ABSTRAK
DESKRIPSI KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PEKON WONOSOBO KECAMATAN WONOSOBO
KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
Relian Arsa Eka Paksi
Masyarakat Pekon Wonosobo adalah mayoritas masyarakat Jawa dengan segala kehidupan sosial dan budaya yang masih dilestarikan hingga saat ini, Pekon Wonosobo menjadi daerah tujuan transmigrasi dari jaman kolonial Belanda sampai masa pemerintahan Republik Indonesia. Seiring perkembangan jaman yang semakin maju kehidupan sosial budaya juga mengalami perubahan walaupun tidak semua aspek kehidupan sosial budaya mengalami perubahan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kehidupan sosial budaya masyarakat di Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kehidupan sosial budaya masyarakat di Pekon Wonosobo yang ada di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus. Untuk mencapai tujuan tersebut penulis menggunakan metode penelitian deskriptif melalui studi wawancara, dengan teknik pendukung pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan, observasi, dan dokumentasi, sedangkan analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan dalam hal komunikasi sehari-hari mayoritas menggunakan bahasa Jawa. Mata pencaharian hidup mayoritas adalah petani.
DESKRIPSI KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PEKON WONOSOBO KECAMATAN WONOSOBO
KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh:
Relian Arsa Eka Paksi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanggamus, pada tanggal 25 Agustus
1990 merupakan anak pertama dari tiga saudara dari pasangan
Bapak Lukman dan Ibu Roswati. Pendidikan yang telah
diselesaikan oleh penulis adalah :
1.SD Negeri 2 Negara Batin Kecamatan Kotaagung Barat Kabupaten
Tanggamus, selesai pada tahun 2001
2.SMP Negeri 1 Kotaagung Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus,
selesai pada tahun 2005
3.SMA Negeri 1 Kotaagung Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus,
selesai pada tahun 2008
Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN)
Pada Tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di
Yogyakarta dan pada tahun 2011 penulis melaksanakan program Kuliah Kerja
Nyata (KKN) dan Program Kegiatan Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA 17
MOTO
Artinya : “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5). Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6).”
PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan karya ini. Kupersembahkan karya ini kepada:
1.
Bapak Lukman dan Ibu Roswati atas restu dan jerih payahmu yang
tulus ikhlas dalam mengantarkanku kejenjang sarjana demi menyongsong
kesuksesan.
2.
Para pendidik yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
dalam proses pendewasaanku yang begitu berguna dalam kehidupan kini
maupun di masa mendatang.
SANWACANA
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Deskripsi Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pekon Wonosobo Kabupaten Tanggamus”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaat-Nya di hari akhir kelak.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga
mendapat banyak bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam
kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, dan dosen di
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, serta nasihat
dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi.
5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. Maskun, M.H. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila.
7. Bapak Drs. Wakidi, M. Hum, selaku dosen Pembimbing Akademik dan
Pembimbing Utama dalam skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu,
memberikan bimbingan, kritik, saran, serta nasihat dalam proses kuliah
dan proses penyelesaian skripsi.
8. Bapak Drs. Ali Imron, M. Hum, selaku. pembahas utama penulis, terima
kasih atas segala kasih sayang yang tulus, nasihat serta bimbingannya untuk
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah dan para
pendidik di Unila pada umumnya yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi
Pendidikan Sejarah.
10. Keluarga besarku yang selalu mendo’akan, mendukung, dan membantuku.
11.Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik tingkat di Program Studi
Pendidikan Sejarah atas motivasinya.
12.Kepala Pekon Wonosobo, Bapak S. Wardi yang telah bersedia
memberikan izin dalam penelitian ini.
13.Sekretaris Pekon Wonosobo, Bapak Rudiyanto yang telah bersedia
14.Bapak Sutikno, selaku tokoh masyarakat yang telah memberikan informasi
dan masukan yang sangat berharga terima kasih telah bersedia
meluangkan waktunya dalam penelitian ini.
15.Bapak Daud Kaysinda selaku tokoh masyarakat yang telah memberikan
informasi dan masukan yang sangat berharga terima kasih telah bersedia
meluangkan waktunya dalam penelitian ini.
Semoga ALLAH SWT membalas segala amal kebaikan kita. Penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Wassalamu`alaikum Wr. Wb
Bandar Lampung, Juli 2013
Peneliti
i
1. Konsep Kehidupan Sosial Budaya ... 12
2. Konsep Masyarakat ... 15
1. Definisi Operasional Variabel ... 24
ii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil ... 31
1. Lokasi Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 31
a. Gambaran Umum Kecamatan Wonosobo ... 31 2.1 Bahasa Komunikasi Masyarakat PekonWonosobo... 37
3. Demografi... ... 38
4. Mata Pencaharian... ... 39
4.1 Mata Pencaharian Masyarakat Pekon Wonosobo... 39
4.2 Pengolahan Sawah dan Perkembangan Peralatan Pertanian Serta Tradisi Wiwitan di Pekon Wonosobo... .. . 41
a. Pengolahan Sawah di Pekon Wonosobo... 41
b. Pengolahan Peralatan Pertanian dan Tradisi Wiwitan... 42
c. Tradisi Wiwitan Sebelum Panen... 43
4.3 Peralatan Hidup dan Teknologi Masyarakat Pekon Wonosobo.. ... . 45
5. Organisasi sosial Hubungan Kekerabatan dan Hubungan Sosial Antar Masyarakat... ... .. 46
5.1 Hubungan Kekerabatan... ... .. 47
a. Prinsip-prinsip Keturunan dalam Masyarakat Jawa... 47
b. Sistem Istilah Kekerabatan Masyarakat Jawa... 48
5.2 Hubungan Sosial Antar Masyarakat... ... .. 50
a. Kegiatan Gotong-royong... 51
b. Kegiatan Ronda malam... 53
