ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI
AGRIBISNIS NANAS
(Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)
Oleh :
IRWAN PURMONO A14303081
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
IRWAN PURMONO. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Studi Kasus Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara). (Di bawah bimbingan EKA INTAN KUMALA PUTRI).
Pembangunan Pertanian merupakan kebijakan pemerintah di sektor pertanian yang bertujuan meningkatkan kuantitas produksi, meningkatkan ekspor, memperluas kesempatan kerja, dan mendukung pembangunan daerah. Pada Pembangunan Jangka Panjang II, orientasi pembangunan menitik beratkan pada swasembada “plus” yaitu swasembada pangan secara total. Dalam hal ini termasuk peningkatan pengembangan hortikultura. Disamping lebih memantapkan swasembada pangan, pengembangan hortikultura ini juga diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan. Pengembangan ini dilakukan melalui pendekatan Agribisnis dan Agroindustri yang memungkinkan untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk hortikultura.
Nanas merupakan salah satu komoditi hortikultura yang telah lama dibudidayakan dan memiliki prospek serta potensi untuk terus dikembangkan. Tanaman nanas memberikan prospek yang cerah dalam membantu meningkatkan produksi hasil pertanian terutama dalam pemenuhan kebutuhan tanaman pangan. Upaya pengembangan tanaman nanas terus dilakukan melalui berbagai kegiatan antara lain usaha peningkatan kualitas produk (Intensifikasi) dan perluasan areal tanam (Ekstensifikasi) maupun penganekaragaman tanaman.
Berdasarkan data produksi nanas pada tahun 2005 salah satu daerah yang memiliki jumlah produksi nanas terbesar di Indonesia adalah provinsi Sumatera utara yaitu sebanyak 144.000 ton dengan dengan sharenya terhadap produksi nanas nasional sebesar 15,57 persen. Di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan luas panen durian tetapi jumlah produksinya mengalami penurunan.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji kegiatan dan kelayakan agribisnis nanas (2) menganalis pengaruh perubahan harga output, harga input, dan tingkat produksi terhadap kelayakan agribisnis nanas tersebut.
Hasil penelitian di Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara menunjukkan bahwa usahatani nanas selama 6 tahun yang dilakukan petani nanas adalah menguntungkan. Dengan biaya tunai sebesar Rp. 31.555.000,- dan biaya tidak tunai sebesar Rp. 26.165.000,- selama 6 tahun. Jadi
total biaya yang dikeluarkan petani nanas selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 57.720.000,-. Total produksi nanas selama 6 tahun sebesar 115.700 kg dengan
tingkat harga Rp. 600,- per kg sehingga diperoleh total penerimaan sebesar Rp. 69.420.000,-. Maka diperoleh pendapatan petani nanas atas biaya total selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 11.700.000,- dan pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp. 37.865.000,-. Dengan rasio penerimaan terhadap biaya total (R/C) adalah sebesar 1,20 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,20 dan rasio penerimaan terhadap biaya tunai (R/C) adalah sebesar 2,19 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2,19.
Dengan analisis pemasaran, terdapat empat jalur pemasaran yang dilakukan di kecamatan Sipahutar. Fungsi pemasaran yang dilakukan meliputi : fungsi pertukaran, fungsi fisik, fungsi fasilitas. Komponen biaya pemasaran meliputi biaya transportasi, sortasi dan biaya bongkar muat. Dari hasil analisis marjin pemasaran menunjukkan bahwa total keuntungan terbesar berada pada Jalur III, yaitu sebesar Rp. 1.302,97 atau 64,62 persen sedangkan marjin yang terbesar berada pada Jalur I, II, dan III, yaitu sebesar Rp. 1.500,- atau sebesar 71,43 persen. Rasio keuntungan pemasaran (∏/C) yang terbesar berada pada Jalur III, yaitu sebesar 6,61. Namun lembaga pemasaran dengan biaya pemasaran yang besar belum menjamin akan memperoleh keuntungan yang lebih besar juga dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya. Pada jalur III merupakan saluran pemasaran yang terpendek dan memperoleh keuntungan yang terbesar. Tingkat permintaan nanas pada jalur II dan III merupakan tingkat permintaan paling rendah, karena pasar nanas pada jalur II dan III hanya berlaku di dalam kota saja, yaitu Kabupaten Tapanuli Utara sedangkan jalur I dan IV pasar nanas yang dituju lebih luas, yaitu sampai keluar dari wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, bahkan sampai ke Aceh dan Lampung. Dan saluran pemasaran yang terbaik diantara empat jalur tersebut adalah jalur IV, karena pada jalur ini petani lebih diuntungkan dengan penerimaan yang lebih besar dan pasar nanas menjadi lebih luas hal ini ditunjukkan farmer’ share yang lebih besar dibandingkan dengan ketiga jalur pemasaran lainnya yaitu sebesar 47,62 persen. Rp. 5.623.375,19.
Dan secara finansial dan ekonomi pada industri pengolahan nanas juga layak dilakukan dengan diperoleh nilai NPV sebesar nilai NPV sebesar Rp. 1.325.951.863,75, hal ini berarti bahwa usahatani nanas yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan yaitu sebesar Rp. 1.325.951.863,75, dan nilai NPV sebesar Rp. 25.713.473.667,27, hal ini berarti bahwa usahatani nanas yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan yaitu sebesar Rp. 25.713.473.667,27. NBCR yang diperoleh adalah 1,58 yang berarti manfaat bersih yang diperoleh dari setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih adalah sebesar 1,58, nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 27 persen secara finansial sedangkan analisis ekonomi diperoleh NBCR sebesar 26,49 yang berarti manfaat bersih yang diperoleh dari setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih adalah sebesar 26,49 dan nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 44 persen.
Dari hasil analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap 9 kemungkinan perubahan produksi pada tingkat diskonto 15 persen, memperlihatkan bahwa usahatani nanas secara finansial menjadi tidak layak dilakukan pada 3 kondisi dari perubahan jumlah produksi, harga output, dan input sedangkan pada tingkat diskonto 26 persen menjadi tidak layak pada 6 kondisi. Apabila tidak terjadi perubahan, payback period usahatani nanas pada tingkat diskonto 15 persen terjadi selama 83 bulan sedangkan jika terjadi perubahan, payback period
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI
AGRIBISNIS NANAS
(Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)
Oleh :
IRWAN PURMONO A14303081
Skripsi
Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama : Irwan Purmono
NRP : A14303081
Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS
NIP. 131 918 659
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADENIK TERTENTU.
SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, April 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 23 Februari 1985. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Sadimo dan Lanjar Purwanti. Pendidikan formal penulis dimulai di pendidikan dasar pada tahun 1991 di SD Sugiyo Pranoto Klaten dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun 1997-2000, penulis mengenyam
pendidikan menengah pertama di SLTP Pangudi Luhur 1 Klaten. Pendidikan menengah atas dijalankan penulis di SMU N 1 Karanganom Klaten dari tahun 2000 hingga 2003. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, yang telah memberikan berkat kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “ Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Studi kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) “. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan dan koreksi untuk penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada berbagai pihak yang telah
membantu penulis selama penyusunan karya ilmiah ini. Penulis pun menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam dunia ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis sehingga penulis dapat semakin lebih baik dalam berkarya di masa mendatang. Akhirnya, penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat begi para pembaca sekalian.
Bogor, April 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan kemudahan kepada penulisan skripsi dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Studi kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)”. Penyelesaian karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan, mendukung, dan memberi semangat. Terimakasih untuk semua cinta kasih dan pengorbanan yang telah kalian berikan untukku.
2. Dr. Ir. Eka Intan kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Tanti Novianti, SP. MSi selaku dosen penguji utama dan Ir. Meti Ekayani, ME selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan, terimakasih atas segala
masukannya dalam perbaikan penulisan skripsi ini pada saat sidang.
4. Keluarga besar A. Gultom yang telah memberikan dukungan, doa, bantuan serta kasihnya pada saya selama penelitian di Tapanuli Utara.
