• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Organ Ovarium dan Uterus Tikus Betina Prapubertas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Organ Ovarium dan Uterus Tikus Betina Prapubertas"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PEMBERIAN EKSTRAK TEMPE TERHADAP

ORGAN OVARIUM DAN UTERUS TIKUS BETINA

PRAPUBERTAS

NOORSYAKILAH BINTI MOHAMUD

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Organ Ovarium dan Uterus Tikus Betina Prapubertas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

Noorsyakilah Binti Mohamud

(4)

ABSTRAK

NOORSYAKILAH BINTI MOHAMUD. Peran Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Organ Ovarium dan Uterus Tikus Betina Prapubetas. Dibimbing oleh NASTITI KUSUMORINI dan ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS.

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari potensi pemberian fitoestrogen tempe terhadap perkembangan reproduksi tikus (Rattus norvergicus) betina. Sebanyak 18 ekor tikus betina usia 21 hari dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan perlakuan yang diberi esktrak tempe dengan konsentrasi 0.25 gr per ekor setiap hari pada umur 21 hari sampai 48 hari. Pada saat tikus betina berumur 28, 42 dan 56 hari dilakukan pengambilan sampel darah, ovarium dan uterus. Parameter yang diamati untuk melihat perkembangan reproduksi meliputi kadar hormon estrogen, bobot basah dan kering organ reproduksi betina, kadar air, total DNA dan RNA. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan t-test dengan selang kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan hormon estrogen, bobot basah dan kering organ ovarium dan uterus kelompok perlakuan pada umur 42 hari tetapi tidak berpengaruh terhadap total DNA dan RNA organ.

Kata kunci: estrogen, fitoestrogen, ovarium, total DNA dan RNA, uterus

ABSTRACT

NOORSYAKILAH BINTI MOHAMUD. The Role of Tempe Extract Treatment to The Ovarium and Uterus in Prepuberty Female Rats. Under supervision of NASTITI KUSUMORINI and ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS.

This research was conducted to study the potential of tempe phytoestrogen to the reproduction performance in female rats (Rattus norvergicus). There were 18 of 21-days old of female rats were divided into two groups, which were control group without given tempe extract and treatment group that has been given the tempe extract with a concentration of 0.25 gr everyday at the the age of 21-days old until 48 days-old. The female rats were sacrificed at the age of 28th, 42nd and 56th days-old to collect the samples of blood, ovarium and uterus. Parameter measured were the rate of estrogen hormone, wet and dry weight, water content, total of DNA and total of RNA. Data were analysed using Independent Samples T-Test method with 95% confidence interval. Result showed the increasing of wet and dry weight of ovarium and uterus in treatment group at the age of 42 days but there was no influence on the total of DNA and RNA of organs.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PERAN PEMBERIAN EKSTRAK TEMPE TERHADAP

ORGAN OVARIUM DAN UTERUS TIKUS BETINA

PRAPUBERTAS

NOORSYAKILAH BINTI MOHAMUD

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Peran Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Organ Ovarium dan Uterus Tikus Betina Prapubertas

Nama : Noorsyakilah Binti Mohamud NIM : B04098003

Disetujui oleh

Dr Nastiti Kusumorini Pembimbing I

Dr drh Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

drh. Agus Setiyono, M.S., Ph.D, APVet Wakil Dekan

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Alhamdulillah robbil’ alamin yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul, “Peran Pemberian Ekstrak Tempe Terhadap Organ Ovarium dan Uterus Tikus Betina Prapubertas”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan jutaan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya dalam memberi kekuatan dan ketabahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ayah dan Ibu yang sentiasa sabar menanti keberhasilan putri mereka ini dalam mencapai segulung ijazah dan segala bentuk dukungan secara fisik maupun mental yang tidak pernah jemu diberikan.

3. Dr. Nastiti Kusumorini dan Dr drh Aryani Sismin Satyaningtijas. M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

4. Dr. drh. Sri Murtini, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan semangat sepanjang kuliah di FKH. 5. Staf laboratorium Fisiologi dan Farmakologi (Ibu Ida, Ibu Sri, Pak Edi,

Pak Wawan dkk), Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

6. Pihak Jabatan Perkhidmatan Awam Negeri Sabah, bahagian beasiswa kerajaan negeri.

7. Teman-teman satu penelitian: Novia Puspitasari, St. Nurul Muslinah dan Resya Soffiana.

8. Bapak dan Ibu dosen FKH IPB tercinta yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan FKH 46 dan mahasiswa PKPMI Bogor atas dukungan dan doanya selama ini.

Penulis menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi ini. Namun penulis tetap berharap, semoga penulisan skripsi ini bermanfaat dan memberikan tambahan ilmu bagi penulis dan pembaca.

Bogor, November 2013

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Alat dan Bahan 3

Prosedur Penelitian 3

Pengukuran Parameter 4

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Kadar Hormon Estrogen

Tikus Betina Prapubertas 6

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Pertumbuhan Organ Ovarium

Tikus Betina Prapubertas 7

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Pertumbuhan Organ Uterus

Tikus Betina Prapubertas 10

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 15

(12)

