• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Locus Of Control Dengan Perilaku Kesehatan Pada Masyarakat Pedesaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Locus Of Control Dengan Perilaku Kesehatan Pada Masyarakat Pedesaan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL

DENGAN

PERILAKU KESEHATAN

PADA MASYARAKAT PEDESAAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

VERAWATI SILALAHI 051301101

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

SKRIPSI

Hubungan Locus Of Control Dengan Perilaku Kesehatan Pada Masyarakat Pedesaan

Dipersiapkan dan disusun oleh

Verawati Silalahi 051301101

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 11 Juni 2009

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi

dr. Chairul Yoel, Sp. A (K) NIP. 140 080 762

Dewan Penguji

1. Arliza J. M.si Penguji I _____________ NIP132 303 828 merangkap sebagi pembimbing

2. Josetta M. R. T, M.si Penguji II ______________ NIP 132 255 304

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya ini yang berjudul:

Hubungan Locus Of Control Dengan Perilaku Kesehatan Pada Masyarakat Pedesaan

adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk meraih gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Juni 2009

(4)

Hubungan Locus Of Control Dengan Perilaku Kesehatan Pada Masyarakat Pedesaan

Verawati dan Rodiatul

`

ABSTRAK

Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan sendiri bukan hanya ditentukan secara biologis tetapi juga oleh perilaku individu yaitu perilaku kesehatan. penyakit dan kematian akan berkurang jika manusia memiliki perilaku hidup sehat. Di negara maju perilaku masyarakat sangat menunjang terhadap perilaku hidup sehat, sedangkan di negara berkembang perilaku masyarakat kurang menunjang terhadap perilaku hidup sehat. Di Indonesia perilaku masyarakat belum mendukung ke arah perilaku hidup sehat dan memberikan pengaruh terhadap munculnya masalah kesehatan. Penyakit diare, pernafasan, perut dan kulit masih sering muncul khususnya di daerah pedesaan. Masyarakat pedesaan masih minim pengetahuan tentang kesehatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah locus of control, namun berdasarkan hasil penelitian masih ada ketidakkonsistenan antara hubungan kedua variabel tersebut.

Jenis penelitian ini adalah korelasional, dengan tujuan untuk melihat hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan. Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat desa yang ada di kecamatan panguruaran kabupaten samosir yang berusia minimal 12 tahun. Tehnik pengambilan sampel menggunakan incidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Analisa data menggunakan korelasi pearson product moment

yang melibatkan 2 skala yaitu skala locus of control dan skala perilaku kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara

locus of control dengan perilaku kesehatan. pada masyarakat pedesaan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,444 (R = 0,444)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi USU Medan.

Menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Chairul, Sp.A(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi

2. Ibu Rodiatul H.S, M. Si, psikolog selaku Pembimbing Skripsi. Saya ucapkan terimakasih atas kesabaran serta masukan dari ibu sehingga skripsi ini dapat selesai.

3. Pak Zulkarnain selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih atas bimbingan dari bapak.

4. Ibu Etty Rahmwaty yang telah banyak memberikan masukan dan saran bagi terselesainya skripsi ini.

5. Orang tua saya tercinta, terimakasih atas doa dan dukungannya.

(6)

7. Sahabat saya Yustian Sinaga yang telah mambantu saya dalam pengambilan data dan menjadi sahabat dalam menjalani suka duka selama kuliah, saya ucapkan terimakasih.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi rekan-rekan semua.

Medan, Juni 2009

(7)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan Lembar Pernyataan Abstrak

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B. Tujuan Penelitian C. Manfaat Penelitian D. Sistematika Penulisan BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan

1. Pengertian Perilaku Kesehatan

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan 3. Aspek-Aspek perilaku kesehatan

B. Locus of control

1. Pengertian Locus of control

(8)

C. Hubungan Locus of control dengan perilaku kesehatan D. Hipotesa penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian B. Defenisi Operasional

1. Perilaku Kesehatan 2. Locus of control

C. Populasi dan Metode Pengambilan sampel 1. populasi dan sampel

2. jumlah sampel penelitian 3. tehnik pengambilan sampel D. Alat Pengumpulan Data

1. Skala Locus of control

2. Skala Perilaku Kesehatan

E. Validitas dan Reliabilitas alat ukur 1. Uji validitas

2. Hasil daya beda aitem 3. Reliabilitas

G. Hasil uji coba alat ukur Penelitian 1. Skala Locus of control

2. Skala perilaku kesehatan H. Prosedur Penelitian

(9)

2. tahap pelaksanaan penelitian 3. tahap pengolahan data I. Metode Analisa Data

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHAN A. Analisa Data

1. Gambaran Subjek Penelitian 2. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

B. Saran

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Cara Penilaian Skala Locus Of Control

Tabel 2. Blueprint Skala Locus Of Control Saat Uji Coba Tabel 3. Cara Penilaian Skala Perilaku Kesehatan

Tabel 4. Blueprint SkalaPerilaku Kesehatan Saat Uji Coba

Tabel 5. Distribusi Aitem-Aitem Skala Locus Of Control Setelah Uji Coba Tabel 6. Distribusi Aitem-Aitem Skala Locus Of Control Untuk Penelitian Tabel 7. Distribusi Aitem-Aitem Skala Perilaku Kesehatan setelah Uji Coba Tabel 8. Distribusi Aitem-Aitem Skala Perilaku KesehatanUntuk Penelitian Tabel 9. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Tabel 10. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 11. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 12. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tabel 13. Linearitas Hubungan Variabel Locus Of Control Dengan Perilaku Kesehatan

Tabel 14. Hasil Korelasi Pearson Product Moment

Tabel 15. Hasil Analisa Regresi

Tabel 16. Kriteria Kategorisasi Data Locus of Control dan Perilaku Kesehatan Tabel 17. Deskripsi Data Penelitian Locus Of Control

(11)

Tabel 21. Kategorisasi Perilaku Kesehatan Berdasarkan Mean Hipotetik Tabel 22. Kategorisasi Perilaku Kesehatan Berdasarkan Mean Empirik Tabel 23. Kategori Perilaku Kesehatan Berdasarkan Status Pekerjaan Tabel 24. Kategori Perilaku Kesehatan Berdasarkan Usia

Tabel 25. kategori perilaku kesehatan berdasarkan jenis kelamin Tabel 26. Kategori Locus Of Control Berdasarkan Status Pekerjaan Tabel 27. Kategori Locus Of Control Berdasarkan Usia

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

Hubungan Locus Of Control Dengan Perilaku Kesehatan Pada Masyarakat Pedesaan

Verawati dan Rodiatul

`

ABSTRAK

Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan sendiri bukan hanya ditentukan secara biologis tetapi juga oleh perilaku individu yaitu perilaku kesehatan. penyakit dan kematian akan berkurang jika manusia memiliki perilaku hidup sehat. Di negara maju perilaku masyarakat sangat menunjang terhadap perilaku hidup sehat, sedangkan di negara berkembang perilaku masyarakat kurang menunjang terhadap perilaku hidup sehat. Di Indonesia perilaku masyarakat belum mendukung ke arah perilaku hidup sehat dan memberikan pengaruh terhadap munculnya masalah kesehatan. Penyakit diare, pernafasan, perut dan kulit masih sering muncul khususnya di daerah pedesaan. Masyarakat pedesaan masih minim pengetahuan tentang kesehatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah locus of control, namun berdasarkan hasil penelitian masih ada ketidakkonsistenan antara hubungan kedua variabel tersebut.

