• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Cara Pemakaian Beberapa Antiseptik Kulit Dalam Membunuh Bakteri Sebelum Tindakan Medis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Cara Pemakaian Beberapa Antiseptik Kulit Dalam Membunuh Bakteri Sebelum Tindakan Medis"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

CURRICULUM VITAE

Nama : Rizqy Joeandri

NIM : 120100330

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Januari 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Prof. T. Zulkarnaen No.13, Komplek dosen USU, Medan

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat Email : rijoeandri@hotmail.com Riwayat Pendidikan :

1. TK Tunas Jakasampurna 1999 – 2000

2. SDN 05 Pagi Jakarta Timur 2000 – 2006 3. SMPN 252 Jakarta Timur 2006 – 2009 4. SMAN 71 Jakarta Timur 2009 – 2012 5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2012 – sekarang Riwayat Organisasi :

(2)
(3)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Setelah mendapat penjelasan, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur : Alamat :

Dengan ini menyatakan secara sukarela SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dan

mengikuti berbagai prosedur pemeriksaan seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya. Demikianlah lembar persetujuan setelah penjelasan ini dibuat dengan sebenarnya dalam keadaan sadar tanpa adanya paksaan dari siapapun.

Medan, 2015 Yang menyetujui

(4)

LAMPIRAN 4

OUTPUT

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Persentase pengurangan Tukey HSD

(I) Antiseptik (J) Antiseptik

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

PI+Alkohol 1 menit PI+ALkohol 2 menit -3.27862 5.42263 .929 -18.4562 11.8990

Chlorhexidine 1 menit -9.15741 5.42263 .355 -24.3350 6.0202

Chlorhexidine 2 menit -11.65741 5.42263 .172 -26.8350 3.5202

PI+ALkohol 2 menit PI+Alkohol 1 menit 3.27862 5.42263 .929 -11.8990 18.4562

Chlorhexidine 1 menit -5.87879 5.42263 .703 -21.0564 9.2988

Chlorhexidine 2 menit -8.37879 5.42263 .431 -23.5564 6.7988

Chlorhexidine 1 menit PI+Alkohol 1 menit 9.15741 5.42263 .355 -6.0202 24.3350

PI+ALkohol 2 menit 5.87879 5.42263 .703 -9.2988 21.0564

Chlorhexidine 2 menit -2.50000 5.42263 .967 -17.6776 12.6776

Chlorhexidine 2 menit PI+Alkohol 1 menit 11.65741 5.42263 .172 -3.5202 26.8350

PI+ALkohol 2 menit 8.37879 5.42263 .431 -6.7988 23.5564

(5)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Persentase pengurangan Tukey HSD

(I) Antiseptik (J) Antiseptik

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

PI+Alkohol 1 menit PI+ALkohol 2 menit -3.27862 5.42263 .929 -18.4562 11.8990

Chlorhexidine 1 menit -9.15741 5.42263 .355 -24.3350 6.0202

Chlorhexidine 2 menit -11.65741 5.42263 .172 -26.8350 3.5202

PI+ALkohol 2 menit PI+Alkohol 1 menit 3.27862 5.42263 .929 -11.8990 18.4562

Chlorhexidine 1 menit -5.87879 5.42263 .703 -21.0564 9.2988

Chlorhexidine 2 menit -8.37879 5.42263 .431 -23.5564 6.7988

Chlorhexidine 1 menit PI+Alkohol 1 menit 9.15741 5.42263 .355 -6.0202 24.3350

PI+ALkohol 2 menit 5.87879 5.42263 .703 -9.2988 21.0564

Chlorhexidine 2 menit -2.50000 5.42263 .967 -17.6776 12.6776

Chlorhexidine 2 menit PI+Alkohol 1 menit 11.65741 5.42263 .172 -3.5202 26.8350

PI+ALkohol 2 menit 8.37879 5.42263 .431 -6.7988 23.5564

(6)

ANOVA

Persentase pengurangan

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 512.275 3 170.758 1.936 .156

Within Groups 1764.294 20 88.215

Total 2276.570 23

Persentase pengurangan

Tukey HSDa

Antiseptik N

Subset for alpha

= 0.05

1

PI+Alkohol 1 menit 6 86.8426

PI+ALkohol 2 menit 6 90.1212

Chlorhexidine 1 menit 6 96.0000

Chlorhexidine 2 menit 6 98.5000

Sig. .172

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

(7)

Statistics

Persentase

PI+A 1MNT

Persentase

PI+A 2MNT

Persentase CH

1MNT

Persentase CH

2MNT

N Valid 6 6 6 6

Missing 18 18 18 18

Mean 86.8426 90.1212 96.0000 98.5000

(8)
(9)

DAFTAR PUSTAKA

Bejjani, FJ, Landsmear, JMF: Biomechanics of the hand. Dalam: Nordin, M Frankel, VH; 1980: Biomechanics of the musculoskeletal system, 2nd ed. Lea &

Fabringer, Philadelphia, 275-304

Brooks, G.F., Butel, J.S., Morse, S.A., 2008. Flora Mikroba Normal Tubuh Manusia. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg, Ed23. Jakarta: EGC, 198-199

Burks RI. Povidone iodine solution in wound treatment. Phys Ther. 1998; 78:212 CDC, HIPAC. Guideline for preventon of surgical site infection . Am J Infec Contr.

2008; 27:250-68

Chembase, 2012. Povidone-iodine. Available from: http://chembase.com/cbid_410087.htm

DrugBank, 2012. Chlorhexidine. Available from: http://www.drugbank.ca/drugs/DB00878

Genuit, Thomas, Grant Bochicchio, Lena M. Napolitano, Robert J. McCarter and Mary-Claire Roghman. "Prophylactic Chlorhexidine Oral Rinse Decreases Ventilator-Associated Pneumonia in Surgical ICU Patients."Surgical

Infections March 2001, 2(1): 5-18. doi:10.1089/109629601750185316

Hammond, B., Aii, Y, Fendler, E., Dolan, M., & Donovan, S. (2000). Effect of hand sanitizer use on elementary school absenteeism. American Journal of Infection

Control. Available from: www.ncbi.nlm.nih.gov

Health Organization. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care. WHO, 2009. Web. 13 Aug. 2012

Irianto Koes, 2006. Sterilisasi dan Disinfeksi, dalam : Mikrobiologi, Menguak Dunia Mikroorganisme, Jilid I. Yrama Widya, Bandung; pp 73 – 77

(10)

Jeffrey Miller, MD, MH et. All (2006). Chlorhexidine versus Povidone-Iodine in Skin Antisepsis : A Systematic Review and Cost Analysis to Inform Initiatives to Reduce Hospital Acquired Infections.

Krautheim, A. B., T. H. M. Jermann and A. J. Bircher. "Chlorhexidine Anaphylaxis: Case Report and Review of the Literature." Contact Dermatitis 50.3 (2004):

113-16

Kurniati, R., Winarto, 2008. Perbedaan Desinfeksi Antara Povidon Iodine dan Alkohol 70 % dengan Alkohol 70 % Terhadap Hasil Kultur Darah Septikemia.

Available from: http://eprints.undip.ac.id/24482/1/Kurniati.pdf

Levinson, W., 2008. Normal Flora. Review of Medical Microbiology & Immunology, Tenth Edition. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc,

25-29

Lim, K. S. and P. A. A. Kam. "Chlorhexidine--pharmacology and Clinical Applications." Anaesthesia and Intensive Care 36.4 (2008)

McDonnell, Gerald and A. Denver Russell. "Antiseptics and Disinfectants: Activity, Action and Resistance."Clinical Microbiology Reviews 12.1 (1999): 147-79

Mohammadi, Z. and P. V. Abbott. "The Properties and Applications of chlorhexidine in Endodontics." International Endodontic Journal 42.4 (2009): 288-302

Normah, Mohd Darus, 2010. Antiseptics for Skin Preparation Prior to Procedures, Malaysia.

