• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan Internal Kredit Mitra Binaan Pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengawasan Internal Kredit Mitra Binaan Pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV

(PERSERO) MEDAN

Oleh :

NURUL SAKINAH 112102073

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim....

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan memberikan rahmat, hidayah, kasih sayang serta karunia-Nya atas ilmu dan waktu bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini serta shalawat beriring salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan yang baik kepada umat manusia dan semoga kita mendapat syafaatnya kelak di Yaumil Masyar. Amin.

Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dalam rangka memenuhi tujuan tersebut, maka penulis menyusun Tugas Akhir ini dengan judul: “Pengawasan Internal Kredit Mitra Binaan Pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan”

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan dalam hal pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

(5)

1. Kepada kedua orang tua saya, Ayahanda H. Sarmidi dan Ibunda Hj. Sri Sekar Wati atas kasih sayang dan perhatiannya yang tak terbatas sepanjang hidup saya, serta dukungan moril dan materil dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, semoga Tugas Akhir ini menjadi awal dari kebahagiaan orang tua saya. Juga kepada Saudara-saudara penulis, Kak Sari, Kak Inong, Bang Abbas, dan Iqbal yang telah melengkapi dan memberikan warna dalam hidup penulis. Semangat yang telah kalian tunjukkan selama ini tidak akan pernah penulis lupakan.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA, selaku Ketua Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Bapak Drs. H. R. Triawarman, selaku Kepala Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan dan seluruh staf yang telah banyak memberi bantuan dalam penyediaan data hingga selesainya Tugas Akhir ini.

(6)

7. Kepada sahabat-sahabat penulis, Liya, Dita, Dina, Lulu, dan Chadri, yang telah membantu memberikan masukan dalam pembuatan Tugas Akhir ini.

Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan Allah SWT senantiasa selalu melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya untuk kita semua. Amin.

Medan, Juni 2014 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D.Rencana Penulisan ... 7

1. Jadwal Penelitian ... 7

2. Rencana Isi ... 8

BAB II : PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN... 10

A.Sejarah Ringkas ... 10

B.Struktur Organisasi... 17

C.Job Description ... 18

D.Jaringan Usaha ... 28

E.Kinerja Terkini ... 29

(8)

BAB III : PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN

PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)

MEDAN... 31

A.Pengertian Kredit ... 31

B.Pemberian Kredit Pada Bagian PKBL di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan ... 34

C.Mekanisme Penyaluran Dana Program Kemitraan Pada Bagian PKBL di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan ... 37

D.Monitoring atau Pengawasan Kredit Para Mitra Binaan PKBL di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan ... 41

E.Penggolongan Kualitas Pinjaman dan Penanganan Terhadap Mitra Binaan yang Bermasalah ... 46

F. Masalah Pengawasan Internal Kredit yang Dihadapi dan Upaya Mengatasinya ... 48

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jadwal Penelitian ... 7

2.1 Realisasi Akumulasi Penyaluran Program Kemitraan sampai

dengan Tahun 2013 dan Tahun 2014 Berdasarkan Sektor Usaha

Mitra Binaan... 29

3.1 Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara ... 41

3.2 Piutang Mitra Binaan Berdasarkan Kualitas Pinjaman

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Logo Perusahaan ... 15

2.2 Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara IV

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya kegiatan ekonomi maka akan semakin dibutuhkan sumber dana untuk membiayai kegiatan tersebut. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi ataupun pertumbuhan kegiatan usaha sangat erat kaitannya dengan pengkreditan. Di era globalisasi seperti sekarang ini, dimana krisis moneter sedang melanda beberapa negara, banyak perusahaan-perusahaan yang kondisinya hampir tidak stabil karena besarnya biaya operasional yang tidak sebanding dengan jumlah penerimaan yang dihasilkan oleh perusahaan. Untuk menutupi semua itu banyak perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja atau yang biasanya dikenal dengan sebutan PHK, sehingga semakin bertambahlah jumlah pengangguran di negara tersebut. Jumlah penduduk yang semakin bertambah, tidak diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup sehingga sulitnya mendapat pekerjaan yang membuat jumlah pengangguran semakin bertambah.

(12)

Usaha kecil mampu bertahan disaat krisis, dimana selalu ada pasar bagi produksi barang dan jasa yang dihasilkannya. Usaha kecil merupakan penghasil barang dan jasa dengan harga yang terjangkau bagi hampir semua lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat bawah sampai dengan masyarakat atas.

Usaha kecil juga mampu bertahan di tengah krisis ekonomi dikarenakan modal usaha sebagian besar adalah modal sendiri yang tidak bergantung pada utang. Akan tetapi modal usaha yang begitu kecil dan hanya mengandalkan modal sendiri membuat usaha kecil sulit untuk berkembang. Namun usaha kecil sangat sulit memperoleh kredit dari perbankan, karena banyaknya persyaratan-persyaratan dalam meminjam kredit yang sulit dipenuhi oleh pengusaha.

Ada dua masalah utama dalam aspek finansial para usaha kecil yaitu mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja dan finansial jangka panjang. Modal awal biasanya bersumber dari tabungan pribadi para pengusaha, sedangkan modal kerja dan finansial jangka panjang diperoleh dari peminjaman kredit.

(13)

Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Untuk memperjelas keputusan sebelumnya maka dikeluarkan lagi keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 60/KMK.016/1996 Tentang Pedoman Pembinaan Usaha kecil dan koperasi melalui pemanfaatan dana dari Bagian laba badan Usaha Milik Negara (BUMN) dimana perlu penyesuaian terhadap besarnya bagian pemerintah atas Laba BUMN untuk Pembinaan Usaha Kecil dan koperasi.

Sektor usaha kecil menengah, usaha mikro dan koperasi menjadi prioritas pembangunan yang diharapkan menjadi tulang punggung perekonomian terdapat dalam undang-undang Nomor : 25 Tahun 2000 mengenai Program Pembangunan Nasional (Propenas). Pada tanggal 17 Juni 2003 pemerintah melalui kementrian BUMN menerbitkan Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003/ tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang mengatur kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan pelaksanaan Bina Lingkungan yang lebih komprehensif dan sesuai dengan perkembangan ekonomi dan kondisi lingkungan sosial masyarakat sekitar BUMN.

