• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, Tekanan Nadi Dan Tekanan Arteri Rata-Rata Dengan Fungsi Kognitif Pada Usia Lima Puluh Tahun Ke Atas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, Tekanan Nadi Dan Tekanan Arteri Rata-Rata Dengan Fungsi Kognitif Pada Usia Lima Puluh Tahun Ke Atas"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH SISTOLIK,

TEKANAN DARAH DIASTOLIK, TEKANAN NADI

DAN TEKANAN ARTERI RATA-RATA

DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA

USIA LIMA PULUH TAHUN

KE ATAS

Oleh

TOETY MARIA SIMANJUNTAK

NIM: 117112004

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

DEPARTEMEN NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN USU /

RSUP H. ADAM MALIK

(2)

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH SISTOLIK,

TEKANAN DARAH DIASTOLIK, TEKANAN NADI

DAN TEKANAN ARTERI RATA-RATA DENGAN

FUNGSI KOGNITIF PADA USIA DI ATAS

LIMA PULUH TAHUN

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinis Spesialis

Neurologi Pada Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

TOETY MARIA SIMANJUNTAK

NIM: 117112004

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

DEPARTEMEN NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN USU /

RSUP.H. ADAM MALIK

(3)

PERNYATAAN

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH SISTOLIK,

TEKANAN DARAH DIASTOLIK, TEKANAN NADI

DAN TEKANAN ARTERI RATA-RATA DENGAN

FUNGSI KOGNITIF PADA USIA DI ATAS

LIMA PULUH TAHUN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 11 November 2014

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH SISTOLIK, TEKANAN DARAH DIASTOLIK, TEKANAN NADI DAN TEKANAN ARTERI RATA-RATA DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA USIA LIMA PULUH TAHUN KE ATAS. Nama Mahasiswa : TOETY MARIA SIMANJUNTAK

No. Induk Mahasiswa : 117112004

Program Studi : Magister Kedokteran Klinik Spesialis Neurologi

Menyetujui

Ketua Komisi Pembimbing

Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp.S(K) NIP. 19470930 197902 1 001

Mengetahui/Mengesahkan Program Magister Kedokteran Klinik

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Sekretaris Program Studi

dr. Murniati Manik, MSc, SpKK,SpGK NIP. 19530719 198003 2 001

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH NIP. 19540220 198011 1 001

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH SISTOLIK, TEKANAN DARAH DIASTOLIK, TEKANAN NADI DAN TEKANAN ARTERI RATA-RATA DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA USIA DI ATAS LIMA PULUH TAHUN.

Nama : TOETY MARIA SIMANJUNTAK

NIM : 117112004

Program Studi : Ilmu Penyakit Saraf

Menyetujui

Pembimbing I : dr. Aldy S. Rambe, SpS(K) ……...

Pembimbing II : dr. Kiki M. Iqbal SpS ……...

Mengetahui / mengesahkan

Ketua Departemen Studi / SMF Ketua Program Studi / SMF Ilmu Penyakit Saraf Ilmu Penyakit Saraf

FK-USU/ RSUP HAM Medan FK-USU/ RSUP HAM Medan

(6)

Telah diuji pada

Tanggal: 11 November 2014

PANITIA TESIS MAGISTER

1. Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, Sp.S(K)

2. Prof. Dr. Darulkutni Nasution, Sp.S(K)

3. Dr. Darlan Djali Chan, Sp.S ( PENGUJI )

4. Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K)

5. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K) ( PENGUJI )

6. Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K) ( PENGUJI )

7. Dr. Aldy S. Rambe, Sp.S(K)

8. Dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S

9. Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S

10. Dr. Cut Aria Arina, Sp.S

11. Dr. Kiki M. Iqbal, Sp.S

12. Dr. Alfansuri Kadri, Sp.S

13. Dr. Aida Fithrie, Sp.S

14. Dr. Irina Kemala Nasution, M.Ked (Neu), Sp.S

15. Dr. Haflin Soraya Hutagalung, Sp.S

16. Dr. Fasihah Irfani Fitri, M.Ked (Neu), Sp.S

17. Dr. RAD. Pujiastuti, M.Ked (Neu), Sp.S

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala berkat, rahmat dan kasihNya yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan penulisan tesis magister kedokteran klinik ini.

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program magister kedokteran klinik pada Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, Sp.S(K), selaku Guru Besar Tetap Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H.Adam Malik Medan yang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis ini.

3. Prof. Dr. Darulkutni Nasution SpS, selaku Guru Besar Tetap Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H.Adam Malik Medan yang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis ini.

(8)

5. Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K), Ketua Program Studi Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara disaat penulis melakukan penelitian dan saat tesis ini selesai disusun yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Dr. Aldy S. Rambe, Sp.S(K) dan dr. Kiki M. Iqbal, Sp.S selaku pembimbing penulis yang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis ini.

7. Guru-guru penulis: Prof. dr. Darulkutni Nasution, SpS (K); dr. Darlan Djali Chan, Sp.S, dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K); dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S; dr. Khairul P. Surbakti, SpS; dr.Cut Aria Arina Sp.S; dr. Alfansuri Kadri SpS; dr. Aida Fithrie, Sp.S; dr. Irina Kemala Nasution, Mked (Neu), Sp.S; dr.Haflin Soraya Hutagalung, Sp.S; dr.Fasihah Irfani Fitri, M.Ked(Neu), Sp.S; dr. RAD Pujiastuti , Mked(Neu), SpS; dr. Chairil Amin Batubara, M.Ked(Neu), SpS; dan guru lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan masukan selama mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik.

8. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan, fasilitas dan suasana kerja yang baik sehingga penulis dapat mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik. 9. DR. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah

banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam pembuatan tesis ini.

10. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Departemen Neurologi FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan, teristimewa kepada teman–teman seangkatan (dr. Artisya Fajriani, dr. Anita Prisca Dormida, dr.Rizky Syafria, dr. Sesmi Betris, dr.Rita Magda Helena).

(9)

persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf. 12. Semua pasien yang berobat ke Departemen Neurologi RSUP H. Adam

Malik Medan dan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Karya Kasih Medan yang telah bersedia berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian ini

13. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis ucapkan kepada kedua orang tua saya, P.E. Simanjuntak ,S.H, MH, dan Krista br Parhusip, SmHK, yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang, dan senantiasa memberi dukungan moril dan materi, bimbingan dan nasehat serta doa yang tulus agar penulis tetap sabar dan tegar dalam mengikuti pendidikan ini sampai selesai.

14. Kepada seluruh keluarga yang senantiasa membantu, memberi dorongan, pengertian, kasih sayang dan doa dalam menyelesaikan pendidikan ini, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya. 15. Kepada semua rekan dan sahabat yang tidak mungkin saya sebutkan

satu persatu yang telah membantu saya sekecil apapun, saya haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan kasihnya kepada kita semua. Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua jasa dan budi baik mereka yang telah membantu penulis tanpa pamrih dalam mewujudkan cita-cita penulis. Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : dr. Toety Maria Simanjuntak Tempat / tanggal lahir : Batu Sangkar, 29 Maret 1978

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : P.E. Simanjuntak, SH, MH Nama Ibu : Krista Parhusip, SmHK

Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar di SD Methodist Binjai, tamat tahun 1991.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Bengkalis, Riau tamat tahun 1994.

3. Sekolah Menengah Umum di SMU. Negeri 1 Bengkalis, Riau tamat tahun 1997.

4. Fakultas Kedokteran di Universitas Methodist Indonesia, Medan tamat tahun 2004.

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2008 s/d sekarang : Dokter PNS DEPHAN di Rumkit Tk. II Putri Hijau / Kesdam I BB Medan.

