• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISTRIBUSI SPASIAL LOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KELURAHAN SRAGEN KULON KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DISTRIBUSI SPASIAL LOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KELURAHAN SRAGEN KULON KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Ganjar Utomo

NIM. 3250405016

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada :

Hari : Senin

Tanggal : 10 Januari 2011

Pembimbing I

Dra. Puji Hardati, M.Si NIP. 195810041986032001

Pembimbing II

Rahma Hayati, S.Si.M.Si NIP. 197206241998032003

Mengetahui, Ketua Jurusan Geografi

(3)

iii Ilmu Sosial Uiversitas Negeri Semarang pada :

Hari : 24 Januari 2011

Tanggal : Senin

Penguji Skripsi

Drs. Haryanto, M.Si NIP. 196203151989011001

Pembimbing I

Dra. Puji Hardati, M.Si NIP. 195810041986032001

Pembimbing II

Rahma Hayati, S.Si.M.Si NIP. 197206241998032003

Mengetahui : Dekan Fakultas Ilmu Sosial

(4)

iv

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 24 Januari 2011

(5)

v

Jika ada kemungkinan pada kita untuk gagal, maka ada kemungkinan pada

kita untuk berhasil. Berfokuslah pada hal-hal yang memberhasilkan, lalu

perhatikan apa yang terjadi.

Mario Teguh

Mengapa kita sering jatuh, karena kita dilatih untuk bangkit

Ganjar Utomo

PERSEMBAHAN

Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan karyaku ini kepada :

1. Keluargaku tercinta, Bapak Agus Rachman Dharma dan Ibu Rahayu Setyarsih (alm) atas semua doa, perhatian dan kasih sayang yang engkau berikan. 2. Semua keluarga besarku.

3. Praemurdia Ariti buat semua doa dan dukungannya. 4. Mbak Pipin terima kasih untuk motivasi dan

perhatiannya.

(6)

vi

hidayah dan kemudahan, sehingga skripsi yang berjudul Distribusi Spasial Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen

Kabupaten Sragen” ini dapat diselesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun dengan adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh pendidikan.

2. Drs. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang atas ijin penelitian yang telah diberikan.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si, Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan arahan, bimbingan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dra. Puji Hardati, M.Si, Dosen Pembimbing pertama yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dengan sabar selama proses penelitian berlangsung hingga akhir penulisan skripsi.

(7)

vii diberikan selama masa perkuliahan.

8. Seluruh Karyawan Jurusan Geografi, untuk kerjasama dan bantuannya selama empat tahun ini.

9. Keluarga Besarku, terima kasih untuk dukungan, kasih sayang, pengertian dan perhatianmu.

10. Teman-teman Geografi angkatan 2005, kalian adalah keluargaku yang membantu aku sampai terselesainya skripsi ini.

11. Theo, Hanung, Lele, Bowo, Aas, Ibnu Bayu, Jatu, Kendil terima kasih buat jasa-jasa kalian.

12. Seluruh pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon atas informasi yang telah diberikan oleh peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

13. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu, terima kasih untuk dukungan dan bantuannya.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, semoga jasa baik mereka mendapatkan balasan yang berlipat dari-Nya. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 24 Januari 2011

(8)

viii

Kata kunci: Distribusi Spasial Lokasi, Pedagang Kaki Lima

Fenomena munculnya pedagang kaki lima sering terjadi di beberapa kota di Indonesia. Keadaan tersebut terkait dengan jumlah angkatan kerja yang tidak tertampung di sektor formal mengharuskan mereka terjun ke sektor informal pedagang kaki lima untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Kota Sragen yang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah tidak lepas dari keberadaan pedagang kaki lima. Kelurahan Sragen Kulon salah satu wilayah Kabupaten Sragen yang dilewati jalan Solo-Ngawi merupakan daerah konsentrasi pedagang kaki lima. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana persebaran lokasi pedagang kaki lima, apa jenis dagangan pedagang kaki lima, berapa besarnya sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima, mengetahui jenis dagangan pedagang kaki lima, mengetahui besarnya sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.

Populasi penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon, yaitu sebanyak 53 orang. Penelitian ini termasuk penelitian populasi yaitu seluruh populasi merupakan sampel penelitian. Subyek dari penelitian ini adalah pedagang kaki lima. Variabel penelitian meliputi persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima, jenis dagangan pedagang kaki lima, sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga. Data dikumpulkan menggunakan metode angket dan dianalisa dengan menggunakan teknik analisis deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukan bahwa persebaran pedagang kaki lima yang berada di Kelurahan Sragen Kulon membentuk pola memanjang mengikuti jalan utama kota Sragen. Lokasi pedagang kaki lima Kelurahan Sragen Kulon tersebar di delapan dukuh, Dukuh Beloran berjumlah 30 orang (56,6%), Dukuh Mojosari 5 orang (9,43%), Dukuh Jetis 1orang (1,89%), Dukuh Mojomulyo 4 orang (7,55%), Dukuh Kuwungsari sebanyak 4 orang (7,55%), Dukuh Ringin Anom 1 orang (1,89%), Dukuh Talangrejo sebanyak 6 orang sebanyak (11,32%), Dukuh Cantelkulon sebanyak 2 orang (3,77%). Jenis dagangan pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon di dominasi paling banyak jenis makanan dengan 39 orang sebagai pedagang kaki lima jenis makanan (73,6%), diikuti jenis dagangan non makanan sebanyak 7 jenis (13,2%), jasa pelayanan sebanyak 7 jenis (13,2%). Sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga rata-rata sebesar 68,68 % dari seluruh pendapatan keluarga yang mereka peroleh.

(9)

ix

(10)

x A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Permasalahan...5

B. Teori-teori Dalam Menentukan Lokasi ...12

C. Pedagang Kaki Lima ...15

1. Pengertian Pedagang Kaki Lima ...15

2. Karakteristik Pedagang Kaki Lima ...17

3. Penggolongan Pedagang Kaki Lima ...19

4. Sumbangan Pedagang Kaki Lima Terhadap Pendapatan Keluarga ...20

(11)

xi BAB III METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian...28

B. Lokasi Penelitian ...29

C. Variabel Penelitian ...29

D. Jenis Data...31

E. Metode Pengumpulan Data ...32

F. Tehnik Analisis Data ...33

G. Langkah-langkah Penelitian ...34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...36

B. Pembahasan ...74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...78

B. Saran ...79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(12)

xii

3. Sarana Transportasi di Kelurahan Sragen Kulon tahun 2008... 42 4. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2008 ... 44 5. Komposisi Penduduk Umur 5 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat

Pendidikan di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2008 ... 45 6. Komposisi Penduduk Umur 10 Tahun Ke Atas Menurut Mata

Pencaharian di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2008... 46 7. Jumlah dan Persebaran PKL di Kabupaten Sragen ... 48 8. Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Tahun 2010 ... 51 9. Persebaran Relatif PKL di Kelurahan Sragen Kulon... 52 10. Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Tahun 2010 Menurut Jalan ... 52 11. Pedagang Kaki Lima Menurut Tempat Menurut Tempat Berdagang di

Kelurahan Sragen Kulon tahun 2010... 54 12. Jenis Dagangan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Tahun 2010 ... 57 13. Pedagang Kaki Lima Menurut Tempat Sarana Fisik Berdagang di

Kelurahan Sragen Kulon tahun 2010... 58 14. Pedagang Kaki Lima Menurut Tempat Menurut Waktu Berdagang di

Kelurahan Sragen Kulon tahun 2010... 59 15. Jenis Pekerjaan Pokok dan Sampingan Pedagang Kaki Lima di

Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ... 60 16. Jenis Pekerjaan Suami/ Istri Pedagang Kaki Lima di Kelurahan

Sragen Kulon Tahun 2010 ... 61 17. Pendapatan Pokok Pedagang Kaki Lima Setiap Hari di Kelurahan

(13)

xiii

20. Pendapatan Keluarga Pedagang Kaki Lima Setiap Hari di Kelurahan

Sragen Kulon Tahun 2010 ... 64 21. Umur Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ... 66 22. Jenis Kelamin Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Tahun 2010 ... 67 23. Tingkat Pendidikan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Tahun 2010 ... 68 24. Status Perkawinan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Tahun 2010 ... 69 25. Daerah Asal Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Tahun 2010 ... 71 26. Lama Usaha Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Tahun 2010 ... 72 27. Jumlah Anak dan Tanggungan Pedagang Kaki Lima

di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010 ... 72 28. Jumlah Anak Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

(14)

xiv

(15)

xv

2. Koordinat UTM Lokasi Pedagang Kaki Lima... 87

3. Data Hasil Penelitian Identitas Pedagang Kaki Lima ... 88

4. Data Hasil Penelitian Jenis dagangan dan Lokasi Pedagang Kaki Lima... 90

5. Data Hasil Penelitian Pendapatan Keluarga ... 91

6. Status Kepemilikan Rumah Tangga Pedagang Kaki Lima... 93

7. Surat Ijin Penelitian... 94

(16)

A. Latar Belakang

Negara Indonesia ialah Negara agraris yaitu Negara yang menggantungkan sektor pertanian sebagai kekuatan dalam bidang ekonomi. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat Indonesia yang bermata pencaharian sebagai petani. Pada tahun 1994 sebanyak 63,66 persen penduduk indonesia terserap dalam sektor ini untuk menggantungkan kondisi ekonominya (Anoraga, 2004:44). Akan tetapi kondisi sekarang ini sektor pertanian tidak dapat lagi diandalkan karena semakin menyempitnya lahan pertanian. Menurut Direktur Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan Departemen Pertanian Jafar Hasnah dalam kurun waktu 3 tahun lahan pertanian seluas 610.596 ha yang ada di negeri ini telah banyak digunakan atau dibangun pabrik maupun perumahan-perumahan dan serta makin meningkatnya pembangunan fasilitas umum yang ada semakin banyak seperti halnya gedung bioskop, rumah sakit, maupun pusat perbelanjaan yang ada pada saat ini (Kompas, 17 Mei 2004).

