• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Akibat Perbedaan Harga Antara di Rak Dengan di Kasir Ditinjau dari UU Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999 (Studi pada PT. Inti Cakrawala Citra, Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Akibat Perbedaan Harga Antara di Rak Dengan di Kasir Ditinjau dari UU Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999 (Studi pada PT. Inti Cakrawala Citra, Medan)"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU

Ali, Zainudin. 2009. Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika: Jakarta.

Amir, M. Taufiq. 2005. Dinamika Pemasaran. PT.RAJAGRAFINDO PERSADA: Jakarta.

Angipora, Marius P. 2000. Dasar-Dasar Pemasaran. Rajawali Pers: Yogyakarta.

Barkatullah, Abdul Halim. 2005. Hukum Perlindungan Konsumen. Nusa Media: Bandung.

Dhammesta, Basu Swastha dan T. Hani Handoko. 1982. MANAJEMEN PEMASARAN Analisa Perilaku Konsumen. BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta.

Harahap, Yahya. 1997. Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa. PT.Citra Aditya Bakti: Jakarta.

Kismono, Gugup. 2003. Bisnis Pengantar. BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta. Kristyanti, Celina Tri Siwi. 2008. Hukum Perlindungan Konsumen. Sinar

Grafika: Jakarta.

Lowe, R. 1983. Commercial Law 6th ed. Sweet & Maxwell: London.

Marwan, M. dan Jimmy P. 2009. Kamus Hukum. Reality Publisher: Surabaya. Mertokusumo, Sudikno. 1996. Penemuan Hukum: Suatu Pengantar. Liberty:

Jakarta.

(2)

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo. 2014. Hukum Perlindungan Konsumen. Rajawali Pers: Jakarta.

Nasution, Az. 1995. Konsumen dan Hukum. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta. ___________. 1999. Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar. Daya

Widya: Jakarta.

Philip, Kotler. 1983. Dasar-Dasar Pemasaran. CV.Intermedia: Jakarta. Rahmawanti, Intan Nur. 2014. Win-Win Solution Sengketa Konsumen.

Pustaka Yustisia: Yogyakarta.

Setiyaningrum, Ari, dkk. 2015. Prinsip-Prinsip Pemasaran. ANDI: Yogyakarta.

Shidarta. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen. Grasindo: Jakarta.

Siahaan, N.H.T. 2005. Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk. Grafika Mordi Yuana: Bogor.

Sidabalok, Janus. 2014. Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia. PT.Citra Aditya Bakti: Jakarta.

Sofie, Yusuf. 2003. Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) Teori dan Praktek

Penegakan Hukum. PT.Citra Aditya Bakti: Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2007. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia: Jakarta.

(3)

Sunggono, Bambang. 2007. Metodologi Penelitian Hukum. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Susanto, Happy. 2008. Hak-Hak Konsumen Jika Diragukan. Transmedia Pustaka: Jakarta.

Sutedi, Adrian. 2006. Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Syawali, Husni dan Neni Sri Imaniyati. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen. Mandar Maju: Bandung.

Theodore, Levitt. 2001. Imajinasi Pemasaran. Erlangga: Jakarta.

Walker, Boyd dan Larrenche. 2000. MANAJEMEN PEMASARAN Suatu Pendekatan Strategis Dengan Orientasi Global. Erlangga: Jakarta.

Widjaja, Gunawan dan Ahmadi Yani. 2003. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen. Gramedia: Jakarta.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha-Usaha Tidak Sehat.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif

(4)

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Harga Barang Dan Tarif Jasa Yang Diperdagangkan

Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Nomor: 235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penanganan Pengaduan Konsumen Yang Ditujukan Kepada Seluruh Dinas Indag Prov./Kab./Kota, dan sebagainya.

C. MAKALAH

Ading Suryana, Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Perhatian Terhadap Kepentingan Konsumen Produk Pangan, Makalah pada Seminar

Nasional Upaya Peningkatan Perlindungan Konsumen Produk Pangan, UGM, 10 Januari 1989, Yogyakarta.

D. JURNAL

Dedi Harianto, (Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Periklanan yang Menyesatkan), Disertasi, (Medan: Universitas Sumatera Utara,

2007).

E. WAWANCARA

(5)

PT. Inti Cakrawala Citra Medan [Pada tanggal 10 Agustus 2016, Pukul 10.00 WIB].

F. WEBSITE

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36041/4/Chapter%20II.pdf, Perlindungan Konsumen di Indonesia, [Diakses Pada 27 Juli 2016

Pukul 19.31 WIB].

https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar, Pengertian Pasar, [Diakses Pada 27 Juli 2016 Pukul 20.31 WIB].

https://dewo.wordpress.com/2005/11/17/marketing-gimmick-yamaha/, Pengertian

marketing gimmick, [Diakses Pada 28 Juli 2016 Pukul 05.00 WIB].

http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/02/11/barang-beda-harga-di-rak-dan-kasir-indomaret-dilaporkan-ke-polisi, Barang Beda Harga di Rak dan di Kasir, [Diakses Pada 28 Juli 2016 Pukul 07.15 WIB].

http://datariau.com/legislatif/harga-di-alfamart-menipu-warga-diimbau-lebih-teliti, , Harga menipu Alfamart, warga dihimbau lebih teliti lagi, [Diakses pada 28 Juli 2016, Pukul 10.00 WIB].

http://www.kaskus.co.id/thread/5254fb0718cb17db0f000002/waspadai-trik-kecurangan-di-alfamart/, Contoh kasus perbedaan harga di rak dengan di kasir, [Diakses pada 28 Juli 2016, pukul 10.00 WIB].

(6)

http://pkditjenpktn.kemendag.go.id, Pengaduan Konsumen, [Diakses Pada 30 Juli 2016, Pukul 07.15 WIB].

http://ekonomiana.wordpress.com/tag/penetapan-harga/, Pengertian Penetapan Harga, [Diakses Pada 20 Agustus 2016, Pukul 11.36 WIB].

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt54ae3fd1da280/harga-barang-di-label-dan-di-kasir-berbeda,-mana-yang-dipakai, Perbedaan Harga di rak dengan di kasir, [Diakses pada 29 Agustus 2016, pukul 09.00

WIB].

(7)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PENETAPAN HARGA SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN KEPADA KONSUMEN

A. Pengertian Harga Dan Penetapan Harga

Masalah harga sebenarnya merupakan salah satu dari empat variabel utama yang harus dikendalikan secara serasi, selaras dengan tujuan yang akan dicapai oleh manajer pemasaran. Segala keputusan yang berhubungan dengan harga akan sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan perusahaan, baik menyangkut kegiatan penjualan maupun aspek keuntungan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Dengan demikian semua keputusan yang berkaitan dengan harga hendaknya harus dipertimbangkan secara sungguh-sungguh dan mendalam serta memperhatikan aspek intern dan ekstern perusahaan.72

Strategi spesifik yang digunakan perusahaan atau pelaku usaha untuk menetapkan harga barang atau jasa, bertolak dari strategi pemasaran yang diformulasikan untuk mencapai tujuan perusahaan. Para pemasar menggunakan harga barang yang diproduksi dan dijual untuk menarik pelanggan dari segala segmen. Para pemasar juga menentukan harga untuk menarik konsumen pada segmen kecil dari sebuah pasar yang besar. Sementara itu, ada pemasar lain yang hanya ingin mengimbangi harga yang ditetapkan oleh para pesaing bagi produk sejenis. Pada umumnya, perusahaan dapat memilih salah satu di antara tiga macam strategi harga untuk produk baru, yaitu menetapkan harga awal yang

72 Marius P. Angipora, Dasar-Dasar Pemasaran, (Yogyakarta: Rajawali Pers, 2000), hal.

(8)

tinggi ketika produk baru diluncurkan dan semakin lama terus turun harganya (skimming), penetrasi (penetration), dan harga bersaing (competitive pricing).73

Walupun banyak hal yang dapat dihubungkan dengan penetapan harga, tetapi semuanya berawal dari hal-hal sederhana yang tidak dipahami oleh kita. Maksudnya bahwa kita sebenarnya belum memahami makna kata harga, walaupun konsepnya cukup mudah didefinisikan dengan istilah umum.74 Dalam

teori ekonomi ada beberapa konsep yang saling berkaitan, yaitu; harga (price), nilai (value), dan manfaat (utility). Nilai adalah ukuran kuantitatif bobot sebuah produk yang dapat ditukarkan dengan produk lain. Manfaat adalah atribut sebuah barang yang mempunyai kemampuan untuk memuaskan keinginan. Mengingat bahwa sistem ekonomi kita tidak dirancang berdasarkan sistem tukar menukar, maka pengertian nilai dan manfaat dari sebuah produk dapat sebanding dengan produk lain yang tidak dapat digunakan, tetapi kita lebih mendayagunakan uang sebagai dominator nilai. Dengan demikian istilah harga sebenarnya untuk menggambarkan nilai uang sebuah barang atau jasa.

