• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFESIONALISME APARATUR SIPIL NEGARA. ( Studi Tentang Kesiapan Pemerintah Kabupaten Bima Dalam Menyongsong Implementasi UU No 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFESIONALISME APARATUR SIPIL NEGARA. ( Studi Tentang Kesiapan Pemerintah Kabupaten Bima Dalam Menyongsong Implementasi UU No 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara )"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PROFESIONALISME APARATUR SIPIL NEGARA.

( Studi Tentang Kesiapan Pemerintah Kabupaten Bima Dalam Menyongsong Implementasi UU No 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara )

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata satu (S1) Ilmu Pemerintahan

Disusun Oleh :

Oleh :

Akbar

201010050311049

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Dipertahankan Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang pada:

Hari : Rabu.

Tanggal : 04 Februari 2015.

Jam :

Tempat : Kantor Jurusan Ilmu Pemerintahan.

Dewan Penguji

1. : Drs. Krisno Hadi, MA. ( ) 2. : Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si. ( ) 3. : Yana S. Hijri, S.IP, M.IP. ( ) 4. : Salahudin, S.IP, M. Si ( )

Mengesahkan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Akbar.

NIM : 201010050311049

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Judul : PROFESIONALISME APARATUR SIPIL NEGARA.

( Studi Tentang Kesiapan Pemerintah Kabupaten Bima Dalam Menyongsong Implementasi UU No 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara ).

Disetujui Untuk Diuji Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Yana S. Hijri, S.IP, M.IP Salahudin, S.IP, M.Si

Mengetahui,

Kajur Ilmu Pemerintahan

(4)

vii

SURAT PERNYATAAN

Nama : Akbar.

Tempat, Tanggal Lahir : Bima, 07 November 1992.

NIM : 201010050311049

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/ Skripsi saya yang berjudul: PROFESIONALISME APARATUR SIPIL NEGARA.

( Studi Tentang Kesiapan Pemerintah Kabupaten Bima Dalam Menyongsong Implementasi UU No 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara )

Adalah bukan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik sebagaimana berlaku.

Malang, 02 Februari 2015 Yang Menyatakan,

(5)

MOTTO

“SEMANGAT HIDUP ADALAH SUATU KEBERANIAN DALAM MENENTUKAN PILIHAN UNTUK MENJADI YANG TERBAIK”

PERSEMBAHAN

Aku persembahakan skripsi ini khusus untuk kedua orang tuaku yang paling aku cintai, Ayahanda Abidin dan Ibunda Arina yang telah berjuang demi masa depanku. Keduanya senantiasa membimbingku dengan penuh kasih sayang yang tiada batasnya.

Adik-adikku tercinta Yaumi dan Miftahul Zannah, terimakasih atas kasih sayangnya selama ini.

Adekku tersayang Nur’aisyah. Terima kasih atas kasih sayang dan motivasinya selama ini.

Paman, Bibi dan saudara-saudaraku, Abang None, Bapa darul, Bapa mira, Kak Mene, Kak Tamu, Kak Nur, Kak umrah, Kak lita, Kak da, Muamar (Emo), Ihdar, Asfah, Abwa, dan Iwe.

Teman-teman seperjuanganku di Asrama Bima, Abang Tohir, Sumarlin, Ashar, Alfissahrin, Abdulharis, Mirwan, Azwan, Sudirman, Ikhlas, Ismail, Ady Ardiansyah, Yasin, Saon, Gereng, dan Rangga (Bao). Terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim,

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “ PROFESIONALISME APARATUR SIPIL NEGARA ”.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir serta salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Universitas Muhammadiyah Malang, Dalam proses peyelesaian skripsi ini tidak luput dari hambatan dan rintangan yang di hadapi, akan tetapi berkat bimbingan dan arahan dari pembimbing serta rahmat Allah SWT akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan sesuai yang targetkan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan semangat, arahan serta do’a kepada penulis, diantaranya yaitu:

1. Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada hamba sehingga dapat menjalani hidup ini dengan sehat wal afiat.

2. Prof. Muhadjir Efendi, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Malang.

(7)

5. Yana S. Hijri, S.IP, M.IP selaku Dosen Pembimbing I yang sabar dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak atas waktu serta bimbingan dan arahanya selama ini.

6. Salahudin, S.IP, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih banyak atas sentuhan keilmuanya selama ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan secercah keilmuan kepada penulis dalam menempuh proses kuliah.

8. Babak dan Ibu Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik yang telah memberikan pelayanan dengan baik selama ini.

9. Bupati Kabupaten Bima beserta seluruh jajaranya.

10.Kedua orang tuaku, ayahanda Abidin dan ibunda Arina yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, terima kasih banyak atas pengorbanan yang kalian berikan kepadaku selama ini mulai dari kecil hingga sekarang.

11.Adik-adikku yang aku cintai, Yaumi dan Miftahul Zannah yang selalu mengingatkanku untuk selalu berbuat baik pada orang lain.

