LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Tekstur, Bahan Organik, Struktur serta Permeabilitas di Raya
Sampel Tekstur Bahan Organik Struktur Permeabilitas
% L % D % P
I1 24 20 56 3,83 4 5
I2 28 10 62 3,02 4 4
I3 24 16 60 3,36 4 5
I4 26 18 56 3,48 4 2
I5 22 6 72 3,55 2 4
I6 22 6 72 4,50 4 5
I7 22 6 72 4,50 2 4
I8 20 6 74 4,57 4 2
I9 24 40 36 2,02 4 5
I10 24 36 40 2,55 2 4
I11 16 32 52 3,29 4 3
I12 12 22 66 3,48 4 4
I13 18 24 58 3,62 2 5
I14 14 30 56 3,97 2 4
I15 10 30 60 2,95 4 4
I16 4 44 52 4,43 4 5
I17 12 34 54 2,41 4 2
I18 8 30 62 3,62 4 4
I19 6 22 72 3,22 4 3
I20 4 20 76 4,03 4 5
I21 24 16 60 4,15 4 2
I22 24 22 54 2,88 4 2
I23 24 30 46 3,02 2 2
I24 28 20 52 4,03 2 2
I25 4 14 82 5,66 2 4
I26 16 12 72 5,81 2 4
I27 2 14 84 5,90 2 4
I28 14 14 72 5,37 2 4
Lampiran 2. Data Nilai Faktor Kedalaman Tanah, Kedalaman Efektif Tanah,
Umur Guna, Bulk Density, dan Erosi Diperbolehkan di Kecamatan
Raya.
Nilai Faktor Kedalaman Umur Bulk T
Sampel Kedalaman Efektif Guna Density (ton/ha/tahun)
Tanah Tanah (cm) (tahun)
I1 1 50 400 1,40 17,50
I2 1 50 400 1,33 16,63
I3 1 50 400 1,22 15,25
I4 1 50 400 1,33 16,63
I5 1 30 400 0,97 7,28
I6 1 30 400 0,95 7,13
I7 1 30 400 0,84 6,30
I8 1 30 400 0,83 6,23
I9 1 52 400 1,38 17,94
I10 1 52 400 1,35 17,55
I11 1 52 400 1,32 17,16
I12 1 52 400 1,36 17,68
I13 1 25 400 1,28 8,00
I14 1 25 400 1,25 7,81
I15 1 25 400 1,28 8,00
I16 1 25 400 1,17 7,31
I17 1 25 400 1,08 6,75
I18 1 25 400 1,08 6,75
I19 1 25 400 0,98 6,13
I20 1 25 400 1,09 6,81
I21 1 100 400 1,19 29,75
I22 1 100 400 1,36 34,00
I23 1 100 400 1,31 32,75
I24 1 100 400 1,25 31,25
I25 1 100 400 1,07 26,75
I26 1 100 400 1,05 26,25
I27 1 100 400 1,06 26,50
I28 1 100 400 1,08 27,00
I29 1 100 400 1,08 27,00
I30 1 100 400 1,05 26,25
I31 1 100 400 1,04 26,00
I32 1 100 400 1,03 25,75
Lampiran 5. Koefisien Regresi Hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat/Respon
Koefisien
Koefisien Tidak Standard Koefisien Standard
Model B Std. Kesalahan Beta Signifikansi
Erosi
Aktual -1624,901 706,851 0,029
Topografi 146,213 67,581 0,192 0,039
Vegetasi 5391,741 615,234 0,833 0,000
Erodibilitas 209,216 1700,405 0,012 0,903
Lampiran 6. Nilai Koefisien Korelasi Hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel Respon
Model r2 Penyesesuaian r2 Statistik Perubahan
Perubahan r2 Perubahan F derajat
bebas 1
derajat bebas 2
Perubahan Sig. F
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1982. Konservasi Tanah dan Air. IPB, Bogor.
________ . 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB, Bogor.
________ . 2010. Konservasi Tanah Dan Air. 470 halaman. IPB Press. Bogor.
Asdak, C., 2001. Hidrologi dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Butarbutar, M. J. O. 2012. Pendugaan Erosi Tanah Di Empat Kecamatan Kabupaten Simalungun Berdasarkan Metode USLE. 66 halaman. USU. Medan.
Fakhrudin, M dan Yulianti, M. 2010. Kajian Erosi Sebagai Dasar Konservasi DAS Cisadane. Prosiding Seminar Limnologi. Pusat Penelitian Limnologi, LIPI.
Fakhrudin, M. 2001. Evaluasi Pengelolaan DAS dengan Pendekatan Erosi (Studi Kasus DAS Citere, Pengalengan, Jawa Barat). Vol (8). No. 1. 19 halaman. LIMNOTEK.
Goro, G. L. 2008. Kajian Pengaruh Intensitas HUjan Pada Jenis Tanah Regosol Kelabu Untuk Kemiringan Lereng Yang Berbeda. Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Semarang.
Hardjoamidjojo, S dan S. Sukartaatmadja. 2008. Teknik Pengawetan tanah dan Air. Graha Ilmu, Bogor.
Islarni dan Utomo,WH. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP.
Semarang Press. Semarang.
Kartasapoetra, G.dkk. 1998. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Bina Aksara. Jakarta 196 hal.
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Rahadi, B., E. Nurhayati., E. Purwanti., dan E. Suhartanto. 2008. PenilaianTingkat Bahaya Erosi dengan Mempergunakan Arc View GIS. Vol (31). No. 1. 25 halaman. Teknologi dan Kejuruan.
Rauf, A. 2011. Sistem Agroforestry. Upaya Pemberdayaan Lahan Secara Berkelanjutan. USU Press, Medan.
Rauf, A., K. S. Lubis., dan Jamilah. 2011. Dasar-Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. 200 halaman. USU Press, Medan.
Sarwono, J. 2012. Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif Menggunakan Prosedur SPSS. 252 halaman. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sonapasma, D.M. 2010. Prediksi Erosi dan Perencanaan Konservasi Tanah dan
Air pada Sub DAS Unda Hulu. Skripsi. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.
Suharto dan Soekodarmodjo, S. 1988. Kebolehan Kemiringan Lereng Terhadap Erosi Tanah Andosol Perkebunan Teh Pagiran Kabupaten Batang Jawa Tengah. BPPS-UGM, Yogyakarta.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Simalungun yaitu pada hulu DAS
Padang. Secara geografis Kabupaten Simalungun terletak antara 02036’-03018’ LU dan 98032’-990
Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan tanah
serta di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai bulan Januari sampai
dengan Maret 2014.
35’BT. Wilayah yang digunakan untuk pengambilan sampel tanah
penelitian ini berlokasi di Kecamatan Raya.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah dari
setiap lokasi, peta dasar, data curah hujan, label nama untuk menandai tiap contoh
tanah, plastik wadah sampel tanah dan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan untuk
analisis di laboratorium.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS untuk menentukan
letak lokasi penelitian, meteran sebagai alat untuk mengukur panjang lereng,
klinometer untuk melihat kemiringan lereng, ring sampel untuk mengambil
sampel tanah tidak terganggu, bor tanah untuk mengambil sampel tanah, dan
Soil Loss Equation (USLE) di titik lokasi hulu DAS Padang Kabupaten
Simalungun, dengan rumus:
A = R.K.L.S.C.P
dimana: A= Jumlah kehilangan tanah maksimum (ton/ha/tahun)
R= Erosivitas hujan
K= erodibilitas tanah
L= panjang lereng
S= kemiringan lereng
C= vegetasi
P= praktik konservasi tanah
Pelaksanaan Penelitian
1. Penetapan Lokasi dan Titik Pengambilan Contoh Tanah
Penetapan lokasi dan titik pengambilan contoh tanah dilakukan dengan
melihat peta dasar lokasi penelitian dan menggunakan GPS sehingga dapat
diketahui data koordinat tempat dimana pengambilan titik sampel penelitian.
2. Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan di hulu DAS Padang Kabupaten
Simalungun. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan ring
sampel pada kedalaman 20 cm untuk mengetahui permeabilitasnya. Setelah itu
diambil tanah pada titik yang ditentukan dengan menggunakan cangkul. Sampel
tanah yang diambil sebanyak 33 buah sampel tanah. Untuk menentukan struktur
tanahnya, tanah diambil dengan ukuran 30x30 cm dengan kedalaman 20 cm lalu
3. Analisis Sifat Fisik dan C-Organik Tanah di Laboratorium
Analisis dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah untuk
mengetahui tekstur, BD, dan C-Organik serta analisis permeabilitas tanah
dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan. Erosi dihitung dengan menggunakan metode USLE.
4. Inventarisasi Data Sekunder di Lapangan
Pengambilan data sekunder di lapangan sangat diperlukan untuk melengkapi
penelitian ini yaitu data curah hujan selama 12 tahun terakhir dan peta lokasi
penelitian di Kecamatan Raya.
