRAM STUDI MUAMALAT KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh

Nihlah Dewi Purnamasari NIM: 206046103858

Dibawah Bimbingan:

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA., MM NIP. 195505051982031012

PROGRAM STUDI MUAMALAT KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Skripsi yang berjudul Strategi Marketing Produk Pembiayaan pada BMT

Ta’awun, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Februari 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Jakarta, 10 Februari 2011 Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM (...) NIP. 195505051982031012

Sekretaris : Mufidah, S,HI (...)

Pembimbing : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM (...) NIP. 195505051982031012

Penguji I : Dr. H.Djawahir, Hejazziey, SH., MA (...) NIP. 195510151979031002

(4)

satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Februari 2011

(5)

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang dengan rahmat dan karunia-NYA yang telah diberikan, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Solawat dan salam selalu senantiasa tercurah kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa penelitian untuk penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa ada bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk mengucapkan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sekaligus dosen pembimbing penulisan skripsi yang secara kooperatif telah memberikan bimbingan dan dukungan dari berbagai segi, dengan meluangkan waktu, tenaga dan pikiranya untuk menyelesaikan skripsi ini.

(6)

4. Dr. H. Djawahir, Hejazziey, SH., MA dan Dr. JM Muslimin, MA selaku dosen penguji.

5. Drs. Noryamin Aini, MA selaku dosen Penasehat Akademik.

6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat. 7. Kepada Pemimpin dan para staff perpustakaan, baik Perpustakaan Syariah

maupun Perpustakaan Utama yang telah memberikan banyak referensi dan inspirasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Pihak BMT Ta‘awun dan segenap karyawan yang telah berkenan memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian sekaligus belajar. Terima kasih atas bantuan, ilmu serta pengalamannya.

(7)

11.Sahabat-sahabatku di Perbankan Syariah C, Siti Khadijah, Amelia, Mugi, Rida, Adang , Iis, Jamruddin, Arif H, Zein, bang adin dan Angkatan 2006, terima kasih atas segala bantuan, pengalaman berharga, dan semangat kebersamaannya selama menuntut ilmu di kampus tercinta.

12.Dan pihak-pihak lainnya yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, tapi tidak mengurangi rasa terima kasih penulis kepada semuanya.

Semoga kontribusi dan amal baik dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang melimpah. Dan penulis tidak akan melupakan semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Dan juga Penulis menyadari akan kekurangan dari skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan sumbang saran kepada penulis yang sifatnya membangun.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semuanya. Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Jakarta,02 Februari 2011 Penulis

(8)

LEMBAR PERNYATAAN... iii

LEMBAR PENGESAHAN... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan... 5

D. Kajian Pustaka ... 6

E. Metode Penelitian... 7

F. Sistematika Penulisan... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi... 11

B. Marketing... 17

C. Pembiayaan... 29

BAB III GAMBARAN UMUM BMT TA’AWUN A. Sejarah Berdirinya BMT Ta’awun... 38

(9)

TA’AWUN

A. Strategi Marketing Produk Pembiayaan BMT Ta’awun... 55 B. Faktor Pendukung dan Penghambat BMT Ta’awun dalam

Marketing Produk Pembiayaan ... 62 BAB V PENUTUP

(10)

Perkembangan bank syariah dalam beberapa tahun terakhir ini tampaknya telah memicu berdirinya lembaga-lembaga keuangan lainnya, seperti asuransi syariah (Takaful), leasing syariah (Ijarah), pegadaian syariah (Al-Rahn), Baitul maal wat tamwil (BMT), serta lembaga lainnya yang tentunya akan semakin memurnikan system perekonomian di Indonesia.

BMT sebagai lembaga yang berbasis masjid1 yang mulai tumbuh dan berkembang secara efektif pada masa khalifah Ali Ibn Abi Thalib bahkan pada masa Rasulullah yang merupakan lembaga keuangan non bank yang cukup potensial untuk dikembangkan, ditengah ketidak percayaan masyarakat kepada institusi koperasi yang dianggap sebagai perwujudan dari lembaga koperasi, yaitu lembaga yang keuntungannya selalu habis pengurus yang tidak bertanggung jawab.

BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan Bayt-al maal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu BMT juga bisa menerima titipan, Zakat, Infak, dan Shodaqoh, serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.

1

Karnaen A. Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok: Usaha

(11)

dijelaskan UU No. 7 tahun 1992 dan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.2

BMT telah terbentuk lebih dari 3500 BMT di Indonesia. Dewasa ini telah memiliki asset (konsolidasi) lebih dari Rp 1 Triliun, dengan jumlah pengelola lebih dari 30.000 orang, hampir setengahnya S1 dan wanita. BMT melayani lebih dari 2 juta penabung, dan memberikan pinjaman lebih dari 1,5 juta pengusaha mikro dan kecil. Terbukti bahwa BMT mampu berkembang berlandaskan pada swadaya. Para pemarkarsa pendiri dari masyarakat lokal itu sendiri, BMT mampu menghimpun dan memberikan pembiayaan pada berbagai lapisan masyarakat, terutama yang miskin, dengan latar belakang dan kepercayaan yang berbeda-beda.3

Pada tahun 1990-an banyak perusahaan menyadari pentingnya pemasaran yang berorientasi pada konsumen dalam aktivitas penjualan produk atau jasanya, jadi orientasi pada produk maupun pada teknologi saja tidaklah cukup, banyak sekali produk yang ditolak dikarenakan perusahaan membuat produk tanpa masukan dari pelanggan, demikian pula banyak perusahaan maupun bank melupakan pelanggan atau nasabahnya sesudah terjadi transaksi penjualan, akibatnya mereka kehilangan pelanggan atau nasabah prima. Dari kenyataan tersebut akhirnya pada tahun 1990-an

2

A. Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta, PT. Raja

Grafindo Persada, 2002),H.187

3

(12)

keberhasilan perusahaan. Tanpa adanya strategi pemasaran yang baik produk yang telah didesain sedemikian rupa tidak akan di beli oleh konsumen. Disinilah tugas para Marketer untuk memasarkan produk mereka sehingga dibeli oleh konsumen.

Dalam strategi marketing dikenal dengan tiga medan pertempuran yang harus dimenangkan, yaitu pada aspek strategi, yaitu segmentasi pasar (segmentation), target pasar yang tepat (targeting) dan penetuan posisi (positioning) harus lebih baik dalam rangka memenangkan perang pemikiran, bagaimana untuk menarik nasabah.

Pada aspek taktik, dalam berdagang mesti memperhatikan tiga aspek penting, yaitu differentiation (keunikan) dari sebuah produk, juga dengan marketing mix yang sering dikenal dengan istilah 4P (Product, Price, Place, dan Promotion), dan selling, yaitu kekuatan penjualan untuk memenangkan persaingan pasar.

(13)

Dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan perusahaan di dalam persaingan yang sangat ketat kepada pasar global serta agar penjualan tidak menurun akibat ketidak puasan pelanggan, maka perusahaan mencoba memecahkan permasalahan dengan merencanakan strategi pemasaran yang cocok untuk dijalankan. Kebutuhan informasi harus segera di penuhi dengan melakukan riset agar perusahaan dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu sebagai suatu strategi pemasaran dan perbaikan produk demi meningkatkan kinerja perusahaan.5

Maka bertolak dari permasalahan diatas, penulis merasa perlu untuk mencoba memberikan pemaparan lebih lanjut tentang hal tersebut. Untuk itu, penulis mencoba menuangkannya dalam skripsi yang berjudul : STRATEGI MARKETING PRODUK PEMBIAYAAN PADA BMT TA’AWUN CIPULIR.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Setelah diuraikan latar belakang masalah diatas, tentu saja dalam pembahasan skripsi ini harus dilakukan pembatasan masalah agar penulisan skripsi ini lebih terarah, penulis merasa perlu membuat batasan masalah yang akan dibahas. Penelitian

4

M. Taufiq Amir, Dinamika Pemasaran, Jelajahi dan Rasakan, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2005, h. 207

5

Budi Purwadi, Riset Pemasaran, Implementasi dalam Bauran Pemasaran, PT. Raja

(14)

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi marketing produk pembiayaan yang dilakukan BMT Ta’awun?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat yang dialami dalam memasarkan produk pembiayaan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bagaimana konsep strategi marketing produk pembiayaan yang dilakukan BMT Ta’awun.

b. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dialami BMT Ta’awun dalam memasarkan produk pembiayaan.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: a. Manfaat Teoritis

(15)

Dengan tersusunnya skripsi ini, diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi masyarakat, akademisi, BMT, dan penulis sendiri khususnya.

