• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuisisi Pada Perusahaaan Perbankan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroaan Terbatas Dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Juncto Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Akuisisi Pada Perusahaaan Perbankan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroaan Terbatas Dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Juncto Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

AKUISISI PADA PERUSAHAAAN PERBANKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAAN

TERBATAS DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 JUNCTO

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN

SKRIPSI

Departemen : Hukum Ekonomi

Disusun untuk melengkapi tugas akhir dan diajukan sebagai persyaratan gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

PARUHUM PURBA NIM: 080200212

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

AKUISISI PADA PERUSAHAAAN PERBANKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAAN

TERBATAS DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 JUNCTO

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH: PARUHUM PURBA

NIM: 080200212

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui/Diketehui Oleh:

KETUA DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

(Windha, S.H, MHum) NIP. 197501122005012002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H Dr. Mahmul Siregar,S.H,M.Hum NIP. 195603291986011001 NIP.1197302202002121001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRAK

AKUISISI PADA PERUSAHAAAN PERBANKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAAN

TERBATAS DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 JUNCTO

UNDANG-UNDANG No.10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN

Paruhum Purba *) Bismar Nasution**) Mahmul Siregar***)

Posisi perbankan sebagai penghimpun dan penyalur dana dalam menunjang perekonomian nasional perlu strategi untuk mensinergiskan atau memperkokoh dirinya yakni strategi akuisisi. Adapun permasalahaan dalam skripsi ini yaitu bagaimana pengaturan akuisisi oleh perusahaan perbankan, perlindungan stakeholder, dan akuisisi terkait iklim usaha yang sehat ditinjau dari Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Jo Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 10 tentang Perbankan..

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang menganalisis hukum yang tertulis didalam buku (law as it is written in the book), artikel, dan internet. Penelitian hukum ini didasarkan data sekunder dan menekankan pada langkah-langkah analisis kualitatif.

Berdasarkan Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang Perseroan Terbatas akuisisi perbankan merupakan perbuatan hukum untuk mengambilalih saham suatu perseroan bank yang tujuannya untuk merevitalisasi bank baik yang ingin memperbesar usahanya maupun bagi bank yang ingin meyelamatkan usahanya dari kebangkrutan. Adapun pemangku kepentingan yang disebut

stakeholder dalam akuisisi bank yakni terdiri dari stakeholder internal yakni pemegang saham (pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas), dewan komisaris, direksi, karyawan dan stakeholder eksternal yakni pemerintah, kreditur, debitur, masyarakat dan persaingan usaha yang sehat. Beberapa

stakeholder tersebut seperti pemegang saham minoritas, kreditur, karyawan, dan masyarakat dan persaingan usaha yang sehat rentan dirugikan dalam tindakan akuisisi sehingga diperlukan perlindungan hukum untuk menjamin kepastian hukum hak-hak stakeholder tersebut. Pelaksanaan akusisi perbankan supaya tidak menyebabkan praktik monopoli dinilai dan diawasi oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Akuisisi perbankan jika dilakukan sesuai dengan persaingan usaha yang sehat, maka pasar perbankan akan berjalan sesuai dengan kesimbangan pasar dan persaingan usaha yang sehat, sebaliknya apabila dalam pelaksanaan dilakukan dengan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat akuisisi perbankan akan menghambat pelaku usaha lainnya untuk memasuki pangsa pasar.

Kata Kunci: Perbankan, Akuisisi, Pemangku Kepentingan/Stake-holder

*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa atas segala berkat yang tercurah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik. Terima kasih ibunda yang tak berhenti pernah berjuang di terik

panas sinar mentari demi anak-anaknya dan kepada Almarhum Ayahanda tercinta

atas pengabdian sampai akhir hayatnya, sehingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai salah satu syarat guna

menyelesaikan program studi S-1 pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara dengan memilih judul: AKUISISI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS DAN UNDNG UNDANG NOMOR 7 TAHUN

1992 JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG

PERBANKAN.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, sebagai Dekan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, karena sudah

berusaha untuk memberikan perubahan yang maksimal kepada

fakultas dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan

di lingkungan kampus Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara.

2. Bapak Prof. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, sebagai Pembantu

(5)

3. Bapak Syafrudin Hasibuan, S.H.,M.Hum.,DFM sebagai

Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak O.K. Saidiin S.H., M.Hum, sebagai Pembantu Dekan III

Fakuktas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Windha S.H.M.Hum sebagai Ketua Departemen Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Ramli Siregar S.H.,M.Hum. sebagai Sekretaris

Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

7. Bapak Prof.Dr. Bismar Nasution S.H.,M.H. sebagai Dosen

Pembimbing I yang telah membimbing, mengkritisi, memberikan

saran-saran dan mengarahkan penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Dr.Mahmul Siregar S.H.,M.Hum. sebagai Dosen

Pembimbing II yang telah menyetujui judul, outline skripsi,

membimbing, mengkritisi dan memberikan sara-saran serta

mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Para staf dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama ini.

10.Orang tua penulis Alm. Jamaludin Purba dan Tio Rensi Haloho

yang telah membesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang

(6)

11.Abang penulis Pandapotan Purba S.E, Kakak penulis Helmi

Nuary Purba S.E, Elda Royani Purba S.P, Eriama A Purba

S.K.M dan adik penulis Tigor P Purba, Bunna S Purba, terima

kasih buat doa, dukungan serta motivasinya selama ini.

12.Sahabat-sahabat Oude Silalahi S.H, Jeremiah Suluh.T S.H, yang

senantiasa menyemangati dan membantu penyelesaian skripsi

maupun selama perkuliahan.

13.Rekan-rekan dan adik-adik Fakultas Hukum Julius, Hardy, Rony,

Jhonatan, Lindi, Togar yang telah membantu penulis baik dalam

bentuk materi maupun moril serta dalam penyelesaian skripsi

maupun selama perkuliahan.

14.Andre Rajagukguk S.H, Nimrot Sihombing S.H, Hotma Marudur

Situmorang S.H, Ruth Paolin Marbun, Ricky Aritonang, Daniel

Hazel Pasaribu, dan Rolas Putri Sihombing yang senantiasa

menyemangati penulis dan membantu menyelesaikan skripsi.

15.Adik-adik satu kos Tina Putri, Eric Gultom, Nick Plasto yang

membantu penulis.

16.Keluarga besar/civitas Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia

(GMKI).

17.Keluarga Besar Hutur-Hutur Grup, Marakas Community.

18.Semua pihak yang membantu penulis dalam berbagai hal yang

(7)

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita

lakukan mendapat berkat dari Tuhan Yang maha Esa.

Akhirnya penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa atas berkatNya serta penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan.

Medan, Maret 2014

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Kepustakaan ... 9

F. Metode Penelitian ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II AKUISISI PERBANKAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 1992 JO UU NO.10 TAHUN 1998 TENTANGm PERBANKAN dan UU NO.40 TAHUN 2007 A. Pengertian Dan Dasar Hukum Akuisisi ... 19

B. Latar Belakang Akuisisi ... 35

C. Akuisisi Perbankan 1. Pengertian Akuisisi ... 39

2. Pihak – Pihak Yang Berhak Melakukan Akuisisi ... 40

(9)

b. Undang – undang No 40 Tahun 2007 ... 43

3. Prosedur Pelaksaan Akuisisi Berdasarkan a. Undang - undang No 7 Tahun 1992 Jo UU No 10 tahun 1998 ... 45

b. Undang – undang No 40 Tahun 2007 ... 52

4. Tujuan dan Manfaat Pelaksaan Akuisisi ... 53

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMANGKU KEPENTINGAN/STAKEHOLDER DALAM AKUISISI PERBANKAN A. Pemangku Kepentingan Dalam Perusahaan Perbankan 1. Pemangku Kepentingan / stakeholder internal ... 58

a. Pemegang Saham ... 58

b. Direksi ... 62

c. Dewan Komisaris ... 64

d. Karyawan ... 67

2. Pemangku Kepentingan/stakeholder eksternal ... 69

a. Pemerintah ... 69

b. Masyarakat ... 71

c. Kreditur ... 74

d. Debitur ... 77

(10)

2. Karyawan ... 83

3. Kreditur ... 85

4. Masyarakat dan Persaingan Usaha yang Sehat ... 92

BAB IV DAMPAK HUKUM AKUISISI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN TERKAIT IKLIM USAHA YANG SEHAT.

