• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geng Motor (Studi Etnografi Pengorganisasian Geng Motor di Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Geng Motor (Studi Etnografi Pengorganisasian Geng Motor di Medan)"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

GENG MOTOR

(Studi Etnografi Pengorganisasian Geng Motor di Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sosial dalam bidang Antropologi Sosial

Oleh :

JUNIUS SUE EMBARSA TARIGAN 080905018

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Junius Tarigan

NIM : 080905018

Departemen : Antropologi Sosial

Judul : Geng Motor (Studi Etnografi Pengorganisasian Geng Motor di Medan)

Medan, Desember 2012 Dosen Pembimbing Ketua Departemen Antropologi

Dra. Nita Savitri, M.Hum Dr. Fikarwin Zuska NIP. 196101251988032001 NIP. 196212201989031005

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN

GENG MOTOR

(Studi Etnografi Pengorganisasian Geng Motor di Medan)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia di proses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Desember 2012

Penulis

(4)

ABSTRAK

Studi Etnografi Pengorganisasian Geng Motor di Kota Medan (Junius S.E. Tarigan, 2012). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 104 halaman, 3 tabel, 1 diagram, 3 gambar, 23 daftar pustaka dan disertai 17 situs internet.

Penelitian yang berjudul Geng Motor (Studi Etnografi Pengorganisasian Geng Motor di Kota Medan) ini mengkaji tentang perilaku remaja yang diekspresikan dengan ikut bergabung dan membentuk suatu komunitas atau kelompok tertentu yang salah satunya adalah geng motor. Setiap geng motor yang terbentuk tersebut memiliki peraturan dan pengorganisasian yang sudah terstruktur dan memiliki aturan-aturan yang berbeda pada setiap masing-masing geng. Namun dalam skripsi ini, penulis memilih salah satu geng motor yang cukup terkenal di kota Medan yaitu geng motor RnR sebagai objek penelitian.

Fokus penelitian ini adalah pada perilaku remaja yang menjadi anggota geng motor di kota Medan. Pertanyaan penelitian yang dikaji meliputi pandangan remaja anggota geng motor terhadap kelompok yang diikutinya, sistem pengorganisasian pada geng motor dan hubungan sosial yang ada di dalam geng motor. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Antropologi Psikologi dengan memfokuskan pada perilaku remaja yang dianalisis secara kualitatif dengan emic view. Untuk pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi partisipasi terbatas untuk melihat gambaran anggota geng motor.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa geng motor yang ada di Medan sebagai suatu kelompok pertemanan yang memiliki pengorganisasian dan pada umumnya menganut sistem kepengurusan seperti geng motor yang ada di kota Bandung. Geng motor yang terbentuk ternyata tidak hanya terbentuk dari ikut-ikutan balap liar, namun dapat terjadi karena aktivitas remaja yang pada umumnya suka

nongkrong bersama teman-teman sebayanya. Sehingga di dalam geng motor terdapat hubungan sosial antar anggota maupun dengan individu ataupun kelompok lain di luar geng tersebut.

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, dan

penyertaan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Geng Motor (Studi Etnografi Pengorganisasian Geng Motor di Medan)”. Teristimewa buat kedua Orangtuaku yang sangat kucintai, Bapak: Surung Tarigan dan Mamak:

Roseva Sembiring, terima kasih yang tak terhingga atas segala pengorbanan, cinta dan

kasih sayang tulus dalam membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang.

Membuat kalian berdua bahagia dan selalu tersenyum adalah impianku. Dan untuk

adikku tersayang, my brother Amadeus Tarigan terima kasih atas dukungan, doa, dan

kasih sayang yang telah diberikan, doakan abang mu ini supaya sukses setelah ini.

Tuhan Yesus memberkati keluarga kita.

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih yang tulus

kepada berbagai pihak, di antaranya kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.,

selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Bapak Dr. Fikarwin Zuska, sebagai Ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP

USU. Bapak Drs. Agustrisno, M.S.P., sebagai Sekertaris Departemen Antropologi

Sosial FISIP USU, selaku penguji pada saat ujian komprehensif. Terima kasih untuk

semua saran yang diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini. Terkhusus buat Ibu

Dra. Nita Savitri, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing saya, yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing saya selama dari proses

penyusunan proposal sampai penulisan skripsi ini selesai, terima kasih atas bekal ilmu

yang sangat berharga yang telah Ibu berikan kepada saya, semoga apa yang telah Ibu

(6)

M.A., sebagai ketua penguji pada saat ujian komprehensif. Terima kasih untuk semua

saran yang diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini. Bapak Drs. Zulkifli, M.A.,

selaku Dosen wali/penasihat akademik saya, terima kasih atas bantuannya dalam

proses perkuliahan dan administrasi akademik. Seluruh dosen-dosen dan Pegawai di

Departemen Antropologi, yang telah mendidik dan mengajar penulis selama proses

perkuliahan. Buat Ibu Prof. Dra. Chalida Fachruddin, Ph.D., Bapak Drs. Irfan

Simatupang, Bapak Drs. Ermansyah, M.Hum., Ibu Dra. Mariana Makmur, M.A.,

Bapak Nurman Achmad, S.Sos., M.Soc.Sc., Bapak Dr. R. Hamdani Harahap, Ibu Dra.

Rytha Tambunan, M.Si., Ibu Dra. Sabariah Bangun, M.Soc.Sc., Ibu Dra. Sri Alem Br.

Sembiring, M.Si., Ibu Dra. Sri Emiyanti, M.Si., Ibu Dra. Tjut Syahriani, M.Soc.Sc.,

Bapak Drs. Yance, M.Si., Bapak Drs. Zulkifli Lubis, M.Si., Bapak Drs. Juara Ginting,

M.A., Bapak Drs. Edi Saputra Siregar. Kepada seluruh staff di FISIP USU khususnya

di Departemen Antropologi, buat Kak Nur dan Kak Sofi yang sudah membantu saya

dalam mengurus kelancaran administrasi selama dalam masa perkuliahan.

Buat seluruh pengurus dan anggota geng motor RnR yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk saya wawancarai dan memberikan informasi selama

masa penelitian di lapangan. Terkhusus buat teman saya Bernad yang telah banyak

membantu saya dengan memperkenalkan kepada teman-teman satu geng nya di RnR,

terima kasih buat segala waktunya. Semoga Tuhan memberkati kalian semua dalam

setiap aktivitas kalian ke depannya.

Terkhusus untuk orang-orang yang kusayangi, Shinta Natalia Sinaga yang

telah memberikan doa, motivasi dan semangat kepada saya selama proses

menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa tentunya buat teman-teman terbaik ku: Riko,

(7)

perjalanan ku selama di kampus. Terima kasih ya pal-pal ku semua, petualangan

bersama kalian tidak akan terlupakan, kalian yang membuat hari-hariku lebih

berwarna di kampus. Tidak lupa juga buat Harni dan Puteri Ananda, terima kasih atas

bantuannya selama ini, dan atas masukkannya hingga skripsi ini selesai. Sukses buat

kita semua ya, Tuhan memberkati kalian semua teman-temanku.

Kerabat-kerabat seluruh mahasiswa Antropologi FISIP USU, khususnya

rekan-rekan seperjuangan saya stambuk 2008 Berkat, Deny, Marda, Santa Panjaitan,

Santa Simamora, Suherman, Dea, Karmila, Iskandar, Iphin, Radinton, Nessya, Ayu,

Berty, Amin, Haris, Rambo, Hendra, Ria, Duma, Sari dan kepada semua

kerabat-kerabat antropologi lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Pada

kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih atas segala kenangan yang kalian

berikan dan bantuan-bantuannya. Semoga kita menjadi sukses semuannya. Tuhan

memberkati kita.

Buat teman-teman PUSH Band: Ade Molo, Andri, Aji, Samuel, terima kasih

buat kebersamaan yang kalian berikan. Semoga band ini bisa menjadi pemacu bagi

mahasiswa lain agar terus berkarya dan tidak melupakan waktu belajarnya. Semoga

apa yang kita impikan selama ini bisa tercapai dan pertahankan kekompakkan kita ini

agar tetap terjaga. Maju terus musik Indonesia dan gogogo PUSH Band.

