• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Pada Anak di SD Negeri 064023 Kemenangan Tani Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Pada Anak di SD Negeri 064023 Kemenangan Tani Medan Tahun 2015"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KESEHATAN GIGI PADA ANAK DI SD NEGERI 064023 KEMENANGAN TANI TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIA MAHARANI NIM. 121021091

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Skripsi Penelitian Dengan Judul:

GAMBARAN PERILAKU IBU TERHADAP PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI PADA ANAK DI SD NEGERI 064023

KEMENANGAN TANI MEDAN 2015

Yang Dipersiapkan dan Diseminarkan Oleh:

NIA MAHARANI Nim. 121021091

Skripsi Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui Untuk diseminarkan dihadapan peserta seminar

Bagi pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

Komisi Pembimbing Skripsi

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Linda T Maas, MPH Drs. Tukiman, MKM Nip.19521022 1980032002 Nip. 196110241990031003

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

(3)

GAMBARAN PERILAKU IBU TERHADAP PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI PADA ANAK DI SD NEGERI 064023

KEMENANGAN TANI TAHUN 2015

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh :

NIA MAHARANI 121021091

Disahkan oleh : Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Linda T Maas, MPH Drs. Tukiman, MKM

Nip.19521022 1980032002 Nip. 196110241990031003

Medan, tanggal bulan tahun Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

Nama : Nia Maharani

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 8 Januari 1991

Agama : Katolik

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Alamat : Jalan Kapiten purba no 33 Riwayat pendidikan

1. Tahun 1995-1996 : TK Kaisarea Medan 2. Tahun 1996-2002 : SD Budi Murni 2 Medan 3. Tahun 2002-2005 : SMP Budi Murni 2 Medan 4. Tahun 2005-2008 : SMA Budi Murni 2 Medan

(5)

Masalah kesehatan gigi paling sering ditemui pada anak-anak. Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua khususnya ibu dalam menjaga kesehatan gigi anak, salah satunya adalah kurang memperhatikan cara pola makan/ cemilan anak yang memudahkan gigi anak menjadi rusak. Kerusakan gigi (karies) merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi karena dapat menyerang gigi siapa saja tanpa mengenal usia khususnya pada anak-anak.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi pada anak di SD Negeri 064023 kemenangan Tani Medan tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 56 responden diketahui bahwa perilaku ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi pada anak sudah cukup baik. Dimana responden sudah mengetahui bahwa menyikat gigi dan menghindari makanan yang manis adalah salah satu cara untuk memelihara kesehatan gigi anak. Pemeliharaan gigi merupakan tindakan untuk mencegah gigi dari kerusakan serta memiliki kesadaran untuk meningkatkan kebersihan gigi.

Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa pengetahuan responden ada pada kategori baik, sikap responden pada ketegori sedang dan tindakan pada kategori sedang. Oleh karena itu diharapkan peran ibu semakin aktif dalam memberikan perhatian pada anak tentang pemeliharaan gigi dan diharapkan kerjasama dari petugas kesehatan dengan pihak sekolah untuk memberikan pendidikan kesehatan gigi kepada anak usia sekolah dasar sehingga anak memiliki kesadaran akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi.

(6)

Dental health problems most commonly encountered in children. This is caused by a lack of parents’ concern especially mothers in maintaining dental health of children, one of them is the lack of attention of eating / snacks that cause child's teeth become damaged. Tooth decay (caries) is a major problem in dental health because it can strike anyone, especially children.

The method used in this research is quantitative descriptive to determine the mother's behavior towards the maintenance of dental health of their children in SD Negeri 064023 kemenangan Tani Medan in 2012.

Based on the results of this study with 56 redpondents, the mother's behavior on the maintenance of dental health in children is good enough. Respondents already know that brushing teeth and avoiding sugary foods is the way to maintain the dental health of children. Dental maintenance is an action to prevent teeth from damage and the awareness to improve dental hygiene.

From this study the conclusion is the respondents' knowledge is in the good category, the attitude of the respondents is in the moderate category and behavior is in the moderate category. Therefore, it is expected to increase the active role of the mother in giving attention to the children about dental maintenance and also cooperation from health care workers with the school to provide dental health education for primary school age children so that children have an awareness of the importance of dental health maintenance.

(7)

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa mengiringi langkah penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perilaku Ibu Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Pada Anak Di SD Negeri 064023 Kemenangan Tani Medan Tahun 2015.

Selama menyusun skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan bantuan baik secara morol maupun materi serta bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada:

1. Ibu dr. Linda T Maas, MPHdan bapakDrs.Tukiman, MKM sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dalam membimbing menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD dan bapak dr.Surya Dharma, MPH yang telah bersedia menguji saat sidang skripsi.

3. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk dilakukan penelitian sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Untuk bapak R. Jusup, SE. dan nande kesayangan Secilia Ari Tarigan yang penulis sangat sayangi atas segala perhatian, semangat dan doa yang diberikan semoga Tuhan membalasnya dengan sukacita dan kebahagiaan. 5. Buat “my gan” tersayang Frans, terimakasih atas kasih sayang, doa dan

semangat dari kejauhan dalam aktivitas penulis.

(8)

dan duka dalam aktivitas penulis.

Medan, Juli 2015 Penulis

(9)

Halaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku ... 7

2.2. Bentuk – bentuk Perilaku ... 8

2.2.1. Pengetahuan ... 8

2.2.2. Sikap ... 10

2.2.3. Tindakan ... 11

2.3. Teori Perubahan Perilaku ... 12

2.3.1. Health Belief Model ... 12

2.4. Peranan Ibu ... 13

2.5. Anak ... 17

2.6. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi ... 18

2.7. Pemeliharaan Kesehatan Gigi ... 20

2.7.1. Kebersihan Gigi ... 21

2.7.2. Upaya Pemeliharaan Kesehatan Gigi Gejala ... 22

2.8. Kebisaan Makan Pada Anak Sekolah Dasar ... 27

2.9. Pertumbuhan Gigi Geligi ... 29

2.10. Kerangka Konsep ... 31

(10)

3.6.1. Aspek Pengukuran ... 36

3.6.2. Instrumen ... 38

3.7. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data ... 38

3.7.1. Metode Pengolahan Data ... 38

5.1.2. Pendidikan Responden... 54

5.1.3. Pekerjaan Responden ... 55

5.2 Pengetahuan Responden... 55

5.2.1. Pengetahuan Responden Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi ... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 59

(11)

LAMPIRAN

- Kuesioner - Master Data

- Surat Pendahuluan Penelitian - Surat permohonan Penelitian

- Surat Balasan Penelitian (Telah Melakukan Penelitian) dari SD Negeri 064023 Kemenangan Tani Medan Tahun 2015

- Print Output

(12)

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Usia ... 41 Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pendidikan ... 41 Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan... 42 Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Pengertian Gigi Sehat ... 42 Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apa Alasan Ibu Dalam Memelihara Kesehatan Gigi Pada Anak.. 42 Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Akibat Jika Anak Malas Memelihara Kesehatan Gigi ... 43 Tabel 4.7 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Makanan Apa Yang Sering Ibu Sediakan Untuk Menjaga

Pemeliharaan Kesehatan Gigi Di Rumah ... 43 Tabel 4.8 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apa Penyebab Gigi Berlubang Pada Anak ... 43 Tabel 4.9 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Pada Saat Kapan Ibu Membawa Anak Ke Petugas Kesehatan .... 44 Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Pada Saat Anak Sakit Gigi, Kemana Ibu Membawa Anak

Untuk Memeriksakan Gigi ... 44 Tabel 4.11 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Agar Terhindar Dari Gigi Berlubang Berapa Kali Ibu