A. Hubungan antara akuisisi Perbankan Dengan UU No.5 Tahun

1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat... 97

B. Akuisisi Perbakan Dalam Peraturan Persaingan Usaha ... 100

C. Dampak Hukum Akuisisi Perbankan Terkait Iklim Usaha

yang

Sehat ... 109

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

A.Kesimpulan ... 134

B.Saran ... 135

(11)

ABSTRAK

AKUISISI PADA PERUSAHAAAN PERBANKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAAN

TERBATAS DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 JUNCTO

UNDANG-UNDANG No.10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN

Paruhum Purba *) Bismar Nasution**) Mahmul Siregar***)

Posisi perbankan sebagai penghimpun dan penyalur dana dalam menunjang perekonomian nasional perlu strategi untuk mensinergiskan atau memperkokoh dirinya yakni strategi akuisisi. Adapun permasalahaan dalam skripsi ini yaitu bagaimana pengaturan akuisisi oleh perusahaan perbankan, perlindungan stakeholder, dan akuisisi terkait iklim usaha yang sehat ditinjau dari Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Jo Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 10 tentang Perbankan..

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang menganalisis hukum yang tertulis didalam buku (law as it is written in the book), artikel, dan internet. Penelitian hukum ini didasarkan data sekunder dan menekankan pada langkah-langkah analisis kualitatif.

Berdasarkan Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang Perseroan Terbatas akuisisi perbankan merupakan perbuatan hukum untuk mengambilalih saham suatu perseroan bank yang tujuannya untuk merevitalisasi bank baik yang ingin memperbesar usahanya maupun bagi bank yang ingin meyelamatkan usahanya dari kebangkrutan. Adapun pemangku kepentingan yang disebut

stakeholder dalam akuisisi bank yakni terdiri dari stakeholder internal yakni pemegang saham (pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas), dewan komisaris, direksi, karyawan dan stakeholder eksternal yakni pemerintah, kreditur, debitur, masyarakat dan persaingan usaha yang sehat. Beberapa

stakeholder tersebut seperti pemegang saham minoritas, kreditur, karyawan, dan masyarakat dan persaingan usaha yang sehat rentan dirugikan dalam tindakan akuisisi sehingga diperlukan perlindungan hukum untuk menjamin kepastian hukum hak-hak stakeholder tersebut. Pelaksanaan akusisi perbankan supaya tidak menyebabkan praktik monopoli dinilai dan diawasi oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Akuisisi perbankan jika dilakukan sesuai dengan persaingan usaha yang sehat, maka pasar perbankan akan berjalan sesuai dengan kesimbangan pasar dan persaingan usaha yang sehat, sebaliknya apabila dalam pelaksanaan dilakukan dengan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat akuisisi perbankan akan menghambat pelaku usaha lainnya untuk memasuki pangsa pasar.

Kata Kunci: Perbankan, Akuisisi, Pemangku Kepentingan/Stake-holder

*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perbankan memiliki peran strategis sebagai penghimpun dan penyalur

dana masyarakat dalam rangka menunjang perekonomian nasional. Dalam

kehidupan perekonomian yang semakin terbuka dan berkembang cepat,

dibutuhkan layanan jasa perbankan yang semakin luas, baik, dan berkualitas.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan sistem perbankan yang sehat,

efisien, dan mampu bersaing dalam era globalisasi dan perdagangan bebas. Untuk

itu perbankan perlu meningkatkan dan memperkokoh dirinya dalam berbagai

bagai upaya, yang salah satunya adalah akuisisi.1

Akuisisi dikenal dalam istilah bahasa Inggris “Aquisition” yang disebut dengan istilah “Take over” yang artinya pengambilalihan suatu kepentingan pengendalian perusahaan oleh suatu perusahaan lain. Atau secara lebih gamblang

yang dimaksud dengan akuisisi (take over) adalah pengambilalihan perusahaan oleh perusahaan lain. Bila ditelusuri lebih lanjut sebenarnya kata “acquisition” itu sendiri berasal dari kata “acquire” yang berarti “mendapatkan sesuatu dengan usaha atau perbuatannya sendiri.2

Secara umum akuisisi telah diatur didalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas. Akuisisi dikenal dengan istilah pengambilalihan yang

1

Iswi hariyani, dkk, Merger Konsolidas Akuisisi dan Pemisahan Perusahaan (Jakarta: Visimedia, 2011), hlm 14.

2

(13)

didefenisikan perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau

perseorangan untuk mengambilalih saham Perseroan yang mengakibatkan

beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut. Didalam Undang-Undang

tersebut membuka kemungkinan berlakunya ketentuan khusus yang mengatur

tentang akuisisi terhadap perseroan terbatas yang bergerak dibidang usaha-usaha

tertentu, yang salah satunya adalah perbankan. Pengaturan akuisisi yang bergerak

dibidang perbankan diatur pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan.

Berdasarkan Undang-Undang Perbankan untuk memberikan kepastian

hukum akuisisi perbankan dan kemudahan bagi bank yang akan melakukan

akuisisi ditetapkan dalam peraturan pemerintah. Adapun peraturan akuisisi

tersebut yaitu Peraturan Pemerintah 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsilidasi,

dan Akuisisi Bank yang didasarkan pada Pasal 28 Undang-Undang perbankan.3

Akuisisi ini bertujuan untuk memperbaiki sistem manajemen perseroan

perbankan terakuisisi. Perseroan yang lemah manajemen akan sulit berkembang

secara operasional walaupun mempunyai cukup dana. Perseroan yang demikian

tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain terutama yang sejenis dan tidak

mustahil akan mengalami kehancuran. Salah satu cara untuk menyelamatkannya

adalah digabungkan dengan kelompok konglomerasi yang berpengalaman, dalam

segi manajemen dengan menjual sebagian besar sahamnya kepada kelompok

konglomerasi tersebut. 4

3

Iswi Hariany, Op.Cit, hlm 150.

4

(14)

Perseroan pengakuisisi biasanya adalah perseroan besar yang bermodal

kuat, mempunyai operasi bisnis yang luas, manajemen yang teratur, dan

terkelompok dalam konglomerasi mengakuisisi perseroan yang relatif kecil

(lemah), sulit berkembang, tidak mampu bersaing, dan manajemen kurang teratur.

Perseroan yang kelebihan dana mencari usaha untuk menggunakan dananya

tersebut. Di lain pihak, ada perseroan yang sulit berkembang atau ingin bergabung

dalam konglomerasi. Keadaan demikian menjadi dasar pertimbangan terjadinya

akuisisi, baik secara terpaksa karena sulit bertahan hidup maupun secara sukarela

karena sulit bertahan hidup maupun secara sukarela karena ingin menjadi

kelompok konglomerasi.5

Secara teoritis, faktor yang dianggap menjadi pendorong dilakukannya

akuisisi adalah untuk memperkuat kelompok usaha, baik melalui penghematan

pajak, peningkatan efisiensi (economics of scale) maupun untuk memperkuat dan memperluas jaringan pasar. Atau dalam rumusan yang lebih singkat faktor yang

paling mendasar bagi pihak perseroan dilakukan akuisisi adalah motif ekonomi.

Munir Fuady menjelaskan akuisisi yang dilakukan oleh perseroan perbankan

bermanfaat bagi pihak perusahaan perbankan pengakuisisi dan pihak perusahaan

perbankan yang diakuisisi. Adapun manfaat akusisi tersebut:6

Pihak pengakuisisi:

1. Dapat segera memiliki bank yang sudah relatif besar tanpa harus

terlebih dahulu membuat dan membesarkannya.

2. Tidak perlu repot-repot mengurus perizinan pendirian bank baru.

5

Ibid., hlm 138.

6

(15)

3. Langsung diambilalih sistem yang sudah berjalan, tanpa perlu

pengadaan alat-alat perlengkapan baru, tenaga kerja baru dan

sebagainya.

Sementara bagi pihak bank yang diakuisisi, akuisisi bank tersebut

mengandung manfaat sebagai berikut:7

1. Memperoleh suntikan dana bagi bank yang kekurangan dana.

2. Bila pemilik lama menginginkan cash dapat diatur untuk itu.

3. Image bank tersebut akan terangkat jika pihak yang mengakuisisinya

punya nama dalam masyarakat.