12.Adekku Nur’aisyah S.Pd yang selalu memberikan kasih sayang dan motivasi. 13.Paman, Bibi dan saudara-saudaraku, Abang None, Bapa darul, Bapa mira,

(8)

vi

14.Teman-teman seperjuanganku di Asrama Bima, Abang Tohir, Sumarlin, Ashar, Alfissahrin, Abdulharis, Mirwan, Azwan, Sudirman, Ikhlas, Ismail, Ady Ardiansyah, Yasin, Saon, Gereng, dan Rangga (Bao). Terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

15.Kawan-kawan organisasi FMN, Bung Faujul, Bung Lugito, Bung Joko, Bung Arjun, Bung Ad, Bung Putut, Bung Ari, Bung Novan, Bung Albab dan bung ahmad.

Demikian penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah SWT dan mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan khazanah keilmuan kita. Amin. Fastabiqul Khairat

Wassalamu’alaikum Wr...Wb...

Malang, 02 Februari 2015

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERNYATAAN ... vii

BERITA ACARA BIMBINGAN ... viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah ……… 10

C. Tujuan Penelitian ………. 10

(10)

xi

E. Definisi Konsep dan Definisi Operasional...……… 11

F. Metode Penelitian ……… 15

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ATAU KAJIAN TEORI 1. Pengertian birokrasi ... 19

2. Teori birokrasi ... 23

1. Weberrian ... 25

2. Parkinsonian ……… 29

3. Orwelian ……….. 30

3. Profesionalisme Birokrasi ………. 32

4. Perbandingan UU No 08 Tahun 1974, UU No 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian dengan UU No 5 Tahun 2014 tentang ASN …. 35 5. Reformasi Birokrasi Pemerintah ………... 38

BAB III : DESKRIPSI WILAYAH 1. Geografis ……….... 42

2. Topografis ………... 44

3. Demografis ………. 46

a. Jumlah penduduk ………. 46

b. Kepadatan penduduk ………... 48

c. Komposisi penduduk Kabupaten Bima berdasarkan kelompok umur ………... 49

(11)

e. Jumlah kepala keluarga per kecamatan ……… 52

4. Kondisi Ekonomi ………... 53

a. Potensi Unggulan Daerah (PUD) ……… 53

b. Pertumbuhan ekonomi/PDRB ………. 57

5. Profil Kabupaten Bima ……….. 59

6. Profil Dinas Pendidikan, Kebudaayaan Dan Olahraga ( DIKPORA ) Kabupaten Bima ……….. 61

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Kesiapan pemerintah Kab. Bima dalam mengimplementasikan Undang - Undang No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ……….. 66

1. Profesionalisme birokrasi ……….. 66

a. Integritas aparatur sipil negara di Kabupaten Bima ……… 81

b. Netralitas aparatur sipil negara di Kabupaten Bima ……….... 96

B. Kendala-kendala pemerintah Kab. Bima dalam mengimplementasikan Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang aparatur sipil negara ……… 105

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ………. 112

B. Saran ………... 114

DAFTAR PUSTAKA ………..... 115

DOKUMEN DAN FOTO ………... 118

(12)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN :

Lamipiran I : Halaman Judul.

Lampiran II : Halaman Persetujuan.

Lampiran III : Halaman Pengesahan.

Lampiran IV : Kata Pengantar.

Lampiran V : Surat Pernyataan.

Lampiran VI : Berita Acara Bimbingan.

Lampiran VII : Motto Dan Persembahan.

Lampiran VIII : Daftar Isi.

Lampiran IX : Abstrak.

Lampiran X : Daftar Pustaka.

Lampiran XI : UU No 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil

Negara.

Lampiran XII : Dokumen Dan Foto.

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Perbedaan penyusunan kebutuhan pegawai dan pengadaan pegawai antara Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 jo Undang-Undang No. 43 tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dengan Undang-Undang No. 5 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.

Tabel 2.1 : Kelebihan dan kekurangan pola birokratisasi Weberian, Parkinsonian, dan Orwelian.

Tabel 3.1 : Luas Wilayah Kabupaten Bima Menurut Kecamatan. Tabel 3.2 : Kemiringan Lahan setiap Kecamatan di Kabupaten Bima. Tabel 3.3 : Penyebaran Jenis Tanah di Kabupaten Bima.

Tabel 3.4 : Jumlah penduduk Kabupaten Bima tiap Kecematan pada tahun 2013. Tabel 3.5 : Jumlah penduduk pada luas wilayah.

Tabel 3.6 : Jumlah penduduk Kabupaten Bima berdasarkan umur.

Tabel 3.7 : Jumlah pencari kerja berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan. Tabel 3.8 : Jumlah kepala keluarga per Kecematan.

Tabel 3.9 : PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Bima menurut lapangan usaha (Rp.juta).

Tabel 4.1 : Pengukuran pencapaian sasaran pemerintah Kab. Bima tahun 2014.

(14)

viii

BERITA ACARA BIMBINGAN

Nama : Akbar

NIM : 201010050311049

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Judul : Profesionalisme Aparatur Sipil Negara Pembimbing : 1. Yana S. Hijri, S.IP, M.IP

08 Mei 2014 Revisi Proposal

21 Mei 2014 ACC Seminar Proposal

05 Juni 2014 Pengajuan Bab II

11 Juni 2014 Revisi Bab II

Tanggal Selesai Bimbingan Skripsi: 02 Februari 2015.

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Yana S. Hijri, S.IP, M.IP Salahudin S.IP, M.Si

Mengetahui, Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

(15)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sedarmayanti., 2010, Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi Dan Kepemimpinan Masa Depan, Jakarta, PT. Rafika Aditama, Hlm 2 dan 3.