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) memiliki 3 urusan yaitu Program Kemitraan, Bina Lingkungan, dan Corporate Social Responsibility (CSR) yang memiliki tugasnya masing-masing. Program

(14)

kondisi masyarakat yang berada di sekitar perusahaan, melalui pemanfaatan dana BUMN sesuai dengan peraturan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2007. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah program bina lingkungan untuk menjaga keharmonisan pihak PTPN dengan masyarakat sekitar berupa pengembangan prasarana dan sarana umum, sarana ibadah, dan pembuatan selokan di sekitar areal perkebunan.

Program kemitraan memiliki sasaran yaitu usaha kecil dan koperasi disekitar lokasi perusahaan, yang telah melakukan kegiatan usaha minimal satu tahun dan mempunyai prospek untuk di kembangkan. Dengan prioritas utamanya adalah usaha kecil perorangan atau badan usaha dan koperasi yang belum bankable dan memiliki omset di bawah 200 juta rupiah.

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan bergerak dalam bidang perkebunan mempunyai komitmen untuk mengembangkan usahanya dengan maksimal. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang merupakan salah satu bagian dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan ini, membina usaha-usaha kecil yang ada di Sumatera Utara. PKBL ini menyalurkan dana kepada usaha kecil dengan harapan dapat mengembangkan usaha kecil yang menjadi lebih tangguh dan mandiri. Selain memberikan kredit, bagian PKBL juga memberikan pembinaan seperti pelatihan, monitoring dan lain-lain.

(15)

dalam upaya pengembangan usaha kecil ini, perlu adanya pemberian pinjaman dana oleh bagian PKBL di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan. Pihak PKBL dalam menyalurkan kredit menerapkan prinsip 5C yaitu: Character, Capacity, Capital, Colateral, and Condition. Usaha kecil yang memenuhi kriteria tersebut akan memperoleh kredit dalam pengembangan usahanya.

Kredit berarti suatu kepercayaan yang diberikan kreditur kepada debitur dengan masa yang telah disepakati, dan pada saat itu terdapat suatu masa yang sifatnya abstrak yang menimbulkan suatu tingkat resiko. Kapan kredit yang diberikan akan dikembalikan, debitur tepat waktu mengembalikannya, kreditur dan debitur merasakan keuntungan dengan memberi dan menerima dana tersebut. Karena itulah kredit memerlukan satu penanganan dan pengelolaan yang terpadu dan baik dalam sistem serta pengawasan kredit yang baik agar tidak terjadi penyalahgunaan ataupun kredit macet. Karena itulah penulis tertarik untuk membahas dengan judul “PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN”.

B. Rumusan Masalah

(16)

Untuk itu setiap badan usaha mempunyai metode tertentu agar kredit yang diberikan dapat diterima masyarakat dan juga pihak perusahaan itu sendiri. Kebijaksanaan pengawasan internal kredit haruslah diperhatikan dengan seksama agar terciptanya suatu keseimbangan antara kepentingan masyarakat dengan perusahaan sendiri. Adapun perumusan masalah yang hendak penulis kemukakan adalah “Bagaimana pelaksanaan pengawasan internal kredit terhadap mitra binaan pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pengawasan internal kredit mitra binaan pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.

2. Untuk menjadi bahan rujukan atau sumber informasi bagi yang ingin mempelajari dan membahas lebih jauh tentang pemberian kredit yang diberikan kepada usaha kecil atau mitra binaan. 3. Untuk mengetahui sejauh mana pengawasan internal kredit mitra

binaan yang diterapakan oleh PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan khususnya pada bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).

(17)

1. Bagi pihak perusahaan

Bagi pihak perusahaan, penulisan tugas akhir ini sekiranya dapat menjadi suatu bahan pertimbangan dalam pengambilan langkah-langkah pemberian kredit bagi nasabah di masa yang akan datang sehingga diharapkan dapat terus berkembang.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai pembanding untuk melakukan penelitian pada waktu yang akan datang. 3. Bagi Penulis

Bagi penulis, berguna sebagai bahan untuk tambahan ilmu pengetahuan dalam bidang perkreditan.

D. Rencana Penulisan 1. Jadwal Penelitian

(18)

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

NO KEGIATAN

JUNI 2014

JULI 2014 I II III IV I II 1. Pengesahan Penulisan Tugas Akhir

2. Pengajuan Judul 3. Permohonan Izin Riset

4. Pengajuan Dosen Pembimbing 5. Pengumpulan Data

6. Penyusunan Tugas Akhir 7. Bimbingan Tugas Akhir 8. Penyelesaian Tugas Akhir

2. Rencana Isi

Secara garis besar pembahasan yang dilakukan dibagi atas empat bab, dimana setiap babnya dibagi atas beberapa sub bab sesuai dengan pembahasannya. Adapun rencana isi dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

(19)

BAB II : PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan sejarah ringkas, struktur organisasi, job description, jaringan usaha, kinerja terkini, dan rencana usaha.

BAB III : PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN

Dalam bab ini penulis menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu mengenai pengertian kredit, pemberian kredit pada bagian PKBL di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, mekanisme penyaluran

dana program kemitraan pada bagian PKBL di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan,

monitoring atau pengawasan kredit para mitra binaan

(20)

BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN

(21)

BAB II

PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN

A. Sejarah Ringkas

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang agroindustri yang memiliki dua komoditi yaitu kelapa sawit dan teh.

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) beralamat di Jalan Letjen Suprapto No. 2 Medan, Provinsi Sumatera Utara. Pada umumnya perusahaan perkebunan di Sumatera Utara memiliki sejarah panjang sejak jaman Belanda. Awalnya keberadaan perkebunan ini merupakan milik maskapai Belanda yang dinasionalisasikan pada tahun 1959 dan selanjutnya berdasarkan kebijakan pemerintah telah mengalami beberapa kali perubahan organisasi sebelum akhirnya menjadi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).

Secara kronologis riwayat PT Perkebunan Nusantara IV (Persero), adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1959 (Tahap Nasionalisasi)

(22)

2. Tahun 1967 (Tahap Regrouping I)

Pada tahun 1967 s/d 1968, pemerintah selanjutnya melakukan regrouping menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Aneka

Tanaman, PPN Karet dan PPN Serat.

3. Tahun 1968 (Tahap Perubahan menjadi Perusahaan Negara Perkebunan)

Dengan Keppres No. 144 tahun 1968, Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) yang ada di Sumut dan Aceh di-regrouping ulang menjadi PNP I s.d IX.

4. Tahun 1971 (Tahap Perubahan menjadi Perusahaan Perseroan)

Dengan dasar Peraturan Pemerintah tahun 1971 dan 1972, Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) dialihkan menjadi Perusahaan Terbatas Persero dengan nama resmi PT Perkebunan I s.d IX (Persero). Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan VI didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1971 dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan VII didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1971 dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan VIII didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1972.

