• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Coca Cola Amatil Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Coca Cola Amatil Indonesia"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

SERTA LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA

KARYAWAN PADA PT COCA COLA

AMATIL INDONESIA

OLEH

SORAYA FAUZIA

080502198

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

AMATIL INDONESIA

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman ,sehat sehingga dapat menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit.

Berdasarkan uraian singkat tersebut, maka dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT Coca Cola Amatil Indonesia”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survey, jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitian ini adalah penjelasan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda.

Populasi adalah karyawan PT Coca Cola Amatil Indonesia yang berjumlah 164 orang. Sedangkan sampel berjumlah 63 orang. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak dapat diketahui Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Serta Lingkungan Kerja berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja karyawan PT Coca Cola Amatil Indonesia. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi sebesar 0,766 lebih besar dari 0,05. Lingkungan Kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi sebesar 0,018 lebih kecil dari 0,05. Ini memberi arti bahwa keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan kerja sangat menentukan dalam peningkatan kinerja karyawan pada PT Coca Cola Amatil Indonesia. Artinya, PT Coca Cola Amatil Indonesia senantiasa mempertimbangkan pengimplementasian keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan kerja dalam peningkatan kinerja karyawan pada PT Coca Cola Amatil Indonesia.

(3)

AMATIL INDONESIA

Occupational Health and Safety (K3) is a program that made workers and employers as an effort to prevent occupational accidents and diseases by recognizing the potential for accidents and occupational diseases as well as anticipatory action in case of accidents and occupational diseases. The goal is to create a safe workplace, healthy so it can suppress the lowest possible risk of accidents and illnesses.

Based on a brief description, then formulated the problem in this study is "What is Occupational Health and Safety (K3) and work environment affect the performance of employees of PT. Coca Cola Amatil Indonesia”.

The method used in this study is a survey approach, this kind of research is descriptive quantitative, and the nature of this research is the explanation. Methods of data collection is done by interviews, questionnaires and documentation study. Methods of data analysis used is multiple regression.

Population is an employee of PT. Coca Cola Amatil Indonesia, amounting to 164 people. While the sample totaled 63 people. Determination of the sample in this study using simple random sampling technic.

Results showed that simultaneously knowable Occupational Health and Safety (K3) Work Environment And very significant effect on the performance of employees of PT. Coca Cola Amatil Indonesia. Results showed that parsial of Occupational Health and Safety unsignificant effect on the performance of employees, it can be seen from the significant level of (0,766) greater than 0,05. Work Environment significant effect on the performance of employees, it can be seen from the significant level of 0,018 smaller than 0,05. It gives the sense that the safety and occupational health and working environment is crucial in improving the performance of employees at PT. Coca Cola Amatil Indonesia. That is, PT. Coca Cola Amatil Indonesia always consider the implementation of occupational health and safety and working environment in improving the performance of employees at PT. Coca Cola Amatil Indonesia.

(4)

Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan Pada PT Coca-Cola Amatil Indonesia”.

Peneliti menyadari penyusunan skripsi ini dapat selesai dengan tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, petunjuk, saran serta motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti dengan segala kerendahan hati ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini khususnya kepada : 1. Bapak Prof.Azhar Maksum, SE., Mec., AC., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Isfenti Sadalia SE., ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, MSi selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., MSi selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(5)

8. Orangtua peneliti Ahmad Faisal Halim, SE dan Susi Yanti Purnama Dewi, SE serta adik peneliti Fachreza Maulana yang saya sayangi yang selalu ada dalam memberikan arahan dan motivasi.

9. Kepada seluruh teman peneliti Mya, Tiara, Winny, Silvy, Mira, Filza, dan Dido yang selalu memberikan dukungan dan motivasi pada peneliti.

Akhir kata, peneliti berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan balasan kebaikan kepada seluruh pihak yang telah bersedia membantu penyelesaian skripsi ini.

Medan, Desember 2013 Peneliti

(6)

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ... ...9

2.1 Uraian Teoritis ... 9

2.1.1 Teori Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)... ... 9

2.2 Peneliti Terdahulu ... 35

2.3 Kerangka Konseptual ... 36

2.4 Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

3.3 Batasan Operasional ... 41

3.4 Definisi Operasional ... 42

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 44

3.6 Populasi dan Sampel ... 45

3.7 Jenis Data ... 46

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 46

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 47

(7)

4.2.1.2 Analisis Deskriptif Variabel ... 71

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 81

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 84

4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 86

4.2.2.3 Uji Multikolinearitas ... 87

4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 88

4.2.4 Uji Hipotesis ... 89

4.2.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 89

4.2.4.2 Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ... 91

4.2.4.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 93

4.3 Pembahasan ... 94

4.3.1Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan ... 94

4.3.2 Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

5.1 Kesimpulan ... 99

5.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(8)

1.2 Data KPI PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) September 2013 ... 5

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 43

3.2 Instrumen Skala Likert ... 44

3.3 Tabel Uji Validitas ... ...49

3.4 Uji Reliabilitas ... ...50

4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Umur ... 69

4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 69

4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... ...70

4.4 Distribusi Responden TerhadapJenis Kelamin ...71

4.5 Distribusi Tanggapan Responden TerhadapKeselamatan dan Kesehatan Kerja ... 71

4.6 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Lingkungan kerja ... 76

4.7 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Kinerja Karyawan ... 79

4.8 Uji Kolmogorv-Smirnov ... 83

4.9 Uji Glejser ... 86

4.10 Uji Multikolinearitas ... 87

4.11 Analisis Regresi Linier Berganda ... 88

4.12 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 91

4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) ... 92

(9)

1.1 Data Kecelakaan Kerja PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan ... 3

2.2 Kerangka Konseptual ... 39

4.1 Histogram Uji Normalitas ... 81

4.2 Grafik Uji Normalitas ... 82

(10)

1 Kuesioner Penelitian ... 105

2 Output Uji Validitas dan Reliabilitas ... 109

3 Output Uji Asumsi Klasik ... 111

4 Output Analisis Regresi Linier Berganda ... 114

(11)

AMATIL INDONESIA

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman ,sehat sehingga dapat menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit.