Noparat W, Siripanichakorn K, Tribuddharat C, Danchaivijitr S. Persistence of antimicrobial effect of antiseptics regimens. J Med Assoc Thai 2005;88(Suppl

10):5177-5182

PubChem, 2012. Povidone Iodine – Compound Summary. Available from: http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=410087 Puig Silla M, Montiel Company JM, Almerich Silla JM. Use of chlorhexidine

varnishes in preventing and treating periodontal disease: a review of the

(11)

Samaranayake, L., 2002. Streptococcus mutans. Essential Microbiology for Dentistry Third Edition. Philadelphia: Elsevier Limited, 118-119

Stern, PJ; 1993: Fracture of the metacarpals and phalanges. Dalam: Green, DP: Operative hand surgery, 3rd ed. Churchill Livingstone, New York, 695-758

Suharto,1993. Flora Normal Serta Hubungan Kuman Dengan Hospes dan Lingkungannya. Dalam: Syahrurachman et al., ed. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran ed revisi. Jakarta: Binarupa Aksara, 27-32

Thomas, Louise, J.-Y. Maillard, R.j.w. Lambert, and A.d. Russell. "Development of Resistance to Chlorhexidine Diacetate in Pseudomonas Aeruginosa and the Effect of a 'residual' Concentration." Journal of Hospital Infection 46.4 (2000): 297-303

(12)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2.Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Independen

a) Antisepsis dengan Povidon Iodin + Alkohol selama 1 menit. b) Antisepsis dengan Povidon Iodin + Alkohol selama 2 menit. c) Antisepsis dengan Chlorhexidine gluconate selama 1 menit. d) Antisepsis dengan Chlorhexidine gluconate selama 2 menit.

Ant isepsis dengan Povidon Iodin diikut i dengan

Alkohol selam a 1 m enit

Jenis dan jumlah koloni mikroorganisme di kulit Ant isepsis dengan

Povidon Iodin diikut i dengan Alkohol selam a 2 m enit

Ant isepsis dengan Chlorhexidine gluconat e

selam a 1 m enit

Ant isepsis dengan Chlorhexidine gluconat e

(13)

3.2.2 Variabel Dependen

Jenis dan jumlah koloni mikroorganisme di kulit. 3.2.3 Definisi Operasional

a) Antisepsis dengan povidon iodin diikuti dengan alkohol selama 1 menit adalah mengantisepsis menggunakan antiseptik jenis larutan povidon iodin 10 % 0,5cc selama 30 detik dikombinasikan dengan alkohol 70% selama 30 detik dipermukaan kulit yang ingin di antisepsis (di fossa antecubiti), lalu kemudian melakukan teknik swab.

I. Cara ukur: perhitungan jenis dan jumlah koloni sebelum dan sesudah antisepsis menggunakan antiseptik pada media pembiakan.

II. Alat ukur: identifikasi bakteri dan jumlah bakteri dengan perhitungan langsung CFU (Colony Forming Units) pada media pembiakan.

III. Skala ukur: kategorik dan rasio.

IV. Hasil pengukuran: jenis bakteri dan selisih jumlah bakteri sebelum dan sesudah penggunaan antisepsis (dalam CFU). b) Antisepsis dengan povidon iodin diikuti dengan alkohol selama 2

menit adalah mengantisepsis menggunakan antiseptik jenis larutan povidon iodin 10% 0,5cc lalu ditunggu selama 1 menit setelah itu dikombinasikan dengan alkohol 70% lalu tunggu 1 menit dipermukaan kulit yang ingin di antisepsis (di fossa antecubiti), kemudian melakukan teknik swab.

I. Cara ukur: perhitungan jenis dan jumlah koloni sebelum dan sesudah antisepsis menggunakan antiseptik pada media pembiakan.

II. Alat ukur: identifikasi bakteri dan jumlah bakteri dengan perhitungan langsung CFU (Colony Forming Units) pada media pembiakan.

(14)

IV. Hasil pengukuran: jenis bakteri dan selisih jumlah bakteri sebelum dan sesudah penggunaan antisepsis (dalam CFU). c) Antisepsis dengan chlorhexidine gluconate selama 1 menit

adalah mengantisepsis menggunakan antiseptik jenis larutan chlorhexidine gluconate 4% 0,5cc dipermukaan kulit yang ingin di antisepsis (di fossa antecubiti) , lalu ditunggu selama 1 menit, kemudian melakukan teknik swab.

I. Cara ukur: perhitungan jenis dan jumlah koloni sebelum dan sesudah antisepsis menggunakan antiseptik pada media pembiakan.

II. Alat ukur: identifikasi bakteri dan jumlah bakteri dengan perhitungan langsung CFU (Colony Forming Units) pada media pembiakan.

III. Skala ukur: kategorik dan rasio.

IV. Hasil pengukuran: jenis bakteri dan selisih jumlah bakteri sebelum dan sesudah penggunaan antisepsis (dalam CFU). d) Antisepsis dengan chlorhexidine gluconate selama 2 menit

adalah mengantisepsis menggunakan antiseptik jenis larutan chlorhexidine gluconate 4% 0,5cc dipermukaan kulit yang ingin di antisepsis (di fossa antecubiti) , lalu ditunggu selama 2 menit, kemudian melakukan teknik swab.

I. Cara ukur: perhitungan jenis dan jumlah koloni sebelum dan sesudah antisepsis menggunakan antiseptik pada media pembiakan.

II. Alat ukur: identifikasi bakteri dan jumlah bakteri dengan perhitungan langsung CFU (Colony Forming Units) pada media pembiakan.

III. Skala ukur: kategorik dan rasio.

(15)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan “One Group Pretest-Posttest”. Pada saat melakukan intervensi tidak ada kelompok kontrol pada percobaan ini. Pengambilan data diambil sebelum dan setelah dilakukan intervensi kepada subjek (Notoatmodjo, 2005).

4.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Jalan Universitas nomor 1, Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dan pengumpulan data akan dilakukan mulai dari September 2015 hingga November 2015, dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data yang telah dikumpulkan.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi target adalah semua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2013 yang masih terdaftar sebagai mahasiswa yang masih aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan tidak dalam masa cuti perkuliahan.

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian diambil dari populasi target yang memenuhi kriteria inklusi maupun kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi:

(16)

b. Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani informed consent.

Kriteria eksklusi:

a. Sampel menggunakan antiseptik 1 jam di Fossa Antecubiti sebelum pengambilan apusan.

b. Hipersensitif terhadap Alkohol.

c. Hipersensitif terhadap Chlorhexidine gluconate. d. Hipersensitif terhadap Povidon iodin.

e. Tidak menandatangani informed consent. 4.3.3 Besar Sampel

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Federer, yaitu:

t = Jumlah kelompok perlakuan (4)

n = Jumlah sampel tiap kelompok

Maka banyaknya sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah: ( t – 1 ) ( n – 1 ) ≥ 15

( 4 – 1 ) ( n – 1 ) ≥ 15 3 ( n – 1 ) ≥ 15 3n – 3 ≥ 15

n ≥ 6

Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 24 sampel. 4.4 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Pengambilan Sampel

4.4.1 Teknik Pengumpulan Data

(17)

Sebelum dilakukan proses pengambilan sampel dan intervensi dengan menggunakan antiseptik, subjek yang memenuhi kriteria inklusi akan dijelaskan mengenai informed consent. Setelah menyetujui informed consent, unsur-unsur kriteria eksklusi akan ditanyakan kepada subjek. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi, tidak termasuk kriteria eksklusi, dan bersedia untuk menjadi subjek penelitian akan dijelaskan mengenai prosedur eksperimen dan tata cara pengambilan sampel pada penelitian tersebut.