Harga mengandung pengertian, suatu nilai tukar dari produk barang ataupun jasa yang umumnya dinyatakan dalam satuan moneter (Rupiah, Dollar, Yen, dan lain-lain). Dalam dunia bisnis, harga mempunyai banyak nama, sebagai contoh dalam dunia perdagangan produk disebut harga, dalam dunia perbankan disebut bunga, atau dalam bisnis jasa akuntansi, konsultan disebut fee, biaya transportasi taxi, telepon disebut tarif sedangkan dalam dunia asuransi disebut premi. Monroe menyatakan bahwa harga merupakan pengorbanan ekonomis yang

73 Ari Setiyaningrum, Jusuf Udaya, dan Efendi, Prinsip-Prinsip Pemasaran, (Yogyakarta:

ANDI, 2015), hal. 127. 74

(9)

dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Selain itu harga adalah salah satu faktor penting bagi konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak.75

Menurut Kotler dan Amstrong, mendefenisikan harga sebagai sejumlah uang yang diminta untuk suatu produk atau suatu jasa. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa harga ialah jumlah semua nilai yang diberikan oleh konsumen untuk memperoleh keuntungan (benefit) atas kepemilikan atau penggunaan suatu produk atau jasa. Secara historis, harga menjadi faktor utama yang mempengaruhi pilihan seorang pembeli. Namun, pada dekade ini faktor-faktor nonharga dinilai penting. Meskipun demikian, harga masih merupakan salah satu elemen terpenting yang menentukan pangsa pasar dan tingkat keuntungan perusahaan.76

Pengertian akan harga pasar juga terdapat di dalam Pasal 1 huruf n Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang berbunyi:

“Harga pasar adalah harga yang dibayar dalam transaksi barang dan

atau jasa sesuai kesepakatan antara para pihak di pasar bersangkutan.”

Suatu tingkat harga dapat memberikan pengaruh yang tidak sedikit baik di dalam perekonomian maupun di dalam perusahaan. Di dalam perekonomian, harga pasar dari sebuah barang dapat mempengaruhi tingkat upah, sewa, bunga, dan laba atas pembayaran faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, tanah, modal dan skill. Dalam metode tersebut sebenarnya harga menjadi suatu pengatur dasar pada sistem perekonomian secara keseluruhan karena mempengaruhi

75Dikutip dari http://ekonomiana.wordpress.com/tag/penetapan-harga/, Pengertian

Penetapan Harga, [Diakses Pada 20 Agustus 2016, Pukul 11.36 WIB].

76

(10)

alokasi sumber-sumber yang ada. Suatu tingkat upah yang tinggi dapat menarik tenaga kerja yang lebih banyak dan skill yang lebih baik. Penetapan tingkat bunga yang tinggi akan menarik modal lebih besar.77

Sedangkan penetapan harga adalah suatu proses untuk menentukan seberapa besar pendapatan yang akan diperoleh atau diterima oleh perusahan dari produk atau jasa yang di hasilkan. Penetapan harga telah memiliki fungsi yang sangat luas di dalam program pemasaran. Menetapkan harga berarti bagaimana mempertautkan produk kita dengan aspirasi sasaran pasar, yang berarti pula harus mempelajari kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen. Dalam penetapan harga, produsen harus memahami secara mendalam besaran sensitifitas konsumen terhadap harga. Menurut Roberto pada buku Applied Marketing Research, bahwa dari hasil penelitian menyebutkan isu utama yang berkaitan dengan sensitifitas harga yaitu; elasitas harga dan ekspektasi harga. Sedangkan pengertian dari elasitas harga adalah:

1. Konsumen cenderung memberikan respon yang lebih besar atas setiap rencana kenaikan dibandingkan dengan kenyataan pada saat harga tersebut naik.

2. Konsumen akan lebih sensitif terhadap penurunan harga dibandingkan dengan kenaikan harga.

3. Elastisitas konsumen akan berkurang ketika melakukan shopping dengan teman atau dipengaruhi oleh sales person.78

77 Kotler Philip, Dasar-Dasar Pemasaran, Cet.ke-2, (Jakarta: CV.Intermedia, 1983), hal.

20. 78

(11)

Dengan kata lain harga dan penetapan harga adalah suatu proses yang harus dilakukan oleh produsen atau pelaku usaha untuk memberikan nilai suatu produk atau jasa dengan mengkalkulasikan terlebih dahulu segala macam biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh keuntungan serta mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga.

B. Peraturan Tentang Penetapan Harga

Penetapan harga merupakan suatu bagian yang penting dan kompleks dalam manajemen pemasaran. Di satu pihak penetapan harga adalah sebuah elemen strategis yang sangat kritis, penting dalam bauran pemasaran karena menjelaskan persepsi mengenai kualitas, dengan demikian merupakan konstributor penting dalam memosisikan sebuah produk. Di lain pihak, penetapan harga merupakan sebuah variabel taktis karena dapat diubah dengan cepat dalam kaitannya dengan persaingan.79

Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang baik secara khusus ataupun tidak secara khusus mengatur dan berkaitan dengan penetapan harga, yaitu:80

a. Peraturan Umum

yaitu peraturan perundang-undangan yang tidak secara khusus mengatur tentang penetapan harga, yaitu:

79

Boyd, Walker dan Larreche, MANAJEMEN PEMASARAN Suatu Pendekatan Strategis

Dengan Orientasi Global, Cet.ke-2, (Jakarta: Erlangga, 2000), hal. 2.

80

Basu Swastha Dharmmesta dan T.Hani Handoko, MANAJEMEN PEMASARAN

(12)

1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.

3) Peraturan Pemerintah Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penetapan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

4) Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2015 tentang Kementerian Perdagangan.

5) Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting. 6) Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Bahan Bakar Gas Untuk Transportasi Jalan.

7) Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi.

b. Peraturan Khusus

Peraturan khusus yaitu peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur tentang penetapan harga, diantaranya yaitu:

1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha-Usaha Tidak Sehat.

(13)

3) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-DAG/PER/5/2009 tentang Ketentuan Pengawasan Barang dan Jasa.

4) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35/M-DAG/PER/7/2013 tentang Pencantuman Harga Barang dan Tarif Jasa Yang Diperdagangkan.

C. Tujuan dan Sasaran Penetapan Harga

Setiap perusahaan atau pelaku usaha selalu berorientasi pada seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produk atau jasa yang dimilikinya, sehingga tujuan penetapan harganya hanya berdasarkan pada tingkat keuntungan dan perolehan yang akan diterimanya, hal inilah yang terdapat di dalam Teori Ekonomi Klasik. Namun, di dalam perkembangannya tujuan penetapan harga bukan hanya berdasarkan tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan non ekonomis lainnya. Berikut adalah tujuan penetapan harga yang bersifat ekonomis dan non ekonomis:

1. Memaksimalkan Laba

(14)

Untuk dapat menarik perhatian para konsumen yang menjadi target market atau target pasar maka suatu perusahaan sebaiknya menetapkan harga yang serendah mungkin. Dengan harga turun, maka akan memicu peningkatan permintaan yang juga datang dari market share pesaing atau kompetitor, sehingga ketika pangsa pasar tersebut diperoleh maka harga akan disesuaikan dengan tingkat laba yang diinginkan.

3. Return On Investment (ROI) / Pengembalian Modal Usaha

Setiap usaha menginginkan tingkat pengembalian modal yang tinggi. ROI yang tinggi dapat dicapai dengan jalan menaikkan profit margin serta meningkatkan angka penjualan.

4. Mempertahankan Pangsa Pasar

Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya penetapan harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada.

5. Tujuan Stabilisasi Harga

Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader).