(11)

DAFTAR ISI

I.5.1. Manfaat Penelitian untuk Penelitian………. ... 7

I.5.2. Manfaat Penelitian untuk Ilmu Pengetahuan……... ... 7

I.5.3. Manfaat Penelitian untuk Masyarakat ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

II.1. FUNGSI KOGNITIF ... 9

II.1.1. Definisi ... 9

II.1.2. Domain Fungsi Kognitif ... 9

II.1.3. Anatomi Fungsi Kognitif ... 13

II.1.4. Tes Untuk Menilai Fungsi Kognitif ... 16

II.1.4.1. MMSE ... 16

II.1.4.2. CDT ... 21

II.2. TEKANAN DARAH ... 22

II.2.1. Pengertian Tekanan Darah ... 22

II.2.2. Faktor-faktor yang Menentukan Tekanan Darah ... 22

II.2.3. Jenis-jenis Tekanan Darah ... 23

II.2.4.Tekanan Darah Sistolik ... 25

II.2.5. Tekanan Darah Diastolik ... 26

II.2.6. Tekanan Nadi ... 27

II.2.7. Tekanan Arteri Rata-Rata ... 32

II.3. HUBUNGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF ... 34

(12)

II.6. HUBUNGAN TEKANAN ARTERI RATA-RATA DENGAN

III.2. SUBYEK PENELITIAN………... 45

III.2.1. Populasi Sasaran………... 45

III.5. PELAKSANAAN PENELITIAN………... 50

III.5.1. Instrumen………... 50

III.5.2. Pengambilan Sampel ………... 51

III.5.3. Kerangka Operasional………... 52

III.5.4. Variabel yang Diamati………... 52

IV.1.2. Hubungan antara Tekanan Darah Sistolik dengan MMSE... 56

IV.1.3. Hubungan antara Tekanan Darah Diastolik dengan MMSE... 59

IV.1.4. Hubungan antara Tekanan Nadi dengan MMSE... 60

IV.1.5. Hubungan antara Tekanan Arteri Rata-Rata dengan MMSE... 60

IV.1.6. Hubungan antara Tekanan Darah Sistolik dengan CDT... 61

IV.1.7. Hubungan antara Tekanan Darah Diastolik dengan CDT.... 62

IV.1.8. Hubungan antara Tekanan Nadi dengan CDT.... 62

IV.1.9. Hubungan antara Tekanan Arteri Rata-Rata dengan CDT... 63

IV.1.10. Rerata Nilai MMSE dan CDT... 64

IV.1.11. Distribusi Rerata Nilai MMSE berdasarkan Variabel ... 64

IV.1.11. Distribusi Rerata Nilai CDT berdasarkan Variabel ... 68

(13)

IV.1.11. Distribusi Nilai CDT berdasarkan

Variabel ... 77

IV.2. PEMBAHASAN... 82

IV.2.1. Karakteristik Subjek Penelitian... 82

IV.2.2. Hubungan antara Tekanan Darah Sistolik dengan Fungsi ognitif... 84

IV.2.3. Hubungan antara Tekanan Darah Diastolik dengan Fungsi Kognitif... 85

IV.2.4. Hubungan antara Tekanan Nadi dengan Fungsi Kognitif... 86

IV.2.5. Hubungan antara Tekanan Arteri Rata-Rata dengan Fungsi Kognitif... 88

IV.2.6. Distribusi Rerata Nilai MMSE berdasarkan Variabel... 90

IV.2.7. Distribusi Rerata Nilai CDT berdasarkan Variabel... 93

IV.2.8. Keterbatasan Penelitian... 96

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

V.1. KESIMPULAN ... 97

V.2. SARAN ... 99

DAFTAR PUSTAKA... 100

(14)

DAFTAR SINGKATAN

AAN : American Academy of Neurology

CDT : Clock Drawing Test

FK-USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara JNC-7 : The Seventh Report Of The Joint National Committee

mmHg : millimeter merkuri

MMSE : Mini Mental State Examination

MRI : Magnetic Resonance Imaging

NHLBI : National Heart Lung and Blood Institute

NIH : National Institute of Health

RS : Rumah Sakit

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

SPSS : Statistical Product and Science Service

WHO : World Health Organization

(15)

DAFTAR LAMBANG

α : alfa

β : beta

n : Besar sampel

r : Koefisien korelasi

Zα : Nilai baku normal berdasarkan nilai α (0,05) yang telah ditentukan  1,96

Zβ : Nilai baku berdasarkan nilai β (0,20) yang ditentukan

oleh peneliti  0,842

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skor Median MMSE... 17

Tabel 2 Nilai MMSE berdasarkan Usia dan Pendidikan ... 19

Tabel 3 Klasifikasi Tekanan Darah... 24

Tabel 4 Karakteristik Subjek Penelitian ... 58

Tabel 5 Hubungan Antara Tekanan Darah Sistolik dengan MMSE... 59

Tabel 6 Hubungan Antara Tekanan Darah Dastolik dengan MMSE.. 60

Tabel 7 Hubungan Antara Tekanan Nadi dengan MMSE ... 60

Tabel 8 Hubungan Antara Tekanan Arteri Rata-Rata dengan MMSE. 61 Tabel 9 Hubungan Antara Tekanan Darah Sistolik dengan CDT.... 61

Tabel 10 Hubungan Antara Tekanan Darah Diastolik dengan CDT.... 62

Tabel 11 Hubungan Antara Tekanan Nadi dengan CDT... 63

Tabel 12 Hubungan dengan Arteri Rata-Rata dengan CDT... 63

Tabel 13 Rerata Nilai MMSE dan CDT..... 64

Tabel 14 Distribusi Rerata Nilai MMSE berdasarkan Variabel... 67

Tabel 15 Distribusi Rerata Nilai CDT berdasarkan Variabel... 71

Tabel 16 Distribusi Nilai MMSE berdasarkan Variabel ... 76

(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 Hubungan Antara Perubahan Volume Aorta Dan Tekanan Nadi Aorta... 29 GAMBAR 2 Skema Diagram Yang Menggambarkan Konsep Hubungan

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN LAMPIRAN 2 PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

LAMPIRAN 3 LEMBAR PENGUMPULAN DATA

LAMPIRAN 4 NILAI SKOR MINI MENTAL STATE EXAMINATION

LAMPIRAN 5 CLOCK DRAWING TEST ( CDT )

(19)

ABSTRAK

Latar Belakang : Peningkatan dan penurunan tekanan darah sistolik,

tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata pada usia pertengahan berhubungan dengan peningkatan resiko penurunan fungsi kognitif di kemudian hari.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tekanan

darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas.

Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan subjek 130 orang pada usia ≥ 50 tahun di Poli Umum Departemen Neurologi RSUP Haji Adam Malik Medan dan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Karya Kasih Medan. Semua peserta diukur tekanan darahnya kemudian diukur fungsi kognitifnya menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) dan Clock Drawing Test (CDT).

Hasil : Dari 130 orang subjek terdiri dari 51orang laki-laki (39,2%) dan 79 orang perempuan (60,8%). Hubungan tekanan darah sistolik dengan MMSE

(r=-0,203, p=0,021) dan CDT (r=-0,221 p=0,012). Hubungan tekanan darah diastolik dengan MMSE (r= 0,037, p=0,677) dan CDT (r= 0,039, p=0,663).

Hubungan tekanan nadi dengan MMSE (r= -0,212, p=0,015) dan CDT

(r= -0,250 p= 0,004). Hubungan tekanan arteri rata-rata dengan MMSE (r= -0,180, p=0,040) dan CDT (r= -0,175 dan p= 0,047)

Kesimpulan :. Hubungan tekanan darah sistolik, tekanan nadi dan tekanan

arteri rata-rata memiliki korelasi negatif yang signifikan terhadap fungsi kognitif (p <0,05). Namun pada tekanan darah diastolik memiliki korelasi positif yang tidak signifikan terhadap fungsi kognitif.

Kata Kunci : Mini Mental State Examination (MMSE); Clock Drawing Test;

(20)

ABSTRACT

Background : Elevated and decreased systolic blood pressure, dyastolic blood pressure, pulse pressure and mean arterial pressure in midlife were associated with increased risk for cognitive function impairment later in life. Objective : The purpose of this study is to know the associations between systolic blood pressure, dyastolic blood pressure, pulse pressure and mean arterial pressure with cognitive function in people older than fifty years old. Methods : This study was a cross-sectional study with 130 subjects at ≥ 50 years old in Department Neurology of Haji Adam Malik General Hospital and Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Karya Kasih Medan. All participants were measured their blood pressure and then their cognitive function was measured using the Mini Mental State Examination (MMSE) and Clock Drawing Test (CDT).