Menyuruh Anak Untuk Menyikat Gigi Dalam Sehari ... 45 Tabel4.12 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Pada Saat Kapan Saja Ibu Menyuruh Anak Untuk Menyikat

Gigi ... 45 Tabel 4.14 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Memakan makanan yang mengandung banyak gula seperti cokelat dan permen jika tidak dijaga kebersihan gigi dan

mulut akan mudah mengakibatkan ... 45 Tabel 4.15 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Jika Tidak Rajin Menggosok Gigi Akan Menyebabkan ... 46 Tabel 4.16 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Mengapa Gigi Yang Berlubang Perlu Ditambal... 46 Tabel 4.17 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Menggosok Gigi Dilakukan 2x Sehari Yaitu Pagi Sesudah Sarapan Dan Malam Sebelum Tidur, Jika Tidak Dilakukan

Maka Akan Mudah Menimbulkan.. ... 46 Tabel 4.18 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Anak-anak Sangat Suka Makanan Yang Manis-Manis Seperti Cokelat Dan Permen. Jika Jidak Diberi Arahan Untuk Rajin Membersihkan Gigi 2 x Sehari Yaitu Pagi Sesudah Sarapan

Dan Malam Sebelum Tidur Akan Mengakibatkan.. ... 47 Tabel 4.19 Distribusi Kategori Pengetahuan Responden ... 47 Tabel 4.20 Distribusi Sikap Responden Terhadap Pemeliharaan Kesehatan

(13)

2 Kali Sehari ... 49 Tabel 4.23 Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Ibu Selalu Memotivasi Anak Untuk Tetap

Memelihara Giginya ... 50 Tabel 4.24 Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Ibu Rutin Memeriksakan Gigi Anak Setiap 6 bulan

sekali ke petugas kesehatan ... 50 Tabel 4.25 Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Ibu Mendapat Informasi Tentang Pemeliharaan

Kesehatan Gigi Dari Media Massa... 50 Tabel 4.26 Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Ibu Membawa Anak Ibu ke Petugas Kesehatan Bila

Ada Keluhan Sakit Gigi Saja ... 51 Tabel 4.27 Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Anak iIu Menyikat Gigi Setelah Dipaksa

Terlebih Dahulu... 51 Tabel4.28 Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Ibu Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan Untuk

Mencegah Sakit Gigi ... 51 Tabel 4.29 Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Ibu Selalu Mengontrol Makanan (cemilan) Anak

Untuk Kesehatan Giginya ... 52 Tabel 4.30 Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Ibu Memberi Obat Warung Jika Anak Mengalami

Keluhan Sakit Gigi ... 52 Tabel 4.31 Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Ibu Segera Membawa Anak Jika Sedang Mengalami Sakit Gigi ... 52 Tabel 4.32 Distribusi Kategori Tindakan Responden ... 52 Tabel 4.33 Distribusi Sumber Informasi Responden Terhadap Pertanyaan

Dari Mana Ibu Mendapatkan Informasi Tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi ... 52 Tabel 4.34 Distribusi Sumber Informasi Responden Terhadap Pertanyaan

Yang Mendorong Ibu Untuk Melakukan Pemeliharaan

Kesehatan Gigi Pada Anak ... 53 Tabel 4.35 Distribusi Sumber Informasi Responden Terhadap Pertanyaan

(14)

Masalah kesehatan gigi paling sering ditemui pada anak-anak. Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua khususnya ibu dalam menjaga kesehatan gigi anak, salah satunya adalah kurang memperhatikan cara pola makan/ cemilan anak yang memudahkan gigi anak menjadi rusak. Kerusakan gigi (karies) merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi karena dapat menyerang gigi siapa saja tanpa mengenal usia khususnya pada anak-anak.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi pada anak di SD Negeri 064023 kemenangan Tani Medan tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 56 responden diketahui bahwa perilaku ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi pada anak sudah cukup baik. Dimana responden sudah mengetahui bahwa menyikat gigi dan menghindari makanan yang manis adalah salah satu cara untuk memelihara kesehatan gigi anak. Pemeliharaan gigi merupakan tindakan untuk mencegah gigi dari kerusakan serta memiliki kesadaran untuk meningkatkan kebersihan gigi.

Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa pengetahuan responden ada pada kategori baik, sikap responden pada ketegori sedang dan tindakan pada kategori sedang. Oleh karena itu diharapkan peran ibu semakin aktif dalam memberikan perhatian pada anak tentang pemeliharaan gigi dan diharapkan kerjasama dari petugas kesehatan dengan pihak sekolah untuk memberikan pendidikan kesehatan gigi kepada anak usia sekolah dasar sehingga anak memiliki kesadaran akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi.

(15)

Dental health problems most commonly encountered in children. This is caused by a lack of parents’ concern especially mothers in maintaining dental health of children, one of them is the lack of attention of eating / snacks that cause child's teeth become damaged. Tooth decay (caries) is a major problem in dental health because it can strike anyone, especially children.

The method used in this research is quantitative descriptive to determine the mother's behavior towards the maintenance of dental health of their children in SD Negeri 064023 kemenangan Tani Medan in 2012.

Based on the results of this study with 56 redpondents, the mother's behavior on the maintenance of dental health in children is good enough. Respondents already know that brushing teeth and avoiding sugary foods is the way to maintain the dental health of children. Dental maintenance is an action to prevent teeth from damage and the awareness to improve dental hygiene.

From this study the conclusion is the respondents' knowledge is in the good category, the attitude of the respondents is in the moderate category and behavior is in the moderate category. Therefore, it is expected to increase the active role of the mother in giving attention to the children about dental maintenance and also cooperation from health care workers with the school to provide dental health education for primary school age children so that children have an awareness of the importance of dental health maintenance.

(16)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia yakni kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Kesehatan dapat tercapai dengan meningkatkan gizi, membudayakan sikap hidup sehat dan bersih serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan).

Dari defenisi diatas disimpulkan bahwa kesehatan terdiri atas 3 unsur sehat yaitu sehat fisik, sehat mental dan sehat secara sosial, dimana setiap unsur saling mempengaruhi satu sama lain. Artinya apabila salah satu unsur tidak dalam keadaan sehat, maka seseorang tidak dapat dikatakan sehat. Salah satu masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi seseorang hidup produktif adalah masalah kesehatan gigi. Kesehatan gigi yang buruk berpengaruh pada kehidupan sehari-hari dan berpengaruh pula pada kualitas hidup.

(17)

penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) (Depkes RI, 2010).

Tujuan pembangunan kesehatan gigi sesuai dengan sistem kesehatan nasional ialah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujudnya derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Untuk tercapainya tujuan tersebut diselenggarakanlah upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima serta dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (DEPKES RI, 1995).

Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia sekolah terhadap gangguan kesehatan gigi. Gigi yang tidak sehat juga berdampak terhadap psikologis anak yaitu kurangnya rasa percaya diri akibat penampilan wajah yang kurang menarik. Akibat kurang rasa percaya diri ini, seseorang akan mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Namun meskipun demikian, pada kenyataannya masyarakat masih kurang peduli terhadap kesehatan gigi karena masyarakat menganggap kesehatan gigi tidak termasuk dalam daftar penyakit yang mematikan (Bhatarendro, 2007).

(18)

dianggap tidak terlalu penting, padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman karena mulut merupakan bagian yang penting dari tubuh kita dan dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan gigi.