Buat teman-teman IMILTA’08 USU yang sering nongkrong di kede bang

Tepu, terima kasih atas segala waktu berkesannya, banyak hal yang kupelajari

bersama kalian semua, walaupun belajar main kartu. Sudah bisa dikurangi sangkrang

balak sama kiu-kiu itu agar cepat tamat kita semua. Oleh karena itu, janganlah lupa

membaca buku minimal sejam sebelum tidur ya teman-teman. Ku doakan kalian

(8)

Kiranya Tuhan YME. dapat membalas segala kebaikan yang telah diberikan

oleh semua pihak kepada saya. Menyadari akan keterbatasan saya, maka skripsi atau

hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, koreksi dan

masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan hasil penelitian ini sangat saya

harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2012

Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

Junius Sue Embarsa Tarigan, lahir pada tanggal

10 Juni 1990 di Medan, Sumatera Utara. Beragama

Kristen Protestan. Anak pertama dari dua bersaudara dari

pasangan Ayah bernama Surung Tarigan dan Ibu

bernama Roseva Sembiring.

Riwayat pendidikan formal: TK Parulian 5

Medan, Kelas 1-5 di SD Parulian 5 Medan, Kelas 6 di SD

Budi Murni 2 Medan, SMP Budi Murni 2 Medan, SMA

Santo Thomas 2 Medan, Mahasiswa Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan

(10)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di

Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Sumatera Utara, Medan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut saya telah menyusun

sebuah skripsi dengan judul “Geng Motor” (Studi Etnografi Pengorganisasian Geng Motor).

Ketertarikan untuk menulis permasalahan tentang geng motor ini diawali dari

kenyataan yang saat ini terjadi bahwa semakin maraknya pemberitaan di media masa

mengenai tindak kekerasan yang dilakukan oleh geng motor di berbagai kota. Pada

umumnya aksi-aksi kekerasan tersebar di berbagai kota-kota besar di Indonesia.

Tindakan yang berupa kekerasan tersebut sampai ada yang mencabut nyawa

seseorang dan telah banyak meresahkan warga dimana pada umumnya dilakukan oleh

individu yang berada pada usia remaja.

Dalam skripsi ini saya menulis mengenai pengorganisasian suatu kelompok

pertemanan yang pada kasus ini berbentuk geng motor yang tentunya menggunakan

“kaca mata” antropologi dalam meninjau pemasalahan dalam skripsi ini. Setiap

kelompok yang terorganisir pasti memiliki struktur kepengurusan, oleh karena itu

perlunya pengkajian secara mendalam mengenai bentuk-bentuk struktur yang ada di

dalamnya. Sehingga dapat diketahui peran-peran setiap anggota, dan bagaimana

setiap anggota suatu geng tersebut menjalankan peranannya.

Dengan demikian skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pengetahuan tentang pengorganisasian suatu geng motor yang ditinjau secara

(11)

yang ada di Indonesia. Saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan

kemampuan, pengetahuan, materi, dan pengalaman saya. Saya sebagai penulis skripsi

ini, dengan tidak mengurangi rasa hormat, mengharapkan kritik dan saran maupun

sumbangan pemikiran yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk

menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Desember 2012

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... ii

ABSTRAK ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR ISTILAH ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ...1

1.2.Tinjauan Pustaka ...6

1.3.Rumusan Masalah ...16

1.4.Maksud dan Tujuan Penelitian ...17

1.5.Kerangka Penulisan ...18

1.6.Metode Dan Pengalaman Penelitian ...21

BAB II. KONTEKS PENELITIAN 2.1. Kota Medan Secara Geografis ...28

2.2. Kota Medan Secara Demografis ...29

2.3. Kota Medan Dalam Dimensi Sejarah ...32

2.4. Kota Medan Secara Ekonomi ...32

2.5. Kota Medan Secara Sosial ...36

2.6. Perkembangan Geng Motor di Medan ...36

2.7. Identitas Pada Geng Motor ...42

2.7.1. Slogan Geng ...44

2.7.2. Bendera Geng ...45

2.7.3. Seragam Geng ...47

BAB III. GENG MOTOR 3.1. Sejarah Geng Motor ...50

3.2. Perkembangan Geng Motor di Indonesia ...54

3.3. Geng Motor Sebagai Kelompok Sosial Remaja ...61

3.4. Perilaku dan Nilai Kelompok ...67

3.4.1. Perilaku Kolektif Pada Anggota Geng Motor ...68

3.4.2. Nilai Solidaritas Pada Anggota Geng Motor ...69

3.5. Alasan Remaja Bergabung Dengan Geng Motor ...70

BAB IV. PENGORGANISASIAN GENG MOTOR 4.1. Struktur Kepengurusan Geng Motor ...76

4.1.1. Penasehat...79

4.1.2. Ketua ...80

4.1.3. Bendahara ...82

(13)

4.1.5. Anggota ...83

4.2. Keanggotaan Geng Motor ...84

4.2.1 Syarat dan Aturan Menjadi Anggota ...85

4.2.2 Ritual Penerimaan Anggota ...86

4.2.3 Reward and Punishment ...87

4.3. Hubungan Sosial pada Geng Motor ...89

4.3.1 Hubungan Sosial Sesama Geng Motor ...90

4.3.2 Hubungan Geng Motor dengan OKP ...91

4.4. Konflik Geng Motor ...93

4.4.1 Internal ...94

4.4.2 Eksternal ...95

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...97

5.2. Saran ...99

(14)

DAFTAR ISTILAH

Back-up bantuan atau perlindungan dari individu atau kelompok lain.

Bikers pengendara motor.

Joinan adanya hubungan kerjasama, saling membantu.

Konvoi iring-iringan.

Pede singkatan dari kata percaya diri.

Peer group kelompok sosial remaja-remaja sebaya yang memiliki kedekatan satu dengan yang lainnya.

Sparing bahasa yang dipakai anggota geng motor untuk menjadi lawan tanding untuk melawan anggota baru.

(15)

ABSTRAK

Studi Etnografi Pengorganisasian Geng Motor di Kota Medan (Junius S.E. Tarigan, 2012). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 104 halaman, 3 tabel, 1 diagram, 3 gambar, 23 daftar pustaka dan disertai 17 situs internet.

Penelitian yang berjudul Geng Motor (Studi Etnografi Pengorganisasian Geng Motor di Kota Medan) ini mengkaji tentang perilaku remaja yang diekspresikan dengan ikut bergabung dan membentuk suatu komunitas atau kelompok tertentu yang salah satunya adalah geng motor. Setiap geng motor yang terbentuk tersebut memiliki peraturan dan pengorganisasian yang sudah terstruktur dan memiliki aturan-aturan yang berbeda pada setiap masing-masing geng. Namun dalam skripsi ini, penulis memilih salah satu geng motor yang cukup terkenal di kota Medan yaitu geng motor RnR sebagai objek penelitian.

Fokus penelitian ini adalah pada perilaku remaja yang menjadi anggota geng motor di kota Medan. Pertanyaan penelitian yang dikaji meliputi pandangan remaja anggota geng motor terhadap kelompok yang diikutinya, sistem pengorganisasian pada geng motor dan hubungan sosial yang ada di dalam geng motor. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Antropologi Psikologi dengan memfokuskan pada perilaku remaja yang dianalisis secara kualitatif dengan emic view. Untuk pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi partisipasi terbatas untuk melihat gambaran anggota geng motor.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa geng motor yang ada di Medan sebagai suatu kelompok pertemanan yang memiliki pengorganisasian dan pada umumnya menganut sistem kepengurusan seperti geng motor yang ada di kota Bandung. Geng motor yang terbentuk ternyata tidak hanya terbentuk dari ikut-ikutan balap liar, namun dapat terjadi karena aktivitas remaja yang pada umumnya suka

nongkrong bersama teman-teman sebayanya. Sehingga di dalam geng motor terdapat hubungan sosial antar anggota maupun dengan individu ataupun kelompok lain di luar geng tersebut.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, perilaku remaja pria diekspresikan dengan berbagai cara. Salah

satunya diwarnai dengan bentuk perilaku kekerasan. Media sering memberitakan

perkelahian remaja yang dilakukan oleh para pelajar di berbagai kota di Indonesia.