5. Tahun 1996 (Tahap Peleburan menjadi PTPN)

(23)

berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 tentang Peleburan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan VI, Perusahaan Perseroan

(Persero) PT Perkebunan VII, dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan VIII menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)

PT Perkebunan Nusantara IV. Sedangkan Proyek Pengembangan PTP VI, PTP VII, dan PTP VIII yang ada di luar Sumatera Utara diserahkan kepada PTPN yang dibentuk di masing-masing provinsi.

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) didirikan di Bah Jambi, Simalungun, Sumatera Utara berdasarkan Akta Pendirian No. 37 tanggal 11 Maret 1996 dari Harun Kamil, S.H., Notaris di Jakarta dan telah mendapatkan pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-8332.HT.01.01.Tahun 1996 dan tanggal 8 Agustus 1996 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 tanggal 8 Oktober 1996, Tambahan No. 9675/1996 serta telah didaftarkan pada kantor Pendaftaran Perusahaan Tingkat I Sumatera Utara, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Simalungun Nomor 001/BH.2.15/1996 tanggal 16 September 1996 dan telah diperbaharui dengan No. 07/BH/0215/VIII/01 tanggal 23 Agustus 2001.

(24)

Prioritas dan 550.000 lembar saham biasa yang ditempatkan dan disetor penuh menjadi 975.000 lembar saham). Akta perubahan anggaran dasar ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-20652.HT.01.04 Tahun 2002, tanggal 23 Oktober 2002.

Tahun 2008 telah dilakukan Perubahan Anggran Dasar, perubahan berdasarkan Akta No. 11 dari Notaris Sri Ismiyati, S.H., tanggal 4 Agustus 2008 tentang Pernyataan Keputusan Rapat Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara IV dan telah mendapatkan Persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-60615.AH.01.02 Tahun 2008, tanggal 10 September 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan.

Adapun visi, misi dan tujuan dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan ialah:

1. Visi

Visi dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan adalah “Menjadi perusahaan unggul dalam usaha agroindustri yang terintegrasi ”.

2. Misi

(25)

ii. Menyelenggarakan usaha agroindustri berbasis kelapa sawit, teh dan karet.

iii. Mengintegrasikan usaha agroindustri hulu, hilir, dan produk baru, pendukung agroindustri dan pendayagunaan aset dengan preferensi pada teknologi terkini yang teruji (proven) dan berwawasan lingkungan.

3. Maksud dan Tujuan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Adapun maksud dan tujuan dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, yaitu :

1. Turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintahan dalam pembangunan nasional di bidang ekonomi khususnya pembangunan di bidang pertanian sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. 2. Melaksanakan kegiatan usaha antara lain:

 Mengusahakan budidaya tanaman meliputi pembukaan dan pengolahan lahan pembibitan, penanaman dan pemeliharaan serta melakukan kegiatan lain yang berhubungan dengan budidaya tanaman tersebut.

(26)

 Pengembangan usaha dibidang perkebunan, agro usaha dan agro bisnis.

 Mendirikan atau menjalankan perusahaan dan usaha lainnya yang mempunyai hubungan dengan usaha bidang pertanian, baik secara sendiri maupun bersama dengan badan lainnya sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Gambar 2.1 Logo Perusahaan

Sumber PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

(27)

lengkungan yang terletak paling bawah mempunyai arti suatu landasan yang menunjang kedua unit diatasnya. Lengkungan mengarah ke kanan dan ke kiri yang berarti PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan industri hulu dan industri hilir dan juga arah pengembangan/pemasaran empat bidang ini dianalogikan sebagai angka empat dari PT Perkebunan Nusantara IV maka disebut PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).

Secara keseluruhan, bentuk logo ini mengarah ke atas kalau diambil garis lurus menuju/memusat ke satu titik, yang berarti ketajaman fokus usaha dalam mencapai tujuan demi kesejahteraan bersama yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa. Mengenai warna yang ada pada logo, menggambarkan lambang dan unsur etis yaitu warna hijau bersifat sejuk, dingin dan keyakinan. Sedangkan warna Jingga bersifat panas, semangat dan berani.

(28)

Yang Maha Esa. Semua berasal dari satu titik, yaitu Sang Maha Pencipta maka kita patut untuk mensyukurinya.

B. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan yang menyatakan seluruh kegiatan untuk mencapai suatu sasaran. Secara fisik struktur organisasi dapat dinyatakan dalam bentuk gambaran grafik yang memperlihatkan hubungan antara unit-unit organisasi dan garis-garis wewenang yang ada. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan badan organisasi yaitu :

1. Dapat memperlihatkan karakteristik utama dari perusahaan yang bersangkutan.

2. Dapat memperlihatkan gambaran perkerjaan dan hubungan-hubungan yang ada didalam perusahaan. Dapat digunakan untuk merumuskan rencana kerja yang ideal sebagai pedoman untuk mengetahui siapa bawahan dan siapa atasan dalam suatu perusahaan.

3. Dapat digunakan untuk merumuskan rencana kerja yang ideal sebagai pedoman untuk mengetahui siapa bawahan dan siapa atasan dalam suatu pekerjaan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor

156/KMK.016/1994, Direktur dibantu oleh 4 orang yaitu : Direktur Produksi,

(29)

oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk jangka waktu 5 tahun.

Tugas dan wewenang Direksi dan Komisaris diatur dalam pasal 11 dan 16

dari Anggaran Dasar Perseroan.

Untuk itu dalam penulisan tugas akhir ini, Penulis menampilkan struktur organisasi secara keseluruhan, adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2

Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan Sumber PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

C. Job Description

(30)

dan kemudian didelegasikan kepada Dewan Komisaris, dan Dewan Komisaris mendelegasikan kepada Direktur terkait yaitu : Direktur Produksi, Direktur Keuangan, Direktur Perencanaan dan Pengembangan dan Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum. Berikut ini adalah uraian tugas direksi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan yang dapat dilihat sebagai berikut :

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar. RUPS dalam kegiatannya mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Merupakan forum utama dimana para pemegang saham dapat menggunakan hak otoritasnya pada manajemen perseroan.

b. Forum ini juga merupakan otoritas tertinggi dimana sejumlah resolusi penting diputuskan dan disarankan untuk kemudian menjadi kebijakan resmi perusahaan. c. Forum Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan

(31)

d. Menentukan jumlah kompensasi para komisaris dan direksi serta menilai kinerja perseroan selama beberapa tahun finansial melalui sejumlah evaluasi dan memutuskan pengguna keuntungan perusahaan.