Berdasarkan uraian singkat tersebut, maka dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT Coca Cola Amatil Indonesia”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survey, jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitian ini adalah penjelasan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda.

Populasi adalah karyawan PT Coca Cola Amatil Indonesia yang berjumlah 164 orang. Sedangkan sampel berjumlah 63 orang. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak dapat diketahui Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Serta Lingkungan Kerja berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja karyawan PT Coca Cola Amatil Indonesia. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi sebesar 0,766 lebih besar dari 0,05. Lingkungan Kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi sebesar 0,018 lebih kecil dari 0,05. Ini memberi arti bahwa keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan kerja sangat menentukan dalam peningkatan kinerja karyawan pada PT Coca Cola Amatil Indonesia. Artinya, PT Coca Cola Amatil Indonesia senantiasa mempertimbangkan pengimplementasian keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan kerja dalam peningkatan kinerja karyawan pada PT Coca Cola Amatil Indonesia.

(12)

AMATIL INDONESIA

Occupational Health and Safety (K3) is a program that made workers and employers as an effort to prevent occupational accidents and diseases by recognizing the potential for accidents and occupational diseases as well as anticipatory action in case of accidents and occupational diseases. The goal is to create a safe workplace, healthy so it can suppress the lowest possible risk of accidents and illnesses.

Based on a brief description, then formulated the problem in this study is "What is Occupational Health and Safety (K3) and work environment affect the performance of employees of PT. Coca Cola Amatil Indonesia”.

The method used in this study is a survey approach, this kind of research is descriptive quantitative, and the nature of this research is the explanation. Methods of data collection is done by interviews, questionnaires and documentation study. Methods of data analysis used is multiple regression.

Population is an employee of PT. Coca Cola Amatil Indonesia, amounting to 164 people. While the sample totaled 63 people. Determination of the sample in this study using simple random sampling technic.

Results showed that simultaneously knowable Occupational Health and Safety (K3) Work Environment And very significant effect on the performance of employees of PT. Coca Cola Amatil Indonesia. Results showed that parsial of Occupational Health and Safety unsignificant effect on the performance of employees, it can be seen from the significant level of (0,766) greater than 0,05. Work Environment significant effect on the performance of employees, it can be seen from the significant level of 0,018 smaller than 0,05. It gives the sense that the safety and occupational health and working environment is crucial in improving the performance of employees at PT. Coca Cola Amatil Indonesia. That is, PT. Coca Cola Amatil Indonesia always consider the implementation of occupational health and safety and working environment in improving the performance of employees at PT. Coca Cola Amatil Indonesia.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Yang dimaksud dengan pekerjaan dan penghidupan yang layak adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi selamat dan sehat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta lingkungan kerja yang aman, nyaman dan tentram sewaktu bekerja.

Perusahaan berupaya untuk meningkatkan kinerja seluruh karyawannya agar mampu bersaing dengan perusahaan lain karena dapat menghasilkan suatu barang atau jasa dengan cara yang lebih efisien. (Rivai, 2004:110) Kinerja merupakan tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan seperti standart hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah di sepakati bersama. Hal ini akan dapat tercapai apabila perusahaan selalu memperhatikan faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta lingkungan kerja karena hal ini akan dapat meningkatan kinerja karyawan.

(14)

menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipati apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang nyaman, dan sehat sehingga dapat menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit.

Peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja diharapkan berdampak pada penurunan angka kecelakaan kerja yang mampu mengendalikan masalah diperusahaan. Sehingga karyawan saat kembali bekerja, dapat lebih optimal untuk menghasilkan output yang maksimal khususnya meningkatkan kinerja karyawan.

PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI), sebagai perusahaan minuman ringan terkemuka di Indonesia yang memproduksi dan mendistribusikan produk-produk berlisensi dari The Coca-Cola Company. Perusahaan dalam proses produksinya menggunakan beberapa mesin dan peralatan. Mesin dan peralatan yang digunakan kemungkinan besar dapat menyebabkan kecelakaan bagi pekerja apabila tidak digunakan secara tepat yang dapat mempengaruhi kinerja karyawannya.

(15)

Grafik 1.1

Data Kecelakaan Kerja PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI)

Sumber : PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI), Jalan Medan Belawan Km 14 Martubung, Medan. Tahun 2009-2013

Tabel 1.1

Data Kecelakaan Kerja PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI)

Sumber : PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI), Jalan Medan Belawan Km14 Martubung,

Medan.

(16)

pecahan beling kaca dari botol, terluka akibat peralatan produksi yang ada. Dan pada tahun-tahun seterusnya kecelakaan mulai berkurang, pada tahun 2010 total Days Lost sebanyak 6 orang, dan pada tahun 2011 hinggal 2013 tidak pernah terjadi kecelakaan kerja ringan. PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) menerapkan OHS (Occupational Health & Safety) yaitu kesehatan dan keselamat kerja karyawan. Sehingga dari tahun ke tahun kecelakaan kerja tidak banyak terjadi di lingkungan kerja.

(17)

Tabel 1.2

Data KPI (Key Performance Indicator) PT Coca-Cola Amatil Indonesia

(CCAI) September 2013

Sumber : PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI), Jalan Medan Belawan Km14 Martubung, Medan. (Confidential Report).

(18)

Safety Patrol yaitu kegiatan infeksi terhadap tempat kerja yang dilakukan oleh manajemen. Maka setiap bulan tim OHS akan melakukan review dan monitoring terhadap program-program diatas yaitu OHS Monthly Report.

Pada Tabel 1.2 terdapat 2 bagian Operation dari PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) yaitu Coca-Cola Distribution dan Coca-Cola Bottling. Pada data KPI menunjukkan untuk total TRIFR (Total Recordable Injury Frequency Rate) pada bulan September 2013 pada Coca-Cola Distribution sebesar 2,54 dan pada Coca-Cola Bottling sebesar 11,87 dan jumlah Actual YTD Sept 2013 sebesar 1,36 pada Coca-Cola Distribution dan sebesar 2,86 pada Coca-Cola Bottling. Hal ini menunjukkan tingkat kinerja semakin membaik karena tingkat cidera yang terkait dengan pekerjaan semakin kecil dengan diukur melalui Key Performance Indicator (KPI) PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) yang jelas terlihat pada Tabel 1.2.

