• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Pekerja dan Pengurus Tempat Penimbunan Kayu Tradisional terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan Pekerja dan Pengurus Tempat Penimbunan Kayu Tradisional terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS

TEMPAT PENIMBUNAN KAYU TRADISIONAL

TERHADAP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

ARNALDO PRATAMA LUKMAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan Pekerja dan Pengurus Tempat Penimbunan Kayu Tradisional terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ARNALDO PRATAMA LUKMAN. Pengetahuan Pekerja dan Pengurus Tempat Penimbunan Kayu Tradisional terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dibimbing oleh EFI YULIATI YOVI.

Kegiatan di bidang kehutanan seperti di Tempat Penimbunan Kayu (TPK) merupakan kegiatan yang rentan akan kecelakaan kerja. Rendahnya pemahaman tentang pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat memperbesar risiko terjadinya kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi lingkungan kerja di TPK serta menilai pengetahuan pekerja dan pengurus TPK terhadap K3. Data diperoleh dengan wawancara langsung dari kuisioner dengan menggunakan skala Likert kepada seluruh responden dan pengamatan langsung di lapangan. Data diolah dan dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan nilai setiap responden. Data yang telah didapat dari analisis deskriptif diolah dengan mencari selisih antara pengetahuan responden dengan penilaian berdasarkan standar yang akan dianalisis menggunakan uji Wilcoxon. Pengamatan kondisi lingkungan kerja di TPK menunjukkan nilai iklim kerja, kebisingan, debu masih melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di tempat kerja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan responden termasuk dalam kategori sangat buruk dalam topik (1) informasi dasar K3, (2) alasan dan manfaat K3, (3) hak dan kewajiban pekerja dan pengurus, (4) informasi dasar sumber bahaya, dan (5) informasi nilai ambang batas. Pengetahuan seluruh responden bersifat overestimate yang berarti responden mengira dirinya telah mempunyai pengetahuan yang baik terhadap aspek K3 tetapi sebenarnya tidak. Strategi peningkatan pengetahuan K3 bagi pekerja dan pengurus dapat dilakukan dengan mengadopsi temuan tersebut di atas.

Kata kunci: K3, lingkungan kerja, nilai ambang batas, TPK

ABSTRACT

ARNALDO PRATAMA LUKMAN. Workers and Managers Knowledges of Traditional Log Yard to Occupational Safety and Health (OSH). Supervised by EFI YULIATI YOVI.

(5)

the work environment in log yard showed the value of work climate, noise, and dust were exceeding the allowable threshold value as was stated by Regulations of the Minister of Labor and Transmigration in 2011 about a Threshold Value of Physical Factors and Chemical Factors in The Workplace. The results also showed that the knowledge of the respondents were in very bad category in this topic of (1) OSH basic information, (2) OSH reasons and benefits, (3) rights and obligations of workers and managers, (4) the basic source of dangers information, and (5) the information of threshold value. Knowledge of all respondents were overestimate mean that the respondents count itself has a good knowledge on OSH aspect but they did not actually. Strategies for increasing workers and managers knowledges on OSH aspect can be done by adopting the above-mentioned findings.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS

TEMPAT PENIMBUNAN KAYU TRADISIONAL

TERHADAP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

ARNALDO PRATAMA LUKMAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengetahuan Pekerja dan Pengurus Tempat Penimbunan Kayu Tradisional terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nama : Arnaldo Pratama Lukman

NIM : E14090096

Disetujui oleh

Dr. Efi Yuliati Yovi, S. Hut, M. Life. Env. Sc Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M. Sc. F. Trop Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia–Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 sampai bulan Juli 2013 ini ialah Pengetahuan Pekerja dan Pengurus Tempat Penimbunan Kayu Tradisional terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Iin Ichwandi, M. Sc. F. Trop selaku pembimbing akademik, Ibu Dr. Efi Yuliati Yovi, S. Hut, M. Life. Env. Sc selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan untuk kegiatan penelitian ini dan Bapak Ir. Siswoyo, MSi selaku penguji skripsi yang telah memberikan saran dan perbaikan skripsi. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada orang tua yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materiil.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 3

Tempat dan Waktu 3

Alat 3

Pelaksanaan Penelitian 3

Pengamatan Penelitian 4

Prosedur Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Hasil Pengamatan Kondisi Fisik Lingkungan Kerja 6

Karakteristik Pekerja dan Pengurus 8

Hasil Penilaian terhadap Pekerja 10

Hasil Penilaian terhadap Pengurus 13

Topik K3 yang Perlu Mendapatkan Perhatian 13

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20

(12)