Parameter yang Diukur
Perhitungan erosi menggunakan persamaan USLE, parameter yang akan
diamati diantaranya :
1. Permeabilitas tanah
2. Kadar C-Organik tanah (Metode Walkeey and Black)
3. Tekstur tanah (Metode Hydrometer)
4. Struktur tanah (Metode By Feeling)
5. Kemiringan lereng (Klinometer)
6. Panjang lereng
7. BD = Bulk density (kerapatan massa).
Perhitungan (Prediksi) Laju Erosi Metode USLE
A = R . K . LS . C . P……….. (1) dimana :
A = banyaknya tanah yang tereosi (ton/ha/thn)
R = faktor curah hujan
K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R)
untuk suatu tanah yang di dapat dari petak percobaan standar
LS= faktor panjang lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah
dengan suatu panjang lereng ditentukan terhadap erosi dari tanah
dengan panjang lereng 72,6 kaki (22,1 meter) dibawah keadaan yang
identik. Faktor kecuraman lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi
yang terjadi dari suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu
terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9% dibawah keadaan
yang identik.
C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengolahan tanaman yaitu nisbah
antara besarnya erosi dari suatu tanah dengan vegetasi penutup dan
pengelolaan tanaman tertentu terhadap erosi dari tanah yang identik
tanpa tanah.
P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (pengolahan dan
penanaman menurut kontur,penanaman dalam strip, guludan, teras
menurut kontur), yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah diberi
perlakuan tindakan konservasi khusus tersebut terhadap erosi dari
a. Faktor Erosivitas Hujan (R)
Erosivitas hujan diperoleh dari data curah hujan dari stasiun pengamatan
hujan lokasi penelitian, selama 10 tahun terakhir. Data curah hujan ini digunakan
untuk mengetahui faktor erosivitas hujan (R) dengan rumus:
12 R = ∑ (EI30
i=l
)i………..(2)
Dimana :
EI30 = -8,79 + (7,01 x R)
RM = 2,21 (Rain)m
EI30 = erosivitas hujan
1,36
RM = hujan rata-rata bulanan (cm)
RM = hujan rata-rata bulanan (cm)
Rainm
b. Faktor Erodibilitas Tanah (K)
= hujan bulanan (cm) (Utomo, 1989 dalam Herawati, 2010).
Faktor erodibilitas tanah (K) atau faktor kepekaan erosi tanah dihitung
dengan persamaan Wischmeier dan Smith (1978) :
(2,713M1,14(10-4 K=
)(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3))
100 Dimana :
K = Faktor erodibilitas tanah
sepertiga dari persentase pasir (Hammer, 1981 dalam Hardoamidjojo
dan Sukartaatmadja, 2008)
a = bahan organik tanah (% C x 1,724) (tabel 2)
b = kelas struktur tanah (Tabel 3)
c = kelas permeabilitas profil tanah (Tabel 4)
Tabel 2. Kelas Kandungan C-organik (Arsyad, 1989)
Kelas C-Organik Nilai
Sangat rendah < 1
Rendah 1 - 2
Sedang 2,1 - 3
Tinggi 3,1 - 5
Sangat tinggi > 5 (gambut)
0
1
2
3
4
Tabel 3. Kelas Struktur Tanah (Arsyad, 1989)
Struktur Tanah (Ukuran diameter) Kelas
Granular sangat halus
Granular halus
Granular sedang sampai kasar
Gumpal, lempeng, pejal
1
2
3
Tabel 4. Kelas Permeabilitas Tanah (Arsyad, 1989)
c. Faktor Topografi (LS)
Faktor ini merupakan gabungan antara pengaruh panjang dan kemiringan
lereng. Klasifikasi kelas kelerengan (LS) menurut Arsyad (1989) yaitu:
Tabel 5. Penilaian kelas kelerengan (LS) (Arsyad, 1989)
Kelas Lereng Kemiringan Lereng (%) Nilai LS
I 0-8 0,40
II 8-15 1,40
III 15-25 3,10
IV 25-40 6,80
V >40 9,50
d. Faktor Penutup dan Konservasi Tanah (CP)
Faktor pengelolaan tanaman merupakan rasio tanah yang tererosi pada
suatu jenis pengelolaan tanaman terhadap tanah yang tererosi pada kondisi
permukaan lahan yang sama, tetapi tanpa pengelolaan tanaman. Untuk jenis
tanaman dengan rotasi tanaman tertentu atau dengan cara pengelolaan pertanian
Kecepatan Permeabilitas Tanah Kelas
Sangat lambat (<0,5 cm/jam)
Lambat (0,5-2,0 cm/jam)
Lambat sampai sedang (2,0-6,3 cm/jam)
Sedang (6,3-12,7 cm/jam)
Sedang sampai cepat (12,7-25,4 cm/jam)
Cepat (>25,4 cm/jam)
6
5
4
3
2
[image:13.595.105.429.445.529.2]hasil pengamatan lapangan dengan mengacu pustaka hasil penelitian tentang nilai
C dan nilai P pada kondisi yang identik.
Tabel 6. Nilai Faktor Penutup Vegetasi (C) untuk Berbagai Tipe Pengelolaan Tanaman (Arsyad, 1989)
No Jenis Tanaman/Penggunaan Lahan Nilai Faktor C
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Ubi kayu Kentang Kacang tanah
Perkebunan tanaman keras
Kopi rakyat
Kopi perkebunan
Kopi dengan penutup tanah
Kelapa sawit
Kelapa sawit rakyat
Kelapa sawit perkebunan
Karet
Kebun campuran
- Kerapatan tingi
- Kerapatan sedang
- Kerapatan rendah
Semak tidak terganggu
Lahan kritis, tanpa vegetasi
Tabel 7. Nilai Faktor P untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah (Suripin, 2002)
No. Tindakan Khusus Konservasi Tanah Nilai P
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Tanpa tindakan pengendalian erosi Teras bangku
Konstruksi baik Konstruksi sedang Konstruksi kurang baik Teras tradisional Strip tanaman Rumput bahia Clotararia Dengan kontur Teras tradisional
Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur
Kemiringan 0-8 % Kemiringan 8-20 % Kemiringan > 20 % Penggunaan sistem kontur
Penggunaan sistem strip(2-4 m lebar) Penggunaan mulsa jerami
1 ton/ha 3 ton/ha 6 ton/ha
Penggunaan pemantap tanah(60 gr/1/m2 (CURASOL)
Padang rumput (sementara)
Strip cropping dengan clotataria(lebar 1 m, jarak antar strip 4,5 m)
Penggunaan sistem strip(lebar 2 m-4 m) Penggunaan mulsa jerami(4-6 ton/ha)
Penggunaan mulsa kadang-kadang(4-6 ton/ha)
Laju Erosi yang Masih dapat Ditoleransikan (T)
Untuk menghitung nilai laju erosi yang masih dapat ditoleransikan
dipergunakan rumus (Arsyad, 1989), sebagai berikut:
EqD
T = x BD x 100 RL
Dimana :
T = Laju erosi dapat ditoleransi (ton/ha/thn)
EqD = faktor jenis tanah x kedalaman efektif tanah (cm)
RL = Resource life (300 dan 400 tahun) (tahun)
BD = Bulk density (kerapatan massa) (g/cm3
Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah sampai sejauh mana tanah dapat di
tumbuhi akar dan menyimpan cukup air. Nilai faktor kedalaman tanah dipengaruhi
oleh jenis tanah seperti disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai Faktor Kedalaman Tanah pada Berbagai Jenis Tanah (Arsyad, 1989)
No USDA Sub Order dan Kode Faktor Kedalaman
Tanah
1 Aqualfs (AQ) 0.9
2 Udalfs (AD) 0.9
3 Ustalfs (AU) 0.9
4 Aquents (EQ) 0.9
5 Arents (ER) 1
6 Fluvents (EV) 1
7 Orthents (EO) 1
8 Psamments (ES) 1
9 Andepts (IN) 1
10 Aquepts (IQ) 0.95
11 Tropepts (IT) 1
12 Alballs (MW) 0.75
13 Aqualls (MQ) 0.9
14 Rendolls (MR) 0.9
15 Udolls (MD) 1
16 Ustolls (MU) 1
17 Aquox (OQ) 0.9
18 Humox (OH) 1
19 Orthox (OO) 0.9
20 Ustox (OU) 0.9
21 Aquods (SQ) 0.9
22 Ferrods (SI) 0.95
23 Hummods (SH) 1
24 Arthods (SO) 0.95
25 Aquults (UQ) 0.8
26 Humults (UH) 1
27 Udults (UD) 0.8
28 Ustults (UU) 0.8
29 Uderts (VD) 1
Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ditentukan dengan membandingkan erosi
aktual (A) dengan erosi yang masih dapat ditoleransikan (T) di daerah itu dengan
rumus (Arsyad, 1989):
TBE = A/T………(3)
Tabel 9. Kriteria Tingkat Bahaya Erosi (Finney and Morgan (1984) dalam Dewi,
dkk (2012))
Kelas Tingkat Bahaya Erosi Kehilangan Tanah Kriteria
I <15 Sangat ringan
II 15 – 60 Ringan
III 60– 180 Sedang
IV 180-480 Berat
V >480 Sangat Berat
Analisis Data
Data dianalisis dengan rancangan multivariat dengan menggunakan SPSS.
