• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

MENJAGA KERAHASIAAN BANK SEBAGAI WUJUD PERLINDUNGAN

NASABAH

TESIS

Oleh

AGUSTINUS SAYUR MATUA PURBA

047005001/HK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

(2)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

MENJAGA KERAHASIAAN BANK SEBAGAI WUJUD PERLINDUNGAN

NASABAH

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

AGUSTINUS SAYUR MATUA PURBA

047005001/HK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Judul Tesis : MENJAGA KERAHASIAAN BANK SEBAGAI WUJUD

PERLINDUNGAN NASABAH

Nama Mahasiswa : Agustinus Sayur Matua Purba

Nomor Pokok : 047005001 Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) Ketua

(Dr. Zulkarnain Sitompul, SH, LL.M) (Dr. Sunarmi, SH, M.Hum)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi D i r e k t u r

(4)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Tanggal lulus : 20 Januari 2009

Telah diuji pada

Tanggal 20 Januari 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

Anggota : 1. Dr. Zulkarnain Sitompul, SH, LL.M

2. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum

3. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum

(5)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRAK

Prinsip kerahasiaan bank merupakan prinsip yang dianut oleh setiap bank didalam melaksanakan operasionalnya dimana prinsip kerahasiaan bank ini diperlukan guna melindungi nasabah dari pihak-pihak yang tidak memiliki kepentingan dan dapat merugikan nasabah. Seiring dengan perkembangannya, Bank Indonesia telah banyak mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang melindungi kepentingan nasabah, kepentingan bank dan kepentingan hukum demi penegakan hukum, hal ini disebabkan karena tidak menutup kemungkinan dengan diterapkan prinsip ini telah terjadi penyimpangan-penyimpangan khususnya terhadap tindak

pidana Pencucian uang (money laundering) sehingga Bank Indonesia sebagai

lembaga pembina dan pengawas perbankan menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your

Customer Prinsiple). Selain dari pada itu Bank Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tanggal 20 Januari tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah yang tujuan nya untuk melindungi nasabah dari perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan nasabah.

Jenis Penelitian didalam tesis ini adalah Yuridis Normatif yaitu dengan melakukan analisis terhadap permasalahan dan penelitian ini melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum serta mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan berdasarkan klasifikasi bahan hukum. Penelitian yuridis normatif ini menggunakan data skunder yang dikumpulkan dengan

mempergunakan studi dokumen/ studi pustaka (library research). Sifat penelitian ini

adalah deskriptif analitis yaitu penelitian ini menggambarkan tentang situasi atau keadaan yang terjadi terhadap permasalahan yang dikemukan, dengan tujuan untuk membatasi kerangka studi kepada tentang keberadaan kerahasiaan bank sebagai wujud perlindungan nasabah. Data analisis secara kualitatif yang akan dikemukan dalam bentuk uraian sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data sehingga selain menggambarkan dan mengungkapkan diharapkan akan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian ini.

(6)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

ketentuan yang baku setingkat Undang-Undang mengenai rahasia bank sehingga dapat memberikan kepastian hukum tentang rahasia bank.

(7)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRACT

The Confidential of bank is a kinds of principle which is adhered by every bank in running its business. This principle of secretcy is necessary to protect the customers from the well being of parties that can injure them. Along with their development, and for the sake of customers and banks. Banks of Indonesia has published many protecting law decissions. These problems are hapenned because of the deviation, especially in the criminal action of money laundering. As an institution of banking builders and controllers, Bank Indonesia published a Regulations No.5/21/PBI/2003. It was about second alteration of Regulation No. 3/10/PBI/2001 which contained the “Know Your Customer Principle” Beside of this, Bank of Indonesia also published the Regulation No.7/6/PBI/2005 dated 20 th January 2005 containing The Informative Transparancy of Bank Product and The Use of Customer’s Personal Data. Its purpose was to protect the customers from the well being which could injure them.

The kind of research of this thesis is Jurisdiction of Norm. It was done by analysing the problem with the approach to the principle of law and reffering to the norm of law which were found in the regulation of law based on the classification of law materials. This Jurisdiction of Norm used the library research, the secondary data were collected from documented material. The characteristic of the research was analytic descriptive. It described about the situation and the condition which were occurred into the founded problem with its purposes of limiting the frame of study into the present of secretcy of bank as an exitence to protect the customers. The qualitative analysed data would be found of systematic description by explaining the relation among the various kind of data, so, beside describing and explaining the data this research would be hoped to produce the solution to the problems.

The appliction of Regulation of Bank of Indonesia No.7/6/PBI/2005 contained the Informative Transparancy of Bank Product and The Use of Customer’s Data was purposed to protect the customers from deviations which were impacted by the faults of banking operation. The banking secretcy are applied to secure, to convice and to give the profit to the customers when they inform their personal data condidentially to the bank that have the contractual relation as high as laws for the banking secretcy, so it can give the law assurance in banking of secretcy.

(8)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah

yang diberikan-Nya kepada penulis sehingga penulis diberikan kesehatan dan

kemampuan untuk menyelesaikan tesis ini. Walaupun penulis menyadari sepenuhnya

bahwa tesis ini jauh dari sempurna.

Adapun judul penelitian yang ditulis oleh penulis adalah “Menjaga

Kerahasiaan Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah”. Penyelesaian tesis ini tidak

akan rampung tanpa bantuan, saran maupun petunjuk yang diberikan kepada penulis

oleh pembimbing maupun penguji baik pada saat pengajuan judul sampai penyusunan

tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-sebesarnya kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H., Sp.A (K), selaku Rektor atas

kesempatan menjadi mahasiswa pada Program Studi Magister Ilmu Hukum

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa. B. Msc, Direktur Sekolah Pascasarjana

(9)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. H. Bismar Nasution, SH., MH, selaku Pembimbing Utama

sekaligus Ketua Program Studi Ilmu Hukum yang telah memberikan

bimbingan sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan

menyelesaikan tesis pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera.

4. Bapak Dr. Zulkarnaen Sitompul, SH., LL.M selaku Anggota Komisi

Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukkan dan arahan kepada

penulis.

5. Ibu Dr. Sunarmi, SH., M.Hum, selaku selaku Anggota Komisi Pembimbing III

dan juga sebagai Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Hukum yang telah

banyak memberikan masukkan dan arahan kepada penulis.

6. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku penguji penulis

mengucapkan banyak terima kasih atas masukkan dan sarannya guna

perbaikan tesis ini.

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum, selaku penguji penulis

mengucapkan banyak terima kasih atas masukkan dan sarannya guna

perbaikan tesis ini.

8. Seluruh Guru Besar serta Dosen pada Program Studi Magister Ilmu Hukum

(10)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

9. Seluruh Staf dan karyawan dan karyawati Sekolah Pascasarjana khususnya

kepada karyawan dan karyawati pada Program Studi Magister Ilmu Hukum

Universitas Sumatera Utara.

10.Secara Khusus kepada orang tuaku tercinta dan juga belahan jiwaku

DJORMAN. PURBA, SH dan KARPINA Br DAMANIK atas kesabaran

dan dukungan moril dan spritual maupun materil yang diberikan kepada

penulis, serta memberikan cinta dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya

bagi penulis, dan juga kepada adik-adik penulis NOPINUS ANDREAS

PURBA, SE dan JUPENTUS SEHAT MARTUA PURBA, Amd atas

dukungan dan doanya kepada penulis.

