i Oleh
MONICA SYAMSURYA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi
Pada
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU PERUSAHAAN DENGAN KINERJA USAHA PADA INDUSTRI JASA KURSUS BAHASA INGGRIS
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
Monica Syamsurya
Penentu keberhasilan perusahaan pada industri jasa kursus Bahasa Inggris adalah
jumlah konsumen pada jasa perusahaan, semakin banyak jumlah konsumen maka
semakin banyak berkembang sebuah perusahaan. Jumlah konsumen jasa kursus
Bahasa Inggris di Kota Bandar Lampung pada Tahun 2012 berjumlah 5105 siswa
dengan pangsa pasar tertinggi sebesar 31 persen dimiliki Perusahaan/Lembaga
Kursus LIA.
Ketika Kursus – kursus membuka tawaran dan mampu menggaransi mutu, pilihan
– pilihan masyarakat akan makin banyak. Kesadaran mereka membayar biaya tidak
lagi ditentukan oleh berapa besar yang harus disetor, melainkan berapa baik mutu
produk dan variasi kebutuhan masyarakat. Perusahaan – perusahan pada industri
jasa kursus Bahasa Inggris harus tampil secara diferensiatif, dalam makna mampu
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: ”Apakah kualitas perilaku
perusahaan dan hubungannya dengan kinerja usaha pada industri jasa kursus
Bahasa Inggris di Kota Bandar Lampung”. Tujuan penulisan, ingin mengetahui
hubungan perilaku perusahaan terhadap kinerja usaha pada industri jasa kursus
Bahasa Inggris di Kota Bandar Lampung. Alat analisis yang digunakan adalah
Analisis korelasi parsial antara variabel perilaku dan variabel kinerja menggunakan
Korelasi Pearson (Product Moment)
Korelasi antara Variabel Perilaku dengan Kinerja Industri menggunakan rumus
koefisien korelasi product moment diperoleh r = 0, 961, angka ini menggambarkan
hubungan variabel perilaku dengan variabel kinerja pada industri jasa kursus
Bahasa Inggris sangat kuat. Untuk mengetahui signifikansi nilai koefisien korelasi
tersebut, dilakukan pengujian dengan uji t dimana thitung 7,78 > ttabel2,571 yang
DAFTAR TABEL... i
DAFTAR LAMPIRAN... ii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... .. 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penulisan... 7
D. Kegunaan Penulisan ... 8
E. Kerangka Pemikiran... 8
F. Hipotesis... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Arti dan Pengertian Manajemen Pemasaran ... 13
B. Pengertian Industri ... 18
C. Jasa ... 19
1. Karakterisitik Jasa ... 19
2. Kualitas Jasa... 21
D. Pendidikan... 23
a. Jasa Pendidikan ... 24
b. Pendidikan Luar Sekolah ... 25
E. Struktur Pasar Industri ... 26
a. Persaingan Sempurna ... 28
b. Oligopoli ... 28
c. Monopoli ... 30
d. Monopolistik ... 31
E. Perilaku Perusahaan ... 31
1. Penetapan Harga... 32
2. Promosi ... 32
3. Kebijakan Promosi ... 33
F. Kinerja Perusahaan... 34
G. Hubungan Perilaku terhadap Kinerja Usaha ... 38
D. Alat Analisis... 41
1. Pengukuran Variabel Perilaku... 41
2. Pengukuran Variabel Kinerja... 42
3. Pengukuran Hubungan Antara Variabel Perilaku dan Variabel Kinerja ... 42
IV. HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Perhitungan ... 46
1. Uji Validitas dan Realibilitas ... 46
1.1. Uji Validitas ... 46
1.2. Uji Reliabilitas ... 47
2. Pencapaian Kondisi Ideal Aspek Perilaku Perusahaan ... 47
3. Pencapaian Kondisi Ideal Kinerja Perusahaan... 51
4. Hubungan Variabel Perilaku Terhadap Kinerja Perusahaan... 52
B. Pembahasan Perilaku dan Kinerja Industri ... 53
1. Kebijakkan Pelayanan... 54
2. Kebijakkan Promosi ... 54
3. Penetapan Harga... 55
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 57
B. Saran... 58
Tabel Halaman
1. Nama Perusahaan Jasa Kursus Bahasa Inggris dan
Jumlah Kantor Agen di Bandar Lampung Tahun 2012 ... 3
2. Jumlah Konsumen Kursus Bahasa Inggris... 4
3. Jenis Struktur Pasar Industri ... 27
4. Matrik Evaluasi Perilaku Jasa ... 41
5. Matrik Evaluasi Kinerja ... 42
6. Interpretasi Nilai r ... 43
7. Persentase Fase Pencapaian Kondisi Ideal Perilaku Pelayanan... 47
8. Persentase Fase Pencapaian Kondisi Ideal Perilaku Promosi ... 49
9. Persentase Fase Pencapaian Kondisi Ideal Perilaku Tarif ... 50
10. Persentase Fase Pencapaian Kondisi Ideal Kinerja... 51
Lampiran 1 Daftar Pertanyaan
Lampiran 2 Program dan Tarif Imdustri Jasa Kursus Bahasa Inggris di Kota Bandar Lampung
Lampiran 3 Skor dan Validitas Item Pertanyaan Lampiran 4 Realibilitas Item Pertanyaan
Lampiran 5 Matrik Evaluasi Variabel Perilaku Pelayanan Lampiran 6 Matrik Evaluasi Variabel Perilaku Promosi Lampiran 7 Matrik Evaluasi Variabel Kinerja
Lampiran 8 Hasil Perhitungan
Lampiran 9 Tabel t- Distribution Values
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas
manusia, Oleh karena itu pembangunan pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi
dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Dalam masyarakat
dengan ekonomi industri saat ini, peningkatan kualitas angkatan kerja secara terus
menerus merupakan suatu keharusan. Ini tidak mungkin dilakukan hanya dengan
mengandalkan sistem pendidikan formal saja.
Pendidikan non formal diharapkan berfungsi baik sebagai transisi dari dunia
sekolah ke dunia kerja (transition from school to work) maupun sebagai bentuk
pendidikan sepanjang hayat dan diarahkan terutama untuk meningkatkan
kecakapan hidup dan pembinaan profesionalisme serta kompetensi masyarakat
secara luas. Perkembangan informasi dan teknologi yang demikian pesat
memaksa perubahan dalam segala bidang termasuk bidang pendidikan,
diantaranya pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sejak tahun
2004. Tujuan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia dengan mendorong siswa bukan hanya menghapal,
Misalnya belajar Bahasa Inggris, siswa diharapkan sungguh menjadi kompeten
untuk dapat berbicara dan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris.
Menyadari pentingnya fungsi Bahasa Inggris ini, maka pemerintah telah
menjadikan pendidikan Bahasa Inggris menjadi salah satu kurikulum wajib dalam
setiap jenjang pendidikan. Sesuai dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003
Sistem Pendidikan Nasional Bab XV mengenai Peran Serta Masyarakat Dalam
Pendidikan, untuk membantu program pemerintah maka dunia pendidikan swasta
sebagai salah satu pendukung Sistem Pendidikan Nasional, menyelenggarakan
pendidikan non formal dalam bentuk pendidikan Bahasa Inggris. Industri jasa
kursus Bahasa Inggris ini ditujukan untuk menambah pengetahuan serta
kemampuan berbahasa Inggris kepada masyarakat dengan berbagai program
kursus jasa yang ditawarkan.
Kemampuan berbahasa Inggris merupakan salah satu kemampuan yang sangat
menentukan dalam memperoleh lapangan kerja akhir-akhir ini. Fenomena inilah
yang mendasari munculnya berbagai macam kursus Bahasa Inggris di seluruh
wilayah Indonesia, tak terkecuali di Propinsi Lampung khususnya Kota Bandar
Lampung. Menjamurnya kursus-kursus Bahasa Inggris ini tak terjadi bila hasil
pengajaran Bahasa Inggris di sekolah ternyata memuaskan. Jika demikian halnya,
maka kursus Bahasa Inggris yang ada hanyalah yang ditujukan untuk
kepentingan-kepentingan khusus seperti untuk memperoleh sertifikat TOEFL
(Test of English as a Foreign Language) dan lain-lain serta bukan yang ditujukan
untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari.
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dalam kehidupan
sehari-hari, bukan untuk tujuan-tujuan lain.