Pelaksanaan akuisisi perbankan tidak berjalan begitu saja, akan tetapi pada

proses akuisisi perlu memperhatikan pihak-pihak yang kepentingannya

berbenturan terhadap pelaksanaan akuisisi tersebut. Sebagaimana yang diatur

dalam Pasal 126 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 tentang Perseroan Terbatas:

Perbuatan hukum Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau

Pemisahan wajip memperhatikan kepentingan:

a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan;

b. Kreditor dan mitra usaha persero lainnya, dan;

c. Masyarakat dan persaingan usaha yang sehat.

Demikaian juga dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun

1999 tentang Merger,Konsolidasi, dan Akuisisi yang menyebutkan:

Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank dilakukan dengan memperhatikan:

7

(16)

kepentingan Bank, kreditor, pemegang saham minoritas dan karyawan

Bank; dan kepentingan rakyat banyak dan persaingan yang sehat dalam

melakukan usaha bank.

Pengaturan tersebut disebabkan dalam tindakan akuisisi pihak-pihak

sebagaimana yang disebutkan diatas merupakan pihak yang krusial untuk

dirugikan.

Berkaitan dengan Pasal 126 Ayat (1) huruf c menyinggung tentang

perbuatan pengambialihan harus memperhatikan persaingan usaha yang sehat,

mengharuskan bahwa dalam perbuatan hukum akuisisi perusahaan perbankan

harus tunduk terhadap pengaturan persaingan yang sehat sebagaimana yang diatur

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Tidak Sehat.

Perusahaan perbankan harus memperhatikan persaingan usaha yang sehat

karena dilihat dari efek dan akibatnya cenderung melahirkan penguasaan pasar

secara monopoli yang dapat menghilangkan persaingan usaha yang sehat.8 Sejalan

dengan dikatakan Gunawan Widjaja yang menyatakan bahwa, pengambilalihan

jika dilihat dari efek atau akibatnya yang menghasilkan sinergi kerja pelaku usaha

yang lebih kuat dan efesien, memang cenderung melahirkan penguasaan pasar

secara monopoli dan dapat menghilangkan persaingan usaha yang tidak sehat.9

Dengan begitu akuisisi perusahaan perbankan agar tidak melakukan

praktik monopoli dan persaingan usaha yang dapat merugikan persaingan usaha

8

Ahmad Yani dan Gunawan widjaja, Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli (Jakarta: Rajawali Pers, Cetakan ketiga: 2002), hlm 7.

9

(17)

yang sehat harus tunduk terhadap Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat yang ditujukan

menegakkan aturan hukum dan memberikan perlindungan hukum yang sama bagi

setiap pelaku usaha sehingga memberikan jaminan kepastian hukum untuk lebih

mendorong percepatan pembangunan ekonomi dalam upaya kesejahteraan umum

serta sebagai implementasi dari semangat jiwa Undang-Undang Dasar 1945.10

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul

“Akuisisi Pada Perusahaan Perbankan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1992 Jucnto Undang-Undang 1998 Tahun 1998 tentang Perbankan”.

.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan paparan latar belakang diatas maka dirumuskan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan akuisisi bank berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992

Jo. UU No.10 Tahun 1998 dan UU No.40 Tahun 2007?

2. Bagaimana perlindungan pemangku kepentingan/stakeholder baik pemangku kepentingan internal (pemegang saham, dewan komisaris,

direksi, karyawan) maupun pemangku kepentingan eksternal (pemerintah,

masyarakat, kreditur, dan debitur) dalam akuisisi perusahaan perbankan?

3. Bagaimana dampak hukum akuisisi pada perusahaan perbankan terkait

iklim usaha yang sehat?

10

(18)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan judul dan permasalahan dalam penelitian ini maka dapat

dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaturan akuisisi berdasarkan Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 Jo.Undang tentang Perbankan dan

Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.

2. Untuk mengetahui perlindungan pemangku kepentingan/stakeholder baik pemangku kepentingan internal (pemegang saham, dewan komisaris,

direksi, karyawan) maupun pemangku kepentingan eksternal (pemerintah,

masyarakat, kreditur, dan debitur) dalam akuisisi perusahaan perbankan.

3. Untuk mengetahui dampak hukum akuisisi pada perusahaan perbankan

terkait iklim usaha yang sehat.

Disamping mempunyai tujuan penelitian juga mempunyai manfaat dari

segi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu :

1. Kegunaan teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

rangka perkembangan ilmu hukum pada umumnya, perkembangan hukum

ekonomi dan khususnya mengenai akuisisi pada perusahaan perbankan

berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Jo. Undang-Undang

tentang Perbankan dan Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40

(19)

2. Kegunaan praktis

Akuisisi pada perusahaan perbankan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 Jo. Undang-Undang tentang Perbankan dan Undang-Undang

Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dapat menjadi bahan masukan

terhadap akademisi, mahasiswa dan para praktisi hukum.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penulisan yang ada, penulisan

mengenai “Akuisisi pada Perusahaan Perbankan ditinjau dari UU No. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU no.7 Tahun 1992 Jo. UU No. 10 Tahun

1998 tentang Perbankan.” tidak ada di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara. Adapun judul-judul yang berkaitan dengan judul skripsi ini

adalah “ Tinjauan Duty Loyalty Direksi dan Dewan Komisaris dalam

Undang-Undang N0 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang ditulis oleh Dani

Syahputra Tahun 2007 , Kedudukan dan Kewenangan RUPS Menurut

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Study Kasus PT. Victor

Jaya Raya) yang ditulis oleh Annisa F Harahap Tahun 2005, Tinjauan Yuridis

Pemberian Pinjaman Kredit Kepada Pengusaha Kecil Ditinjau dari

Undang-Undang Perbankan No 10 Tahun 1998 yang ditulis oleh oleh Anita Silitonga

Tahun 1997, dan Kajian Yuridis Pemberian Kredit Mikro Tanpa Agunan

Berdasarkan Undang No 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

Undang-Undang No 7 Tahun 1999 tentang Perbankan (Studi Pada Pemberian Kredit

Peduli Usaha Mikro KPUM SUMUT Sejahtera Pada PT Bank Sumut)” yang

(20)

Dengan demikian, jika dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak

dicapai oleh penulisan skripsi ini maka, dapat disimpulkan bahwa apa yang ada

didalam skripsi ini adalah asli dari karya penulis sendiri dan bukan hasil jiplakan

dari skripsi orang lain, dan dimana diperoleh melalui hasil pemikiran para pakar

dan praktisi, referensi, buku-buku, makalah-makalah dan bahan-bahan seminar,

serta media cetak berupa koran-koran, media elektronik seperti internet serta

bantuan dari berbagai pihak, berdasarkan pada asas-asas keilmuan yang jujur,

rasional dan terbuka. Semua ini adalah merupakan impliksi dari proses penemuan

kebenaran ilmiah, sehingga hasil penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan

kebenaran secara ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka

Peran bank yang strategis sebagai penghimpun dan penyalur dana dari

masyarakat dalam rangka menunjang perekonomian nasional perlu didorong

memperkuat dirinya dalam berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut yaitu

akuisisi. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007

menggunakan istilah “pengambilalihan” perusahan sedangkan Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 Jo.Undang-Undang 10 Tahun 1998 menggunakan istilah “Akuisisi”. Istilah “akuisisi” berasal dari bahasa inggris “acqustion” yang dalam bahasa inggris artinya sering disebut dengan istilah “take over”.11

11

Ibid., hlm 3.

Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan atau Peleburan,

Pengambilalihan Perseroan Terbatas mengartikan akuisisi adalah perbuatan

(21)

mengambilalih perusahaan baik seluruh ataupun sebagian besar saham perseroan

yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Jo.Undang-Undang No.10 Tahun 1998

tentang Perbankan Pasal 1 Ayat 27 menyebutkan akuisisi adalah pengambialihan

kepemilikan suatu bank Peraturan Pemerintah Nomor 28 mengartikan akuisisi

adalah mengartikan akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan suatu bank yang

mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap bank. Kemudian Pasal 1 angka

3 PP 57 Tahun 2010 Tentang Penggabungan atau Peleburan, dan Pengambilalihan

Badan Usaha yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli Dan

Persaingan Usaha yang Tidak sehat “Akuisisi adalah sebagai perbuatan hukum

yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk mengambilalih saham badan usaha yang

mengakibatkan beralihnya pengendalian saham atas badan usaha”.