D. Kajian Kepustakaan

Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, penulis perlu melengkapi ataupun menyempurnakan penelitian ini dengan melakukan study review karena disana ada sumber yang dapat dijadikan tambahan untuk penyelesaian penelitian penulis ini.

Adapun kajian pustaka yang di gunakan adalah:

1. “Strategi Pemasaran Produk Gadai Syariah dalam Upaya Menarik Minat Nasabah pada Pegadaian Syariah Cab Dewi Sartika”. Skripsi ini disusun oleh Faridatun

Sa’adah, skripsi ini membahas tentang strategi yang digunakan mengunakan

konsep segmenting, targeting dan pesitioning serta dengan menerapkan empat unsur atau komponen yang terdapat pada bauran pemasaran atau marketing mix, yakni strategi produk, strategi harga, strategi distribusi dan strategi promosi. 2. “Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan dalam Meningkatkan Pendapatan Bank”

(16)

1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan adalah kualitatif, karena dapat digolongkan kedalam deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu untuk mendapatkan gambaran secara riil dilapangan, terhadap peristiwa tertentu yang berkaitan dengan penelitian.

2. Sumber Data

a. Data Primer, merupakan informasi yang telah dikumpulkan peneliti langsung dari sumbernya, yaitu dari BMT Ta’awun, yaitu berupa data-data yang diperoleh dari wawancara.

b. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan, buku-buku. Atau dengan kata lain data sekunder adalah informasi yang telah dikumpulkan pihak lain, jadi peneliti bertindak sebagai pemakai data.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua macam teknis pengumpulan data yaitu melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research).6

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

6

Burhan Ashshofa, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2004),

(17)

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Interview atau wawancara adalah percakapan dengan tujuan atau pembicaraan yang memiliki tujuan.7 Interview yang sering disebut wawancara lisan adalah sebuah dialog atau pewawancaraan.8

4. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah sebuah proses percakapan dan pengaturan secara sistematik transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan yang lain dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut. Agar dapat dipresentasikan temuannya kepada orang lain.9 Studi yang merupakan penelitian kepustakaan ini lebih bersifat deskriptif analisis.10

5. Teknik Penulisan Skripsi

Untuk penulisan dalam skripsi ini, penulis merujuk pada buku “pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007”.

7

Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan,

(Malang : Kalimasahada, Press, 1994) cet I, h. 36.

8

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1996), cet X, h.144.

9

Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-ilmu social dan Keagamaan, h.77

10

(18)

mengenai hal-hal pokok yang dibahas, guna mempermudah dalam memahami dan melihat hubungan suatu bab dengan yang lainnya. Adapun uraian pada setiap bab adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas tentang pengertian strategi dan pengertian marketing dimana didalamnya menjelaskan tentang sub-sub strategi dan sub-sub marketing.

BAB III GAMBARAN UMUM BMT TA’AWUN

(19)

BMT Ta’awun, serta apa saja faktor pendukung dan penghambat BMT Ta’awun.

BAB V PENUTUP

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Dari segi etimologi istilah strategi berasal dari kata Yunani yaitu strategia (stratus: militer, dan ag: memimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal, konsep ini relevan pada saat itu; karena memang kondisinya sedang berkecamuk perang. Strategi juga diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. 1

Sama seperti halnya yang diungkapkan oleh Hari Murti Kridalaksana, bahwa strategi berarti siasat perang, haluan, kebijaksanaan dan akal atau budi daya.2

Menurut Fuad Amsyari dalam bukunya yang berjudul Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia mengatakan bahwa: strategi dan taktik adalah metode untuk

memenangkan suatu persaingan. Persaingan ini berbentuk suatu percampuran fisik untuk merebut suatu wilayah dengan memakai senjata dan tangan manusia, sedangkan dalam bidang militer strategi dan taktik adalah suatu cara atau teknik memenangkan suatu persiapan antara kelompok-kelompok yang berbeda orientasi hidupnya.3

1

Ziauddin Sardar, Tantangan Dunia Dalam Islam Abad 21, terjemah A.E. Priyono Hasan

(Bandung, Mizan, 1996), h.ii

2

Hari Murti Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia (Jakarta: Nusa Indah 1981).

3

(21)

Menurut Onong Uchjana dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, mengatakan bahwa strategi pada hakikatnya adalah perencanaan

dan manajemen untuk mencapai tujuan.4

Namun dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan tentang strategi yaitu:

a. Strategi merupakan satu kesatuan rencana terpadu yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.

b. Dalam menyusun strategi perlu dihubungkan dengan lingkungan organisasi, sehingga dapat disusun kekuatan strategi organisasi.

c. Dalam perencanaan tujuan organisasi perlu alternative strategi yang dipertimbangkan dan harus dipilih.

d. Strategi yang dipilih akan diimplementasikan oleh organisasi dan akhirnya memerlukan evaluasi terhadap strategi tersebut.

Organisasi yang menyusun strategi umumnya lebih efektif dibandingkan dengan organisasi yang tidak menyusun strategi. Hal ini disebabkan strategi adalah kacamata yang bermanfaat untuk memonitor apa yang dikerjakan dan apa yang sedang terjadi di dalam suatu organisasi, dapat memberikan sumbangan terhadap kesuksesan organisasi atau malah mengarahkan kepada kegagalan organisasi.

4

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja

(22)

2. Tahapan-Tahapan Strategi

Seperti yang dikatakan oleh Joel Ross dan Michael bahwa sebuah organisasi tanpa adanya strategi seperti kapal tanpa kemudi, bergerak berputar tanpa lingkaran. Organisasi yang demikian seperti pengembara tanpa tujuan tertentu.5

Proses strategi terdiri dari tiga tahapan yaitu: A. Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi termasuk di dalamnya ialah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternative, memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan.

Teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi kerangka kerja di antaranya:

1. Tahap In Put (Masukan)

Dalam tahap ini peroses yang dilakukan adalah meringkas informasi sebagai awal untuk merumuskan strategi.

2. Tahap Pencocokan

5

(23)

Dalam tahap ini proses yang dilakukan adalah memfokuskan pada menghasilkan strategi alternative yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal.6

3. Tahap keputusan

Dalam tahap ini proses yang digunakan adalah dengan menggunakan satu macam teknik setelah diproses dari secara sasaran dalam mengevaluasi strategi alternative yang diidentifikasikan dalam dua tahap.7 Perumusan strategi haruslah selalu melihat kearah kedepan dengan tujuan artinya peran perencanaan amatlah penting dan mempunyai andil yang besar.

B. Implementasi Strategi

Setelah para manajer memilih strategi apa yang ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dari seluruh unit, tingkat, dan anggota organisasi. Tanpa adanya komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian SDM yang ditampakkan melalui penetapan struktur organisasi, mekanisme kepemimpinan yang dijalankan berikut budaya perusahaan dan organisasi.8

M. Ismail Yustanto dan Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategi PerspektifSyariah

(24)

1. Penetapan Strategi Organisasi

Manajemen strategi menentukan bahwa strategi dan struktur organisasi yang digunakan perusahaan haruslah sesuai. Intinya pimpinan harus meneliti secara cermat struktur organisasi yang sedang berjalan dan bertanya apakah perusahaan memiliki organisasi yang tepat untuk mendukung strategi tersebut.

