Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. PENGAMAN KENDARAAN RODA DUA TERKONEKSI
HANDPHONE BERBASIS DTMF
TUGAS AKHIR
YULI MOTINDA SZORAYA 062408071
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI D-III FISIKA INSTRUMENTASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. PENGAMAN KENDARAAN RODA DUA TERKONEKSI
HANDPHONE BERBASIS DTMF
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
YULI MOTINDA SZORAYA 062408071
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI D-III FISIKA INSTRUMENTASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. PERSETUJUAN
Judul : PENGAMAN KENDARAAN RODA DUA
TERKONEKSI HANDPHONE BERBASIS DTMF
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : YULI MOTINDA SZORAYA
Nomor Induk Mahasiswa : 062408071
Program Studi : DIPLOMA TIGA (D3) FISIKA INSTRUMENTASI
Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, Juli 2009
Diketahui
Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing,
Ketua Program Studi D3 FIN
(Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc.) (Drs. Aditia Warman, M.Si.)
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. PERNYATAAN
PENGAMAN KENDARAAN RODA DUA TERKONEKSI HANDPHONE BERBASIS DTMF
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2009
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwata’ala Yang Maha Pengasih serta Maha Penyayang atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
akhirnya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang merupakan sebagian syarat guna
mencapai gelar Ahli Madya. Shalawat dan salam tak lupa penulis hadiahkan keharibaan
nabi Muhammad SAW yang merupakan suri tauladan yang seharusnya dicontoh untuk
mendapatkan kehidupan yang bahagia di akhir kelak nanti.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapakan terima kasih yang mendalam
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungannya baik moril maupun materil.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.Keluarga tercinta yang paling penulis sayangi dan cintai, terima kasih selama ini telah
memberikan cinta dan kasih sayang yang sangat besar kepada penulis, Ayahanda
Ngatimo dan Ibunda tercinta Sri Kunti Hasibuan yang telah bersusah payah
bermandikan keringat memberikan yang terbaik kepada penulis sehingga penulis dapat
mengartikan arti hidup dan cinta yang sesungguhnya, Adikku tersayang Huzaifah
Rahayu yang selalu ada sebagai penyemangat.
2.Keluarga besar Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Fisika :
a. Ketua Departemen Fisika: Drs. Marhaposan Situmorang
b. Ketua Program Studi D3 Fisika Instrumentasi: Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc.
c. Sekretaris Departemen Fisika: Dra. Yustinon, M.Si,
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
3.Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing: Drs. Aditia Warman, M.Si. yang telah mempermudah penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4.Untuk sahabat-sahabatku yang keren2 dan gokil2 stambuk ’06 khususnya sohib2 aku:
Visca “gigi”, Rina, “nggo”, Eko “le’jhon”, Amrul “atcheh”, Sule “leboy”, Dede
“ayam”, Ulfa, “ndut”, Ade, Ayu, Irel “peye”, Emil “sudekat”, Sutan, (thanks ya cuy ats
semuanya, all of you are the best). Dan juga teman2 yang lain: Evi “ibu Negara”, dan anak2 koz 80B (thanks ats dukungannya).
5.Dan tak lupa pula kepada Abang Bryan Habsyah S.Si, dan Abang Ari Amd, yang telah
banyak memberikan bantuan dan juga masukan kepada penulis.
Hanya Allah lah yang dapat membalas semua kebaikan kalian semua
mudah-mudahan kita menjadi orang yang sukses. amin!
Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengharap kritik dan saran dari semua
pihak atas segala kekurangan yang penulis sadari sepenuhnya dalam Tugas Akhir ini,
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. ABSTRAK
Ponsel yang kita miliki, selain dapat digunakan sebagai alat komunikasi juga dapat
digunakan untuk mengendalikan peralatan-peralatan, seperti peralatan elektronik,
kendaraan bermotor, dan sebagainya.
Kajian ini bertujuan untuk merancang alat keamanan pada kendaraan dengan
menggunakan sistem pengendalian dari ponsel. Saat terjadi penekanan pada salah satu
tombol yang ada pada ponsel, maka akan dihasilkan tone/sinyal frekuensi. Sinyal dari
Handphone akan diperkuat oleh Op Amp dan masuk ke DTMF. Sinyal ini kemudian
diterjemahkan oleh IC DTMF dekoder (IC MT8870) sehingga menjadi data biner sebagai
outputnya. Output dari rangkaian ini dihubungkan ke mikrokontroller AT89S51,
sehingga setiap data biner yang dihasilkan oleh rangkaian ini akan diterima oleh
mikrokontroller AT89S51. Data-data biner ini kemudian dibandingkan dengan data yang
benar oleh mikrokontroller AT89S51. Jika data yang diterima benar (sesuai dengan data
pada mikrokontroller AT89S51), maka mikrokontroler akan mengirim perintah untuk
mengerjakan sesuatu (mengaktifkan/menonaktifkan relay). Relay yang aktif akan
menyebabkan beban yang dihubungkan ke relay tersebut menyala. Setiap beban
dihubungkan ke saklar kreta, sehingga jika beban menyala, maka saklar kereta yang
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
1.2 Identifikasi Masalah ... 1
1.3 Tujuan Penulisan ... 2
2.10 Software 8051 editor, Assembler,Simulator... 37
2.11 Software Dowloader ... 38
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM ... 40
3.1 Diagram Blok Rangkaian ... 40
3.2 Rangkaian Power Supply ( PSA ) ... 41
3.3 Rangkaian DTMF Decoder ... 43
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
3.5 Rangkaian Penguat ... 46
3.6 Rangkaian Relay ... 47
3.7 Rangkaian Buzzer/Alarm ... 49
3.8 Rangkaian Sensor Tegangan ... 50
3.9 Perancangan Software ... 51
BAB 4 PENGUJIAN RANGKAIAN ... 55
4.1 Pengujian Rangkaian PSA ... 55
4.2 Pengujian Rangkaian Minimum Mikrokontroller AT89S51 ... 55
4.3 Pengujian Rangkaian Penguat ... 57
4.4 Pengujian Rangkaian DTMF Decoder ... 57
4.5 Pengujian Rangkaian Relay ... 58
4.6 Pengujian Rangkaian Buzzer/Alarm ... 59
4.7 Pengujian Rangkaian Sensor Tegangan ... 59
4.8 Analisa Software ... 60
4.9 Flowchart Pengaman Kendaraan ... 65
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
5.1 Kesimpulan ... 68
5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA ... 69
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. DAFTAR TABEL
Tabel 2.2.1b Gelang Resistor ... 11
Tabel 2.3.3 Nilai Kapasitor ... 17
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Tegangan Input dan Output pada Op-Amp ... 57
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Gambar 2.2.1d Grafik Perubahan Nilai pada Potensiometer ... 13
Gambar 2.3 Skema Kapasitor ... 15
Gambar 2.5b Karakteristik Daerah Saturasi pada Transistor... 22
Gambar 2.5c Transistor sebagai Saklar OFF ... 22
Gambar 2.6.1 IC Mikrokontroller AT89S51 ... 25
Gambar 2.7 Relay dengan Rangkaian Driver ... 29
Gambar 2.8 Lambang Op-Amp ... 30
Gambar 2.8.1 Rangkaian Penguat Inverting ... 31
Gambar 2.8.2 Rangkaian Penguat Non Inverting ... 32
Gambar 2.8.3 Rangkaian Penjumlah ... 33
Gambar 2.10 8051 Editor, Assembler, Simulator ... 38
Gambar 2.11 ISP-Flash Programmer 3.a ... 39
Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian Pengaman Kendaraan Roda Dua Dengan menggungkan Metode Calling Seluler ... 40
Gambar 3.2 Rangkaian PSA ... 42
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Gambar 3.4 Rangkaian Mikrokontrloller AT89S51 ... 44
Gambar 3.5 Rangkaian Penguat ... 46
Gambar 3.6 Rangkaian Relay ... 47
Gambar 3.7 Rangkaian Alarm ... 49
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sistem pengendalian merupakan hal yang penting di bidang teknologi dan industri.