6. Tingkat Pendidikan Masyarakat Pekon Wonosobo... ... .. 54
7. Religi (Kehidupan Keagamaan)... .... .. 55
a. Kegiatan Majelis Taklim... 56
b. Remaja Islam Masjid (RISMA)... 58
8. Kehidupan Kesenian di Pekon Wonosobo... .... .. 58
a. Kesenian Kuda Lumping... 59
b. Kesenian Wayang Kulit... 60
c. Minat Generasi Muda Terhadap Kesenian... 62
9. Perkembangan Kehidupan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pekon Wonosobo Sekarang... ... . 62
b. Pembahasan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus ... . 64
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... .. 73
B. Saran ... .. 75
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Penduduk di Pekon Wonosobo... 35
Tabel 2. Kepemilikan Hewan Ternak... 36
Tabel 3. Sarana dan Prasarana Pekon... 36
Tabel 4. Mata Pencaharian Penduduk... 41
Tabel 5. Sistem Istilah Kekerabatan Masyarakat Jawa... 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kelompok Pengajian Ibu-ibu melaksanakan pengajian di Masjid
Gambar 2. Ibu-ibu pengajian serius mendengarkan ceramah dari sang Ustadz
Gambar 3. Kelompok pengajian bapak-bapak juga melakukan pengajian rutin
Gambar 4. Bapak-bapak pengajian sedang melakukan doa
Gambar 5. Warga bergotong-royong membersihkan jalan lingkungan
Gambar 6. Warga bergotong-royong membuat jalan tembus antar dusun
Gambar 7. Warga melaksanakan ronda malam bekerjasama dengan (Kepolisian)
Gambar 8. Warga secara bergiliran melaksanakan ronda malam
Gambar 9. Kesenian wayang kulit masih dilestarikan di Pekon Wonosobo
Gambar 10. Kesenian kuda lumping juga masih dilestarikan
Gambar 11. Prosesi pertama Upacara wiwitan yakni merangkai sesaji
Gambar 12. Prosesi kedua membaca mantra wiwitan
Gambar 13. Prosesi ketiga menyiram air kendi dadah sirep
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Pedoman Wawancara... 81
Identitas Responden... 84
Data Hasil Wawancara... 86
Gambar-gambar Penelitian... 109
Komisi Pembimbing... 110
Surat Izin Penelitian Pendahuluan ke Pekon Wonosobo... 111
Surat Izin Penelitian... 112
Rencana Kaji Tindak Skripsi... 113
Rekomendasi Penelitian... 114
Sketsa Pekon Wonosobo... 115
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebudayaan sebagai hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia memiliki peranan
penting dalam kehidupan manusia. Kebudayaan memiliki unsur-unsur yang
universal, dan menurut Koentjaraningrat, istilah universal itu menunjukkan bahwa
unsur-unsur tadi bersifat universal, jadi unsur-unsur tadi ada dan bisa didapatkan
di dalam semua kebudayaan dari semua bangsa di manapun di dunia.
Kebudayaan Indonesia memiliki beraneka ragam budaya daerah yang menjadi
khasanah budaya bangsa. Masing-masing daerah memiliki ciri khas tertentu
mewakili setiap daerahnya. Begitu juga masyarakat yang ada di Pekon Wonosobo
yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang transmigrasi di Indonesia yang
dimulai pada masa pendudukan pemerintah kolonial Belanda yang awalnya
dikenal dengan istilah kolonisasi. Program tersebut merupakan bagian dari politik
etis (etische politiek) yang dicanangkan oleh Van de Venter, yakni politik balas
yang pada garis besarnya meliputi program irigasi, edukasi, dan emigrasi. (Patrice
Levang, 2003:9)
Program kolonisasi pertama berlangsung pada tahun 1905, yang merupakan cikal
bakal adanya transmigrasi di Indonesia tahun 1955, rombongan transmigran dari
2
Kedatangan para kolonis dari daerah Bagelen Purworejo Jawa Tengah ke
Gedongtataan tidak terjadi sekaligus, akan tetapi rombongan tersebut datang
secara berangsur-angsur seiring dengan kesiapan penyiapan lahan yang dilakukan
oleh rombongan pendahulunya.(Patrice Levang, 2003:9)
Periode selanjutnya pemerintah kolonial Belanda membuka daerah kolonisasi
yang lebih besar yakni pada periode Lampongsche Volksbank tepatnya tahun 1921
yang diberi nama Wonosobo di dekat Kotaagung sekarang, para transmigran
mulanya ditempatkan di bedeng Wonosobo yang kemudian pada tahun 1933
beralih fungsi menjadi pasar Wonosobo, setelah dibangunnya jembatan Way
Maja, Way Belu yang selesai dibangun pada tahun 1927. sarana penunjang yang
lainnya adalah pusat kesehatan yang kini beralih fungsi menjadi SD Negeri 1
Soponyono dan sarana peribadatan yang sekarang menjadi masjid Jami Darul
Hidayah Pekon Soponyono.(Patrice Levang, 2003 hal 9-10 dan wawancara
dengan bapak Sutikno tokoh masyarakat Pekon Wonosobo)
Masyarakat Jawa datang secara berangsur-angsur seiring dengan kesiapan
penyiapan lahan yang dilakukan oleh rombongan pendahulunya, para
(transmigran) berasal dari daerah Wonosobo, Jawa Tengah namun perkembangan
selanjutnya banyak yang datang dengan swakarsa yang berasal dari Blitar,
Klaten, Ponorogo dan Banyumas.
Menurut bapak Sutikno tokoh masyarakat dan tokoh adat asal kata dari
Wonosobo adalah berasal dari bahasa Jawa yakni Wono yang berarti hutan atau
alas dan Sobo berarti tempat singgah atau tempat berkelana, yang artinya tempat
3
hutan.(wawancara dengan bapak Sutikno tokoh masyarakat di Pekon Wonosobo
pada tanggal 17 Mei Tahun 2013)
Masyarakat Jawa di Pekon Wonosobo telah berbaur dengan masyarakat lain yang
menghasilkan kebudayaan baru tanpa meninggalkan kebudayaan yang sudah ada
kehidupan masyarakat ini khususnya di Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo.
Karena masyarakat Jawa di Pekon Wonosobo mempunyai nilai sejarah yang
menjadi cikal bakal adanya Kecamatan Wonosobo dan kehidupan sosial budaya
yang menarik untuk diteliti. Karena kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi
manusia dalam beradaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial budayanya.
Kebudayaan juga berfungsi untuk membantu manusia dalam memenuhi
kebutuhan dan sebagai sarana bagi manusia dalam berinteraksi antar sesama
terhadap lingkungannya.
Masyarakat di Pekon Wonosobo yang mayoritas masyarakat Jawa masih
memegang teguh adat dan budaya mereka walaupun mengalami penyesuain
dengan jaman dan lingkungan yang mereka tinggali, mereka berbaur dengan
masyarakat yang lain seperti dengan masyarakat pribumi Lampung, masyarakat
Sunda, Banten maupun masyarakat lain di sekitarnya.