Lapangan kerja di sektor formal umumnya menjadi prioritas penduduk dalam menggantungkan kebutuhan hidupnya, namun karena terbatasnya skill dan tingkat pendidikan yang rendah membuat masyarakat sulit untuk bersaing di bidang formal (Prajanto, 2009:34).

(17)

Menurut Wakil Presiden Indonesia Boediono, rata-rata laju pertumbuhan penduduk selama satu dasawarsa terakhir ini sebesar 1,14 persen, fakta ini akan mempunyai implikasi luas bagi program-program pembangunan. Sebab, perkembangan kuantitatif tidak seimbang dengan perkembangan kualitatif, pertumbuhan penduduk tidak sesuai dengan pertumbuhan lapangan kerja yang ada (Koran Tempo, 21 Juli 2010).

Semakin sulitnya memperoleh pekerjaan di dalam sektor formal yang menuntut adanya keahlian atau ketrampilan yang lebih membuat daya saing dalam memperoleh pekerjaan semakin ketat serta bertambahnya angkatan kerja yang meningkat tiap tahunnya mempersempit peluang kerja yang ada (Daldjoeni, 2003:225). Untuk itu masyarakat beralih pada sektor lain dalam menggantungkan kondisi ekonominya, yaitu sektor informal. Salah satunya adalah sebagai pedagang kaki lima karena sektor ini tidak memerlukan keahlian khusus, modal kecil, tidak hanya bergantung pada faktor alam dan tentunya tidak memerlukan lahan yang luas. Pedagang kaki lima merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi angka pengangguran, karena pedagang kaki lima secara pasti dapat menyerap lapangan pekerjaan, dari sekian banyak penganggur (Alma, 2004:119).

(18)

menjadi pedagang kaki lima (Astriyanto, 2010 : 34), sedangkan di Kabupaten Sukoharjo khususnya di Alun-alun kota, sektor ini mampu menampung 68 angkatan kerja (Prajanto, 2009 : 25).

Kelurahan Sragen Kulon berada di sepanjang jalur utama Solo-Surabaya merupakan tempat yang strategis. Lokasi yang strategis ini merupakan salah satu potensi bagi perkembangan usaha pedagang kaki lima, karena keberadaan pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon dapat memberikan layanan bagi pengguna jalur utama tersebut, baik yang bersifat lokal maupun interlokal.

(19)

usaha pedagang kaki lima ini tentunya dapat memberikan sumbangan pendapatan keluarga bagi penduduk di Kelurahan Sragen Kulon. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh seseorang tergantung pada besarnya pendapatan yang diperoleh.

Pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon tersebar di beberapa tempat. Mereka berjualan di tempat yang dianggap strategis dan menghasilkan keuntungan. Para pedagang ini ada yang berjualan tanpa mengindahkan peraturan daerah yang terkait, sehingga tampak sebagai pemandangan yang kumuh, kotor dan mengurangi nilai estetika kota. Untuk itu perlu adanya identifikasi terhadap keberadaan lokasi pedagang kaki lima yang dimana nantinya hasil identifikasi tersebut untuk mengetahui sebaran lokasi pedagang kaki lima yang diwujudkan dalam bentuk peta, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman untuk pemerintah daerah yang terkait dalam menentukan kebijakan dalam upaya penataan lokasi pedagang kaki lima atau relokasi, sehingga keberadaan pedagang kaki lima yang tadinya mengurangi keindahan kota dapat dimanfaatkan sebagai penghias kota dan dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata apabila ditata dengan baik.

(20)

B. Permasalahan

Dengan melihat latar belakang penelitian seperti di atas, maka penelitian ini ingin mengungkapkan secara mendalam tentang pedagang kaki lima yang membuka lokasi usahanya di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Untuk menjelaskan arah yang menjadi fokus dalam penelitian ini, maka dirumuskan permasalahan penelitian tersebut kedalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen ?

2. Apa jenis dagangan pedagang kaki lima di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen ?

3. Berapa besarnya sumbangan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima di wilayah Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.

2. Mengetahui jenis dagangan pedagang kaki lima wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.

(21)

keluarga di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan dapat menambah ilmu pengetahuan baik bagi penulis maupun bagi para pembaca dan pihak yang memerlukan informasi tentang pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.

2. Manfaat Bagi Pembangunan

Dari penelitian ini diharapkan akan menambah atau memberikan sumbangan yang positif bagi pembangunan daerah, karena dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

a. Dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atau kebijakan dalam bidang perdagangan oleh pemerintah daerah agar penetapan lokasi untuk kawasan pedagang kaki lima dapat dilakukan secara tepat. b. Diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang keberadaan

lokasi pedagang kaki lima di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah terutama

(22)

3. Manfaat Bagi Penulis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis.

E. Penegasan Istilah

Penegasan istilah diperlukan untuk memahami penulisan ini supaya tidak terjadi penyimpangan arti dan dapat menjadi satu kesatuan utuh. Berikut penegasan istilah dalam penelitian ini.

1. Distribusi

Penyaluran atau pembagian kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat (Depdiknas, 2008 : 360).

2. Spasial

Berkenaan dengan ruang atau tempat (Depdiknas, 2008 : 1499). 3. Lokasi

Letak atau tempat (Depdiknas, 2008 : 941). 4. Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usaha dengan maksud memperoleh penghasilan yang sah, dilakukan secara tidak tetap, dengan kemampuan terbatas, berlokasi di tempat atau pusat-pusat konsumen, tidak memliki izin usaha (Alma, 2004 : 120).

5. Distribusi Spasial Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

(23)

adalah Persebaran pedagang kaki lima pada suatu wilayah menurut kondisi fisik, sosial di Kelurahan Sragen Kulon.

F. Sistematika Skripsi

Sistematika penulisan laporan skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

1. Bagian Awal

Bagian ini berisi tentang judul skripsi, abstrak, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel.

2. Bagian Isi

Bagian ini mencakup lima bab yang terdiri sebagai berikut. BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini berisi gambaran keseluruhan isi skripsi yaitu latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah serta sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini merupakan kajian pustaka yang membahas teori-teori yang sesuai dengan permasalahan skripsi ini. BAB III Metode penelitian

(24)

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan.

Pada bab ini berisi deskripsi dan hasil penelitian. BAB V Penutup

Pada bab ini berisi simpulan dan saran penelitian. 3. Bagian Akhir

(25)

10

Pada bab ini di jelaskan mengenai penjabaran tentang distribusi spasial lokasi, pedagang kaki lima dan pendapatan keluarga. Semua penjabaran tersebut sesuai dengan teori-teori yang sudah dijelaskan. Untuk lebih jelasnya peneliti akan menjabarkan satu per satu teori yang berhubungan dengan distribusi spasial atau persebaran, pedagang kaki lima dan pendapatan keluarga.

A. Distribusi Spasial Lokasi Dalam Geografi

(26)

gejala yang berinteraksi satu sama lain (Sumaatmadja, 1988:13). Dari pengertian berbagai sumber tersebut peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan distribusi spasial lokasi adalah persebaran lokasi yang menekankan keberadaannya pada ruang. Keberadaannya dalam ruang yang dimaksud dalam penelitian disini adalah bagaimana pola persebaran lokasi, dimana lokasi persebaran pedagang kaki lima berada dalam suatu ruang.

(27)

B. Teori-teori Dalam Menentukan Lokasi

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi berbagai kegiatan rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian, pertambangan, sekolah, dan tempat ibadah tidaklah asal saja atau acak berada di lokasi tersebut, melainkan menunjukan pola dan susunan yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti (Tarigan, 2005: 122). Adapun teori lokasi usaha menurut para ahli adalah sebagai berikut.