Menurut WHO kelompok anak uisa 12 tahun merupakan indikator kritis, karena sekitar 76,97% karies menyerang pada usia tersebut. Pada usia 10-12 tahun ini, anak bersikap kooperatif. Dilihat dari segi sosial, anak 10-12 tahun mengalami peningkatan kemampuan dalam berinteraksi yang mana akan memudahkan dalam berkomunikasi. Sedangkan dari segi intelektual, anak usia 10-12 tahun mengalami peningkatan kemampuan untuk belajar dan menerapkan keterampilan, serta kemampuan interpretatif untuk mengenali penyebab dan pengaruh dari suatu masalah.

Data dari Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, melaporkan bahwa 72% penduduk Indonesia mempunyai pengalaman karies dan 46,5 % diantaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat dan pada umumnya diderita anak-anak (Rikedas, 2007).

(19)

karena beberapa faktor yaitu karena masyarakat masih mengabaikan kesehatan gigi dan mulutnya yaitu hanya berkunjung ke dokter gigi jika sudah merasakan sakit dan jarang memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya secara rutin, faktor penyebab lainnya yaitu masih rendahnya pengetahuan dan tingkat pendidikan masyarakat.

Masalah gigi yang paling banyak ditemui pada anak anak. Hal ini disebabkan pada umumnya anak-nak suka makan makanan yang manis seperti coklat, permen dan susu. Hasil riset di Inggris menyebutkan bahwa kerusakan gigi sampai 59% terjadi pada anak hingga usia 12 tahun. Pada anak usia sekolah pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting, karena pada masa ini merupakan waktu dimana waktu pergantian gigi susu ke gigi tetap sudah banyak yang tumbuh (Rahmadhan,2010).

Usia sekolah merupakan saat yang tepat untuk memperkenalkan anak pada perawatan gigi. Kunjungan ke klinik gigi yang dilakukan sejak usia dini akan meningkatkan manfaat dari teknik pencegahan. Peran keluarga dalam masa ini sangat penting artinya bagi anak dan waktu itulah yang paling tepat untuk menjaga anak mengenal perawatan gigi.

(20)

jumlah kunjungan pasien anak-anak yang mempunyai keluhan sakit gigi lebih banyak yang datang sehingga dapat disimpulkan bahwa pada umumnya ibu hanya memberi perhatian terhadap gigi anak ketika anak mengalami keluhan sakit gigi saja.

Disamping peran serta orangtua, peran sekolah juga sangat dibutuhkan dalam meningkatkan pengetahuan anak sekolah dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Peran sekolah melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) diharapkan mampu memberikan pelayanan preventif dan promotif yang terutama ditujukan kepada anak-anak sehingga dapat dibangun pola kebiasaan memelihara kesehatan gigi. Dengan adanya UKGS dapat mempengaruhi tingkah laku anak sekolah, meningkatkan kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut serta memberikan pengertian cara memeliharan kesehatan gigi. Dengan demikian anak dapat melakukan melakukan sendiri dengan cara yang benar dalam memelihara kesehatan giginya.

Dari survei awal yang dilakukan di SD Negeri 064023 dengan melakukan wawancara kepada kepala sekolah dan wali kelas V dan VI tersebut diketahui bahwa sering sekali siswa mengeluh sakit gigi akibat gigi berlubang. Dan guru pun hanya menyuruh anak untuk pulang kerumahnya karena sekolah tersebut tidak memiliki UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah). Padahal saat survei ke Puskesmas Medan Tuntungan mengatakan setiap ajaran baru dilakukan penyuluhan dan pemeriksaan.

(21)

Tani, Medan Tahun 2015.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah belum diketahuinya perilaku ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi pada anak di SD Negeri 064023 Kemenangan Tani, Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi pada anak di SD Negeri 064023 Kemenangan Tani, Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi pada anak sekolah dasar.

b. Untuk mengetahui sikap ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi pada anak sekolah dasar.

c. Untuk mengetahui tindakan ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi pada anak sekolah dasar.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Menambah wawasan ibu agar dapat memelihara kesehatan gigi anak di rumah b. Sebagai bahan dasar referensi peneliti-peneliti berikutnya dalam

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya. Wujud bisa berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seseorang individu terhahadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat dan bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi idividu, khususnya menyangkut pengetahuan, sikap, dan tindakannya terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku kesehatan menurut Notoatmojo (2012), adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lainnya, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.

Menurut Becker (1979), perilaku kesehatan diklasifikasikan atas tiga kelompok yaitu:

1. Perilaku sehat (healthy behaviour) yaitu perilaku-perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan meningkatkan kesehatan.

(23)

kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan atau mengatasi masalah kesehatan lainnya.

3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behaviour) yaitu mencakup hak dan kewajiban orang yang sedang sakit dalam hal tindakan untuk memperoleh penyembuhan, tindakan untuk mengetahui fasilitas kesehatan yang tetap dan sebagainya.

2.2. Bentuk-Bentuk Perilaku

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo seorang ahli psikologi pendidikan membedakan adanya tiga ranah prilaku, sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge) b. Sikap (attitude)

c. Tindakan (practice)

2.2.1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari Tahu, setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Adapun tingkatan pengetahuan, yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sistesis dan evaluasi.

a. Tahu

(24)

kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau yang diterima.

b. Memahami

Tahap memahami diartikan suatu objek bukan sekedar tahu atau dapat menyebutkan, tetapi juga dapat menginterpretasikanatau menggunakan materi secara benar tentang objek.

c. Aplikasi

Aplikasi yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis

Merupakan kemampuan seseorang menjabarkan materi kedalam komponen-komponen. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis jika dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram pada pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis

Tahap ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum, meringkas, menyusun teori-teori yang telah ada dari suatu hubungan logis dari pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi

Tahap ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi. Penilaian berdasarkan kriteria yang ada.

(25)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Budiharto (2010) sikap adalah suasana batin atau atau hasil dari proses sosialisasi yakni reaksi seseorang terhadap rangsangan yang diterima berupa objek kesehatan gigi yaitu tentang gigi serta upaya pemeliharaan.

Menurut Pintauli (2008) kesehatan gigi sangat penting, maka sikap kemandirian masyarakat perlu didorong terus-menerus melalui berbagai upaya kegiatan untuk meningkatkan kesehatan yang berkesinambungan. Upaya itu tidak saja oleh pihak organisasi profesi tetapi akan lebih baik jika melibatkan pihak-pihak lain yang mempunyai kompetensi dan kepentingan yang sama untuk meningkatkan upaya peningkatan dan pencegahan sehingga pada akhirnya dapat tercapai derajat kesehatan gigi dan mulut optimal.

Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005) ,yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. Misalnya seorang anak berkeyakinan bahwa membersihkan gigi dengan sikat gigi secara teratur dapat membuat gigi menjadi sehat dan tidak berlubang.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional. Misalnya pengalaman seorang anak jika mengalami sakit gigi langsung mengadu kepada keluarga dan segera diperiksa ke dokter gigi.

(26)

Ketiga komponen ini secara bersama sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap memiliki tingkatan antara lain ; a. Menerima

Menerima artinya bahwa seseorang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

b. Merespon

Merespon adalah memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

c. Menghargai

Menghargai merupakan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah (kecenderungan untuk bertindak).

d. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab merupakan berani mengambil resiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya.

2.2.3 Tindakan (practice)

Praktek atau tindakan dilaksanakan untuk mewujudkan sikap menjadi tindakan dalam kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2012).

