• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PEKON WONOSOBO KECAMATAN WONOSOBO KABUPATEN TANGGAMUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESKRIPSI KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PEKON WONOSOBO KECAMATAN WONOSOBO KABUPATEN TANGGAMUS"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

DESKRIPSI KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PEKON WONOSOBO KECAMATAN WONOSOBO

KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

Relian Arsa Eka Paksi

Masyarakat Pekon Wonosobo adalah mayoritas masyarakat Jawa dengan segala kehidupan sosial dan budaya yang masih dilestarikan hingga saat ini, Pekon Wonosobo menjadi daerah tujuan transmigrasi dari jaman kolonial Belanda sampai masa pemerintahan Republik Indonesia. Seiring perkembangan jaman yang semakin maju kehidupan sosial budaya juga mengalami perubahan walaupun tidak semua aspek kehidupan sosial budaya mengalami perubahan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kehidupan sosial budaya masyarakat di Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kehidupan sosial budaya masyarakat di Pekon Wonosobo yang ada di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus. Untuk mencapai tujuan tersebut penulis menggunakan metode penelitian deskriptif melalui studi wawancara, dengan teknik pendukung pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan, observasi, dan dokumentasi, sedangkan analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan dalam hal komunikasi sehari-hari mayoritas menggunakan bahasa Jawa. Mata pencaharian hidup mayoritas adalah petani.

(2)

DESKRIPSI KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PEKON WONOSOBO KECAMATAN WONOSOBO

KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh:

Relian Arsa Eka Paksi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanggamus, pada tanggal 25 Agustus

1990 merupakan anak pertama dari tiga saudara dari pasangan

Bapak Lukman dan Ibu Roswati. Pendidikan yang telah

diselesaikan oleh penulis adalah :

1.SD Negeri 2 Negara Batin Kecamatan Kotaagung Barat Kabupaten

Tanggamus, selesai pada tahun 2001

2.SMP Negeri 1 Kotaagung Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus,

selesai pada tahun 2005

3.SMA Negeri 1 Kotaagung Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus,

selesai pada tahun 2008

Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN)

Pada Tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di

Yogyakarta dan pada tahun 2011 penulis melaksanakan program Kuliah Kerja

Nyata (KKN) dan Program Kegiatan Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA 17

(7)

MOTO

















Artinya : “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5). Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6).”

(8)

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan karya ini. Kupersembahkan karya ini kepada:

1.

Bapak Lukman dan Ibu Roswati atas restu dan jerih payahmu yang

tulus ikhlas dalam mengantarkanku kejenjang sarjana demi menyongsong

kesuksesan.

2.

Para pendidik yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman

dalam proses pendewasaanku yang begitu berguna dalam kehidupan kini

maupun di masa mendatang.

(9)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Deskripsi Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pekon Wonosobo Kabupaten Tanggamus. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaat-Nya di hari akhir kelak.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga

mendapat banyak bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam

kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, dan dosen di

(10)

meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, serta nasihat

dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi.

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Maskun, M.H. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila.

7. Bapak Drs. Wakidi, M. Hum, selaku dosen Pembimbing Akademik dan

Pembimbing Utama dalam skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu,

memberikan bimbingan, kritik, saran, serta nasihat dalam proses kuliah

dan proses penyelesaian skripsi.

8. Bapak Drs. Ali Imron, M. Hum, selaku. pembahas utama penulis, terima

kasih atas segala kasih sayang yang tulus, nasihat serta bimbingannya untuk

membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah dan para

pendidik di Unila pada umumnya yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi

Pendidikan Sejarah.

10. Keluarga besarku yang selalu mendo’akan, mendukung, dan membantuku.

11.Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik tingkat di Program Studi

Pendidikan Sejarah atas motivasinya.

12.Kepala Pekon Wonosobo, Bapak S. Wardi yang telah bersedia

memberikan izin dalam penelitian ini.

13.Sekretaris Pekon Wonosobo, Bapak Rudiyanto yang telah bersedia

(11)

14.Bapak Sutikno, selaku tokoh masyarakat yang telah memberikan informasi

dan masukan yang sangat berharga terima kasih telah bersedia

meluangkan waktunya dalam penelitian ini.

15.Bapak Daud Kaysinda selaku tokoh masyarakat yang telah memberikan

informasi dan masukan yang sangat berharga terima kasih telah bersedia

meluangkan waktunya dalam penelitian ini.

Semoga ALLAH SWT membalas segala amal kebaikan kita. Penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, Juli 2013

Peneliti

(12)

i

1. Konsep Kehidupan Sosial Budaya ... 12

2. Konsep Masyarakat ... 15

1. Definisi Operasional Variabel ... 24

(13)

ii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil ... 31

1. Lokasi Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 31

a. Gambaran Umum Kecamatan Wonosobo ... 31 2.1 Bahasa Komunikasi Masyarakat PekonWonosobo... 37

3. Demografi... ... 38

4. Mata Pencaharian... ... 39

4.1 Mata Pencaharian Masyarakat Pekon Wonosobo... 39

4.2 Pengolahan Sawah dan Perkembangan Peralatan Pertanian Serta Tradisi Wiwitan di Pekon Wonosobo... .. . 41

a. Pengolahan Sawah di Pekon Wonosobo... 41

b. Pengolahan Peralatan Pertanian dan Tradisi Wiwitan... 42

c. Tradisi Wiwitan Sebelum Panen... 43

4.3 Peralatan Hidup dan Teknologi Masyarakat Pekon Wonosobo.. ... . 45

5. Organisasi sosial Hubungan Kekerabatan dan Hubungan Sosial Antar Masyarakat... ... .. 46

5.1 Hubungan Kekerabatan... ... .. 47

a. Prinsip-prinsip Keturunan dalam Masyarakat Jawa... 47

b. Sistem Istilah Kekerabatan Masyarakat Jawa... 48

5.2 Hubungan Sosial Antar Masyarakat... ... .. 50

a. Kegiatan Gotong-royong... 51

b. Kegiatan Ronda malam... 53

6. Tingkat Pendidikan Masyarakat Pekon Wonosobo... ... .. 54

7. Religi (Kehidupan Keagamaan)... .... .. 55

a. Kegiatan Majelis Taklim... 56

b. Remaja Islam Masjid (RISMA)... 58

8. Kehidupan Kesenian di Pekon Wonosobo... .... .. 58

a. Kesenian Kuda Lumping... 59

b. Kesenian Wayang Kulit... 60

c. Minat Generasi Muda Terhadap Kesenian... 62

9. Perkembangan Kehidupan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pekon Wonosobo Sekarang... ... . 62

b. Pembahasan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus ... . 64

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... .. 73

B. Saran ... .. 75

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Pekon Wonosobo... 35

Tabel 2. Kepemilikan Hewan Ternak... 36

Tabel 3. Sarana dan Prasarana Pekon... 36

Tabel 4. Mata Pencaharian Penduduk... 41

Tabel 5. Sistem Istilah Kekerabatan Masyarakat Jawa... 50

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kelompok Pengajian Ibu-ibu melaksanakan pengajian di Masjid