2. Soenardi Dwidjosoesastro., 1987, Materi Pokok Administrasi Kepegawaian, Jakarta, PT. Karunika Jakarta, Hlm : 43

3. Mifta Thoha., 2010, Birokrasi dan Politik Di Indonesia, Jakarta, PT. RajawaGrafindo Persada, Hlm 2

4. Mifta Thoha., 1987, Prespektif Prilaku Birokrasi (Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara Jilid II), Jakarta, CV Rajawali Jakarta. Hlm 72

5. Michael rush,. 2008, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta, PT. Rajawali Pers, Hlm 142. 6. Martin Albrow.,1989, Birokrasi. Yogja, PT. Tiara Wacana, Hlm 3.

7. Sedarmayanti., 2010, Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi Dan Kepemimpinan Masa Depan, Bandung, PT. Rafika Aditama, Cet Ke- 2, , Hlm 67.

8. Budi Santoso Priyo., 1997, Birokrasi Pemerintah Orde Baru Perspektif Kultural dan Struktural. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, Hlm 47

9. Mohtar Mas’oed., 2008, Politik, Birokrasi Dan Pembangunan, Yogyakarta, PT. Pustaka

Pelajar, Hlm 69.

10. I Nyoman Sumaryadi., 2010 Sosiologi Pemerintahan, Bogor, PT. Ghalia Indonesia, Cet Ke-2, Hlm 17

11. Malayu S.P.Hasibuan., 2005 Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT. Bumi Aksara, Cet Ke-7 Hlm 16

12. Sondang P Siagian., 2014, Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta, PT. Bumi Aksara, Cet Ke-22, Hlm 41

13. Sri Hartini, Sertiajeng Kadarsih dan Tedi Sudrajat, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, PT. Sinar Grafika, Jakarta, 2008, Hlm 86.

14. Riswanda Imawan., Membedah Politik Orde Baru, Yogyakarta, PT. Pustaka Pelajar, 1998, Hlm 58.

(16)

116

16. Bintoro Tjokroamidjojo., Pengantar Administrasi Pembangunan, Jakarta, PT. Pustaka LP3ES Indonesia, Cet Ke-15, 1993, Hlm 71.

17. Saefulloh Fatah., Catatan Atas Gagalnya Politik Orde Baru, Yogyakarta, PT. Pustaka Pelajar, 1998, Hlm 192

18. Sukarman Kamuli., Jurnal Inovasi Birokrasi Di Negara Sedang Berkembang, Volume 9, No.2, Juni 2012, Di Akses 16 Oktober 2014.

http%3A%2F%2Frepository.ung.ac.id%2Fget%2Fkaryailmiah%2F64%2Fbirokrasi-di-negara-sedang

berkembang.pdf&ei=xiVEVMLcNMiPuATuj4GQDA&usg=AFQjCNG45lhspakKd1Xc4 FOnPIYvgmUrdw&sig2=wII_OcpOQ_X93OdeR3fJ6g&bvm=bv.77880786,bs.1,d.c2E 19. Andhyka Muttaqin, Jurnal administrasi Birokrasi Sebagai Syarat Pelayanan Publik,

2011, Di Akses 26 Juni 2014.

http://publikasi.fisip.unila.ac.id/index.php/administratio/article/viewFile/92/94.

20. Ali Abdul Wakhid, Jurnal TAPIs Eksistensi Konsep Birokrasi Max Weber Dalam Reformasi Birokrasi Di Indonesia, Vol.7 No.13 Juli-Desember 2011, Di Akses 26 Juni 2014. http://ejournal.iainradenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/view/100

21. Aos Kuswandi., Jurnal Madani Manajemen Organisasi Birokrasi, Edisi I I/Nopember 2008, Di Akses 31 Mei 2014.

http%3A%2F%2Fwww.ejournalunisma.net%2Fojs%2Findex.php%2Fmadani%2Farticle %2Fdownload%2F209%2F196&ei=uyhEVN6hJsXuAT3wIK4Cw&usg=AFQjCNFL2u1 4YZtREAfAz3bV5gi64OQ_Qg&sig2=PUJGpvdmeFfqp88ZGT65bg&bvm=bv.7788078 6,d.c2E

22. Samuel Atbar., Jurnal Administrasi Negara, Pengaruh Prilaku Birokrasi Terhadap Kualitas Layanan Publik Pada Distrik Semangga, Nomor 1 Jilid 1, April 2012 Di Akses 18 Oktober 2014. http://jurnalfisipunmus.blogspot.com/2012/06/jurnal-prilaku-birokrasisamuel-atbar.html

23. Sofny Tarumingkeng., Jurnal Eksekutif Etika Birokrasi Dalam Mewujudkan Prinsip Pemerintahan Yang Baik, Vol 2 No 1 2013, di akses 17 oktober 2014.

(17)

24. Syamsul Ma’arif., Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Posisi Strategis Birokrasi Dalam Transformasi Government Ke Governance Vol.4, No.2, 2013 Di Akses 18 Oktober 2014.

http%3A%2F%2Ffisip.unila.ac.id%2Fjurnal%2Ffiles%2Fjournals%2F3%2Farticles%2F

147%2Fsubmission%2Freview%2F147-449-1-RV.doc&ei=PPhDVKWJKqHZmgWVo4G4Bw&usg

25. I Ketut Winaya, M.R. Khairul Muluk, Ratih Nurpratiwi., Jurnal Profesionalisme
Aparat
Birokrasi Vol 17, No 3 2014, Di Akses 16 Oktober 2014. http://an.fisip.unud.ac.id/wp-content/uploads/2014/05/Profesionalisme-Aparat-Birokrasi-new.pdf.