Bentuk ekspresi bebas para pelajar lainnya yang tidak kalah heboh sekaligus

meresahkan masyarakat adalah terbentuknya geng. Bentuk dari geng pelajar ini

biasanya nongkrong atau bergerombol selama waktu sekolah atau di luar sekolah, dan

ada juga yang menggunakan kendaraan dan bergerombol di malam hari. Bentuk geng

ini dikenal dengan nama geng motor1

Pada umumnya geng motor dibentuk dari kumpulan anak-anak remaja yang

suka ngebut atau balapan liar dengan motor, baik siang maupun malam hari, dan juga

dari kesamaan lingkungan tempat tinggal atau lingkungan sekolah. Sekarang ini para

remaja mulai dari SMP, SMA bahkan mahasiswa banyak yang mengikuti komunitas

geng motor. Mereka melakukan balapan motor alias trek-trekan di jalanan umum.

Geng motor dibuat untuk menunjukkan eksistensi kelompoknya kepada masyarakat

sekitar maupun dengan geng motor lainnya. Geng motor RnR biasanya berkumpul di . Penelitian ini mengkaji tentang komunitas

remaja yaitu pengorganisasian geng motor yang terdapat di Medan. Geng motor yang

menjadi objek kajian penelitian saya ini adalah geng motor RnR. Anggota-anggota

geng motor umumnya adalah para remaja yang masih berstatus pelajar baik SMP,

SMA, bahkan mahasiswa.

1

(17)

daerah Jln. Abdul Hakim Kec. Medan Selayang. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas

hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa daerah tersebut sering menjadi tempat

berkumpulnya para remaja anggota geng motor RnR.

Di Indonesia aktivitas geng motor yang brutal dan anarkis mulanya muncul di

pulau Jawa yaitu di kota Bandung. Setiap geng motor yang ada di Bandung umumnya

bersifat anarkis dan terkadang meresahkan warga dengan melakukan perampokan di

swalayan dan penyerangan atau perampokan terhadap warga sekitar. Di Medan

sendiri, kegiatan geng motor mulai terlihat keberadaannya pada tahun 2007 dan

akhirnya mulai menampakan tindakan kekerasannya pada tahun 2011 di mana terjadi

penyerangan terhadap komunitas lain (waspada.co.id 7 February, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, saya tertarik melakukan penelitian mengenai geng

motor disebabkan semakin banyaknya kasus kejahatan yang dilakukan oleh geng

motor tersebut. Untuk tahun 2012 kejahatan yang dilakukan geng motor di Medan ada

tiga kasus sampai bulan februari, yang diamankan sebanyak 70 orang tapi yang

diproses pidana tiga kasus2. Hal ini banyak menimbulkan pandangan negatif dari

masyarakat terhadap geng motor itu sendiri. Disaat sekumpulan anggota geng motor

melakukan penghancuran terhadap warnet bahkan kantor polisi, tindakan mereka

diketahui warga dan beberapa diantaranya tertangkap dan dihajar massa3

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan dengan topik mengenai geng

motor telah pernah dilakukan oleh beberapa mahasiswa diberbagai universitas di

Indonesia. Namun, pada umumnya yang mengkaji mengenai geng motor merupakan

mahasiswa dari jurusan psikologi. Mahasiswa psikologi dari berbagai universitas di .

2

Berita dalam Koran Sumut Pos edisi 1 Maret 2012, “Korban Geng Motor Banyak Tak Melapor”.

3

(18)

Indonesia dalam skripsi mereka membahas bagaimana hubungan kohesifitas dengan

perilaku agresi pada anggota geng motor (Beriyanti, Skripsi, 2010). Selain itu ada

yang mengkaji masalah hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresi

pada anggota komunitas geng motor di Bandung, (Miladina, Skripsi, 2010). Dan

penelitian lain mengenai kecenderungan kepribadian anggota geng motor di Bandung

ditinjau dari kebutuhan (Rachmawati, Skripsi, 2008). Dari beberapa hasil skripsi di

atas, umumnya penelitian mengenai geng motor dilakukan oleh mahasiswa jurusan

psikologi yang memfokuskan di dalamnya mengenai sifat agresi4

Adanya geng seperti sebuah kelompok–kelompok sosial yang semu, karena

terbentuk dari sebuah jiwa bebas yang terhambur ketika langkah seorang remaja telah

tetap dan pasti. Namun, adanya fenomena geng tersebut tak urung seperti perbedaan

dua keping mata uang yang berbeda. Satu sisi mata uang menunjukkan hal positif

yaitu pembentukan mental dan ajang solidaritas dari seorang remaja, sedangkan sisi komunitas geng

motor sehingga timbul tindakan kekerasan. Umumnya penelitian mahasiswa psikologi

membahas bagaimana perkembangan psikologi dan tingkah laku remaja yang telah

mengikuti kegiatan geng motor. Berdasarkan latarbelakang penulis sebagai

mahasiswa antropologi, saya sangat tertarik mengkaji mengenai topik geng motor

khususnya dalam kajian ilmu antropologi, terutama memfokuskan bagaimana

sebenarnya pengorganisasian dalam suatu komunitas geng motor dan hubungan sosial

yang terdapat di dalamnya. Sehingga dapat diketahui bagaimana kegiatan mereka dan

struktur kepengurusan yang mereka bentuk dikaji secara etnografis.

4

(19)

lainnya adalah sebuah bentuk pemberontakan jiwa yang terkadang diaplikasikan

dalam bentuk anarkisme yang sangat destruktif5

Anggota geng motor yang pada umumnya adalah laki-laki, yang ingin

menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang maskulin dan terlihat macho dihadapan .

Keberadaan geng remaja baik laki-laki ataupun perempuan tidak bisa

dielakkan dalam kehidupan era globalisasi saat ini, karena di usia-usia remaja ini,

mereka membutuhkan suatu komunitas yang sesuai atau cocok dengan gaya dan

pandangan hidup mereka. Dalam komunitas atau geng atau kelompok pertemanan ini,

mereka bisa dengan leluasa menyalurkan bakat, minat, potensi yang mereka miliki,

bahkan segala permasalahan hidup yang mereka alami dibagikan kepada teman-teman

satu gengnya. Jadilah mereka seperti ‘saudara sekandung’, yang tidak hanya diikat

oleh gaya hidup dan pandangan hidup khas mereka tapi juga ada ikatan perasaan

emosional bahkan ikatan intelektual. Secara otomatis, mereka yang merasa cocok

akan membuat suatu ‘lingkaran’ atau geng atau komunitas sendiri. Terlepas dari

apakah geng yang mereka buat untuk tujuan yang baik atau yang buruk.

Menurut teori gejala masalah akil balig Margareth Mead, (dalam Danandjaja,

1994:38) perbedaan sifat-sifat kepribadian atau tempramen antara laki-laki dan

perempuan tidak bersifat biologis universal, melainkan suatu perbedaan yang

ditentukan oleh kebudayaan, oleh sejarah, dan struktur sosial masyarakat yang

bersangkutan. Perkembangan kepribadian seorang individu menurut beliau terjadi

pada usia remaja, yaitu masa dari anak-anak menuju dewasa, dimana perkembangan

kepribadian dan emosinya tergantung dari lingkungan dan kebudayaan sekitarnya

baik itu laki-laki maupun perempuan.

5

(20)

orang lain dengan mengikuti geng tersebut. Menurut Pleck (dalam Arivia, 2009:38)

maskulin merupakan pencitraan diri yang diturunkan dari generasi ke generasi,

melalui mekanisme pewarisan budaya hingga menjadi suatu “kewajiban” yang harus

dijalani jika ingin dianggap sebagai laki-laki seutuhnya. Sedangkan laki-laki yang

tampil maskulin, disebut dengan laki-laki macho. Kewajiban tersebut tercermin dalam

suatu manhood (dogma kejantanan atau norma kelelakian) yang harus diikuti oleh

kaum laki-laki pada umumnya, karena dianggap sebagai faktor bawaan dari lahir.

Contoh dari norma maskulin menurut Kurniawan (dalam Arivia, 2009) misalnya:

anak laki-laki pantang untuk menangis; laki-laki harus tampak garang dan berotot;

laki-laki yang hebat adalah laki-laki yang mampu “menaklukkan” hati banyak

perempuan; laki-laki akan sangat “laki-laki” apabila identik dengan rokok, alkohol,

dan kekerasan.