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari hari masyarakat di Pekon
Wonosobo adalah bahasa Jawa, bahasa Jawa ini juga sangat dominan dalam
komunikasi sehari-hari bahkan di lingkungan pasar Wonosobo masyarakat
pribumi Lampung juga sangat pandai dalam berbahasa Jawa, dalam penggunaan
bahasa Jawa masyarakat di Pekon Wonosobo juga mempunyai tingkatan dalam
4
yang sudah sepuh maka bahasa Jawa yang digunakan dan untuk komunikasi
dalam keseharian disebut bahasa Jawa ngoko, sebagaimana dijelaskan adalah
bahasa Jawa halus yang biasa disebut dengan bahasa kromo inggil, generasi muda
juga memakai bahasa Jawa karena sudah diajarkan dari lingkungan keluarga
sehingga bahasa Jawa tetap lestari walau jaman sudah modern.
Masyarakat di Pekon Wonosobo sebagian besar bermatapencaharian sebagai
petani baik petani sawah maupun petani namun ada juga yang
bermatapencaharian sebagai PNS, buruh, pedagang dan yang lainnya. Lahan dan
potensi yang ada dimanfaatkan oleh masyarakat di Pekon Wonosobo, adanya areal
persawahan dan didukung oleh pengairan yang cukup maka tidak mengherankan
masyarakat di Pekon Wonosobo mayoritas sebagai petani, yang mengolah sawah
dari turun temurun. Pekon Wonosobo juga sangat dekat dengan pasar Wonosobo
maka banyak juga yang berprofesi sebagai pedagang, banyak yang berdagang
hasil bumi seperti sayuran maupun bahan pokok lain yang dibutuhkan
masyarakat. Bagi yang tidak mempunyai sawah maka akan menjadi buruh tani.
Pekerjaan tambahan yang lain adalah beternak yang dapat menambah
penghasilan. Banyak generasi muda yang bekerja di luar daerah karena faktor
sempitnya lapangam kerja yang tersedia maupun dengan alasan untuk mencari
pengalaman.
Pengetahuan mengenai pertanian yang berkembang pada masyarakat Pekon
Wonosobo, pengetahuan mengenai pertanian khususnya pengolahan sawah masih
memperhatikan gejala alam dan sudah mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Sudah menjadi kebiasaan masyarakat di Pekon Wonosobo untuk menghindari
5
datangnya hama yang disebut dengan wereng, selain ada sebuag tradisi yakni
upacara wiwit/wiwitan sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dalam peralatan pertanian dan rumah tangga sudah bergeser dari alat tradisional
menuju kepada alat yang lebih modern dari hasil penelitian di lapangan
menunjukkan bahwa peralatan pertanian pada masyarakat Pekon Wonosobo sudah
menggunakan peralatan modern seperti bajak atau traktor yang dahulunya masih
menggunakan tenaga manusia yang dibantu oleh hewan seperti sapi dan kerbau.
Begitu juga dengan peralatan rumah tangga.
Kehidupan organisasi sosial khususnya hubungan kekerabatan mengenal
prinsip-prinsip keturunan dan menggunakan istilah kekerabatan masyarakat Jawa, selain
itu hubungan sosial antar masyarakat berkembang sejalan dengan perkembangan
kehidupan keagamaan yang ada karena secara resmi organisai sosial yang
berkembang tidak ada, organisasi sosial yang berkembang adalah kelompok
pengajian majelis taklim dan kegiatan remaja Islam masjid (risma), hubungan
kemasyarakatan juga berjalan dengan baik hubungan sosial ini dapat dilihat dari
kegiatan gotong royong dan ronda malam yang masih dilakukan hingga saat ini.
Hubungan sosial antar masyarakat di Pekon Wonosobo terjalin dengan baik,
warga saling membantu satu dengan yang lain, apabila ada yang terkena musibah
maka warga yang lain membantu untuk meringankan bebannya. Hampir tidak
pernah terjadi adanya konflik atau gesekan yang menyebabkan keributan, karena
rasa toleransi antar masyarakat sangat tinggi tidak hanya di lingkungan desa
sendiri juga dengan masyarakat lain di sekitarnya.
Mayoritas masyarakat Pekon Wonosobo tamatan sekolah menengah atas (SMA)
6
terdapat belum cukup memadai yang hanya mempunyai satu sekolah dasar dan
sekolah PAUD untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi maka harus
sekolah ke daerah lain, minat masyarakat terhadap pendidikan sangat tinggi,
masyarakat sudah menyadari bahwa pendidikan bisa memangkas rantai
kemiskinan dan menjamin masa depan yang cerah. Adapun sekolah yang terdapat
di Pekon Wonosobo adalah satu buah sekolah dasar dan satu buah sekolah PAUD,
yakni Sekolah Dasar Negeri 1 Wonosobo dan PAUD LATANSA, kondisi di
kedua lembaga pendidikan tersebut sangat baik baik dari sarana sekolah maupun
dari jumlah guru yang ada.
Agama yang dianut mayoritas masyarakat di Pekon Wonosobo adalah agama
Islam, walaupun ada juga yang menganut agama lain yang hanya beberapa orang.
Kehidupan keagamaan di Pekon Wonosobo ditandai adanya perkumpulan
keagamaan seperti Majelis Taklim maupun RISMA, yang selalu melaksanakan
kegiatan pengajian secara teratur juga menyelenggarakan perayaan hari besar
agama Islam seperti Isra mi’raj, maulid Nabi maupun hari besar yang lainnya,
ibu-ibu juga tidak ketinggalan dengan adanya kegiatan Qosidahan, dengan adanya
kegiatan tersebut banyak manfaat yang dirasakan masyarakat.
