• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM TERHADAP PENATAAN TATA RUANG

KOTA MEDAN DALAM PERSFEKTIF PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN

TESIS

Oleh

RINSOFAT NAIBAHO

067005061 / HK

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008

(2)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

RUANG KOTA MEDAN DALAM PERSFEKTIF PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Nama Mahasiswa : Rinsofat Naibaho

Nomor Pokok : 067005061

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Prof. Syamsul Arifin, SH.MH Ketua

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH,MH. Dr. Pendastaren Tarigan, SH,MS.

Anggota Anggota

Ketua Program Studi Ilmu Hukum Direktur

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH,MH Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B.,MSc

(3)

Tanggal 22 Nopember 2008

PANITIA UJIAN TESIS

KETUA

:

Prof. Syamsul Arifin, SH,MH

ANGGOTA

: 1.

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH,MH

2.

Dr. Pendastaren Tarigan, SH.MS

3.

Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH,MS

4.

Dr. Sunarmi, SH,M.Hum

(4)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

Dalam rangka penataan tata ruang, pemerintah telah menerbitkan

berbagai peraturan untuk itu. Perencanaan tata ruang yang efektif,efesien

dan berkelanjutan merupakan salah satu cirri penataan ruang yang baik.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Medan, yang dilaksanakan

dilingkungan Kantor Walikota Medan. Penelitian ini bersifat juridis

normative dengan pendekatan juridis sosiologis. Alat pengumpulan data

melalui bahan-bahan kepustakaan dan wawancara. Data yang diperoleh

kemudian dianalisis secara kualitatif.

Hasil analisis dan penelitian menunjukkan bahwa perencanaan

penataan tata ruang merupakan tugas dan kewenangan pemerintah

khususnya pemerintah daerah Kota Medan. Perencanaan penataan tata ruang

Kota Medan telah diatur dalam peraturan daerah Kotamadya Medan Nomor

4 tahun 1995 belum berjalan dengan semestinya. Peraturan Kotamadya

Medan belum bias melindungi perencanaan penataan tata ruang, perizinan

dan lingkungan hidup dan banyaknya pelanggaran yang terjadi, misalnya

membangun tanpa surat izin mendirikan bangunan, akibatnya merusak

perencanaan tata ruang dan merusak lingkungan hidup.

Analisis penataan tata ruang sesuai dengan peraturan daerah belum

dapat dilaksanakan secara optimal. Disarankan dalam perlindungan

perencanaan penataan tata ruang di Kota Medan diperlukan peran serta

seluruh masyarakat dan aparatur Negara dalam mengawasi setiap

perkembangan penataan tata ruang , perizinan dan lingkungan yang

dilakukan oleh masyarakat, untuk itu diharapkan kepada khususnya aparatur

Negara untuk bekerjasama dalam melakukan penataan tata ruang. Karena

menata tata ruang merupakan hasil kreatif yang sangat berguna untuk masa

sekarang dan yang akan datang di Indonesia khususnya bagi pembangunan

berkelanjutan di Kota Medan. Disamping itu pemerintah Kota Medan,

memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang perlunya penataan tata

ruang dan mensosialisasikan penataan tata ruang kepada masyarakat secara

kontiniu dalam bentuk penyuluhan, media massa, media elektronik maupun

media lainnya.

Kata Kunci : Analisis hukum,penataan tata ruang dan pembangunan

berkelanjutan.

(5)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

In order to arrange the city space lay-out, since long the authority has

issued variously regulations to have it orderly. The planning of lay-out space

effectively, efficiently and continuously is recognized a properly

arrangement to hold. The location of this study is Medan City, took place

and completely done around office of Walikota medan. This study adopted a

normative juridical research with a sociological approach. For collecting the

data perhaps got material in library and with interview, and the data taken to

analyze it later qualitatively.

The result of analysis and research showed that the planning for

arrange the city space lay-out perhaps the authority shall hold the duties and

take the responsibility of Medan to handle it. The planning for laying out the

city space of Medan order has been ruled within a city regulations of Medan

under the regulation of number 4 in 1995 has not run properly yet. The city

regulations of Medan may not protect the planning of lay-out the city space,

city permits and the environmental yet and there are found many violation

occurred, for instance to construct the buildings without having permit, and

it may cause damage to the city planning for arrangement and damage too

the environment.

The analysis of city space lay-out accorder to the city rules may not

run conducted optimal yet as required. It’s suggestible to cover the planning

for the city space lay-out required perhaps mainly the public role with their

take part maximally and with the authority as agents in controlling each the

development lay-out in city space, permits and environment, and it should be

done by public. In connecting with it, it is urged city authority encourage the

city people and public authority hand in hand in conducting arrangement for

space lay out. For arranging the city space is acknowledged a creative result

and uses perhaps for today and future reasonable in Indonesian particularly

of having a continuation development for medan city. In addition, the city

authority of Medan is urged to guide those people of this city how

importance to hold and keep the space lay out and then always socialize the

arrangement for the city space lay-out for people continuation, it should be

taken with a guidance, by mass media, with electronic media or other media.

Keywords : Legal analysis, arrangement for space, continuation

development.

(6)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunianya sehingga tesis ini

dapat diselesaikan yang berjudul : “ANALISIS HUKUM TERHADAP PENATAAN

TATA RUANG KOTA MEDAN DALAM PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN”.

Tesis ini diajukan guna memenuhi persyaratan yang harus dilengkapi dalam

rangkaian pembelajaran pada Program Studi Magister Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum

Administrasi Negara Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Saya menyadari bahwa tesis ini bisa diselesaikan karena banyaknya bantuan dari

berbagai pihak, baik yang sifatnya bantuan material maupun bantuan moril. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang tulus kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,

Sp.A(K), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk

mengkuti dan menyelesaikan pendidikan program Magister;

2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Ibu Prof. Dr. Ir. T.

Chairun Nisa B., M.Sc, atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

3. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara, Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH,

atas segala pelayanan, pengarahan dan dorongan yang diberikan kepada kami

selama menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Ilmu Hukum

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

(7)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 ucapkan kepada Bapak Prof. H. Syamsul Arifin, SH. MH. Selaku Pembimbing

Utama.

5. Bapak Prof. Dr.Bismar Nasution, SH. MH. Selaku anggota Komisi Pembimbing

yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan,koreksi dan motivasi,

seingga Tesis ini dapat diselesaikan

6. Bapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH. MS. Selaku anggota Komisi Pembimbing

yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, koreksi dan motivasi

dengan penuh perhatian telah memberikan pikiran dan waktu yang tidak

mengenal lelah;

7. Bapak Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan beserta

bawahannya, serta bawahannya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang

telah membantu dalam penelitian ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan pada Program Magister Studi Ilmu Hukum

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

Akhirnya ucapan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada Bapak

penulis U.E. Naibaho dan Ibu (Alm). M. Br. Sitanggang, yang melahirkan saya,

Abang R. Naibaho dan Keluarga, Kakak Adek saya yang saya cintai, juga tidak

terlepas dari Mertua saya yang sudah tiada Alm.V. Tampubolon dan Alm. F. Sitorus serta

Kakak M. Br. Tampubolon/ Ir. D. Sianipar, (Pak Petrus dan Anak-anak), Dra. E. Br.