Alfred Chandler mengutarakan suatu prinsip yaitu “Struktur Follows

Strategy” yang berarti struktur organisasi harus dibentuk untuk mendukung agar

penerapan strategi yang telah dibuat dapat lebih efektif. Jika suatu saat strategi diubah maka perusahaan wajib untuk mengubah atau menyesuaikan struktur organisasinya.9

Untuk mendapatkan struktur organisasi yang paling efektif adalah harus disesuaikan dengan tuntunan strategi organisasi, karena desain struktur organisasi erat kaitannya dengan kegiatan dan sumber daya penting organisasi. Jika struktur organisasi sesuai dengan perubahan yang diusulkan di dalam strategi, dan ini menunjukkan organisasi yang kuat. Namun, bila struktur organisasi tidak sejalan dengan formulasi strategi yang telah ditetapkan akan sulit untuk diimplementasikan sehingga organisasi dalam kondisi yang sangat lemah.

2. Mekanisme Kepemimpinan

Dalam konteks manajemen strategi, kepemimpinan strategis adalah kemampuan dalam mengantisipasi setiap permasalahan yang terjadi, memiliki visi, mampu mempertahankan fleksibelitas organisasi, dan dapat memberikan atau

9

Agustinus Sri Wahyudi, ManajemenStrategikPengantarProsesBerfikirStrategik, (Jakarta:

(25)

mendelegasikan kuasa kepada orang lain untuk menciptakan perubahan strategis yang perlu.10

3. Budaya Organisasi

Setiap organisasi memiliki budaya yang terbentuk. Keberadaan sebuah budaya dalam organisasi sangat memberikan peran penting bagi kelangsungan hidup organisasi dan dalam pelaksanaan strategi organisasi. Budaya dapat menjadi pengikat sekaligus motivator rasa kebersamaan para anggota organisasi melalui pemahaman yang sama tentang tata cara dan batasan perilaku dalam berorganisasi.11

Artinya, setiap perusahaan akan membentuk budayanya sendiri yang berbeda dengan organisasi lain. Begitu pula budaya merupakan komponen yang menyebabkan suatu organisasi dapat diimplementasikan pada suatu organisasi, sementara strategi tersebut tidak dapat diimplementasikan pada organisasi lain dengan kondisi yang relative sama. Budaya suatu organisasi merupakan sikap dan nilai-nilai, gaya manajemen dan kebiasaan mengambil keputusan dari orang-orang yang ada didalam organisasi.

Oleh sebab itu, budaya suatu organisasi harus tercipta sejak awal berdirinya organisasi seiring dengan penetapan struktur, misi, tujuan, dan berbagai harapan yang diinginkannya.

10

Amirullah dan Sari Budi Cantika, Manajemen Stratejik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002),

cet. Ke-1, h.165

11

(26)

C. Evaluasi Strategi

Tahap organisasi dalam organisasi adalah evaluasi strategi. Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah:12

1. Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi.

Adanya perubahan faktor eksternal seperti tindakan yang dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau aktifitas implementasi yang buruk dapat berakibat pula bagi hasil yang akan dicapai.

2. Mengukur Prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan) menyelidiki dari rencana, mengevaluasi prestasi individual dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan.

B. Marketing

1. Pengertian Marketing

Marketing menurut kamus Oxford adalah bagian dari bisnis yang berhubungan dengan periklanan, penjualan dan pendistribusian barang.13 Menurut American Marketing Associaton14, pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi, pendistribusian barang dan jasa dan ide-ide untuk menciptakan pertukaran dengan kelempok tertentu, dimana proses ini dapat memuaskan pelanggan dan tujuan perusahaan.

Sofan Assuari, Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan Strategi, (Jakarta: Rajawali,

(27)

Philiph Kotler mendefinisikan pemasaran sebagai sebuah proses social dan manajerial dimana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui proses penciptaan, penawaran dan pertukaran produk-produk atau value dengan pihak lainnya.15

Definisi ini berdasarkan konsep-konsep inti yaitu kebutuhan, keinginan dan permintaan, produk-produk (layanan, barang-barang dan ide), value, biaya dan kepuasan, pertukaran dan transaksi hubungan dan jaringan, pasar dan para pemasar serta prospek.

Menurut Hermawan Kertajaya, pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis strategi yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan nilai dari suatu inisiator kepada stakeholdersnya.16

Pemasaran adalah perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi, pendistribusian barang atau jasa, dan ide untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok yang dituju dimana proses ini dapat memuaskan pelanggan dan tujuan perusahaan.17

Dua tujuan utama pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai supersior dan mempertahankan pelanggan saat ini dengan memberikan kepuasan.

15

Philip Kotler and Amstrong, Dasar-dasar pemasaran, alih bahasa Alexander Sindoro,

(Jakarta: PT. Indeks, 2004), hal. 7

16

Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syari’ah Marketing, (Jakarta: Mizan,

2006), hal. 26

17

Philip Kotler and Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, alih bahasa: Damos Sihombing,

(28)

Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pemasaran adalah cara atau proses untuk mendistribusikan barang atau jasa dari produsen kepada para konsumen untuk kepuasan para pelanggan.

2. Prinsip-prinsip Marketing

Saat ini system ekonomi syariah sedang berkembang dan menjadi alternatife bagi masyarakat yang sudah jenuh dengan system ekonomi kapitalis yang mengutamakan kekayaan dan pribadi dan berdampak pada ketidakmerataan distribusi kekayaan.

Untuk menjadi perusahaan yang berbasis syari’ah, budaya perusahaan tentu

haruslah berdasarkan nilai-nilai Islami. Institusinya pun harus mengimplementasikan prinsip-prinsip syari’ah.

Hermawan Kertajaya dalam bukunya menjelaskan ada tujuh belas prinsip-prinsip pemasaran syari’ah yang harus ada dalam perusahaan yang berbasis syari’ah.

Ada tujuh belas prinsip-prinsip yang harus menjadi pedoman bagi perusahaan yang berbasiskan syari’ah. Ketujuh belas prinsip itu adalah sebagai berikut:

1) Teknologi Informasi untuk menuju perubahan yang nyata (Teknoligi information technology allows us to be transparent (change))

2) Bersaing secara sehat (Be respectful to your competitors)

(29)

4) Menjadikan nilai-nilai spiritual sebagai prinsip dasar perusahaan (develop a spiritual-based organization (company))

5) Melihat target pasar secara keseluruhan (View market universally (segmentation)) 6) Membidik hati dan jiwa calon konsumen (Target customer’s heart and soul

(targeting))

7) Membangun system kepercayaan (Build a belief system (positioning))

8) Diferensiasi yang berbeda dalam kontek dan konten (Differ yourself with a good package of content and context (diferensiation))

9) Jujur dalam membentuk bauran pemasaran (Be honest with your 4P (marketing mix))

10)Menerapkan ukhwah sebagai dasar dalam penjualan (Practice a relationship-based selling (selling))

11)Karakter merek yang Islami (Use aspiritual brand character (brand))

12)Perubahan yang lebih baik dalam pelayanan (Service should have the ability to transform (services))

13)Menerapkan proses bisnis yang amanah (Practice a reliable business process (process))

14)Membangun nilai yang baik dimata konsumen (Create value to your stake holders (scorecard))

(30)

16)Menjadikan budaya perusahaan yang beretika (Develop an ethical corporate culture (culture))

17)Pengukuran yang jelas dan transparan (Measurement must be clear and transparent (instution))18.