DAFTAR TABEL

1 Kriteria penilaian dalam skala Likert 5

2 Hasil pengamatan iklim kerja 7

3 Hasil pengamatan kebisingan 7

4 Hasil pengamatan debu 8

5 Karakteristik responden 8

6 Nilai SA dan CBA untuk pekerja 10

7 Hasil uji Wilcoxon untuk pekerja 11

8 Nilai SA dan CBA untuk pengurus 13

9 Hasil uji Wilcoxon untuk pengurus 14

10 Hasil penilaian topik untuk pekerja 15

11 Hasil penilaian topik untuk pengurus 16

12 Hasil uji Wilcoxon antara pengurus dan pekerja 17

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir 4

2 Pekerja memanggul kayu yang berat 12

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan mempunyai manfaat yang besar bagi makhluk hidup terutama manusia. Pemanfaatan hutan adalah bentuk kegiatan pemanfaatan kawasan hutan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal, berkeadilan untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. Pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariannya (Silaen 2008). Salah satu kegiatan dari pemanfaatan hasil hutan kayu yaitu dengan memasarkan kayu dari hutan di Tempat Penimbunan Kayu (TPK). Di TPK Jepara terdapat pengurus dan pekerja yang biasanya berjumlah 1 pengurus dan 5 pekerja per TPK. Mayoritas kayu yang ada di TPK Jepara yaitu kayu jati kelas A2. Pengurus bertugas melayani pembeli yang ingin membeli kayu yang ada di TPK. Setelah sepakat dengan jumlah kayu yang ingin dibeli, maka kayu akan dikirim ke tempat pembeli dengan menggunakan mobil bak terbuka atau truk. Pekerja mengangkut kayu ke mobil bak terbuka atau truk dengan jumlah yang diinginkan oleh pembeli. Jenis kegiatan dan karakter pekerja di TPK tradisional Jepara dapat dianggap mewakili kondisi keselamatan pekerja yang ada di TPK tradisional seluruh Indonesia.

Dalam kegiatan mengangkut kayu di TPK terdapat risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi. Maka dari itu, sangat penting bagi para pekerja dan pengurus untuk memahami Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). K3 adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja (Husni 2003). Tujuan dari K3 adalah melindungi kesehatan dan keamanan tenaga kerja, meningkatkan efisiensi kerja, dan mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

(14)

2

menyangkut peralatan yang digunakan, ventilasi yang buruk, dan buruknya lingkungan kerja. Faktor manusia biasanya dikarenakan sifat pekerja yang ceroboh, tidak mampu menjalankan tugas dengan baik, dan mengantuk (Sirait 2006).

Faktor manusia merupakan faktor yang sangat rentan terhadap kecelakaan kerja. Beberapa penelitian berhasil mengidentifikasi beberapa faktor manusia yang menyebabkan kecelakaan kerja yaitu umur, kemampuan, pengalaman, obat–obatan, kelelahan, dan motivasi kerja (Maurits dan Widodo 2008). Dalam penerapan K3 di TPK terdapat beberapa hambatan yaitu pekerja masih banyak yang tidak menuntut jaminan K3 karena sumber daya manusia yang rendah dan pengurus hanya memikirkan keuntungan yang besar sehingga tidak memikirkan perlindungan K3 bagi pekerja. Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja sangat dibutuhkan oleh pekerja agar pekerja merasa aman dan nyaman dalam bekerja.

Pelaksanaan K3 merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang sangat penting karena mempengaruhi keselamatan, kesehatan, produktivitas, dan kesehatan tenaga kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya dengam memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruh penghasilan yang hilang akibat kecelakaan kerja (Heni 2011). Tenaga kerja yang sehat akan bekerja produktif sehingga diharapkan produktivitas kerja pekerja meningkat dan dapat mendukung keberhasilan suatu usaha.

Tujuan Penelitian

Menggambarkan kondisi lingkungan kerja di TPK dan menilai pengetahuan pengurus dan pekerja terhadap K3.

Hipotesis

Kondisi lingkungan kerja di TPK buruk dan tingkat pengetahuan pekerja dan pengurus terhadap K3 buruk.

Manfaat Penelitian

(15)

3

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di TPK tradisional Jepara, Desa Karang Kebagusan, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai Juli 2013.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kuisioner, alat tulis, alat perekam, laptop, perangkat lunak Microsoft Word 2007, perangkat lunak Microsoft Excel 2007, perangkat lunak SPSS versi 20, QUESTemp 34, Sound Level Meter/Center 321–RS 232, HAZ–DUST (Particulate Air Monitoring Equipment) model EPAM–5000, dan kamera.

Pelaksanaan Penelitian

(16)

4

yang ada di TPK. Pengamatan kondisi lingkungan kerja meliputi tingkat kebisingan, debu, dan iklim kerja

Pengamatan Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap kondisi fisik lingkungan kerja kemudian selisih nilai SA dengan nilai CBA setiap pertanyaan untuk melihat apakah responden tersebut overestimate, underestimate, atau tidak overestimate dan underestimate. Pengamatan juga dilakukan terhadap nilai SA dan nilai CBA yang ada dengan menggunakan uji Wilcoxon untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata atau tidak.