Tampubolon/ Drs. F. Simanjuntak (Pak Valdo) dan Anak Ipar T.Tampubolon dan

Keluarga Ir. E. Tampubolon dan Keluarga Iptu. Pol. A. Tampubolon dan Keluarga M. Br.

Tampubolon dan Eduard Tampubolon.

(8)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 kepada istri tercinta St. M. Br. Tampubolon, SH yang penuh kesetiaan, kesabaran,

pengertian dan kasih sayang memberikan semangat, motivasi dan doa restu kepada

penulis.

Demikian juga anak-anak penulis Pdt. Lambok Naibaho STh, Harris Naibaho,

Elita Naibaho, dan Erwin Naibaho, yang memberikan inspirasi dan

dorongan bagi penulis. Khususnya juga tidak terlupakan teman saya seperjuangan

Kasman Siburian, SH.MH dan Pdt. M. Simanjuntak, STh. dan Keluarga.

Penulis telah berusaha untukmenyelesaikan Tesis ini dengan sebaik-baiknya,

namun demikian penulis menyadari adanya kekurangan-kekurangan dari Tesis ini. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat produktif dari semua

pihak.

Medan, Nopember 2008

Penulis

Rinsofat Naibaho

(9)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

RIWAYAT HIDUP

Nama

:

RINSOFAT

NAIBAHO

Tempat/ Tgl.lahir :

BINJAI LANGKAT / 20 JANUARI 1957

Jenis Kelamin

:

LAKI-LAKI

Agama

:

KRISTEN PROTESTAN

Pendidikan

:

SD tahun 1962 s/d 1969 di Perdagangan

SMP tahun 1969 s/d 1972 di Perdagangan

SMA tahun 1972 s/d 1975 di Perdagangan

USU tahun 1975 s/d 1985 di Medan

Sekolah Pascasarjana USU tahun 2006 s/d 2008

Dosen Tetap di Universitas HKBP Nomensen

mulai tahun 1989 sampai sekarang.

(10)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….. i

ABSTRACT……… ii

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR ISI……….. vii

DAFTAR TABEL……….. x

DAFTAR ISTILAH………... xi

BAB I : PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang……….. 1

B. Permasalahan……… 14

C. Tujuan Penilitian………... 14

D. Manfaat Penilitian……… 14

E. Keaslian Penelitian………... 15

F. Kerangka Teori dan Konsepsi……….. 16

1. Kerangka Teori……… 16

2. Kerangka Konsepsi………. 21

G. Metode Penilitian………. 30

1. Lokasi Penilitian………. 30

2. Spesifikasi Penilitian……….. 30

3. Sumber Data………... 32

4. Alat Pengumpulan Data………. 34

5. Analisis Data………. 34

(11)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 BAB II : PENGATURAN ANALISIS HUKUM TERHADAP

PENATAAN TATA RUANG KOTA MEDAN

DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN….. 36

A. Analisis Hukum………. 36

1. Pengertian Tentang Hukum……….. 36

2. Tujuan Hukum………. 44

3. Fungsi Hukum………. 45

B. Penataan Ruang……… 49

1. Pengertian Tata Ruang……… 49

2. Perencanaan Tata Ruang………. 60

3. Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan…….. 67

C. Pembangunan Berkelanjutan……….. 87

1. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan……… 87

2. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Pembangunan Yang Berwawasan Lingkungan………. 95

D. Hubungan Antara Hukum Administrasi Negara Dengan UU No.4 Tahun 1982/ UU No.23 Tahun 1997……… 101

1. Dari Segi Wewenang Kelembagaan………….. 101

2. Pelaksanaan dari Segi Penetapan Sarana Kebijakan Lingkungan……….. 107

3. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan suatu Instrumen Dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan…….. 110

(12)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 PEMERINTAH KOTA MEDAN TERHADAP

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN………. 114

A. Gambaran Umum Kota Medan Keadaan Daearah………. 114

1. Kota Medan Secara Geografis……….. 114

2. Kota Medan Secara Demografis…………... 115

viii

B. Upaya-Upaya yang Dilakukan Pemerintah Kota Medan Terhadap Tata Ruang Yang Berwawasan Lingkungan……… 121

BAB IV. : KESIMPULAN DAN SARAN……… 130

A. Kesimpulan ……… 130

B. Saran………... 130

DAFTAR PUSTAKA………. 132

(13)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan Tahun

2001-2005……….115

Tabel 2. Persentase Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur Tahun

2001-2005……….117

Tabel 3. Indikator Utama Ekonomi Kota Medan ……….120

(14)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

DAFTAR ISTILAH

UUD 1945 : Undang-Undang Dasar 1945

UU : Undang-Undang

UUPLH : Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup

UULH : Undang-undang Lingkungan Hidup

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

RTRWN : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

RUTRK : Rencana Umum Tata Ruang Kota

RTRWP : Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi

PKN : Pusat Kegiatan Nasional

PKW : Pusat Kegiatan Wilayah

IMB : Izin Mendirikan Bangunan

KSB : Keterangan Situasi Bangunan

KRP : Keterangan Rencana Peruntukan

KIM : Kawasan Industri Medan

KIB : Kawasan Industri Baru

KKN : Korupsi Kolusi Nepotisme

WPP : Wilayah Pengembangan Pembangunan

Ha : Hektar

KRP : Keterangan Rencana Peruntukan

KSB : Keterangan Situasi Bangunan

IMP : Izin Membangun Prasarana

ILH : Izin Layak Huni

IPRO : Izin Promosi

IMP : Izin Pemanfaatan Prasarana

RTBL : Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

SIP : Surat Izin Perumahan

(15)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 UUPTUN : Undang-undang Peradilan Tata Usaha Neara

UUPLH : Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Perda : Peraturan Daerah

(16)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Pejelasan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang disebutkan Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia baik sebagai

kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang

di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya merupakan karunia Tuhan Yang Maha

Esa kepada Bangsa Indonesia yang perlu disyukuri, dilindungi dan dikelola secara

berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai dengan amanat yang

terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945, serta makna yang terkandung dalam falsafah dan Dasar Negara Pancasila.

Untuk mewujudkan amanat Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tersebut, Undang-undang tentang Penataan Ruang ini menyatakan bahwa

negara menyelenggarakan penataan ruang, yang melaksanakan wewenangnya

dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan tetap menghormati hak yang

dimiliki oleh setiap orang1

Lebih lanjut dikatakan ruang sebagai sumber daya pada dasarnya tidak mengenal

batas wilayah. Namun untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,

produktif, dan berkelanjutan berlandasakan Wawasan Nusantara dan Kesatuan Nasional,

serta sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang nyata, luas

1

(17)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 dan bertanggungjawab, penataan ruang menuntut kejelasan pendekatan dalam

proses perencanaannya demi menjaga keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan

keterpaduan antar daerah, antara pusat dan daerah, antar sektor dan antar pemangku

kepentingan.

Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah tersebut, wewenang penyelenggaraan

penataan ruang oleh pemerintah dan pemerintahan daerah, yang mencakup kegiatan

pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang didasarkan pada

pendekatan wilayah dengan batasan wilayah administratif.

Pasal 1 ayat (2) UUPA No.5 Tahun 1960, yang menyatakan bahwa seluruh bumi,

air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dalam

wilayah Republik Indonesia merupakan sebagai karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, bagi

bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.