(19)

Berdasarkan uraian tersebut  maka menarik untuk dilakukan penelitian dengan mengambil judul “ Pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan Pada PT Coca-Cola Amatil

Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka peneliti merumuskan masalah yang diteliti adalah “Apakah keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan Pada

PT Coca-Cola Amatil Indonesia?”.

1.3 Tujuan Penelitian

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan pada PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) dalam menerapkan dan melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta lingkungan kerja untuk meningkatkan kinerja karyawannya.

2. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi penulis dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Teori TentangKeselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.1.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan perhatian dan perlindungan yang diberikan perusahaan kepada seluruh karyawannya. Menurut Mathis dan Jackson (2006:412), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja.

(22)

Menurut Sculler dan Jackson (Yuli, 2005:214), apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.

2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.

3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim.

5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan ras kepemilikan.

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan.

7. Dan kemudian perusahaan juga dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

(23)

Program Jamsostek lahir dan dilegitimasi dalam Undang-undang No.3 Tahun 1992 yang meliputi :

1. Jaminan Kecelakaan Kerja

2. Jaminan Kematian

3. Jaminan Hari Tua

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Jamsostek merupakan instrumen atau alat untuk mencegah dan mengurangi risiko yang mungkin terjadi pada karyawan. Program Jamsostek harus diimplementasikan perusahaan karena memiliki konsekuensi hukum apabila dilanggar.

Menurut Husni (2005 : 131) dalam pasal 86 ayat 1 Undang-undang No.13 Tahun 2003 menyebutkan bahwa setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :

a. Keselamatan dan kesehatan kerja

b. Moral dan kesusilaan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

(24)

keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan peralatan dalam bekerja serta pengaturan dalam penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan sehingga potensi bahaya dapat diminimalisir. Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditempat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat kerja (perusahaan). Tempat kerja adalah setiap tempat yang didalamnya terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu :

1. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomi maupun usaha sosial.

2. Adanya sumber bahaya.

3. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus-menerus maupun hanya sewaktu-waktu.

(25)

kerja. Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Yang dimaksud petugas keselamatan dan kesehatan kerja adalah karyawan yang mempunyai pengetahuan atau keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dan ditunjuk oleh pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Departemen Tenaga Kerja. Sedangkan yang bertugas mengawasi atas ditaati atau tidak peraturan perundang-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja ini menurut Husni (2005:133) adalah :

1. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

2. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

2.1.1.2 Keselamatan Kerja

(26)

a. Faktor manusianya.

b. Faktor material/bahan/peralatan.

c. Faktor bahaya/sumber bahaya.

d. Faktor yang dihadapi (pemeliharaan/perawatan mesin-mesin).

Menurut Husni (2005:137) bahwa disamping ada sebabnya maka suatu kejadian juga akan membawa akibat. Akibat dari kecelakaan industri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain :

1. Kerusakan/kehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan

2. Biaya pengobatan dan perawatan korban

3. Tunjangan kecelakaan

4. Hilangnya waktu kerja

5. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi

b. Kerugian yang bersifat non ekonomis Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang bersangkutan, baik itu merupakan kematian, luka/cidera berat maupun luka ringan.

(27)

bahayanya adalah penerapan tehnologi maju dan mutakhir dan secara terperinci, sasaran keselamatan kerja tersebut adalah :

1. Mencegah Terjadinya kecelakaan.

2. Mencegah timbulnya penyakit akibat pekerjaan.

3. Mencegah/mengurangi kematian.

4. Mencegah/mengurangi cacat tetap.

5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan, alat-alat kerja, mesin, instalasi dan lain-lain.

6. Meningkatakan produktivitas tenaga kerja, modal, alat-alat, dan sumber-sumber produksi lainnya sewaktu kerja.

7. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja.

8. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, industry serta pembangunan.

2.1.1.3 Kesehatan Kerja

(28)

periode waktu yang ditentukan, Lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik (Mangkunegara, 2000:161).

Kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberi perlindungan bagi pekerja terhadap pemerasan (eksploitasi) tenaga kerja oleh majikan misalnya untuk mendapatkan tenaga yang murah. Kesehatan kerja merupakan penjagaan agar buruh melakukan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan dan tidak hanya ditunjuk terhadap pihak majikan yang hendak melakukan pemerasan tenaga pekerja, tetapi juga ditujukan terhadap pekerja itu sendiri, dimana dan bilamana pekerja misalnya hendak memboroskan tenaganya dengan tidak mengindahkan kekuatan jasmani dan rohaninya. Kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama (Mangkunegara, 2000:161).

Pada suatu perusahan biasanya kesehatan kerja berjalan seiring dengan hygiene perusahaan. Dalam hal ini hakikatnya adalah sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya dan dimaksudkan untuk kesejahteraan pekerja dan sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan kepada meningginya efisiensi dan daya produktivitas pekerja.

(29)

sempurna baik fisik, mental, maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal.

Tujuan kesehatan kerja menurut Husni (2005: 140-142) adalah :

a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial.

b. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.

c. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja.

d. Meningkatkan produktivitas kerja.

Sumber-sumber bahaya bagi Kesehatan Tenaga Kerja adalah :

a. Faktor fisik, yang dapat berupa : suara yang terlalu bising, suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, penerangan yang kurang memadai, ventilasi yang kurang memadai, radiasi, getaran mekanis, tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, bau-bauan di tempat kerja, kelembaban udara.

b. Faktor kimia, yang dapat berupa : gas/uap, cairan, debu-debuan, butiran kristal dan bentuk-bentuk lain, bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat racun.

(30)

d. Faktor faal, yang dapat berupa : sikap badan yang tidak baik pada waktu kerja, peralatan yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan tenaga kerja, gerak yang senantiasa berdiri atau duduk, proses, sikap dan cara kerja yang monoton, beban kerja yang melampaui batas kemampuan.

e. Faktor psikologis, yang dapat berupa : kerja yang terpaksa/ dipaksakan yang tidak sesuai dengan kemampuan, suasana kerja yang tidak menyenangkan, pikiran yang senantiasa tertekan terutama karena sikap atasan atau teman kerja yang tidak sesuai, pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkan kecelakaan.