26. Asrop., Jurnal Ilmu Administrasi Budaya Inovasi dan Reformasi Birokrasi,Volume V,

Nomor 3, 2008, Di Akses 16 Oktober 2014.

http://asropi.files.wordpress.com/2009/02/budaya-inovasi-dan-reformasi-birokrasi1.pdf 27. Muhammad Syarif., Aceh Journal National Network Analisis UU No.5 Tahun 2014

tentang Aparatur Sipil Negara, 22 Januari 2014, Di Akses 25 Oktober 2014. http://www.ajnn.net/2014/01/pns/

28. Suwardi, Harian Jurnal Asia, UU No.5 Tahun 2014, Tak Ada Ampun PNS Berleha-leha Langsung Dipecat, 2014, Di Akses 25 Oktober 2014. http://jurnalasia.com/2014/09/23/uu-no-5-tahun-2014-tak-ada-ampun-pns-berleha-leha-langsung-dipecat/#sthash.CMcaEdNM.dpuf

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke IV yaitu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial sangat diperlukan adanya sumber daya aparatur sipil negara yang profesional, integritas, netral dan bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 19451.

Aparatur sipil negara sebagai sumber daya manusia yang bertugas dalam melayani kepentingan publik sangat memiliki andil yang cukup besar dalam merealisasikan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional. Terselenggaranya pembangunan nasional yang lebih baik tidak bisa lepas dari peranan dan kedudukan aparatur sipil negara yang profesional sebagai mesin penggerak yang menetukan arah pembangunan nasional kedepannya2.

Pergeseran paradigma tatakelola pemerintahan yang dibawa oleh arus reformasi merupakan momentum yang tepat untuk menata kembali administrasi penyelenggaraan

1

UU No 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

2

(19)

pemerintahan agar mampu mendorong terciptanya tata kelola pemerintah yang baik ( good governance ). Pasca reformasi kondisi pemerintah pusat maupun daerah dihadapkan pada

arus perubahan yang semakin cepat dan mengglobal dalam segala aspek kehidupan sehingga birokrasi pemerintah di tuntut harus responsif, transparan dan akuntabel terhadap berbagai persoalan yang tumbuh berkembang di dalam kehidupan masyarakat baik persoalan politik, ekonomi, sosial dan budaya3. Dalam rangka merespon tantangan perubahan itu, salah satu upaya strategis yang di lakukan oleh pemerintah adalah melakukan penataan ulang atau reformasi birokrasi dan menciptakan kekuatan secara politik, sosial, ekonomi dan administrasi4.

Gerak lanjut dari upaya reformasi birokrasi di tandai dengan adanya berbagai produk undang-undang yang mengatur tentang pegawai negeri sipil (PNS) mulai dari UU No. 8 Tahun 1974 tentang pegawai negeri sipil, kemudian diperbarui menjadi UU No. 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian. Dalam pelaksanaannya undang-undang pokok kepegawaian dianggap belum efektif melahirkan aparatur sipil negara yang profesional dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya karena masih banyak mengandung beberapa kelemahan, salah satunya belum menerapkan sistem manajemen kepegawaian negara yang mencerminkan keadilan, efisien, dan kompeten sehingga dilapangan masih banyak ditemukan aparatur sipil negara yang belum menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara profesional. Malah justru yang terjadi belakangan ini adalah politisasi birokrasi yang terselubung sampai ketingkat kabupaten/kota dan desa-desa5.

Berdasarkan persoalan di atas, pemerintah mencoba melakukan terobosan baru melalui

3

http://fardinlaia.blogspot.com/2013/05/profesionalisme-aparatur-pemerintah.html di akses 17 april 2014

4

Sedarmayanti. 2010. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi Dan Kepemimpinan Masa Depan, PT. Rafika Aditama, Hlm 2 dan 3

5

(20)

3

Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang aparatur sipil negara sebagai bentuk solusi untuk menyelasaikan persoalan tatakelola pemerintah di negara ini. Ketika di tinjau dari proses perancangan undang-undang aparatur sipil negara banyak melahirkan berbagai macam pandangan yang kontroversial dari berbagai kalangan, sebagian kalangan memandang undang-undang tentang aparatur sipil negara masih mengandung nilai diskriminasi karena masih banyak merugikan pegawai negeri sipil terutama untuk jabatan eselon II di daerah seperti kepala dinas, kepala badan atau kepala kantor karena tidak termasuk sebagai pejabat eksekutif senior. Sekalipun ada beberapa nilai kelemahan dalam undang-undang aparatur sipil negara akan tetapi adanya perubahan undang-undang tentang pokok-pokok kepegawaian menjadi undang-undang aparatur sipil negara, paling tidak membawa perubahan yang mendasar terhadap perbaikkan kinerja aparatur sipil negara.