5. Gembira Gultom yang terkasih, terimakasih atas segala doa, dukungan, bantuan dan kebersamaan dalam kuliah, penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.
6. Pemerintah Daerah dan Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara
7. Para petani dan PT. Alamy Agricultur Industri, terimakasih atas kerjasamanya.
8. Teman-teman seperjuangan EPS’40, terimakasih untuk kebersamaan dan pengalaman menarik selama di kuliah. Juga kepada teman-teman AGB dan KPM.
9. Beverly Camp : Monsaputra, Panji Pratama, Arif. Terimakasih atas segala dukungan, semangat dan bantuan kalian selama penulisan skripsi.
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI
AGRIBISNIS NANAS
(Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)
Oleh :
IRWAN PURMONO A14303081
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
IRWAN PURMONO. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Studi Kasus Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara). (Di bawah bimbingan EKA INTAN KUMALA PUTRI).
Pembangunan Pertanian merupakan kebijakan pemerintah di sektor pertanian yang bertujuan meningkatkan kuantitas produksi, meningkatkan ekspor, memperluas kesempatan kerja, dan mendukung pembangunan daerah. Pada Pembangunan Jangka Panjang II, orientasi pembangunan menitik beratkan pada swasembada “plus” yaitu swasembada pangan secara total. Dalam hal ini termasuk peningkatan pengembangan hortikultura. Disamping lebih memantapkan swasembada pangan, pengembangan hortikultura ini juga diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan. Pengembangan ini dilakukan melalui pendekatan Agribisnis dan Agroindustri yang memungkinkan untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk hortikultura.
Nanas merupakan salah satu komoditi hortikultura yang telah lama dibudidayakan dan memiliki prospek serta potensi untuk terus dikembangkan. Tanaman nanas memberikan prospek yang cerah dalam membantu meningkatkan produksi hasil pertanian terutama dalam pemenuhan kebutuhan tanaman pangan. Upaya pengembangan tanaman nanas terus dilakukan melalui berbagai kegiatan antara lain usaha peningkatan kualitas produk (Intensifikasi) dan perluasan areal tanam (Ekstensifikasi) maupun penganekaragaman tanaman.
Berdasarkan data produksi nanas pada tahun 2005 salah satu daerah yang memiliki jumlah produksi nanas terbesar di Indonesia adalah provinsi Sumatera utara yaitu sebanyak 144.000 ton dengan dengan sharenya terhadap produksi nanas nasional sebesar 15,57 persen. Di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan luas panen durian tetapi jumlah produksinya mengalami penurunan.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji kegiatan dan kelayakan agribisnis nanas (2) menganalis pengaruh perubahan harga output, harga input, dan tingkat produksi terhadap kelayakan agribisnis nanas tersebut.
Hasil penelitian di Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara menunjukkan bahwa usahatani nanas selama 6 tahun yang dilakukan petani nanas adalah menguntungkan. Dengan biaya tunai sebesar Rp. 31.555.000,- dan biaya tidak tunai sebesar Rp. 26.165.000,- selama 6 tahun. Jadi
total biaya yang dikeluarkan petani nanas selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 57.720.000,-. Total produksi nanas selama 6 tahun sebesar 115.700 kg dengan
tingkat harga Rp. 600,- per kg sehingga diperoleh total penerimaan sebesar Rp. 69.420.000,-. Maka diperoleh pendapatan petani nanas atas biaya total selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 11.700.000,- dan pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp. 37.865.000,-. Dengan rasio penerimaan terhadap biaya total (R/C) adalah sebesar 1,20 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,20 dan rasio penerimaan terhadap biaya tunai (R/C) adalah sebesar 2,19 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2,19.
Dengan analisis pemasaran, terdapat empat jalur pemasaran yang dilakukan di kecamatan Sipahutar. Fungsi pemasaran yang dilakukan meliputi : fungsi pertukaran, fungsi fisik, fungsi fasilitas. Komponen biaya pemasaran meliputi biaya transportasi, sortasi dan biaya bongkar muat. Dari hasil analisis marjin pemasaran menunjukkan bahwa total keuntungan terbesar berada pada Jalur III, yaitu sebesar Rp. 1.302,97 atau 64,62 persen sedangkan marjin yang terbesar berada pada Jalur I, II, dan III, yaitu sebesar Rp. 1.500,- atau sebesar 71,43 persen. Rasio keuntungan pemasaran (∏/C) yang terbesar berada pada Jalur III, yaitu sebesar 6,61. Namun lembaga pemasaran dengan biaya pemasaran yang besar belum menjamin akan memperoleh keuntungan yang lebih besar juga dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya. Pada jalur III merupakan saluran pemasaran yang terpendek dan memperoleh keuntungan yang terbesar. Tingkat permintaan nanas pada jalur II dan III merupakan tingkat permintaan paling rendah, karena pasar nanas pada jalur II dan III hanya berlaku di dalam kota saja, yaitu Kabupaten Tapanuli Utara sedangkan jalur I dan IV pasar nanas yang dituju lebih luas, yaitu sampai keluar dari wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, bahkan sampai ke Aceh dan Lampung. Dan saluran pemasaran yang terbaik diantara empat jalur tersebut adalah jalur IV, karena pada jalur ini petani lebih diuntungkan dengan penerimaan yang lebih besar dan pasar nanas menjadi lebih luas hal ini ditunjukkan farmer’ share yang lebih besar dibandingkan dengan ketiga jalur pemasaran lainnya yaitu sebesar 47,62 persen. Rp. 5.623.375,19.
Dan secara finansial dan ekonomi pada industri pengolahan nanas juga layak dilakukan dengan diperoleh nilai NPV sebesar nilai NPV sebesar Rp. 1.325.951.863,75, hal ini berarti bahwa usahatani nanas yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan yaitu sebesar Rp. 1.325.951.863,75, dan nilai NPV sebesar Rp. 25.713.473.667,27, hal ini berarti bahwa usahatani nanas yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan yaitu sebesar Rp. 25.713.473.667,27. NBCR yang diperoleh adalah 1,58 yang berarti manfaat bersih yang diperoleh dari setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih adalah sebesar 1,58, nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 27 persen secara finansial sedangkan analisis ekonomi diperoleh NBCR sebesar 26,49 yang berarti manfaat bersih yang diperoleh dari setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih adalah sebesar 26,49 dan nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 44 persen.
Dari hasil analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap 9 kemungkinan perubahan produksi pada tingkat diskonto 15 persen, memperlihatkan bahwa usahatani nanas secara finansial menjadi tidak layak dilakukan pada 3 kondisi dari perubahan jumlah produksi, harga output, dan input sedangkan pada tingkat diskonto 26 persen menjadi tidak layak pada 6 kondisi. Apabila tidak terjadi perubahan, payback period usahatani nanas pada tingkat diskonto 15 persen terjadi selama 83 bulan sedangkan jika terjadi perubahan, payback period
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI
AGRIBISNIS NANAS
(Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)
Oleh :
IRWAN PURMONO A14303081
Skripsi
Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama : Irwan Purmono
NRP : A14303081
Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS
NIP. 131 918 659
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADENIK TERTENTU.
SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, April 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 23 Februari 1985. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Sadimo dan Lanjar Purwanti. Pendidikan formal penulis dimulai di pendidikan dasar pada tahun 1991 di SD Sugiyo Pranoto Klaten dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun 1997-2000, penulis mengenyam
pendidikan menengah pertama di SLTP Pangudi Luhur 1 Klaten. Pendidikan menengah atas dijalankan penulis di SMU N 1 Karanganom Klaten dari tahun 2000 hingga 2003. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, yang telah memberikan berkat kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “ Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Studi kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) “. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan dan koreksi untuk penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada berbagai pihak yang telah
membantu penulis selama penyusunan karya ilmiah ini. Penulis pun menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam dunia ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis sehingga penulis dapat semakin lebih baik dalam berkarya di masa mendatang. Akhirnya, penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat begi para pembaca sekalian.