Banyaknya peralatan, terutama peralatan elektronik yang harus dikendalikan atau luasnya
suatu wilayah (misalnya kendaraan roda dua) yang kunci dari kendaraan tersebut harus
dikendalikan, dan dapat di kendalikan dengan Hp.
Namun akan ada masalah jika kendaraan ada di tempat yang jauh, sehingga untuk
ke amanan kendaraan tersebut seseorang harus menjaga di tempat tersebut sehingga
kendaraan tersebut aman.
Contoh lain mengenai pentingnya sistem pengendalian untuk kendaraan roda dua
misalnya saat seseorang meninggalkan kendaraan, mungkin di tempat kendaraan tersebut
tidak ada orang yang menjaga, kita selaku yang punya kendaraan pasti was-was untuk
meninggalkan kendaraan tersebut, karna takut adanya pencurian kendaraan.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas diperlukan suatu alat yang
dapat mengendalikan kendaraan dari jarak jauh, misalnya dengan menggunakan ponsel.
Sehingga dengan demikian kendaraan dapat dikendalikan dari jarak yang jauh dengan
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas, maka dalam tugas akhir
ini akan dibuat sebuah pengendali keamanan kendaraan roda dua melalui ponsel dengan
menggunakan metode missed call.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memanfaatkan ponsel untuk mengendalikan keamanan kendaraan roda dua dari
jarak jauh dengan menggunakan metode missed call.
2. Membuat alat yang dapat mempermudah pengguna untuk mengendalikan
keamanan kendaraan roda dua dari jarak jauh dan Membuat alat pengendali yang
efisien, murah dan mudah.
1.4 Batasan Masalah
Mengacu pada hal diatas, saya membuat pengendali keamanan kendaraan roda dua dari
jarak jauh dengan menggunakan metode missed call dengan batasan-batasan sebagai
berikut :
1. Alat yang dikendalikan dari jarak jauh adalah 1 buah saklar kendaraan roda 2.
2. saklar dapat dihidupkan/dimatikan dengan cara menghitung banyaknya nada
dering.
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. 1.5 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika
pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari pengendali keamanan kendaraan
roda dua dari jarak jauh melalui posel dengan menggunakan metode missed call, maka
penulis menulis laporan ini sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang
digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori
pendukung itu antara lain tentang komponen komponen pendukung yang
digunakan dalam alat.
BAB 3 RANCANGAN SISTEM
Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok
dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan cara kerja
dari masing - masing rangkaian.
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. BAB 4 PENGUJIAN RANGKAIAN
Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari masing - masing rangkaian
dan cara kerja dari seluruh rangkaian setelah rangkaian disatukan.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari
pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah
rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. DTMF ( Dual Tone Multiple Frequency )
Dual Tone Multiple Frequency (DTMF) adalah teknik mengirimkan angka-angka
pembentuk nomor telepon yang dikodekan dengan 2 nada yang dipilih dari 8 buah
frekuensi yang sudah ditentukan. 8 frekuensi tersebut adalah 697 Hz, 770 Hz, 852 Hz,
941 Hz, 1209 Hz, 1336 Hz, 1477 Hz dan 1633 Hz.
Gambar 2.1a: Tabel frekuensi DTMF
Seperti terlihat dalam Gambar 2.1a, angka 1 dikodekan dengan 697 Hz dan 1209
Hz, angka 9 dikodekan dengan 852 Hz dan 1477 Hz. Kombinasi dari 8 frekuensi tersebut
bisa dipakai untuk mengkodekan 16 tanda, tapi pada pesawat telepon biasanya tombol
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Gambar 2.1b: Tombol dan frekuensi DTMF
Teknik DTMF meskipun mempunyai banyak keunggulan dibanding dengan cara
memutar piringan angka, tapi secara teknis lebih sulit diselesaikan. Alat pengirim kode
DTMF merupakan 8 rangkaian osilator yang masing-masing membangkitkan frekuensi di
atas, ditambah dengan rangkaian pecampur frekuensi untuk mengirimkan 2 nada yang
terpilih. Sedangkan penerima kode DTMF lebih rumit lagi, dibentuk dari 8 buah filter
yang tidak sederhana dan rangkaian tambahan lainnya.
Rangkaian penerima DTMF yang dibangun dengan AT89S51 dan MT8870
terlihat pada Gambar 2.1c. AT89S51 dilengkapi Xtal Y2 (12 MHz) ditambah kapasitor
C3 dan C4 membentuk rangkaian oscilator, dilengkapi pula dengan rangkaian reset yang
dibentuk dengan C5 dan R4, kedua rangkaian ini merupakan rangkaian baku AT89S51.
MT8870 dilengkapi dengan Xtal Y1 (3.579545 MHz), C2 dan R3 dipakai untuk
menentukan waktu minimal untuk mengenali nada DTMF yang diterima, rangkaian
penguat sinyal DTMF dibentuk dengan R1, C1 dan R2. Nilai-nilai komponen ini
1 2 3 A
1209 1336 1477 1633
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
langsung diambil dari lembaran data (data sheet) MT8870 yang sudah disesuaikan
dengan karakteristik sinyal DTMF pada umumnya.
Gambar 2.1c Rangkaian penerima DTMF dengan MT8870
StD (Delayed Steering - kaki 15 MT8870) merupakan output yang menandakan MT8870
mempunyai data DTMF baru yang bisa diambil. Saat tidak ada nada DTMF kaki
StD=’0’, jika sinyal yang masuk MT8870 mengandung nada DTMF dan nada itu
lamanya melebihi konstanta waktu yang ditentukan oleh C2 dan R3, StD akan menjadi
‘1’ memberitahu AT89C2051 bahwa ada data di D0..D3 (kaki 11 sampai dengan 14
MT8870) yang bisa di ambil. Sinyal StD akan tetap bertahan =’1’ manakala nada
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
TOE (Tristate Ouput Enable - kaki 10 MT8870) merupakan input untuk mengatur data di
D0..D3, jika TOE=0 rangkaian output D0..D3 akan mengambang (high impedance state)
sehingga data tidak bisa diambil. Jika D0..D3 tidak digabungkan dengan jalur data
peralatan lainnya, kaki TOE bisa saja dihubungkan ke ‘1’. Dalam Gambar 3 TOE di
kendalikan dengan kaki P1.6 AT89C2051.