Tabel 1. Nama Perusahaan Jasa Kursus Bahasa Inggris dan Jumlah Kantor Agen di Bandar Lampung Tahun 2012
No Kursus Bahasa Inggris Kantor Agen
1 IEC (Intensive English Course) 2
2 Standard Gandhi 2
3 Language Exchange 1
4 PIA (Philippines Indonesia America) 1
5 English First 1
6 Delima Pratama 1
7 LIA (Lembaga Indonesia – Amerika) 2
Jumlah 10
Sumber : Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi Bandar Lampung, 2013
Industri jasa kursus Bahasa Inggris di Kota Bandar Lampung terdiri dari tujuh
perusahaan pada tahun 2012. Sebagaian besar perusahaan kursus Bahasa Inggris
tersebut berada di pusat kota. Selain mudah dijangkau, juga berdekatan dengan
sekolah-sekolah yang merupakan pangsa pasar dari perusahaan kursus Bahasa
Inggris. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan jasa, perusahaan-perusahaan pada
industri jasa kursus Bahasa Inggris membuka kantor agen di berbagai lokasi di
Kota Bandar Lampung. Kantor agen ini bertanggung jawab di bawah kantor
cabang utama. Pada Tabel 1 terdapat 10 kantor agen di Kota Bandar Lampung.
Ada tiga perusahaan kursus Bahasa Inggris yang mempunyai kantor agen
sebanyak dua buah. Yaitu, LIA, Standard Gandhi dan IEC yang juga mempunyai
Ada beberapa hal yang mendorong usaha jasa kursus Bahasa Inggris membuka
agen di wilayah Bandar Lampung, antara lain :
1. Bandar Lampung merupakan salah satu daerah yang mempunyai kedudukan
penting diantara daerah lainnya, karena merupakan pusat pemerintahan
Propinsi Lampung. Dengan demikian mempunyai keadaan yang relatif lebih
maju, kepadatan penduduk yang tinggi, sarana dan prasarana pendidikan yang
lebih lengkap dan keanekaragaman kegiatan yang lebih banyak.
2. Majunya perekonomian masyarakat Bandar Lampung sehingga pelayanan
jasa pendidikan menjadi hal yang sangat penting dalam meningkatkan Sumber
Daya Manusia.
Tabel 2 berikut ini menyajikan jumlah konsumen dan pangsa pasar perusahaan
pada tahun 2012 pada industri jasa kursus Bahasa Inggris di Bandar Lampung.
Tabel 2. Jumlah Konsumen Industri Jasa Kursus Bahasa Inggris di Bandar Lampung Tahun 2012
No Perusahaan Konsumen (Siswa) Pangsa Pasar (%)
1 LIA 1580 31
2 IEC 975 19
3 Language Excahange 858 17
4 English First 623 12
5 Standard Gandhi 575 11
6 Delima Pratama 283 6
7 PIA 211 4
Jumlah 5105 100
Penentu keberhasilan perusahaan pada industri jasa kursus Bahasa Inggris adalah
jumlah konsumen pada jasa perusahaan, semakin banyak jumlah konsumen maka
semakin banyak berkembang usaha jasa kursus Bahasa Inggris.
Jumlah konsumen jasa kursus Bahasa Inggris di Kota Bandar Lampung pada
Tahun 2012berjumlah 5105 siswa. Lembaga kursus LIA mempunyai pangsa pasar
tertinggi yaitu 31%, selanjutnya pangsa pasar tertinggi kedua perusahaan IEC
sebanyak 19%. Pangsa pasar terkecil sebesar 4% yaitu perusahaan PIA, hal ini
terjadi karena PIA baru berdiri selama setahun. Pada industri ini pasar didominasi
oleh LIA, IEC, Language Exchange dan English First yang mengusai pasar
sebesar 79%. Penggabungan empat perusahaan terbesar yang memiliki lebih dari
60% - 100% pangsa pasar berarti struktur pasarnya tergolong oligopoli ketat.
Dalam kondisi struktur ini keputusan perilaku perusahaan satu akan memiliki
pengaruh pada keputusan perilaku perusahaan lain dalam satu industri.
Tarif jasa kursus Bahasa Inggris yang ditawarkan pada pasar sangat berpengaruh
pada kuantitas penjualan jasa kursus Bahasa Inggris, sehingga tarif jasa kursus
Bahasa Inggris antara perusahaan satu dengan perusahaan lain berbeda. Penetapan
tarif perusahaan-perusahaan pada industri ini bervariasi, sebagian perusahaan
memiliki tarif yang lebih tinggi dari perusahaan lain.
English First memiliki rata – rata tarif berbagai program yang ditawarkan lebih
tinggi dibandingkan tarif perusahaan lainnya, selanjutnya LIA memiliki rata – rata
tarif tertinggi kedua. Ditinjau dari pangsa pasar English First dan LIA termasuk
Hal ini memperlihatkan ketidaksesuaian dengan hukum permintaan yang
menerangkan sifat permintaan pembeli keatas barang atau jasa, bahwa semakin
tinggi harga maka kuantitas barang yang diminta semakin menurun dengan
asumsi cateris paribus. Dalam industri ini kemungkinan motivasi konsumen
menggunakan jasa ini tidak hanya didasarkan pada faktor ekonomis saja, tetapi
juga dari sudut pandang lain seperti kualitas dan pandangan masyarakat tentang
perusahaan tersebut. Ketika Kursus – kursus membuka tawaran dan mampu
menggaransi mutu, pilihan – pilihan masyarakat akan makin banyak.
Kesadaran mereka membayar biaya tidak lagi ditentukan oleh berapa besar yang
harus disetor, melainkan berapa baik mutu produk dan variasi kebutuhan
masyarakat. Perusahaan – perusahan pada industri jasa kursus Bahasa Inggris
harus tampil secara diferensiatif, dalam makna mampu berbeda dan unggul
dibanding perusahaan sejenis.
Keunggulan – keunggulan dimaksud menyangkut satu atau beberapa bidang,
seperti akademis, tenaga pengajar, bangunan fisik, beasiswa dan sebagainya.
Tiap-tiap perusahaan memiliki berbagai program kursus yang ditawarkan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, namun pada dasarnya
program-program yang ditawarkan satu sama lain tidak jauh berbeda.
Untuk menarik sejumlah peminat, maka perusahaan harus mampu memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Pada industri jasa kursus Bahasa Inggris
jumlah produk yang terjual sama dengan jumlah konsumen yang membeli produk
mengenal berbagai macam perilaku sebagai strategi dalam pengelolaan usahanya
yang antara lain adalah strategi tarif, pelayanan dan promosi.
1.2 Perumusan Masalah
Strategi pelaku usaha dalam meningkatkan pangsa pasar tergantung pada perilaku
dan kinerja usaha yang dilakukan pelaku usaha dalam mengelola usaha sesuai
dengan struktur pasar yang dihadapi. Pada struktur pasar oligopoli tindakan satu
perusahaan akan mempunyai pengaruh penting bagi perusahaan lainnya, sehingga
perubahan perilaku satu perusahaan lembaga pendidikan Bahasa Inggris akan
mempunyai akibat bagi perusahaan lain.
Perilaku perusahaan kursus Bahasa Inggris yang menyangkut strategi usaha dalam
merebut pangsa pasar yang dilakukan antara lain adalah perilaku pelayanan,
perilaku tarif dan promosi. Perilaku strategi tersebut merupakan upaya perusahaan
dalam meningkatkan kinerja usaha.
Berdasarkan latar belakang dan penjelasan tersebut di atas, maka permasalahan
pada tulisan skripsi ini adalah “Apakah perilaku perusahaan mempunyai
hubungan dengan kinerja usaha pada industri jasa kursus Bahasa Inggris di Kota
Bandar Lampung”.
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian masalah diatas maka tujuan dari penulisan ini adalah:
Ingin mengetahui hubungan perilaku perusahaan terhadap kinerja usaha pada
1.4 Kegunaan Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengelola usaha jasa kursus
Bahasa Inggris di Kota Bandar Lampung, terutama dalam mengembangkan
kegiatan pemasaran.
1.5 Kerangka Pemikiran
Dalam teori ekonomi, industri dapat diartikan dalam berbagai arti. Menurut
Hasibuan (2004:12) secara makro industri adalah segala kegiatan ekonomi yang
dapat menghasilkan nilai tambah. Sedangkan secara mikro industri didefinisikan
sebagai kumpulan perusahaan yang memproduksi produk homogen atau
kumpulan perusahaan yang memproduksi barang substitusi dekat (close
substitutes).