Kesenian yang masih dilestarikan adalah kesenian kuda lumping dan wayang
kulit, kesenian ini masih bertahan sampai sekarang. Kesenian kuda lumping
hingga saat ini masih dilestarikan masyarakat di Pekon Wonosobo bahkan
masyarakat lain pun sering mengundang grup kuda lumping untuk tampil dalam
acara hajatan maupun kegiatan formal yang diadakan oleh pemerintah. Kesenian
kuda lumping tidak hanya diminati oleh masyarakat Jawa namun juga masyarakat
7
daerah agar kebudayaan kuda lumping tetap lestari walaupun jaman sudah
modern. Kesenian wayang kulit hingga saat ini juga masih dilestarikan
masyarakat di Pekon Wonosobo wayang kulit biasanya digelar dalam acara
hajatan warga yang tentunya warga yang mampu karena biaya pertunjukan nya
yang agak mahal, pada saat hari ulang tahun desa maupun kegiatan formal yang
diadakan oleh pemerintah. Kesenian kuda lumping tidak hanya diminati oleh
masyarakat Jawa namun juga masyarakat yang lain.
Kesenian Tari Kuda lumping adalah sebuah seni tari yang dimainkan dengan
menggunakan peralatan berupa kuda tiruan yang dibuat dari anyaman bambu.Jika
dilihat ritmis tarian kuda lumping ini sepertinya merefleksikan semangat heroisme
dan aspek kemiliteran jaman dulu ,yaitu sebuah pasukan kavaleri berkuda.Ini bisa
dilihat dari gerakan seni tari kuda lumping yang dinamis,ritmis dan
agresif,layaknya gerakan pasukan berkuda ditengah medan peperangan.
Tidak dipungkiri bahwa perubahan kehidupan sosial budaya pada setiap
kehidupan masyarakat pasti mengalami perubahan, dari waktu ke waktu. Seiring
perkembangan jaman yang semakin maju serta era globalisasi yang semakin
menembus sisi kehidupan masyarakat yang secara tidak telah mengubah pola
kehidupan masyarakat saat ini. Begitu juga yang terjadi di Pekon Wonosobo.
Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas, maka hal itu menarik bagi
penulis untuk mengkaji dengan segala kegiatan dan fenomena kehidupan sosial
budaya masyarakat di Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten
8
B. Analisis Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil dari berbagai sumber data yang diperoleh serta latar belakang
masalah, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Interaksi sosial masyarakat pendatang dengan masyarakat pribumi di Pekon
Wonosobo.
b. Pengaruh kemajuan teknologi dan informasi terhadap kehidupan sosial
budaya masyarakat Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten
Tanggamus.
c. Kehidupan sosial budaya masyarakat Pekon Wonosobo Kecamatan
Wonosobo Kabupaten Tanggamus.
2. Pembatasan Masalah
Agar penyusunan penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan, maka dalam
penelitian ini penulis membatasi masalah pada kehidupan sosial budaya
masyarakat Pekon Wonosobo di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
kehidupan sosial budaya masyarakat Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo
9
C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kehidupan sosial budaya
masyarakat di Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten
Tanggamus.
2. Kegunaaan Penelitian
1. Memperluas pengetahuan penulis tentang kehidupan sosial budaya
masyarakat di Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten
Tanggamus.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi bagi
pembaca yang ingin mengetahui tentang kehidupan sosial budaya
masyarakat di Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten
Tanggamus.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perhatian
khususnya kepada pemerintah Kecamatan Wonosobo Kabupaten
Tanggamus untuk lebih memperhatikan kebudayaan masyarakat agar tetap
10
3. Ruang Lingkup Penelitian
Tema yang diajukan oleh penulis adalah tentang kehidupan sosial budaya
masyarakat di Pekon Wonosobo. Dengan menggunakan pendekatan ilmu sosial
khususnya Sejarah Sosial yang mengkaji kehidupan sosial budaya, dan akan
dicoba dipahami berbagai faktor yang menjadi latar belakang penelitian. Sumber
data diperoleh melalui wawancara dengan tokoh masyarakat yang ada di Pekon
Wonosobo dan Perpustakaan Unila maupun Perpustakaan Daerah Lampung,
karena disana terdapat sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian yang
sedang dilakukan. Teknis analisis data yang digunakan adalah teknik analsis data
kualitatif karena data yang diperoleh bukanm dalam bentuk angka-angka
melainkan dalam bentuk tulisan –tulisan, dokumen-dokumen, dan
fenomena-fenomena yang berkaitan dengan obyek yang sedang diteliti.
Dalam ruang lingkup penelitian yang menjdi subyek penelitian adalah
masyarakat Pekon Wonosobo, Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus,
dengan objek penelitian adalah kehidupan sosial budaya masyarakat Jawa Pekon
Wonosobo Peneliti mengambil penelitian di Pekon Wonosobo karena merupakan
desa tertua masyarakat Jawa yang ada di Kecamatan Wonosobo, juga tidak bisa
dilepaskan dari sejarah kolonisasi yang dijadikan sebagai tempat pertama
kedatangan masyarakat Jawa saat kolonisasi pada jaman Belanda di era
Lampongsche Volksbank tahun 1921, yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya
Kecamatan Wonosobo sekarang, melakukan pendataan, studi wawancara, dan
studi kepustakaan di Perpustakaan Daerah Lampung, untuk memperoleh
sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan waktu penelitian tahun
11
REFERENSI
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.Hal 203
Ibid. Halaman 203.
Patrice Levang. 2003. Ayo Ke Tanah Sabrang : Transmigrasi di Indonesia. Jakarta. Grafika Yuana. Hal 9
Ibid. halaman 128
Sumber lain:
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Kehidupan Sosial Budaya
Kehidupan masyarakat terdiri dari berbagai aspek yang antara aspek satu dengan
aspek yang lainnya terdapat keterkaitan yang saling mendukung serta melengkapi.
Namun ada aspek yang penting dibandingkan dengan aspek yang lainnya yaitu
aspek sosial budaya.
Unsur kebudayan yang universal yang umum ditemukan di seluruh dunia yakni
ada tujuh unsur kebudayaan yakni :
1. Sistem religi
2. Sistem Kemasyarakatan/organisasi sosial 3. Bahasa
4. Sistem Pengetahuan 5. Kesenian
6. Sistem mata pencaharian hidup 7. Peralatan hidup dan teknologi (Koentjaraningrat. 2002. 203)
Ketujuh unsur kebudayaan ini terurai dalam wujud dalam kehidupan masyarakat
seperti dalam sistem religi yang mempunyai wujudnya sebagai sistem keyakinan
dan gagasan-gagasan tentang Tuhan, dewa-dewa, roh-roh halus neraka dan
sebagainya tujuh unsur kebudayaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Sistem Religi
13
suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.
2. Sistem Kemasyarakatan/Organisasi sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya.
3. Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia. Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.
