• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi Politik Pembangunan Hutan Tanaman Industri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ekonomi Politik Pembangunan Hutan Tanaman Industri"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

EKONOMI POLITIK

PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

SUDARMALIK

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa disertasi yang berjudul” EKONOMI POLITIK PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI” adalah benar -benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah digunakan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi ataupun Lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam dalam daftar pustaka

(3)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(4)

EKONOMI POLITIK

PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

SUDARMALIK

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Penelitian : Ekonomi Politik Pembangunan Hutan Tanaman Industri

Nama : Sudarmalik

NIM : E 161090084

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS Ketua

Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS, MPPA Anggota

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS Anggota

Diketahui Oleh : Ketua Program Studi

Ilmu Pengelolaan Hutan,

Prof. Dr.Ir. Hardjanto, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Karunia-Nya maka penulisan hasil penelitian disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini merupakan kajian yang dilakukan oleh penulis selama tahun 2010−2014. Penelitian dimulai dari pengumpulan informasi awal, perumusan masalah, pengumpulan data, analisis data dan penulisan disertasi. Proses tersebut dilakukan oleh penulis tidak secara linier, tetapi melalui proses yang berulang. Kesulitan dalam pengumpulan data menjadi tantangan bagi penulis untuk mencari cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Beberapa data yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data yang bersifat rahasia. Namun melalui kesabaran, ketelatenan dan kreativitas penulis maka data-data tersebut dapat diperoleh dan dianalisis hingga menjadi disertasi ini.

Penyelesaian penelitian dan penulisan disertasi ini telah dibantu oleh banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian dan penulisan disertasi ini. Beberapa pihak yang telah membantu dalam penelitian ini adalah :

1. Prof. Dr. Ir. Hariadi kartodihardjo, MS, sebagai ketua komisi pembimbing. Terima kasih penulis sampaikan karena telah mengajarkan penulis untuk memahami makna yang terkandung dalam suatu angka, kejadian dan tindakan. Bapak telah mengajarkan berfikir dan bertindak yang komprehensif dan paralel. Terima kasih pula atas kesempatan yang diberikan untuk berinteraksi dengan Bapak sehingga penulis banyak belajar mengenai cara berfikir yang lebih filosofi dan tidak hanya opini. Serta kesempatan yang diberikan untuk berinteraksi dengan pihak-pihak di luar IPB sehingga membuka wawasan dan jaringan penulis.

2. Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS, MPPA

Terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh Bapak untuk berinteraksi lebih intensif, baik secara akademis maupun pribadi. Bapak telah mengajarkan kepada penulis untuk berfikir berbeda dari hal yang biasanya (out of the box), tetapi tetap dalam konteks keilmuan. Kritikan-kritikan dalam rangka perbaikan sistem untuk kemaslahatan rakyat telah Bapak tularkan kepada penulis sehingga menjadi kekuatan penulis untuk dapat memberi sesuatu yang lebih baik bagi orang banyak.

3. Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak yang telah mengajari penulis mengenai berfikir sistematis. Penyelesaian keruwetan dalam penulisan disertasi ini setidaknya diinspirasi dari cara Bapak yang mengajarkan tentang berfikir yang sistematis. Terima kasih atas apresiasi Bapak terhadap penelitian ini sehingga penulis yakin bahwa apa yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan sesuatu yang berguna.

4. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan

(7)

Dr. Ir. Tachril Fatoni, MSc sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan selanjutnya, penulis juga sampaikan terima kasih karena telah membantu memberi penjelasan kepada Kepala Balai Penelitian dimana penulis berada, tentang sistem perkuliahan di IPB sehingga tidak terjadi perbedaan pemahaman yang menyebabkan ketidakharmonisan komunikasi. Atas bantuan beliau penulis dapat lebih berkonsentrasi untuk melaksanakan kuliah

5. Kepala Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Syahrul Donie atas kesempatan yang diberikan untuk melanjutkan studi doktor. Kepada Bapak Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, MSi penulis sampaikan terima kasih atas pemahaman terhadap keberadaan penulis selama menjalani perkuliahan, penelitian dan penulisan disertasi

6. Informan penelitian yang berada di Riau dan Jakarta

Terima kasih penulis sampaikan kepada informan penelitian, baik yang berada di Riau maupun di Jakarta. Tanpa kesediaan Bapak/Ibu berbagi informasi, penulis tidak akan dapat menyelesaikan penelitian disertasi ini. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang Bapak/Ibu hadapi dalam tugas.

7. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Komisi Pengawasa Persaingan Usaha (KPPU) atas kesempatan diskusi yang diberikan untuk pengembangan analisis terhadap temuan hasil penelitian

8. Rekan-rekan S3 Ilmu Pengelolaan Hutan (IPH) angkatan 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Terima kasih atas diskusi yang pernah kita lakukan bersama. Kesempatan untuk melakukan diskusi tersebut telah menambah pemahaman penulis tentang cara berfikir dan bersikap dalam menganalisis permasalahan yang dihadapi penulis. Kepada rekan-rekan K3 juga terima kasih atas kerjasamanya ketika kita membentuk wadah tersebut sebagai tempat untuk membangun kesepahaman dalam kerangka berfikir yang berbeda. Terima kasih pula kepada rekan-rekan yang sering berkumpul di Ruang Jati sehingga kita dapat saling berbagi tentang teori-teori yang tidak kita peroleh secara langsung di perkuliahan.

9. Kepada istriku dan anak-anaku tercinta terima kasih ayah sampaikan atas pemahamannya.

Atas bantuan dan dukungan yang diberikan dalam penyelesaian penelitian dan penulisan disertasi ini penulis sampaikan terima kasih

(8)

DAFTAR ISI

No ISI Halaman

EKONOMI POLITIK ... i

PERNYATAAN ... ii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 ... iii

EKONOMI POLITIK ... iv

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Fokus Penelitian ... 2

Konteks Penelitian ... 4

Tujuan Penelitian ... 6

Manfaat Penelitian ... 6

Ruang Lingkup Penelitian ... 7

Novelty (Kebaruan) ... 8

METODE PENELITIAN ... 11

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

Pengumpulan Data ... 13

Analisis Data ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 17

II.DINAMIKA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN HTI ... 19

PENDAHULUAN ... 19

Latar Belakang ... 19

Fokus Penelitian ... 20

Tujuan Penelitian ... 20

Manfaat Penelitian ... 20

METODE PENELITIAN ... 21

Waktu dan Tempat ... 21

Metode Pengumpulan dan Analisis Data ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

Kebijakan Bersifat Insentif ... 23

Dinamika Kebijakan Penguasaan Usaha HTI ... 24

Kekuasaan dan Kepentingan dalam Usaha Pembangunan HTI ... 31

(9)