(21)

pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK)6. Sementara dalam penyusunan kebutuhan pegawai dan pengadaan pegawai yang diatur didalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 jo Undang-Undang No. 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian dan Undang-Undang No. 5 tahun 2014 tentang aparatur sipil negara pada dasarnya memiliki beberapa perbedaan hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1.1 : perbedaan penyusunan kebutuhan pegawai dan pengadaan pegawai antara Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 jo Undang-Undang No. 43 tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dengan Undang-Undang No. 5 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 jo Undang-Undang No. 43 tahun 1999 Tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian

Undang-Undang No. 5 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Pasal 15

Jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri

Sipil yang diperlukan ditetapkan dalam formasi untuk jangka waktu tertentu berdasarkan jenis, sifat, dan beban kerja yang harus dilaksanakan

Pasal 16.

1. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah untuk mengisi formasi dengan syarat-syarat yang ditentukan, mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi Pegawai Negeri Sipil.

Apabila pelamar yang dimaksud dalam ayat

(2) pasal ini diterima, maka ia harus melalui masa percobaan dan selama masa percobaan itu berstatus sebagai calon Pegawai Negeri Sipil.

Calon Pegawai Negeri Sipil diangkat menjadi

Pegawai Negeri Sipil setelah memulai masa percobaan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun

Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan (1) Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun

kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja yang dilakukan jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.

Pasal 58 sampai dengan Pasal 67 tentang Pengadaan

Pengadaan PNS merupakan kegiatan untuk mengisi kebutuhan Jabatan Administrasi dan/atau Jabatan Fungsional dalam suatu instansi Pemerintah, yang dilakukan berdasarkan penetapan kebutuhan organisasi berdasarkan tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, masa percobaan, dan pengangkatan menjadi PN yang ditetapkan oleh Menteri PAN-RB (Pasal 58)

instansi Pemerintah merencanakan pelaksanaan pengadaan PNS dan mengumumkan secara

6

(22)

5

dan selama-lamanya 2 (dua) tahun. terbuka kepada masyarakat adanya kebutuhan jabatan untuk diisi dari calon PNS. Setiap. (Pasal 59, 60, dan 61)

Adapun penyelenggaraan seleksi pengadaan PNS oleh instansi Pemerintah harus dilakukan melalui penilaian secara objektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan lain yang dibutuhkan oleh jabatan. Penyelenggaraan seleksi dimaksud, terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu seleksi administrasi, seleksi kompetensi dasar, dan seleksi kompetensi bidang. (Pasal 62)

Peserta yang lolos seleksi pengadaan PNS di atas, diangkat menjadi calon PNS yang ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian, dan wajib menjalani masa percobaan. (Pasal 63)

Masa percobaan calon PNS tersebut dilaksanakan selama 1 (satu) tahun, melalui proses pendidikan dan pelatihan terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. (Pasal 64)

Calon PNS yang diangkat menjadi PNS harus memenuhi persyaratan:

a. Lulus pendidikan dan pelatihan; dan b. Sehat jasmani dan rohani.

Calon PNS yang telah memenuhi persyaratan diangkat menjadi PNS oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. (Pasal 65)

Setiap calon PNS yang telah memenuhi persyaratan menjadi PNS, pada saat diangkat wajib mengucapkan sumpah/janji. (Pasal 66 dan Pasal 67) berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja.

(23)

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

Pasal 95 sampai dengan Pasal 99 Pengadaan

Setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi calon PPPK setelah memenuhi persyaratan. (Pasal 95)

Pengadaan calon PPPK merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pada Instansi Pemerintah. Pengadaan calon PPPK dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, dan pengangkatan menjadi PPPK. (Pasal 96)

Penerimaan calon PPPK dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah melalui penilaian secara objektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi, kebutuhan Instansi Pemerintah, dan persyaratan lain yang dibutuhkan dalam jabatan. (Pasal 97)

Pengangkatan calon PPPK ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian. Masa perjanjian kerja paling singkat 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan berdasarkan penilaian kinerja. (Pasal 98) PPPK tidak dapat diangkat secara otomatis menjadi calon PNS dan untuk diangkat menjadi calon PNS, PPPK harus mengikuti semua proses seleksi yang dilaksanakan bagi calon PNS dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 99) Sumber : Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia.

(24)

7

ASN, didalam UU Pokok-Pokok Kepegawaian, penyusunan kebutuhan kepegawaian ditetapkan berdasarkan formasi serta jangka waktu tertentu dengan penyesuaian berdasarkan kepangkatan sedangkan didalam UU ASN penyusunan kebutuhan pegawai diserahkan kepada setiap instansi dengan merujuk pada anlisis jabatan dan analisis beban kerja dengan periode waktu pengadaan lima tahun dengan perincian pertahunan dan disesuaikan dengan prioritas kebutuhan. Sehingga didalam kesimpulannya penyusun berpendapat UU ASN pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari UU pokok-pokok kepegawaian yang mengharuskan kepada para pegawai negeri sipil untuk dapat berkompetisi secara kompetitif dan berprestasi agar mampu mencapai target yang telah ditetapkan serta diharapkan mampu menjunjung tinggi semangat profesionalitas kerja dalam mendukung pelaksanaan pemerintahan yang baik.

Adanya undang-undang aparatur sipil negara sebagai upaya pemerintah dalam mewujudkan aparatur sipil negara yang profesional dengan menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, workshop, dan penataran. Akan tetapi sering kita temukan dalam pelaksanaannya dilapangan bahwa manajemen aparatur sipil negara belum berdasarkan pada perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki calon dalam rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi pada jabatan sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik7. Poin penting dalam undang-undang aparatur sipil negara memposisikan aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggung jawabkan kinerjanya.