2.1.1.4 Tujuan dan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Tujuan utama dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap karyawan dan untuk melindungi sumber daya manusianya. Husni (2005:120) menyatakan bahwa, tujuan kesehatan kerja adalah :

a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun social

b. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja

(31)

Dengan demikian maksud dan tujuan tersebut adalah bagaimana melakukan suatu upaya dan tindakan pencegahan untuk memberantas penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bagaimana upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan gizi, serta bagaimana mempertinggi efisiensi dan kinerja karyawan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik.

Hasibuan (2000), Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan, dengan penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan. Apabila banyak terjadi kecelakaan, karyawan banyak yang menderita, absensi meningkat, produksi menurun, dan biaya pengobatan semakin besar. Ini semua akan menimbulkan kerugian bagi karyawan maupun perusahaan bersangkutan, karena mungkin karyawan terpaksa berhenti bekerja sebab cacat dan perusahaan kehilangan karyawannya.

Perusahaan dapat melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan baik, maka perusahaan akan mendapat manfaat-manfaat mejalankan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Husni (2005:120) yaitu :

1. Meningkatkan kinerja karyawan sehingga menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.

2. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

(32)

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim.

5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa memiliki,

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan

2.1.1.5 Istilah Kecelakaan Kerja Pada PT Coca-Cola Amatil Indonesia

Sumber istilah kecelekaan kerja yang diambil dari penelitian di PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) yang beralamat di Jalan Medan Belawan Km 14 Martubung, Medan. Ada beberapa istilah yaitu :

Days Lost

Total hari yang hilang, setelah hari kejadian kecelakaan atau cidera terjadi yang menyebabkan karyawan tersebut tidak mampu melakukan kerjaan rutin mereka.

Lost Time Injury (LTI)

(33)

LTIFR (Lost Time Injury Frequncy Rate)

Seberapa sering terjadinya cidera dan berapa banyak waktu hilang yang terjadi.

MTI (Medically Treatment Injury)

Cidera yang terkait dengan pekerjaan yang mendapatkan perawatan dari pegawai medis. Tidak termasuk perawatan P3K.

Near miss

Suatu kejadian atau kondisi yang jika sedikit saja berbeda, bisa menyebabkan luka pada manusia, kerusakan pada properti dan gangguan proses.

TRIFR (Total Recordable Injury Frequency Rate)

TRIFR mengukur berapa banyak cidera yang dicatat yaitu jumlah kematian, LTI (Lost Time Injury, MTI (Medical Treatment Indury), RWI (Restricted Work Injuries).

RWI (Restricted Work Injury)

Cidera yang terkait dengan pekerjaan,dimana setelah dilakukan pengobatan dari pegawai medis menyatakan bahwa untuk sementara orang tersebut tidak dapatmelakukan tugas yang dilakukan sebelumnya

Workplace Fatality

Kematian karyawan, kontrakor atau pihak ketiga yang terjadi pada lingkungan perusahaan atau karyawan pada saat menjalankan tugas pekerjaan

2.1.2 Teori Tentang Lingkungan Kerja

(34)

dalam perusahaan akan mempengaruhi terhadap pekerjaan karyawan. Lingkungan kerja yang buruk akan menyebabkan karyawan merasa terganggu dalam pekerjaannya dan akan menyebabkan turunnya kinerja pegawai.

Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut. Lingkungan kerja yang memusatkan bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman.

(35)

Menurut Nitisemito (2000:183) “lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankannya”. Lingkungan kerja sangat berpengaruh besar dalam pelaksanaan penyelesaian tugas. Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar katyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaanya saat bekerja.

2.1.2.1 Jenis Lingkungan Kerja

Sedarmayanti (2001:21) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi 2 yakni: (1) lingkungan kerja fisik, dan (2) lingkungan kerja non fisik.

1. Lingkungan Kerja Fisik

Adalah lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat keija yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yakni :

(36)

2. Lingkungan perantara atau lingkungan urnum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.

Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap karyawan, maka langkah pertama adalah harus mempelajari manusia, baik mengenai fisik dan tingkah lakunya maupun mengenai fisiknya, kemudian digunakan sebagai dasar memikirkan lingkungan fisik yang sesuai.

2. Lingkungan Kerja Non Fisik

Sedarmayanti (2001:31) bahwa lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan.

(37)

bersama Pihak manajemen perusahaan juga hendaknya mampu mendorong inisiatif dan kreativitas. Kondisi seperti inilah yang selanjutnya menciptakan antusiasme untuk bersatu dalam organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan.

Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang sesuai Sentoso (2005:19). Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi, keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja.

2.1.2.2 Faktor Lingkungan Kerja

(38)

Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001:21) yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :

1. Penerangan atau Cahaya di Tempat Kerja

Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai. Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi empat yaitu :

a. Cahaya langsung

b. Cahaya setengah langsung

c. Cahaya tidak langsung

d. Cahaya setengah tidak langsung

2. Temperatur di Tempat Kerja

(39)

kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya. yaitu bahwa tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur iuar jika perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh. Menurut hasil penelitian, untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap karyawan karena kemampuan beradaptasi tiap karyawan berbeda, tergantung di daerah bagaimana karyawan dapat hidup.

3. Kelembaban di Tempat Kerja

(40)

4. Sirkulasi Udara di Tempat Kerja

Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan olah manusia. Dengan cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis aldbat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan membeiikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.

5. Kebisingan di Tempat Kerja

(41)

kualitas suatu bunyi, yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :

a. Lamanya kebisingan

b. Intensitas kebisingan

c. Frekuensi kebisingan

Semakin lama telinga mendengar kebisingan, akan semakin buruk akibatnya, diantaranya pendengaran dapat makin berkurang.

6. Getaran Mekanis di Tempat Kerja

Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila frekwensi alam ini beresonansi dengan frekwensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal : kosentrasi bekerja, datangnya kelelahan, timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap : mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain-lain.