Jenis penelitian ini adalah korelasional, dengan tujuan untuk melihat hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan. Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat desa yang ada di kecamatan panguruaran kabupaten samosir yang berusia minimal 12 tahun. Tehnik pengambilan sampel menggunakan incidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Analisa data menggunakan korelasi pearson product moment

yang melibatkan 2 skala yaitu skala locus of control dan skala perilaku kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara

locus of control dengan perilaku kesehatan. pada masyarakat pedesaan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,444 (R = 0,444)

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia dimana sejak zaman dahulu kala, telah banyak dilakukan upaya-upaya untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan diri maupun kelompok. Hal ini terbukti dengan ditemukannya berbagai cara pengobatan secara tradisional maupun alami yang dilakukan turun-temurun dengan pengetahuan seadanya. Penanganan kesehatan masyarakat yang sistematis baru dikembangkan pada abad ke-15, dengan mulai dijumpainya dampak penyakit pada masyarakat, terjadinya wabah dan epidemi.

Di abad ke-19 berbagai usaha medis dilakukan untuk menurunkan angka kematian akibat penyakit, namun penurunan telah terjadi lama sebelum vaksin dan pengobatan diperkenalkan (Grob, Leventhal, Prohaska & Hirschman dalam Sarafino, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa penurunan terjadi karena adanya pencegahan (prevention) seperti meningkatkan kebersihan (hygiene), daya tahan tubuh yang tinggi (mengkonsumsi nutrisi yang lebih baik) dan inovasi kesehatan publik seperti membangun pemurni air (water purifier). Akibatnya semakin sedikit manusia yang meninggal oleh penyakit karena semakin sedikit pula yang terkena penyakit (Leventhal, Prohaska & Hiraschman dalam Sarafino, 2006).

(15)

merupakan elemen yang paling penting bagi kesehatan dan keberadaan manusia. Menurut Belloc dan Breslow (1972) ada tujuh perilaku penting yang baik untuk kesehatan antara lain, tidur tujuh sampai delapan jam setiap malam, tidak merokok, sarapan setiap hari, tidak mengonsumsi minuman beralkohol satu kali atau lebih setiap hari, berolah raga secara teratur, tidak mengonsumsi makanan yang tidak sehat, dan berat badan tidak lebih dari 10% dari berat badan ideal.

Peran perilaku kesehatan mendapat perhatian yang tinggi karena kebiasaan perilaku kesehatan mempengaruhi kecenderungan berkembangnya penyakit yang kronis dan fatal seperti hepatitis, kanker, dan AIDS (WHO dalam Sarafino, 2006). Perhatian ini disimulasi oleh perubahan penyakit mulai dari infeksi sampai pada penyakit kronis yang dapat menyebabkan kematian ditambah dengan meningkatnya biaya pengobatan dan data yang membuktikan bahwa perilaku individu dapat meningkatkan kematian dan penyakit. Penyakit dan kematian akan berkurang jika manusia memiliki gaya hidup yang meningkatkan kesehatan, seperti diet sehat dan tidak merokok (Sarafino, 2006). Hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Center for Disease Control and Prevention

(dalam Sarafino, 2006) yang menemukan bahwa 50% dari 10 penyebab kematian disebabkan karena gaya hidup. Perilaku kesehatan dapat menurunkan angka kematian yang berhubungan dengan gaya hidup dan bisa menunda kematian, sehingga dapat meningkatkan harapan hidup dan membuat individu bebas dari penyakit kronis dan komplikasi.

(16)

permasalahan kesehatan, sedangkan di negara-negara berkembang dan miskin, perilaku masyarakatnya kurang menunjang terhadap perilaku hidup sehat. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, pada umumnya masyarakatnya masih berorientasi pada pengobatan penyakit bukan pada pencegahan penyakit. Perilaku masyarakat belum mendukung ke arah perilaku hidup sehat dan memberikan pengaruh yang paling besar terhadap munculnya masalah kesehatan di masyarakat (Kasnodihardjo, 2006). Hal ini sejalan dengan Nitta Isdian (2008) yang mengatakan bahwa kondisi kesehatan masyarakat Indonesia saat ini masih terpuruk, yang ditandai dengan fenomena temuan kasus-kasus gizi buruk dibeberapa daerah di Indonesia, sementara masalah kesehatan lain seperti penyakit infeksi (campak, polio, diare, dan TBC) masih belum dapat diatasi.

(17)

mencuci piring, sendok, hanya dengan air atau tidak mencucinya sama sekali; membuang hajat di sembarang tempat; membuang sampah sembarangan sehingga bisa menjadi sarang lalat; membiarkan makanan tidak tertutup sehingga dapat dikotori lalat; makan buah dan sayur mentah yang tidak dicuci terlebih dahulu; memasak makanan dengan tidak sempurna sehingga tidak cukup untuk membunuh semua kuman yang ada; dan memakan makanan yang basi atau makanan sisa yang belum dipanasi. Daerah pedesaan juga merupakan daerah epidemis demam berdarah karena kondisi lingkungan yang buruk, warga buang hajat diselokan, sampah berserakan di berbagai tempat dan sarana air bersih yang masih sedikit ( Sinaga, dkk , 2005).

(18)

Predisposising faktor bukan satu-satunya faktor pemicu perilaku kesehatan yang rendah, enabling factor juga mengambil peranan penting. Enabling factor

mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat misalnya, air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, dan ketersediaan makanan yang bergizi, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta. Untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya; perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil.

(19)

dan bidan juga masih kurang. Peralatan rumah sakit di desa juga belum memadai, seperti pap smear dan mamogram untuk pemeriksaan kesehatan.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan individu adalah

personal control (dalam Taylor, 2003). Thompson (dalam Wallstone, 1981) mengatakan personal control merupakan sebuah kepercayaan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu mempengaruhi kejadian yang tidak diinginkan.

Personal control terdiri dari beberapa jenis, yaitu self-efficacy dan locus of control. Self-efficacy merupakan derajat kepercayaan individu akan kemampuannya melakukan tindakan tertentu pada situasi tertentu (Bandura, 1977). Locus of control (Rotter, 1966) menggambarkan keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya. Sumber penentu ini berasal dari internal (internal locus of control) atau eksternal (external locus of control). Internal locus of control merupakan cara dimana seseorang yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari kemampuannya, selain itu individu yang memiliki internal locus of control juga memahami bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung pada seberapa banyak usaha yang mereka lakukan, misalnya individu percaya bahwa perilaku merokok, mengonsumsi alkohol yang berlebihan, dan tidak berolahraga, mengakibatkan kondisi kesehatan yang buruk. External locus of control

(20)

Wallstone (1982), menyatakan bahwa individu yang memiliki internal locus of control cenderung terlibat dalam perilaku sehat. Individu yang memiliki

external locus of control sebaliknya cenderung terlibat dalam perilaku yang dapat merusak kesehatan. Menurut Wallstone (1992) individu yang memiliki internal locus of control akan terlibat dalam perilaku yang meningkatkan kesehatan. Wallstone (2001) juga menyimpulkan bahwa control merupakan salah satu faktor yang menentukan perilaku kesehatan dan kondisi kesehatan individu. Penelitian lain yang mendukung hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan dilakukan oleh Seeman dan Evan (1962). Penelitian mereka menunjukkan bahwa individu yang aktif mencari informasi yang berkaitan dengan kesehatan adalah individu yang memiliki internal locus of control. Penelitian yang dilakukan Seeman dan Evan ini, dilakukan pada pasien-pasien yang menderita tuberkolosis. Individu yang menderita tuberkolosis dan memiliki internal locus of control

ditemukan lebih memahami kondisi mereka dan lebih sering bertanya kepada dokter dan perawat mengenai kondisi kesehatan mereka dari pada individu yang memiliki external locus of control .