4. Sistem Pengetahuan
14
dengan adanya sistem pengetahuan kita menjadi tahu dunia luar dan sangat bermanfaat untuk kehidupan karena berpengaruh pada pekerjaanseseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak perlu semua kita pelajaricukup beberapa saja kita kuasai, maka akan banyak informasi yang kita dapat.
5. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.
6. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian sangat diperlukan untuk setiap masyarakat karenabermanfaat untuk memenuhi kehidupan manusia. Misalnya kaumpegawai/karyawan, kaum, petani, nelayan, pedangan. buruh dan seterusnya. Haltersebut merupakan mata pencaharian yang harus kita tekuni. Contohnyamasyarakat yang hidup dipesisir pantai lebih banyak bermata pencahariansebagai nelayan atau masyarakat yang hidup di perkotaan lebih banyak bermatapencaharian sebagai pegawai kantoran.
7. Peralatan hidup dan teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
(Koentjaraningrat, 2002, 205)
Lebih lanjut mengutip pendapat Irwan Julianto dalam bukunya Peranakan
15
Sosial budaya merupakan proses asimilasi yaitu proses perubahan budaya antara
dua masyarakat atau lebih secara perlahan dan sama sekali perubahan budaya bisa
terjadi hanya pada satu pihak saja atau pada kedua belah pihak. Beberapa banyak
yang ditiru dan apa yang diambil dari kebudayaan pihak lain kedalam sendiri dan
memang tidak diketahui unsur yang mana karena kontak itu terjadi secara
komunal atau individual (Irwan Julianto. 2009 : 16)
Kehidupan sosial budaya adalah suatu hidup saling berinteraksi satu sama lain
yang dilihat dari unsur-unsur kebudayaan yang ada. Sosial budaya dapat
merupakan penyebab atau akibat faktor-faktor ekonomi desa/daerah sehingga
menyebabkan minimnya nilai sosial seperti adat, pendidikan dan lembaga desa
yang merupakan penghambat kemajuan desa kondisi sosial budaya dapat menjadi
ciri sosial masyarakatnya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa kehidupan sosial budaya
adalah kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan budaya yang terdapat di
dalam suatu masyarakat yang saling berinteraksi sehingga dapat mempengaruhi
nilai-nilai sosial yang menjadi ciri masyarakatnya.
2. Konsep Masyarakat
Istilah masyarakat diambil dari kata “Syaraka” bahasa Arab, yang secara umum
berarti saling berperan serta, saling bergaul. Sedangkan Society (dalam bahasa
Inggris) ataupun socius dalam bahasa latin yang berarti sekumpulan kawan, teman
sepergaulan.
Masyarakat merupakan sekumpulan manusia, setidaknya terdiri atas lebih dari 1
16
menimbulkan suatu ikatan rasa identitas bersama dalam suatu rentang waktu yang
lama dan berkesinambungan.
Masyarakat adalah sekolompok manusia yang anggotanya satu sama lain
berhubungan erat dan memiliki hubungan timbal balik. Di dalam interaksi
terdapat nilai-nilai sosial tertentu yang menjadi pedoman untuk bertingkah laku
sebagai anggota masyarakat dan biasanya memiliki kebiasaan, tradisi, sikap, dan
perasaan yang sama untuk menciptakan ciri bagi masyarakat tersebut. (Myrda.
1990 : 180).
Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah lama hidup dan bekerja
sama sehingga mereka itu mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya
sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. (Ralp Linton sebagai
mana dikutip Harsoyo: 1977)
Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan
bekerja sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang
dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. (Linton
Pengantar Antropologi, 1967 hal 86)
Menurut Robert Mac Iver masyarakat adalah salah satu sistem dari kerja dan
prosedur daripada otoritas dan saling bantu membantu yang meliputi
kelompok-kelompok dan pembagian sosial lainnya, sistim dan pengawasan tingkah laku
manusia dan pengawasan.
Masyarakat adalah sekumpulan orang-orang yang hidup bersama yang
17
Berdasarkan keragaman definisi-definisi di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat adalah kelompok
manusia yang hidup bersama dalam wilayah tertentu dan bekerjasama mencapai
terkabulnya keinginan-keinginan bersama.
B. Kerangka Pikir
Kehidupan sosial budaya masyarakat di wilayah tertentu sungguh menarik untuk
dikaji dan dipelajari, keragaman suku, budaya serta agama melahirkan sebuah
kekayaan budaya yang tak ternilai harganya. Semboyan bhineka tunggal ika
terwujud dalam kehidupan sosial budaya di masyarakat, seperti halnya di Pekon
Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.
Sejarah panjang transmigrasi dari yang dulunya kolonisasi, telah membawa
masyarakat Jawa di Kecamatan Wonosobo khususnya di Pekon Wonosobo yang
tidak bisa dipisahkan dari sejarah kolonisasi tersebut, yang membentuk identitas
kebudayaan sendiri yang tentunya memperkaya kehidupan sosial budaya pada
masyarakat di Kecamatan Wonosobo.
Keadaan dimana kondisi awal mereka berbeda dengan kondisi daerah baru yang
mereka tempati. Dengan kata lain kehidupan sosial budaya mereka harus
beradaptasi dengan wilayah yang baru tanpa meninggalkan kebiasaan yang sudah
ada. Ini dapat dilihat dari tujuh (7) unsur kehidupan sosial budaya masyarakat
Pekon Wonosobo yakni kehidupan keagamaan (religi), sistem
kemasyarakatan/organisasi sosial, bahasa, sistem pengetahuan, kesenian, mata
pencaharian hidup dan peralatan hidup dan teknologi baik dalam peralatan
18
Masyarakat di Pekon Wonosobo menggunakan bahasa Jawa dalam komunikasi
sehari-hari mereka, dalam berkomunikasi dengan para orang tua maka bahasa
yang digunakan adalah bahasa halus atau yang disebut dengan kromo inggil dan
untuk bahasa keseharian disebut dengan bahasa Jawa ngoko. Tingkatan bahasa ini
digunakan dengan siapa lawan berbicara.
Masyarakat di Pekon Wonosobo sebagian bermatapencaharian sebagai petani,
pekerjaan tambahan seperti beternak dan menjadi buruh tani, dengan pekerjaan
tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dengan kehidupan
yang sederhana. Dalam kehidupan keseharian hubungan sosial masyarakat terjalin
dengan baik, kegiatan gotong royong dan siskamling seperti ronda malam masih
dilaksanakan, konflik yang hampir tidak pernah terjadi.