4.4.2 Prosedur Pengambilan Sampel

Adapun prosedur pengambilan sampel pada penelitian ini adalah :

1. Menentukan lokasi antisepsis, yaitu di Fossa Antecubiti 2. Subjek diminta untuk menyisihkan lengan baju/kemeja

3. Meng-swab Fossa Antecubiti yang belum di antisepsis untuk melihat flora normal dan sebagai kontrol

4. Menaruh hasil swab di media blood agar

5. Usapkan antiseptik pertama yaitu Alkohol 70% ditunggu selama 30 detik lalu diikuti dengan Povidon iodin 10% ditunggu 30 detik di Fossa Antecubiti yang sebelumnya sudah di swab

6. Setelah itu, swab dibagian kulit yang sudah di antiseptik tadi 7. Menaruh hasil swab di media blood agar

8. Pada subjek yang berbeda, meng-swab Fossa Antecubiti yang belum di antisepsis untuk melihat flora normal dan sebagai kontrol

9. Menaruh hasil swab di media blood agar

(18)

11.Setelah itu, swab dibagian kulit yang sudah di antiseptik tadi 12.Menaruh hasil swab di media blood agar

13.Lakukan pengambilan sampel dengan cara yang sama dan subjek yang berbeda untuk pengambilan sampel chlorhexidine gluconate 1 menit dan 2 menit

14.Setiap sampel yang telah didapatkan akan diberi identitas atau pengkodean sesegera mungkin setelah setiap prosedur pengambilan sampel dilakukan. Ini dilakukan agar sampel dapat segera diproses lebih lanjut

15.Penanaman swab kulit pada media blood agar dan proses identifikasi bakteri di laboratorium mikrobiologi

4.5 Alat dan Bahan Penelitian 4.5.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : i. Ose

ii. Kaca Objek glass iii. Kapas lidi steril

iv. Mikropipet v. Mikroskop vi. Piring petri vii. Blood agar viii. Stopwatch 4.5.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : i. Sampel apusan yang didapatkan dari subjek penelitian ii. Alkohol 70%

(19)

4.6 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 4.6.1 Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah seluruh hasil pembacaan hitung koloni dilakukan. Data yang telah diperolah akan diolah lebih lanjut dengan menggunakan uji beda mean dengan menggunakan Uji Anova dengan terlebih dahulu melakukan uji normalitas untuk melihat distribusi. Jika data tidak terdistribusi normal, maka akan dilakukan analisis menggunakan Uji Kruskal Wallis.

4.6.2 Analisis Data

(20)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini adalah merupakan penelitian Eksperimental dengan

menggunakan populasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Subjek penelitian dipilih menurut rumus. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober-November 2015.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang terletak di Jl. dr. Mansyur Medan. Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

(21)

5.1.3. Uji Efektivitas Antiseptik

Uji efektivitas antiseptik dilakukan dengan membandingkan persentase jumlah koloni. Uji efektivitas ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sampel swab kulit dari subjek penelitian, pengambilan sampel swab dibagi menjadi dua kali untuk setiap subjek penelitian yaitu sebelum diberi antiseptik dan sesudah diberi antiseptik. Pengambilan sampel swab untuk antiseptik Povidon Iodin 10% + Alkohol 70% dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2015. Sedangkan waktu pengambilan sampel swab untuk antiseptik Chlorhexidine gluconate 4% adalah pada tanggal 15 Oktober 2015.

Setiap hasil sampel swab dilakukan penanaman di media blood agar untuk pembiakan bakteri. Setelah 24 jam masa pengeraman, dilakukan perhitungan hasil pembiakan swab masing masing antiseptik. Hasil perhitungan jumlah koloni dalam sebelum dan setelah antiseptik dengan menggunakan antiseptik Povidon Iodin 10% + Alkohol 70% dan juga dengan Chlorhexidine gluconate 4% selama 1 menit dan 2 menit dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(22)

Tabel 5.1. Hasil Perhitungan Jumlah Koloni Sebelum dan Setelah Antiseptik Dengan Menggunakan Povidon Iodin + Alkohol Selama 1 Menit

Kode Sampel

Jumlah Koloni Persentase Pengurangan (%) Jenis Mikroorganisme Sebelum Antiseptik Sesudah Antiseptik Sebelum Antiseptik Sesudah Antiseptik

1 70 5 92.86 S. epid S. epid

2 200 9 95.50 S .epid S. epid

3 7 3 57.14 S. epid S. epid

4 30 4 86.67 S. epid S. epid

5 27 3 88.89 S. epid S. epid

6 21 - 100 S. epid -

Dari hasil persentase penurunan jumlah koloni mikroorganisme setelah di antiseptik menggunakan Povidon Iodin 10% + Alkohol 70% selama 1 menit didapatkan rata rata persentase penurunan sebesar 86.84% dengan standar deviasi sebesar 15.30

Tabel 5.2. Hasil Perhitungan Jumlah Koloni Sebelum dan Setelah Antiseptik Dengan Menggunakan Povidon Iodin + Alkohol Selama 2 Menit

Kode Sampel

Jumlah Koloni Persentase Pengurangan (%) Jenis Mikroorganisme Sebelum Antiseptik Sesudah Antiseptik Sebelum Antiseptik Sesudah Antiseptik

1 200 4 98.00 S. epid S. epid

2 200 20 90.00 S. epid S. epid

3 200 10 95.00 S. epid S. epid

4 50 7 86.00 S. epid S. epid

5 11 3 72.73 S. epid S. epid

(23)

Dari hasil persentase penurunan jumlah koloni mikroorganisme setelah di antiseptik menggunakan Povidon Iodin 10% + Alkohol 70% selama 2 menit didapatkan rata rata persentase penurunan sebesar 90.12% dengan standar deviasi sebesar 9.84

Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Jumlah Koloni Sebelum dan Setelah Antiseptik Dengan Menggunakan Chlorhexidine Gluconate Selama 1 Menit

Kode Sampel

Jumlah Koloni Persentase Pengurangan

(%)

Jenis Mikroorganisme Sebelum

Antiseptik

Sesudah Antiseptik

Sebelum Antiseptik

Sesudah Antiseptik

1 30 3 90.00 S. epid S. epid

2 20 1 95.00 S. epid S. epid

3 100 7 93.00 S. epid, S.

aureus S. epid

4 50 1 98.00 S. epid S. epid

5 20 - 100 S. epid -

6 30 - 100 S. epid -

(24)

Tabel 5.4. Hasil Perhitungan Jumlah Koloni Sebelum dan Setelah Antiseptik Dengan Menggunakan Chlorhexidine Gluconate Selama 2 Menit

Kode Sampel

Jumlah Koloni Persentase Pengurangan

(%)

Jenis Mikroorganisme Sebelum

Antiseptik

Sesudah Antiseptik

Sebelum Antiseptik

Sesudah Antiseptik

1 70 - 100 S. epid -

2 20 1 95.00 S. epid S. epid

3 30 - 100 S. epid -

4 25 1 96.00 S. epid S. epid

5 300 - 100 S. epid -

6 20 - 100 S. epid -

Dari hasil persentase penurunan jumlah koloni mikroorganisme setelah di antiseptik menggunakan Chlorhexidine gluconate 4% selama 2 menit didapatkan rata rata persentase penurunan sebesar 98.50% dengan standar deviasi sebesar 2.34.