Gambar 2. Ibu-ibu pengajian serius mendengarkan ceramah dari sang Ustadz

Gambar 3. Kelompok pengajian bapak-bapak juga melakukan pengajian rutin

Gambar 4. Bapak-bapak pengajian sedang melakukan doa

Gambar 5. Warga bergotong-royong membersihkan jalan lingkungan

Gambar 6. Warga bergotong-royong membuat jalan tembus antar dusun

Gambar 7. Warga melaksanakan ronda malam bekerjasama dengan (Kepolisian)

Gambar 8. Warga secara bergiliran melaksanakan ronda malam

Gambar 9. Kesenian wayang kulit masih dilestarikan di Pekon Wonosobo

Gambar 10. Kesenian kuda lumping juga masih dilestarikan

Gambar 11. Prosesi pertama Upacara wiwitan yakni merangkai sesaji

Gambar 12. Prosesi kedua membaca mantra wiwitan

Gambar 13. Prosesi ketiga menyiram air kendi dadah sirep

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Pedoman Wawancara... 81

Identitas Responden... 84

Data Hasil Wawancara... 86

Gambar-gambar Penelitian... 109

Komisi Pembimbing... 110

Surat Izin Penelitian Pendahuluan ke Pekon Wonosobo... 111

Surat Izin Penelitian... 112

Rencana Kaji Tindak Skripsi... 113

Rekomendasi Penelitian... 114

Sketsa Pekon Wonosobo... 115

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan sebagai hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia memiliki peranan

penting dalam kehidupan manusia. Kebudayaan memiliki unsur-unsur yang

universal, dan menurut Koentjaraningrat, istilah universal itu menunjukkan bahwa

unsur-unsur tadi bersifat universal, jadi unsur-unsur tadi ada dan bisa didapatkan

di dalam semua kebudayaan dari semua bangsa di manapun di dunia.

Kebudayaan Indonesia memiliki beraneka ragam budaya daerah yang menjadi

khasanah budaya bangsa. Masing-masing daerah memiliki ciri khas tertentu

mewakili setiap daerahnya. Begitu juga masyarakat yang ada di Pekon Wonosobo

yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang transmigrasi di Indonesia yang

dimulai pada masa pendudukan pemerintah kolonial Belanda yang awalnya

dikenal dengan istilah kolonisasi. Program tersebut merupakan bagian dari politik

etis (etische politiek) yang dicanangkan oleh Van de Venter, yakni politik balas

yang pada garis besarnya meliputi program irigasi, edukasi, dan emigrasi. (Patrice

Levang, 2003:9)

Program kolonisasi pertama berlangsung pada tahun 1905, yang merupakan cikal

bakal adanya transmigrasi di Indonesia tahun 1955, rombongan transmigran dari

(18)

2

Kedatangan para kolonis dari daerah Bagelen Purworejo Jawa Tengah ke

Gedongtataan tidak terjadi sekaligus, akan tetapi rombongan tersebut datang

secara berangsur-angsur seiring dengan kesiapan penyiapan lahan yang dilakukan

oleh rombongan pendahulunya.(Patrice Levang, 2003:9)

Periode selanjutnya pemerintah kolonial Belanda membuka daerah kolonisasi

yang lebih besar yakni pada periode Lampongsche Volksbank tepatnya tahun 1921

yang diberi nama Wonosobo di dekat Kotaagung sekarang, para transmigran

mulanya ditempatkan di bedeng Wonosobo yang kemudian pada tahun 1933

beralih fungsi menjadi pasar Wonosobo, setelah dibangunnya jembatan Way

Maja, Way Belu yang selesai dibangun pada tahun 1927. sarana penunjang yang

lainnya adalah pusat kesehatan yang kini beralih fungsi menjadi SD Negeri 1

Soponyono dan sarana peribadatan yang sekarang menjadi masjid Jami Darul

Hidayah Pekon Soponyono.(Patrice Levang, 2003 hal 9-10 dan wawancara

dengan bapak Sutikno tokoh masyarakat Pekon Wonosobo)

Masyarakat Jawa datang secara berangsur-angsur seiring dengan kesiapan

penyiapan lahan yang dilakukan oleh rombongan pendahulunya, para

(transmigran) berasal dari daerah Wonosobo, Jawa Tengah namun perkembangan

selanjutnya banyak yang datang dengan swakarsa yang berasal dari Blitar,

Klaten, Ponorogo dan Banyumas.

Menurut bapak Sutikno tokoh masyarakat dan tokoh adat asal kata dari

Wonosobo adalah berasal dari bahasa Jawa yakni Wono yang berarti hutan atau

alas dan Sobo berarti tempat singgah atau tempat berkelana, yang artinya tempat

(19)

3

hutan.(wawancara dengan bapak Sutikno tokoh masyarakat di Pekon Wonosobo

pada tanggal 17 Mei Tahun 2013)

Masyarakat Jawa di Pekon Wonosobo telah berbaur dengan masyarakat lain yang

menghasilkan kebudayaan baru tanpa meninggalkan kebudayaan yang sudah ada

kehidupan masyarakat ini khususnya di Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo.

Karena masyarakat Jawa di Pekon Wonosobo mempunyai nilai sejarah yang

menjadi cikal bakal adanya Kecamatan Wonosobo dan kehidupan sosial budaya

yang menarik untuk diteliti. Karena kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi

manusia dalam beradaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial budayanya.

Kebudayaan juga berfungsi untuk membantu manusia dalam memenuhi

kebutuhan dan sebagai sarana bagi manusia dalam berinteraksi antar sesama

terhadap lingkungannya.

Masyarakat di Pekon Wonosobo yang mayoritas masyarakat Jawa masih

memegang teguh adat dan budaya mereka walaupun mengalami penyesuain

dengan jaman dan lingkungan yang mereka tinggali, mereka berbaur dengan

masyarakat yang lain seperti dengan masyarakat pribumi Lampung, masyarakat

Sunda, Banten maupun masyarakat lain di sekitarnya.

Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari hari masyarakat di Pekon

Wonosobo adalah bahasa Jawa, bahasa Jawa ini juga sangat dominan dalam

komunikasi sehari-hari bahkan di lingkungan pasar Wonosobo masyarakat

pribumi Lampung juga sangat pandai dalam berbahasa Jawa, dalam penggunaan

bahasa Jawa masyarakat di Pekon Wonosobo juga mempunyai tingkatan dalam

(20)

4

yang sudah sepuh maka bahasa Jawa yang digunakan dan untuk komunikasi

dalam keseharian disebut bahasa Jawa ngoko, sebagaimana dijelaskan adalah

bahasa Jawa halus yang biasa disebut dengan bahasa kromo inggil, generasi muda

juga memakai bahasa Jawa karena sudah diajarkan dari lingkungan keluarga

sehingga bahasa Jawa tetap lestari walau jaman sudah modern.

Masyarakat di Pekon Wonosobo sebagian besar bermatapencaharian sebagai

petani baik petani sawah maupun petani namun ada juga yang

bermatapencaharian sebagai PNS, buruh, pedagang dan yang lainnya. Lahan dan

potensi yang ada dimanfaatkan oleh masyarakat di Pekon Wonosobo, adanya areal

persawahan dan didukung oleh pengairan yang cukup maka tidak mengherankan

masyarakat di Pekon Wonosobo mayoritas sebagai petani, yang mengolah sawah

dari turun temurun. Pekon Wonosobo juga sangat dekat dengan pasar Wonosobo

maka banyak juga yang berprofesi sebagai pedagang, banyak yang berdagang

hasil bumi seperti sayuran maupun bahan pokok lain yang dibutuhkan

masyarakat. Bagi yang tidak mempunyai sawah maka akan menjadi buruh tani.

Pekerjaan tambahan yang lain adalah beternak yang dapat menambah

penghasilan. Banyak generasi muda yang bekerja di luar daerah karena faktor

sempitnya lapangam kerja yang tersedia maupun dengan alasan untuk mencari

pengalaman.

Pengetahuan mengenai pertanian yang berkembang pada masyarakat Pekon

Wonosobo, pengetahuan mengenai pertanian khususnya pengolahan sawah masih

memperhatikan gejala alam dan sudah mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Sudah menjadi kebiasaan masyarakat di Pekon Wonosobo untuk menghindari

(21)

5

datangnya hama yang disebut dengan wereng, selain ada sebuag tradisi yakni

upacara wiwit/wiwitan sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dalam peralatan pertanian dan rumah tangga sudah bergeser dari alat tradisional

menuju kepada alat yang lebih modern dari hasil penelitian di lapangan

menunjukkan bahwa peralatan pertanian pada masyarakat Pekon Wonosobo sudah

menggunakan peralatan modern seperti bajak atau traktor yang dahulunya masih

menggunakan tenaga manusia yang dibantu oleh hewan seperti sapi dan kerbau.

Begitu juga dengan peralatan rumah tangga.

Kehidupan organisasi sosial khususnya hubungan kekerabatan mengenal

prinsip-prinsip keturunan dan menggunakan istilah kekerabatan masyarakat Jawa, selain

itu hubungan sosial antar masyarakat berkembang sejalan dengan perkembangan

kehidupan keagamaan yang ada karena secara resmi organisai sosial yang

berkembang tidak ada, organisasi sosial yang berkembang adalah kelompok

pengajian majelis taklim dan kegiatan remaja Islam masjid (risma), hubungan

kemasyarakatan juga berjalan dengan baik hubungan sosial ini dapat dilihat dari

kegiatan gotong royong dan ronda malam yang masih dilakukan hingga saat ini.

Hubungan sosial antar masyarakat di Pekon Wonosobo terjalin dengan baik,

warga saling membantu satu dengan yang lain, apabila ada yang terkena musibah

maka warga yang lain membantu untuk meringankan bebannya. Hampir tidak

pernah terjadi adanya konflik atau gesekan yang menyebabkan keributan, karena

rasa toleransi antar masyarakat sangat tinggi tidak hanya di lingkungan desa

sendiri juga dengan masyarakat lain di sekitarnya.

Mayoritas masyarakat Pekon Wonosobo tamatan sekolah menengah atas (SMA)

(22)

6

terdapat belum cukup memadai yang hanya mempunyai satu sekolah dasar dan

sekolah PAUD untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi maka harus

sekolah ke daerah lain, minat masyarakat terhadap pendidikan sangat tinggi,

masyarakat sudah menyadari bahwa pendidikan bisa memangkas rantai

kemiskinan dan menjamin masa depan yang cerah. Adapun sekolah yang terdapat

di Pekon Wonosobo adalah satu buah sekolah dasar dan satu buah sekolah PAUD,

yakni Sekolah Dasar Negeri 1 Wonosobo dan PAUD LATANSA, kondisi di

kedua lembaga pendidikan tersebut sangat baik baik dari sarana sekolah maupun

dari jumlah guru yang ada.

Agama yang dianut mayoritas masyarakat di Pekon Wonosobo adalah agama

Islam, walaupun ada juga yang menganut agama lain yang hanya beberapa orang.

Kehidupan keagamaan di Pekon Wonosobo ditandai adanya perkumpulan

keagamaan seperti Majelis Taklim maupun RISMA, yang selalu melaksanakan

kegiatan pengajian secara teratur juga menyelenggarakan perayaan hari besar

agama Islam seperti Isra mi’raj, maulid Nabi maupun hari besar yang lainnya,

ibu-ibu juga tidak ketinggalan dengan adanya kegiatan Qosidahan, dengan adanya

kegiatan tersebut banyak manfaat yang dirasakan masyarakat.

Kesenian yang masih dilestarikan adalah kesenian kuda lumping dan wayang

kulit, kesenian ini masih bertahan sampai sekarang. Kesenian kuda lumping

hingga saat ini masih dilestarikan masyarakat di Pekon Wonosobo bahkan

masyarakat lain pun sering mengundang grup kuda lumping untuk tampil dalam

acara hajatan maupun kegiatan formal yang diadakan oleh pemerintah. Kesenian

kuda lumping tidak hanya diminati oleh masyarakat Jawa namun juga masyarakat

(23)

7

daerah agar kebudayaan kuda lumping tetap lestari walaupun jaman sudah

modern. Kesenian wayang kulit hingga saat ini juga masih dilestarikan

masyarakat di Pekon Wonosobo wayang kulit biasanya digelar dalam acara

hajatan warga yang tentunya warga yang mampu karena biaya pertunjukan nya

yang agak mahal, pada saat hari ulang tahun desa maupun kegiatan formal yang

diadakan oleh pemerintah. Kesenian kuda lumping tidak hanya diminati oleh

masyarakat Jawa namun juga masyarakat yang lain.