Selanjutnya pengertian tanah menurut UUPA No. 5 Tahun 1960, dijelaskan dalam

Pasal 4 ayat (1) yang berbunyi ; “Tanah adalah permukaan bumi atau kulit bumi”.

Selanjutnya Pasal 4 ayat (2) menjelaskan tentang pengertian hak atas tanah yang

berbunyi:

Hak atas tanah adalah hak untuk menggunakan tanah sampai batas-batas tertentu

meliputi tubuh bumi, air, dan ruang angkasa di atasnya sekedar diperlukan untuk

(18)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 Dalam Pasal 16 UUPA mewajibkan pemerintah untuk menyusun rancangan

umum mengenai persediaan, peruntukan, dan pengawasan tanah untuk berbagai macam

keperluan pembangunan

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas

Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan

Pembangunan untuk kepentingan umum, maka dapat dirumuskan , yang dimaksud

dengan kepentingan umum adalah kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan

yang dimaksud dengan pengadaan tanah dalam kontek ini adalah setiap kegiatan untuk

mendapatkan tanah dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.

Dalam kaitan antara pengadaan tanah bagi kepentingan umum dengan rencana

tata ruang disebutkan, bahwa pengadaan dan rencana pemenuhan kebutuhan tanah yang

diperlukan bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum hanya dapat

dilakukan apabila penetapan rencana pembangunan untuk kepentingan umum hanya

dapat dilakukan apabila penetapan rencana pembangunan untuk kepentingan umum

tersebut sesuai dengan dan berdasarkan kepada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

yang telah ditetapkan terlebih dahulu

Peran serta masyarakat merupakan salah satu faktor terpenting dalam

melaksanakan pembangunan, karena melalui masyarakat inilah berbagai kegiatan

pembangunan dapat dilaksanakan serta terlaksana dengan baik. Salah satu wujud peran

serta masyarakat dalam pembangunan adalah dengan adanya hak-hak yang dimiliki oleh

(19)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 lahan atau tanah masyarakat yang terkena garis rencana kota untuk melaksanakan

pembangunan kota terhadap tata ruang.

Namun yang harus menjadi perhatian masyarakat adalah bahwa lahan-lahan yang

telah dikuasainya atau yang telah menjadi hak milik tidak serta merta dikuasai secara

mutlak, oleh karena menurut UUPA, khususnya Pasal 6 menerangkan bahwa semua hak

atas tanah mempunyai fungsi sosial, dan Pasal 14 UUPA yang menerangkan tentang

pemanfaatan lahan atau peruntukan tanah, sehingga memungkinkan apabila lahan

tersebut terkena garis rencana kota, yaitu untuk pembangunan, maka masyarakatpun

harus rela melepaskan kepemilikan tersebut, dapat melalui proses hibah atau ganti rugi

Konsolidasi tanah menurut Badan Pertanahan Nasional sesuai dengan Pasal 1 ayat

(1) Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1991 adalah

Kebijakan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan dan penggunaan

tanah serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, untuk

meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan

melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

Konsolidasi tanah merupakan suatu instrumen atau cara pembangunan di wilayah

perkotaan dan pedesaan yang secara konprehensif sekaligus menata kembali penguasaan

dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk pembangunan sehingga akan

dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya dengan

(20)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 Selanjutnya Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997, menegaskan

bahwa yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah :

Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk

manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia

Sedangkan menurut undang-undang yang sama , yang dimaksud dengan

ekosistem adalah Tatanan unsur lingkungan yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh

dan saling mempengaruhi dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktifitas

lingkungan.

Hal tersebut sejalan dengan penegasan yang diuraikan dalam Pasal 1 ayat (6) UU

No. 23 Tahun 1997, yakni : Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan

hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya.

Kerusakan alam yang berakibat pada menurunnya daya dukung lingkungan , salah

satunya disebabkan oleh adanya pencemaran lingkungan hidup. Menurut Pasal 1 ayat

(12) UU No. 23 tahun 1997 yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan adalah:

“Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/ atau komponen

lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya

menurun sampai kepada tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup

(21)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 Oleh karena itu, dengan mencermati uraian diatas , pengelolaan lingkungan hidup

secara terintegrasi yang melibatkan berbagai instrumen hukum, pemerintah, dan

masyarakat dimaksudkan untuk mencapai ketertiban dan keteraturan dalam

pemanfaatannya. Ketiga instrumen merupakan implementasi dari konsep pembangunan

yang berkelanjutan yang bermuara pada optimalisasi fungsi sumber daya alam,

kemampuan, kesejahteraan, demi kepentingan generasi kini dan generasi yang akan

datang, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UU No. 23 Tahun 1997, yaitu :

Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya

sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya

ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan , kesejahteraan, dan

mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Hal tersebut lebih lanjut ditegaskan dalam Pasal 3 UU No. 23 Tahun 1997, yaitu :

Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggungjawab

negara, asas berkelanjutan dan asas manfaat, bertujuan untuk mewujudkan

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka

pembangunan manusia Iandonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Berkaitan dengan pemanfaatan lingkungan hidup untuk berbagai keperluan, Pasal

(22)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 (1) Kebijakan nasional pengelolaan lingkungan hidup dan penataan ruang mempunyai

hubungan erat dan merupakan kesatuan yang saling mempengaruhi.

(2) Pengelolaan lingkungan dilaksanakan secara terpadu oleh instansi pemerintah,

sesuai dengan bidang tugas dan tanggungjawab masing-masing.

Maksud dari uraian pasal tersebut di atas adalah bahwa konsep pengelolaan

lingkungan hidup erat kaitannya dengan konsep penataan ruang, Artinya setiap penataan

ruang harus selalu memperhatikan konsep dan kebijakan lingkungan hidup, sehingga

melalui penataan ruang , konsep pembangunan akan tercapai dengan sebaik mungkin

tanpa merusak kondisi lingkungan sekitar.

Setelah Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus1945 adalah

mempunyai cita-cita dan tujuan nasional buat seluruh rakyat dan bangsa

Indonesia,sebagaimana tercantum dalam Alinea ke Empat Pembukaan UUD 1945 yang

berbunyi : “…Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia,dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa

dan untuk melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial…”. Dalam rangka mewujudkan tujuan Nasional tersebut maka

harus dilaksanakan serangkaian program pembangunan dalam berbagai sektor diseluruh

penjuru tanah air. Tujuan akhir dari rangkaian pembangunan itu adalah guna

mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, dalam artian sejahtera secara

lahiriah dan batiniah.

Didalam UUD 1945 pada pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa Negara Indonesia

(23)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

Pancasila,berarti bahwa Negara Indonesia berbentuk Negara kesatuan. Maka

segenap kekuasaan atau kewenangan serta tanggung jawab terhadap kesejahteraan dan

kelangsungan hidup bangsa Indonesia berada dibawah kendali atau pemegang kekuasaan

terpusat, yang terdapat pada Pemerintahan pusat. Dengan demikian,corak sistem

pemerintahan tersebut adalah bersifat Sentralisasi. Namun karena Wilayah Negara

Republik Indonesia sedemikian luasnya, dan didiami berbagai suku bangsa yang

beraneka ragam,maka corak pemerintahan sentralis bukanlah menunjukkan tipe ideal

sistem pemerintahan yang cocok untuk mengatur wilayah dan penduduk yang demikian

banyak dan beragam itu.