2. Dewan Komisaris

Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukanpengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan Anggaran Dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Dewan Komisaris dalam kegiatannya mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Komisaris bertugas melakukan pengawasan terhadap kebijakan direksi dalam melaksanakan kepengurusan perseroan serta memberi nasihat kepada direksi termasuk pelaksanaan Rencana Jangka Panjang (RJP), Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut komisaris harus patuh kepada ketentuan perundang-undangan yang berlaku, Anggaran Dasar Perseroan dan Keputusan RUPS.

(32)

d. Para anggota komisaris, baik bersama-sama maupun sendiri setiap saat berhak memasuki bangunan-bangunan dan halaman-halaman atau tempat lain yang dipergunakan atau dikuasai oleh perseroan dan berhak memeriksa atau memastikan keadaan uang kas untuk keperluan verifikasi serta mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan direksi.

e. Jika dianggap perlu, komisaris dapat meminta bantuan tenaga ahli dalam melaksanakan tugasnya untuk jangka waktu terbatas atas beban perseroan.

f. Para anggota komisaris berhak menanyakan dan meminta penjelasan tentang segala hal kepada direksi dan direksi wajib memberikan penjelasan.

g. Komisaris dengan suara terbanyak setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara waktu seorang atau lebih anggota direksi dan jika mereka bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar atau melalaikan kewajibannya atau terdapat alasan yang mendasar bagi perseroan.

(33)

i. Dalam waktu 30 hari setelah pemberhentian sementara itu, komisaris diwajibkan untuk memanggil RUPS yang akan memutuskan apakah anggota direksi yang bersangkutan akan diberhentikan seterusnya atau dikembalikan kepada kedudukannya. Sedangkan yang diberhentikan sementara itu diberi kesempatan untuk hadir dan membela diri.

j. Jika RUPS tidak menindaklanjutkan keputusan tersebut maka dalam waktu 30 hari setelah pemberhentian sementara itu, pemberhentian sementara dianggap gagal. 3. Dewan Direksi

(34)

Masing-masing anggota direksi memiliki tugas yang lebih spesifik, adapun tugas dan wewenangnya adalah sebagai berikut :

A. Direktur Utama

- Direktur Utama dalam dalam kegiatannya mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

- Melaksanakan proses manajemen transformasi dalam rangka terwujudnya Sustainable Value dan Sustainble Growth.

- Membangun pembangunan sarana dan prasarana teknologi informasi secara efektif.

- Mensukseskan pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 dan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3).

- Melaksanakan seluruh peraturan yang berlaku terhadap operasional perusahaan dalam rangka memenuhi kepatuhan (etika bisnis dan kerja).

- Mempertanggungjawabkan kinerja perusahaan pada RUPS.

- Mengelola perusahaan sesuai dengan prinsip manajemen yang selaras.

- Menetapkan Anggaran Belanja Tahunan dan Program Kerja Bulanan.

(35)

- Menyampaikan laporan pertanggungjawaban dan segala aspek kehidupan perusahaan kepada dewan komisaris.

Direktur Utama dalam melaksanakan tugasnya, juga dibantu oleh beberapa direktur, yaitu :

1. Direktur Produksi

Direktur Produksi dalam kegiatannya mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

- Menetapkan upaya strategi dan kebijakan bidang produksi serta mengevaluasi pelaksanaannya.

- Mengevaluasi dan menyempurnakan proses bisnis bidang produksi untuk mewujudkan Best Practices.

- Mengendalikan biaya produksi serta investasi sarana/prasarana produksi pada tingkat efektif dan efisien.

- Menterjemahkan kebutuhan pasar menjadi pelaksanaan operasional di bidang produksi.

- Mengimplementasikan dan meninjau pelaksanaan Sistem Penilaian Kerja (SPK) bagi SDM Bidang Produksi.

- Melaksanakan seluruh program strategi inisiatif Total Quality Management (TQM) dan Quest For Innovation (QFI).

2. Direktur Keuangan

(36)

- Menetapkan upaya strategi dan kebijakan bidang Keuangan/Akuntansi/Pemasaran serta mengevaluasi pemasarannya.

- Mengevaluasi dan menyempurnakan proses bisnis (Work System) bidang Keuangan/Akuntansi/Pemasaran untuk

mewujudkan The Best Total Cost.

- Memelihara keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan.

- Mengimplementasikan dan meninjau pelaksanaan Assets Management secara kesinambungan untuk menghindari erosi

kapital.

- Pengendalian dan mengevaluasi biaya produksi melalui pemanfaatan Activity Based Costing (ABC) dengan sarana harga pokok FOB ≤ 78% dari nilai penjualan.

- Memelihara Cash Reserve Requirement sebesar dua bulan kebutuhan dana operasional.

- Menyediakan sumber dana bagi pengembangan perusahaan dan kebun masyarakat disekitar unit kerja.

- Mengimplementasikan dan meninjau pelaksanaan Sistem Penilaian Kerja (SPK) bagi SDM Keuangan/Akuntansi/ Pemasaran.

(37)

- Melaksanakan seluruh program inisiatif Strategic Aliance Comprehensive Program (SACP) dan Customer Relationship

Management (CRM).

3. Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha

Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha dalam kegiatannya mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

- Menetapkan upaya strategi dan kebijakan Bidang Perencanaan dan Pengembangan Usaha serta mengevaluasi pelaksanaannya. - Mengevaluasi dan menyempurnakan proses bisnis bidang

Perencanaan dan Pengembangan Usaha untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan pemasok.

- Mengembangkan dan membina hubungan dengan mitra bisnis serta mitra aliansi.

- Mengimplementasikan dan meninjau pelaksanaan sistem Perencanaan dan Pengembangan Usaha.

- Menghimpun dan mensiasati perkembangan pasar dan perilaku pesaing (market intelegene).

- Mengimplementasikan dan meninjau pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat lingkungan sekitar unit kerja melalui program KKPA, PUKK dan CD.

(38)

- Membangun sistem aliansi dalam pengembangan portopolio bisnis dan diverifikasi usaha.

- Mengendalikan biaya Bidang Perencanaan dan Pengembangan Usaha pada tingkat yang efektif dan efisien.

- Mengimplementasikan dan meninjau pelaksanaan Sistem Penilaian Kerja (SPK) dari SDM Bidang Perencanaan dan Pengembangan Usaha.