(15)

Perusahaan yang baik menetapkan harga dengan memperhitungkan segala kemungkinan agar tetap memiliki dana yang cukup untuk tetap menjalankan aktifitas usaha bisnis yang dijalani.81

Tujuan-tujuan dalam penetapan harga ini mengindikasikan bahwa pentingnya perusahaan untuk memilih, menetapkan dan membuat perencanaan mengenai nilai produk atau jasa dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan atas produk atau jasa tersebut. Penetapan harga dibagi dalam beberapa sasaran, tetapi di sini sasaran penetapan harga dipilih sebagai berikut: sasaran untuk mendapatkan keuntungan (profitability objectives), sasaran untuk memperoleh volume yang besar (volume objectives), sasaran untuk menghadapi persaingan (meeting competition objectives), dan sasaran prestise (prestige objectives).

Pelaku usaha harus menentukan harga untuk memperoleh keuntungan dalam sasaran untuk mendapatkan keuntungan Dalam pasar selalu ada kecenderungan orang memasang harga yang terlalu tinggi dan yang lainnya meminta harga yang terlalu rendah. Bagi konsumen, yang penting adalah mendapatkan barang sesuai dengan harga yang dianggapnya adil, dalam arti mendapatan barang sesuai dengan nilai sebenarnya.

Sasaran volume terjadi bila pelaku menentukan batas minimum keuntungan yang harus dicapai oleh perusahaan. Dengan demikian, perusahaan dapat terus meningkatkan dan memaksimalkan volume penjualannya. Alasannya adalah peningkatan penjualan lebih penting daripada keuntungan besar jangka pendek. Dengan demikian, tujuan pendekatan volume ini agar situasi bersaing

81

(16)

perusahaan dapat dipertahankan pada masa depan sampai volume penjualan maksimal.

Pendekatan ketiga, dalam hal sasaran penetapan harga adalah menanggapi persaingan yang dihadapi oleh perusahaan. Hal itu terjadi jika ada persaingan ketat antar perusahaan dalam memasarkan produknya. Pelayanan-pelayanan tambahan yang ditawarkan untuk berbagai macam produk, seperti tempat berbelanja yang nyaman, luas, parker yang gratis, lokasi yang strategis, serta adanya wahana bermain bagi anak-anak. Perubahan harga memengaruhi secara langsung tingkat laba secara keseluruhan, banyak perusahaan mendorong harga yang stabil dengan menyesuaikan dengan harga pesaing dan bersaing memperoleh pangsa pasar dari strategi produk, putusan-putusan promosi, dan distribusi yang merupakan elemen bukan harga dari bauran pemasaran.

Sasaran prestise tidak terkait dengan tingkat keuntungan atau volume penjualan. Tujuannya menciptakan prestise melalui harga yang ditawarkan untuk produk tertentu. Kesan ekskulusif dan kualitas tinggi dikembangkan oleh

konsumen yang sadar akan statusnya yang “tinggi”, yaitu status orang.82

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga

Setelah mengetahui arah dan tujuan penetapan harga sudah ditentukan, maka perhatian manajemen pemasaran dapat dialihkan kepada prosedur penentuan harga barang atau jasa yang ditawarkan. Memang tidak semua

82

(17)

perusahaan menggunakan prosedur yang sama dalam penentuan atau penetapan harga. Ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi penetapan harga, yaitu:

1. Faktor Internal dalam penetapan harga terdapat tujuan pemasaran, strategi bauran pemasaran, biaya yang terlibat, dan pertimbangan-pertimbangan organisasi;

2. Faktor Eksternal terdapat struktur pasar, tingkat dan struktur persaingan, faktor-faktor lingkungan lainnya (ekonomi, penjualan kembali, pemerintahan, dan lain-lain).83

E. Kebijakan Penetapan Harga Dan Struktur Harga

Berdasarkan kerangka pedoman yang ditentukan oleh sasaran penetapan harga, sebuah perusahaan harus mengembangkan kebijakan harga (pricing policy), yang merupakan pendekatan terhadap penetapan harga untuk jangka

panjang. Misalnya, perusahaan menetapkan kebijakan tidak akan pernah mendiskon produk-produk yang dijualnya. Di samping itu, perusahaan juga harus menetapkan kebijakan kuotasi (quotation) harga dalam kaitannya dengan kelonggaran (allowances), serta memasukkan biaya pengiriman. Ketiga penetapan tersebut disebut struktur harga. Terdapat dua kebijakan umum tentang kebijakan penetapan harga, yaitu tingkat harga dibandingkan dengan harga umum pasar dan tingkat flesibilitass harga.84

1. Penetapan Tingkat Harga

83 M. Taufiq Amir, DINAMIKA PEMASARAN, (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO

PERSADA, 2005), hal. 165. 84

(18)

Perusahaan mempunyai tiga pilihan untuk menentukan tingkat harga, yaitu harga di atas harga pasar, harga sesuai dengan harga pasar, dan harga di bawah harga pasar. Perusahaan-perusahaan yang memberikan kualitas tambahan kepada produk yang dihasilkan, seperti mobil Mercedes dan Rolls Roys, dapat menentukan harga di atas rata-rata. Bagi perusahaan yang menjual barang-barang komoditas, seperti baja dan bahan kimia dasar yang dijual di pasar besar dengan sedikit pesaing, harga yang biasa ditentukan sesuai dengan harga pasar yang berlaku. Penetapan harga di atas harga dapat menghasilkan berkurangnya penjualan dan kerugian yang cukup besar, maka biasanya perusahaan yang menetapkan harga di atas harga pasar tersebut akan menurunkan harga lagi sampai tingkat pasar yang berlaku. Sebaliknya, penetapan harga di bawah harga pasar akan meningkatkan penjualan secara substansial sehingga mengakibatkan pesaing yang memasang harga tinggi akan dengan cepat menurunkan harganya kembali. Bilamana semua perusahaan menurunkan harganya, total penghasilan industri tersebut akan menurun pula.85

2. Kebijakan Harga Yang Fleksibel

Pemasar dapat menentukan tingkat fleksibilitas harga dengan menentukan kebijakan satu harga atau sebuah kebijakan harga yang fleksibel atau variabel yang berbeda. Kebijakan satu harga berarti produk dijual dengan harga atau syarat penjualan sama kepada semua konsumen yang berada pada tingkat saluran distribusi yang sama. Syarat penjuak

85

(19)

(term of sales) berarti waktu dan metode pembayaran dan diskon diperkenankan. Hal itu tentunya akan mempersingkat proses jual-beli karena dibutuhkan banyak waktu untuk tawar-menawar dalam setiap transaksi yang terjadi. Dengan adanya kebijakan harga yang fleksibel, produk dijual dengan syarat yang berbeda kepada konsumen yang berbeda pula pada tingkatan distribusi yang sama. Persetujuan harga sering kali bergantung pada kekuatan penawar.

Sifat persaingan dalam sebuah pasar sangat mempengaruhi harga terakhir dan kondisi pembayarannya. Penetapan harga yang fleksibel memungkinkan pemasar dengan cepat meresprons situasi pasar. Dalam penjualan industri, penetapan harga demikian memungkinkan penjual (salesmen/ladies) mendapatkan order yang apabila tanpa kebijakan tersebut mungkin akan terlewatkan.86

86

(20)

BAB IV

BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN AKIBAT PERBEDAAN HARGA ANTARA DI RAK DENGAN DI KASIR PADA PT.