(21)

Graffeo, 2006). Hubungan antara locus of control dengan perilaku memilih makanan yang sehat juga dilakukan, namun tidak ada hubungan yang konsisten antara kedua variabel tersebut (Bennett, Durry, Moore, Smith, Murphy & Smith, Schank & Lawrence, dalam Graffeo, 2006). Penelitian Bennet (1998) juga menemukan bahwa locus of control internal tidak selalu mempengaruhi konsumsi alkohol.

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan

locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan.

B. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian, yaitu: ”Apakah ada hubungan positif antara locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk melihat hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis

(22)

2. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang Psikologi khususnya psikologi klinis di bidang kesehatan.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dalam beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisi tentang uraian mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Pada latar belakang masalah dibahas tentang buruknya kondisi kesehatan masyarakat Indonesia khususnya di daerah pedesaan. Di pedesaan justru banyak penyakit berkembang yang erat kaitannya dengan perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan ini salah satunya dipengaruhi oleh kontrol personal yaitu locus of control. Beberapa penelitian menemukan bahwa hubungan kedua variabel ini tidak konsisten. Hal ini mendorong peneliti untuk meneliti hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan.

Bab II : Landasan Teori

(23)

control dengan perilaku kesehatan. Bab ini juga mengajukan hipotesa sementara terhadap masalah penelitian, dimana menduga ada hubungan positif antara locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini berisi mengenai definisi operasional dari kedua variabel, populasi dan sampel yang akan digunakan, metode pengumpulan data serta metode analisa data. Adapun alat ukur yang digunakan adalah skala locus of control dan skala perilaku kesehatan. Daya beda aitem kedua skala akan diuji dengan menggunakan korelasi

Pearson Product Moment dan reliabilitasnya akan diuji dengan koefisien Alpha Cronbach. Untuk melihat hubungan kedua variabel peneliti menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling.

Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan

(24)

Bab V : Kesimpulan dan Saran

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perilaku Kesehatan

1. Pengertian perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2005) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.

Menurut Sarafino (2006) perilaku kesehatan adalah setiap aktivitas individu yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan tanpa memperhatikan status kesehatan.

Taylor (2003) mengatakan bahwa perilaku kesehatan adalah tindakan yang dilakukan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka. Misalnya menggosok gigi dan diet sehat.

(26)

yang dilakukan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan (dalam Taylor 2003) antara lain:

a. Faktor demografik

Perilaku kesehatan berbeda berdasarkan pada faktor demografik. Individu yang masih muda, lebih makmur, memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dan berada dalam kondisi stress yang rendah dengan dukungan sosial yang tinggi memiliki perilaku sehat yang lebih baik dari pada orang yang memiliki resources

yang lebih sedikit (Gottlieb & Green, 1984) b. Usia

Perilaku kesehatan bervariasi berdasarkan usia. Secara tipikal perilaku kesehatan pada anak-anak dapat dikatakan baik, memburuk pada remaja dan orang dewasa, namun meningkat kembali pada orang yang lebih tua (Leventhal, dkk., 1985).

c. Nilai

Nilai-nilai sangat mempengaruhi kebiasaan perilaku sehat individu. Misalnya latihan bagi wanita sangat diinginkan bagi budaya tertentu tetapi tidak bagi budaya lain (Donovan, Jessor & Costa, 1991).

d. Personal Control

(27)

Health locus of control scale (Wallstone, Wallstone & DeVellis, 1978) yang mengukur derajat sejauh mana persepsi individu dapat mengontrol kesehatan mereka.

e. Pengaruh Sosial

Pengaruh sosial juga dapat mempengaruhi perilaku sehat individu. Keluarga, teman, dan lingkungan kerja dapat mempengaruhi perilaku sehat (Broman, 1993; Lau, Quadrel & Hartman, 1990).

f. Personal Goal

Kebiasan perilaku sehat juga memiliki hubungan dengan tujuan personal (Eiser & Gentle, 1988). Jika tujuan menjadi atlet berprestasi merupakan tujuan yang penting, individu akan cenderung olah raga secara teratur dibandingkan jika hal itu bukan tujuan personal.

g. Perceived Symptoms

Kebiasaan sehat dikontrol oleh perceived symptoms. Misalnya perokok mungkin mengontrol perilaku merokok mereka berdasarkan sensasi pada paru-paru mereka.

h. Akses ke Health Care Delivery system

(28)

i. Faktor kognisi

Perilaku kesehatan memiliki hubungan dengan faktor kognisi, seperti keyakinan bahwa perilaku tertentu dapat mempengaruhi kesehatan.

3. Aspek-aspek perilaku kesehatan

Roizen (1999) mengatakan ada 7 aspek perilaku kesehatan yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku kesehatan individu yaitu;

1. Makan dan minum

a) Mengkonsumsi makanan rendah kalori dan lemak, diet berbagai jenis makanan yang bergizi tinggi.

b) Mengkonsumsi makanan berbahan kacang kedelai segar (tidak termasuk kecap).

c) Mengkonsumsi ikan yang kaya omega 3, seperti salmon minimal satu kali seminggu.

d) Minum minimal 8 gelas air mineral perhari. e) Sarapan setiap hari.

f) Mengkonsumsi makanan yang kaya B6, C, D, E, folate, kalsium atau suplemen tepat yang kaya vitamin tersebut, setiap hari.

g) Menghindari kurang vitamin dan tambahan mineral (khususnya vitamin A dan zat besi).

h) Menghindari diet (makan dengan tepat).

(29)

2. Olah raga

a) Olah raga teratur (berjalan 30 menit perhari, atau setaranya).

b) Membangun stamina dengan mengikuti aerobic dengan istirahat tiga kali seminggu.

c) Membangun kekuatan otot dengan mengangkat beban atau mengikuti latihan kekuatan lain tiga kali seminggu selama 10 menit.

3. Kebiasan sehat

a) Menggosok gigi dan flosis setiap hari (penyakit peridontal membahayakan sistem kekebalan dan berkontribusi pada penyakit jantung secara signifikan).

b) Tidur yang baik (7-8 jam setiap malam).

c) Mendapat sinar matahari selama 10-20 menit untuk menghasilkan vitamin D.

d) Menggunakan sabuk pengaman dan memiliki kantong udara di mobil. e) Tinggal di daerah yang memiliki udara bersih (level ozon yang rendah,

hydrokarbon dan zat-zat lain). 4. Seks

a) Memiliki seks sehat (menghindari sex casual dan menggunakan kondom).

b) Memiliki orgasme yang lebih sering. 5. Stres dan dukungan sosial

(30)

c) Mengembangkan hubungan sosial dengan keluarga dan teman. 6. Berat dan Jantung sehat

a) Mempertahankan berat badan yang ideal.

b) Menjaga tekanan darah rendah (dibawah 140/90 dan ideal 115/76). c) Kolesterol yang lebih rendah (total kolesterol dibawah 240mg/dl dan

yang baik 40 mg/dl atau lebih). 7. Tembakau dan rokok

a) Tidak merokok atau menggunakan produk tembakau.

b) Tidak bekerja atau tinggal di daerah yang berasap (mengkonsumsi pasif tetap berbahaya).

c) Menghindari menggunakan obat-obatan terlarang.

B. Locus Of Control

1. Pengertian locus of control

Menurut Rotter (1966) locus of control adalah keyakinan individu mengenai sumber penentu perilaku. Locus of control terdiri dari dua bagian yaitu internal locus of control dan external locus of control. Internal locus of control adalah cara individu yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari kemampuannya, sedangkan external locus of control adalah cara dimana individu yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari luar kemampuannya.