Untuk itu diaturlah corak pemerintahan di Indonesia berdasarkan sistem

pembagian kekuasaan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah berdasarkan

corak Desentralisasi sebagaimana tercermin dalam pasal 18 UUD.1945.Sesudah

Amandemen2

Berdasarkan ketentuan pasal 18 UUD 1945.yang membagi wilayah Indonesia

didalam daerah-daerah provinsi dan daerah daerah propinsi dibagi atas daerah kabupaten

dan daerah kota.Dengan adanya pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten,dan

daerah kota diharapkan dapat mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good

governance)3 yang berarti juga adanya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

2

Faisal Akbar, Dimensi Hukum Dalam Pemerintahan Daerah, Cetakan pertama (Medan: Pustaka Bangsa Press 2003). hlm. 43

3

(24)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 Dalam penjelasan umum UU RI No.26 tahun 2007 tentang penataan Tata Ruang

dalam angka (1) disebutkan “Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ,baik

sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat,ruang laut,dan ruang angkasa

termasuk ruang didalam bumi, maupun sebagai sumber daya adalah merupakan karunia

Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia yang perlu disukuri, dilindungi dan

dikelola secara berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai dengan

amanat yang terkandung dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945.Republik Indonesia, serta

makna yang terkandung dalam falsafah dan dasar Negara Pancasila.

Untuk mewujudkan amanat pasal 33 ayat (3) UUD 1945 Negara Republik

Indonesia, pemerintah perlu mengambil dan menggunakan strategi yang tepat dengan

luasnya cakupan, kompleksitas masalah, serta keterbatasan sumber daya dan kapasitas

yang mengharuskan pemerintah mengambil pilihan atau tindakan yang strategis untuk

pengembangan terhadap penentuan penataan Tata Ruang kota.

Pemerintahan yang baik (good Governance) hanya akan tercapai didaerah jikalau

pemerintahan pusat membuat rambu-rambu ditingkat pusat yang bisa menekan

pemerintahan daerah untuk melakukan perubahan.Contohnya masyarakat boleh

(25)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 mengatur partisipasi.Tetapi Per-Da itu boleh berbentuk kalau pemerintah pusat

membuat aturan yang mewajibkan pemerintah daerah membuat Per-Da yang memberikan

akses kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Jadi harus ada Intervensi pemerintah pusat

itu melalui perundang-undangan yang mewajibkan pemerintah daerah melakukan

sejumlah hal dalam rangka menerapkan tata kelola tata ruang dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat.

Akhir tahun 2004 tepatnya tanggal 15 Oktober 2004, pemerintah memberlakukan

UU No. 32 tahun 2004 Amandemen UU No.12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah.

Dalam penjelasan umum pada point 1 Dasar pemikiran huruf (b) UU. No. 32 tahun 2004

memuat prinsip otonomi Daerah. Menggunakan prinsip Otonomi seluas-luasnya dalam

9

arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan

diluar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut.

Karena daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk

memberikan pelayanan, peningkatan, prakarsa,dan memberdayakan masyarakat yang

bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Dari penjelasan umum UU No. 32 tahun 2004 tersebut dapat terbaca dengan jelas

bahwa salah satu tujuan pemberian Otonomi Daerah adalah untuk meningkatkan

pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan mensejahterakan rakyat.

Berdasarkan ketentuan pasal 14 ayat (2) UU No.32 tahun 2004 Perubahan dengan

keluarnya undang-undang No.12 Tahun 2008 tentang pemerintahan daerah merupakan

(26)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi

Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan ;

b. Perencanaan, pemamfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

d. Penyediaan sarana dan prasarana umum;

e. Penanganan bidang Kesehatan;

f. Penyelenggaraan Pendidikan;

g. Penanggulangan Masalah Sosial;

h. Penyelenggaraan Bidang Ketenagakerjaan;

i. Fasilitas Pengembangan koperasi, Usaha Kecil dan Menengah;

j. Pengendalian lingkungan hidup;

k. Pelayanan Pertahanan;

l. Pelayanan Kependudukan dan Catatan Sipil;

m. Pelayanan Umum Administrasi Pemerintahan;

n. Pelayanan Administrasi Penanaman Modal;

o. Penyelenggaraan Pelayanan Dasar lainnya, dan ;

p. Urusan Wajib lainnya yang diamanatkan oleh Peraturan perundang Undangan.

Dari uraian diatas Urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah

untuk Kabupaten/kota yang secara keseluruhan bertujuan untuk mencapai tujuan

(27)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 Dengan demikian dapat dikatakan pemerintah telah berupaya dalam

penyelenggaraan pemerintahan kearah pemerintahan terwujudnya Pembangunan yang

berkelanjutan.

Pemerintah Daerah kota Medan sebagai salah satu pemerintahan daerah kota

yang berada diprovinsi Sumatera Utara. Pemerintah Kota Medan telah berupaya dalam

penentuan Penataan Tata Ruang Kota Medan untuk mewujudkan pembangunan yang

Berkelanjutan. Ini menunjukkan upaya yang serius termasuk dalam peningkatan

Pembangunan Ekonomi, demi terwujudnya kesejahteraan rakyat, meskipun dalam

pelaksanaannya dilapangan masih banyak warga masyarakat masih termasuk peta

kemiskinan, keadaan seperi ini terjadi karena kurangnya pemahaman aparat pemerintah

daerah akan tujuan Otonomi Daerah serta ketidak tahuan masyarakat akan pentingnya

Penataan Tata Ruang.

Keberadaan kota Medan sebagai sentral Ibu kota Provinsi Sumatera Utara.

Kondisi ini membuat pembangunan fisik Kota Medan mengalami perkembangan yang

pesat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi (Sosial,Budaya,

Politik,dan Lingkungan).

Pembangunan pertokoan maupun perumahan penduduk juga berkembang dengan

pesat. Sehingga setiap pendirian bangunan, baik itu bangunan untuk dunia usaha maupun

pendirian Rumah penduduk adalah harus memiliki ijin yang dikeluarkan oleh pemerintah

kota Medan yang bertujuan untuk Penataan Tata Ruang kota medan dalam mewujudkan

ekonomi yang berkesinambungan. Yang tidak terlepas dari ketentuan sebagaimana pasal

(28)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

ditegaskan bahwa pelepasan Hak atas tanh dikawasan siap bangun dilakukan

berdasarkan kesepakatan dengan pemilik hak atas tanah”4,Sehingga pengaturan mengenai

Penataan tata ruang di Kota Medan diatur dalam Peraturan Daerah Kota Medan No. 4

Tahun 1995. Tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota ( RUTRK ) Kota Madya

Daerah Tingka II. Medan tahun 2005”.Maka peningkatan dan pengembangan

pembangunan perumahan dan permukiman dengan berbagai aspek permasalahannya

perlu diupayakan sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang

fisik, kehidupan ekonomi,dan sosial budaya untuk mendukung ketahanan nasional,

mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup, dan meningkatkan kualiatas kehidupan

manusia Indonesia dalam berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”5

Dengan penelitian ini maka dapat diketahui bagaimana Analisis Hukum terhadap

Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan.

Bagaimana Faktor-faktor Penghambat terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan

dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh

pemeritah kota Medan dalam Analisis Hukum Penataan Tata Ruang kota Medan dalam

perspektif Pembangunan Berkelanjutan.Sehingga penelitian ini dapat bermanfaat

sebagai bahan masukan dan pertimbanganan bagi pemerintah Kota Medan Dalam

Persfektif Pembangunan Berkelanjutan.