SIMPULAN ... 40

SARAN ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 40

III. AKTOR DAN JARINGAN AKTOR DALAM PROSES PENYUSUNAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN ... 42

PENDAHULUAN ... 42

Latar Belakang ... 42

Fokus Penelitian ... 44

Tujuan Penelitian ... 45

Manfaat Penelitian ... 45

METODE PENELITIAN ... 45

Waktu dan Tempat ... 45

Metode Pengumpulan dan Analisis Data ... 45

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

Proses Agenda Setting ... 46

Aktor dalam Proses Agenda Setting ... 51

Jaringan Aktor dalam Proses Agenda Setting ... 55

Proses Implementasi ... 56

Aktor dan Jaringan dalam Proses Implementasi ... 58

SIMPULAN ... 58

SARAN ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 59

IV. POSISI DAN PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN ... 60

HUTAN TANAMAN INDUSTRI ... 60

PENDAHULUAN ... 60

Latar Belakang ... 60

Tujuan Penelitian ... 61

Manfaat Penelitian ... 61

METODOLOGI PENELITIAN ... 61

Waktu dan Tempat ... 61

Metode Pengambilan dan Analisis Data ... 61

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

Pelimpahan Kewenangan dan Perubahan Hak ... 63

Posisi Negara ... 70

SIMPULAN ... 71

(10)

DAFTAR PUSTAKA ... 71

V.PENGUASAAN AREAL DAN KEPEMILIKAN ... 74

PENDAHULUAN ... 74

Latar Belakang ... 74

Fokus Penelitian ... 75

Tujuan Penelitian ... 76

Manfaat Penelitian ... 76

METODE PENELITIAN ... 76

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 76

Pengumpulan dan Analisis Data ... 77

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 78

Proses Penerbitan IUPHHK-HT ... 78

Biaya Transaksi Pembangunan HTI ... 87

Sharing Biaya Kerja sama Operasi (KSO) dalam Pembangunan HTI .. 99

Proses Penguasaan Areal dan Kepemilikan IUPHHK-HT ... 102

Monopoli-kah Usaha Pembangunan HTI? ... 104

SIMPULAN ... 108

SARAN ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109

VI. PASAR KAYU BAHAN BAKU PULP KERTAS ... 111

PENDAHULUAN ... 111

Latar Belakang ... 111

Tujuan Penelitian ... 112

Manfaat Penelitian ... 112

METODE PENELITIAN ... 112

Waktu dan Tempat ... 112

Metode Pengumpulan dan Analisis Data ... 112

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 113

Karakteristik Usaha HTI dan Industri Pulp dan Kertas ... 114

Harga Kayu HTI ... 116

Karakteristik Industri Pulp and Paper ... 116

Perkembangan Industri Pulp dan Kertas di Indonesia ... 117

Perkembangan Produksi Pulp dan Kertas di Indonesia ... 118

Struktur dan Proses Terbentuknya Pasar Kayu HTI ... 119

SIMPULAN ... 121

(11)

VII.PEMBAHASAN UMUM ... 123

Kekuatan Pasar (Market Power) ... 128

Kekuasaan Pengaturan (Regulation Power) ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 133

(12)

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelimpahan kewenangan menerbitkan izin pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman (IUPHHK-HT) kepada Bupati telah menambah jumlah pelaku usaha. Pelimpahan kewenangan ini terjadi selama tahun 2000−2002. Namun demikian, kesempatan mendapatkan IUPHHK-HT hanya dinikmati oleh beberapa pelaku usaha tertentu. Biaya pembangunan HTI yang besar yang diikuti oleh biaya transaksi merupakan penyebab keterbatasan kesempatan tersebut. Biaya transaksi ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk memperoleh IUPHHK-HT dan administrasi operasional pembangunan IUPHHK-HTI. Akibatnya hanya pemilik modal besar yang dapat bertahan dalam bisnis usaha pembangunan HTI. Menurut data Kementerian Kehutanan (2012), 97% merupakan pelaku korporasi (swasta)1, dan hanya 3% pelaku masyarakat (Kompas, 2014).

Pengaturan penguasaan usaha HTI telah diamanatkan dalam Undang-Undang Kehutanan No. 41/1999 (pasal 31), tetapi peraturan pemerintah tentang pembatasan luas maksimum HTI tersebut belum juga terbit. Menanggapi adanya kecenderungan fenomena penguasaan usaha HTI, kementerian kehutanan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. 14/2014 yang membatasi luas maksimum IUPHHK-HT2 sebesar 50.000 ha. Namun demikian, peraturan menteri kehutanan tersebut hanya mengatur izin usaha HTI baru. Sementara kecenderungan penguasaan usaha pembangunan HTI telah terjadi sejak lama melalui proses kerja sama operasi (KSO) dan pengambilalihan saham oleh satu atau grup perusahaan.

Pencegahan penguasaan usaha juga telah diatur dalam UU No. 5/1999 tentang larangan adanya persaingan usaha yang tidak sehat. Tetapi kecenderungan persaingan usaha tidak sehat tersebut masih terjadi dan belum dapat dihilangkan. Beberapa indikator yang diduga mendorong terjadinya penguasaan usaha tersebut menjadi perhatian menarik untuk dikaji dan dianalisis.

Sampai tahun 2009, jumlah pelaku usaha pembangunan HTI secara nasional mencapai 206 unit di mana 50 unit3 usaha HTI terdapat di Provinsi Riau (2009). Penambahan pelaku usaha pembangunan HTI ini juga merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan industri pulp dan kertas. Namun peningkatan jumlah pelaku usaha HTI ini tidak dapat menutupi kebutuhan bahan baku industri pulp. Hal ini terjadi karena pelaku usaha HTI tidak bersungguh-sungguh melakukan penanaman pada areal konsesi. IUPHHK-HT pada hutan produksi yang dimanfaatkan melalui izin pemanfaatan kayu (IPK) belum seluruhnya ditanami. Pelaku usaha lebih mementingkan untuk mendapatkan kayu alam sebagai bahan baku industri pulp dan kertas. Akibatnya luas hutan tanaman sampai tahun 2000 baru mencapai 1.044.371 ha dari luas total izin sebesar 4.324.526 ha. Sedangkan tahun 2009 telah mencapai 4.424.016 ha yang sudah ditanami dari 9 juta ha yang ditargetkan. Rendahnya

1Pelaku swasta ini dapat dibedakan berdasarkan kemampuan modal usaha. Pelaku usaha yang

memiliki modal besar ini merupakan perusahaan multinasional. Perusahaan ini memiliki usaha hutan tanaman industri yang terintegrasi dengan industri pulp kertas.

2 Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) adalah izin yang

untuk memanfaatkan hasil hutan kayu melalui penanaman hutan tanaman

3 Jumlah ini belum termasuk Izin usaha HTI yang belum diverifikasi. Berdasarkan data tahun 2009,

(13)

realisasi penanaman karena pelaku usaha hanya mementingkan pemanfaatan kayu melalui Izin Pemanfaatan Kayu (IPK). Luas total HTI yang telah terealisasi seluas 4 juta ha tersebut tersebar di 20 provinsi dan salah satunya adalah Riau.