11.Terima kasih yang sedalam-dalamnya khususnya kepada Bapak Ketua dan

Wakil Ketua Pengadilan Negeri Kupang beserta para Hakim dan Staf

Struktural maupun Fungsional Pengadilan Negeri Kupang yang telah

memberikan kesempatan, dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan studi di

Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas

Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih kepada teman-teman terbaik saya (My best Friend)

Pantun Panggabean, SH., MKn, Bangun Kantate Lukas Totays Sibarani, SH.,

(11)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Simangunsong, SH., Tengku Said Abdul Azis, SH., Sonly. F. Aritonang, SH, dan

Imelda Pardede, SH.

Ucapan terima kasih kepada teman-teman Pascasarjana Stb. 2004 Khususnya

pada klas Reguler seperti: Pak Malem Ginting, SH., M.Hum, Pak Zulkarnaen

Nasution, SH, Bu Deliani, SH., M.Hum, Bu Yusriana, SH., M.Hum, Kak Theresia

Simatupang, SH., M.Hum, Kak Zulfi Chairi, SH.,M.Hum, Kak Rita Erlina, SH.,

M.Hum, Bang Abu Bokar, SH., M.Hum, Bang Dhani Perwira, SH., M.Hum, Katerina

Melati Siagian, SH.,M.Hum, Golda Meyer, SH., M.Hum, Pandapotan Tamba, SH.,

M.Hum.

Ucapan terima kasih juga pada klas Paralel seperti: Pak Arifin, SH., M.Hum,

Pak Didik M. SH., M.Hum, Bang Marcos Simare-mare, SH., M.Hum, Ledies

Bangun, SH., M.Hum, Daniel Mario Sigallingging, SH. dll, atas dukungan dan

kesempatan mengenal dan saling bertukar pikiran ketika sama-sama berada

dikampus.

Secara Khusus penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Mariani

Sipayung, SH, atas bantuannya yang tidak kenal lelah mencari bahan-bahan

penulisan tesis ini, dan juga kepada dr. Soli Grace Marion Sitopu atas dukungan

(12)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Penulis juga berharap bahwa tesis ini kiranya dapat memberikan kontribusi

pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan, namun penulis menyadari

sepenuhnya bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis memohon

saran dan masukkan kepada kalangan-kalangan peneliti selanjutnya agar penelitian

ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya tentang perlindungan nasabah.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan berkat dan Anugrah-Nya

kepada kita semua.

Syalo…m, TUHAN memberkati…

Medan, Januari 2008

Penulis,

AGUSTINUS SAYUR MATUA PURBA

(13)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

RIWAYAT HIDUP

Nama : Agustinus Sayur Matua Purba

NIP : 220005907

Tempat/ Tangggal Lahir : Tanjung Morawa, 25 Agustus 1978

Jabatan : Calon Hakim Peradilan Umum

Organisasi/ Unit Kerja : Pengadilan Negeri Kupang.

Jln. Palapa No. 18 Oebobo Kupang. 85000

Instansi : Mahkamah Agung Republik Indonesia

Agama : Kristen Protestan

(14)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Tanjung Morawa, Kab. Deli Serdang, Prop. Sumatera

Utara. 20362

: Jln. Kambaniru No. 9 RT/RW. 19/05 Kel. Kuanino,

Kec. Oebobo, Kota Kupang, Prop. Nusa Tenggara

Timur.

Pendidikan Umum

1. SD Tahun 1991

2. SMP Tahun 1994

3. SMU Tahun 1997

(15)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RIWAYAT HIDUP ... ix

DAFTAR ISI ……… xi

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang ... 1

(16)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Keaslian Penelitian ... 12

F. Kerangka Teori ... 12

G. Metode Penelitian ... 18

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 19

2. Teknik Pengumpulan Data... 19

3. Analisis Data ... 19

4. Penarikan Kesimpulan ... 20

BAB II KERAHASIAAN BANK DAN NASABAH ... . 21

A. Rahasia Bank ... 21

1. Pengertian Rahasia Bank ... 21

2. Sifat Rahasia Bank ... 24

B. Penerapan Rahasia Bank di Indonesia ... 27

1. Ketentuan Hukum Rahasia Bank ... 27

2. Penerapan Ketentuan Rahasia Bank ... 33

C. Hubungan Bank dengan Nasabah ... 45

(17)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

1. Alasan Bank Menjaga Kerahasiaan Bank... 50

2. Analisis Terhadap Transparansi Produk dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah ... 56

BAB III PRINSIP MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR CUSTOMER) DENGAN RAHASIA BANK ……… . 65

A. Pengertian Prinsip Mengenal Nasabah (Know Customer) ... 65

B. Dasar Hukum Prinsip Mengenal Nasabah (Know Customer principle) ... 69

C. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principle)... 71

D. Hubungan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your- Customer) dengan Rahasia Bank... 80

BAB IV PENERAPAN KETENTUAN RAHASIA BANK DALAM MEMBERANTAS/ MENCEGAH TINDAK KEJAHATAN ………... ... 83

A. Kejahatan perbankan dan Kejahatan Rahasia Bank ... 83

B. Pengecualian Rahasia Bank ... 87

1. Untuk Kepentingan Perpajakan... 89

(18)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

3. Untuk Kepentingan Peradilan Pidana ... 93

4. Untuk Kepentingan Pemeriksaan Peradilan Perkara Perdata ... 94

5. Untuk KepentinganTukar menukar Informasi Antar Bank ... 95

6. Untuk Kepentingan Pihak Lain Yang Ditunjuk Nasabah dan Untuk Kepentungan Waris... 98

C. Kasus-kasus yang berhubungan dengan Rahasia Bank ... 99

D. Penyempurnaan Ketentuan Rahasia Bank ... 106

E. Sanksi Terhadap Pelanggar Ketentuan Rahasia Bank ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… .... 112

A. Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 114

(19)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga yang mempunyai peran

yang sangat strategi dalam pembangunan Indonesia. Hal ini tidak dapat disangkal

bahwa dalam mencapai tujuan pembangunan nasional yaitu untuk mewujudkan

(20)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Peran yang sangat strategis dari bank sebagai suatu badan usaha adalah bank yang

mempunyai fungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkan dana yang dihimpun tersebut kepada masyarakat.1

Keberadaan bank sangat krusial bagi perekonomian suatu negara, karena itu

asset bank dalam bentuk kepercayaan masyarakat sangat penting dijaga guna

meningkatkan efisiensi penggunaan bank dan efisiensi intermediasi serta untuk

mencegah terjadinya bank runs and panic.

Bank sebagai lembaga keuangan diharapkan dapat menyerasikan,

menyelaraskan, serta menyeimbangkan unsur pemerataan pembangunan dan

hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional yang pada akhirnya mengarah

pada peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan pertumbuhan ekonomi

Indonesia.

2

Oleh Karena itu perbankan harus dapat

bekerja secara profesional, mampu membaca, menelaah, dan menganalisis semua

kegiatan dunia usaha serta perekonomian nasional. Mempunyai entrepreneurship dan

kemampuan membaca pasar agar dapat menjalankan fungsi intermediasi dengan baik,

sebagaimana dimaksud Pasal 1 Angka 2.3

1

Teguh Pudjomuljono, Analisis Laporan Keuangan Untuk Perbankan, (Bandung; Jambatan 1992), hal.9.

2

Zulkarnain Sitompul.1, Problematika Perbankan, (Bandung; Books Terrace )2005, hal.1. 3

Pasal 1Angka 2 mengatakan Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran., lihat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, (Bandung; Fokus Media) 2004.