4

Syahrin Alvi, 2003, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan permukiman Berkelanjutan, (Medan : Pustaka Bangsa Press, 2003). hlm. 42

5

(29)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas. Maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam

Persfektif Pembangunan Berkelanjutan.

2. Bagaimana Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan Terhadap

Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Pembangunan Berkelanjutan.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan

Dalam Persfektif Pembangunan Berkelanjutan di Kota Medan .

2. Untuk mengetahui Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan Dalam

Persfektif Pembangunan Berkelanjutan di Kota Medan.

D. Manfaat Penelitian

Dengan terjawabnya permasalahan dalam penelitian Tesis ini, yang disertai

dengan tercapainya tujuan penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik dalam

tataran akademis maupun dalam tataran praktis, sehingga diharapkan penelitian ini

nantinya bermanfaat untuk :

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan cakrawala berfikir akademis sebagai bahan informasi tentang

(30)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 bagi penelitian selanjutnya, terutama dibidang Analisis Hukum Penataan Tata Ruang

dalam Persfektif Pembangunan Berkelanjutan dan secara khusus berkaitan dibidang

Hukum Administrasi Negara.

b. Dapat dipergunakan untuk bahan perbandingan bagi penelitian lanjutan dan

menambah khasanah perpustakaan.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat,khususnya masyarakat yang bertempat

tinggal di kota Medan untuk lebih mengetahui pentingnya Penataan Tata Ruang

Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan. Yang dapat

dipergunakan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan SDM aparat Pemerintah

Daerah dalam penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Persfektif Pembangunan

Berkelanjutan. Sehingga terwujud” Good Governance” yang dicita-citakan.

b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah, khususnya

Pemerintah Daerah Kota Medan dalam hal mengambil kebijakan yang

berhubungan dalam upaya penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Persfektif

Pembangunan Berkelanjutan dan dalam hal penyelenggaraan pemerintahan

daerah untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran di perpustakaan terhadap hasil-hasil penelitian yang

(31)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

Terhadap penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Persfektif Pembangunan

Berkelanjutan. Dan dalam hal belum pernah diteliti sebelumnya. Oleh karena itu

penelitian ini masih asli baik dari segi materi maupun lokasi penelitian. Dengan demikian

keaslian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Menentukan suatu teori dalam penelitian adalah penting, sedemikian pentingnya

sehingga menurut David Madsen sebagaimana dikutip oleh Lintong O.Siahaan

mengatakan “The basic purposes of scientific research is theory he adds that a good

theory properly seen present a systematic view of phenomene by specifying realitions

among cariables, with the purpose of exploring and prediction the phenomena”6.

Kerangka teori untuk menganalisis tentang Analisis Hukum Terhadap Penataan

Tata Ruang Kota Medan Dalam Persfektif Pembangunan Berkelanjutan (studi dan

penelitian di kota Medan adalah menggunakan teori Penataan Tata Ruang dan teori

Pembangunan Berkelanjutan ).

Sebagai pelayanan yang baik dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah sarana

menuju masyarakat negara yang sejahtera ( Walfare State ). Pelayanan yang dimaksud

pada dasarnya merupakan cerminan dari perbuatan pemerintah( Overheidshandeling )

yang tidak saja berdasarkan Undang-undang dan peraturan

6

(32)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

yang berlaku (Wetmatigheid dan Rechmatigheid ) akan tetapi lebih itu bahwa

administrasi Negara dalam menyelenggarakan pemerintahan harus juga berdasarkan

kepatutan (Billijkheid ) serta kesusilaan7.

Maka secara teoritis, dari tujuan penentuan dan penataan ruang pada dasarnya

adalah untuk menentukan Pembangunan Berkelanjutan dituntut dengan cara bagaimana

penyelenggaraan pemerintahan itu bisa menganalisis menata ruang agar Pembangunan

Berkelanjutan bisa terus berlanjut.

Kemudian konsep Negara kesejahteraan ini tercermin dalam pasal 22 ayat (3) dari

UUD. 1945. Menjelaskan “Bumi, Air, dan Kekayaan Alam yang terkandung didalamnya

dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat”.Konsep Walfare state tersebut didalam perundang-undangan kita untuk pertama

kali dikenal dengan istilah “Negara pengurus”8

Sebagaimana dikenal Negara Indonesia menganut paham Negara Kesejahteraan

yang berarti terdapatnya tanggung jawab Negara untuk menyelenggarakan dan

mengembangkan kebijakan Negara diberbagai sector bidang dari kesejahteraan dan serta

meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan yang baik melalui penentuan penataan

ruang yang diperlukan oleh masyarakat.

7

Muhammad Abduh , Propil Hukum Administrasi Negara Indonesia (HANI). Dikaitkan dengan Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) (Medan Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Mata Pelajaran Hukum Administrasi Negara Pada fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 1988) hlm. 9.

8

(33)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

Konsep Negara kesejahteraan disektor bidang pembangunan yang berkelanjutan

,landasan konstitusinya adalah pada pasal 33 ayat (3) dari UUD 1945. Penelitian ini juga

menggunakan “ Stufentheorie” Hans Kelsen sebagai to wer theory yang menyebutkan

bahwa norma yang ada dalam masyarakat suatu Negara telah merupakan susunan yang

bertingkat, seperti suatu piramide. Setiap tata kaidah hukum yang merupakan suatu

susunan daripada Kaidah-kaidah (stufenbau des rechts )9

Kemudian oleh Bagir Manan disebut dengan Asas “Peningkatan Peraturan

Perundang-undangan ( Lex Superior Derogate Lex Inferior ). Bahwa penetapan hukum

positip harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh sistem pertingkatan atau tata

urutan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan bertingkat lebih tinggi

mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang tingkatnya lebih rendah. Kecuali

apabila substansi peraturan perundang-undangan lebih tinggi mengatur hal-hal yang oleh

Undang-undang ditetapkan menjadi wewenang peraturan perundang-undangan tingkat

yang lebih rendah. Asas Pertingkatan hanya berlaku untuk hukum perundang-undangan

dan aturan kebijakan10.

Didalam pasal 2 Ketetapan MPR. No.III/MPR/2000 tentang sumber Hukum Tata

Urutan Peraturan Undangan yang disebut bahwa Tata Urutan

Perundang-undangan yang berlaku secara hierarki di Indonesia adalah :

9

Rosjidi Ranggawidjaja, Pengantar Ilmu Perundang-Undangan Indonesia, Cetakan Pertama (Bandung : Mandar Maju, 1998) hlm. 26

10

(34)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 1. UUD. 1945

2. TAP. MPR

3. Undang-Undang

4. Per Pu

5. PP

6. KEPRES

7. PER-DA

Kemudian,UU No.10 Tahun 2004 tentang pembentukan Peraturan Perundang-

perundangan. Dalam pasal 7 ayat (1) disebutkan jenis-jenis dan hierarki peraturan

perundang-undangan sebagai berikut :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b. Undang Undang /atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang

c. Peraturan Pemerintah

d. Peraturan Presiden

e. Peraturan Daerah.