Banyaknya komunitas motor yang muncul di berbagai daerah di Indonesia

telah menjadi sebuah fenomena. Kegiatan untuk membentuk dan bergabung ke dalam

sebuah geng motor pada masa sekarang ini membentuk suatu budaya populer

dikalangan remaja pengguna kendaraan bermotor. Budaya populer (umumnya dikenal

sebagai budaya pop) adalah totalitas ide, perspektif, sikap, gambar dan fenomena

lainnya yang dianggap disukai melalui konsensus informal dalam arus utama dari

sebuah masyarakat tertentu. Budaya populer terbentuk dan berkembang dalam suatu

masyarakat karena banyak dipengaruhi oleh media massa dan merembes ke

kehidupan sehari-hari banyak ora).

Setiap remaja yang bergabung ke dalam suatu geng motor pastilah memiliki

alasan mereka masing-masing kenapa memilih untuk bergabung ke dalam komunitas

(21)

individu juga terisi dengan berbagai perasaan, emosi, kehendak dan keinginan, yang

sasarannya adalah juga aneka macam hal yang ada dalam lingkungannya. Oleh karena

itu diperlukannya penelitian lebih lanjut dalam mengetahui alasan-alasan mengapa

banyak remaja, khususnya remaja di kota Medan yang banyak masuk dan membentuk

komunitas geng motor. Dengan mengkaji suatu komunitas dilihat dari sudut pandang

antropologi, diharapkan dapat mengetahui mengapa banyak remaja yang bergabung

dalam geng motor, dan menyebabkan terbentuknya suatu budaya baru untuk ikut ke

dalam suatu geng motor tertentu pada masa sekarang ini. Karena para remaja

umumnya yang menggunakan sepeda motor umumnya sangat tertarik masuk dan

menjadi bagian suatu geng motor.

1.2. Tinjauan Pustaka

Masa remaja merupakan sebuah masa transisi yang dilalui oleh semua insan

manusia sebelum akhirnya memasuki fase dewasa. Berbicara mengenai remaja, erat

kaitannya dengan sebuah kualitas diri. Remaja merupakan masa di mana terjadi

sebuah jalan persimpangan dalam hidupnya yang akhirnya dipilih sebagai bekal

kehidupannya kelak, dan proses pemilihan itu sangat erat kaitannya dengan kualitas

diri seorang remaja dalam kegiatan proses belajar, dan aktivitasnya dalam kehidupan

sehari-hari6

Pada masa remaja juga terjadi proses pencarian identitas diri, di mana identitas

tersebut dicari bersama-sama dengan teman sebayanya dengan berkumpul dan . Menurut Mead (dalam Danandjaja, 1994) remaja cenderung menentang

kekuasaan dan otoritas orang tuanya; walaupun dalam keadaan ragu-ragu, mereka

ingin mencari kebebasan dari otoritas pada umumnya.

6

(22)

membentuk suatu kelompok bermain dan membentuk suatu komunitas, dalam hal ini

ke dalam geng motor. Menurut Adian (dalam Arivia, 2001:25) identitas merupakan

konsep yang merupakan fokus pemikiran klasik yang selalu mencari kesejatian pada

yang identik (sama) di balik segala perubahan. Segala sesuatu harus memiliki

identitas, terkategorisasi, dan terumuskan secara tuntas. Sesuatu tanpa identitas adalah

mustahil.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2001), geng berarti sebuah

kelompok atau gerombolan remaja yang dilatarbelakangi oleh persamaan latar sosial,

sekolah, daerah, dan sebagainya. Pelakunya dikenal dengan sebutan gengster. Sebuah

kata yang berasal dari bahasa Inggris, gangster. Gangster atau bandit berarti suatu

anggota dalam sebuah kelompok kriminal (gerombolan) yang terorganisir dan

memiliki kebiasaan urakan dan anti-aturan7

Selain geng motor sebagai suatu komunitas motor, ada juga komunitas motor

lain yang biasa disebut klub motor. Perlu diketahui bahwa pengertian geng motor di

atas berbeda dengan pengertian klub motor. Pada klub motor, aktivitas berkelompok

didasari oleh kesamaan hobi otomotif atau aktivitas sosial yang umumnya terdaftar

(legal) pada wadah organisasi otomotif resmi dan diakui oleh pemerintah setempat, . Geng motor sendiri dilandasi oleh

aktivitas kesenangan di atas motor ataupun karena berkumpul dalam suatu kelompok

yang menggunakan motor. Umumnya keberadaan mereka ada di setiap kota besar dan

perilakunya telah menjadi penyakit sosial yang akut. Penyakit sosial atau biasa

disebut dengan “patologi sosial” merupakan gejala-gejala sosial yang sakit atau

menyimpang dari pola perilaku umum yang disebabkan faktor-faktor sosial.

7

(23)

misalnya: Ikatan Motor Indonesia (IMI) dan Forum Persatuan Motor Indonesia

(FPMI).

Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu

waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.

Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan

dengan individu dan populasi. Komunitas terjadi karena seorang individu tersebut

menganggap dengan berkumpul dan berinteraksi antar sesama individu lainnya

merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai jalan hidup manusia (Sanders, 1966).

Komunitas menurut pandangan Koenjaraningrat :

“Kesatuan wilayah, adat istiadat, rasa identitas komunitas, dan rasa loyalitas terhadap komunitas sendiri, merupakan ciri-ciri suatu komunitas, dan pangkal dari perasaan seperti patriotisme, nasionalisme, dan sebagainya, yang biasanya bersangkutan dengan negara. Defenisi komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah yang nyata, dan yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta yang terikat oleh suatu rasa identitas komunitas.” (Koenjaraningrat, 1990:148).

Masa remaja adalah masa di mana setiap remaja ingin berkelompok dan

akhirnya akan membuat komunitas, karena masa remaja adalah masa mereka mencari

sebanyak-banyaknya teman dalam pencarian jati diri mereka. Remaja memandang

dunia sebagai apa yang mereka inginkan, bukan sebagaimana adanya. Ciri-ciri yang

menonjol yang ditunjukkan oleh para remaja ada dalam perilaku sosial. Mereka dan

teman sebaya akan membentuk geng, yang di dalamnya terdapat nilai-nilai kolektif

yang akan mempengaruhi individu tersebut. Inilah proses di mana individu

membentuk pola perilaku dan nilai-niai yang baru pada gilirannya bisa menggantikan

nilai-nilai yang didapatnya di rumah.

Selain geng motor, terdapat juga komunitas-komunitas motor lainnya.

(24)

kumpul-kumpul pecinta kendaraan bermotor tapi lebih dari itu klub motor juga memiliki

susunan organisasi seperti layaknya sebuah organisasi massa dan juga memiliki

program kerja yang terjadwal seperti membuat jadwal untuk melakukan acara

berkumpul bersama seluruh anggota setiap minggunya dengan tujuan mempererat

silaturahmi dan untuk saling berinteraksi, melakukan perjalanan ke daerah tertentu

secara bersama-sama (touring) baik dengan anggota sendiri ataupun bekerja sama

dengan komunitas motor yang lain, mengikuti kegiatan-kegiatan otomotif seperti

lomba modifikasi sepeda motor, kegiatan balap motor, dan juga melakukan bakti

sosial ke masyarakat.

Beberapa waktu terakhir aksi dan aktivitas komunitas motor tadi tercoreng

oleh ulah dari beberapa anggota komunitas motor yang menyebut dirinya sebagai

geng motor. Geng motor merupakan bagian dari komunitas motor, namun yang

membedakan dengan komunitas motor itu sendiri adalah geng motor dibentuk dengan

tujuan untuk membentuk komunitas pertemanan yang cenderung orientasinya ke arah

yang negatif, cenderung berbuat onar dan meresahkan masyarakat. Akhir-akhir ini

mereka mendapat perhatian serius baik dari masyarakat serta mendapat cap negatif

dari masyarakat dan dari media dikarenakan oleh perilaku mereka.

Untuk itu perlunya pengetahuan bagaimana perbedaan antara setiap komunitas

motor yang ada, agar tidak terjadinya salah penilaian masyarakat bahwa setiap

kumpulan orang bermotor itu merupakan geng motor. Karena komunitas pengendara

(25)

geng motor. Adapun beberapa perbedaan antara geng motor, club motor dan motor

community menurut Putu Oka Sukanta8

Geng Motor

adalah sebagai berikut:

Tabel I.