Gambaran penguasaan usaha pembangunan HTI dapat dilihat di Riau. Secara defacto menunjukkan bahwa perusahaan pemilik industri pulp dan kertas menguasai usaha pembangunan HTI. Penguasaan tersebut dapat dilihat pada penguasaan luas konsesi IUPHHK-HT dan pemasaran kayu dari HTI. Namun demikian secara hukum kenyataan tersebut tidak dapat dikenakan sanksi sesuai Undang-Undang antimonopoli No. 5/1999. Dugaan adanya persaingan usaha tidak sehat dalam pembangunan HTI ini dapat dibuktikan dengan menggunakan indikator hukum dan ekonomi.

Penguasaan usaha pembangunan HTI melalui kerjasama operasi dan pengambilalihan saham. Menurut Sulistiowati (2010), pengambilalihan saham perusahaan HTI memiliki dua dimensi yaitu dimensi hukum dan realitas bisnis. Secara hukum, pengambilalihan saham perusahaan HTI telah menciptakan grup perusahaan HTI di mana secara hukum antara perusahaan induk dan anak perusahaan adalah mandiri. Hal ini karena hukum yang digunakan di Indonesia menganggap antara perusahaan induk dan anak perusahaan masing-masing merupakan satu usaha yang terpisah dan mandiri. Tetapi akuisisi saham dalam pembangunan HTI secara realitas bisnis menunjukkan bahwa perusahaan induk memiliki kekuatan untuk mengatur anak perusahaan untuk mengikuti perusahaan induk dalam melakukan produksi dan pemasaran. Dalam hal ini perusahaan induk dan anak perusahaan melakukan produksi produk yang sama dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan grup atau menguasai pasar.

Secara hukum akuisisi saham perusahaan HTI yang mengalami kesulitan finansial bukan tindakan yang melawan hukum. Walaupun akuisisi saham ini mengakibatkan penguasaan usaha HTI yang cenderung melakukan praktik monopoli. Namun secara realitas bisnis, akuisisi saham merupakan penguasaan atas produk maupun pasar sehingga dapat dikatakan melakukan monopoli terhadap pasar. Kenyataan tersebut perlu dikaji untuk melihat pengaruh apakah penguasaan usaha pembangunan HTI memiliki keterkaitan dengan kepentingan pembuat kebijakan pembangunan HTI. Kepentingan yang dimaksud di sini adalah kepentingan ekonomi politik dalam pembangunan dan secara khusus pada kasus kerja sama operasi (KSO) dan akuisisi saham.

Fokus Penelitian

Perhatian utama penelitian ingin melihat ekonomi politik4 dalam pembangunan hutan tanaman industri (HTI). Pengkajian secara khusus dilakukan

4

(14)

terhadap proses penguasaan areal dan kepemilikan usaha pembangunan HTI. Praktik penguasan ini usaha pembangunan HTI ini diwujudkan dalam monopoli areal dan kepemilikan usaha HTI serta monopsoni pasar kayu HTI. Monopoli usaha dan monopsoni pasar kayu HTI merupakan fenomena yang terjadi dalam pembangunan HTI di Riau. Besarnya dampak negatif yang disebabkan oleh monopoli dan monopsoni maka diperlukan pengkajian secara menyeluruh. Pengkajian terhadap fenomena tersebut dilihat dari proses timbulnya kedua fenomena tersebut. Sementara aspek lain yang dikaji adalah dampak yang ditimbulkan oleh adanya fenomena tersebut.

Timbulnya penguasaan areal dan usaha pembangunan HTI dicari melalui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penguasaan tersebut. Beberapa faktor yang diduga menyebabkan terjadinya penguasaan usaha dan kepemilikan areal adalah biaya transaksi tinggi dalam proses permohonan IUPHHK-HT dan proses pembangunan HTI. Disamping itu faktor lain yang menyebabkan penguasaan ini adalah adanya hubungan transaksional yang terjadi antara pemerintah dan pelaku usaha. Hubungan transaksional ini menyebabkan adanya kebijakan pemerintah (Peraturan Menteri Kehutanan) yang memberi keuntungan kepada pelaku usaha/pelaku usaha untuk menguasai areal dan usaha pembangunan HTI. Sementara itu kajian juga dilakukan untuk melihat dampak yang ditimbulkan oleh adanya penguasaan areal dan kepemilikan usaha pembangunan HTI.

Penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, pertama melakukan pengkajian terhadap kebijakan pembangunan HTI yang memiliki pengaruh terhadap penguasaan areal dan kepemilikan usaha pembangunan HTI dan pemasaran kayu HTI. Bagian kedua melihat proses ekonomi politik yang menyebabkan adanya penguasaan areal dan kepemilikan usaha pembangunan HTI dan pemasaran kayu HTI. Bagian pertama penelitian ini mengkaji kebijakan pembangunan HTI, baik kebijakan nasional maupun kebijakan setingkat Peraturan Menteri Kehutanan. Bagian ini menganalisis hubungan negara (Kementerian Kehutanan) dengan pelaku lain (stakeholder) yang berkepentingan dalam pembangunan HTI, proses-proses yang terjadi dalam pembuatan kebijakan melalui lobi-lobi politik, baik di tingkat pusat maupun daerah. Bagian kedua ini juga mengkaji proses terjadinya monopoli usaha pembangunan HTI dan monopsoni pemasaran kayu HTI.

Ketertarikan peneliti terhadap pengaruh ekonomi politik dalam pembangunan HTI didasarkan pada fakta-fakta bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, termasuk Kementerian Kehutanan, tidak terlepas dari kondisi dan kepentingan ekonomi politik (Nurrochmat et al.2012). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kartodihardjo (1998) dan Barr (1999) menunjukkan bahwa pemberian izin konsesi Hak Pelaku usahaan Hutan (HPH) tidak terlepas dari adanya kepentingan ekonomi politik dan hal tersebut telah menimbulkan adanya gejala konglomerasi dalam pelaku usahaan hutan alam.

Aspek ekonomi politik yang dikaji adalah bagaimana pembentukan pasar (market), produksi (production) dan konsumsi (consumption) dalam pembangunan HTI dan pasar produk industri pulp and paper. Kerangka penelitian tertera pada Gambar 1. Kajian ekonomi politik dimaknai sebagai interrelasi diantara aspek, proses dan institusi politik dengan kegiatan ekonomi (produksi, investasi,

(15)

penciptaan harga, perdagangan, konsumsi dll (Caporaso 1992). Pendekatan ini meletakkan bidang politik subordinat terhadap ekonomi, artinya instrumen ekonomi seperti mekanisme pasar (market mechanism), harga dan investasi dianalisis dengan menpergunakan setting sistem politik dimana kebijakan atau peristiwa ekonomi tersebut terjadi. Makna lain dari pendekatan ini melihat ekonomi sebagai cara untuk melakukan tindakan (a way of acting) sedangkan politik menyediakan ruang bagi tindakan tersebut (a place to act) (Yustika 2011)

Berdasarkan deskripsi permasalahan tersebut di atas maka pertanyaan penelitian yang ingin diketahui adalah, mengapa dan bagaimanaproses terjadinya penguasaan areal dan kepemilikan usaha pembangunan HTI ?