Empat prinsip pertama yang terdiri dari change, competitor, customer dan company menjelaskan lanskap bisnis syari’ah, sedangkan company merupakan faktor

internal yang penting dalam proses pembuatan strategi.

Prinsip lima sampai tigabelas menerangkan Sembilan elemen dari arsitektur bisnis strategis, yang terbagi dalam tiga paradigma yaitu: Syari’ah Marketing

Strategy untuk memenangkan mind share, Syari’ah Marketing Tactic untuk

memenangkan market share dan Syari’ah Marketing Value untuk memenangkan heart-share.

Kemudian tiga prinsip terakhir adalah prinsip-prinsip yang membahas soal inspirasi (inspiration), budaya (culture) dan institusi (institution). Ketiganya disebut Enterprise.

Berdasarkan definisi pemasaran dalam persfektif Islam, maka kata kunci dalam pemasaran syari’ah adalah bahwa dalam seluruh proses, baik dalam proses

penawaran maupun proses perubahan nilai tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah dalam Islam, yaitu19:

1) Berprilaku baik dan simpatik

18

Hermawan Kertajaya., Op., Cit, hal 151

19

(31)

2) Bersikap melayani dan mempermudah 3) Bersaing secara sehat

4) Mendahulukan sikap tolong menolong 5) Jujur dan tidak curang

3. Konsep Marketing Mix

Dalam dunia pemasaran selalu terkait dengan yang dinamakan marketing mix (bauran pemasaran). Marketing mix adalah deskripsi dari suatu kumpulan alat-alat yang dapat digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi penjualan.20

Kotler dan Armstrong mendefinisikan bauran pemasaran sebagai perangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan, yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Kemungkinan yang banyak itu dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Kemungkinan yang banyak itu dapat digolongkan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal dengan “empat P” : Product, Price, Place, dan Promotion (Produk, harga, distribusi, promosi).21 Empat P dalam marketing mix yaitu:

20

Firdaus NH dkk, Dasar & Strategi Pemasaran Syariah, (Jakarta: Renaisan, 2005)., h. 22

21

(32)

1) Product (Produk)

Menurut Philip Kotler “Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar

untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan, atau untuk dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan.”22

Dalam definisi secara luas produk meliputi objek secara fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, ide, atau bauran dari semua bentuk-bentuk tadi.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produk adalah sesuatu yang ingin dimiliki oleh konsumen. Produk biasanya digunakan untuk dikonsumsi baik untuk kebutuhan rohani maupun jasmani. Untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan akan produk, maka konsumen harus mengorbankan sesuatu sebagai balas jasanya.

Dalam perspektif syariah produksi merupakan sesuatu yang penting. Al-Qur’an menggunakan konsep produksi barang dalam arti yang sangat luas. Tekanan

Al-Qur’an diarahkan pada manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan hidup manusia. Berarti barang itu harus diproduksi untuk kebutuhan manusia, bukan untuk memproduksi barang-barang mewah secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia.

Islam juga mengajarkan untuk memperhatikan kualitas dan keberadaan produk tersebut. Islam melarang jual beli suatu produk yang belum jelas (gharar) bagi pembeli. Pasalnya di sini berpotensi terjadinya penipuan dan ketidakadilan terhadap salah satu pihak.

22

Kotler dan Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta, Erlangga, 2001) Jilid I ed.

(33)

Selain keberadaan suatu produk, Islam juga memerintahkan untuk memperhatikan kualitas produk. Barang yang dijual harus terang dan jelas kualitasnya, sehingga pembeli dapat dengan mudah memberi penilaian.23

Setiap produk yang diluncurkan ke pasar tidak selalu mendapat respon yang positif. Bahkan cenderung mengalami kegagalan jauh lebih besar dibandingkan keberhasilannya. Untuk mengantisipasi agar produk yang diluncurkan berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peluncuran produk diperlukan strategi-strategi tertentu. Khusus dengan yang berkaitan dengan produk, strategi ini kita kenal dengan nama strategi produk.24

Dalam strategi produk yang harus dilakukan untuk mengembangkan suatu produk adalah:

a) Penentuan logo dan moto. Logo merupakan ciri khas suatu perusahaan sedangkan

moto merupakan serangkain kata-kata yang berisi visi dan misi.

b) Menciptakan merk. Karena jasa memiliki beraneka ragam, maka setiap jasa harus memiliki nama. Tujuannya agar mudah dikenal dan diingat.

c) Menciptakan kemasan. Kemasan merupakan pembungkus suatu produk. Dalam

hal ini kemasan lebih diartikan sebagai pemberian pelayanan atau jasa kepada para nasabah.25

Dalam strategi produk, perusahaan harus dapat melihat produk apa yang lebih dibutuhkan dan diinginkan oleh pembeli sehingga perusahaan dapat memperoleh

23

Firdaus NH dkk, Dasar & Strategi Pemasaran Syariah., h.23

24

Kasmir, Pemasaran Bank., h. 141.

25

(34)

banyak nasabah. Selain itu kualitas dan keberadaan produk juga harus diperhatikan sehingga tidak berpotensi terjadi penipuan.

2) Price (Harga)

Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh suatu produk.26 Dalam konsep Islam, penentuan harga ditentukan oleh mekanisme pasar, yakni bergantung pada kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran. Pertemuan antara permintaan dan penawaran itu harus berlangsung secara sukarela. Ini bermakna tidak ada yang menzalimi dan dizalimi.

Dalam praktik fiqh muamalah, harga mengambil posisi tengah, tidak berlebih-lebihan, tidak pula merendah-rendahkan. Ini berarti bahwa dalam praktik fiqh muamalah harga mestinya harus proporsional.27

Tujuan penentuan harga secara umum adalah:

Pertama, Untuk Bertahan Hidup. Artinya, dalam kondisi tertentu, terutama

dalam kondisi persaingan yang tinggi. Dalam hal ini perusahaan menentukan harga semurah mungkin dengan maksud produk atau jasa yang dipasarkan laku di pasaran.

Kedua, Untuk Memaksimalkan Laba. Tujuan harga ini dengan mengharapkan

penjualan yang meningkat sehingga laba dapat ditingkatkan. Penentuan harga biasanya dapat dilakukan dengan harga murah atau tinggi.

26

Kotler dan Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran., h. 48.

27

(35)

Ketiga, Untuk Memperbesar Market Share. Penentuan harga ini dengan harga

yang murah, sehingga diharapkan jumlah nasabah meningkat dan diharapkan pula nasabah pesaing beralih ke produk yang ditawarkan.

Keempat, Mutu Produk. Tujuan dalam hal mutu produk adalah untuk

memberikan kesan bahwa produk atau jasa yang ditawarkan memiliki kualitas yang tinggi dan biasanya harga ditentukan setinggi mungkin.

Kelima, Karena Pesaing. Dalam hal ini, penentuan harga dengan melihat harga pesaing. Tujuannya adalah agar harga yang ditawarkan jangan melebihi harga pesaing.28

Strategi harga yang dilakukan perusahaan adalah strategi kedua pada bauran pemasaran. Di mana perusahaan sebisa mungkin menawarkan harga yang terendah sehingga lebih banyak menarik minat nasabah. Tetapi dalam Islam harga haruslah proporsional tidak boleh terlalu tinggi tidak boleh terlalu rendah.

3) Place (Distribusi)

Dalam sektor jasa, distribusi didefinisikan sebagai setiap sarana yang meningkatkan keberadaan atau kenikmatan suatu jasa yang menambah penggunaannya, baik dengan mempertahankan pemakai yang ada, meningkatkan nilai kegunaannya di antara pemakai yang ada ataupun menarik pemakai baru.29 Sarana-sarana tersebut dapat berupa kantor pusat, kantor cabang, dan lain-lain yang dapat memudahkan nasabah untuk memperoleh manfaat dari jasa perusahaan tersebut.