DAFTAR TABEL

1 Rataan kadar hormon estrogen tikus betina prapubertas 6 2 Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ

ovarium 7

3 Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ

uterus 10

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan Protokol Penelitian 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisa data estradiol tikus betina prapubertas 15 2 Analisa data bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan

total RNA organ ovarium tikus betina prapubertas 16 3 Analisa data bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan baru yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan suatu generasi. Dalam sistem reproduksi, selain organ reproduksi yang sehat hormon reproduksi juga memegang peranan yang penting. Hormon tersebut adalah hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium, korpus luteum, plasenta dan korteks adrenal pada wanita maupun hewan betina (Sudatri 2006). Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), anak tikus akan mencapai pubertas pada umur 50– 60 hari dan boleh dikawinkan pada umur 65–110 hari. Hormon estrogen dihasilkan dari masa pubertas yaitu sekitar usia 8 minggu sampai berhentinya masa reproduksi kurang lebih pada umur 2.5 tahun. Hormon ini berperan dalam reproduksi dengan cara merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi, perkembangan sifat seksual sekunder, perilaku persiapan kawin (siklus estrus), dan mempersiapkan perkembangan kelenjar ambing (Hafez et al. 2000). Menurut Ganong (2003), estrogen sangat berperan terhadap awal berfungsinya organ reproduksi yang dikenal sebagai usia pubertas, yang ditandai dengan terjadinya siklus estrus dan ovulasi. Pada hewan betina, estrogen berperan meningkatkan kinerja reproduksi dengan cara merangsang pertumbuhan uterus untuk meningkatkan massa endometrium dan miometrium, merangsang kontraktil uterus, proliferasi dan differensiasi epitel vagina, merangsang perkembangan duktus kelenjar ambing dan mempengaruhi perkembangan alat kelamin sekunder (Gultom 2001). Proses proliferasi dan differensiasi ini diawali dengan ikatan estrogen dan reseptor yang ada pada sel-sel penyusun kelenjar endometrium. Ikatan estrogen dan reseptornya tersebut akan mengawali terjadinya sintesis protein dan menyebabkan terjadinya proliferasi dan differensiasi sel penyusun kelenjar endometrium (Burkitt et al. 1999).

(14)

2

aktivitas estrogen yang dapat meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga meningkatnya penebalan endometrium, uterus membesar, bobotnya meningkat serta aktivitasnya meningkat. Hal ini karena isoflavon berfungsi sebagai fitoestrogen yang dapat berikatan reseptor estrogen di dalam tubuh.

Tempe merupakan salah satu produk olahan hasil fermentasi kedelai yang mengandung isoflavon dan dikenal baik oleh masyarakat Asia. Proses fermentasi ini menyebabkan jumlah kandungan isoflavon dalam tempe meningkat (Cahyadi 2007). Safrida (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pembuatan tepung tempe menggunakan lebih banyak kedelai sehingga kadar isoflavon dalam tepung tempe lebih tinggi daripada tepung kedelai. Hal ini senada dengan penelitian Suprihatin (2008) yang mengungkapkan bahwa total senyawa isoflavon pada tepung tempe lebih tinggi yaitu 901.24 mg/kgBK dibandingkan tepung kedelai sebanyak 206.37 mg/kgBK. Pada penelitian ini, anak tikus betina usia prapubertas diberikan ekstrak tempe yang mengandung isoflavon dan bersifat estrogenik sehingga kadar estrogen diharapkan bertambah di dalam tubuh yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan organ reproduksi anak tikus betina tersebut setelah dewasa.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peran pemberian ekstrak tempe pada tikus betina prapubertas terhadap kadar hormon estrogen serta kadar DNA dan RNA ovarium dan uterus pada umur 28, 42 dan 56 hari.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efektivitas senyawa isoflavon pada tempe yang diberikan pada tikus betina prapubertas terhadap pertumbuhan ovarium dan uterus yang ditunjukkan dengan kadar hormon estrogen serta kadar DNA dan RNA. Data yang diperoleh diharapkan dapat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang kedokteran.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

(15)

3 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tikus individu berpenutup kawat, spuid cekok, alat bedah minor, timbangan analitik, mortar dan stamper, oven, syringe 1 ml dan 3 ml, tabung effendorf, tabung reaksi dan rak, alat sentrifugasi darah, pipet tetes, freezer, kit DRG Estradiol ELISA EIA-293 produksi DRG Instruments GmbH, Germany, dan spektrofotometer Hitachi tipe U-2001.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak tempe yang berasal dari tempe hasil ekstraksi menggunakan penambahan larutan ekstraksi etanol 70% buatan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balitro), aquades, formalin dan eter. Pada pengujian kadar RNA digunakan TCA 5%, KOH 1 N, H2O, HCl 1 N, FeCl3 0.1%, orcinol dan standar RNA. Sedangkan pada

pengujian kadar DNA digunakan Genomic DNA Mini Kit (Tissue) yang mengandung GT buffer, GBT buffer, wash buffer, elution buffer dan Proteinase K.

Prosedur Penelitian

Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus betina (Rattus norvegicus) berumur 21 hari sebanyak 18 ekor. Tikus betina tersebut dipelihara dalam kandang yang terbuat dari plastik berukuran 30x20x12cm, yang dilengkapi kawat kasa penutup pada bagian atasnya. Dasar kandang dialasi dengan sekam untuk menyerap urin dan feses. Pakan yang diberikan adalah pakan komersial yang biasanya diberikan untuk pemeliharaan tikus. Pakan dan minum diberikan ad libitum.

(16)

4

Gambar 1. Bagan protokol penelitian

Pengukuran Parameter

Konsentrasi kadar hormon estrogen

Konsentrasi kadar hormon estrogen diukur menggunakan sampel serum darah dan dilakukan dengan teknik ELISA dengan memakai kit komersial. Pengukuran dilakukan di Laboratorium Hormon, Unit Reproduksi dan Rehabilitasi, Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, FKH-IPB. Hasil yang diperoleh dinyatakan dalam satuan pg/mL.