(21)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Untuk mencapai tujuan tersebut badan pengawas bank perlu memiliki

kewenangan luas untuk mengatur dan mengawasi industri perbankan. Kewenangan

tersebut antara lain kewenangan menetapkan besarnya modal yang harus dimiliki,

besarnya kredit yang boleh diberikan kepada suatu perusahaan, siapa yang boleh

menjadi pengurus bank dan sebagainya. Kewenangan mengawasi diberikan dengan

tujuan untuk memonitor apakah bank tersebut melakukan kegiatan usaha sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Perlu dikaji untuk memberikan kewenangan

penyidikan kepada badan pengawas. Kewenangan tersebut bertujuan untuk

melindungi nasabah, melindungi perekonomian dan menjaga agar tidak terjadi

konsentrasi bisnis. Perlindungan terhadap nasabah merupakan alasan paling dasar

untuk mengawasi bank karena nasabah merupakan target yang mudah bagi pencurian

oleh pengurus bank.4

Bank sebagai suatu lembaga yang hidupnya tergantung dari dana masyarakat

yang disimpan pada bank. Agar nasabah bersedia menyimpan dananya kepada bank

yang bersangkutan, nasabah harus memiliki kepercayaan bahwa bank tersebut, mau

dan membayar kembali dana yang disimpan pada bank pada waktu dana itu ditagih

oleh nasabah penyimpan dana. Pada peristiwa beberapa tahun yang lalu banyak bank

dilikuidasi oleh pemerintah, para nasabah bank tersebut tidak dapat memperoleh

kembali dananya ketika bank-bank tersebut dilikuidasi, maka hancurlah kepercayaan

4

(22)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

masyarakat terhadap perbankan pada saat itu yang memang berada ditingkat yang

rendah. Hancurnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan ditandai dengan

terjadinya rush atau bank run dimana masyarakat beramai-ramai menarik dana

simpananya dari bank yang belum dilikuidasi terutama dari bank-bank swasta

nasional.5

Jika melihat kenyataan pada saat itu tentu rasanya tidak adil bila nasabah

harus menanggung keputusan likuidasi akibat kesalahan dalam pengurusan bank.

Adalah wajar apabila deposan berhak mendapatkan seluruh dananya berikut

bunganya, bukannya dipotong dengan biaya administrasi yang sangat memberatkan.

Kenyataanya, bank tidak pernah memberikan agunan apa pun kepada nasabahnya,

kecuali modal kepercayaan, sehingga wajar pertanggungjawaban pihak bank

diperluas.6 Untuk itu perlu diupayakan agar masyarakat berkeinginan menyimpan

dananya di bank, dan keinginan masyarakat menyimpan uang di bank merupakan

salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan.7

Untuk mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan

tercermin dari keinginan masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan perbankan seperti

menyimpan atau menginvestasikan uang, mendepositokan dan meminjam uang untuk

5

Zulkarnain Sitompul. 2, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Suatu Gagasan Tentang Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia, (Jakarta, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002),hal.,vii.

6

Http//www.pikiran-rakyat.com (diakses tanggal 31 Mei 2006). 7

(23)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

memulai atau memperluas usaha. Peran dan partisipasi kalangan masyarakat luas ini

merupakan sesuatu yang vital bagi industri perbankan itu sendiri maupun

kesejahteraan masyarakat umum secara luas yang pada akhirnya berkepentingan pada

pembangunan.8

Oleh sebab itu bank sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat

dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, wajib

memberikan informasi mengenai risiko kerugian akibat transaksi sebagaimana

dimaksud di dalam Undang-Undang Nomor. 7 Tahun 1992 yang dirubah oleh

Undang-Undang Nomor. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan khususnya pada Pasal 29

ayat 4.

9

Mengingat peranan dari lembaga perbankan tersebut, maka dalam rangka

mencapai tujuan pembangunan nasional tidak berlebihan apabila lembaga perbankan

ditempatkan begitu strategis dan mendapat perhatian pemerintah melalui pembinaan

yang intensif. Semuanya itu didasari oleh landasan pemikiran agar lembaga

perbankan di Indonesia mampu berfungsi secara efisien, sehat, wajar dan mampu

melindungi secara baik dana yang dititipkan masyarakat kepadanya, serta mampu

8

Ibid.,hal.25 9

(24)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

menyalurkan dana masyarakat tersebut kebidang-bidang yang produktif bagi

pencapaian sasaran pembangunan.10

Bank sebagai suatu lembaga yang melindungi dana nasabah juga

berkewajiban menjaga kerahasiaan terhadap dana nasabahnya dari pihak-pihak yang

dapat merugikan nasabah. Dan sebaliknya masyarakat yang mempercayakan dananya

untuk dikelola oleh bank juga harus dilindungi terhadap tindakan yang semena-mena

yang dilakukan oleh bank yang dapat merugikan nasabahnya. Hal ini sangat

dibutuhkan karena sebagai lembaga keuangan, bank harus mendapat kepercayaan dari

masyarakat, dan kepercayaan dari masyarakat tersebut akan lahir apabila semua data

hubungan masyarakat dengan bank tersebut dapat tersimpan secara rapi atau

dirahasiakan.11

10

Menurut Soedradjat J, dalam tulisannya “Menuju Sistim Perbankan Untuk mendukung Pembangunan Nasional” (selasa, 23 Maret 2004), http//kolom.pasific.net.id/ind. Bahwa: “Perbankan yang sehat disini menyangkut: Pertama, bank-bank dalam arti mikro harus sehat dalam aspek yang menyangkut permodalan, manajemen, dan kegiatan, sesuai dengan peraturan dan pengawasan perbankan yang berlaku. Kedua, adanya pengaturan dan pengawasan yang efektif yang dilakukan oleh lembaga yang secara independent bertanggung jawab untuk itu. Ketiga, adanya kelembagaan yang mendukung bekerjannya perbankan, selain lembaga pengawasan dan pengaturannya, termasuk pula hukum dan peradilan. Keempat, adanay kerjasama serta koordinasi internasional yang menjalankan surveillance secara efektif. Dengan demikian, perbankan yang sehat, bukan hanya dalam arti mikro yang meliputi kondisi internal dan operasi bank, tetapi juga pengawasan dan pengaturan bank serta kelembangaan penunjangnya, baik nasional maupun internasional harus tersedia dan berjalan efektif. Mengenai kondisi sehatnya bank secara mikro, sebagaimana bank harus sehat dalam arti tidak mengalami masalah likuiditas, artinya kalau dalam operasi hariannya mengalami mismatch likuiditas dapat segera mengatasinya dengan mekanisme dan sarana yangs sesuai ketentuan. Selain tiu, bank harus sehat dalam arti solvable, artinya memenuhi ketentuan kecukupan modal yang berlaku”

11

Muhammad Djumhana. 1, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung; Citra Aditya Bakti 2003), hal.161