1. Teori lokasi usaha menurut Von Thunen

(28)

2. Teori Lokasi usaha menurut Weber

Teori penentuan lokasi usaha dengan biaya minimum pertama kali dikemukakan oleh Weber. Jika Von Thunen dikenal dengan teori lokasi kegiatan pertanian, maka weber menganalisis lokasi kegiatan industri. Teori Weber mendasarkan bahwa keputusan pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimalisasi biaya, karena pada waktu itu yang berkembang adalah industri manufaktur, maka Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Menurut Weber, ada 3 faktor lokasi pokok yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi usaha yaitu (1) bahan mentah, (2) tenaga kerja, (3) pasar bagi produk yang dihasilkan. Karena lokasi yang ideal jarang terdapat, lantas faktor yang paling menentukan berdirinya pabrik itu, orientasi khusus ke bahan mentah, tenaga kerja, pasar (Daldjoeni, 2003: 168).

3. Teori lokasi pendekatan pasar Losch

(29)

4. Teori lokasi usaha menurut Both, Terry dan Rawstron

Berbeda dengan Von Thunen, Weber dan Losch, penentuan lokasi usaha menurut Both, Terry dan Rawstron cenderung lebih lengkap dalam mengungkap faktor penentu lokasi, artinya masih banyak faktor-faktor penentu keputusan lokasi usaha yaitu pasar, bahan mentah, tenaga kerja, bahan mentah, tenaga kerja, fasilitas transportasi (jalan dan alat transportasi), sumber energy (listrik, batubara, dll), air, tempat pembuangan limbah, ketersediaan dan kedekatan dengan lembaga keuangan, tingkat pendidikan dan budaya masyarakat setempat serta besarnya pajak ditempat tersebut. Setiap faktor kemudian dirangking menurut tingkat kepentingannya sesuai dengan jenis usaha yang akan dilokasikan. Setelah itu dilakukan identifikasi tempat-tempat yang memenuhi syarat sebagai lokasi berdasarkan faktor-faktor tersebut. Selanjutnya dari berbagai alternatif tempat tersebut akan dipilih salah satu skor di tiap-tiap tempat terhadap faktor lokasi tersebut. Keputusan penentuan lokasinya adalah mengambil tempat yang mempunyai skor terbesar yang dipilh sebagi lokasi (Both, Terry dan Rawstron dalam Prasetyo, 2003: 34).

5. Teori Pemilihan Lokasi Secara Komprehensif

(30)

berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu. Apabila hendak membangun atau mengembangkan sebuah usaha baru pada lokasi tertentu, pengusaha harus melakukan apa yang dinamakan studi kelayakan finansial. Dalam melakukan sebuah studi kelayakan finansial, selain melakukan hitungan atas data masa kini, harus pula dibuat berbagai proyeksi yang hasilnya turut menentukan hasil perhitungan akhir. Selain melakukan perhitungan studi kelayakan finansial, atas dasar ketetapan pemerintah ataupun keinginan para pemberi dana (bank), pengusaha juga harus melakukan studi kelayakan ekonomi dan studi dampak lingkungan. Hal ini untuk melihat bahwa proyek itu tidak hanya memberi keuntungan kepada pengusahanya tetapi juga memberi manfaat yang lebih besar dibanding kerugian yang ditimbulkannya kepada ekonomi nasional dan kepada lingkungan (Tarigan, 2005: 150).

C. Pedagang Kaki Lima

Untuk memberikan gambaran mengenai pedagang kaki lima, berikut ini akan disajikan mengenai pengertian PKL, karakteristik PKL, penggolongan PKL, sumbangan PKL terhadap pendapatan keluarga.

1. Pengertian Pedagang Kaki Lima

(31)

a ta u lo k a si d i d a e ra h -d a e ra h k e ra m a ia n u m u m se p e rti d i d e p a n p e rto k o a n , p a sa r, se k o la h a n , g e d u n g b io sk o p , d a n la in -la in (N u rh a n a fia n sy a h , 1 9 9 4 : 6 ). Sedangkan Alma (2004 :120) memberikan pengertian lain tentang pedagang kaki lima, yaitu setiap orang yang melakukan kegiatan usaha dengan maksud memperoleh penghasilan yang sah, dilakukan secara tidak tetap, dengan kemampuan terbatas, berlokasi di tempat atau pusat-pusat konsumen, tidak memliki izin usaha;

D e f in is i lain tentang pengertian pedagang kaki lima menurut Peraturan Daerah Kota Semarang nomor 11 tahun 2000 yang tertera pada pasal 1 tentang pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima adalah pedagang yang didalam usahanya mempergunakan sarana yang mudah dibongkar pasang/dipindahkan serta mempergunakan bagian jalan/trotoar, dan tempat-tempat untuk kepentingan umum yang bukan diperuntukkan tempat usaha atau tempat lain yang bukan miliknya.

M e n u r u t Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 23/MPP/Kep/1/1998, Pedagang Kaki Lima adalah perorangan yang melakukan penjualan barang-barang dengan menggunakan bagian jalan/trotoar dan tempat-tempat untuk kepentingan umum serta tempat lain yang bukan miliknya.

(32)

mencoba berkreasi, berwirausaha, dengan modal sendiri ataupun tanpa modal. Pedagang kaki lima sangat membantu konsumen, mudah mendapat barang, harga yang murah, servis cepat, sambil lewat di kaki lima, dapat membeli oleh-oleh buat keluarganya di rumah. Sedang dampak negatifnya adalah pedagang kaki lima tidak menghiraukan tata tertib, keamanan, kebersihan, dan kebisingan. Dimana ada pedagang kaki lima, disana pasti timbul kesemrawutan, bising dan banyak sampah (Alma, 2004 : 119).

2. Karakteristik dan Ciri-Ciri Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima bermula tumbuh dan berkembang dari adanya krisis moneter yang melanda secara berkepanjangan yang menimpa Indonesia pada tahun sekitar 1998 dimana salah satunya mengakibatkan terpuruknya kegiatan ekonomi. Kebutuhan untuk tetap bertahan hidup, serta sulitnya menembus sektor formal, menuntut masyarakat dengan modal dan kemampuan terbatas untuk menjadi pedagang kaki lima (Surya, 2006 : 33).

(33)

Menurut Simanjuntak (1989 : 44) karakteristik pedagang kaki lima dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Aktivitas usaha yang relatif sederhana dan tidak memiliki sistem kerja sama yang rumit dan pembagian kerja yang fleksibel.

2. Skala usaha relatif kecil dengan modal usaha, modal kerja dan pendapatan yang umumnya relatif kecil.

3. Aktivitasnya tidak memiliki ijin usaha.

Pedagang kaki lima mempunyai ciri-ciri yang tidak jauh berbeda dari sektor informal. Ciri-ciri pedagang kaki lima menurut Alma (2004:121) adalah: (1) kegiatan usaha tidak terorganisir secara baik, (2) tidak memiliki surat ijin usaha, (3) tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik ditinjau dari tempat usaha maupun jam kerja, (4) bergerombol di trotoar, atau tepi-tepi jalan protokol, di pusat-pusat di mana banyak orang ramai, (5) menjajakan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-kadang berlari mendekati konsumen. Sedangkan m e n u ru t Abidin (1989 : 57) p e d a g a n g k a k i lim a m e m p u n y a i c iri-c iri y a itu se b a g a i b e rik u t.

1. Kelompok ini merupakan pedagang yang terkadang juga menjadi produsen sekaligus, misalnya pedagang makanan dan minuman yang dimasak sendiri.

(34)

4. Pedagang kaki lima umumnya bermodal kecil bahkan tidak jarang mereka merupakan alat bagi pemilik modal dengan mendapatkan sekedar komisi sebagai imbalan jerih payah.

5. Pada umumnya pedagang kaki lima merupakan kelompok marginal bahkan adapula yang tergolong kelompok submarginal.

6. Pada umumnya kualitas barang yang diperdagangkan oleh para pedagang kaki lima mengkhususkan diri dalam penjualan barang-barang cacat sedikit dengan harga yang lebih murah.

7. Omset penjualan pedagang kaki lima ini umumnya tidak besar.

8. Para pembeli umumnya merupakan pembeli yang berdaya beli rendah. 9. Kasus dimana pedagang kaki lima berhasil secara ekonomis sehingga akhirnya dapat menaiki tangga dalam jenjang hirarki pedagang sukses agak langka atau jarang terjadi.

10. Barang yang ditawarkan pedagang kaki lima biasanya tidak standar

dan “shifting” jenis barang yang diperdagangkan seringkali terjadi. 11. Tawar menawar antara penjual dan pembeli merupakan relasi diri

yang khusus usaha perdagangan para pedagang kaki lima. 12. Terdapat jiwa kewiraswastaan yang kuat.