Berdasarkan defenisi tersebut maka dapat ditarik beberapa unsur akuisisi yang

harus dilakukan oleh suatu perbankan:

1. Akuisisi adalah suatu perbuatan hukum

2. Pelaku akuisisi adalah orang atau badan hukum (jika akuisisi dilakukan

perbankan maka Perusahaan Perbankan)

3. Akuisisi dapat mengakibatkan peralihan pengendalian atas suatu bank

yang diambilalih.

Bank sebagai lembaga perbankan memegang inti dari sistem keuangan

negara Indonesia. Dengan melakuakan akuisisi diharapkan memberikan dampak

positif pada nilai keuangan dan nilai perusahaan. Perbankan secara yuridis dalam

(22)

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan

kegiatannya. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat keuangan bagi

orang perorangan, badan-badan usaha negara, badan usaha swasta dan

lembaga-lembaga pemerintahan dan dana-dana yang dimilikinya. Bank juga merupakan

pelaku usaha yang artinya setiap orang perorangan atau badan usaha yang

berbentuk badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan

kegiatan dalam wilayah hukum negara reppublik Indonesia, baik sendiri maupun

bersama-sama melakukan kegiatan ekonomi.12

Perbankan mempunyai posisi untuk melayani pembiayaan serta

melancarkan pembayaran bagi sektor perekonomian. Menurut Pasal 1 angka 1

Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 :

“Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya.

Munir Fuady menyatakan :

“Hukum perbankan adalah serangkaian dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurispundensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatanya setiap hari, rambu-rambu yang yang harus dipenuhi bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban tugas, dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dalam bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, dan lain-lain yang dilakukan oleh perbankan itu tersebut”.13

Dalam melakukan akuisisi suatu perusahaan perbankan harus

memperhatikan para pihak yang berbenturan kepentingannya dalam pelaksanaan

12

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Op.Cit, hlm 11.

13

(23)

akuisisi tersebut. Para pihak yang dimaksud adalah pemangku kepentingan.

Pemangku kepentingan sering disebut dengan istilah stakeholder. Dalam buku Cultivating Peace, Ramizes mengidentifikasi berbagai pendapat mengenai

stakeholder ini, menurut Freeman sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu,

sedangkan Biset secara singkat mendefenisikan stakeholder adalah orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan, dari segi posisi penting dan

pengaruh yang dimiliki mereka.14

Selanjutnya akuisisi perbankan juga harus memperhatikan persaingan

usaha yang sehat agar tidak merugikan masyarakat dan negara. Yang berarti tidak

melakukan praktik monopoli dan persaingan tidak sehat. Praktik monopoli

merupakan pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang

mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau

jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat

merugikan kepentingan umum, dan persaingan usaha tidak sehat yaitu persaingan

antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran Pemangku kepentingan/Stakeholder dalam

pelaksanaan akuisisi perusahaan perbankan yaitu Pemangku Kepentingan internal

dan pemangku kepentingan eksternal. Pemangku kepentingan internal yakni

pemegang saham, dewan komisaris, direksi dan pemangku kepentingan eksternal

yakni pemerintah, masyarakat, kreditur, dan debitur.

14

(24)

barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum

atau menghambat persaingan usaha.15

Pelaku usaha sebagaimana yang dimaksud dalam praktik monopoli

merupakan setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan

hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau

melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik

sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai

kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. Jadi, Perusahaan Perbankan sebagai badan

usaha adalah pelaku usaha.16

F. Metode Penelitian

Metode penulisan yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan

akurat dalam penelitian dilakukan secara sistematis dan teratur, sehingga metode

yang dipakai sangatlah menentukan. Metode penelitian yaitu urutan-urutan

bagaimana penelitian itu dilakukan.17

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normative, maka

pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan dengan bertitik tolak pada analisis

terhadap peraturan perundang-undangan yakni Undang-Undang Nomor 40 Tahun

15

UU No. 5 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, Pasal 1 Ayat (2), dan (6).

16

UU No. 5 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, Pasal 1 Ayat (5).

17

(25)

2007 Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

Jo.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dan Jo.Undang-Undang-Jo.Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat. Penelitian ini difokuskan kepada akuisisi yang dilakukan oleh

Perusahaan Perbankan. Penelitian ini juga tidak terlepas dari penelitian terhadap

bahan media massa ataupun bahan media lain.

2. Data penelitian

Data dalam skripsi merupakan data sekunder yang terdiri dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu: berbagai dokumen peraturan

perundang-undangan yang tertulis yang ada dalam dunia hukum bisnis, perbankan

yakni Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Perseroan

Terbatas yakni Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Perseroan

Terbatas, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat serta peraturan

perundang-undangan lain dibawah undang-undang.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu: bahan-bahan yang memiliki hubungan

dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan

memahami bahan hukum primer yang ada. Semua dokumen yang dapat

menjadi sumber informasi mengenai perseroan terbatas, seperti hasil

seminar atau makalah-makalah dari para pakar hukum, koran, majalah,

serta sumber-sumber lain yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan

(26)

c. Bahan hukum tertier, yaitu : Mencakup kamus bahasa untuk pembenahan

tata Bahasa Indonesia dan juga sebagai alat bantu pengalih bahasa

beberapa istilah asing.

3. Alat pengumpulan data

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan

melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi

kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data

yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, majalah,

surat kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah

yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis data

Metode analisis data yang digunakan adalah untuk mengolah dan

menganalisa data yang telah diperoleh selama penelitian. Analisis kualitatif yang

dilakukan dengan cara menguraikan data yang telah dikumpulkan secara

sistematis dengan menggunakan ukuran kualitatif, kemudian dideskripsikan

sehingga diperoleh pengertian atau pemahaman, persamaan, pendapat, dan

perbedaan pendapat mengenai perbandingan bahan hukum primer dengan bahan

hukum sekunder. Metode berpikir dalam mengambil kesimpulan adalah metode

deduktif yang menyimpulkan dari pengetahuan yang bersifat umum, kemudian

(27)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari V Bab yang msing-masing

bab memiliki sub-babnya tersendiri, yang secara garis besarnya dapat diuraikan

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan secara umum mengenai keadaan-keadaan

yang berhubungan dengan objek penelitian mulai latar belakang

pemilihan judul, rumusan masalah, kegunaan penelitian, keaslian

penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II AKUISISI PERBANKAN MENURUT UNDANG-UNDANG

NO. 7 TAHUN 1992 JO. UU NO.10 TAHUN 1998 TENTANG

PERBANKAN DAN UU NO.40 TAHUN 2007

Bab ini menguraikan mengenai pengertian dan dasar hukum

akuisisi, latar belakang terjadinya akuisisi, dan akuisisi perbankan

yang didalamnya membahas pengertian akusisi perbankan,

pihak-pihak yang berhak melakukan akuisisi perbankan berdasarkan;

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Jo. UU No 10 Tahun 1998 dan

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007, prosedur pelaksanaan

akuisisi perbankan ditinjau dari Undang-Undang No. 7 Tahun 1992

Jo. UU No 10 Tahun 1998 dan Undang-Undang No. 40 Tahun

(28)

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMANGKU

KEPENTINGAN/STAKEHOLDER DALAM AKUISISI PERBANKAN

Bab ini menguraikan mengenai pemangku kepentingan dalam

perusahaan perbankan : Pemangku kepentingan/stakeholder

internal yaitu pemegang saham, dewan komisaris, karyawan dan

pemangku kepentingan/stakeholder eksternal yaitu pemerintah, masyarakat, debitur dan kreditur : perlindungan hukum terhadap

pemangku kepentingan/stakeholder dalam akuisisi perusahaan

perbankan yakni; perlindungan terhadap pemegang saham

minoritas, perlindungan terhadap karyawan, perlindungan terhadap

kreditur, perlindungan terhadap masyarakat dan persaingan usaha

yang sehat.

BAB IV DAMPAK HUKUM AKUISISI PADA PERUSAHAAN

PERBANKAN TERKAIT IKLIM USAHA YANG SEHAT.