Jumlah pengambilan sampel tanah sebanyak 33 sampel. Model yang diasumsikan
adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 +
b3X3
Dengan:
………(4)
Y = variabel respon
a = intersep dari garis sumbu Y
b
X = variabel bebas (kemiringan lereng, vegetasi, dan erodibilitas). = koefisien regresi linear
Erosi merupakan variabel respon dalam persamaan multivariat dengan
menggunakan SPSS dengan kata lain (Y), topografi merupakan variabel bebas
tanah merupakan variabel bebas dengan kata lain (X3). Adapun faktor kemiringan
lereng meliputi 0-8%, 8-15%, 15-25%, 25-40%, dan > 40%. Faktor vegetasi
meliputi tanaman kopi, kincong, jeruk, semak belukar, non vegetasi, agroforestri,
hutan lindung, dan hutan tidak terganggu. Faktor erodibilitas tanah meliputi
parameter ukuran partikel, bahan organik tanah, kelas struktur tanah, dan kelas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Lokasi penelitian terletak di hulu DAS Padang yaitu pada Kecamatan
Raya dan dilakukan pada bulan Januari 2014. Penelitian dilakukan dengan metode
sampling.
Tingkat erosi tanah diperoleh dari perhitungan masing-masing faktor yang
mempengaruhi erosi yaitu faktor iklim, faktor tanah, faktor kemiringan atau
topografi, faktor vegetasi serta faktor aktivitas manusia di Kecamatan Raya yang
merupakan wilayah yang diteliti (lampiran 4) dan kelima faktor ini dihitung
berdasarkan metode USLE.
1. Erosi Aktual (A)
Hasil analisis di Laboratorium dan inventarisasi data di lapangan diperoleh
data yang diperlukan untuk menghitung besar erosi. Besarnya laju erosi dihitung
dengan menggunakan model USLE (Universal Soil Lost Equation).
Pengambilan sampel tanah di lokasi penelitian di beberapa vegetasi
diantaranya kopi, kincong, jeruk, semak belukar, non vegetasi, agroforestri, hutan
lindung dan hutan tertera titik koordinatnya dan terdapat pada Tabel 11. Nilai
tanah terangkut, kemiringan dan panjang lereng, vegetasi, serta erodibilitas tanah
Tabel 10. Nilai Erosi, Topografi, Vegetasi, dan Erodibilitas di Kecamatan Raya
No. Erosi (ton/ha/thn) Vegetasi Koordinat Topografi Vegetasi Erodibilitas Kec.
Sampel (Y) (X1) (X2) (X3)
I1 289,99 Kopi + Mulsa 98° 56' 44,898" BT 3,10 0,20 0,31 Raya
I2 502,21 Kopi + Mulsa
2° 57' 53,01" LU
98° 56' 27,1428" BT 6,80 0,20 0,25
I3 388,78 Kopi + Mulsa
2° 57' 51,6528" LU
98° 56' 42,0972" BT 6,80 0,20 0,19
I4 211,99 Kopi + Mulsa
2° 57' 19,3896" LU
98° 56' 25,494" BT 3,10 0,20 0,23
I5 254,62 Kincong
2° 57' 20,1492" LU
98° 56' 12,4044" BT 3,10 0,30 0,18
I6 725,98 Kincong
2° 57' 36,594" LU
98° 55' 51,7908" BT 3,10 0,30 0,52
I7 229,88 Kincong
2° 56' 45,4416" LU
98° 55' 28,7256" BT 3,10 0,30 0,17
I8 569,31 Kincong
2° 57' 11,61" LU
98° 55' 17,2704" BT 6,80 0,30 0,19
I9 157,86 Jeruk + Mulsa
2° 57' 16,038" LU
98° 55' 13,8" BT 3,10 0,30 0,46
I10 113,93 Jeruk + Mulsa
2° 57' 44,7768" LU
98° 54' 58,8744" BT 3,10 0,30 0,33
I11 287,93 Jeruk + Mulsa
2° 57' 43,1964" LU
98° 55' 9,192" BT 6,80 0,30 0,38
I12 284,32 Jeruk + Mulsa
2° 8' 3,3816" LU
98° 55' 14,5812" BT 6,80 0,30 0,37
I13 53,69 Semak Belukar
2° 58' 18,7356" LU
98° 54' 52,5852" BT 9,50 1,00 0,30
I14 33,81 Semak Belukar
2° 58' 27,4224" LU
98° 54' 40,1544" BT 9,50 1,00 0,19
I15 79,32 Semak Belukar
2° 58' 11,172" LU
98° 54' 22,6692" BT 9,50 1,00 0,45
I16 92,39 Semak Belukar
2° 58' 1,3332" LU
98° 54' 30,5784" BT 9,50 1,00 0,52
I17 7177,84 Non Vegetasi
2° 58' 21,1692" LU
98° 54' 11,5164" BT 9,50 0,95 0,43
I18 5763,27 Non Vegetasi
2° 58' 11,9208" LU
98° 54' 25,884" BT 9,50 0,95 0,34
I19 6675,62 Non Vegetasi
2° 57' 35,298" LU
98° 54' 21,9564" BT 9,50 0,95 0,40
I20 2790,86 Non Vegetasi
2° 57' 22,662" LU
98° 54' 7,524" BT 9,50 0,95 0,17
I21 241,60 Agroforestri
2° 57' 36,9792" LU
98° 53' 41,1072" BT 9,50 0,01 0,20
I22 317,39 Agroforestri
2° 57' 46,35" LU
98° 53' 48,9624" BT 9,50 0,01 0,26
I23 334,79 Agroforestri
2° 57' 33,714" LU
98° 53' 20,6376" BT 9,50 0,01 0,27
I24 339,4 Agroforestri
2° 58' 10,7184" LU
98° 53' 9,7692" BT 9,50 0,01 0,27
I25 30,71 Hutan Lindung
2° 58' 27,1668" LU
98° 53' 41,6832" BT 6,80 0,01 0,24
I26 31,20 Hutan Lindung
2° 58' 23,2968" LU
98° 53' 14,1036" BT 6,80 0,01 0,25
I27 28,65 Hutan Lindung
2° 58' 46,5924" LU
98° 53' 24,7812" BT 6,80 0,01 0,23
I28 24,30 Hutan Lindung
2° 58' 47,0424" LU
98° 53' 37,536" BT 6,80 0,01 0,19
I29 34,05 Hutan Lindung
2° 58' 44,832" LU
Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa nilai erosi tertinggi terdapat pada
sampel I17 dengan non vegetasi yang mana nilai erosinya sebesar 7177,84
ton/ha/thn dengan nilai topografi sebesar 9,50, nilai vegetasi sebesar 0,95 dan nilai
erodibitas tanah sebesar 0,43 dan nilai erosi terendah terdapat pada sampel I28
dengan vegetasi hutan lindung yang mana nilai erosinya sebesar 24,30 ton/ha/thn
dengan nilai topografi sebesar 6,80, nilai vegetasi sebesar 0,01 dan nilai erodibitas
tanah sebesar 0,19.
Terlampir dari Tabel 10 bahwa pengambilan sampel tanah pada tiap titik
koordinat yang berbeda memiliki 3 bahkan 6 titik yang vegetasi sama. Hal ini
dilakukan untuk melihat nilai erosi dari kemiringan lereng dan panjang lereng
yang berbeda dengan vegetasi yang sama. Pemberian kode Y, X1, X2, dan X3
Nilai erosi dapat dihitung berdasarkan hasil perhitungan dan pengamatan
terhadap faktor erodibiitas (K), topografi (LS), vegetasi (C), teknik konservasi (P)
serta erosivitas (R). Nilai faktor erodibiitas (K), topografi (LS), vegetasi (C),
teknik konservasi (P), erosivitas (R) dan erosi (A) pada lokasi penelitian tertera
pada Tabel 11.