- Melaksanakan seluruh program strategi inisiatif Strategic Alliance Comprehensive Program (SACP) dan Customer

Relationship Management (CRM).

4. Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum

Direktur SDM dan Umum dalam kegiatannya mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

- Menerapkan upaya strategi dan kewajiban SDM dan Umum serta mengevaluasi pelaksanaannya.

- Mengevaluasi dan menyempurnakan proses bisnis bidang umum untuk mewujudkan keamanan lingkungan kerja dan pemenuhan aspek legalitas.

(39)

- Mengembangkan sistem pelaksanaan pelayanan kesehatan serta Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

- Mengendalikan biaya pembinaan SDM dan Umum secara efektif dan efisien.

- Mengimplementasikan dan meninjau pelaksanaan Sistem Penilaian Kerja (SPK) bagi SDM dan Umum.

- Melaksanakan keseluruhan program strategi inisiatif Competence Based Human Resources Management (CBHRM).

D. Jaringan Usaha

(40)

E. Kinerja Terkini

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang merupakan bagian dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, bertujuan memberdayakan dan mengembangkan potensi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya dengan memanfaatkan dana BUMN.

Total penyaluran dana pinjaman kepada mitra binaan sampai dengan Triwulan I/2014 belum terealisasi dan akumulasi penyaluran sampai dengan tahuan 2014 sebesar Rp 118.003.530.024,- dan penyaluran

bantuan bina lingkungan sampai dengan Triwulan I/2014 sebesar Rp 2.408.865.000,- dan akumulasi penyaluran sampai dengan tahun 2014

[image:40.595.114.511.511.718.2]

sebesar Rp 101.968.032.786,-.

Tabel 2.1

Realisasi Akumulasi Penyaluran Program Kemitraan sampai dengan Tahun 2013 dan Tahun 2014

Berdasarkan Sektor Usaha Mitra Binaan

Sumber : Laporan Triwulan I 2014 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

1 2 3 4 5 6=2+4 7=3+5

Sektor Usaha Industri 723 12. 564.053.390 0 0 723 12. 564.053.390 Sektor Usaha Perdagangan 2.943 50.644.847.950 0 0 2.943 50.644.847.950 Sektor Usaha Pertanian 348 4.436.564.550 0 0 348 4.436.564.550 Sektor Usaha Peternakan 344 5.389.859.266 0 0 344 5.389.859.266 Sektor Usaha Perkebunan 338 8.309.430.729 0 0 338 8.309.430.729 Sektor Usaha Perikanan 437 74.572.777.807 0 0 437 74.572.777.807 Sektor Usaha Jasa 1.469 24.345.301.118 0 0 1.469 24.345.301.118 Sektor Usaha Lainnya 263 4.856.195.214 0 0 263 4.856.195.214 Dana Pembinaan Kemitraan 18.814.977.439 673.438.980 19.488.416.419

Jumlah 6.865 136.818.507.463 0 673.438.980 6.865 137.491.946.443

Sektor Usaha Mitra Binaan

Realisasi s.d Triwulan I/2014 Jumlah

Unit MB Rp

Realisasi s.d Tahun 2014 Jumlah

Unit MB Rp Rp

Jumlah Unit MB

(41)

F. Rencana Usaha

Untuk mencapai Rencana Kerja Anggaran (RKA) pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Tahun 2014 sebelum RUPS, maka bagian PKBL membuat gambaran singkat Rencana Kerja Program

Kemitraan pada tahun 2014 yaitu, dana disalurkan sebesar Rp 9.900.000.000,-, unit mitra binaan sebanyak 330 unit mitra, dan

wilayah penyaluran Provinsi Sumatera Utara dengan komposisi 85% di sekitar wilayah kerja BUMN Pembina dan 15% di luar wilayah kerja BUMN Pembina.

Adapun strategi penyaluran dan pembinaan mitra binaan ialah : 1. Melaksanakan penyaluran Program Kemitraan yang efektif dan

efisien sesuai dengan peraturan yang berlaku;

2. Mengingkatkan hubungan komunikasi dengan stakeholder; 3. Melaksanakan pembinaan secara terus-menerus kepada mitra

binaan;

4. Mengikutsertakan produk unggulan mitra binaan dalam pameran dalam dan luar negeri;

5. Mengutamakan cluster mitra binaan;

(42)

BAB III

PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV

(PERSERO) MEDAN A. Pengertian Kredit

Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan kemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. (Kasmir,2004:72).

Asal mulanya kredit, dalam bahasa latin disebut “credere” yang artinya percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya. (Kasmir ,2008:101)

Pengertian Kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”

(43)

kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur dan debitur. Oleh karena itu, dasar pemikiran persetujuan pemberian kredit oleh suatu lembaga keuangan atau bank kepada seseorang atau badan usaha, haruslah berlandaskan kepercayaan. Seseorang atau suatu badan atau lembaga keuangan yang memberikan kredit, percaya bahwa penerima kredit dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan baik berupa barang, uang ataupun jasa.

Tujuan pemberian kredit ini ialah untuk membantu para nasabah atau para mitra binaan yang membutuhkan dana untuk modal kerja yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan usahanya. Fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang.

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

(44)

3. Untuk meningkatkan daya guna barang.

Kredit yang diberikan dapat dipergunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

4. Meningkatkan peredaran barang.

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari suatu wilayah ke wilayah lainnya, atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa Negara.

6. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.

(45)

seperti mambuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.

7. Untuk meningkatkan hubungan internasional.

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh Negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.

B. Pemberian Kredit Pada Bagian PKBL di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan berpedoman pada Peraturan

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia No. Per-08/MBU/2013 Tanggal 10 September 2013 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No. Per-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

(46)

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah);

b. Milik Warga Negara Indonesia;

c. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar; d. Berbentuk usaha orang Perseorangan, badan usaha yang tidak

berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi;

e. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan; f. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun; g. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable).

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No. Per-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan pada Pasal 11 ayat (1) menjelaskan bahwa Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk :

a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan;

(47)

berjangka pendek dalam rangka memenuhi pemesanan dan rekanan usaha Mitra Binaan;

c. Beban Pembinaan:

(1) Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan;

(2) Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan;

(3) Beban Pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan Mitra Binaan.