Kemudian pasal 7 ayat (4) disebutkan jenis Peraturan Perundang Undangan selain

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan

Hukum mengikat sepanjang dipertahankan oleh peraturan perudang-undangan yang lebih

tinggi. Kemudian pada ayat (5) disebutkan kekuatan Hukum peraturan

perundang-undangan adalah sesuai dengan hierarki sebagaimana yang dimaksud dari ayat (1).

Selanjutnya dalam Lampiran Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10

(35)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

peraturan perundang-undangan angka 173 menyatakan :”Pendelegasian kewenangan

mengatur dari Undang-Undang kepada Menteri atau Pejabat yang setingkat dengan

Menteri dibatasi untuk peraturan yang bersifat teknis administratif. Maka dapat

disimpulkan bahwa peraturan yang mengatur teknis adminstratif dibidang pertanahan

merupakan jenis peraturan perundang-undangan Pemerintah Pusat.

Dalam kaitannya dengan Otonomi Daerah sebagaimana disebut dalam UU No.32

Tahun 2004. Tentang Pemerintah Daerah (UUPD). Mengenai pengertian Otonomi,

menurut Surundajang adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu Auto berarti sendiri dan

Nomous berarti Hukum dan Peraturan. Menurut Encyclopedia of social science, otonomi

dalam pengeritian orosinal adalah the legal self suffcienty of social body and in actual

independence, Joko Christanto, “ Otonomi Daerah dan Skenario Indonesia 2010 dalam

konteks Pembangunan Daerah dengan Pendekatan Kewilayahan11 Sedangkan menurut

pasal 1 angka (5) UUPD. No. 32 Tahun 2004 Bahwa Otonomi Daerah diartikan sebagai

Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Kemudian berdasarkan pasal 14 UUPD No.32 Tahun 2004 menjelaskan

pengertian Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan

administrasi penanaman modal. Dalam pasal 136 ayat (3) yang menyatakan : “Peraturan

Daerah merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih

11

(36)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 tinggi”. Kemudian pasal 136 ayat (4) menyatakan “Peraturan Daerah…dilarang

bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi”. Oleh sebab itu Peraturan Daerah mengatur pelaksanaan kewenangan

dibidang penentuan penataan tata ruang kota Medan yang dilaksanakan oleh pemerintah

Kabupaten/kota tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan ng lebih

tinggi. Dalam penelitian ini peneliti mengacu kepada hierarki perundang-undangan

berdasarkan ketentuan UU. No, 10 Tahun 2004 tentang pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan.

2. Kerangka Konsepsi

Didalam rangka konsepsi akan dijelaskan hal-hal yang berhubungan atau

berkaitan dengan konsepsi yang digunakan dalam penelitian tesis ini.Maka Konsep

adalah suatu bahagian yang terpenting dari perumusan suatu teori, kemudian peranan

konsep pada dasarnya dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan

observasi, antara abstraksi (generalisasi) dan realitas. Juga konsep itu diartikan sebagai

kata menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dalam hal-hal yang khusus yang

disebut dengan definisi operasional. Pentingnya definisi operasional adalah untuk

menghindarkan perbedaan pengertian antara penafsiran yang mendua (dubius) dari suatu

istilah yang dipakai, selain itu dipergunakan sebagai landasan pada proses penelitian

tesis.Adalah Penelitian dengan judul “Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang

Kota Medan Dalam Persfektif Pembangunan Berkelanjutan” yang memiliki 3 (tiga)

(37)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

1. Hukum

Pengertian Hukum adalah “ Suatu Tata Perbuatan manusia”. Tata Perbuatan

adalah mengandung arti suatu sistem aturan.Jadi Hukum bukan suatu peraturan

semata, seperti kadang-kadang dikatakan demikian. “Hukum adalah seperangkat

peraturan yang kita pahami dalam satu kesatuan yang sistematik, karena tidak

mungkin untuk memahami hakekat hukum hanya dengan memperhatikan satu

peraturan saja. Hubungan yang mampersatukan berbagai peraturan khusus dari

suatu tata hukum itu perlu dimaknai agar hakekat hukum dapat dipahami”. Hanya

atas dasar pemahaman yang jelas tentang hubungan-hubungan yang membentuk

tata hukum tersebut bahwa hakekat hukum dapat dipahami dengan sempurna.12

Kemudian disebutkan bahwa setiap usaha untuk mendefinisikan sebuah konsep

harus diawali dengan telah terhadap pemakaiannya yang umum. Dalam mendefinisikan

konsep Hukum, kita harus memulai dengan mengkaji pertanyaan “Apakah fenomena

sosial yang lazim disebut Hukum yang menampilkan suatu karakteristik umum yang

membedakannya dari fenomena sosial lain? Kemudian apakah karakteristik ini dikatakan

penting dalam kehidupan sosial manusia sehingga dapat menjadi landasan bagi

pembentukan suatu konsep yang berguna bagi pengetahuan tentang kehidupan social ?

Maka sebagai prinsip penghematan untuk

12

(38)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

berfikir, telah harus di mulai dengan kemungkinan pemakain istilah “Hukum”

yang paling luas13.14

Sebagai suatu teori, terutama dimaksudkan adalah untuk mengetahui dan

menjelaskan tujuannya; Teori ini berupaya untuk menjawab pertanyaan apa itu Hukum

dan bagaimana ia ada, dan bukan bagaimana ia semestinya ada. Ia merupakan Ilmu

Hukum (Yurisprudensi) jadi bukan politik Hukum.15

2. Penataan Ruang

Dalam Undang-Undang Penataan Ruang (UUPR) No. 26 Tahun 2007

Pasal 1 Ayat (1) menyebutkan bahwa :

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia

dan mahluk lain hidup, melakukan kegiatan, mememihara kelangsungan

hidupnya.

Pasal 1 Ayat (2) menyebutkan yang dimaksud dengan Tata Ruang adalah wujud

struktur ruang dan pola ruang.

Pasal 1 Ayat (3) menyebutkan Penataan Ruang adalah suatu sistim proses

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan

ruang.

13

Ibid, hlm. 4 14

Ibid ,hlm.4. 15

(39)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

Pasal 1 Ayat (32) Menyebutkan tentang izin pemanfaatan ruang adalah izin yang

dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.16

Kemudian menurut UUPA. No. 5 Tahun 1960

Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa :

Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang

terkandung didalamnya didalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia

Tuhan Yang Maha Esa asdalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia

dan merupakan kekayaan nasional.

Pasal 1 ayat (3) Bahwa hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air dan ruang

angkasa termaksud dalam ayat (2) pasal ini adalah hubungan yang bersifat

abadi.

Pasal 1Ayat (6) Yang dimaksud dengan ruang angkasa ialah ruang diatas bumi dan

air tersebut ayat (4) dan pasal 3 dari UUPA. No. 5 Tahun 1960.17

Juga menurut UUPA No. 5 Tahun 1960 penggunaan Ruang sebagaimana Pasal 33

ayat (3) UUD.1945. Maka menurut pasal 2 ayat (1) UUPA. No. 5 Tahun 1960 adalah

tentang pengertian…” pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi

kekuasaan seluruh rakyat”.