Adapun tingkatan dari tindakan antara lain: a. Persepsi

(27)

b. Respons terpimpin

Respon terpimpin adalah jika seseorang mampu melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar, sesuai dengan contoh yang diberikan.

c. Mekanisme

Mekamisme maksudnya bila seseorang mampu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis sudah merupakan kebiasaan.

d. Adopsi / adaptasi

Adopsi meruoakan praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

2.3 Teori Perubahan Perilaku

Teori merupakan serangkaian konsep, defenisi maupun proporsi yang saling terkait dan menyajikan suatu pandangan sistematik dari objek dengan menguraikan hubungan antara variable dengan tujuan ntuk menjelelaskan dan memperkirakan suatu objek (Edberg, 2007).

2.3.1 Health Belief Model

Health belief model (HBM) mencakup 4 komponen utama (fieldhtheory, Lewin, 1954; Becker, 1974), yaitu:

1. Kerentanan yang dirasakan

(28)

2. Keseriusan yang dirasakan.

Merupakan pandangan individu tentang beratnya penyakit yang diderita. Pandangan ini mendorong seseorang untuk mencari pengobatan atas penyakit yang dideritanya. Keseriusan ini ditambah dengan akibat dari suatu penyakit. 3. Persepsi manfaat dan hambatan yang dirasakan.

Individu akan mempertimbangkan apaka alternatif itu memang bermanfaat dapat mengurangi ancaman penyakit, persepsi ini juga berhubungan dengan ketersediaan sumber daya sehingga tindakan ini mungkin dilaksanakan. Persepsi ini dipengaruhi oleh norma dan tekanan dari kelompoknya. Sedangkan persepsi rintangan adalah persepsi terhadap biaya/ aspek negatif yang menghalangi individu untuk melakukan tindakan kesehatan, misalkan: mahalnya biaya berobat, pengalaman yang tidak menyenangkan, rasa sakit yang dialami.

4. Sumber informasi

Merupakan asal keterangan yang diperoleh responden tentang perilaku pemeliharaan kesehatan antara lain: keluarga, petugas kesehatan dan media masa.

2.4 Peranan Ibu

(29)

Kedekatan anak dengan ibunya pada beberapa menit pertama dan beberapa jam setelah lahir, secara meyakinkan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan perilaku anak tersebut. Komunikasi antara anak dan orangtua terbentuk saat orangtua mengendong bayinya dengan lembut dan penuh cinta. Dalam gendongan orangtua, anak merasakan rasa aman seperti yang dirasakannya selama di dalam kandungan.

Peranan ibu terhadap lingkungan anak tidak terhenti dimasa anak-anak saja tetapi masih berlangsung dan kadang-kadang sampai seumur hidupnya khususnya pengaruh yang berupa pengalaman yang menegangkan, menakutkan dan membahayakan. Sekalipun anak-anak sudah mulai bermain dengan anak lain di luar rumah, keluarga masih merupakan pengaruh sosialisasi yang terpenting. Hubungan keluarga yang erat pengaruhnya lebih besar pada anak dari pada pengaruh sosial lainnya. Karena anak tergantung pada orangtua dalam hal perasaan aman dan kebahagiaan (Boedihardjo,1985).

Dalam merawat anaknya orang tua harus memperhatikan pemeliharaan kesehatan anak. Dalam memelihara kesehatan anak, orang tua perlu pengetahuan tentang kesehatan anak sehingga dapat membantunya menghadapi berbagai kemungkinan gejala yang akan timbul pada anaknya. Untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, orang tua perlu mengetahui berbagai hal tentang kesehatan gigi dan mulut salah satunya adalah mengajari cara menyikat gigi.

(30)

pemeliharaan kesehatan gigi anak karena anak biasanya tidak peduli dengan kondisi giginya, ini menjadi tugas orangtua terutama ibu mengajarkan kepada anak akan pentingnya menjaga kebersihan gigi. Anak- anak akan meniru apa yang biasa dilakukan oleh orang tuanya sehari-hari dirumah.

Berikut beberapa contoh yang dapat dilakukan agar anak mau merawat giginya:

1. Buatlah kegiatan menyikat gigi sebagai salah satu kebutuhan yang harus dilakukan minimal dua kali sehari.

2. Ajaklah anak melihat anggota keluarga lainnya seperti ayah atau kakaknya menyikat gigi.

3. Selagi mencoba kebiasaan menyikat gigi, ceritakan kepada anak mengenai manfaat menyikat gigi.

Jika hal kecil seperti ini dilakukan dengan konsisten, anak akan meniru apa yang dicontohkan. Apalagi jika contoh itu dilihat anak sebagai sesuatu yang menyenangkan dan tidak membosankan (Rara,2006).

Dengan demikian lambat laun ibu akan menanamkan disiplin dan kebiasaan pada anak untuk merawat giginya sendiri dan mempersiapkan psikologis anak sebelum dibawa ke petugas kesehatan sehingga anak tidak menganggab perawatan gigi sebagai suatu yang menakutkan.

(31)

kesehatan gigi masyarakat khususnya anak sekolah dasar mau meniru dan tertarik untuk belajar dan memahami tentang pemeliharaan kesehatan gigi.

Selain orang tua, dokter gigi juga dapat membantu orang tua tetapi pemeliharaan kesehatan gigi lebih banyak dilakukan dirumah daripada diruang praktek dokter gigi. Tugas dokter gigi adalah melakukan perawatan kepada anak jika gigi sudah mengalami kerusakan dan melakukan pencegahan terhadap gigi dan mulut. Kegiatan pemeliharaan kesehatan gigi yang dilakukan dirumah merupakan tanggung jawab orang tua khususnya ibu karena ibu adalah contoh bagi keluarga terutama anak-anak (Boedihardjo, 1985).

Edukasi tentang pemeliharaan kesehatan gigi diberikan kepada anak agar anak tahu seberapa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut melalui menyikat gigi dilakukan minimal dua kali sehari yaitu pagi hari sesudah sarapan dan malam sebelum tidur, dan memberitahukan kepada anak tentang makanan-makanan yang dapat merusak gigi dan apa tindakan atau upaya orangtua dalam menyiasati agar anak tidak terlalu sering mengonsumsi makanan-makanan tersebut, dan membiasakan anak untuk menyukai sayuran dan buah-buahan untuk mendukung pertumbuhan tulang dan gigi anak.

(32)

gigi yang goyang, dan pertumbuhan gigi yang tidak normal (gigi tumbuh berlapis, gigi berjejal, dan lainnya). Sebab gigi berlubang akan menyebabkan penyakit lain dan menimbulkan sakit gigi.

2.5 Anak

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-12 tahun) hingga remaja (13-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat.

Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan persepsi mereka mengenai dunia.

(33)

membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual. Hal tersebut dapat terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak.

Adapun karakter anak usia 10-12 tahun berhubungan dengan sikap atau perasaan yang meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko dan sifat menghargai.

Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya.

2.6 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi

Menurut Herijulianti, E. (2002) kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu aspek dari kesehatan secara keseluruhan, dimana status kesehatan gigi merupakan hasil dari interaksi antara kondisi fisik, mental dan sosial. Aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut yaitu:

1. Aspek fisik merupakan aspek kesehatan yang mempengaruhi kualitas gigi dan mulut yang disebabkan oleh keadaan yang terdapat didalam mulut.

(34)

3. Aspek sosial merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut, biasanya disebabkan oleh pengaruh sosial ekonomi yang kurang sehingga keadaan ini mempengaruhi tingkah laku seseorang.

Untuk memperbaiki mutu kesehatan gigi dan mulut harus dilaksanakan pemeliharaan secara menyeluruh yang mencakup aspek mental, fisik dan sosial yaitu dengan upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

Salah satu usaha untuk mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan gigi adalah melalui pendekatan pendidikan kesehatan gigi. Pendidikan kesehatan gigi yang disampaikan kepada seseorang atau masyarakat diharapkan mampu merubah perilaku kesehatan gigi seseorang atau masyarakat.

Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahan/pemeliharaan kesehatan gigi. Menurut kegeles (1961) dalam Budiharto, ada 4 faktor utama agar seseorang mau melakukan pemeliharaan kesehatan gigi, yaitu:

1. Merasa mudah terserang penyakit gigi. 2. Percaya bahwa penyakit gigi dapat dicegah.

3. Pandangan bahwa penyakit gigi dapat berakibat fatal. 4. Mampu menjangkau dan memanfaatkan fasilitas kesehatan

(35)

kesadaran untuk meningkatkan kebersihan gigi. Untuk mencegah gigi dari kerusakan ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu mengontrol pola makanan dan membersihkan gigi dari plak.

Pengetahuan tentang kesehatan gigi sebaiknya diberikan sejak usia dini karena pada usia dini anak mulai mengerti akan pentingnya kesehatan serta larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan yang dapat memperngaruhi keadaan giginya.

2.7 Pemeliharaan Kesehatan Gigi

Gigi merupakan salah satu organ penting didalam mulut. Gigi merupakan aset seumur hidup yang sangat berharga karena memiliki banyak fungsi sekaligus, selain berfungsi sebagai pengunyah makanan dan alat untuk berbicara (komunikasi), gigi juga memiliki nilai estetika artinya gigi memberi nilai lebih pada penampilan. Gigi yang sehat selain dapat berfungsi dengan baik juga akan mempengaruhi bentuk wajah seseorang.

Selain itu, gigi merupakan organ yang amat vital dalam tubuh kita, salah satu fungsi gigi adalah sebagai alat pengunyah makanan yang membantu melumatkan makanan dalam mulut, guna membantu organ pencernaan sehingga makanan dapat diserap tubuh dengan baik.

(36)

anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus karena pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Usaha menanggulangi serta memperbaiki kesehatan gigi anak membutuhkan tenaga kesehatan dan peran serta orangtua. (Rachmawati, 2007).

Pemeliharaan kesehatan gigi sebenarnya merupakan tindakan untuk mencegah gigi dari kerusakan serta memiliki kesadaran seseorang untuk meningkatkan kebersihan gigi. Untuk mencegah gigi dari kerusakan maka perlu mengontrol pola makan dan membersihkan gigi yaitu dengan menyikat gigi (Pratiwi,2007).

2.7.1 Kebersihan Gigi

Kebersihan gigi merupakan kondisi dimana bagian mulut dan gigi jauh dari kotoran atau sisa-sisa makanan, plak serta tidak adanya terdapat lubang gigi dalam rongga mulut. Kebersihan gigi yang baik akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat.

Kebersihan mulut yang baik akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat. Faktor kebersihan mulut merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan gigi anak. Apabila seorang anak makan makanan manis maka giginya harus segera dibersihkan karena apabila hal ini tidak dilakukan, kemungkinan timbulnya kerusakan gigi anak lebih gigi akan terjadi (Boedihardjo, 1985).

(37)

Tujuan membersihkan gigi adalah untuk menghilangkan sisa-sisa makanan dan plak pada gigi. Diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan lubang gigi adalah plak. Orang yang rutin menyikat gigi akan memiliki faktor risiko lebih kecil untuk karies dibandingkan yang tidak rutin menggosok gigi. Adapun manfaat dari mulut bersih adalah membuat napas menjadi segar, mulut terlindung dari bakteri mulut dan yang pasti juga dapat membuat kita percaya diri.

2.7.2. Upaya Pemeliharaan Kesehatan Gigi

Pembersihan gigi dan mulut merupakan pencegahan utama dalam mencegah gangguan gigi misalnya adanya lubang gigi. Hal ini meliputi pembersihan secara mandiri dan professional. Perawatan gigi secara mandiri dapat dilakukan dirumah dengan sikat gigi teratur dua kali sehari dengan metode yang benar. Sedangkan secara professional kita dapat mengunjungi dokter gigi secara rutin setiap 6 bulan sekali untuk pembersihan yang tidak dapat kita lakukan dirumah (Maulani, 2005).

(38)

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi yaitu:

1. Menyikat gigi

Merupakan tindakan pembersihan gigi dengan sikat gigi yang dilakukan untuk membuang sisa-sisa makanan dan plak dari seluruh permukaan gigi sehingga dapat mencegah kerusakan gigi.

Waktu dan frekuensi menyikat gigi menurut American Dental Association menyatakan bahwa menyikat gigi secara teratur minimal dua kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Penelitian menunjukkan bahwa menyikat gigi pada anak menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor akan mencegah terbentuknya karies gigi. Menyikat gigi khususnya pada malam hari sangat penting, bertujuan untuk mencegah plak dan debris (sisa-sisa makanan) yang melekat di permukaan gigi setiap malam.

Lamanya penyikatan tidak ditentukan, tetapi biasanya dianjurkan selama 2-3 menit yang paling utama diperhatikan pada saat menyikat gigi adalah daerah pertemuan antara gigi dan gusi agar gigi benar-benar bersih.

Adapun manfaat menyikat gigi adalah a. Manfaat menyikat gigi setelah makan pagi

(39)

2. Menyegarkan napas, napas yang tidak sedap biasanya terjadi karena adanya kotoran di dalam rongga mulut Tetapi dengan menyikat gigi setelah makan pagi, napas kita akan terasa lebih segar sebelum pergi beraktifitas.

3. Menjadi lebih percaya diri, memulai aktifitas kerja dengan napas yang segar dan gigi yang bersih akan menambah percaya diri , dapat bebas tersenyum, bicara dan tertawa.

b. Manfaat menyikat gigi sebelum tidur

Kuman akan semakin berkembang pada malam hari saat kita sedang tidur, dimana mulut tidak melakukan aktifitas. Aktifitas kuman dimalam hari biasanya akan meningkat 2x lipat dibandingkan pada siang hari, karena saat tidur dimana mulut tidak melakukan aktifitas seperti makan, minum atau ngobrol, air liur yang memang berfungsi sebagai antiseptik alami dalam mulut kita akan berkurang, oleh sebab itu kemampuan air liur yang berfungsi untuk menetralisir kuman-kuman dalam mulut juga berkurang. Sehingga apabila menyikat gigi sebelum tidur membuat kondisi mulut kita bersih dapat dipastikan tidak akan terjadi karies atau peradangan pada gusi yang yang mengakibatkan terjadinya pembentukan karang gigi karena plak yang tidak dibersihkan.

2. Gaya Hidup

(40)

mengandung fluor untuk mencegah bau mulut dan mencegah plak muncul kembali.

Setelah membersihkan gigi dengan sikat gigi sebaiknya lakukan kumur-kumur dengan obat kumur-kumur dalam satu kali sehari. Dan waktu yang paling tepat menggunakan obat kumur adalah sebelum tidur. Pemakaian obat kumur mengandung fluor merupakan salah satu tindakan perlindungan khusus yang paling baik dimana tujuan dari obar kumur yang mengandung fluor adalah mengurang frekuensi timbulnya kerusakan gigi.

3. Pilih makanan dan cemilan sehat

Usahakan hindari cemilan yang manis dan lengket seperti permen, coklat. Bisa saja dikonsumsi tetapi jangan terlalu sering dan berlebihan. Makanan yang manis dan lengket akan menempel lebih lama di gigi dan tentunya akan terpapar oleh bakteri yang merusak gigi. Tidak hanya itu minuman yang bersoda dan manis seperti softdrink dan sirup juga jangan terlalu sering di konsumsi karena minuman ini mengandung kadar gula yang cukup tinggi, pilihlah cemilan yang sehat seperti buah-buahan segar dan berserat.