untuk menguji pengaruh panjang dan kemiringan lereng, vegetasi, dan erodibilitas
Tabel 11. Nilai Erosi Tanah di Kecamatan Raya
Kode M a b c K LS C P CP R A A (CP)
Tanah
I1 2938,67 3,83 4 5 0,31 3,1 0,20 0,80 0,16 1860,61 289,99 289,99
I2 2208,00 3,02 4 4 0,25 6,8 0,20 0,80 0,16 1860,61 502,21 502,21
I3 1216,00 3,36 4 5 0,19 6,8 0,20 0,80 0,16 1860,61 388,78 388,78
I4 2713,33 3,48 4 2 0,23 3,1 0,20 0,80 0,16 1860,61 211,99 211,99
I5 2340,00 3,55 2 4 0,18 3,1 0,30 0,80 0,24 1860,61 254,62 254,62
I6 3276,00 4,50 4 5 0,52 3,1 0,30 0,80 0,24 1860,61 725,98 725,98
I7 2340,00 4,50 2 4 0,17 3,1 0,30 0,80 0,24 1860,61 229,88 229,88
I8 2453,33 4,57 4 2 0,19 6,8 0,30 0,80 0,24 1860,61 569,31 569,31
I9 3952,00 2,02 4 5 0,46 3,1 0,30 0,20 0,06 1860,61 157,86 157,86
I10 3749,33 2,55 2 4 0,33 3,1 0,30 0,20 0,06 1860,61 113,93 113,93
I11 4144,00 3,29 4 3 0,38 6,8 0,30 0,20 0,06 1860,61 287,93 287,93
I12 3872,00 3,48 4 4 0,37 6,8 0,30 0,20 0,06 1860,61 284,32 284,32
I13 3553,33 3,62 2 5 0,30 9,5 1,00 0,01 0,01 1860,61 53,69 53,69
I14 4185,33 3,97 2 4 0,19 9,5 1,00 0,01 0,01 1860,61 33,81 33,81
I15 4500,00 2,95 4 4 0,45 9,5 1,00 0,01 0,01 1860,61 79,32 79,32
I16 5888,00 4,43 4 5 0,52 9,5 1,00 0,01 0,01 1860,61 92,39 92,39
I17 4576,00 2,41 4 2 0,43 9,5 0,95 1,00 0,95 1860,61 7177,84 7177,84
I18 3546,67 3,62 4 4 0,34 9,5 0,95 1,00 0,95 1860,61 5763,27 5763,27
I19 4324,00 3,22 4 3 0,40 9,5 0,95 1,00 0,95 1860,61 6675,62 6675,62
I20 4352,00 4,03 4 5 0,17 9,5 0,95 1,00 0,95 1860,61 2790,86 2790,86
I21 3141,33 4,15 4 2 0,20 9,5 0,07 1,00 0,07 1860,61 241,60 241,60
I22 3040,00 2,88 4 2 0,26 9,5 0,07 1,00 0,07 1860,61 317,39 317,39
I23 3445,33 3,02 2 2 0,27 9,5 0,07 1,00 0,07 1860,61 334,79 334,79
I24 2688,00 4,03 2 2 0,27 9,5 0,07 1,00 0,07 1860,61 339,40 339,40
I25 3968,00 5,66 2 4 0,24 6,8 0,01 1,00 0,01 1860,61 30,71 30,71
I26 4116,00 5,81 2 4 0,25 6,8 0,01 1,00 0,01 1860,61 31,20 31,20
I27 3833,44 5,90 2 4 0,23 6,8 0,01 1,00 0,01 1860,61 28,65 28,65
I28 3024,00 5,37 2 4 0,19 6,8 0,01 1,00 0,01 1860,61 24,30 24,30
I29 3268,00 3,13 2 4 0,27 6,8 0,01 1,00 0,01 1860,61 34,05 34,05
I30 3540,00 4,47 2 4 0,25 6,8 0,01 1,00 0,01 1860,61 31,89 31,89
I31 3420,00 6,09 2 4 0,20 9,5 0,01 1,00 0,01 1860,61 34,70 34,70
I32 3520,00 6,45 2 4 0,19 9,5 0,01 1,00 0,01 1860,61 33,81 33,81
sampel I13-I24 dan I31-I33 sebesar 9,50 dan nilai topografi terendah terdapat
pada sampel I1, I4-I7, dan I9-I10 sebesar 3,10. Nilai vegetasi (C) tertinggi
terdapat pada sampel I17-I20 sebesar 0,95 dan nilai vegetasi terendah terdapat
pada sampel I21-I33 sebesar 0,01. Nilai tindakan konservasi tanah (P) tertinggi
terdapat pada sampel I17-I33 sebesar 1,00 dan tindakan konservasi tanah terendah
terdapat pada sampel I13-I16 sebesar 0,01.
Nilai parameter ukuran partikel (M) pada Tabel 11 yang diperoleh dari
perhitungan % debu, % pasir, dan % liat diketahui bahwa nilai tertingginya yaitu
pada sampel I16 sebesar 5888,00 dan nilai parameter ukuran partikel terendah
terdapat pada sampel I13 sebesar 1216,00. Nilai bahan organik (a) tertinggi
terdapat pada sampel I32 sebesar 6,45 dan nilai bahan organik terendah terdapat
pada sampel I9 sebesar 2,02. Terdapat 2 kelas struktur tanah (b) yaitu kelas 2
(granular halus) dan kelas 4 (gumpal). Kelas permeabilitas tanah (c) tertinggi
yaitu kelas 5 dengan kecepatan permeabilitas tanah kategori lambat (0,5-2,0
cm/jam) dan kelas permeabilitas tanah terendah yaitu kelas 2 dengan kecepatan
permeabilitas tanah kategori sedang sampai cepat (12,7-25,4 cm/jam). Nilai
tekstur, bahan organik (a), struktur tanah (b), dan permeabilitas (c) (lampiran 2),
sebagai nilai pendukung untuk mendapatkan nilai erodibilitas (K).
Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi erosi pada beberapa
kemiringan dan vegetasi maka diperoleh nilai pendugaan erosi tanah. Tingkat
bahaya erosi diperbolehkan dari perbandingan antara nilai erosi aktual (A) dengan
erosi yang masih diperbolehkan (T). Besarnya tingkat erosi tanah serta kriterianya
Tabel 12. Nilai Tingkat Bahaya Erosi (TBE) di Kecamatan Raya No. Sampel Kemiringan Lereng (%) A (ton/ha/thn) T (ton/ha/thn) TBE (ton/ha/thn) Kriteria
I1 25 289,99 17,50 16,57 Ringan
I2 26 502,21 16,63 30,20 Ringan
I3 35 388,78 15,25 25,49 Ringan
I4 24 211,99 16,63 12,75 Sangat Ringan
I5 23 254,62 7,28 34,98 Ringan
I6 18 725,98 7,13 101,82 Sedang
I7 22 229,88 6,30 36,49 Ringan
I8 33 569,31 6,23 91,38 Sedang
I9 18 157,86 17,94 8,80 Sangat Ringan
I10 22 113,93 17,55 6,49 Sangat Ringan
I11 26 287,93 17,16 16,78 Ringan
I12 28 284,32 17,68 16,08 Ringan
I13 44 53,69 8,00 6,71 Sangat Ringan
I14 56 33,81 7,81 4,33 Sangat Ringan
I15 54 79,32 8,00 9,92 Sangat Ringan
I16 58 92,39 7,31 12,64 Sangat Ringan
I17 54 7177,84 6,75 1063,38 Sangat Berat
I18 63 5763,27 6,75 853,82 Sangat Berat
I19 73 6675,62 6,13 1089,01 Sangat Berat
I20 69 2790,86 6,81 409,82 Berat
I21 50 241,60 29,75 8,12 Sangat Ringan
I22 66 317,39 34,00 9,34 Sangat Ringan
I23 46 334,79 32,75 10,22 Sangat Ringan
I24 49 339,40 31,25 10,86 Sangat Ringan
I25 20 30,71 26,75 1,15 Sangat Ringan
I26 20 31,20 26,25 1,19 Sangat Ringan
I27 20 28,65 26,50 1,08 Sangat Ringan
I28 35 24,30 27,00 0,90 Sangat Ringan
I29 35 34,05 27,00 1,26 Sangat Ringan
I30 35 31,89 26,25 1,21 Sangat Ringan
I31 40 34,70 26,00 1,33 Sangat Ringan
I32 40 33,81 25,75 1,31 Sangat Ringan
erosi terendah pada sampel I28 sebesar 0,90 ton/ha/thn dengan vegetasi hutan
lindung dan kriteria sangat ringan.
Berdasarkan perhitungan nilai erosi yang diperbolehkan (T) (Lampiran 1),
diperoleh nilai laju erosi yang diperbolehkan tertinggi pada sampel I22 sebesar
34,00 ton/ha/tahun dengan vegetasi agroforestri dan nilai laju yang erosi
diperbolehkan terendah pada sampel I19 sebesar 6,13 ton/ha/tahun dengan non
vegetasi. Nilai laju erosi yang diperbolehkan dipengaruhi oleh jenis tanah,
kedalaman serta berat isi tanah.
2. Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda terjadi apabila dalam model regresi memuat
paling sedikit dua variabel bebas. Berdasarkan analisis multivariat dengan SPSS,
diperoleh nilai regresi linear berganda (lampiran 5) dengan persamaan yang dapat
diambil, yaitu:
Y = -1624,901 + 146,213X1 + 5391,741X2 + 209,216X3
Dari persamaan (5) nampak bahwa semua koefisien regresi bernilai positif,
sehingga pengaruh topografi (X ………(5)
1), vegetasi (X2) dan erodibilitas (X3) mempunyai
kecendrungan positif terhahap Y. Artinya jika nilai kemiringan, vegetasi dan
erodibilitas meningkat maka nilai erosi akan meningkat. Dapat diperhatikan pula
bahwa Sig. X1 = 0,039 bahwa > Sig. X1 maka pengaruh koefisien X1
signifikan dengan persamaan 5, Sig. X2 = 0,000 bahwa > Sig. X2 maka
pengaruh koefisien X2 signifikan dengan persamaan 5 dan Sig. X3 = 0,903 bahwa
< Sig. X3 maka pengaruh koefisien X3 tidak signifikan dengan
Koefisien korelasi digunakan untuk menghitung besarnya peranan atau
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu r2
Berdasarkan hasil lampiran 6, diketahui bahwa nilai r
. Nilai korelasi tertera
pada lampiran 6.
2
Pembahasan
sebesar 0,779 atau
77,9% yang berarti hubungan variabel bebas dari ketiga faktor dengan dengan
variabel terikat/respon tergolong kuat.