Bogor, April 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan kemudahan kepada penulisan skripsi dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Studi kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)”. Penyelesaian karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan, mendukung, dan memberi semangat. Terimakasih untuk semua cinta kasih dan pengorbanan yang telah kalian berikan untukku.
2. Dr. Ir. Eka Intan kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Tanti Novianti, SP. MSi selaku dosen penguji utama dan Ir. Meti Ekayani, ME selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan, terimakasih atas segala
masukannya dalam perbaikan penulisan skripsi ini pada saat sidang.
4. Keluarga besar A. Gultom yang telah memberikan dukungan, doa, bantuan serta kasihnya pada saya selama penelitian di Tapanuli Utara.
5. Gembira Gultom yang terkasih, terimakasih atas segala doa, dukungan, bantuan dan kebersamaan dalam kuliah, penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.
6. Pemerintah Daerah dan Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara
7. Para petani dan PT. Alamy Agricultur Industri, terimakasih atas kerjasamanya.
8. Teman-teman seperjuangan EPS’40, terimakasih untuk kebersamaan dan pengalaman menarik selama di kuliah. Juga kepada teman-teman AGB dan KPM.
9. Beverly Camp : Monsaputra, Panji Pratama, Arif. Terimakasih atas segala dukungan, semangat dan bantuan kalian selama penulisan skripsi.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Kegunaan Penelitian ... 6
1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 6
4.5.1. Analisis Kelayakan Usahatani Nanas... 42 4.5.2. Analisis Kelayakan Industri Pengolahan Nanas ... 44
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN
5.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara ... 47 5.2. Keadaan Umum Daerah Penelitian Kecamatan Sipahutar,
Tapanuli Utara... 47 5.3. Kajian Agribisnis Nanas di Daerah Penelitian... 48
VI. ANALISIS KELAYAKAN AGRIBISNIS NANAS
6.1. Analisis Usahatani nanas ... 52 6.1.1. Analisis Biaya ... 52 6.1.2. Analisis Pendapatan ... 54 6.2. Analisis Pemasaran nanas ... 54 6.2.1. Lembaga dan Saluran Pemasaran Nanas... 54 6.2.2. Fungsi – fungsi Pemasaran ... 56 6.2.3. Marjin Pemasaran... 57 6.3. Analisis Kelayakan Usahatani Nanas... 61 6.3.1. Analisis Aspek-aspek Kelayakan Usahatani Nanas... 61 6.3.2. Analisis Kelayakan Investasi Usahatani Nanas ... 63 6.4. Analisis Kelayakan Agribisnis Nanas... 67 6.4.1. Analisis Aspek-aspek Kelayakan Agribisnis Nanas ... 67 6.4.2. Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Nanas... 69 6.5. Ikhtisar Kelayakan Agribisnis Nanas... 73
VII. ANALISIS SENSITIVITAS AGRIBISNIS NANAS
7.1. Analisis Sensitivitas Usahatani Nanas ... 76 7.2. Analisis Payback Period Investasi Usahatani Nanas ... 79 7.3. Analisis Sensitivitas Agribisnis Nanas ... 82 7.4. Analisis Payback Period Investasi Agribisnis Nanas... 85
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan ... 89 8.2. Saran... 91
DAFTAR PUSTAKA... 92
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Provinsi penghasil nanas terbesar di Indonesia Tahun 2005 ... 3
2. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Nanas
di Provinsi Sumatera Utara, tahun 2000-2004 ... 3
3. Harga pupuk dan obat-obatan yang berlaku di kabupaten Tapanuli Utara... 48
4. Harga-harga peralatan usahatani nanas yang berlaku di Kabupaten
Tapanuli Utara... 49
5. Biaya Tunai yang dikeluarkan dalam usahatani nanas dengan luas lahan 1 Ha pada tahun ke-6... 53
6. Biaya Tidak Tunai yang dikeluarkan dalam usahatani nanas dengan
luas lahan 1 Ha pada tahun ke-6 ... 53
7. Fungsi Pemasaran pada Lembaga Pemasaran Nanas
di Kecamatan Sipahutar, Tapanuli Utara ... 57
8. Penyebaran Harga Nanas dan Marjin Pemasaran Nanas
di Kecamatan Sipahutar ... 59
9. Analisis Kelayakan Usahatani Nanas ... 66
10. Analisis Kelayakan Industri Pengolahan Nanas ... 72
11. Kriteria Kelayakan agribisnis Nanas di Kabupaten Tapanuli Utara,
Sumatera Utara... 74
12. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Usahatani Nanas
Pada Tingkat Diskonto 15 persen, dan 26 persen ... 78
13. Analisis Sensitivitas Kelayakan Ekonomi Usahatani Nanas
Pada Tingkat Diskonto 15 persen, dan 26 persen ... 79
14. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Usahatani Nanas
secara Finansial pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26 persen ... 80
15. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Usahatani Nanas
secara Ekonomi pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26 persen ... 81
16. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Industri Pengolahan Nanas
17. Analisis Sensitivitas Kelayakan Ekonomi Industri Pengolahan Nanas
Pada Tingkat Diskonto 15 persen, dan 26 persen ... 85
18. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Industri Pengolahan Nanas
secara Finansial pada tingkat diskonto 15 persen, dan 26 persen ... 86
19. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Industri Pengolahan Nanas
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya (Soehardjo, 1997) ... 11
2. Sistem Agribisnis Nanas dan Lembaga Penunjangnya
di kabupaten Tapanuli Utara ... 12
3. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan
terhadap Marjin Tataniagadan nilai Marjin Tataniaga... 28
4. Kerangka Pemikiran Operasional ... 31
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Harga Bayangan Input dan Output untuk analisis Finansial dan Ekonomi. ... 94
2. Produksi Nanas pada lahan 1 hektar ... 94
3. Nilai ekonomi produksi nanas pada lahan 1 hektar ... 95
4. Ekspor buah nanas segar ... 95
5. Biaya Usahatani Nanas untuk Analisis Finansial pada Lahan 1 hektar di tahun ke - 1... 96
6. Cashflow Analisis Finansial Usahatani Nanas... 97
7. Biaya Usahatani Nanas untuk Analisis Ekonomi pada Lahan 1 hektar di tahun ke - 1... 98
8. Cashflow Analisis Ekonomi Usahatani Nanas... 99
9. Cashflow Analisis Finansial Industri Pengolahan Nanas ... 100
10. Cashflow Analisis Ekonomi Industri Pengolahan Nanas ... 101
11. Jumlah tenaga kerja pada industri pengolahan nanas ... 102
12. Proses pembuatan juice concentrate dan canned pineapple tidbit
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pembangunan Pertanian merupakan kebijakan pemerintah di sektor
pertanian yang bertujuan meningkatkan kuantitas produksi, meningkatkan ekspor,
memperluas kesempatan kerja, dan mendukung pembangunan daerah. Pada
Pembangunan Jangka Panjang II, orientasi pembangunan menitik-beratkan pada
swasembada “plus” yaitu swasembada pangan secara total. Dalam hal ini
termasuk peningkatan pengembangan hortikultura. Disamping lebih memantapkan
swasembada pangan, pengembangan hortikultura ini juga diarahkan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki gizi melalui
penganekaragaman jenis bahan makanan. Pengembangan ini dilakukan melalui
pendekatan Agribisnis dan Agroindustri yang memungkinkan untuk
meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk hortikultura.