(41)

Agar asam pada gigi tidak merusak gigi lebih lanjut, maka batasi atau hindari makanan yang mengandung gula.

4. Kunjungan rutin ke dokter gigi

Tujuan utama pergi ke dokter gigi merupakan tindakan pencegahan untuk mencegah kerusakan gigi dan mencegah masalah yang mungkin terjadi agar tidak bertambah parah dan merawatnya segera mungkin.

(42)

2.8 Kebiasaan Makan Pada Anak Sekolah Dasar

Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan sejak usia dini, khususnya anak sekolah dasar karena pada usia sekolah anak mulai mengerti akan pentingnya kesehatan serta larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan makan atau cemilan yang dapat mempengaruhi keadaan giginya.

Yang dimaksud dengan kebisaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya, yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Upaya untuk membentuk kebiasaan makan yang baik hendaknya dilakukan sejak dini. Lingkungan yang sangat besar peranannya dalam membentuk kebiasaan anak adalah keluarga.

Kebiasaan makan anak sekolah dasar yang sering dijumpai pada umumnya yaitu suka jajan disekolah dan dirumah tidak mau makan. Disamping itu pada umumnya anak tidak sarapan, makan siang diluar rumah, tidak teratur dan tidak memenuhi zat gizi. Hal ini akan mempengaruhi nafsu makan anak di rumah dan dapat menyebabkan anak kurang gizi.

Keadaan kesehatan sangat mempengaruhi kebiasaan makan, misalnya anak mengeluh sakit gigi, maka memaksa anak untuk makan makanan lunak. Keadaan ini mengakibatkan nafsu makan menjadi menurun (Astawan, 2004).

(43)

mengandung gula. Biasanya makanan yang mengandung gula ini disajikan sebagai makanan ringan/selingan/cemilan.

Makanan yang mengandung gula, terutama dimakan pada waktu istirahat akan mempercepat terjadinya kerusakan pada gigi (lubang gigi). Gula yang lengket, misalnya yang terdapat didalam manisan adalah yang paling merusak karena dapat berada pada permukaan gigi/diantara gigi-gigi untuk jangka waktu yang lama. Proses kerusakan gigi dimulai pada waktu gula yang bercampur pada plak yang mengandung bakteri pada gigi dan membentuk asam. Plak ini akan menahan asam untuk menyerang gigi dimulai dari lapisan gigi terluar yaitu email gigi. Dan proses ini terjadi lagi setiap kali memakan makanan yang mengandung gula. Agar asam ini tidak merusak ggi lebih lanjut, batasilah atau hindarilah makanan yang mengandung gula. Jika ingin memakan makanan ringan pilihlah makanan yang sedikit/tidak mengandung gula seperti buah-buahan segar (Rasinta 1995).

Ada berbagai cara dimana nutrisi mempengaruhi mulut dan gigi. Makanan kaya kalsium dan fosfor baik untuk gigi Anda. Makanan kaya omega-3 dan asam lemak juga akan membantu untuk meningkatkan kesehatan mulut. Makanan dan minuman yang meningkatkan produksi air liur baik untuk kesehatan mulut. Air liur bekerja secara alami menetralkan asam yang meningkatkan kerusakan gigi dan pembusukan.

(44)

dan lain-lain dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan gigi. Perbanyaklah mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang berserat dan banyak mengandung air untuk kesehatan tulang dan gigi contohnya adalah brokoli, semangka, jeruk, apel dan sebagainya.

2.9 Pertumbuhan Gigi Geligi

Terbentuknya benih gigi pada janin seperti halnya organ tubuh lain telah dimulai sejak usia kandungan 4-5 bulan. Setelah bayi lahir, erupsi atau pertumbuhan gigi susu yang pertama terjadi pada usia 6-8 bulan. Gigi susu (decidui) adalah penuntun jalan bagi gigi tetap (permanen) yang kuat dan sehat (Paramita, 2000).

Pertumbuhan gigi tetap didalam rongga mulut anak mengalami perubahan yang sifatnya dinamis. Pertumbuhan gigi tetap bergantung pada terserapnya akar gigi susu oleh pertumbuhan gigi tetap yang selalu mendorong/mendesak keatas. 1. Gigi susu

Normal anak-anak mempunyai 20 gigi susu yang susunannya sebagai berikut: 10 gigi di rahang atas, yaitu : 5 gigi di kiri dan 5 gigi di kanan.

10 gigi di rahang bawah, yaitu : 5 gigi di kiri dan 5 gigi di kanan. V IV III II I I II III IV V garis oklusi/kunyah

V IV III II I I II III IV V garis median/tengah Nama dari macam-macam gigi susu:

I = Gigi seri pertama / insisivus pertama sentral / i1 II = Gigi seri kedua / insisivus lateral / i2

(45)

IV = Gigi geraham pertama / molar pertama / m1 V = Gigi geraham kedua / molar kedua / m2 Gigi anterior atau gigi depan ialah i1, i2,c.

Gigi posterior atau gigi belakang ialah gigi m1 dan m2.

2. Gigi tetap atau gigi permanen

Normal dewasa mempunyai 32 gigi tetap yang susunannya sebagai berikut : 16 gigi di rahang atas, yaitu : 8 gigi di kiri dan 8 gigi di kanan.

16 gigi di rahang bawah, yaitu : 8 gigi di kiri dan 8 gigi di kanan. 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 garis oklusi/kunyah

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 garis median/tengah Nama dari macam-macam gigi permanen ialah : 1 = Gigi seri pertama / Insisivus sentral / I1 2 = Gigi seri kedua / Insisivus kedua / I2 3 = Gigi taring / Kaninus / C

4 = Gigi geraham kecil pertama / Premolar pertama / P1 5 = Gigi geraham kecil kedua / Premolar kedua / P2 6 = Gigi geraham besar pertama / Molar pertama / M1 7 = Gigi geraham besar kedua / Molar kedua / M2 8 = Gigi geraham besar ketiga / Molar ketiga / M3 Gigi anterior atau gigi depan ialah gigi I1, I2, dan C.

(46)

2.10Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang ada, maka peneliti membatasi hal-hal yang akan diteliti. Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas pada bagan kerangka konsep berikut ini :

Karakteristik ibu :

- Umur - Pendidikan - Pekerjaan

 Kerentanan yang dirasakan

 Keseriusan yang dirasakan

Ancaman yang dirasakan

Manfaat dan hambatan yang dirasakan

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kuantitatif , untuk mengetahui gambaran perilaku ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi pada anak di SD Negeri 064023 Kemenangan Tani, Medan tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di SD Negeri 064023 Kemenangan Tani , Medan, dengan alasan:

1. Disekolah ini belum pernah dilakukan penelitian tentang perilaku ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi pada anak.

2. Dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan dengan mewawancarai kepala sekolah dan salah satu guru, bahwa seringnya anak mengeluh sakit gigi.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari- Juli tahun 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(48)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi.

Dalam menentukan besar sampel yang akan diteliti, peneliti mengunakan rumus Lameshow sebagai berikut :

n =

2.(1−�)

�2 �−1 +2.(1−�)

Dimana :

N = Besar populasi siswa

n = jumlah sampel yang akan diteliti d = Galat pendugaan (0,1)

Z = tingkat kepercayaan (95 %=1,96)

(49)

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus diatas maka diketahui jumlah sampel dari populasi 137 ibu diperoleh sampel penelitian sebanyak 56 ibu.