Bobot basah organ

Organ ovarium dan uterus yang diperoleh setelah dibedah ditimbang menggunakan timbangan analitik untuk mendapatkan data bobot basah yang dinyatakan dalam gram. Kedua organ kemudian dimasukkan ke dalam botol berisi larutan NBF untuk keperluan analisis DNA dan RNA.

Bobot kering organ

Setelah diukur bobot basah, organ ovarium dan uterus dikeringkan menggunakan oven selama 3 hari. Organ yang telah kering ditimbang menggunakan timbangan analitik untuk mendapatkan data bobot kering. Kedua organ kemudian digerus untuk keperluan analisis DNA dan RNA.

Kadar air organ

Kadar air organ ovarium dan uterus dapat diperoleh dengan rumus: Kadar air (%) = Bobot basah - bobot kering X 100%

Bobot basah Kontrol (K):

Tidak diberi perlakuan

Perlakuan (P) :

Diberi ekstrak tempe selama 28 hari

Tikus betina umur 56 hari Tikus betina

umur 42 hari Tikus betina

umur 28 hari

Diukur bobot basah, bobot kering, kadar DNA dan RNA dan kadar estrogen pada darah Tikus betina prapubertas disapih umur 21 hari

(17)

5 Kadar DNA organ

Pengujian konsentrasi DNA dilakukan dengan menggunakan Genomic DNA Mini Kit (Tissue). Sampel diekstraksi dengan mengeringkan ovarium dan uterus di oven pada suhu 50–60°C. Kemudian digerus lalu dimasukkan ke dalam

micropestle. Selanjutnya ditambahkan 200 µl larutan GT buffer ke dalam

micropestle dan dihomogenkan dengan pengilingan. Sampel kemudian ditambahkan 20 µl larutan proteinase K dan diaduk kuat lalu diinkubasi selama 30 menit untuk proses lisis. Larutan GBT buffer kemudian ditambahkan sebanyak 200 µl ke dalam sampel dan dihomogenkan selama 5 detik kemudian diinkubasikan pada suhu 60oC selama 20 menit untuk memastikan proses lisis optimal. Sebanyak 200 µl larutan etanol dicampurkan ke dalam sampel yang telah dilisiskan dan dihomogenkan selama 10 detik untuk proses perlekatan DNA. Sampel tersebut kemudian dipindahkan ke dalam GD Column dan disentrifuse dengan kecepatan 14-16,000 x g selama 2 menit. Selanjutnya 400 µl larutan W1 buffer dimasukkan ke dalam GD Column dan disentrifuse pada kecepatan 14-16,000 x g selama 30 detik dan ditambahkan 600 µl larutan wash buffer yang telah ditambahkan etanol kemudian disentrifuse kembali pada kecepatan yang sama selama 30 detik untuk proses pencucian. Column matrix pada GD column

kemudian disentrifuse kembali untuk dikeringkan. Selanjutnya 100 µl larutan

elution buffer yang telah dipanaskan terlebih dahulu ditambahkan ke dalam

column matrix tersebut dan dibiarkan selama 5 menit untuk memastikan elution buffer telah diabsorbsi. Eluen disentrifuse dengan kecepatan 14-16,000 x g selama 30 detik untuk memisahkan DNA yang telah dimurnikan. Konsentrasi DNA dalam tabung dibaca dengan spektrofotometer U-2001 Merk Hitachi 670 µm pada panjang gelombang 260 nm. Konsentrasi DNA dinyatakan dalam satuan milligram per gram sampel. Perhitungan total kadar DNA dapat diperoleh dengan rumus:

Total kadar DNA (mg) = Konsentrasi DNA (mg/gr sampel) X Bobot kering (gr) Kadar RNA organ

(18)

6

Selanjutnya semua tabung ditutup dengan aluminium foil dan diletakkan pada penangas selama 30 menit. Pemanasan diusahakan merata untuk setiap tabung sehingga larutan akan berwarna hijau. Konsentrasi RNA dalam tabung dibaca dengan spektrofotometer U-2001 Merk Hitachi 670 µm pada panjang gelombang 280 nm. Konsentrasi RNA dinyatakan dalam satuan milligram per gram sampel. Perhitungan total kadar RNA dapat diperoleh dengan rumus:

Total kadar RNA (mg) = Konsentrasi RNA (mg/gr sampel) X Bobot kering (mg)

Analisis Data

Hasil yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan analisa independent samples t-test pada selang kepercayaan 95% untuk melihat perbedaan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Analisis data ini menggunakan software SPSS 16.0 untuk Windows 2007 dan dinyatakan dalam rataan± simpangan baku.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Kadar Hormon Estrogen Tikus Betina Prapubertas

Kadar hormon estrogen tikus betina prapubertas yang diberi ekstrak tempe dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Hasil yang diperoleh merupakan rataan ± simpangan baku.

Tabel 1 Rataan kadar hormon estrogen tikus betina prapubertas

Kadar hormon estrogen (pg/mL)

Umur (hari)

Kelompok

Kontrol Perlakuan

28 5.380 ± 2.470a 16.206 ± 1.423b

42 7.180 ± 3.039a 16.730 ± 1.796b

56 17.657 ± 2.210 27.703 ± 10.374

a

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata pada taraf uji 5%.