Ada tiga aspek yang menjadi kajian dalam ekonomi industri, yaitu struktur pasar
(market structure), perilaku perusahaan (conduct) dalam industri dan kinerja
(performance) industri (Hasibuan, 2004:3). Struktur pasar adalah suatu
karakteristik pasar yang mempengaruhi sifat kompetisi dan harga di pasar.
Struktur pasar merupakan dasar yang membantu prilaku perusahaan yang
selanjutnya perilaku perusahaan akan menentukan tingkat kinerja yang dicapai
perusahaan dalam industri tersebut.
Suatu industri melakukan penyesuaian dan memberikan tanggapan dalam pasar
untuk mencapai tujuannya. Pola tanggapan dan penyesuaian inilah yang
perusahaan adalah berupa kebijaksanaan harga yaitu bagaimana perusahaan
menetapkan harga, apakah secara independen atau dengan cara berkolusi dengan
perusahaan lain dalam industri tersebut.
Tujuan perusahaan dalam teori klasik adalah memaksimumkan keuntungan.
Dalam teori-teori keluwesan manajerial bahwa perusahaan mempunyai tujuan lain
yang antara lain: optimalisasi staf, optimalisasi penjualan dan optimalisasi
pertumbuhan. Tujuan perusahaan merupakan sasaran yang diinginkan perusahaan.
Seberapa besar tujuan perusahaan ini tercapai dapat dinilai melalui kinerja usaha.
Kinerja merupakan prestasi atau hasil tujuan yang dicapai, meliputi :
profitabilitas, pertumbuhan aset usaha, efisiensi, kualitas produk dan
keseimbangan dalam pendistribusian.
Setiap perilaku perusahaan akan berpengaruh pada tingkat kinerja yang dicapai
oleh perusahaan tersebut, termasuk perilakunya dalam menetapkan harga, perilaku
pelayanan dan perilaku promosi, ketiga perilaku tersebut memperlihatkan
interaksi strategis diantara perusahaan – perusahaan yang ada dalam industri.
Perilaku pelayanan sebagai strategi pada industri jasa ini meliputi strategi
perusahaan dalam meningkatkan mutu pelayanan yang antara lain : pelayanan
belajar, pelayanan sarana fisik, kualifikasi pengajar, serta strategi eksternal
perusahaan dalam menghadapi perusahaan saingannya. Perilaku pelayanan
tersebut merupakan upaya perusahaan dalam mencapai tujuan usahanya.
Perilakupromosisebagaistrategi pada industrimeliputiduasifatpromosi, antara
Promosiinformasiinformasionalyaknimemberikaninformasitentangprodukbarang
dan jasa untukmenambahpengetahuankonsumententangapa saja yang tersedia dan
kegunaannya,
sedangkanpromosipersuasifyaknidenganberusahamengubahprefensikonsumenden
ganmempromosikankeunggulanproduknyadariprodukperusahaanpesaingnya.
Perilakupromosisebagaistrategi yang dilakukan pada industri jasa
kursusBahasaInggris antara lainmengkomunikasikan jasa melalui media
promosiseperti : media televisi, radio, media massa, melakukanevent – event dan
kunjungankesekolah – sekolah.
Strategipromosimerupakanupayaperusahaandalammencapaitujuannya.
Perilakutarifsebagaistrategi pada industri jasa kursusinimeliputipenetapantarif
yang didasarkan pada persainganusahayaitupenetapantarif yang
dapatmemotivasikonsumenuntukmembeli jasa dan strategipenetapantarif yang
didasarkan atas biaya.
MenurutVaizeydalamMadePidarta (2007), dalammenentukanbiaya pada
setiapkegiatankhususnyabidangpendidikanharuslahmemperhatikan:
1. Perubahan harga di pasar.
2. Perubahan jumlah barang yang diperlukan.
3. Pertambahan jumlah siswa.
4. Peningkatan standar pendidikan.
Dengan demikian biaya ini harus ditinjau setiap tahun. Sehingga
biaya-biaya ini mungkin tetap nilainya, bertambah besar atau semakin kecil.
Kinerja merupakan suatu penilaian seberapa jauh perusahaan menyimpang dari
tujuan utamanya. Kinerja inilah yang dijadikan sebagai dasar penilaian atas baik
buruknya suatu industri. Berdasarkan uraian tersebut, maka terlihat gambar
kerangka pemikiran sebagai berikut.
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
1. Jasa Layanan Pendidikan
2. Tanggapan tentang Promosi Kinerja Usaha
1.6 Hipotesis
Hipotesis yang dirumuskan berdasarkan latar belakang, permasalahan dan
kerangka pemikiran di atas adalah sebagai berikut:
Perilaku perusahaan jasa lembaga pendidikan Bahasa Inggris mempunyai
hubungan yang sangat kuat dengan kinerja usaha pada industri jasa kursus
2.1 Arti dan Pentingnya Manajemen Pemasaran
Pengertian pemasaran secara bebas adalah pemasaran atau perniagaan. Pengertian
pemasaran disini merupakan pedoman dan batasan untuk dapat menghindari
timbulnya kemungkinan perbedaan pangkal bertolak, sebab definisi didalam ilmu
sosial biasanya tidak berlaku mutlak, tetapi selalu tunduk kepada situasi dam
kondisi daripada penggunaan definisi tersebut. Hal ini disebabkan oleh perubahan
kehidupan masyarakat banyak dimana kebiasaan, kebutuhan, keadaan sosial, pola
hidup dan sebagainya selalu berubah, sehingga untuk menemukan suatu
perumusan yang tepat seorang haruslah mengalami hal-hal yang nyata dahulu,
baru kemudian definisi tersebut dapat dirumuskan.
Berikut ini disajikan beberapa pengertian pemasaran yang dikemukakan bebarapa
ahli yaitu :
Alex S. Nitisemito (2001: 12).
Winardi (2000: 45).
Pemasaran terdiri dari tindakan-tindakan yang menyebabkan berpindahnya hak milik atas benda-benda dan jasa-jasa yang akan menimbulkan
distribusi fisik mereka.
Philip Kotler (2007: 7).
Pemasaran dalah serangkaian kegiatan manusia yang ditujukan untuk memperlancar serta mempermudah pertukaran
Berdasarkan definisi dari para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Pemasaran dilakukan oleh manusia atau organisasi
b. Tujuan pemasaran adalah memeberikan kemungkinan untuk
memudahakan dan mendorong adanya pertukaran
c. Tujuan pertukaran adalah untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
manusia
d. Pemasaran dilakukan oleh penjual dan pembeli
Menurut Basu Swasta, DH, dan Irawan (2002: 26), proses pemasaran itu dimulai
sejak sebelum barang diproduksi, tidak dimulai pada saat produksi selesai, juga
tidak berakhir dengan penjualan. Semua keputuasan yang diambil dalam bidang
pemasaran yang harus ditujukan untuk menentukan produk dan pasarnya, harga
dan promosinya. Dengan demikian definisi pemasaran dalam arti luas menurut
William J. Stanton, yang dikutip Basu Swasta DH dan Irawan (2002: 12), adalah
sebagai berikut.
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mendistribusikan dan
Dari definisi tersebut, terdapat 3 (tiga) unsur pokok yang terkandung dalam
pemasaran yaitu :
1. People(orang)
Orang yang menggunakan barang atau jasa, serta mereka yang
memerlukan barang atau jasa tersebut.
2. Goods (barang)
Barang atau jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan atau
keinginan daripada orang yang akan dimaksud
3. Functions(kegunaan)
Tindakan atau fungsi-fungsi tertentu yang dilaksanakan dalam
menggerakan barang atau jasa tersebut untuk memenuhi kebutuhan.
Jadi walaupun para ahli mengemukakan definisi yang bebeda antara satu dengan
yang lainnya, tetapi semuanya tidak terlepas dari ketiga unsur pokok tersebut.
Tanpa salah satu unsur tersebut, maka tidak mungkin akan tercipta adanya
pemasaran.
Behubung karena luasnya pasar dimana perusahaan harus dapat melayani
kebutuhan pembeli dan pada tingkat heteoginitas yang berbeda, ada pasar yang
terdiri dari keinginan pembeli yang sama (homogen), dan ada pula pasaar yang
hederogen. (Basu Swasta DHdan Irawan, 2002: 83)
1. Undifferentiated Pemasaran
Pada bagian ini perusahaan berusaha meninjau pasar secara keseluruhan,
pada segmen pasar yang berbeda-beda. Perusahaan mengembangkan produk
tunggal yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, jadi satu macam produk
ditujukkan kepada semua macam konsumen.