7

(25)

Harapan terbesar dalam pengesahan Undang-undang No 5 Tahun 2014 tentang aparatur sipil negara diharapkan mampu membawa perubahan dalam rangka terciptanya budaya aparatur sipil negara yang lebih mengedepankan prinsip profesionalisme dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelayan publik8. Paska pengesahan UU No 5 tahun 2014 tentang aparatur sipil negara, kita akan melihat sejauh mana konsistensi serta kesiapan Pemerintah Kabupaten Bima dalam menyongsong implementasi undang-undang aparatur sipil negara di Kabupaten Bima, dengan itu penyusun akan menganalisa secara kritis dari berbagai aktifitas yang dilakukan oleh birokrasi Pemerintah Kabupaten Bima kekinian.

Dalam rangka menyongsong implementasi undang-undang aparatur sipil negara di Kabupaten Bima, Bupati Bima mengadakan kegiatan Apel Gabungan di halaman Kantor Bupati, Senin (7/4). Dalam memimpin kegiatan itu Bupati Bima menginstruksikan kepada seluruh SKPD untuk bekerjasama dalam rangka melakukan pembinaan aparatur sipil negera guna untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan aparatur sipil negara agar mampu mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik. Oleh karena itu, Bupati Bima menghimbau kepada seluruh SKPD untuk melakukan pembenahan, penataaan serta optimalisasi kinerja demi peningkatan pelayanan kepada masyarakat9.

Sekalipun ada instruksi dari Bupati Bima tentang pentingnya prinsip profesionalisme dalam melayani masyarakat, akan tetapi masih banyak kita temukan aparatur sipil negara yang belum profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya misalnya pelayanan yang lambat, lamban, berbelit dan lain-lain. Bukan rahasia umum lagi, realitas birokrasi

8 Amich Alhumami, 2013, artikel Demokrasi dan Pemerintahan Meritokrasi,

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2013/10/22/ArticleHtmls/Demokrasi-dan-Pemerintahan-Meritokrasi-22102013007017.shtml?Mode=1# di akses 25 maret 2014.

9

(26)

9

pemerintah dalam melayani masyarakat masih kental akan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.10.

Secara umum keberhasilan penyelenggaraan tatakelola pemerintahan dalam suatu daerah akan tercermin pada hasil kualitas pelayanan publik dalam rangka terwujudnya batasan yang jelas antara hak, tanggung jawab, dengan kewajiban seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik, dan menciptakan sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik meliputi profesionalisme, persamaan perlakuan, keterbukaan, akuntabilitas, penyedian fasilitas, ketepatan waktu, kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan11.

Berdasarkan dari landasan pemikiran tersebut, dengan adanya kesempatan yang dikemas melaui penelitan ini diharapkan dapat memberikan satu rangkap temuan gagasan ilmiah yang bersifat konstruktif tentang kebutuhan vital daerah Kabupaten Bima baik dalam kapasitasnya sebagai sebuah intitusi pemerintah maupun sebagai komunitas kehidupan yang lebih konprehensif. Jika dikaitkan dengan berbagai program yang akan dilaksanakan menuju perwujudan visi dan misi pemerintah Kabupaten Bima, adanya hasil penelitian ini semoga dapat menemukan benang merah dari persoalan profesionalisme aparatur sipil negara secara subtansial.

10

Sofyan Harahap, 2013, Dinasti Politik vs Meritokrasi, http://bacabung.net/dinasti-politik-vs-meritokrasi/ di akses 25 maret 2014.

11

(27)

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas penyusun mencoba melakukan penelitian untuk mengetahui profesionalisme aparatur sipil negara. Maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kesiapan Pemerintah Kabupaten Bima dalam menyongsong implementasi UU No 5 Tahun 2014 tentang aparatur sipil negara?

2. Apakah kendala-kendala Pemerintah Kabupaten Bima dalam menyongsong implementasi UU No 5 Tahun 2014 tentang aparatur sipil negara?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kesiapan Pemerintah Kabupaten Bima dalam menyongsong implementasi UU No 5 Tahun 2014 tentang aparatur sipil negara.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala Pemerintah Kabupaten Bima dalam menyongsong implementasi UU No 5 Tahun 2014 tentang aparatur sipil negara.

D. MANFAAT PENELITIAN.

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan baik dari aspek teoritis maupun praktis, diantaranya:

1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan penambahan khazanah keilmuan mata kuliah birokrasi pemerintahan, terutama berkenaan dengan Profesionalisme aparatur sipil negara.