Results : From 130 subjects consisted of 51 men (39,2%) and 79 women (60,8%). The correlation systolic blood pressure with MMS (r= -0,203, p=0,021) and CDT (r=-0,221, p=0,012). The correlation dyastolic blood pressure with MMSE (r= 0,037, p=0,218) and CDT (r = 0,039, p=0,663). The correlation pulse pressure with MMSE (r = -0,212, p=0,015) and CDT (r = -0,250, p=0,004). The correlation mean arterial pressure with MMSE (r =-0,180, p=0,040) and CDT (r = -0,174 and p= 0,047).

Conclusion :The correlation of systolic blood pressure, pulse pressure and mean arterial pressure had a significant negative correlation to cognitive function (p<0,05). Whereas, the dyastolic blood pressure had positive correlation which no significant to cognitive function.

Keywords : Mini Mental State Examination (MMSE); Clock Drawing Test

(21)

ABSTRAK

Latar Belakang : Peningkatan dan penurunan tekanan darah sistolik,

tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata pada usia pertengahan berhubungan dengan peningkatan resiko penurunan fungsi kognitif di kemudian hari.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tekanan

darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas.

Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan subjek 130 orang pada usia ≥ 50 tahun di Poli Umum Departemen Neurologi RSUP Haji Adam Malik Medan dan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Karya Kasih Medan. Semua peserta diukur tekanan darahnya kemudian diukur fungsi kognitifnya menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) dan Clock Drawing Test (CDT).

Hasil : Dari 130 orang subjek terdiri dari 51orang laki-laki (39,2%) dan 79 orang perempuan (60,8%). Hubungan tekanan darah sistolik dengan MMSE

(r=-0,203, p=0,021) dan CDT (r=-0,221 p=0,012). Hubungan tekanan darah diastolik dengan MMSE (r= 0,037, p=0,677) dan CDT (r= 0,039, p=0,663).

Hubungan tekanan nadi dengan MMSE (r= -0,212, p=0,015) dan CDT

(r= -0,250 p= 0,004). Hubungan tekanan arteri rata-rata dengan MMSE (r= -0,180, p=0,040) dan CDT (r= -0,175 dan p= 0,047)

Kesimpulan :. Hubungan tekanan darah sistolik, tekanan nadi dan tekanan

arteri rata-rata memiliki korelasi negatif yang signifikan terhadap fungsi kognitif (p <0,05). Namun pada tekanan darah diastolik memiliki korelasi positif yang tidak signifikan terhadap fungsi kognitif.

Kata Kunci : Mini Mental State Examination (MMSE); Clock Drawing Test;

(22)

ABSTRACT

Background : Elevated and decreased systolic blood pressure, dyastolic blood pressure, pulse pressure and mean arterial pressure in midlife were associated with increased risk for cognitive function impairment later in life. Objective : The purpose of this study is to know the associations between systolic blood pressure, dyastolic blood pressure, pulse pressure and mean arterial pressure with cognitive function in people older than fifty years old. Methods : This study was a cross-sectional study with 130 subjects at ≥ 50 years old in Department Neurology of Haji Adam Malik General Hospital and Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Karya Kasih Medan. All participants were measured their blood pressure and then their cognitive function was measured using the Mini Mental State Examination (MMSE) and Clock Drawing Test (CDT).

Results : From 130 subjects consisted of 51 men (39,2%) and 79 women (60,8%). The correlation systolic blood pressure with MMS (r= -0,203, p=0,021) and CDT (r=-0,221, p=0,012). The correlation dyastolic blood pressure with MMSE (r= 0,037, p=0,218) and CDT (r = 0,039, p=0,663). The correlation pulse pressure with MMSE (r = -0,212, p=0,015) and CDT (r = -0,250, p=0,004). The correlation mean arterial pressure with MMSE (r =-0,180, p=0,040) and CDT (r = -0,174 and p= 0,047).

Conclusion :The correlation of systolic blood pressure, pulse pressure and mean arterial pressure had a significant negative correlation to cognitive function (p<0,05). Whereas, the dyastolic blood pressure had positive correlation which no significant to cognitive function.

Keywords : Mini Mental State Examination (MMSE); Clock Drawing Test

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang

Penelitian Swan GE, dkk (1998) adalah yang pertama menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik berhubungan dengan perubahan pada 10 tahun kemudian terhadap fungsi kognitifnya. Pada analisis ini diamati bahwa kelompok dengan tekanan darah sistolik tertinggi pada usia pertengahan memiliki penurunan terbesar dalam kecepatan psikomotor dan mengalami penurunan pada kelancaran bicara selama pengamatan dalam 10 tahun. Hasil ini konsisten dengan banyak penyelidikan sebelumnya. Penelitian ini juga yang pertama menunjukkan hubungan antara tekanan darah sistolik pada usia pertengahan dan morfologi otak. Pada penelitian ini, peningkatan tekanan darah sistolik berhubungan dengan volume otak yang lebih kecil dan volume WMHIs (White Matter Hyperintens) yang lebih luas. Hasil ini mendukung temuan dari penelitian

cross-sectional sebelumnya dan menunjukkan peningkatan tekanan darah

sistolik yang berkelanjutan memiliki pengaruh yang dapat diukur pada karakteristik otak. Fakta bahwa kehidupan di kemudian hari berhubungan dengan efek penurunan kognitif dari peningkatan takanan darah sistolik

(24)

Menurut penelitian Kivipelto dkk (2000) dalam penelitiannya menghubungkan tekanan darah sistolik di usia pertengahan dengan gangguan fungsi kognitif. Penelitian yang dilakukan secara cross sectional

ini mendapatkan bahwa tekanan darah sistolik yang meningkat berisiko terhadap terjadinya penyakit Alzheimer, tetapi tidak pada tekanan darah diastolik.

(25)

Penelitian Yasar S dkk (2011) mengevaluasi efek peningkatan tekanan darah sistolik dan tekanan nadi pada kemampuan kognitif pada wanita usia 70-80 tahun, hasil penelitian menunjukkan pada wanita yang berusia 76-80 tahun memiliki fungsi kognitif yang terganggu pada peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan nadi ≥ 84

mmHg.

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa demensia berhubungan

dengan atherosclerosis, penyakit jantung, dan penyakit serebrovaskular. Peningkatan tekanan nadi pada orang tua yang merupakan hasil dari

peningkatan tekanan darah sistolik dan penurunan tekanan darah diastolik, menyebabkan terjadinya peningkatan arterial stiffness atau

atherosclerosis yang luas. Oleh karena itu, peningkatan tekanan nadi dapat dihubungkan dengan demensia melalui perubahan patologis ini. (Van Popele NM. dkk, 2001)

Pada saat tekanan darah sistolik terus meningkat sementara tekanan darah diastolik menurun, mengakibatkan peningkatan drastis pada tekanan nadi dan tekanan nadi yang tinggi dihubungkan dengan peningkatan risiko untuk penyakit Alzheimer dan demensia pada orang dewasa tua, yang terjadi karena arterial stiffness dan atherosclerosis yang luas. (Qiu C. dkk, 2003)

(26)

signifikan terlihat pada peserta berusia 60 sampai 69 tahun. Temuan paling penting dari studi ini adalah bahwa tekanan darah tinggi, dan tekanan nadi berhubungan dengan fungsi kognitif yang lebih buruk daripada tekanan darah normal. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan darah yang optimal (tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan tekanan darah diastolik < 80 mmHg) berhubungan dengan fungsi kognitif yang terbaik. Hubungan ini tidak berhubungan dengan jenis kelamin, suku, pendidikan, pendapatan, dan riwayat stroke dan tidak signifikan berubah dengan kontribusi penggunaan obat, indeks massa tubuh, atau aktivitas fisik. (Obisesan TO dkk, 2008)

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tekanan nadi merupakan suatu penanda dari keutuhan pembuluh darah yang berhubungan dengan kerusakan mikrovaskuler otak dan penurunan kognitif yang dihubungkan dengan usia. Penelitian ini meneliti hubungan antara tekanan nadi dan kognitif dalam sampel dewasa sehat yang lebih tua. Seratus sembilan peserta dievaluasi neurologis dan neuropsikologis. Analisis regresi digunakan untuk menguji hubungan antara tekanan nadi yang merupakan tekanan darah sistolik dikurang dengan tekanan darah diastolik darah, usia, dan kognitif. Hasil menunjukkan bahwa kenaikan tekanan nadi dapat ditambahkan sebagai risiko penurunan kognitif global dan penurunan tertentu dalam kemampuan bahasa. (Nation D.A. dkk, 2010)

(27)

Menurut penelitian Kilander L dkk (1998) bahwa tekanan darah diastolik yang tinggi pada pemeriksaan awal di usia 50 tahun adalah berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif pada 20 tahun kemudian. Pengukuran cross sectional pada usia 70 tahun menunjukkan bahwa tekanan darah diastolik yang tinggi, resistensi insulin dan diabetes semuanya berhubungan dengan fungsi kognitif yang rendah. Hubungan antara hipertensi dan gangguan kognitif paling banyak terdapat pada pria dengan tanpa pengobatan antihipertensi. Tekanan darah yang tinggi merupakan prediktor independen penyakit serebrovaskular. Mereka menyimpulkan bahwa hipertensi berkontribusi terhadap gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut.