Prosedur Analisis Data

Analisis data tentang kondisi fisik lingkungan kerja yaitu dengan mencari nilai rata-rata dari data yang didapatkan untuk iklim kerja, kebisingan, dan debu. Analisis data untuk hasil kuisioner dilakukan dengan analisis deskriptif yang bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah dipahami dalam bentuk yang lebih ringkas. Kerangka pikir dalam penelitian ini dijelaskan pada Gambar 1.

(17)

5

Pengolahan data selanjutnya memasukkan nilai SA dan CBA setiap responden terhadap 38 pertanyaan yang ada. Dari 38 pertanyaan yang ada dikelompokkan menjadi 11 topik yaitu terdapat 3 pertanyaan tentang informasi dasar K3, 3 pertanyaan tentang alasan dan manfaat K3, 2 pertanyaan tentang hak dan kewajiban pengurus dan pekerja TPK, 7 pertanyaan tentang persiapan dasar tenaga kerja, 4 pertanyaan tentang risiko dalam bekerja, 3 pertanyaan tentang informasi dasar sumber bahaya, 4 pertanyaan tentang informasi alat pelindung diri, 2 pertanyaan tentang bahaya yang dapat terjadi dalam mengangkut kayu, 3 pertanyaan tentang informasi dasar nilai ambang batas, 4 pertanyaan tentang informasi dasar kebisingan, 3 pertanyaan tentang informasi debu. Untuk menilai SA digunakan skala Likert. Skala Likert yaitu skala pengukuran ordinal yang menentukan tingkat persetujuan seseorang terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Skala Likert dapat mengukur tanggapan positif atau negative terhadap suatu pernyataan. Pilihan yang tersedia umumnya menggunakan lima angka penilaian yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju (Likert 1932). Dalam penelitian ini menggunakan interval nilai 1 sampai 5 dengan keterangan: 1 = sangat tidak tahu, 2 = tidak tahu, 3 = cukup tahu, 4 = tahu, 5 = sangat tahu. Setelah data diperoleh, kemudian mencari rataan untuk mengetahui nilai setiap responden dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Xi = nilai masing–masing pertanyaan dalam skala Likert (1–5) N = jumlah pertanyaan

Untuk melakukan pengelompokan nilai rataan maka ditentukan terlebih dahulu intervalnya dengan menggunakan rumus:

Setelah mengetahui nilai intervalnya, kemudian dibuat kriteria penilaian sebagai berikut:

Tabel 1 Kriteria penilaian dalam skala Likert

(18)

6

Cara untuk menentukan kriteria penilaian dalam CBA juga mengikuti dengan cara SA yang sudah dijelaskan di atas. Setelah didapatkan data hasil SA dan CBA setiap pertanyaan, maka dicari selisih antara CBA dengan SA setiap pertanyaan dengan menggunakan rumus:

Selisih CBA dan SA = CBA–SA Keterangan:

1. Jika selisih CBA dan SA bernilai negatif, maka responden tersebut overestimate

2. Jika selisih CBA dan SA bernilai positif, maka responden tersebut underestimate

3. Jika selisih CBA dan SA bernilai nol, maka responden tersebut tidak overestimate dan underestimate

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata atau tidak, maka dilakukan uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon merupakan pengujian yang dapat menunjukkan besar perbedaan untuk mengetahui apakah benar–benar terdapat perbedaan pada data ordinal pasangan yang ada (Harinaldi 2005). Uji Wilcoxon berfungsi untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara CBA dengan SA. Uji Wilcoxon dilakukan menggunakan SPSS versi 20. Langkah–langkah dalam melakukan uji Wilcoxon yaitu menggunakan langkah–langkah yang sudah baku (Djarwanto 1996).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan Kondisi Fisik Lingkungan Kerja

Banyak TPK tradisional di Jepara menyatu langsung dengan penggergajian kayu. Hal ini tentunya menimbulkan pertanyaan terhadap beberapa aspek kondisi fisik lingkungan kerja. Pengamatan kondisi fisik lingkungan kerja meliputi iklim kerja, kebisingan, dan debu dilakukan dengan bantuan dari Hiperkes Semarang di dua tempat yang ada kegiatan penggergajian kayu yaitu TPK Sumber Jati dan TPK Sahabat Sejati.