(19)

7 tidak dapat berikatan dengan reseptornya dan akan mengakibatkan jumlah estrogen bebas meningkat. Ikatan ini mengakibatkan proliferasi sel folikel ovarium meningkat sehingga kadar hormon estrogen meningkat. Sedangkan pada umur 56 hari ekstrak tempe tidak memberikan pengaruh secara nyata terhadap kadar hormon estrogen. Hal ini diduga karena hormon estrogen endogen pada tikus umur tersebut sudah mulai dihasilkan oleh ovarium. Menurut Malole dan Pramono (1989), tikus betina mengalami pubertas apabila mencapai pada umur 50–60 hari. Oleh karena itu, kadar estrogen endogen dalam darah tikus pada usia 56 hari tetap meningkat dan berikatan dengan reseptor estrogen karena adanya afinitas isoflavon terhadap reseptor estrogen yang sangat rendah jika dibandingkan dengan estrogen endogen sehingga diperlukan jumlah fitoestrogen yang besar untuk memperoleh efek yang memadai seperti estrogen (Tsourounis 2004). Namun, potensi fitoestrogen diketahui lebih kecil dari potensi estrogen alami (Winarsi 2005).

Hormon estrogen dihasilkan oleh sel teka interna dari folikel ovarium dan sedikit oleh korpus luteum yang berfungsi merangsang perkembangan jaringan yang terlibat dalam reproduksi. Umumnya hormon ini merangsang ukuran dan jumlah sel dengan meningkatkan kecepatan sintesis protein. Zat yang dihasilkan oleh ovarium adalah estradiol. Terdapat tiga bentuk estrogen di dalam plasma hewan betina utama yaitu 17β estradiol, estron dan estriol (Johnson dan Everitt 1995).

Dalam penelitian ini, tikus betina prapubertas diasumsikan belum mampu menghasilkan hormon estrogen yang optimal sehingga diberikan sumber fitoestrogen dari ekstrak tempe yang dapat meningkatkan kadar hormon estrogen dan merangsang pertumbuhan organ ovarium dan uterus.

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Pertumbuhan Organ Ovarium Tikus Betina Prapubertas

Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ ovarium tikus betina prapubertas pada umur 28, 42 dan 56 hari dari kelompok kontrol dan perlakuan tertera pada Tabel 2.

Tabel 2 Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA total RNA organ ovarium

Parameter

yang diamati Usia (hari)

Kelompok

Kontrol Perlakuan

Bobot basah (g)

28 0.018±0.006 0.018±0.004

42 0.022±0.005a 0.036±0.004b

56 0.044±0.025 0.057±0.014

Bobot kering (g)

28 0.004±0.001 0.004±0.001

42 0.004±0.001a 0.009±0.003b

(20)

8

a

Angka yang diiki oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Dari hasil analisis bobot basah dan bobot kering ovarium, pemberian ekstrak tempe pada anak tikus betina usia 42 hari meningkatkan bobot basah dan bobot kering ovarium secara signifikan (P<0.05) pada kelompok perlakuan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Putra (2009) yang menyatakan bahwa terjadinya peningkatan bobot ovarium pada tikus umur 4 dan 6 minggu akibat pemberian fitoestrogen kedelai. Sedangkan pada umur 28 dan 56 hari ekstrak tempe tidak menunjukkan pengaruh. Pada umur 28 hari kadar hormon estrogen yang terdapat dalam darah masih rendah dan pada umur 56 hari pemberian fitoestrogen telah dihentikan, sehingga yang berpengaruh terhadap bobot ovarium adalah hormon estrogen endogen yang telah dihasilkan oleh ovarium. Putra (2009) melaporkan bahwa tingginya bobot ovarium tikus betina usia 8 minggu diperkirakan bukan atas pengaruh fitoestrogen tetapi adanya estrogen endogen yang berperan dalam meningkatkan bobot ovarium.

Ovarium merupakan organ reproduksi primer pada betina yang mempunyai dua fungsi yaitu sebagai kelenjar eksokrin yang menghasilkan ovum dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon reproduksi. Normalnya ovarium akan memproduksi satu folikel dominan yang akan mengalami ovulasi pada setiap siklus menstruasi. Folikel dominan akan memproduksi estradiol pada saat fase folikuler dari siklus ovarium. Setelah ovulasi, folikel akan berubah menjadi korpus luteum yang akan mensekresi progesteron dalam jumlah besar saat fase luteal dari siklus menstruasi. Estradiol dan progesteron bekerja pada uterus untuk mempersiapkan kondisi uterus sebagai tempat implantasi embrio (Anwar 2005). Tingginya bobot ovarium pada usia 42 hari akibat pemberian ekstrak tempe adalah karena fitoestrogen dapat berikatan dengan reseptor estrogen pada ovarium dengan cara mengaktivasi sel dan menginduksi proliferasi sel-sel ovarium sehingga terjadi penambahan jumlah sel dalam ovarium yang akan meningkatkan massa ovarium (Suttner et al. 2005). Tingginya bobot basah ovarium ini juga diperkirakan berasal dari pertambahan sel mesenkhim dan sel folikuler ovarium yang disertai dengan peningkatan kadar cairan dalam ovarium. Cairan ini adalah transudat dari serum dan mukopolisakarida yang disekresikan oleh sel-sel granulosa (Takashima et al. 2006).

Bobot kering merupakan bobot yang bebas dari kandungan air dan lemak yang hanya terdiri dari protein dan asam nukleat. Penghilangan air dan lemak ini bertujuan untuk melihat adanya materi protein yang menunjukkan aktivitas ovarium dan uterus. Peningkatan bobot kering secara nyata pada usia 42 hari

Kadar air (%)

28 80.404±2.544 80.273±3.514

42 80.093±0.497 78.379±3.119

56 78.884±3.932 77.552±9.155

Total kadar DNA

(mg)

28 210.500±156.875 382.277±44.389

42 191.172±61.573 197.640±100.199

56 154.472±14.593 246.360±150.761

Total kadar RNA

(mg)

28 246.900±71.675 296.970±120.040

42 242.260±51.742 341.950±49.270

(21)

9 menunjukkan fitoestrogen tempe mampu meningkatkan aktivitas sintesa protein ovarium yang digambarkan dengan total RNA ovarium. Peningkatan bobot basah dan bobot kering ini seiring dengan peningkatan konsentrasi estradiol pada usia 42 hari. Estradiol merupakan bentuk estrogen yang paling aktif yang diproduksi oleh sel-sel ovarium, yang diperlukan untuk pematangan normal pada wanita (Pramana 2004) dan dapat mencapai puncak pada saat estrus.