Hal demikian membawa konsekuensi kepada bank, yaitu bank

(25)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada bank selaku lembaga keuangan atau

sumber dana masyarakat. Sebagai suatu badan usaha yang dipercaya oleh masyarakat

untuk menghimpun dana masyarakat, sudah sewajarnya bank memberikan jaminan

perlindungan kepada nasabah yang berkenaan dengan “keadaan keuangan nasabah”

yang lazim dinamakan dengan “Kerahasiaan Bank”. Kerahasiaan bank sangat penting

karena bank memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang menyimpan uangnya di

bank. Nasabah hanya mempercayakan uangnya kepada bank atau memanfaatkan jasa

bank apabila bank memberikan jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan

dan keadaan tidak akan disalahgunakan.12

Dengan adanya jaminan kerahasian bank atas semua data-data masyarakat

dalam hubungannya dengan bank, maka masyarakat mempercayai bank tersebut,

kemudian selanjutnya mereka akan mempercayakan uangnya pada bank atau

memanfaatkan jasa bank. Kepercayaan masyarakat lahir apabila dari bank ada

jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan keuangan nasabah

tidak disalahgunakan, dengan adanya ketentuan tersebut ditegaskan bahwa bank

harus memegang teguh rahasia bank.13

Hubungan antara bank dengan nasabah ternyata tidaklah seperti hubungan

kontraktual biasa, tetapi dalam hubungan tersebut terdapat pula kewajiban bagi bank

12

Racmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta; Gramedia Pustaka Utama 2001), hal.153

13

(26)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

untuk tidak membuka rahasia dari nasabahnya kepada pihak lain manapun jika

ditentukan lain oleh perundang-undangan yang berlaku, karena itu dapat dikatakan

bahwa hubungan antara lawyer dengan klien, atau dokter dengan pasiennya.14

Dengan adanya ketentuan tersebut ditegaskan bahwa bank harus memegang

teguh rahasia bank. Ketentuan rahasia bank berlaku bagi pihak-pihak terafiliasi dalam

operasional bank.

15

Dengan demikian, istilah rahasia bank mengacu kepada rahasia

dalam hubungan antara bank dengan nasabahnya. Sedangkan rahasia-rahasia lain

yang bukan merupakan rahasia antara bank dengan nasabahnya, sesungguhnya pun

bersifat “rahasia “ tidak tergolong ke dalam istilah ”rahasia bank” menurut

undang-undang perbankan.16

14

Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Buku Kesatu, ( Bandung; Citra Aditya Bakti1999), hal.89

15

Pihak-pihak terafiliasi didalam bank adalah

Rahasia-rahasia lain yang bukan rahasia bank tersebut misalnya

rahasia mengenai data dalam hubungan dengan pengawasan bank oleh Bank

Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Ayat (3), dan Pasal 33

Undang-1. Anggota Dewan Komisaris, Direksi, Pejabat, atau karyawan (bagi bank yang berbentuk Perseroan Terbatas);

2. Anggota Pengurus dan Badan Komisaris, Direksi, Pejabat, atau karyawan bank (bagi bank berbadan hukum koperasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku); 3. Pihak-pihak yang memberikan jasanya kepada bank yang bersangkutan, termasuk konsultan,

konsultan hukum, akuntan , dan penilai;

4. Pihak yang berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia turut mempengaruhi pengelolaan bank, antara lain pemegang saham dan keluarganya, keluarga komisaris, keluarga pengawas, keluarga direksi, keluarga pengurus. Lihat Zainal Asikin, Poksok-pokok Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta; Raja Grafindo Persada 1997), hal. 53

16

(27)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Undang Nomor 7 tahun 1992 sebagaimana yang telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.17

Seiring dengan kemajuan teknologi dewasa ini salah satu wujud kerahasian

dan perlindungan nasabah bank adalah dengan diluncurkannya kartu ATM (Anjungan

Tunai Mandiri) sebagai salah satu fasilitas yang disediakan oleh bank. Banyak bank

saat ini telah menyediakan fasilitas kartu ATM sebagai wujud rahasia dan

perlindungan terhadap nasabahnya.18

Sutan Remy Sjahdeini mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu

negara yang memiliki ketentuan ketat mengenai kerahasiaan bank. Pelanggaran

terhadap kerahasiaan bank adalah merupakan tindak pidana, karena begitu ketatnya

ketentuan rahasia bank di Indonesia, hakim yang memeriksa dan mengadili perkara

pidana yang berhubungan dengan rahasia bank harus memperoleh izin dari Menteri

Keuangan. Tentu saja ini bertentangan dengan Pasal 24 Undang Undang Dasar

1945,

19

17

Pasal 30 Ayat (3) Bahwa keterangan tentang bank yang diperoleh berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) tidak diumumkan dan bersifat rahasia, lihat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

18

Http//www.bank mandiri.co.id. (diakses 31 Mei 2006). 19

Pasal 24 Ayat (1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

Karena menurut ketentuan didalam Undang-Undang Dasar 1945 bahwa di

dalam mengadili suatu perkara baik pidana maupun perdata hakim memiliki

(28)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

kekuasaan kehakiman bebas dari segala campur tangan pihak kekuasaan ekstra

yudisial 20. Ketatnya ketentuan rahasia bank di Indonesia memungkinkan terjadinya

tindak pidana pencucian uang (money laundering) seperti peredaran uang-uang hasil

perdagangan narkotika, perjudian, penyuapan, terorisme dan lain-lain. Oleh sebab itu

ketentuan rahasia bank perlu diperlonggar.21

Thomas Suyatno mengatakan bahwa ketentuan rahasia bank sangat diperlukan

di dalam operasional bank, tetapi penerapannya jangan terlalu kaku. Masalah rahasia

bank berhubungan dengan prilaku bankir dan pihak lain yang terlibat. Ketentuan

rahasia bank yang tercantum pada Bab VII Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

yang kemudian dirubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, sebab bank harus melindungi dana nasabahnya. Bank yang membocorkan

informasi layak dikenakan sanksi berat.

22

Untuk mengurangi risiko itulah maka setiap bank diwajibkan untuk

menerapkan prinsip kehati-hatian. Salah satu upaya dalam melaksanakan prinsip

kehati-hatian adalah penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Costumer

Prinsiple).

23

20

Hamdan Zoelva, Himpunan Perundang-undangan Mahkamah Agung dan Amandemen UUD 1945, (Jakarta ; Durat Bahagia 2004), hal 17

21

Http// www.hukmas depkeu go.id (diakses 2Juni 2006). 22

Http//www.homeline.com (diakses 17 Juli 2006).

Selain prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Costumer Principle)

23

(29)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

dalam operasional perbankan prinsip keterbukaan juga dibutuhkan dalam melindungi

nasabah.

Berdasarkan hal-hal di atas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini

untuk diteliti dan dibahas yang pada akhirnya menjadikan penelitian ini berjudul “

Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah untuk

dibahas dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengapa bank wajib menjaga kerahasiaan dalam melindungi nasabahnya?

2. Apakah terdapat hubungan antara penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

(Know Your Costumer Principle) dengan rahasia bank dalam melindungi

nasabah?

3. Perlukah ketentuan rahasia bank diperlonggar untuk mencegah/ memberantas

kejahatan.

(30)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan

penelitian yang diinginkan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui alasan bank menjaga kerahasiaan dalam melindungi

nasabahnya.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan ruang lingkup rahasia bank telah

memberikan perlindungan kepada nasabah.

3. Untuk mengetahui perlu tidaknya ketentuan rahasia bank diperlonggar dalam

mencegah/ memberantas kejahatan

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari Penelitian ini dapat dilihat dari 2 (dua)

sisi yaitu:

1. Secara teoritis, Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

dalam bidang ilmu pengetahuan hukum perbankan Indonesia terutama yang

berhubungan dengan kerahasiaan bank (confidencia bank).

2. Secara praktis, memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat dan

pihak-pihak yang berhubungan dengan kerahasiaan bank (confidential bank) sebagai

(31)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi dan penelusuran yang dilakukan diperpustakaaan

khususnya pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, penelitian

dengan judul “Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah”,

belum pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya dengan demikian

penelitian ini adalah baru pertama kali.