Pasal 33 ayat (2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini

memberi wewenang untuk :

16

Baca UUPR No. 26 Tahun 2007 ( Pasal 1 dan seterusnya) 17

(40)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan , persediaan dan

pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;

b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dengan bumi, air dan ruang angkasa;

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah bertujuan untuk mewujudkan ruang

wilayah Nasional yang aman, nyaman, produktif, dan Pembangunan Berkelanjutan

berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional yang berlandaskan :

a. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber

daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

c. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative

terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.18

Wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

1. Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan

ruang meliputi :

a. Pengaturan, pembinaan, pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang

wilayah kabupaten/kotan dan kawasan strategis kabupaten/kota;

18

(41)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota

c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota;

d. Kerjasama penataan ruang kabupaten/kota.

2. Wewenang poemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan penataan

ruang wilayah kabupaten sebaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (b) meliputi :

a. Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota;

b. Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan

c. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota

3. Dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c. Pemerintah Daerah kabupaten/kota

melaksanakan :

a. Penetapan kawasan strategis kabupaten/kota;

b. Perencanaan tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota;

c. Pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan

d. Pengendalian dan pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

4. Dalam melaksanakan kewenangan sebaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

Pemerintah Daerah kabupaten/kota mengacu pada pedoman bidang penataan

ruang dan petunjuk pelaksanaannya.

5. Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

Ayat (3) dan serta ayat (4) Pemerintah Daerah kabupaten/kota adalah :

(42)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

a. Menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan rencana umum dan

rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang wilayah

kabupaten/kota; dan

b. Melaksanakan standard pelayanan minimal bidang penataan ruang.

6. Dalam hal Pemerintah Daerah kabupaten/kota tidak dapat memenuhi standard

pelayanan minimal bidang penataan ruang, Pemerintah Daerah Provinsi dapat

mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan19.

3. Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan Berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya

sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya ke

dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan , kesejahteraan, dan mutu hidup

generasi masa kini dan generasi masa depan, dapat memiliki makna ganda.Tipe

Pembangunan yang pertama diprioritaskan pada orientasi Sosial dimana pada fokusnya

adalah pada masalah kehidupan masyarakat (manusia) terhadap sumber daya kualitatif.

Tipe Pembangunan yang kedua adalah lebih memperhatikan secara politik karena lebih

memperhatikan pada perubahan sistem pemerintahan terhadap kaitannya dengan

hubungan Sosial. Kemudian Tipe Pembangunan Ketiga adalah berfokus pada

Pembangunan Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan.

Sebagaimana disebutkan bahwa tipe-tipe pembangunan itu memiliki makna

ganda, yang dikenal seperti Tipe Pertama lebih berorientasi kepada pertumbuhan

19

(43)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

ekonomi dimana fokusnya adalah pada masalah kuantitatief dari produksi dan

penggunaan sumber daya. Pada Tipe Kedua, bahwa pembangunan yang lebih

memperhatikan pada perubahan dan pendistribusian barang-barang dan peningkatan

hubungan sosial. Tipe ketiga lebih berorientasi pada Pembangunan sosial dimana

fokusnya pada kualitatif dan pendistribusian perubahan dalam struktur dari masyarakat

yang diukur dari berkurangnya diskriminasi dan eksploitasi dan meningkatnya

kesempatan yang sama dan distribusi yang seimbang dari keuntungan dari pembangunan

pada seluruh masyarakat.20

Tujuan Pembangunan Nasional Indonesia sebagai Berkelanjutan ditetapkan pada

Alinea keempat Pembukaan UUD. 1945, yang berbunyi : “Untuk melindungi segenap

bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.” Untuk mencapai tujuan itu,

dibentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat berdasarkan

Pancasila. Karena Pancasila merupakan landasan idiil (ideology) hidup bernegara di

Indonesia, termasuk landasan idiil bagi Pembangunan Nasional”21 yang berwawasan dan

Berkelanjutan.

Dasar Hukum Pembangunan Berkelanjutan (Sosial,Politik,Budaya,dan

Lingkungan) dicantumkan didalam pasal 27 dan pasal 33 UUD 1945.

20

Sudharto P. Hadi, Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan, (Penerbit : Yogyakarta 2005 Gajah Mada University Press, 2005), hlm. 21

21

(44)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 Pasal 27 UUD. 1945 berbunyi :

Ayat (1). Segala warga Negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan

itu dengan tidak ada kecualinya;

Ayat (2). Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak dan penghidupan yang bagi kemanusiaan.

Pasal 33 UUD. 1945 berbunyi :

Ayat (1). Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas

kekeluargaan;

Ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai

hajad hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

Ayat (3) Bumi. Air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai

oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran

rakyat.

Bahwa Ketentuan diatas adalah mengandung makna bahwa Pembangunan,

termasuk pembangunan ekonomi yang harus dapat membentuk manusia sebagai manusia.

Berarti Pembangunan yang dilaksanakan adalah pembangunan yang berperi kemanusiaan

dan berkelanjutan. Rakyat dan pemerintah wajib melaksanakan pembangunan ekonomi

(45)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

G.Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul tesis penelitian yaitu :” Analisis Hukum Terhadap Penataan

Tata Ruang Kota Medan Dalam Persfektif Pembangunan Berkelanjutan” maka lokasi

penelitian dilakukan di kota Medan. Penelitian lokasi ini didasarkan kepada keberadaan

Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara yang memiliki laju perkembangan

pembangunan yang pesat terutama terhadap pembangunan berkelanjutan.

2. Spesifikasi Penelitian

Yang dimaksud dengan spesifikasi dalam penelitian adalah untuk menjelaskan

jenis penelitian, sifat penelitian, dan pendekatan penelitian yang digunakan :

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian hukum Normatif. Penelitian

hukum Normatif artinya melihat dan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan berhubungan dengan penelitian seperti Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945 (UUD. RI. 1945), Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, Undang-Undang RI. No. 26 Tahun 2007. Tentang Penataan

Ruang. Peraturan Pemerintah RI. No. 47 Tahun 1997. Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional. Permendagri. No. 1 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang Terbuka

Hijau Kawasan Perkotaan. UU. RI.No. 28 Tahun 2002. Tentang Bangunan Gedung.

Keputusan Presiden RI. No. 63 Tahun 2003. Tentang Badan Kebijaksanaan dan

(46)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

Peraturan Daerah Kota Madya Daerah Tingkat II Medan No. 4 Tahun 1995 Tentang

Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK). Kotamadya Daerah Tingkat II Medan

Tahun 2005. UULH. No. 4 Tahun 1982 Tentang Lingkungan Hidup. UUPLH. No. 23

Tahun 1997 Tentang Pegelolaan Lingkungan. Lingkungan Hidup dan UUPA. No. 5

Tahun 1960 dengan pejelasan Pokok Agraria.

Dengan harapan Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan

Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan. Kemudian pendapat dari Ronald Dworkin

menyatakan penelitian hukum Normatif disebut juga dengan Penelitian Doktrinal

(Doctrinal Research), yaitu:”Suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang

tertulis didalam buku (Law as it written in the book), maupun hukum yang diputuskan

oleh Hakim melalui proses Pengadilan (Law as it is decided by the judge trough judicial

proses)22.artinya bagaimana Hukum itu didayagunakan sebagai instrument untuk

meningkatkan kepercayaan.

b. Sifat Penelitian

Penelitian tentang Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan

Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, maka sifat penelitian adalah diskriptif

Analisis. Bersifat diskriptif karena akan menggambarkan dan menerangkan

22

(47)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 permasalahan Hukum yang berkaitan dengan : “Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata

Ruang Kota Medan Dalam Persfektip Pembangunan Berkelanjutan.