Kadar air ovarium dari hasil analisis menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0.05) pada setiap umur. Kadar air ovarium cenderung menunjukkan penurunan pada setiap tingkat umur untuk kedua kelompok kontrol dan perlakuan. Terjadinya penurunan kadar air ovarium disebabkan meningkatnya jumlah sel dan bukan karena inhibisi air (Sudatri 2006).

Menurut Jusuf (1988) DNA merupakan pusat pengendalinya jalannya metabolisme protein di dalam sel. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak tempe tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap total DNA. Hasil ini sejalan dengan penelitian Naciff et al. (2003) yang menyatakan bahwa pemberian pakan yang mengandung fitoestrogen pada tikus betina prapubertas tidak selalu memberi respon yang nyata terhadap ekspresi gen DNA dan RNA organ ovarium akan tetapi tergantung dengan kadar hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. Peningkatan kadar hormon estrogen yang nyata pada umur 28 dan 42 hari dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hormon estrogen mampu berikatan dengan reseptor estrogen sehingga pemberian fitoestrogen tidak memberikan efek terhadap aktivitas selular ovarium. Aktivitas estrogen di dalam sel dimulai setelah terjadi ikatan estrogen dengan reseptor di dalam sitosol. Kompleks estrogen dan reseptor selanjutnya berdifusi ke dalam inti sel dan melekat pada DNA. Ikatan kompleks estrogen-reseptor dengan DNA menginduksi sintesis dan ekspresi mRNA berupa sintesis sehingga meningkatkan aktivitas sel target, yang ditunjukkan dengan terjadinya proliferasi sel (Ganong 2003). Peningkatan proliferasi sel pada organ ovarium mengakibatkan sel-sel folikel lebih cepat mengalami pematangan hingga terjadinya ovulasi. Proses ovulasi yang lebih cepat menunjukkan bahwa usia pubertas tikus lebih cepat, kemampuan reproduksi pada hewan betina akan meningkat dengan meningkatnya hormon estrogen dalam darah (Suprihatin 2008). Tingginya kadar hormon estrogen dapat dikatakan akan memacu proliferasi sel dan mitosis sel yang digambarkan dengan meningkatnya sintesis DNA pada tikus betina prapubertas.

(22)

10

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe terhadap Pertumbuhan Organ Uterus Tikus Betina Prapubertas

Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ uterus tikus betina prapubertas pada umur 28, 42 hari dan 56 hari dari kelompok kontrol dan perlakuan tertera pada Tabel 3. Hasil yang diberikan merupakan rataan ± simpangan baku.

Organ ovarium memiliki peran yang penting dalam memacu pertumbuhan uterus. Dalam penelitian Debold dan Klaus (1984), perlakuan ovariektomi pada tikus menyebabkan terjadinya atropi pada uterus. Hal ini disebabkan tidak adanya ovarium pada tikus betina menyebabkan tidak terjadinya perkembangan uterus karena ovarium merupakan sumber utama estrogen yang berperan dalam proliferasi sel-sel uterus tersebut. Estrogen menyebabkan meningkatnya vaskularisasi dan aktivitas mitosis uterus yang lebih besar mengakibatkan organ bertambah berat (Hafez et al. 2000). Fitoestrogen tempe seperti halnya estrogen memiliki aktivitas uterotropik yang menyebabkan peningkatan massa uterus. Fitoestrogen ini bekerja dengan cara yang sama seperti estradiol, yaitu dengan berikatan pada ER dan komplek reseptor: ligand untuk menginduksi ekspresi dari gen yang responsif terhadap estrogen sehingga terjadi peningkatan massa uterus.

Pemberian ekstrak tempe berpengaruh nyata terhadap bobot uterus umur 28 dan 42 hari, namun tidak berpengaruh pada umur 56 hari yang sesuai dengan hasil analisis hormon estrogen. Hasil penelitian Putra (2009) menyatakan terjadinya peningkatan bobot uterus tikus pada umur 4 dan 6 minggu akibat pemberian fitoestrogen kedelai. Hal ini menunjukkan estrogen eksogen yang dimasukkan ke dalam tubuh tikus sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan organ uterus. Pada umur 56 hari tidak menunjukkan pengaruh karena hormon estrogen endogen mulai meningkat dengan adanya sekresi dari ovarium yang dapat memacu perkembangan uterus.