Pengembangan usaha hortikultura perlu didasarkan pada perhitungan yang
cermat serta dilihat secara keseluruhan sebagai satu sistem Agribisnis, yaitu
menyangkut industri pengadaan dan penyaluran sarana produksi, usahatani ,
industri pengolahan dan pemasaran. Hal tersebut perlu diperhatikan karena dalam
usaha agribisnis hortikultura memerlukan penanaman modal yang cukup besar
dan beresiko tinggi. Industri pengolahan hortikultura merupakan alternatif
pembangunan pertanian yang diharapkan dapat memberikan dampak yang positif
yang mampu mendorong pembangunan di sektor lain dan peningkatan perolehan
Pembangunan sub sektor hortikultura terdiri dari komoditi buah-buahan,
sayuran dan tanaman hias serta obat-obatan sangat potensial sebagai salah satu
sumber pertumbuhan ekonomi di masa depan. Hal ini sangat beralasan karena
keempat kelompok komoditi hortikultura tersebut memiliki potensi yang relatif
lebih besar dibandingkan dengan komoditas pangan lainnya. Potensi tersebut
meliputi aspek sumberdaya alam seperti lahan, agroklimat dan topografi, nilai
ekonominya, kemampuan menyerap tenaga kerja dan dapat digunakan sebagai
unsur pendukung konservasi lahan serta menambah nilai estetika.
Nanas merupakan salah satu komoditi hortikultura yang telah lama
dibudidayakan dan memiliki prospek serta potensi untuk terus dikembangkan.Hal
ini ditunjukkan dengan adanya jumlah permintaan nanas segar di luar negeri terus
meningkat tiap tahunnya dengan laju peningkatan volume sebesar 1,598 persen
(tabel lampiran 4). Upaya pengembangan tanaman nanas terus dilakukan melalui
berbagai kegiatan antara lain usaha peningkatan kualitas produk (Intensifikasi)
dan perluasan areal tanam (Ekstensifikasi) maupun penganekaragaman tanaman.
Penyebaran tanaman nanas di Indonesia hampir merata terdapat di seluruh
daerah, karena tanaman nanas mempunyai potensi yang cerah dalam
pengembangannya antara lain lahan, agroklimat dan topografinya yang
mendukung, tanaman nanas dapat tumbuh pada segala jenis tanah yang digunakan
dalam pertanian, nilai ekononominya, dapat menyerap tenaga kerja serta dapat
Tabel 1. Provinsi Penghasil Nanas Terbesar di Indonesia Tahun 2005 Provinsi Jumlah produksi (ton) Share (%)
Sumatera Utara 144.000 15,57 Sumatera Selatan 179.465 19,38
Riau 46.643 5,04
Lampung 26.489 3,21
Jawa Barat 313.593 33,90
Jawa Tengah 57.628 6,23
Jawa Timur 87.491 9,46
Kalimantan Tengah 16.608 1,80 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa salah satu daerah yang memiliki
jumlah produksi nanas terbesar di Indonesia adalah provinsi Sumatera utara.
Provinsi Sumatera Utara menempati urutan ketiga sebagai sentra produksi nanas
terbesar di Indonesia. Jumlah produksi nanas Sumatera utara pada tahun 2005
adalah sebanyak 144.000 ton dengan sharenya terhadap produksi nanas nasional sebesar 15,57 persen.
Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Nanas di Provinsi Sumatera Utara, tahun 2000-2004
Tahun Luas Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2000-2004 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa luas panen dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 112,33 per
tahun sedangkan produktivitas nanas mengalami penurunan dengan laju
penurunan rata-rata sebesar 2,67 dengan produktivitas rata-rata sebesar 30,915
Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang
memiliki potensi pasar dan agroklimat yang cocok untuk pengembangan
agribisnis nanas. Hal ini didukung dengan adanya Industri pengolahan nanas
yaitu PT. Alami Agro Industry. Industri memperoleh bahan baku yang berasal dari
perkebunan nanas rakyat yang tergabung dalam ikatan kemitraan. Namun
demikian, masih terdapat banyak permasalahan yang dihadapi dalam
pengembangan nanas baik dari usahatani, industri pengolahan dan pemasaran.
Sehingga permasalahan ini perlu mendapatkan perhatian dan pemecahan dari
semua pihak baik pemerintah, swasta, maupun petani nanas dengan tujuan untuk
memperoleh kesejahteraan bersama sehingga pengembangan usaha agribisnis
nanas tersebut layak diusahakan di daerah tersebut.
1.2.Perumusan Masalah
Prospek pengembangan nanas di Indonesia sangat cerah karena nanas
memiliki potensi yang relatif cukup besar, antara lain aspek sumberdaya alam
seperti lahan, agroklimat dan topografi, nilai ekonominya, kemampuan menyerap
tenaga kerja dan dapat digunakan sebagai unsur pendukung konservasi lahan.
Namun potensi tersebut belum mencapai hasil yang maksimal.
Provinsi Sumatera Utara merupakan penghasil nanas terbesar ketiga di
Indonesia pada tahun 2005 (Tabel 1) yaitu sebesar 144.000 ton. Namun laju
peningkatan jumlah produksi nanas Provinsi Sumatera Utara lebih kecil daripada
laju peningkatan jumlah produksi nanas di tingkat nasional. Di Sumatera Utara
terjadi peningkatan luas panen nanas tetapi jumlah produksinya mengalami
untuk dilakukan di daerah penelitian. Hal ini terutama terkait dengan kemampuan
petani dalam memperoleh tambahan modal untuk pengembangan usahanya dalam
meningkatkan produksinya. Hingga saat ini, belum banyak investor maupun
lembaga keuangan yang bersedia meminjamkan modalnya untuk kelangsungan
usaha agribisnis ini sehingga usaha pengembangan agribisnis nanas tersebut layak
dilakukan baik secara finansial maupun ekonomi.
Sebagaimana dengan usaha-usaha lainnya, usaha agribisnis nanas ini juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksogen seperti harga output, harga input , dan
tingkat produksi. Oleh karena itu perlu diselidiki sejauh mana pengaruh perubahan
faktor-faktor eksogen tersebut terhadap kelayakan usaha pengembangan agribisnis
nanas. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka terdapat beberapa hal yang
akan menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah kegiatan dan kelayakan agribisnis nanas di daerah
penelitian?
2. Bagaimanakah pengaruh perubahan harga output, harga input, dan tingkat
produksi terhadap kelayakan agribisnis nanas tersebut?
1. 3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, dapat
dirumuskan tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengkaji kegiatan dan kelayakan finansial dan ekonomi agribisnis nanas
2. Menganalis pengaruh perubahan harga output, harga input, dan tingkat
1. 4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai :
1. Dapat memberikan informasi yang jelas kepada petani mengenai biaya
produksi dan pendapatan usahatani nanas
2. Dapat memberikan informasi yang jelas kepada industri pengolahan dalam
hal perolehan keuntungan sehingga usaha pengembangan agribisnis nanas
di daerah Tapanuli Utara layak untuk di usahakan.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi Lembaga-lembaga yang terkait lainnya
dalam mengembangkan agribisnis nanas.
4. Sebagai bahan masukan dan pembanding bagi penelitian selanjutnya.
1. 5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi
gambaran umum karakteristik agribisnis nanas yang terdiri dari sub sistem
pengadaan dan penyaluran sarana produksi, sub sistem produksi primer, sub
sistem pengolahan dan sub sistem pemasaran. Penelitian ini ditekankan pada
analisis kelayakan agribisnis nanas pada sub sistem produksi primer dengan sub
sistem pengolahan sehingga dapat menjawab permasalahan dan tujuan penelitian
yang ada.
Penelitian kelayakan sistem agribisnis nanas ini dibatasi pada kelayakan
investasi dengan menggunakan analisis finansial dan ekonomi beserta analisis
sensitivitasnya. Analisis kelayakan industri pengolahan dilakukan pada industri
pengolahan yang sudah berjalan selama 6 tahun dalam pengembangan usaha
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekologi Tanaman Nanas
2.1.1. Botani, Varietas dan Syarat Tumbuh Nanas
Tanaman nanas merupakan rumput yang batangnya pendek sekali.