(28)

11

E. DEFINISI KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL a. Kajian Pustaka.

1. Birokrasi Pemerintah.

Dalam penelitian ini, penyusun memakai konsep birokrasi weberrian dalam melihat problem birokrasi pemerintah di Kabupaten Bima. Menurut max weber konsep birokrasi pemerintah mengandung model tipe ideal dari tata hubungan organisasi yang rasional12. Aliran weberian menempatkan birokrasi sebagai teori sistem otoritas dan pemerintahan yang lebih luas, sehingga kekuasaan birokrasi sebagai sumber dari posisi sentral yang diduduki oleh seorang yang didalamnya terdapat tanda-tanda bahwa seorang mempunyai yurisdiksi yang jelas dan pasti. Di dalam yurisdiksi tersebut seorang mempunyai tugas dan tanggung jawab resmi (official duties) yang memperjelas batas-batas kewenangan pekerjaannya sesuai pola hierarki dari tingkatan otoritas dan kekuasaanya13. Dalam terminologinya max weber tidak setuju terhadap masalah efisiensi organisasional akan tetapi lebih pada perluasan kekuasaan birokrakratik14. Konsepsi birokrasi weberrian yang pakai dalam organisasi pemerintahan banyak memperlihatkan cara-cara officialdom atau kerajaan pejabat yaitu suatu sistem pemerintahan yang raja-rajanya para pejabat dari suatu bentuk organisasi yang di golongkan modern sehingga pejabat birokrasi pemerintah sentra dari penyelesaian urusan masyarakat15.

2. Profesionalisme.

12

Mifta Thoha, 1987 , Prespektif Prilaku Birokrasi (Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara Jilid II), CV Rajawali Jakarta. Hlm 72

13

Mifta Thoha. 2010. Birokarasi dan Politik Di Indonesia : PT. RajawaGrafindo Persada, Jakarta, Hlm 3

14

David Beetham, 1990, Birokrasi, PT. Bumi Aksara, Hlm 57

15

(29)

Profesionalisme berasal dari kata profesional yang mempunyai makna yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Profesionalisme, lebih mengarah pada (spirit, jiwa, sikap, karakter, semangat, nilai) yang dimiliki dari seorang yang profesional16. Bila dicermati secara umum UU No 5 Tahun 2014 tentang aparatur sipil negara, profesionalisme pada prinsip pokoknya adalah memberi sarana dan prasarana agar profesi pegawai ASN menjadi profesional. Secara umum profesionalisme adalah suatu paham dalam suatu kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat yang dilakukan berdasarkan keahlian yang tinggi dan rasa keterpanggilan serta ikrar untuk menerima panggilan tersebut dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999)17. Lebih lanjut Abudin Nata menambahkan tiga kriteria suatu pekerjaan di kategorikan profesional: 1. Mengandung unsur pengabdian. 2. Mengandung unsur idealism. 3. Mengandung unsur pengembangan18. Adapun Ciri-ciri profesionalisme: 1. Menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil (perfect result). 2. Memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan. 3. Menuntut ketekunan dan ketabahan.

4. Memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh “keadaan terpaksa” atau

godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup. 5. Memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan, sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi19.

16

http://haryantokandani.com/artikel-motivasi/profesionalisme.html di akses 23 maret 2014

17

http://www.pdii.lipi.go.id/profesionalis. di akses 23 maret 2014

18

wiwik yulianingsih dalam http://wiwikyulihaningsih.wordpress.com/2011/04/13/konsep-dasar-profesionalisme di akses 23 maret 2014

19

(30)

13 KERANGKA PIKIR.

Gambar I : Profesionalisme Birokrasi.

Berdasarkan bagan di atas, sesuai pasal 1 ayat 1 UU No 5 Tahun 2014 bahwa Aparatur Sipil Negara adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Berdasarkan ketentuan di atas, dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai lembaga yang mengatur, melayani dan melindungi kebutuhan masyarakat dituntut untuk netralitas, bebas dari praktek KKN, dan berintegritas dan bermoral. Adapun Netralitas maksudnya disini adalah bebas dari intervensi politik, tidak terlibat dalam politik praktis, dan tidak memihak terhadap partai politik/ideologi tertentu. Sedangkan maksud dari bebas dari praktek KKN adalah tidak menggunakan jabatan untuk memupuk kekayaan dan keuntungan pribadi, mentaati peraturan yang berlaku,

(31)

saling mengontrol baik fungsi politik maupun fungsi administrasi. Begitupun maksud dari berintegritas dan bermoral disini adalah bertindak konsisten sesuai kebijakan organisasi dan kode etik profesi, menjalankan tugas dengan mengedepankan rasa kejujuran, sungguh-sungguh, teliti dan handal sehingga mewujudkan profesionalisme birokrasi pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

b. Definisi Operasional 1. Birokrasi pemerintah.

Birokrasi pemerintah dalam penelitian ini adalah individu-individu yang memiliki yang berada dalam area official yang yuridiktif dan mempunyai tugas dan tanggung jawab resmi berdasarkan pola hierarki dan otoritas kekuasaannya20.

2. Profesionalisme

Profesionalisme adalah kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan benar dan juga komitmen dari para anggota dari sebuah profesi untuk meningkatkan kemampuan dari seorang karyawan21. Profesionalisme birokrasi adalah prasyarat penting untuk mewujudkan good governance (Djokowinoto, 2001 : 3). Profesionalisme dalam hal ini lebih menekankan kepada kemampuan, keahlian, dan keterampilan aparatur sipil negara dalam menempatkan posisinya sebagai lembaga pemerintah yang netral dalam berpolitik sehingga tidak terjadi intervensi politik dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Secara prinsipil UU ASN memuat standarisasi dan prinsip profesionalisme birokrasi pemerintah berdasarkan nilai-nilai

20

Mifta Thoha. 2010. Birokrasi dan Politik Di Indonesia : PT. RajawaGrafindo Persada, Jakarta, Hlm 2 21

(32)

15

dasar, kode etik dan kode perilaku, komitmen, kompetensi, integritas moral dan tanggung jawab pada pelayanan publik.