7. Bau-bauan di Tempat Kerja

(42)

condition" yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menganggu di sekitar tempat kerja.

8. Tata Warna di Tempat Kerja

Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi, Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain karena warna dapat merangsang perasaan manusia.

9. Dekorasi di Tempat Kerja

Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja.

10. Musik di Tempat Kerja

Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan menganggu konsentrasi kerja.

(43)

11. Keamanan di Tempat Kerja

Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaanya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan.

Indikator-indikator lingkungan kerja menurut Sedarmayanti (2001:46) adalah: penerangan, suhu udara, suara bising, penggunaan warna, ruang gerak yang diperlukan, keamanan kerja, hubungan karyawan.

2.1.3 Teori Tentang Kinerja

Menurut Rivai (2004:309) bahwa kinerja adalah perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan dari kata performance, yang menurut The Scribner-Bantam English Dictionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada, berasal dari akar kata ”to perform” dengan beberapa ”entries” yaitu :

1. Melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute) 2. Memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to

discharge of fulfill, as vow)

(44)

4. Melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is expected of a person machine).

Kinerja ditentukan oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi dan kesempatan. Kesempatan kinerja adalah tingkat-tingkat kinerja yang tinggi yang sebagian merupakan fungsi dari tiadanya rintangan-rintangan yang mengendalakan karyawan itu. Meskipun seorang individu mungkin bersedia dan mampu, bisa saja ada rintangan yang menjadi penghambat. Menurut Mathis dan Jackson (2002:78) bahwa ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja terhadap kontribusi nya ke organisasi/perusahaan, yaitu : kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, hubungan mereka dengan organisasi.

Menurut Noe at all (2006:330-333) bahwa evaluasi kinerja (performance evaluation), yang dikenal juga dengan istilah penilaian kinerja (performance appraisal), performance rating, performance assessment, employee evaluation, merit, efficiency rating, service rating, pada dasarnya merupakan proses yang digunakan perusahaan untuk mengevaluasi job performance. Performance evaluation berkaitan dengan kinerja dan pertanggungjawaban karyawan pada perusahaan.

(45)

dinilai/dievaluasi sebelumnya sehingga setiap karyawan yang ada dalam perusahaan telah mengetahui dengan pasti faktor-faktor apa yang akan dinilai.

Ukuran-ukuran keberhasilan dalam pekerjaan dapat ditentukan dengan tepat dan lengkap, dan diuraikan dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dan diukur secara cermat dan tepat. Ukuran-ukuran keberhasilan yang sering digunakan dalam pekerjaan ialah ciri kepribadian dalam bentuk sifat (prakarsa, kemampuan dalam bekerja sama, dan hasil/prestasi kerja). Menurut Schuler and Jackson (2001:40-42) bahwa hal-hal yang perlu dilakukan dalam mengukur kinerja adalah sebagai berikut :

a. Penetapan indikator kinerja, dengan memperhatikan :

1. Karakteristik indikator kinerja yang baik, yaitu :

a. Terikat pada tujuan program dan menggambarkan pencapaian hasil. b. Terbatas pada hal-hal yang perlu mendapat prioritas.

c. Terpusat pada hal-hal yang vital dan penting bagi pengambilan keputusan. d. Terkait dengan sistem pertanggungjawaban yang memperlihatkan hasil.

2. Pertimbangan utama penetapannya bahwa indikator kinerja harus :

a. Menggambarkan hasil atau usaha pencapaian hasil.

b. Merupakan indikator di dalam wewenangnya (uncontrollable). c. Mempunyai dampak negatif yang rendah.

d. Digunakan untuk menghilangkan insentif yang sudah ada.

(46)

b. Cara Pengukuran Kinerja

Keberhasilan ataupun kegagalan manajemen dapat diukur dengan melakukan :

1. Perbandingan antara kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan. 2. Perbandingan antara kinerja nyata dengan hasil (sasaran) yang diharapkan. 3. Perbandingan antara kinerja nyata tahun ini dengan tahun-tahun

sebelumnya.

4. Perbandingan kinerja suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang unggul di bidangnya (benchmarking/patok duga).

5. Perbandingan capaian tahun berjalan dengan rencana dalam (dua, tiga, empat atau lima tahun) tren pencapaian.

Menurut Rivai (2005:52), hasil penilaian kinerja penting digunakan untuk :

a. Meninjau ulang kinerja masa lalu.

b. Memperoleh data yang pasti, sistematis dan faktual dalam penentuan ”nilai” suatu pekerjaan.

c. Memeriksa kemampuan perusahaan.

d. Memeriksa kemampuan individu karyawan.

e. Menyusun target masa depan.

f. Melihat prestasi seseorang secara realistis.

(47)

h. Memperoleh data dalam penentuan struktur upah dan gaji yang sepadan dengan apa yang berlaku secara umum.

i. Memungkinkan manajemen mengukur dan mengawasi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan secara lebih akurat.

j. Memungkinkan manajemen melakukan negosiasi yang objektif dan rasional dengan serikat pekerja apabila ada atau langsung dengan karyawan.

k. Memberikan kerangka berpikir dalam melakukan peninjauan secara berkala terhadap sistem pengupahan dan penggajian yang berlaku dalam perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

(48)

Khaerurahman (2007) meneliti dengan judul ”Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Sinar Sosro Cabang Gresik”. Hasil uji F menunjukkan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 19,642 dan hasil uji t menunjukkan bahwa keselamatan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 2,882 terhadap kinerja karyawan, dan kesehatan kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja sebesar 3,136 koefisien determinasi (R square) sebesar 0,40 menunjukkan bahwa variabel bebas (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dapat menjelaskan 40% terhadap variabel terikat (Kinerja Karyawan).

Dewi (2006) meneliti dengan judul ”Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Ecogreen Oleochemical Medan Plant”. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan sebesar 52,2% secara serentak maupun secara parsial.

2.3 Kerangka Konseptual

(49)

Karyawan merupakan salah satu faktor produksi yang terpenting dalam suatu perusahaan. Tanpa mereka betapa sulitnya perusahaan dalam mencapai tujuannya, karyawanlah yang menentukan maju mundurnya suatu perusahaan. Dengan demikian karyawan yang terampil berarti perusahaan telah mempunyai aset yang sangat mahal yang sulit dinilai dengan uang karena merekalah kunci kesuksesan perusahaan dimasa sekarang maupun yang akan datang.