F. Kerangka Teori

Ketentuan rahasia bank dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang

kemudian diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 banyak mengalami

perubahan dan penambahan. Adapun prinsip atau teori yang mendasari ketentuan

rahasia bank di Indonesia adalah prinsip atau teori nisbi, dimana di dalam prinsip atau

teori nisbi ini memungkinkan pemberian data dan informasi yang menyangkut

tentang kerahasiaan bank kepada pihak lain. Hal ini berbeda dengan sistem di Swiss

yang hanya memungkinkan pembukaan rahasia bank apabila ada putusan pengadilan.

(32)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

hampir sama ketentuannya dengan di Swiss yaitu menyangkut semua pihak yang

berhubungan dengan kegiatan bank (pihak-pihak terafiliasi).24

Di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang kemudian diubah oleh

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, pada Pasal 1 Angka 28

dinyatakan bahwa rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan keterangan

mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.25

Prinsip kerahasiaan bank bertujuan agar bank menjalankan usahanya secara

baik dan benar mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku Ini menunjukkan bahwa bank

dalam melakukan kegiatannya harus memperhatikan dan melaksanakan prinsip

kerahasiaan sebagai usaha melindungi nasabahnya.

Prinsip kerahasiaan bank tersebut dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1992 yang kemudian diubah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan dimana bank dalam menjalankan usahanya harus menggunakan prinsip

kerahasiaan bank terutama dalam melindungi nasabahnya hal ini harus dijalankan

oleh bank bukan hanya dihubungkan dengan kewajiban agar bank tidak merugikan

kepentingan nasabah yang telah mempercayakan dananya kepada bank tetapi juga

dari sistem moneter yang menyangkut kepentingan semua anggota masyarakat yang

bukan hanya nasabah penyimpan dana dari bank itu saja.

24

Muhammad Djumhana. 1, Op.cit., hal. 166 25

(33)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

dalam dunia perbankan, agar bank yang melakukan usahanya menjaga kerahasiaan

nasabahnya, sehingga masyarakat semakin percaya kepada bank dan membawa

dampak semakin meningkatnya keinginan masyarakat untuk mempergunakan jasa

perbankan di dalam kegiatan usahanya serta kebutuhan sehari-hari.

Prinsip kerahasiaan bank ini telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 yang kemudian dirubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

yang menjadi acuan bagi perbankan di negara Indonesia. Jika dilihat bahwa peraturan

atau norma hukum itu tidak lahir dengan sendirinya, tetapi dilatar belakangi oleh

dasar-dasar filosofi yang disebut dengan asas hukum. Sehingga untuk mengerti

norma hukum kita harus mengetahui asas-asas hukum itu.

Sadjipto Raharjo mengatakan bahwa barang kali tidak berlebihan apabila

dikatakan asas hukum merupakan “jantungnya” peraturan hukum. Karena itu ia

merupakan landasan yang luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum. Ini berarti

bahwa peraturan hukum itu pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas-asas hukum

itu.26

Demikian juga halnya jika berbicara tentang perbankan, bahwa di dalam

melaksanakan kemitraan antara bank dan nasabah, untuk terciptanya sistem

26

(34)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

perbankan yang sehat, kegiatan perbankan perlu dilandasi dengan beberapa asas

hukum (khusus), yaitu:27

1.Asas Demokrasi Ekonomi

:

Di dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

dikatakan, bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan

demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Ini berarti, fungsi

dan usahanya perbankan diarahkan untuk melaksanakan prinsip-prinsip yang

terkandung dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.28

a. Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia

dan bangsa lain yang dalam sejarah di Indonesia telah menimbulkan dan

mempertahankan kelemahan struktur ekonomi nasional dan posisi Indonesia

dalam perekonomian dunia.

Dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945 tersebut harus dihindarkan hal-hal sebagai berikut:

b. Sistem etatisme, dalam arti bahwa negara beserta aparatur negara bersifat

dominan, mendesak, dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit

ekonomi di luar sektor negara.

27

Racmadi Usman, Op.cit., hal 14 28

(35)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

c. Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu

kelompok dalam berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan

masyarakat dan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial.29

2. Asas Kepercayaan (Fiduciary Principle)

Asas kepercayaan adalah suatu asas yang menyatakan bahwa usaha bank

dilandasi oleh hubungan kepercayaan antara bank dengan nasabahnya. Bank

terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang tersimpan padanya atas

dasar kepercayaan, sehingga setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya

dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat

padanya. Kemauan masyarakat untuk menyimpan sebagian uangnya dibank,

semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperoleh

kembali pada waktu yang diinginkan atau sesuai dengan yang diperjanjikan dan

disertai dengan imbalan. Apabila kepercayaan nasabah penyimpan dana terhadap

sustu bank telah berkurang, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi rush

terhadap dana simpanannya.30

Sutan Remi Sjahdeini menyatakan bahwa hubungan antara bank dengan nasabah

penyimpan dana adalah hubungan pinjam-meminjam uang antara debitur (bank)

dan kreditur (nasabah penyimpan dana). Dengan kata lain, bahwa menurut

(36)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

dana bukan sekedar hubungan kontraktual biasa antara debitur dan kreditur yang

diliputi oleh asas-asas umum dari perjanjian, tetapi juga hubungan kepercayaan

yang diliputi asas kepercayaan.31

3. Asas kerahasiaan bank (Confidencial Principle)

Asas kerahasiaan adalah asas yang mengharuskan dan mewajibkan bank

merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain

dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan (wajib)

dirahasiakan. Kerahasiaan ini adalah untuk kepentingan bank sendiri, karena

bank memerlukan kepercayaan masyarakat menyimpan uangnya di bank, dan

masyarakat hanya mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa

bank apabila bank menjamin bahwa tidak akan ada penyalahgunaan pengetahuan

bank tentang simpanannya. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

rahasia bank meliputi keadaan keuangan nasabah penyimpan dana dan nasabah

debitur, sedangkan di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 membatasi

rahasia bank hanya tentang keadaan nasabah penyimpan dana saja. Dengan

demikian bank harus memegang teguh rahasia bank.32

4. Asas kehati-hatian (Prudential Principle)

(37)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

dinyatakan bahwa bank wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip

kehati-hatian. Tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian (prundential

principle) ini tidak lain adalah agar bank selalu dalam keadaan sehat, dengan kata

lain agar selalu dalam keadaan likuid dan solvent. Dengan diberlakukannya

prinsip kehati-hatian diharapkan kadar kepercayaan masyarakat terhadap

perbankan tetap tinggi, sehingga masyarakat bersedia dan tidak ragu-ragu

menyimpan dananya dibank serta kepentingan nasabahnya terlindungi.33

Kata metode berasal dari kata Yunani “methods” yang berarti cara atau jalan.

Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja,

yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

bersangkutan.

Kontjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta; Gramedia Pustaka, 1977) hal. 16

Dalam bahasa Indonesia kata metode berarti cara sistematis dan cara

terpikir secara baik untuk mencapai tujuan. Oleh Karena itu sebagai sebuah penelitian

ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian mulai dari pengumpulan data sampai pada

analisis data dilakukan dengan memperhatikan kaedah-kaedah penelitian sebagai

(38)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif yang

mengacu kepada penelitian hukum kepustakaan. Penelitian hukum normatif ini

mempunyai sifat deskriptif analisis yaitu penelitian tentang keberadaan kerahasiaan

bank sebagai wujud perlindungan nasabah, dimana penelitian ini akan

menggambarkan suatu keadaan normatif.

2. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Seluruh data sekunder dikumpulkan dengan mempergunakan studi dokumen/ Studi

pustaka (Library research) untuk mendapatkan data skunder berupa

peraturan-peraturan hukum (peraturan-peraturan perundang-undangan) yakni Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 yang kemudian dirubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998,

peraturan-peraturan Bank Indonesia, dan peraturan-perturan lain yang berhubungan

dengan perbankan khususnya mengenai rahasia bank dan perlindungan terhadap

nasabah, buku pustaka, jurnal-jurnal, tulisan-tulisan yag ada didalam media cetak dan

lain sebagainya

(39)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa secara

kualitatif, maksudnya bahwa analisa ini bertolak dari usaha untuk meneliti terhadap

asas hukum yang diatur di dalam bahan hukum primer dan berkembang melalui

pembahasan dalam bahan sekunder.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

mengunakan logika berpikir secara deduktif yaitu berpangkal pada kaidah-kaidah

umum yang diperoleh baik hasil dari penelitian kepustakaan maupun dari hasil

(40)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

BAB II

KERAHASIAAN BANK DAN NASABAH

A. Rahasia Bank

1. Pengertian Rahasia Bank

Pada dasarnya bank menjalankan prinsip kepercayaan yang diberikan oleh

penyimpan dana untuk menjaga kerahasiaan rekening nasabahnya. Oleh karena

hubungan bank dan nasabah adalah bersifat kerahasiaan, hal ini sering disebut dengan

rahasia bank (bank secrecy). Istilah rahasia bank ini mengacu kepada hal-hal yang

berhubungan dengan interaksi antara bank dengan nasabahnya. Nasabah tentu tidak

mengharapkan bank untuk memberitahu pihak ketiga tentang keadaan keuangan

nasabah tersebut.

Kerahasiaan informasi yang lahir dalam kegiatan perbankan ini pada dasarnya

lebih banyak untuk kepentingan bank itu sendiri, karena sebagai lembaga keuangan,

(41)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

hal itu, pemerintah telah menjamin hak-hak nasabah dengan undang-undang, yaitu

Undang-Undang Perbankan.

Pada mulanya Bank muncul dan berkembang dari kegiatan tukar-menukar

yang dikenal sejak zaman purbakala di Athena, dan Romawi. Pada zaman itu, di

Athena orang yang menjalankan tugas tukar-menukar uang dinamakan trapezites

(orang dihadapan meja) atau argentarius di Romawi. Selain melakukan tugas

tukar-menukar uang mereka juga menjalankan tugas menyimpan serta meminjamkan uang

bagi mereka yang memerlukan. Usaha tukar-menukar dan simpan-pinjam ini menjadi

lebih berkembang pada akhir abad pertengahan. Hal ini disebabkan karena

perkembangan usaha-usaha perdagangan di Eropa serta timbulnya berbagai mata

uang yang dimiliki oleh beberapa negara. Khusus dalam tugas peminjaman uang

dilakukan oleh orang-orang Yahudi, kemudian diikuti oleh orang-orang Italia yang

berasal dari Lombardia. 35

Sejak 4000 tahun yang lalu di Babylonia, kerahasiaan bank sebagai suatu

kelaziman telah dipraktekkan sebagaimana tercantum dalam Code of Hamourabi.

Begitu juga pada Kerajaan Romawi Kuno, hal yang menyangkut hubungan antara

nasabah dan perbankan sudah diatur, termasuk di dalamnya kerahasiaan bank.

Sejarah mencatat pula aturan tentang pelarangan-pelarangan yang berkaitan tentang

35

(42)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

bank termaktum dalam ketentuan Banco Ambrosiano di Milano-Italia pada tahun

1593. Bank-bank yang melanggar ketentuan rahasia bank, ijin usahanya dapat

dicabut.36

Di Indonesia pengaturan rahasia bank untuk pertama kali dilakukan pada

tahun 1960 dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

(PERPU) Nomor. 23 Tahun 1960 tentang Rahasia Bank. Pengaturan rahasia bank

selanjutnya mengalami perubahan dari waktu ke waktu yang dapat dikelompokkan

menjadi dua bagian:

37

1. Pengertian rahasia bank meliputi keterangan-keterangan mengenai keadaan

keuangan dan lain-lain dari segala macam nasabah yang hanya menggunakan

jasa bank. Pengertian ini sangat luas meliputi segala sesuatu yang berkaitan

dengan nasabah dan diterapkan dalam ketentuan yang berlaku dari tahun 1960

sampai tanggal 10 November 1998 dengan lahirnya Undang-Undang Nomor.

10 Tahun 1998;

2. Pengertian rahasia bank yang hanya meliputi keterangan mengenai nasabah

penyimpan dana dan simpanannya saja. Pengertian ini sangat terbatas dan

berlaku sejak 10 November 1998 dengan dikeluarkannya Undang-Undang

Nomor. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

36

Yunus Husein. 1, Rahasia Bank Privasi Versus Kepentingan Umum, (Jakarta: Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003) hal 133

37

(43)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Pengertian rahasia bank dalam Undang-Undang Nomor. 7 Tahun 1992 yang

dimuat Pasal 1 ayat 16 mengatakan bahwa Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurut

kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan. Pengertian ini kemudian diubah

dengan pengertian baru oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang

mengatakan bahwa Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

ketentuan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.38

2. Sifat Rahasia Bank

Mengenai sifat rahasia bank, ada dua teori yang dapat dikemukakan, yaitu

teori yang mengatakan rahasia bank yang bersifat mutlak (absolute theory) dan yang

mengatakan bersifat relatif (relative theory). Kedua teori ini masing-masing

berpegang pada alasan atau argumentasinya. Adapun dua teori mengenai kekuatan

berlakunya asas rahasia bank, yaitu:

a. Teori Mutlak (Absolute Theory)

Menurut teori ini, Rahasia Bank bersifat mutlak . Semua keterangan mengenai

nasabah dan keuangannya yang tercatat di bank wajib dirahasiakan tanpa

pengecualian dan pembatasan. Dengan alasan apa pun dan oleh siapapun

38

(44)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

kerahasiaan mengenai nasabah dan keuangannya tidak boleh dibuka

(diungkapkan). Apabila terjadi pelanggaran terhadap kerahasiaan tersebut, bank

yang bersangkutan harus bertanggung jawab atas segala akibat yang

ditimbulkannya.

Keberatan terhadap teori mutlak adalah terlalu individulis, artinya hanya

mementingkan hak Individu (perseorangan). Di samping itu, teori mutlak juga

bertentangan dengan kepentingan negara atau masyarakat banyak

dikesampingkan oleh kepentingan individu yang merugikan Negara atau

masyarakat banyak. Teori mutlak ini terutama dianut di Negara Swiss sejak tahun

1934.39 Sifat mutlak rahasia bank tidak dapat diterobos dengan alasan apapun.

Hal ini dapat dilihat di dalam Undang-Undang Pemerintah Swiss No. 47

mengenai “Perbankan dan bank Tabungan” November 1934.40

39

Abdulkadir Muhamad dan Rilda Murniati, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, (Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,2004) hal 77.