Secara keseluruhan penelitian ini meng-konstruksi kebijakan pembangunan HTI yang terjadi selama tahun 1990−2013 di Riau. Konstruksi tersebut menggunakan teori yang dikemukakan oleh Berger et al (1990) yang kemudian diperjelas oleh Samuel (2012) dan Awang (2006) yang mengatakan bahwa realitas terdiri atas dua yaitu realitas subyektif dan realitass obyektif. Teori ini menjelaskan realitas dengan mengkaji pada hubungan antara manusia (individu) dengan masyarakat.

Gambar 1-1. Kerangka Pemikiran Penelitian Konteks Penelitian

Konteks penelitian menggambarkan kondisi pembangunan hutan tanaman industri (HTI) di Riau dan nasional. Konteks ini mengurai latar belakang kejadian yang dijelaskan dalam penelitian ini.

Negara

Biaya Transaksi Tinggi Pengaturan Harga

(16)

Pembangunan hutan tanaman industri didasarkan pada Peraturan Pemerintah No.6/1990 tentang Hak Pelaku usahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI). Menurut PP tersebut, pembangunan HTI dilaksanakan pada kawasan hutan produksi yang tidak produktif, baik berupa alang-alang, semak-semak maupun hutan sekunder (Logged Over Area/LOA). Pembangunan HTI tidak dibenarkan bila dilakukan pada kawasan hutan alam. Kegiatan pembangunan HTI melalui proses kegiatan persiapan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan, penebangan/ pemanenan, pengangkutan dan pemasaran. Kegiatan yang dimaksud dalam izin pemanfaatan hutan tanaman ini menggunakan sistem silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB). Sistem silvikultur dalam pembangunan hutan tanaman ini memiliki yang kegiatan yang berbeda dengan Hak Pelaku usahaan Hutan (HPH), dimana sistem silvikultur dalam HPH menggunakan sistem tebang pilih tanam Indonesia (TPTI).

Kebijakan pembangunan HTI ditujukan untuk penyediaan bahan baku bagi industri kehutanan diantaranya industri plywood dan industri pulp kertas. Berdasarkan industri ini maka HTI dibedakan menjadi HTI pertukangan dan HTI pulp dan kertas. Tujuan pembangunan HTI pertukangan untuk menyediakan bahan baku bagi industri plywood. Sedangkan HTI pulp dan kertas untuk penyediaan bahan baku industri pulp dan kertas. Secara nasional program pemerintah melalui pembangunan HTI ini adalah untuk menggantikan peran hutan alam dalam menyediakan bahan baku bagi industri. Dengan pembangunan hutan tanaman ini maka kebutuhan bahan baku industri bisa digantikan dari hutan tanaman. Khusus untuk industri pulp dan kertas, pemerintah telah menargetkan bahwa mulai tahun 2009 kebutuhan bahan baku industri pulp kertas semuanya sudah harus dipenuhi dari hutan tanaman. Namun demikian target pemenuhan bahan baku tersebut tidak dapat terpenuhi karena berbagai masalah.

Secara nasional, pembangunan hutan tanaman industri mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sementara jumlah pemegang izin pemanfaatan dalam bentuk Hak Pelaku usahaan Hutan (HPH) cenderung mengalami penurunan. Selama tahun 1989−1999 jumlah HPH mengalami penurunan dari 565 unit menjadi 387 unit kemudian terus mengalami penurunan menjadi 287 (2004) dan pada tahun 2011 menjadi 292 unit (kementrian Kehutanan, 2011). Sementara di Riau jumlah unit HPH selama tahun 1989 sebanyak 67 unit dan tahun 2004 menjadi 15 unit. Sampai tahun 2011, jumlah unit HPH yang aktif di Riau hanya 1 unit. Penurunan jumlah pelaku pemegang HPH tersebut berkaitan dengan penurunan potensi kayu hutan alam.

(17)

tahun 2004 sebanyak 17 unit dimana 9 unit merupakan HTI pulp dan 8 unit HTI pertukangan. Sampai tahun 2010, jumlah unit HTI menjadi 58 unit (Dinas Kehutanan Riau, 2010).

Pusat pengembangan HTI di Riau berada di Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak. Kabupaten Pelalawan merupakan pengembangan HTI yang dibangun oleh PT. Riau Andalan Pulp and Kertas (PT. RAPP) dengan industri pulp kertas yang terintegrasi vertikal dengan HTI PT. RAPP. Luas IUPHHK-HT PT. RAPP berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 130/Kpts-II/1993 jo No.137/Kpts-II/1997 jo No.356/Menhut-II/2004 jo No. 327/Menhut-II/2009 adalah 301.655 ha yang tersebar di Kabupaten Pelalawan (151.254 ha/ 43,2%), Kabupaten Kuantan Singingi (74.779 ha/ 21,4%), Kabupaten Kampar (30.422 ha/ 8,7%), Kabupaten Siak (52.505 ha/ 14,9%) dan Kabupaten Kepulauan Meranti (41.205 ha/ 11,8%).

Sementara itu pengembangan lain dari HTI berada di Kabupaten Siak, dimana di Kabupaten Siak ini (Prawang) terdapat industri pulp kertas PT. Indah Kiat Pulp and Paper (PT. IKPP) yang terintegrasi dengan HTI PT. Arara Abadi. PT. IKPP ini merupakan grup dari APP (Asia Pulp and Paper). Sementara itu luas konsesi IUPHHK-HT PT. IKPP berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 758/Kpts-II/1992 jo No.743/Kpts-II/1996 adalah seluas 299.975 ha.

Kedua pusat pengembangan HTI ini menguasai hampir 75% kebutuhan bahan baku untuk industri pulp dan kertas nasional. Keterbatasan bahan baku menyebabkan kedua industri pulp dan kertas tersebut masaing-masing memiliki strategi untuk mendapatkan bahan baku.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian adalah mengkonstruksi ekonomi politik pemerintah dalam pembangunan HTI dengan melihat pengaruh ekonomi politik dalam kebijakan pembangunan HTI. Fenomena yang dikaji dengan menggunakan pendekatan ekonomi politik ini adalah fenomena penguasaan usaha pembangunan HTI, baik di hilir maupun di hulu. Untuk memperoleh tujuan utama dilakukan penelitian lain. Adapun tujuan antara penelitian ini adalah :

1. Mengevaluasi kebijakan pembangunan HTI yang memiliki pengaruh terhadap proses penciptaan pengusaan areal dan kepemilikan usaha pembangunan HTI5 2. Memetakan aktor dan jaringan aktor dalam pembuatan Peraturan Menteri

Kehutanan tentang Kerja sama Operasi (KSO)

3. Menganalisis posisi negara dalam konteks adanya kerja sama operasi (KSO) dalam pembangunan HTI

4. Menganalisis proses terciptanya penguasaan areal dan kepemilikan usaha pembangunan HTI

5. Menganalisis proses pemasaran kayu HTI yang menciptakan penguasaan pasar oleh Industri pulp dan kertas

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Manfaat Teoritis

5Penguasaan areal yang dimaksud adalah penguasaan areal IUPHHK-HT oleg grup perusahaan