2. Faktor yang mempengaruhi locus of control

(31)

a) Episodic antecedent

Episodic antecedent adalah kejadian-kejadian yang mempengaruhi perkembangan locus of control seperti kecelakaan atau kematian seseorang yang dicintai.

b) Accumulation antecedent

Accumulation antecedent adalah kejadian-kejadian yang mempengaruhi perkembangan locus of control diskriminasi sosial, perasaan tidak berdaya dan pola asuh orang tua.

3. Aspek- aspek locus of control

Rotter (dalam Phares, 1992) menyatakan ada 2 aspek dalam locus of control, yaitu aspek internal dan aspek eksternal:

1. Aspek Internal

Seseorang yang memiliki aspek internal percaya bahwa hasil dan perilaku mereka disebabkan faktor dari dalam dirinya. Mereka selalu menghubungkan suatu peristiwa dengan faktor dalam dirinya. Faktor dalam aspek internal adalah kemampuan, minat dan usaha.

a. Kemampuan

(32)

b. Minat

Individu yang memiliki internal locus of control memiliki minat yang lebih besar terhadap kontrol perilaku, peristiwa dan tindakan mereka.

c. Usaha

Individu yang memiliki internal locus of control bersikap pantang menyerah dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengontrol perilaku mereka.

2. Aspek Eksternal

Seseorang yang memiliki external locus of control percaya bahwa hasil dan perilaku mereka disebabkan faktor dari luar dirinya. Faktor dalam aspek eksternal adalah nasib, keberuntungan, sosial ekonomi, dan pengaruh orang lain.

a. Nasib

Individu yang memiliki external locus of control percaya akan firasat baik, buruk. Mereka menganggap kesuksesan dan kegagalan yang mereka peroleh sudah ditakdirkan dan mereka tidak dapat merubah kembali peristiwa yang telah terjadi.

b. Keberuntungan

(33)

c. Sosial Ekonomi

Individu yang memiliki externallocus of control bersifat materialistik dan menilai orang lain berdasarkan tingkat kesejahteraan.

d. Pengaruh Orang Lain

Individu yang memiliki external locus of control sangat mengharapkan bantuan orang lain dan menganggap bahwa orang yang memiliki kekuasaan lebih yang lebih tinggi dari mereka, mempengaruhi perilakunya.

Berdasarkan aspek-aspek locus of control dapat disimpulkan bahwa ada 2 aspek locus of control yaitu aspek internal (minat, usaha dan kemampuan) dan aspek eksternal (nasib, keberuntungan, sosial ekonomi dan pengaruh orang lain).

C. Hubungan Locus Of Control dengan Perilaku Kesehatan

(34)

(external locus of control). Internal locus of control merupakan cara dimana seseorang yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari kemampuannya, selain itu individu yang memiliki internal locus of control juga memahami bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung pada seberapa banyak usaha yang mereka lakukan, misalnya individu percaya bahwa perilaku merokok, mengonsumsi alkohol yang berlebihan dan tidak berolahraga, mengakibatkan kondisi kesehatan yang buruk. Locus of control external merupakan cara dimana seseorang yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari luar dirinya seperti faktor keberuntungan, nasib atau takdir, misalnya individu yang mengalami penyakit diabetes percaya bahwa hal itu disebabkan oleh faktor keturunan atau takdir.

Walker (2001) mengatakan bahwa dalam area kesehatan, control memiliki hubungan yang positif dengan kondisi kesehatan. Ketika individu mampu menentukan atau mempengaruhi apa yang akan terjadi terhadap dirinya maka individu itu disebut in control. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wallstone (1982) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki internal locus of control cenderung terlibat dalam perilaku sehat. Individu yang memiliki

(35)

yang aktif mencari informasi yang berkaitan dengan kesehatan adalah individu yang memiliki internal locus of control. Penelitian yang dilakukan Seeman dan Evan ini dilakukan pada pasien-pasien yang menderita tuberkolosis. Individu yang menderita tuberkolosis dan memiliki internal locus of control ditemukan lebih memahami kondisi mereka dan lebih sering bertanya kepada dokter dan perawat mengenai kondisi kesehatan mereka dari pada individu yang memiliki external locus of control.

Dari penjelasan dapat dilihat bahwa ada hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan, dimana individu yang memiliki internal locus of control

cenderung memiliki perilaku kesehatan yang tinggi, sedangkan individu yang memiliki external locus of control cenderung memiliki perilaku kesehatan yang rendah.

D. Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini dirumuskan dengan:

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian ilmiah karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan.

Jenis penelitian korelasional bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel ini dapat bersifat positif atau negatif. Hubungan yang bersifat positif artinya, semakin tinggi nilai satu variabel maka semakin tinggi pula nilai varibel yang lain dan sebaliknya semakin rendah nilai satu variabel maka semakin rendah pula nilai variabel yang lain. Hubungan negatif artinya, semakin tinggi nilai satu variabel maka semakin rendah nilai variabel yang lain dan sebaliknya semakin rendah nilai satu variabel maka semakin tinggi nilai variabel yang lain (Goodwin, 2005).

(37)

B mempengaruhi A. Ia juga menyatakan bahwa dalam penelitian korelasional tidak ada hubungan sebab akibat, sehingga tidak ada variabel tergantung dan variabel bebas.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu locus of control dan perilaku kesehatan.

B. Definisi Operasional Perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan adalah tindakan yang dilakukan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka. Perilaku kesehatan akan diukur dengan menggunakan skala perilaku kesehatan yang disusun oleh peneliti berdasarkan indikator perilaku kesehatan yang diungkapkan oleh Roizen (1999). Semakin tinggi skor yang dicapai individu berarti semakin tinggi perilaku kesehatannya.

Locus of control

(38)

kondisi kesehatan dikendalikan oleh sejumlah faktor yang ada dalam dirinya yaitu; kemampuan, minat dan usaha. Eksternal yaitu keyakinan seseorang mengenai kondisi kesehatan dikendalikan oleh sejumlah faktor yang berada di luar dirinya yaitu; nasib, keberuntungan, sosial ekonomi dan pengaruh orang lain.

Locus of control dalam kesehatan merupakan suatu kontsrak yang kontinum, mulai dari eksternal hingga internal.

Locus of control dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala locus of control dalam kesehatan yang dirancang oleh peneliti berdasarkan aspek yang diungkapkan oleh Rotter. Semakin tinggi skor yang dicapai seseorang berarti semakin internal. Semakin rendah skor yang dicapai seseorang berarti semakin eksternal.

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan sampel

(39)

penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan sampel. Sampel adalah sebahagian dari populasi yang merupakan penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000).

2. Jumlah sampel penelitian

Bailey (dalam Soehartono, 2004) berpendapat bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, besar sampel yang paling kecil adalah 30, walaupun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti lain menganggap bahwa sampel sebesar 100 merupakan jumlah yang minimum. Sedangkan menurut Siegel (1994) tidak ada batasan mengenai berapa jumlah ideal sampel penelitian. Kekuatan tes statistik meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah sampel. Azwar (2001) menyatakan tidak ada angka yang dikatakan dengan pasti, secara tradisional statistika menganggap jumlah sampel lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Sesuai dengan pendapat Azwar, peneliti menetapkan 60 orang sampel.

3. Teknik pengambilan sampel

(40)

D. Alat Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan data dengan skala atau disebut metode skala. Metode skala digunakan karena data yang diukur berupa konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2001).