3. Penggolongan Pedagang Kaki Lima

(35)

beraktivitas. Sebagai contoh di kawasan perdagangan, maka jenis dagangannya beranekaragam seperti makanan atau minuman, kelontong, pakaian dan lain-lain. Adapun jenis dagangan yang dijual oleh pedagang kaki lima secara umum oleh McGee dan Yeung dapat dibagi menjadi: 1. B a h a n m e n ta h m a k a n a n d a n m a k a n a n se te n g a h ja d i (Unprocessed

and semiprocessed foods) T e rm a s u k p a d a je n is d a g a n g a n in i a d a la h b a h a n m e n ta h m a k a n a n se p e rti d a g in g , b u a h d a n sa y u ra n . S e la in itu ju g a d a p a t b e ru p a b a ra n g -b a ra n g se te n g a h ja d i se p e rti b e ra s.

2 . M a k a n a n sia p sa ji (Prepared food)

T e rm a s u k d a la m je n is d a g a n g a n in i b e ru p a m a k a n a n a ta u m in u m a n y a n g te la h d im a sa k d a n la n g su n g d isa ji k a n d ite m p a t m a u p u n d ib a w a p u la n g . P e n y e b a ra n fisik P K L in i b ia sa n y a c e n d e ru n g m e n g e lo m p o k d a n h o m o g e n d e n g a n k e lo m p o k m e re k a . 3. N o n m a k a n a n (Non foods)

Je n is b a ra n g d a g a n g a n y a n g tid a k b e ru p a m a k a n a n . C o n to h n y a a d a la h m u la i d a ri te k stil sa m p a i d e n g a n o b a t -o b a ta n .

4. Ja sa p e la y a n a n (Services)

Ja sa p e la y a n a n y a n g d ip e rd a g a n g k a n a d a la h ja sa p e ro ra n g a n , se p e rti tu k a n g m e m b u a t k u n c i, tu k a n g m e m b u a t p ig u ra , re p a ra si ja m d a n lain -la in .

4. Sumbangan Pedagang Kaki Lima Terhadap Pendapatan Keluarga

(36)

S u m b a n g a n y a itu se su a tu y a n g b e ru p a p ik ira n , id e , te n a g a , m a te ria l, d a n k e u a n g a n y a n g d ib e rik a n k e p a d a p ih a k la in d e n g a n tu ju a n u n tu k m e rin g a n k a n b e b a n y a n g d ita n g g u n g (D e p d ik n a s, 2 0 0 8 : 1 1 0 1 ). S u m b a n g a n p e d a g a n g k a k i lim a te rh a d a p p e n d a p a ta n k e lu a rg a d a p a t d ia rtik a n , se b e ra p a b e sa rk a h a n d il p e n d a p a ta n p e d a g a n g k a k i lim a te rh a d a p p e n d a p a ta n k e lu a rg a d e n g a n tu ju a n m e rin g a n k a n b e b a n y a n g d ita n g g u n g k e lu a rg a .

K e m a k m u ra n masyarakat sangat ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan dan konsumsi dari masyarakat itu sendiri. Biasanya pendapatan yang rendah dapat menyebabkan orang atau masyarakat tersebut berada dalam garis kemiskinan. Dalam keluarga yang makmur dapat ditentukan dengan pendapatan keluarga yang lebih tinggi. Semakin besar pendapatan yang diterima semakin tercukupi kebutuhan ekonominya.

P e ra n a n pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga diwujudkan dalam presentase yaitu dengan membagi pendapatan pedagang kaki lima dari hasil berdagang kaki lima dengan jumlah keseluruhan pendapatan keluarga pedagang kaki lima dikalikan 100% , sehingga ditemukan hasil sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap keluarga dalam presentase. Cara untuk mengetahui besar kontribusi pendapatan keluarga adalah sebagai berikut.

(37)

b. Setelah diketahui pendapatan pedagang kaki lima seperti diatas, kemudian mencari pendapatan keluarga dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan anggota keluarga (suami/ istri, dan anak) yang bekerja baik pendapatan pokok maupun sampingan. Setelah itu, membagi pendapatan pedagang kaki lima dengan seluruh pendapatan anggota keluarga (suami/ istri, dan anak) yang bekerja baik pendapatan pokok maupun sampingan, Maka ditemukan besar sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga.

c. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rumus Sumbangan Pendapatan Pedagang Kaki Lima (SPKL), sebagai berikut.

Dimana SPKL adalah Sumbangan Pendapatan Pedagang Kaki Lima (Sari, 2008:33)

5. Hasil Penelitian Pedagang Kaki Lima Yang Pernah Dilakukan

Penelitian tentang pedagang kaki lima yang pernah dilakukan sebelumnya, yang di lihat mulai dari judul penelitian, tujuan, metode dan hasil penelitian digunakan peneliti untuk memperluas kajian pustaka. Mengenai penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di sajikan pada Tabel 1.

(38)

dengan jenis makanan, pedagang kaki lima dengan jenis non makanan, pedagang kaki lima dengan jenis jasa pelayanan melalui pengamatan lapangan wawancara dan persebaran angket. Dari analisa data dapat diperoleh hasil bahwa lokasi yang paling diminati pedagang kaki lima adalah di jalan dr.Karyadi dan didominasi oleh jenis makanan.

Joko Prajanto melakukan penelitian pada tahun 2009 tentang faktor yang mempengaruhi pendapatan dan profil pedagang kaki lima di Kecamatan Sukoharjo. Dari analisa data dapat diperoleh bahwa status pedagang kaki lima sebagian besar sudah berumah tangga dan sebagian besar berpendidikan SLTA. Adapun pendapatan pedagang kaki lima sangat dipengaruhi oleh modal, pendidikan, jumlah tenaga kerja (Prajanto, 2009:87).

(39)

Joko Prajanto Tugas Akhir (2009)

Analisis profil dan persebaran pedagang kaki lima di Kecamatan Sukoharjo

1. Analisis profil demografi sosial ekonomi

2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pendapatan

Populasi: pedagang kaki lima di alun-alun sukoharjo Sampel:

menggunakan total sampling area, 68 sampel

Variabel: sosial demografi, sosial ekonomi, jenis kegiatan usaha. Analisis data: tabulasi silang dan statistik

Populasi: pedagang kaki lima di sekitar RS dr.Karyadi. Sampel menggunakan proportional stratified random sampling, 48 sampel. Variabel:sosial demografi, sosial ekonomi, pola penyebaran pkl, jenis barang dagangan. Analisis data: deskripsi dan kuantitatif

1. Lokasi yang diminati pkl adalah di jalan dr.Karyadi pedagang kaki lima di desa sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang

1. Mengetahui profil usaha pedagang kaki lima di desa sekaran Kecamatan Gunungpati

Populasi: pkl yang ada di desa sekaran, 1453. Sampel: proporsional area random sampling,94 sampel. Variabel: kondisi tnfrastruktur, lingkungan bisnis dan tenaga kerja. . Analisis data: deskripsi dan deskriptif presentatif

1. Menjadi pkl 0-5 th 67.2 % 2. Status kepemilikan milik

sendiri 71,28% 3. Kondisi jalan ke lokasi

usaha bagus

(40)

D. Pendapatan Keluarga

Dalam bekerja, pendapatan merupakan hal yang sangat penting. Semakin besar pendapatan yang diterima semakin tercukupi kebutuhan ekonominya. Peneliti mencari pentingnya kontribusi pendapatan untuk keluarga. Oleh karena itu, akan dijelaskan mengenai pengertian pendapatan, penggolongan pendapatan dan sumbangan pendapatan keluarga.

1. Pengertian pendapatan

Setiap orang bekerja mengharapkan adanya imbalan atau upah dari orang yang memberikan pekerjaan tersebut, upah kerja yang diterima oleh seorang pekerja ditentukan beberapa faktor seperti status pekerjaan, tingkat keahlian, ketrampilan dan jumlah jam kerja. Pendapatan seseorang individu dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk suatu negara (Sukirno dalam Ine, 2004: 13).

Pendapatan adalah uang yang diterima oleh segenap orang yang merupakan balas jasa faktor-faktor produksi (Kaslan, 1990 : 236). Sedangkan menurut Saedah (1990 : 3) pendapatan adalah segala penerimaan keluarga baik berupa uang maupun barang dari pihak atau dari hasil penjualan yang dapat dinilai dengan sejumlah uang.

2. Penggolongan Pendapatan

(41)

pendapatan rata-rata lebih dari Rp 950.000,00 per bulan, 2) golongan pendapatan menengah adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp 550.000,00-Rp 950.000,00 per bulan, 3) golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan kurang dari Rp 550.000,00 per bulan (BPS, 2003: 25).