Daunnya berurat sejajar dan pada tepinya tumbuh duri yang menghadap ke atas
(ke arah ujung daun). Duri pada beberapa varietas nanas mulai lenyap, tetapi pada
ujung daunnya sering masih dapat dilihat. Tanaman nanas berbunga pada ujung
batang dan hanya sekali berbunga yang arah tegaknya ke atas. Nanas merupakan
tanaman monokotil, bersifat merumpun (bertunas anakan), dan pada batangnya
atau tangkai bunga sering tumbuh tunas pula (Sunarjono,1998).
Tunas batang disebut sucker, sedangkan tunas tangkai buah disebut slips. Sebenarnya bunga nanas bersifat majemuk terdiri dari lebih 200 kuntum bunga
yang tidak bertangkai, duduk tegak lurus pada tangkai buah utama yang kemudian
mengembang menjadi buah majemuk yang enak dimakan. Buah seperti ini disebut
sinkarpik atau coenocarpium. Daun kelopak dari setiap kuntum bunga, yang dikenal sebagai mata, masih jelas meninggalkan bekas pada buah tersebut.
Bunganya adalah sempurna yang mempunyai tiga kelopak (sepalum), tiga mahkota (petalum), enam benang sari, dan sebuah putik dengan stigma yang bercabang tiga. Di atas buah tumbuh daun-daun pendek yang tersusun seperti
Tanaman nanas banyak jenisnya, namun jenis yang biasa di budidayakan
ada empat, yaitu :
1. Cayenne : jenis yang paling banyak ditanam di dataran tinggi ditujukan untuk pengalengan. Jenis ini heterozigot. Pada mulanya hanya terdiri dari
satu type, namun sekarang sudah bertambah macamnya karena mutasi.
Jenis smooth cayenne daunnya tidak berduri, batangnya cukup panjang
20-50 cm, jumlah daunnya antara 60-80, permukaan daun sebelah atas
berwarna hijau tua, sedangkan bagian bawah daun berwarna hijau abu-abu
keperakan, tangkai buah 7,5-15 cm, rata-rata berat buah 2,5 kg. Bagian
pangkal buah membesar biasanya tidak berbiji. Warna buah matang hijau
sampai hijau kekuningan, rasanya agak masam.
2. Queen : merupakan jenis lama, pada umumnya ditanam di dataran rendah. Jenis ini banyak di tanam di Australia dan Afrika Selatan. Buahnya lebih
kecil daripada cayenne. Ukuran buahnya 0,9-1,3 kg. Daunnya berduri
tajam, warna buah matang kuning sampe kemerahan, rasanya manis.
3. Singapore Spanish : banyak ditanam di semenanjung malaya untuk dikalengkan. Daunnya berjumlah sekitar 50 helai, berat buahnya 1,6-2,3
kg.
4. Cabezona : merupakan jenis yang triploid, banyak ditanam di Puerto rico untuk di konsumsi ekspor.
Varietas cultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan
Tanaman nanas menghendaki dataran rendah sampai dataran tinggi 1.200
m dpl dan tumbuh di sekitar daerah katulistiwa antara 25º LU/LS. Tanaman ini
tidak tahan terhadap temperatur dingin, tetapi tahan sekali terhadap kekeringan
karena nanas mempunyai sel penyimpan air yang efektif (sukulenta). Buahnya
peka terhadap sinar matahari terik (mudah terbakar). Walaupun demikian,
tanaman lebih senang terhadap tanah yang subur, daerah yang beriklim basah
dengan curah hujan 1.000-2.500 mm per tahun. Tanaman tahan terhadap tanah
masam yang mempunyai pH 3-5, tetapi yang baik adalah tanah dengan pH antara
5-6,5. dari itu tanaman nanas bagus pula dikembangkan di lahan gambut. Di
daerah yang beriklim kering (4-6 bulan kering), tanaman nanas masih mampu
berbuah asalkan kedalaman air tanah antara 50-150 cm (Sunarjono,1998).
2.1.2. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman
Sampai sekarang tanaman nanas diperbanyak dengan anakan yang keluar
dari pangkal batangnya. Namun adakalanya diperbanyak pula dengan sucker atau
slips dan mahkotanya. Batang dan mahkota bunga itu dapat dipotong dan dibelah
dijadikan bibit. Antara anakan (raton), tunas batang (sucker), dan mahkota (crown) terdapat perbedaaan sifat fisiologis dalam umur berbunga dan produksinya. Makin ke bagian atas tanaman, makin panjang umurnya dan rendah
produksinya. Walaupun demikian, umur tanaman berbunga tidak menjadi
persoalan karena pembungaan tanaman nanas dapat diatur dengan memberikan zat
tumbuh, di antaranya karbid dan ethrel 40 PGR (Sunarjono,1998).
Nanas ditanam pada jarak 60 cm x 60 cm dan jarak antara dua baris 150
jarak tanamnya, makin kecil buah yang dihasilkan. Untuk kebutuhan industri
pengalengan (canning) biasanya diperlukan buah yang berukuran kecil (jarak tanam 30 cm x 40 cm) silindris. Pupuk kandang yang diperlukan 5-10 kg per
lubang tanam. Pupuk buatan yang digunakan yaitu 100 kg urea, 200 kg TSP, dan
100 kg KCL per hektar (Sunarjono,1998).
Pupuk buatan itu diberikan dua kali, yaitu pada umur 4 minggu setelah
tanam dan 8 minggu setelah tanam. Walaupun demikian, pemberian pupuk urea
yang berlebihan dapat mendorong terjadinya mahkota ganda (multiple crown) yang menyebabkan buahnya menjadi kecil dan adakalanya buahnya ganda
(Sunarjono,1998).
Pemeliharaan selanjutnya ialah pembersihan rumput atau gulma, terutama
alang-alang (Imperata cylindrica L). Adanya gulma pada pertanaman nanas dapat menurunkan hasil buah antara 20-42%. Pembuatan saluran-saluran drainase yang
baik sangat dianjurkan untuk mencegah serangan penyakit busuk akar dan busuk
hati (titik tumbuh) (Sunarjono,1998).
2.1.3. Panen Hasil dan Pengolahan Nanas
Buah nanas harus dipanen setelah tua benar atau matang pohon. Tanda
buah dapat dipanen ialah matanya telah datar dan tampak jarang, apabila dipukul
(diketuk) akan mengeluarkan suara mengema. Buah nanas yang mulai matang
akan mengeluarkan aroma khas. Bulan-bulan panen besar ialah Desember,
Januari, dan Juli (Sunarjono,1998).
Orang pada umumnya mengkonsumsi buah nanas dalam keadaan segar.
pengolahan antara lain yaitu nanas dalam kaleng, jus nanas, nanas dalam botol,
selai, asinan, dll. Setelah mengalami pengolahan menjadi bentuk lain, maka nanas
tersebut memperoleh nilai tambah dan mempunyai harga jual yang lebih tinggi.
2.2. Sistem Agribisnis
Agribisnis merupakan suatu sistem, bila akan dikembangkan harus terpadu
dan selaras dengan semua sub sistem yang ada di dalamnya. Pengembangan
agribisnis tidak akan efektif dan efisien bila hanya mengembangkan salah satu sub
sistem yang ada di dalamya.
2.2.1. Konsep Sistem Agribisnis
Agribisnis mencakup semua kegiatan yang dimulai dengan subsistem
pengadaan dan penyaluran sarana produksi, subsistem produksi primer, subsistem
pengolahan dan subsistem pemasaran. Sistem agribisnis akan berfungsi baik
apabila tidak ada gangguan pada salah satu subsitem (dalam gambar 1).
Pengembangan agribisnis harus mengembangkan semua subsistem di dalamnya
karena tidak ada satu subsistem yang lebih penting dari sub sistem lainnya.
subsistem
(Pertanahan, Keuangan, Penelitian, dll.)
Sub sistem pengolahan dalam sistem agribisnis tersebut sering dikenal
oleh masyarakat dengan istilah agroindustri. Agroindustri dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu agroindustri hulu dan agroindustri hilir. Agroindustri hulu
mencakup industri penghasil input pertanian, seperti pupuk, pestisida, alat-alat
dan mesin-mesin pertanian, dll. Agroindustri hilir adalah industri pengolahan
hasil-hasil pertanian primer bahkan lebih luas lagi mencakup industri sekunder
dan tersier yang mengolah lebih lanjut dari produk olahan hasil pertanian primer.