Tabel 5.5 Uji Analisis

Chi Square Df P-value

7.420 3 0.60

(25)

5.6 Tabel Perbandingan Efektivitas

Jenis Antiseptik Jenis antiseptik Perbedaan efektivitas (%) Povidon Iodin + Alkohol

selama 1 menit

Povidon Iodin + Alkohol

selama 2 menit -3.27 Povidon Iodin + Alkohol

selama 1 menit

Chlorhexidine Gluconate 1

menit -9.15

Povidon Iodin + Alkohol selama 1 menit

Chlorhexidine Gluconate 2

menit -11.65

Povidon Iodin + Alkohol selama 2 menit

Chlorhexidine Gluconate 1

menit -5.87

Povidon Iodin + Alkohol selama 2 menit

Chlorhexidine Gluconate 2

menit -8.37

Chlorhexidine Gluconate 1 menit

Chlorhexidine Gluconate 2

menit -2.50

Dari data penelitian didapatkan rata-rata persentase penurunan jumlah

antiseptik dengan Chlorhexidine gluconate 4% selama 2 menit lebih tinggi dibanding dengan tiga antiseptik lainnya. Disusul dengan Chlorhexidine gluconate 4% selama 1 menit, Povidon Iodin 10% + Alkohol 70% selama 2 menit, Povidon Iodin 10% + Alkohol 70% selama 1 menit.

5.2 Pembahasan

5.2.1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

Menurut hasil penelitian ini, dapat dilihat dari tabel perbandingan efektivitas bahwa CG 4% 2 menit > CG 4% 1 menit > PI 10% + Alc 70% 2 menit > PI 10% + Alc 70% 1 menit. Hasil ini serupa dengan Noparat (2005), Chlorhexidine

(26)

Menurut Penelitian Jeffrey Miller (2006), dengan membandingkan

Chlorhexidine dengan Povidon iodin. Dilaporkan bahwa Chlorhexidine lebih efektif dibandingkan dengan Povidon Iodin dengan nilai P=0.009 dan membuktikan juga bahwa antiseptik dengan Chlorhexidine dapat menghemat uang $13 per pasien.

Analisis hasil berbagai penelitian diatas menunjukkan bahwa efektivitas dari masing masing obat kumur menjadi salah satu kriteria penting dalam menentukan pilihan antisepik. Dalam hal ini, sebagian besar mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian ini yakni bahwa Chlorheksidin gluconate masih lebih unggul dibandingkan dengan Povidon Iodin, Alkohol maupun Povidon Iodin + Alkohol ditinjau dari kerjanya sebagai antiseptik.

Namun, seperti yang telah ditekankan diatas, bahwa pilian bukan hanya semata-mata didasarkan pada besarnya efektivitas antiseptik tersebut dalam

menghambat pertumbuhan mikroorganisme, melainkan juga efek jangka panjang dan juga nilai keekonomisannya.

5.2.2. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, ditemukan berbagai jenis keterbatasan yang mungkin dapat mempengaruhi data hasil penelitian. Hal-hal tersebut antara lain :

1. Hasil perhitungan koloni dilakukan dengan cara perhitungan secara langsung. Dapat terjadi kesalahan perhitungan oleh peneliti

2. Sampel yang didapatkan sebelum dan setelah berkumur mungkin akan bervariasi dikarenakan perbedaan kolonisasi flora normla maupun mikroorganisme transien pada subjek penelitian, hal ini dapat mempengaruhi hasil pembiakan.

(27)

karena waktu pengambilan sampel tidak ditentukan secara ketat, melainkan dalam selang waktu tertentu.

4. Mikroorganisme yang tumbuh mungkin dapat terkontaminasi dari mikroorganisme yang terdapat di udara.

(28)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan persentase secara penelitian antara Povidon Iodin 10% + Alkohol 70% selama 1 menit, Povidon Iodin 10% + Alkohol 70% selama 2 menit,

Chlorhexidine Gluconate 4% selama 1 menit, Chlorhexidine Gluconate 4% selama 2 menit dengan hasil CG 4% 2mnt > CG 4% 1mnt > PI 10% + Alc 70% 2 mnt > PI 10% + Alc 70% 1mnt. Meskipun penelitian ini tidak bermakna secara statistik karena nilai p>0.60.

6.2 Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Pemilihan antiseptik yang tepat merupakan sebuah masalah yang penting 2. Penelitian serupa perlu dilakukan dengan membandingkan lebih banyak jenis

antiseptik maupun dengan antiseptik yang sama tetapi dengan konsentrasi berbeda.

3. Penelitian serupa perlu dilakukan tetapi dengan meningkatkan jumlah variabel yang diteliti, jumlah sampel dan ketelitian alat-alat yang digunakan

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MIKROBIOLOGI KULIT

Kulit manusia tidak bebas hama (steril). Kulit steril hanya didapatkan pada waktu yang sangat singkat sesaat setelah lahir. Kulit manusia tidak steril mudah dimengerti karena permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan untuk pertumbuhan organisme, antara lain; lemak, nitrogen, dan mineral-mineral lainnya. Hubungannya dengan manusia, mikroorganisme dapat bertindak sebagai parasit (yang dapat menimbulkan penyakit) atau sebagai komensal (flora normal) (Irianto, 2006).

Spesies organisme yang mampu menimbulkan penyakit disebut patogen. Patogenitas atau sifat patogen merupakan istilah relatif, dan bakteri mempunyai frekuensi untuk menimbulkan penyakit yang sangat berbeda. Organisme dengan patogenitas rendah, kadang-kadang patogen atau patogen oportunistik, yang sering tanpa menimbulkan penyakit. Organisme dengan patogenitas tinggi umumnya berasosiasi dengan penyakit. Patogen oportunistik ialah organisme nonpatogen yang dapat menimbulkan injeksi pada hospes yang mempunyai predisposisi.

Bakteri yang mengkontaminasi kulit dapat hidup dan bermultiplikasi disebut kolonisasi dan kemudian dapat menimbulkan penyakit infeksi. Kolonisasi berbeda dengan infeksi, yakni pada kolonisasi hospes tidak memberi respon dan demikian pada kolonisasi juga tidak terdapat kenaikan tite antibodi.

Frekuensi kontaminasi menimbulkan kolonisasi dan kolonisasi menimbulkan penyakit infeksi yang bergantung pada vilurensi organisme, besarnya inokulasi, tempat masuknya organisme, pertahanan imun hospes.

2.1.1 FLORA NORMAL KULIT

(30)

serta sehat. Masih diragukan apakah ada flora virus pada manusia (Brooks et al., 2008; Levinson, 2008).

Kulit dan selaput mukosa selalu mengandung mikroorganisme yang dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan:

1. Flora menetap yang terdiri dari mikroorganisme yang jenisnya relatif tetap dan biasa ditemukan pada daerah tertentu, umur tertentu, bila terganggu mikroorganisme tersebut tumbuh kembali dengan segera. 2. Flora sementara yang terdiri atas mikroorganisme non patogen atau

potensial patogen yang mendiami kulit atau mukosa selama beberapa jam, hari atau minggu, mikroorganisme ini berasal dari lingkungan sekitarnya, tidak menimbulkan penyakit, dan tidak menetap secara permanen pada permukaan kulit. Anggota flora sementara umumnya kurang berarti bila flora normal tetap utuh, akan tetapi bila flora normal menetap terganggu, mikroorganisme sementara dapat berkoloni, berproliferasi dan menimbulkan penyakit.

