LAMPIRAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid perusahaan tidak diaudit oleh
KAP the Big Four
91 74.0 74.0 74.0
perusahaan diaudit oleh KAP the Big Four
32 26.0 26.0 100.0
Total 123 100.0 100.0
Rotasi Auditor (X3)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid perusahaan tidak diaudit oleh
auditor spesialis
97 78.9 78.9 78.9
perusahaan diaudit oleh auditor spesialis
26 21.1 21.1 100.0
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 141.014
c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 141.014
d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig. Step 1 Step 10.951 4 .027
Block 10.951 4 .027
Model 10.951 4 .027
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 130.063a .085 .125
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 10.918 8 .206
Variables in the Equation
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, and Mark S. Beasley, 2008.Auditing And Assurance Service: An Integrated Approach. 12th ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Arens, Lobbecke, 2000. Auditing Terjemahan:Amir Abadi Jusuf Auditing Pendekatan Terpadu, Salemba Empat, Jakarta.
Astuti, Windi, 2015. “Analisis Penagaruh Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien Dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Pada Bursa Efek Indonesia”.
Universitas Sumatera Utara. Skripsi.
Athoi, Muhammad, 2015. “Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien, Dan Spesialisasi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI”. Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan UjianKomprehensif Program Strata Satu
(S1), Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. 2011.
Chariri, J.H., 2014. “Pengaruh Tenure, Ukuran KAP, dan Spesialisasi Auditor
Terhadap Kualitas Audit”. Program Sarjana Akuntansi, Jurusan Akuntansi
Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi.
Dalimunthe, Mhd. Fuadi, 2015. “Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, Dan Independensi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Universitas Sumatera Utara. Skripsi.
DeAngelo, L. E. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal Of Accounting and Economics, Vol. 3, Page: 183-199.
Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Keempat Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang..
Halim, Abdul, 2015. Auditing Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan, Edisi Kelima, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Hatadi, Bambang, 2012. “Pengaruh Fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor Terhadap Kualitas Audit Di Bursa Efek Indonesia”.Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 16, No. 1, hal 84-103.
Indrawati, Ph. D., 2015. Metode Penelitian Manajemen Dan Bisnis Konvergensi Teknologi Komunikasi Dan Informasi, PT Refika Aditama, Bandung.
Jackson, A.B., M. Moldrich, dan P. Roebuck. 2008. Mandatory Audit Firm Rotation and Audit Quality. “Managerial Auditing Journal, Vol 23, No. 5, pp. 420-437.
Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002 tentang adanya rotasi wajib (mandatory).
Kurniasih, Margi, 2014. “Pengaruh Audit Fee, Audit Tenure, Dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit”. Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014.
Myers, J., Myers, A. And Omer, T.C, 2003. “Exploring The Term Of The Auditor-Client Relationship and The Quality Of Earnings: A Case For Mandatory Auditor Rotation?”.The Accounting Review 78, h: 779-800.
Nadeak, Ebnasus LBM, 2015. “Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit, dan Aktivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Audit”. Universitas Sumatera Utara. Skripsi.
Pakpahan, Rimmaniar, 2016. “Pengaruh Rotasi Kantor Akuntan Publik Mandatory dan Voluntary terhadap kualitas Audit dengan Ukuran KAP sebagai variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI 2012-2014”. Universitas Sumatera Utara. Skripsi.
Sartika, Maya, 2015. “Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit Terhadap Kualitas Audit”. Universitas Sumatera Utara. Skripsi.
Sugiyono, 2010.“Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta.
Sukrisno, Agoes, 2012. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh KAP, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah kausal. Menurut
Sugiyono (2010:30) penelitian kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk
menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang
mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi).
Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah audit
tenure, audit fee, rotasi auditor, dan spesialisasi auditor. Sedangkan, variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data-data laporan keuangan
tahunan yang telah di audit pada Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui
website real estate dan
property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi (BEI) dari tahun 2012 sampai
2014. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2016 sampai dengan Juli 2016.
3.3. Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini dibuat agar tujuan penelitian ini
1. Variabel yang teliti diperkirakan dapat mempengaruhi kualitas audit.
Variabel tersebut adalah audit tenure, audit fee, rotasi auditor, dan
spesialisasi auditor.
2. Penelitian yang digunakan adalah perusahaan real estate dan property
pada periode 2012-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.4. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah aspek penelitian yang memberikan informasi
tentang penjelasan definisi dari variabel yang telah dipilih oleh peneliti. Dalam
penelitian ini definisi operasional yang digunakan meliputi variabel audit tenure,
audit fee, rotasi auditor, dan spesialisasi auditor.
3.4.1. Variabel Dependen
Variabel Dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Variabel dalam penelitian ini adalah kualitas audit. Kualitas
audit merupakan kemampuan auditor untuk menemukan dan
menggungkapkan kesalahan atau kekeliruan yang terdapat pada sistem
akuntansi klien. Kualitas audit diproksikan dengan ukuran Kantor Akuntan
Publik, Kantor Akuntan Publik yang besar (KAP big Four) dianggap
memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan Kantor Akuntan
Publik non Big Four, karena mereka dituntut untuk bisa menjaga
3.4.2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah audit tenure,
audit fee, rotasi auditor, dan spesialisasi auditor.
Audit tenure merupakan masa perikatan audit ditentukan dengan
melihat laporan keuangan yang di audit selama tiga tahun berturut-turut
yaitu dimulai dari tahun 2012 sampai 2014.Semakin panjang masa perikatan
antara klien dan auditor membuat adanya kedekatan emosional antara klien
dan auditor sehingga mampu mengurangi tingkat objektifitas auditor dalam
melaksanakan kegiatan auditnya.
Audit tenure merupakan masa perikatan auditor yang memberikan
jasa audit dengan jangka waktu yang telah disepakati terhadap
kliennya.Audittenure dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang
dilakukan oleh Kurniasih (2014) yaitu dengan menggunakan skala interval
sesuai dengan lamanya hubungan auditor dari KAP dengan perusahaan.
AuditTenure diukur dengan cara menghitung jumlah tahun perikatan dimana
auditor dari KAP yang sama melakukan perikatan audit terhadap auditee,
tahun pertama perikatan dimulai dengan angka 1 dan ditambah dengan satu
untuk tahun-tahun berikutnya. Informasi ini dilihat di laporan auditor
independen selama beberapa tahun untuk memastikan lamanya auditor KAP
Fee audit merupakanfee yang diterima oleh auditor yang
berasaldaripembayaranfee olehmanajemen (Hartadi, 2012). Data tentangfee
audit diproksikanolehakunprofessional fees yang
terdapatdalamlaporankeuangan pada real estatedan property yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang selanjutnya variable fee audit
inidiukurdenganmenggunakanlogaritma natural dari data
atasakunprofessional fees.
Dasarpengambilankeputusaniniadalahbelumtersedianya data tentangfee
audit dikarenakanpengungkapan data tentangfee audit di Indonesia
masihberupavoluntary disclosure(pengungkapan sukarela),
sehinggabelumbanyakperusahaan yang mencantumkan data tersebut di
dalamannual report.