2.2.2. Sistem Agribisnis Nanas
subsistem
Gambar 2. Sistem Agribisnis Nanas dan Lembaga Penunjangnya di kabupaten Tapanuli Utara
• Setiap subsistem dalam sistem agribisnis nanas mempunyai keterkaitan ke
belakang dan ke depan. Tanda panah ke belakang (ke kiri) pada Industri
pengolahan nanas menunjukkan bahwa industri pengolahan tersebut akan
berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang
Industri pengolahan nanas menunjukkan bahwa industri pengolahan nanas
akan berjalan dengan baik jika menemukan pasar untuk produknya.
• Agribisnis nanas memerlukan lembaga penunjang, misalnya Departemen
Pertanian, Bank, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan lain-lain. Lembaga
pendidikan dan pelatihan mempersiapkan para pelaku agribisnis yang
profesional sedangkan lembaga penelitian memberikan sumbangan berupa
teknologi dan informasi. Lembaga keuangan (koperasi, bank, dll) membantu
dalam peminjaman modal saat berlangsungnya proses agribisnis. Biasanya
lembaga penunjang kebanyakan berada di luar sektor pertanian, sehingga
sektor pertanian semakin erat terkait dengan sektor lainnya.
• Agribisnis nanas melibatkan pelaku dari berbagai pihak (BUMN, swasta, dan
koperasi) dengan profesi sebagai penghasil produk nanas, pengolah nanas,
pedagang, distributor, importir, eksportir, dan lain-lain. Kualitas sumberdaya
manusia di atas sangat menentukan berfungsinya subsistem-subsistem dalam
sistem agribisnis nanas dan memelihara kelancaran arus komoditas nanas dari
produsen ke konsumen.
2.3.Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai optimalisasi pendapatan dan pemasaran usahatani
nenas telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yaitu oleh Maulana (1998), di
Desa Bunihayu, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan, penggunaan
faktor-faktor produksi yang digunakan serta saluran dan margin pemasaran dari
usahatani nenas per hektar per tahun pada tahun 1997 sebesar Rp. 14.490.000,00
sedangkan pengeluaran per hektar per tahun sebesar Rp. 2.765.500,00. Dari hasil
penerimaan dan pengeluaran tersebut maka pendapatan per hektar per tahun
adalah sebesar Rp. 11.724.500,00; dengan ratio R/C sebesar 5,24. hal itu berarti
bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan
sebesar Rp. 5,24.
Selain itu, Maulana meneliti tentang saluran pemasaran nenas yang terjadi
di Desa Bunihayu. Pola saluran pemasaran untuk menyalurkan nenas dari
produsen (petani) ke konsumen melalui tiga jenis pola saluran pemasaran. Saluran
pemasaran pola I lebih pendek dibandingkan pola II dan pola III. Berdasarkan
ketiga pola saluran pemasaran tersebut tidak ada perbedaan harga yang diterima
petani. Dalam pola saluran pemasaran I lebih dominan dibandingkan pola II dan
III karena mempunyai rasio total keuntungan dengan total pengeluaran yang
dikeluarkan oleh seluruh lembaga yang terlibat tertinggi yaitu 0,2, pola II 0,15,
dan pola III 0,14.
Yuningsih (1999), meneliti tentang Analisis Optimalisasi Pendapatan
Usahatani Pada Keragaman Jenis Usaha Petani Nenas, di Desa Bunihayu,
Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh petani nenas, jenis
kegiatan yang dapat mengoptimalkan pendapatan dan nilai pendapatan optimal,
sumberdaya utama yang menjadi kendala dalam optimalisasi pendapatan petani
nenas. Analisis data yang digunakan meliputi analisis biaya, penerimaan,
pendapatan, efisiensi dan analisis optimalisasi yang terdiri dari analisis primal,
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendapatan bersih total per ha
yang diperoleh petani lahan sempit golongan pemilik-penyewa penggarap sebesar
Rp. 22.318.120,1 petani lahan sempit golongan pemilik penggarap sebesar Rp.
14.324.883,2 dan petani lahan sempit golongan penyewa penggarap sebesar Rp.
11.753.807,2. Untuk petani lahan luas golongan pemilik-penyewa penggarap,
pendapatan bersih yang diterima sebesar Rp. 46.014.514,7 dan petani lahan luas
golongan pemilik penggarap sebesar Rp. 30.997.250,0. Pendapatan bersih per ha
terbesar diterima oleh petani lahan luas golongan pemilik-penyewa penggarap.
Sedangkan hasil optimalisasi pendapatan bersih total usahatani nenas
menunjukkan bahwa optimalisasi pendapatan petani lahan sempit golongan
pemilik-penyewa penggarap sebesar Rp. 29.764.311,37 petani lahan sempit
golongan pemilik penggarap sebesar Rp. 31.671.516,50 dan petani lahan sempit
golongan penyewa penggarap sebesar Rp. 21.892.173,40. Untuk petani lahan luas
golongan pemilik-penyewa penggarap, pendapatan bersih optimal yang diterima
sebesar Rp. 61.371.187,40 dan petani lahan luas golongan pemilik penggarap
sebesar Rp. 54.819.444,40. Pendapatan bersih total aktual (sekarang) yang
diperoleh petani nenas berlahan sempit golongan pemilik-penyewa penggarap
dengan jenis tanaman yang berbeda hampir mendekati optimal sedangkan petani
golongan yang lainnya belum optimal.
Dumaria (2003), meneliti tentang Analisis Efisiensi Usahatani Nenas, di
Desa Tambakan, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa
Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran usahatani nenas di
Subang, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi nenas, dan
rata-rata penerimaan usahatani nenas per hektar per tahun sebesar Rp.
18.000.000,00 sedangkan total biaya rata-rata per hektar per tahun sebesar Rp.
11.265.400,00 dengan biaya tunai rata-rata sebesar Rp. 9.138.300,00. Dari hasil
penerimaan dan biaya total tersebut maka diperoleh pendapatan per hektar per
tahun adalah sebesar Rp. 6.734.600,00 dan pendapatan atas biaya tunai adalah
sebesar Rp. 8.861.700,00; dengan ratio R/C atas biaya total sebesar 1,60 yang
berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh
penerimaan sebesar Rp. 1,60 dan ratio R/C atas biaya tunai sebesar 1,98 yang
berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh
penerimaan sebesar Rp. 1,98. Berdasarkan model fungsi produksi yang terbentuk
menunjukkan bahwa jumlah nilai elastisitas produksi sebesar 1,3040. dari nilai
tersebut menunjukkan bahwa skala usaha berada pada kondisi skala usaha yang
meningkat.
Simbolon (2000), meneliti tentang Analisis Kelayakan Investasi dan
Pemasaran Jeruk Siam Medan, di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji keragaan usahatani jeruk siam, menganalisis kelayakan investasi
pengusahaan jeruk siam Medan di Sumatera Utara, mengkaji perubahan analisis
kelayakan pengusahaan jeruk siam jika terjadi perubahan pada manfaat dan biaya
serta menganalisis sistem dan efisiensi pemasaran jeruk siam. Analisis data yang
digunakan mencakup analisis kualitatif untuk mengetahui gambaran mengenai
usahatani jeruk siam dan analisis kuantitatif untuk menganalisis kelayakan
investasi (menggunakan kriteria investasi : NPV, Net B/C, IRR dengan metode
untuk mengetahui kelayakan investasi terhadap perubahan pada manfaat dan biaya
serta analisis pemasaran digunakan analisis saluran dan fungsi-fungsi pemasaran
dan analisis margin pemasaran.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil produksi usahatani jeruk di
Desa Surbakti seluruhnya diorientasikan ke pasar. Dari perhitungan kelayakan
dengan tingkat diskonto 24 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 79.846.864,
hal ini berarti bahwa usahatani jeruk siam yang dilakukan menurut nilai sekarang
adalah menguntungkan untuk dilaksanakan karena akan memberikan keuntungan
sebesar Rp. 79.846.864. Nilai Net B/C dan IRR yang diperoleh juga menunjukkan
bahwa usahatani jeruk layak diusahakan yaitu nilai Net B/C sebesar 4,45 atau
lebih besar dari satu dan nilai IRR sebesar 63,76 persen atau lebih besar dari
tingkat diskonto 24 persen. Tingkat pengembalian Investasi terjadi pada lima
tahun tujuh bulan umur tanaman dari 15 tahun umur tanaman yang ditentukan.