(19)

7

Tabel 2 Hasil pengamatan iklim kerja

Nomor Nama TPK Iklim Kerja

Hasil Pengamatan (°C) NAB (°C)

1 Sumber Jati 29,4 28a

2 Sahabat Sejati 28,3 28a

a

PERMENAKETRANS (2011), NAB: nilai ambang batas

Tabel 2 menunjukkan bahwa iklim kerja dari hasil pengamatan di 2 TPK melebihi nilai ambang batas. Iklim kerja yang melebihi nilai ambang batas pada lingkungan kerja dapat menimbulkan berbagai kondisi seperti gangguan perilaku pekerja, performansi kerja, dehidrasi, berkeringat, dan hilangnya garam natrium dari tubuh yang dapat menyebabkan kejang otot. Untuk menghindari gangguan tersebut yaitu dengan menciptakan sirkulasi udara yang baik sehingga sirkulasi udara berjalan dengan cepat (Cahyadi dan Kurniawan 2011).

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat–alat proses produksi dan atau alat–alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Nilai ambang batas kebisingan untuk waktu pemaparan 8 jam per hari adalah 85 dBA (Permenaketrans 2011). Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan yaitu Sound Level Meter/Center 321–RS 232.

Tabel 3 Hasil pengamatan kebisingan

PERMENAKETRANS (2011), NAB: nilai ambang batas

Tabel 3 menunjukkan bahwa kebisingan dari hasil pengamatan di 2 TPK melebihi nilai ambang batas. Kebisingan yang melebihi nilai ambang batas akan berdampak pada kesehatan para pekerja sehingga berpengaruh terhadap kinerja pekerja. Tingkat kebisingan yang dialami secara terus menerus oleh pekerja di area kerja dapat mengganggu kesehatan seperti ketulian bagi pekerja (Kholik dan Krishna 2012). Gangguan kesehatan akibat kebisingan dapat dihindari dengan memakai alat pelindung diri saat bekerja terutama ear plug.

(20)

8

mengukur debu yaitu HAZ–DUST (Particulate Air Monitoring Equipment) model EPAM–5000.

PERMENAKETRANS (2011), NAB: nilai ambang batas

Tabel 4 menunjukkan bahwa debu dari hasil pengamatan di 2 TPK melebihi nilai ambang batas. Debu yang melebihi niai ambang batas dapat menyebabkan terjadinya penyakit paru-paru (Sholihah et al. 2008). Pemeriksaan spirometri yang dilakukan Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kabupaten Jepara pada 2010 menunjukkan sebanyak 41% dari 237 pekerja mengalami gangguan fungsi pernafasan (Yovi et al. 2013). Penyakit yang ditimbulkan akibat banyak menghirup debu dapat dihindari dengan menggunakan alat pelindung diri terutama masker saat bekerja. Kondisi fisik lingkungan kerja yang buruk akan meningkatkan risiko gangguan K3.

Karakteristik Pekerja dan Pengurus

Responden pada penelitian ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda dilihat dari jenis kelamin, pendidikan, usia, dan pengalaman kerja.

Tabel 5 Karakteristik responden

Nomor Variabel Kategori Pekerja

(21)

9

Tabel 5 menunjukkan bahwa pengurus yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 73% (22 orang) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 27% (8 orang). Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan di bidang kehutanan dapat dikerjakan juga oleh perempuan. Untuk pekerja semuanya berjenis kelamin laki–laki.

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap wawasan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka wawasannya akan semakin luas. Orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi dapat dengan sengaja maupun tidak sengaja menyebarluaskan pengetahuannya sewaktu mereka bergaul dalam masyarakat (Tarigan 2006). Dari responden yang ada, terdapat tingkat pendidikan yang berbeda–beda.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pekerja yang berpendidikan SD sebanyak 70% (21 orang), SMP sebanyak 27% (8 orang), dan SMA sebanyak 3% (1 orang). Dapat disimpulkan bahwa mayoritas pekerja berpendidikan SD. Pengurus yang berpendidikan SD sebanyak 10% (3 orang), SMP sebanyak 23% (7 orang), SMA sebanyak 57% (17 orang), dan S1 sebanyak 10% (3 orang). Mayoritas pengurus berpendidikan SMA. Semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan semakin tinggi tingkat pemahaman terhadap K3.

Usia mempengaruhi produktivitas kerja seseorang yang berdampak terhadap pencarian kerja. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Setiawan (2010) bahwa usia yang semakin tua akan semakin sulit untuk mencari kerja dan tingkat produktivitas kerja dari golongan usia muda lebih baik dibanding golongan usia tua. Usia responden yang ada sangat bervariasi.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pekerja yang berusia di bawah 15 tahun tidak ada, yang berusia 15–64 tahun sebanyak 90% (27 orang), dan yang berusia di atas 64 tahun sebanyak 10% (3 orang). Masih ada pekerja yang berusia di atas 64 tahun bertentangan dengan ketentuan usia produktif yaitu usia 15–64 tahun (BPS Jakarta 2012). Pengurus yang berusia di bawah 15 tahun tidak ada, yang berusia 15–64 tahun sebanyak 100% (30 orang), dan yang berusia di atas 64 tahun tidak ada. Dapat disimpulkan bahwa usia seluruh pengurus masih termasuk dalam usia produktif.