(18)

Pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan hubungan ekonomi politik dengan persaingan usaha sehat dalam pembangunan HTI pulp dan kertas. 2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam penyusunan Peraturan Pemerintah (PP) tentang pengaturan usaha pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang diamanatkan UU No. 41 Tahun 1999.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dengan pilihan metode fenomenologi bertujuan untuk mengkostruksi proses pembangunan HTI di Riau dilihat dari sisi pelaku yang terlibat. Konstruksi proses pembangunan HTI ini menggunakan teori konstruksi sosial oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman (Berger et al 1990). Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian pada Gambar 1-1 dapat ditentukan ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

1. Ruang Lingkup Penelitian Kebijakan HTI

Penelitian kebijakan pembangunan HTI ini menggunakan pendekatan perspektif sejarah. Beberapa pengertian penelitian sejarah yaitu : 1) Sejarah naratif (deskriptif naratif) , 2) Sejarah analitis (deskriptif naratif) dan 3) Sejarah naratif analitis (Naratif analitis). Sejarah naratif adalah penelitian sejarah yang memuat cerita deskriptif tentang masa lampau. Penelitian ini menekankan pada rekonstruksi kejadian masa lampau berdasarkan urutan waktu. Sejarah analitis (deskriptif analitis) adalah penelitian sejarah secara kritis yang berpusat pada masalah (problem oriented) sesuai sudut pandang penelitian. Sedangkan sejarah naratif analitis (naratif analitis) adalah penelitian sejarah yang dilakukan oleh ahli sejarah (sejarawan) yang mempelajari sejarah secara kritis. Perspektif sejarah yang dimaksud adalah melihat kebijakan pembangunan HTI selama periode 1990−2013, mengungkap fakta mengenai apa, siapa, dimana dan menerangkan bagaimana sesuatu terjadi (Sulasman 2014). Dalam lingkup penelitian kebijakan, kajian ini merupakan kajian terhadap peraturan perundangan yang telah ada (post ante). Penelitian kebijakan ini meliputi beberapa aspek, yaitu :

 Penelitian dinamika kebijakan pembangunan HTI

Penelitian ini mengevaluasi dinamika kebijakan pembangunan HTI, baik kebijakan pembangunan nasional maupun kebijakan sektor kehutanan. Kebijakan yang dikaji adalah UU, PP, Kepres/Perpres atau Keputusan/ Peraturan Menteri Kehutanan. Penelitian mengkaji peraturan perundangan kehutanan yang memberi peluang terhadap adanya penguasaan usaha pembangunan HTI. Kajian terhadap peraturan perundangan ini menggunakan teori strukturasi Anthony Giddens (Giddens 1984)

 Penelitian agenda setting dan implementasi kerjasama operasi (KSO) Penelitian ini mengkaji proses agenda setting dan implementasi peraturan menteri kehutanan tentang kerja sama operasi (KSO) dengan mengidentifikasi aktor dan jaringan yang terbentuk dalam kedua proses tersebut. Kajian menggunakan analisis stakeholder untuk mengidentifikasi aktor dan jaringan yang terbentuk.

 Penelitian posisi negara dalam pembangunan HTI

(19)

membangun HTI melalui pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT). Property right untuk menggambarkan proses pelimpahan kewenangan dan dampaknya terhadap posisi negara digunakan teori property right dan teori principal agent Penelitian ini diharapkan memperoleh gambaran secara jelas mengenai kebijkaan pembangunan HTI yang menciptakan peluang penguasaan usaha pembangunan HTI, proses agenda setting dan implementasi peraturan menteri tentang kerja sama operasi (KSO). Pengkajian ini melalui kajian dokumen dan wawancara dengan stakeholder yang memiliki keterlibatan dengan proses pembangunan HTI. Penelitian dilakukan di Jakarta (Kementerian Kehutanan dan di Riau).

2. Ruang Lingkup Penelitian Ekonomi

Penelitian ini mengkonstruksi proses terbentuknya produksi, konsumsi dan pasar kayu HTI sebagai bahan baku industri pulp dan kertas. Penelitian ekonomi dalam bagian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengkaji perilaku perusahaan, negara dan pelaku ekonomi lain (Leksono 2013). Penelitian ini juga mengkostruksi kehidupan perusahaan HTI dan industri pulp dan kertas. Penelitian ekonomi ini meliputi kajian terhadap :

 Penelitian penguasaan usaha pembangunan HTI

Penelitian menggunakan pendekatan ekonomi kualitatif untuk mengkostruksi proses penguasaan areal dan kepemilikan usaha pembangunan HTI. Teori yang digunakan untuk menggambarkan proses produksi, konsumsi dan pasar kayu adalah teori ekonomi politik yaitu teori biaya transaksi (transaction cost) dan perilaku pencari rente (rent seeking behaviour).

 Penelitian pasar kayu HTI

Penelitian ini mengkonstruksi proses pembentukan pasar kayu HTI dan mengidentifikasi bentuk pasar yang terbentuk serta faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk pasar tersebut.

3. Penelian Ekonomi Politik pembangunan HTI

Penelitian mengkaji interaksi yang terjadi antara kekuasaan pemerintah (goverment power) dengan kekuatan pelaku usaha (power business) yang menciptakan kondisi penguasaan usaha pembangunan HTI (monopoli) dan penguasaan pasar kayu HTI (monopsoni) oleh industri pulp dan kertas.

Novelty (Kebaruan)

Nilai kebaruan dari suatu penelitian dilihat dari tiga hal yaitu fokus, ilmiah dan terdepan di bidangnya. Nilai kebaruan penelitian diperoleh melalui pengkajian terhadap penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Aspek yang dilihat dalam penelitian terdahulu adalah aspek ekonomi politik dan obyek HTI.

Beberapa penelitian yang menggunakan pendekatan ekonomi, politik dan ekonomi politik adalah :

(20)

tidak dapat dipisahkan dari kondisi dan kepentingan ekonomi politik pemerintah. Penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian sejarah kebijakan HPH selama masa orde baru dengan pendekatan diskriftif kualitatif.

b. Kartodihardjo (1998) melakukan penelitian untuk disertasi dari Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan (IPK) IPB dengan judul Peningkatan Kinerja Pelaku usahaan Hutan Alam Produksi Melalui Kebijaksanaan Penataan Institusi. Penelitian ini menggunakan teori biaya transaksi untuk mengkaji pelaku usahaan hutan alam. Penelitian ini menemukan bahwa pelaku usahaan hutan alam melalui pemberian konsesi dalam bentuk Hak Pelaku usahaan Hutan (HPH) menciptakan biaya transaksi yang tinggi dan menghadirkan para penunggang bebas (free rider). Biaya transaksi yang tinggi ini disebabkan oleh tidak diketahuinya informasi mengenai potensi sumberdaya hutan, pemberian hak konsesi atas pertimbangan ekonomi dan politik, peranan pemerintah yang besar dalam pelaku usahaan hutan dan kayu di dalam hutan tidak dianggap sebagai aset.