Kecamatan Raya merupakan salah satu bagian dari hulu DAS Padang.
Kondisi wilayah pada daerah ini bervariasi mulai dari datar, bergelombang,
berbukit sampai bergunung. Hal ini dapat dilihat dari beraneka ragamnya
kemiringan lereng pada lokasi pengambilan sampel tanah. Pada penelitian ini,
pengambilan sampel tanah diambil pada 33 titik yang berbeda yang mana terdapat
2 bahkan 6 titik yang memiliki vegetasi sama. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
besar nilai erosi di vegetasi yang sama dengan topografi yang berbeda.
Lahan di wilayah Kecamatan Raya belum sepenuhnya dialih fungsikan
oleh masyarakat setempat. Hal ini dapat dilihat dari adanya hutan. Namun,
tindakan alih fungsi lahan yang dilakukan masyarakat sangat memprihatinkan
kondisi tersebut karena pengetahuan masyarakat yang masih rendah terhadap
dampak dari alih fungsi lahan tersebut dan kurangnya pengetahuan terhadap
Laju erosi yang menyatakan bahwa lapisan tanah yang menghilang dari
suatu tempat karena proses erosi, merupakan salah satu indikator kecepatan proses
perusakan. Perhitungan laju erosi aktual didasarkan oleh faktor-faktor erodibilitas,
erosivitas, topografi, vegetasi serta teknik konservasi tanah.
Curah hujan yang tinggi, tanah yang porous, kemiringan lereng yang
tinggi, vegetasi yang jarang dan aktivitas manusia yang intensif mempunyai
peranan yang penting untuk berlangsungnya proses erosi yang landai sampai
curam (Rauf, dkk., 2011).
Unsur topografi yang mempengaruhi erosi adalah kemiringan lereng dan
panjang lereng. Topografi pada lokasi penelitian bervariasi, mulai dari datar
sampai curam. Keadaan lokasi yang demikian mempengaruhi besar erosi yang
dipengaruhi pula oleh faktor-faktor erosi yang lain. Menurut
Notohadiprawito (1998), makin besar lereng intensitas erosi makin tinggi. Hal ini
berkaitan dengan energi kinetik aliran limpasan yang semakin besar.
Yudistira (2008) juga menambahkan bahaya erosi terjadi pada daerah yang
memiliki kemiringan lereng sekitar 15% atau lebih sebagai akibat dari
pengelolaan tanah dan air yang keliru, tidak mengikuti kaidah-kaidah konservasi
tanah dan air.
Dari jenis vegetasi yang terdapat pada setiap lokasi adalah tanaman
perkebunan yaitu kopi rakyat, kincong, jeruk, semak belukar, non vegetasi,
agroforestri, hutan lindung dan hutan. Vegetasi yang tumbuh secara tidak
langsung mampu melindungi kerusakan tanah akibat terjadinya aliran permukaan.
Penanaman tanaman penutup serta melakukan tindak konservasi yang lain dapat
Faktor vegetasi penutup tanah (C) berperan sebagai pelindung tanah
terhadap gaya-gaya erosi. Tajuk, akar, seresah serta sisa-sisa akar tanaman dapat
melindungi tanah terhadap erosi yaitu memperkecil hempasan tetesan air hujan,
menghambat laju aliran air limpasan dan memperbaiki struktur tanah. Juga dapat
mengintersepsikan hujan, mengurangi energi kinetik dan transpirasi. Menurut
Suharto dan Soekodarmodjo (1988), makin besar kemampuan tanaman dalam
menutup dan melindungi tanah terhadap erosi tumbukan air hujan, makin kecil
koreksi faktor vegetasi.
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah kepekaan tanah atau
erodibilitas tanah. Nilai erosi akan semakin besar dengan semakin besarnya nilai
erodibilitas suatu tanah.
Nilai erodibilitas tanah diperoleh dari perhitungan faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu tekstur, bahan organik, struktur serta permeabilitas.
Tekstur tanah dan kandungan bahan organik dalam tanah mempengaruhi besar
kecilnya erosi melalui tata air di dalam tanah. Menurut Hardjoadmidjojo dan
Sukartaatmadja (2008), tanah-tanah dengan kandungan lempung dan kandungan
bahan organik yang tinggi mempunyai agregat yang stabil karena mempunyai
ikatan-ikatan yang kuat di antara koloid-koloidnya
Sama halnya seperti tekstur dan kandungan organik dalam tanah, struktur
juga mempengaruhi erosi melalui daya serap air. Tanah yang berstruktur kersai
pada akhirnya mempertinggi limpasan permukaan dan berakibat pada
meningkatnya kehilangan tanah (erosi).
Bahan organik tanah mempengaruhi terjadinya erosi melalui pemantapan
agregat tanah. Bahan organik mampu mengikat butir-butir tanah sehingga
kemantapan agregat tanah menjadi porous. Selain itu, keberadaan bahan organik
di dalam tanah mampu menyerap dan menahan air yang tinggi sehingga aliran
permukaan semakin kecil yang dapat memperkecil terjadinya erosi. Hal ini harus
didukung dengan adanya vegetasi di tanah tersebut.
Tingkat bahaya erosi merupakan salah satu indikator ancaman bahaya
erosi pada suatu wilayah. Ancaman bahaya erosi dapat berdampak secara
langsung maupun tidak, seperti kehilangan kesuburan dan produktivitas tanah
akibat terkikisnya lapisan tanah atas, kerusakan struktur tanah dan hilangnya
unsur hara, serta terjadinya sedimentasi yang tinggi pada daerah aliran sungai,
terutama pada hilir DAS.
Tingkat bahaya erosi pada dasarnya dapat ditentukan dari perhitungan
nisbah antara laju erosi tanah (A) dengan laju erosi yang masih ditoleransikan.
Faktor pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi merupakan faktor penting
dalam erosi pada lahan penelitian ini. Penanggulangan erosi melalui pengelolaan
tanaman dapat dilakukan dengan tanaman penutup tanah yang memiliki peranan
besar dalam menghalangi tumbukan langsung butir-butir hujan dan dapat
mengurangi kecepatan aliran permukaan, demikian juga dengan melakukan strip
tanaman dengan kontur, teras tradisional dan pengelolaan tanah dan penanaman
menurut garis kontur. Hal ini menunjukkan masih minimnya tindakan untuk
konservasi tanah salah satu informasi penting yang harus diketahui adalah tingkat
bahaya erosi (TBE) dalam suatu DAS atau sub-DAS yang menjadi kajian. Dengan
mengetahui tingkat bahaya erosi suatu DAS atau masing-masing sub-DAS,
prioritas rehabilitasi tanah dapat ditentukan.
Menurut Rahadi, dkk (2008), tingkat bahaya erosi terbesar di Hulu DAS
Konto terjadi di daerah pengaruh Stasiun Hujan Kedung Rejo dengan nilai indeks
erosivitas (R) 980,451 serta mempunyai jenis tanah Andosol yang nilai
erodibilitasnya (K) sebesar 0,195 dan terletak pada wilayah Hutan Produksi
dengan nilai vegetasi (C) sebesar 0,500, nilai teknik konservasi (P) sebesar 0,933
dan kelerengan (LS) sebesar 2,4573. Tingkat bahaya erosi sedang sebesar 219,164
ton/Ha/thn seluas 158,903 Ha. Wilayah pengaruh Stasiun Hujan Tlekung dengan
nilai erosivitas (R) sebesar 607,402 dan jenis Tanah Andosol yang mempunyai
nilai erodibilitas (K) 0,195 serta terdapat dalam wilayah Hutan Produksi dengan
nilai vegetasi (C) sebesar 0,5000, nilai teknik konservasi (P) sebesar 0,933, dan
nilai kelerengan (LS) sebesar 2,4573. Laju erosi sebesar 135,775 ton/Ha/thn
dengan luas 96,253 Ha. Laju erosi terkecil terdapat pada wilayah Stasiun Hujan
Ngaglik dengan nilai erosivitas (R) sebesar 367,383, jenis Tanah Andosol dengan
nilai erodibilitas (K) sebesar 0,195 dan berada pada wilayah Hutan Alam yang
mempunyai nilai vegetasi (C) sebesar 0,0010, nilai teknik konservasi (P) sebesar
0,933, dan nilai kelerengan (LS) sebesar 5,0207.
wilayah dapat diselamatkan dari ancaman erosi melalui usaha perbaikan
pengelolaan tanah.
Nilai erosi diperbolehkan dipengaruhi oleh kedalaman tanah, kedalaman
efektif tanah dan kerapatan isi. Menurut Arsyad (1989), adapun faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam penetapan nilai erosi diperbolehkan adalah kedalaman
efektif tanah, ciri-ciri fisik dan sifat-sifat tanah lainnya yang mempengaruhi
perkembangan akar. Suatu tanah yang dalam, bertekstur sedang dengan
permeabilitas sedang memiliki lapisan bawah yang baik bagi pertumbuhan
tanaman, memiliki nilai T lebih besar dari tanah dangkal.