28

Kasmir, Pemasaran Bank., h. 153-154.

29

(36)

Distribusi termasuk aktivitas perusahaan untuk membuat produk tersedia bagi konsumen sasaran. Setiap perusahaan haruslah memiliki pandangan saluran distribusi keseluruhan terhadap masalah distribusi dari produknya ke pemakai akhir. Dalam usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan di bidang pemasaran, setiap perusahaan melakukan kegiatan penyaluran. Penyaluran merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ke tangan si pemakai atau konsumen pada waktu yang tepat.

Dalam kegiatan distribusinya perusahaan dapat memperhatikan, pertama, kantor pusat pemasaran, yaitu departemen ekspornya atau divisi yang membuat keputusan mengenai saluran distribusi dan elemen-elemen bauran pemasaran lainnya. Kedua, mengenai jenis-jenis perantaranya, yaitu agen, perusahaan perdagangan dalam hal ini adalah kantor cabang yang mudah dijangkau oleh masyarakat dapat mempermudah pendistribusian produk yang ditawarkan kepada nasabah.30

Dalam strategi distribusi tempat yang mudah dijangkau oleh nasabah merupakan hal yang penting. Karena dapat menghemat waktu dan biaya dalam menjangkau kantor atau perusahaan yang menawarkan suatu produk yang dibutuhkan oleh nasabah.

30

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan

(37)

4) Promotion (Promosi)

Promosi merupakan cara langsung atau tidak langsung untuk mempengaruhi konsumen agar lebih suka membeli merk barang tertentu.31 Kata ”promosi’ berkonotasi arus informasi satu arah, sedangkan komunikasi marketing lebih menekankan interaksi dua arah. Konsekuensinya, promosi dipersepsikan sebagai bentuk komunikasi yang bersifat masal, sedangkan komunikasi marketing lebih bersifat personal dan individual. Meskipun begitu, antara

Dalam Islam mempromosikan suatu barang diperbolehkan. Hanya saja dalam berpromosi tersebut harus mengedepankan faktor kejujuran dan menjauhi penipuan. Di samping itu, metode yang dipakai dalam promosi tidak bertentangan dengan syariah Islam.32

Secara garis besar ada tiga macam sarana promosi yang dapat digunakan oleh perusahaan, yaitu:33

Pertama, Periklanan (Advertising). Merupakan promosi yang dilakukan dalam

bentuk tayangan atau gambar atau kata-kata yang tertuang dalam spanduk, brosur, Koran, majalah, televisi, atau radio.

Kedua, Publisitas (Publicity). Merupakan promosi yang dilakukan untuk

meningkatkan citra perusahaan di depan para calon nasabah atau nasabahnya melalui kegiatan sponsorhip terhadap suatu kegiatan amal atau sosial.

31

Murti Sumarni, Marketing Perbankan, (Yogyakarta : Liberty, 1997), h. 208

32

Firdaus, Dasar & Strategi Pemasaran Syariah, h. 27

33

(38)

Ketiga, Penjualan Pribadi. Merupakan promosi yang dilakukan melalui pribadi-pribadi karyawan setempat dalam melayani serta ikut mempengaruhi nasabah.

Strategi promosi adalah sesuatu yang dapat memperkenalkan atau mensosialisasikan produk yang ditawarkan suatu perusahaan melalui berbagai macam media dan cara. Tetapi dalam mempromosikan suatu produk harus mengedepankan kejujuran dan menjauhi unsur penipuan.

C. Pembiayaan

a. Pengertian Pembiayaan

Banyak definisi yang dikemukakan oleh para pakar mengenai pembiayaan, dan pengertian tersebut pada dasarnya tidaklah berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Menurut Syafi’i Antonio, pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu

pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.34 Pengertian lain menyebutkan, pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan bank Islam kepada masyarakat yang membutuhkan dana yang telah dikumpulkan oleh bank Islam dari masyarakat yang surplus dana.35 Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah pemberian dana oleh bank kepada nasabah yang membutuhkan.

(39)

Secara garis besar produk pembiayaan syariah terdiri dari 3 kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu sebagai berikut :

1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang yang dilakukan dengan prinsip jual beli.

2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan dengan prinsip sewa-menyewa.

3) Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan untuk mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.36

1. Pembiayaan Musyarakah a. Pengertian Musyarakah

Istilah lain yang digunakan untuk musyarakah adalah sharikah atau syirkah. Musyarakah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan partnership. Sedangkan lembaga-lembaga keuangan Islam menerjemahkannya dengan istilah participation financing.37 Syirkah dari segi bahasa berarti percampuran (al-ikhtilath), yaitu

penggabungan dua bagian atau lebih yang tidak bisa dibedakan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Sedangkan menurut syara’, syirkah adalah transaksi antara

dua orang atau lebih yang kedua-duanya sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dengan tujuan mencari keuntungan.38

36

Hasanudin Rahman Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi (The Bankers Hand

Book), (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005), h. 68.

37

Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan

Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999), h. 57.

38

Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, Perbankan Syariah: Perspektif

(40)

Musyarakah adalah akad kerjasama diantara para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka untuk mencari keuntungan. Mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank.39

Dalam definisi lain disebutkan secara lebih sederhana, musyarakah adalah akad kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dan masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.40

Dari beberapa definisi musyarakah yang dikemukakan di atas pada dasarnya tidaklah jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa musyarakah adalah akad kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

b. Landasan Hukum Musyarakah

Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, (Jakarta: Salemba

Empat, 2002).

40

(41)

Artinya: ”…Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, dan amat sedikitlah mereka ini…" (QS. Shaad /38 : 24)

Penggalan ayat Al-Qur’an ini mendukung keberadaan prinsip musyarakah, dimana setiap partner dalam bisnis haruslah mempunyai akhlak yang baik pada saat melakukan usaha bisnisnya. Ayat ini mencela perilaku orang-orang yang berkongsi atau berserikat dalam berdagang dengan menzalimi sebagian dari mitra mereka. Kedua ayat di atas menunjukkan perkenaan dan pengakuan akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja berbeda dengan QS. Annisa: 12 yang perkongsiannya terjadi secara otomatis, dalam QS. Shaad: 24 perkongsian terjadi atas dasar akad (Ikhtiyari).

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah SWT berfirman : Aku adalah pihak ketiga dari dua pihak yang berkongsi selama salah satunya tidak mengkhianati mitranya, karena apabila salah seorang berkhianat, aku keluar dari perkongsian mereka.” (HR. Abu Dawud, al-Hakim, al-Baihaqi dan ad-Daruquthni)41

Hadist Qudsi di atas menunjukkan kecintaan Allah SWT kepada hamba-hambanya yang melakukan perkongsian selama saling menjunjung tinggi amanat kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan. Allah akan memberikan bantuan dalam

41

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Koleksi Hadis-hadis Hukum, (Semarang: PT

(42)

kemitraan ini dan menurunkan berkah dalam perniagaan mereka. Jika keduanya atau salah satu dari keduanya telah berkhianat, maka Allah meninggalkan mereka dengan tidak memberikan berkah dan pertolongan sehingga perniagaan itu merugi.42

3) Ijma

Para ulama sepakat bahwa secara umum melakukan syirkah diperbolehkan dan tidak ada yang menolak legitimasi al-musyarakah meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai unsur di dalamnya.43

2. Pembiayaan Mudharabah a. Pengertian Mudharabah

Mudharabah adalah salah satu bentuk kerjasama dalam lapangan ekonomi, yang biasa pula disebut qiradh yang berarti al-qath’ (potongan). Kata mudharabah berasal dari akar kata dharaba pada kalimat al-dharb fi al-ardh, yakni bepergian untuk urusan dagang. Secara bahasa, menurut Abdurrahman al-Jaziri, mudharabah berarti ungkapan terhadap pemberian harta dari seorang kepada orang lain sebagai modal usaha dimana keuntungan yang diperoleh akan dibagi diantara mereka berdua, dan apabila rugi akan ditanggung oleh pemilik modal.44

Mudharabah berdasarkan ahli fiqih merupakan suatu perjanjian dimana seseorang memberikan hartanya kepada orang lain berdasarkan prinsip dagang

BI dan Tazkia Institute, 1999), h. 143-144.