Rotasi audit merupakan pergantian kantor akuntan publik dimana
akuntan publik di Indonesia hanya dapat mengaudit laporan keuangan
perusahaan maksimal tiga tahun berturut-turut. Oleh karena itu, variabel
rotasi audit mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Kurniasi (2014)
yaitu rotasi audit diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu nilai 1
jika terjadi rotasi auditor; nilai 0 jika tidak terjadi rotasi auditor.
Spesialisasi auditor diukur dengan kemungkinan bahwa perusahaan
sampel menggunakan KAP spesialisasi industri atau tidak.Variabel ini
diukur dengan menggunakan variabel dummy.Nilai 1 jika perusahaan
diaudit oleh auditor spesialis, dan 0 jika perusahaan di audit oleh auditor
sama dengan perusahaan-perusahaan dengan aset yang tinggi pada suatu
industri, maka disebut KAP spesialis dalam industri tersebut. Pengukuran
spesialisasi dengan melihat market share (pangsa pasar) minimal 10% dari
jumlah klien perusahaan yang diaudit suatu KAP pada industri tertentu.
3.5. Skala Pengukuran Variabel
Tabel 3.1.
Skala Pengukuran Variabel
Variabel Penelitian
Indikator Skala Pengukuran Variabel Dependen
Kualitas Audit Ukuran kantor
Akuntan Publik (KAP)
Nominal Jika perusahaan
diaudit oleh KAP
the Big 4 = 1, jika diaudit oleh non-Big 4 = 0
Variabel Independen
Audit Tenure Lamanya
hubungan kerja sama antara auditor dan klien
Interval Jumlah tahun
auditor melakukan dengan angka 1 dan ditambah angka 1
Audit Fee Data tentang fee
audit diproksikan perusahaan real
Logaritma Natural
Audit ini diukur dengan
menggunakan
logaritma natural dari data atas akun
estate dan
property.
Rotasi Auditor Rotasi audit
diukur dengan menggunakan
variabel dummy
Nominal Diukur dengan
menggunakan variabel dummy
yaitu nilai 1 jika terjadi rotasi auditor; nilai 0 jika tidak terjadi rotasi auditor.
Spesialisasi Auditor Diukur dengan
kemungkinan bahwa perusahaan sampel
menggunakan KAP spesialisasi industri atau tidak
Nominal Variabel ini diukur dengan
menggunakan variabel dummy.
Nilai 1 jika perusahaan diaudit oleh auditor spesialis, dan 0 jika perusahaan di audit oleh auditor non spesialis.
Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2016)
3.6. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian, benda-benda yang
menarik peneliti untuk ditelaah. Populasi yang dipilih peneliti untuk ditelaah akan
menjadi pembatas dari hasil penelitian yang diperoleh. Artinya, penelitian hanya
akan berlaku pada populasi yang dipilih. Seorang peneliti hanya dapat
menyimpulkan hasil penelitiannya untuk populasi yang telah dipilihnya
(Indrawati, 2015). Pada penelitian ini, populasi yang digunakan adalah perushaan
real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
periode 2012 sampai 2014. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 49.
Sampel adalah anggota populasi yang terpilih untuk dilibatkan dalam
tentang yang sedang diteliti. Penelitian jarang mengambil seluruh anggota
populasi untuk diteliti karena biasanya jumlah anggota populasi akan memerlukan
dana, waktu, dan energi yang sangat banyak (Indrawati, 2015).
Metode pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling.
Purposive sampling merupakan pengambilan sampel yang disesuaikan dengan
tujuan dan kriteria penelitian. Kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel
adalah sebagai berikut:
1. Merupakan perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014.
2. Menerbitkan Laporan Keuangan yang telah diaudit selama periode
penelitian 2012-2014.
3. Mempunyai informasi data yang diperlukan untuk penelitian.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka penelitian memperoleh sampel
sebanyak 41 perusahaan real estate dan property yang menjadi sampel penelitian
adalah 123 unit yaitu 41perusahaan x 3 tahun. Alasan peneliti memilih perusahaan
real estate dan property karena perusahaan real estate dan property belum banyak
diteliti oleh peneliti sebelumnya.
Tabel. 3.2.
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No. Kriteria Jumlah Pelanggaran
Kriteria Akumulasi
1.
Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2.
Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang telah
diaudit tahun 2012-2014 (5) 44
3.
Mempunyai informasi data yang diperlukan untuk penelitian
(3) 41
Jumlah 41
Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2016)
Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan teknik purposive
sampling, maka emiten yang lolos di uji terdapat pada tabel daftar populasi dan
sampel penelitian perusahaan real estate dan property yang ditunjukkan dalam
tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel. 3.3.
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No. Kode Saham
Nama Emiten (Perusahaan Publik)
17. DMAS Puradelta Lestari Tbk X X
29. LCGP Eureka Prima Jakarta Tbk
3.7. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Dimana data sekunder ini diperoleh dari website
laporan keuangan tahunan yang telah diaudit pada perusahaan real estate dan
property di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdaftar sebelum tahun 2012.
Penelitian ini mengolah data laporan keuangan perusahan real estate dan property
dari tahun 2012 sampai tahun 2014.
3.8. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah metode dokumentasi yaitu proses perolehan dokumen dengan
mengumpulkan, mencatat serta mempelajari dokumen-dokumen dan data-data
sekunder yang berupa laporan keuangan auditan dari perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI. Sedangkan untuk telah pustaka diperoleh dari penelitian dan
literatur lain.
3.9. Teknik Analisis
Tujuan dari analisis data adalah mendapatkan informasi relevan yang
terkandung didalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk memecahkan
masalah.Pengujian hipotesis juga menggunakan analisis regresi logistik (Iogistic
Regression).
Menurut Ghozali (2011) logistic regression sebenarnya mirip dengan
diprediksi dengan variabel bebasnya. Dalam analisis regresi logistik (Iogistic
Regression) tidak memerlukan uji asumsi multivariate normal distribution karena
variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan
kategorial (non-metrik).
Alasan menggunakan regresi logistik adalah variabel dependen merupakan
variabel dummy, yaitu hanya terdiri atas dua nilai, yang mewakili kemunculan
atau tidak adanya suatu kejadian yang biasanya diberi angka 0 atau angka 1.
Tahapan analisis regresi logistik (Iogistic Regression) diantaranya dilakukan
pengujian kelayakan model regresi, menilai kelayakan model regresi (Goodness of
Fit Test), menilai model fit (Overall Model Fit), uji regresi. Metode analisis data
yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif yang digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
variabel-variabel dalam penelitian ini. Berikut ini penjelasan mengenai metode analisis
dalam penelitian ini.
3.9.1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum (Ghozali, 2011).
3.9.2. Uji Asumsi Multikolinearitas
Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi
adanya korelasi antar variabel-variabel independen yang satu dengan yang
lainnya.