Menurut Biro Pusat Statistik (1999: 10), pendapatan yang diterima seseorang tidak hanya berupa uang tapi dapat berupa barang atau lainnya. Pendapatan berupa uang merupakan penghasilan yang diterima biasanya sebagai balas jasa, misalnya dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerja bebas, dan pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara dari halaman rumah, hasil investasi seperti modal tanah, uang pensiunan dan jaminan sosial. Pendapatan berupa barang merupakan segala penghasilan yang diterima dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi ataupun disertai transaksi uang yang menikmati barang dan jasa tersebut. Demikian pula penerimaan barang secara cuma-cuma, pembelian barang dengan harga subsidi ataupun reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang.

(42)

Penduduk melakukan mobilitas karena pendapatan yang diperoleh di daerah tujuan lebih tinggi dari pada pendapatan yang diperoleh di daerah asal. Tekanan ekonomi dan meningkatnya kebutuhan di daerah asal akan menjadi pendorong penduduk untuk mencari pekerjaan di tempat lain yang menghasilkan pendapatan lebih tinggi dari pada pendapatan yang diperoleh di daerah asal (Mantra dalam Giyarsih, 1999: 143).

3. Pendapatan Keluarga

Biro Pusat Statistik (2002 : 3) pendapatan adalah hasil yang berupa uang atau barang yang diterimakan sebagai balas jasa atau kontraprestasi. Keluarga adalah ibu, bapak dengan anak anaknya, seisi rumah (Depdiknas, 2008:721). Pendapatan keluarga adalah pendapatan semua keluarga dan kepala keluarga, atau pendapatan suami dan istri. Dalam penelitian Hardati (2001:24) untuk mengetahui pendapatan keluarga yaitu dengan menambahkan pendapatan pokok keluarga baik dari suami maupun istri dengan pendapatan sampingan baik dari suami maupun istri. Untuk lebih jelasnya menggunakan rumus pendapatan keluarga yaitu sebagai berikut.

Keterangan:

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108). Pengertian lain, menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Rachman, 1999: 63). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di seluruh wilayah administrasi Kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen yang berjumlah 53 pedagang kaki lima.

Sampel adalah bagian dari populasi (Nazir, 2005: 271). Menurut Arikunto (2002: 112) dalam menentukan besarnya sampel menyebutkan, apabila subjek penelitian jumlahnya kurang dari 100 maka dalam pengambilan sampel lebih baik diambil semua sebagai anggota sampel, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Karena subyek penelitian berjumlah dibawah 100, yaitu 53 maka subyek diteliti semua sehingga penelitian disebut penelitian populasi.

(44)

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian itu dilaksanakan. Lokasi dalam penelitian ini di lakukan di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian atau obyek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002: 96). Variabel yang menjadi penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Variabel pesebaran lokasi usaha pedagang kaki kima

a. Lokasi absolut, yaitu lokasi menurut lintang dan bujur, bersifat tetap. b. Lokasi relatif, yaitu lokasi yang tergantung pengaruh daerah

sekitarnya, sifatnya berubah.

2. Jenis dagangan pedagang kaki lima, yaitu macam dagangan yang dijual pedagang kaki lima baik makanan, non makanan maupun jasa.

3. Variabel sumbangan pendapatan keluarga pedagang kaki lima a. Pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan pedagang kaki lima.

Pekerjaan pokok pedagang kaki lima, yaitu sesuatu yang dilakukan pedagang kaki lima untuk memperoleh upah, imbalan atau gaji, bersifat tetap.

(45)

b. Pekerjaan pokok dan sampingan anggota keluarga pedagang kaki lima yang bekerja baik suami/ istri atau anak.

Pekerjaan pokok, sesuatu yang dilakukan untuk memperoleh upah, imbalan atau gaji, bersifat tetap.

Pekerjaan sampingan, sesuatu yang dilakukan untuk memperoleh untuk memperoleh upah imbalan atau gaji, bersifat tidak menentu. c. Pendapatan pokok dan sampingan pedagang kaki lima.

Pendapatan pokok, yaitu imbalan atau upah yang diperoleh pedagang kaki lima dari bekerja pokok, biasanya bersifat tetap diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan.

Pendapatan sampingan, yaitu imbalan atau upah yang diperoleh pedagang kaki lima dari bekerja sampingan, biasanya bersifat tidak menentu diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan.

d. Pendapatan pokok dan sampingan anggota keluarga pedagang kaki lima yang bekerja baik suami/ istri atau anak

Pendapatan pokok, yaitu imbalan atau upah yang diperoleh anggota keluarga pedagang kaki lima dari bekerja pokok, biasanya bersifat tetap diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan.

Pendapatan sampingan, yaitu imbalan atau upah yang diperoleh anggota keluarga pedagang kaki lima dari bekerja sampingan, biasanya bersifat tidak menentu diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan.

e. Pendapatan keluarga

(46)

bekerja, baik pendapatan pokok maupun pendapatan sampingan yang diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan.

D. Jenis Data

Pada penelitian umumnya dikenal dua jenis data, maka dalam penelitian ini juga menggunakan dua jenis data tersebut yaitu sebagai berikut. 1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dicermati atau dicatat untuk pertama kali oleh si peneliti sendiri. Umar (2001: 130) menjelaskan bahwa data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu maupun perseorangan. Data Primer dalam penelitian ini meliputi data identitas pedagang kaki lima, data lokasi pedagang kaki lima, jenis dagangan, pekerjaan dan pendapatan keluarga pedagang kaki lima.

2. Data sekunder

(47)

(DP2D) Kabupaten Sragen, Kelurahan Sragen Kulon dan Kecamatan Sragen.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data pokok yang digunakan berupa data primer, data primer diperoleh langsung di lapangan dengan cara observasi dan angket. Adapun yang dimaksud dengan observasi dan angket adalah sebagai berikut. 1. Observasi

Observasi yaitu cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian (Tika, 2005: 44). Metode observasi ini digunakan untuk mengamati fenomena yang diteliti, berupa data jenis usaha, jumlah dan persebaran lokasi pedagang kaki lima.

2. Angket atau Kuesioner

(48)

F. Tehnik Analisis Data

Dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan menggunakan analisis data untuk memecahkan masalah penelitian, sehingga data yang dianalisis tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada beberapa cara, yaitu sebagai berikut. 1. Mengetahui persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima dengan

menggunakan peta.

Persebaran lokasi yang dimaksud adalah tempat dimana para pedagang kaki lima melakukan aktivitas ekonominya. Dengan begitu waktu mempetakan dapat diketahui di daerah mana pedagang kaki lima berjualan atau berdagang. Setelah mengetahui daerah atau lokasi usaha pedagang kaki lima, maka lokasi pedagang kaki lima dalam melakukan aktivitas ekonominya dapat dipetakan.

2. Mengetahui jenis dagangan adalah sebagai berikut.

Jenis dagangan yang dijual pedagang kaki lima dapat berwujud barang maupun jasa. Untuk mengetahui jenis dagangan yang dijual peneliti melakukan pengamatan /observasi secara seksama, sehingga peneliti dapat mengetahui jenis dagangan yang dijual pedagang kaki lima. 3. Mengetahui sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap

pendapatan keluarga adalah sebagai berikut.

(49)

diterima setiap hari, kemudian menghitung pendapatan keluarga yaitu dengan menjumlahkan keseluruhan pendapatan pokok dan sampingan pedagang kaki lima serta istri dan anak yang bekerja. Sumbangan pendapatan pedagang kaki lima dapat diketahui dengan cara membagi pendapatan pedagang kaki lima dari hasil berdagang kaki lima dengan total keseluruhan pendapatan keluarga dikalikan 100%, sehingga dapat diketahui besar sumbangan pendapatan pedagang kaki lima yang diwujudkan dalam persen. Berikut rumus untuk menghitung sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap keluarga.

X100%

Dimana SPKL adalah sumbangan pendapatan pedagang kaki lima. (Sari, 2008:33)

G. Langkah Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan selama penelitian meliputi hal sebagai berikut.

1. Penyusunan proposal penelitian yang meliputi pendahuluan, landasan teori dan metode penelitian.

2. Penyusunan instrumen, penyusunan instrumen diperlukan adanya alat bantu penelitian yang digunakan dalam melaksanakan tahapan penelitian instrumen. Instrumen tersebut diantaranya kuesioner yang diisi responden. 3. Pengumpulan data, dalam pengumpulan data dapat dilakukan dengan

(50)
(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian merupakan data yang diperoleh dengan metode observasi dan angket melalui pengolahan data. Hasil penelitian yang dideskripsikan meliputi kondisi umum daerah penelitian, kondisi sosial penelitian, identitas pedagang kaki lima.