Bab ini menjelaskan mengenai Hubungan antara akuisisi

perbankan dengan UU No.5 Tahun 1999 tentang larangan praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, akuisisi perbankan

dalam peraturan persaingan usaha perbankan, dan dampak hukum

akuisisi perbankan terkait iklim usaha yang sehat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam Bab ini membahas kesimpulan yang berisikan inti dari

(29)

mencoba memberikan saran-saran yang penulis anggap perlu dari

(30)

BAB II

AKUISISI PERBANKAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERBANKAN NOMOR 7 TAHUN 1992 JUNCTO NOMOR 10 TAHUN

1998 DAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS NOMOR 40 TAHUN 2007

A. Pengertian dan Dasar Hukum Akusisisi

1. Pengertian Akuisisi

Akusisi dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah acqustion atau “take over” yang berarti sebuah perusahaan mengambilalih kontrol modal (saham) atas perusahaan lain (one company taking over controlling interest in another company).18 Kata aquasition berasal dari acquire yang berarti mendapatkan sesuatu atau keuntungan atas usaha sendiri (to get or gain by one). Akuisisi dalam

Encyclopedia of banking and Finance didefinisikan sebagai a generic term for the taking over of one company by another (istilah umum pengambilalihan perusahaan lain), Black’s Law Dictionary mengartikan akuisisi sebagai the act of becoming the owner of certain property; the act by which one acquaires or purchases the property in anything (tindakan untuk menjadi pemilik properti tertentu, tindakan pengambialihan atau pembelian properti dalam hal apapun).19

Dalam dunia hukum dan bisnis, yang dimaksud dengan akuisisi adalah setiap

perbuatan hukum untuk mengambilalih seluruh atau sebagian besar saham atau

aset dari perusahaan lain.20

18

Iswi Hariyani dkk, Op.Cit, Hlm 22.

19

Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Op.Cit, hlm 44. 20

(31)

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

sesuai Pasal 1 angka 11 menyebutkan akuisisi adalah perbuatan hukum yang

dilakukan oleh badan hukum atau orang perorangan untuk mengambilalih saham

perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian saham atas perseroaan

tersebut. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang

Penggabungan atau Peleburan dan Pengambilalihan Badan Usaha yang Dapat

Menyebabkan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat Pasal 1 angka 3

menyebutkan akuisisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh pelaku

usaha untuk mengambilalih saham badan usaha yang mengakibatkan beralihnya

pengendalian saham atas badan usaha. Beberapa rumusan pengertian akuisisi

menurut para ahli antara lain sebagai berikut:

Akuisisi menurut P.S Sudarsanan ”Akuisisi dapat didefinisikan sebagai

sebuah perjanjian, sebuah perusahaan membeli aset atau saham perusahaan lain,

dan para pemegang dari perusahaan lain menjadi sasaran akuisisi berhenti menjadi

pemilik perusahaan.”, Sedangkan Michael A. Hitt, dkk menyatakan bahwa :

”Akuisisi yaitu memperoleh atau membeli perusahaan lain dengan cara membeli

sebagian besar saham dari perusahaan sasaran”.21

Marcell Go dalam Christina dalam bukunya yang berjudul manajemen

Grup Bisnis menyatakan bahwa : “Akuisisi sering juga disebut sebagai investasi

peranan modal. Akuisisi adalah penguasaan sebagian saham dari perusahaan

subsidiary, melalui pembelian saham hak suara perusahaan subsidiary, dalam

jumlah material (lebih dari 50%)”. Berdasarkan pernyataan standar akuntansi

21

(32)

keuangan (PSAK) No. 22 paragraf 08 tahun 1999 akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi

(acquiree) memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi perusahan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.22

Dari berbagai pengertian sebagaimana yang telah diuraikan diatas, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan akuisisi tidak meleburkan

diri/membubarkan diri, tetapi dua-duanya tetap ada walaupun perusahaan yang

satu menguasai perusahan yang lain. Pada perkembangannya ternyata akuisisi

beraneka ragam, dapat dipilah-pilah mengikuti kriteria lain yang dipakai,

klasifikasi-klasifikasi tersebut sebagai berikut:

a. Klasifikasi akuisisi dilihat dari jenis usaha

Klasifikasi akuisisi dilihat dari jenis usaha perusahaan yang terlibat dalam

transaksi akuisisi, dapat dikategorikan sebagai berikut: 23

1) Akuisisi Horizontal

Akuisisi horizontal adalah akuisisi yang dilakukan oleh suatu perusahaan

atas perusahaan target yang memiliki bidang usaha yang sama, sehingga

merupakan pesaing usaha, baik pesaing yang memproduksi produk yang

sama maupun daerah pemasaran yang sama. Tujuan akuisisi ini yaitu

untuk memperbesar pangsa pasar atau membunuh pesaing.

22

Indar Ratmanto, Akuisisi,

tanggal 17 Maret 2014

23

(33)

2) Akuisisi vertikal

Akuisisi vertikal adalah akusisi dilakukan antara suatu perusahaan dengan

perusahaan yang masih dalam satu mata rantai produksi, yakni suatu

perusahaan yang bergerak dalam produksi dari hulu ke hilir. Tujuan

akuisisi ini yaitu untuk memperoleh kepastian adanya pasokan dan

penjualan barang.

3) Akuisisi konglomerat

Akuisisi konglomerat adalah akuisisi perusahan yang tidak terkait dengan

perusahaan-perusahaan lain baik secara horizontal maupun secara vertikal.

Tujuan Akuisisi ini yaitu agar perusahaan yang diakuisisi dapat

menunjang perusahaan yang mengakuisisi secara keseluruhan serta untuk

memantapkan kondisi portepel grup perusahaan.

b. Klasifikasi akuisisi dilihat dari lokalisasi

Klasifikasi akuisisi dilihat dari lokal perusahaan pengakuisisi dengan

perusahaan target, dikategorikan sebagai berikut:24

1) Akuisisi eksternal

Akusisi eksternal merupakan akuisisi yang terjadi antara 2 (dua) atau

lebih perusahaan masing-masing dalam grup yang berbeda, atau tidak

dalam grup yang sama.

2) Akuisisi internal

Akuisisi internal merupakan akuisisi perusahaan-perusahaan yang

melakukan akuisisi masih dalam 1 (satu) grup usaha. Di Indonesia,

24

(34)

model akuisisi internal ini sangat sering dilakukan, terlebih jika

menyangkut dengan perusahaan terbuka, dengan dana akuisisi yang

diambil dari hasil right issue.

c. Klasifikasi akuisisi dilihat dari objek akuisisi

Klasifikasi akuisisi dilihat dari segi objek transaksi akuisisi, dikategorikan

sebgai berikut:

1) Akuisisi saham

Akuisisi saham adalah pengambilalihan saham perusahaan target oleh

perusahaan, yang mengakibatkan penguasaan mayoritas atas saham

perusahaan target oleh perusahaan pengakuisisi, yang mengakibatkan

penguasaan mayoritas atas saham perusahaan target oleh perusahaan yang

melakukan akuisisi, dan akan membawa ke arah penguasaan manejemen

dan jalannya perseroan.25 Pada akusisi ini, yang diakuisisi/dibeli yaitu

sahamnya perusahaan target. Baik dibayar dengan uang tunai, maupun

dibayar dengan sahamnya perusahaan pengakuisisi. Untuk dapat disebut

transaksi akuisisi, maka saham yang dibeli tersebut haruslah paling sedikit

51% (lima puluh satu persen), atau paling tidak akuisisi tersebut, pihak

pemegang akuisisi memegang saham minimal 51% (lima pulu satu

persen). Sebab jika kurang dari persentase tersebut, perusahaan target

tidak bisa dikontrol, karenanya yang terjadi hanya jual beli saham biasa

saja.26

25

Felix Untung Seobagyo, “Akuisisi Perusahaan Indonesia : Tujuan, Pelaksanaan dan Permasalahannya,” (Makalah Ilmu Hukum Keperdataan Pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 12 November 2008), hlm 87-88.