Kesenian Tari Kuda lumping adalah sebuah seni tari yang dimainkan dengan

menggunakan peralatan berupa kuda tiruan yang dibuat dari anyaman bambu.Jika

dilihat ritmis tarian kuda lumping ini sepertinya merefleksikan semangat heroisme

dan aspek kemiliteran jaman dulu ,yaitu sebuah pasukan kavaleri berkuda.Ini bisa

dilihat dari gerakan seni tari kuda lumping yang dinamis,ritmis dan

agresif,layaknya gerakan pasukan berkuda ditengah medan peperangan.

Tidak dipungkiri bahwa perubahan kehidupan sosial budaya pada setiap

kehidupan masyarakat pasti mengalami perubahan, dari waktu ke waktu. Seiring

perkembangan jaman yang semakin maju serta era globalisasi yang semakin

menembus sisi kehidupan masyarakat yang secara tidak telah mengubah pola

kehidupan masyarakat saat ini. Begitu juga yang terjadi di Pekon Wonosobo.

Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas, maka hal itu menarik bagi

penulis untuk mengkaji dengan segala kegiatan dan fenomena kehidupan sosial

budaya masyarakat di Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten

(24)

8

B. Analisis Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil dari berbagai sumber data yang diperoleh serta latar belakang

masalah, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

a. Interaksi sosial masyarakat pendatang dengan masyarakat pribumi di Pekon

Wonosobo.

b. Pengaruh kemajuan teknologi dan informasi terhadap kehidupan sosial

budaya masyarakat Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten

Tanggamus.

c. Kehidupan sosial budaya masyarakat Pekon Wonosobo Kecamatan

Wonosobo Kabupaten Tanggamus.

2. Pembatasan Masalah

Agar penyusunan penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan, maka dalam

penelitian ini penulis membatasi masalah pada kehidupan sosial budaya

masyarakat Pekon Wonosobo di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah

kehidupan sosial budaya masyarakat Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo

(25)

9

C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kehidupan sosial budaya

masyarakat di Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten

Tanggamus.

2. Kegunaaan Penelitian

1. Memperluas pengetahuan penulis tentang kehidupan sosial budaya

masyarakat di Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten

Tanggamus.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi bagi

pembaca yang ingin mengetahui tentang kehidupan sosial budaya

masyarakat di Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten

Tanggamus.

3. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perhatian

khususnya kepada pemerintah Kecamatan Wonosobo Kabupaten

Tanggamus untuk lebih memperhatikan kebudayaan masyarakat agar tetap

(26)

10

3. Ruang Lingkup Penelitian

Tema yang diajukan oleh penulis adalah tentang kehidupan sosial budaya

masyarakat di Pekon Wonosobo. Dengan menggunakan pendekatan ilmu sosial

khususnya Sejarah Sosial yang mengkaji kehidupan sosial budaya, dan akan

dicoba dipahami berbagai faktor yang menjadi latar belakang penelitian. Sumber

data diperoleh melalui wawancara dengan tokoh masyarakat yang ada di Pekon

Wonosobo dan Perpustakaan Unila maupun Perpustakaan Daerah Lampung,

karena disana terdapat sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian yang

sedang dilakukan. Teknis analisis data yang digunakan adalah teknik analsis data

kualitatif karena data yang diperoleh bukanm dalam bentuk angka-angka

melainkan dalam bentuk tulisan –tulisan, dokumen-dokumen, dan

fenomena-fenomena yang berkaitan dengan obyek yang sedang diteliti.

Dalam ruang lingkup penelitian yang menjdi subyek penelitian adalah

masyarakat Pekon Wonosobo, Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus,

dengan objek penelitian adalah kehidupan sosial budaya masyarakat Jawa Pekon

Wonosobo Peneliti mengambil penelitian di Pekon Wonosobo karena merupakan

desa tertua masyarakat Jawa yang ada di Kecamatan Wonosobo, juga tidak bisa

dilepaskan dari sejarah kolonisasi yang dijadikan sebagai tempat pertama

kedatangan masyarakat Jawa saat kolonisasi pada jaman Belanda di era

Lampongsche Volksbank tahun 1921, yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya

Kecamatan Wonosobo sekarang, melakukan pendataan, studi wawancara, dan

studi kepustakaan di Perpustakaan Daerah Lampung, untuk memperoleh

sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan waktu penelitian tahun

(27)

11

REFERENSI

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.Hal 203

Ibid. Halaman 203.

Patrice Levang. 2003. Ayo Ke Tanah Sabrang : Transmigrasi di Indonesia. Jakarta. Grafika Yuana. Hal 9

Ibid. halaman 128

Sumber lain:

(28)

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Kehidupan Sosial Budaya

Kehidupan masyarakat terdiri dari berbagai aspek yang antara aspek satu dengan

aspek yang lainnya terdapat keterkaitan yang saling mendukung serta melengkapi.

Namun ada aspek yang penting dibandingkan dengan aspek yang lainnya yaitu

aspek sosial budaya.

Unsur kebudayan yang universal yang umum ditemukan di seluruh dunia yakni

ada tujuh unsur kebudayaan yakni :

1. Sistem religi

2. Sistem Kemasyarakatan/organisasi sosial 3. Bahasa

4. Sistem Pengetahuan 5. Kesenian

6. Sistem mata pencaharian hidup 7. Peralatan hidup dan teknologi (Koentjaraningrat. 2002. 203)

Ketujuh unsur kebudayaan ini terurai dalam wujud dalam kehidupan masyarakat

seperti dalam sistem religi yang mempunyai wujudnya sebagai sistem keyakinan

dan gagasan-gagasan tentang Tuhan, dewa-dewa, roh-roh halus neraka dan

sebagainya tujuh unsur kebudayaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sistem Religi

(29)

13

suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.

Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.

2. Sistem Kemasyarakatan/Organisasi sosial

Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya.

3. Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia. Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.

4. Sistem Pengetahuan

(30)

14

dengan adanya sistem pengetahuan kita menjadi tahu dunia luar dan sangat bermanfaat untuk kehidupan karena berpengaruh pada pekerjaanseseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak perlu semua kita pelajaricukup beberapa saja kita kuasai, maka akan banyak informasi yang kita dapat.

5. Kesenian

Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.

Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.

6. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian sangat diperlukan untuk setiap masyarakat karenabermanfaat untuk memenuhi kehidupan manusia. Misalnya kaumpegawai/karyawan, kaum, petani, nelayan, pedangan. buruh dan seterusnya. Haltersebut merupakan mata pencaharian yang harus kita tekuni. Contohnyamasyarakat yang hidup dipesisir pantai lebih banyak bermata pencahariansebagai nelayan atau masyarakat yang hidup di perkotaan lebih banyak bermatapencaharian sebagai pegawai kantoran.