Karena kulit terus menerus berhubungan dengan dan kontak dengan lingkungan sekitarnya, kulit cenderung mengandung mikroorganisme sementara. Walaupun demikian, pada kulit terdapat flora penetap yang tetap dan berbatas jelas, yang di berbagai daerah anatomik dipengaruhi oleh sekresi, kebiasaan berpakaian, atau letaknya dekat dengan mukosa (mulut, hidung, perineum).

Sebagian besar mikroorganisme yang menetap pada kulit adalah basil difteoid aerob dan anaerob (misalnya: Corynebacterium, Propionibacterium); stafilokokus nonhemolitik aerob dan anaerob (Staphylococcus epidermidis, kadang-kadang Staphylococcus aureus dan Peptosreptococcus); bakteri gram positif aerob

(31)

tidak patogen terdapat pada daerah-daerah yang banyak mengandung sekresi sebasea (gengetalia dan telinga luar).

Faktor-faktor yang mungkin penting untuk menghilangkan mikroorganisme bukan penetap dari kulit adalah pH yang rendah, asam-asam lemak yang terdapat dalam sekresi sebasea, dan adanya enzim lisozim. Keringat yang belebihan atau mencuci dan mandi tidak dapat menghilangkan atau mengubah secara bermakna flora penetap normal. Jumlah mikroorganisme superfisial dapat dikurangi dengan

menggosok kulit dengan sabun yang mengandung heksaklorofen, atau desinfektan lain, tetapi flora tersebut secara cepat diganti kembali dengan organisme dari kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, meskipun kontak dengan daerah-daerah kulit lain atau lingkungan sekitar ditiadakan. Pemakaian baju yang menutupi kulit secara ketat cenderung meningkatkan populasi total mikroorganisme dan dapat pula menimbulkan pergantian secara kualitatif.

Bakteri anaerob dan aerob seringkali bersama-sama menimbulkan infeksi yang sinergis (gangren, selulitis, fascilitis nekrosis) pada kulit atau jaringan lunak. Bakteri sering merupakan bagian dari flora mikroba normal. Biasanya sulit untuk menunjukkan secara tepat satu organisme spesifik yang bertanggungjawab terhadap suatu lesi yang progresif, karena biasanya melibatkan campuran berbagai

mikroorganisme.

2.1.2 PERAN FLORA PENETAP

Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada tubuh merupakan komensal. Mikroorganisme dapat tumbuh secara subur pada daerah tertentu, bergantung pada faktor-faktor fisiologik, suhu, kelembaban, zat nutrisi dan zat penghambat tertentu. Flora yang menetap pada daerah-daerah tertentu memegang peranan dalam

(32)

racun, saling menghambat zat-zat antibiotika atau bakteriosida, atau mekanisme lainnya. Penekanan terhadap flora normal jelas menimbulkan sebagian kekosongan lokal yang cenderung diisi oleh organisme dari lingkungan atau daerah lain.

Organisme ini berlaku sebagai oportunis dan dapat menjadi patogen (Levinson, 2008).

Sebaliknya, anggota flora normal sendiri dapat menimbulkan penyakit dalam keadaan tertentu. Organisme-organisme ini menyesuaikan diri terhadap cara

kehidupan tidak invasif karena adanya pembatasan lingkungan. Bila dengan paksa disingkirkan dari lingkungan yang terbatas ini dan dimasukkan kedalam aliran darah atau jaringan, organisme ini dapat menjadi patogen (Kayser et al.,2005). Contoh beberapa flora normal kulit adalah:

1. Staphylococcus epidermidis

2. Staphylococcus aureus (dalam jumlah kecil) 3. Micrococcus sp.

4. Nisseria sp. Non patogen

5. Streptococcus A haemoliticus dan non-haemoliticus 6. Difteroid

7. Propionibacterium sp. 8. Peptostreptococcus sp.

9. Sejumlah kecil organisme lain (Candida sp., Actinobacter sp., dll) 2.2 ANTISEPTIK

(33)

A. Alkohol (60-90% isopropyl, ethyl alcohol atau “methylated spirit”) tidak digunakan pada mucous membrane)

B. Chlorhexidine gluconate 4% (Hibitane, Hibiclens)

C. Chlorhexidine gluconate dan Cetrimide, various concentrations (Savlon) D. Iodine preparation (1-3%); aqueous iodine dan alcohol (tincture of iodine) E. Povidon iodin 10% (Betadine)

F. Parachlorometaxylenol (PCMX or chloroxylenol), various concentrations (Dettol)

[image:33.612.106.533.352.694.2]

G. Hibiscrub H. Cidex

Tabel 2.1 Antiseptik

AGEN MANFAAT KETERANGAN

Chlorhexidine

gluconate (hibiciens) Chlorhexidine

Cetrimide (Savlon)

Membunuh Gram (+), Gram (-) dan Virus

1. Dapat dibilas dengan air setelah penggunaan

2. Produk ini membentuk proteksi kimia yang meningkat dengan penggunaan yang berulang

Alcohol (70% ethyl) Membunuh Gram (+), Gram (-), M. Tuberculosis

1. Tidak secara kontinu memberikan efek membunuh kuman setelah evaporasi

2. Tidak digunakan sebagai agen tunggal antiseptik untuk preoperative

(34)

aqueous “Lugolis”) Gram (-), M. Tuberculosis, Spora

reaksi terbakar pada kulit 2. Dapat dibilas dengan

alkohol 30 menit setelah penggunaan akan mencegah irirtasi

3. Ekspose area yang terkena secara terbuka, tidak boleh dilakukan pembalutan Hexachlorophene

(phisohex)

Membunuh Gram (+) 1. Dapat membunuh gram positif

2. Penggunaan alkohol dan Iodine menambah efektivitas penggunaan 3. Dapat mengiritasi kulit,

bilas dengan air setelah penggunaan

Iodophor (Povidone iodine 10%) (Betadine)

Membunuh Gram (+), Gram (-) dan virus

1. Untuk cuci tangan dapat dibilas dengan air, penggunaan yang berulang dapat menyebabkan iritasi kulit 2. Jika alergi dapat

menimbulkan reaksi terbakar pada kulit

(35)

Antiseptik merupakan bahan kimia yang digunakan untuk melaksanakan desinfeksi. Walaupun seringkali disinonimkan dengan antiseptik namun pengertian desinfeksi dan desinfektan biasanya ditujukan terhadap benda mati (Burks, 1998). Karenanya lebih tepat dipakai istilah antiseptik. Berdasarkan rumus kimianya, antiseptik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan (Bejjani, 1980):

A. Golongan “halogen”

B. Golongan “phenol” dan derivatnya C. Golongan “oxidizing agent”

D. Golongan “quarternary ammonium compounds” E. Golongan alkohol

F. Golongan logam berat

Tujuan utama pemakaian antiseptik adalah untuk membunuh atau

menghambat pertumbuhan bakteri dengan mekanisme penghambatan sistem enzim bakteri dan mengubah daya permeabilitas sel membran melalui proses oksidasi, halogenasi dan pengendapan bakteri. Proses halogenasi terjadi pada senyawa

antimikrobial kelompok bisguanida seperti Chlorhexidine. Senyawa ini menyebabkan klorinasi pada gugus amina asam amino yang membentuk protein sel bakteri. Hasil akhir reaksi ini menyebabkan aktivitas biologik protein terganggu terutama enzimnya akibat penggantian atom hidrogen oleh klor yang menyebabkan perubahan pada ikatan hidrogennya sehingga struktur dan formasi protein berubah. Hal ini

menyebabkan terjadinya denaturasi protein sehingga menyebabkan kematian bakteri (Wilson, 2001).