Produktivitas pekerja tidak hanya dinilai berdasarkan ketelitian dan kecermatan dalam mencatat segala sesuatu yang terkait, tetapi diperlukan pula pengalaman kerja dan pemahaman matang tentang perilaku kehidupan tenaga kerja (Dipohusodo 1996). Pengalaman kerja menjadi acuan bagi pekerja dan pengurus dalam memahami kegiatan yang ada di TPK.

(22)

10

Hasil Penilaian terhadap Pekerja

Untuk mengetahui tingkat pemahaman pekerja, maka dicari nilai rata-rata SA dan CBA dari seluruh pekerja terhadap seluruh pertanyaan.

Tabel 6 Nilai SA dan CBA untuk pekerja Pertanyaan Nilai

(23)

11

Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat 16 pertanyaan (42,11%) yang termasuk kategori penilaian sangat buruk, 15 pertanyaan (39,47%) yang termasuk kategori penilaian buruk, 7 pertanyaan (18,42%) yang termasuk kategori penilaian cukup. Mayoritas pekerja memiliki kategori yang sangat buruk dan buruk terhadap pertanyaan yang ada. Rendahnya persepsi pekerja di bidang kehutanan terhadap K3 juga dibuktikan oleh penelitian Salman (2009) bahwa dari seluruh responden yang bekerja di bidang penebangan terdapat 13 responden (68,4%) menyatakan tidak tahu tentang pemahaman dan penerapan K3.

Seluruh 38 pertanyaan yang ada di kuisioner ternyata memiliki nilai selisih CBA dan SA yang negatif yang berarti penilaian yang dilakukan pekerja bersifat overestimate terhadap penilaian objektif yang dilakukan sesuai standar (Tabel 6). Penilaian yang dilakukan responden di bidang kehutanan bersifat overestimate juga dibuktikan oleh penelitian Yovi (2009) dan Syakir (2011) bahwa responden yang merupakan pekerja di bidang penebangan memiliki nilai selisih CBA dan SA yang negatif yang berarti penilaian yang dilakukan pekerja bersifat overestimate terhadap penilaian objektif yang dilakukan sesuai standar. Pekerja mengatakan mempunyai pengetahuan yang baik terhadap aspek K3 tetapi sebenarnya tidak. Signifikansi antara nilai CBA dan SA ditelusuri melalui uji Wilcoxon.

Tabel 7 Hasil uji Wilcoxon untuk pekerja

Nilai CBA – SA

Z –5,316

Asymp. Sig. (2–tailed) 0,0000001

α 0,01

Angka probabilitas dari CBA dan SA kurang dari 0,01 berarti bahwa pemahaman tentang K3 antara pengetahuan pekerja dengan penilaian menggunakan standar adalah berbeda nyata, artinya pengetahuan pekerja terhadap K3 belum sesuai dengan pengetahuan yang dituntut berdasarkan standar (Tabel 7). Banyak kejadian yang terjadi di lapangan menandakan bahwa memang pengetahuan para pekerja terhadap K3 masih kurang.

(24)

12

Pekerjaan dengan beban yang berat mengakibatkan pengerahan tenaga yang berlebihan dan postur tubuh yang salah seperti membungkuk menyebabkan risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal dan kelelahan dini. Postur punggung terlalu membungkuk dan leher terlalu menunduk menyebabkan nyeri otot pada leher, bahu, punggung, dan pinggang. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi maka semakin tinggi pula risiko keluhan otot skeletal. Kegiatan yang monoton atau berulang–ulang dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relaksasi (Abdillah 2013). Hasil penelitian Prajawati (2012) tentang Rapid Entire Body Assessment (REBA) juga menunjukkan adanya keselarasan antara postur tubuh dengan keluhan dari pekerja.

Gambar 2 Pekerja memanggul kayu yang berat

(25)

13

Hasil Penilaian terhadap Pengurus

Untuk mengetahui tingkat pemahaman pengurus, maka dicari nilai rata-rata SA dan CBA dari seluruh pengurus terhadap seluruh pertanyaan.

Tabel 8 Nilai SA dan CBA untuk pengurus Pertanyaan Nilai

(26)

14

Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat 11 pertanyaan (28,95%) yang termasuk kategori penilaian sangat buruk, 15 pertanyaan (39,47%) yang termasuk kategori penilaian buruk, 11 pertanyaan (28,95%) yang termasuk kategori penilaian cukup, dan 1 pertanyaan (2,63%) yang termasuk kategori penilaian baik. Mayoritas pengurus memiliki kategori penilaian buruk terhadap pertanyaan yang ada.

Tabel 8 menunjukkan bahwa seluruh 30 pengurus yang telah diwawancara ternyata memiliki nilai selisih CBA dan SA yang negatif yang berarti pekerja tersebut overestimate. Pengurus mengatakan mempunyai pengetahuan yang baik terhadap aspek K3 tetapi sebenarnya tidak. Signifikansi antara nilai CBA dan SA ditelusuri melalui uji Wilcoxon.