INTI CAKRAWALA CITRA MEDAN

A. Peran dari PT. Inti Cakrawala Citra Dalam Melakukan Pencegahan dan Pengawasan Terhadap Penyesuaian dan Penetapan Harga

Berkaitan dengan pencegahan dan pengawasan terhadap penyesuaian dan penetapan harga, maka PT. Inti Cakrawala Citra sebagi pelaku usaha perlu aktif dalam membuat, menyesuaikan, dan mengawasi pelaksaan kegiatan usaha yang dilakukannya. Salah satunya adalah bahwa setiap hari ada pengawasan (monitoring) terhadap perubahan harga yang di cetak di pagi hari. Jika ada perubahan harga maka, label harga akan di cetak ulang dan diserahkan kepada setiap pramuniaga di lorong masing-masing untuk digantinya label harga yang lama dengan yang baru. Karena pada prinsipnya seharusnya perubahan harga yang ada akan secara otomatis juga berubah di komputer kasir, sehingga dalam hal ini diperlukan ketelitian dari para pramuniaga lorong untuk mengganti label harga yang lama dengan yang baru agar tidak ada perbedaan harga antara di rak dengan di kasir. 87

Peranan PT. Inti Cakrawala Citra dalam melakukan pencegahan dan pengawasan terhadap penyesuaian dan penetapan harga dapat juga dipandang sebagai suatu bentuk usaha pencegahan yang dilakukan pelaku usaha dan sebagai usaha untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen. PT. Inti Cakrawala Citra memiliki suatu peraturan atau kode etik yang ditetapkan untuk mengatur dan

87 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

(21)

melindungi hak-hak dan kewajiban dari PT. Inti Cakrawala Citra sebagai pelaku usaha dan konsumen, yakni adanya suatu buku panduan atau ketentuan yang diberikan perusahaan kepada para karyawan toko dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Buku panduan tersebut disebut dengan Costumer Relationship Management (CRM), yang didalamnya terdapat tata cara pelayanan yang

seharusnya diberikan ke konsumen, serta penanganan jika terdapat keluhan dari konsumen. 88

Sebelum menjadi karyawan atau karyawati di PT. Inti Cakrawala Citra, setiap para calon karyawan atau karyawati akan melakukan suatu seleksi atau ujian terlebih dahulu, setelah itu kemudian masuk kepada tahap wawancara. Apabila calon karyawan atau karyawati tersebut telah dinyatakan lolos maka sebelum diangkat sebagai karyawan tetap mereka akan diberikan pelatihan (training) terlebih dahulu. Di dalam pelatihan yang diberikan oleh PT. Inti Cakrawala Citra kepada para karyawan akan diberikan suatu buku panduan yang disebut CRM. Di dalam buku tersebut akan dipaparkan bagaimana menjadi karyawan atau karyawati yang baik dan benar. Sebagai salah satu contohnya adalah CRM Untuk Menjadi Kasir Cantik. CRM ini diberikan kepada karyawan kasir, di dalam CRM dijelaskan beberapa hal yang penting, seperti:

1. Menjelaskan tentang pengertian dari pelayanan tersebut.

2. Bagaimana standar penampilan yang baik dan benar bagi wanita ataupun pria.

3. Ketentuan kebersihan area kasir.

88 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

(22)

4. Alat-alat kebersihan kasir

5. Langkah-langkah kebersihan kasir.

6. Menjelaskan tentang Area Check Out Counter (COC).

7. Menjelaskan tentang bagaimana penyebutan total belanja dan tambahan belanja yang baik dan benar.

8. Menjelaskan tentang cara pemberian struk dan uang kembalian atau karti debit/kredit yang baik dan benar.

9. Menjelaskan tentang promosi toko.

10.Menjelaskan tentang hal yang dilarang untuk kasir.

11.Menjelaskan tentang cara pengelompokkan produk dan yang harus diketahui dalam produk.

12.Menjelaskan tentang cara penawaran promosi produk distribusi kepada konsumen.

13.Aktivitas kasir.

14.Hal-hal yang harus diketahui dalam transaksi penjualan. 15.Langkah menghitung uang.

16.Penataan barang di Trolly.

17.Menjelaskan lama transaksi penjualan.

18.Menjelaskan tentang serah terima uang sales dari kasir ke kepala kasir atau assisten kepala kasir (no sale).

19.Menjelaskan tentang Penutupan transaksi kasir (closing shift).

(23)

Tujuan dari pemberian CRM ini kepada para karyawan adalah agar setelah menjadi karyawan di PT. Inti Cakrawala Citra mereka dapat bekerja dengan baik dan benar serta dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada para konsumen, dan juga untuk meminimalisir adanya masalah yang berhubungan dengan konsumen, terutama dalam hal ini terkait dengan harga.89

B. Tanggung Jawab PT. Inti Cakrawala Citra Terhadap Konsumen Yang Menjadi Korban Akibat Perbedaan Harga Antara Di Rak Dengan Di Kasir

PT. Inti Cakrawala Citra sebagai salah satu pelaku usaha di Indonesia maka memiliki hak dan kewajiban untuk ikut serta menciptakan dan menjaga iklim usaha yang sehat untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di Indonesia. Di samping adanya hak dan kewajiban yang perlu diperhatikan oleh PT. Inti Cakrawala Citra sebagai pelaku usaha ada juga tanggung jawab yang harus dipikulnya. Tanggung jawab tersebut merupakan bagian dari kewajiban yang mengikat kegiatan mereka dalam berusaha.90

Dalam menjalankan usahanya PT. Inti Cakrawala Citra selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada para konsumennya, meskipun pada kenyataannya masih saja ada konsumen yang merasa dirugikan atas kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT. Inti Cakrawala Citra terutama yang berkaitan

89 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

Toko (Store Administration Manager) dari PT. Inti Cakrawala Citra Medan [Pada tanggal 10 Agustus 2016, Pukul 10.00 WIB].

90 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

(24)

dengan harga. Beberapa konsumen merasa dirugikan atas perbedaan harga yang ada di rak dengan di kasir. Berkaitan dengan landasan penetapan harga pada PT. Inti Cakrawala Citra adalah harga beli barang pemasok ditambah dengan keuntungan yang akan diperoleh oleh toko. Pada kenyataannya PT. Inti Cakrawala Citra telah berusaha agar tidak terjadi perbedaan harga antara di rak dengan di kasir yakni, berupa tindakan penyesuian harga antara di rak dengan di kasir. Jika ada perubahan harga maka label harga (price tag) akan di cetak ulang dan diserahkan ke pramuniaga di setiap lorong masing-masing.

PT. Inti Cakrawala memberikan tanggung jawab kepada para pramuniaganya untuk bertanggungjawab atas lorong-lorong yang ada di dalam gedung PT. Inti Cakrawala Citra. Di setiap lorong memiliki barang yang berbeda-beda baik jenis, bentuk, kemasan, serta harganya. Diharapkan dengan adanya pramuniaga yang bertanggungjawab pada setiap lorong akan memudahkan para konsumen untuk berbelanja dan untuk mengetahui lebih lanjut tentang informasi atas barang yang akan ia beli, terutama berkaitan dengan harga. Pada umunnya sebelum membeli suatu barang maka konsumen akan melihat terlebih dahulu harga yang tertera pada label harga atas barang tersebut kemudian akan melakukan pembayaran di kasir. Namun, tidak semua konsumen teliti atau peka atas harga barang yang akan ia beli.91

Berkaitan dengan pencantuman harga barang atau jasa yang diperdagangkan, diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 35/M-Dag/Per/7/2013 Tahun 2013 tentang Pencantuman Harga Barang

91 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

(25)

Dan Tarif Jasa Yang Diperdagangkan (selanjutnya disebut dengan Permendag No. 35 Tahun 2013). Pada dasarnya setiap pelaku usaha yang memperdagangkan barang secara eceran dan/atau jasa kepada konsumen wajib mencantumkan harga barang atau tarif jasa secara jelas, mudah dibaca dan mudah dilihat (Pasal 2 ayat (1) Permendag No. 35 tahun 2013). Akan tetapi, kewajiban ini tidak berlaku bagi pelaku usaha mikro.92

Label harga barang tersebut harus dilekatkan atau ditempelkan pada barang atau kemasan, disertakan, dan/atau ditempatkan dekat dengan barang serta dilengkapi jumlah satuan atau jumlah tertentu (Pasal 3 ayat (1) Permendag No.35 Tahun 2013). Jika barang yang diperdagangkan dikenakan pajak dan/atau biaya-biaya lainnya, pencantuman harga harus memuat informasi harga barang sudah termasuk atau belum termasuk pajak dan/atau biaya-biaya lainnya. Harga yang dicantumkan harus dalam rupiah, dengan menggunakan mata uang dan nominal Rupiah yang berlaku. Jika harga barang memuat pecahan nominal rupiah yang tidak beredar, pelaku usaha dapat membulatkan harga barang dengan memperhatikan nominal rupiah yang beredar. Pembulatan diinformasikan kepada konsumen pada saat transaksi pembayaran.