Tekanan nadi dihubungkan dengan risiko lebih besar kejadian kardiovaskuler dan ditemukan berhubungan dengan demensia dan penurunan kognitif dalam kehidupan di kemudian hari, tetapi hanya sedikit yang telah melaporkan tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata pada usia pertengahan dalam hubungannya dengan hasil kognitif di kemudian hari. (Taylor C. dkk, 2013)

I.2. Perumusan Masalah

(28)

Apakah terdapat hubungan antara tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas?

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah sistolik, dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas.

1.3.2.2 Untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah diastolik dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas.

1.3.2.3 Untuk mengetahui hubungan antara tekanan nadi dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas.

1.3.2.4 Untuk mengetahui hubungan antara tekanan arteri rata-rata dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas.

1.3.2.5 Untuk mengetahui nilai rerata MMSE pada usia lima puluh tahun ke atas.

(29)

1.3.2.7 Untuk mengetahui karakteristik demografi sampel usia lima puluh tahun ke atas yang berobat di Poli Umum Departemen Neurologi RSUP Haji Adam Malik Medan dan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Karya Kasih Medan.

I.4. Hipotesis

Ada hubungan antara tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas.

I.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Penelitian untuk Peneliti

Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kewajiban pada Program Pendidikan Dokter Spesialis di bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

1.5.2. Manfaat Penelitian untuk Ilmu Pengetahuan

(30)

1.5.3. Manfaat Penelitian untuk Masyarakat

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. FUNGSI KOGNITIF

II.1.1. Definisi

Fungsi kognitif adalah merupakan aktivitas mental secara sadar, seperti berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif juga merupakan kemampuan atensi, memori, pertimbangan, pemecahan masalah, serta kemampuan eksekutif seperti merencanakan, menilai, mengawasi dan melakukan evaluasi (Strub dkk., 2000)

II.1.2. Domain Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif terdiri dari: (Modul Neurobehaviour PERDOSSI, 2008)

a. Atensi

(32)

mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti memori, bahasa dan fungsi eksekutif.

b. Bahasa

Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar yang membangun kemampuan fungsi kognitif. Jika terdapat gangguan bahasa, pemeriksaan kognitif seperti memori verbal dan fungsi eksekutif akan mengalami kesulitan atau tidak dapat dilakukan. Fungsi bahasa meliputi 4 parameter yaitu :

1. Kelancaran

Kelancaran mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Metode yang dapat membantu menilai kelancaran pasien adalah dengan meminta pasien menulis atau berbicara secara spontan. 2. Pemahaman

Pemahaman mengacu pada kemampuan untuk memahami suatu perkataan atau perintah, dibuktikan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan perintah tersebut.

3. Pengulangan

Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau kalimat yang diucapkan seseorang.

4. Penamaan

(33)

Gangguan bahasa sering terlihat pada lesi otak fokal maupun difus, sehingga merupakan gejala patognomonik disfungsi otak. Penting bagi klinikus untuk mengenal gangguan bahasa karena hubungan yang spesifik antara sindrom afasia dengan lesi

neuroanatomi.

c. Memori

Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyediaan informasi, proses penyimpanan serta proses mengingat. Semua hal yang berpengaruh dalam ketiga proses tersebut akan mempengaruhi fungsi memori. Fungsi memori dibagi dalam tiga tingkatan bergantung pada lamanya rentang waktu antara stimulus dengan recall, yaitu:

1. Memori segera (immediate memory), rentang waktu antara stimulus

dengan recall hanya beberapa detik. Disini hanya dibutuhkan

pemusatan perhatian untuk mengingat (attention).

2. Memori baru (recent memory), rentang waktu lebih lama yaitu

beberapa menit, jam, bulan, bahkan tahun.

3. Memori lama (remote memory), rentang waktunya bertahun-tahun

bahkan seusia hidup.

(34)

pasien demensia menunjukkan masalah memori pada awal perjalanan penyakitnya. Tidak semua gangguan memori merupakan gangguan organik. Pasien depresi dan ansietas sering mengalami kesulitan memori. Amnesia psikogenik jika amnesia hanya pada satu periode tertentu, dan pada pemeriksaan tidak dijumpai defek pada recent memory.

d. Visuospasial

Kemampuan visuospasial merupakan kemampuan konstruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam gambar (misal: lingkaran, kubus) dan menyusun balok-balok. Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi dan lobus parietal terutama hemisfer kanan berperan paling dominan.

e. Fungsi eksekutif

Fungsi eksekutif adalah kemampuan kognitif tinggi seperti cara berpikir dan kemampuan pemecahan masalah. Fungsi ini dimediasi oleh korteks prefrontal dorsolateral dan struktur subkortikal yang berhubungan dengan daerah tersebut. Fungsi eksekutif dapat terganggu bila sirkuit frontal-subkortikal terputus. Lezack membagi fungsi eksekutif menjadi 4 komponen yaitu volition

(kemauan), planning (perencanaan), purposive actio (bertujuan),

(35)

II.1.3. Anatomi Fungsi Kognitif

Masing-masing domain kognitif tidak dapat berjalan sendiri-sendiri dalam menjalankan fungsinya, tetapi sebagai satu kesatuan, yang disebut sistem limbik. Sistem limbik terdiri dari amygdala, hipokampus, nucleus talamik anterior, girus subkalosus, girus cinguli, girus parahipokampus, formasio hipokampus dan korpus mamilare. Alveus, fimbria, forniks, traktus mammilotalmikus dan striae terminalis membentuk jaras-jaras penghubung sistem ini. (Waxman S.G; 2007)

Peran sentral sistem limbik meliputi memori, pembelajaran, motivasi, emosi, fungsi neuroendokrin dan aktivitas otonom. Struktur otak berikut ini merupakan bagian dari sistem limbik:

1. Amygdala, terlibat dalam pengaturan emosi, dimana pada hemisfer kanan predominan untuk belajar emosi dalam keadaan tidak sadar, dan pada hemisfer kiri predominan untuk belajar emosi pada saat sadar.

2. Hipokampus, terlibat dalam pembentukan memori jangka panjang, pemeliharaan fungsi kognitif yaitu proses pembelajaran.

3. Girus parahipokampus, berperan dalam pembentukan memori spasial. 4. Girus cinguli, mengatur fungsi otonom seperti denyut jantung, tekanan

darah dan kognitif yaitu atensi.

(36)

6. Hipothalamus, berfungsi mengatur sistem saraf otonom melalui produksi dan pelepasan hormon, tekanan darah, denyut jantung, lapar, haus, libido, dan siklus tidur/bangun, perubahan memori baru menjadi memori jangka panjang.

7. Thalamus ialah kumpulan badan sel saraf di dalam diensefalon membentuk dinding lateral ventrikel tiga. Fungsi thalamus sebagai pusat hantaran rangsang indra dari perifer ke koteks serebri. Dengan kata lain, thalamus merupakan pusat pengaturan fungsi kognitif di otak/ sebagi stasiun relay ke korteks serebri.