44

Helmi, Karim. Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997). Ed. I, cet ke 2,

(43)

dimana keuntungan yang diperoleh akan dibagi berdasarkan proporsi yang telah disetujui, seperti ½ dari keuntungan atau 1/3 dan sebagainya.45 Sedangkan secara teknis al-Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua menjadi pengelola.46

b. Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah

Secara umum landasan dasar syariah al-Mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha.47

Hal ini tampak dari ayat berikut ini:

… sebagian karunia Allah….” (Q.S. Al-Muzammil : 20)

Berdasarkan ayat Al-Qur’an diatas, dapat kita ketahui bahwa kata “yadhribuuna fil’ardh” mengandung arti bahwa mencari karunia Allah dapat

dilakukan secara mudharabah dan hukumnya adalah boleh dan sah, karena sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dengan tidak merugikan salah satu pihak, dalam arti salah seorang diantara yang berakad tidak berbuat curang untuk mendapatkan nisbah yang tidak sesuai kesepakatan.

45

Muhammad, Muslaehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

1994). Cet ke 2, h. 63

46

Aries, Mufti dan M Syakir Sula, Amanah Bagi Bangsa, (Jakarta: MES, 2006), h.64

47

Syafi’I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Bogor : Tazkia Institute, 2001),

(44)

c. Jenis-jenis Mudharabah

Secara umum mudharabah terbagi kepada dua jenis, yaitu: Mudharabah Muthlaqah dan Mudharabah Muqayyadah.

a) Mudharabah Muthlaqah

Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat)48 adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam bahasa fiqih ulama Salaf ash Shalih seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke

mudharib yang memberikan kekuasaan sangat besar.49 b) Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah Muqayyadah (investasi terikat)50 atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan jenis usaha, waktu dan tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.51

48

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah: Strategi Memaksimalkan Return dan Meminimalkan Resiko Pembiayaan di Bank Syariah sebagai Akibat Masalah Agency, h. 48

(45)

3. Pembiayaan Murabahah a. Pengertian Murabahah

Secara bahasa kata Murabahah berasal dari kata dasar (rabaha) yang berarti beruntung. Jadi pengertian murabahah secara bahasa adalah saling beruntung atau saling menguntungkan.

Bai’al Murabahah adalah prinsip bai’ (jual beli) dimana harga jualnya terdiri

dari harga pokok barang ditambah nilai keuntungan (ribhun) yang disepakati. Pada murabahah penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil.52

Menurut ibnu Rusyd dalam kitab Bidyatul Mujtahid wa nihayah al Muqtasid, murabahah ialah jika penjual menyebutkan harga pembelian barang pada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnya keuntungan dalam jumlah tertentu, dinar atau dirham.53

Sedangkan menurut praktisi perbankan yang selama ini dikenal aktif dalam dunia perbankan syariah, Muhammad Syafi’I Antonio menjelaskan bahwa

murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan

52

Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul

Hakim,2003), h.39

53

Ibnu Rusyd, Bidyatul Mujtahid wa nihayah al Muqtasid, (Beirut: Dar-el Fikri,1995), juz 2,

(46)

yang disepakati. Dalam murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.54

4. Ijarah

Ijarah secara bahasa berarti upah dan sewa. Jasa atau imbalan. Ia sesungguhnya merupakan transaksi yang memperjual-belikan manfaat suatu harta benda. Transaksi ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah yang banyak dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

5. Rahn

Rahn (gadai) yaitu sebuah akad piutang yang disertai dengan jaminan (atau agunan). Sesuatu yang dijadikan sebagai jaminan disebut marhun, pihak yang menyerahkan jaminan disebut rahin, sedangkan pihak yang menerima jaminan disebut murtahin.

6. Qardul Hasan

Qardul Hasan yaitu pembiayaan lunak yang diberikan kepada anggota untuk pengembangan usaha tanpa dikenakan pembagian keuntungan.

54

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Tazkia

(47)

38

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Singkat Berdirinya BMT Ta’awun

Pada saat kondisi ekonomi yang tidak menentu pasca krisis moneter, mulai muncullah beberapa gagasan/pemikiran untuk mereformasi dunia usaha dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang berbasis usaha mikro.

Langkah untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan sangat penting, terbukti dengan penyerapan tenaga kerja dalam menggerakkan aktivitas ekonomi nasional, serta banyak berdiri dan berkembangnya lembaga keuangan yang mngembangkan usaha kecil dan menengah salah satunya adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) yang peranannya mulai dirasakan oleh masyarakat.

Kehadiran BMT Ta’awun sebagai lembaga Mikro Syari’ah yang berlokasi di

(48)

39

lembaga ini tidak akan berfungsi secara optimal bila tidak didukung oleh semua pihak.

BMT didirikan oleh Bapak Abdul Hoir selaku ketua yayasan Ta’awun dengan

modal awal pendirian sebesar Rp 92.751.700 dan asset perusahaan senilai Rp 194.026.901 dengan jumlah karyawan sebanyak 6 orang. Dan pada tahun 2008 modal BMT Ta’awun meningkat menjadi RP 11.249.872.446 dan asset perusahaan senilai

Rp 3.496.262.384 dengan jumlah karyawan sebanyak 16 orang. Kehadiran BMT Ta’awun telah memberikan harapan bagi rakyat kecil untuk mengembangkan dan

meningkatkan usaha kearah yang lebih baik. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui lembaga ini sebagai salah satu pilihan terbaik dalam bermuamalah.

B. Visi dan Misi BMT Ta’awun

Sesuai dengan visi yang selama ini dipegang teguh oleh BMT Ta’awun, yaitu menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang professional dan amanah, menegakkan perekonomian umat dengan mensosialisasikan konsep ekonomi Islam, meningkatkan profesionalisme dalam pengelolaan zakat, dan meningkatkan kesadaran berzakat bagi para muzakki serta membangun kemandirian para mustahiq, BMT Ta’awun berusaha untuk mewujudkan misinya, yaitu:

1. Memperkenalkan konsep ekonomi Islam pada masyarakat luas.

(49)

40

C. Struktur Organisasi a) Pengurus

1. Ir. Hilwin Manan 2. Ir. Edy Supriyanto 3. Abdul hoir

b) Dewan Pengawasan Syariah 1. Ir. Deni Hadiana

2. Ust. H. Mashyuri Husein S.Ag c) Dewan Pengawas Management

1. Ir. Muhammad Agustiono MM 2. Ir. Hariyanti Soeroso

d) GM BMT Ta’awun : Subandikot Amd

e) Manager Marketing/Pembiayaan : Abdul Kodir, SHI f) Manager Operasional/Manager Keuangan : Syahruddin, S.Kom g) Kabag Baitul Maal : Irfan Abdulloh h) Kabag Pembiayaan : Kamaluddin Nazuli

i) Sekum : Dian Amrulloh

j) A/O : Agung Kurniawan

(50)

41

Irwansyah, S.Pd Iim Iman Nudin

k) OB : Slamet Arianto

Agar pengelolaan BMT dapat dilakukan seoptimal mungkin maka pengurus menunjuk pengelola untuk mengelola BMT. Untuk itu disusun struktur organisasi BMT Ta’awun yang bertolak dari kebutuhan untuk mewujudkan penguatan BMT.