40

Undang-Undang Pemerintah Swiss Nomor 47 mengenai “Perbankan dan Bank Tabungan” November 1934, menyatakan bahwa:

Dengan demikian,

para koruptor atau pedagang narkotika kelas kakap didunia merasa aman

menyimpan uang hasil kejahatannya di bank-bank Swiss. Salah satu contoh

1. Barang siapa sebagai badan, pegawai, pelaksana, likuidator, atau komisi sebuah bank, sebagai pengawat komisi bank, sebagai organ, atau pegawai dari bagian revisi yang diakui atau yang menerima tugas ini membuka rahasia yang dipercayakan kepadanya atau barang siapa yang melanggar rahasia pekerjaan/ profesi, akan didenda hukuman kurungan selama enam bulan atau denda sampai 50.000 farnc.

2. Jika itu merupakan kecerobohan si pelaku, maka ia dikenakan denda sebesar 30.000 franc 3. Pelaku pelanggaran rahasia bank akan dikenakan hukuman juga, meskipun masa jabatannya atau

masa dinasnya telah berakhir.

4. Keterangan hanya dapat diberikan berdasarkan Kanton (Negara bagian) dan dibawah sumpah mengenai kewajiban memberikan keterangan kepda yang berwajib.

(45)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

pelaku yang memanfaatkan teori mutlak tentang kerahasiaan bank di bank-bank

Swiss adalah mantan Presiden Ferdinand Marcos dari Filipina, dan gembong

narkotika Dennis Levine.

Ketatnya rahasia bank dilaksanakan di Swiss, mengakibatkan beberapa Negara

tidak dapat menjangkau uang hasil kejahatan warga negaranya yang merugikan

Negara atau masyarakat banyak, yang disimpan di bank-bank Swiss. Oleh karena

itu, teori mutlak yang dianut oleh Negara Swiss mendapat reaksi keras dari

beberapa negara yang kepentingannya dirugikan. Sebagai contoh adalah kasus

gugatan pemerintah Amerika Serikat melalui Stock Exchange Commission (SEC)

kepada sejumlah bank di Swiss sehubungan dengan penampungan dana hasil

insider trading yang disimpan di beberapa bank di Swiss, Agar bank-bank yang

bersangkutan membuka rahasia keuangan nasabahnya.

Ternyata rahasia bank yang bersifat mutlak itu dapat dikompromikan. Sifat

mutlak ini ditinggalkan oleh bank-bank di Swiss sejak tahun 1991 dengan

menghapuskan nama samaran dari kode rekening nasabah yang terkenal dengan

“Formulir B”, yang harus diganti dengan nama aslinya melalui pendaftaran ulang.

Jika para nasabah yang bersangkutan tidak mendaftar ulang, mereka harus

menutup rekeningnya. 41

b. Teori Relatif (Relative Theory)

41

(46)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Menurut teori ini, rahasia bank bersifat relatif (terbatas). Semua keterangan

mengenai nasabah dan keuangannya yang tercatat di bank wajib dirahasiakan.

Namun bila ada alasan yang dapat dibenarkan oleh undang-undang, rahasia bank

mengenai keuangan nasabah yang bersangkutan boleh dibuka (diungkapkan)

kepada pejabat yang berwenang, misalnya pejabat perpajakan, pejabat penyidik

tindak pidana ekonomi.

Keberatan terhadap teori relatif adalah rahasia bank masih dapat dijadikan

perlindungan bagi pemilik dana yang tidak halal, yang kebetulan tidak terjangkau

oleh aparat penegak hukum (law enforcer) karena tidak terkena penyidikan.

Dengan demikian, dana tetap aman. Tetapi teori relatif sesuai dengan rasa

keadilan (sense of justice), artinya kepentingan negara atau kepentingan

masyarakat tidak dikesampingkan begitu saja. Apabila ada alasan dan sesuai

dengan prosedur hukum maka rahasia keuangan nasabah boleh dibuka

(diungkapkan). Dengan demikian, teori relatif melindungi kepentingan semua

pihak, baik individu, masyarakat, ataupun negara. Teori relatif dianut oleh

negara-negara pada umumnya antara lain Amerika Serikat, Belanda, Malaysia,

Singapura, Indonesia. Rahasia bank yang berdasarkan teori relatif diatur dalam

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana yang telah diubah oleh

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.42

42

Abdulkadir Muhamad dan Rilda Murniati, Loc.cit, hal 78

(47)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

B. Penerapan Rahasia Bank di Indonesia

Ketentuan Hukum Rahasia Bank

Berdasarkan penelitian kepustakaan tidak ditemui adanya peraturan

perundang-undangan Indonesia yang mengatur masalah rahasia bank sebelum tahun

1960. Walaupun demikian terdapat pendapat yang menyatakan bahwa sesuai dengan

prinsip konkordansi, maka ketentuan rahasia bank yang ada di negeri Belanda sebagai

negeri yang menjajah Indonesia dapat diberlakukan di Indonesia sebagai negeri

jajahannya. Setelah merdeka, peraturan dari negeri Belanda tersebut berdasarkan

ketentuan Pasal II Aturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945 yang mengatakan

bahwa masih berlaku sampai diadakannya ketentuan mengenai masalah rahasia bank

ini.

Sebelum tahun 1964 diketahui bahwa di Negeri Belanda tidak memiliki

undang-undang atau ketentuan tertulis lainnya yang mengatur tentang kewajiban bank

untuk merahasiakan keterangan tentang nasabahnya, Tetapi ditahun1964 Asosiasi

Perbankan Belanda membuat suatu ketentuan mengenai rahasia bank ini dimana

bank memiliki kewajiban bank untuk merahasiakan itu didasarkan pada “General

Conditions” yang disusun oleh Asosiasi Perbankan Belanda.43

43

(48)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Sebelum tahun 1960 jumlah bank tidak banyak dan kesadaran masyarakat

untuk menggunakan jasa bank (bank mindedness) dan usaha bank begitu maju, lagi

pula masalah rahasia bank ini belum menonjol, sehingga belum memerlukan

pengaturan secara tertulis. Kekosongan pengaturan rahasia bank tersebut diisi dengan

kelaziman yang berlaku, dan demikian pula halnya dengan perjanjian antara bank dan

nasabah. Pada priode sebelum tahun 1960 ini ditemukan adanya masalah rahasia bank

antara tahun 1857-1858. Pada waktu itu, Kantor besar jawatan pajak (sebelum

bernama Direktorat Jenderal Pajak) mengeluarkan ketentuan mengenai keharusan

setiap bank untuk melaporkan kegiatan bank dengan nasabahnya kepada Kantor

Inspeksi Keuangan (nama kantor daerah sebagai pelaksana dari instansi perpajakan

pusat yang sejak tahun 1970 bernama Inspeksi Pajak). Kewajiban tersebut

menggoyahkan usaha perbankan karena banyaknya penarikan dana dari bank oleh

nasabah. Sebahagian dari nasabah bank tersebut ketakutan karena dengan adanya

ketentuan tersebut maka semua simpanan mereka akan diketahui oleh petugas pajak

(fiskus).44

“Bank tidak boleh memberikan keterangan tentang keadaan keuangan langganannya

yang tercatat padanya dan hal-hal lain yang harus dirahasiakan oleh bank menurut Oleh sebab itulah maka di dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang (PERPU) Nomor 23 Tahun 1960 dibuat ketentuan berikut:

44

(49)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali dalam hal yang ditentukan pada Pasal 3

yang mengatakan bahwa :

1. Menteri Keuangan atas permintaan tertulis dari Kepala Jawatan Pajak berwenang

untuk memerintahkan kepada bank, supaya memberikan keterangan-keterangan

dan memperlihatkan buku-buku, bukti-bukti tertulis atau surat-surat kepada

pejabat pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Ordonansi Pajak Pendapatan

1944, Pasal 54a Ordonansi Pajak Kekayaan 1932, Pasal 43a Ordonansi Pajak

Perseroan 1925, Pasal 16 Peraturan Pajak Deviden 1959. Permintaan tersebut di

atas harus menyebutkan wajib pajak yang dikehendaki keterangannya.