7. Peralatan hidup dan teknologi

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.

(Koentjaraningrat, 2002, 205)

Lebih lanjut mengutip pendapat Irwan Julianto dalam bukunya Peranakan

(31)

15

Sosial budaya merupakan proses asimilasi yaitu proses perubahan budaya antara

dua masyarakat atau lebih secara perlahan dan sama sekali perubahan budaya bisa

terjadi hanya pada satu pihak saja atau pada kedua belah pihak. Beberapa banyak

yang ditiru dan apa yang diambil dari kebudayaan pihak lain kedalam sendiri dan

memang tidak diketahui unsur yang mana karena kontak itu terjadi secara

komunal atau individual (Irwan Julianto. 2009 : 16)

Kehidupan sosial budaya adalah suatu hidup saling berinteraksi satu sama lain

yang dilihat dari unsur-unsur kebudayaan yang ada. Sosial budaya dapat

merupakan penyebab atau akibat faktor-faktor ekonomi desa/daerah sehingga

menyebabkan minimnya nilai sosial seperti adat, pendidikan dan lembaga desa

yang merupakan penghambat kemajuan desa kondisi sosial budaya dapat menjadi

ciri sosial masyarakatnya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa kehidupan sosial budaya

adalah kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan budaya yang terdapat di

dalam suatu masyarakat yang saling berinteraksi sehingga dapat mempengaruhi

nilai-nilai sosial yang menjadi ciri masyarakatnya.

2. Konsep Masyarakat

Istilah masyarakat diambil dari kata “Syaraka” bahasa Arab, yang secara umum

berarti saling berperan serta, saling bergaul. Sedangkan Society (dalam bahasa

Inggris) ataupun socius dalam bahasa latin yang berarti sekumpulan kawan, teman

sepergaulan.

Masyarakat merupakan sekumpulan manusia, setidaknya terdiri atas lebih dari 1

(32)

16

menimbulkan suatu ikatan rasa identitas bersama dalam suatu rentang waktu yang

lama dan berkesinambungan.

Masyarakat adalah sekolompok manusia yang anggotanya satu sama lain

berhubungan erat dan memiliki hubungan timbal balik. Di dalam interaksi

terdapat nilai-nilai sosial tertentu yang menjadi pedoman untuk bertingkah laku

sebagai anggota masyarakat dan biasanya memiliki kebiasaan, tradisi, sikap, dan

perasaan yang sama untuk menciptakan ciri bagi masyarakat tersebut. (Myrda.

1990 : 180).

Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah lama hidup dan bekerja

sama sehingga mereka itu mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya

sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. (Ralp Linton sebagai

mana dikutip Harsoyo: 1977)

Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan

bekerja sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang

dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. (Linton

Pengantar Antropologi, 1967 hal 86)

Menurut Robert Mac Iver masyarakat adalah salah satu sistem dari kerja dan

prosedur daripada otoritas dan saling bantu membantu yang meliputi

kelompok-kelompok dan pembagian sosial lainnya, sistim dan pengawasan tingkah laku

manusia dan pengawasan.

Masyarakat adalah sekumpulan orang-orang yang hidup bersama yang

(33)

17

Berdasarkan keragaman definisi-definisi di atas, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat adalah kelompok

manusia yang hidup bersama dalam wilayah tertentu dan bekerjasama mencapai

terkabulnya keinginan-keinginan bersama.

B. Kerangka Pikir

Kehidupan sosial budaya masyarakat di wilayah tertentu sungguh menarik untuk

dikaji dan dipelajari, keragaman suku, budaya serta agama melahirkan sebuah

kekayaan budaya yang tak ternilai harganya. Semboyan bhineka tunggal ika

terwujud dalam kehidupan sosial budaya di masyarakat, seperti halnya di Pekon

Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.

Sejarah panjang transmigrasi dari yang dulunya kolonisasi, telah membawa

masyarakat Jawa di Kecamatan Wonosobo khususnya di Pekon Wonosobo yang

tidak bisa dipisahkan dari sejarah kolonisasi tersebut, yang membentuk identitas

kebudayaan sendiri yang tentunya memperkaya kehidupan sosial budaya pada

masyarakat di Kecamatan Wonosobo.

Keadaan dimana kondisi awal mereka berbeda dengan kondisi daerah baru yang

mereka tempati. Dengan kata lain kehidupan sosial budaya mereka harus

beradaptasi dengan wilayah yang baru tanpa meninggalkan kebiasaan yang sudah

ada. Ini dapat dilihat dari tujuh (7) unsur kehidupan sosial budaya masyarakat

Pekon Wonosobo yakni kehidupan keagamaan (religi), sistem

kemasyarakatan/organisasi sosial, bahasa, sistem pengetahuan, kesenian, mata

pencaharian hidup dan peralatan hidup dan teknologi baik dalam peralatan

(34)

18

Masyarakat di Pekon Wonosobo menggunakan bahasa Jawa dalam komunikasi

sehari-hari mereka, dalam berkomunikasi dengan para orang tua maka bahasa

yang digunakan adalah bahasa halus atau yang disebut dengan kromo inggil dan

untuk bahasa keseharian disebut dengan bahasa Jawa ngoko. Tingkatan bahasa ini

digunakan dengan siapa lawan berbicara.

Masyarakat di Pekon Wonosobo sebagian bermatapencaharian sebagai petani,

pekerjaan tambahan seperti beternak dan menjadi buruh tani, dengan pekerjaan

tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dengan kehidupan

yang sederhana. Dalam kehidupan keseharian hubungan sosial masyarakat terjalin

dengan baik, kegiatan gotong royong dan siskamling seperti ronda malam masih

dilaksanakan, konflik yang hampir tidak pernah terjadi.

Hubungan Kekerabatan dan sosial masyarakat berjalan dengan baik, Sistem

kekerabatan masyarakat jawa khususnya di Pekon Wonosobo memiliki keindahan

mulai dari prinsip-prinsip kekerabatan sampai istilah yang dipakai dalam

kekerabatan. Sistem kekerabatan selalu disampaikan secara turun-temurun,

hubungan sosial antar masyarakat juga berjalan dengan baik hubungan sosial ini

dapat dilihat dari kegiatan gotong royong dan ronda malam yang masih dilakukan

hingga saat ini.