3.9.3. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan metode
analisis Logistic Regression (Regresi Logistik). Regresi Logistik digunakan
karena variabel dependen dalam penelitian ini merupakan variabel
dichotomus yaitu variabel yang pengukurannya terdiri dari dua kategori
(Kurniasih, 2014).
3.9.4. Analisis Regresi Logistik
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kualitas audit yang dihasilkan dari ukuran KAP Big Four dengan KAP non
Big Four. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
fee audit, audit tenure, dan rotasi audit. Variabel independen tersebut
merupakan campuran antara variabel metrik dan non-metrik sehingga
Regresi Logistik digunakan. Model Regresi Logistik dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Sumber: Kurniasih (2014)
Keterangan:
Kualitas = Kualitas Audit (variabel dummy, 1 jika diaudit oleh KAP
α = Konstanta
b = Koefisien Model Regresi
TEN = Audit Tenure
FEE = Audit Fee
RA = Rotasi Auditor (variabel dummy, 1 jika melakukan rotasi, 0
jika tidak melakukan rotasi)
SA = Spesialisasi Auditor (variabel dummy, 1 jika diaudit KAP
spesialis dan 0 jika tidak diaudit KAP non spesialis)
e = Residual error.
3.9.5. Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit
Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit menguji hipotesis nol
bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan
antara model dengan data sehingga model dapat diaktakan fit). Jika nilai
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit test statistic sama dengan atau
kurang dari 0.05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan
signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness Fit
model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya
atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data
observasinya (Ghozali, 2011).
3.9.6. Overall Fit Model
Untuk menilai keseluruhan model (overall model fit) dengan
Log Likehood pada saat model hanya memasukkan konstanta dengan nilai
-2 Log Likehood (block number = 0) dengan pada saat model memasukkan
konstanta dan variabel bebas (block number = 1). Apabila nilai -2 Log
Likehood (block number = 0) > nilai -2 Log Likehood (block number = 1),
maka keseluruhan model menunjukkan model regresi yang baik. Penurunan
-2Log Likehood menunjukkan model semakin baik (Ghozali, 2009).
3.9.7. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Nagelkerke R Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan dan
mempengaruhi variabel dependen. Nagelkerke R Square merupakan
modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya
yang bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara
membagi nilai Cox dan Snell’s R2 dengan nilai maksimumnya kemudian
diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression (Ghozali, 2011).
3.9.8. Menguji Koefisien Regresi
Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh
semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh terhadap hasil kualitas audit. koefisien regresi logistik dapat
ditentukan dengan menggunakan p-value (probability value). Tingkat
signifikansi (α) yang digunakan sebesar 10% (0,1). Kriteria penerimaan dan
p-value > α, maka hipotesis alternatif ditolak. Sebaliknya jika p-value < α,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan
nilai standar deviasi, dari variabel audit tenure dan spesialisasi auditor.
Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai
berikut.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Fee Audit 123 18.42 25.42 22.1222 1.59497 Audit Tenure 123 1.00 3.00 1.8130 .81331 Valid N (listwise) 123
Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui audit tenure minimum adalah 1,00
sedangkan nilai audit tenuremaksimum adalah 3,00.Diketahui nilairata-rata
(mean) audit tenure dari tahun 2012-2014 adalah 1,8130, dan standar deviasinya
adalah 0,81331. Diketahui fee audit minimum adalah 18,42, sedangkan fee
auditmaksimum adalah 25,42. Diketahui nilai rata-rata (mean) fee audit dari tahun
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Kualitas Audit Kualitas Audit (Y)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid perusahaan tidak diaudit oleh
KAP the Big Four
91 74.0 74.0 74.0
perusahaan diaudit oleh KAP the Big Four
32 26.0 26.0 100.0
Total 123 100.0 100.0
Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui kualitas audit yang termasuk ke dalam
kategori perusahaan tidak diaudit oleh KAP the Big Four dari tahun
2012-2014sebanyak 91 perusahaan (74%), sementara yang termasuk ke dalam kategori
perusahaan diaudit oleh KAP the Big Four dari tahun 2012-2014sebanyak 32
perusahaan (26%).
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Rotasi Auditor Rotasi Auditor
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid tidak terjadi rotasi auditor 109 88.6 88.6 88.6
terjadi rotasi auditor 14 11.4 11.4 100.0
Total 123 100.0 100.0
Berdasarkan Tabel 4.3, diketahui perusahaanyang tidak terjadi rotasi
auditor dari tahun 2012-2014 sebanyak 109 perusahaan (88,6%), sementara
perusahaan yang terjadi rotasi auditor dari tahun 2012-2014 sebanyak 14
perusahaan (11,4%). Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui perusahaanyang tidak
diaudit oleh auditor spesialis dari tahun 2012-2014 sebanyak 97 perusahaan
(78,9%), sementara perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis dari tahun
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Spesialisasi Auditor
Spesialisasi Auditor
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid perusahaan tidak diaudit oleh
auditor spesialis
97 78.9 78.9 78.9
perusahaan diaudit oleh auditor spesialis
26 21.1 21.1 100.0
Total 123 100.0 100.0
4.2. Uji Asumsi Multikolinearitas
Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang
kuat antara variabel bebasnya.Multikolinearitasmerupakan situasi adanya korelasi
antar variabel-variabel independen yang satu dengan yang lainnya.Dalam
penelitian ini,gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai korelasi antar
variabel yang terdapat dalam matriks korelasi.Hasil uji gejala multikolinearitas
disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas dengan Matriks Korelasi
Correlation Matrix
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat dilihat bahwa korelasi antara audit
tenure(X1) dan fee audit(X2) sebesar -0,195, korelasi audit tenure(X1) dan rotasi
auditor(X4) sebesar 0,107, dan seterusnya. Dari hasil pengujian pada Tabel 4.5,
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antar variabel
independen. Gejala multikolinearitas terjadi apabila nilai korelasi antar variabel
independen lebih besar dari 0,90 (Ghozali, 2006:91). Berdasarkan hasil ini dapat
disimpulkan bahwa lolos dari uji gejala multikolinieritas.
4.3. Menguji Model Fit (Overall Model Fit Test)
Uji ini digunakan untuk melihat model yang telah dihipotesiskan telah fit
atau tidak dengan data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara
-2 log likelihood pada awal (block number=0) dengan nilai -2 log likelihood pada
akhir (block number=1). Nilai -2log likelihood awal pada block number =0, dapat
ditunjukkan melalui tabel berikut ini (Tabel 4.6).
Tabel 4.6 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Awal)
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients Constant Step 0 1 141.190 -.959
2 141.014 -1.043
3 141.014 -1.045
4 141.014 -1.045
Nilai -2 log likelihood akhir pada block number = 1, dapat dilihat pada
Tabel 4.7. Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa -2 log likelihood awal pada block
number = 0, yaitu model yang hanya memasukkan konstanta yang dapat dilihat
pada step 4, memperoleh nilai sebesar 141,014. Kemudian pada Tabel 4.7 dapat
step 1 iterasi 5 adalah 130,063.Adanya penurunan nilai antara -2LL awal (
initial-2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir)
menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006).