Pendekatan Hukum Normatif (yuridis Normatif). Menurut pendapat Soerjono

Soekanto terdiri dari 16). Penelitian terhadap asas hukum, penelitian terhadap

sistematik hukum dan,penelitian perbandingan hukum.. Sedang menurut Bambang

Sunggono membagi penelitian Yuridis Normatif yang terdiri dari : Inventarisasi Hukum

Positip, menemukan asas Hukum dan Doktrin Hukum, menemukan hukum untuk suatu

perkara inconcrito,penelitian terhadap sistimatika hukum , penelitian terhadap taraf

sinkronisi, penelitian terhadap taraf sinkronisasi, penelitian perbandingan hukum dan

penelitian sejarah hukum.

c. Pendekatan Penelitian.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat Sosiologis

Yuridis yaitu Hukum Normatif yang terdapat pada UU. RI. No. 26 Tahun 2007, PP. No.

47 Tahun 1997, Permendagri. No.1 Tahun 2007, UU. RI. No. 28 Tahun 2002, PERDA

Kotamadya Daerah Tingkat II Medan No.4 Tahun 1995, diharapkan Dalam Analisis

Hukum Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan

dan upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah Kota Medan untuk meningkatkan

Pembangunan Berkelanjutan.

3. Sumber Data

Mengenai Sumber Data pada penelitian ini berupa Data Primer dan Data

(48)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 a. Sumber Data Primer adalah bersumber dari penelitian lapangan, yang

diperoleh dari melalui Observasi, hasil jawaban kuesioner di Instansi

pemerintah kota Medan.

b. Sumber Data Sekunder adalah meliputi bahan-bahan yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti,seperti halnya ketentuan perundang-undangan

antara lain : UUD 1945, UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah,

UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Tata Ruang, PP No.47 Tahun 1997

Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Permendagri No.1 Tahun

2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, UU RI.

No.28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, Keputusan Presiden RI.No.63

Tahun 2003 Tentang Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan

Perumahan dan Permukiman Nasional, Peraturan Daerah Kotamadya Daerah

Tingkat II Medan No.4 Tahun 1995 Tentang Rencana Umum Tata Ruang

Kota (RUTRK) Kotamadya Daerah Tingkat II Medan Tahun 2005, UULH

No.4 Tahun 1982 Tentang Lingkungan Hidup,UUPLH No.23 Tahun 1997

Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UUPA No.5 Tahun 1960 Tentang

Agraria atau Pertanahan dan serta Peraturan Perundang-undangan yang

berkaitan dengan bahan Tesis Penelitian.Disamping itu data sekunder berupa;

buku-buku referensi, hasil-hasil penelitian,Kamus Hukum, Majalah, Artikel,

(49)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

4. Alat Pengumpulan Data

Adapun alat pengumpulan data yang digunakan untuk pengumpulan data

penelitian ini adalah dengan menggunakan daftar kuesioner (pertanyaan) dan wawancara.

Penggunaan teknik kuesioner untuk memperoleh data dari responden. Untuk memperoleh

data yang diinginkan dibuat daftar pertanyaan dan kemudian diserahkan dan/dikirim

kepada responden untuk mempelajari sekaligus dijawab oleh responden. Bentuk

kuesioner yang dibuat adalah dalam bentuk terbuka dan tertutup agar pembicaraan atau

pencakupannya tidak kaku dan dapat menampung keinginan dari responden yang tidak

tercantum dalam kuesoner.

Kegiatan wawancara dilakukan terhadap nara sumber atau informan untuk

mengetahui lebih mendalam dan rinci tentang hal-hal yang tidak mungkin dapat

dijelaskan responden dalam kuesioner, sehingga dengan adanya wawancara diharapkan

dapat diperoleh data yang lebih luas dan akurat tentang masalah yang diteliti.

5. Analisa Data

Setelah data primer diperoleh, maka dilakukan pengeditan data, sehingga

keakuratan data dapat diperiksa dan bila ada kesalahan dapat diperbaiki dengan jalan

menjajaki kembali kesumber datanya

Kemudian setelah dilakukan dan diproses pengeditan data selesai dilaksanakan,

maka proses selanjutnya pengolahan data yang dilakukan dengan langkah-langkah

(50)

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 A. Untuk data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner, maka akan

dikelompokkan atau diklasifikasikan sesuai dengan kelompok atau unit

analisis yang telah ditentukan.

B. Untuk data yang diperoleh dari hasil wawancara dilakukan penyederhanaan

yaitu dengan cara mengklasifikasikan hasil wawancara kedalam

kelompok-kelompok tertentu sesuai dengan unit analisis variable penelitian yang telah

ditetapkan, Cross Chek kebenaran data yang diperoleh dari responden.

C. Dalam melakukan penafsiran data dilakukan penyilangan-penyilangan antara

unit analisis yang satu dengan unit analisis yang lain, apakah data tersebut

saling mendukung atau saling bertentangan dan ditarik kesimpulan.

Kemudian keseluruhan data dilakukan,baik data primer maupun data sekunder

dianalisis dengan mempergunakan metode Induktif dan Deduktif melalui pendekatan

kualitatif dengan mempelajari seluruh jawaban yang ada dalam penelitian ini.

Bahasa cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik

kesimpulan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkrit yang dihadapi.

Selanjutnya bahan hukum yang ada dianalisis terhadap penataan tata ruang yang lebih

efektif, sehingga dapat disusun secara terpadu untuk menyeluruh atau konprenshif

integral dalam rangka perencanaan tata ruang dimasa-masa yang akan datang demi

(51)

Gambar

Gambaran Umum Kota Medan Keadaan Daearah……………………………………….              114
Tabel 3. Indikator Utama Ekonomi Kota Medan ……………………………….120
Tabel 1  Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan Tahun 2001-2005
Tabel 2  Persentase Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur Tahun 2001-2005

Referensi

Dokumen terkait

Tema yang dipilih adalah pemodelan spasial dengan judul disertasi: Model Perubahan Penggunaan Lahan untuk Penataan Ruang dalam Kerangka Pembangunan Wilayah Berkelanjutan (Studi

Pembangunan permukiman perkotaan sepatutnya dilakukan berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang mengandung prinsip keadilan dan berkelanjutan dalam tujuan negara

Terdapat persamaan antara penyelenggaran penataan ruang menurut Permendagri No 8 Tahun 1998, dengan penyelenggaraan penataan ruang menurut hukum islam, yakni; untuk

Tema yang dipilih adalah pemodelan spasial dengan judul disertasi: Model Perubahan Penggunaan Lahan untuk Penataan Ruang dalam Kerangka Pembangunan Wilayah Berkelanjutan (Studi

23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, secara menyebut istilah pembangunan berkelanjutan (Pasal 1 angka 3), yakni “pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

Rencana tata Ruang Kota Palopo sudah menganut Prinsip Pembangunan berkelnjutan namun dalam hal ini regulasi secara proposional belum seimbang, peningkatan secara ekonomi mempunyai

Di Indonesia, menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai berikut: “Pembangunan

Pembangunan berkelanjutan membutuhkan perubahan fundamental dari paradigma pembangunan konvensional yaitu pertama, pembangunan berkelanjutan mengubah perspektif jangka pendek menjadi