Hubungan Kekerabatan dan sosial masyarakat berjalan dengan baik, Sistem
kekerabatan masyarakat jawa khususnya di Pekon Wonosobo memiliki keindahan
mulai dari prinsip-prinsip kekerabatan sampai istilah yang dipakai dalam
kekerabatan. Sistem kekerabatan selalu disampaikan secara turun-temurun,
hubungan sosial antar masyarakat juga berjalan dengan baik hubungan sosial ini
dapat dilihat dari kegiatan gotong royong dan ronda malam yang masih dilakukan
hingga saat ini.
Mayoritas masyarakat di Pekon Wonosobo sebagian besar menganut agama
Islam, ada sebagian kecil yang menganut agama lain seperti kristen, perkumpulan
keagamaan juga berkembang seperti Majelis Taklim dan Risma, yang rutin
melaksanakan pengajian setiap minggu dan menyelenggarakan peringatan hari
19
pengetahuan pertanian yang berkembang pada masyarakat Pekon Wonosobo,
pengetahuan mengenai pertanian khususnya pengolahan sawah masih
memperhatikan gejala alam dan sudah mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Sudah menjadi kebiasaan masyarakat di Pekon Wonosobo untuk menghindari
bercocok tanam padi pada bulan Mei dikarenakan pada bulan ini adalah bulan
datangnya hama yang disebut dengan wereng, selain ada sebuag tradisi yakni
upacara wiwit/wiwitan sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Minat masyarakat Pekon Wonosobo dalam bidang pendidikan sudah cukup tinggi,
orang tua sudah banyak menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi masa
depan anak-anak hal ini ditandai banyaknya orang tua yang menyekolahkan
anaknya sampai ke perguruan tinggi. Untuk kesenian di Pekon Wonosobo
berkembang kesenian kuda lumping dan wayang kulit yang sampai saat ini masih
dilestarikan keberadaannya.
Dalam peralatan pertanian dan rumah tangga sudah bergeser dari alat tradisional
menuju kepada alat yang lebih modern dari hasil penelitian di lapangan
menunjukkan bahwa peralatan pertanian pada masyarakat Pekon Wonosobo sudah
menggunakan peralatan modern seperti bajak atau traktor yang dahulunya masih
menggunakan tenaga manusia yang dibantu oleh hewan seperti sapi dan kerbau.
Begitu juga dengan peralatan rumah tangga.
Keberadaan yang demikian menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian
terhadap masyarakat yang hidup di daerah tersebut dengan menitikberatkan, pada
kehidupan sosial budaya masyarakat Jawa di Pekon Wonosobo Kecamatan
Wonosobo Kabupaten Tanggamus. Sebab dengan mengetahui kehidupan sosial
20
Masyarakat Pekon Wonosobo
budaya dan kehidupan sosial budaya mereka yang secara langsung memperkaya
21
REFERENSI
Koentjaraningrat, 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Halaman 203.
Irwan Julianto, 2009. Peranakan Tionghoa Indonesia Sebuah Perjalanan Budaya. Jakarta : Intisari. Halaman 16.
Myrda. 1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid10. Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka. Halaman 180.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta halaman. 339
Ibid. halaman 381
Ibid. halaman 383
22
III. METODE PENELITIAN
A. Metode yang Digunakan
Salah satu ciri kegiatan ilmiah adalah terdapatnya suatu metode yang tepat dan
sistematis sebagai suatu penentu kearah pemecahan masalah. Metode adalah cara
yang sebaiknya harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Sedangkan metode
penelitian adalah suatu yang berkenaan dengan cara-cara atau alat yang dipakai
dalam suatu proses penilaian.
Metode Deskriptif
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, karena
penulis ingin menggambarkan keadaan yang sebenarnya mengenai kehidupan
sosial budaya masyarakat di Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten
Tanggamus.
Menurut Hadari Nawawi metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan
lain-lain ada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana
adanya.
23
1. Perumusan masalah
2. Menentukan ruang lingkup penelitian
3. Pengumpulan data
4. Pengolahan data
5. Menarik kesimpulan dari data yang telah terkumpul
6. Menyusun laporan hasil penelitian secara tertulis
Adapun penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan kehidupan sosial budaya masyarakat Pekon Wonosobo
Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.
A.1 Lokasi Peneltian
Penelitian mengenai Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pekon Wonosobo
Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus, Adapun pemilihan lokasi ini
didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:
a. Di lokasi tersebut adalah tempat pertama kali datangnya masyarakat
transmigran yang menjadi sejarah berdirinya Kecamatan Wonosobo
b. Lokasi tersebut dekat dengan desa kelahiran penulis sehingga akan
dapat lebih mudah melakukan penelitian
B. Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menjadi obyek
24
berperan dalam peristiwa atau gejala-gejala yang akan diteliti.(Suharsimi
Arikunto, 2002 : 96)>
Hadari Nawawi dan Mimi Martini mengemukakan bahwa variable adalah
beberapa gejala yang berfungsi sama dalam suatu masalah (Nawawi dan Martini,
1994 : 49).
Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa variabel adalah sesuatu
yang dapat diukur dan menjadi inti dari penelitian, dalam penelitian ini variabel
yang digunakan penulis adalah variabel tunggal yaitu kehidupan sosial budaya
masyarakat Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.
1. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel atau memberi petunjuk pelaksanaan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel. (Masri Singarimbun, 1989 : 46).
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah bagaimana kehidupan
masyarakat di Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo berdasarkan aspek sosial
budayanya.
C. Sumber Data
Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa variabel adalah sesuatu
yang dapat diukur dan menjadi inti dari penelitian, dalam penelitian ini variabel
manusia yang disebut informan. Hal ini sesuai dengan pendapat H.B. Sutopo
bahwa penelitian kualitatif posisi sumber data yang berupa manusia (narasumber)
25
dan narasumber disini memiliki posisi yang sama, oleh karena itu narasumber
bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa
lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Karena
posisi inilah sumber data yang berupa manusia di dalam penelitian kualitatif lebih
tepat disebut sebagai informan daripada sebagai responden. (H.B. Sutopo, 2006 :
57-58)
Dengan demikian, peneliti merujuk kepada pendapat Abdurrahman Fathoni yang
menyatakan bahwa responden adalah sumber data primer, data tentang dirinya
sendiri sebagai objek penelitian, sedangkan informan ialah sumber data sekunder,
data tentang pihak lain, tentang responden. Oleh sebab itu informan hendaknya
dipilih dari orang yang banyak mengetahui atau mengenal keadaan responden.