PERBEDAAN GENG MOTOR, KLUB MOTOR, DAN KOMUNITAS MOTOR

Klub Motor Komunitas Motor

1. Kebanyakan anggota bom molotov (terbuat dari botol yang berisi minyak tanah)9

6. Motor yang mereka .

3. Biasanya hanya muncul di malam hari dan tidak menggunakan lampu (safety) dalam berkendara dan benar-benar komplit.

2. Motor dan pengendaranya sama-sama

lengkap bahkan biasanya ditambah box dibelakang motor buat menaruh helm dan peralatan motor.

3. Biasanya setiap klub motor hanya terdiri dari satu merk dan satu tipe motor saja namun ada juga yang campur-campur. jauh dari kata anarkis dan hanya sekedar pengenalan

8

9

(26)

gunakan bodong, gak ada spion, sein, hingga lampu utama. Yang penting buat mereka adalah kencang. 7. Visi dan misi mereka jelas, hanya membuat satu sama lain dan minum minuman keras sampai muntah.

misi yang jelas dan jauh dari ruang lingkup yang pula yang tidak dan hanya sebatas kumpulan anak motor saja.

10. Tidak berbeda jauh dengan klub motor.

Sumber. http://www.journalbali.com

Dari perbedaan di atas, nampaklah ciri-ciri perilaku dari geng motor itu pada

umumnya. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh anggota geng motor tersebut

sangat meresahkan masyarakat, karena dianggap menyalahi norma-norma sosial.

Berberapa bentuk perilaku tersebut antara lain berkendara dengan kecepatan tinggi

saat mengendarai motor baik pada waktu siang maupun malam hari, melakukan

balapan motor liar atau istilahnya trek-trekan di jalanan, sampai melakukan tindakan

kekerasan dengan anggota komunitas motor lain.

Secara konotasi, geng ini memang beda dengan klub, grup, atau kelompok.

(27)

kamus bahasa Inggris, misalnya, geng (gang) di sana punya arti banyak dan salah

satunya adalah negatif, gang: a group of persons working to unlawful or antisocial

ends. Geng merupakan kumpulan orang yang melakukan tindakan pelanggaran

hukum dan bersikap antisosial.

Individu yang mengikuti geng motor ini umumnya adalah remaja, jika

menggunakan definisinya Erikson (1963:10), remaja adalah anak yang sudah mulai

masuk umur 12 sampai 18 tahun. Erikson menemukan bahwa karakteristik

perkembangan yang paling menonjol dari anak seusia ini adalah mencari identitas

(identity searching) sekaligus kebingungan dengan identitasnya (identity confusion).

Pencarian identitas ini mereka dapatkan melalui hubungan dengan teman sebaya

dengan membentuk kelompok-kelompok pertemanan. Mereka melakukan setiap

aktivitas kelompok walaupun aktivitas tersebut berbanding terbalik dengan kebiasaan

yang didapatnya dari rumah, hal ini terjadi karena pengaruh dari hubungan

pertemanan tersebut, aktivitas tersebut diantaranya tidak lepas dari tindakan kekerasan

seperti yang dilakukan geng motor.

Tindakan yang dilakukan setiap anggota geng motor bisa terjadi karena

adanya gejolak emosi pada diri masing-masing anggota geng tersebut, sesuai dengan

keadaan yang sedang dialami mereka yang mereka tunjukkan kepada teman satu

anggota atau kepada masyarakat sekitar. Menurut Matsumoto (2004:43) emosi terdiri

dari 2 jenis yaitu emosi negatif dan positif. Emosi negatif seperti marah dan frustrasi

terjadi karena terhambatnya atribut internal seseorang (seperti tujuan atau keinginan).

Sebaliknya emosi positif seperti perasaan bersahabat dan penghargaan, amatlah

berbeda. Emosi-emosi ini adalah hasil dari pengalaman menjadi bagian dari suatu

(28)

Kekerasan yang umum dilakukan oleh geng motor adalah kekerasan yang

bersifat kolektif, dimana menurut Jack D. Douglas & Frances Chaput Waksler

kekerasan kolektif adalah kekerasan yang dilakukan oleh anggota kelompok secara

bersamaan, seperti dalam perang, kerusuhan, dan kepanikan. Yabolensky menjelaskan

kekerasan geng dalam kaitannya dalam kepribadian yang cacat. Kepribadian yang

cacat maksud beliau adalah kepribadian yang terbentuk karena sifat jahat dari

individu, dalam bukunya The Violent Gang (Santoso, 2002:90).

Geng motor memang tidak terlepas dari perilaku kolektif. Dalam geng motor

terdapat kehidupan sosial kolektif yang merupakan ciri khas dari kelompok sosial

yang melakukan tindakan sesuai dengan keputusan kelompok. Menurut Popenoe

(Koentjaraningrat, 1990:135) ada beberapa ciri atau karakteristik kehidupan sosial

kolektif, antara lain:

1. Adanya pembagian kerja yang relatif permanen antar anggota dalam kelompok

tentang berbagai kegiatan untuk pemenuhan beragam kebutuhan kelompok

2. Adanya rasa saling ketergantungan antar anggota dalam kelompok dalam proses

pencapaian tujuan kelompok

3. Proses menjalin kerjasama tersebut didasarkan pada sistem nilai, norma yang telah

disepakati oleh sesama anggota kelompok

4.Diperlukan adanya pola komunikasi yang baik untuk membangun hubungan

kerjasama tersebut

5. Adanya perlakuan yang beragam antar anggota kelompok, sebagai konsekwensi

dari keberagaman kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing

(29)

6. Adanya solidaritas dalam kelompok (in-group) dan adanya sistem pengendalian

sosial terhadap pola perilaku anggota dalam kelompok agar tetap berada pada garis

visi dan misi kelompok

Kepribadian individu yang mengarah keperilaku kekerasan pada usia remaja

biasa disebut dengan kenakalan. Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada

suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di

dalam masyarakatnya. Kartono (2010:93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut

pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh

pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh

masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Dikatakan bahwa

kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku/tindakan remaja yang bersifat anti

sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam

masyarakat.

Gunarsa (2002:19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja

digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu:

(1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam

undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2)

kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan

undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum

bila dilakukan orang dewasa.

Menurut bentuknya, Sartono (1985) membagi kenakalan remaja ke dalam tiga

tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos

sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran

(30)

tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks

diluar nikah, pemerkosaan dll.

Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang,

pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soekanto, 1988). Bahwa

perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai

fakta sosial yang normal, dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena

tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan

normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat,

perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu

perbuatan yang tidak disengaja. Jadi, kebalikan dari perilaku yang dianggap normal

yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada

masyarakat.

Menurut Krahe (2005:15) tindakan yang dilakukan dengan niat menimbulkan

akibat negatif terhadap targetnya dan sebaliknya, menimbulkan harapan bahwa

tindakan itu akan menghasilkan sesuatu merupakan kualifikasi dari sikap agresi.

Sebuah definisi klasik yang diusulkan Buss (dalam Krahe, 2005) mengarakterisasikan

agresi sebagai sebuah respons yang mengantarkan stimuli (rangsangan) beracun

kepada makhluk hidup lain. Oleh karena itu, setiap anggota geng motor pasti memiliki

sikap agresifitas yang tinggi, sehingga berani melakukan tindakan kekerasan terhadap

individu ataupun kelompok lain.

Sikap agresifitas yang tinggi tersebut yang membuat seringnya terjadi konflik

antar geng motor. Masalah yang terjadi pada suatu geng motor yang akhirnya

menyebabkan pertikaian antar geng biasanya diakibatkan dari konflik yang

(31)

permasalahan tersebut mau tidak mau mengikutsertakan teman-temannya dalam geng

motor lainnya untuk membantu dalam menyelesaikan masalahnya secara bersama,

yang umumnya tidak lepas dari tindakan kekerasan.

Menurut Lawang (1994), konflik diartikan sebagai perjuangan untuk

memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan, dan sebagainya

dimana tujuan mereka berkonflik itu tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi juga

untuk menundukkan pesaingnya. Konflik tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan

muncul karena adanya faktor pemicu. Terdapat dua faktor yang menjadi pemicu

terjadinya konflik, yaitu: persaingan (competition) dan kontravensi (contravention).

Pada hakikatnya persaingan itu baik apabila dilakukan secara sehat yaitu

menggunakan kemampuan masing-masing individu tanpa merugikan pihak lain.