Mayoritas masyarakat di Pekon Wonosobo sebagian besar menganut agama

Islam, ada sebagian kecil yang menganut agama lain seperti kristen, perkumpulan

keagamaan juga berkembang seperti Majelis Taklim dan Risma, yang rutin

melaksanakan pengajian setiap minggu dan menyelenggarakan peringatan hari

(35)

19

pengetahuan pertanian yang berkembang pada masyarakat Pekon Wonosobo,

pengetahuan mengenai pertanian khususnya pengolahan sawah masih

memperhatikan gejala alam dan sudah mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Sudah menjadi kebiasaan masyarakat di Pekon Wonosobo untuk menghindari

bercocok tanam padi pada bulan Mei dikarenakan pada bulan ini adalah bulan

datangnya hama yang disebut dengan wereng, selain ada sebuag tradisi yakni

upacara wiwit/wiwitan sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Minat masyarakat Pekon Wonosobo dalam bidang pendidikan sudah cukup tinggi,

orang tua sudah banyak menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi masa

depan anak-anak hal ini ditandai banyaknya orang tua yang menyekolahkan

anaknya sampai ke perguruan tinggi. Untuk kesenian di Pekon Wonosobo

berkembang kesenian kuda lumping dan wayang kulit yang sampai saat ini masih

dilestarikan keberadaannya.

Dalam peralatan pertanian dan rumah tangga sudah bergeser dari alat tradisional

menuju kepada alat yang lebih modern dari hasil penelitian di lapangan

menunjukkan bahwa peralatan pertanian pada masyarakat Pekon Wonosobo sudah

menggunakan peralatan modern seperti bajak atau traktor yang dahulunya masih

menggunakan tenaga manusia yang dibantu oleh hewan seperti sapi dan kerbau.

Begitu juga dengan peralatan rumah tangga.

Keberadaan yang demikian menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian

terhadap masyarakat yang hidup di daerah tersebut dengan menitikberatkan, pada

kehidupan sosial budaya masyarakat Jawa di Pekon Wonosobo Kecamatan

Wonosobo Kabupaten Tanggamus. Sebab dengan mengetahui kehidupan sosial

(36)

20

Masyarakat Pekon Wonosobo

budaya dan kehidupan sosial budaya mereka yang secara langsung memperkaya

(37)

21

REFERENSI

Koentjaraningrat, 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Halaman 203.

Irwan Julianto, 2009. Peranakan Tionghoa Indonesia Sebuah Perjalanan Budaya. Jakarta : Intisari. Halaman 16.

Myrda. 1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid10. Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka. Halaman 180.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta halaman. 339

Ibid. halaman 381

Ibid. halaman 383

(38)

22

III. METODE PENELITIAN

A. Metode yang Digunakan

Salah satu ciri kegiatan ilmiah adalah terdapatnya suatu metode yang tepat dan

sistematis sebagai suatu penentu kearah pemecahan masalah. Metode adalah cara

yang sebaiknya harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Sedangkan metode

penelitian adalah suatu yang berkenaan dengan cara-cara atau alat yang dipakai

dalam suatu proses penilaian.

Metode Deskriptif

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, karena

penulis ingin menggambarkan keadaan yang sebenarnya mengenai kehidupan

sosial budaya masyarakat di Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten

Tanggamus.

Menurut Hadari Nawawi metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan

lain-lain ada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana

adanya.

(39)

23

1. Perumusan masalah

2. Menentukan ruang lingkup penelitian

3. Pengumpulan data

4. Pengolahan data

5. Menarik kesimpulan dari data yang telah terkumpul

6. Menyusun laporan hasil penelitian secara tertulis

Adapun penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan kehidupan sosial budaya masyarakat Pekon Wonosobo

Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.

A.1 Lokasi Peneltian

Penelitian mengenai Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pekon Wonosobo

Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus, Adapun pemilihan lokasi ini

didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:

a. Di lokasi tersebut adalah tempat pertama kali datangnya masyarakat

transmigran yang menjadi sejarah berdirinya Kecamatan Wonosobo

b. Lokasi tersebut dekat dengan desa kelahiran penulis sehingga akan

dapat lebih mudah melakukan penelitian

B. Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menjadi obyek

(40)

24

berperan dalam peristiwa atau gejala-gejala yang akan diteliti.(Suharsimi

Arikunto, 2002 : 96)>

Hadari Nawawi dan Mimi Martini mengemukakan bahwa variable adalah

beberapa gejala yang berfungsi sama dalam suatu masalah (Nawawi dan Martini,

1994 : 49).

Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa variabel adalah sesuatu

yang dapat diukur dan menjadi inti dari penelitian, dalam penelitian ini variabel

yang digunakan penulis adalah variabel tunggal yaitu kehidupan sosial budaya

masyarakat Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.

1. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel atau memberi petunjuk pelaksanaan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel. (Masri Singarimbun, 1989 : 46).

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah bagaimana kehidupan

masyarakat di Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo berdasarkan aspek sosial

budayanya.

C. Sumber Data

Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa variabel adalah sesuatu

yang dapat diukur dan menjadi inti dari penelitian, dalam penelitian ini variabel

manusia yang disebut informan. Hal ini sesuai dengan pendapat H.B. Sutopo

bahwa penelitian kualitatif posisi sumber data yang berupa manusia (narasumber)

(41)

25

dan narasumber disini memiliki posisi yang sama, oleh karena itu narasumber

bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa

lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Karena

posisi inilah sumber data yang berupa manusia di dalam penelitian kualitatif lebih

tepat disebut sebagai informan daripada sebagai responden. (H.B. Sutopo, 2006 :

57-58)

Dengan demikian, peneliti merujuk kepada pendapat Abdurrahman Fathoni yang

menyatakan bahwa responden adalah sumber data primer, data tentang dirinya

sendiri sebagai objek penelitian, sedangkan informan ialah sumber data sekunder,

data tentang pihak lain, tentang responden. Oleh sebab itu informan hendaknya

dipilih dari orang yang banyak mengetahui atau mengenal keadaan responden.

(Abdurrahman Fathoni. 2006 : 105)

Oleh karena itu, peneliti menetapkan informan dengan kriteria sebagai berikut :

1. Individu yang bersangkutan merupakan tokoh adat atau sesepuh dari

masyarakat setempat

2. Individu yang bersangkutan merupakan ahli yang memiliki pengetahuan

tentang sejarah Pekon Wonosobo dan kehidupan masyarakat serta

kebudayaan yang dimilikinya.