Penyaluran dana kemitraan yang disalurkan oleh PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, khususnya pada bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) meliputi beberapa sektor usaha. Adapun sektor-sektor usahanya adalah sebagai berikut

(48)

- Sektor Jasa - Sektor Perikanan - Sektor-sektor lainnya

Untuk melindungi uang yang dikucurkan lewat kredit dari resiko kerugian, maka pihak PKBL membuat pagar pengaman. Dalam kondisi sebaik apapun atau dengan analisi sebaik mungkin, resiko kredit macet tidak dapat dihindari. Pagar pengaman yang dibuat biasanya berupa jaminan yang harus disediakan oleh debitur atau para calon mitra binaan yang akan melakukan peminjaman dana kemitraan. Tujuan jaminan adalah untuk melindungi kredit dari resiko kerugian, baik yang sengaja maupun yang tidak disengaja. Lebih dari itu, jaminan yang diserahkan oleh para calon mitra binaan merupakan beban, sehingga calon mitra binaan sungguh-sungguh untuk mengembalikan kredit atau uang pinjaman yang diambilnya. Dalam hal ini, pihak Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) menggunakan Surat Tanah sebagai jaminannya.

C. Mekanisme Penyaluran Dana Program Kemitraan Pada Bagian PKBL di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

(49)

mengajukan proposal berupa rencana penggunaan dana pinjaman dalam rangka pengembangan usahanya untuk diajukan kepada BUMN Pembina atau BUMN Penyalur untuk mendapatkan dana bantuan dari Program Kemitraan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.

Adapun tahapan mekanisme penyaluran dana kemitraan pada bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di ini PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, ialah:

a. Calon mitra binaan mengajukan proposal permohonan pinjaman yang memuat, antara lain :

- Nama dan alamat unit usaha;

- Nama dan alamat pemilik/pengurus unit usaha; - Surat Izin Usaha;

- Foto/Denah lokasi usaha dan denah rumah;

- Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan dan beban, neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha);

- Rencana penggunaan dana pinjaman; - Dan melampirkan :

• Foto suami dan istri 3x4 : 2 lembar

• Fotokopi KTP suami dan istri : 2 lembar

• Fotokopi kartu keluarga : 1 lembar

• Fotokopi rekening Bank : 1 lembar

(50)

b. Kemudian proposal diajukan ke kebun, unit usaha atau ke kantor pusat.

c. Kemudian bagian PKBL menganalisa proposal yang sudah diajukan sudah memenuhi syarat atau belum.

d. Setelah proposal diterima, bagian PKBL akan melakukan evaluasi dari kebenaran isi proposal tersebut dengan melakukan koordinasi dengan Pemkab atau Pemko tempat usaha itu dijalankan.

e. Setelah proposal selesai dievaluasi, kemudian proposal tersebut diajukan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.

f. Setelah disetujui Direksi kemudian bagian PKBL melakukan persiapan penyaluran dana kemitraan yang disalurkan melalui transfer kerekening masing-masing mitra binaan.

g. Kemudian setiap bulannya bagian PKBL akan melakukan monitoring kepada mitra binaan yang sudah mendapatkan dana kemitraan sampai proses selesai.

(51)

memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan secara efektif.

Dalam mengikuti pelatihan ini, para calon mitra binaan akan mengetahui tugas, tanggung jawab, serta kewajiban mereka sebagai mitra binaan. Setelah mengikuti pelatihan tersebut, maka pencairan dana dapat disalurkan dengan cara transfer ke rekening bank masing-masing calon mitra binaan.

Para calon mitra binaan yang telah mendapatkan dana pinjaman dari Program Kemitraan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, maka mereka diwajibkan untuk mengembalikan pinjamannya dalam jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan, yang termasuk 3 (tiga) bulan masa tenggang, atau dimana masa tenggang tersebut digunakan untuk pemanfaatan dana pinjaman, seperti merenovasi warung, dan lain-lain.

Adapun besarnya jasa adminsitrasi pinjaman dana Program Kemitraan per tahun sebesar 6% (enam persen) dari limit pinjaman atau ditetapkan oleh Menteri (PerMen Nomor : Per-05/MBU/2007).

(52)
[image:52.595.126.505.301.500.2]

Penilaian atas tingkat Efektivitas penyaluran dana Proram Kemitraan dan tingkat Kolektibilitas pengembalian pinjaman sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara nomor : Kep-100/MBU/2002 tanggal 04 Juni 2002 perihal : Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara.

Tabel 3.1

Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara

Uraian Tahun

Triwulan I 2014 2013 2012 Tingkat Efektivitas

Penyaluran Dana 24,69% 90,40% 93,31%

Skor 0 3 3

Kolektibilitas

Pengembalian pinjaman 68,95% 71,73% 70,09%

Skor 2 3 3

Sumber : Laporan Triwulan I 2014 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

D. Monitoring atau Pengawasan Kredit Para Mitra Binaan PKBL di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

(53)

1. Dilakukan monitoring terhadap realisasi penggunaan pinjaman, perkembangan aset (usaha dan administrasi), pelaksanaan administrasi keuangan dan pembayaran angsuran pinjaman.

2. Sebelum monitoring, harus disiapkan dahulu surat tugas yang ditandatangani oleh Kepala PKBL dan menunjuk dua orang atau lebih petugas dalam satu tim monitoring, serta menyiapkan formulir monitoring dan laporan monitoring dengan tujuan untuk mendapatkan informasi penilaian yang objektif dan realistis. Waktu pelaksanaan monitoring minimal dua hari kerja, dimana pada hari pertama untuk wawancara, pemeriksaan administrasi dan kemudian pada hari kedua untuk peninjauan lokasi penyusunan laporan monitoring.

3. Pelaksanaan monotoring dapat dilakukan dengan wawancara, peninjauan lokasi kegiatan usaha dan pemeriksaan administrasi. 4. Petugas yang ditunjuk melaksanakan monitoring, wawancara,

peninjauan lapangan dan pemeriksaan administrasi, berkewajiban memberikan pengarahan dan saran perbaikan demi kemajuan usaha kecil dan koperasi yang dimonitorinya.

(54)

setelah diterima harus sudah disetor atau ditransfer ke rekening PKBL yang bersangkutan.

6. Untuk mengetahui penggunaan pinjaman yang sesuai dengan perjanjian, petugas PKBL melakukan wawancara secukupnya dan meminta bukti yang dapat mendukung keterangan dari mitra binaan, lalu petugas mencatatnya dalam formulir monitoring.