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. 2.1.1. IC MT8870
IC MT8870 merupakan IC penerima DTMF yang didalamnya terdapat dua fungsi
sekaligus, yaitu sebagai filter band pass dan penerjemah data digital (digital decoder).
Pada bagian filternya menggunakan tehnik switch dari kapsitor untuk kelompok filter
high pass dan filter low pass. Pada bagian dekodernya menggunakan tehnik penghitungan
digital untuk mendeteksi dan menerjemahkan 16 pasangan nada DTMF menjadi 4-bit
kode. IC MT 8870 ditunjukkan pada gambar berikut ini :
Gambar 2.1.1 IC MT8870
IC MT8870 ini akan menterjemahkan sinyal yang ada diberikan pada inputnya,
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. Fungsi-fungsi pin IC MT 8870
PIN1: IN+Non inverting op-amp input
PIN2: IN-Inverting input
PIN3: Gain mengatur pembesaran diferensial amplifier yang dihubungkan dengan R umpan
balik
PIN4: VREF Referensi tegangan keluaran (setengah tegangan catu daya)
PIN5: INHIC hubungan internal, harus duhubungkan ke Vss
PIN6: PWDNIC hubungan internal harus dihubungkanke Vss
PIN7: OSC 1Masukan detak osilator
PIN8: OSC 2Keluaran detak osilator, sebuah kristal 3,579545 MHz dihubungkan antara
pena OSC 1 dan OSC 2 untuk melengkapi rangkaian data internal
PIN 9: catu daya negative
PIN 10: TOElogika tinggi enable output Q1-Q4. Pin ini dipull up ke masukan
PIN 11-14: Three State Data (Output). Ketika dienabel oleh TOE berubah ke logik rendah
keluaran data mempunyai impedansi tinggi.
PIN 15: STDDelayed Streering (Output). Menghasilkan logika tinggi ketika keluaran latch
up date, dan akan berlogika rendah ketika tegangan pada St/Gt jatuh dibawah VTST
PIN 16: ESTEarly Streering (Output). Menghasilkan logika tinggi setiap logaritma digital
dideteksi secara sah oleh pasangan frekuensi. Pada saat kondisi kehilangan sinyal akan
mengakibatkan EST kembali ke logika rendah
PIN 17: St/GtSteering Input Gitard Time (Output) Bidirectional. Tegangan yang lebih besar
dari VTST dideteksi oleh St dan menyebabkan sinyal deteksi oleh pasangan frekuensi dan
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
PIN 18: VDD Tegangan power supply positif
2.2. Resistor
Resistor komponen pasif elektronika yang berfungsi untuk membatasi arus listrik yang
mengalir. Berdasarkan kelasnya resistor dibagi menjadi 2 yaitu : Fixed Resistor dan
Variable Resistor, umumnya terbuat dari carbon film atau metal film, tetapi tidak
menutup kemungkinan untuk dibuat dari material yang lain.
Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan
tembaga perak emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil.
Bahan–bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan
konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti karet, gelas,
karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan disebut sebagai
insulator.
2.2.1. Fixed Resistor
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah
arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif
dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Tipe resistor yang umum berbentuk tabung
porselen kecil dengan dua kaki tembaga dikiri dan kanan. Pada badannya terdapat
lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar
resistansi tanpa mengukur besarnya dengan ohm meter. Kode warna tersebut adalah
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. Gambar 2.2.1a Resistor karbon
WARNA GELANG I GELANG II GELANG III GELANG IV
Hitam 0 0 1 -
Coklat 1 1 10 -
Merah 2 2 100 -
Jingga 3 3 1000 -
Kuning 4 4 10000 -
Hijau 5 5 100000 -
Biru 6 6 1000000 -
Violet 7 7 10000000 -
Abu-abu 8 8 100000000 -
Putih 9 9 1000000000 -
Emas - - 0,1 5%
Perak - - 0,01 10%
Tanpa Warna - - - 20%
Tabel 2.2.1b Gelang Resistor
Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
bahan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan
warna gelang yang keempat agak sedikit ke dalam. Dengan demikian pemakai sudah
langsung mengetahui berapa toleransi dari resitor tersebut. Kalau anda telah bisa
menentukan mana gelang pertama selanjutnya adalah membaca nilai resistansinya.
Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki gelang (tidak
termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil)
memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Gelang pertama dan seterusnya
berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang terakhir adalah faktor
penggalinya.
2.2.2. Variabel Resistor
Untuk kelas resistor yang kedua ini terdapat 2 tipe. Untuk tipe pertama dinamakan
variabel resistor dan nilainya dapat diubah sesuai keinginan dengan mudah dan sering
digunakan untuk pengaturan volume, bass, balance, dll. Sedangkan yang kedua adalah semi-fixed resistor. Nilai dari resistor ini biasanya hanya diubah pada kondisi tertentu
saja. Contoh penggunaan dari semi-fixed resistor adalah tegangan referensi yang
digunakan untuk ADC, fine tune circuit, dll. Ada beberapa model pengaturan nilai
variable resistor, yang sering digunakan adalah dengan cara terbatas sampai 300 derajat putaran. Ada beberapa model variabel resistor yang harus diputar berkali – kali untuk
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. Gambar 2.2.1c Potensiometer
Pada gambar 2.2.1c di atas untuk bentuk 3 biasanya digunakan untuk volume
kontrol. Bentuk yang ke 2 merupakan semi fixed resistor dan biasanya di pasang pada PCB (Printed Circuit Board). Sedangkan bentuk 1 potentiometres. Ada 3 tipe didalam perubahan nilai dari resistor variabel, perubahan tersebut dapat dilihat pada gambar
2.2.1d
Gambar 2.2.1d Grafik Perubahan nilai pada potensiometer
Pada saat tipe A diputar searah jarum jam, awalnya perubahan nilai resistansi
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
sangat cepat. Tipe ini sangat cocok dengan karakteristik telinga manusia. Karena telinga
sangat peka ketika membedakan suara dengan volume yang lemah, tetapi tidak terlalu
sensitif untuk membedakan perubahan suara yang keras. Biasanya tipe A ini juga disebut
sebagai “Audio Taper” potensiometer. Untuk tipe B perubahan resistansinya adalah linier dan cocok digunakan untuk Aplikasi Balance Control, resistance value adjustment in circuit, dll. Sedangkan untuk tipe C perubahan resistansinya kebalikan dari tipe A.