2. Differentiated Pemasaran
Dalam strategi ini, perusahaan mencoba untuk mengelompokkan konsumen
tertentu (segmen pasar), dengan membagi pasar kedalam dua kelompok atau
lebih. Disamping itu perusaahaan membuat produk atau program pemasaran
yang berberda-beda pada tiap segmen pasar, hal ini bertujuan
untukmeningkatkan penjualan dan mendapatkan kedudukan yang kuat pada
tiap segmennya,. Karena perusahaan lebih mengarahkan usahanya pada
keinginan konsumen, maka dapat diharapkan dapat memperoleh loyalitas atau
pembelian ulang. Hal ini dapat diketahui dengan adanaya berbagai produk
berbagai macam saluran distribusi yang dipakai oleh perusahaan.
3. Consentrated Pemasaran
Pada strategi ini perusahaan hanya memusatkan usaha pemasaran hanya pada
satu atau beberapa kelompok pembeli saja (segmen) tetentu. Biasanya hal ini
dilakukan oleh perusahaan yang tidak dapat melayani banyak kelompok
pembeli yang paling menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya
sumber-sumber yang dimiliki perusahaan. Adapun tujuan ditempuhnya
stategi ini :
Untuk memeperoleh kedudukan yang kuat dalam suatu segmen
Untuk melakukan penghematan dalam operasinya karena adanya
spesialisasi dalam produk, distribusi dan promosi.
Untuk memeperoleh laba yang tinggi, karena hal ini akan terjadi bila mana
segmen pasarnya dipilih dengan tepat.
Sebelum membahas lebih lanjut segmentasi pasar ini terlebih dahulu penulis
mengutarakan pengertian segmentasi pasar menurut Wendall R Smith (Yo
Widjdjakusuma, (2001: 2) :
Segmentasi pasar adalah pengelompokkan pasar didasarkan perkembangan dari
segi permintaan pasar dan mewakili suatu yang rasional dan penyesuaian yang
lebih tepat dari suatu produk dan usaha usaha pemasaran kearah keperluan
konsumen atau sipemakai.
Moezamil Zahamsari, (2001;70), membagi segmentasi pasar kedalam
variabel-variabel sebagai berikut:
1. Geographic Segmentation.
Pengelompokkan pasar berdasarkan daerah yang berarti penjual membedakan
daerah mana yang memberikan keuntungan yang lebih besar, pengecer
kecilpun dapat pula membedakan daerah mana yang memberikan keuntungan
yang bebeda.
2. Demographic Segmention
Pengelompokkan pasar berdasarkan perbedaan berbagai macam keadaan
seperti umur, jenis kelamin, besarnya keluarga, pendapatan, pendidikan,
3. Psychographic Segmention.
Pengelompokkan pasar didasarkan atas atas sipat dan watak pembeli, cara
hidup, motip pembelian, pengetahuan dan tentang produk dan penggunannya
Sedangkan manfaat segmentasi pasar tersebut bagi perusahaan menurut Basu
Swasta, DH. dan Irawan, (2002: 65), adalah :
Dapat menyalurkan uang dan usaha kepasar potensial yang paling
menguntungkan.
Merencanakan produk yang dapat memenuhi permintaan pasar.
Menentukan cara promosi yang paling efektif.
Memilih media promosi yang baik dan bagaimana mengalokasikan
anggaran secara lebih baik keberbagai macam media promosi.
Mengatur waktu yang sebaik-baiknya dalam usaha melakuakan kegiatan
promosi.
2.2 Pengertian Industri
Secara mikro industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang
menghasilkan barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang
mempunyai sifat saling menganti yang saling erat. Namun, jika secara makro,
industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah(Hasibuan,
2004 :12)
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 37
Tahun 2006 Tentang Pengembangan Jasa Konsultansi Industri Kecil Dan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan Industri.
Sektor industri dapat dibagi dua, yaitu industri jasa dan industri yang
menghasilkan barang-barang. Sektor industri yang menghasilkan barang-barang
adalah pertanian, pertambangan, industri pengolahan, dan air gas serta listrik.
Untuk industri jasa, yaitu perdagangan, angkutan, pemerintahan, perbankan dan
asuransi, persewaan dan lain-lain. Namun, secara umum sektor-sektor industri
tersebut dibagi atas sektor primer, sekunder, dan tersier (Hasibuan, 2004 :12).
2.3 Jasa
Jasa menurut Kotler (2007:229) adalah tindakan atau kegiatan yang dapat
ditawarkan oleh satu pihak pada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud
dan tidak mengakibatkan kepemilikkan apapun. Produknya dapat dikaitkan atau
tidak dikaitkan dengan produk fisik.
Jasa merupakan suatu kinerja pelayanan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih
dapat dirasakan daripada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif
dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.
1. Karakteristik jasa
1. Intangibility (tidak berwujud). Jasa adalah tidak nyata. Suatu jasa mempunyai
sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan dan dinikmati sebelum dibeli oleh
konsumen.
2. Inseparibility (tidak dapat dipisahkan). Jasa – jasa umumnya diproduksi secara khusus dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan. Hal ini tidak berlaku
pada barang fisik yang diproduksi, ditempatkan pada persediaan,
didistribusikan, dan akhirnya dikonsumsi. Pada umumnya jasa yang
diproduksi dan dirasakan oleh seorang untuk diserahkan kepada pihak lainnya,
maka dia akan tetap merupakan bagian jasa tersebut.
3. Variability(keragaman). Jasa senantiasa mengalami perubahan, tergantung dari siapa penyedia jasa, penerima jasa dan kondisi dimana jasa tersebut
diberikan.
4. Perishability(tidak tahan lama). Jasa-jasa tidak dapat disimpan. Daya tahan suatu jasa tergantung pada situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor.
Menurut Tjiptono (2005:24), pada harga jasa karakteristiknya antara lain :
1. Jasa tidak menghasilkan transfer kepemilikan fisik. Pada industri jasa tidak
mudah untuk menghitung biaya finansial berkaitan dengan proses penciptaan
kinerja.
2. variabilitis input dan output, unit konsumsi layanan jasa tidak selalu mudah
diidentifikasi. Ini memunculkan persoalan dalam hal menentukan basis
penetapan harga jasa.
3. Heterogenitas jasa membatasi pengetahuan konsumen tentang harga jasa,
permutasi layanan yang relatif tidak terhingga sehingga struktur penetapan
harga menjadi sangat kompleks dan rumit.
2. Kualitas Jasa
Salah satu cara membedakan sebuah perusahaan jasa adalah memberikan jasa
berkualitas lebih tinggi dari pesaing secara konsisten. Terdapat tiga langkah
pengendalian mutu yang dapat dilakukan oleh perusahaan jasa. Pertama, adalah
melakukan investasi dalam seleksi dan latihan yang baik. Perusahaan jasa
lembaga pendidikan Bahasa Inggris melakukan seleksi yang ketat dalam merekrut
pengajar dengan memberikan syarat minimal lulusan sarjana.Kedua,
menstandarisasikan proses kinerja jasa diseluruh organisasi perusahaan tersebut.
Ketiga, memonitor kepuasan konsumen melalui sistem kesan dan pesan, survei konsumen, dan perbandingan belanja, sehingga pelayanan yang buruk dapat
dideteksi dan diperbaiki.
Menurut Kotler (2007: 240) terdapat lima determinan kualitas jasa yang dapat
dirincikan sebagai berikut :
1. Keandalan (reliability). Kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan
dengan tepat dan terpercaya.
2. Keresponsifan (responsivenees). Kemauan untuk membantu pelanggan dan
memberikan jasa dengan cepat dan ketanggapan.
3. Keyakinan (confidence). Pengetahuan dan kesopanan karyawan serta
4. Empati (emphaty). Syarat untuk peduli, memberikan perhatian pribadi kepada
pelanggan.
5. Berwujud (tangible). Penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan media
komunikasi.
Kotler (2007: 239) bahwa ada lima kesenjangan yang mengakibatkan kegagalan
penyampaian jasa, yaitu :
1. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi produsen, produsen tidak
selalu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan.
2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa,
manajemen mungkin memahami secara tepat keinginan pelanggan tetapi tidak
menetapkan suatu standar kinerja spesifik.
3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa. Para
personil mungkin kurang terlatih atau tidak mampu atau tidak memenuhi
standar.
4. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi internal. Harapan
konsumen dipengaruhi oleh pernyataan yang dibuat pengusaha dan iklan
perusahaan.