Adapun tugas-tugas pengurus antara lain: Menunjuk para pengelola BMT

1. Membuat keputusan yang berhubungan dengan pihak luar BMT 2. Melihat peluang-peluang yang ada untuk pengembangan BMT 3. Membuat kebijakan kepegawaian BMT

4. Mengangkat para pengelola BMT

5. Membuat kebijakan BMT dalam hal pengawasan, kepegawaian, keuangan, marketing dan operasional.

Dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di BMT Al-Karim maka pengurus berusaha menghindari overlapping kebijakan, sehingga lebih mengutamakan pemecahan masalah yang bersifat bottom up. Di mana para pengurus mengumpulkan pendapat para staf dalam melihat masalah yang ada kemudian memutuskan pemecahan masalah tersebut bersama-sama para pengelola. Karena pada dasarnya BMT Ta’awun dalam menjalankan BMT adalah berdasarkan pengalaman di

(51)

42

pengurus harus memperhatikan pendapat para pengelola BMT Ta’awun. Kewenangan para pengurus dalam hal pemberian pembiayaan bagi anggota atau nasabah pembiayaan yang berjumlah antara Rp. 2.000.000,- sampai Rp. 5.000.000,- diberikan harus dengan persetujuan pengurus. Dengan pertimbangan bahwa anggota memenuhi syarat 5C (character, capital, collateral, condition, and capacity) serta untuk menjaga kehati-hatian terhadap pembiayaan bermasalah dan diharapkan agar tingkat likuiditas BMT tetap terjaga. Proses pemantauan dan evaluasi dilakukan melalui rapat evaluasi yang dilakukan sebulan sekali oelh seluruh pengurus pengelola BMT Ta’awun.

D. Produk-Produk BMT Ta’awun

Kegiatan jasa keuangan yang dikembangkan oleh BMT berupa penghimpunan dana dan menyalurkannya melalui kegiatan pembiayaan untuk anggota maupun non anggota. Kegiatan ini dipersamakan secara operasional dengan kegiatan simpan pinjam dalam koperasi atau kegiatan perbankan secara umum. Namun demikian, karena BMT merupakan lembaga keuangan Islam, maka BMT dapat dipersamakan dengan syari’at Islam. Hal ini juga terlihat dari produk-produk jasanya yang kurang

lebih sama dengan yang ada dalam perbankan Islam.1

Secara garis besar produ-produk BMT Ta’awun terbagi atas dua bagian, yaitu produk simpanan dan produk pembiayaan.

a. Produk Simpanan

1

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga keuangan, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 1999), cet

(52)

43

Yaitu Titipan yang tidak menanggung risiko kerugian, serta pihak BMT akan memberikan profit kepada penabung sejumlah tertentu dari bagi hasil yang didapat BMT dalam menyalurkan pembiayaan kepada nasabah yang diperhitungkan secara harian dan dibayar setiap bulan. Penabung akan mendapatkan buku tabungan untuk mencatat transaksi dan baki.2

Pada BMT Ta’awun produk simpanan ini terbagi dalam 5 jenis, yaitu:

1) Simpanan Ta’awun

Adalah simpanan nasabah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Tabungan ini menggunakan konsep mudharabah, dimana dana akan dikelola BMT agar mendapatkan keuntungan dengan system bagi hasil, dan setoran awal minimal Rp 20.000,-.

2) Simpanan Pendidikan

Adalah simpanan untuk pembiayaan mulai TK sampai dengan Perguruan Tinggi, yang penarikannya hanya dapat diambil sepekan sebelum tahun ajaran baru, tengah kwartal, dan kenaikan kelas. Tabungan ini berguna untuk pendidikan sekolah dan kuliah, dan penyetorannya dapat dilakukan setiap hari kerja dengan setoran awal minimal Rp 10.000,-.

2

(53)

44

3) Simpanan Idul Fitri

Tabungan ini sengaja dilakukan semata-mata untuk memenuhi keperluan hari raya Idul Fitri yang penarikannya hanya dapat dilakukan menjelang hari raya Idul Fitri dengan setoran awal minimal Rp. 10.000,-.

4) Simpanan Qurban

Merupakan simpanan untuk keperluan ibadah, membantu nasabah dalam menyalurkan hewan qurban kepada mustahik dan membuka kesempatan untuk satu keluarga melaksanakan ibadah qurban yang penarikannya hanya dapat dilakukan saat menjelang hari raya Idul Adha. Setoran awal minimal Rp. 10.000,-.

5) Deposito

Simpanan ini adalah investasi secara syari’ah yang dapat ditarik berdasarkan

jangka waktu tertentu setelah jatuh tempo (1,3,6 dan 12 bulan) atau menurut perjanjian dengan BMT Ta’awun. Dana tersebut akan dikelola BMT untuk

mendapatkan keuntungan sesuai dengan kesepakatan. b. Produk Pembiayaan

(54)

45

dipersamakan dengan itu. Pada BMT Ta’awun produk pembiayaan yang

disalurkannya adalah:

1. Musyarakah (Penyertaan Modal) yaitu pembiayaan berupa penyertaan modal

oleh BMT yang diberikan kepada anggota dari jumlah keseluruhan. Pihak BMT dapat dilibatkan dalam pengelolaan jika diperlukan.

2. Mudharabah (Modal Kerja) yaitu pembiayaan yang seluruh permodalannya dibiayai oleh BMT yang pengelolaannya diserahkan kepada anggota dan pihak BMT berhak ikut campur dalam mengurus manajemen.

3. Murabahah adalah salah satu jenis produk pembiayaan dengan system jual beli syari’ah, teknisnya dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang

(pembiayaan) ditambah keuntungan (margin) yang disepakati, sementara pembayaran bisa dilakukan dengan tunai, tangguh, ataupun dicicil

4. Ijarah (sewa) yaitu penyediaan barang oleh BMT, yang pada awalnya transaksi ini berbentuk sewa namun setelah lunas barang menjadi milik nasabah.

5. Qardul Hasan yaitu pembiayaan lunak yang diberikan kepada anggota untuk

pengembangan usaha tanpa dikenakan pembagian keuntungan. E. Prosedur Pengajuan Pembiayaan

(55)

46

semua persyaratan untuk pengajuan pembiayaan tersebut selanjutnya pihak pengelola BMT akan melakukan analisis kelayakan usaha dengan berbagi pertimbangan melalui sirkulasi pembiayaan dan prosedur pelepasan pembiayaan. Sirkulasi prosedur pembiayaan itu adalah:

1. Anggota (nasabah) yang mengajukan pembiayaan melengkapi permohonan pembiayaan yaitu berupa foto cofy kartu tanda penduduk (KTP), surat keterangan domisili, serta surat jaminan (jika ada).

2. Staf marketing memberikan permohonan pembiayaan yang diminta dari administrasi pembiayaan kepada nasabah.

3. Calon nasabah mengisi permohonan pembiayaan dan menyerahkan kelengkapan pengajuan pembiayaan kepada staf marketing.

4. Staf marketing memberikan permohonan pembiayaan yang telah diisi oleh calon nasabah kepada bagian administrasi pembiayaan untuk dicatat di buku realisasi pembiayaan.

5. Staf marketing melakukan analisis kelayakan usaha terhadap nasabah.

6. Staf marketing melaporkan pembiayaan tersebut kepada kepala bagian marketing untuk mendapatkan persetujuan. Persetujuan ini disesuaikan dengan besarnya pembiayaan, yaitu:

(56)

47

d. Pembiayaan Rp 2.000.000-Rp 3.000.000 : disetujui pengurus e. Pembiayaan > Rp 3.000.000,- : disetujui pengawas

7. Apabila berdasarkan analisis kelayakan usaha tersebut permohonan pembiayaan disetujui, akan disusun penjadwalannya sesuai kebutuhan. Seluruh realisasi selanjutnya dilengkapi dengan surat perjanjian dan pengakuan harga kuitansi dan kartu pendukung/angsuran. Jika permohonan tersebut ditolak maka data permohonan di serahkan kepada calon nasabah atau dikumpulkan sebagai arsip. 8. Seluruh staf perjanjian dan pengeluaran harga serta kuitansi yang sudah sah harus

dikumpulkan kepada bagian administrasi pembiayaan untuk dijadikan arsip. 9. Seluruh data yang telah direalisasikan pembiayaannya oleh kepala bagian

keuangan, segera dikembalikan ke bidang administrasi pembiayaan untuk dicatat dalam data anggota pada buku realisasi pembiayaan.