Dari hasil analisis sensitivitas usahatani jeruk siam pada tingkat diskonto
24 persen, memperlihatkan bahwa usahatani jeruk siam tidak peka terhadap
perubahan produksi, harga pupuk dan pestisida serta harga output. Sementara
dengan switching value yang dilakukan menunjukkan bahwa usahatani jeruk siam menjadi tidak layak jika produksi atau harga output diturunkan lebih dari 51
persen dan biaya dinaikkan lebih dari 109 persen. Sehingga usahatani jeruk siam
kurang peka terhadap perubahan produksi dan harga output serta tidak peka
terhadap perubahan biaya. Ditinjau dari besarnya Margin pemasaran dan farmer’s share yang diterima petani, maka jalur I lebih efisien dibandingkan dengan jalur II, hanya saja dilihat dari rasio keuntungan biaya oleh masing-masing lembaga
Nasution (2001), meneliti tentang Studi Kelayakan Agribisnis Jeruk, di
Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Hasil
analisis usahatani jeruk selama 6 tahun yang dilakukan petani jeruk adalah
menguntungkan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ratio R/C sebesar 1,91. Dengan
besarnya biaya tunai sebesar Rp. 9.452.300,00 dan biaya yang diperhitungkan
sebesar Rp. 2.325.000,00. Jadi total biaya yang dikeluarkan petani dalam
usahatani jeruk selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 11.777.300,00. Total produksi
selama 6 tahun sebesar 18.750 kg dengan tingkat harga Rp. 1200,00 per kg
sehingga diperoleh total penerimaan sebesar Rp. 22.500.000,00. Maka diperoleh
pendapatan total petani jeruk selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 10.722.700,00.
Dengan analisis Tataniaga Pertanian, terdapat tiga jalur tataniaga dan jalur
tersebut merupakan jalur yang pendek. Fungsi-fungsi pemasaran meliputi : fungsi
pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Komponen biaya pemasaran meliputi
biaya transportasi, sortasi dan biaya bongkar muat. Dengan menggunakan konsep
farmer’s share untuk mengetahui besarnya bagian yang diterima petani sebagai balas jasa atas kegiatan yang dilakukan dalam usahatani jeruk. Menggunakan
analisis kelayakan usaha dengan cara mengkaji aspek-aspek yaitu aspek teknis,
aspek pasar, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Secara teknis usahatani jeruk
layak dilaksanakan karena usahatani jeruk telah memenuhi syarat-syarat yang
diperlukan. Membedakan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani jeruk yaitu
biaya investasi dan biaya operasional. Sedangkan manfaat diperoleh dengan cara
mengalikan hasil penjualan jeruk dengan harga jeruk itu sendiri. Dari hasil
perhitungan analisis finansial pada usahatani jeruk keprok siam diperoleh nilai
Sedangkan pada analisis ekonomi diperoleh nilai NPV sebesar 53.827.058,59,
IRR sebesar 27,32 % dan Net B/C sebesar 4,81. Untuk analisis finansial pada
usahatani jeruk keprok maga diperoleh nilai NPV sebesar 323.460.664,63, IRR
sebesar 26,96 % dan Net B/C sebesar 41,59, sedangkan pada analisis ekonomi
diperoleh nilai NPV sebesar 300.107.635,64, IRR sebesar 25,19 % dan Net B/C
sebesar 35,18. Dari hasil tersebut berarti usahatani jeruk keprok siam dan jeruk
keprok maga pada tingkat diskonto 12 % layak dilaksanakan di daerah penelitian.
Analisis sensitivitas kelayakan usahatani jeruk dilakukan terhadap 9 kemungkinan
perubahan produksi pada tingkat diskonto 12 %, 15 %, 16 %, 25 %, dan 30 %.
Dalam analisis kelayakan usaha selain kegiatan usahatani jeruk hal lain yang
diperhatikan adalah kegiatan agribisnis jeruk mulai dari produksi sampai
pengolahan hasil panen. Semua syarat yang diperlukan dalam proyek
pengembangan agribisnis jeruk yang direncanakan dapat dipenuhi.
Dari hasil perhitungan analisis finansial pada proyek agribisnis jeruk
diperoleh nilai NPV sebesar 46.227.520.218,34, IRR sebesar 24,09 % dan Net
B/C sebesar 11,35. Sedangkan pada analisis ekonomi diperoleh nilai NPV sebesar
266.910.535.667,17, IRR sebesar 56,55 % dan Net B/C sebesar 41. Dari hasil
tersebut berarti proyek agribisnis jeruk pada tingkat diskonto 12 % layak
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Teoritis
Proyek pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah
sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat mengasilkan
keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu.
Dalam beberapa proyek biaya-biaya produksi atau pemeliharaan yang telah
dikeluarkan diharapkan dapat memberikan keuntungan atau manfaat secara cepat,
kira-kira dalam jangka satu tahun (Gittinger, 1986).
Tujuannya dilakukan analisis proyek adalah : (1) mengetahui tingkat
keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek; (2) menghindari
pemborosan sumber daya dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak
tidak menguntungkan; (3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang
ada sehingga dapat dipilih alternatif proyek yang paling menguntungkan; (4)
menentukan prioritas investasi (Gray, et al., 1992).
Untuk dapat merencanakan dan menganalisa proyek yang efektif, perlu
mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan
bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu.
Seluruh aspek ini saling berhubungan. Seluruh aspek harus selalu
dipertimbangkan pada setiap tahap dalam perencanaan proyek dan siklus
pelaksanaannya. Dalam penelitian ini, kelayakan agribisnis nanas akan dianalisis
berdasarkan empat aspek, yaitu aspek teknis, aspek
3.1.1. Aspek Teknis
Analisa secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan
output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Hal itu sangat
penting, dam kerangka proyek harus dibuat secara jelas agar supaya analisa secara
teknis dapat dilakukan dengan teliti. Aspek teknis berpengaruh sangat besar
terhadap kelancaran jalannya usaha, terutama kelancaran proses produksi. Analisa
teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu
proyek pertanian : keadaan tanah, ketersediaan air, irigasi, varietas benih,
teknologi sampai ke fasilitas-fasilitas pemasaran, penyimpanan dan pengolahan.
Namun tidak dikatakan bahwa aspek lain tidak penting, karena semua aspek
saling berhubungan.
3.1.2. Aspek Institusional-Organisasi-Manajerial
Dalam Gittinger (1986), analisa aspek ini berkisar antara penetapan
institusi, organisasi dan manajerial yang tepat dan tidak tumpang tindih
(overlapping), yang secara jelas mempunyai pengaruh yang penting terhadap pelaksanaan proyek.
Untuk dapat melaksanakan, suatu proyek harus dihubungkan secara tepat
dengan struktur kelembagaan disuatu negara atau daerah, usulan organisasi
proyek harus diteliti untuk mengetahui apakah proyek dapat diarahkan, serta
kemampuan manajerial dari staf yang ada untuk dapat memutuskan apakah
3.1.3. Aspek Sosial
Analisis aspek ini perlu dilakukan, karena sebuah proyek harus
mempertimbangkan pola dari kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh
proyek. Beberapa pertanyaan yang biasa dijadikan masalah adalah mengenai
penciptaan kesempatan kerja atau bagaimana kualitas hidup masyarakat serta
apakah proyek bersahabat dengan lingkungannya (Gittinger, 1986).