3.4. Metode Pengambilan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap responden melalui kuesioner penelitian yang sudah dipersiapkan terhadap pemeliharaan kesehatan gigi pada anak di SD Negeri 064023 Kemenangan Tani, Medan

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak sekolah berupa data jumlah ibu siswa-siswi kelas V dan VI SD Negeri 064023 Kemenangan Tani, Medan.

3.5 Defenisi Operasional

Sesuai fokus kajian dan tujuan penelitian, deskripsi fokus penelitian akan disusun berdasarkan perilaku ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi pada anak di SD Negeri 064023 Kemenangan Tani Tahun 2015.

Sebagai pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai fokus penelitian, digunakan defenisi operasional yang dikembangkan seperti uraian di bawah ini :

1. Umur yaitu lamanya hidup seorang responden dihitung sejak ia lahir sampai saat penelitian dilakukan berdasarkan tahun.

(50)

3. Pekerjaan yaitu aktivitas yang dilakukan ibu untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan imbalan dalam bentuk uang bagi ibu.

4. Pengetahuan Kesehatan Gigi adalah hasil “tahu” pada penginderaan seseorang terhadap kesehatan gigi. Pengetahuan yang diperoleh melalui kerentanan dan keseriusan yang dirasakan.

5. Kerentanan yang dirasakan adalah keyakinan yang dirasakan ibu tentang mudahnya anak terkena kerusakan gigi.

6. Keseriusan yang dirasakan adalah bentuk persepsi yang dirasakan ibu tentang beratnya ancaman penyakit yang diderita pada anak sehingga mendorong ibu untuk mencari pengobatan pada anaknya.

7. Sikap adalah tanggapan ibu tentang cara pemeliharan kesehatan melalui manfaat dan hambatan yang dirasakan.

8. Manfaat yang dirasakan adalah pertimbangan atau pandangan ibu terhadap manfaat/kegunaan dari upaya pemeliharaan kesehatan gigi pada anak.

9. Hambatan yang dirasakan adalah persepsi ibu terhadap kendala yang dihadapi sehubungan dengan tindakan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi pada anak. 10.Tindakan adalah segala bentuk nyata aktivitas ibu dalam tindakan cara

pemeliharaan kesehatan gigi.

(51)

3.6 Aspek Pengukuran dan Instrumen 3.6.1 Apek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan ada jawaban responden terhadap pertanyaan dari kuisioner yang disesuaikan dengan nilai. Nilai yang tertinggi dikumpulkan, dikategorikan menjadi 3 tingkat (Arikunto, 1998) yaitu :

1. Baik : Jika total nilai yang diperoleh > 75% 2. Sedang : Jika total nilai yang diperoleh 45% - 75% 3. Kurang : Jika total yang diperoleh < 45%

1. Pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui 14 pertanyaan dari kuesioner persepsi kerentanan, keseriusan dan ancaman yang dirasakan. Skala pengukuran pengetahuan berdasarkan pada jawaban yang diperoleh responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan. Menurut Arikunto (2006), pengetahuan diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% b. Pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45 – 75% c. Pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45%

2. Sikap

(52)

Alternatif Bobot

SS (Sangat Setuju) 4

S (Setuju) 3

TS (Tidak Setuju) 2 STS (Sangat Tidak Setuju) 1

Untuk pernyataan negatif:

Alternatif Bobot

SS (Sangat Setuju) 1

S (Setuju) 2

TS (Tidak Setuju) 3 STS (Sangat Tidak Setuju) 4

Menurut Arikunto (2006), sikap diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% b. Sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh 45 – 75% c. Sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45%

3. Tindakan

Pertanyaan tindakan dalam penelitian ini terdiri dari yaitu 10 pernyataan. Dalam penilaian pernyataan jawaban soal dilakukan dengan skala Guttman yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar – salah, ya – tidak, yang diberi bobot :

1. Ya = Skor 1 2. Tidak = Skor 0

Menurut Arikunto (2006), tindakan diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

(53)

c. Tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45%

3.6.2 Instrumen

Instrumen yang dipakai untuk pengumpulan data adalah berupa kuesioner yang berisi pertanyaan tentang pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi pada anak.

3.7. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data 3.7.1. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan proses komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing (pengeditan)

Pengeditan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan isi kuesioner dengan tujuan agar data masuk dan dapat diolah secara benar, sehingga pengolahan data memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti.

2. Coding (pengkodean)

Setelah data diperoleh dan telah dilakukan pengeditan maka peneliti melakukan pengkodean pada setiap jawaban responden untuk mempermudah analisis data yang telah dikumpulkan.

3. Entri

(54)

3.7.2 Analisa Data

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum SD Negeri 064023 Kemenangan Tani Medan

SD Negeri 064023 Kemenangan Tani berada dijalan Letjen Jamin Ginting, Km 12, Kelurahan Kemenangan Tani, Medan Tuntungan. Adapun yang menjadi visi, misi dan tujuan sekolah, yaitu :

Visi :

Berprestasi, Terampil, Beriman dan Bertaqwa. Misi :

1. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan.

2. Memberdayakan pembelajaran yang aktif dan efisien dalam penyelenggaraannya demi prestasi

3. Mengintensifkan pengembangan keterampilan hidup menuju kemandirian. 4. Menciptakan suasana yang kondusif untuk pembentukan kepribadian

peserta didik yang beriman dan bertaqwa.

5. Mengembangkan pengetahuan di bidang IPTEK, bahasa, olahraga dan seni budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi siswa.

6. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan lingkungan. Tujuan :

1. Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan kegiatan pembiasaan

2. Meraih prestasi akademik maupun non-akademik minimal tingkat kota 3. Menguasai dasar-dasar IPTEK sebagai bekal melanjutkan ke sekolah yang

(56)

4. Menjadi sekolah pelopor dan penggerak di lingkungan masyarakat sekitar 5. Menjadi sekolah yang diminati masyarakat.

4.2 Karakteristik Responden

Adapun gambaran karakteristik ibu siswa SD Negeri 064023 Kemenangan Tani yang menjadi responden pada penelitian ini berdasarkan usia, pendidikan dan pekerjaan ibu, yaitu:

4.2.1 Usia Responden

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Usia

NO Usia Jumlah (orang) %

1 < 30 7 12.5

2 30-45 46 82.1

3 > 45 3 5.4

Total 56 100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa pada umumnya responden berusia 30-45 tahun sebanyak 46 orang (82,1%) sedangkan yang lainnya lebih sedikit yaitu berusia <30 tahun ada 7 orang (12,5%) dan usia >45 ada 3 orang (5,4%).

4.2.2 Pendidikan Responden

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pendidikan

NO Pendidikan Jumlah (orang) %

1 SD 4 7.1

2 SMP 7 12.5

3 SMA 29 51.8

4 D3-S3 16 28.6

(57)

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa pendidikan responden lebih banyak adalah tamatan SMA sebanyak 29 orang (51,8%) sedangkan tamatan D3-S3 sebanyak 16 orang (28,6%), SMP sebanyak 7 orang (12,5%), SD sebanyak 4 orang (7,1%).

4.2.3 Pekerjaan Responden

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan

NO Pekerjaan Jumlah (orang) %

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa pekerjaan responden lebih banyak sebagai ibu rumah tangga sebanyak 20 orang (35,7%) dan lainnya (pedagang, petani) sebanyak 18 orang (32,1%), pekerjaan PNS sebanyak 11 orang (19,6%) dan karyawan sebanyak 7 orang (12,5%).