Penelitian yang dilakukan menunjukkan tingkat bahaya erosi yang terjadi
di daerah hulu DAS Padang rata-rata berada kriteria sangat ringan, ringan, sedang,
berat dan sangat berat. Kecamatan Raya tingkat bahaya erosi dengan kriteria
sangat ringan pada umumnya bervegetasi dengan kerapatan tinggi dan tingkat
bahaya erosi dengan kriteria sangat berat yaitu lahan terbuka (non vegetasi).
Dapat diketahui bahwa variabel bebas yaitu faktor kemiringan lereng,
vegetasi dan erodibilitas mempengaruhi erosi, dengan pengaruh yang paling
dominan dari ketiga faktor tersebut yaitu faktor vegetasi. Hal ini dapat
diperhatikan dari signifikasi variabel bebas yang mana Sig. X1 = 0,039 bahwa
> Sig. X1 maka pengaruh koefisien X1 signifikan dengan persamaan 5,
Sig. X2 = 0,000 bahwa > Sig. X2 maka pengaruh koefisien X2
signifikan dengan persamaan 5 dan Sig. X3 = 0,903 bahwa < Sig. X3
maka pengaruh koefisien X3 tidak signifikan dengan persamaan 5. Menurut
Pramesti (2013), Jika hasil tabel dari suatu data menunjukkan semua koefisien
positif terhadap Y. Dapat diperhatikan pula bahwa > Sig.X1 maka
pengaruh koefisien X1
Nilai r
signifikan dalam persamaan model regresi linear berganda.
2
sebesar 0,779 yang berarti hubungan kedua variabel yaitu kuat.
Sarwono (2012) menyatakan bahwa besarnya r2 berkisar antara 0-1 yang berarti
semakin kecil besarnya r2, maka hubungan kedua variabel semakin lemah.
Sebaliknya jika r2 semakin mendekati 1, maka hubungan kedua variabel semakin
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kecamatan Raya memiliki nilai erosi aktual tertinggi sebesar 7177,84
ton/ha/thn pada non vegetasi (area terbuka) dengan nilai topografi 9,50
dan nilai erosi terendah sebesar 24,30 ton/ha/thn pada vegetasi hutan
lindung dengan nilai topografi sebesar 6,80.
2. Kecamatan Raya memiliki nilai tingkat bahaya erosi tertinggi sebesar
1089,01 ton/ha/thn dengan kriteria tingkat bahaya erosi tergolong sangat
berat dan nilai tingkat bahaya erosi terendah sebesar 0,90 ton/ha/thn
dengan kriteria tingkat bahaya erosi tergolong sangat ringan.
3. a) Persamaan linear yang diperoleh antara erosi aktual dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya adalah Y = -1624,901 + 146,213X1 + 5391,741X2
+ 209,216X3 dengan nilai r2
b) Hubungan antara erosi aktual sangat kuat dengan topografi dan
vegetasi.
sebesar 0,779.
Saran
Dalam penggunaan lahan di wilayah Gunung Simbolon Kecamatan Raya
yang kemiringan lereng > 8% sebaiknya dilakukan teknik teras bangku maupun
penanaman sesuai kontur agar tidak menimbulkan tingkat bahaya erosi yang
tergolong berat dan kondisi lahan jangan sampai tanpa vegetasi karena tingkat
bahaya erosinya tergolong sangat berat dan akan mudah terjadinya pengikisan
TINJAUAN PUSTAKA
Erosi
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau
bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa
erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut
yang kemudian diendapkan di tempat lain. Pengikisan dan pengangkutan tanah
tersebut terjadi oleh media alami, yaitu air dan angin (Arsyad, 2010).
Pada daerah tropika basah seperti Indonesia, hujan merupakan penyebab
utama terjadinya erosi, dengan pukulan air hujan yang langsung jatuh ke
permukaan tanah, agregat yang berukuran besar akan hancur menjadi partikel
yang lebih kecil dan terlempar bersama percikan air, yang akan terangkut bersama
aliran permukaan. Pada tanah yang berlereng, air hujan yang turun akan lebih
banyak berupa aliran permukaan, yang seterusnya air akan mengalir dengan cepat
dan menghancurkan serta membawa tanah bagian atas (top soil) yang umumnya
tanah subur (Goro, 2008).
Secara keseluruhan terdapat lima faktor yang menyebabkan dan
mempengaruhi besarnya laju erosi, yaitu iklim, tanah, topografi atau bentuk
wilayah, vegetasi penutup tanah dan kegiatan manusia. Faktor iklim yang paling
menentukan dalam hal ini adalah hujan yang dinyatakan dalam indeks erosivitas
Erosi oleh angin disebabkan oleh kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air
ditimbulkan oleh kekuatan air. Di daerah beriklim basah erosi oleh air yang lebih
penting, sedangkan erosi oleh angin tidak begitu berarti. Erosi oleh angin
merupakan peristiwa sangat penting di daerah beriklim kering (Arsyad, 2010).
Indonesia adalah daerah tropika yang umumnya beriklim basah atau agak basah.
Skripsi ini akan berpusat pada masalah erosi oleh air.
Untuk memperkecil erosi tanah dapat dilakukan dengan cara memperkecil
pengaruh faktor lereng, yaitu dengan membagi-bagi lereng manjadi bagian yang
lebih kecil, sehingga kemiringan dan panjang akan berkurang (terassering).
Sedangkan untuk memperkecil pengaruh faktor vegetasi penutup tanah dapat
dilakukan antara lain, dengan pola tanam yang mengkombinasikan tanaman
musiman dan tahunan, pelindung tanah dari percikan air hujan dengan sisa-sisa
tanaman atau rumput, dan penanaman sejajar garis kontur
(Fakhrudin dan Yulianti, 2010).
Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur tingkat erosi yaitu
dengan metode persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) yang mana
rumusan perhitungannya yaitu:
A = R.K.L.S.C.P
yang menyatakan:
A = banyaknya tanah tererosi dalam ton ha-1 tahun -1
R = faktor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi
hujan, yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dengan
intensitas hujan maksimum 30 menit (I30), tahunan.
K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk
suatu tanah, yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu petak
percobaan yang panjangnya 72,6 kaki (22,1 meter), terletak pada lereng 9%,
tanpa tanaman (K=A R-1
L = faktor panjang lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan
suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang
lereng 72,6 kaki (22,1 meter) di bawah keadaan yang identik. ).
S = faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari
suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari
tanah dengan lereng 9% di bawah keadaan yang identik.
C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbah antara
besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan
tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik tanpa
tanaman.
P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (pengolahan dan
penanaman menurut kontur, penanaman dalam strip, guludan, teras), yaitu
nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan
konservasi khusus, seperti pengolahan menurut kontur, penanaman dalam
strip atau teras, terhadap besarnya erosi dari tanah (Arsyad, 2010).
Faktor - Faktor Mempengaruhi Erosi
bagi pertumbuhan tanaman, memiliki nilai T lebih besar dari tanah dangkal
(Arsyad, 1989).
Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi terutama adalah kemiringan,
vegetasi dan erodibilitas. Menurut Arsyad (2010), pada asasnya dapat
disimpulkan, bahwa erosi adalah akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim,
topografi, tumbuhan (vegetasi), dan manusia terhadap tanah yang dinyatakan
dalam persamaan deskriptif berikut:
E = f ( i, r, v, t, m )
yang menyatakan E adalah besarnya erosi, i adalah iklim, r adalah topografi, v
adalah tumbuhan, t adalah tanah dan m adalah manusia.
a. Faktor Kemiringan
Kemiringan lereng dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang
paling berpengaruh terhadap aliran air limpasan dan erosi. Kemiringan lereng
cenderung memperbesar kapasitas air limpasan untuk memecah dan mengangkut
bahan-bahan tanah. Jika kemiringan lereng suatu permukaan tanah dua kali lebih
curam, maka banyaknya erosi dapat menjadi 2 sampai 2,5 kali lebih banyak
(Suharto dan Soekodarmodjo, 1988).
Bahaya erosi banyak terjadi di daerah-daerah lahan kering terutama yang
memiliki kemiringan lereng sekitar 15 % atau lebih . Keadaan ini sebagai akibat
dari pengelolaan tanah dan air yang keliru, tidak mengikuti kaidah-kaidah
konservasi tanah dan air dan tanah (Yudhistira, 2008). Makin besar kemiringan
lereng, intensitas erosi air makin tinggi. Hal ini berkaitan dengan energi kinetik
aliran limpas yang semakin besar sejalan dengan semakin besar kemiringan
bahan sepanjang lereng dari daerah atasan ke daerah bawahan dengan
menggunakan energi gravitasi langsung (Notohadiprawiro, 1998).
b. Faktor Vegetasi
Hutan dan vegetasinya memiliki peranan dan pemantapan agregat tanah.
Vegetasinya berperan sebagai pemantapan agregat tanah karena akar-akarnya
dapat mengikat partikel-partikel tanah dan juga mampu menahan daya tumbuk
butir-butir air hujan secara langsung ke permukaan tanah sehingga penghancuran
tanah dapat dicegah. Selain itu seresah yang berasal dari daun-daunnya dapat
meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Hal inilah yang dapat
mengakibatkan perbaikan sifat fisik tanah, yaitu pembentukan struktur tanah yang
baik maupun peningkatan porositas yang dapat meningkatkan perkolasi, sehingga
memperkecil erosi (Kartasapoetra, 1998).