1. Kondisi Umum Daerah Penelitian

Kondisi umum daerah penelitian dapat diuraikan berdasarkan letak astronomis, kondisi geografis, sarana dan prasarana fisik, dan kondisi monografi Kelurahan Sragen Kulon.

a. Letak Astronomi Daerah Penelitian

Letak astronomi merupakan letak suatu daerah berdasarkan garis lintang dan bujur. Secara astronomi Kelurahan Sragen Kulon terletak pada posisi7°35’43,32” LS-7°25’43,16” LS dan 111°0’47,12”

BT-111°0’48,12” BT(Peta Rupa Bumi Indonesia Sheet 1508 - 411 )

b. Letak Administrasi

Secara administratif Kelurahan Sragen Kulon berada dalam satu bagian dari Pemerintah Daerah Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Kelurahan Sragen Kulon berjarak 1 Km dari pusat pemerintahan Kecamatan Sragen dan 1 Km dari pusat pemerintahan

(52)

Kabupaten Sragen. Kelurahan Sragen Kulon mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut.

Sebelah utara : Kelurahan Karangtengah Sebelah timur : Kelurahan Sragen Tengah Sebelah selatan : Kecamatan Karangmalang Sebelah barat : Kelurahan Sine

(53)

Gambar 1. Peta Administrasi Kelurahan Sragen Kulon

PETA ADMINISTRASI KELURAHAN SRAGEN KULON

KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

Lembar Sragen sheet 1508- 411

(54)

c. Kondisi Geografis

Wilayah Kelurahan Sragen Kulon berada pada ketinggian 86 meter diatas permukaan laut dengan kondisi curah hujan rata-rata 2756 mm/tahun terbanyak 114 hari. Kondisi tanah di wilayah Kelurahan Sragen Kulon merupakan tanah yang berstruktur litosol (Kelurahan Sragen Kulon tahun 2008).

d. Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan

(55)

Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Sragen Kulon

Dibuat Oleh : Ganjar Utomo 3250405016 Geografi, S1 Sumber :

Skala 1:15.000

Peta Rupabumi Indonesia Lembar Sragen sheet 1508- 411

150 0 150 300 450

PETA PENGGUNAAN LAHAN KELURAHAN SRAGEN KULON

KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

(56)

e. Sarana dan Prasarana Fisik

Untuk membantu kelancaran pemerintahan Kelurahan, maka Kelurahan Sragen Kulon memiliki sarana dan prasarana kehidupan sebagai penunjang aktifitas-aktifitas yang dilakukan masyarakatnya, baik yang dipergunakan dalam bidang pemerintahan, transportasi, dan komunikasi, perekonomian maupun sarana dan prasarana sosial dan budaya. Sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Sragen Kulon dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Sragen Kulon tahun 2008 No. Sarana dan Prasarana Jumlah Persen (%)

1 Kantor Kelurahan 1 0,27

2 Masjid/ Mushola 34 9,39

3 Sekolah 29 8,01

4 Toko, warung/ kios 190 52,48

5 Gereja 1 0,27

6 Bank 6 1,65

7 Koperasi 73 20,16

8 Posyandu 24 6,62

9 Apotek 1 0,27

10 Rumah Bersalin 3 0,82

Jumlah 362 100

Sumber :Data Monografi Kelurahan Sragen Kulon 2008

(57)

transportasi, penduduk Kelurahan Sragen Kulon memanfaatkan sarana transportasi dan komunikasi yang tersedia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Sarana Transportasi di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2008 No. Sarana Transportasi dan Komunikasi Jumlah

1 Jalan 18,4 Km

2 Jembatan 2 Buah

3 Truk 18 Buah

4 Mobil Pribadi 144 Buah

5 Sepeda Motor 2.012 Buah

6 Sepeda 2.995 Buah

7 Becak 161 Buah

8 Gerobak Dorong 51 Buah

9 Bus 16 Buah

10 Colt 35 Buah

11 Telepon 1.395 Buah

12 Radio 1.335 Buah

13 Televisi 2.480 Buah

Sumber :Kecamatan Sragen dalam angka tahun 2008

(58)

2. Kondisi Sosial

a. Jumlah Penduduk

Penduduk Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen pada tahun 2008 berjumlah 15.682 jiwa dengan sex ratio 904 yang artinya setiap 1000 penduduk perempuan terdapat 904 penduduk laki-laki. Jumlah penduduk tersebut tersebar di 13 Dukuh/ Dusun.

b. Komposisi Penduduk

Dari komposisi penduduk akan dapat diketahui beberapa ciri kependudukan penduduk menurut umur dan jenis kelamin, komposisi penduduk menurut pendidikan, komposisi penduduk menurut mata pencaharian.

1. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

(59)

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2008

No. Kelompok Jenis Kelamin L+P Persen

Umur L Persen P Persen (%)

1 0-4 950 12,84 1.003 12,17 1.953 12

2 5-9 840 11,36 907 11 1.747 11

3 10-14 870 11,76 879 10,67 1.749 11

4 15-19 911 12,32 839 10,18 1.75 11

5 20-24 735 9,94 789 9,57 1.524 10

18 Jumlah 7.394 100 8.238 100 15.682 100

Sumber :Kecamatan Sragen Dalam Angka 2008 2. Komposisi Penduduk Menurut tingkat Pendidikan

(60)

Tabel 5. Komposisi Penduduk Umur 5 Tahun Keatas di Kelurahan Sragen Kulon Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persen (%)

1 Akademi/ Perguruan Tinggi 599 4,36

2 SMA 4.863 35,4

3 SMP 3.446 25,1

4 SD 2.121 15,4

5 Tidak Tamat SD 517 3,76

6 Belum Tamat SD 1.659 12,1

7 Tidak/ Belum Sekolah 524 3,8

Jumlah 13.729 100

Sumber :Kecamatan Sragen Dalam Angka Tahun 2008

Berdasar Tabel 5 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Sragen Kulon paling besar adalah SMA dengan presentase sebesar 35,4 %, selanjutnya adalah SMP dengan 25,1 %, SD dengan 15,1%. Kemudian belum tamat SD 12,1 %, Akademi/ Perguruan Tinggi 4,36 %, tidak/belum sekolah SD 3,8% dan tidak tamat SD menduduki presentase paling kecil dengan 3,76%.

3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

(61)

Tabel 6. Komposisi Penduduk Umur 10 Tahun Keatas di Kelurahan Sragen Kulon Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008

No. Mata Pencaharian Jenis Kelamin L+P (%)

L P

1 Pertanian, perkebunan,

peternakan, perikanan

83 16 99 1,28

2 Pertambangan 4 3 7 0,09

3 Industri Pengolahan 381 137 518 6,7

4 Listrik, gas, air minum 9 - 9 0,11

5 Konstruksi 1.092 102 1.194 15,46

6 Perdagangan & akomodasi 612 794 1406 18,2

7 Angkutan dan Komunikasi 146 10 156 2,02

8 Keuangan & Real estate 94 36 130 1,68

9 Jasa & Sosial 2.832 1.371 4.203 54,42

Jumlah 5.253 2.469 7.722 100

Sumber:Kecamatan Sragen Dalam Angka 2008

(62)

pencaharian di bidang pertambangan dengan jumlah sebanyak 7 orang atau 0,09%.

3. Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sragen

Perkembangan pedagang kaki lima (PKL) di Kabupaten Sragen dimulai semenjak masyarakat mengenal sektor informal. Sektor formal yang menuntut keahlian dan ketrampilan lebih membuat masyarakat beralih ke sektor informal dalam memenuhi kebutuhan ekonominya, salah satunya menjadi pedagang kaki lima. Perkembangan PKL semakin pesat seiring permintaan yang tinggi karena untuk memasuki sektor ini tidak memerlukan ijin dalam mendirikan usaha. Tidak disediakannya lokasi penampungan untuk PKL, menyebabkan PKL tersebut menempati ruang publik seperti trotoar, bahu jalan. Selain itu, dikarenakan pula tidak tersedianya ruang pribadi atau harga sewa serta pajak yang relatif tinggi.