Sedangkan kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap pihak lain

(orang atau kelompok).

1.3. Rumusan Masalah

Kompleksitas kehidupan kota besar selalu diikuti oleh bermacam-macam

penyimpangan perilaku, salah satunya yang terjadi pada remaja yang berada dalam

suatu komunitas geng motor. Penyimpangan perilaku yang terjadi padanya yaitu

aktivitas kenakalan yang berujung pada kriminalitas. Seperti yang telah dilansir oleh

beberapa media massa akhir-akhir ini, aksi brutal geng motor telah menimbulkan

korban. Mereka selalu bergerak secara bergerombol dalam melakukan aksinya. Gejala

dalam komunitas kota menurut Menno, S. (1994:45) ialah adanya kecenderungan

(32)

identitas pribadinya; individu tidak lagi mampu membuat putusan-putusan secara

pribadi, melainkan bertindak menurut dorongan massa (kelompok).

Sehubungan dengan pernyataan di atas, maka akan muncul pokok

permasalahan dalam penelitian ini yang akan membentuk pertanyaan-pertanyaan

seperti :

1. Apa pandangan remaja-remaja anggota geng motor terhadap kelompok yang

diikutinya setelah mereka bergabung ke dalam geng tersebut.

2. Bagaimana sistem pengorganisasian pada suatu geng motor dan pengelolaannya.

3. Bagaimana hubungan sosial baik hubungan internal maupun hubungan eksternal

yang ada dalam geng motor.

1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini dibuat agar memunculkan perhatian lebih dari

pemerintah dan orang tua setelah mengetahui alasan setiap remaja mengikuti geng

motor tersebut, dan membuka mata masyarakat dari makna sebenarnya sebuah geng

motor dari sudut pandang anggota geng tersebut (emic view). Sehingga ke depannya

masyarakat dan pemerintah dapat memahami cara melakukan pengendalian sosial

terhadap kenakalan-kenakalan remaja, sehingga suatu geng motor itu tidak dipandang

negatif karena dibimbing dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih positif dan

berguna bagi masa depan mereka.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui alasan-alasan para remaja

mengapa mereka bergabung dan membentuk suatu geng motor, mengetahui

bagaimana struktur pengorganisasian suatu geng motor, dan agar dapat mengetahui

(33)

geng motor yang ada di Medan secara etnografis, dimana penelitian dilakukan dalam

jangka waktu 4 bulan yaitu antara bulan Mei hingga Agustus 2012.

1.5. Kerangka Penulisan

Aktivitas geng motor di kota Medan dapat dilihat dengan adanya pemberitaan

di media elektronik dan media surat kabar. Pemberitaan mengenai geng motor ini

tidak lepas dari perilaku kriminal yang dilakukan oleh geng motor, yang pada

umumnya beranggotakan para remaja. Aktivitas yang mereka lakukan tidaklah

sembarangan, karena setiap tindakan yang mereka perbuat berdasarkan atas peraturan

yang telah mereka sepakati bersama. Pada setiap geng motor yang ada umumnya

mempunyai sistem pengorganisasian yang di dalamnya terdapat jabatan dan tugasnya

masing-masing. Hal ini dilakukakan untuk mengatur kelompok mereka agar dapat

bertahan dan berjalan sesuai tujuan dari geng motor tersebut.

Sejalan dengan pemikiran tersebut maka skripsi ini saya bagi ke dalam

beberapa bab yang saling berkaitan satu sama lain untuk menjawab atau menjelaskan

pengorganisasian geng motor di kota Medan. Setelah Bab Pendahuluan, saya akan

menyajikan hubungan antara keadaan kota Medan dengan perkembangan geng motor

yang ada di kota Medan dalam satu bab, yaitu Bab II dengan judul KONTEKS

PENELITIAN. Bab ini menggambarkan keadaan kota Medan baik itu keadaan

geografis sampai pada keadaan sosial dan menerangkan alasan terbentuknya geng

motor yang ada di kota Medan berdasar data yang ada disertai dengan identitas salah

satu geng motor yang menjadi informan yaitu geng motor RnR. Selain atas dasar

observasi, data dalam bab ini banyak diperoleh dari data sekunder, termasuk

(34)

perkembangan geng motor di kota Medan, dimana bab ini akan disertai juga dengan

foto-foto dari identitas geng motor yang menjadi informan.

Bab selanjutnya yaitu Bab III yang berjudul GENG MOTOR, yang saya rinci

ke dalam 3.1. Sejarah Geng Motor, 3.2. Perkembangan Geng Motor di Indonesia, 3.3.

Geng Motor Sebagai Kelompok Sosial Remaja, 3.4. Perilaku dan Nilai Kelompok,

dan 3.5. Alasan Remaja Bergabung Dengan Geng Motor. Pada sub-bab 3.1. Sejarah

Geng Motor, saya menjelaskan sejarah geng motor yang pertama sekali ada di dunia.

Pada sub-bab 3.2. Perkembangan Geng Motor di Indonesia, saya menjelaskan

perkembangan geng motor-geng motor yang ada di Indonesia mulai dari sejarah

terbentuknya sampai keadaan geng motor tersebut sampaisekarang ini. Pada sub-bab

3.3. Geng Motor Sebagai Kelompok Sosial Remaja, saya mendeskripsikan

perkembangan individu usia remaja dan menjelaskan hubungan geng motor sebagai

kelompok sosial yang dibentuk para remaja. Pada sun-bab 3.4. Perilaku dan Nilai

Kelompok, saya menjelaskan pengertian perilaku dan pentingnya nilai dalam suatu

kelompok yang pada skripsi ini, kelompok tersebut adalah geng motor. Saya juga

akan menjelaskan bagaimana perilaku dan nilai yang ada dalam geng motor yang

menjadi informan saya. Pada sub-bab 3.5. Alasan Remaja Bergabung dengan Geng

Motor, saya menjelaskan bebrbagai macam alasan para informan mengapa mereka

tertarik bergabung ke dalam geng motor dan tidak lupa disertai dengan kutipan dari

informan.

Bab selanjutnya yaitu Bab IV PENGORGANISASIAN GENG MOTOR, akan

saya isi dengan pendeskripsian bentuk struktur organisasi dan pembagian kerja dalam

geng motor. Bab ini saya rinci ke dalam beberapa sub-bab di antaranya 4.1.

(35)

motor yang disertai dengan diagram kepengurusan dan penjelasan mengenai

bagian-bagian kepengurusannya yaitu penasehat, ketua, bendahara, panglima perang, dan

anggota. Pada sub-bab 4.2. Keanggotaan Geng Motor, saya mendeskripsikan

mengenai keanggotaan dalam geng motor ke dalam bagian-bagian lagi bagaimana

syarat dan aturan menjadi anggota, ritual penerimaan anggota, dan juga reward and

punishment atau penghargaan dan hukuman dalam geng motor. Pada sub-bab 4.3.

Hubungan Sosial Pada Geng Motor, saya mendeskripsikan hubungan sosial yang

terdapat dalam suatu geng motor, dan penjelasan bagaimana mereka menjalin

hubungan sosial tersebut. Hubungan sosial yang saya deskripsikan yaitu ke dalam

hubungan sosial sesama geng motor, dan hubungan sosial dengan organisasi

kepemudaan (OKP). Pada sub-bab 4.5. Konflik Geng Motor, saya menjelaskan

konflik-konflik yang terjadi baik itu konflik internal (dari dalam), maupun konflik

eksternal (dari luar) yang dialami geng motor. Pada bab ini juga akan disertai dengan

pandangan-pandangan dari informan.