2. Permintaan tertulis tersebut di atas harus menyebutkan wajib pajak yang

dikehendaki keterangannya.

3. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara tindak pidana Menteri Pertama dapat

member izin kepada Jaksa/ Hakim untuk meminta kepada bank keterangan

tentang keadaan keuangan tersangka/ terdakwa.

Izin diberikan secara tertulis atas permintaan Jaksa Agung apabila yang

memerlukan keterangan adalah jaksa, dan atas permintaan Ketua Mahkamah

Agung apabila hakim yang memerlukan keterangan-keterangan itu.

Apabila yang memerlukan keterangan adalah jaksa, maka harus disebutkan nama

(50)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

yang bersangkutan dengan keterangan-keterangan yang diminta”. Peraturan

ini”.45

Ketentuan rahasia bank yang berlaku di Indonesia sekarang ini, merupakan

bagian dari ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun1992 sebagaimana yang telah

diubah oleh Undang-undang nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, begitu juga

pada Undang-undang Perbankan sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1967 tentang Pokok-pokok Perbankan, pada bab VII, yaitu dalam Pasal 36 dan Pasal

37

46

1. Keadaan keuangan nasabah yang tercatat padanya, ialah keadaan mengenai

keuangan yang tercatat pada bank yang meliputi segala simpanan yang tercantum

dalam semua pos-pos pasiva, dan segala pos-pos aktiva yang merupakan

pemberian kredit dalam pelbagai macam bentuk kepada yang bersangkutan. . Ketentuan rahasia bank tersebut pada masa Undang-Undang Perbankan Tahun

1967 ini dilengkapi dengan penafsiran yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang

dituangkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor2/337/UPPB/PbB, tanggal 11

September 1969 Penafsiran tentang pengertian rahasia bank yang mengatakan sebagai

berikut:

2. Hal-hal lain yang harus dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia

perbankan, ialah segala keterangan orang, dan badan yang diketahui oleh bank

45

Lihat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU) Nomor 23 tahun 1960.

46

(51)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

karena kegiatan usahanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23

Undang-Undang No 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan.47

Pada masa berlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang

Pokok-pokok Perbankan, pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak lembaga keuangan

tidak dapat dilakukan secara tuntas hal ini disebabkan karena penegasan Direktur

Jenderal Pajak dengan Surat Edaran Nomor SE-31/PJ.7/1990 tertanggal 7 Desember

1990 perihal pemeriksaan terhadap bank. Surat ini pada intinya mengatakan bahwa

ketentuan pemeriksaan terhadap bank sebagai wajib pajak, dimana di dalam

pemeriksaan pajak tidak diperkenankan untuk memeriksa catatan dan dokumen

mengenai rekening para nasabah bank yang bersangkutan, khusus mengenai:

1. Perkembangan Deposito, tabungan, rekening giro, dan rekening lainnya dari

para nasabah;

2. Rincian bunga yang diterima dan atau yang dibayarkan oleh bank.

Setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

maka peraturan sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi, begitu pula dengan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan dinyatakan

tidak berlaku lagi. Ketentuan mengenai rahasia bank pada Undang-Undang Nomor 7

47

(52)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Tahun 1992 tentang Perbankan merupakan penyempurnaan, meskipun kenyataannya

masih belum terwujud dengan baik.

Dari ketentuan yang ada di dalam Undang-Undang nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan ternyata dirasakan belum jelas dan rinci, apa dan bagaimana

kerahasiaan bank yang sesuai dengan kondisi hukum dan perkembangan perbankan

Indonesia. Hal tersebut dirasakan karena belum adanya peraturan pelaksana lainnya

seperti peraturan pemerintah mengenai kerahasiaan bank. Adanya keadaan belum

lengkapnya peraturan perundang-undangan yang mengatur kerahasiaan bank serta

belum jelasnya ketentuan rahasia bank pada perundang-undangan ada, lebih

memungkinkan lagi digunakannya cara penafsiran perundang-undangan.

Setelah keluarnnya Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

masalah kerahasiaan bank dianggap telah lebih baik dan jelas dari pada ketentuan

yang terdapat didalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 48

Secara Sosiologis dapat dikatakan bahwa tidak ada peraturan tertulis yang

sempurna dan jelas bila dihadapkan dengan penerapannya pada kehidupan nyata.

Selesainya suatu pembuatan peraturan bukan akhir dari segalanya, tetapi awal

Penerapan Ketentuan Rahasia Bank

48

(53)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

permulaan dari suatu proses yang lain, yang bisa jauh lebih panjang. Hal utama yang

akan dihadapi adalah kerumitan dalam penegakannya, dan keadaan itu tidak pernah

berlangsung seperti garis lurus.49

Suatu ketentuan yang tertuang dalam peraturan tidak selalu dapat secara cepat

diketahui maksudnya, tetapi meskipun demikian suatu ketentuan tidak bisa karena

belum jelasnya maksud ketentuan tersebut, maka penerapannya ditunda menunggu

petunjuk pelaksananya dan petunjuk tekniknya. Ketentuan dari peraturan

perundang-undangan harus dilaksanakan penuh bila telah diumumkan dalam lembaran negara.

50

1. Teori Penafsiran Perundang-undangan

Demikian juga halnya dengan ketentuan mengenai rahasia bank yang tercantum

dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana dengan Undang-undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, meskipun belum jelas dan belum ada

peraturan pelaksananya, itu tidaklah harus menghambat untuk diterapkan dalam

kondisi sekarang ini. Kondisi demikian dapat diatasi dengan jalan usaha penafsiran

atas ketentuan tersebut.

Ada dua macam teori penafsiran perundangan-undangan, yaitu:

49

Y.H. Laoly, Diktat Pengantar Ilmu Hukum (Sari Kuliah), (Medan: Penerbit, Universitas HKBP Nommensen, 1984), hal. 10

50

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian penulis dapat dismpulkan bahwa, Adapun salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak Bank Agro dalam melindungi nasabah dalam rangka menjaga keamanan rahasia

C.Tinjauan Yuridis Tindakan Bank Memberikan Informasi Nasabah Terhadap Pihak Asuransi dalam Penyelenggaraan Prinsip Kerahasiaan Bank

Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat 2 terdiri atas unsur pemerintah, unsur konsumen dan unsur pelaku usaha.Anggota setiap unsur sebagaimana dimaksud pada ayat

Yang dimaksud dengan pihak lain yang melakukan tugas tertentu adalah pihak lain yang ditunjuk atau disetujui oleh Bank Indonesia untuk melaksanakan tugas-tugas sebagaimana

Adapun pengawasan dan pembina an yang dilakukan oleh bank Indonesia telah dimulai dari perijinan, seperti yang tercantum dalam Pasal 16 ayat (1) Undang- Undang Nomor

Sumber data primer diperoleh dari lokasi penelitian yaitu Bank Indonesia di Surakarta, dengan mewawancarai pegawai yang ditunjuk oleh pihak Bank Indonesia untuk

(5) Dalam hal Pengaduan yang diajukan secara lisan tidak dapat diselesaikan oleh Bank dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Bank wajib meminta Nasabah dan

(2) Dalam hal setelah berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pembelian saham Bank lain dan mengakibatkan yang