1. Skala locus of control

Skala locus of control dalam kesehatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologis yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek

locus of control yang dikemukakan oleh Julian Rotter (dalam Phares, 1992) dan diaplikasikan dalam kesehatan. Skala ini terdiri dari 2 aspek yaitu internal dan eksternal. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji coba skala tersebut untuk menjamin kelayakan skala. Skala ini menggunakan skala model Likert yang terdiri dari pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favourable (mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1-4, bobot penilaian aspek internal untuk pernyataan SS = 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1. Bobot penilaian aspek eksternal untuk pernyataan SS = 1, S = 2, TS= 3 dan STS = 4. Untuk lebih jelasnya, cara penilaian skala nilai-nilai utama

(41)

Tabel 1. Cara Penilaian Skala Locus Of Control

Aitem skala locus of control disusun berdasarkan aspek locus of control

dikemukakan oleh Julian Rotter dengan blue print pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Blueprint Skala Locus Of Control Saat Uji Coba

No Aspek Item Jumlah Persentase

1 Internal

(42)

perilaku makan dan minum, olah raga, kebiasan sehat, seks, stres dan dukungan sosial, berat dan jantung sehat, tembakaudan rokok.

Peneliti melakukan uji coba skala untuk menjamin kelayakan skala. Skala ini menggunakan skala model Likert yang terdiri dari pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favorable

(mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1-4, bobot penilaian untuk pernyataan SS = 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1. Untuk lebih jelasnya, cara penilaian skala nilai-nilai utama perilaku kesehatan yg digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Cara Penilaian Skala Perilaku Kesehatan Skor

Bentuk Pernyataan

SS S TS STS

Favorable 4 3 2 1

Unfavorable 1 2 3 4

Butir-butir aitem skala perilaku kesehatan disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Roizen (1999) dengan blue print pada tabel 4 berikut ini:

(43)

Nomor Aitem

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian sangat menentukan keakuratan dan keobjektifan hasil penelitian yang dilakukan. Suatu alat ukur yang tidak valid dan reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes (Azwar, 2001).

1. Uji validitas

(44)

2. Uji daya beda aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis item ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes, dengan kata lain memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh tes secara keseluruhan (Azwar, 2001). Pengujian daya beda item ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu skor total tes itu sendiri dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2001). Uji daya beda aitem ini akan dilakukan pada alat ukur dalam penelitian yaitu skala perilaku kesehatan dan skala locus of control.

3. Reliabilitas

(45)

konsistensi internal yaitu single trial administration dimana skala psikologi hanya diberikan satu kali pada kelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis, dan berefisiensi tinggi (Azwar, 1997). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien alfa cronbach. Analisa data diperoleh melalui program SPSS 12.0 version for windows.

G. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian

Penyebaran skala untuk uji coba terhadap alat ukur penelitian dilaksanakan di Medan mulai tanggal 5 Maret 2009 sampai 13 Maret 2009 kepada 90 orang mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari desa. Akan tetapi, skala yang berhasil kembali hanya sebanyak 86 skala dengan rincian bahwa sebanyak 80 skala dapat diolah datanya, 6 tidak diisi dengan lengkap sesuai dengan petunjuk.

1. Skala locus of control

(46)

Tabel 5. Distribusi Aitem-Aitem Skala Locus Of Control Setelah Uji Coba

No Aspek Item Jumlah Persentase

.1 Internal

. a. Kemampuan 1, 14, 21, 35, 40, 46, 56

7 16

b. Minat 2, 13, 28, 41, 47, 55 6 14

c. Usaha 16, 22, 33, 42, 48, 54

6 14 2 Eksternal

a. Nasib 4, 11, 23, 36, 49, 53, 52, 57

8 18 b. Keberuntungan 5, 10, 18, 24, 30,

37, 43, 50,

8 18 c. Sosial Ekonomi 9, 19, 25, 31, 44, 5 11

d. Pengaruh Orang Lain

26, 32, 39, 51, 4 9

TOTAL 44 44 100

(47)

Tabel 6. Distribusi Aitem-Aitem Skala Locus Of Control Untuk Penelitian

No Aspek Item Jumlah Persentase

.1 Internal

2 Skala locus of control

Hasil uji coba skala locus of control menunjukkan reliabilitas alfa sebesar 0,7232 dengan nilai rxy aitem bergerak dari -0,2455 sampai 0,5414. Menurut Pearson , untuk jumlah sampel 80 orang, maka aitem dianggap memiliki daya pembeda yang memuaskan dengan nilai korelasi minimal 0,1802.

(48)

Tabel 7. Distribusi Aitem-Aitem Skala Perilaku Kesehatan setelah Uji Coba

(49)

Tabel 8. Distribusi Aitem-Aitem Skala Perilaku KesehatanUntuk Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Adapun ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data. 1. Tahap persiapan penelitian

Dalam tahap persiapan, yang dilakukan peneliti adalah : 1. Penyusunan alat ukur

(50)

2. Uji coba alat ukur

Pada tahap ini, peneliti melakukan uji coba alat ukur yang telah disusun. Uji coba dilakukan di Medan pada tanggal 5 maret 2009 sampai 13 Maret 2009 kepada 86 orang mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari desa. Skala diberikan langsung oleh peneliti. Dari 90 set skala yang disebarkan yang kembali sebanyak 86 set skala, tetapi data skala yang dapat dipergunakan sebanyak 80 set skala dikarenakan 6 set skala lagi tidak dapat dipergunakan karena ada pernyataan yang tidak diisi.

3. Penyusunan alat ukur penelitian

(51)

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Pengambilan data dilakukan dengan memberikan alat ukur berupa skala

locus of control dan skala perilaku kesehatan dimana masyarakat pedesaan diminta memberi respon pada skala tersebut. Pengambilan data dilakukan mulai tanggal 16 Maret 2009 sampai 19 Maret 2009 . Skala diberikan kepada 68 orang. Banyaknya skala yang berhasil kembali adalah 65 set skala dengan rincian 60 set skala dapat diolah datanya sedangkan 5 set skala tidak dapat diolah datanya karena tidak sesuai dengan petunjuk pengisian.

3. Tahap pengolahan data

Setelah diperoleh data dari alat ukur, tahap selanjutnya adalah pengolahan data dengan menggunakan bantuan aplikasi komputer SPSS for windows 12.0 version.

I. Metode Analisa Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan analisis statistik. Pertimbangan menggunakan analisa statistik dalam penelitian ini adalah:

a. Statistik bekerja dengan angka-angka. b. Statistik bersifat objektif.

c. Statistik bersifat universal, dalam arti dapat digunakan pada semua bidang penelitian (Hadi, 2000)

(52)

diolah dengan analisis statistik dengan menggunakan program spss version 12.0 for windows.

Sebelum data diolah dilakukan uji asumsi, yaitu: 1. Uji normalitas sebaran.

Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel yakni locus of control dan perilaku kesehatan telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan

one sample Kolmogorov-Smirnov. Data penelitian dapat dikatakan terdistribusi secara normal jika nilai p > 0.05.

2. Uji linearitas hubungan.

Uji linearitas hubungan dilakukan untuk mengetahui apakah data variabel

(53)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan interpretasi data penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subyek penelitian, hasil penelitian dan interpretasi hasil penelitian.