8. Mammillary bodies, berperan dalam pembentukan memori dan pembelajaran.

9. Girus dentatus, berperan dalam meori baru dan mengatur kebahagiaan.

10. Korteks enthorinal, penting dalam memori dan merupakan komponen asosiasi. (Markam S., 2003, Devisnsky O., D‘Esposito M., 2004)

Sedangkan lobus otak yang berperan dalam fungsi kognitif antara lain:

1. Lobus frontalis.

(37)

2. Lobus parietalis

Lobus ini berfungsi dalam membaca, persepsi, memori dan visuospasial. Korteks ini menerima stimuli sensorik (input visual, auditori, taktil) dari area sosiasi sekunder. Karena menerima input dari berbagai modalitas sensori sering disebut korteks heteromodal dan mampu membentuk asosiasi sensorik (cross modal association). Sehingga manusia dapat menghubungkan input visual dan menggambarkan apa yang mereka lihat atau pegang.

3. Lobus temporalis

Lobus temporalis berfungsi mengatur pendengaran, penglihatan, emosi, memori, kategorisasi benda-benda dan seleksi rangsangan auditorik dan visual.

4. Lobus oksipitalis

Lobus oksipitalis berfungsi mengatur penglihatan primer, visuospasial, memori dan bahasa. (Markam S., 2003)

II.1.4. Tes Untuk Menilai Fungsi Kognitif

Pemeriksaan fungsi kognitif meliputi pemeriksaan domain-domain kognitif diantaranya atensi, bahasa, memori, visuospasial dan fungsi eksekutif. Untuk pemeriksaan kelima domain tersebut dapat digunakan pemeriksaan MMSE (atensi, bahasa, memori, visuospasial) dan CDT

(38)

tidak dapat dipisahkan dari MMSE karena CDT melengkapi domain kognitif yang tidak terdapat pada MMSE.

II.1.4.1 Mini Mental State Examination (MMSE)

Sebagai suatu pemeriksaan awal, MMSE adalah test yang paling banyak dipakai. Pemeriksaan status mental MMSE Folstein adalah test yang paling sering dipakai saat ini. Penilaian dengan nilai maksimal 30, cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognisi, menetapkan data dasar dan memantau penurunan kognitif dalam kurun waktu tertentu. Pemeriksaan MMSE memiliki keunggulan karena waktunya cepat (5-10 menit) dan mudah dikerjakan serta dapat digunakan untuk memonitor perubahan dan perkembangan fungsi kognitif. Dalam pemeriksaan MMSE

terdapat komponen orientasi, registrasi, atensi, kalkulasi, recall/ mengingat kembali, bahasa, dan visuokonstriksi. Sedangkan penilaiannya terdiri dari beberapa hal : penilaian orientasi (misal tahun berapa ?), memori segera dan tertunda dari 3 kata (misal apel, meja, koin), penamaan (misal pensil, televisi), pengulangan ungkapan (misal jika tidak, dan atau tetapi), kemampuan mengikuti perintah sederhana (misal ambil sebuah kertas dengan tangan kanan mu, lipat menjadi dua bagian dan letakkan di lantai),

menulis (misal tulis sebuah kalimat), fungsi visuospasial (menggambarkan kembali gambar segilima berpotongan) dan atensi

(39)

pada individu berpendidikan bila skor MMSE ≤ 27 dicurigai suatu gangguan fungsi kognitif. (Folstein MF. et al., 1975, Assosiasi Alzheimer Indonesia, 2003).

Sebuah studi yang dilakukan pada 473 orang sehat yang berumur lebih dari 15 tahun dengan latar belakang pekerjaan dan pendidikan yang beragam di Medan didapatkan skor median MMSE berdasarkan usia dan lama pendidikan sebagai berikut:(Sjahrir dkk, 2001)

Tabel 1. Skor median MMSE

Median

Lama pendidikan:

0 - 6 tahun 24

7 - 9 tahun 26

10 - 12 tahun 26

> 12 tahun 28

Usia:

< 20 tahun 27

21 - 30 tahun 28

31 - 40 tahun 28

41 - 50 tahun 26

51 - 60 tahun 27

> 60 tahun 21

(40)

Pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE) ini awalnya dikembangkan untuk skrining demensia, namun sekarang digunakan secara luas untuk pengukuran fungsi kognitif secara umum. Pemeriksaan

Mini Mental State Examination (MMSE) kini adalah instrumen skrining yang paling luas digunakan untuk menilai status kognitif dan status mental pada usia lanjut. (Kochhann dkk, 2009)

Instrumen ini disebut ― mini ― karena hanya fokus pada aspek kognitif

dari fungsi mental dan tidak mencakup pertanyaan tentang mood,

fenomena mental abnormal dan pola pikiran. Mini Mental State Examination (MMSE) ini direkomendasikan sebagai screnning untuk penilaian kognitif global oleh American Academy of Neurology (AAN). (Kochhann dkk, 2010)

(41)
(42)
(43)

II.1.4.2. Clock Drawing Test (CDT)

Pemeriksaan CDT dapat digunakan untuk penilaian beberapa fungsi kognitif diantaranya visuokonstriksi, orientasi, konsep waktu, visuospasial, memori, komprehensi auditorik, dan yang paling penting untuk menilai fungsi eksekutif. Pemeriksaan CDT ini juga mempunyai unsur kemampuan motorik dimana subjek diminta menggambar jam dinding lengkap dengan angka-angkanya dan menggambarkan jarum jam yang menunjukkan pukul ― sebelas lewat sepuluh menit ―. Ada empat

komponen yang dinilai yaitu menggambar lingkaran tertutup (skor 1), meletakkan angka-angka dalam posisi yang benar (skor 1), ke-12 angka lengkap (skor 1), dan meletakkan jarum-jarum pada posisi yang tepat (skor 1). Seseorang dengan fungsi eksekutif yang normal mempunyai skor total 4 dan bila tidak normal skornya kurang dari 4. Skor yang kurang dari 4 perlu evaluasi fungsi kognitif lebih lanjut. (Britt- Marie S., Eva E., Sojka P., 2007)

Korelasi antara CDT dengan instrumen dengan instrumen skrining lainnya, termasuk ‗ gold standartMMSE, dilaporkan baik dalam beberapa

penelitian. (Pinto E. dkk, 2009)

(44)

II. 2 TEKANAN DARAH

II.2.1. Pengertian tekanan darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah. ( Ronny dkk, 2010 ).

II.2.2. Faktor-faktor yang Menentukan Tekanan Darah

Ada lima faktor yang menentukan tingginya tekanan darah, yaitu: curah jantung, tahanan pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah, dan kelenturan dinding arteri. Curah jantung dan tahanan pembuluh darah mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap tekanan darah. ( Adams, 2005 )

Agar kita mendapatkan tekanan darah maka harus ada curah jantung dan tahanan terhadap aliran darah sirkulasi sistemik. Tahanan ini disebut tahanan tepi.

Tekanan darah = Curah Jantung x Tahanan tepi

(45)

merupakan pembuluh darah yang jauh lebih kecil dari arteriol, tetapi meskipun setiap kapiler akan memberikan tahanan yang lebih besar dibanding sebuah arteriol, terdapat sejumlah besar kapiler yang tersusun paralel dan berasal dari satu arteriole. Akibatnya terdapat sejumlah lintasan alternatif bagi darah dalam perjalanannya dari arteriole ke vena, dan karena inilah maka jaringan kapiler ini tidak memberikan tahanan terhadap aliran darah seperti yang diberikan oleh arteriole ( Green, 2008 ).

II.2.3. Jenis- jenis Tekanan Darah

Terdapat tiga jenis tekanan darah, yaitu:

a. Tekanan Darah Normal

Tekanan darah dikatakan normal apabila tekanan sistoliknya 120-140 mmHg manakala tekanan diastoliknya 80-90 mmHg menurut World Health Organization (WHO). Menurut National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI) dari National Institute of Health (NIH), mendefinisikan tekanan darah normal adalah tekanan sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg.

b. Tekanan Darah Rendah ( Hipotensi )

(46)

c. Tekanan Darah Tinggi ( Hipertensi )

Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI, 2010) , hipertensi adalah suatu keadaan apabila tekanan darahnya melebihi normal, yaitu tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih tinggi manakala tekanan tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih tinggi.

Menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation and Treatment Of

High Blood Pressure (JNC 7), klasifikasi tekanan darah pada dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hiperetensi derajat 2.

Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah

Kategori Sistolik Diastolik

Normal Prehipertensi Hipertensi stage 1 Hiperetensi stage 2

< 120 120-139 140-159 ≥ 160

< 80 80-89 90-99 ≥ 100

(47)

II.2.4. Tekanan Darah Sistolik

Tekanan darah sistolik adalah tekanan tertinggi yang terjadi selama ejeksi jantung dan merupakan denyut nadi Korotkov I yaitu suara denyut nadi mulai terdengar, tapi masih lemah dan akan mengeras setelah tekanan diturunkan 10- 5 mmHg. (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2009; Adams, 2005)

Aliran keluar darah dari ventrikel terjadi sewaktu sistolik. Proses-proses berikut terjadi selama sistolik: (Guyton & Hall, 2010)

Pada awal sistolik terjadi kontraksi ventrikel, katup mitralis dan trikuspidalis A-V menutup. Otot ventrikel pada mulanya hanya sedikit memendek dan tekanan di ventrikel mulai meningkat secara tajam sewaktu miokardium menekan darah di dalam ventrikel. Tidak ada aliran darah keluar yang terjadi selama 0,2 sampai 0,3 detik pertama kontraksi ventrikel ( periode kontraksi isovolemik).

Ketika tekanan ventrikel kiri melebihi tekanan aorta sebesar sekitar 80 mmHg dan tekanan ventrikel kanan melebihi tekanan arteri pulmonalis sebesar sekitar 8 ``mmHg, katup aorta dan pulmonalis membuka. Terjadi aliran darah keluar dari ventrikel, dan ini dinamai periode ejeksi

(48)

Periode ini diikuti oleh ejeksi lambat. Selama periode ini, tekanan aorta mungkin sedikit lebih besar daripada tekanan ventrikel karena momentum darah yang meninggalkan ventrikel diubah menjadi tekanan di aorta, yang sedikit meningkatkan tekanannya.

Selama periode terakhir tekanan sistolik ventrikel turun di bawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Dengan demikian, katup aorta dan pulmonalis menutup pada saat ini.

II.2.5. Tekanan Darah Diastolik

Tekanan darah diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi selama ejeksi jantung dan merupakan denyut nadi Korotkof V yaitu titik dimana suara denyut menghilang. (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2009; Adams, 2005)

Ventrikel terisi oleh darah sewaktu diastolik. Proses-proses berikut terjadi tepat sebelum dan selama diastolik: (Guyton & Hall, 2010 )

Sewaktu sistolik, katup A-V menutup, dan atrium terisi oleh darah.

(49)

lebih kecil daripada tekanan atrium, katup mitralis dan trikuspidalis membuka

Tekanan atrium yang lebih tinggi mendorong darah ke dalam ventrikel sewaktu diastolik

Periode pengisian cepat ventrikel terjadi selama sepertiga pertama diastolik dan menghasilkan pengisian terbanyak. Kontraksi atrium terjadi selama sepertiga terakhir diastolik dan berkontribusi sekitar 25 persen dari pengisian ventrikel.

II.2.6. Tekanan Nadi

Tekanan nadi adalah perbedaan atau selisih angka antara tekanan darah sistolik dan diastolik. (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2009 )

Secara fisiologis, kedua tekanan tersebut meningkat sepanjang hidup karena peningkatan stroke volume dan / atau

(50)

kardiovaskular, dan tingginya prevalensi dari isolated systolic hypertension disertai dengan tekanan nadi yang lebar tampaknya menjadi salah satu faktor yang paling penting. (

Tekanan nadi merupakan selisih antara tekanan darah sistolik dengan tekanan darah diastolik dimana peningkatan nilai tekanan darah diastolik sampai tekanan darah sistolik ditentukan oleh compliance aorta serta stroke volume ventrikel. Pendekatan secara sederhana dapat digambarkan mengenai compliance aorta yaitu : Compliance aorta = Stroke Volume (SV) / Tekanan nadi (PP). Suatu gambaran penting dari sistem arteri adalah bahwa

compliance tergantung pada kondisi beban awal, sehingga menjadi berkurang pada tekanan yang lebih tinggi. Tekanan nadi bergantung pada ejeksi ventrikel kiri dan sifat dari dinding arteri, yang akan menentukan compliance dan karakteristik transmisi dari sistem arteri.(Anthony M., dkk, 2001)

(51)

mengembang, peningkatan tekanan ditentukan oleh compliance

aorta pada kisaran volume tertentu. Semakin banyak compliance

aorta, semakin kecil perubahan tekanan selama ejeksi ventrikel ( tekanan nadi lebih kecil) (lihat gambar 1). (Richard E.K., 2011)

Gambar 1. Hubungan antara perubahan volume aorta dan tekanan

nadi aorta memiliki compliance normal dan compliance yang rendah. Pada pemberian stroke volume ke aorta, tekanan nadi aorta ditingkatkan ketika compliance berkurang.

Sumber: Richard E.K. Cardiovascular Physiology Concepts.2nd edition ; 2011

Oleh karena itu, compliance aorta merupakan penentu utama bersama dengan stroke volume pada tekanan nadi. Sehingga dapat disimpulkan:

(52)

yang lebih kecil untuk memberikan stroke volume ke dalam aorta daripada aorta yang kaku.

Suatu stroke volume yang lebih besar menghasilkan tekanan nadi yang lebih besar pada setiap compliance yang diberikan.

Compliance aorta menurun sesuai dengan usia karena perubahan struktural, sehingga usia berhubungan dengan peningkatan pada tekanan nadi.

Untuk stroke volume tertentu, compliance menentukan tekanan nadi.

Karena pembuluh darah menampilkan compliance yang dinamis, adanya peningkatan ejeksi ventrikel akan meningkatkan tekanan nadi dibandingkan dengan volume yang sama dikeluarkan dengan kecepatan yang lebih rendah.

(53)

mengenai hubungan antara tekanan nadi dan kardiovaskular terjadi oleh konsep secara dua arah yaitu suatu tekanan nadi yang tinggi adalah penyebab dan akibat dari atherosklerosis (Gambar 2). Jadi, jika terdapat penyumbatan pada pembuluh darah yang terdistribusi secara luas di seluruh sistem arteri, pada tahap presimptomatik, sumbatan pada pembuluh darah tersebut menyebabkan peningkatan arterial stiffness yang luas, ini bisa menyebabkan hubungan yang mendasar antara tekanan nadi dan peristiwa klinis di masa depan. (Anthony M., dkk, 2001)

Gambar 2. Skema diagram yang menggambarkan konsep

bidirectionality hubungan antara tekanan nadi dan atherosklerosis.

Tekanan nadi yang tinggi meningkatkan kerusakan pembuluh darah, yang menyebabkan atherosklerosis, dan menghasilkan arterial stiffness pembuluh darah dan meningkatkan wave reflection, sehingga lebih lanjut meningkatkan tekanan nadi.

Sumber: Anthony M., Bronwyn A. Kingwell. Pulse Pressure—A Review of Mechanisms and Clinical Relevance. J Am Coll Cardiol.

(54)

Rentang normal pada tekanan nadi tidak diketahui. Dalam sebuah studi subjek hipertensi, orang-orang dengan tekanan nadi > 60 mmHg memilik massa ventrikel kiri yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan nadi < 60 mmHg. Peningkatan tekanan nadi sekitar 10 mmHg meningkatkan risiko gagal jantung sekitar 14%, penyakit arteri koroner sekitar 12%, dan semua penyebab kematian sekitar 6% pada populasi berusia lebih dari 65 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan tekanan nadi setiap 10 mmHg meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung sekitar 26% pada usia 25-45 tahun, dan sekitar 10% di usia 46-77 tahun. Nilai tekanan nadi yang lebih dari 55-60 mmHg harus diwaspadai untuk kemungkinan peningkatan kekakuan arteri dan risiko atherosklerosis. ( Lokaj P. dkk, 2011).