Tabel 3 Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ uterus

Parameter yang

diamati Umur

(hari)

Kelompok

Kontrol Perlakuan

Bobot basah (g)

28 0.016±0.009a 0.031±0.004b

42 0.019±0.005 0.048±0.025

56 0.179±0.166 0.198±0.071

Bobot kering (g)

28 0.003±0.002a 0.006±0.001b

42 0.005±0.001a 0.010±0.003b

56 0.035±0.029 0.033±0.010

Kadar air (%)

28 78.714±4.420 80.807±1.784

42 74.949±1.124 78.195±5.600

56 78.532±3.178 82.536±3.407

Total kadar DNA (mg)

28 144.970±50.384 145.900±19.871

42 131.560±38.752 151.360±17.661

(23)

11

Total kadar RNA (mg)

28 183.230±90.093 258.550±60.454

42 192.340±32.894 289.020±70.177

56 1049.400±772.370 1126.650±360.547

a

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Aktivitas estrogenik hormon estrogen akan mempengaruhi aktivitas proliferasi sel epitelium (Cooke et al. 1998) dan seterusnya mempengaruhi tebal endometrium uterus dan sekreta yang dihasilkan oleh kelenjar uterus (Puspitadewi dan Sunarno 2007). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak tempe tidak memberi pengaruh terhadap kadar air. Namun kadar air uterus kelompok perlakuan cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Terjadinya pembendungan air pada uterus tikus enam jam setelah penyuntikan estrogen pernah dilaporkan oleh Partodihardjo (1992) akibat pemberian estrogen eksogenik. Proses retensi air ini akan meningkatkan kemampuan substrat dan ion-ion yang diperlukan untuk pertumbuhan uterus. Hardjoprantojo (1995) menyatakan bahwa estrogen menyebabkan uterus bertambah berat akibatnya adanya pembendungan air.

(24)

12

paparan estrogen. Ilhami (2007) melaporkan bahwa estrogen meningkatkan pertumbuhan uterus dengan meningkatkan sintesis asam nukleat serta adanya retensi nitrogen dalam endometrium.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian ekstrak tempe sebanyak 0.25 gr per ekor setiap hari memiliki efek estrogenik yaitu meningkatkan hormon estrogen, bobot basah dan kering organ ovarium serta uterus pada kelompok perlakuan pada umur 42 hari tetapi tidak berpengaruh terhadap total kadar DNA dan RNA.

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian ekstrak tempe terhadap pertumbuhan organ ovarium dan uterus pada umur setelah pubertas. Selain itu, perlu juga dipelajari tentang dosis pemberian ekstrak tempe yang dapat menghambat pertumbuhan ovarium dan uterus pada tikus betina prapubertas.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar R. 2005. Morfologi dan fungsi ovarium. Bandung (ID) : Universitas Padjajaran.

Burkitt HG, Barbara Y dan John WH. 1999. Wheater’s Functional Histology. A Text and Colour Atlas. Ed.ke-3. Edinburgh (SCT): Churchill Livingstone. Cahyadi W. 2007. Kedelai Khasiat Dan Teknologi. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Cooke PS, Buchanan DL, Lubhan DB dan Cruncha GR. 1998. Mechanism of

oestrogen action: lesson from the oestrogen receptor-knockout mouse. Biol Reprod. 59:470-475.

Cutler GB. 1997. The role of estrogen in bone growth and maturation during childhood and adolescence. J Steroid Biochem Mol Biol. 61:141-144.

Debold JF dan Klaus AM. 1984. Aggression persists after ovariectomy in female rats. USA (US): Tufts University Pr.

Dewantoro E. 2001. Rasb RNA/DNA, karakter morfometrik dan komposisi daging ikan mas (Cyprinus carpio L.) strain sinyonya, karper kaca dan hibridanya [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(25)

13 Gultom YN. 2001. Effektivitas penyuntikan PMSG sebelum perkawinan induk pada bobot organ dan ukuran tubuh anak tikus putih usia lepas sapih. [skripsi] . Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Guyton AC dan Hall JE .1996. Human physiology and mechanism of disease . Ed. ke-6. Philadelphia (US) : W.B. Saunders Company.

Hafez ESE, Jainudeen MR dan Rosnina Y. 2000. Hormones, Growth Factors And Reproduction. Di dalam:Reproduction in Farm Animals. Ed. ke-7. South Carolina (USA) : Blackwell Publ.

Haibin W, Susane T, Huirong X, Gregory H,Sanjoy KD dan Sudhansu KD. 2005. Variation in comercial rodent diets induces disperate molecular and physiological changes in the mouse uterus. Proceedings of the National Academy of Sciences 28(102): 9960-9965.

Hardjopranjoto S. 1995. Ilmu kemajiran pada ternak. Surabaya (ID): Airlangga Univ Pr.

Ilhami W. 2007. Gambaran pertumbuhan dan kinerja reproduksi uterus tikus (Rattus norvegicus) pada masa kebuntingan akibat pemberian bST. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Johnson MH dan Everitt BJ. 1995. Essential Reproduction. Ed ke-3. London (UK): Blackwell Sci. Publ.

Jusuf M. 1988. Genetika Dasar 1: Ekspresi Gen. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mardiati SM dan Sitasiwa AJ. 2008. Korelasi jumlah folikel ovarium dengan konsentrasi hormon estrogen mencit (Mus musculus) setelah konsumsi harian tepung kedelai selama 40 hari. Buletin Anatomi dan Fisiologi 16(2):58.

Malole MBM dan Pramono CSU. 1989. Penggunaan hewan-hewan percobaan di laboratorium. Bogor (ID): IPB Press.

Manalu W dan Sumaryadi MY. 1998. Maternal serum progesterone concentration during gestation and mammary gland growth and development at parturition in javanese thin-tail ewes with carrying a single or multiple fetuses. Small Rum Res. 27: 131- 136.

Markeverich BM, Brett W, Charles LD dan Rebecca RG. 1995. Effects of coumestral on estrogen receptor functon and uterine growth in ovariectomized rats. Environ Health Perspec. 103: 574 -581.

Mege RV, Nasution SH, Kusomorini N dan Manalu W. 2007. Pertumbuhan dan perkembangan uterus dan plasenta babi dengan superovulasi. J Biosci Bioeng

14:1-6.