2.3. Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik. Struktur
sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan
dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik,
gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka
muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki elektroda metalnya dan pada saat
yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan
positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif
tidak bisa menuju ke ujung kutub positif karena terpisah oleh bahan elektrik yang
non-konduktif. Muatan elektrik ini “tersimpan” selama tidak ada konduktif pada ujung- ujung
kakinya. Di alam bebas fenomena kapasitor terjadi pada saat terkumpulnya
muatan-muatan positif dan negatif diawan.
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
dielektrik
Elektroda Elektroda
Gambar 2.3 Skema Kapasitor.
Kapasitor merupakan komponen pasif elektronika yang sering dipakai didalam
merancang suatu sistem yang berfungsi untuk memblok arus DC, Filter, dan penyimpan
energi listrik. Didalamnya 2 buah pelat elektroda yang saling berhadapan dan dipisahkan
oleh sebuah insulator. Sedangkan bahan yang digunakan sebagai insulator dinamakan dielektrik. Ketika kapasitor diberikan tegangan DC maka energi listrik disimpan pada tiap
elektrodanya. Selama kapasitor melakukan pengisian, arus mengalir. Aliran arus tersebut
akan berhenti bila kapasitor telah penuh. Yang membedakan tiap - tiap kapasitor adalah
dielektriknya. Berikut ini adalah jenis-jenis kapasitor yang dipergunakan dalam
perancangan ini.
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. Gambar 2.3.1 Kapasitor Elektrolik (ELCO)
Elektroda dari kapasitor ini terbuat dari alumunium yang menggunakan
membrane oksidasi yang tipis. Karakteristik utama dari Electrolytic Capacitor adalah perbedaan polaritas pada kedua kakinya. Dari karakteristik tersebut kita harus berhati –
hati di dalam pemasangannya pada rangkaian, jangan sampai terbalik. Bila polaritasnya
terbalik maka akan menjadi rusak bahkan “meledak”. Biasanya jenis kapasitor ini digunakan pada rangkaian power supply. Kapasitor ini tidak bisa digunakan pada rangkaian frekuensi tinggi. Biasanya tegangan kerja dari kapasitor dihitung dengan cara
mengalikan tegangan catu daya dengan 2. Misalnya kapasitor akan diberikan catu daya
dengan tegangan 5 Volt, berarti kapasitor yang dipilih harus memiliki tegangan kerja
minimum 2 x 5 = 10 Volt.
2.3.2. Kapasitor Keramik
Kapasitor menggunakan bahan titanium acid barium untuk dielektriknya. Karena tidak dikonstruksi seperti koil maka komponen ini dapat digunakan pada rangkaian frekuensi
tinggi. Biasanya digunakan untuk melewatkan sinyal frekuensi tinggi menuju ke ground. Kapasitor ini tidak baik digunakan untuk rangkaian analog, karena dapat mengubah
bentuk sinyal. Jenis ini tidak mempunyai polaritas dan hanya tersedia dengan nilai
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Gambar 2.3.2 Kapasitor Keramik 2.3.3. Nilai Kapasitor
Untuk mencari nilai dari kapasitor biasanya dilakukan dengan melihat angka/kode yang
tertera pada badan kapasitor tersebut. Untuk kapasitor jenis elektrolit memang mudah,
karena nilai kapasitansinya telah tertera dengan jelas pada tubuhnya. Sedangkan untuk
kapasitor keramik dan beberapa jenis yang lain nilainya dikodekan. Biasanya kode
tersebut terdiri dari 4 digit, dimana 3 digit pertama merupakan angka dan digit terakhir
berupa huruf yang menyatakan toleransinya. Untuk 3 digit pertama angka yang terakhir
berfungsi untuk menentukan 10n, nilai n dapat dilihat pada tabel dibawah.
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Misalnya suatu kapasitor pada badannya tertulis kode 474J, berarti nilai kapasitansinya
adalah 47 + 104 = 470.000 pF = 0.47µF sedangkan toleransinya 5%. Yang harus diingat
didalam mencari nilai kapasitor adalah satuannya dalam pF (Pico Farad).
2.4. Buzzer/Alarm
Didalam penggunaannya buzzer/alarm digunakan sebagai pemberi output berupa suara,
suara yang dihasilkan oleh buzzer/alarm tersebut berfungsi untuk memberikan peringatan
jikalau ada komputer yang waktunya telah habis/selesai digunakan. Buzzer/alarm yang
digunakan didalam pembuatan alat ini adalah buzzer/alarm piezo elektris, buzzer jenis ini
beroperasi pada tegangan 6 volt dan membutuhkan arus sebesar 20mA, yang mana kabel
dayanya diberi warna merah dan hitam. Sambungan kabel merah ke jalur negatif yang
pada pembuatan alat ini terhubung pada port 2, tepatnya pada kaki 22 pada
mikrokontroller. Intensitas suara yang dihasilkannya berkisar antara 100dB hingga
110dB. Suara yang dihasilkannya bersifat kontinu namun dapat dimodifikasi untuk
menghasilkan bunyi dengan periode-periode pendek.
Gambar 2.4 Simbol Buzzer/ Alarm
S
P
1
A
L
60P
1
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Dari gambar 2.4 diatas terlihat simbol buzzer/alarm yang digunakan didalam
rangkaian skematik didalam pembuatan alat ini.
2.5. Transistor
Transistor adalah komponen elektronika yang mempunyai tiga buah terminal. Terminal
itu disebut emitor, basis, dan kolektor. Transistor seakan-akan dibentuk dari
penggabungan dua buah dioda. Dioda satu dengan yang lain saling digabungkan dengan
cara menyambungkan salah satu sisi dioda yang senama. Dengan cara penggabungan
seperti dapat diperoleh dua buah dioda sehingga menghasilkan transistor NPN.
Bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan bahan N dan bahan P adalah
silikon dan germanium. Oleh karena itu, dikatakan :
1. Transistor germanium PNP
2. Transistor silikon NPN
3. Transistor silikon PNP
4. Transistor germanium NPN
Semua komponen di dalam rangkaian transistor dengan simbol anak panah yang terdapat
di dalam simbol menunjukkan arah yang melalui transistor.
Gambar 2.5 Simbol tipe transistor C
B
E
C
B
E
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Keterangan :
C = kolektor
E = emiter
B = basis
Didalam pemakaiannya transistor dipakai sebagai komponen saklar (switching)
dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah penyumbatan (cut off)
yang ada pada karakteristik transistor. Pada daerah penjenuhan nilai resistansi
persambungan kolektor emiter secara ideal sama dengan nol atau kolektor dan emiter
terhubung langsung (short). Keadaan ini menyebabkan tegangan kolektor emiter (VCE) =
0 Volt pada keadaan ideal, tetapi pada kenyataannya VCE bernilai 0 sampai 0,3 Volt.
Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan on
seperti pada gambar 2.5a.
Gambar 2.5a Transistor sebagai Saklar ON
Saklar On Vcc
Vcc
IC R
RB
VB
IB VBE
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Saturasi pada transistor terjadi apabila arus pada kolektor menjadi maksimum dan untuk
mencari besar arus basis agar transistor saturasi adalah :
Rc
Hubungan antara tegangan basis (VB) dan arus basis (IB) adalah :
B
V = + , maka transistor akan saturasi,
dengan Ic mencapai maksimum.