Jika pelaku usaha memperdagangkan barang secara eceran dengan tidak mencantumkan harga barang secara jelas, mudah dibaca dan mudah dilihat atau tidak menetapkan harga barang dengan rupiah, maka pelaku usaha tersebut dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha di bidang perdagangan oleh pejabat yang berwenang (Pasal 9 ayat (1) Permendag No. 35

92 Dikutip dari

(26)

Tahun 2013). Pencabutan izin usaha di bidang perdagangan tersebut dilakukan setelah diberikan peringatan secara tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dalam tenggang waktu masing-masing peringatan paling lama 1 (satu) bulan.

Penyebab dari perbedaan harga di rak dengan di kasir pada PT. Inti Cakrawala Citra di sebabkan oleh kelalaian dari para pramuniaga lorong yang tidak mengganti label harga yang sudah diberikan di pagi hari sebelum toko buka saat terjadi perubahan harga. Atas kelalaian yang dilakukan oleh pramuniaga, maka PT. Inti Cakrawala Citra harus tetap bertanggung jawab atas hal tersebut. Tanggung jawab yang berikan adalah berupa penggantian selisih harga akibat perbedaan harga tersebut dan pada dasarnya apabila terjadi perbedaan harga maka harga yang dikenakan pada saat pembayaran yang berlaku adalah harga yang terendah (termurah) sesuai dengan ketentuan yang ada di Pasal 7 ayat (2) Permendag No.35 Tahun 2013. 93

Apabila ada konsumen yang masih merasa belum puas atas pertanggung jawaban tersebut, maka PT. Inti Cakrawala Citra akan melakukan tindakan lebih lanjut berupa penggantian barang/jasa yang sejenis atau setara nilainya, penggantian dengan sejumlah uang atau memberikan sebuah hadiah agar konsumen tetap merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh PT. Inti Cakrawala Citra. Tidak ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh

93Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

(27)

konsumen untuk melakukan claim ganti rugi kepada pihak PT. Inti Cakrawala Citra sebagai bentuk pertaggungjawaban pelaku usaha.94

Dalam melakukan claim ganti rugi yang diperlukan konsumen hanyalah menunjukkan struk pembayaran yang asli sebagai bukti nyata adanya perbedaan harga yang dialami oleh konsumen tersebut. Apabila konsumen merasa dirugikan atas perbedaan harga tersebut saat pembayaran maka, konsumen dapat melakukan claim ganti rugi di bagian kasir. Tetapi jika setelah konsumen keluar dari area pertokoan, maka si konsumen tersebut tetap dapat melakukan claim ganti rugi, yakni dengan cara konsumen tersebut hanya perlu datang kembali ke toko dan mengajukan claim ganti rugi ke Member Service. Claim ganti rugi hanya dapat dilakukan maksimal satu hari dari tanggal struk pembayaran konsumen. Dengan membawa struk yang asli yang didalamnya terdapat tanda tangan pengawas (checker), maka selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan ulang oleh checker. Karena di dalam PT. Inti Cakrawala Citra setiap konsumen yang telah melakukan transaksi pembayaran biasanya akan di periksa ulang oleh para checker dan pada struk pembayaran akan ditanda tangani.

Kemudian Member Service akan melakukan koordinasi dengan Checker dan Duty Manager untuk melakukan pemeriksaan keabsahan dari claim tersebut, hal ini dikarenakan pada beberapa kasus yang pernah terjadi di PT. Inti Cakrawala Citra ternyata kesalahan tersebut berasal dari pihak konsumen yang tidak teliti dalam memperhatikan harga. Jika sudah diperiksa kembali dan sudah ada persetujuan dari Duty Manager, maka konsumen dapat menunggu sekitar 15

94 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

(28)

sampai 30 menit untuk mendapatkan kembali uang selisih perbedaan harga yang ia claim.

Bentuk perlindungan konsumen yang diberikan oleh PT. Inti Cakrawala Citra terhadap konsumen yang menjadi korban akibat perbedaan harga di rak dengan kasir, yaitu:

1. Perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan ganti rugi (jika setelah dicek memang kelalaian ada di perusahaan) atas perbedaan harga tersebut.

2. Perusahaan sudah memasang spanduk cara membaca struk penjualan dan discount/hadiah yang di dapat konsumen pada pintu masuk toko. 3. Perusahaan selalu memonitoring perubahan label harga (price tag) yang

dilakukan pramuniaga lorong.95

Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) tidak mengatur secara jelas dan tegas soal jenis barang yang secara hukum dapat dipertanggungjawabkan dan sampai sejauhmana pertaggungjawaban atas barang tersebut dapat dikenakan bagi pelaku usaha atas hubungan hukumnya dengan konsumen.96 Untuk itu,

pelaku usaha diminta untuk selalu memperbaiki dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkannya. Mereka juga harus mempertanggungjawabkan atas apa yang terjadi pada setiap produknya. Jika pelaku usaha mampu menjaga

95 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

Toko (Store Administration Manager) dari PT. Inti Cakrawala Citra Medan [Pada tanggal 10 Agustus 2016, Pukul 10.00 WIB].

96

(29)

kualitas dan mutu barang/ jasa yang ditawarkan, konsumen akan terus memandang positif dan tanpa ragu selalu mengonsumsinya.97

C. Bentuk Penyelesaian Sengketa Konsumen Akibat Perbedaan Harga Antara Di Rak Dengan Di Kasir Pada PT. Inti Cakrawala Citra Medan

Suatu perusahaan seperti PT. Inti Cakrawala Citra Medan, dalam menjalankan bisnisnya tidak mungkin terhindar dari terjadinya sengketa (dispute) dengan konsumennya yang harus dapat diselesaikan dengan cara-cara tertentu sesuai dengan kehendak kedua belah pihak. Sejak berdiri di kota Medan maka ada beberapa sengketa konsumen terkait dengan perbedaan harga antara di rak dengan di kasir, dan jika diadakan penghitungan ada sekitar satu atau tiga kasus dalam jangka waktu tiga sampai empat bulan yang terkait dengan hal tersebut. Hanya saja, dalam PT. Inti Cakrawala Citra Medan tidak pernah terjadi sengketa yang benar-benar merupakan sengketa yang besar yang di dalam penyelesaiannya sampai ke pengadilan. 98

PT. Inti Cakrawala Citra sebagai pelaku usaha tidak berlaku pasif atas perlindungan konsumen yang diberikannya, apabila konsumen mengalami suatu masalah terkait dengan pelayanan yang diberikan oleh PT. Inti Cakrawala Citra ataupun masalah lainnya maka, para konsumen dapat memberi keluhan, ataupun

97 Happy Susanto, Op.Cit., hal. 41.

98 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

(30)

pesan serta saran kepada PT. Inti Cakrawala Citra melalui kotak saran yang ada disetiap kasir.99

Keluhan yang ingin disampaikan oleh para konsumen dapat disampaikan secara langsung atau secara tidak langsung. Keluhan yang disampaikan secara langsung dapat dilakukan dengan cara menyampaikannya melalui kotak saran yang ada di setiap kasir. Hal-hal yang sering menjadi keluhan dari para konsumen, yaitu :

1. Antrian kasir yang sangat panjang, sebenernya di PT. Inti Cakrawala Citra terkait dengan pelayanan kasir telah memiliki jumlah kasir yang cukup banyak, namun karena konsumen selalu berbelanja dalam jumlah yang sangat banyak dan pelayan kasir yang kurang cepat dalam melayani maka, terjadi antrian yang sangat panjang pada waktu pembayaran.

2. Kondisi toko yang panas, di dalam PT. Inti Cakrawala Citra hanya terdapat beberapa kipas angin dan ada beberapa Air Conditioner (AC), tetapi karena bangunan PT. Inti Cakrawala Citra sangat luas dan besar sehingga tidak terasa dingin, dan sangat panas di siang hari.

3. Adanya perbedaan harga antara di rak dengan di kasir.

4. Pada hari-hari tertentu ada banyak barang yang kosong, dan tidak adanya pemberitahuan akan stok atau persediaan atas barang tersebut sehingga terkadang membuat para konsumen merasa kebingungan untuk mencari barang tersebut.

