PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR MODAL DAN DIVIDEN
PAY OUT RATIO TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM
PADA LEMBAGA KEUANGAN DI BURSA
EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh
DANIEL SEHATE SEMBIRING
087017007/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
S
E K
O L
A
H
P A
S C
A S A R JA N
PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR MODAL DAN DIVIDEN
PAY OUT RATIO TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM
PADA LEMBAGA KEUANGAN DI BURSA
EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
DANIEL SEHATE SEMBIRING
087017007/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR MODAL DAN DIVIDEN PAY OUT RATIO TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA LEMBAGA KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Nama Mahasiswa : Daniel S. Sembiring Nomor Pokok : 087017007
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
Telah diuji pada
Tanggal : 01 Desember 2009
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak
2. Drs. Zainul Bahri Torong, MSi, Ak 3. Drs. Rasdianto, MA, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul: “Pengaruh Perubahan
Struktur Modal dan Dividen Pay Out Ratio terhadap Perubahan Harga Saham pada
Lembaga Keuangan di Bursa Efek Indonesia”.
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya.
Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara
benar dan jelas
Medan, 01 Desember 2009 Yang membuat pernyataan :
ABSTRAK
DANIEL S. SEMBIRING, 2009, Pengaruh Perubahan Struktur Modal dan
Dividen Pay Out Ratio terhadap Perubahan Harga Saham pada Lembaga Keuangan
di Bursa Efek Indonesia, di bawah bimbingan: Ade Fatma Lubis (Ketua), Syamsul Bahri TRB (Anggota).
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris pengaruh perubahan struktur modal perusahaan yang diwakili oleh perubahan debt to equity
ratio (DER), perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt to equity ratio (LDER), perubahan long term debt to assets ratio (LDAR) dan equity to assets ratio (EAR) serta pengaruh dividen pay out ratio (DPR) terhadap perubahan
harga saham pada lembaga keuangan di Bursa Efek Indonesia.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah, variabel perubahan struktur modal yang diwakili oleh debt to equity ratio (DER), perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt to equity ratio (LDER), perubahan long term debt to assets
ratio (LDAR) dan equity to assets ratio (EAR) serta variabel dividen pay out ratio
(DPR) secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Objek penelitian ini adalah perusahaan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 2003 – 2008, aktif menerbitkan laporan keuangan dan melakukan pembayaran dividen selama tahun pengamatan yaitu sebanyak 18 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda dengan alat SPSS. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa variabel perubahan struktur modal yang diwakili oleh perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt
to equity ratio (LDER), perubahan long term debt to assets ratio (LDAR) dan
perubahan equity to assets ratio (EAR) serta variabel dividen pay out ratio (DPR) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan, namun secara parsial, hanya variabel dividen pay out ratio (DPR) yang berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kata Kunci: Perubahan Struktur Modal, Perubahan Debt To Assets Ratio, Perubahan
Long Term Debt To Equity Ratio, Perubahan Long Term Debt To Assets Ratio, Perubahan Equity To Assets Ratio, Dividen Pay Out Ratio dan
ABSTRACT
DANIEL S. SEMBIRING, The Influence of the Changing of Capital Structure and Dividend Pay Out Ratio on the Changing of Stock Price in Financial Institution in Bursa Efek Indonesia (BEI), under supervised: Ade Fatma Lubis (Head), Syamsul Bahri TRB (Member).
The purpose of this research is to find out the empirical evidence about the influence of the changing of capital structure represented by the changing of debt to equity ratio (DER), debt to assets ratio (DAR), long term debt to equity ratio (LDER), long term debt to assets ratio (LDAR), equity to assets ratio (EAR) and also the influence of dividend pay out ratio (DPR) on the changing of stock price in financial institution in Bursa Efek Indonesia (BEI).
The hypothesis in this research is the changing of capital structure variables which represented by the changing of debt to equity ratio (DER), debt to assets ratio (DAR), long term debt to equity ratio (LDER), long term debt to assets ratio (LDAR) and equity to assets ratio (EAR) and also dividend pay out ratio variable have an effect on the changing of stock price in financial institution in Bursa Efek Indonesia either simultaneously or partially. The object of this research are the companies of financial institution which are listing in Bursa Efek Indonesia since the year 2003 until 2008, actively publish the financial statement and do payment of dividend during perception year that is counted 18 companies. Data collected by taking documentation financial statement from Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and visit Bursa Efek Indonesia web site in www.idx.co.id. Data processed by using SPSS tool and employed multiple regression.
The result shows that the changing of capital structure variables represented by the debt to assets ratio (DAR), long term debt to equity ratio (LDER), long term debt to assets ratio (LDAR) and equity to assets ratio (EAR), and also dividend pay out ratio (DPR) variables simultaneously significant influence on the changing of stock price in financial institution, however, the variable of dividend pay out ratio positively influence on the changing of stock price in financial institution in Bursa Efek Indonesia.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia
yang diberikannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Pengaruh Perubahan Struktur Modal dan Dividen Pay Out Ratio terhadap Perubahan Harga Saham pada Lembaga Keuangan di Bursa Efek Indonesia”, untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Sains
pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tesis ini penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program
Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus
selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan
kepada penulis.
3. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRb, MM, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang
telah begitu banyak mengarahkan dan membimbing penulis dalam
penyusunan tesis ini.
4. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, MSi, Ak, Bapak Drs. Rasdianto, MA, Ak
telah memberikan saran dan masukan-masukan kepada penulis demi
kesempurnaan tesis ini.
5. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
6. Yang tercinta, istriku, Sarjani Pasaribu dan anak kami Adella yang selalu dan
tiada henti-hentinya memberikan doa, dorongan dan motivasi bagi penulis
di dalam menyelesaikan studi.
7. Yang tercinta, D. Sembiring (Bapak), I. br. Depari (Mamak), yang telah
merawat penulis sejak kecil hingga saat ini. Terima kasih atas kasih sayang
yang telah kalian berikan kepadaku hingga saat ini.
8. Kakak-kakak penulis, Kak Pinta dan Kak Rimna beserta suami, terima kasih
atas doa dan perhatian yang telah kalian berikan kepadaku.
9. St. R. Pasaribu (Ayah Mertua), R. br. Lumbantoruan (Ibu Mertua), Kak Hetty
dan keluarga (Kakak Ipar), Roma, Eska, Eto dan Daniel (Adik Ipar), terima
kasih buat kasih sayang, doa dan dukungan yang telah diberikan kepada
penulis.
10.Rekan-rekan penulis di Bank SUMUT Kantor Cabang Pembantu USU, yang
selalu memberikan dukungan bagi penulis.
11.Teman-teman mahasiswa, khususnya yang seangkatan, kebersamaan dalam
suka dan duka melewati perkuliahan tidak akan pernah dilupakan.
12.The last, especially, the one, who always loves me and give me spirit when i
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan karuniaNya kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis baik pada saat kuliah maupun
pada saat penyusunan tesis ini. Penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki yang
menjadikan tesis ini masih kurang sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya
penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan
di Indonesia.