Mengenai pembiayaan-pembiayaan yang harus disetujui oleh pengurus dan pengawas yakni pembiayaan diatas Rp 2.000.000,- maka pertimbangannya adalah3: 1. Untuk memenuhi peraturan misalnya 5C (Character, Capacity, Capital,

Collateral, Condition).

2. Untuk menjaga likuiditas BMT

3. Untuk kehati-hatian apabila kredit macet

Tindakan-tindakan yang diambil oleh pengurus apabila terjadi kredit macet bagi nasabah yang mengajukan pembiayaan adalah melalui persuasive serta

3

(57)

48

kebijakan keringanan. Misalnya, waktu angsuran diperpanjang dan bagi hasil diperkecil dengan membuat surat penawaran baru atau akad baru yang dibuat oleh nasabah. Bagi nasabah yang sudah melakukan akad baru jika akan mengajukan permohonan pembiayaan maka permohonannya akan sangat dipertimbangkan kelayakannya tidak semudah pada saat mengajukan permohonan pada sebelumnya4.

Pertimbangan utama yang digunakan BMT Ta’awun dalam memberikan pembiayaan adalah5:

1. Pertimbangan ekonomis, yaitu melakukan analisa kelayakan usaha, dimana pengelola BMT dalam memberikan pembiayaan kepada anggota didasarkan kepada kebutuhan modal para anggota dan kemampuannya dalam mengembalikan atau membayar angsuran pembiayaan.

2. Karakter peminjam, hal ini diperoleh dari informasi anggota lain jika ia anggota baru dan pengalaman angsuran pembiayaan sebelumnya jika ia anggota lama. 3. Analisis pasar, yaitu pengelola dalam memberikan pembiayaan kepada anggota

melihat segmentasi pasar, potensi pasar, pesaing anggota dan lokasi atau tempat usaha anggota.

4. Pertimbangan kemanusiaan dan social, misalnya membantu pedagang dari jeratan rentenir atau pinjaman dari lembaga lain yang memberatkan pedagang.

4

Ibid

5

(58)

49

F. Sistem Pembayaran Cicilan Pembiayaan

Strategi yang dilakukan oleh BMT Ta’awun dalam pengembalian atau

penarikan cicilan pembiayaan adalah:

1. Proaktif atau jemput bola atau door to door atau pick up service yaitu petugas (staf marketing) mendatangi para anggota untuk mengambil angsuran dan tabungan anggota.

2. Nasabah datang sendiri ke kantor BMT Ta’awun untuk melakukan pembayaran cicilan pembiayaan.

Adapun tipe cicilan pembiayaan yang akan dibayarkan oleh nasabah, pihak BMT Ta’awun menggunakan tiga model tipe cicilan yaitu:

1. Harian 2. Mingguan 3. Bulanan

(59)

50

datang. Karena dengan hubungan psikologi yang dekat dan informal dengan anggota, maka staf marketing akan cepat mengetahui masing-masing karakteristik para anggota (nasabah) yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pemberian-pemberian pada masa berikutnya.

(60)

51

Bebarapa hal yang menyebabkan pembiayaan bermasalah adalah karakter anggota, kondisi usaha anggota dan kondisi ekonomi makro, serta musibah yang dialami oleh anggota atau keluarganya seperti sakit, kecelakaan atau meninggal dunia dan kejadian lainnya seperti musibah kebakaran atau kebanjiran yang sangat berdampak bagi usaha anggota.

G. Langkah-langkah Marketing Produk Pembiayaan BMT Ta’awun Perkembangan BMT saat ini patut kita syukuri, karena dapat dilihat semakin banyak masyarakat yang melakukan transaksi melalui BMT. Namun pertumbuhan ini tidak hanya dapat dilihat dari tingginya minat masyarakat.

Melihat dari tingginya minat masyarakat terhadap BMT, maka BMT harus menyikapi dengan baik. Oleh karenanya BMT dapat melakukan pengenalan produk-produk yang di tawarkan sehingga memiliki daya tarik kepada nasabah maupun calon nasabah untuk mengetahui lebih jauh tentang produk-produk BMT.

Menyikapi semakin berkembangnya BMT saat ini, khususnya BMT Ta’awun maka BMT Ta’awun memiliki langkah-langkah atau proses marketing tersendiri

untuk dapat mengembangkan dan mengenalkan produk-produknya agar dapat lebih dikenal dan dipahami oleh masyarakat sekitar.

(61)

52

ini berhubungan langsung dengan nasabah yang nantinya dapat menilai baik dan buruknya pelayanan yang diberikan BMT. Langkah ini mempunyai tujuan agar dapat dipercayai oleh masyarakat dan ini nantinya dapat membangun citra BMT untuk jangka panjang, baik untuk produk yang dihasilkan.

Adapun langkah-langkah atau metode marketing, dimana metode marketing yaitu proses pengenalan atau proses pemasyarakatan.

Langkah-langkah atau metode sosialisasi tersebut didukung oleh berbagai faktor, yaitu:

1. Pelanggan atau Nasabah

Pelanggan atau nasabah adalah umat Islam yang tersadar akan tuntunan agama. Namun, belum semua pelanggan atau nasabah yang mengetahui banyak tentang seluk beluk BMT Ta’awun. Meskipun demikian, BMT tetap menanamkan

kepercayaan terhadap pelanggan atau nasabahnya. 2. Produk atau Jasa

Dalam hal produk, BMT memberikan produk yang menguntungkan nasabahnya. Produk BMT selalu inovatif yang tidak sama dengan produk-produk Bank Konvensional. Selain produk, BMT Ta’awun pun menawarkan jasa yang meliputi:

a) Transfer On Line & Real Time antar bank.

Gambar

GAMBARAN UMUM

Referensi

Dokumen terkait

Strategi pemasaran yang dilakukan BMT Arsyada Metro yaitu dengan melakukan analisa SWOT dan bauran pemasaran (Marketing Mix). Untuk menawarkan produk pembiayaan Murabahah yaitu

Menyama braya merupakan istilah yang memiliki arti bahwa semua manusia adalah bersaudara atau cara hidup yang memperlakukan orang lain seperti saudara sendiri

Tempat wisata yang baik adalah yang mempunyai alat peraga disetiap wahananya Saya pergi ke tempat wisata yang alat peraganya baru Menurut saya museum tubuh menyediakan sarana

v Perekaman suara alam kebanyakan akan menghasilkan suara analog yang disimpan pada media pita magnetik, namun sekarang sudah banyak alat perekam yang menyimpan suara

Berikut ini adalah teori-teori dasar yang akan digunakan dalam melakukan kustomisasi, seperti sistem yang akan digunakan untuk kegiatan akademik, aplikasi yang

NuSMV selanjutnya akan digunakan untuk memeriksa apakah suatu formula LTL terpeneuhi pada suatu model atau tidak. Pemeriksaan dengan NuSMV akan mengurangi kesalahan yang mungkin

Kalender Tanam Terpadu tersebut merupakan pedoman bagi Dinas Pertanian, penyuluh, dan petani dalam menetapkan pola dan waktu tanam yang tepat, sesuai dengan kondisi iklim di

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan bahwa, (1) Tingkat Penerapan Rakitan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada Usahatani Kedelai di