Moggs JG. Tinwell H, Tracey S dan Hur-Song C. 2004. Phenotypic anchoring of gene expression changes during estrogen-induced uterine growth. Environ Health Perspect. 112(16):1589-1606

Naciff JM, Gary JO, Suzanne MT, Gregory JC, Jay PT, George PD. 2003. Impact of phytoestrogen content of laboratory animal feed on the gene expression profile of the reproductive system in the immature female rat. Toxicol Sci.72:314–330.

Pakasi LS. 2000. Menopause: Masalah dan Penanggulangannya. Jakarta (ID): UI Pr.

(26)

14

Pramana C. 2004. Kadar estradiol serum pada wanita usia reproduksi dengan pendarahan uterus disfungsi [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Puspitadewi S. dan Sunarno. 2007. Potensi agensia anti fertilitas biji tanaman

jarak (Jatropha curcas) dalam memengaruhi profil uterus mencit (Mus musculus) Swiss Webster. Jurnal Sains dan Matematika 15(2):59.

Putra AP. 2009. Effektivitas Pemberian kedelai pada tikus putih (Rattus norvergicus) bunting dan menyusui terhadap pertumbuhan dan kinerja reproduksi anak tikus betina [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Safrida. 2008. Perubahan kadar hormon estrogen pada tikus yang diberi tepung

kedelai dan tepung tempe [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Smith JB dan Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): UI Pr.

Suttner AM, Danilovich NA, Banz WJ, dan Winters TA. 2005. Soy Phytoestrogen :Effects on Ovarian Function [Abstract]. Society for the study of reproduction. Sudatri, N. 2006. Suplementasi somatotropin untuk memperbaiki tampilan

fisiologis tikus betina usia enam bulan dan satu tahun. [tesis] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suprihatin. 2008. Optimalisasi kinerja reproduksi tikus betina setelah pemberian tepung kedelai dan tepung tempe pada usia prapubertas. [tesis] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suprihatin. 2009. Kadar Hormon estrogen dan usia pubertas tikus betina yang diberi tepung kedelai dan tepung tempe pada usia prapubertas [Abstract]. Jakarta (ID): Universitas Nasional.

Takashima-Sasaki K, Komiyama M, Adachi T, Sakurai K, Kato H, Iguchi T dan Mori C. 2006. Effect of exposure to high isoflavone-containing diets on prenatal and postnatal offspring mice. Biosci Biotechnol Biochem.

70(12):2874-2882.

Tanu I. 2005. Farmakologi dan terapi. Ed ke-4. Jakarta (ID): UI Pr.

Tsourounis C. 2004. Clinical effects of fitoestrogens. Clin Obstet Gynecol. 44(4):836–42.

Willbraham AC dan Matta MS. 1986. General Organic and Biological Chemistry.

Ed.ke-2. New York (USA): The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc.

Winarsi H. 2005. Isoflavon berbagai sumber, sifat dan manfaatnya pada penyakit degenaratif. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr.

(27)

15 Lampiran 1 Analisa data estradiol tikus betina prapubertas

1.1Kadar hormon estrogen (pg/mL) usia 28 hari Group Statistics

Kontrol N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

estradiol Kontrol 3 5.3800 2.47049 1.42634

Perlakuan 3 16.7300 1.79608 1.03697

Independent Samples Test

Estradiol

Equal variances assumed

Equal variances not

assumed

Levene's Test for Equality of Variances

F .227

Sig. .658

t-test for Equality of Means

t 6.436 6.436

df 4 3.653

Sig. (2-tailed) .003 .004

Mean Difference 11.35000 11.35000

Std. Error Difference 1.76344 1.76344

95% Confidence Interval of the Difference

Lower 6.45390 6.26462

Upper 16.24610 16.43538

1.2Kadar hormon estrogen (pg/mL) usia 42 hari Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

estradiol Kontrol 3 7.1800 3.03788 1.75392

Perlakuan 3 16.2067 1.42339 .82179

Independent Samples Test

Estradiol

Equal variances assumed

Equal variances not assumed

Levene's Test for Equality of Variances

F 1.874

Sig. .243

t-test for Equality of Means

t -4.660 -4.660

df 4 2.838

Sig. (2-tailed) .010 .021

Mean Difference -9.02667 -9.02667

Std. Error Difference 1.93690 1.93690

95% Confidence Interval of the Difference

Lower -14.40436 -15.39498

(28)

16

1.3Kadar hormon estrogen (pg/mL) usia 56 hari

Independent Samples Test

estradiol Equal

variances assumed

Equal variances not

assumed

Levene's Test for Equality of Variances

F 7.433

Sig. .053

t-test for Equality of Means

t -1.641 -1.641

df 4 2.181

Sig. (2-tailed) .176 .232

Mean Difference -10.04667 -10.04667

Std. Error Difference 6.12409 6.12409

95% Confidence Interval of the Difference

Lower -27.04985 -34.40656

Upper 6.95652 14.31323

Lampiran 2 Analisa data bobot basah,bobot kering,kadar air, total DNA dan total RNA organ ovarium tikus betina prapubertas

1.1 Data bobot basah,bobot kering,kadar air, total DNA, dan total RNA organ ovarium tikus betina prapubertas usia 28 hari