Penurunan nilai -2 log likelihood menunjukkan bahwa model penelitian ini
dinyatakan fit, artinya penambahan-penambahan variabel bebas yaitu audit tenure,
fee audit, rotasi auditor, dan spesialisasi auditor,ke dalam model penelitian akan
memperbaiki model fit dalam penelitian ini.
Tabel 4.7 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Akhir)
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Tabel 4.8 Menguji Model Fit
Nilai -2Loglikelihood
Keterangan Awal Akhir
141,014 130,063
Adanya penurunan nilai antara -2LL awal (initial-2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Penurunan nilai -2 log likelihood menunjukkan bahwa model penelitian ini dinyatakan
fit, artinya penambahan-penambahan variabel bebas yaitu audit tenure, fee audit, rotasi auditor, danspesialisasi auditor, ke dalam model penelitian akan memperbaiki model fit dalam penelitian ini.
4.4. Menguji Kelayakan Model Regresi
Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan
menggunakangoodness of fitness test yang diukur berdasarkan nilai Chi-Square
pada Tabel Hosmer and Lemeshow Test (Tabel 4.9).
Tabel 4.9 Hosmer and Lemeshow Test
Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig.
1 10.918 8 .206
Berdasarkan Tabel 4.9, diketahui nilai statistik Chi-Square adalah 10,918.
Gambar 4.1 Perhitungan Chi-Square Tabel dengan Microsoft Excel
Berdasarkan Gambar 4.1, diketahui nilai Chi-Square tabel bernilai 15,507. Untuk
menentukan apakah model layak atau tidak, maka dapat diketahui dengan
membandingkan nilai statistik Chi-square terhadap Chi-Square Tabel.
����������� −����� ℎ��2 ≤ �������2 ,���� ����������.
����������� −����� ℎ��2 >�
Perhatikan bahwa karena nilai statistik Chi-Square (10,918) lebih kecil
dibandingkan nilai Chi-Square Tabel(15,507), maka disimpulkan bahwa model
cukup layak dalam mencocokkan/fit data.
Tabel 4.10 Menguji Kelayakan Model Regresi dengan Pendekatan Nilai Chi-Square
Chi Square Hitung
Chi Square
Tabel Keterangan
10,918 15,507
Perhatikan bahwa karena nilai statistik Chi-Square
(10,918) lebih kecil dibandingkan nilai Chi-Square
Tabel(15,507), maka disimpulkan bahwa model cukup layak dalam mencocokkan/fit data.
Untuk menentukan apakah model layak atau tidak, juga dapat diketahui dengan
membandingkan nilai probabilitas dari uji Hosmer-Lemeshow/Pearson Chi-square
terhadap tingkat signifikansi yang digunakan.
��������������������� ≥ �������������������,��������������.
���������������������<�������������������,��������������������.
Berdasarkan Tabel 4.11, diketahui nilai probabilitas atau Sig. sebesar 0,206.
Perhatikan bahwa karena nilai probabilitas (0,206) lebih besar dibandingkan
tingkat signifikansi(0,05), maka disimpulkan bahwa model cukup layak dalam
mencocokkan/fit data.
Tabel 4.11 Menguji Kelayakan Model Regresi dengan Pendekatan Nilai Sig.
Sig. Tingkat Signifikansi Keterangan
0,206 0,05
Perhatikan bahwa karena Sig. (0,206) lebih besar dibandingkan 0,05, maka disimpulkan bahwa model cukup layak dalam mencocokkan/fit data.
4.5. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Dalam regresi logistik, dapat digunakan statistik Nagelkerke’s ��2untuk
mengukur kemampuan model regresi logistik dalam mencocokkan atau
menyesuaikan data. Dengan kata lain, nilai statistik dari Nagelkerke’s ��2dapat
diinterpretasikan sebagai suatu nilai yang mengukur kemampuan variabel-variabel
bebas dalam menjelaskan atau menerangkan variabel tak bebas. Tabel 4.12
menyajikan nilai statistik dari Nagelkerke’s ��2.
Tabel 4.12Nagelkerke R Square
Model Summary Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 130.063a .085 .125
Berdasarkan Tabel 4.12, nilai statistik Nagelkerke R Square 0,125. Nilai tersebut
diinterpretasikan sebagai kemampuan audit tenure, fee audit, rotasi auditor, dan
spesialisasi auditor,dalam mempengaruhi kualitas audit sebesar 12,5%, sisanya
sebesar 87,5% dijelaskan oleh variabel-variabel atau faktor-faktor lain.
4.6. UjiSignifikansi Model secara Simultan
Tabel Omnibus Tests of Model Coefficients (Tabel 4.13) berfungsi untuk
melihat hasil pengujian secara simultan pada regresi logistik, yakni melihat
pengaruh variabel bebas (independen) secara bersama-sama (simultaneously)
terhadap variabel dependen. Berdasarkan Tabel 4.13, diperoleh nilai probabilitas
disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama
berpengaruh signifikan secara statistik, terhadap kualitas audit.
Tabel 4.13 Uji Signifikansi Model secara Simultan
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig. Step 1 Step 10.951 4 .027
Block 10.951 4 .027
Model 10.951 4 .027
4.7. Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji Wald)
Dalam regresi linear, baik sederhana maupun berganda, uji � digunakan
untuk menguji signifikansi dari pengaruh parsial. Pada regresi logistik, uji
signifikansi pengaruh parsial dapat diuji dengan uji Wald.Dalam uji Wald,
statistik yang diuji adalah statistik Wald (Wald statistic).Nilai statistik dari uji
Wald berdistribusi chi-kuadrat.
Pengambilan keputusan terhadap hipotesisdapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan nilai probabilitas dari uji Wald. Berikut aturan
pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan nilai probabilitas. ���������������������
≥ �������������������,�0������������1�������.
���������������������
Tabel 4.14 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a X1 .191 .277 .476 1 .490 1.211
X2 .145 .146 .994 1 .319 1.156
X3 -1.175 1.097 1.148 1 .284 .309
X4 1.080 .479 5.093 1 .024 2.945
Constant -4.827 3.212 2.259 1 .133 .008 a. Variable(s) entered on step 1: AUDIT TENURE, FEE AUDIT, ROTASI AUDITOR, SPESIALISASI AUDITOR.
�� : Audit Tenure Berpengaruh Signifikan terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan Tabel 4.14, nilai probabilitas (Sig.) dari audit tenure adalah0,490,
yakni lebih besar dari 0,05, maka audit tenuretidak berpengaruh signifikan (tidak
signifikan secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%.
�� : Audit FeeBerpengaruh Signifikan terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan Tabel 4.14, nilai probabilitas (Sig.) dari fee audit adalah0,319, yakni
lebih besar dari 0,05, maka audit fee tidak berpengaruh signifikan (tidak
signifikan secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%.
�� : Rotasi AuditorBerpengaruh Signifikan terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan Tabel 4.15, nilai probabilitas (Sig.) dari rotasi auditor adalah 0,284,
yakni lebih besar dari 0,05, maka rotasi auditortidak berpengaruh signifikan (tidak
signifikan secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%.