Gambar 2.5b dibawah ini menunjukkan apa yang dimaksud dengan VCE (sat) adalah
harga VCE pada beberapa titik dibawah knee dengan posisi tepatnya ditentukan pada
lembar data. Biasanya VCE (sat) hanya beberapa perpuluhan volt, walaupun pada arus
kolektor sangat besar bisa melebihi 1 volt. Bagian dibawah knee pada gambar 2.2.3b
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Gambar 2.5b Karakteristik daerah saturasi pada transistor
Pada daerah penyumbatan, nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara ideal
sama dengan tak terhitung atau terminal kolektor dan emiter terbuka (open). Keadaan ini
menyebabkan tegangan (VCB) sama dengan tegangan sumber (Vcc), tetapi pada
kenyataannya Vcc pada saat ini kurang dari Vcc karena terdapat arus bocor dari kolektor
ke emiter. Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar, transistor tersebut dalam
keadaan off seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2.5c Transistor Sebagai Saklar OFF
Keadaan penyumbatan terjadi apabila besar tegangan habis (VB) sama dengan tegangan
kerja transistor (VBE) sehingga arus basis (IB) = 0 maka :
Titik Sumbat (Cut off)
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. hfe
I
IB = C ………(2.6)
IC = IB . hfe ….………(2.7)
IC = 0 . hfe ………..………(2.8)
IC = 0 ………..(2.9)
Hal ini menyebabkan VCE sama dengan Vcc dapat dibuktikan dengan rumus :
Vcc = Vc + VCE …………..………(2.10)
VCE = Vcc – (Ic . Rc) …..………(2.11)
VCE = Vcc …..………(2.12)
2.6. Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer
hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi
baru yaitu teknologi semi konduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak
namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi secara massal (dalam
jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah (dibandingkan microprocessor). Sebagai kebutuhan pasar mikrokontroler hadir untuk memenuhi selera industri dan para
konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat bantu dan mainan yang lebih canggih
serta dalam bidang pendidikan.
Tidak seperti sistem komputer yang mampu menangani berbagai macam program
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada
perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada sistem komputer perbandingan RAM dan
ROM-nya besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang
relatif besar, sedangkan rutin-rutin antar muka perangkat keras disimpan dalam ruang
ROM yang kecil. Sedangkan Pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya
yang besar artinya program kontrol disimpan dalam ROM yang ukurannya relatif lebih
besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan sederhana sementara,
termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.
Mikrokontroler AT89S51 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51 keluaran
Atmel. Jenis mikrokontroler ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk mengolah data
per bit ataupun data 8 bit secara bersamaan. Pada prinsipnya program pada
mikrokontroler dijalankan bertahap, jadi pada program itu sendiri terdapat beberapa set
instruksi dan tiap instruksi itu dijalankan secara bertahap atau berurutan.
Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh mikrokontroler AT89S51 adalah sebagai
berikut:
Sebuah Central Processing Unit 8 bit
Osilatc : internal dan rangkaian pewaktu
RAM internal 128 byte
Flash memori 4 Kbyte
Lima buah jalur interupsi (dua buah interupsi eksternal dan tiga buah interupsi
internal)
Empat buah programable port I/O yang masing-masing terdiri dari delapan buah
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART
Kemampuan untuk melaksanakan operasi aritmatika dan operasi logika
Kecepatan dalam melaksanakan instruksi per siklus 1 mikrodetik pada frekuensi
12 MHz.
2.6.1 Pin-Pin pada Mikrokontroller AT89S51
Deskripsi pin-pin pada mikrokontroller AT89S51 :
Gambar 2.6.1 IC Mikrokontroller AT89S51
VCC (Pin 40)
Suplai tegangan
GND (Pin 20)
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. Port 0 (Pin 39-Pin 32)
Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun penerima kode byte pada saat flash progamming. Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai
input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut. Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data, port ini akan mempunyai internal pull up. Pada saat flash progamming diperlukan external pull up, terutama pada saatverifikasi program.
Port 2 (Pin 21 – pin 28)
Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address pada saat mengakses memori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan mengeluarkan isi dari P2
special function register. Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini dapat memberikan output sink
keempat buah input TTL.
Port 3 (Pin 10 – pin 17)
Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pull up. Port 3 juga mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :
Nama pin Fungsi
P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial)
P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial)
P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 external)
P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 external)
P3.4 (pin 14) T0 (input external timer 0)
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori)
P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)
RST (pin 9)
Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.
ALE/PROG (pin 30)
Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG) selama
memprogram Flash.
PSEN (pin 29)
Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.
EA (pin 31)
Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroller akan
menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika kondisi
high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada memori internal.
Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt.
XTAL1 (pin 19)
Input untuk clock internal.
XTAL2 (pin 18)
Output dari osilator.
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. 2.7 Relay
Untuk memutuskan dan menghubungkan suatu rangkaian primer dan sekunder,
diperlukan sebuah alat yaitu relay. Relay adalah sebuah saklar dengan elektromagnetik
yang dapat mengubah kontak-kontak saklar dari normally open (NO) menjadi normally close (NC) dan sebaliknya, sewaktu alat ini menerima arus listrik.
Pada dasarnya, Relay terdiri dari lilitan kawat (kumparan,koil) yang terlilit pada
suatu inti dari besi lunak. Kalau kumparan ini dilalui arus maka inti menjadi magnet
sehingga inti ini akan menarik jangkar dan kontak antara A dan B putus (membuka)
sedangkan kontak antara B dan C akan menutup. Jenis relay ini dikenal dengan nama
relay jenis kontak luar.
Macam–macam relay yang dibedakan berdasarkan cara kerjanya, yaitu:
a. Normally Open (NO), saklar akan terbuka bila dialiri arus b. Normally Close (NC), saklar akan tertutup bila dialiri arus
c. Change Over (CO), relay ini mempunyai saklar tunggal yang normalnya tertutup yang lama, bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal A,
sebaliknya bila kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal B.
Analogi rangkaian relay yang digunakan pada tugas akhir ini adalah saat basis
transistor ini dialiri arus,maka transistor dalam keadaan terttutup yang dapat
menghubungkan arus dari kolektor ke emiter yang mengakibatkan relay terhubung.
Sedangkan fungsi dioda disini adalah untuk melindungi transistor dari tegangan induksi
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Jika transistor pada basis tidak ada arus maju, transistor terbuka sehingga arus
tidak mengalir dari kolektor ke emiter, relay tidak bekerja karena tidak ada arus yang
mengalir pada gulungan kawat.