(36)

2.2.1 ALKOHOL

Alkohol mempunyai nama lain Isopropyl Alkohol, Ethyl Alkohol atau Propanol. Alkohol dalam in vitro menunjukkan keefektifitasannya melawan bakteri gram positif, bakteri gram negatif (termasuk patogen yang resisten terhadap

multidrug seperti MRSA dan VRE) dan fungi. Alkohol juga sudah di uji in vitro untuk melawan perkembangan virus seperti Herpes Simplex Virus (HSV), Human Immunodeficiency Virus (HIV), Influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan Vaccinia Virus; di konsentrasi 60-80%, alkohol menunjukkan keefektifitasannya melawan Hepatitis B Virus (HBV) dan Hepatitis C Virus. Alkohol mempunyai onset yang cepat ketika diaplikasikan ke kulit, dan sudah didemonstrasikan 3.5-5 log pengurangan bakteri ketika di aplikasikan ke kulit (WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care. WHO, 2009).

[image:36.612.185.460.380.526.2]

Sumber : Drugs. 2012.

Gambar 2.1 Stuktur Kimia Alkohol

(37)

Alkohol biasanya digunakan untuk antiseptik kulit (mengdesinfeksi bantalan dan cairan persiapan sebelum operasi (sendiri atau kombinasi dengan antimikroba yang lain)). Alkohol tidak direkomendasikan sendiri untuk kebersihan tangan ketika tangan terlihat jelas kotor. Alkohol mempunyai bahan pembasmi kuman yang baik, namun sedikit atau tidak ada aktivitas antimikroba sisa di tangan. (WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care. WHO, 2009). Inilah alasan alkohol lebih baik dikombinasikan dengan antimikrobial lain seperti chlorhexidine untuk efek

mengurangi kuman yang lebih sinergis (Lim, 2008). Alkohol menunjukkan tidak ada aktifitas ketika melawan spora dan aktifitas yang buruk ketika melawan non-eveloped virus. Alkohol mudah terbakar, dan harus digunakan dengan hati-hati. Alkohol tidak direkomendasikan untuk sterilisasi alat medis dan permukaan (WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care. WHO, 2009).

2.2.2 CHLORHEXIDINE

Chlorhexidine terkarakterisasi sebagai dasar yang kuat dengan susunan kationik (Puig Silla, 2008). Terdapat di dua dasar bebas dan bentuk garam stabil dengan putih atau penampakan kekuningan (Krautheim, 2008). Chlorhexidine diguclonate, chlorhexidine gluconate (CHG) dan chlorhexidine phosphanilate adalah larutan chlorhexidine yang tidak berwarna, tidak berbau dan mempunyai rasa asin yang ekstrim (Lim, 2008).

[image:37.612.193.473.507.681.2]

Sumber: Drugs. 2012.

(38)

Chlorhexidine adalah biosida spektrum luas efektif melawan bakteri gram positif, bakteri gram negatif dan Fungi. Chlorhexidine menginaktif mikroorganisme dengan spektrum yang lebih luas dari antimikrobial lain (contoh: Antibiotik), dan mempunyai rata-rata membunuh lebih cepat dari antimikrobial lain (contoh: Povidon Iodin) (McDonnell, 1999). Mempunyai mekanisme bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan baktericidal (membunuh bakteria), tergantung dari konsentrasinya. Chlorhexidine membunuh dengan cara menganggu membran sel (CDC Guideline, 1999). Pada aplikasi in vitro, Chlorhexidine bisa membunuh 100% bakteri gram positif dan gram negatif dalam waktu 30 detik. Sejak formula

chlorherxidine bisa menghancurkan mayoritas dari mikroba, maka berkurang resiko kemungkinan infeksi (Genuit, 2001).

Cara kerja chlorhexidine yaitu mengaplikasi di topikal, mempunyai

kemampuan unik yaitu mengikat ke protein langsung dijaringan manusia seperti kulit dan membran mukosa dengan sistemik terbatas atau penyerapan jasmani (WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care. WHO, 2009).

Protein yang terikat chlorhexidine akan lepas perlahan tergantung dari

aktifitas berkepanjangan. Fenomena ini dinamakan substantivity dan memperpanjang durasi dari aksi antimikrobal melawan spektrum luas dari bakteria dan fungi

(Mohammadi, 2009).

Faktanya, aktifitas antimikrobial jenis Chlorhexidine sudah didokumentasikan kurang lebih 48 jam dikulit. Tidak seperti povidon iodin, Chlorhexidine tidak

terpengaruh oleh total cairan tubuh seperi darah (Lim, 2008).

(39)

2.2.3 POVIDON IODIN

Povidon iodin adalah suatu iodofor yang kompleks antara yodium dengan polivinil pirolidon. Povidon iodin larut dalam air, stabil secara kimia dan larut dalam pirolidin polivinil polimer. Povidon iodin memiliki rumus molekul C6H9I2NO dan

memiliki nama IUPAC 1-ethenylpyrrolidin-2-one; molecular iodine. (Kurniati, 2008; PubChem, 2012; Chembase, 2012).

[image:39.612.113.580.254.427.2]

Sumber : Drugs. 2012.

Gambar 2.3 Struktur Kimia Povidon Iodin

Iodin merupakan salah satu antiseptik paling tua. Preparat iodin yang terdahulu menyebabkan nyeri lokal dan reaksi jaringan. Povidon iodin sendiri telah dikenal sejak lebih dari 40 tahun yang lalu. Povidon iodin yang mengandung 10% polivinil pirolidon iodin merupakan produk yang paling banyak diproduksi secara komersil oleh pabrik-pabrik (Khan, 2006).

(40)

Disamping kegunaannya sebagai antiseptik, povidon iodin juga digunakan untuk mengdesinfeksi botol kultur darah dan perlengkapan medis, seperti tangki hydrotherapy, termometer, dan endoskop. Antiseptik iodin tidak cocok untuk

(41)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Flora yang terdapat pada kulit terdiri dari flora normal dan flora transien. Flora normal terdiri dari mikroorganisme yang jenisnya relatif tetap dan biasa ditemukan pada daerah tertentu, umur tertentu, bila terganggu mikroorganisme tersebut tumbuh kembali dengan segera. Flora transien, merupakan hasil dari kontaminasi dan tidak berkoloni, memiliki kecenderungan lebih untuk menyebabkan penyakit. (Irianto, 2006).

Tangan dan kulit merupakan tempat utama dalam masuknya patogen-patogen yang dapat menyebabkan penyakit infeksi (Hammond et al,2000). Untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri sebelum melakukan tindakan medis salah satunya dengan menggunakan Antiseptik.

Infeksi nosokomial disebabkan oleh beberapa faktor predisposisi, salah satunya adalah optimalitas proses antisepsis. Di Indonesia, data mengenai infeksi nosokomial dapat dilihat dari data surveilans yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1987 di 10 RSU Pendidikan, diperoleh angka infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu sebesar 6-16% dengan rata-rata 9,8%.

Antiseptik adalah substansi yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan dari mikroorganisme. Antiseptik digunakan termasuk untuk membersihkan kulit dan permukaan luka setelah luka, preparasi dari permukaan kulit prioritas untuk injeksi atau prosedur operasi, dan disinfektan rutin. Beberapa Antiseptik yang biasa

digunakan untuk membersihkan kulit mengandung chlorhexidine, komponen iodine, dan alkohol.

(42)

Menurut Ministry of Health Drug Formulary, umumnya jenis antiseptik yaitu: alkohol 70%; chlorhexidine gluconate scrub 4%; chlorhexidine gluconate cair 5%; chlorhexidine gluconate cair 5% di alkohol 70%; povidone iodine 10%; dan povidone iodine scrub 7,5%.