Kondisi lingkungan kerja yang aman dan nyaman dapat membuat karyawan menjadi sehat dan produktif, (Yuli, 2005:214) semakin produktif karyawan akan meningkatkan kinerja dan hasil kerja yang tinggi. Perhatian yang khusus kepada keselamatan dan kesehatan kerja akan selaras dengan fungsi manajemen sumber daya manusia yaitu : mempertahankan dan atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan sikap karyawan agar mereka tetap loyal dan bekerja secara produktif untuk menunjang tujuan perusahaan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan perhatian dan perlindungan yang diberikan perusahaan kepada seluruh karyawannya. Menurut Mathis dan Jackson (2006:412), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja.

(50)

kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian kecelakaan sudah dilakukan perusahaan dengan cermat sehingga dapat menurunkan angka kecelakaan kerja tersebut.

Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif menuntut adanya komitmen perusahaan terhadap kondisi kerja yang aman. Program keselamatan dan kesehatan kerja tersebut didesain dan dikelola dengan baik sehingga dapat mengurangi biaya yang akan dikeluarkan perusahaan yang berhubungan dengan kecelakaan kerja, misalnya kompensasi pekerja dan denda yang ditimbulkan. Respon dan usaha yang baik dari manajemen akan mengurangi tingkat kecelakaan dalam perusahaan.

Keselamatan dan kesehatan kerja juga memiliki tujuan yang lebih penting yaitu mewujudkan tenaga kerja yang sehat, selamat dan produktif sehingga dapat memiliki kinerja dan prestasi yang baik. Keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini dapat didefenisikan sebagai suatu kejadiaan yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas (Husni, 2005:139).

Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental maupun sosial sehingga dapat bekerja secara optimal (Husni, 2005:139).

(51)

kesehatan kerja merujuk pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

Slemania (2008:121) menyatakan bahwa tinggi rendahnya kinerja karyawan dipengaruhi oleh faktor kenyaman kerja yang mana hal itu juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan kerja. Ketidaknyaman saat bekerja merupakan kondisi yang sangat tidak baik bagi tenaga kerja dalam beraktivitas, karena pekerja akan melakukan aktivitasnya yang kurang optimal dan akan menyebabkan lingkungan kerja yang tidak bersemangat dan membosankan, sebaliknya apabila pekerja akan melakukan aktivitas dengan optimal, dikarenakan kondisi lingkungan pekerjaan yang sangat baik dan mendukung.

Sumber : Yuli (2005), Husni (2005), Mathis dan Jackson (2006), Slemania (2008) 

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3)

Lingkungan Kerja

(52)

2.4 Hipotesis

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory). Eksplanatory merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Penelitian ini menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) yang beralamat di Jalan Medan Belawan Km 14 Martubung, Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2013.

3.3 Batasan Operasional Variabel

Batasan operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (Independent Variable) (X) yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (X1) dan Lingkungan Kerja (X2).

(54)

3.4 Defenisi Operasional

Defenisi operasionalisasi variabel digunakan untuk memahami variabel-variabel dan memberikan gambaran yang jelas dalam pelaksanaan penelitian, terdiri dari :

1. Variabel Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (X1)

Perlindungan terhadap kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi serta kesejahteraan fisik karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.

2. Variabel Lingkungan Kerja (X2)

Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar karyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja. 3. Kinerja Karyawan (Y)

(55)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Defenisi Operasional Variabel Indikator Skala

(56)

Sambungan

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Defenisi Operasional Variabel Indikator Skala

Pengukuran Kinerja

Karyawan (Y)

Merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara dengan pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya selama priode tertentu.

1. Proses kerja dan kondisi pekerjaan

Sumber : Husni (2005), Sedarmayanti (2001), Rivai (2005) 

 

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Skala Likert sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Pengujian variabel-variabel yang diteliti, pada setiap jawaban akan diberikan skor (Sugiyono, 2005:86).

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No Skala Skor

(57)

3.6 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:133). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) yang berjumlah 164 orang di bagian produksi.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:132). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian karyawan pada PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI). Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian menggunakan rumus Slovin, dengan rumus sebagai berikut (Umar, 2001)

) 1

( Ne2

N n

 

Di mana :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

(58)

Populasi (N) sebanyak 164 orang dan tingkat kesalahan (e) sebanyak 10%, maka jumlah sampel adalah :

Berdasarkan hasil perhitungan dari 164 populasi maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 63 orang.

3.7 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yaitu data yang berupa persepsi responden yang diukur dari jawaban langsung responden. Sumber data primer berasal dari jawaban kuesioner responden, yang berisikan beberapa pertanyaan tentang persepsi pimpinan menengah atau staf yang sehari-hari terlibat langsung dalam penyusunan anggaran.

3.8 Metode Pengumpulan Data

(59)

1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala yang dapat diamati dari objek penelitian. Cara-cara yang dilakukan adalah :

a. Pengamatan ( Observasi ) yaitu dengan cara mengamati langsung terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.

b. Angket atau Kuesioner yaitu dengan menyebarkan angket atau daftar pertanyaan kepada karyawan PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) di Jalan Medan Belawan Km 14 Martubung, Medan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung data primer yang diperoleh dari :

a. Studi Kepustakaan melalui buku-buku, dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

b. Dokumentasi dari PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) di Jalan Medan Belawan Km 14 Martubung, Medan.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.9.1 Uji Validitas

(60)

sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan valid atau tidak, maka r yang diperoleh (r hitung) dikonsultasikan dengan (r tabel) maka instrumen dikatakan valid, dan apabila rhitung > rtabel maka instrumen dikatakan valid, dan apabila rhitung < rtabel maka instrumen dikatakan tidak valid. Uji validitas dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan program aplikasi program SPSS. Uji validitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan di PT Coca Cola AmatilIndonesia sejumlah 30 responden diluar sampel.

3.9.2 Uji Reliabilitas

(61)

reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS.