3.1.4. Aspek ekonomi
Analisa ekonomi proyek membutuhkan pengetahuan mengenai apakah
suatu proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap
pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup
besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang diperlukan.
Sudut pandang yang diambil dalam analisa ekonomi ini adalah masyarakat secara
keseluruhan (Gittinger, 1986).
Namun ada beberapa unsur yang berbeda dalam penilaian dengan aspek
finansial yaitu : (1) Harga, dalam analisis ekonomi digunakan harga bayangan
(shadow price) yang menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomis yang sesungguhnya daripada unsur-unsur biaya dan manfaat masyarakat, (2)
Pembayaran transfer dalam analisis ekonomi, pajak tidak dikurangkan dalam
perhitungan benefit dari proyek, karena pajak tidak dianggap sebagai biaya tetapi merupakan hasil bersih proyek. Sedangkan subsidi dianggap sebagai pengeluaran
proyek karena dianggap sebagai biaya bagi masyarakat, dan Bunga, dalam analisis
ekonomi bunga modal tidak dipisahkan atau dikurangkan dari hasil kotor.
1. Ketidaksempurnaan pasar (termasuk dalam distorsi yang timbul
karena peraturan pemerintah), misalnya pengendalian harga.
2. Adanya pajak dan subsidi. Pajak berarti pendistribusian sebagian
kekayaan konsumen atau perusahaan ke pemerintah.
3. Berlakunya konsep konsumen surplus dan produsen surplus.
Bagian yang termasuk didalam aspek ekonomi adalah aspek finansial dan
aspek komersial. Unsur-unsur yang termasuk dalam analisis finansial adalah
(Gittinger, 1986) : (1) harga yang digunakan adalah harga pasar; (2) pembayaran
transfer yaitu pajak merupakan biaya proyek dan sebagai pengurang laba, subsidi
akan mengurangi biaya proyek sehingga menambah manfaat proyek. Dengan
adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang selama umur ekonomis kegiatan
usaha maka perlu dilakukan metode Discounted Cashflow analysis. Cashflow analysis dilakukan setelah komponen-komponennya ditentukan dan diperoleh nilainya. Komponen tersebut dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu penerimaan
atau manfaat (benefit ; inflow) dan pengeluaran atau biaya (cost ; outflow). Selisih antara keduanya disebut manfaat bersih (net benefit) yang kemudian dijadikan nilai sekarang (present value) dengan mengalikannya dengan tingkat diskonto (discount rate) yang besarnya telah ditetapkan. Tingkat diskonto ini harus senilai dengan opportunity cost of capital atau biaya marginal kegiatan tersebut dari sudut pandang pemilik modal atau peserta usaha dan biasanya tingkat usaha
Terdapat beberapa kriteria penilaian suatu investasi sehubungan dengan
metode Discounted Cash Flow,antara lain yaitu :
1) Net Present Value (NPV), nilai sekarang dari selisih antara penerimaan dan biaya pada tingkat diskonto tertentu. Proyek dinyatakan layak bila
NPV lebih besar atau sama dengan nol, yang berarti proyek tersebut
minimal telah mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor
produksi modal;
2) Net Benefit Cost ratio (B/C), merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya yang berupa perbandingan
jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih
sekarang yang negatif. Net B/C menunjukkan manfaat bersih yang
diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Proyek
dikatakan layak jika diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari satu dan tidak
layak jika diperoleh nilai Net B/C lebih kecil dari satu. Apabila B/C sama
dengan satu, pengambilan keputusan diserahkan pada pihak manajemen;
3) Internal Rate Of Return (IRR), merupakan tingkat diskonto pada saat NPV sama dengan nol yang dinyatakan dalam persen. Nilai IRR menunjukkan
tingkat keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukkan
kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Jika IRR
suatu proyek lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang berlaku
Menurut Gittinger (1986), yang termasuk dalam aspek komersial dari suatu
proyek adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan
penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek.
Dari sudut pandang output, analisa pasar untuk hasil proyek adalah sangat
penting untuk menyakinkan bahwa terdapat permintaan yang efektif pada suatu
harga yang menguntungkan. Dari sudut pandang input, rencana-rencana yang
cocok harus dibuat bagi para petani untuk menyakinkan tersedianya pupuk,
pestisida dan benih unggul yang mereka perlukan untuk dapat menggunakan
teknologi baru atau pola penanaman baru.
Pemasaran
Definisi pemasaran pertanian menurut Limbong dan Sitorus (1987)
mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak
milik dan fisik dari hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari produsen
ke konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang
menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang dimaksud untuk lebih
memudahkan penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada
konsumen. Dalam analisis pemasaran ini yang akan dilihat adalah lembaga
pemasaran, saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran dan marjin pemasaran.
a. Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran
Lembaga dan saluran pemasaran nanas ini mengikuti arus penyaluran nanas dari
petani sampai ke konsumen. Dalam pemasaran barang atau jasa terlibat beberapa
badan mulai dari produsen, lembaga-lembaga perantara dan konsumen. Karena
dengan konsumen, maka fungsi badan perantara sangat diharapkan untuk
menggerakkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut dari titik produksi ke titik
konsumsi. Lembaga perantara dapat dikelompokkan atas : (1) Pedagang Perantara,
terdiri dari pengecer dan grosir, (2) Agen Perantara, terdiri dari brokers dan
komisi, (3) pedagang spekulatif, (4) Pengolah dan Pabrik dan (5) Organisasi
fasilitas.
Dalam menyalurkan produk yang dihasilkan, para produsen tidak dapat
melakukan penyaluran produknya ke setiap pasar yang dikehendakinya maupun
pada setiap waktu yang dikehendaki produsen. Ada beberapa faktor penting yang
harus dipertimbangkan bila hendak memilih saluran pemasaran, yaitu :
1. Pertimbangan pasar, yang meliputi konsumen sasaran akhir, potensi
pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeli dan volume pesanan.
2. Pertimbangan barang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat
barang, kerusakan, sifat teknis barang dan apakah barang tersebut untuk
memenuhi pesanan atau pasar.
3. Pertimbangan intern perusahaan meliputi sumber permodalan, kemampuan
dan pengalaman manajemen, pengawasan penyaluran dan pelayanan.
4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi segi kemampuan
lembaga perantara dan kesesuaian lembaga perantara dengan kebijakan
perusahaan.
b. Fungsi-fungsi Pemasaran
Proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen
proses penyaluran barang dan atau jasa secara efektif dan efisien untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Kegiatan fungsional tersebut disebut
fungsi-fungsi pemasaran. Klasifikasi fungsi-fungsi-fungsi-fungsi pemasaran Agribisnis Nanas antara
lain : (1). Fungsi pertukaran : Fungsi usaha pembelian dan penjualan, (2). Fungsi
fisik pemasaran : Fungsi usaha penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan, (3).
Fungsi Fasilitas Pemasaran : Fungsi standarisasi dan penggolongan produk, usaha
pembiayaan, penanggungan risiko serta penyediaan informasi pasar.
c. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan
harga yang diterima produsen, yang terdiri dari biaya dan keuntungan pemasaran.
Marjin pemasaran pada umumnya dianalisis pada komoditas yang sama, jumlah
yang sama dan pada pasar persaingan sempurna. Biaya pemasaran mencakup
jumlah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yang
berhubungan dengan penjualan hasil produksi dan jumlah biaya yang dikeluarkan
oleh lembaga tataniaga (Limbong dan sitorus 1987).
Biaya-biaya yang dikeluarkan lembaga tataniaga dalam proses penyaluran
suatu komoditi tergantung dari fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan. Perbedaan
fungsi yang dilakukan setiap lembaga tataniaga menyebabkan perbedaan harga
jual dari lembaga yang satu dengan lembaga yang lain sampai konsumen akhir.