Efektivitas pemakaian antiseptik perlu ditinjau dari tiga aspek. Pertama, apakah pemakaian antiseptik sendiri memang bermakna dalam meningkatkan efektivitas pembersihan secara mekanis. Aspek kedua adalah jenis antiseptik mana yang dapat diandalkan. Ketiga, terlepas dari tingkat efektivitasnya adalah efek samping dari pemakaian antiseptik tersebut. (Stern, 1993).

Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas cara pemakaian beberapa antiseptik kulit dalam membunuh bakteri sebelum tindakan medis.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah efektivitas cara pemakaian beberapa antiseptik kulit dalam membunuh bakteri sebelum tindakan medis.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas cara pemakaian beberapa antiseptik kulit dalam membunuh bakteri sebelum melakukan tindakan medis.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui efektivitas antiseptik povidon iodin 10% + alkohol 70% dan chlorhexidine gluconate 4% terhadap membunuh bakteri sebelum tindakan medis.

(43)

a. Membantu penulis mengetahui lebih jauh mengenai mikroorganisme yang dapat hidup dalam kulit manusia, dan sekaligus sebagai wadah latihan penerapan dan pembelajaran yang diperoleh selama masa perkuliahan. b. Mengaplikasikan ilmu mengenai penelitian yang selama ini didapat

diperkuliahan. 2. Bagi pembaca

a. KTI ini diharapkan kedepannya akan dapat menambah pengetahuan pembaca akan pentingnya antiseptik sebelum melakukan tindakan medis. b. Dapat memberitahukan pilihan antiseptik yang efektif.

3. Bagi pendidikan

(44)

ABSTRAK

Latar Belakang : Antiseptik adalah substansi yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan dari mikroorganisme. Antiseptik digunakan termasuk untuk membersihkan kulit dan permukaan luka setelah luka, preparasi dari permukaan kulit prioritas untuk injeksi atau prosedur operasi, dan disinfektan rutin. Beberapa Antiseptik yang biasa digunakan untuk membersihkan kulit mengandung chlorhexidine, komponen iodine, dan alkohol.Efektivitas pemakaian antiseptik perlu ditinjau dari tiga aspek. Pertama, apakah pemakaian antiseptik sendiri memang bermakna dalam meningkatkan efektivitas pembersihan secara mekanis. Aspek kedua adalah jenis antiseptik mana yang dapat diandalkan. Ketiga, terlepas dari tingkat efektivitasnya adalah efek samping dari pemakaian antiseptik tersebut. Maka dari itu perlu adanya penelitian untuk membandingkan efektivitas antiseptik tersebut.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas cara pemakaian beberapa antiseptik kulit dalam membunuh bakteri sebelum tindakan medis.

Metode : Metode ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan One Group Pretest-Posttest. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ditentukan berdasarkan rumus Federer. Data didapatkan dengan perlakuan swab pada lengan responden lalu dibiakkan di media blood agar selama 24 jam yang kemudian hasil perhitungan bakteri dilakukan pengolahan data dan hasil.

Hasil : Hasil penelitian menujukkan bahwa efektivitas Chlorhexidine Gluconate 4% 2 menit > Chlorhexidine Gluconate 4% 1 menit > Povidon Iodin 10 % + Alkohol 70% 2 menit > Povidon Iodin 10% + Alkohol 70% 1 menit. dengan persentase Chlorhexidine Gluconate sebagai patokan yaitu 2.50%, 8.37%, 11.65%

Kesimpulan : Penelitian ini belum dapat membuktikan secara bermakna. Namun terdepat perbedaan persentase penurunan jumlah bakteri. Persentase terbesar yaitu Chlorhexidine Gluconate 4%

(45)

ABSTRACT

Background : An Antiseptic is a substance that inhibits the growth and development of microorganisms. Their uses include cleansing of skin and wound surfaces after injury, preparation of skin surfaces prior to injections or surgical procedures, and routine disinfection. Commonly used antiseptics for skin cleaning include chlorhexidine, iodine compounds and alcohol. Efectivity of antiseptics can be reviewed by 3 points. First, are those antiseptics meaningful to increased efectivity of cleansing mechanically. Second, what kind of antiseptics that can be relied. Third, the side effects of antiseptics. That is why we need to do some research for knowing the effectivity of antiseptics

Objective : The objective of this research was to know the effectivity way to use antiseptics skin for cleaning bacterial before medical action

Methods: The research used experimental method with one group pretest-posttest plan. The collecing sample technic of the research was determined by Federer’s formula. The data of the research was collected by swabbing a volunteer arm and planted in jelly blood media for 24 hours. And doing calculation of the data and the result

Results : The result showed that effectivity of Chlorhexidine Gluconate 4% 2 minutes > Chlorhexidine Gluconate 4% 1 minutes > Povidon Iodine 10% + Alcohol 70% 2 minutes > Povidon Iodine 10% + Alcohol 70% 1 minutes. With presentasion of Chlorhexidine being the standard, 2.50%, 8.37%, 11.65%

Conclusion : This research has not been able to prove significantly. However there are some differences in the percentage of decreasing number of bacteria. Which is the bigger percentage belong to Chlorhexidine Gluconate 4% 2 minutes

(46)

KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIVITAS CARA PEMAKAIAN BEBERAPA ANTISEPTIK KULIT DALAM MEMBUNUH BAKTERI SEBELUM TINDAKAN MEDIS

OLEH :

RIZQY JOEANDRI 120100330

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(47)
(48)

ABSTRAK

Latar Belakang : Antiseptik adalah substansi yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan dari mikroorganisme. Antiseptik digunakan termasuk untuk membersihkan kulit dan permukaan luka setelah luka, preparasi dari permukaan kulit prioritas untuk injeksi atau prosedur operasi, dan disinfektan rutin. Beberapa Antiseptik yang biasa digunakan untuk membersihkan kulit mengandung chlorhexidine, komponen iodine, dan alkohol.Efektivitas pemakaian antiseptik perlu ditinjau dari tiga aspek. Pertama, apakah pemakaian antiseptik sendiri memang bermakna dalam meningkatkan efektivitas pembersihan secara mekanis. Aspek kedua adalah jenis antiseptik mana yang dapat diandalkan. Ketiga, terlepas dari tingkat efektivitasnya adalah efek samping dari pemakaian antiseptik tersebut. Maka dari itu perlu adanya penelitian untuk membandingkan efektivitas antiseptik tersebut.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas cara pemakaian beberapa antiseptik kulit dalam membunuh bakteri sebelum tindakan medis.

Metode : Metode ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan One Group Pretest-Posttest. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ditentukan berdasarkan rumus Federer. Data didapatkan dengan perlakuan swab pada lengan responden lalu dibiakkan di media blood agar selama 24 jam yang kemudian hasil perhitungan bakteri dilakukan pengolahan data dan hasil.