26

(35)

2) Akuisisi aset

Akuisisi aset adalah pengambilalihan seluruh atau sebagian aktiva dan

passive perusahaan target oleh perusahan perusahaan pengakuisisi,

dengan atau tanpa mengambil seluruh kewajiban perusahaan target

terhadap pihak ketiga. Akuisisi ini biasanya dilakukan apabila perusahaan

pengakuisisi kesulitan dalam menghitung beberapa jumlah utang dan

piutang perusahaan target yang harus ditanggungnya, atau jika perusahaan

pengakuisisi menghindar dari kewajiban membayar utang, atau jika utang

piutang perusahaan target sangat tidak jelas tercantum dalam pembukuan

perusahaan.27 Akuisisi aset ada untungnya terutama jika bandingkan

dengan akuisisi saham, adapun untungnya sebagai berikut:28

a) Mengakuisisi yang benar-benar diakusisi

Dengan mengakuisisi aset, maka tidak semua aset perusahaan target

beralih kepada pihak pembeli/pengakuisisi. Sebab, pihak pengakuisisi,

dapat memilih aset mana yang berguna baginya untuk diakuisisi. Jadi,

tidak perlu mengambil aset seluruh perusahaan.

b) Mengelak dari tanggung jawab peruahaan target

Mengelak dari tanggung jawab perusahan target merupakan

keuntungan perusahaan pengakuisisi karena pihak pengakuisisi tidak

perlu mengakuisisi semua tanggung jawab perusahaan target kecuali

hanya tanggung jawab yang melekat pada aset yang diakuisisi.

27

Miranda Anwar, Pencatatan Saham Lewat Pintu Belakang Dengan Cara Melakukan Akuisisi (Study Kasus PT.Fatrapolindo Nusa Industri Tbk. Oleh Titan International Corp.Sdn.Bhd), FH Universitas Indonesia, 2008, hlm 31.

28

(36)

c) Menghindari ganguan dari pemegang saham minoritas, pekerja, dan

menajemen.

Dalam akuisisi aset apabila pengakuisisi hanya mengakuisisi saham

saja maka akuisisi yang dilakukan tidak bertanggung jawab terhadap

pemegang saham minoritas, pekerja, menajemen.

3) Akuisisi kombinasi

Akuisisi kombinasi adalah akusisisi yang dilakukan dengan cara

memebeli saham dan aset milik perusahaan target. Contoh, Perusahaan A

mengakuisisi perusahaan B dengan cara membeli saham perusahaan B.

Pembayaran terhadap aset milik B tersebut dapat dilakukan dengan cara

tunai atau dengan penukaran saham milik perusahaan A dan B atau saham

milik perusahaan lain.29

4) Akuisisi bertahap

Pada akuisisi bertahap ini, akuisisi tidak dilaksanakan sekaligus.

Contohnya perusahaan target menerbitkan convertible bonds, sementara pengakuisisi menjadi pembelinya. Dalam hal ini, tahap pertama

perusahaan pengakuisisi mendrop dana keperusahaan target lewat

pembelian bonds. Tahap selanjutnya bonds tersebut ditukar dengan

equity, jika kinerja perusahaan target semakin baik. Dengan demikian, hak opsi ada pada pemilik convertible bonds, yang dalam hal ini merupakan perusahaan pengakuisisi.30

29

Iswi Hariany dkk, Op.Cit, hlm 26.

30

(37)

5) Akusisisi kegiatan usaha

Akuisisi kegiatan usaha adalah pengambilalihan kegiatan usaha tertentu

dari perusahaan target. Dalam akuisisi kegiatan usaha yang diakuisisi

(dibeli) adalah hanya kegiatan usaha termasuk jaringan bisnis, alat

produksi, hak milik intelektual, dan lain-lain.31

d. Klasifikasi akuisisi dilihat dari motivasi akuisisi

Akuisisi dilihat dari motivasi akuisisi, dapat dibedakan menjadi:

1) Akuisisi strategis

Akuisisi strategis dilatarbelakangi oleh motif ingin meningkatkan

produktivitas perusahaan. Sebab, dengan akuisisi diharapkan dapat

meningkatkan sinergi usaha mengurangi risiko (karna diversifikasi),

memperluas pangsa pasar, meningkatkan efesiensi, dan sebagainya.

Motif mendapat keuntungan dari akuisisi ini bersifat mendasar dan

berjangka panjang.32

2) Akuisisi finansial

Akuisisi finansial dilatarbelakangi oleh motif mencari keuntungan

finasial dalam jangka pendek. Bersifat spekulatif, yakni perusahaan

pengakuisisimembeli saham perusahaan target dengan harga murah

karena berharap mendapat keuntungan dari penghasilan perusahaan

target atau dari penjuualan saham tersebut kepada perusahaan lain.33

31

Ibid, hlm 93.

adalah akuisisi yang dilakukan untuk mendapat keuntungan finansial

semata-mata dalam waktu sesingkat-singkatnya. Akuisisi ini bersifat

32

Iswi Hariany, Op.Cit, hlm 28.

33

(38)

spekulatif, dengan keuntungan yang diharapkan lewat pembelian

saham/aset yang murah, tetapi dengan income perusahaan yang tinggi.34

e. Klasifikasi akuisisi dilihat dari divestitur

Akuisisi dilihat dari segi divestitur, yakni melihat peralihan aset/saham/

menajemen dari perusahaan target kepada pengakuisisi. Karena itu, klasifikasi

akuisisi dilihat dari divestitur dapat diklasifikasikan kepada take over, freezeouts, squeezeouts, Menajement Buyouts, dan leveraged buyouts:

1) Take over atau pencaplokan perusahaan

Take Over berarti “to assume control or menejement of-not neccessarily involving the transfer of absolute title (untuk mengambil kendali atau manejemen belum tentu melibatkan pengalihan hak). Take over dibeda-bedakan kedalam :

a) Take over bersahabat

Take over adalah akuisisi yang dilakukan secara bersahabat, melalui proses negosiasi yang melibatkan menajemen dan pemegang saham

dari perusahaan target dan pengakuisisi.35Take over ini dilakukan

dengan baik-baik secara negosiasi.36

b) Hostile take over

Hostile take over adalah akuisisi yang dilakukan dengan tidak bersahabat melalui strategis bisnis, bahkan seringkali secara paksa.

34

Iswi Hariany, Loc Cit, hlm 28.

35

Miranda Anwar, Op.Cit, hlm 15.

36

(39)

Dalam bahasa sehari-hari, hostile take over ini sering dijuluki dengan “Pencaplokan Perusahaan”.37

2) Freezeouts dan Squeezeouts perusahaan a) Freezeouts

Freezeouts merupakan suatu usaha dari pemegang saham mayoritas untuk memaksakan pemegang saham minoritas keluar dari perusahaan,

yakni kehilangan statusnya sebagai pemegang saham minoritas. Dalam

hubungannya dengan akuisisi, freezeouts dilakukan setelah pemegang saham mayoritas diperusahaan target diakusisi/dibeli, maka

selanjutnya pemaksaan terhadap pemegang saham minoritas untuk

keluar dari perusahaan target tersebut. Freezeouts dapat dipakai sesebagai metode bagi perusahaan terbuka yang ingin keluar dari bursa

saham alias ingin kembali menjadi perusahaan tertutup atau lazim

disebut going private.38 b) Squeezeouts

Jika didalam freezeouts pemegang saham dipaksa keluar dari pemegang saham dengan cara-cara tertentu maka dalam squeezouts

pemegang saham minoritas dibuat sedemikian rupa agar pemegang

saham minoritas pergi dari pemegang saham. Misalnya, dibuat

keadaan tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan secara

finansial.39

37

Ibid., hlm 95.

38

Iswi Hariani, Op.Cit, hlm 29.

39

(40)

3) Menajement buyouts (MBO)

MBO (Menegement Buyouts) merupakan terminologi yang ditujukan kepada sekelompok menejer dari suatu perusahaan tertentu yang membeli

saham (seluruh atau bagian substansial) dari suatu perusahaan. Misalnya,

kelompok menejer dari suatu anak perusahaan membeli saham suatu anak

perusahaan dalam kelompok tersebut, yang dijual oleh pemilik kelompok

konglomerat yang bersangkutan. 40

4) Leveraged buyouts (LBO)

Akuisisi leveraged buyouts (LBO) adalah pembelian seluruh atau sebagian besar saham dari suatu perusahaan target dengan dana yang

dipinjam dari pihak ketiga. Dana Pihak ketiga ini biasanya berasal dari

investor institusional, seperti dana pensiun, dana asuransi, dan sebagainya.