Medan, Desember 2009 Penulis
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Daniel Sehate Sembiring
2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 01 September 1979
3. Agama : Kristen Protestan
4. Pekerjaan : Pegawai PT. Bank SUMUT
5. Orang Tua
a. Ayah : Dep Sembiring
b. Ibu : Imat Sembiring Depari
6. Alamat : Jl. Darussalam Gg. Turi No. 16 Medan
7. No. HP : 081396742758
8. Pendidikan
a. Sekolah Dasar : SD ST Antonius Medan, lulus tahun 1992
b. Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Medan, lulus tahun 1995
c. Sekolah Menengah Umum : SMU Negeri 4 Medan, lulus tahun 1998
d. Universitas : Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal.. 18
2.1.3. Kebijakan Dividen ....………... 21
2.1.4. Pendekatan dalam Kebijakan Dividen …....…... 24
2.1.5. Kebijaksanaan Pembayaran Dividen …....…... 24
2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Dividen suatu Perusahaan ... 25
2.1.7. Metode Penilaian Harga Saham..…………... 27
2.2. Review Peneliti Terdahulu ………... 30
BAB III KERANGKA KONSEP & HIPOTESIS ………... 33
3.1. Kerangka Konsep………... 33
3.2. Hipotesis ………... 35
BAB IV METODE PENELITIAN ………... 36
4.1. Jenis Penelitian ………... 36
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 36
4.4. Metode Pengumpulan Data ………... 37
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel... 38
4.6. Metode Analisis Data ………... 40
4.6.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 41
4.6.2. Pengujian Hipotesis ... 43
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 46
5.1. Hasil Penelitian ……….. 46
5.1.1. Deskripsi Data ... 46
5.1.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 47
5.1.3. Analisa Persamaan Regresi ... 59
5.1.4. Pengujian Hipotesis ... 60
5.2. Pembahasan …..………... 65
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 68
6.1. Kesimpulan …..………... 68
6.2. Keterbatasan ...………... 69
6.3. Saran ...………... 69
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Fenomena Perubahan Harga Saham Sampel Perusahaan
Lembaga Keuangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia... 6
2. Hasil Penelitian Terdahulu ... 31
3. Daftar Jumlah Sampel Perusahaan ... 37
4. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 39
5. Deskripsi Data Penelitian ... 46
6. Uji Statistik Kolmogorov–Smirnov (Sebelum Transformasi) ... 48
7. Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov (Setelah transformasi) ... 49
8. Uji Autokorelasi (Sebelum Transformasi) ... 55
9. Uji Autokorelasi (Setelah Transformasi) ... 55
10. Uji Multikolinearitas (Sebelum Dilakukan Transformasi)... 56
11. Uji Multikolinearitas (Setelah Dilakukan Transformasi)... 56
12. Uji Multikolinearitas (Setelah Transformasi dan Menghilangkan Variabel Perubahan DER) ... 57
13. Analisa Persamaan Regresi ... 59
14. Tabel nilai Adjusted R Square ... 60
15. Uji Hipotesis Simultan (Uji F) ... 61
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Pengaruh Perubahan Struktur Modal dan Dividen Pay Out Ratio
terhadap Perubahan Harga Saham ………... 33
2. Histogram Perubahan DER (Sebelum Transformasi) ... 49
3. Histogram Perubahan DAR (Sebelum Transformasi) ... 50
4. Histogram Perubahan LDER (Sebelum Transformasi) ... 50
5. Histogram Perubahan LDAR (Sebelum Transformasi) ... 51
6. Histogram Perubahan EAR (Sebelum Transformasi) ... 51
7. Histogram Perubahan DPR (Sebelum Transformasi) ... 52
8. Histogram Perubahan Harga Saham (Sebelum Transformasi) ... 52
9. Histogram Variabel Dependen (Setelah Transformasi) ... 53
10. Grafik Normal Plot (Setelah Transformasi) ... 54
11. Uji Heterokedastisitas (Sebelum Transformasi) ... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Nama-nama Perusahaan Lembaga Keuangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia ………... 73
2. Hasil SPSS Sebelum Transformasi... ... 75
ABSTRAK
DANIEL S. SEMBIRING, 2009, Pengaruh Perubahan Struktur Modal dan
Dividen Pay Out Ratio terhadap Perubahan Harga Saham pada Lembaga Keuangan
di Bursa Efek Indonesia, di bawah bimbingan: Ade Fatma Lubis (Ketua), Syamsul Bahri TRB (Anggota).
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris pengaruh perubahan struktur modal perusahaan yang diwakili oleh perubahan debt to equity
ratio (DER), perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt to equity ratio (LDER), perubahan long term debt to assets ratio (LDAR) dan equity to assets ratio (EAR) serta pengaruh dividen pay out ratio (DPR) terhadap perubahan
harga saham pada lembaga keuangan di Bursa Efek Indonesia.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah, variabel perubahan struktur modal yang diwakili oleh debt to equity ratio (DER), perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt to equity ratio (LDER), perubahan long term debt to assets
ratio (LDAR) dan equity to assets ratio (EAR) serta variabel dividen pay out ratio
(DPR) secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Objek penelitian ini adalah perusahaan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 2003 – 2008, aktif menerbitkan laporan keuangan dan melakukan pembayaran dividen selama tahun pengamatan yaitu sebanyak 18 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda dengan alat SPSS. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa variabel perubahan struktur modal yang diwakili oleh perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt
to equity ratio (LDER), perubahan long term debt to assets ratio (LDAR) dan
perubahan equity to assets ratio (EAR) serta variabel dividen pay out ratio (DPR) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan, namun secara parsial, hanya variabel dividen pay out ratio (DPR) yang berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kata Kunci: Perubahan Struktur Modal, Perubahan Debt To Assets Ratio, Perubahan
Long Term Debt To Equity Ratio, Perubahan Long Term Debt To Assets Ratio, Perubahan Equity To Assets Ratio, Dividen Pay Out Ratio dan
ABSTRACT
DANIEL S. SEMBIRING, The Influence of the Changing of Capital Structure and Dividend Pay Out Ratio on the Changing of Stock Price in Financial Institution in Bursa Efek Indonesia (BEI), under supervised: Ade Fatma Lubis (Head), Syamsul Bahri TRB (Member).
The purpose of this research is to find out the empirical evidence about the influence of the changing of capital structure represented by the changing of debt to equity ratio (DER), debt to assets ratio (DAR), long term debt to equity ratio (LDER), long term debt to assets ratio (LDAR), equity to assets ratio (EAR) and also the influence of dividend pay out ratio (DPR) on the changing of stock price in financial institution in Bursa Efek Indonesia (BEI).