(Abdurrahman Fathoni. 2006 : 105)
Oleh karena itu, peneliti menetapkan informan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Individu yang bersangkutan merupakan tokoh adat atau sesepuh dari
masyarakat setempat
2. Individu yang bersangkutan merupakan ahli yang memiliki pengetahuan
tentang sejarah Pekon Wonosobo dan kehidupan masyarakat serta
kebudayaan yang dimilikinya.
3. Individu yang bersangkutan memiliki kesediaan dan waktu yang cukup.
Berdasarkan kriteria tersebut maka, informan yang sesuai sebagai sumber data
dalam penelitian ini sebaiknya diperoleh dari individu yang memiliki informasi
menguasai informasi, dan bersedia memberikan informasi-informasi yang relevan
26
A. Teknik Pengumpulan Data
Dalam setiap penelitian ilmiah diperlukan juga teknik pengumpulan data yang
relevan, sehubungan dengan itu, untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian ini, maka penulis memakai teknik pengumpulan data sebagai berikut:
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Menurut Hadari Nawawi (1993:95) wawancara salah satu teknik pengumpulan
data, merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data yang mengharuskan
seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka (face
to face) dengan sumber data, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut.
(Hadari Nawawi 1993:95)
Teknik wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan data penelitian yang
berupa jawaban pertanyaan lisan yang diajukan oleh peneliti, yaitu untuk
mengetahui kehidupan sosial budaya masyarakat Pekon Wonosobo Kecamatan
Wonosobo Kabupaten Tanggamus.
Adapun jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terstruktur. Dalam melakukan wawancara ini penulis menggunakan daftar
pertanyaan sebagai pedoman yang telah disusun sebelumnya yang bersifat terbuka
berisikan hal-hal yang pokok. Dimana untuk selanjutnya dapat dikembangkan
pada saat wawancara berlangsung. Dalam melakukan wawancara, selain harus
27
juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan
material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
2. Kepustakaan
Teknik kepustakaan yaitu teknik yang digunakan dalam penelitian dengan cara
mempelajari buku-buku atau literature yang ada hubungannya dengan masalah
yang akan diteliti. Menurut Hadari Nawawi teknik kepustakaan adalah cara
mengumpulkan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi
bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber
dokumen maupun buku-buku, Koran, majalah dan lain-lain.
(Hadari Nawawi, 1993 : 95)
Perpustakaan yang dimaksud penulis disini adalah perpustakaan Universitas
Lampung dan Perpustakaan daerah (Pusda) Lampung.
3. Observasi
Menurut Hadari Nawawi dan Martini Hadari, “Observasi secara singkat dapat
diartikan seabagai pengamatan dan pencacatan secara sistematik terhadap
unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian”
(Hadari Nawawi dan Martini)
Dalam melakukan observasi harus dilakukan secara cermat, jujur atau objektif
terfokus pada data yang relevan dan mampu membedakan “kategori” dari setiap
28
Teknik observasi sebagai metode bantu dalam mengumpulkan data, dengan
mengadakan observasi langsung terhadap obyek masalah yang sedang diteliti
sehingga mendapatkan data yang ada kaitannya dengan kehidupan sosial budaya
masyarakat di Pekon Wonosobo.
4. Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan
catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan
diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan (Budi Koestoro
dan Basrowi : 142). Metode ini hanya mengambil data yang sudah ada seperti
jumlah penduduk, luas wilayah dan sebagainya. Data yang terkumpul lebih
banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang
diperoleh melalui observasi dan penyebaran kuesioner penelitian.
B. Teknik Analisis Data
Menurut Robert C. Bogdan dan Sari Knop Bikklen, analisis data merupakan
proses penemuan yang sistematis dari catatan interview, catatan lapangan dan
bahan-bahan lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman
terhadap data tersebut, sehingga penemuan itu dapat disajikan (1998 : 74)Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik, yaitu
dengan mengambil fenomena yang ada mengenai Deskripsi Kehidupan Sosial
Masyarakat Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.
Data dianalisis terlebih dahulu kemudian diolah dengan cara menginterpretasi atau
menafsirkan hasil isian dari kuesioner yang dibagikan kepada responden. Data
29
Dilanjutkan dengan menarik suatu kesimpulan induktif, yaitu cara berfikir
didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat khusus yang kemudian diambil suatu
kesimpulan secara umum dan dituangkan alam bentuk tulisan agar mudah untuk
dipahami. Menganalisis data yang telah diperoleh tersebut, maka langkah-langkah
yang dilakukan dalam menganalisis data menurut Moloeng (1998:128) adalah
sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Data dari lapangan kemudian ditulis dalam bentuk laporan selanjutnya direduksi,
dirangkum, difokuskan kepada hal yang penting, selanjutnya dicari tema dan
polanya atau disusun secara sistematis. Data yang direduksi akan memberikan
gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti
dalam mencari kembali data yang diperlukan.
2. Display (penyajian data)
Display atau penyajian data digunakan untuk melihat gambaran keseluruhan atau
bagian-bagian tertentu dari penelitian harus diusahakan membuat grafik, matrik,
jaringan dan bagan atau bisa juga dalam suatu bentuk naratif saja.
3 Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi
Mengambil kesimpulan dan verifikasi yaitu berusaha mencari arti pola,
konfigurasi yang mungkin penjelasan alur sebab akibat dan sebagainya
Kesimpulan harus diuji selama penelitian berlangsung dalam suatu hal ini
30
REFERESI
Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 314 Hal
Abdurrahman Fathoni. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta : Rineka Cipta. Halaman 105.
H.B. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Halaman 57-58
Kasinu Akhmad dan Basrowi. 2007. Manajemen Penelitian Sosial.Jenggala Pustaka Utama. Kediri. Hal 275.
Lexi, J. Moleong. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hal 103
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan.. Bumi Aksara. Jakarta: Halaman 68.