3. Individu yang bersangkutan memiliki kesediaan dan waktu yang cukup.

Berdasarkan kriteria tersebut maka, informan yang sesuai sebagai sumber data

dalam penelitian ini sebaiknya diperoleh dari individu yang memiliki informasi

menguasai informasi, dan bersedia memberikan informasi-informasi yang relevan

(42)

26

A. Teknik Pengumpulan Data

Dalam setiap penelitian ilmiah diperlukan juga teknik pengumpulan data yang

relevan, sehubungan dengan itu, untuk memperoleh data yang diperlukan dalam

penelitian ini, maka penulis memakai teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Menurut Hadari Nawawi (1993:95) wawancara salah satu teknik pengumpulan

data, merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data yang mengharuskan

seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka (face

to face) dengan sumber data, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam

situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut.

(Hadari Nawawi 1993:95)

Teknik wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan data penelitian yang

berupa jawaban pertanyaan lisan yang diajukan oleh peneliti, yaitu untuk

mengetahui kehidupan sosial budaya masyarakat Pekon Wonosobo Kecamatan

Wonosobo Kabupaten Tanggamus.

Adapun jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

terstruktur. Dalam melakukan wawancara ini penulis menggunakan daftar

pertanyaan sebagai pedoman yang telah disusun sebelumnya yang bersifat terbuka

berisikan hal-hal yang pokok. Dimana untuk selanjutnya dapat dikembangkan

pada saat wawancara berlangsung. Dalam melakukan wawancara, selain harus

(43)

27

juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan

material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

2. Kepustakaan

Teknik kepustakaan yaitu teknik yang digunakan dalam penelitian dengan cara

mempelajari buku-buku atau literature yang ada hubungannya dengan masalah

yang akan diteliti. Menurut Hadari Nawawi teknik kepustakaan adalah cara

mengumpulkan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi

bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber

dokumen maupun buku-buku, Koran, majalah dan lain-lain.

(Hadari Nawawi, 1993 : 95)

Perpustakaan yang dimaksud penulis disini adalah perpustakaan Universitas

Lampung dan Perpustakaan daerah (Pusda) Lampung.

3. Observasi

Menurut Hadari Nawawi dan Martini Hadari, “Observasi secara singkat dapat

diartikan seabagai pengamatan dan pencacatan secara sistematik terhadap

unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian”

(Hadari Nawawi dan Martini)

Dalam melakukan observasi harus dilakukan secara cermat, jujur atau objektif

terfokus pada data yang relevan dan mampu membedakan “kategori” dari setiap

(44)

28

Teknik observasi sebagai metode bantu dalam mengumpulkan data, dengan

mengadakan observasi langsung terhadap obyek masalah yang sedang diteliti

sehingga mendapatkan data yang ada kaitannya dengan kehidupan sosial budaya

masyarakat di Pekon Wonosobo.

4. Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan

catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan

diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan (Budi Koestoro

dan Basrowi : 142). Metode ini hanya mengambil data yang sudah ada seperti

jumlah penduduk, luas wilayah dan sebagainya. Data yang terkumpul lebih

banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang

diperoleh melalui observasi dan penyebaran kuesioner penelitian.

B. Teknik Analisis Data

Menurut Robert C. Bogdan dan Sari Knop Bikklen, analisis data merupakan

proses penemuan yang sistematis dari catatan interview, catatan lapangan dan

bahan-bahan lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman

terhadap data tersebut, sehingga penemuan itu dapat disajikan (1998 : 74)Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik, yaitu

dengan mengambil fenomena yang ada mengenai Deskripsi Kehidupan Sosial

Masyarakat Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.

Data dianalisis terlebih dahulu kemudian diolah dengan cara menginterpretasi atau

menafsirkan hasil isian dari kuesioner yang dibagikan kepada responden. Data

(45)

29

Dilanjutkan dengan menarik suatu kesimpulan induktif, yaitu cara berfikir

didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat khusus yang kemudian diambil suatu

kesimpulan secara umum dan dituangkan alam bentuk tulisan agar mudah untuk

dipahami. Menganalisis data yang telah diperoleh tersebut, maka langkah-langkah

yang dilakukan dalam menganalisis data menurut Moloeng (1998:128) adalah

sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Data dari lapangan kemudian ditulis dalam bentuk laporan selanjutnya direduksi,

dirangkum, difokuskan kepada hal yang penting, selanjutnya dicari tema dan

polanya atau disusun secara sistematis. Data yang direduksi akan memberikan

gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti

dalam mencari kembali data yang diperlukan.

2. Display (penyajian data)

Display atau penyajian data digunakan untuk melihat gambaran keseluruhan atau

bagian-bagian tertentu dari penelitian harus diusahakan membuat grafik, matrik,

jaringan dan bagan atau bisa juga dalam suatu bentuk naratif saja.

3 Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Mengambil kesimpulan dan verifikasi yaitu berusaha mencari arti pola,

konfigurasi yang mungkin penjelasan alur sebab akibat dan sebagainya

Kesimpulan harus diuji selama penelitian berlangsung dalam suatu hal ini

(46)

30

REFERESI

Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 314 Hal

Abdurrahman Fathoni. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta : Rineka Cipta. Halaman 105.

H.B. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Halaman 57-58

Kasinu Akhmad dan Basrowi. 2007. Manajemen Penelitian Sosial.Jenggala Pustaka Utama. Kediri. Hal 275.

Lexi, J. Moleong. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hal 103

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan.. Bumi Aksara. Jakarta: Halaman 68.

Nawawi Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

(47)

73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang Kehidupan Sosial Budaya

Masyarakat Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten

Tanggamus, kehidupan sosial budaya masyarakat Pekon Wonosobo yang

terdiri dari bahasa, kehidupan keagamaan, mata pencaharian, tingkat

pendidikan, hubungan sosial antar masyarakat dan kesenian maka dapat

disimpulkan di bawah ini.

1. Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari hari masyarakat di

Pekon Wonosobo adalah bahasa Jawa, bahasa Jawa ini juga sangat

dominan dalam komunikasi sehari-hari bahkan di lingkungan pasar

Wonosobo masyarakat pribumi Lampung juga sangat pandai dalam

berbahasa Jawa.

2. Mata Pencaharian

masyarakat di Pekon Wonosobo sebagian besar bermatapencaharian

sebagai petani baik petani sawah maupun petani namun ada juga yang

bermatapencaharian sebagai PNS, buruh, pedagang dan yang lainnya.

Lahan dan potensi yang ada dimanfaatkan oleh masyarakat di Pekon

(48)

74

3. Hubungan Kekerabatan dan Sosial Masyarakat

Hubungan kekerabatan masyarakat jawa memiliki keindahan mulai dari

prinsip-prinsip kekerabatan sampai istilah yang dipakai dalam

kekerabatan. Sistem kekerabatan selalu disampaikan secara turun-temurun.