The hypothesis in this research is the changing of capital structure variables which represented by the changing of debt to equity ratio (DER), debt to assets ratio (DAR), long term debt to equity ratio (LDER), long term debt to assets ratio (LDAR) and equity to assets ratio (EAR) and also dividend pay out ratio variable have an effect on the changing of stock price in financial institution in Bursa Efek Indonesia either simultaneously or partially. The object of this research are the companies of financial institution which are listing in Bursa Efek Indonesia since the year 2003 until 2008, actively publish the financial statement and do payment of dividend during perception year that is counted 18 companies. Data collected by taking documentation financial statement from Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and visit Bursa Efek Indonesia web site in www.idx.co.id. Data processed by using SPSS tool and employed multiple regression.
The result shows that the changing of capital structure variables represented by the debt to assets ratio (DAR), long term debt to equity ratio (LDER), long term debt to assets ratio (LDAR) and equity to assets ratio (EAR), and also dividend pay out ratio (DPR) variables simultaneously significant influence on the changing of stock price in financial institution, however, the variable of dividend pay out ratio positively influence on the changing of stock price in financial institution in Bursa Efek Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah memaksimumkan nilai
perusahaan. Nilai perusahaan tercermin dari harga saham perusahaan apabila
perusahaan tersebut sudah listing di bursa. Investor membeli saham di pasar modal
karena mereka mengharapkan keuntungan atas investasi yang mereka lakukan.
Keuntungan itu dapat berupa capital gain dan dividen. Capital gain adalah
keuntungan yang diperoleh investor dari selisih harga beli terhadap harga jual saham
yang ia perdagangkan. Sedangkan dividen adalah sejumlah keuntungan yang diterima
perusahaan dari hasil operasi perusahaan yang disisihkan kepada pemegang saham.
Investor yang berinvestasi dalam saham perlu mempertimbangkan risiko dan
return yang akan diterimanya kelak. Diperlukan analisa untuk mengidentifikasi
prospek perusahaan di masa yang akan datang. Analisa atas penilaian harga bertujuan
untuk memberikan informasi relevan kepada investor. Dalam melakukan penilaian
atas suatu saham, investor dapat menggunakan pendekatan teknikal maupun
fundamental. Di dalam pendekatan teknikal dilakukan dengan cara menilai saham
secara individual dengan menggunakan grafik. Informasi tentang harga saham dan
volume perdagangan merupakan alat utama dalam analisa ini. Sedangkan analisa
penilaian harga saham dengan pendekatan fundamental mencoba untuk
faktor-faktor fundamental yang dianggap berpengaruh terhadap perusahaan. Pendekatan
yang populer digunakan dalam penilaian harga saham adalah metode price earning
ratio. Pendekatan price earning ratio sering digunakan oleh investor dalam
melakukan penilaian suatu saham. Pendekatan atas metode price earning ratio
diperoleh dari pembagian harga saham saat ini dengan earning per share perusahaan.
Earning per share diperoleh dari Jumlah laba bersih yang diperoleh dibagi dengan
saham yang beredar. Price earning ratio merupakan indikator di dalam menentukan
kewajaran atas nilai suatu saham. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi
pula price earning ratio. Semakin tinggi price earning ratio, semakin besar
keyakinan investor bahwa nilai suatu saham tersebut sudah over valued, yang berarti
terdapat kecenderungan bahwa harga suatu saham akan menurun, disebabkan
harganya saat ini sudah sangat tinggi. Menurut Mashurdin (2003) dalam
penelitiannya terhadap harga saham perusahaan yang go public di Indonesia tahun
2001, menyatakan rata-rata price earning ratio perusahaan adalah 8,80%. Ia
menyatakan bahwa saham yang price earning ratio nya masih di bawah 8,80%
(rata-rata) ada kemungkinan meningkat harganya, karena masih under price, sedangkan
saham yang price earning ratio nya sudah di atas 8,80% akan cenderung menurun,
karena sudah over price.
Terdapat beberapa faktor yang dapat digunakan untuk mempengaruhi harga
saham. Diantaranya adalah faktor struktur modal yang dimiliki perusahaan, dan
seberapa besar perusahaan mengeluarkan dividen yang tercermin dari dividen pay out
dividen yang tercermin dari dividen pay out ratio berpengaruh positif terhadap
perubahan harga saham pada perusahaan rokok yang go public di Bursa Efek
Surabaya. Menurut Mashurdin (2003) dalam penelitiannya, ia menyatakan bahwa
dividen per lembar saham berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham
di Bursa Efek Jakarta. Ia melakukan penelitian dari periode tahun 1999 sampai tahun
2001. Dari penelitian di atas peneliti melihat bahwa dividen pay out ratio
berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham. Semakin besar dividen yang
diberikan oleh perusahaan yang tercermin dari dividen pay out ratio, semakin besar
pula minat investor untuk memiliki saham tersebut yang akhirnya akan
mempengaruhi harga saham.
Kebijaksanaan struktur modal perusahaan yaitu bagaimana perusahaan
memenuhi kebutuhan operasi perusahaan, apakah didanai dari modal sendiri atau dari
hutang. Sumber dana dari internal perusahaan berasal dari laba ditahan, sedangkan
sumber dana eksternal perusahaan berasal dari hutang, penerbitan saham dan
penerbitan obligasi. Komponen struktur modal terdiri dari debt to equity ratio, debt to
assets ratio, long term debt to equity ratio, long term debt to assets ratio dan equity to
assets ratio. Kebijaksanaan struktur modal berhubungan dengan aliran kas
perusahaan di dalam operasi. Perusahaan harus memutuskan dari mana sumber dana
harus diperoleh untuk menjalankan usaha, yang pada akhirnya perusahaan
memperoleh laba bersih dari hasil operasi. Dari laba bersih tersebut, perusahaan
kemudian membuat kebijakan berapa persen laba yang harus ditahan yang akan
yang akan dibagikan sebagai dividen. Pemberian dividen tercermin dari dividen pay
out ratio saham perusahaan yang diperoleh dari dividen yang diberikan perusahaan
dibagikan dengan laba bersih perusahaan Dalam hal ini terdapat hubungan yang erat
antara struktur modal dan kebijakan dividen perusahaan.
Penelitian tentang struktur modal menyatakan terdapat hubungan negatif
antara struktur modal terhadap harga saham, yang berarti jika kebijaksanaan struktur
modal perusahaan lebih banyak menggunakan hutang di dalam kegiatan operasi,
maka akan terjadi penurunan terhadap harga saham (Sriwardany, 2006: 43). Ia
menggunakan debt to assets ratio (DAR) sebagai parameter pengukuran struktur
modal. Penelitian ini dikhususkan kepada kelompok perusahaan manufaktur yang
terdaftar di bursa periode tahun 2000 sampai tahun 2004. Eli Safrida (2008)
menyatakan struktur modal berpengaruh secara negatif terhadap nilai perusahaan. Hal
ini berarti jika penggunaan hutang lebih banyak dalam kegiatan operasi akan
menurunkan nilai perusahaan. Penelitian ini juga ditujukan kepada jenis perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa. Di dalam pengukuran struktur modal, ia
menggunakan debt to equity ratio (DER) sebagai parameter.