Dari pihak ketiga ini biasanya dikoordinasi oleh investmen banking firm

yang khusus bergerak dibidang LBO. Dana tersebut biasanya dibayar

secara cicilan oleh perusahaan target LBO, biasanya dengan menngunakan

bonds-bonds dengan bunga yang tinggi sering tanpa jaminan, sehingga sangat spekulatif. Bonds seperti ini popular dengan istilah Junk bonds

(obligasi sampah). Jika yang diakuisisi secara LBO perusahaan yang

memiliki gedung misalnya, maka pembayaran cicilan terhadap dana LBO

dapat dilakukan mengambilnya dari uang pembayaran gedung tersebut.

Dengan demikian, akuisisi pola LBO menyebabkan pihak pembeli

perusahaan tidak mengeluarkan uang sendiri untuk harga pembelian,

40

(41)

kecuali sejumlah kecil dana untuk kelancaran proses LBO yang

bersangkutan.41

f. Klasifikasi akuisisi dilihat dari model pembayaran

Akuisisi jika dilihat dari segi model pembayarannya, akuisisi dibagi

kedalam: 42

a) Akuisisi dibayar tunai (cash based aqcuisition)

Akuisisi dengan pembayaran tunai adalah akuisisi pembayaran terhadap

saham dilakukan dengan uang tunai.

b) Akuisisi dibayar saham (stock based aqcuisition)

Akuisisi dibayar dengan saham yaitu pengakuisisi menyerahkan sejumlah

sahamnya/atau saham perusahaannya kepada pihak perusahaan yang

diakuisisi/kepada pemegang saham sebesar harga saham tersebut.

c) Akuisisi dibayar dengan aset (asset based aqcuisition)

Model akuisisi pembayaran dengan aset adalah penyerahan

(pembaliknamaan) sejumlah aset dari pihak pengakuisisi atau pihak ketiga

kepada pemegang saham perusahaan target yang sahamnya diakuisisi.

d) Akuisisi dengan sistem pembayaran kombinasi (combination based aqcusition)

Akuisisi dengam model pembayaran kombinasi yaitu dengan pembayaran

tunai, pembayaran dengan saham, pembayaran dengan aset dan

pembayaran dengan bonds kepada perusahaan target.

41

Ibid., hlm 98-99.

42

(42)

e) Akuisisi dengan tahapan (multi stage aqcusition)

Akuisisi dengan model tahapan ini pembayaran tidak dilaksanakan

sekaligus, akan tetapi pembayaran dilakukan secara bertahap sesuai

dengan perkembangan perusahaan target setelah diakuisisi. Misalnya

perusahaan target menerbitkan convertible bonds perusahaan pengakuisisi mendrop dana kepeda perusahaan target lewat pembelian bonds. Tahap selanjutnya dibayar harga saham dengan jalan menukar bonds tersebut dengan equity, jika kinerja perusahaan target semakin baik.

g. Klasifikasi akuisisi dilihat dari inbreng saham

Akuisisi inbreng saham merupakan akuisisi dengan metode penyetoran

saham kepada perusahaan oleh pemegang saham, dengan cara memberikan saham

perusahaan lain. Dengan demikian, setelah imbreng saham terjadi maka

perusahaan yang menerima penyetoran saham tersebut menjadi pemegang saham

pada perusahaan lain.43

h. Klasifikasi akuisisi dengan cara share swap

Akuisisi dengan cara share swap atau “saling tukar menukar adalah pertukaran saham antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, saham mana

semula berasal dari portepel atau saham baru yang khusus dikeluarkan untuk

tujuan share swap tersebut. Setelah transaksi share swap tersebut maka masing-masing perusahaan saling memegang saham satu sama lain. Dalam sejarah hukum

perseroan, yang pertama sekali melakukan share swap yang melibatkan perusahaan listing dipasar modal adalah share swap dalam satu grup, yaitu grup

43

(43)

panin dalam tahun 1992. Dalam hal ini dilakukan share swap antara saham dari PT Bank dengan PT Pan Union Insurance, dan PT Panin Bank dengan PT

asuransi Jiwa Panin Bank.44

2. Dasar Hukum Akuisisi Bank

Akusisi bank mempunyai dasar hukum berupa :

a. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dan

Peraturan Pelaksananya.

b. Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

c. Perundang-undangan di bidang perbankan selain Undang-Undang

perbankan, terutama Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999

tentang Merger, Konsilidasi dan Akuisisi Bank, dan

d. Ketentuan-ketentuan lainnya.

Akuisisi dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas disebutkan pada Pasal

125 yang menyatakan antara lain sebagai berikut :45

a. Pengambilalihan dilakukan dengan cara pengambilalihan saham yang

telah dikeluarkan oleh perseroaan melalui direksi atau langsung dari

pemegang saham.

b. Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang

perorangan.

44

Munir Fuady, Op.Cit, hlm 106.

45

(44)

c. Pengambilihan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) adalah

pengambilalihan saham mengakibatkan beralihnya pengendalian

terhadap perseroan tersebut.

d. Dalam hal pengambilalihan yang dilakukan oleh badan hukum

berbentuk perseroan, direksi sebelum melakukan perbuatan hukum

pengambilalihan harus berdasarkan RUPS yang memenuhi kuorum

kehadiran dan ketentuan tentang persyaratan pengambilalihan

keputuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 89.

e. Dalam hal Pengambilalihan dilakukan melalui direksi, pihak yang

akan mengambil alih menyampaikan maksudnya untuk melakukan

pengambilalihan kepada direksi perseroan yang diambilalih.

f. Direksi Perseroan yang akan diambilalih dan Perseroan yang akan

mengambilalih dengan persetujuan dewan komisaris masing-masing

menyusun rancangan pengambilalihan yang memuat

sekurang-kurangnya:

1) Nama dan tempat kedudukan dari perseroan yang akan mengambil

alih dan perseroan yang diambil alih;

2) Alasan serta penjelasan direksi perseroan yang akan mengambilalih

dan direksi perseroaan yang diambilalih;

3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 Ayat (2)

huruf (a) untuk tahun buku berakhir dari perseroan yang akan

(45)

4) Tata cara penilaian dan konversi saham yang akan diambil alih

terhadap saham penukarnya apabila pembayaran pemgambilalihan

dilakukan dengan saham;

5) Jumlah saham yang akan diambil alih;

6) Kesiapan pendanaan;

7) Neraca konsolidasi ferforma perseroan yang akan mengambil alih

setelah pengambilalihan yang disususun sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

8) Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap

pegambilalihan;

9) Cara penyelesaian status hak pemegang saham, hak dan kewajiban

anggota direksi, dewan komisars, dan karyawan dari perseroan

yang akan diambilalih;

10) Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pengambilalihan, termasuk

pemberian karyaawan dari perseroan yang diambilalih;

11) Rancangan perubahan anggaran dasar perseroan hasil

pengambilalihan apabila ada.

g. Dalam hal pengambilalihan saham dilakukan langsung dari pemegang

saham, ketentuan sebagaiman yang dimaksud pada Ayat (5), dan Ayat

(6) tidak berlaku.

h. Pengambilalihan saham sebagaimana yang dimaksud pada Ayat (7)

(46)

diambilalih tentang pemindahan hak atas saham dan perjanjian yang

dibuat oleh perseroan pihak lain.

Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 akuisisi diatur pada Pasal 27 dan

Pasal 28. Pada Pasal 27 yang menyatakan perubahan kepemilikan bank wajib:

a. Memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Ayat (3), Pasal 22, Pasal 24, dan Pasal 26

b. dilaporkan kepada Bank Indonesia

Dalam Pasal 28

a. Merger, konsolidasi dan akuisisi bank wajib terlebih dahulu mendapat izin Pimpinan Bank Indonesia

b. Ketentuan mengenai merger, konsolidasi dan akuisisi ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Peraturan-peraturan di bidang perbankan yang mengatur akuisisi yaitu

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsilidasi dan

Akuisisi Bank. Selain peraturan yang diuraikan diatas akuisisi juga diatur dalam

ketentuan-ketenuan lain seperti ketentuan mengenai Pasar Modal, Penanaman

Modal Asing, BUMN, KUHPerdata dan ketentuan-ketentuan khusus lainnya yang

berlaku juga untuk tindakan akuisisi secara mutatis dan mutandis.46

B.Latar Belakang Akuisisi

Pada prinsipnya, suatu akuisisi dilakukan dilatarbelakangi oleh salah satu atau

lebih maksud sebagai berikut:

1. Akuisisi untuk mengeksploitasi energi

Alasan yang kerap kali dikemukakan oleh orang-orang dalam melakukan

akuisisi adalah untuk menambah sinergi dari 2 (dua) perusahaan yang bergabung

46

(47)

kepemilikan setelah akuisisi tersebut. Untuk itu, rumus matematik aneh yang

berlaku untuk akuisisi akuisisi yakni sebagai berikut:

2+2 = 5

(Kelebihan 1 (satu) berasal dari sinergi yang terbentuk karena akuisisi tersebut).