Dikaitkan dengan penelitian ini, penelitian Kartodihardjo (1998) memberikan gambaran kondisi pelaku usahaan hutan alam. Informasi hasil penelitian ini dijadikan sebagai informasi dalam pelaku usahaan hutan tanaman industri. c. Nugroho (2003) melakukan penelitian untuk disertasi dari program studi Ilmu

Pengetahuan Kehutanan (IPK) IPB dengan judul Kajian Institusi Pelibatan Usaha Kecil-Menengah Industri Pemanenan Hutan untuk Mendukung Pengelolaan Hutan Produksi Lestari. Penelitian ini mengkaji efisiensi dan efektivitas pelibatan usaha kecil-menengah industri pemanenan hutan (UKM-IPH) dalam pengelolaan hutan produksi pada struktur institusi yang ada. Penelitian menggunakan teori principal-agent yang merupakan salah satu bagian dari teori ekonomi kelembagaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelibatan UKM-IPH memunculkan fenomena hubungan dua tingkat. Hubungan pertama melibatkan pemerintah sebagai principal dan pemegang HPH/HPHTI sebagai agent, sedangkam pada hubungan tingkat kedua melibatkan pemegang HPH/HPHTI sebagai principal dan UKM-IPH sebagai agent. Berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan maka penelitian Nugroho (2003) ini dapat menjadi pembanding dengan kasus KSO dalam pembangunan HTI.

d. Amin (2010) melakukan penelitian untuk menyelesaikan Disertasi di Departemen Ilmu Politik, Universitas Indonesia (UI) dengan judul disertasi Proses Politik dan Kelompok Elit dalam Industri Migas, Kasus Perpanjangan Kontrak Pemerintah RI dengan Exxon Mobil di Wilayah Blok Cepu Jawa Tengah Tahun 2005. Disertasi ini menunjukkan adanya kepentingan aktor dalam proses politik untuk menentukan kontrak perpanjangan pertambangan migas antara Pemerintah RI dengan Exxon Mobil. Aktor yang dimaksud yang memiliki kepentingan adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Menteri Koordinator Perekonomian Aburizal Bakri dan Menteri Negara BUMN Sugiarto.

(21)

dari Guilermo O’Donnel, Teori Persekutuan Segitiga (Triple Alliance Theory) antara Negara, Berjuasi Nasional dan Modal Asing dari Peter Evans. Penelitian ini mendapatkan data bahwa telah terjadi konflik dan tarik menarik kepentingan antar lembaga negara dan terdapat intervensi pemerintah dalam pengaturan industri terigu nasional yang menguntungkan bagi pelaku usaha. f. Kholid (2007). Penelitian untuk menyelesaikan Tesis di Departemen Ilmu

Politik, Universitas Indonesia (UI) dengan judul tesis Ekonomi Politik Migas : Studi Kasus Atas Konfigurasi Ekonomi Politik Lahirnya UU No 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan Implikasinya Bagi Masa Depan Pengembangan Industri Migas Nasional. Penelitian menunjukkan bahwa produk hukum UU No 22 Tahun 2001 merupakan produk hukum dari tekanan politik kekuatan-kekuatan ekonomi untuk memayungi dan melegalkan jaringan modal dan bisnisnya di Indonesia.

g. Rimbawan (2012). Penelitian untuk menyelesaikan Disertasi di Departemen Ilmu Politik, Universitas Indonesia (UI) dengan judul Hubungan Negara dan Pelaku usaha di Era Reformasi, Studi Kasus Bisnis Grup Bakrie (2004–2012). Penelitian ini membuktikan adanya hubungan antara negara-bisnis, dimana hubungan tersebut mengalami perbedaan antara era orde baru dan era reformasi. Beberapa teori yang digunakan untuk menjelaskan hubungan negara-bisnis tidak lagi dapat menerangkan pola hubungan tersebut karena hubungan yang tercipta tidak lagi lagi asimetris, negara tidak lagi berperan sebagai aktor tunggal karena adanya desentralisasi.

Sedangkan penelitian dengan obyek Hutan Alam dan memiliki kesamaan dengan permasalahan Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah :

a. Yudhiwati (2010) melakukan penelitian untuk menyelesaikan Tesis di Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro (UNDIP) dengan judul Pengambilalihan Saham Perseroan Terbatas Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK). Penelitian ini menemukan bahwa pengambilalihan saham IUPHHK merupakan aspek hukum privat dimana asas kebebasan berkontrak dalam pengambilalihan saham tidak memerlukan persyaratan persetujuan dari departemen teknis, tetapi dalam Peraturan Pemerintah No.6/2007 dan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.34/Menhut-II/2009 menyebutkan bahwa pengambilalihan saham sebagian atau seluruh saham perseroan wajib memperoleh persetujuan Menteri Kehutanan. Dikaitkan dengan penelitian ini maka penelitian Yudhiwati (2010) memberikan informasi mengenai proses hukum dalam pengambilalihan saham IUPHHK.

(22)

perumusan kebijakan yang terjadi di Kementerian Kehutanan dan proses implementasinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

c. Alfarizi (2009) melakukan penelitian tentang struktur industri pulp dan kertas di Indonesia yang diterbitkan dalam Jurnal Persaingan Usaha edisi 1 tahun 2009 dengan judul Analisa Struktur dan Kinerja Industri Pulp dan Kertas Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menghitung karakteristik struktur dan kinerja industri pulp dan kertas.

Melihat pada beberapa penelitian yang dilakukan maka kebaruan (novelty) dapat dilihat dari penjelasan berikut :

a. Penelitian yang telah dilakukan dengan obyek HTI menunjukkan bahwa pendekatan ekonomi politik belum pernah dilakukan untuk mengkaji pembangunan HTI. Beberapa penelitian yang memiliki kaitan dengan ekonomi politik telah dilakukan oleh Barr (1999) dan Kartodihardjo (1998). Namun demikian penelitian dilaksanakan untuk menganalisis Hak Pelaku usahaan Hutan Alam (HPH atau IUHPPHK-HA).

b. Penelitian yang dilakukan dengan mangkaji Kerjasama Operasional (KSO) dan pengambilalihan saham dengan pendekatan konstruktivisme belum pernah dilakukan. Penelitian yang digunakan oleh Bramasto (2003) menggunakan pendekatan ekonomi institusi (prinsipal-agent) dalam pelaku usahaan hutan alam dan Yudhiwati (2010) menggunakan pendekatan hukum untuk melihat proses akuisisi saham perusahaan pemegang IUPHHK. Dengan demikian memperhatikan hal tersebut maka kebaruan penelitian ini adalah melakukan pengkajian KSO dan akuisisi saham dengan menggunakan paradigma konstruktivisme dan metode fenomenologi.

c. Penelitian ini menemukan kebaruan bahwa monopoli pembangunan HTI dan monopsoni pemasaran kayu HTI terjadi melalui proses yang tidak disengaja (not by design). Kebijakan Kementerian Kehutanan memberi ruang bagi pelaku saling berinteraksi yang tidak sesuai dengan tujuan kebijakan.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini merupakan metode yang digunakan pada semua bagian dari disertasi ini. Untuk penggunaan tambahan metode dari tiap bagian penelitian pada tiap bab disertasi ini dijelaskan dalam bagian metode penelitian untuk tiap bagian penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pilihan paradigma konstruktivisme serta metode fenomenologi. Paradigma konstruktivisme ini merupakan salah satu dari beberapa paradigma penelitian (paradigma positivistik, post positivistik, kritis dan konstruktivisme). Paradigma konstruktivisme merupakan kritik terhadap paradigma positivistik. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa dilakukan oleh kaum positivitik. Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik melalui pemberian makna ataupun pemahaman perilaku dikalangan sendiri.