(63)

Tabel 7. Jumlah dan Persebaran Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sragen

No. Kecamatan Jumlah PKL Persen (%)

1 Kalijambe 13 3,11

Sumber:Dinas Perdagangan dan Pajak Daerah 2008

(64)

Gambar 3. Peta Persebaran Pedagang Kaki Lima Kabupaten Sragen

PETA PERSEBARAN PEDAGANG KAKI LIMA KABUPATEN SRAGEN

Inset Provinsi Jawa Tengah

Lokasi Kabupaten Sragen

Sumber : Peta Rupabumi Indonesia Digital

(65)

4. Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon

Lokasi kegiatan berdagang ditetapkan atau diputuskan berdasarkan bermacam pertimbangan, keputusan lokasi yang bersangkutan mempertimbangkan faktor dekat dengan konsumen dan aksesibilitas. Berikut ini adalah persebaran lokasi pedagang kaki lima berdasarkan lokasi absolut dan lokasi relatif

a. Persebaran Lokasi Absolut

(66)

Tabel 8.Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010

Jenis Dagangan Lokasi

Makanan Non Jasa Jumlah Persen

(Dukuh) Makanan Pelayanan %

Talangrejo 3 1 2 6 11,32

Cantelkulon 2 - - 2 3,77

Jetis 1 - - 1 1,89

Jumlah 39 7 7 53 100

Sumber :Data Primer, 2010 b. Persebaran Lokasi Relatif

(67)

Tabel 9. Persebaran Lokasi Relatif di Kelurahan Sragen Kulon 2010 Dusun Jumlah

PKL Persen Kawasan

Beloran 30 56,6 Jalan Utama Solo-Surabaya, pusat perdagangan, perkantoran Mojosari 5 9,43 Pemukiman penduduk, Stadion sepak

bola

Mojomulyo 4 7,55 Pemukiman Penduduk

Kuwungsari 4 7,55 Jalan Utama Solo-Surabaya

Ringin Anom 1 1,89

Jalan Utama Solo-Surabaya, pusat perdagangan, perkantoran ,

pemukiman

Talangrejo 6 11,32 Pemukiman penduduk

Cantelkulon 2 3,77 Pemukiman padat penduduk

Jetis 1 1,89 Pemukiman penduduk

Jumlah 53 100

Sumber:Data Primer 2010

Pola persebaran pedagang kaki lima bersifat memanjang yaitu berlokasi sepanjang jalan. Bentuk pola penyebaran secara memanjang dapat ditemukan pada PKL yang berlokasi sebagian besar di sepanjang jalan utama. Untuk lebih jelasnya lokasi pedagang kaki lima yang berada pada ruas jalan yang ada di Kelurahan Sragen Kulon dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 10. Persebaran Pedagang Kaki Lima Menurut Jalan Di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010

Jenis Dagangan

Jenis Jalan

Jalan Utama Jalan Kolektor Jalan Lokal Jumlah Persen

Makanan 19 35,85 6 11,32 13 24,53

Non Makanan 4 7,55 2 3,77 2 3,77

Jasa Pelayanan 1 1,89 2 3,77 4 7,55

SUBTOTAL 24 45,28 10 18,87 19 35,85

(68)

Menurut Tabel 10 dapat diketahui bahwa ruas jalan utama di Kelurahan Sragen Kulon merupakan lokasi favorit bagi keberadaan pedagang kaki lima, hal ini di buktikan dengan 24 pedagang kaki lima banyak yang membuka usahanya di lokasi ini. Di jalan utama ini banyak didominasi oleh pedagang kaki lima yang menjual makanan dengan jumlah 19 orang dengan persentase 35,85%, kemudian pedagang kaki lima dengan jasa pelayanan sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 1,89%, dan selanjutnya pedagang kaki lima dengan menjual non makanan sebanyak 4 orang (7,55%). Selain jalan utama, di jalan lokal banyak dijumpai pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima jenis makanan mendominasi dengan jumlah sebanyak 13 orang, pedagang kaki lima yang menjual non makanan sebanyak 2 orang pedagang, kemudian pedagang kaki lima dengan jenis jasa pelayanan sebanyak 4 orang sehingga total keseluruhan pedagang kaki lima yang berada di jalan lokal ada 19 pedagang kaki lima. Untuk lebih jelasnya mengenai keberadaan lokasi pedagang kaki lima dapat dilihat pada peta sebaran pedagang kaki lima (Gambar 4 halaman 55).

(69)

Tabel 11. Pedagang Kaki Lima Menurut Tempat Berdagang Di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010

No

Jenis Pedagang Kaki Lima

Jumlah Persen

(%) Tempat

Berdagang Makanan

Non makanan

Jasa Pelayanan

1 Trotoar 17 7 3 27 50,94

2 Badan Jalan 8 - 3 11 20,76

3 Emperan Toko 14 - 1 15 28,30

4 Jumlah 53 100

Sumber :Data Primer,2010

(70)
(71)

5. Jenis Dagangan Pedagang Kaki Lima

Jenis barang dagangan di Kelurahan Sragen Kulon dapat dibagi menjadi 3 jenis dagangan yakni Makanan, Non Makanan dan Jasa Pelayanan. Beberapa jenis barang dagangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Makanan

Jenis barang dagangan yang dijual ini diantaranya warung lontong opor, nasi tumpang, sate, roti bakar, bubur kacang ijo dan lainnya. 2. Non makanan

Jenis dagangan yang dijual umumnya berupa koran, helm dan sebagainya.

3. Jasa pelayanan

Pedagang ini memberikan jasa kepada konsumennya berupa pelayanan tambal ban, pelayanan kunci (ahli kunci).

(72)

Tabel 12. Jenis Dagangan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon 2010

No Jenis dagangan Jumlah

JUMLAH TOTAL

Beloran Mojo Mojo Kuwung Ringin Talang Cantel Jetis PERSEN

sari Mulyo sari Anom rejo kulon (%)

1 Makanan

Lontong Opor, Sea food, Ayam Bakar 3 3

39 73,6

Nasi Kucing, Nasi Tumpang, Nasi Goreng, Nasi Rames,

Nasi Penyet 7 2 2 3 1 2 1 18

Soto Ayam,Soto Sapi, Kare Ayam, Sate ayam, Bubur

Kacang ijo 6 1 7

Mie Ayam 1 1

 Fried Chicken, Roti Bakar 2 1 3

Es Buah 2 2

Kelontong(Rokok, sembako,dll) 1 1 2

(73)

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa jenis dagangan yang paling banyak mendominasi adalah jenis dagangan makanan dengan 39 orang (73,6%), kemudian pedagang kaki lima jenis dagangan non makanan sebanyak 7 orang (13,2%), selanjutnya sebanyak 7 orang (13,2%) memberikan jasa pelayanan kepada konsumennya.

Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berlokasi di Kelurahan Sragen Kulon mayoritas berupa warung tenda sebagai sarana fisiknya yaitu mencapai 18 pedagang kaki lima, hal ini disesuaikan dengan jenis dagangannya yang mayoritas berjualan makanan. Sarana fisik lainnya yang digunakan adalah gerobak tenda, PKL yang menggunakan sarana ini biasanya ditunjang dengan tenda untuk tempat kursinya seperti pedagang nasi kucing. Untuk lebih jelas mengenai sarana fisik berdagang PKL dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Pedagang Kaki Lima Menurut Sarana Fisik Berdagang Di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010

Sarana Fisik Jenis Pedagang Kaki Lima

No Berdagang

Makanan Non Jasa Jumlah Persen

makanan Pelayanan (%)

1 Warung Tenda 18 - - 18 33,96

2 Gerobak Tenda 13 - - 13 24,53

3 Gerobak/Kereta Dorong 8 3 - 11 20,75

4 Meja - - 1 1 1,89

5 Gelaran - 4 6 10 18,87

6 Jumlah 53 100

Sumber:Data Primer, 2010

(74)

merupakan PKL yang mempunyai waktu pelayanan dari sore sampai malam hari. Berikut ditampilkan pedagang menurut waktu pelayanannya. Tabel 14. Pedagang Kaki Lima Menurut Waktu Berdagang Di Kelurahan

Sragen Kulon Tahun 2010

Jenis Pedagang Kaki Lima No Waktu Berdagang

Makanan Non Jasa Jumlah Persen makanan Pelayanan

1 Pagi-Sore

(09.00-1600) 12 6 7 25 47,17

2 Sore-Malam

(17.00-24.00) 27 1 28 52,83

3 Jumlah 53 100

Sumber:Data Primer, 2010

Menurut Tabel 14 pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon paling banyak dijumpai pada sore sampai malam hari yaitu dengan jumlah pedagang kaki lima berjumlah 28 orang dengan persentase 52,83%.

6. Sumbangan Pendapatan Pedagang Kaki Lima Terhadap Pendapatan

Keluarga

Untuk mengetahui sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap keluarga dapat digunakan data jenis usaha pekerjaan dari kegiatan berdagang kaki lima maupun kegiatan ekonomi lainnya, sehingga dapat dilihat pendapatannya.

a. Jenis Pekerjaan

(75)

Tabel 15. Jenis Pekerjaan Pokok dan Sampingan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010

Jenis Pekerjaan Pokok Pekerjaan Sampingan

Dagangan PKL Buruh Becak Lain

Makanan 39 5

-Non Makanan 7 - -

-Jasa Pelayanan 7 4 1

-Jumlah 53 9 1

-Sumber :Data Primer, 2010

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa semua Pedagang Kaki Lima memilih profesi pedagang kaki lima sebagai pekerjaan pokok. Kondisi tersebut sesuai dengan keadaan administrasi Kelurahan Sragen Kulon yang dilewati jalan propinsi, sehingga cocok bila melakukan kegiatan berdagang.

Pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon tidak hanya memiliki pekerjaan pokok, tetapi juga memiliki pekerjaan sampingan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pekerjaan sampingan pedagang kaki lima ada 2 kegiatan ekonomi yaitu sebagai buruh dan penarik becak. Dari 53 pedagang kaki lima ada 10 pedagang kaki lima yang memiliki pekerjaan sampingan. Sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai buruh dengan 9 Pedagang Kaki Lima dan yang lain memiliki pekerjaan sampingan sebagai penarik becak. Dengan adanya pekerjaan sampingan ini akan menambah pendapatan keluarga.

(76)

perekomian kelurga. Berikut ini adalah tabel jenis pekerjaan pokok suami/istri yang bekerja.

Tabel 16. Jenis Pekerjaan Suami/Istri Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010

No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Persen

(%)

1 Pedagang 18 46,15

2 Buruh 11 28,21

3 Tukang Cukur 1 2,56

4 Tukang Becak 2 5,13

5 PNS 3 7,69

6 Sopir 4 10,26

Jumlah 39 100

Sumber :Data Primer, 2010

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui jenis-jenis pekerjaan suami/istri pedagang kaki lima. Dari 39 suami/istri pedagang kaki lima, sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang dalam rangka membantu suami atau istri pedagang kaki lima, yaitu sebanyak 18 orang dengan persentase 46,15%, sebagai buruh 11 orang (28,21%), bekerja sebagai sopir sebanyak 4 orang (10,26%), bekerja sebagai PNS sebanyak 3 orang (7,69%), sebagai tukang becak sebanyak 2 orang 5,13%, dan sebagai tukang cukur hanya 1 orang sebesar 2,56 %. b. Tingkat Pendapatan

(77)

Tabel 17. Pendapatan Pokok Pedagang Kaki Lima Setiap Hari di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010

No Pendapatan Pedagang Kaki Lima Frekuensi Persentase

(dalam ribuan rupiah) 100%

Sumber :Data Primer, 2010

Menurut Tabel 17 dapat diketahui bahwa pedagang kaki lima yang mempunyai pendapatan diatas Rp 45.000,00 menempati proporsi paling banyak dengan jumlah 24 orang dengan persentase sebesar 45,28%, berpendapatan Rp 30.000,00 - <45.000,00 sebanyak 19 orang dengan persentase 35,85%, berpendapatan Rp 15.000,00 - < 30.000,00 sebanyak 9 orang dengan persentase sebesar 16,98% dan berpendapatan kurang dari Rp 15.000,00 sebanyak 1 orang dengan persentase 1,89%. Pendapatan pokok pedagang kaki lima terendah Rp 10.000,00 dan pendapatan pokok paling tinggi Rp 65.000,00. Rata-rata pendapatan pedagang kaki lima adalah Rp 38,868 setiap hari (lihat lampiran 5 halaman 91).

(78)

Tabel 18. Pendapatan Sampingan Pedagang Kaki Lima Setiap Hari di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010

No Pendapatan Pedagang Kaki Lima Frekuensi Persentase

(dalam ribuan rupiah) 100%

1 Kurang dari 5 1 10

2 5-10 7 70

3 10 lebih 2 20

Jumlah 10 100

Sumber :Data Primer, 2010

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa pendapatan sampingan pedagang kaki lima, dimana yang menempati proporsi paling banyak ada (70%) berpenghasilan antara Rp 5000,00 –

10.000,00 dan yang terkecil kurang dari Rp 5000,00. Pekerjaan sampingan yang paling banyak ditekuni pedagang kaki lima adalah sebagai buruh meskipun pendapatannya kecil tetapi pedagang kaki lima tidak mencari pekerjaan lain, karena menjadi buruh tidak diperlukan keahlian khusus (lihat lampiran 5 halaman 91).

Pendapatan tidak hanya dimiliki pedagang kaki lima, para suami/ istri pedagang kaki lima juga memiliki pendapatan baik dari pekerjaan pokok maupun sampingannya. Berikut ini adalah tingkat pendapatan baik dari pekerjaan pokok maupun sampingan suami/ istri.

Tabel 19. Pendapatan Suami/ Istri Pedagang Kaki Lima Setiap Hari di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2010

No Pendapatan Suami/ istri Pedagang Kaki Lima Frekuensi Persen

(dalam ribuan rupiah) 100%

1 Kurang dari 15 5 12,82

2 15-<30 21 53,85

3 30-<45 9 23,08

4 Lebih dari 45 4 10,26

Jumlah 39 100

(79)

Berdasarkan data hasil penelitian Tabel 19 menunjukan bahwa pendapatan pokok suami/istri pedagang kaki lima yang berada di Kelurahan Sragen Kulon, berpendapatan kurang dari Rp 15.000,00 sebanyak 5 orang (12,82%), berpendapatan antara Rp 15.000,00 - <Rp 30.000,00 sebanyak 21 orang (53,85%), berpendapatan antara Rp 30.000,00 – Rp 45.000,00 sebanyak 9 orang (23,08%) dan lebih dari Rp 45.000,00 sebanyak 4 orang (10,26%). Pendapatan terendah Rp 5.000,00 dan pendapatan tertinggi Rp 65.000,00. Rata-rata pendapatan pokok suami/istri pedagang kaki lima adalah Rp 19.056,00 setiap hari (lihat lampiran 5 halaman 91).

c. Sumbangan Pendapatan Keluarga Pedagang Kaki Lima

Pendapatan keluarga disini adalah pendapatan pedagang kaki lima dari berdagang dan pekerjaan sampingan serta pendapatan suami/istri dan anak yang sudah bekerja, baik usaha pokok maupun sampingannya. Berikut ini adalah tabel pendapatan keluarga pedagang kaki lima setiap hari.

Tabel 20. Pendapatan Keluaga Pedagang Kaki Lima Setiap Hari Di Kelurahan Sragen Kulon 2010

No Pendapatan Keluarga Pedagang Kaki Lima Frekuensi Persen

(dalam ribuan rupiah) (%)

1 Kurang dari 25 1 1,89

2 25 - < 50 15 28,30

3 50 - < 75 26 49,06

4 Lebih dari 75 11 20,75

Jumlah 53 100

(80)

Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa pendapatan keluarga pedagang kaki lima yang ada di Kelurahan Sragen Kulon, berpendapatan antara Rp 50.000,00 - < Rp 75.000,00 sebanyak 26 orang (49,06%), berpendapatan antara Rp 25.000,00 - <Rp 50.000,00 sebanyak 15 orang (28.30%) , kemudian berpendapatan lebih dari 75 sebanyak 11 orang (20,75%), dan berpendapatan kurang dari Rp 25.000,00 sebanyak 1 orang (1.88%). Pendapatan keluarga terendah Rp 15.000,00 dan pendapatan keluarga tertinggi Rp 125.000,00. Rata-rata pendapatan keluarga pedagang kaki lima adalah Rp 59.038,00 setiap hari (lihat lampiran 5 halaman 91).

Dalam penelitian ini sumbangan pendapatan pedagang kaki lima perbulan terhadap pendapatan keluarga diwujudkan dengan persentase yaitu dengan membagi pendapatan pedagang kaki lima dengan pendapatan keluarga-keluarga pedagang kaki lima dikalikan 100% sehingga ditemukan hasil kontribusi pendapatan dalam persentase. Sumbangan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga rata-rata sebesar 68,68% dari seluruh pendapatan keluarga mereka peroleh.

7. Identitas Pedagang Kaki Lima

Gambar

Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa Penelitian Pedagang Kaki Lima Lainnya
Gambar 1. Peta Administrasi Kelurahan Sragen Kulon
Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Sragen Kulon
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan fitokimia tepung daun katuk dalam ransum berbasis pakan lokal tidak berpengaruh nyata (P&gt;0,05) terhadap konsumsi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa: terdapat pengaruh secara langsung persepsi siswa tentang kompetensi

Algoritma LUC sebenarnya hampir sama dengan metode kriptografi yang lain yaitu metode RSA (Rivest, Shamir, Adleman), hanya saja fungsi pangkat pada metode RSA diganti

Suatu penelitian laboratorium untuk mengukur konduktivitas tennal bahan yang bersifat isolator adalah metode Lees dengan menggunakan alat berbentuk cakram. Cab'am Lees

Metode ini intinya terbagi atas dua bagian: satu adalah inverse sistem yang direalisasikan oleh NN untuk menjalankan metode feedforward dan yang kedua adalah sebagai mekanisme

Dalam kegiatan promosi Perusahaau Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Syariah untuk menarik minat masyarakat adalah melalui media periklauan

Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan tidak terdapat hubungan yang secara bermakna antara lesi litik dengan kadar kalsium darah, berdasarkan literatur

Kompleksitas pengetahuan dan struktur kognitif tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya asimiliasi secara mulus. Dalam konteks seperti ini struktur kongitif perlu