Berdasarkan Tabel 4.15, nilai probabilitas (Sig.) dari spesialisasi auditor adalah
0,024, yakni lebih besar dari 0,05, maka spesialisasi auditor berpengaruh
signifikan (signifikan secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat
signifikansi 5%.
4.8. Hasil dan Pembahasan
4.8.1. Hubungan Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit
Secara parsialvariabel audit tenure menunjukkan nilai probabilitas
(Sig.) dari audit tenure adalah0,490, yakni lebih besar dari 0,05, maka
audit tenuretidak berpengaruh signifikan (tidak signifikan secara statistika)
terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5% (0,05). Hasil
penelitian ini konsiten dengan penelitian Dalimunthe (2015), dimana
terdapat hubungan postif tetapi tidak singnifikan antara audit tenure
dengan kualitas audit.
Hasil penelitian tersebut juga mendukung penelitian milik Sartika
(2015) yang tidak menemukan pengaruh audit tenure terhadap kualitas
audit. Dengan hasil penelitian ini bahwa lamanya masa perikatan audit
bukanlah menjadi acuan bahwa hasil audit akan berkualitas. Lamanya
masa perikatan audit antara auditor dengan klien, seharusnya kantor
akuntan publik lebih mengerti kondisi perusahaan klien sehingga tau jika
klien ingin memanipulasi laporan keuangan, tetapi karena masa perikatan
sehingga tidak mengembangkan strategi prosedur audit yang digunakan
dan menurunkan kualitas audit.
4.8.2. Hubungan Audit Fee dengan Kualitas Audit
Secara parsial variabel audit fee menunjukkan bahwa nilai
probabilitas (Sig.) dariaudit fee adalah0,319, yakni lebih besar dari 0,05,
maka audit fee tidak berpengaruh signifikan (tidak signifikan secara
statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih
(2014), dimana audit fee berpengaruh terhadap kualitas audit. Semakin
besar biaya yang dikeluarkan maka semakin berkualitas hasil auditnya.
4.8.3. Hubungan Rotasi Auditor dengan Kualitas Audit
Secara parsial variabel rotasi auditor menunjukkan bahwa nilai
probabilitas (Sig.) dari rotasi auditor adalah 0,284, yakni lebih besar dari
0,05, maka rotasi auditortidak berpengaruh signifikan (tidak signifikan
secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pakpahan (2016) dimana variabel rotasi auditor/KAP tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Namun penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian Astuti (2015) dan Kurniasih (2014) dimana rotasi
Pengaruh rotasi auditor terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh
beberapa penelitian memiliki hasil penelitian yang berbeda. Maka, rotasi
auditor tidak dapat menjadi acuan/patokan dalam menentukan hasil audit
yang bekualitas (Kualitas Audit).
4.8.4. HubunganSpesialisasi Auditor dengan Kualitas Audit
Secara parsial variabel spesialisasi auditor dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa nilai probabilitas (Sig.) dari spesialisasi auditor
adalah 0,024, yakni lebih besar dari 0,05, maka spesialisasi auditor
berpengaruh signifikan (signifikan secara statistika) terhadap kualitas
audit, pada tingkat signifikansi 5%. Penelitian ini memiliki hasil yang
sama dengan penelitian Dalimunthe (2015), auditor industry
spesializatio/spesialisasi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.
Auditor dikatakan spesialis apabila telah menguasai pangsa pasar sebesar
10%. Namun, berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Athoi
(2015) mengatakan bahwa spesialisasi auditor tidak bepengaruh terhadap
kualitas audit.
4.8.5. Hubungan Audit Tenure, Audit Fee, Rotasi Auditor, dan
Spesialisasi Auditor terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan hasil pengujian secara simultan pengaruhAudit
Tenure, Audit Fee, Rotasi Auditor, dan Spesialisasi Auditor terhadap
of Model Coefficients 0,027, yakni lebih kecil dari 0,05, disimpulkan
bahwa variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh
signifikan secara statistik, terhadap kualitas audit. Nilai statistik
Nagelkerke R Square 0,125. Nilai tersebut diinterpretasikan sebagai
kemampuan audit tenure, fee audit, rotasi auditor, dan spesialisasi auditor,
dalam mempengaruhi kualitas audit sebesar 12,5%, sisanya sebesar 87,5%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Sesuai dengan adanya perumusan masalah pada penelitian ini yaitu apakah
terdapat pengaruh audit tenure, audit fee, rotasi auditor, dan spesialisasi auditor
terhadap kualitas audit pada perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia secara parsial maupun simultan, dan pembahasan maka
dapat disimpulkan:
1. Secara parsialvariabel audit tenure menunjukkan nilai probabilitas (Sig.)
dari audit tenure adalah0,490, yakni lebih besar dari 0,05, maka audit
tenuretidak berpengaruh signifikan (tidak signifikan secara statistika)
terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5% (0,05). Hasil
penelitian ini konsiten dengan penelitian Dalimunthe (2015), dimana
terdapat hubungan postif tetapi tidak singnifikan antara audit tenure
dengan kualitas audit.
2. Secara parsial variabel audit fee menunjukkan bahwa nilai probabilitas
(Sig.) dari audit fee adalah0,319, yakni lebih besar dari 0,05, maka audit
fee tidak berpengaruh signifikan (tidak signifikan secara statistika)
terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih (2014), dimana
3. Secara parsial variabel rotasi auditor menunjukkan bahwa nilai
probabilitas (Sig.) dari rotasi auditor adalah 0,284, yakni lebih besar dari
0,05, maka rotasi auditor tidak berpengaruh signifikan (tidak signifikan
secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pakpahan (2016) dimana variabel rotasi auditor/KAP tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit.
4. Secara parsial variabel spesialisasi auditor dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa nilai probabilitas (Sig.) dari spesialisasi auditor
adalah 0,024, yakni lebih besar dari 0,05, maka spesialisasi auditor
berpengaruh signifikan (signifikan secara statistika) terhadap kualitas
audit, pada tingkat signifikansi 5%. Penelitian ini memiliki hasil yang
sama dengan penelitian Dalimunthe (2015) namun berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Athoi (2015) mengatakan bahwa spesialisasi
auditor tidak bepengaruh terhadap kualitas audit.
5. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan, diketahui nilai probabilitas
dari uji simultan Omnibus Tests of Model Coefficients 0,027, yakni lebih
kecil dari 0,05, disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan secara
bersama-sama berpengaruh signifikan secara statistik, terhadap kualitas
audit. Nilai statistik Nagelkerke R Square 0,125. Nilai tersebut
diinterpretasikan sebagai kemampuan audit tenure, fee audit, rotasi
sebesar 12,5%, sisanya sebesar 87,5% dijelaskan oleh variabel-variabel
atau faktor-faktor lain.