5. Kesenjangan antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan. Kesenjangan
terjadi bila memiliki persepsi yang keliru tentang kualitas jasa tersebut.
Kualitas pelayanan juga merupakan senjata yang ampuh dalam keunggulan
perusahaan melakukan perilaku strategi kualitas layanan untuk menciptakan
keunggulan tersebut.
Kualitas adalah sebuah kata yag bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus
dikerjakan dengan baik. Aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk
atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih
keunggulan yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar ataupun
sebagai strategi untuk terus tumbuh. Keunggulan suatu produk jasa adalah
tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut,
apakah sudah sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan.
2.4. Pendidikan
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie
diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain
agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih
tinggi.
Pendidikan adalah inkulturasi (Pidarta, 2007:161), pendidikan adalah suatu proses
membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berperilaku mengikuti
budaya yang memasuki dirinya. Inkulturasi ini terjadi dimana – mana, disetiap
tempat hidup seseorang dan setiap waktu. Dari sinilah muncul pengertian
kurikulum yang sangat luas, yaitu semua lingkungan tempat hidup manusia.
Sebab dimanapun orang berada disitulah terjadi proses pendidikan, di situ terjadi
Dunia pendidikan saat ini menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama,
sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut untuk dapat
mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua,
untuk mengantisipasi era global dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan
sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja
global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan
perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional sehingga dapat
mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan
keberagaman kebutuhan atau keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong
peningkatan partisipasi masyarakat.
1. Jasa Pendidikan
Jasa pendidikan adalah tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu
pihak pada pihak lain yang berupa pelayanan intelektual. Jasa pendidikan
merupakan sebuah kegiatan yang melayani konsumen, berupa siswa, mahasiswa
maupun masyarakat umum. Jasa pendidikan pada hakekatnya bertujuan
memberikan pelayanan. Layanan ini dapat dilihat dalam berbagai bidang, mulai
dari layanan dalam bentuk fisik bangunan, layanan berbagai fasilitas dan layanan
pengajar yang bermutu.
Pendidikan adalah jasa yang berupa proses pembudayaan. Pengertian ini
berimplikasi pada adanya masukan (input) dan keluaran (output). Inputnya adalah
peserta didik, sarana dan prasarana, lingkungan. Outputnya adalah lulusan.
Produk yang diberikan adalah jasa pelayanan. Mutu jasa pelayanan pendidikan
pendidikan dengan harapan tinggi untuk dicapai. Mutu ini sangat tergantung pada
sikap pemberi layanan dan sikap serta harapan pemakai jasa pendidikan. Hal ini
berarti jasa pendidikan tidak berwujud benda (intangiblesecara langsung). Jika
kualitas dapat dikelola, maka mutu juga harus dapat diukur (measurable). Dalam
industri ini pendidikan adalah hasil yaitu prestasi yang dapat diukur.
2. Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan non formal memusatkan perhatiannya pada usaha pembelajaran
dibidang ketrampilan lokal dengan berbagai program pembelajaran baik secara
sendiri-sendiri maupun terintegrasi, dalam arti meingkatkan daya usaha warga
masyarakat untuk mampu mengoptimalkan apa yang telah mereka miliki sebagai
sumber kehidupannya selama ini, sehingga dapat bekerja lebih produktif dan
efisien.
Lembaga pendidikan yang dalam istilah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989
disebut dengan jalur pendidikan luar sekolah ini, bersifat fungsional dan praktis
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan kerja peserta
didik yang berguna bagi usaha perbaikan taraf hidupnya.
Undang-undang sistem pendidikan nasional mengakui peran lembaga kursus
sebagai solusi mewujudkan manusia yang terampil dan berkepribadian
profesional. Peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 19 tahun 2005
Tentang Standar nasional pendidikan Pasal 1 ayat 3 Pendidikan non formal adalah
jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
2.5. Struktur Pasar Industri
Struktur pasar menggambarkan pangsa pasar dari perusahaan – perusahaan. Dan
untuk memperluas pangsa pasar, suatu perusahaan menghadapi sejumlah
rintangan. Setiap struktur pasar berada di antara monopoli dan persaingan murni.
Struktur pasar merupakan kunci penting dari pola konsep konvensional dalam
bidang ekonomi industri. Setiap perusahaan memiliki suatu struktur pada masing
– masing keadaan tertentu dan stuktur ini biasanya mempengaruhi perilaku dari
perusahaan. Sebagai contoh dalam suatu oligopoli ketat, perusahaan – perusahaan
yang menjadi pemimpin dapat bertindak seenaknya, menetapkan harga bersama –
sama.
Peranan struktur pasar sangat penting dalam menguji suatu hipotesis ekonomi dan
dalam menciptakan atau memberlakukan suatu tindakan kebijaksanaan publik dan
dengan mengetahui struktur pasar dapat berguna dalam mengambil suatu
keputusan mengenai model mana yang akan diterapkan perusahaan dalam
berbagai situasi. Selain itu struktur pasar menjadi ukuran penting dalam
mengamati variasi perilaku dan kinerja industri, karena secara strategis dapat
mempengaruhi kondisi persaingan serta tingkat harga barang dan jasa.
Nurimansjah (2004:16).
Struktur pasar menunjukan atribut pasar yang mempengaruhi sifat proses
persaingan. Unsur – unsur struktur pasar meliputi : konsentrasi, diferensiasi
produk, hambatan masuk ke pasar, struktur biaya dan tingkat pengaturan
pemerintah. Para pakar ekonomi mengklasifikasi pasar dengan menfokuskan
struktur pasar menentukan perilaku perusahaan yang kemudian menentukan
kinerja industri. (Kirana Jaya,2004:4)
Joe S Bain dalam Nurimasjah Hasibuan mendefinisikan struktur pasar sebagai
karakteristik organisasi pasar yang mempengaruhi sifat kompetisi dan harga
didalam pasar. Dalam mikro ekonomi, struktur pasar paling sederhana biasanya
terfokus pada kompetisi dan monopoli. Berikut adalah tabel struktur pasar yang
umumnya terjadi.
Tabel 3. Jenis Struktur Pasar Industri
Jenis Pasar Kondisi Utama
Monopoli Murni
Satu perusahaan menguasai 100 persen pasar
Perusahaan dominan
Satu perusahaan menguasai 50-100 persen pasar dan tidak ada saingan dekat
Oligopoli penuh Empat perusahan yang utama jika digabungkan menguasai 60-100 persen pasar; mudah dilakukan kolusi antar
perusahaan untuk menentukan harga
Oligopoli parsial
Empat perusahaan utama jika digabungkan menguasai 40 persen pasar atau kurang, kolusi diantara mereka untuk menentukan harga dapat dikatakan tidak mungkin
Kompetisi monopolistik
Ada banyak pesaing yang efektif, tetapi tidak ada yang menguasai lebih dari 10 persen pasar
Kompetisi murni
Ada lebihdari 50 pesaing, semuanyadengan pasar yang kecil
Sumber : William G, StepherddalamWihanaKiranaJaya (2004:7)
Namun pada dasarnyadidalamkehidupannyata, bentuk pasar monopoli dan pasar
namunsangatbergunauntukmenganalisiskeadaan yang sebenarnya.
Jadihanyasebagaimodel,
sebabdenganmenggunakantipe-tipeteoritisiniakanlebihmudahmenjelaskannya.
1. Persaingan Sempurna
Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena sistem
pasar ini dianggap struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya kegiatan
memproduksi barang atau jasa yang tinggi efisiensinya. Pasar persaingan
sempurna adalah struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan
pembeli, dan setiap penjual atau pun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan
di pasar (Sadono Sukirno, 2004:227).
Dalam pasar persaingan sempurna, tidak ada batas persaingan dalam perusahaan
namun perusahaan tidak dapat mempengaruhi harga di pasar. Sehingga dapat
dikatakan bahwa permintaan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan tersebut
adalah elastis, artinya produsen dapat menjual produk sebanyak-banyaknya pada
tingkat harga yang berlaku.