Terdapat 2 (dua) jenis perusahaan yang berbeda secara karakteristik yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu perusahaan yang bergerak di bidang
manufaktur dan perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Perusahaan yang bergerak
di bidang manufaktur memiliki karakteristik di mana kegiatan utama perusahaan
adalah merubah suatu bahan mentah menjadi barang jadi. Misalnya, PT. Aqua
perusahaan yang bergerak di bidang jasa dalam hal ini adalah perusahaan yang
bergerak di bidang lembaga keuangan pada Bursa Efek Indonesia, dalam hal ini
diwakili oleh lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, termasuk
di dalamnya yaitu perusahaan perbankan, perusahaan sekuritas, perusahaan asuransi
dan perusahaan pembiayaan, misal: PT. Bank Mandiri Tbk, PT. Trimegah Securities
Tbk, PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk dan PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk.
Perusahaan yang bergerak di bidang lembaga keuangan memiliki karakteristik
yang berbeda dibandingkan dengan perusahaan manufaktur. Hal ini disebabkan yang
dijual oleh mereka adalah jasa, dan bukan barang jadi. Dalam hubungannya dengan
harga saham, penulis ingin melihat apakah juga terdapat pengaruh struktur modal dan
dividen pay out ratio khusus terhadap perusahaan yang bergerak di bidang lembaga
keuangan baik secara parsial maupun simultan. Dalam hal ini penulis mengambil
variabel perubahan struktur modal dan bukan struktur modal, dikarenakan terdapat
kebijakan berbeda pada masing-masing perusahaan. Perusahaan perbankan biasanya
memiliki struktur modal yang relatif stabil, namun perusahaan asuransi, perusahaan
pembiayaan dan perusahaan sekuritas memiliki struktur modal yang sangat kecil. Jika
struktur modal seluruh lembaga keuangan ini disatukan terdapat kemungkinan data
tidak normal. Untuk menormalkan data tersebut, sekaligus untuk melihat seberapa
jauh perubahan struktur modal terhadap perubahan harga saham, maka penulis
menggunakan perubahan struktur modal sebagai salah satu variabel independen
Seperti penelitian terdahulu yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat
pengaruh struktur modal secara negatif terhadap harga saham dengan sampel
perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dan terdapat pengaruh positif dividen
pay out ratio terhadap harga saham, penelitian dilakukan kepada seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dugaan adanya perbedaan karakteristik harga
saham antara perusahaan yang bergerak di bidang lembaga keuangan dan perusahaan
yang bergerak di bidang manufaktur terlihat dari fenomena perubahan harga saham
perusahaan lembaga keuangan yang terdaftar di bursa tahun 2006-2008 seperti yang
penulis tunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Fenomena Perubahan Harga Saham Sampel Perusahaan Lembaga Keuangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia
Keterangan
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2006-2007 2007-2008 2006-2007 2007-2008 2006-2007 2007-2008
Perub DER (0.08) 0.25 0.30 (0.42) 2.08 0.46
2006 2007 2006 2007 2006 2007
DPR 0.50 0.50 0.17 0.21 0.30 0.39
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2006-2007 2007-2008 2006-2007 2007-2008 2006-2007 2007-2008 Perubahan
Harga Saham 0.05 (0.65) 1.88 (0.71) (0.01) (0.23)
PT. Bank Negara PT. BFI Finance
Indonesia Tbk (BFIN) Indonesia Tbk (BBNI)
PT. Panin Securities Tbk (PANS)
Secara sekilas penulis melihat bahwa dividen pay out ratio pada sampel 3
(tiga) perusahaan di atas menghasilkan perubahan harga saham yang berbeda-beda.
Pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dividen pay out ratio yang konstan
justru menurunkan harga saham. Sementara pada PT. Panin Securitas Tbk (PANS),
dividen pay out ratio yang semakin tinggi justru menurunkan harga saham. Hal yang
sama terjadi pada PT. BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN), kenaikan dividen pay out
ratio tetap menurunkan harga saham. Namun pada komponen struktur modal,
kenaikan struktur modal menurunkan harga saham perusahaan seperti yang dialami
PT. Bank Negara Indonesia (BBNI). Namun ini adalah sampel kecil dari seluruh
populasi perusahaan yang bergerak di bidang lembaga keuangan. Diperlukan seluruh
populasi yang dianggap mewakili dari lembaga keuangan yang terdaftar di bursa
untuk melihat apakah ada pengaruh dari struktur modal dan dividen pay out ratio
terhadap perubahan harga saham dikhususkan pada lembaga keuangan yang terdaftar
di bursa.
Penelitian ini dilakukan penulis untuk melihat apakah terdapat respon pasar
terhadap perubahan struktur modal perusahaan dan kebijakan dividen terhadap harga
saham yang khusus ditujukan kepada lembaga keuangan yang terdaftar di bursa. Hal
ini dilakukan karena berdasarkan penelitian terdahulu terhadap jenis perusahaan yang
berbeda yaitu perusahaan jenis manufaktur, terdapat respon pasar akan struktur modal
terhadap harga saham. Demikian pula hasil penelitian terhadap perusahaan yang
listing di Bursa Efek Jakarta, terdapat pengaruh positif dividen pay out ratio terhadap
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
tentang “Pengaruh perubahan struktur modal dan dividen pay out ratio terhadap
perubahan harga saham pada lembaga keuangan di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, maka perumusan masalah
dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah terdapat pengaruh perubahan struktur modal yang terdiri dari
perubahan debt to equity ratio (DER), perubahan debt to assets ratio (DAR),
perubahan long term debt to equity ratio (LDER), perubahan long term debt to assets
ratio (LDAR) dan perubahan equity to assets ratio (EAR) serta pengaruh dividen pay
out ratio terhadap perubahan harga saham pada lembaga keuangan di Bursa Efek
Indonesia baik secara parsial maupun simultan?”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah:
“Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh perubahan struktur modal yang
terdiri dari perubahan debt to equity ratio (DER), perubahan debt to assets ratio
(DAR), perubahan long term debt to equity ratio (LDER), perubahan long term debt
to assets ratio (LDAR) dan perubahan equity to assets ratio (EAR) serta pengaruh
dividen pay out ratio terhadap perubahan harga saham pada lembaga keuangan
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberi manfaat. Manfaat
yang diharapkan tersebut, yaitu:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dunia pendidikan
akuntansi dalam hal melakukan analisa terhadap struktur modal dan
pemberian dividen perusahaan, sehingga perlu dicantumkan pada catatan atas
laporan keuangan perusahaan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi investor di pasar
modal, dalam hal ini dengan mengetahui struktur modal dan besarnya dividen
pay out ratio perusahaan, investor dapat merasa yakin dengan prospek
perusahaan tersebut di masa yang akan datang.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para peneliti
sejenis untuk menyempurnakan penelitian ini, yaitu dengan meneliti
variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi harga perbankan khususnya dan harga
saham seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan
kompetensi penulis di dalam pemahaman penulis tentang dunia pasar modal.