F. METODE PENELITIAN

Bagian ini menjelaskan desain penelitian yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang diajukan dalam rumusan masalah penelitian. Pembahasan akan menjelaskan rasionalisasi terhadap rancangan penelitian yang dipilih, untuk memahami secara proporsional metode yang akan digunakan.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan.22 Dan tipe penelitian bersifat deskriptif yang berupaya untuk menggambarkan, menjabarkan, menjelaskan dan menganalisis kesiapan Pemerintah Kabupaten Bima dalam menyongsong implementasi UU No 5 Tahun 2014 tentang ASN dan kendala-kendala dalam menyongsong implementasi UU No 5 Tahun 2014 di Kabupaten Bima23.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Terkait lokasi penelitian, peneliti perlu mengambil sampel dalam satu intansi yang ada di Kabupaten Bima dalam hal ini adalah dinas pendidikan, kebudayaan dan olahraga (DISPORA) agar penelitian ini memperoleh hasil yang lebih objektif serta akurat terkait kesiapan Pemerintah Kabupaten Bima dalam menyongsong implementasi UU No 5

22

Furchan, 2004: 447.

23

(33)

Tahun 2014 tentang ASN dan kendala-kendala dalam menyongsong implementasi UU No 5 Tahun 2014 di Kabupaten Bima.

3. Subjek Penelitian

Dalam bukunya Suharsimi Arikunto (Manajemen Penelitian) Subjek penelitian adalah subjek yang dituju menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian untuk diteliti oleh penyusun. Dalam penelitian ini subjek penelitian sebagai informan intern aparatur pemerintahan ( elite structural ) adalah sebagai berikut:

1) Bupati definitif periode 2010 s/d 2015

2) Kepala dinas pendidikan, kebudayaan dan olahraga ( DISPORA ). 3) Kepala badan kepegawaian daerah ( BKD )

4) Kabag OPA pemerintah Kab. Bima. 4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan ini, maka akan digunakan teknik pempulan data sebagai berikut:

a. Library Research (Penelitian Kepustakaan)

Teknik pengumpulan data yang sumber informasinya meliputi bahan tertulis dan dokumen-dokumen yang mempunyai hubungan dengan masalah yang sedang diteliti. Dokumen-dokumen tersebut mencakup teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yang meliputi teori tentang pemberdayaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.24 Menggunakan triagulasi, yakni memeriksa kebenaran data yang diperoleh kepada pihak lain.

b. Field Research (Penelitian Lapangan)

Teknik pengumpulan data dengan melakukan penelitian secara langsung

24

(34)

17

kepada obyek yang diteliti atau lokasi penelitian. Cara ini meliputi:

Wawancara secara mendalam (in-depth interview), yaitu cara pengumpulan data melalui kegiatan tanya jawab secara langsung mendalam dengan responden untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti.25 Instrument penelitian dalam metode ini adalah penyusun sendiri, jadi penyusun sebagai key instrument, sehingga penyusun harus terjun sendiri kelapangan.

5. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan. Sebagimana yang dijelaskan didepan, penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan analisa datanya bersifat kualitatif.26 Penggunaan metode tersebut dengan pertimbangan bahwa penelitian ini berusaha untuk menggambarkan persepsi kesiapan Pemerintah Kabupaten Bima dalam menyongsong implementasi UU No 5 Tahun 2014 tentang ASN dan kendala-kendala dalam proses penerapannya.

6. Tahap-tahap Analsis Data Kualitatif sebagai berikut: a. Reduksi Data

Merupakan proses penyederhanaan dan pengkategorian data. Proses ini pada dasarnya merupakan upaya penemuan tema dan pembentukan konsep.

b. Display Data

25

Suharsimi Arikunto,Ibid hal. 132

26

(35)

Merupakan kegiatan menampilkan data hasil reduksi dan kategorisasi kedalam matrik berdasarkan kriteria tertentu. Proses ini dilakukan untuk memudahkan penyusun dalam menghubungkan konstruksi data ke dalam sebuah gambaran sosial yang utuh.

c. Penarikan Kesimpulan

Gambar

Gambar I : Profesionalisme Birokrasi.

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun begitu, sebagai rakyat yang selalu menjadi korban dari kepentingan politik tertentu, maka belajar merefleksikan aksi-aksi itu berdasarkan sejarah kekerasan pada masa lalu

Diberit ahukan bahwa set el ah diadakan penel it ian ol eh Kel ompok Kerj a (Pokj a) Lel ang Peningkat an Fasil it as Asrama Haj i Jambi Tahun 2016 di Kanwil Kemenag Prov Jambi

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta. Diperiksa

[r]

Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh kualitas guru yang profesional .Oleh karena itu guru harus bisa memilih dan menentukan metode mengajar yang efektif dalam menyampaikan

asuransi untuk mengelola dana kebajikan, dengan imbalan berupa ujrah atau fee. Obyek kuasa adalah kegiatan administrasi, pengelolaan dana kebajikan, pembayaran klaim kepada

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

Dari latar belakang dapat dirumuskan suatu permasalahan bagaimana dapat mendesain bangunan yang menggunakan struktur baja dengan metode SRMPK untuk mendapatkan penampang