99 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

(31)

5. Toilet toko yang sangat kotor, hal ini merupakan keluhan yang paling sering menjadi keluhan dari konsumen kepada PT. Inti Cakrawala Citra walaupun pada kenyataannya PT. Inti Cakrawala Citra sebagai pelaku usaha telah berusaha memberi pelayanan yang terbaik dengan menyediakan toilet yang lebih banyak dan pegawai pembersih yang lebih banyak, tetapi tetap belum bisa mengatasi atas keluhan dari konsumen akan hal ini.100

Keluhan secara tidak langsung yang dapat disampaikan oleh konsumen kepada PT. Inti Cakrawala Citra sebagai pelaku usaha salah satunya adalah, bahwa dengan adanya perkembangan tekhnologi pada saat ini maka, PT. Inti Cakrawala Citra sebagai salah satu pelaku usaha dalam pasar modern yang telah memiliki website tersendiri dan disana terdapat kotak saran, maka sejauh ini hal itu sangatlah efektif dalam mengatasi keluhan konsumen, karena dengan adanya kotak saran pada website tersebut maka setiap keluhan yang ada akan terkoneksi secara nasional. Walaupun keluhan konsumen itu berasal dari salah satu gerai atau cabang yang ada di daerah, tetapi secara otomatis pihak pimpinan dari PT. Inti Cakrawala Citra yang ada di kantor pusat akan mengetahui hal tersebut, sehingga setiap keluhan akan selalu di respon dengan cepat, dan akan diusahakan penyelesaian masalah tersebut dengan cepat juga.101

100 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

Toko (Store Administration Manager) dari PT. Inti Cakrawala Citra Medan [Pada tanggal 10 Agustus 2016, Pukul 10.00 WIB].

101 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

(32)

Ketidaktaatan pada isi transaksi konsumen, kewajiban, serta larangan sebagaimana diatur di dalam UUPK dapat melahirkan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. Sengketa itu dapat berupa salah satu pihak tidak mendapatkan atau menikmati apa yang seharusnya menjadi haknya karena pihak lawan tidak memenuhi kewajibannya. Misalnya, pembeli tidak memperoleh barang sesuai dengan pesanannya, atau pembeli tidak mendapat pelayanan sebagaimana telah disepakati, atau penjual tidak mendapatkan pembayaran sesuai dengan haknya. Sengketa yang timbul antara pelaku usaha dan konsumen berawal dari transaksi konsumen disebut dengan sengketa konsumen.

Sengketa konsumen dapat bersumber dari 2 (dua) hal, yaitu:

1. Pelaku usaha tidak melaksanakan kewajiban hukumnya sebagaimana diatur di dalam undang-undang. Artinya, pelaku usaha mengabaikan ketentuan undang-undang tentang kewajibannya sebagai pelaku usaha dan larangan-larangan yang dikenakan padanya dalam menjalankan usahanya. Sengketa seperti ini dapat disebut dengan sengketa yang bersumber dari hukum.

2. Pelaku usaha atau konsumen tidak menaati isi perjanjian. Yang berarti, baik pelaku usaha maupun konsumen tidak menaati kewajiban sesuai dengan kontrak atau perjanjian yang dibuat antara mereka. Sengketa seperti ini dapat disebut dengan sengketa yang bersumber dari kontrak. 102

Sebagaimana sengketa hukum pada umumnya, sengketa konsumen harus diselesaikan sehingga tercipta hubungan baik antara pelaku usaha dan konsumen, di mana masing-masing pihak mendapatkan kembali hak-haknya. Penyelesaian sengketa secara hukum ini bertujuan untuk memberi penyelesaian yang dapat menjamin terpenuhinya hak-hak kedua belah pihak yang bersengketa. Dengan begitu, rasa keadilan dapat ditegakkan dan hukum dijalankan sebagaimana

102 Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung:

(33)

mestinya. Tujuan dari penyelesaian sengketa konsumen secara baik daoat menciptakan dan menjaga berjalannya kegiatan usaha secara terjamin. Bagi pihak pelaku usaha ada kepastian berusaha dan di pihak lain tercapainya pemenuhan kebutuhan konsumen dengan baik. 103

Dalam hal apabila terjadi sengketa antara PT. Inti Cakrawala Citra Medan dengan konsumen, maka penyelesaian sengketa tersebut dapat ditempuh dengan 2 (dua) cara, sesuai dengan yang tertera dalam Pasal 45 ayat (2) UUPK, yakni penyelesaian sengketa melalui pengadilan (litigasi) dan penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan (non-litigasi) berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) tidak memberikan batasan apakah yang dimaksud dengan sengketa konsumen. Kata-kata sengketa konsumen dijumpai pada beberapa bagian UUPK, yaitu:

1. Penyebutan sengketa konsumen sebagian bagian dari sebutan institusi administrasi negara yang menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen, dalam hal ini Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). (Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) jo. Bab XI UUPK.

2. Penyebutan sengketa konsumen menyangkut tata cara atau prosedur penyelesaian sengketa terdapat pada Bab X Penyelesaian Sengketa. Pada Bab ini digunakan penyebutan sengketa konsumen secara konsisten, yaitu Pasal 45 ayat (2) dan Pasal 48 UUPK.104

Az. Nasution memberikan definisi mengenai sengketa konsumen, yaitu:

“Sengketa konsumen adalah sengketa antara konsumen dengan pelaku

usaha (publik atau privat) tentang produk konsumen, barang dan/atau jasa

konsumen, tertentu”.105

103

Janus Sidabalok, Op. Cit., hal. 127.

104 Yusuf Sofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang

Perlindungan Konsumen (UUPK) Teori dan Praktek Penegakan Hukumnya, (Jakarta: PT. Citra

Aditya Bakti, 2003), hal. 12. 105

(34)

Pasal 64 UUPK menyebutkan bahwa:

“Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan melindungi konsumen yang telah ada pada saat undang-undang ini diundangkan, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau tidak bertentangan dengan ketentuan dalam

undang-undang ini.”106

Oleh karena itu, setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku, hukum positif, tetap dapat digunakan dalam upaya perlindungan konsumen, sepanjang tidak diatur secara khusus atau bertentangan dengan ketentuan dalam UUPK.107

Masalah penyelesaian sengketa dalam UUPK diatur secara khusus pada Bab X, dimulai dari Pasal 45 sampai dengan Pasal 48. Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha. Pasal 46 UUPK menyebutkan bahwa:

1. Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh:

a. seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan;

b. sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama; c. lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang

memenuhi syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya;

d. pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar dan/atau korban yang tidak sedikit.

2. Gugatan yang diajukan oleh kelompok konsumen, lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat atau pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, atau huruf d diajukan kepada peradilan umum.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai kerugian materi yang besar dan/atau korban yang tidak sedikit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan Peraturan Pemerintah.108

106

Lihat lebih lanjut Pasal 64 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

107 Az. Nasution, Op.Cit., hal. 222.

108 Lihat lebih lanjut Pasal 46 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

(35)

Di luar peradilan umum, UUPK membuat terobosan dengan memfasilitasi para konsumen yang merasa dirugikan dengan mengajukan gugatan kepada pelaku usaha di luar peradilan, yaitu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Mekanisme gugatan dilakukan secara sukarela dari kedua belah pihak yang bersengkata. Hal ini berlaku untuk gugatan secara perseorangan, sedangkan gugatan secara kelompok (class action) dilakukan melalui peradilan umum.

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (selanjutnya disingkat BPSK) adalah suatu badan yang menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan. BPSK adalah pengadilan khusus konsumen (small claim court) yang sangat diharapkan dapat menjawab tuntutan masyarakat agar proses berperkara berjalan cepat, sederhana, dan murah. Dengan demikian, BPSK hanya menerima pekara yang nilai kerugiannya kecil. Pemeriksaan dilakukan oleh hakim tunggal dan kehadiran penuh pihak ketiga (pengacara) sebagai wakil pihak yang bersengketa tidak diperkenankan. Putusan dari BPSK tidak dapat dibanding kecuali bertentangan dengan hukum yang berlaku.109

Disamping itu pengertian lain dari BPSK adalah badan yang memiliki kewenagan menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan. Badan ini dibentuk sebagai alternatif bagi konsumen yang membutuhkan media penyelesaian sengketa secara cepat, mudah dan murah, cepat ditentukan dari 21 (dua pulih satu) hari kerja yang wajib menghasilkan sebuah putusan. Mudah terletak pada prosedur administratif dan proses pengambilan putusan yang sangat

109

(36)

sederhana. Murah terletak pada biaya perkata yang terjangkau, serta dapat memberikan keputusan yang menang-menang (win-win solution).110