2. Oligopoli
Dalam Kirana Jaya (2004 : 118), konsep dasar oligopoli adalah interdependensi
(saling ketergantungan) antara pesaing yang satu dengan yang lain. Bentuk
oligopoli dapat dibedakan menjadi dua yaitu oligopoli nonkolusi artinya suatu
perusahaan akan mencari cara untuk mengalahkan pesaingnya untuk meraih
keuntungan yang maksimum. Sedangkan oligopoli yang kolusi artinya seluruh
perusahaan dalam industri bekerjasama, sehingga akan bisa memaksimumkan
kesempatan untuk bekerjasama sehingga bisa memaksimumkan keuntungan
bersama. Tetapi jika dilihat dari penguasaan pasar dapat juga dua, yakni oligopoli
penuh (ketat) dan parsial (longgar)
Pada pengertiannya, oligopoli terkandung makna sedikit penjual, namun pada
kenyataannya dapat juga dikatakan banyak penjual, misalnya 100 penjual, tetapi
strukturnya masih menunjukkan pasar oligopoli. Beberapa jenis oligopoli dapat
dilihat setelah diukur konsentrasi industri.
Menurut Sadono Sukirno (2004:316) pasar oligopoli mempunyai beberapa ciri
khas antara lain :
a. Menghasilkan Barang Standar Maupun Barang Berbeda Corak
Adakalanya perusahaan dalam industri oligopoli menghasilkan barang standar
(standardized product). Industri dalam pasar oligopoli yang demikian sifatnya
banyak dijumpai dalam industri yang memghasilkan barang mentah seperti
produsen bensin, industri baja dan aluminium. Di samping itu banyak pula pasar
oligopoli yang terdiri dari perusahaan – perusahaan yang menghasilkan barang
berbeda corak (differentiated produst). Barang seperti itu pada umumnya adalah
barang akhir. Contohnya industri mobil, industri rokok, industri sabun dan
lainnya.
b. Kekuasaan Menentukan Harga Adakalanya Lemah Dan Adakalanya Sangat
Tangguh
Dari dua kemungkinan ini, yang mana yang akan wujud tergantung kepada bentuk
kerjasama di antara perusahaan – perusahaan dalam pasar oligopoli. Tanpa ada
perusahaan menurunkan harga, dalam waktu yang singkat ia akan menarik banyak
pembeli. Perusahaan yang akan kehilangan pembeli akan melakukan tindakan
balasan dengan mengurangi harga yang lebih besar lagi sehingga akhirnya
perusahaan yang mula – mula menurunkan harga kehilangan langganan. Tetapi
kalau perusahaan dalam pasar oligopoli bekerja sama dalam menentukan harga,
maka harga dapat stabilkan pada tingkat yang mereka hendaki. Dalam hal ini
kekuasaan mereka untuk menetukan harga adalah sangat besar, yaitu sama seperti
dalam monopoli.
c. Pada Umumnya Perusahaan Oligopoli Perlu Melakukan Promosi Secara Iklan.
Iklan secara terus menerus sangat diperlukan oleh perusahaan oligopoli yang
menghasilkan barang yang berbeda corak. Pengeluaran untuk iklan biasanya besar
sekali untuk perusahaan – perusahaan yang seperti itu. Iklan tersebut terutama
memelihara hubungan baik dengan masyarakat.
3. Monopoli
Secara klasik, struktur monopoli dapat dikatakan sebagai struktur pasar dimana
hanya ada satu produsen atau penjual barang atau jasa di pasar. Namun
berdasarkan perkembangannya, jumlah satu kurang relevan dalam kenyataannya,
karena dapat juga industri yang terdiri lebih dari satu perusahaan mempunyai
perilaku seperti monopoli. Hal inilah yang memunculkan istilah derajat monopoli
yang pengertiannya berdekatan dengan oligopoli penuh hanya saja tingkat
konsentrasinya lebih tinggi lagi.
Kekuatan monopoli membatasi perusahaan lain untuk masuk dalam industri
produk yang dipasarkan dapat menimbulkan kenaikan harga barang atau jasa,
dengan kata lain munculnya perlakuan harga yang tidak wajar.
4. Monopolistik
Pasar yang dibayangkan dalam persaingan monopolistik ini lebih mirip dengan
persaingan sempurna karena dalam pasar tersebut terdapat banyak perusahaan
dengan entry dan exit yang relatif mudah. Setiap perusahaan, sedikit banyak
mampu mempengaruhi harga karena masing-masing menjual produk yang
mempunyai perbedaan yang signifikan dengan produk para saingannya. Misalnya
saja, sabun pada perusahaan satu mungkin serupa dengan sabun perusahaan
lainnya, tetapi berbeda dalam komposisi kimianya, warna, wangi, kelembutan,
merk, reputasi dan banyak ciri-ciri lainnya yang penting bagi pelanggan.
2.6. Perilaku Perusahaan
Yuhilza Hanum (2004:1) dalam disertasinya mengatakan, perilaku berarti aksi
perusahaan-perusahaan pada suatu pasar yaitu keputusan yang mereka ambil dan
cara keputusan itu diambil. Perilaku memfokuskan pada bagaimana perusahaan
menentukan harga, apakah secara independen atau dengan kolusi dengan
perusahaan lain pada industri tersebut. Bagaimana perusahaan menetapkan
anggaran untuk iklan dan risetnya, dan berapa pengeluaran yang dikhususkan
untuk kegiatan ini juga menjadi pertimbangan. Perilaku perusahaan tidak penting
pada kompetisi murni, karena setiap perusahaan harus menjual produknya pada
harga pasar. Dalam hal ini, perusahaan tidak memiliki insentif untuk
mengiklankan diri, untuk bereaksi terhadap apa yang dilakukan pesaing atau
Menurut Nurimansjah (2004:16) perilaku industri adalah pola tanggapan dan
penyesuaian suatu industri di dalam pasar untuk mencapai tujuannya. Selanjutnya
ada tiga ukuran untuk mengukur perilaku industri yaitu: penetapan harga,
promosi, kebijaksanaan produk
1. Penetapan Harga
Defenisi harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari produk dan pelayanan. Dari sudut pandang perusahaan, harga
merupakan unsur terpenting dalam pemasaran yang menghasilkan aliran
pemasukan bagi kas perusahaan. Penetapan harga yang dilakukan perusahaan
harus dapat memenuhi semua biaya produksi, bahkan lebih dari itu melalui harga
yang ditetapkan perusahaan memperoleh keuntungan yang optimal serta
mempengaruhi konsumen agar tidak berpindah membeli pada pesaing. Dalam
konteks pemasaran jasa harga dapat diartikan sebagai sejumlah uang yang
mengandung kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu jasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga antara lain : keadaan perekonomian,
permintaan dan penawaran, elastisitas permintaan, persaingan, biaya yang
dikeluarkan, tujuan perusahaan.
2. Promosi
Promosi menurut Kotler (2007: 330)adalah berbagai kegiatan perusahaan untuk
mengkonsumsikan produknya pada pasar sasarannya. Pengertian promosi tersebut
memperlihatkan bahwa peranan promosi sangat penting untuk mempengaruhi
konsumen dalam meningkatkan volume pembelian terhadap produk yang
dilakukan perusahaan antara lain adalah besarnya dana yang tersedia untuk
melakukan promosi, sifat pasar, jenis produk dan tahap-tahap siklus hidup produk.
Cara-cara promosi yang dilakukanadalah :periklanan, personal selling,
promosipenjualan, publisitas dan hubunganmasyarakat.
Perilaku promosi sebagai strategi pada industria meliputi dua sifat promosi, antara
lain promosi informasional dan promosi persuasif. Promosi informasi
informasional yakni memberikan informasi tentang produk barang dan jasa untuk
menambah pengetahuan konsumen tentang apa saja yang tersedia dan
kegunaannya, sedangkan promosi persuasif yakni dengan berusaha mengubah
preferensi konsumen dengan mempromosikan keunggulan produknya dari produk
perusahaan pesaingnya. Perilaku promosi sebagai strategi yang dilakukan pada
industri jasa kursus Bahasa Inggris antara lain mengkomunikasikan jasa melalui
media promosiseperti : media televisi, radio, media massa, melakukan event –
event dan kunjungan ke sekolah – sekolah.
3. Kebijakan Produk
Produk menurut Kotler (2007:194) adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke
pasar untuk diperhatikan, dimiliki atau dikonsumsi, yang dapat memuaskan
keinginan atau kebutuhan. Setiap perusahaan dalam meningkatkan volumen
penjualannya dan bagian pasar sasaran, perlu mengadakan usaha penyempurnaan
dan perubahan produk kearah yang lebih baik, sehingga dapat memberikan daya
tarik, keunikkan, dayaguna dan tingkat kepuasan yang lebih kepada konsumen.
Strategi produk perlu untuk menciptakan dan menyediakan produk yang tepat
dituju, manfaat yang ditawarkan, cara dan waktu penggunaan, bentuk kemasan,
merek dan lain-lain.