1.5. Originalitas
Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Muhammad
(2006), tesis Pasca Sarjana Universitas Terbuka dengan judul analisis struktur modal
penelitian dilakukan dari tahun 2001 sampai tahun 2004. Variabel dependen dalam
penelitiannya adalah harga saham yang diukur dari perubahan harga saham periode
saat ini dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya, sedangkan variabel
independen adalah struktur modal yang terdiri dari Debt to Equity Ratio, Debt to
Assets Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Assets Ratio dan
Equity to Assets Ratio.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad (2006), pada
penelitian ini, peneliti melakukan penelitian akan perubahan struktur modal dari suatu
periode tertentu terhadap periode yang lain yaitu perubahan debt to equity ratio
(DER), perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt to equity
ratio (LDER), perubahan long term debt to assets ratio (LDAR) dan perubahan
equity to assets ratio (EAR) serta menambahkan 1 (satu) buah variabel independen
yaitu dividen pay out ratio dalam pengaruhnya terhadap perubahan harga saham.
Di samping itu waktu penelitian juga mengalami perubahan di mana, periode
penelitian mengambil sampel lembaga keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2003 – 2008. Perbedaan lainnya, ialah peneliti
mengambil sampel perusahaan jasa yaitu lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Sebelum berinvestasi di pasar modal, biasanya para pemodal akan
menganalisa saham-saham yang mereka rasa memiliki potensi untuk berkembang.
Saham yang ingin dibeli tersebut biasanya akan dinilai apakah nilainya terlalu tinggi
(overvalued) atau terlalu rendah (undervalued). Ketika menganalisa, tujuan para
pemodal dalam jangka pendek adalah mengharapkan kenaikan harga saham tersebut,
sehingga mereka mendapatkan capital gain atau selisih dari nilai saham sewaktu
menjual dan membeli saham. Sedangkan tujuan jangka panjang pemodal adalah
mengharapkan adanya dividen yaitu keuntungan bersih yang dibagikan perusahaan
pada akhir periode kepada para pemegang saham.
Ada 2 (dua) pendekatan di dalam menilai harga saham, yaitu pendekatan
teknikal dan pendekatan fundamental. Dalam analisis teknikal, investor menggunakan
data berupa volume perdagangan, harga saham, sentimen pasar dan indikator lainnya.
Dalam pendekatan ini, investor cenderung melihat data saham perusahaan dari pasar
dengan segala perubahan yang terjadi di dalam pasar atas suatu saham. Sedangkan
di dalam analisis fundamental, investor murni menggunakan data historis yang
menggunakan data-data dari internal perusahaan, seperti laba bersih, struktur modal,
dividen, total asset, cash flow dan lain-lain. Komponen-komponen di atas merupakan
di dalam pengaruh struktur modal dan dividen terhadap perubahan harga saham, telah
banyak diteliti sebelumnya. Sriwardany (2006), menyatakan bahwa struktur modal
mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur,
yang berarti jika kebijaksanaan struktur modal perusahaan lebih banyak
menggunakan hutang, maka akan terjadi penurunan harga saham. Mashurdin (2003)
menyatakan bahwa dividen per lembar saham mempunyai pengaruh positif terhadap
harga saham pada perusahaan yang go public di Indonesia. Dalam hal ini penulis
mencoba mengangkat pengaruh kedua faktor tersebut secara bersama-sama terhadap
perubahan harga saham dikhususkan pada lembaga-lembaga keuangan bank dan non
bank yang listing di Bursa Efek Jakarta.
2.1.1. Teori Struktur Modal
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh struktur modal
terhadap nilai perusahaan. Dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti
sebagian modal sendiri dengan hutang, atau sebaliknya, apakah harga saham akan
berubah. Dengan kata lain, kalau perubahan struktur modal tidak merubah nilai
perusahaan berarti tidak ada struktur modal yang terbaik. Semua struktur modal
adalah baik. Tetapi kalau dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan
berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang
dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal
yang terbaik (Husnan dan Pujiastuti, 1996: 293). Struktur modal merupakan
kombinasi hutang dan ekuitas. Dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan
Teori struktur modal adalah teori yang menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan
perusahaan di dalam menentukan perimbangan antara hutang dan ekuitas adalah
untuk memaksimumkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga pasar di bursa.
Terdapat berbagai teori tentang kebijakan struktur modal. Tetapi tidak ada yang
terbaik. Kebijakan struktur modal erat kaitannya dengan sumber pendanaan
perusahaan. Sumber pendanaan perusahaan dibagi ke dalam 2 (dua) bagian yaitu
sumber pendanaan intern dan sumber pendanaan ekstern. Sumber pendanaan intern
diperoleh dari laba ditahan dan cadangan sedangkan sumber pendanaan eksternal
diperoleh dari hutang, penerbitan saham maupun penerbitan obligasi.
Kombinasi pemilihan struktur modal merupakan hal penting yang harus
diperhatikan oleh perusahaan karena kombinasi pemilihan struktur modal tersebut
juga akan mempengaruhi biaya modal (cost of capital) yang dikeluarkan perusahaan.
Setiap perusahaan yang memiliki struktur modal yang optimal berarti adanya bauran
utang, saham preferen dan ekuitas saham biasa yang menyebabkan harga saham
menjadi maksimal. Tingkat biaya modal adalah biaya yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk mendapatkan dana guna membiayai investasinya. Apabila suatu
perusahaan bermaksud untuk melakukan kombinasi atas struktur modal yang ada,
maka tingkat biaya modal dari struktur modal tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan metode biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of
capital). Tingkat biaya modal rata-rata tertimbang merupakan kombinasi dari tingkat
biaya hutang dan tingkat biaya ekuitas yang dapat dihitung dengan rumus sebagai
WACC = wd kd (1 – T) + wps kps + wce ks
Di mana, wd = persentase hutang
kd = biaya hutang sebelum pajak
T = tarif pajak marjinal perusahaan
wps = persentase saham preferen
kps = biaya saham preferen
wce = persentase saham biasa
ks = biaya saham biasa.
(Young dan Byrne, 2001: 147) menyatakan biaya modal rata-rata tertimbang
(Weighted Average Cost of Capital) sebagai berikut:
X (BIAYATOTAL)(1 T)
TOTAL PEMBIAYAAN
UTANG WACC
X BIAYAEKUITAS TOTAL
PEMBIAYAAN EKUITAS
Di dalam menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average
Cost of Capital), kita perlu memperoleh data-data tentang jumlah utang dan ekuitas
dalam struktur modal, biaya utang, tingkat pajak dan biaya ekuitas (Young dan
Byrne, 2001: 149).
Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan antara risiko dan tingkat
pengembalian, di mana menggunakan lebih banyak utang berarti memperbesar risiko
yang ditanggung pemegang saham, namun di sisi lain menggunakan lebih banyak
tinggi cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) akan menaikkan harga
saham tersebut. Karena itu struktur modal yang optimal harus berada pada
keseimbangan antara risiko dan pengembalian yang memaksimumkan harga saham
(Weston & Brigham, 2001: 5-6).
Martono dan Harjito (2001: 239) menyatakan bahwa struktur modal adalah
perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan
oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Martin et.al (1999:
385) menyatakan bahwa struktur modal merupakan bauran segenap sumber
pendanaan jangka panjang yang digunakan perusahaan. Tujuan pokok struktur modal
adalah menciptakan suatu bauran atau kombinasi sumber dana permanen yang
sedemikian rupa mampu memaksimalkan harga saham perusahaan. Pendanaan
perusahaan yang bersumber dari modal sendiri dapat berupa modal saham, laba
ditahan dan cadangan. Jika pendanaan dari dalam perusahaan masih mengalami
kekurangan (defisit), maka perusahaan dapat mempertimbangkan pendanaan dari luar
perusahaan, yaitu dari hutang. Kombinasi hutang dan modal sendiri harus dikelola
sedemikian rupa, agar tercipta struktur modal yang optimal.
Hutang (debt) adalah sumber pembelanjaan yang mengandung risiko, yaitu
risiko keuangan berupa bunga (interest) serta pembayaran kembali hutang
(repayment). Karena mengandung risiko, maka hutang yang digunakan untuk
dapat digunakan untuk membelanjai proyek, bila hasil yang diperoleh dari kegiatan
tersebut lebih besar dari kewajiban yang harus dipenuhi.
Berikut akan dijelaskan beberapa teori struktur modal yang dikemukakan oleh
para ahli, meliputi pendekatan tradisional, pendekatan Modigliani dan Miller, teori
trade off, pendekatan laba operasi bersih dan pecking order theory.
1. Pendekatan Tradisional
Mereka yang menganut pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam
pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan atau biaya modal
perusahaan bisa dirubah dengan cara merubah struktur modalnya. Pendapat ini
dominan sampai dengan awal tahun 1950 an (Husnan & Pujiastuti, 1996: 296).
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga tingkat leverage tertentu, risiko
perusahaan tidak mengalami perubahan. Namun demikian setelah leverage rasio
utang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan ini akan
semakin besar dan bahkan akan semakin besar daripada penurunan biaya karena
penggunaan hutang yang lebih besar. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang
pada awalnya menurun, dan setelah leverage tertentu meningkat. Oleh karena itu nilai
perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat dari penggunaan
hutang yang semakin besar. Menurut pendekatan tradisional ini, struktur modal yang
optimal terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang
2. Pendekatan Modigliani dan Miller
Profesor Franco Modigliani dan Professor Merton Miller (MM)
mempublikasikan teori ini pada tahun 1958. Di dalam artikel yang ditulisnya, mereka
menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya.
Dengan perkataan lain, mereka menyatakan bahwa tidak menjadi masalah bagaimana
perusahaan membiayai operasinya, jadi struktur modal tidak relevan (Houston &
Brigham, 2001: 31). Tetapi studi mereka didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak
realistis, antara lain: tidak ada broker (pialang), tidak ada pajak dan tidak ada biaya
kebangkrutan.
3. Teori Trade Off
Teori trade off menyatakan di mana perusahaan menyeimbangkan manfaat
dari pendanaan dengan utang, karena utang memberikan manfaat perlindungan pajak.
Dengan kata lain hutang bermanfaat bagi perusahaan karena bunga dapat
dikurangkan dalam menghitung pajak (tax deductible). Manfaat terbesar dari suatu
pembiayaan dengan hutang adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah
yang mengijinkan bahwa bunga atas hutang dapat dikurangi dalam menghitung
pendapatan kena pajak.
4. Pendekatan Laba Operasi Bersih
Pendekatan laba operasi bersih ini mengasumsikan investor memiliki reaksi
yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Pendekatan ini melihat
bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapa pun tingkat hutang yang
halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar
oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan, sehingga
tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat
sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Konsekuensinya, biaya modal
rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi
tidak penting.
5. Pecking Order Theory
Teori ini didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan laba ditahan lebih
disukai disebabkan lebih murah biayanya jika dibandingkan penggunaan sumber dana
eksternal. Penggunaan sumber dana eksternal melalui hutang hanya digunakan jika
kebutuhan investasi lebih tinggi dari sumber dana internal. pecking order theory
menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam
dalam jumlah sedikit, karena mereka tidak akan melakukan pinjaman jika tidak
diperlukan. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung mempunyai hutang
yang lebih besar karena dana internal tidak cukup, dan hutang merupakan sumber
eksternal yang lebih disukai.
2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Permasalahan mengenai struktur modal merupakan suatu hal yang penting
bagi perusahaan, karena kebijakan akan penetapan struktur modal akan mempunyai
efek yang langsung bagi perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur
modal yang tidak baik, di mana perusahaan mempunyai hutang yang sangat besar
mengenai kebijaksaan perusahaan di dalam menentukan pembiayaan kegiatan
operasionalnya. Menurut Bambang Riyanto (1977: 236) terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi kebijaksanaan perusahaan di dalam mengelola struktur
modalnya yaitu:
1. Tingkat Bunga
Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal, biasanya
perusahaan akan mempertimbangkan tingkat suku bunga yang berlaku saat
itu. Apabila tingkat bunga tinggi dan cenderung akan meningkat, biasanya
perusahaan enggan untuk mendanai kegiatan perusahaan dengan hutang.
2. Susunan dari pada Aktiva
Apabila suatu perusahaan memiliki asset yang tertanam dalam aktiva tetap
cukup banyak, biasanya mereka akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
modalnya dari modal sendiri. Hal yang sebaliknya terjadi ialah, apabila
perusahaan yang sebagian besar assetnya terdiri dari aktiva lancar, mereka
akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka
pendek.
3. Kadar Resiko dari pada Aktiva
Tingkat atau kadar risiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan adalah tidak
sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam
perusahaan, makin besar derajad risikonya. Apabila ada aktiva yang memiliki
modal sendiri, dan sedapat mungkin mengurangi pembelanjaan dengan
menggunakan hutang.
4. Besarnya Jumlah Modal yang Dibutuhkan
Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sekiranya dapat dipenuhi hanya dari
satu sumber saja, maka tidaklah perlu mencari sumber lain. Jika hal seperti ini
terjadi sebaiknya digunakan modal sendiri di dalam kegiatan pembelanjaan
perusahaan.
5. Keadaan Pasar Modal
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya
gelombang konjungtur. Pada saat sedang booming, biasanya para investor
lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham.