Gambar 2.7 Relay dengan rangkaian driver
2.8 Penguat Op-Amp
penguat operasional atau op-amp (dari kata Operational amplifier) adalah penguat
diferensial dengan dua masukan dan satu keluaran yang mempunyai penguatan tegangan
yang sangat tinggi, yaitu dengan orde 105. dengan penguatan yang tinggi ini op-amp lebih
banyak digunakan dari pada penguat transistor. Op-amp dibuat dalam bentuk rangkaian
yang sudah didesai dalam IC (integrated circuit). Pemakaian op-amp amatlah luas
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Op-amp biasanya dilukiskan seperti gambar di bawah ini
gambar 2.8 lambang Op-amp
Op-amp lebih banyak digunakan untuk digunakan menjadi penguatan inverting, non
inverting, penambah.
2.8.1 Penguat inverting
Penguat Op-amp inverting akan menguatkan tegangan pada masukan serta membalik
hasil penguatan tersebut, jadi keluaran dari rangkaian ini akan selalu memiliki polaritas
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
gambar 2.8.1 Rangkaian Penguat inverting
Penguatan tegangan pada rangkaian ini di tentukan menurut
Tegangan keluaran diperoleh dengan jalan mengalikan tegangan masukan yang diketahui
dengan factor penguatan, atau
Tanda minus diabaikan dalam perhitungan karna hanya menunjukkan bahwa keluaran
berlawanan fasa terhadap masukannya.
2.8.2 Penguat non inverting
Dalam konfigurasi ini umpan balik yang digunakan untuk mengatur penguatan tetap di
berikan pada masukan membalik, tapi Vin di berikan pada masukan non inverting
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
gambar 2.8.2 Rangkaian Penguat Non Inverting
Untuk mendapatkan penguatan tegangan dapat dicari dengan persamaan berikut:
Untuk memperoleh tegangan keluaran dapat dicari dengan mengalikan tegangan masukan
yang diketahui dengan factor penguatan, atau
2.8.3 Penguat penjumlah tegangan
Dengan menggunakan rangkaian penguat membalik dasar dan menambahkan resistor
pada masukan lainnya, kita dapat membuat penguat penjumlah membalik. Tegangan
keluaran akan dibalik dan nilainya sama dengan penjumlahan aljabar dari masing-masing
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
balik yang bersesuaian, atau dapat dinyatakan sebagai berikut
Suku RF/RN (VN) dalam rumus di atas menyatakan bahwa dalam rangkaian
tersebut mungkin terdapat lebih dari dua masukan. Bila semua resistor luar sama nilainya
(Rf = R1 = R2 = … = RN), keluaran dapat dengan mudah dapat di hitung sebagai
penjumlahan aljabar dari masing-masing tegangan masukan, atau dapat dirumuskan
seperti ini:
gambar 2.8.3 Rangkaian Penjumlah
2.9. Bahasa Assembly MCS-51
Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89C4051 adalah
bahasa assembly untuk MCS-51. Angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa ini
hanya ada 51 instruksi, antara lain yaitu :
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register
tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.
Contoh pengisian nilai secara langsung :
MOV R0,#20h
Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).
Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai.
Contoh pengisian nilai secara tidak langsung
MOV 20h,#80h ...
... MOV R0,20h
Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20 Heksadesimal
ke register 0 (R0).
Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah
alamat.
2. Instruksi DJNZ
Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk mengurangi
nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil pengurangannya belum nol.
Contoh ,
MOV R0,#80h Loop: ...
...
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. ...
R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan meneruskan
ke perintah pada baris berikutnya.
3. Instruksi ACALL
Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :
...
ACALL TUNDA ...
TUNDA:
...
4. Instruksi RET
Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh,
ACALL TUNDA ...
TUNDA:
... RET
5. Instruksi JMP (Jump)
Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh,
Loop:
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. JMP Loop
6. Instruksi JB (Jump if bit)
Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang
dimaksud berlogika high (1). Contoh,
Loop:
JB P1.0,Loop ...
7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)
Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang
dimaksud berlogika Low (0). Contoh,
Loop:
JNB P1.0,Loop ...
8. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal)
Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register dengan
suatu nilai tertentu. Contoh,
Loop:
...
CJNE R0,#20h,Loop ...
Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin Loop.
Jika nilai R0 sama dengan 20h, maka program akan melanjutkan instruksi
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
9. Instruksi DEC (Decreament)
Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang dimaksud
dengan 1. Contoh,
MOV R0,#20h R0 = 20h
...
DEC R0 R0 = R0 – 1
...
10.Instruksi INC (Increament)
Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang
dimaksud dengan 1. Contoh,
MOV R0,#20h R0 = 20h
...
INC R0 R0 = R0 + 1
...
11.Dan lain sebagainya
2.10. Software 8051 Editor, Assembler, Simulator
Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. Gambar 2.10 8051 Editor, Assembler, Simulator
Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble
(di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika masih
ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan perintah atau
ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu sampai tidak ada
pesan kesalahan lagi.
Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke
dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an.
Bilangan heksadesimal inilah yang akan dikirimkan ke mikrokontroler.
2.11. Software Downloader
Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroler digunakan
software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet. Tampilannya
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. Gambar 2.11 ISP- Flash Programmer 3.a
Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil file
heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write untuk mengisikan hasil
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. BAB III
RANCANGAN SISTEM
3.1 Diagram Blok Rangkaian
Secara garis besar rangkaian pengaman kendaraan roda dua dengan menggunakan
metode calling seluler, memiliki 6 blok utama. Yaitu DTMF dekoder, DTMF transmiter,
Mikrokontroler AT89S51, relay, saklar kereta beban dan Bazer. Diagram blok rangkaian
tampak seperti gambar berikut :
Gambar 3.1. Diagram blok rangkaian pengaman kendaraan roda dua dengan menggunakan metode calling seluler
Gambar di atas merupakan gambar diagram blok dari rangkaian pengendali
peralatan elektronik jarak jauh dengan menggunakan HP. Jika ada yang menghubungi
HP, maka akan terjadi komunikasi DTMF antara HP pengguna dengan HP yang berada
pada rangkaian, Selanjutnya mikrokontroler akan mengambil data dari output IC DTMF
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
dekoder. IC DTMF dekoder ini berfungsi untuk mengubah data tone yang dikirimkan
oleh HP menjadi 4-bit data biner sebagai outputnya. Output ini dihubungkan ke
mikrokontroler AT89S51, sehingga mikrokontroler AT89S51 mendeteksi 4-bit data biner
tersebut dan data ini akan dianggap oleh mikrokontroler sebagai perintah untuk
mengerjakan sesuatu (mengaktifkan/menonaktifkan relay).
Langkah selanjutnya mikrokontroler akan membandingkan data yang masuk
dengan data yang telah diprogramkan dalam mikrokontroler, kemudian mengerjakan
perintah (mengaktifkan/menonaktifkan relay tertentu) sesuai dengan data yang diterima.