Organisasi sosial tumbuh sejalan dengan perkembangan kehidupan

keagamaan seperti majelis taklim dan Risma, Hubungan antar masyarakat

terjalin dengan, kegiatan gotong-royong dan majelis taklim masih

dilaksanakan hingga saat ini.

4. Tingkat Pendidikan

Minat masyarakat Pekon Wonosobo dalam bidang pendidikan sudah

cukup tinggi, orang tua sudah banyak menyadari betapa pentingnya

pendidikan bagi masa depan anak-anak hal ini ditandai banyaknya orang

tua yang menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi.

5. Agama

Agama yang dianut mayoritas masyarakat di Pekon Wonosobo adalah

agama Islam, walaupun ada juga yang menganut agama lain. Kehidupan

keagamaan di Pekon Wonosobo ditandai adanya perkumpulan keagamaan

seperti majelis taklim maupun RISMA.

6. Kesenian

Kesenian yang masih dilestarikan adalah kesenian kuda lumping dan

wayang kulit, kesenian ini masih bertahan sampai sekarang. Kesenian

kuda lumping hingga saat ini masih dilestarikan masyarakat di Pekon

Wonosobo bahkan masyarakat lain pun sering mengundang grup kuda

(49)

75

7. Perkembangan Kehidupan Sosial Budaya

Peralatan hidup seperti alat pertanian dan rumah tangga sudah mulai

modern seperti alat pembajak sawah yang sudah menggunakan traktor

begitu juga dengan peralatan rumah tangga yang juga mulai menggunakan

alat yang mulai modern. Upacara perkawinan juga telah mengalami

pergeseran dari prosesi perkawinan yang begitu banyak sekarang telah

banyak dikurangi denga alasan biaya dan menghemat waktu,

B. Saran

Sejarah panjang transmigrasi dari yang dulunya kolonisasi, telah

membawa masyarakat Jawa di Kecamatan Wonosobo khususnya di Pekon

Wonosobo yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah kolonisasi tersebut,

yang membentuk identitas kebudayaan sendiri yang tentunya

memperkaya kehidupan sosial budaya pada masyarakat di Kecamatan

Wonosobo. Perhatian pemerintah diperlukan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat yang selama ini sulit untuk mencari pekerjaan

yang kemudian mencari kerja ke daerah yang lain. Begitu juga sarana yang

seperti irigasi pengairan untuk petani, sarana pendidikan dan sarana ibadah

yang juga perlu untuk ditingkatkan. Kesenian yang selama ini

dipertahankan juga harus ada perhatian lebih dari pemerintah untuk tetap

bertahan seiring jaman yang semakin maju agar terwarisi sampai ke

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 314 halaman

Bellah. 1964. Islam, Kemoderenan dan Keindonesiaan. Jakarta : PT. Mizan Publika. 380 Halaman

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. 338 halaman

Fathoni,Abdurrahman 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta : Rineka Cipta. 200 Halaman

Julianto, Irwan 2009. Peranakan Tionghoa Indonesia Sebuah Perjalanan Budaya. Jakarta : Intisari. 352 halaman

Levang, Patrice. 2003. Ayo Ke Tanah Sabrang Transmigrasi di Indonesia. Jakarta. Grafika Yuana. 361 halaman

Lexi, J. Moleong. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. 234 Halaman

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan.. Bumi Aksara. Jakarta: halaman

Myrda. 1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid10. Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka. 422 halaman.

Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. . 249 halaman.

Poerbakawatja Soegarda. 1982. Asimilasi Pendidikan : Pokok-pokok Riwayat dan Permasalahannya. Bandung : Depdikbud. 256 Halaman

Sutopo. H.B 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. 95 halaman

Sumardi Mulyanto. 1982. Pengembangan Aspek Ekonomi Masyarakat Desa. Jakarta : Balai Pustaka. 258 Halaman

(51)

Sumber lain :

Monografi Kecamatan Wonosobo Tahun 2013

Laporan RPJM-Pekon Wonosobo Tahun 2013

blog-kurnia-blogspot.com. Tingkatan bahasa Jawa. (online)

http://kamusjawa.info. blog-kurnia-blogspot.com. Tingkatan bahasa Jawa Diakses pada hari Kamis tanggal 23 Mei 2013 Pukul 16.00 WIB. Bahasa Jawa

Knowledge. Pengertian majelis taklim. (online)

http://id.knowledge.info.html. Pengertian majelis taklim Diakses pada hari Kamis tanggal 23 Mei 2013 Pukul 16.00 WIB. Majelis Taklim

blog-suparlan-blogspot.com. kegiatan gotong royong. (online)

http ://Suparlan M.ED/221/200.blog-Suparlan-blogspot.com kegiatan gotong royong

Diakses pada hari Kamis tanggal 23 Mei 2013 Pukul 16.00 WIB.

blog-kurnia-blogspot.com. Kegiatan ronda malam. (online) http ://blog-kurnia-blogspot.com. Kegiatan ronda malam

Diakses pada hari Kamis tanggal 23 Mei 2013 Pukul 16.00 WIB.

Wikipedia. Kesenian kuda lumping. (online).

Gambar

Gambar-gambar Penelitian.............................................................................

Referensi

Dokumen terkait

fungsi lagu-lagu karya Djaga Depari dalam kehidupan masyarakat Karo dan mengetahui.. pengaruh dari situasi ekonomi, politik dan sosial budaya terhadap

Kehidupan sosial budaya masyarakat nelayan miskin Muarareja secara teoritis berkaitan dengan perilaku ekonomi. Kehidupan masyarakat nelayan tergantung dari pendapatan di laut

Kehidupan sosial ekonomi merupakan segala bentuk kegiatan manusia dalam lingkungan masyarakat untuk menghasilakan barang maupun jasa demi tercapainya segala

Konflik sosial merupakan fenomena dinamika yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan masyarakat, bahkan konflik selalu hadir dalam setiap hubungan kerja sama

Dengan ini saya menyampaikan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: “Deskripsi Kehidupan Sosial Budaya Nelayan Pesisir Pantai di Desa Tontayuo Kabupaten

1, April 2023 138-145 E-ISSN: 2808-9111 KRINOK: Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah FKIP UNJA | 138 PENGARUH ISLAMISASI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT BANTEN Dinda

mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat : 1) Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di daerah Teluk Kendari yang merupakan daerah perdagangan, keluar dan

Ini dapat dilihat dari tujuh (7) unsur kehidupan sosial budaya masyarakat Pekon Wonosobo yakni kehidupan keagamaan (religi), sistem kemasyarakatan/organisasi sosial,