6. Sifat Manajemen
Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh yang langsung dalam
pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. Seorang
manajer yang bersifat optimis akan lebih berani untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan dengan dana yang berasal dari hutang. Sebaliknya
seorang manajer yang bersifat pesimis, akan lebih hati-hati di dalam
menanggung risiko dan lebih suka membelanjai pertumbuhan perusahaan
dengan dana yang berasal dari sumber intern perusahaan yang tidak
7. Besarnya Suatu Perusahaan
Suatu perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas, setiap
pertambahan modal saham akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap
kemungkinan hilangnya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang
bersangkutan. Biasanya perusahaan yang besar seperti ini akan lebih berani
mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan pertumbuhan
perusahaan. Hal ini tidak berlaku bagi perusahaan yang relatif kecil.
2.1.3. Kebijakan Dividen
Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada pemegang
saham. Selain dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, sebagian
dari laba bersih itu ditahan di dalam perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan
pada periode berikutnya yang biasa disebut laba ditahan (retained earning). Rasio
antara pemberian dividen dengan laba bersih disebut dividen payout ratio. Semakin
kecil dividen payout ratio, maka akan semakin kecil dividen yang akan dibagikan
kepada pemegang saham. Namun semakin besar dividen payout ratio semakin besar
pula dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, dan semakin kecil laba yang
ditahan untuk kegiatan operasional perusahaan berikutnya. Sepintas para pemegang
saham merasa senang apabila dividen yang diberikan kepadanya itu besar, padahal
apabila pendanaan perusahaan menggunakan laba ditahan, hal itu memiliki cost of
capital yang paling kecil, jika dibandingkan pendanaan perusahaan menggunakan
hutang. Sehingga perlu ditentukan suatu kebijakan dividen yang optimal dengan
Selain dividen payout ratio ada juga yang disebut dengan dividen per share
atau dividen per lembar saham. Yang membedakan antara dividen payout ratio dan
dividen per share adalah, bahwa angka dividen per lembar saham diperoleh dari
pembagian antara jumlah dividen yang dibayarkan dengan jumlah saham biasa yang
beredar. Seperti halnya dividen payout ratio, semakin besar dividen per share, berarti
semakin besar pula dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Dalam hal ini
diperlukan kebijakan di dalam pemberian dividen.
Di dalam menentukan kebijakan dividen, perusahaan perlu memperhatikan
tingkat bunga yang berlaku. Apabila tingkat bunga cenderung naik, maka perusahaan
lebih menyukai pendanaan yang bersumber dari laba ditahan. Akan tetapi apabila
tingkat bunga cenderung turun, maka pendanaan yang bersumber dari hutang lebih
disukai perusahaan. Akibatnya kebijakan pemberian dividen perusahaan dapat
berubah.
Terdapat berbagai pendapat atau teori mengenai kebijakan dividen antara lain
(1) Teori dividen tidak relevan, (2) Teori the bird in the hand dan (3) Teori perbedaan
pajak.
1. Teori Dividen Tidak Relevan
Pendukung utama dari teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani
(MM), di mana kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham
maupun terhadap biaya modalnya. Miller dan Modigliani (MM) berpendapat bahwa
bagaimanapun kebijakan dividen itu tidak akan mempengaruhi harga saham, sebab
dividen dan laba ditahan, apakah pemberian dividen lebih besar kepada pemegang
saham, atau mengalokasikan sebagian besar keuntungan perusahaan kepada laba
ditahan. Miller dan Modigliani (MM) menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak
ditentukan dari besar kecilnya dividen pay out ratio, tapi ditentukan oleh laba bersih
sebelum pajak (EBIT) (Atmaja, 1994: 351).
2. Teori Bird in The Hand
Merton Miller dan Franco Modigliani (MM) berpendapat bahwa nilai
perusahaan akan dimaksimalkan apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan
(Weston & Brigham, 2001: 67). Teori ini menyatakan bahwa investor lebih menyukai
penerimaan dividen dari pada capital gain. Sebaliknya Myron Gordon dan John
Lintner berpendapat sebaliknya, di mana nilai perusahaan akan turun apabila rasio
pembayaran dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap
penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba yang
ditahan dibandingkan seandainya mereka menerima dividen.
3. Teori Preferensi Pajak
Teori ini beranggapan bahwa investor lebih menyukai pembagian dividen
yang rendah daripada yang tinggi. Hal ini disebabkan karena keuntungan modal dari
capital gain dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pendapatan dividen. Untuk
investor yang memiliki mayoritas saham akan lebih suka jika perusahaan
menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba yang akan
menaikkan harga saham akan menghasilkan capital gain yang pajaknya lebih rendah
2.1.4. Pendekatan dalam Kebijakan Dividen
(Gitosudarmo, 2002: 227 ) menyatakan terdapat 2 (dua) pendekatan di dalam
membahas masalah dividen yaitu:
1. Sebagai Kebijaksanaan Pembelanjaan Jangka Panjang
Pendekatan ini berpandangan bahwa semua laba sesudah pajak yang diperoleh
perusahaan adalah merupakan sumber dana jangka panjang. Pengumuman
atas pembagian laba sebagai dividen berarti pengurangan terhadap sumber
dana jangka panjang yang dapat dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan.
Oleh karena itu pembagian dividen berakibat penekanan terhadap
perkembangan usaha. Pendekatan ini berpendapat di dalam membentuk biaya
kapital yang rendah didapat dari pembentukan struktur modal yang sebagian
besar dana diperoleh dari modal sendiri
2. Sebagai Kebijaksanaan untuk Memaksimumkan Nilai Perusahaan
Pendekatan ini berpendapat bahwa kebijaksanaan dividen mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap harga pasar dari saham yang beredar. Oleh
karena itu, perusahaan dituntut untuk membagikan dividen sebagai realisasi
dari harapan investor dalam mengeluarkan uangnya untuk membeli saham
tersebut.
2.1.5. Kebijaksanaan Pembayaran Dividen
Dalam kebijaksanaan pembayaran dividen pada garis besarnya adalah
1. Stable Dividend Policy (Kebijaksanaan Dividen yang Stabil)
Pada kebijaksanaan ini, besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam
jumlah yang tetap, walaupun terjadi fluktuasi dalam laba bersih.
2. Fluctuating Dividen Policy (Kebijakan Dividen yang Fluktuasi)
Pada kebijaksanaan ini, besarnya dividen yang dibayarkan didasarkan pada
tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan
tinggi, maka besarnya dividen yang dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya
bila tingkat keuntungan rendah, maka besarnya dividen yang dibayarkan juga
rendah, atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat
keuntungannya.
3. Kombinasi Stable dan Fluctuating Dividen
Pada kebijakan kombinasi ini, besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada
yang bersifat stabil, tetapi sebagian lagi bersifat proporsional dengan tingkat
keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba, para
pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap. Tetapi apabila perusahaan
mendapatkan keuntungan tinggi, maka pembayaran dividen juga diberikan
tinggi.