Tabel 9 Hasil uji Wilcoxon untuk pengurus

Nilai CBA – SA

Z –5,373

Asymp. Sig. (2–tailed) 0,00000007

α 0,01

Tabel 9 menunjukkan bahwa angka probabilitas dari CBA dan SA kurang dari 0,01 yang berarti pemahaman tentang K3 antara pengetahuan pengurus dengan penilaian menggunakan standar berbeda nyata yaitu pengetahuan pengurus terhadap K3 belum sesuai dengan pengetahuan yang dituntut berdasarkan standar. Dari hasil wawancara dengan pengurus TPK memang menandakan bahwa pengetahuan para pengurus terhadap K3 masih kurang. Pengurus tidak memberikan peraturan bahwa setiap pekerja harus menggunakan alat pelindung diri saat bekerja. Pekerja akan rentan terhadap kecelakaan kerja jika tidak memakai alat pelindung diri apalagi saat cuaca buruk. Menurut ILO (2002) pekerja harus disediakan pakaian kerja yang baik untuk melindungi tubuh dan kepala dalam menghadapi cuaca buruk. Pengurus menyerahkan kembali kepada pekerjanya apakah ingin menggunakan alat pelindung diri atau tidak. Pengurus hanya memberitahu kepada para pekerja agar hati–hati. Jika terjadi kecelakaan kerja, pengurus akan mengalami kerugian materi yaitu harus menanggung biaya pengobatan pekerja dan kehilangan pekerja selama beberapa hari karena belum bisa bekerja.

Topik K3 yang Perlu Mendapatkan Perhatian

(27)

15

menjadi dua yaitu penilaian setiap topik untuk pekerja dan penilaian setiap topik untuk pengurus. Topik informasi dasar K3 terdapat pada pertanyaan 1, 2, dan 3. Topik alasan dan manfaat K3 terdapat pada pertanyaan 4, 5, dan 6. Topik hak dan kewajiban pengurus dan pekerja TPK terdapat pada pertanyaan 7 dan 8. Topik persiapan dasar tenaga kerja terdapat pada pertanyaan 9, 10, 11, 13, 24, 25, dan 28. Topik risiko dalam bekerja terdapat pada pertanyaan 12, 14, 15, dan 16. Topik informasi dasar sumber bahaya terdapat pada pertanyaan 17, 18, dan 19. Topik informasi alat pelindung diri terdapat pada pertanyaan 20, 21, 22, dan 23. Topik bahaya yang dapat terjadi dalam mengangkut kayu terdapat pada pertanyaan 26 dan 27. Topik informasi dasar nilai ambang batas terdapat pada pertanyaan 29, 32, dan 36. Topik informasi dasar kebisingan terdapat pada pertanyaan 30, 31, 33, dan 34. Topik informasi dasar debu terdapat pada pertanyaan 35, 37, dan 38.

Tabel 10 Hasil penilaian topik untuk pekerja

Nomor Topik Nilai Kategori

penilaian

1 Informasi dasar K3 1,58 Sangat buruk

2 Alasan dan manfaat K3 1,33 Sangat buruk

3 Hak dan kewajiban pengurus dan pekerja

TPK 1,62 Sangat buruk

4 Persiapan dasar tenaga kerja 1,92 Buruk

5 Risiko dalam bekerja 2,62 Cukup

6 Informasi dasar sumber bahaya 1,36 Sangat buruk 7 Informasi dasar alat pelindung diri 2,31 Buruk 8 Bahaya yang dapat terjadi dalam

mengangkut kayu 2,00 Buruk

9 Informasi dasar nilai ambang batas 1,00 Sangat buruk

10 Informasi dasar kebisingan 2,20 Buruk

11 Informasi dasar debu 3,11 Cukup

Rataan 1,91 Buruk

(28)

16

dalam konteks K3 dan kewajiban dalam konteks K3. Informasi dasar sumber bahaya terdiri dari aspek pengertian sumber bahaya, sumber bahaya yang ada di tempat kerja, dan cara mengontrol sumber bahaya yang ada di tempat kerja. Informasi dasar nilai ambang batas terdiri dari aspek pengertian nilai ambang batas, nilai ambang batas kebisingan di tempat kerja, dan nilai ambang batas debu di tempat kerja. Pekerja sangat tidak mengerti tentang 9 topik yang ada dalam kuisioner.