Bab terakhir pada skripsi ini yaitu Bab V KESIMPULAN DAN SARAN, yang

berisikan tentang kesimpulan dan saran yang penulis buat mengenai isi keseluruhan

skripsi ini berdasarkan dari sudut pandang penulis sendiri. Kesimpulan berisikan

mengenai jawaban atas rumusan masalah yang telah dibuat di bab pendahuluan

dimana kemudian dijelaskan secara ringkas untuk memperoleh inti dari keseluruhan

isi dari skripsi ini. Sedangkan saran berisikan tentang pandangan dari penulis terhadap

objek kajian penelitian yakni geng motor yang dibuat penulis sesuai perasaan dari

penulis sendiri setelah melakukan penelitian ke lapangan. Demikianlah kerangka

penelitian yang dapat saya buat semoga dapat menjelaskan setiap bab dari skripsi ini

(36)

1.6. Metode Dan Pengalaman Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode

etnografi. Menurut Malinowsky (dalam Spradley, 1997) tujuan utama etnografi

adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungan dengan kehidupan, untuk

mendapatkan pandangan mengenai dunianya. Dari pandangan ini, kita dapat

memahami kebiasaan-kebiasaan atau budaya yang dimiliki suatu masyarakat. Artinya,

budaya harus diberi makna yang lebih luas, sehingga etnografi bisa juga digunakan

dalam masyarakat yang kompleks, seperti kelompok-kelompok dalam masyarakat

kota yang memiliki sub-kultur tersendiri. Kelompok-kelompok itu bisa didasarkan

atas latar belakang etnis, agama, umur, atau profesi dan kelas sosial. Seorang

etnografer bisa saja mencermati bagaimana budaya “kebut-kebutan” dalam remaja,

dan budaya “geng-geng” di perkotaan.

Dengan menggunakan metode etnografi, seorang peneliti dapat memperoleh

informasi atau data yang lebih mendalam mengenai objek kajian penelitiannya.

Penelitian ini juga akan menggunakan metode-metode pengumpulan data yang umum

digunakan dalam penelitian antropologi yaitu: observasi partisipasi dan wawancara.

Observasi partisipasi merupakan pengamatan yang dilakukan seorang peneliti dan

juga ikut langsung melakukan kebiasaan yang dilakukan suatu masyarakat yang

menjadi objek pengamatan dalam kehidupannya sehari-hari. Peneliti terlibat aktif di

dalam kegiatan masyarakat tersebut. Selain itu, observasi partisipasi merupakan

pilihan yang tepat untuk mendukung akurasi data yang diperoleh agar sesuai dengan

kenyataan sebenarnya.

Dalam observasi partisipasi biasanya sang peneliti ikut terjun dalam setiap

(37)

atau hidup bersama dengan masyarakat tersebut. Namun dalam penelitian ini yang

menjadi objek kajian penelitian saya adalah para remaja yang menjadi anggota dalam

sebuah geng motor, dimana mereka tinggal bersama dengan orang tua mereka

masing-masing. Sehingga tidak memungkinkan saya untuk tinggal bersama dengan

mereka. Akan tetapi, pendekatan yang saya lakukan cukup membantu saya dalam

memperoleh informasi yang saya perlukan dalam penelitian ini, karena selama tiga

bulan saya berkumpul dan melakukan aktivitas bersama dengan mereka sehingga saya

dapat memahami perilaku dan kebiasaan yang mereka lakukan saat berkumpul

bersama walaupun tidak bersama dan tinggal dengan mereka selama seharian. Karena

dalam observasi partisipasi tidak hanya membuat seorang peneliti ikut langsung

melakukan kebiasaan yang dilakukan suatu masyarakat yang menjadi objek

pengamatan. Selain itu, observasi partisipasi yang dilakukan juga dapat membuat si

peneliti mengamati langsung serangkaian kegiatan masyarakat, dan memahami

masalah yang menjadi objek dalam penelitian.

Tindakan awal yang saya lakukan sebelum melakukan observasi partisipasi

kepada objek penelitian saya yaitu dengan menghubungi seorang teman saya yang

tergabung ke dalam suatu geng motor, dimana geng motor yang saya pilih menjadi

objek penelitian saya yaitu mengenai pengorganisasian geng motor ini adalah geng

motor RnR. Saya melakukan pendekatan kepada remaja-remaja yang sedang

berkumpul bersama di lokasi yang sering menjadi tempat berkumpulnya anggota geng

motor tersebut di sebuah kedai kopi yang terletak di daerah Jalan Abdul Hakim, Kec.

Medan Selayang. Setelah selesai menghubungi dan mengetahui keberadaan lokasi

mereka, saya kemudian menuju lokasi yang telah ditentukan dan menjumpai teman

(38)

kepada teman-temannya yang lain yang merupakan satu geng nya. Dari perkenalan

itulah saya menjelaskan dan menerangkan apa tujuan saya kepada mereka yaitu saya

yang sedang melakukan penelitian untuk skripsi dan ingin mengetahui lebih dalam

bagaimana sebenarnya pengorganisasian suatu geng motor. Mereka pun dengan

senang hati menerima saya setelah mengetahui maksud dari kehadiran saya tersebut.

Dari sinilah kemudian saya sebagai peneliti melakukan pendekatan-pendekatan

kepada mereka dan menjalin rapport (hubungan yang baik) dengan para informan

saya yaitu anggota geng motor. Hal ini saya lakukan agar tercipta rasa aman dan

menghilangkan rasa curiga diantara kedua belah pihak.

Umumnya geng motor memiliki perasaan curiga yang tinggi terhadap orang

asing yang hadir ditengah-tengah kelompoknya. Mereka khawatir jika orang asing

tersebut merupakan mata-mata ataupun merupakan dari anggota kelompok geng

motor yang menjadi musuh kelompoknya. Hal ini saya buktikan dimana saat saya

pertama sekali hadir, salah seorang dari mereka mengambil pedang samurai yang

biasanya mereka bawa saat akan berperang dengan kelompok lain. Memang orang

tersebut tidak secara langsung mengacungkannya kepada saya, tapi hal itu

dilakukannya untuk berjaga-jaga dan secara tidak langsung ingin menakut-nakuti

orang yang mereka anggap asing. Namun setelah dikenalkan oleh teman saya,

semuanya jadi lebih lancar sampai akhir dari penelitian saya.

Hubungan yang baik antara peneliti dan informan juga dapat menghasilkan

data yang lebih valid atau benar-benar sesuai dengan kenyataannya. Hal ini

dikarenakan karena kita telah diterima ditengah-tengah kelompok yang menjadi

informan kita. Untuk menjalin suatu hubungan yang baik dengan informan tentunya

(39)

harus sesuai dengan objek penelitian yang dilakukan tentunya. Sehubungan dengan

ini saya lebih banyak bergaul dan berinteraksi dengan remaja-remaja yang merupakan

angggota dan pengurus dari geng motor RnR. Pendekatan yang saya lakukan untuk

dapat menjalin hubungan yang baik kepada mereka yaitu dengan sering mengunjungi

tempat nongkrong (berkumpul) mereka tersebut yang biasa saya lakukan pada siang

atau sore hari yang berakhir hingga malam. Hal ini saya lakukan karena biasanya

mereka lebih banyak berkumpul pada siang atau sore hari dikarenakan mayoritas dari

mereka masih pelajar, sehingga biasanya mereka berkumpul sehabis pulang sekolah.

Dan biasanya mereka pulang ke rumah hingga malam pada saat kedai tersebut

ditutup.

Para anggota geng motor RnR tersebut hampir setiap hari berkumpul di

sebuah kedai kopi yang terletak di Jalan Pembangunan untuk menghabiskan waktu

bersama dengan bermain billiard atau bermain kartu bersama. Kedai kopi tersebut

merupakan milik dari salah seorang dari anggota geng motor RnR tersebut, sehingga

kedai ini dijadikan tempat berkumpul bagi mereka. Untuk lebih mengakrabkan diri

sehingga dapat menjalin rapport yang baik, saya pun ikut bergabung dan melakukan

aktivitas yang biasa mereka lakukan di kedai tersebut. Dengan demikian, saya lebih

dimudahkan dalam melakukan pendekatan bersama dengan mereka dan dapat

melakukan wawancara sambil lalu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang

berhubungan dengan geng motor mereka yang berhubungan dengan data yang ingin

saya cari dalam penelitian ini.

Wawancara diperlukan untuk proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara

(40)

pedoman (guide) wawancara (Bungin, 2007). Selain melakukan kegiatan bersama

dengan mereka sambil melakukan wawancara (wawancara sambil lalu), peneliti juga

melakukan wawancara dengan beberapa pengurus geng motor tersebut untuk

mengetahui bagaimana pengorganisasian geng motor mereka dan

pengalaman-pengalaman mereka selama ini. Karena para pengurus-pengurus inilah yang

mengetahui lebih dalam mengenai seluk beluk dari geng motor RnR ini, sehingga inti

dari objek penelitian ini dapat terungkap.