Dalam industria lembaga pendidikan Bahasa Inggris strategi dalam memilih
tenaga pengajar dan tenaga administrasi yang berkualifikasi baik dan
berpengalaman adalah upaya pengelolaan dalam mengadakan penyempurnaan dan
perubahan pelayanan kearah yang lebih baik. Bila variasi mutu pelayanan
digunakan untuk meningkatkan bagian perusahaan dalam pasar, maka perusahaan
saingan tidak tinggal diam sementara pasar mereka diambil alih oleh perusahaan
lain. Tindakan balasan dari pihak saingan akan dilakukan dengan menciptakan
inovasi dan kreatifitas dalam meningkatkan pelayanan jasanya.
2.6. KinerjaPerusahaan
Kinerja menunjukkan prestasi atau hasil – hasil yang telah dicapai oleh orang
maupun lembaga pada waktu periode tertentu. Sedangkan kinerja perusahaan
menunjukkan prestasi yang telah dicapai manajemen pada periode waktu tertentu
dalam mengelola sumber daya – sumber daya yang dipercayakan kepadanya oleh
pemberidana. Jadi pengukuran kinerja perusahaan adalah suatu upaya mengetahui
dan mengukur sejauh mana keberhasilan suatu organisasi perusahaan dalam
operasinya untuk mencapai tujuan – tujuan yang telah ditetapkan.
Hasibuan (2004:17) menjelaskan bahwa kinerja industria adalah hasil kerja yang
dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. Kinerja yang baik biasanya
didorong oleh struktur dan perilaku yang kompetitif. Ketika perusahaan saling
bersaing, hal ini akan memaksa perusahaan untuk efisien dan merangsang inovasi.
sosial berupa inefisiensi, terhalangnya inovasi serta ketidakadilan dalam
pendapatan dan kekayaan (Jaya, 2004:4).
Gambar 2. Logika Dasar Organisasi Industri.
Sumber : William G, Shepherd dalam Yuhilza Hanum (2004:14)
Kinerja usaha ekonomi berkaitan dengan jalannya proses produksi dalam suatu
industri. Kinerja industri ini dipengaruhi oleh tingkat keuntungan, pertumbuhan
industri, pemerataan pendapatan dan kemajuan teknologi. Untuk pertumbuhan
industri tergantung pada pertumbuhan apa yang diamati, sepeti tingkat BEHAVIOR
Collusion with rivals
Strategies against rivals STRUCTURE
Size Distribution of Firms
-Market Share
-Concentration
DETERMINANT
Demand Conditions Supply Conditions
-Elasticity of Demand -Scale Economies
PERFORMANCE
Price Cost and Profit Patterns Technological Progess
petumbuhan laba, tingkat pertumbuhan perusahaan atau pertumbuhan jumlah
tenaga kerja dan sebagainya (Hasibuan ,2004:17). Pada industri jasa kursus
Bahasa Inggris ini perkembangan usahanya dapat diketahui dengan melihat
jumlah kantor agen masing – masing perusahaan jasa kursus Bahasa Inggris.
Gambar 2. Model Analisis Organisasi Industri.
Sumber : Scherer dalam Hasibuan (2004:8)
Secara umum kinerja usaha kegiatan ekonomi dapat diartikan sebagai penampilan
kegiatan dari suatu usaha ekonomi yang dilakukan pada suatu periode waktu
tertentu, sehingga dengan hal tersebut dapat dianalisis mengenai prestasi dari Struktur Pasar
Jumlah pembeli Jumlah penjual
Skala pembeli Kondisi ongkos
Diferensiasi produk Integrasi vertikal
Perilaku
Strategi harga Paksaan
Strategi produk Taktik legal
Strategi promosi Advertensi
Penelitian dan inovasi
Kinerja
Efisiensi alokatif Kemajuan teknologi
Efisiensi teknis Kualitas produk
Efek inflasi Kesempatan kerja
kegiatan tersebut. Kinerja yang baik terutama mencakup harga yang rendah,
efisiensi, inovasi dan keadilan dalam distribusi (Wihana Kirana Jaya, 2004:8).
Melalui pengukuran dan analisis kinerja perusahaan maka akan dapat diketahui
kondisi perusahaan dimasa lalu, saat ini dan berbagai kemungkinan dimasa
datang. Untuk melakukan penilaian terhadap kinerja suatu perusahaan mula –
mula harus ditetapkan ukuran yang akan digunakan untuk menilai kinerja.
Ada tiga ukuran kinerja menurut Mulyadi (2007: 124), yaitu :
a. Ukuran Kinerja Tunggal (Single Criterium), Ukuran yang hanya
menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja suatu perusahaan.
b. Ukuran Kinerja Beragam (Multiple Criterium), Ukuran kinerja yang
menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja perusahaan.
c. UkuranKinerjaGabungan, Ukurankinerja yang
menggunakanberbagaimacamukuran, memperhitungkanbobotmasing –
masingukuran dan menghitung rata –
ratanyasebagaiukuranmenyeluruhkinerja.
Kinerjadalamkaitannyadenganekonomimemilikibanyakaspek, namun para
ekonombiasanyamemusatkanhanya pada tigaaspekpokokyaitu :
1. Efisiensi dalam pengalokasian sumber daya.
a. Efisiensi internal. Perusahaan yang dikelola dengan baik, menggambarkan
usaha yang maksimum dari para pekerja dan menghindari kejenuhan
b. Alokasi yang efisien. Sumber daya ekonomi dialokasikan sedemikan rupa
sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat
menaikkan nilai dari output. Di semua perusahaan, harga ditentukan sama
dengan biaya marginal dan biaya rata-rata jangka panjang.
2. Kemajuan Teknologi. Kemajuan teknologi dan penggunaannya dalam praktik
adalah secepat mungkin.
3. Keseimbangan dalam distribusi. Terdapat distribusi yang wajar terhadap
kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan.
4. Dimensi lainya. Yang termasuk dalam pengertian ini antara lain adalah
kebebasan individu dalam memilih, keamanan dari bahaya yang mengancam
dan keanekaragaman budaya yang ada.
2.7 Hubungan Perilaku Terhadap Kinerja Usaha
Perilaku perusahaan terhadap kinerja usaha berkaitan erat, dalam kinerja
perusahaan adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku
perusahaan. Dalam hubungan kerja, perilaku perusahaan dalam pola kerja internal
perusahaan harus dioptimalkan sehingga kekuatan yang terbaik mampu
menghadapi pasar. Apabila internal perusahaan sudah mampu optimal
menjalankan tugasnya maka tidak diragukan untuk menghadapi dunia kerja luar,
yaitu dunia industri jasa Bahasa Inggris maupun dunia industri lainnya. Dengan
kata lain untuk menunjang perilaku industri jasa lembaga pendidikan Bahasa
Inggris berjalan dengan baik. Seorang pemimpin usaha harus mampu menetapkan
kebijakkan atau strategi yang tepat agar jasa yang ditawarkan dapat dinikmati oleh
3.1 Daerah Penelitian
Perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaan jasa kursus Bahasa Inggris yang
ada di Kota Bandar Lampung.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder :
1. Data primer diperoleh dari penyebaran kuosioner kepada perusahaan jasa
kursus Bahasa Inggris di Bandar Lampung. Penentuan jumlah sampel tidak
dilakukan karena jumlah yang ada yaitu tujuh perusahaan seluruhnya
dijadikan responden (sensus).
2. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari
perusahaan – perusahaan kursus Bahasa Inggris dan data jumlah perusahaan
pada industri jasa kursus Bahasa Inggris di Kota Bandar Lampung yang
diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bandar Lampung.
3.3 Batasan Peubah
Peubah-peubah yang digunakan dalam penelitian ini diberikan batasan dan
1. Industri jasa kursus Bahasa Inggris adalah kumpulan perusahaan yang
mempunyai pelayanan jasa kursus Bahasa Inggris di Kota Bandar Lampung.
2. Variabel perilaku industri pada industri jasa kursus Bahasa Inggris di Kota
Bandar Lampung, yaitu :
a) Strategi Produk yang terdiri dari aspek pelayanan belajar, pelayanan
sarana fisik, kualifikasi pengajar dan persaingan pelayanan.
b) Strategi Promosi yang terdiri dari promosi informasional dan promosi
persuasif.
c) Perilaku Tarif yang terdiri dari tarif berdasarkan biaya dan persaingan
tarif.