7. Untuk mengetahui kelancaran pembayaran angsuran pinjaman, petugas menanyakan rata-rata penerimaan dan pengeluaran tunai tiap bulan. Ini dibuktikan dari catatan administrasi keuangan (buku harian kas). Kemudian petugas mencatat hasilnya dalam formulir monitoring yang disimpulkan dalam laporan monitoring.

8. Untuk mengetahui perkembangan atau pertumbuhan omset penjualan, petugas PKBL menanyakan tentang kapasitas produksi rata-rata perbulan, rata-rata stok barang perbulan dan penjualan rata-rata perbulan. Ini dibuktikan dari catatan administrasi penjualan dan buku persediaannya. Bila perlu mengecek ke lokasi produksi dan penjualannya, kemudian mengevaluasi pertumbuhannya.

(55)

Kemudian petugas PKBL mengamati perbedaanya dan mencatat hasilnya.

10.Untuk mengetahui perkembangan pemasaran, petugas menanyakan sampai dimana pelaksanaan pemasaran dilakukan (lokal, luar kota, luar propinsi, luar pulau atau ekspor). Ini dibuktikan dengan cara mengambil bukti pengiriman produk atau barang untuk beberapa bulan sehingga dapat diketahui berkembangannya, kemudian mencatat hasilnya.

11.Untuk mengetahui perkembangan tenaga kerja, petugas PKBL menanyakan berapa jumlah tenaga kerja yang lalu membandingkan dengan data yang ada dalam proposal. Selanjutnya menanyakan pula masa kerja dari beberapa tenaga kerja yang ada. Petugas PKBL juga mencari informasi dari beberapa pekerja mengenai peningkatan keterampilan yang mereka peroleh selama masa kerja tersebut dan mencatat hasilnya.

12.Untuk mengetahui perkembangan jenis usaha, petugas PKBL menanyakan apakah ada produk-produk baru (tidak sejenis) yang dihasilkan sudah dipasarkan, selama telah menerima bantuan kredit, kemudian mengecek fisik produk dan mencatat hasilnya. 13.Untuk mengetahui perkembangan aset, petugas menanyakan buku

(56)

buku aktiva tetap (peralatan yang dimiliki), kemudian mencatat hasilnya.

14.Laporan monitoring harus ditandatangani kedua belah pihak yaitu petugas monitoring dan pimpinan/pengurus/pemilik usaha yang bertalian (mitra binaan). Laporan dibuat rangkap tiga, dimana yang asli dan duplikat disimpan dalam PKBL untuk diproses lebih lanjut, sedangkan triplikanya untuk usaha kecil yang bersangkutan. 15.Berdasarkan kesimpulan dari Laporan monitoring serta evaluasi

yang mendalam, maka mitra binaan dapat dikelompokkan berdasarkan kondisi yang ada, yaitu mitra binaan yang berhasil baik dan mitra binaan baru. Untuk mira binaan yang berhasil dan bermasalah, baik didasarkan pada kinerja pembayaran angsuran pinjaman, perkembangan aset dan administrasi dalam satu periode pembinaan. Sedangkan untuk mitra binaan baru selain didasarkan pada kinerja pembayaran angsuran pinjaman, perkembangan aset administrasi juga didasarkan pada perkembangan omset penjualannya setelah satu periode pembinaan.

16.Petugas monitoring harus bertindak adil dan objektif dalam memberikan penilaian ataupun kesimpulan akhir, agar tidak menyesatkan dan merugikan dikemudian hari bagi mitra binaan. 17.Apabila tata cara monitoring tersebut dirasakan hasilnya masih

(57)
[image:57.595.110.514.332.500.2]

Berikut adalah kinerja atau kondisi sistem pengawasan kredit pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) terhadap piutang pinjaman mitra binaan. Jumlah piutang pinjaman mitra binaan sampai dengan Triwulan I/2014 sebesar Rp 54.588.724.150,- jumlah tersebut merupakan besarnya pokok pinjaman yang belum dilunasi oleh mitra binaan, tidak termasuk bunga pinjaman.

Tabel 3.2

Piutang Mitra Binaan Berdasarkan Kualitas Pinjaman s/d Triwulan I 2014

Kualitas Pinjaman Unit Rupiah

Piutang Lancar 338 Rp 35.497.429.581,-

Piutang Kurang Lancar 752 Rp 1.628.183.686,-

Piutang Ragu-ragu 350 Rp 1.894.863.210,-

Piutang Macet 2.003 Rp 15.568.247.673,-

Jumlah 3.443 Rp 54.588.724.150,-

Sumber : Laporan Triwulan I 2014 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

E. Penggolongan Kualitas Pinjaman dan Penanganan Terhadap Mitra Binaan yang Bermasalah

(58)

a. Lancar, adalah pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman tepat waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama;

b. Kurang Lancar, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 (tiga puluh) hari dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama;

c. Diragukan, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dan belum melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama; d. Macet, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok

dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama;

(59)

lancar, diragukan dan macet dapat dilakukan usaha-usaha pemulihan pinjaman dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling) atau penyesuaian persyaratan (reconditioning).

Penjadwalan kembali (rescheduling) adalah suatu tindakan yang diambil dengan cara memperpanjang jangka waktu kredit atau jangka waktu angsuran. Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit pembayaran kredit, misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikan pinjamannya. (Kasmir, 2008 : 129)

Dalam hal dilakukan tindakan penyesuaian persyaratan (reconditioning), tunggakan jasa administrasi pinjaman dapat dihapuskan

dan/atau beban jasa administrasi pinjaman selanjutnya yang belum jatuh tempo (Permen Nomor : Per-05/MBU/2007).

F. Masalah Pengawasan Internal Kredit yang Dihadapi dan Upaya Mengatasinya

1. Masalah yang dihadapi

a. Masih adanya itikad kurang baik dari para mitra binaan untuk membayar cicilannya sehingga terjadi tunggakan.

(60)

c. Letak usaha dari mitra binaan yang terpencil mengakibatkan tingginya biaya operasional, baik saat mensurvei maupun pada saat monitoring langsung kelapangan.

d. Masih adanya mitra binaan yang bersifat tertutup, sehingga pembinaan sulit dilakukan secara optimal.

e. Mitra binaan sulit untuk memasarkan produknya. 2. Upaya Dalam Mengatasi Masalah yang dihadapi

a. Melakukan deregulasi dalam pengelolaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dengan mengikutsertakan Manajer kebun/unit-unit usaha yang ada di dalam wilayah binaan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan dalam melaksanakan evaluasi. b. Diberikan kembali arahan kepada mitra binaan, betapa pentingnya

pembayaran melalui trasnfer untuk mempermudah mitra binaan dalam pembayaran cicilannya.

c. Dilakukannya monitoring secara berkala agar biaya operasional yang dikeluarkan tidak terlalu banyak.

d. Saat melakukan monitoring terhadap mitra binaan yang tertutup, maka tim monitoring harus lebih ekstra dalam melakukan pembinaan untuk mendapatkan data yang optimal.