Berbeda dengan lahan hutan, lahan tanaman pertanian lebih rentan
terhadap kerusakan tanah. Hal ini disebabkan karena tidak adanya vegetasi atau
tanaman semak sebagai penahan hujan, rendahnya bahan organik yang berasal
dari seresah tanaman, sehingga hujan lebih mudah memecah butiran tanah
(Islami dan Utomo, 1995).
Pada dasarnya tanaman mampu mempengaruhi erosi karena adanya
1) intersepsi air hujan oleh tajuk dan adsobsi melalui energi air hujan, sehingga
memperkecil erosi, 2) pengaruh terhadap struktur tanah melalui penyebaran akar
infiltrasi, selain itu juga penyerapan air ke dalam tanah diperkuat oleh transpirasi
(penyerapan air melalui vegetasi) (Nur’saban, 2006).
Faktor vegetasi penutup tanah (C) berperan sebagai pelindung tanah
terhadap gaya-gaya erosi. Tajuk, akar, seresah serta sisa-sisa akar tanaman dapat
melindungi tanah terhadap erosi yaitu memperkecil hempasan tetesan air hujan,
menghambat laju aliran air limpasan dan memperbaiki struktur tanah. Juga dapat
mengintersepsikan hujan, mengurangi energi kinetik dan transpirasi. Makin besar
kemampuan tanaman dalam menutup dan melindungi tanah terhadap erosi
tumbukan air hujan, makin kecil koreksi faktor vegetasi (C), sedangkan untuk
lahan yang terus-menerus bero indeks C=1 (Suharto dan Soekodarmodjo, 1988).
c. Faktor Erodibilitas
Erodibilitas adalah kepekaan suatu tanah untuk mengalami erosi. Pada
tingkat energi hujan yang sama, tanah yang memiliki erodibilitas yang tinggi akan
lebih mudah mengalami erosi daripada tanah yang memiliki erodibilitas rendah.
Karena erodibilitas menyangkut ketahanan tanah terhadap pelepasan dan
pengangkutan, serta kemampuan tanah untuk menyerap dan melalukan air dalam
tanah, maka pengetahuan tentang karakteristik fisik tanah mutlak sangat
diperlukan sekali (Sonapasma, 2010).
Makin besar nilai erodibilitas suatu tanah makin peka tanah tersebut
terhadap erosi. Erodibilitas tanah terkandung pada dua karakteristik tanah yaitu
stabilitas agregat tanah dan kapasitas infiltrasi. Stabilitas agregat tanah merupakan
daya tahan tanah terhadap daya disperse air hujan. Stabilitas agregat tanah
dipengaruhi oleh struktur tanah, yang biasanya ditentukan oleh kandungan bahan
garam, biasanya Na+ atau Ca2+
Daerah Aliran Sungai (DAS)
. Tanah-tanah dengan kandungan lempung dan
kandungan bahan organik yang tinggi mempunyai agregat yang stabil karena
mempunyai ikatan-ikatan yang kuat di antara koloid-koloidnya
(Hardjoadmidjojo dan Sukartaatmadja, 2008). Tanah-tanah yang berstruktur
kersai atau granular lebih terbuka atau lebih sarang dan akan menyerap air lebih
cepat daripada yang berstruktur dengan butir-butir primer lebih rapat
(Arsyad, 1989).
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara
topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan
menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai
utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau
catchmentarea) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri
atas sumberdaya alam (tanah, air dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai
pemanfaat sumberdaya alam. Keberhasilan pelaksanaan program konservasi tanah
salah satu informasi penting yang harus diketahui adalah tingkat bahaya erosi
(TBE) dalam suatu DAS atau sub-DAS yang menjadi kajian. Dengan mengetahui
tingkat bahaya erosi suatu DAS atau masing-masing sub-DAS, prioritas
rehabilitasi tanah dapat ditentukan (Asdak, 2001).
Secara umum dapat dikatakan bahwa daerah hulu dan tengah DAS
erosi yang landai hingga curam, menyebabkan kecepatan air sungai menjadi
lambat dan selalu terjadi luapan air sungai membentuk genangan dan banjir akan
menyebabkan terjadinya sedimentasi di bagian hilir DAS (Rauf, dkk., 2011).
Dampak Erosi Tanah
Faktor eksternal penyebab tanah-tanah pertanian menjadi sakit atau
terdegradasi adalah erosi. Erosi pada awalnya akan memindahkan bahan organik
dan liat dari dalam tanah (selektifitas erosi) ke badan-badan air (sungai) yang
kemudian diendapkan di buffer area sungai atau terbuang ke muara dan ke lautan.
Erosi yang terus berlanjut akan mengikis permukaan tanah atau bagian tanah yang
lembut (horizon A dan B), sehingga horizon C (bahan induk) dan bahan horizon R
(batuan induk) muncul ke permuukaan. Fenomena ini terjadi secara berkelanjutan
pada hampir semua lahan pertanian kita, terutama pada sistem pertanian lahan
kering. Pada tahap ini tanah dikategorikan sangat terdegradasi dan bahkan dapat
dikatakan sebagai tanah mati (Rauf, 2011).
Erosi dapat mengakibatkan kehilangan tanah dengan kandungan
bahan-bahan organik dan nitrogen yang sangat besar, oleh sebab itu erosi khususnya
merusak tanaman biji-bijian yang bukan kacang-kacangan. Berkurangnya
kemampuan tanah dalam penyediaan nitrogen dapat dipulihkan dengan
menggunakan pupuk nitrogen, tetapi dapat meningkatkan biaya produksi
(Foth, 1994). Apabila erosi berjalan terus menerus mengikis lapisan permukaan
tanah, maka sendirinya akan terangkut kompleks liat dan humus serta partikel
Tabel 1. Dampak Erosi Tanah
No Dampak
Dampak di Tempat Kejadian Erosi
Dampak di Luar Tempat Kejadian
1. Langsung
a.Kehilangan lapisan tanah yang baik bagi berjangkarnya akar tanaman
a.Pelumpuran dan pendangkalan waduk, sungai,
saluran dan badan air lainnya
b.Kehilangan unsur hara dan kerusakan struktur tanah
b.Tertimbunnya lahan pertanian, jalan,dan bangunan
lainnya c.Peningkatan penggunaan
energi untuk produksi
c.Menghilangnya mata air dan memburuknya kualitas air d.Kemerosotan produktivitas
tanah atau bahkan menjadi tidak dapat dipergunakan untuk berproduksi
d.Kerusakan ekosistem perairan (tempat bertelurikan,
terumbu karang, dan sebagainya)
e.Kerusakan bangunan konservasi dan bangunan lainnya
e.Kehilangan nyawa dan harta oleh banjir 2. Tidak Langsung a.Berkurangnya alternatif penggunaan tanah
a.Kerugian oleh memendeknya umur waduk
b.Timbulnya dorongan untuk membuka lahan baru
b.Meningkatnya frekuensi dan besarnya banjir
c.Keperluan akan perbaikan lahan dan bangunan rusak Sumber: Arsyad (1989)
Analisis Regresi
Analisis regresi merupakan analisis hubungan antara satu atau lebih
variabel bebas terhadap satu atau lebih variabel respon. Analisis regresi terbagi
menjadi regresi linear dan non linear. Disebut regresi linear apabila antara
variabel bebas dan variabel respon berhubungan secara linear sedangkan pada
regresi non linear maka antara variabel bebas dengan variabel respon
berhubungan secara nonlinear. Untuk regresi linear secara garis besar terbagi
Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya peranan atau
pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Besarnya R Square berkisar
antara 0-1 yang berarti semakin kecil besarnya R Square, maka hubungan kedua
variabel semakin lemah. Sebaliknya jika R Square semakin mendekati 1, maka
hubungan kedua variabel semakin kuat (Sarwono, 2012).
Model regresi linear untuk analisis regresi linear berganda secara umum
seperti persamaan berikut
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X
dengan Y adalah variabel respon ke X, a, b
3
1, b2, b3
Jika hasil tabel dari suatu data menunjukkan semua koefisien regresi
bernilai positif, maka pengaruh X
merupakan parameter regresi
dan X merupakan variabel bebas (Pramesti, 2013).
1 dan X2 mempunyai kecendrungan positif
terhadap Y. Dapat diperhatikan pula bahwa > Sig.X1 maka pengaruh
koefisien X1 signifikan dalam persamaan model regresi linear berganda
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara
yang merupakan penghasil kelapa sawit, karet dan kakao. Di Simalungun terdapat
bagian hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Padang yang memegang peranan
penting pada ekosistem DAS. Pengelolaan lahan pada hulu DAS Padang dapat
menentukan baik buruknya daur hidrologi dan berdampak terhadap bagian hilir
DAS Padang yang terletak di kota Tebing Tinggi. Di hulu DAS Padang kondisi
tutupan hutan semakin berkurang dikarenakan konversi lahan dari tanaman hutan
menjadi tanaman perkebunan yang salah satunya yaitu perkebunan kopi, baik
yang dikelola instansi perusahaan maupun perorangan. Terjadinya konversi lahan
dari lahan hutan menjadi lahan perkebunan dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap kondisi tanah seperti pengikisan unsur hara, erosi, banjir, kekeringan
maupun kepunahan flora dan fauna di kawasan tersebut.