(23)

ontologis, aksiologis dan epistemologis. Secara ontologis, didasarkan pada realisme historis, epistemologis bersifat transaksional dan subyektif. Sedangkan secara metodologi bersifat dialogis dan dialektis (Denzim et al.1997; Irawan 2007). Realitas dalam paradigma ini dipahami sebagai bentuk yang beragam, konstruksi mental yang bersifat intangible yang didasarkan pada pengalaman sosial. Secara etimologis, hubungan antara peneliti dan yang diteliti bersifat transaksional dan subyektif. Namun hubungan tersebut lebih diarahkan pada upaya untuk memahami (finding) dan tidak diarahkan untuk melakukan sebuah transformasi dari kondisi sosial.

Fenomenologi adalah ilmu mengenai fenomena yang dibedakan dengan sesuatu yang sudah menjadi, atau disiplin ilmu yang menjelaskan dan mengklasifikasikan fenomena, atau studi tentang fenomena (Moran 2000). Fenomenologi ini dapat dikatakan sebagai sebuah filsafat ilmu dan metode penelitian. Fenomenologi sebagai suatu filsafat dikembangkan oleh Edmund Husserl, Martin Heidegger dan Marleau Ponty (Lubis et al 2011). Dikatakan oleh Lubis et al (2011) bahwa aliran fenomenologi dalam filsafat ini mengkaji penampakan atau fenomena, dimana antara fenomena dan kesadaran tidak terisolasi satu sama lain, melainkan selalu berhubungan secara intensional.

Fenomenologi menekankan pada persepsi dan pengalaman yang dialami oleh informan atau menunjuk pada gagasan, sikap, persepsi, pandangan, praktik tindakan dan perilaku subyek (Leksono 2013) dan dari penggalian informasi tersebut ilmu dapat diperoleh dan kembangkan. Adapun model penelitian yang menggunakan metode fenomenologi tertera pada Gambar 1-1 (Kuswarno 2009). Lokasi dan Waktu Penelitian

Secara keseluruhan penelitian dilaksanakan selama tahun 2010−2014 di Provinsi Riau dan Jakarta. Lamanya penelitian ini digunakan oleh peneliti untuk memahami proses dalam pembangunan HTI. Pemahaman tersebut diantaranya adalah proses permohonan untuk mendapatkan IUPHHK-HT, proses pembuatan dokumen perencanaan hutan yang meliputi pembuatan Rencana Kerja tahunan (RKT), Deliniasi Makro (Delmak), Deliniasi Mikro (Delmik), Tata Batas konsesi, Inventariasai Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) serta proses pembangunan HTI yang dimulai dengan pembersihan lahan, pembuatan persemaian, penanaman, penebangan dan pemasaran kayu.

Untuk mendapatkan data dari pelaku yang terlibat dalam proses pembangunan HTI seperti dikemukakan di atas juga membutuhkan pendekatan secara pribadi sehingga informan bersedia untuk diwawancara. Disamping itu dibutuhkan waktu bagi peneliti untuk mengetahui kondisi HTI dengan melakukan pengamatan di lokasi HTI. Pengamatan di lapangan ini untuk membandingkan antara informasi yang dikemukan oleh informan dengan fakta di lapangan. Proses ini dikatakan sebagai proses triangulasi yaitu melakukan validasi data dari informan dengan fakta dan pihak lain.

(24)

Secara keseluruhan penelitian ini mengkostruksi proses pembangunan HTI yang terjadi di Riau selama periode tahun 1990−2013. Riau dijadikan sebagai lokasi kasus penelitian didasarkan pada realitas Riau merupakan pusat pengembangan HTI di Indonesia. Luas HTI di Riau mencapai 1.6 juta ha dengan dua industri pulp dan kertas yang memiliki kapasitas produksi total 4 juta ton/tahun (Mediadata Riset 2010). Penelitian ini mengkonstruksi proses penguasaan usaha pembangunan HTI oleh perusahaan grup PT. RAPP dan grup PT. IKPP dalam pembangunan HTI di Riau yang terjadi selama tahun 1990 – 2013.

Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pilihan paradigma konstruktivisme serta metode fenomenologi. Paradigma konstruktivisme ini merupakan salah satu dari beberapa paradigma penelitian (paradigma positivistik, post positivistik, kritis dan konstruktivisme) dimana secara epistemologis hubungan antara peneliti dan yang diteliti bersifat transaksional dan subyektif (Denzim et al.1997); (Irawan 2007). Fenomenologi adalah ilmu mengenai fenomena yang dibedakan dengan sesuatu yang sudah menjadi, atau disiplin ilmu yang menjelaskan dan mengklasifikasikan fenomena, atau studi tentang fenomena (Moran 2000). Fenomenologi menekankan pada persepsi dan pengalaman yang dialami oleh informan atau menunjuk pada gagasan, sikap, persepsi, pandangan, praktik tindakan dan perilaku subyek (Leksono 2013) dan dari penggalian informasi tersebut ilmu dapat diperoleh dan kembangkan. Adapun model penelitian yang menggunakan metode fenomenologi tertera pada Gambar 1 (Kuswarno 2009).

Gambar 1-2. Model Fenomenologi

OBYEK

(benda/fenomena/peristiwa)

Reduksi

Fenomenologi Bracketing

Horizonalizing

Horizon/Invariant Constitutes/ Unit Makna

Deskripsi Tekstural

Variasi Imajinasi

Deskripsi Struktural

Sintesa makna dan Esensi Objek

Menulis Laporan Penelitian

Validasi Data

Epoche

Epoche

Reduksi dan eliminasi

(25)

Fenomena yang dikaji dalam penelitian ini adalah fenomena penguasaan usaha pembangunan HTI, baik penguasaan areal dan kepemilikan usaha HTI maupun penguasaan pasar kayu dari HTI. Dengan menggunakan konsep noema6 dan noesis7 maka diperoleh bahwa fenomena penguasaan usaha pembangunan HTI tersebut dapat dibedakan menjadi fenomena yang dapat dilihat dan makna yang ada pada fenomena tersebut (Kuswarno 2009).