A. Analisa Data

1. Gambaran subjek penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat pedesaan di Kecamatan Pangururan. Gambaran subyek penelitian diperoleh berdasarkan usia, status kerja, dan jenis kelamin.

a. Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia

Berdasarkan usia subjek penelitian diperoleh gambaran sebagai berikut :

Tabel 9. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Usia N Persentase

16-20 7 11,7 %

23-40 29 48,3 %

41-63 24 40 %

(54)

Berdasarkan tabel 9 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar berusia antara 23-40 tahun, yaitu sebanyak 29 orang (48,3 %), yang berusia 41-63 tahun sebanyak 24 orang (40 %), yang berusia 16-20 tahun sebanyak 7 orang (11,7 %). b. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis pekerjaan

Tabel 10. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan N Persentase

Wiraswasta 3 5 %

Petani 39 65 %

Guru 6 10 %

Pelajar 4 6,7 %

Ibu rumah tangga 6 10 %

Perawat 2 3,3 %

Total 60 100 %

(55)

c. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin subyek penelitian, diperoleh gambaran sebagai berikut:

Tabel 11. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N Persentase

Laki-laki 19 31,67 %

Perempuan 41 68,33 %

Total 60 100 %

Dari tabel 11 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar masyarakat yang menjadi subyek penelitian adalah perempuan, yaitu sebanyak 41 orang (68, 33 %), sedangkan masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang (31,67 %).

2. Hasil penelitian

Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian yang meliputi hasil uji asumsi dan hasil utama penelitian. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel yakni locus of control dan perilaku kesehatan telah terdistribusi secara normal dan uji linearitas untuk mengetahui apakah data variabel locus of control berkorelasi secara linear terhadap data variabel perilaku kesehatan.

a. Hasil uji asumsi 1. Uji normalitas

(56)

terdistribusi secara normal jika memiliki nilai p > 0,05. Hasil uji normalitas diperoleh nilai z = 0,468 dan p = 0,981. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyebarannya adalah normal.

b. Uji normalitas sebaran pada skala perilaku kesehatan menggunakan metode statistik one sample Kolmogorov-Smirnov Test. Data dapat dikatakan terdistribusi secara normal jika memiliki nilai p > 0,05. Hasil uji normalitas diperoleh nilai z = 0,817 dan p = 0,517. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyebarannya adalah normal.

Tabel 12. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Perilaku kesehatan Locus of control N

Z : kolmogorov smirnov tes

2. Uji linearitas

(57)

Tabel 13. Linearitas Hubungan Variabel Locus Of Control Dengan Perilaku Kesehatan

Model F Signifikansi

Regresi 14,249 0,000

c. Hasil utama penelitian

Berikut ini akan dijelaskan mengenai hasil pengolahan data mengenai hubungan antara variabel locus of control dengan perilaku kesehatan yang diperoleh dengan menghitung koefisien korelasi. Metode yang dipilih untuk mengkorelasikan data adalah Uji pearson product moment dengan bantuan program SPSS for windows versi 12.0. Hasil perhitungan menyatakan bahwa koefisien korelasi sebesar R = 0,444. Ini menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan yang ada di Kecamatan Pangururan. Dengan demikian, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara locus of control dengan perilaku kesehatan diterima. Hasil korelasi Pearson Product Moment dapat dilihat pada tabel 14 berikut:

Tabel 14. Hasil Korelasi Pearson Product Moment

(58)

Untuk melihat sejauh mana locus of control mampu memprediksi perilaku kesehatan dan seberapa besar peran locus of control terhadap perilaku kesehatan maka peneliti melakukan uji simple regresion. Hasil analisa uji regresi dapat dilihat pada tabel 15 di bawah ini.

Tabel 15. Hasil Analisa Regresi

B R square

Konstanta 44, 371

Locus of control 0, 136 0, 197

Dari hasil Analisa Regresi pada tabel 15 koefisien determinan (R-square) yang diperoleh dari hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan adalah sebesar 0,197 (R-square = 0,197). Hal ini menunjukkan bahwa peranan locus of control terhadap perilaku kesehatan adalah sebesar 19 %, sedangkan sisanya yang sebesar 81 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Selain itu garis persamaan regresi yang dihasilkan yaitu perilaku kesehatan = 44,371 + 0,136 (locus of control), artinya nilai perilaku kesehatan akan bertambah sebesar 44,371 + 0,136 jika locus of control = 1 satuan.

d. Hasil tambahan

1. Kategorisasi data penelitian

(59)

Locus of control dalam kategori tinggi artinya memiliki internal locus of control. Individu yakin bahwa kondisi kesehatannya dipengaruhi oleh kemampuan, minat, dan usahanya dalam menjaga kesehatan. Locus of control dalam kategori sedang artinya individu yakin bahwa kondisi kesehatannya dipengaruhi oleh internal (kemampuan, minat, dan usaha) dan eksternal (nasib, keberuntungan, sosial ekonomi, dan pengaruh orang lain). Locus of control dalam kategori rendah artinya external locus of control, individu yakin bahwa kondisi kesehatannya dipengaruhi oleh eksternal (nasib, keberuntungan, sosial ekonomi, dan pengaruh orang lain).

Perilaku kesehatan dalam kategori tinggi artinya individu sudah menjalankan pola hidup sehat. Perilaku kesehatan dalam kategori sedang artinya individu melakukan perilaku kesehatan namun masih melakukan perilaku yang dapat merusak kesehatan seperti merokok. Perilaku kesehatan dalam kategori rendah artinya melakukan tidak memiliki pola hidup sehat.

Tabel 16. Kriteria Kategorisasi Data Locus of Control dan Perilaku Kesehatan

Variabel Kriteri Jenjang Kategori

(μ + 1,0 SD) ≤ X Internal (μ -1,0 SD) ≤ X< (μ + 1,0 SD) Tidak terkategorikan

Locus Of Control

X < (μ – 1,0 SD) Eksternal

(μ + 1,0 SD) ≤ X Tinggi

(μ -1,0 SD) ≤ X< (μ + 1,0 SD) Sedang Perilaku Kesehatan

(60)

Peneliti mengkategorikan data penelitian berdasarkan mean hipotetik dan mean empirik. Mean hipotetik untuk melihat posisi relatif individu berdasarkan norma skor idealnya skala, sedangkan berdasarkan mean empirik untuk melihat posisi relatif individu berdasarkan norma skor dari subyek penelitian. Deskripsi data penelitian locus of control dapat dilihat pada tabel 17 berikut:

Tabel 17. Deskripsi Data Penelitian Locus Of Control

Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

Locus of

Control 88 166 124 16 44 176 110 22

Berdasarkan tabel 17 diperoleh mean empirik skala locus of control adalah 124 dengan standard deviasi empirik 16 dan mean hipotetiknya adalah 110 dengan standard deviasi hipotetik sebesar 22. Pada tabel 18 dapat dilihat bahwa rata-rata

locus of control subyek penelitian tidak terkategorikan dalam pengkategorisasian skor locus of control berdasarkan mean hipotetik.

Tabel 18. Kategorisasi Locus Of Control Berdasarkan Mean Hipotetik

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

132 ≤ X Internal 16 26,7

110 ≤ X< 132 Tidak terkategorikan 33 55

Locus Of

Control

(61)

Dari tabel 18 diketahui bahwa subyek penelitian yang tergolong ke dalam kategori internal sebanyak 16%, yang tergolong ke dalam tidak terkategorikan sebanyak 33%, yang tergolong ke dalam kategori eksternal sebanyak 11%.

Tabel 19. Kategorisasi Locus Of Control Berdasarkan Mean Empirik Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

140≤ X Internal 10 16,7

108 ≤ X < 140 Tidak terkategorikan 40 66,6

Locus Of

Control

X < 108 Eksternal 10 16,7

Dari tabel 19 diketahui bahwa subjek penelitian yang tergolong ke dalam kategori internal sebanyak 10%, yang tidak terkategorikan sebanyak 40%, tergolong ke eksternal sebanyak 10%. Deskripsi data penelitian perilaku kesehatan dapat dilihat pada tabel 20 berikut:

Tabel 20. Deskripsi Data Penelitian Perilaku Kesehatan

Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD Perilaku

Kesehatan 52 76 61 4,9 20 80 50 10

(62)

rata-rata perilaku kesehatan subyek penelitian terletak pada kategori tinggi dalam pengkategorisasian berdasarkan mean hipotetik.