Badan Pusat Statistik menambahkan terdapat alih guna lahan di
Kecamatan Raya, luas lahan kopi 1.064,45 Ha (2005) mengalami penurunan
menjadi 605,11 (2007) dan 578,1 (2008-2009). Kecamatan Raya pada kemiringan
30% dengan vegetasi jeruk dan rumput memiliki kriteria tingkat bahaya erosi
tergolong berat, Kecamatan Tapian Dolok pada kemiringan 14,6% dengan
pada kemiringan 15% dan 10% dengan vegetasi kelapa sawit kriteria tingkat
erosinya tergolong ringan (Butarbutar, 2012).
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah kepekaan tanah atau
erodibilitas tanah. Nilai erosi akan semakin besar dengan semakin besarnya nilai
erodibilitas suatu tanah. Nilai erodibilitas tanah diperoleh dari perhitungan
faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu tekstur, bahan organik, struktur serta
permeabilitas (Butarbutar, 2012).
Alih fungsi lahan di DAS Padang menimbulkan permasalahan yang
berdampak buruk terhadap kondisi lingkungan. Tindakan konservasi di hulu DAS
Padang akan berdampak positif di kawasan hulu DAS Padang maupun hilir DAS
Padang. Berdasarkan latar belakang dan masalah tersebut penulis ingin menduga
erosi aktual berdasarkan metode USLE di hulu DAS Padang melalui pendekatan
kemiringan lereng, vegetasi dan erodibilitas.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat erosi aktual berdasarkan metode USLE di hulu
DAS Padang melalui pendekatan kemiringan lereng, vegetasi dan erodibilitas dan
untuk mengetahui faktor yang paling dominan pada beberapa penggunaan lahan di
hulu DAS Padang berdasarkan analisis regresi linear berganda.
Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan skripsi untuk memenuhi salah satu persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
ABSTRAK
IMAM BUKHARI, Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Kemiringan Lereng, Vegetasi dan Erodibilitas di Hulu DAS Padang. Dibimbing oleh Kemala Sari Lubis dan Alida Lubis.
Penelitian ini telah dilaksanakan di kawasan hulu DAS Padang di Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat erosi aktual berdasarkan metode USLE di hulu DAS Padang melalui pendekatan kemiringan lereng, vegetasi dan erodibilitas dan untuk mengetahui faktor yang paling dominan pada beberapa penggunaan lahan di hulu DAS Padang berdasarkan analisis regresi linear berganda. Penelitian ini menggunakan metode sampling, pengambilan sampel secara acak dengan titik sampel sebanyak 33 sampel. Metode pengukuran erosi menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) dan analisis data dengan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa erosi tertinggi sebesar 7177,84 ton/ha/thn pada non vegetasi dengan kriteria tingkat bahaya erosi tergolong sangat berat dan erosi terendah sebesar 24,30 ton/ha/thn pada vegetasi hutan lindung dengan kriteria tingkat bahaya erosi tergolong sangat ringan.
ABSTRACT
IMAM BUKHARI, Actual Erosion Estimation Method Based Approach USLE Slope, Vegetation and Erodibility in the upstream DAS Padang. Guided by Kemala Sari Lubis and Alida Lubis.
This research has been carried out in the upstream of DAS Padang in region in the district of Raya, Simalungun. This study aims to determine the method based on the actual rate of erosion USLE in upstream of DAS Padang approach slope, vegetation and erodibility and to determine the most dominant factor in some of the land use in the upstream of DAS Padang by multiple linear regression analysis. This study uses sampling, random sampling with a sample size of 33 sample points. Method of measuring erosion using USLE (Universal Soil Loss Equation) and analysis of data with multiple linear regression. The results showed that the highest erosion at 7177.84 tons / ha / year in the non-vegetation with criteria levels classified as very severe erosion hazard and erosion low of 24.30 tonnes / ha / year on the forest vegetation protected by the criteria of erosion potential as very mild .
PENDUGAAN EROSI AKTUAL BERDASARKAN METODE USLE MELALUI PENDEKATAN KEMIRINGAN LERENG, VEGETASI
dan ERODIBILITAS di HULU DAS PADANG
SKRIPSI
OLEH :
PENDUGAAN EROSI AKTUAL BERDASARKAN METODE USLE MELALUI PENDEKATAN KEMIRINGAN LERENG, VEGETASI
dan ERODIBILITAS di HULU DAS PADANG
SKRIPSI
OLEH :
IMAM BUKHARI 090301221 ILMU TANAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Kemiringan Lereng, Vegetasi dan Erodibilitas di Hulu DAS Padang
Nama : Imam Bukhari
NIM : 090301221
Program Studi : Agroekoteknologi Minat : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
( Kemala Sari Lubis, SP. MP. ) ( Ir. Alida Lubis, MS. ) Ketua Anggota
ABSTRAK
IMAM BUKHARI, Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Kemiringan Lereng, Vegetasi dan Erodibilitas di Hulu DAS Padang. Dibimbing oleh Kemala Sari Lubis dan Alida Lubis.
Penelitian ini telah dilaksanakan di kawasan hulu DAS Padang di Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat erosi aktual berdasarkan metode USLE di hulu DAS Padang melalui pendekatan kemiringan lereng, vegetasi dan erodibilitas dan untuk mengetahui faktor yang paling dominan pada beberapa penggunaan lahan di hulu DAS Padang berdasarkan analisis regresi linear berganda. Penelitian ini menggunakan metode sampling, pengambilan sampel secara acak dengan titik sampel sebanyak 33 sampel. Metode pengukuran erosi menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) dan analisis data dengan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa erosi tertinggi sebesar 7177,84 ton/ha/thn pada non vegetasi dengan kriteria tingkat bahaya erosi tergolong sangat berat dan erosi terendah sebesar 24,30 ton/ha/thn pada vegetasi hutan lindung dengan kriteria tingkat bahaya erosi tergolong sangat ringan.
ABSTRACT
IMAM BUKHARI, Actual Erosion Estimation Method Based Approach USLE Slope, Vegetation and Erodibility in the upstream DAS Padang. Guided by Kemala Sari Lubis and Alida Lubis.
This research has been carried out in the upstream of DAS Padang in region in the district of Raya, Simalungun. This study aims to determine the method based on the actual rate of erosion USLE in upstream of DAS Padang approach slope, vegetation and erodibility and to determine the most dominant factor in some of the land use in the upstream of DAS Padang by multiple linear regression analysis. This study uses sampling, random sampling with a sample size of 33 sample points. Method of measuring erosion using USLE (Universal Soil Loss Equation) and analysis of data with multiple linear regression. The results showed that the highest erosion at 7177.84 tons / ha / year in the non-vegetation with criteria levels classified as very severe erosion hazard and erosion low of 24.30 tonnes / ha / year on the forest vegetation protected by the criteria of erosion potential as very mild .
RIWAYAT HIDUP
IMAM BUKHARI, dilahirkan di Kota Medan tanggal 27 Oktober 1990
dari ayah Juhardi dan ibu Indriani. Penulis merupakan anak keempat dari empat
bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SD Negeri 091504 Kecamatan Tanah Jawa,
tahun 2006 penulis lulus dari SMP Negeri 2 Kecamatan Tanah Jawa dan pada
tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kecamatan Tanah Jawa dan pada
tahun yang sama penulis masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
(USU) melalui jalur tertulis SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri). Penulis memilih program studi Agroekoteknologi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Ilmu Tanah (IMILTA), menjadi anggota muda Himpunan Mahasiswa Islam,
menjadi Wakil Ketua I Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Fakultas priode
2011-2012, menjadi anggota Pengajian Al-Bayan Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di PT. Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) Kebun Balimbingan
Kecamatan Tanah Jawa sejak bulan Juni sampai Juli 2012, dan pada tahun 2012
penulis mengikuti Seminar Nasional “Intensifikasi Pengelolaan Lahan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
dengan baik dan tepat waktu. Adapun judul dari Skripsi ini adalah “Pendugaan
Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Kemiringan Lereng, Vegetasi dan Erodibilitas di Hulu DAS Padang”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Kemala Sari Lubis, SP. MP., selaku ketua komisi pembimbing dan kepada
Ibu Ir. Alida Lubis, MS., selaku anggota komisi pembimbing yang telah
mencurahkan waktu, perhatian dan memberikan masukan dan pengarahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Kegunaan Penelitian ... 2
TINJAUAN PUSTAKA Erosi ... 3
Faktor Yang Mempengaruhi Erosi ... 5
Faktor Kemiringan ... 6
Faktor Vegetasi ... 7
Faktor Erodibilitas ... 8
Daeah Aliran Sungai (DAS) ... 9
Dampak Erosi Tanah... 10
Analisis Regresi ... 11
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
Bahan dan Alat Penelitian ... 13
Metoda Penelitian ... 13
Pelaksanaan Penelitian ... 14
1. Penetapan Lokasi dan Titik Pengambilan Co