Relay yang aktif akan menyebabkan beban yang dihubungkan ke relay tersebut
menyala. Setiap beban dihubungkan ke saklar kreta, sehingga jika beban menyala, maka
saklar kreta yang terhubung ke beban tersebut akan aktif dan mengirimkan sinyal tertentu
ke mikrokontroler AT89S51
3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA)
Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari tiga keluaran, yaitu (+) 5 volt, (+) 12 volt dan (–)
12 volt. Keluaran (+) 5 volt digunakan untuk menghidupkan seluruh rangkaian, keluaran
(+) 12 volt digunakan untuk menghidupkan relay dan keluaran (-) 12 volt untuk
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Trafo merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan
dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 15 volt AC akan disearahkan dengan
menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 15 volt DC akan diratakan oleh kapasitor 2200
F. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan agar keluaran yang dihasilkan
tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai
indikator apabila PSA dinyalakan.
Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi
kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan
panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan (+) 12 volt DC langsung
dihasilkan oleh regulator tegangan LM7812. Dan tegangan (-) 12 volt dihasilkan oleh
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
3.3 Rangkaian DTMF Dekoder.
Rangkaian ini berfungsi untuk mengubah nada tone yang diterima menjadi 4 bit data
biner. Rangkaian DTMF decoder datunjukkan oleh gambar berikut ini :
Gambar 3.3. Rangkaian DTMF Dekoder.
Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC MT8870. IC ini merupakan IC
DTMF decoder. IC ini akan merubah tone yang ada pada inputnya menjadi 4 bit data
biner. Jika tone yang diterimanya tone 1, maka output dari rangkaian ini adalah 0001,
tone yang diterimanya tone 2, maka output dari rangkaian ini adalah 0010, demikian
seterusnya.
Input rangkaian ini akan dihubungkan dengan penguat sehingga sinyal (tone) yang
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Output dari rangkaian ini akan dihubungkan ke mikrokontroler sehingga
mikrokontroler dapat mengenali data yang dikirimkan oleh rangkaian ini untuk kemudian
diolah oleh mikrokontroler untuk melaksanakan instruksi selanjutnya.
3. 4 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51
Rangkaian mikrokontroler ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh rangkaian
yang ada pada alat ini. Gambar rangkaian mikrokontroler AT89S51 ditunjukkan pada
gambar 3.4 berikut ini :
Gambar 3.4. Rangkaian Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler ini memiliki 32 port I/O, yaitu port 0, port 1, port 2 dan port 3.
Pin 40 dihubungkan ke sumber tegangan 5 volt. Dan pin 20 dihubungkan ke ground.
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
clocknya. Nilai kristal ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler dalam
mengeksekusi suatu perintah tertentu.
Pada pin 9 dihubungkan dengan sebuah kapasitor 10 uF yang dihubungkan ke
positip dan sebuah resistor 10 Kohm yang dihubungkan ke ground. Kedua komponen ini
berfungsi agar program pada mikrokontroler dijalankan beberapa saat setelah power
aktif. Lamanya waktu antara aktifnya power pada IC mikrokontroler dan aktifnya
program adalah sebesar perkalian antara kapasitor dan resistor tersebut. Jika dihitung
maka lama waktunya adalah :
10 10 1 det
t = =ΩR x C K =x µF m ik
Jadi 1 mili detik setelah power aktif pada IC kemudian program aktif.
Pin 17 yang merupakan P3.7 dihubungkan dengan transistor dan sebuah LED. Ini
dilakukan hanya untuk menguji apakah rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51
sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan program sederhana pada mikrokontroller
tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum tersebut sudah bekerja dengan baik
atau tidak. Jika LED yang terhubug ke Pin 17 sudah bekerja sesuai dengan perintah yang
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. 3.5 Rangkaian Penguat
Rangkaian penguat ini berfungsi untuk menguatkan sinyal yang diterima oleh HP (kabel
speaker pada hansfree). Karena sinyal yang diterima oleh HP sangat kecil, sehingga
dibutuhkan penguat. Rangkaian penguat dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 3.5 Rangkaian Penguat
Komponen utama dari rangkaian ini adalah Op Amp 741, yang merupakan IC
penguat. Pada rangkaian ini terjadi penguatan sebesar :
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
4.7k
2SC945
Relay
VCC 12V
Sensor Arus
Lampu Beban
Mikrokontroler
3.6 Rangkaian Relay.
Rangkaian relay ini berfungsi untuk menghidupkan/mematikan lampu beban. Rangkaian
relay ini ditunjukkan pada gambar berikut ini :
Gambar 3.6. Rangkaian Relay
Komponen utama dari rangkaian ini adalah relay. Relay ini memisahkan tegangan
rendah dari rangkaian dengan tegangan tinggi dari lampu beban yang dihubungkan
dengan sumber tegangan 220 volt PLN.
Relay merupakan salah satu komponen elektronik yang terdiri dari lempengan logam
sebagai saklar dan kumparan yang berfungsi untuk menghasilkan medan magnet.
Pada rangkaian ini digunakan relay 12 volt, ini berarti jika positif relay (kaki 1)
dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan negatif relay (kaki 2) dihubungkan ke
ground, maka kumparan akan menghasilkan medan magnet, dimana medan magnet ini
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Pada rangkaian ini untuk mengaktifkan atau menon-aktifkan relay digunakan
transistor tipe NPN. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatif relay dihubungkan ke
kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika transistor dalam keadaan aktif
maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor langsung terhubung ke ground
yang menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0 volt, keadaan ini akan mengakibatkan
relay aktif.
Sebaliknya jika transistor tidak aktif, maka kolektor tidak terhubung ke emitor,
sehingga tegangan pada kolektor menjadi 12 volt, keadaan ini menyebabkan tidak aktif.
Kumparan pada relay akan menghasilkan tegangan singkat yang besar ketika relay
dinon-aktifkan dan ini dapat merusak transistor yang ada pada rangkaian ini.
Untuk mencegah kerusakan pada transistor tersebut sebuah dioda harus
dihubungkan ke relay tersebut. Dioda dihubungkan secara terbalik sehingga secara
normal dioda ini tidak menghantarkan.
Penghantaran hanya terjadi ketika relay dinonaktifkan, pada saat ini arus akan
terus mengalir melalui kumparan dan arus ini akan dialirkan ke dioda. Tanpa adanya
dioda arus sesaat yang besar itu akan mengalir ke transistor, yang mengakibatkan
kerusakan pada transistor.
Input dari rangkaian ini dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga lampu beban
dapat dihidupkan/ dimatikan dengan menggunakan program yang diisikan ke IC
mikrokontroler tersebut.
Output dari relay dihubungkan ke lampu beban dan yang satunya lagi
dihubungkan ke sensor arus, sehingga dengan demikian dapat diketahui apakah lampu
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. 3.7 Rangkaian Buzzer/Alarm
Rangkaian alarm pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan sumber
tegangan 12 volt dengan buzzer. Gambar rangkaian alarm ini ditunjukkan pada gambar
3.7 berikut ini:
Gambar 3.7 Rangkaian alarm
Output dari relay yang satu dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan yang
lainnya dihubungkan ke buzzer. Hubungan yang digunakan adalah normally open.