Pengaturan pembentukan badan ini terdapat di dalam Bab XI, dimulai dari Pasal 49 sampai dengan Pasal 58 UUPK. BPSK diangkat dan diberhentikan berdasarkan penetapan Menteri (Menperindag), yang tugas pokok dari badan ini adalah menyelesaikan sengketa-sengketa konsumen di luar pengadilan. Institusi BPSK dibentuk di setiap Daerah Kota dan/atau Daerah Kabupaten berdasarkan ketentuan Pasal 49 ayat (1) UUPK untuk menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan. UUPK masih menyebutkan Daerah Tingkat II (Dati II). Penyebutan ini sudah tidak digunakan lagi setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999.111

Menurut Pasal 49 ayat (3) dan (4) UUPK, adapun keanggotaan BPSK terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu:

1. Unsur pemerintah (3 orang-5 orang); 2. Unsur konsumen (3 orang-5 orang); 3. Unsur pelaku usaha (3 orang-5 orang). 112

Adapun pengangkatan dan pemberhentian anggota BPSK ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag). Untuk dapat diangkat sebagai anggota BPSK harus dipenuhi persyaratan sebagai berikut (Pasal 49 ayat (2) UUPK) atau disebut juga dengan syarat umum, yaitu:

1. Warga negara Republik Indonesia; 2. Berbadan sehat;

110 Dedi Harianto, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Periklanan yang

Menyesatkan”, Disertasi, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2007), hal. 143.

111 Yusuf Sofie, Op.Cit., hal. 27-28. 112

(37)

3. Berkelakukan baik;

4. Tidak pernah dihukum karena kejahatan;

5. Memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang perlindungan konsumen;

6. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun.113

Mengenai tugas dan wewenang BPSK diatur dalam Pasal 52 UUPK No.8 Tahun 1999 jo. Kepmenperindag Nomor 350/MPP/Kep/12/2001, tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK, yaitu:

1. Melaksanakan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi dan arbitrase atau konsiliasi;

2. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen;

3. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku; 4. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran

ketentuan dalam undang-undang ini;

5. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen;

6. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

7. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

8. Memanggil, menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran undang-undang ini;

9. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada angka 7 dan angka 8, yang tidak bersedia memenuhi panggilan Badan Penyelesaian Sengketa Kosumen;

10. Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan;

11. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen;

12. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

13. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini.

Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan diatur di dalam Pasal 48 UUPK, yang menyatakan bahwa:

113

(38)

“Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan mengacu pada

ketentuan tentang peradilan umum yang berlaku dengan memperhatikan

ketentuan dalam Pasal 45 di atas”.

Penunjukkan Pasal 45 dalam hal ini lebih banyak tertuju pads ketentuan yang tertea dalam ayat (4), dimana penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan hanya dimungkinkan apabila para pihak belum memilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, atau supaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dinyatakan tidak berhasil oleh saalah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.

Sedangkan penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diatur di dalam Pasal 47 UUPK, yang berbunyi:

“Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh

konsumen”.

Penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau yang lebih dikelan dengan Alternative Dispute Resolution (ADR) dapat ditempuh dengan berbagai cara.

ADR tersebut dapat berupa arbitrasie, mediasi, konsiliasi, minitrial, summary jury trial, settlement conference, serta bentuk lainnya.114

Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase dibedakan dari alternatif penyelesaian sengketa, karena yang termasuk dalam alternatif penyelesaian sengketa terdiri dari:

114 Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian

(39)

1. Konsultasi

Pada prinsipnya konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat personal antara pihak klien dengan pihak konsultan, dimana konsultan memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan kliennya. Pendapat tersebut tidak mengikat, artinya klien bebas untuk menerima pendapatnya atau tidak.

2. Negosiasi

Negosiasi adalah proses konsensus yang digunakan para pihak untuk memperoleh kesepakatan diantara mereka. Negosiasi menurut Roger Fisher dan William Ury adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun berbeda. Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak yang mengalami sengketa untuk mendiskusikan penyelesaiannya tanpa melibatkan pihak ketiga penengah yang tidak berwenang mengambil keputusan (mediasi) dan pihak ketiga pengambil keputusan (arbitrase dan litigasi).

Negosiasi biasanya dipergunakan dalam sengketa yang tidak terlalu pelik, dimana para pihak masih beritikad baik untuk duduk bersama dan memecahkan masalah. Negosiasi dilakukan apabila komunikasi antar pihak yang bersengketa masih terjalin dengan baik, masih ada rasa saling percaya, dan ada keinginan untuk cepat mendapatkan kesepakatan dan meneruskan hubungan baik.

3. Mediasi

Mediasi merupakan proses negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak memihak (impartial) bekerjasama dengan pihak yang bersengketa untuk membantu memperoleh kesepakatan perjanjian dengan memuaskan. Berbeda dengan arbiter atau hakim, mediator tidak mempuntai wewenang untuk memutuskan sengketa. Mediator hanya membantu para pihak untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dikuasakan kepadanya.

4. Konsiliasi

Konsiliasi tidak jauh berbeda dengan perdamaian. Konsiliasi sebagai suatu alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah suatu tindkan atau proses untuk mencapai perdamaian di luar pengadilan, dimana pihak ketiga mengupayakan pertemuan diantara pihak yang berselisih untuk mengupayakan perdamaian. Pihak ketiga sebagai konsiliator harus duduk bersama dalam perundingan dengan para pihak yang berselisih, namun konsiliator biasanya tidak terlibat secara mendalam atas substansi dari perselisihan. Hasil dari kesepakatan para pihak melalui konsiliasi harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani bersama oleh para pihak yang bersengketa, dan didaftarkan ke Pengadilan Negeri. Kesepakatan tertulis dari konsiliasi ini bersifat final dan mengikat para pihak.

5. Penilaian Ahli

(40)

Lembaga arbitrase menurut Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, lembaga tersebut juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa.115

Berdasarkan cara-cara penyelesaian sengketa konsumen yang telah dipaparkan diatas, maka PT. Inti Cakrawala Citra Medan dalam menyelesaikan sengketa dengan konsumennya adalah dengan menggunakan penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau secara non-litigasi atau Alternative Dispute Resolution (ADR). Dari cara-cara penyelesaian nom-litigasi atau ADR tersebut, PT. Inti Cakrawala Citra dalam menyelesaikan permasalahan atau sengketa dengan konsumennya akan menggunakan cara negosiasi, dimana para pihak yang bersengketa tersebut duduk bersama lalu mendiskusikan secara baik-baik untuk mencapai pemecahan masalahnya agar di kemudian hari sengketa tersebut tidak terulang lagi dan para pihak bisa menjalin hubungan kerjasama dengan baik.116

115 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.Cit., hal. 185-188.

116 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Berkaitan dengan pencegahan dan pengawasan terhadap penyesuaian dan penetapan harga sangat diperlukan adanya peran aktif dari PT. Inti Cakrawala Citra. Salah satunya adalah bahwa setiap hari diadakannya pengawasan (monitoring) terhadap perubahan harga yang di cetak di pagi hari dan kemudian diserahkan kepada setiap pramuniaga di setiap lorong mengganti label harga apabila terjadi perubahan harga. Selain itu, PT. Inti Cakrawala Citra memiliki peraturan atau kode etik yang ditetapkan untuk mengatur dan melindungi hak-hak dan kewajiban dari PT. Inti Cakrawala Citra sebagai pelaku usaha dan konsumen, yang diwujudkan dengan adanya buku panduan atau ketentuan, dan sering disebut dengan Costumer Relationship Management (CRM) yang diberikan perusahaan kepada

setiap pegawai yang diterima bekerja di PT. Inti Cakrawala Citra Medan. 2. PT. Inti Cakrawala Citra telah berusaha agar tidak terjadi perbedaan harga

(42)

jawab yang diberikan PT. Inti Cakrawala Citra adalah berupa penggantian selisih harga akibat perbedaan harga tersebut.

3. PT. Inti Cakrawala Citra sebagai pelaku usaha tidak berlaku pasif atas perlindungan konsumen yang diberikannya, apabila konsumen mengalami suatu masalah terkait dengan pelayanan yang diberikannya atau masalah lain maka, para konsumen dapat memberi keluhan dan pesan serta saran dan PT. Inti Cakrawala Citra sendiri selalu berusaha agar penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan secara non litigasi melalui upaya damai atau secara kekeluargaan.

B. SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan selanjutnya dapat dirumuskan saran-saran sebagai berikut:

1. Mengenai peran dari PT. Inri Cakrawala Citra di dalam pencegahan dan pengawasan terhadap penyesuaian dan penetapan harga diharapkan agar lebih aktif lagi salah satunya untuk dapat memberikan pelatihan yang lebih kepada setiap pramuniaga yang akan diterima di PT. Inti Cakrawala Citra Medan dan diharapkan setiap hari atau setiap minggunya diadakan sebuah kegiatan untuk melihat bagaimana kinerja dari setiap pramuniaga. Jika terdapat kesalahan maka, pramuniaga tersebut kiranya dapat diperingatkan dan kesalahannya terjadi kembali dapat diambil tindak lanjut selanjutnya. 2. PT. Inti Cakrawala Citra diharapkan dapat lebih memperhatikan para

(43)

pekerjaan termasuk di dalam menempelkan label harga dan juga mencabut label harga yang lama. Jadi ketika terdapat perubahaan harga maka tidak ada lagi kerugian yang dialami oleh konsumen terkait dengan perbedaan harga antara di rak dengan di kasir. Selain itu, disarankan kepada PT. Inti Cakrawala Citra dapat mengambil tindakan yang tegas kepada setiap pramuniaga ataupun pegawai yang melakukan kesalahan di dalam pekerjaannya, agar menimbulkan efek jera dan tidak akan melakukan kesalahan yang sama.

(44)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Sejarah dan Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

1. Sejarah Hukum Perlindungan Konsumen

Masalah perlindungan konsumen di Indonesia baru mulai terjadi pada dekade 1970-an. Hal ini ditandai dengan berdirinya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (selanjutnya disingkat YLKI) pada bulan Mei 1973. Ketika YLKI berdiri, kondisi politik bangsa Indonesia saat itu masih dibayang-bayangi dengan kampanye penggunaan produk dalam negeri. Namun seiring perkembangan waktu, gerakan perlindungan konsumen seperti yang dilakukan YLKI dilakukan melalui koridor hukum yang resmi, yaitu bagaimana memberikan bantuan hukum kepada masyarakat atas konsumen.20

Tujuan pendirian lembaga ini adalah untuk membantu konsumen agar hak-hak nya bisa terlindungi. Di samping itu, tujuan YLKI adalah untuk meningkatkan kesadaran kritis konsumen tentang hak dan tanggung jawabnya sehingga bisa melindungi dirinya sendiri dan lingkungannya.21 Setelah YLKI,

muncul beberapa organisasi serupa, antara lain Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (selanjutnya disingkat LP2K) di Semarang yang berdiri sejak Februari 1988 dan pada tahun 1990 bergabung sebagai anggota Consumers International (CI), Yayasan Lembaga Bina Konsumen Indonesia

20 Happy Susanto, Op.Cit., hal. 9. 21

(45)

(selanjutnya disingkat YLBKI) dan perwakilan YLK di berbagai provinsi di Tanah Air.22

Gerakan konsumen Indonesia terus mengalami perkembangan, termasuk yang diprakarsai oleh YLKI mencatat prestasi besar setelah naskah akademik UU No. 8 Tahun 1999 berhasil dibawa ke DPR.23

Gerakan dan perjuangan untuk mewujudkan sebuah undang-undang tentang perlindungan kosumen dilakukan selama bertahun-tahun. Baru pada era reformasi, keinginan terwujudnya UU No. 8 Tahun 1999 bisa terpenuhi. Pada masa pemerintahan Presiden BJ. Habibie, tepatnya pada tanggal 20 April 1999, Rancangan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disingkat RUUPK) secara resmi disahkan sebagai UU No. 8 Tahun 1999 . Masalah perlindungan konsumen kemudian ditempatkan ke dalam koridor suatu sistem hukum perlindungan konsumen yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional.24

Kuatnya tekanan dari dunia Internasional menjadi salah satu andil yang mendorong bagi YLKI dalam kehadiran UU No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, dan tanpa mengurangi terhadap upaya yang terus-menerus dilakukan oleh YLKI. Setelah pemerintah RI mengesahkan UU No. 7 Tahun 1994 tentang Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (Agreemeent Estabilizing the world Trade Organization), maka ada kewajiban bagi Indonesia untuk mengikuti standar-standar hukum yang

22 Celina Tri Siwi Kristyanti, Op.Cit., hal. 15. 23 Ibid., hal.17

24

(46)

berlaku dan diterima luas oleh negara-negara anggota WTO. Salah satu di antaranya adalah perlunya eksistensi UU No. 8 Tahun 1999.25

2. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

Hukum Konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen merupakan istilah yang seringkali disama artikan. Ada yang beranggapan bahwa hukum konsumen adalah juga hukum perlindungan konsumen. Namun ada pula yang membedakannya, dengan berpendapat bahwa baik mengenai substansi maupun mengenai luas lingkupnya adalah berbeda satu sama lain.

M. J. Leder menyatakan bahwa “In a sense there is no such creature as consumer law”.26 Sekalipun demikian, secara umum sebenarnya hukum

konsumen dan hukum perlindungan konsumen itu seperti yang dinyatakan oleh Lowe, yakni “…rules of law which recognize the bargaining weakness of the individual consumer and which ensure that weakness is not unfairly exploited”.27

Konsumen berada pada posisi yang lemah, maka konsumen harus dilindungi oleh hukum yang sifat dan tujuannya adalah memberikan perlindungan atau pengayoman terhadap masyarakat. Jadi, bisa dikatakan bahwa sebenarnya hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen adalah dua bidang hukum yang sulit untuk dipisahkan dan ditarik batasannya. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang lebih luas.

Az. Nasution berpendapat bahwa “hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen.” Adapun, menurut Az. Nasution

25 Celina Tri Kristiyanti, Op.Cit., hal.18.

26 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Grasindo, 2000), hal. 9.

27

(47)

yang dimaksud dengan hukum konsumen adalah “keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk barang dan/atau jasa, antara penyedia dan penggunanya dalam kehidupan bermasyarakat.”28 Sedangkan mengenai hukum perlindungan konsumen didefinisikannya sebagai “keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunanya dalam kehidupan bermasyarakat.”29

Adapun yang masih belum jelas dari pernyataan Az. Nasution berkaitan dengan kaidah-kaidah hukum perlindungan konsumen yang senantiasa bersifat mengatur. Apakah kaidah yang bersifat memaksa, tetapi memberikan perlindungan kepada konsumen tidak termasuk dalam hukum perlindungan konsumen?30 Untuk jelasnya, dapat dilihat dari ketentuan Pasal

383 KUHP berikut ini:

Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan, seorang penjual yang berbuat curang terhadap pembeli:

a. karena sengaja menyerahkan barang lain daripada yang ditunjuk untuk dibeli;

b. mengenai jenis keadaan atau banyaknya barang yang diserahkan dengan menggunakan tipu muslihat.

Seharusnya ketentuan memaksa dalam Pasal 383 KUHP juga memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam wilayah hukum perlindungan konsumen. Artinya, inti persoalannya bukan terletak pada kaidah yang harus “mengatur” atau “memaksa”. Dengan demikian, seharusnya dikatakan,

hukum konsumen berskala lebih luas meliputi berbagai aspek hukum yang t

Referensi

Dokumen terkait

Misalnya konsumen mendapatkan barang kirimannya rusak atau terlambat di terima, tidak seperti waktu yang di perjanjikan sehingga konsumen menjadi pihak yang di rugikan

Jika hal tersebut diatas terjadi maka pihak PT.JNE agen Jagalan Kota Malang seharusnya bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim atau konsumen, baik

Gampong Kopelma Darussalam, kebijakan pihak swalayan yang tidak mencantumkan label harga pada produk yang diperdagangkan, tanggapan konsumen terhadap transaksi jual

Pihak penerbit kartu atau bank seharusnya ikut bertanggung jawab terhadap masalah yang dihadapi oleh pemegang kartu, dan tidak memberatkan konsumen kartu

Sedangkan secara UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, upaya perlindungan konsumen di Pasar loak Shopping Centre melanggar pasal 4 ayat 3, 7 dan 8 yaitu

Tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen yang dirugikan akibat perbedaan harga label Price tag memberikan ganti rugi kepada konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yamg