4.3.1 Pengetahuan Ibu Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi

Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Pengertian Gigi

Sehat

NO Apakah yang dimaksud dengan gigi sehat? Jumlah

(58)

Total 56 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas pengetahuan responden terhadap pengertian gigi sehat sudah baik yaitu gigi yang tidak terdapat sisa-sisa makanan dan tanpa ada keluhan sakit gigi serta tidak menimbulkan bau mulut, sebanyak 45 orang (80,4%).

Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Terhadap

Alasan Memelihara Kesehatan Gigi Pada Anak

NO Alasan ibu untuk memelihara kesehatan gigi pada

anak

Berdasarkan tabel 4.5 diatas pengetahuan responden terhadap alasan ibu memelihara kesehatan gigi pada anak sudah baik adalah agar gigi sehat/ tidak berlubang, sebanyak 47 orang (83,9%).

Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Akibat Malas

Memelihara Kesehatan Gigi

NO Akibat jika anak malas memelihara kesehatan gigi Jumlah

(orang) %

1 Gigi menjadi berlubang 54 96,4

2 Gigi ompong 2 3,6

Total 56 100

(59)

Tabel 4.7 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Makanan Untuk Menjaga Pemeliharaan Kesehatan Gigi

NO Makanan untuk menjaga pemeliharaan kesehatan

gigi

Berdasarkan tabel 4.7 diatas pengetahuan responden terhadap makanan yang sering disediakan untuk menjaga pemeliharaan kesehatan gigi sudah baik yaitu buah-buahan, sebanyak 51 orang (91,1%).

Tabel 4.8 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Penyebab Gigi

Berlubang

NO Penyebab gigi berlubang pada anak Jumlah

(orang)

Berdasarkan tabel 4.8 diatas pengetahuan responden terhadap penyebab gigi berlubang pada anak sudah baik yaitu karena kurang rajin menyikat gigi, sebanyak 52 orang (92,9%).

Tabel 4.9 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Kunjungan Ke

Petugas Kesehatan

NO Pada Saat Kapan Ibu Membawa Anak Ke Petugas

(60)

3 Hanya memeriksakan gigi saja 3 5.4

4 Mencabut gigi saja 2 3.6

Total 56 100

Berdasarkan tabel 4.9 diatas pengetahuan responden terhadap kunjungan ke petugas kesehatan kurang baik dimana responden lebih banyak menjawab bila anak mengalami sakit gigi saja yaitu 29 orang (51,8%).

Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Tempat untuk

Memeriksakan Gigi

NO Tempat untuk memeriksakan gigi Jumlah

(orang)

Berdasarkan tabel 4.10 diatas pengetahuan responden terhadap tempat untuk memeriksakan gigi adalah puskesmas atau klinik gigisudah baik yaitu 53 orang (94,6%).

Tabel 4.11 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Waktu

Menyikat Gigi

NO Berapa kali ibu menyuruh anak untuk menyikat

gigi dalam sehari

(61)

Tabel 4.12 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Waktu Menyikat Gigi

NO Waktu Menyikat Gigi Jumlah

(orang) %

1 Pagi hari saat mandi saja 12 21.4

2 Malam hari 2 3.6

3 Sesudah sarapan dan malam sebelum tidur 42 75.0

Total 56 100

Berdasarkan tabel 4.12 diatas pengetahuan responden waktu menyikat gigi sudah baik yaitu sesudah sarapan dan malam sebelum tidur, sebanyak 42 orang (75%).

Tabel 4.13 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Akibat

Memakan Makanan yang Mengandung Gula

NO Akibat memakan makanan yang mengandung gula Jumlah

(orang) %

1 Gigi berlubang dan akan merasakan sakit gigi 55 98.2

2 Tidak ada masalah 1 1,8

Total 56 100

Berdasarkan tabel 4.13 diatas pengetahuan responden terhadap akibat memakan makanan yang mengandung gula jika tidak dijaga kebersihan gigi dan mulut akan mudah mengakibatkan gigi berlubang dan akan merasakan sakit gigi, sudah baik yaitu sebanyak 55 orang (98,2%).

Tabel 4.14 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Akibat Tidak

(62)

NO Akibat tidak menggosok gigi Jumlah

Berdasarkan tabel 4.14 diatas pengetahuan responden terhadap akibat jika tidak rajin menggosok gigi sudah baik yaitu akan menyebabkan gigi berlubang dan bau mulut, sebanyak 55 orang (98,2%).

Tabel 4.15 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Alasan Gigi

Berlubang Perlu Ditambal

NO Alasan gigi berlubang perlu ditambal Jumlah

(orang) %

1 Sebab gigi berlubang akan menyebabkan penyakit lain dan menimbulkan sakit gigi

53 94.6

2 Agar tidak merusak estetika pada gigi 2 3.6

3 Agar tidak bau mulut 1 1.8

Total 56 100

Berdasarkan tabel 4.15 diatas pengetahuan responden terhadap alasan gigi yang berlubang perlu ditambal sudah baik yaitu sebab gigi berlubang akan menyebabkan penyakit lain dan menimbulkan sakit gigi sebanyak 53 orang (94,6%).

Tabel 4.16 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Akibat Yang

Ditimbulkan Jika Tidak Menyikat Gigi

(63)

(orang)

1 Karang gigi 55 98.2

2 Gigi berubah warna 1 1.8

Total 56 100

Berdasarkan tabel 4.16 diatas pengetahuan responden terhadap akibat yang ditimbulkan jika tidak menyikat gigi sudah baik yaitu timbul karang gigi, sebanyak 55 orang (98,2%).

Tabel 4.17 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Akibat Makanan

Manis Yang Tidak Dibersihkan Pada Malam Hari

NO Akibat makanan manis yang tidak dibersihkan pada

malam hari

Jumlah (orang)

%

1 Lubang gigi dan menimbulkan rasa sakit gigi pada anak 42 75.0 2 Anak-anak jadi malas untuk membersihkan gigi 9 16.1

3 Tidak ada masalah pada gigi anak 5 8.9

Total 56 100

Berdasarkan tabel 4.17 diatas pengetahuan responden tentang akibat makanan manis yang tidak dibersihkan pada malam hari sudah baik yaitu timbul lubang gigi dan menimbulkan rasa sakit gigi pada anak, sebanyak 42 orang (75%).

4..3.2 Kategori Pengetahuan Responden

Tabel 4.19 Distribusi Kategori Pengetahuan Responden

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.3
Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Akibat Malas
Tabel 4.9 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Kunjungan Ke
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan prilaku menyikat gigi pada anak.. Metode: Penelitian

Apakah Ibu/Bapak menyediakan perlengkapan perawatan kesehatan gigi dan mulut (sikat gigi, pasta gigi, pembersih lidah, dan sebagainya) untuk anak Ibu/Bapak agar mampu

Sisa makanan yang dibiarkan menempel pada sela-sela gigi dapat menyebabkan plak gigi Sikap ibu hamil dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Bahu Manado

vii RINGKASAN PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SERTA KETERAMPILAN MENYIKAT GIGI Studi dilakukan pada Siswa Kelas IV SDN 5 Dauh

3 Hasil penelitian Widiatmika 2022, tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Serta Keterampilan Menyikat Gigi Pada Siswa Kelas IV dan V SDN 2 Medahan

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian gambaran tingkat pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta keterampilan menyikat gigi terhadap 32 orang siswa kelas IV di

Gambaran Tingkat Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut serta Keterampilan Menyikat Gigi pada Siswa Kelas IV dan V Tahun 2022 Studi Dilakukan di SDN Semarapura Kauh Kecamatan Klungkung

Menurut Budiharto 2010 ada beberapa perilaku untuk pemeliharaan kesehatan gigi antara lain, memilih sikat gigi, menggunakan pasta gigi, melakukan kontrol plak, menyikat gigi dengan