Prinsip kerja rangkaian ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai saklar
elektronik. Tegangan atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari mikrokontroller port
0.0 (P0.0). Pada saat logika pada port 0.0 adalah tinggi (high), maka transistor mendapat
tegangan bias dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias ini maka transistor akan aktif
(saturation), sehingga adanya arus yang mengalir ke kumparan relay. Hal ini akan
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
volt ke buzzer akan terhubung dan buzzer akan berbunyi. Begitu juga sebaliknya pada
saat logika pada P0.0 adalah rendah (low) maka relay tidak dialiri arus. Hal ini akan
menyebabkan saklar pada relay terputus, sehingga sumber tegangan 12 volt dengan
buzzer akan terputus dan buzzer tidak berbunyi.
3.8 Rangkaian Sensor Tegangan
Rangkaian ini berfungsi untuk mengirimkan sinyal ke mikrokontroller jika kunci
diaktifkan. Gambar rangkaian sensor tegangan tampak seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.8 Rangkaian sensor tegangan
Tegangan 12 Volt yang berasal dari baterai diturunkan dengan menggunakan
pembagi tegangan. Sesuai dengan rumus pembagi tegangan, maka outputnya adalah:
Vout = R2 x Vcc = 1000Ω x 12V (R1 + R2) (4700Ω + 1000Ω)
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Tegangan 2,1 Volt ini kemudian diinfutkan ke basis transistor sehingga transistor
C945 menjadi aktif. Aktifnya transistor akan mengakibatkan kolektor yang terhubung
dengan P0.2 mendapatkan tegangan 0 Volt dari ground. Sinyal low (tegangan 0 Volt)
inilah yang kemudian dideteksi oleh mikrokontroller sebagai sinyal ketika kunci
diaktifkan.
3.9 Perancangan Software
Perancangan software merupakan kunci utama dalam mengendalikan perangkat keras
yang ada di dalam system. Software in berupa program dalam bahasa assembly untuk
MCS-51. hasil dari perancangan program tersebut diisikan ke dalam konponen
mikrokontroller AT89S51 melalui software downloader ISP-Flash Programming 3.0a.
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
sensor_Aman: ret balik_utama:
ljmp utama ret tunda:
mov r7,#255 tnd:
mov r6,#255 djnz r6,$ djnz r7,tnd ret
delay:
mov r7,#2 dly:
mov r6,#255 dl:
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
BAB IV
PENGUJIAN RANGKAIAN
4.1 Pengujian Rangkaian PSA
Pengujian pada bagian rangkaian PSA ini dapat dilakukan dengan mengukur tegangan
keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan volt meter digital. Dari hasil pengujian
diperoleh tegangan keluaran pertama sebesar + 4,9 volt. Sedangkan tegangan keluaran
kedua adalah sebesar +11,9 volt. Dan tegangan keluaran ketiga sebesar – 12,1 volt.
4.2 Pengujian Rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51
Pengujian rangkaian mikrokontroler dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini
dengan sebuah transistor A733 yang dihubungkan dengan sebuah LED indikator, dimana
transistor disini berfungsi sebagai saklar untuk mengendalikan hidup/mati LED.
Dengan demikian LED akan menyala jika transistor aktif dan sebaliknya LED
akan mati jika transistor tidak aktif. Tipe transistor yang digunakan adalah PNP A733,
dimana transistor ini akan aktif (saturasi) jika pada basis diberi tegangan 0 volt (logika
low) dan transistor ini akan tidak aktif jika pada basis diberi tegangan 5 volt (logika
high). Basis transistor ini dihubungkan ke pin I/O mikrokontroler yaitu pada kaki 28
(P2.7).
Langkah selanjutnya adalah mengisikan program sederhana ke mikrokontroler
AT89S51. Programnya adalah sebagai berikut :
Loop:
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
Acall tunda
sjmp loop
tunda:
mov r7,#255
tnd:
mov r6,#255
djnz r6,$
djnz r7,tnd
ret
Program di atas akan mengubah logika yang ada pada P2.7 selama selang waktu
tunda. Jika logika pada P2.7 high maka akan diubah menjadi low, demikian jiga
sebaliknya jika logika pada P2.7 low maka akan diubah ke high, demikian seterusnya.
Logika low akan mengaktifkan transistor sehingga LED akan menyala dan logika
high akan menonaktifkan transistor, sehingga LED padam. Dengan demikian program ini
akan membuat LED berkedip terus-menerus. Jika LED telah berkedip terus menerus
sesuai dengan program yang diinginkan, maka rangkaian mikrokontroler telah berfungsi
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009. 4.3 Pengujian Rangkaian Penguat
Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan cara mengukur tegangan pada input
dari Op-Amp dan tegangan pada outputnya. Dari hasil pengukuran didapat nilai tegangan
sebagai berikut :
Kondisi Input Output
Tidak ada sinyal 0,9 mV 172,2 mV
Ada sinyal 18,3 mV 1,93 V
Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Tegangan Input dan Output pada Op-Amp
Dari data pada tabel di atas didapatkan penguatan yang dihasilkan oleh rangkaian
sebesar 191 kali untuk kondisi tidak ada sinyal dan 105 kali penguatan untuk kondisi
ketika ada sinyal (penekanan pada salah satu tombol HP).
4.4 Pengujian Rangkaian DTMF Dekoder.
Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menghubungkan input dari
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
pada HP. Selanjutnya tombol pada HP ditekan dan dilihat outpunya. Dari hasil pengujian
didapatkan data sebagai berikut :
Tombol LED1 LED2 LED3 LED4
1 ON OFF OFF OFF
2 OFF ON OFF OFF
3 ON ON OFF OFF
4 OFF OFF ON OFF
5 ON OFF ON OFF
6 OFF ON ON OFF
7 ON ON ON OFF
8 OFF OFF OFF ON
9 ON OFF OFF ON
0 OFF ON OFF ON
* ON ON OFF ON
# OFF OFF ON ON
Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Rangkaian DTMF Dekoder
4.5 Pengujian Rangkaian Relay
Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0
volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN,
Yuli Motinda Szoraya : Pengaman Kendaraan Roda Dua Terkoneksi Handphone Berbasis DTMF, 2009.
pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan mengaktifkan relay. Pada
alat ini relay digunakan untuk menghidupkan/ mematikan lampu beban, dimana
hubungan yang digunakan adalah normally open (NO), dengan demikian jika relay tidak
aktif maka lampu beban akan mati, sebaliknya jika relay aktif, maka lampu beban akan
menyala. Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor,
jika relay aktif dan lampu beban menyala maka rangkaian ini telah berfungsi dengan
baik.
4.6 Pengujian Rangkaian Buzzer/Alarm
Pengujian pada rangkaian buzzer ini dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt
dan 0 volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN,
transistor jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktip
jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan membunyikan buzzer.
Selanjutnya buzzer dihubungkan dengan mikrokontroler dan mikrokontroler
diberi program sederhana untuk megaktifkan buzzer. Program yang diisikan ke
mikrokontroler untuk mengaktifkan buzzer adalah :
Setb P0.0
. . .
Perintah di atas akan memberikan logika high (1) atau tegangan 5 volt. pada P0.0,