5.2. Saran
Dari kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang ingin disampaikan oleh
peneliti adalah sebagai berikut :
1. Bagi Emiten
Untuk meningkatkan kepercayaan investor, maka perusahaan harus
mampu memilih auditor yang memiliki reputasi baik agar menghasilkan
audit yang berkualitas dan menciptakan nilai bagi perusahaan sehingga
informasi yang diberikan akurat, andal dan transparan bagi para investor
untuk memperoleh gambaran secara real tentang prospek perusahaan di
masa depan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi Peneliti selanjutnya ditambahkan variabel lain yang berkaitan erat
secara teori terhadap variabel kualitas audit. Hal ini dimaksudkan agar
dapat menjelaskan lebih komprehensif atau mendalam mengenai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kualitas Audit
Kualitas audit dapat diartikan sebagai bagus atau tidaknya suatu
pemeriksaan yang telah dilakukan oleh seorang auditor. Berdasarkan Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit yang dilaksanakan auditor dapat
dikatakan berkualitas, jika memenuhi ketentuan atau standar pengauditan. Standar
auditing mencakup mutu profesional, auditor independen, pertimbangan
(judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan
audit.
De Angelo (1981) mendefenisikan kualitas audit sebagai sebuah
kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan melaporkan salah saji material.
Proses pelaporan yang dilakukan oleh auditor tergantung kepada independensi
auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut.
Kualitas audit terdiri atas kualitas sebenarnya (actual) dan dirasakan
(perceived), Actual Quality adalah tingkatan dimana resiko dari pelaporan salah
saji material dalam rekening keuangan berkurang, sementara Perceived Quality
adalah seberapa efektif pengguna laporan keuangan percaya bahwa auditor telah
mengurangi salah saji material. Perceived audit quality yang lebih tinggi dapat
membantu mempromosikan investasi pada klien yang diadili (dalam Jackson et
Kualitas audit juga merupakan adanya kecenderungan auditor akan
mendeteksi adanya fraund yang terdapat dalam laporan keuangan klien. Tujuan
kualitas audit yaitu meningkatkan hasil kinerja audit pelaporan keuangan klien
yang digunakan oleh para pemakai laporan keuangan auditan.
2.2. Audit Tenure
Audit tenure adalah jangka waktu penugasan audit antara auditor (Kantor
Akuntan Publik) dengan perusahaan yang diaudit secara terus menerus tanpa
mengganti pihak auditor lain. Masa audit tenure yang lama pada umumnya akan
mempengaruhi tingkat independensi auditor. Di Indonesia, ketentuan mengenai
audit tenure telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 yaitu masa jabatan untuk KAP paling lama 5
tahun berturut – turut. Keputusan Menteri tersebut juga membatasi masa kerja
auditor paling lama 3 tahun berturut – turut untuk klien yang sama. Pada tahun
2008, dikeluarkan peraturan terbaru yaitu Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 yaitu tentang pemberian jasa audit
umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP paling
lama 6 tahun berturut – turut dan untuk auditor paling lama 3 tahun berturut –
turut. Keputusan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kecurangan karena
kedekatan antara auditor dengan klien.Hal ini juga memungkinkan auditor
kehilangan independensinya. Masa penugasan/tenure auditor didefiniskan sebagai
Audit tenure dapat berdampak terhadap kualitas audit, dimana kualitas
audit ditentukan oleh pihak independendi auditor. Independensi berkaitan dengan
masa perikatan audit (audit tenure) yang cukup berpengaruh dalam independensi
auditor dan dapat mengurangi kualitas audit yang diberikan.
2.3. Audit Fee
Audit fee adalah besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pihak klien kepada
auditor, dimana tergantung kepada resiko penugasan, kompleksitas jasa yang
diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan dalam melaksanakan jasa tersebut.
Menurut Sukrisno Agoes (2012:18) audit fee adalah “Besarnya biaya
tergantung antara lain penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat
keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP
yang bersangkutandan pertimbangan professional lainnya”.
Menurut Halim (2015:38), fee audit dibagi menjadi dua yaitu besaran fee
dan fee kontinjen. Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain,
resiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang
bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Sedangkan, fee kontinjen
adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa prosfesional tanpa
adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu tersebut.
dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau
temuan badan pengatur.
Pada tanggal 2 Juli 2008, ketua umum Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) menerbitkan Surat Keputusan No.KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang
Kebijakan Penentuan Fee Audit.Surat Keputusan ini diterbitkan untuk tujuan
sebagai panduan bagi profesi Akuntan Publik maupun Kantor Akuntan Publik
dalam menetapkan fee audit.Dalam lampiran 1 menjelaskan bahwa panduan ini
dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik
Indonesia yang menjalankan praktek sebagai akuntan publik dalam menetapkan
besarnya imbalan yang wajar atas jasa profesional yang diberikan.Panduan ini
bertujuan untuk membantu akuntan publik dalam menetapkan imbalan jasa yang
wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang
sepantasnya untuk dapat memberikan jasa sesuai tuntutan Standar Profesional
Akuntan Publik yang berlaku.
Dalam menetapkan imbalan jasa (fee) audit, Akuntan Publik harus
memperhatikan tahapan-tahapan pekerjaan audit. Selain itu, dalam menetapkan
audit fee, Akuntan Publik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Kebutuhan Klien
b. Tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties)
d. Tingkat keahlian (level of expertise) dan tanggung jawab yang
melekat pada pekerjaan yang dilakukan serta tingkat kompleksitas
pekerjaan.
e. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh
Akuntan Publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan.
f. Basis penetapan fee yang disepakati.
Untuk mempertahankan independensi, akuntan publik sudah harus
menerima imbalan jasa atas pekerjaan yang telah dilakukannya sebelum memulai
pekerjaan untuk periode berikutnya.Akuntan publik tidak diperkenankan
menerima perikatan apabila klien belum membayar lunas kewajiban kepada
auditor terdahulu. Setiap Kantor Akuntan Publik wajib menerapkan ketentuan
mengenai panduan penetapan imbalan jasa (fee) audit sebagaimana diatur dalam
lampiran 1 Surat Keputusan.
Insitut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) pada tanggal 25 Agustus 2015
menyatakan akan merevisi Surat Keputusan Fee Audit tahun 2008. SK Fee Audit
tahun 2008 ini direvisi untuk mendorong penerapan ketentuan fee audit tersebut,
termasuk pengenaan sanksi atas pekerjaan anggota yang tidak sesuai standar.Fee
audit yang rendah akan sangat memungkinkan menerapkan prosedur yang
dibawah standar, sehingga dikhawatirkan mempengaruhi kualitas jasa audit dan
pada akhirnya dapat merusak citra profesi akuntan publik itu sendiri.
Memperhatikan situasi yang berkembang saat ini, seperti yang terkait dengan
adopsi ISA yang memerlukan penyesuaian, atau adanya perubahan harga-harga,
perlu dipikirkan untuk mencari alternatif formula agar fee audit yang reasonable
dapat diterapkan dengan baik.