Tabel 21. Kategorisasi Perilaku Kesehatan Berdasarkan Mean Hipotetik

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

60 ≤ X Tinggi 35 58,3 %

40 ≤ X< 60 Sedang 25 41,7 %

Perilaku Kesehatan

X < 40 Rendah - 0 %

Dari tabel 21 diketahui bahwa subyek penelitian yang tergolong ke dalam kategori perilaku kesehatan yang tinggi ada 35 orang (58,3%), subyek penelitian yang tergolong ke dalam kategori sedang ada 25 orang (41,7%), sedangkan subyek penelitian yang tergolong ke dalam kategori rendah tidak ada (0 %).

Tabel 21. Kategorisasi Perilaku Kesehatan Berdasarkan Mean Empirik

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

65,9 ≤ X Tinggi 10 16,7

56,1 ≤ X<65,9 Sedang 39 65

Perilaku Kesehatan

X < 56,1 Rendah 11 18,3

(63)

(65%), subyek penelitian yang tergolong ke dalam kategori perilaku kesehatan yang rendah ada 11 orang (18,3%).

Peneliti juga menggambarkan kategori perilaku kesehatan dan kategori

locus of control berdasarkan status pekerjaan, jenis kelamin, dan usia. Deskripsi data perilaku kesehatan berdasarkan status pekerjaan dapat dilihat pada tabel 22 di bawah ini:

Tabel 22. Kategori Perilaku Kesehatan Berdasarkan Status Pekerjaan Persentase

(64)

Deskripsi kategori perilaku kesehatan berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 23 di bawah ini:

Tabel 23. Kategori Perilaku Kesehatan Berdasarkan Usia Frekuensi Variabel Rentang Nilai Kategori

16-20 21-40 41-63

60 ≤X Tinggi 42,9 65,5 54,2

40 ≤X< 60 Sedang 57,1 34,5 45,8 Perilaku

Kesehatan

X< 40 Rendah - - -

Dari tabel 23 di atas dapat dilihat bahwa subjek yang berusia 16-20 tahun yang berada dalam ada kategori tinggi ada sebanyak 42,9% dan dalam kategori sedang sebanyak 57,1%. Subjek yang berusia 21-40 tahun pada kategori tinggi ada sebanyak 65,5% dan pada kategori sedang sebanyak 34,5%. Subjek yang berusia 41-63 tahun pada kategori tinggi sebanyak 54,2 dan pada kategori sedang sebanyak 45,8%.

Deskripsi kategori perilaku kesehatan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 24 berikut ini:

Tabel 24. kategori perilaku kesehatan berdasarkan jenis kelamin Frekuensi Variabel Rentang Nilai Kategori

Perempuan Laki-laki

60 ≤X Tinggi 65,9 42,1

40 ≤X< 60 Sedang 34,1 57,9

Perilaku Kesehatan

(65)

Dari tabel 24 dapat dilihat bahwa perilaku kesehatan perempuan pada kategori tinggi sebanyak 65,9%, kategori sedang sebanyak 34,1%. Perilaku kesehatan pada laki-laki yang berada pada kategori tinggi sebanyak 42,1%, kategori sedang sebanyak 57,9%.

Deskripsi kategori locus of control berdasarkan status pekerjaan dapat dilihat pada tabel 23 di bawah ini:

Tabel 25. Kategori Locus Of Control Berdasarkan Status Pekerjaan Persentase Variabel Rentang Nilai Kategori

P PR G I W PT

132 ≤ X Internal 75 50 50 66,7 33,3 10,3 110 ≤ X< 132 Tidak

terkategorikan

25 50 50 33,3 66,7 61,5

Locus

Of

Control

X < 110 Eksternal - - - 28,2

Berdasarkan tabel 25 dapat dilihat bahwa pelajar yang memiliki locus of control dalam kategori tinggi sebanyak 75%, untuk kategori sedang sebesar 25%. Perawat dan guru yang berada dalam kategori tinggi dan sedang masing-masing sebanyak 50%. Ibu rumah tangga sebanyak 66,7% berada dalam kategori tinggi, 33,3% berada dalam kategori sedang. Wiraswata yang berada dalam kategori tinggi sebanyak 33,3% dan dalam kategori sedang sebanyak 66,7%. Petani yang berada dalam kategori tinggi sebanyak 10,3%, kategori sedang sebanyak 61,5%, dan kategori rendah sebanyak 28,2%.

(66)

Tabel 26. Kategori Locus Of Control Berdasarkan Usia Persentase Variabel Rentang Nilai Kategori

16-20 21-40 41-63 132 ≤ X Internal 71,4 20,7 20,8 110 ≤ X< 132 Tidak terkategorikan 28,6 67 45,8

Locus Of

Control

X < 110 Eksternal - 10,3 33,4

Dari tabel 26 di atas dapat dilihat bahwa subjek yang berusia 16-20 tahun yang berada dalam kategori internal ada sebanyak 71,4%, tidak terkategorikan sebanyak 28,6%, sedangkan eksternal tidak ada. Subjek yang berusia 21-40 tahun pada kategori internal ada sebanyak 20,7%, tidak terkategorikan sebanyak 67%, sedangkan eksternal sebanyak 10,3%. Subjek yang berusia 41-63 tahun pada kategori internal sebanyak 20,8%, tidak terkategorikan sebanyak 45,8%, pada kategori eksternal sebanyak 33,4%.

Deskripsi kategori locus of control berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 27 berikut ini:

Tabel 27. Kategori Locus Of Control Berdasarkan Jenis Kelamin Frekuensi Variabel Rentang Nilai Kategori

Perempuan Laki-laki

132 ≤ X Internal 29,3 21

110 ≤ X< 132 Tidak terkategorikan 51,2 63,2

Locus Of

Control

(67)

Dari tabel 27 dapat dilihat bahwa locus of control perempuan pada kategori internal sebanyak 29,3%, tidak terkategorikan sebanyak 51,2%, sedangkan kategori eksternal sebanyak 19,5%. Locus of control pada laki-laki yang berada pada kategori internal sebanyak 21%, tidak terkategorikan sebanyak 63,2%, sedangkan kategori eksternal sebanyak 15,8%.

B. Pembahasan

(68)

Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (R square), didapat bahwa sumbangan efektif variabel locus of control terhadap perilaku kesehatan sebesar 19 %, Sedangkan 81 % menunjukkan besarnya pengaruh keberadaan variabel lainnya dalam menimbulkan perilaku kesehatan. Dengan demikian dalam penelitian ini variabel locus of control tidak sepenuhnya sebagai suatu konstruk yang dapat menimbulkan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan. Menurut Taylor, locus of control merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan. Ia juga menjelaskan bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, yaitu; (1) Faktor demografik; (2) Usia; (3) Nilai; (4) Pengaruh sosial; (5) Personal goal; (6) Perceived symptoms; (7) Akses ke pelayanan kesehatan; (8) Faktor kognisi. Pada data tambahan diperoleh bahwa locus of control subyek penelitian termasuk dalam kategori tinggi. Pada data tambahan juga diperoleh bahwa perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan termasuk dalam kategori sedang.