Tabel 11 Hasil penilaian topik untuk pengurus

Nomor Topik Nilai Kategori

penilaian

1 Informasi dasar K3 1,98 Buruk

2 Alasan dan manfaat K3 1,59 Sangat buruk

3 Hak dan kewajiban pengurus dan pekerja

TPK 1,8 Sangat buruk

4 Persiapan dasar tenaga kerja 2,31 Buruk

5 Risiko dalam bekerja 2,89 Cukup

6 Informasi dasar sumber bahaya 1,62 Sangat buruk 7 Informasi dasar alat pelindung diri 2,25 Buruk 8 Bahaya yang dapat terjadi dalam

mengangkut kayu 2,00 Buruk

9 Informasi dasar nilai ambang batas 1,09 Sangat buruk

10 Informasi dasar kebisingan 1,92 Buruk

11 Informasi dasar debu 2,67 Cukup

Rataan 2,01 Buruk

(29)

17

Tabel 12 Hasil uji Wilcoxon antara pengurus dan pekerja

Nilai Pengurus – Pekerja

Z –9,69

Asymp. Sig. (2–tailed) 0,33

α 0,01

Angka probabilitas dari pengurus dan pekerja lebih dari 0,01 yang berarti pengetahuan antara pengurus dan pekerja tidak berbeda nyata (Tabel 12). Pengetahuan pekerja dan pengurus terhadap K3 berada dalam tingkatan yang sama yang berarti strategi peningkatan pengetahuan K3 untuk pekerja dapat digunakan juga untuk pengurus.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan kondisi lingkungan kerja yang ada di TPK buruk dilihat dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai iklim kerja, kebisingan, dan debu masih lebih besar dari nilai ambang batas yang diperbolehkan. Pengetahuan pekerja dan pengurus terhadap K3 masih sangat belum memadai dilihat dari hasil analisis deskriptif yaitu mayoritas pengetahuan responden terhadap pertanyaan yang ada termasuk dalam kategori penilaian sangat buruk dan buruk.

Saran

(30)

18

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah F. 2013. Analisis postur kerja dengan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) pada pekerja kuli angkut buah di “Agen Ridho

Ilahhi” pasar Johar kota Semarang. J. Kesehatan Masyarakat 2(1): 1–10. Arifin J. 2008. Statistik Bisnis Terapan dengan Microsoft Excel 2007: 81

Fungsi Statistik Terapan, 60 Studi Kasus Statistik Bisnis. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo.

Astuti RD. 2007. Analisa pengaruh aktivitas kerja dan beban angkat terhadap kelelahan muskoloskeletal. J. Gema Teknik 2(10): 27–32.

[BPS Jakarta] Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial–Ekonomi Indonesia. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.

Cahyadi D, Kurniawan A. 2011. Pengukuran lingkungan fisik kerja dan workstation di kantor pos pusat Samarinda . J. Eksis. 7(2): 1267-2000. Dipohusodo I. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi. Yogyakarta (ID):

Kanisius.

Djarwanto. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian. Yogyakarta (ID): Liberty.

Fahrizi. 2012. Pengaruh keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan pada CV Sriwijaya Utama Bandar Lampung. J. Organisasi dan Manajemen 2(2): 69–75.

Harinaldi. 2005. Prinsip–Prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Jakarta (ID): Erlangga.

[ILO] International Labour Oraganization. 2002. Kode Praktis ILO Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Kehutanan. Yanri Z, Yususf M,

Kholik HM, Krishna DA. 2012. Analisis tingkat kebisingan peralatan produksi terhadap kinerja karyawan. J. Teknik Industri 13(2): 194–200. Maurits LS, Widodo ID. 2008. Faktor dan penjadwalan shift kerja. J.

Teknoin. 13(2): 11–22.

[NIOSH] National Institute for Occupational Safety and Health. 1994. Applications Manual For The Revised NIOSH Lifting Equation. Springfield (US): US Department of Commerce Technology Administration NTIS.

(31)

19

Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Jakarta (ID): RI.

Prajawati W. 2012. Rapid Entire Body Assessment (REBA) dan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) dalam kegiatan pemanenan hutan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Salman AA. 2009. Peningkatan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada pekerjaan kehutanan (studi kasus: IUPHHK-HA PT. Sarmiento Prakantja Timber, Kalimantan Tengah) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Setiawan SA. 2010. Pengaruh umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman kerja, dan jenis kelamin terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di kota Malang [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro Semarang.

Sholihah Q, Khairiyati L, Setyaningrum R. 2008. Pajanan debu batubara dan gangguan pernafasan pada pekerja lapangan tambang batubara. J. Kesehatan Lingkungan 4(2): 1–8.

Silaen AP. 2008. Pelestarian fungsi hutan dan lingkungan hidup dalam perspektif hukum lingkungan. J. Visi 16(3): 575–594.

Sirait JT. 2006. Memahami Aspek–Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Soegoto ES. 2008. Marketing Research: The Smart Way to Solve a Problem.

Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo.