2.4. Rotasi Auditor
Rotasi auditor adalah pergantian Kantor Akuntan Publik yang memberikan
jasa audit kepada kliennya. Pergantian auditor atau rotasi auditor ini dapat terjadi
karena dua hal yaitu sukarela (voluntary) dan wajib (mandatory). Rotasi auditor
mandatory terjadi karena auditor mengundurkan diri atau auditor dipecat oleh
klien.Karena adanya kasus Enron Corporation pada tahun 2001 mendorong
banyak negara untuk memperketat peraturan tentang Kantor Akuntan
Publik.Sehingga pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan yang membatasi
pemberian jasa audit.
Peraturan Pemerintah tentang adanya rotasi wajib (mandatory) di
Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002
adalah Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat
dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan
oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
Kemudian peraturan tersebut di revisi dengan KMK No.
359/KMK.06/2003 dan direvisi kembali KMK No.17/KMK.01/2008 tentang Jasa
Akuntan Publik yaitu, Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari
berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun
buku berturut-turut.
Hubungan antara rotasi auditor dengan kualitas audit adalah dimana rotasi
audit dapat meningkatkan kualitas audit. Karena dengan adanya rotasi auditor
secara bertahap dapat menjadi independensi auditor dan tidak dapat dipengaruhi
oleh pihak manajemen perusahaan.
2.5. Spesialisasi Auditor
Spesialisasi auditor adalah mengambarkan tentang keahlian dari seorang
auditor. Dalam penelitian Chariri (2014) menyatakan bahwa spesialisasi auditor
merupakan dari dimensi kualitas audit, sebab pengalaman dan pengetahuan
auditor tentang industri merupakan salah satu elemen dari keahlian auditor.
Pentingnya pemahaman mengenai bisnis dan idustri dari klien serta pengetahuan
tentang operasi perushaan sangat penting untuk dapat dilakukan audit yang
memadai. Seperti yang dikatakan oleh Arens, et. al. (2008:199):
A through understanding of the client’s business and industry and knowledge about the company’s operations are essential for doing an adequate audit. The nature of the client’s business and industry affects client business risk adn the risk material misstatements in the financial statements. The auditor uses knowledge of these risk to determine the appropiate extent of audit evidence.
Ada beberapa alasan mengapa diperlukan pemahaman yang baik atas
industri klien.Pertama, banyak industri mempunyai aturan akuntansi yang khas
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Kedua, auditor harus dapat
mengidentifikasi risiko dalam industri yang akan mempengaruhi penetapan risiko
audit yang dapat diterima atau bahkan mengaudit perusahaan dalam industri
tersebut dapat dibenarkan. Ketiga, terdapat risiko bawaan yang pada hakekatnya
sama bagi seluruh klien dalam industri tersebut. Pemahaman risiko menolong
auditor dalam mengidentifikasi risiko bawaan dari klien.
2.6. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kualitas audit
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Analisis Hasil
Athoi, Kualitas Audit
berpengaruh terhadap
kualitas audit dan rotasi audit berpengaruh
Kualitas Audit
terhadap Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Perbedaan penelitian ini, dengan penelitian terdahulu adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian ini menggunakan populasi dan sampel pada Perusahaan Real
Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode
tahun 2012 sampai dengan 2014 sedangkan penelitian terdahulu
menggunakan populasi dan sampel pada perusahaan yang berbeda dan tahun
yang berbeda.
2. Penelitian ini menggunakan variabel independen yang berbeda dengan
2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas maka dapat digambarkan
kerangka konseptual yang menjelaskan pengaruh Audit Tenure, Audit Fee, Rotasi
Auditor, dan Spesialisasi Auditor terhadap Kualitas Audit. Berikut ini adalah
gambar kerangka konseptual penelitian ini.
H1
H2
H3
H4
H5
Gambar 2.1.
Kerangka Konseptual
Keterangan:
X1 : Audit Tenure
X2 : Audit Fee
Spesialisasi Auditor (X4)
Rotasi Auditor (X3)
Audit Tenure
(X1)
Audit Fee
(X2) Kualitas Audit
X3 : Rotasi Auditor
X4 : Spesialisasi Auditor
Y : Kualitas Audit
H1 : Pengaruh Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit
H2 : Pengaruh Audit Fee Terhadap Kualitas Audit
H3 : Pengaruh Rotasi Auditor Terhadap Kualitas Audit
H4 : Pengaruh Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Audit
H5 : Pengaruh Audit Tenure, Audit Fee, Rotasi Auditor, dan Spesialisasi
Auditor terhadap Kualitas Audit.
Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah Audit
Tenure, Audit Fee, Rotasi Auditor, dan Spesialisasi Auditor.Sedangkan, variabel
dependen dalam penelitian ini adalah Kualitas Audit.Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
secara simultan dan parsial.
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang masih
bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis
2.4.1. Hubungan antara audit tenure dengan kualitas audit
Jangka waktu penugasan audit antara auditor (Kantor Akuntan
Publik) dengan perusahaan yang diaudit secara terus menerus tanpa
mengganti pihak auditor lain. Masa audit tenure yang lama pada umumnya
akan mempengaruhi tingkat independensi auditor. Lama perikatan audit
antara auditor dengan klien terkadang menyebabkan auditor terlalu percaya
diri dengan pendekatan audit yang digunakan. Dampaknya auditor tidak
melakukan inovasi pada strategi audit yang digunakan. Sehingga
menjadikan kualitas audit yang diberikan menjadi turun.
Berdasarkan uraian diatas maka, diajukan hipotesis:
H1 : Audit tenure berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
2.4.2. Hubungan antara audit fee dengan kualitas audit
Besarnya audit fee tergantung dari resiko penugasan, kompleksitas
jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan
jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan. Biaya yang lebih
tinggi akan meningkatkan kaulitas audit, karena biaya audit yang diperoleh
dalam sati tahun estimasi biaya operasional yang dibutuhkan untuk
melaksanakan proses audit dapat meningkatkan kualitas audit.
Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis:
2.4.3. Hubungan antara rotasi auditor dengan kualitas audit
Hubungan antara rotasi auditor dengan kualitas audit adalah dimana
rotasi audit dapat meningkatkan kualitas audit. Karena dengan adanya rotasi
auditor secara bertahap dapat menjadi independensi auditor dan tidak dapat
dipengaruhi oleh pihak manajemen perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis:
H3 : Rotasi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
2.4.4. Hubungan antara spesialisasi auditor terhadap kualitas audit
Spesialisasi auditor merupakan dari dimensi kaulitas audit, sebab
pengalaman dan pengetahuan auditor tentang industri merupakan salah satu
elemen dari keahlian auditor. Pentingnya pemahaman mengenai bisnis dan
idustri dari klien serta pengetahuan tentang operasi perushaan sangat
penting untuk dapat dilakukan audit yang memadai. Dalam melakukan
pemeriksaan dan pengawasan kinerja manajemen, auditor mungkin akan
menghadapi masalah yang kompleks yang memiliki pengaruh terhadap
laporan keuangan, itulah sebabnya diperlukan spesialisasi auditor yang lebih
memahami industri klien untuk menjaga kualitas audit.
Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis:
H4 : Spesialisasi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit.
H5 : Audit Tenure, Audit fee, Rotasi Auditor dan Spesialisasi auditor
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan ekonomi, profesi akuntan publik sangat berperan
penting dalam dunia bisnis. Profesi akuntan publik memiliki tempat yang
istimewah karena hampir dibutuhkan oleh organisasi apapun, baik perusahaan
swasta, BUMN/BUMD, perusahaan multinasional, perusahaan asing,
pemerintahan dan organisasi nirlaba. Adanya, tuntutan sekarang ini, untuk
menyajikan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada para
pemakai eksternal maupun internal menjadikan profesi akuntan publik banyak
dibutuhkan oleh para pelaku bisnis.
Perusahaan sangat membutuhkan akuntan untuk membuat laporan keuangan
secara sistematis dan detail. Dimana laporan keuangan perusahaan merupakan
salah satu sarana untuk memenuhi akuntabilitas yang dituntut oleh para pihak
yang berkepentingan (stakeholder) untuk menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan.
Menurut Halim (2015:62), Perusahaan yang laporan keuangannya telah
diaudit oleh auditor independen dan diberi pendapat wajar tanpa pengecualian
mempunyai keuntungan ekonomis. Untuk membuat percaya klien, maka auditor
apabila auditor menggunakan standar auditing. Dimana standar auditing ini
merupakan suatu kaidah agar mutu auditing dapat tercapai. Standar auditing
terdiri atas tiga bagian yaitu mengatur tentang mutu profesional auditor
independen atau persyaratan pribadi auditor, mengatur mengenai
pertimbangan-pertimbangan yang harus digunakan dalam pelaksanaan audit dan mengatur
tentang pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam penyusunan laporan
audit.
Dengan semakin dibutuhkannya akuntan publik, menjadikan seorang
akuntan publik dituntut untuk mampu bertindak secara profesional sesuai dengan
etika profesional audit integritas, independen, dan profesionalisme merupakan
suatu keharusan yang dimiliki oleh seorang auditor dalam menjalankan setiap
tugasnya.
Seiring dengan berkembangnya, ada saja jasa akuntan publik yang tidak
mematuhi kode etik akuntan publik. Dimana kebanyakan dari mereka sudah tidak
independen lagi dalam melakukan tugasnya. Mereka cenderung bekerja sama
dengan kliennya untuk memenuhi kepentingan dari pihak kliennya itu sendiri
seperti kasus bangkrutnya perusahaan besar di Amerika yaitu, Lehman Brothers
yang turut menyeret KAP Ernst & Young yang diduga bahwa KAP Ernst &
Young mengetahui bahwa Lehman Brothers menggunakan rekayasa akuntansi
untuk menutupi utang sebesar 50 milliar dollar AS dan mengetahui bahwa para
eksekutif dari Lehman Brothers salah melakukan penilaian bisnis untuk
memanipulasi neraca perusahaan tetapi KAP Ernst & Young tetap mengeluarkan
dalam perusahaan tersebut. KAP Ernst & Young mengeluarkan hasil audit palsu
atas laporan keuangan Lehman Brothers.
Selain itu ada lagi beberapa kasus kualitas audit seperti pada kasus KAP
Arthur Anderson dan Enron pada tahun 2001 yang menyebabkan Enron
mengalami kebangkrutan. Dimana KAP Arthur Anderson tidak dapat memelihara
dan meningkatkan kepercayaan publik sebagai KAP dan tidak berprilaku
profesional serta konsisten dengan reputasi profesi dalam mengaudit laporan
keuangan dengan melakukan penyamaran data. Untuk itu spesialisasi auditor
sangat berpengaruh terhadap kualitas audit.
Di Indonesia juga terjadi kasus seperti, adanya kolusi dari KAP dengan
klien dalam rangka untuk meloloskan mereka untuk go publik. Pada kasus PT
Telkom yang melibatkan KAP Haryanto Sahari yang melakukan penolakan atas
izin audit sebagai first layer yaitu acuan dalam melakukan audit lanjutan oleh
second layer yaitu KAP Eddy Pianto. Penolakan izin tersebut membuat KAP
Eddy Pianto kesulitan dalam mendapatkan opini hasil keuangan sebelumnya baik
hasil audit keuangan holding perseroan yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
maupun hasil audit anak perusahaannya yaitu PT Telekomunikasi Selular. Karena
kesulitan mendapatkan opini hasil keuangan sebelumnya membuat
berlarut-larutnya audit padahal waktu untuk penyerahan laporan keuangan oleh Bapepam
dan SEC. Dengan terjadinya pengunduran hasil laporan menimbulkan kerugian
yaitu indeks harga saham gabungan merosot dan merugikan negara. Dari kasus ini
dapat diketahui bahwa lamanya masa audit atau perikatan auditor akan
Selain itu, kasus pada Kimia Farma dan Bank Lippo dengan melibatkan
kantor-kantor akuntan yang selama ini diyakini memiliki kualitas audit tinggi.
Kasus Kimia Farma dan Bank Lippo juga berawal dari terdeteksinya manipulasi
dalam laporan keuangan. Oleh sebab itu, dikeluarkan kebijakan baru tentang
peraturan pengauditan di Indonesia, yaitu Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3 yang merupakan
penyempurnaan atas keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.05/2002 dan
No. 359/KMK.06/2003. Peraturan ini mewajibkan rotasi auditor partner setiap 3
tahun dan rotasi KAP setiap 6 tahun.
Menurut Athoi (2015), dalam penelitiannya yang berjudul Audit Tenure,
Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien dan Spesialisasi Audit Terhadap Kualitas
Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI, yang menguji pengaruh
Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien dan Spesialisasi Audit
terhadap kualitas audit dengan metode analisis regresi logistik. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa variable Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran
Perusahaan Klien dan Spesialisasi Audit tidak berpengaruh singnifikan terhadap
kualitas audit.
Menurut Dalimunthe (2015), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan dan
Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI, yang menguji dengan metode purposive sampling. Alat analisis
data yang digunakan yaitu dengan bantuan program komputer SPSS Versi 16.
signifikan antara auditor spesialis industry dengan kualitas audit, terdapat
hubungan positif tetapi tidak signifikan antara audit tenure dengan kualitas audit,
terdapat hubungan positif dan signifikan antara ukuran perusahaan dengan
kualitas audit dan terdapat hubungan positif tetapi tidak signifikan antara
independensi auditor dengan kualitas audit.
Menurut Astuti, Windi (2015), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Penagaruh Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien Dan Rotasi
Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Pada
Bursa Efek Indonesia, yang menguji dengan metode analisis regresi logistik. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Audit Tenure, Ukuran KAP, dan Rotasi Audit
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, Ukuran Perusahaan
Klien berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap kualitas audit.
Menurut Sartika (2015), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Audit
Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan dan
Independensi Komite Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013) dengan
menggunakan metode regresi logistik (logistic regression). Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress dan
Independensi Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit,
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan ada banyak faktor yang