(61)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan di bab sebelumnya maka pada bab ini penulis akan menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang merupakan salah satu bagian dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, memiliki 3 urusan yaitu Program Kemitraan, Bina Lingkungan, dan Corporate Social Responsibility (CSR) yang memiliki tugasnya masing-masing. Program Kemitraan adalah program penyaluran dana untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana BUMN. Bina Lingkungan yaitu program pemberdayaan kondisi masyarakat yang berada di sekitar perusahaan, melalui pemanfaatan dana BUMN sesuai dengan peraturan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2007. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah program bina lingkungan untuk menjaga keharmonisan pihak PTPN dengan masyarakat sekitar berupa pengembangan prasarana dan sarana umum, sarana ibadah, pembuatan selokan di sekitar areal perkebunan.

(62)

cukup baik dimana dalam proses pengawasan kredit bukan saja dilakukan pada saat kredit sudah diterima oleh calon mitra binaan tetapi proses pengawasan kredit sudah dilakukan sejak calon mitra binaan mengajukan permohonan kredit sampai dengan kredit lunas dibayar.

3. Melalui Program Kemitraan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan ini, masyarakat sangatlah terpengaruh mengenai pemberian bantuan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang telah membawa dampak positif bagi mitra maupun lingkungan usaha dengan meningkatnya volume produksi mitra binaan, terserapnya tenaga kerja, para mitra binaan terhindar dari rentenir, dan beberapa mitra binaan telah merekrut usaha-usaha kecil sebagai anak angkat atau asuhan untuk menembus pasar yang lebih luas.

4. Penggolongan kualitas pinjaman Program Kemitraan pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan dibagi dalam empat

kelompok yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Apabila mitra binaan yang masuk kedalam kualitas pinjaman kurang lancar, diragukan dan macet, maka akan dilakukan usaha-usaha pemulihan pinjaman dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling) atau penyesuaian persyaratan (reconditioning).

(63)

pinjaman mereka dengan adanya keringanan yang diberikan oleh pihak Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.

B. Saran

Dalam Kesempatan ini, penulis akan menyampaikan beberapa saran yang InsyaAllah akan bermanfaat dimasa yang akan datang. Adapun saran-sarannya ialah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian kredit kepada mitra binaan agar tetap dilakukan secara aktif dan berkesinambungan, agar kredit yang disalurkan terkendali dengan baik sehingga kredit bermasalah dapat diminimalkan.

2. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, dalam usaha

perkreditannya kepada usaha kecil, koperasi dan lembaga yang membutuhkan, hendaknya benar-benar mempertimbangkan calon mitra binaan yang akan mendapat dana dari Program Kemitraan. Disamping itu hendaknya dilakukan pengecekan terhadap kebenaran jaminan untuk mencegah terjadinya kredit macet dan harus dapat mengambil keputusan yang tegas terhadap mitra binaan yang tidak mau membayar kredit yang dipinjamnya agar resiko kredit bermasalah dapat diperkecil.

(64)

ditunjuk dibekali dengan pengetahuan, kreatifitas, keterampilan dan keahlian serta semakin meningkatka usaha pengawasan terhadap kredit agar usaha dapat berjalan dengan lancar sehingga mitra binaan termotifasi untuk selalu berusaha mencapai hasil yang lebih baik lagi.

4. Terkait dengan adanya penilaian akan kesehatan perusahaan yang diberikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara, maka dari itu diharapkan seluruh staf dari bagian PKBL terus menunjukkan kinerja yang terbaik agar efektifitas dan kolektibilitas dapat tercapai sesuai dengan target demi menunjang penilaian yang baik. 5. Khusus untuk para staf dan pegawai dari bagian Program

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Indrianto, Nur, dan Supomo, Bambang,1999, Metodologi Penelitian Bisnis, Penerbit BPFE, Yogyakarta

Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan, Penerbit PT Raja Grapindo Persada, Jakarta

Kasmir, 2008, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi, Penerbit PT Raja Grapindo Persada, Jakarta

Kasmir, 2004, Manajemen Perbankan, Edisi Revisi, Pernerbit PT Raja Grapindo Persada, Jakarta

Kasmir, 2002, Dasar-dasar Perbankan, Penerbit PT Raja Grapindo Persada, Jakarta

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia No. Per-08/MBU/2013, Tanggal 10 September 2013

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia No. Per-05/MBU/2007, Tanggal 27 April 2007

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, 2014, Laporan Triwulan I 2014, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, 2014, Rencana Kerja dan Anggaran, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Tahun 2014 Sebelum RUPS

Rahardjo, Budi, 2007, Keuangan & Akuntansi untuk Manajer Non Keuangan, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta

Gambar

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian
Gambar 2.1 Logo Perusahaan
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan
Tabel 2.1 Realisasi Akumulasi Penyaluran Program Kemitraan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Karena prosesor sangat sensitif sehingga perlu diperhatikan hal-hal yang bisa menyebabkan arus pendek dan overheating yang berakibat dapat merusak prosesor. Jika semua hal-hal

Location of Apollo surface hardware derived from NAC images using the improved pointing correction. 4.2 WAC

Data dari stasiun cadangan pada setiap saat dapat diminta oleh Pusat Data Internasional dan harus segera tersedia melalui hubungan computer yang selalu dihubungkan (on-line). Setiap

Previous work by Davies and Colvin in 2000 combined these two datasets, using ground-level image photogrammetry and the historic United States Geological Survey (USGS)

(3) Ketentuan mengenai tata cara pengumpulan data, analisis, mobilitas dan persebaran penduduk sebagai bagian dari perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga

Pada Gambar 5, dapat dilihat bahwa semakin besar laju permintaan, akan menyebabkan waktu antar pemesanan menjadi semakin singkat dan jumlah barang yang dipesanpun

Dalam rangka melakukan upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga dan menumbuhkan kesadaran pada masyarakat untuk turut serta dalam pencegahan di Jawa Barat, maka lembaga

The conformance checking for multiple events with the same timestamp, as later called by sequence matching analysis, needs to consider several relevant attributes