II.2.7. Tekanan Arteri Rata-Rata

(55)

Tekanan arteri rata-rata merupakan gaya utama yang mendorong ke arah jaringan. Tekanan ini harus diukur secara ketat dengan dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup; tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut terlalu tinggi sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus. ( Sherwood, 2001 ).

(56)

adekuat, sehingga darah mengalir tidak saja ke jaringan yang mengalami vasodilatasi tetapi juga ke otak, yang harus mendapatkan pasokan darah yang konstan. Dengan demikian variabel kardiovaskuler harus terus-menerus diubah untuk mempertahankan tekanan darah yang konstan walaupun kebutuhan jaringan akan darah berubah-ubah. ( Sherwood, 2001 )

II.3. Hubungan Tekanan Darah Sistolik Dengan Fungsi Kognitif

(57)

Hasil penelitian Insel dkk (2005) menunjukkan hubungan yang dinamis antara peningkatan tekanan darah sistolik dan penurunan kognitif pada individu dalam kelompok tekanan darah yang normal. Peningkatan tekanan darah sistolik tetap menjadi kontributor yang penting bahkan setelah variabel demografi usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pendapatan ditambahkan. Konsisten dengan temuan ini, penelitian sebelumnya menggunakan rata-rata tekanan darah dari waktu ke waktu menemukan hubungan antara tekanan darah sistolik dan penurunan kognitif.

Pada kasus tekanan darah sistolik yang tinggi, efek buruk difokuskan secara khusus pada fungsi memori, tekanan darah sistolik berada pada peningkatan resiko untuk berkurangnya pengetahuan verbal dan fungsi memori. Mekanisme potensial yang mendasari hubungan antara tekanan darah sistolik yang tinggi dan fungsi neurobehavior banyak kemungkinan yang ada termasuk gangguan perfusi cerebral, dengan akibat dampak negatif pada metabolisme sel otak ; infark serebral, atau adanya lesi pada white matter. Bahkan pada subjek hipertensi ringan, aliran darah regional otak berkurang pada korteks frontal dan basal ganglia, dibandingkan dengan subjek dengan tekanan darah yang normal. Pada hipertensi sedang sampai berat, metabolisme oksigen otak berkurang, dan prevalensi yang lebih tinggi pada pembesaran ventrikel dan lesi white matter. Penelitian terbaru yang melibatkan penggunaan MRI

(58)

periventricular, hiperintens white matter dan penurunan kognitif. Terdapatnya hiperintens white matter pada orang dewasa tua yang bebas dari penyakit telah terbukti berhubungan dengan fungsi kognitif yang lebih buruk pada kerja yang melibatkan kecepatan dan proses mental yang kompleks. Penelitian terbaru pada sampel besar pada subjek yang lebih tua juga menemukan hubungan antara temuan MRI dan kognitif. Temuan ini menunjukkan bahwa perubahan morfologi otak dapat mendasari hubungan yang diamati sebelumnya antara tekanan darah sistolik dan fungsi kognitif. (Swan GE dkk, 1998 )

Tekanan darah sistolik pada usia pertengahan adalah prediktor yang signifikan dari penurunan fungsi kognitif dan pengukuran volume

MRI untuk atrofi otak di akhir kehidupan. Karena penurunan fungsi

neurobehavior berhubungan dengan penurunan volume otak dan

peningkatan volume WMHIs, dan menyimpulkan bahwa dampak jangka panjang dari peningkatan tekanan darah sistolik pada penurunan fungsi

neurobehavior pada kehidupan akhir kemungkinan diperantarai melalui peningkatan tekanan darah sistolik yang kronis yang mempunyai efek negatif pada karakteristik struktural otak. Meskipun secara klinis signifikan

WMHIs merupakan masalah yang masih diperdebatkan, bukti baru-baru

ini menunjukkan bahwa volume yang lebih besar pada WMHIs

(59)

Pada penelitian Guo Z. dkk (1997) terdapat hubungan antara tekanan darah dan fungsi kognitif yang lebih kompleks pada usia lebih tua daripada kelompok usia lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik yang tidak diobati berhubungan dengan fungsi kognitif di atas usia 75 tahun. Data mereka mendukung pandangan bahwa tingkat tekanan darah tertentu terutama tekanan darah sistolik setidaknya kurang dari 130 mmHg, diperlukan untuk mempertahankan perfusi otak dan untuk menjaga fungsi kognitif terutama bagi mereka yang berusia 75 tahun atau lebih. Mereka juga menyarankan bahwa hipertensi berat yang tidak terkontrol dengan baik ( tekanan sistolik ≥ 180 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 95 mmHg ) masih ancaman bagi fungsi kognitif pada kelompok

usia ini.

II.4.Hubungan Tekanan Darah Diastolik Dengan Fungsi Kognitif

(60)

Mereka menyimpulkan bahwa hipertensi berkontribusi terhadap gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut, ini dihubungkan melalui perubahan fungsional, atau dengan lesi otak pada pembuluh darah besar dan kecil.

Berbeda dengan penelitian kohort dari Kilander L. dkk (2000) mengatakan bahwa tekanan darah diastolik yang rendah pada usia 50 tahun berhubungan dengan lebih banyaknya gangguan kognitif pada 20 tahun kemudian terhadap penilaian perhatian, kelancaran berbahasa dan kecepatan psikomotor. Tekanan darah yang rendah atau faktor-faktor lain yang berhubungan dengan tekanan darah yang rendah dapat bermanfaat dalam menjaga fungsi keutuhan subkortikal. Adanya hipotesis bahwa pengobatan anti hipertensi yang optimal dapat menjaga terhadap penurunan fungsi kognitif memerlukan investigasi yang lebih lanjut.

Tekanan darah diastolik menunjukkan hubungan yang U-shape

signifikan pada fungsi kognitif, terutama bagi mereka yang berusia ≥ 50 tahun. Mereka menyimpulkan bahwa pada tekanan darah diastolik yang rendah dan tinggi dihubungkan dengan gangguan kognitif pada 20 tahun kemudian. (Taylor C. dkk 2013)

(61)

II.5. Hubungan Tekanan Nadi Dengan Fungsi Kognitif

Pada penelitian yang dilakukan Nation D.A dkk (2010), menunjukkan bahwa tekanan nadi merupakan penanda keutuhan pembuluh darah yang berhubungan dengan kerusakan pembuluh darah otak dan penurunan kognitif yang berhubungan dengan usia. Peningkatan tekanan nadi mungkin lebih penting pada penurunan kognitif yang berkaitan dengan usia. Peningkatan tekanan nadi juga merupakan penanda dari peningkatan arterial stiffness dan atherosclerosis yang terjadi dengan usia dan berhubungan dengan kardiovaskuler, sehingga tekanan nadi sebagai ukuran hemodinamik sangat penting untuk meneliti penurunan kognitif yang berhubungan dengan usia. Tekanan nadi menunjukkan hubungan yang kuat dengan fungsi bahasa daripada kemampuan kognitif lainnya.

(62)

cedera. Kedua, telah dihipotesiskan bahwa tekanan nadi dapat berpengaruh negatif pada penyakit mikrovaskular, makrovaskular, perfusi otak, dan keutuhan dari blood-brain barier. ( Waldstein SR dkk, 2008 )

Peningkatan tekanan nadi pada orang tua, yang merupakan hasil dari peningkatan tekanan sistolik dan penurunan tekanan diastolik, diyakini terutama menyebabkan meningkatnya arterial stiffness atau

atherosclerosis yang luas. Oleh karena itu, peningkatan tekanan nadi, dapat dikaitkan dengan demensia melalui perubahan patologis ini. Rendahnya tekanan nadi merupakan indikator penurunan ejeksi darah dan stroke volume, yang dapat dihubungkan dengan gangguan kognitif dan demensia melalui rendahnya aliran darah otak. Mereka menyimpulkan tekanan nadi yang lebih tinggi dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit Alzheimer dan demensia pada orang dewasa tua, disebabkan oleh arterial stifness dan atherosclerosis yang luas. Perfusi otak yang menurun berhubungan dengan penurunan tekanan nadi dapat menjelaskan hubungan antara tekanan nadi yang lebih rendah dengan peningkatan risiko terjadinya demensia ( Qiu C dkk, 2003 )

Tekanan nadi yang tinggi adalah penanda dari arterial stiffness dan

arthrosclerosis yang luas. Sebaliknya, tekanan nadi yang lebih rendah berhubungan dengan ejeksi darah dan tekanan perfusi otak yang lebih rendah dan mengakibatkan terganggunya fungsi kognitif, yang menunjukkan hubungan U-shape antara tekanan nadi dan fungsi kognitif.