3.9.3Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas dilakukan dengan penyebaran kuesioner pertanyaan yang menyangkut variabel bebas (keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan kerja) dan variabel terikat (kinerja karyawan) kepada 30 orang responden di luar sampel. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

10. P10 0,440 0.361 Valid

11. P11 0,495 0.361 Valid

12. P12 0,607 0.361 Valid

13. P13 0,462 0.361 Valid

14. P14 0,482 0.361 Valid

15. P15 0,508 0.361 Valid

16. P16 0,619 0.361 Valid

17. P17 0,388 0.361 Valid

18. P18 0,533 0.361 Valid

19. P19 0,548 0.361 Valid

20. P20 0,606 0.361 Valid

21. P21 0,453 0.361 Valid

22. P22 0,455 0.361 Valid

(62)

Kolom r hitung menunjukkan korelasi antara skor item dengan skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen, rtabel untuk sampel 30 adalah sebesar 0,361. Dari kolom r hitung pada Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan sudah valid, dimana nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,361). Dengan demikian kuesioner dapat dilanjutkan pada tahap pengujian reliabilitas.

Tabel 3.4 Uji Reliabilitas Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.906 22

Sumber : Output SPSS (Oktober 2013)

Dari Tabel 3.4, hasil pengujian reliabilitas menunjukkan bahwa 22 pertanyaan memiliki nilai koefisien alpha (Cronbach’s Alpha) sebesar 0,906. Hal ini berarti 0,906 > 0,80 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian.

3.10 Teknik Analisis Data

3.10.1 Analisis Deskriptif

(63)

masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan. Data diperoleh dari data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh sejumlah responden.

3.10.2 Uji Asumsi Klasik

3.10.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (independent) memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

1. Analisis Grafik

Analisis Grafik dapat dilakukan dengan dua alat, yaitu grafik histogram dan grafik P-P plot. Pada grafik histogram, data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah distribusi data yang membentuk lonceng. Pada grafik P-P plot, sebuah data dikatakan berdistribusi normal apabila titik-titik datanya tidak menceng ke kiri atau ke kanan melainkan menyebar disekitar garis diagonal.

2. Analisis Statistik

(64)

3.10.2.2 Uji Multikolonieritas

Uji Multikolinearitas artinya variabel independent yang satu dengan variabel yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. Untuk mengetahui tidak adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai tolerance dan VIF (Variance inflation Factor) dengan menggunakan program SPSS 16.0. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independent lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas. Dan model yang baik apabila tidak terjadi multikolinearitas.

3.10.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamtan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi keteroskedastisitas.

(65)

dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Ghozali, 2011:105).

3.10.3 Metode Regresi Linier Berganda

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan regresi berganda karena subvariabel dalam penelitian ini lebih dari satu. Metode ini menghubungkan antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen sesuai dengan hipotesis yang diuji dalam penelitian ini. Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh antara variabel independen keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan kerja secara simultan atau parsial terhadap variabel dependen yaitu kinerja karyawan.

Guna menguji pengaruh beberapa variabel bebas dengan variabel terikat dapat digunakan model matematika sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2+e

Dimana :

Y = Kinerja karyawan

X1 = Keselamatan dan kesehatan kerja

X2 = Lingkungan kerja

(66)

β2 = koefisien regresi lingkungan kerja

α = konstanta

e = error (tingkat kesalahan)

3.10.4 Pengujian Hipotesis

3.10.4.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Uji F yaitu untuk menunujukkan semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau serentak variabel bebas yaitu keselamatan dan kesehatan kerja (X1), lingkungan kerja (X2) terhadap variabel terikat yaitu kinerja karyawan (Y).

Bentuk pengujiannya adalah :

H0 : b1 = b2 = 0, artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas yaitu keselamatan dan kesehatan kerja (X1), lingkungan kerja (X2) terhadap variabel terikat yaitu kinerja karyawan (Y).

Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas yaitu yaitu keselamatan dan kesehatan kerja (X1), lingkungan kerja (X2) terhadap variabel terikat yaitu kinerja karyawan (Y).

(67)

H0 diterima apabila Fhitung < Ftabel pada α = 5%

Ha diterima apabila Fhitung ≥ Ftabel pada α = 5%

3.10.4.2 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Uji t hitung bertujuan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas yaitu yaitu keselamatan dan kesehatan kerja (X1), lingkungan kerja (X2) terhadap variabel terikat yaitu kinerja karyawan (Y).

Bentuk pengujiannya adalah:

Ho : bi = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel bebas yaitu yaitu keselamatan dan kesehatan kerja (X1), lingkungan kerja (X2) terhadap variabel terikat yaitu kinerja karyawan (Y).

Ho : bi ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel bebas yaitu keselamatan dan kesehatan kerja (X1), lingkungan kerja (X2) terhadap variabel terikat yaitu kinerja karyawan (Y).

Kriteria Pengambilan Keputusan yaitu:

Ho diterima, apabila thitung < ttabel pada α = 5%

(68)

3.10.4.3 Koefisien Determinasi (R2)

(69)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Coca Cola PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI)

(70)

Sistem dagang yang sama berlaku untuk seluruh usaha Coca Cola di seluruh dunia yang meliputi di 200 negara dengan tingkat konsumsi lebih dari 1 miliar sajian minuman setiap hari. Pada akhir millennium kedua, tercatat 16 miliar peti atau 384 miliar sajian produk Coca Cola dikonsumsi masyarakat dunia. Coca Cola di Indonesia Coca Cola hadir di Indonesia pada tahun 1927 ketika De Nederland Mineral Water Fabriek (Pabrik Air Mineral Hindia Belanda) membotolkannya kali pertama di Batavia. Produksi Coca Cola lumpuh pada jaman penjajahan jepang (1942 – 1945). Namun setelah kemerdekaan Indonesia, pabrik tersebut beroperasi kembali di bawah nama The Indonesian Bottles Ltd. NV (IBL) dengan status perusahaan nasional. Pada tahun 1971 dengan pertambahan partner usaha dan modal IBL menjalin kerjasama dengan tiga perusahaan Jepang yaitu : Mitsui & Co. Ltd, Mitsui Toatsu Chemical Inc. dan Mikuni Coca Cola Bottling Co., membentuk pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia dengan nama baru PT Djaya Beverages Bottling Company (DBBC).