Setiap penelitian lapangan yang dilakukan tentunya mempunyai

kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pengumpulan data yang dilakukan. Kendala yang

saya hadapi lebih banyak terjadi di awal penelitian untuk memperoleh data. Hal ini

disebabkan karena para remaja anggota geng motor yang masih memiliki rasa curiga

yang cukup tinggi terhadap saya selaku orang asing bagi mereka. Namun seiring

dengan berjalannya waktu dan intensitas pertemuan yang saya lakukan, rasa curiga itu

lama-kelamaan hilang. Sehingga informasi yang saya dapat lebih mudah, hingga akhir

dari penelitian tidak ada kendala yang berarti.

Dalam setiap penelitian, diperlukan informan-informan yang akan

memberikan informasi mengenai apa yang ingin dicari dalam suatu penelitian.

Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara.

Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi,

ataupun fakta dari objek penelitian (Bungin, 2007). Pengurus-pengurus dalam geng

motor ini saya jadikan sebagai informan kunci10

10

Informan kunci adalah orang yang mengetahui secara mendalam suatu informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, karena dengannya-lah data dan informasi yang dibutuhkan akan ditelusuri (Moleong, 2005).

(41)

mengenai geng motor mereka dan para anggota yang lain saya jadikan informan

pangkal11 sebagai pendukung data yang didapat dari informan kunci.

Pada saat penelitian, data-data yang diperoleh dari informan saya kumpulkan

ke dalam catatan-catatan lapangan. Data yang telah diperoleh berasal dari wawancara

yang telah dilakukan sesuai dengan interview guide yang telah disusun sebelum terjun

ke lapangan sehingga memudahkan dalam mengumpulkan data, dan data yang

dihasilkan akan lebih sistematis sehingga dapat memudahkan dalam mengolah data.

Selain catatan lapangan, saya juga menggunakan alat rekam dalam melakukan

wawancara supaya tidak ada informasi yang terlewat pada saat mencatat hasil dari

wawancara dan lebih memudahkan dalam menganalisis data yang telah diperoleh.

Analisis data tidak hanya dilakukan terhadap data-data yang diperoleh di

lapangan saja, melainkan dapat juga diperoleh dari hasil penelitian orang lain dan

referensi berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian ini seperti dari jurnal,

surat kabar, buletin, artikel, buku-buku, dan media elektronik. Pada penerapannya

analisis data dalam antropologi dilakukan sejak penelitian berlangsung sampai

penelitian selesai dilaksanakan. Dengan metode-metode ini, saya berharap isi skripsi

ini dapat menjelaskan bagaimana pengorganisasian suatu geng motor khususnya geng

motor RnR dapat menjadi tolak ukur gambaran pengorganisasian geng motor lainnya

yang ada di Medan.

11

(42)

BAB II

KONTEKS PENELITIAN

Studi etnografi mengenai pengorganisasian geng motor di kota Medan ini

dilakukan dalam ruang lingkup kota Medan itu sendiri. Secara lebih rinci, studi

etnografi penelitian ini dilakukan pada suatu geng motor yang menamakan diri

mereka RnR, dimana tempat mereka biasa berkumpul dan pada akhirnya yang

menjadi lokasi penelitian saya yaitu di Jln. Abdul Hakim, Kec. Medan Selayang. Di

lokasi penelitian inilah saya melakukan penelitian dengan anggota geng motor RnR

dari awal penelitian hingga skripsi ini selesai. Lokasi lain sebagai pendukung dalam

penelitian saya ini yaitu di Jln. Ringroad Kec. Medan Selayang yang sering menjadi

tempat berkumpulnya para geng motor yang ada di kota Medan. Lokasi ini dipilih

karena banyaknya aksi balap liar yang dilakukan di daerah tersebut, dimana lokasi

Jalan Ring road ini mendukung karena jalur jalannya yang mulus, lebar dan panjang.

Kedua lokasi penelitian tersebut masih merupakan bagian dari kota Medan.

Sebagai sebuah penelitian etnografi, saya membuat pendeskripsian kota

Medan secara umum, yaitu secara geografis, demografis, sampai pada pendeskripsian

perekonomian penduduk sehingga dapat memunculkan keterkaitan dengan

perkembangan geng motor yang ada di kota Medan. Untuk dapat menunjukkan

hubungan antara keadaan dan perkembangan penduduk kota Medan dengan maraknya

kasus geng motor yang semakin sering menimpa kota-kota besar khususnya di kota

Medan, berikut disertakan data-data mengenai kota Medan yang diperoleh langsung

(43)

2.1. Kota Medan Secara Geografis

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota

Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota

Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang

menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59

Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan

Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah

Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973

Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang

terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang

sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor

140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan

menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30

September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II

Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992

tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan,

secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang

mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administratif ini Kota Medan

kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.

Secara administratif, wilayah kota Medan hampir secara keseluruhan

berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan

(44)

diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli

Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA),

Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota

Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli

Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing

Natal, Karo, Binjai dan lain-lain.

Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan

berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling

memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Disamping itu sebagai daerah yang

pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi

strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik

perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota

Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara

fisik , yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

2.2. Kota Medan Secara Demografis

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama,

suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan

karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara demografi,

Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi

tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran

dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin

menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran

(45)

lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi

tingkat kematian.

Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu

pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan

kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan

pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak factor, antara lain perubahan pola

berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh

perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh

membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada

tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.

Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah

tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak

banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen

kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika sosial

yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat

kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus

perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik

(commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian

sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran

penduduk tercapai optimal. Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal,

berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung

dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh

(46)

dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya. Pada tahun

2009, diproyeksikan penduduk Kota Medan mencapai 2.121.053 jiwa. Dibanding

hasil Sensus Penduduk 2000, terjadi pertambahan penduduk sebesar 216.780 jiwa

(11,38 %). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk

mencapai 8.001 jiwa/km².

Tabel II. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2009

Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah %

0-4 85.479 92.031 177.510 8.4

5-9 92.938 95.831 188.769 8.9

10-14 93.816 101.718 195.534 9.3

15-19 112.384 102.112 214.469 10.2

20-24 118.376 123.835 242.211 11.5

25-29 101.077 105.293 206.370 9.7

30-34 85.089 72.358 157.447 7.5

35-39 75.751 88.369 164.120 7.8

40-44 77.067 77.986 155.053 7.4

45-49 57.601 51.876 109.477 5.2

50-54 47.369 52.936 100.305 4.9

55-59 36.150 38.715 74.865 3.5

60-64 27.363 23.351 50.714 2.4

65-69 21.220 19.092 40.312 2

70-74 11.793 13.230 25.023 1.2

75+ 5.984 12.863 18.847 0.1

Jumlah/Total 1.049.457 1.071.596 2.121.053 100

Gambar

Tabel I.
Tabel II. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun
Tabel III. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Tahun 2005 – 2007
Gambar.1 Anggota-anggota Geng Motor RnR
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi makna diri anggota geng motor, pengharapan anggota geng motor akan diri yang ideal, dan dinamika pembentukan makna diri

Peneliti Apakah ada perubahan kehidupan baik positif maupun negative yang anda alami sejak anda bergabung di geng yang anda ikuti. TGL Sejak aku ikut geng, hidupku jadi

Dinamika Pengambilan Keputusan Pada Mantan Anggota Geng Motor (Studi Kasus Pada Empat Orang Mantan Anggota Geng Motor Di Kota Bandung).. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penelitian yang berjudul Faktor Keluarga Dalam Kenakalan Remaja (Studi Deskriptif Mengenai Geng Motor Di Kota Bandung), diharapkan bisa menjelaskan faktor keluarga yang

Dengan adanya kajian ini diharapkan dapat teridentifikasinya latar belakang keberadaan kelompok atau geng motor di Kota Bandung, juga dapat diketahui bagaimana latar belakang

Perlu adanya kerjasama antara pihak kepolisian dengan orang tua warga setempat untuk membahas masalah timbulnya geng motor sebagai yang dilakonkan anak-anak remaja dari

Kalo masuk geng motor ini kan buat keputusan sendiri dan ngerasa ini udah pilihanku jadi kuikuti gimana geng motor ini, gimana mau ketuanya, kan cari nama juga, ga mau sampe

Saat ini beberapa media cetak kerap memberitakan tentang aksi kekerasan yang dilakukan para remaja terutama yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah geng motor..