(69)

khususnya perawat yang berkelut dibidang kesehatan sehingga lebih paham tentang pola hidup sehat. Wiraswasta dan ibu rumah tangga rata-rata berada pada kategori tinggi dan sebagian kecil berada dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata wiraswasta dan ibu rumah tangga telah menjalankan pola hidup sehat namun sebagian masih melakukan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan. Perilaku kesehatan petani rata-rata berada pada kategori sedang dan sebagian kecil berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani melakukan perilaku hidup sehata namun masih melakukan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan. Hal ini sesuai dengan Sarafino (2006) yang mengatakan bahwa individu dari kelas bawah (petani) memiliki perilaku dan sikap yang lebih buruk dari pada kelas atas terhadap kesehatan, seperti merokok. Penelitian juga membuktikan bahwa individu dari kelas bawah memiliki pengetahuan yang sedikit mengenai dampak dari suatu penyakit. Mereka juga cenderung kurang dalam menerima informasi yang berkaitan dengan kesehatan (Ribisl et al, dalam Sarafino, 2006). Hal ini juga didukung dengan penelitian yang membuktikan bahwa kesehatan memiliki korelasi dengan kelas sosial (dalam Sarafino, 2006).

(70)

sebagian kecil berada dalam kategori sedang. Pada usia 21-40 tahun memiliki sedikit kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang berisiko bagi kesehatan dibandingkan dengan usia remaja (Sarafino, 2006) sehingga cenderung melakukan perilaku kesehatan namun tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan tindakan yang berisiko bagi kesehatan. Pada usia 41-63 tahun individu cenderung memiliki kebiasaan sehat seperti diet sehat dan pemeriksaan kesehatan medis. Individu pada usia ini cenderung beranggapan bahwa tubuh mereka sudah semakin rentan terhadap penyakit sehingga cenderung melakukan pencegahan (Sarafino, 2006).

Perilaku kesehatan pada perempuan rata-rata berada dalam kategori tinggi sedangkan laki-laki rata-rata pada kategori sedang. Sarafino (2006) mengatakan bahwa perilaku kesehatan perempuan dan laki-laki pada umumnya sama, namun pada laki-laki lebih besar kemungkinan memiliki pola hidup tidak sehat seperti merokok, bekerja di tempat yang berbahaya dan berdebu.

Pelajar dan ibu rumah tangga rata-rata memiliki internal locus of control.

Perawat dan guru masing-masing sebesar 50% memiliki internallocus of control

dan locus of control yang tidak terkategorikan. Wiraswasta dan petani rata-rata memiliki locus of control yang tidak terkategorikan. Dari seluruh subjek penelitian hanya petani yang memiliki external locus of control (28,2%).

(71)

Kondisi fisik pada usia 41-63 tahun sudah mulai mengalami penurunan sehingga subjek cenderung pasrah terhadapa hal-hal yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya.

(72)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian pertama dijabarkan hasil penelitian, kemudian pada bagian terakhir akan dikemukakan saran-saran yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan tema serupa.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

1. Ada hubungan positif dan signifikan antara locus of control dan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan, artinya semakin internal maka perilaku kesehatan semakin tinggi dan sebaliknya semakin eksternal maka perilaku kesehatan semakin rendah.

2. Sumbangan efektif yang diberikan variabel bebas terhadap variabel tergantung adalah sebesar 19 %, yang berarti bahwa pada penelitian ini variabel bebas mempengaruhi variabel tergantung sebesar 19 %.

(73)

4. Berdasarkan deskripsi data penelitian pada variabel perilaku kesehatan, diperoleh bahwa rata-rata perilaku kesehatan subyek penelitian terletak pada kategori tinggi, artinya individu telah menjalankan perilaku kesehatan.

B. Saran

Peneliti telah melakukan beberapa cara agar hasil penelitian ini dapat memberikan data yang tepat dan menyeluruh. Namun demikian masih terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut.

1. Saran penelitian

a) Mengingat sumbangan efektif dari hasil penelitian sebesar 19 %, maka bagi para peneliti selanjutnya yang mengambil topik locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan, disarankan untuk melihat faktor-faktor lain yang turut berpengaruh pada perilaku kesehatan.

b) Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti locus of control, dapat melakukan penelitian untuk melihat hubungan locus of control dengan usia.

2. Saran praktis

a) Bagi masyarakat pedesaan agar mengenali locus of control masing-masing sehingga dapat melakukan tindakan yang tepat untuk melakukan perilaku sehat.

(74)
(75)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. ________. (2001). Methodology Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Graffeo, L. C. & Silvestri, Lynette. (2006). Relationship between locus of

control and health-related variables

Goodwin, J. (2005). Research in psychology. USA: John Wiley & Sons, Inc. Hadi, S. (2000). Metodologi Research [Jilid I, edisi I].Yogyakarta: Andi Offset. Lina & Rosyid, Heryanto. F. 1997. Perilaku konsumtif berdasarkan locus of

control pada remaja putri. Jurnal pemikiran dan penelitian psikologi Yogyakarta nomor 4 tahun II. Hal 5-11.

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Phares, E. J. (1992). Clinical Psychology, Concept Methods and Profession (4th ed.). California: Books, Publishing Company.

Poerwanti, E. dkk. (1994). Dasar-dasar Metode Penelitian. Malang: UMM Press Sarafino, E. P. (2006). Health Psychology: Biopsychosocial interactions. (5th ed.).

USA: John Wiley & sons, Inc.

Schultz, D., Sindrey. E. (1993). Theories of Personality (5th ed.). California: Books Publishing Company.

Siegel, S. (1997). Statistik Non Parametrik. Jakarta: PT. Gramedia.

Sinaga, D. (2005). Program perilaku hidup bersih dan sehat: studi kasus di

kabupaten Bantul 2003. JMPK volume 08 nomor 02.

Steptoe, Andrew & Wardle, Jane. (2001). Locus of control and health behaviour revisited: A multivariate analysis of young adults from 18 countries.

(76)

The journal of medical school. usu press. 2005.

Akses 26 Oktober 2008.

Tanggal aksese: 25 oktober 2008.

Widiono, S. (2001). Studi potensi desa untuk intervensi perubahan perilaku kesehatan dalam penanganan diare. Jurnal penelitian UNIB volume VII nomor 2. Hal 89-95.

(77)
(78)
(79)

Gambar

Tabel 1. Cara Penilaian Skala Locus Of Control
Tabel 4. Blueprint Skala Perilaku Kesehatan  Saat Uji Coba
Tabel 5. Distribusi Aitem-Aitem Skala Locus Of Control  Setelah Uji Coba
Tabel 6. Distribusi Aitem-Aitem Skala Locus Of Control Untuk Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku merokok mahasiswa UNNES termasuk dalam kriteria sedang pada mahasiswa internal locus of control dan external locus of control, yang berarti bahwa mahasiswa internal locus

Pengujian hipotesis dari hasil penelitian menunjukkan bahwa internal locus of control berpengaruh positif terhadap perilaku keselamatan, yang berarti semakin tinggi

Tugas Akhir dengan Judul: “Hubungan Antara Internal Locus of Control dengan Kecenderungan Perilaku Korupsi pada Karyawan” adalah hasil karya saya, dan dalam

Dari analisa data dengan menggunakan SPSS 12.0 diperoleh r = 0,736 dan P = 0,000, menandakan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara locus of control internal

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara locus of control internal dengan resiliensi pada remaja tunadaksa, dimana semakin tinggi skor locus of control

Dari hasil pengujian secara parsial, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara Locus of Control (LOC) dengan Perilaku Hidup Sehat setelah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada mahasiswa khususnya mahasiswa psikologi mengenai hubungan health locus of control baik itu internal

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima karena terdapat hubungan positif yang signifikan antara internal locus of control