Dalam hal ini sinergi yang dimaksudkan adalah suatu bonus yang diperoleh oleh

karena usaha bersama dari bagian-bagian lain dari suatu organisasi.47

Sinergi dari suatu akuisisi akan didapatkan antara lain adalah alih

pengetahuan dan teknologi, haromonisasi perusahaan, penelitian dan

pengembangan, serta penggunaan sumber daya optimun.48

Contoh akuisisi ini yaitu PT Maruten yang bergerak dibidang dibidang

property (khususnya pemasaran dan pemeliharan kondominum oleh PT. Talenpra

yang bergerak di bidang perdagangan (khususnya perdagangan barang dan jasa).

Melalui akuisisi tersebut, PT. Talenpra berkesempatan untuk mendapat alih

pengetahuan bisnis properti, khususnya bidang pemasaran dan pemeliharaan

kondominium, sehingga dapat berguna untuk mempersiapkan diri apabila

dikemudian hari PT. Talenpra berniat untuk menggeluti bidang properti di

usahanya.49

2. Akuisisi untuk menigkatkan bagian pasar

Akuisisi (dalam bentuk horizontal) dapat memperluas pasar dari produk yang

dihasilkan, karena masing-masing perusahaan yang digabungkan dengan akuisisi

tersebut mempunyai pasarnya sendiri-sendiri. Akan tetapi, kendala-kendala

47 Ibib.,

48

Ibid.,

49

(48)

seringkali dihadapi dalam praktik, seperti kerjasama yang tidak jalan, atau

perubahan/penyesuaian yang tersendat.50

3. Akuisisi untuk melindungi pasar

Akuisisi akan melindungi pasar jika dengan akuisisi tersebut dapat

menyisihkan pesaing (jika perusahaan target merupakan pesaing bisnis sendiri).

Dari segi yuridis, yang harus diperhatikan adalah jangan sampai akuisisi seperti

itu bertentangan dengan peraturan tentang larangan monopoli dan antitrust di

negara yang bersangkutan.51

4. Akuisisi untuk menguasai produk

Adakalanya perusahaan perlu mengembangkan usahanya untuk

menghasilkan produk lain selain dari produk yang sudah ada. Untuk itu, dapat

dilakukan akuisisi perusahaan lain yang sedang menghasilkan produk yang

dikehendakinya, dengan harapan produk tersebut nantinya setelah akuisisi akan

dikembangkan lebih lanjut. Tentu saja dalam melakukan akuisisi tersebut, ikut

pula dipertimbangkan nilai dari hak-hak yang akan beralih seperti hak milik

intelektual, perjanjian lisensi, usaha patungan dan lai-lain perjanjian dari pihak

ketiga dari perusahaan yang diakuisisi tersebut. Faktor lain yang juga harus

dipertimbangkan benar-benar adalah seberapa jauh produk baru tersebut dapat

dikembangkan oleh perusahaan yang melakukan akuisisi, dan seberapa besar

risiko-risiko untuk itu.52

50

Munir Fuady, Op.Cit, hlm 20.

51

Ibid.,

52

(49)

5. Akuisisi untuk memperkuat bisnis inti

Adakalanya untuk memperkuat bisnis inti, suatu perusahaan perlu melakukan

akuisisi perusahaan lain. Tentunya yang diakuisisi tersebut adalah perusahaan

yang bergerak inti tersebut. Dengan demikian, diharapkan bisnis inti dari

perusahaan yang bersangkutan menjadi semakin besar dan kuat.53 Contoh akuisisi

ini, yaitu akuisisi atas PT. Perusahaan Dagang Tempo, PT Supra Febrindo, PT.

Supra Usadthama dan PT.Ghaliah Partiwi oleh PT. Tempo Scan Pasific Tbk.

Pertimbangan PT. Tempo Scan Pasific Tbk. Dalam melakukan mengakuisisi

tersebut adanya sumber daya manusia dan siap pakai, memperkuat posisi tawar,

dan mendapatkan kesimbungan pasokan bahan baku, sehingga perusahaan akan

lebih siap berproduksi bersaing dengan pesaing-pesaingnya.54

6. Akuisisi untuk mendapatkan dasar berpijak perusahaan di luar negeri

Akuisisi untuk mendapatkan dasar berpijak diluar negeri adalah suatu

strategi untuk mengembangkan perusahaan diluar negeri sehingga perusahaan

pengakuisisi dapat berkembang lebih besar (cross-boarder aqcuisition), selain melakukan pendirian perusahaan dengan jalan Joint Venture.55

7. Akuisisi untuk meningkatkan Critical Mass-Competitive

Adakalanya suatu perusahaan dituntut untuk cepat menjadi besar untuk

dapat menjalankan bisnisnya. contohnya, salah satu kriteria untuk mengikuti

tender-tender besar adalah ukuran perusahaan calon peserta tender. Demi

memperbesar perusaan secara cepat, pelaku usaha dapat memilih untuk

melakukan akuisisi. Namun demikian, strategi ini memiliki risiko, yaitu apabila

53

Ibid., hlm 21.

54

Miranda Anwar., Op.Cit., hlm 25

55

(50)

perencanaan akuisisi tidak dipertimbangkan secara matang, perusahaan yang

diakuisisi dapat menjadi beban bagi yang mengakuisisi. Dewasa ini banyak

perusahaan yang dahulunya mengakuisisi perusahaan di luar negeri, sekarang

perusahaan di luar negeri tersebut menjadi cabang-cabang yang selalu rugi dan

menggerogoti keuangan dan bisnis grup perusahaan secara keseluruhan.56

C.Akuisisi Perbankan

1. Pengertian Akuisisi Perbankan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Jo.Undang-Undang No.10 Tahun

1998 tentang Perbankan Pasal 1 Ayat 27 menyebutkan akuisisi adalah

pengambialihan kepemilikan suatu bank. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tentang

Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi mengartikan akuisisi adalah pengambilalihan

kepemilikan suatu bank yang mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap

Bank. Pada Pasal 1 Ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 akuisisi

perbankan adalah pengambilaliahn suatu bank yang mengakibatkan beralihnya

pengendalian terhadap bank.

Dari defenisi akuisisi bank yang telah diuraikan diatas , maka unsur-unsur

yang harus dipenuhi dalam akuisisi perbankan adalah sebagai berikut:

a. Adanya suatu perbuatan hukum yang dilakukan terhadap perusahaan

perbankan.

b. Pelaku akuisisi (pengambilalihan) adalah bank.

c. Peralihan pengendalian atas suatu bank yang diambilalih.

56

Referensi

Dokumen terkait

Misalnya, jika makna sakral-spiritual upacara cabut gigi di Bali telah hilang dalam ingatan manusia Bali Modern dan yang tinggal dipahami hanyalah upacara glamor

Selain itu, media kertas juga masih digunakan oleh bagian administrasi untuk mencetak data asuransi maka akan berdampak pada banyaknya data yang ditampung

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan SpiritualESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan.. 5 Rukun Islam, Jakarta:

Oleh karena it u, seharusnya pendirian BHPP at au BHPPD t idak cukup dilakukan hanya dengan Perat uran Pemerint ah, at au Perat uran Gubernur/ Bupat i/ Wali- kot a

Pengiriman bahan baku yang masuk ke pabrik maupun pengiriman produk ke konsumen (dalam dan luar negeri), dapat berjalan lancar dan secara ekonomis lebih

Walaupun Putra, Kevin dan Marlina berbeda sekolah dengan Steven, Kaleb, Mika, Olivia dan Zulfa, namun mereka tetap berhubungan baik dan semakin erat

yang muncul yang tidak sesuai dengan izin peruntukannya serta melakukan pelanggaran terhadap surat perjanjian ini maka kami tutup dan izin usaha karni siap unhrk

Hasil evaluasi kuantitas penggunaan antibiotik pada pengobatan pasien demam tifoid di Instalasi rawat inap RSUD Kraton Pekalongan tahun 2019 yaitu antibiotik yang sering