(71)

Indonesie diambil alih oleh PT Multi Bintang Indonesia yang juga produsen Bir terkenal di Indonesia. Karena ingin berkonsentrasi pada produk utama Bir, PT Multi Bintang Indonesia merelokasi pabriknya ke Tangerang dan menjual pabrik pembotolan di Coca Cola Medan kepada PT Pan Java Bottling Company. Akuisisi dilakukan pada tanggal 2 Mei 1994. PT Coca Cola Pan Java Unit Medan mendistribusikan produknya kepada distribusi tunggal yaitu PT Coca Cola Kendalisodo yang berada dalam satu kantor dengan PT Coca Cola Pan Java. Untuk kemudian PT Coca Cola Kendalisodo Unit Medan mendistribusikannya kepada pelanggan. Karena perkembangan perusahaan begitu cepat, pada tahun 1992 perusahaan ini melakukan kerjasama dengan Coca Cola Amatil Limited, Australia (CCA), satu grup perusahaan pembotolan Coca Cola terkemuka di kawasan Asia Pasifik dan Eropa Timur yang berkantor di Sidney, Australia dan sejak itu PT Pan Java Bottling Company berubah namanya menjadi PT Coca Cola Pan Java.

(72)

Indonesia (CCAI) Unit medan telah cukup berhasil dalam menghasilkan dan mengkombinasikan serta memodifikasikan produknya dan hasil produksinya telah tersebar secara luas di berbagai daerah.

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) membuat struktur organisasi yang merupakan landasan kerja bagi seluruh karyawan yang ada dalam perusahaan. Struktur organisasi yang dimiliki dan dijalankan adalah struktur organisasi garis dan staf (Line and Staff Organization). Dalam struktur organisasi garis dan staf ini dikenal satu komando. Dimana masing- masing bawahan wajib melaksanakan instruksi dan bertanggung jawab langsung kepada atasan sesuai dengan instruksi yang diterimanya. Dengan kata lain tiap-tiap pekerjaan dikenal satu pimpinan yang langsung membawahnya sedangkan staf bekerja dan memberikan saran-saran kepada manajer. Selanjutnya diuraikan pembagian tugas masing-masing sebagai berikut :

1. General Manager

Sebagai puncak pimpinan di PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) memiliki wewenang sebagai perencana, pengorganisasian dan pemberi nilai menyeluruh terhadap aktivitas perusahaan demi pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.

Tugas :

(73)

b. Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas yang didelegasikan pada manajer-manajer dan menjalin hubungan baik dengan mereka.

c. Membuat peraturan – peraturan intern pada perusahaan yang tidak bertentangan dengan undang-undang yang ditetapkan.

2. Secretary

Tugas :

a. Mempersiapkan laporan bulanan untuk HO (Head Office)

b. Mempersiapkan dan menghadiri rapat dan membuat waktu pertemuan distribusi

c. Menyelenggarakan surat menyurat yang berhubungan dengan perusahaan d. Menyusun dan menyiapkan rapat General Manager

e. Menetapkan sistem file sehingga bila dibutuhkan informasi bisa ditemukan tepat pada waktunya.

f. Mencatat surat – surat atau fax yang masuk dan keluar

g. Mengatur tamu yang datang dari daerah maupun luar negeri, seperti akomodasi, transportasi.

3. General Sales & Marketing Manager Tugas :

(74)

b. Mengembangkan dan memelihara hubungan dengan langganan lama dengan baik sehingga akan memberikan kepuasan bagi pelanggan

c. Mengembangkan penciptaan program pengadaan produk baru, mengawasinya dan mengadakan penilaian terhadap kemajuan/hasil produk baru tersebut.

4. Purchasing Manager Tugas :

a. Menjamin semua permintaan pembelian yang telah disetujui, ditindaklanjuti sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan pemakai

b. Menjamin semua pembelian yang telah diterbitkan sesuai dengan harga penawaran yang disetujui bagian keuangan.

c. Menjamin semua pembelian harus dilengkapi dengan paling sedikit 3 penawaran dari 3 supplier yang berbeda kepemilikan sahamnya dan bukan satu grup perusahaan (untuk menghindari monopoli)

d. Menjamin semua transaksi yang bersifat urgent yang telah disetujui General Manager sebelum diproses.

e. Memberikan informasi secara terbuka tentang jenis dan spesifikasi barang yang akan dibeli sebelum pemakaian dilakukan.

5. Finance Manager

Gambar

Grafik 1.1 Data Kecelakaan Kerja PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI)
Data KPI (Tabel 1.2 Key Performance Indicator) PT Coca-Cola Amatil Indonesia
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kadar Asam Aspartat (asp) dan Asam Glutamat (glu) Ekstrak Kasar Buffer Fosfat Pada Berbagai Perlakuan Ekstraksi (% b/b) .... Kadar IMP dan AMP Ekstrak Kasar Buffer Fosfat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi HIV dan Sifilis serta Hubungan antara penyebaran Sifilis dan penularan HIV, menggunakan alat pemeriksaan Rapid Test HIV 3

Pertama , tiga elemen nol dalam baris atau kolom berbeda, cara perhitungan determinan sama dengan cara satu elemen nol. Kedua, dua elemen nol dalam baris yang sama, gunakan cara

Selain itu, ada penambahan 1 ruang lagi untuk meeting room agar kebutuhan dari pengguna dapat terpenuhi terkait dengan efisiensi ruangan dan waktu sesuai dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju keausan dari material komposit hidroksiapatit (HA) + polymethyl methacrylate (PMMA) serta mekanisme keausan yang terjadi

dilakukan jika terdapat pemesanan barang oleh pelanggan atau jika akan dilakukan produksi barang untuk stok. Jumlah dan jenis bahan yang dibeli disesuaikan dengan

Dari hasil wawancara diketahui bahwa pada tahun 2006 terjadi kecelakaan kerja di bagian Workshop blasting painting yang mengakibatkan 1 pekerja mengalami luka

Rincian Perubahan Anggaran Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Kode