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

BB kontrol 3 .01800 .006000 .003464

perlakuan 3 .01800 .004359 .002517

BK kontrol 3 .00367 .001155 .000667

perlakuan 3 .00367 .001155 .000667

Kadarair kontrol 3 8.04047E1 2.543984 1.468770

perlakuan 3 8.02730E1 3.514072 2.028850

TotalkadarDNA kontrol 3 2.10505E2 156.874502 90.571536

perlakuan 3 3.82776E2 44.389199 25.628116

TotalKadarRNA kontrol 3 2.46908E2 71.675428 41.381828

perlakuan 3 2.96975E2 136.082078 78.567025

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

estradiol Kontrol 3 17.6567 2.21003 1.27596

(29)

17

s t-test for Equality of Means

(30)

18

1.2 Data bobot basah,bobot kering,kadar air, total DNA dan total RNA organ ovarium tikus betina prapubertas usia 42 hari

Group Statistics

TotalkadarDNA 1 3 1.91729E2 61.573485 35.549468

2 3 1.97647E2 100.199338 57.850114

TotalkadarRNA 1 3 2.42268E2 51.741831 29.873160

2 3 3.41951E2 49.270325 28.446236

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

.940 2.10 .442 1.714333 1.823372 -5.778409 9.207075

(31)

19

1.3 Data bobot basah,bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ ovarium tikus betina prapubertas usia 56 hari

Group Statistics

TotalkadarDNA 1 3 1.54473E2 14.593221 8.425400

2 3 2.46361E2 150.760912 87.041853

TotalkadarRNA 1 3 3.99717E2 150.077060 86.647031

2 3 5.38058E2 307.090234 177.298629

Variances t-test for Equality of Means

(32)

20

Lampiran 3 Analisa data bobot basah,bobot kering,kadar air, total DNA dan total RNA organ uterus tikus betina prapubertas

1.1Data bobot basah,bobot kering,kadar air, total DNA dan total RNA organ uterus tikus betina prapubertas usia 28 hari

Group Statistics

TotalkadarDNa 1 3 1.44978E2 50.383969 29.089198

2 3 1.45907E2 19.870547 11.472266

TotalkadarRNA 1 3 1.83233E2 90.093144 52.015301

(33)

21

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

2.093333 2.751775 -9.733485 5.546819

(34)

22

1.2Data bobot basah,bobot kering,kadar air, total DNA, dan total RNA organ uterus tikus betina prapubertas usia 42 hari

Group Statistics

TotalkadarDNA 1 3 1.31563E2 38.751771 22.373345

2 3 1.51360E2 17.661349 10.196785

TotalkadarRNA 1 3 1.92344E2 32.894152 18.991447

2 3 2.89021E2 70.176434 40.516383

Variances t-test for Equality of Means

(35)

23 uterus tikus betina prapubertas usia 56 hari

Group Statistics

TotalkadarDNA 1 3 9.93760E1 19.791403 11.426572

2 3 1.12733E2 19.157247 11.060442

TotalkadarRNA 1 3 1.04942E3 772.370811 445.928495

2 3 1.12651E3 360.546774 208.161777

s t-test for Equality of Means

(36)

24

4.004333 2.690044 -11.473093 3.464426

Equal

4.004333 2.690044 -11.487349 3.478683

TotalkadarDN

15.902827 -57.509994 30.796660

Equal

15.902827 -57.528455 30.815122

(37)

25

RIWAYAT HIDUP

Noorsyakilah Binti Mohamud dilahirkan pada tanggal 6 Oktober 1991 di Hospital Beaufort, Sabah, Malaysia. Merupakan putri tunggal kepada pasangan Mohamud Bin Hj Juriman dan Siti Nafsah Hj Junsin. Anak Pertama dari empat bersaudara.

Menerima pendidikan awal di (TK) Limbawang, Beaufort dan Mempagar, Beaufort dan dilanjutkan ke sekolah dasar, Sekolah Kebangsaan Lajau tahun 1997–1999 dan Sekolah Kebangsaan Kebatu 1999–2003. Penulis melanjutkan Pendidikan Menengah Rendah dan Atas di SM. St. Paul, Beaufort pada tahun 2004–2008.

Gambar

Gambar 1. Bagan protokol penelitian
Tabel 1 Rataan kadar hormon estrogen tikus betina prapubertas
Tabel 2 Bobot basah, bobot kering, kadar air, total  DNA total RNA organ
Tabel 3 Bobot basah, bobot kering, kadar air, total DNA dan total RNA organ uterus

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan seluruh nikmat dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi dengan judul “Kajian Sifat Fisik Dan

Waktu respon dalam sistem komputer adalah jumlah detik yang diperlukan dari saat pengguna memulai aktifitas (biasanya dengan menekan tombol enter atau tombol pada mouse) sampai

- Meningkatnya Standar Pelayanan Kesehatan Jumlah sarana yang memiliki standar pelayanan minimal Dinas Kesehatan 25 Terwujudnya sarana dan prasarana perkotaan yang. memadai

Konawe Kepulauan Bila pada waktu yang telah ditentukan Saudara tidak dapat menyerahkan bukti tersebut, maka penawaran saudara dinyatakan “GUGUR”.. Demikian kami

Dengan demikain terwujudlah apa yang diinginkan Mas Yuma dan Mas Briliant melalui tindak tutur meminta yang disampaikan kepada lawan tuturnya secara implisit dan lawan

Jadi dapat disimpulkan pengertian dari Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem informasi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi akan informasi yang terkait

Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan jasa terhadap kepuasan pelanggan pada PDAM Tirta Musi Unit Kalidoni, Palembang”, Memberikan informasi yang berguna sebagai

Untuk mencapai sasaran Terwujudnya Laporan Keuangan yang efektif di Lingkungan Pemerintah Kota Denpasar , Inspektorat Kota Denpasar menargetkan nilai akuntabilitas