Nawawi Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
73
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang Kehidupan Sosial Budaya
Masyarakat Pekon Wonosobo Kecamatan Wonosobo Kabupaten
Tanggamus, kehidupan sosial budaya masyarakat Pekon Wonosobo yang
terdiri dari bahasa, kehidupan keagamaan, mata pencaharian, tingkat
pendidikan, hubungan sosial antar masyarakat dan kesenian maka dapat
disimpulkan di bawah ini.
1. Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari hari masyarakat di
Pekon Wonosobo adalah bahasa Jawa, bahasa Jawa ini juga sangat
dominan dalam komunikasi sehari-hari bahkan di lingkungan pasar
Wonosobo masyarakat pribumi Lampung juga sangat pandai dalam
berbahasa Jawa.
2. Mata Pencaharian
masyarakat di Pekon Wonosobo sebagian besar bermatapencaharian
sebagai petani baik petani sawah maupun petani namun ada juga yang
bermatapencaharian sebagai PNS, buruh, pedagang dan yang lainnya.
Lahan dan potensi yang ada dimanfaatkan oleh masyarakat di Pekon
74
3. Hubungan Kekerabatan dan Sosial Masyarakat
Hubungan kekerabatan masyarakat jawa memiliki keindahan mulai dari
prinsip-prinsip kekerabatan sampai istilah yang dipakai dalam
kekerabatan. Sistem kekerabatan selalu disampaikan secara turun-temurun.
Organisasi sosial tumbuh sejalan dengan perkembangan kehidupan
keagamaan seperti majelis taklim dan Risma, Hubungan antar masyarakat
terjalin dengan, kegiatan gotong-royong dan majelis taklim masih
dilaksanakan hingga saat ini.
4. Tingkat Pendidikan
Minat masyarakat Pekon Wonosobo dalam bidang pendidikan sudah
cukup tinggi, orang tua sudah banyak menyadari betapa pentingnya
pendidikan bagi masa depan anak-anak hal ini ditandai banyaknya orang
tua yang menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi.
5. Agama
Agama yang dianut mayoritas masyarakat di Pekon Wonosobo adalah
agama Islam, walaupun ada juga yang menganut agama lain. Kehidupan
keagamaan di Pekon Wonosobo ditandai adanya perkumpulan keagamaan
seperti majelis taklim maupun RISMA.
6. Kesenian
Kesenian yang masih dilestarikan adalah kesenian kuda lumping dan
wayang kulit, kesenian ini masih bertahan sampai sekarang. Kesenian
kuda lumping hingga saat ini masih dilestarikan masyarakat di Pekon
Wonosobo bahkan masyarakat lain pun sering mengundang grup kuda
75
7. Perkembangan Kehidupan Sosial Budaya
Peralatan hidup seperti alat pertanian dan rumah tangga sudah mulai
modern seperti alat pembajak sawah yang sudah menggunakan traktor
begitu juga dengan peralatan rumah tangga yang juga mulai menggunakan
alat yang mulai modern. Upacara perkawinan juga telah mengalami
pergeseran dari prosesi perkawinan yang begitu banyak sekarang telah
banyak dikurangi denga alasan biaya dan menghemat waktu,
B. Saran
Sejarah panjang transmigrasi dari yang dulunya kolonisasi, telah
membawa masyarakat Jawa di Kecamatan Wonosobo khususnya di Pekon
Wonosobo yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah kolonisasi tersebut,
yang membentuk identitas kebudayaan sendiri yang tentunya
memperkaya kehidupan sosial budaya pada masyarakat di Kecamatan
Wonosobo. Perhatian pemerintah diperlukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang selama ini sulit untuk mencari pekerjaan
yang kemudian mencari kerja ke daerah yang lain. Begitu juga sarana yang
seperti irigasi pengairan untuk petani, sarana pendidikan dan sarana ibadah
yang juga perlu untuk ditingkatkan. Kesenian yang selama ini
dipertahankan juga harus ada perhatian lebih dari pemerintah untuk tetap
bertahan seiring jaman yang semakin maju agar terwarisi sampai ke
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 314 halaman
Bellah. 1964. Islam, Kemoderenan dan Keindonesiaan. Jakarta : PT. Mizan Publika. 380 Halaman
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. 338 halaman
Fathoni,Abdurrahman 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta : Rineka Cipta. 200 Halaman
Julianto, Irwan 2009. Peranakan Tionghoa Indonesia Sebuah Perjalanan Budaya. Jakarta : Intisari. 352 halaman
Levang, Patrice. 2003. Ayo Ke Tanah Sabrang Transmigrasi di Indonesia. Jakarta. Grafika Yuana. 361 halaman
Lexi, J. Moleong. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. 234 Halaman
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan.. Bumi Aksara. Jakarta: halaman
Myrda. 1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid10. Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka. 422 halaman.
Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. . 249 halaman.
Poerbakawatja Soegarda. 1982. Asimilasi Pendidikan : Pokok-pokok Riwayat dan Permasalahannya. Bandung : Depdikbud. 256 Halaman
Sutopo. H.B 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. 95 halaman
Sumardi Mulyanto. 1982. Pengembangan Aspek Ekonomi Masyarakat Desa. Jakarta : Balai Pustaka. 258 Halaman
Sumber lain :
Monografi Kecamatan Wonosobo Tahun 2013
Laporan RPJM-Pekon Wonosobo Tahun 2013
blog-kurnia-blogspot.com. Tingkatan bahasa Jawa. (online)
http://kamusjawa.info. blog-kurnia-blogspot.com. Tingkatan bahasa Jawa Diakses pada hari Kamis tanggal 23 Mei 2013 Pukul 16.00 WIB. Bahasa Jawa
Knowledge. Pengertian majelis taklim. (online)
http://id.knowledge.info.html. Pengertian majelis taklim Diakses pada hari Kamis tanggal 23 Mei 2013 Pukul 16.00 WIB. Majelis Taklim
blog-suparlan-blogspot.com. kegiatan gotong royong. (online)
http ://Suparlan M.ED/221/200.blog-Suparlan-blogspot.com kegiatan gotong royong
Diakses pada hari Kamis tanggal 23 Mei 2013 Pukul 16.00 WIB.
blog-kurnia-blogspot.com. Kegiatan ronda malam. (online) http ://blog-kurnia-blogspot.com. Kegiatan ronda malam
Diakses pada hari Kamis tanggal 23 Mei 2013 Pukul 16.00 WIB.
Wikipedia. Kesenian kuda lumping. (online).