2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Dividen Suatu Perusahaan
Menurut Riyanto (1979: 209), faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian
1. Posisi Likuiditas Perusahaan
Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting untuk
dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan seberapa besar dividen yang
akan dibagi. Semakin likuid perusahaan, berarti makin besar kemampuannya
untuk membayar dividen. Bagi perusahaan yang sedang tumbuh, mungkin
likuiditasnya tidak terlalu besar, sehingga mempengaruhi perusahaan tersebut
di dalam membayar cash dividen.
2. Kebutuhan Dana untuk Membayar Hutang
Setiap perusahaan pasti memiliki hutang yang berbeda-beda tingkat jatuh
temponya. Pada saat jatuh tempo, perusahaan diharuskan untuk membayar
hutangnya tersebut. Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan
hutangnya akan diambil dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan
sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang berarti
bahwa akan semakin kecil dividen yang akan dibayarkan perusahaan.
3. Tingkat Perluasan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka akan makin besar
kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut.
Semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan,
maka perusahaan akan lebih senang untuk menahan laba yang diperoleh,
4. Pengawasan terhadap Perusahaan
Terdapat perusahaan yang lebih senang menggunakan sumber dana intern
di dalam membiayai kegiatan operasinya. Alasannya adalah apabila ekspansi
perusahaan dibiayai dari penjualan saham baru, maka akan mengurangi
kontrol dari kelompok yang dominan di dalam perusahaan. Jika ekspansi
perusahaan dibiayai oleh hutang, akan memperbesar risiko finansial. Sehingga
apabila perusahaan lebih mempercayakan sumber dana intern dalam
membiayai kegiatan perusahaan, biasanya akan mengurangi dividen pay out
ratio yang akan dibagi.
2.1.7. Metode Penilaian Harga Saham
Pergerakan harga saham terjadi dalam setiap detik. Sulit untuk
memperkirakan apakah suatu harga saham mengalami kenaikan atau penurunan.
Analisis dan penilaian harga saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik suatu
saham dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saham tersebut pada
saat ini. Nilai intrinsik (NI) suatu saham menunjukkan present value (nilai sekarang)
dari arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Lubis (2008: 211) menyatakan
bahwa penilaian harga saham biasa sedikit lebih sulit daripada surat berharga yang
lain karena:
1. Return dari saham biasa merupakan gabungan atas dividen dan capital gain
atau capital loss.
2. Dividen tidak selalu sama setiap periode, bahkan diharapkan dapat mengalami
3. Return atas saham biasa relatif lebih tidak pasti daripada return atas saham
preferen atau obligasi.
Penentuan harga saham dapat dilakukan melalui analisis teknikal dan analisis
fundamental. Pada analisis teknikal, harga saham ditentukan berdasarkan catatan
harga saham di waktu yang lalu. Metode ini mengamati dan mempelajari
perubahan-perubahan harga saham di masa lalu dengan menggunakan analisa grafik untuk
mengestimasi harga saham. Analisa grafik ini kemudian dipelajari untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya suatu pengulangan fluktuasi dan arah trend harga.
Sedangkan dalam analisis fundamental, harga saham ditentukan atas dasar
faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya, misal tingkat laba, pemberian dividen,
struktur modal dan lain-lain. Analisis fundamental mempunyai anggapan bahwa
setiap pemodal adalah makhluk rasional, oleh sebab itu analisis fundamental mencoba
mempelajari hubungan antara saham dengan kondisi perusahaan. Hal ini disebabkan
karena nilai saham mewakili nilai perusahaan. Terdapat beberapa pendekatan yang
lazim digunakan untuk menilai harga saham misalnya dengan pendekatan model
pertumbuhan nol, model pertumbuhan konstan, dan model price earning ratio.
1. Model Pertumbuhan Nol
Model ini berasumsi bahwa pembayaran dividen perusahaan tiap tahunnya
adalah konstan/sama. Jadi jumlah dari dividen yang dibayarkan tahun lalu (D0) juga
akan dibayarkan untuk tahun depan (D1), demikian seterusnya (D2) (Sharpe et.al,
1997: 165).
)
Contoh: Sebuah saham diperkirakan membayarkan dividen tiap tahunnya
sebesar Rp. 500. Asumsi tingkat suku bunga 20%. Maka nilai intrinsik adalah:
500
Model ini adalah model yang mengasumsikan dividen akan berkembang dari
periode ke periode berikutnya dengan tingkat pertumbuhan yang sama selamanya
(Sharpe et.al, 1997: 165).
bunga 20%. Maka nilai intrinsik adalah:
3. Model Pendekatan Price Earning Ratio
Pendekatan Price Earning Ratio sangat terkenal dan dipakai di banyak negara
untuk mengestimasi harga saham. Karena kepopulerannya pendekatan ini telah
dimasukkan dalam laporan tahunan “Emerging Capital Market Facebook” yang
diterbitkan oleh International Finance Corporation. Keunggulan dari pendekatan ini
terletak pada kesederhanaannya (Samsul, 2006: 166). Price Earning Ratio merupakan
salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh analisis sekuritas untuk menilai
suatu saham. Pendekatan ini mendasarkan atas rasio antara harga saham per lembar
yang berlaku di pasar modal dengan tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi
pemegang saham. Price Earning Ratio dapat diartikan sebagai indikator kepercayaan
pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Price
Earning Ratio menunjukkan tingkat kewajaran atas harga suatu saham. Price Earning
Ratio yang tinggi menunjukkan harga saham tersebut sudah over valued, sehingga
memungkinkan untuk terjadi penurunan harga. Demikian sebaliknya, price earning
ratio yang rendah menunjukkan adanya potensi harga saham tersebut untuk menaik.
2.2. Review Peneliti Terdahulu
Peneliti dalam hal ini mereplikasi dari judul-judul tesis sebelumnya, yang
mengupas faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham perusahaan
yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan yang nyata, yang penulis lakukan
dalam tesis ini, adalah penulis mengambil variabel independen berupa variabel
perubahan debt to assets ratio, perubahan long term debt to equity ratio, perubahan
long term debt to assets ratio dan perubahan equity to assets ratio serta variabel
dividen pay out ratio untuk melihat pengaruhnya terhadap perubahan harga saham
khusus harga saham lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2003-2008. Berikut review penelitian terdahulu yang disajikan dalam bentuk
matriks.
Lanjutan Tabel 2 negatif terhadap nilai perusahaan.
- Pertumbuhan
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan judul penelitian dan masalah yang telah diuraikan sebelumnya
maka kerangka konsep dari penelitan ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Pengaruh Perubahan Struktur Modal dan Dividen Pay Out Ratio terhadap Perubahan Harga Saham
Perubahan Harga Saham (Y) 2. Perubahan Debt to
Assets Ratio (DAR) (X2)
1. Perubahan Debt to
Equity Ratio (DER) (X1)
4. Perubahan Long Term
Debt to Assets Ratio
(LDAR) (X4)
5. Perubahan Equity to
Assets Ratio (EAR) (X5)
Dividen Pay Out Ratio
(DPR) (X6) Perubahan Struktur Modal terdiri dari :
3. Perubahan Long