Sumardjo D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Syakir MA. 2011. Analisis kompetensi penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi pekerja kehutanan bidang pemanenan kayu di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tarigan R. 2006. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat pendapatan perbandingan antara empat hasil penelitian. J. Wawasan 11(3): 21–27. Yovi EY. 2007. %VdotO2max as physical load indicator unit in forestwork

operation. J. Man. Hut. Trop. 13(3): 140–145.

Yovi EY. 2009. Penilaian perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja pada kerja kehutanan melalui pendekatan kompetensi. J. Ilmu Faal Indonesia 8(2): 94–100.

(32)

20

Lampiran 1 Kuisioner

Nomor Pertanyaan Jawaban

1 Jelaskan yang dimaksud dengan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja! 2 Jelaskan syarat–syarat keselamatan kerja!

3 Jelaskan tentang penyuluhan K3!

4 Jelaskan alasan pentingnya perlindungan K3!

5 Jelaskan manfaat dari pelaksanaan perlindungan K3!

6 Sebutkan dasar–dasar hukum yang terkait dengan K3!

7 Jelaskan kewajiban anda dalam konteks K3!

8 Jelaskan hak anda dalam konteks K3! 9 Jelaskan apa yang dimaksud dengan

pelatihan kerja!

10 Jelaskan yang dimaksud dengan perjanjian kerja!

11 Jelaskan cara yang benar dalam mengangkat kayu!

12 Jelaskan yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja!

13 Jelaskan yang dimaksud dengan

pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja! 14 Jelaskan yang dimaksud dengan

kecelakaan kerja!

15 Jelaskan penyebab terjadinya kecelakaan kerja!

16 Sebutkan kerugian akibat kecelakaan kerja! 17 Jelaskan yang dimaksud dengan sumber

bahaya!

18 Sebutkan sumber bahaya yang ada di TPK! 19 Jelaskan cara untuk mengontrol sumber

bahaya yang ada di TPK!

20 Jelaskan yang dimaksud dengan alat pelindung diri!

(33)

21

22 Sebutkan bahaya yang terjadi apabila tidak memakai alat pelindung diri!

23 Sebutkan alat pelindung diri apa saja yang perlu digunakan!

24 Jelaskan yang dimaksud dengan tempat kerja!

25 Jelaskan yang dimaksud dengan tenaga kerja!

28 Jelaskan yang dimaksud dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)! 29 Jelaskan yang dimaksud dengan nilai

ambang batas!

30 Jelaskan yang dimaksud dengan kebisingan!

31 Sebutkan sumber kebisingan yang ada di TPK!

32 Sebutkan nilai ambang batas kebisingan di TPK!

33 Sebutkan gangguan kesehatan yang ditimbulkan dari kebisingan!

34 Sebutkan upaya yang dilakukan untuk mengendalikan faktor kebisingan! 35 Jelaskan yang dimaksud dengan debu! 36 Sebutkan nilai ambang batas debu di TPK!

37

Sebutkan gangguan kesehatan yang akan terjadi apabila debu masuk kedalam mulut atau hidung anda!

38 Sebutkan upaya untuk mencegah debu

(34)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 9 Juni 1991 dari ayah Effendi Lukman dan ibu Jenny Wongsaputra. Penulis adalah putra pertama. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Regina Pacis Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pikir
Tabel 1 Kriteria penilaian dalam skala Likert
Tabel 3 Hasil pengamatan kebisingan
Tabel 4 Hasil pengamatan debu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, pengembangan agroforestry seyogyanya diarahkan untuk mendukung program diversifikasi pangan non beras, khususnya kelompok pangan ubi-ubian yang tahan naungan

30 WITA sampai selesai di Ruang Wakil Ketua Pengadilan Agama Praya telah diadakan Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya terh a dap penawaran pekerjaan tersebut di atas

• Kedepannya Krip-Krip Tortilla akan dijadikan produk pangan sehat sehingga tidak dapat menggunakan TBHQ, maka apakah bahan tambahan pangan berupa antioksidan yang

Lengan kanan pada akhir dorongan, lengan kiri dalam tarikan kaki kanan masih naik ke atas kaki kiri pada akhir tendangan dengan sikap

Kontras pada ketiga loka- si desa yang lain, rekomendasi biosekuri- tas lebih sedikit untuk tidak dilaksanakan yang berlanjut dengan performa budidaya udang vaname yang

Sebelum penjurian, semua karya peserta yang masuk akan diperiksa oleh panitia penyelenggara pada tanggal 30-31 Agustus2016, untuk memastikan bahwa materi atau dokumen yang

I Ketut Sujana (2009:355) menyatakan bahwa apabila dalam suatu organisasi anggaran yang telah disusun digunakan sebagai tolok ukur kinerja, maka bawahan akan

Lebih lanjut untuk mengetahui keeretan hubungan diketahui melalui koefisien kendall’s tau sebesar 0,163 dikonsultasikan dengan interval koefesien keeratan hubungan masuk