3. Variabel Kinerja industri pada industri jasa kursus Bahasa Inggris di Kota
Bandar Lampung, yaitu :
a) Pola Pendistribusian, saluran distribusi merupakan penghubung antara
produsen dan konsumen di dalam melaksanakan pemindahan produk, agar
produk tersebut dapat diperoleh konsumen dengan mudah. Selain itu pola
distribusi dapat juga sebagai ukuran perkembangan usaha industri ini.
b) Pola Keuntungan, dalam teori klasik bahwa tujuan perusahaan adalah
memaksimalkan laba. Tujuan tersebut merupakan landasan bagi tujuan –
tujuan lainnya.
c) Kualitas Produk, dalam industri ini kualitas produk dapat dilihat dari
siswa.
4. General English adalah program yang ditawarkan perusahaan Bahasa Inggris
untuk melatih siswa berkomunikasi dalam Bahasa Inggris untuk keperluan
3.4 Alat Analisis
1. Pengukuran Variabel Perilaku
Cara pengukuran perilaku perusahaan menggunakan skala ordinal yang terdiri dari
variabel pelayanan jasa, variabel promosi dan variabel penetapan tarif. Cara
perhitungan menggunakan skala Likert dengan menggunakan lima jenjang
pengukuran antara lain :
Skor :
1. Sangat setuju (kondisi yang sangat diharapkan) 5
2. Setuju (kondisi yang diharapkan/baik) 4
3. Ragu-ragu (kondisi yang kurang diharapkan) 3
4. Tidak setuju (kondisi yang tidak diharapkan) 2
5. Sangat tidak setuju (kondisi yang sangat tidak diharapkan) 1
Tabel 4. Matrik Evaluasi Perilaku Jasa
No Aspek Penilaian Perilaku Jasa
1.1 Pelayanan Belajar 4 140
1.2 Pelayanan Sarana 10 350
1.3 Kualifikasi Pengajar 3 105
1.4 Persaingan Pelayanan 2 70
2. Perilaku Promosi 2.1 Promosi
Informasional
6 210
2.2 Promosi Persuasif 1 35
3. Perilaku Tarif
3.1 Tarif Berdasarkan Baya
6 210
3.2 Persaingan Tarif 3 105
Jumlah 35 1225
2. Pengukuran Variabel Kinerja
Cara pengukuran variabel kinerja usaha setiap perusahaan menggunakan skala
ordinal yang terdiri dari variabel kualitas jasa, variabel profitabilitas dan variabel
produk. Perhitungan menggunakan skala Likert dengan menggunakan lima
jenjang pengukuran antara lain :
Skor :
1. Sangat setuju (kondisi yang sangat diharapkan) 5
2. Setuju (kondisi yang diharapkan/baik) 4
3. Ragu-ragu (kondisi yang kurang diharapkan) 3
4. Tidak setuju (kondisi yang tidak diharapakan) 2
5. Sangat tidak setuju (kondisi yang sangat tidak diharapkan) 1
Tabel 5. Matrik Evaluasi Kinerja
No Aspek Penilaian Kinerja
1. Pendistribusian 2 70
2. Pola Keuntungan 2 70
3. Kualitas Produk 2 70
Jumlah 6 210
Sumber: Hasibuan, 2004
3. Pengukuran Hubungan antara Variabel Perilaku dan Variabel Kinerja
Analisis korelasi parsial antara variabel perilaku dan variabel kinerja
r =
r = Koefisien Korelasi Product Moment
N = Jumlah Pengamatan
X = Variabel Perilaku
Y = Variabel Kinerja
Korelasi Pearson dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih
dari angka (-1≤ r ≤ 1). Apabila nilair = -1 artinya korelasi negatif tertinggi ; r = 0
artinya tidak ada korelasi ; dan r = 1 berarti korelasi positif tertinggi.
Tabel 6. Interpretasi nilai r sebagai berikut :
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,80 – 1,00
Untuk menguji signifikan korelasi antara variabel perilaku terhadap variabel
kinerja menggunakan uji – t dengan rumus :
Keterangan :
thitung = nilai t
r = Koefisien korelasi hasil perhitungan
n = Jumlah Pengamatan
Dengan kriteria pengujian adalah apabila diperoleh thitungpositif, maka berlaku
thitung≤ ttabel= Ho diterima, Haditolak (korelasi tidak signifikan)
thitung≥ ttabel= Ho ditolak, Haditerima (korelasi signifikan)
Untuk mengukur Reliabilitas menggunakan metode Alpha dengan rumus sebagai
berikut :
Dimana : r11 = Nilai Reliabilitas
∑Si = Jumlah Varians Skor Tiap – tiap item
St = Varians Total
k = Jumlah item
Menghitung varians skor tiap – tiap item dengan rumus sebagai berikut :
(∑X)2 = Jumlah item Xidikuadratkan
N = Jumlah responden
Menghitung varians total dengan rumus sebagai berikut :
N N
X X
S
t t
t
2
2
Dimana : St = Varians total
∑Xt2 = Jumlah kuadrat X total
(∑Xt)2 = Jumlah X total dikuadratkan
N = Jumlah responden
(Riduwan, 2002:125)
Dengan kaidah keputusan :
r11> rtabelberarti Reliabel
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Hanum, Yuhilza. 2004. Analisis Ekonomi Industri Farmasi Indonesia. Disertasi Universitas Gunadarma. Jakarta.
Hasibuan, Nurimansjah, 2004. Ekonomi Industri. LP3ES. Jakarta.
Kirana Jaya, Wihana, 2004. Pengantar Ekonomi Industri: Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar. BPFE. Yogyakarta.
Kotler, Phillip. 2007. Mananjemen Pemasaran. LP FE Universitas Indonesia. Jakarta.
Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Nicholson, Walter. 2001. Teori Ekonomi Mikro. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Riduwan. 2004. Metode Dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabet. Bandung.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 2005. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.
Sudarsono. 2001. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Mikroekonomi. Rajawali Pers. Jakarta. Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Tjiptono, Fandy. 2005. Pemasaran Jasa. Bayu Media. Jakarta.
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap perusahaan jasa kursus Bahasa Inggris di
Bandar Lampung maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Perilaku perusahaan jasa kursus Bahasa Inggris di Bandar Lampung dominan
pada strategi pelayanan jasa, terkait dengan perilaku konsumen maka dapat
diketahui bahwa motivasi konsumen dalam menggunakan jasa ini tidak hanya
didasarkan pada pertimbangan harga tetapi lebih fokus pada pelayanan dan
reputasi perusahaan jasa kursus Bahasa Inggris. Dalam industria ini perusahaan
menghadapi persaingan pasar, akan tetapi reaksi perusahaan saingan terhadap
keputusan harga kurang diperhatikan sedangkan strategi promosi sebagai aspek
perilaku terpenting pada struktur pasar oligopli mempunyai peranan penting
dalam upaya perusahaan meningkatkan kinerja usaha, Namun dalam industria
ini strategi promosi kurang dimaksimalkan.
2. Variabel perilaku perusahaan berupa aspek pelayanan jasa, aspekpromosi dan
aspek penetapan tarif mempunyai hubungan yang sangat kuat dan signifikan
positif dengan variabel kinerja usaha. Hal ini berarti variabel perilaku
perusahaan sejalan dengan variabel kinerja dimana bila perilaku perusahaan
5.2 . Saran
Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdilakukan,
penelitimemberisaransebagaiberikut :
1. Pelaksanaan kebijakan perusahaan dalam industri jasa kurus Bahasa Inggris
yang terdiri dari aspek perilaku pelayanan, aspek promosi dan aspek
penetapan tarif lebih ditingkatkan, khususnya dalam hal aspek promosi
yang bersifat informasional yaitu memberikan informasi tentang produk
atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen.
2. Perilaku penetapan tarif sebagai salah satu strategi dalam meningkatkan
kinerja usaha hendaknya lebih ditingkatkan oleh perusahaan dengan lebih
memperhatikan tarif pesaingnya agar tidak terjadi persaingan tarif yang
tidak sehat. Jika perusahaan dalam industria ini menetapkan harga tanpa
mempertimbangan tarif pesaing, perusahaan tersebut harus lebih fokus pada
strategi pelayanan dan strategi promosi.
3. Konsumen sebagai penentu keberhasilan perusahaan dalam industri jasa
kursus Bahasa Inggris ini hendaknya dalam menggunakan jasa ini tidak
hanya mempertimbangkan faktor harga saja tetapi juga pelayanan yang