Hasil : Hasil penelitian menujukkan bahwa efektivitas Chlorhexidine Gluconate 4% 2 menit > Chlorhexidine Gluconate 4% 1 menit > Povidon Iodin 10 % + Alkohol 70% 2 menit > Povidon Iodin 10% + Alkohol 70% 1 menit. dengan persentase Chlorhexidine Gluconate sebagai patokan yaitu 2.50%, 8.37%, 11.65%

Kesimpulan : Penelitian ini belum dapat membuktikan secara bermakna. Namun terdepat perbedaan persentase penurunan jumlah bakteri. Persentase terbesar yaitu Chlorhexidine Gluconate 4%

(49)

ABSTRACT

Background : An Antiseptic is a substance that inhibits the growth and development of microorganisms. Their uses include cleansing of skin and wound surfaces after injury, preparation of skin surfaces prior to injections or surgical procedures, and routine disinfection. Commonly used antiseptics for skin cleaning include chlorhexidine, iodine compounds and alcohol. Efectivity of antiseptics can be reviewed by 3 points. First, are those antiseptics meaningful to increased efectivity of cleansing mechanically. Second, what kind of antiseptics that can be relied. Third, the side effects of antiseptics. That is why we need to do some research for knowing the effectivity of antiseptics

Objective : The objective of this research was to know the effectivity way to use antiseptics skin for cleaning bacterial before medical action

Methods: The research used experimental method with one group pretest-posttest plan. The collecing sample technic of the research was determined by Federer’s formula. The data of the research was collected by swabbing a volunteer arm and planted in jelly blood media for 24 hours. And doing calculation of the data and the result

Results : The result showed that effectivity of Chlorhexidine Gluconate 4% 2 minutes > Chlorhexidine Gluconate 4% 1 minutes > Povidon Iodine 10% + Alcohol 70% 2 minutes > Povidon Iodine 10% + Alcohol 70% 1 minutes. With presentasion of Chlorhexidine being the standard, 2.50%, 8.37%, 11.65%

Conclusion : This research has not been able to prove significantly. However there are some differences in the percentage of decreasing number of bacteria. Which is the bigger percentage belong to Chlorhexidine Gluconate 4% 2 minutes

(50)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rezeki, rahmat dan karunia berlimpah yang telah diberikan, tanpa-Nya karya tulis ilmiah ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Karya tulis ilmiah ini berjudul, “Efektivitas Cara Pemakaian Beberapa Antiseptik Kulit Dalam Membunuh Bakteri Sebelum Tindakan Medis” dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian karya ini dimulai dari penentuan judul hingga terbentuk sebuah hasil penelitian, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Rina Yunita, Sp.MK selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu melalui pengarahan dan masukan yang sangat berguna bagi penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Bapak dr. Hiro Hidayah Danial Nasution, M.Ked (OG), Sp.OG dan Ibu dr.

Cut Aryfa Andra, Sp.JP selaku dosen penguji yang telah memberi ide, kritik dan saran sehingga karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik.

4. Ibu dr. Rina Amelia, MARS selaku dosen penasehat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(51)

perhatian dan dukungan tanpa henti yang selama ini dan akan terus penulis terima.

6. Teman-teman seperjuangan di FK USU, Rian Satria, Umar Ar Rasyidin Lubis, Wahyudhi Simatupang, Rama Dhanianda Siregar, Yovi Eko Azhra, Tengku Mafazi Faruqi, Rezky Prianka Bagaskara, M. Ikhsan Fadillah, Arjumadi Azrah Harahap, M. Yusuf Adira Putra, Hansel Ardy Parulian Tambunan, M. Reza Hakim Nasution, Andrea Agitha Tarigan, Arif Darmawan, Luthfi Wal Ikram, Syekh Ahmad Arafat Husain, Baginda Asyraf Hasibuan, Abraham Sihotang, Kiko Michael Valentino Sihombing, M. Arief Fadhillah Aulia, M. Nasir Nasution, Sergio Pratama Tarigan, Dimas Sofani Lubis, Rifhani Atthaya Putri, Febrina Fajria, Milla Shera Perangin-angin, Rauzatul Fitri, Febrina Setiawan, Fiona Yosephine Napitupulu, teman-teman angkatan 2012 lainnya, kelompok praktikum A1, serta seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bantuan, dukungan, cerita, pengalaman dan keceriaan selama tujuh semester menjalani pendidikan di sini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah berupa laporan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun struktural. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Medan, 18 Desember 2015

(52)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan………... i

Abstrak……… ii

Abstract………. iii

Kata Pengantar……….. iv

Daftar Isi…,,, ... vi

Daftar Tabel……… ix

Daftar Gambar……….. x

Daftar Singkatan………... xi

Daftar Lampiran……… xii

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1

1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Rumusan Masalah……… 2

1.3. Tujuan Penelitian………. 2

1.3.1. Tujuan Umum……… 2

1.3.2. Tujuan Khusus……….. 2

1.4. Manfaat Penelitian……… 3

1.4.1. Bagi Peneliti……… 3

1.4.2. Bagi Pembaca………. 3

1.4.3. Bagi Pendidikan………. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………. 4

2.1. Mikrobiologi Kulit………. 4

2.1.1. Flora Normal Kulit………. 5

2.1.2. Peran Flora Penetap……… 6

(53)

2.2.1. Alkohol………. 11

2.2.2. Chlorhexidine Gluconate……… 12

2.2.3. Povidon Iodin……….. 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep………... 16

3.2. Variabel dan Definisi Operasional……… 16

3.2.1. Variabel Independen……… 16

3.2.2. Variabel Dependen………... 17

3.2.3. Definisi Operasional………. 17

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 19

4.1. Metode Penelitian……… 19

4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian………... 19

4.2.1. Lokasi Penelitian……….. 19

4.2.2. Waktu Penelitian……….. 19

4.3. Populasi dan Sampel……… 19

4.3.1. Populasi………. 19

4.3.2. Sampel……… 19

4.3.3. Besar Sampel………. 20

4.4. Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Pengambilan Sampel… 20 4.4.1. Teknik Pengumpulan Data……….. 20

4.4.2. Prosedur Pengambilan Sampel………... 21

4.5. Alat dan Bahan Penelitian……….. 22

4.5.1. Alat Penelitian………... 22

4.5.2. Bahan Penelitian………... 22

4.6. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data………. 22

4.6.1. Metode Pengolahan Data………. 22

(54)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN………. 24

5.1 Hasil Penelitian………. 24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………. 24

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel……….. 24

5.1.3. Uji Efektivitas Antiseptik……… 24

5.2 Pembahasan……….. 28

5.2.1. Interpretasi dan Diskusi Hasil……… 28

5.2.2. Keterbatasan Penelitian……….. 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………... 31

6.1 Kesimpulan………... 31

6.2 Saran………. 31

(55)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Antiseptik………. 8 Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Jumlah Koloni Sebelum dan Setelah

Antiseptik Dengan Menggunakan Povidon Iodin 10%

+ Alkohol 70% Selama 1 menit……… 25 Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Jumlah Koloni Sebelum dan Setelah

Antiseptik Dengan Menggunakan Povidon Iodin 10%

+ Alkohol 70% Selama 2 menit………... 26 Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Jumlah Koloni Sebelum dan Setelah

Antiseptik Dengan Menggunakan Chlorhexidine Gluconate 4% Selama 1 menit……….. 26 Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Jumlah Koloni Sebelum dan Setelah

(56)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(57)

DAFTAR SINGKATAN

CDC Centers for Disease Control and Prevention

CFU Colony Forming Units

CHG Chlorhexidine Gluconate

HBV Hepatitis B Virus

HIV Human Immunodeficiency Virus

HSV Herpes Simplex Virus

MRSA Methicillin-resistant Staphylococcus aureus

RSV Respiratory Sycnytial Virus

RSU Rumah Sakit Umum

(58)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Curriculum Vitae

Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Lampiran 3 Lembar Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Lampiran 4 Output

Gambar

Tabel 5.1. Hasil Perhitungan Jumlah Koloni Sebelum dan Setelah Antiseptik
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Jumlah Koloni Sebelum dan Setelah Antiseptik
Tabel 5.5 Uji Analisis
Tabel 2.1 Antiseptik
+4

Referensi

Dokumen terkait

JUMLAH KOLONI BAKTERI SEBELUM DAN SESUDAH MENCUCI TANGAN MENGGUNAKAN SABUN DAN DENGAN CAIRAN ANTISEPTIK PADA TELAPAK TANGAN PERAWAT DI RS PELABUHAN JAKARTA SKRIPSI Oleh