(63)

II.6. Hubungan Tekanan Arteri Rata-Rata Dengan Fungsi Kognitif

Menurut penelitian Taylor C dkk (2013) dari 484 peserta yang di

follow-up, gangguan kognitif menunjukkan hubungan yang U-shape

signifikan pada tekanan arteri rata rata; terutama bagi mereka yang berusia ≥ 50 tahun, tetapi tidak ditemukan hubungan dengan tekanan

darah sistolik atau tekanan nadi. Mereka menyimpulkan bahwa pada tekanan darah diastolik dan tekanan arteri rata-rata yang rendah dan tinggi dihubungkan dengan gangguan kognitif pada 20 tahun kemudian.

Penemuan yang baru menunjukkan nilai bawah untuk batas

autoregulasi tekanan arteri rata-rata menjadi jauh lebih tinggi dari 60 mmHg yaitu batas bawah tekanan arteri rata-rata tidak kurang dari 70 mmHg. Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa tekanan darah rendah yang kronis disertai dengan berkurang kemampuan kognitif, terutama yang melibatkan perhatian dan memori. Hal ini cukup beralasan bahwa sebagai konsekuensi dari situasi ini adalah berkurang pasokan metabolisme dari jaringan otak sehingga dapat terjadinya defisit kognitif dan defisit kognitif banyak memengaruhi setiap kehidupan orang dengan hipotensi. (Stefan D. dkk, 2007).

Menurut penelitian Penelope KE. dkk (2004) yang membagi nilai

arteri rata-rata menjadi 2 kelompok yaitu tekanan arteri rata-rata ≤ 110 mmHg dan tekanan arteri rata-rata >110 mmHg pada kelompok usia

(64)
(65)

II.7. Kerangka Teori

Pe↑TDS  berisiko terhadap terjadinya penyakit Alzheimer dan terjadinya gangguan fungs kognitif tetapi tidak pada tekanan darah diastolik. untuk penyakit Alzheimer dan demensia pada orang dewasa tua (Qiu C. dkk, 2003) Tekanan nadi yg me↑ dan me↓  gguan fgs kognitif. Tek nadi yg me↑arterial stiffness

& arthrosclerosis yang luas. kerusakan mikrovaskuler otak dan pe↓ kognitif dan sebagai

(66)

II.8. Kerangka Konsep

USIA

≥ 50 Tahun

FUNGSI

KOGNITIF

TEKANAN DARAH SISTOLIK

TEKANAN DARAH DIASTOLIK

TEKANAN NADI

(67)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. TEMPAT DAN WAKTU

Penelitian dilakukan di Poli Umum Neurologi RSHAM dan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Karya Kasih Medan dari tanggal 10 Maret 2014 s/d 30 Agustus 2014.

III.2. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian diambil dari populasi usia lima puluh tahun ke atas yang berobat di Poli Umum Neurologi RSHAM dan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Karya Kasih Medan. Penentuan subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling non random secara konsekutif.

III.2.1. Populasi sasaran

Semua usia ≥ 50 tahun yang memenuhi kriteria.

III.2.2. Populasi terjangkau

(68)

III.2.3. Besar sampel

Dihitung dengan rumus :

n = Besar sampel

σ = Standard deviasi dari skor CDT ( dari survei awal ) = 0,8 Zα = Deviat baku alpha, untuk α = 0,05  Zα = 1,96

Zβ = Deviat baku betha, untuk β = 0,10  Zβ= 1,282 μ0 = Rata-rata skor CDT = 3,7 ( Giaorano N dkk, 2012 ) μa = Rata-Rata skor CDT ( dari survei awal ) = 3,4

Maka :

Maka dibutuhkan sampel minimal 75 orang

III.2.4. Kriteria inklusi

1. Usia ≥ 50 tahun

2. Memberikan persetujuan untuk ikut dalam penelitian 3. Dapat membaca dan menulis.

4. Dapat berbahasa Indonesia

III.2.5. Kriteria eksklusi

(69)

3. Subjek penderita depresi 4. Subjek penderita stroke

5. Subjek dengan diabetes melitus 6. Subjek dengan trauma kapitis

III.3. BATASAN OPERASIONAL

1. Tekanan darah sistolik adalah tekanan tertinggi yang terjadi selama ejeksi jantung dan merupakan denyut nadi Korotkov I yaitu suara denyut nadi mulai terdengar, tapi masih lemah dan akan mengeras setelah tekanan diturunkan 10-15 mmHg. Nilai normal tekanan darah sistolik adalah < 120 mmHg. (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2009; Adams, 2005).

2. Tekanan darah diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi selama ejeksi jantung dan merupakan denyut nadi Korotkof V yaitu titik dimana suara denyut menghilang. Nilai normal tekanan darah diastolik adalah < 80 mmHg. (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2009; Adams, 2005)

3. Tekanan nadi adalah perbedaan atau selisih angka antara tekanan darah sistolik dan diastolik. (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2009)

(70)

ke tekanan diastolik daripada ke tekanan sistolik selama sebagian besar siklus jantung. Oleh karena itu, tekanan arteri rata-rata ditentukan sekitar 60 persen dari tekanan diastolik dan 40 persen dari tekanan sistolik. Nilai normal tekanan arteri rata-rata adalah 70-110 mmHg (Guyton & Hall, 2010)

5. Fungsi kognitif adalah merupakan aktivitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar, dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif juga merupakan kemampuan atensi, memori, pertimbangan, pemecahan masalah, serta kemampuan eksekutif seperti merencanakan, menilai, mengawasi, dan melakukan evaluasi. (Strub dkk. 2000)

6. Mini Mental State Examination adalah suatu pengukuran kognitif yang pertama kali diperkenalkan oleh Folstein. Skor mulai dari 0 sampai 30. Skor di bawah 24 menunjukkan gangguan fungsi kognitif (Assosiasi Alzheimer Indonesia, 2003)

7. Clock Drawing Test (CDT) adalah suatu test neuropsikologi yang dapat dipergunakan untuk menilai beberapa fungsi neuropsikiatrik dan memberikan penilaian fungsi eksekutif dan visuospasial yang lebih baik. Skor mulai dari 0-4 (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003 ; Aprahamian I dkk, 2009)

8. Penderita dengan gangguan kesadaran adalah penderita dengan

Gambar

Tabel 1. Skor median MMSE
Tabel 2. Nilai MMSE Berdasarkan Usia dan Pendidikan
Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah
Gambar 1. Hubungan antara perubahan volume aorta dan tekanan aorta ditingkatkan ketika Sumber: Richard E.K
+7

Referensi

Dokumen terkait

Duta Mebel menunjuk seorang Kepala Lapangan (Mandor) untuk membantunya dalam menjalankan sistem pengawasan dalam kegiatan produksi. Pekerja diwajibkan mematuhi perintah

Dan berdasarkan prosentasenya hanya 17,6% saja Kegiatan Pengajian Rutin pada Majelis Ta’lim Miftahul Huda d terhadap akhlak beragama Remaja usia 13-19 tahun di Desa

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa peneliti panjatkankehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya,sehingga peneliti dapat

Sokrates dari sudut pandang sejarah filsafat Yunani Klasik. Dalam tulisan

Hal ini dimaksudkan untuk menampung dinamika pemanfaatan ruang mikro dan sebagai dasar antara lain transfer of development rights (TDR) dan air right

return on asset Bank Sumsel Babel periode 2008-2015 adalah tinggi tapi jika dibandingkan dengan return on asset perbankan secara nasional adalah rendah, (2)inflasi

Pada pertemuan pertama dilakukan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, setelah tes yang diberikan diketahui bahwa hasil nilai pretest siswa masih tergolong

Berdasarkan pada beberapa penelitian yang telah disebutkan diatas, berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, pada makalah ini diusulkan Neural Network (NN)