Berdasarkan model tersebut maka dapat diuraikan metode pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode fenomenologi yang meliputi tahapan sebagai berikut :

a. Epoche

Epoche berasal dari bahasa Yunani yang berarti menjauh dari dan tidak memberikan suara. Dengan epoche peneliti mengesampingkan penilaian, bias dan pertimbangan awal yang dimiliki peneliti terhadap obyek/ fenomena/peristiwa. Dengan kata lain epoche adalah pemutusan hubungan dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

b. Reduksi Fenomenologi

Reduksi fenomenologi adalah upaya untuk menjelaskan obyek/ fenomena /peristiwa dalam susunan bahasa bagaimana obyek itu terlihat. Reduksi akan membawa pada bagaimana peneliti mengalami sesuatu. Memunculkan kembali penilaian/asumsi awal dan mengembalikan sifat-sifat alamiahnya. Tahapan yang terjadi dalam reduksi fenomenologi adalah :

Bracketing atau proses menempatkan fenomena dalam keranjang atau tanda kurung dan memisahkan hal-hal yang dapat mengganggu untuk memunculkan kemurniannya

Horizonalizing atau membandingkan dengan persepsi orang lain mengenai fenomena yang diamati sekaligus mengoreksi atau melengkapi proses bracketing

Horizon adalah proses menemukan esensi dari fenomena yang murni atau sudah terlepas dari persepsi orang lain

 Mengelompokkan horizon-horizon ke dalam tema-tema tertentu dan mengorganisasikannya ke dalam deskripsi tekstural dari fenomena yang relevan

Reduksi ini merupakan proses menaikkan pengetahuan dari level fakta ke level ide atau dari fakta ke esensi secara umum.

c. Variasi Imajinasi

Variasi imanjinasi adalah mencari makna-makna yang mungkin dengan memanfaatkan imajinasi, kerangka rujukan, pemisahan dan pembalikan dan pendekatan terhadap fenomena dari perspektif, posisi, peranan dan fungsi yang berbeda. Langkah-langkah yang dilakukan dalam variasi imajinasi adalah :

 Sistematisasi struktur makna yang mungkin dengan mendasarkan pada makna tekstural

 Mengenali tema-tema pokok dan konteks ketika fenomena muncul

6Sesuatu yang diterima oleh panca indera manusia. Deskripsi noema ini bersifat obyektif,

berdasarkan pada bagaimana obyek tersebut nampak oleh panca indera manusia.

7Noesis adalah sisi ideal onyek dalam fikiran kita, bukan obyek yang sebenarnya. Dengan noesis,

(26)

 Menyadari struktur universal yang mengendapkan perasaan dan fikiran dalam kerangka rujukan fenomena, seperti struktur waktu, ruang, perhatian, bahan, kausalitas, hubungan dengan diri dan dengan orang lain  Mencari contoh-contoh yang dapat mengilustrasikan tema struktur invarian dan memfasilitasi pembangunan deskripsi struktural dari fenomena

d. Sintesa makna dan Esensi

Tahap terakhir dari penelitian fenomenologi adalah integrasi intuitif dasar-dasar deskripsi tekstural dan struktural ke dalam satu pernyataan yang menggambarkan hakekat fenomena secara keseluruhan

(27)

Tabel 1-1. Informan Penelitian dan Waktu Wawancara

No Indentitas / Instansi /Jabatan Waktu Wawancara 1. X1 / Dinas Kehutanan Provinsi Riau Apil 2013 2. X2/ Dinas Kehutanan Kabupaten Pelalawan November 2013 3. X3/ Dinas Kehutanan Kabupaten Pelalawan Oktober 2013 4. X4 / Dinas Kehutanan Kab. Siak Mei 2010

5. X5 / Mantan Dirjen BUK April 2014

6. X6 / Direktur HTI Kementerian Kehutanan Agustus 2010 7. X7 / BPKH Wilayah Kepulauan Riau Pebruari 2014

8. X8 / Bagian Hukum BUK November 2013

9. X9 / PT RAPP 2012, 2013

10. X10 / Direktur IUPHHK-HT Mei 2013

11. X11 / Pemegang IUPHHK-HT Mei 2013

12. X12 / Staf Perencanaan Panca Eka Grup September 2011

13. X13 / Ketua APHI Juni 2013

14. X14 / Direktur IUPHHK-HT Juni 2011

15. X15 / Dinas Kehutanan Provinsi Riau Agustus 2013 16. X16 / Pegawai PT. Arara Abadi Agustus 2012

17. X17 / Pegawai PT. RAPP April 2010

18. X18 / Pegawai PT. Anugerah (PT. RAPP grup) Mei 2010

19. X19 / PT. NWR (diakuisisi) Maret 2011

20. X20 / PT. NWR (diakuisisi) Maret 2011

21. X21 / Direktur IUPHHK-HT September 2012

22. X22/ Koran Riau Pos Agustus 2012

23. X23/ Koran Haluan Riau Agustus 2012

24. X24 / LSM Jikalahari September 2012

25. X25 / LSM TII Riau September 2012

26. X26 / Konsultan Kehutanan, Riau April 2013 27. X27 / Konsultan Kehutanan, Bogor Agustus 2013

28. X28 / Dosen IPB Mei 2013

29. X29 / Mantan Pejabat Litbang, Peneliti April 2013 30. X30 / Peneliti HTI Litbang Kehutanan Agustus 2013

31. X31/ LSM Riau Madani Oktober 2012

32. X32 / BP2HP Pekanbaru Agustus 2013

Analisis Data

Analisis data mengikuti metode analisis data fenomenologi van Kam dengan tahapan analisis sebagai berikut (Gambar 1-1) :

1. Horizonalization

Membuat daftar dan pengelompokan awal data yang diperoleh dengan melengkapi data dari berbagai sumber dari sudut pandang lain serta melengkapi data dengan persepsi orang lain

2. Reduksi dan Eliminasi

Melakukan pengujian data untuk menghasilkan penjelasan tentang tema. Tahap ini dilanjutkan dengan membuat tema-tema untuk memahami gejala secara keseluruhan.

(28)

Membuat penjelasan terhadap tema-tema yang telah diperoleh dari proses pengelompokan tema, penjelasan teks

4. Deskripsi Struktural

Membuat penjelasan tentang makna yang terkandung dalam suatu tema yang dihasilkan

5. Menentukan Makna

Menentukan makna dan esensi fenomena yang dikonstruksikan dengan menyatukan deskripsi tekstual dan struktural

Data yang telah dianalisis tersebut kemudian dituliskan dalam sebuah hasil penelitian. Pembahasan penelitian dilakukan dengan mengelaborasi antara fakta-fakta penelitian dengan teori yang digunakan dalam penelitian dan pendapat pribadi peneliti terhadap hasil yang telah diperoleh dari penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Alexandi FM. 2008. Hubungan antara Negera dan Pelaku usaha pada Era Reformasi: Ekonomi Politik Persaingan Usaha pada Industri Tepung Nasional (disertasi). Depok. Universitas Indonesia.

Amin BA. 2010. Proses Politik dan kelompok Elit dalam Industri Migas, Kasus Perpanjangan Kontrak Pemerintah RI dengan Exxon Mobil di Wilayah Blok Cepu Jawa Tengah Tahun 2005 (disertasi). Depok. Universitas Indonesia Awang SA. 2006. Sosiologi Pengetahuan Deforestasi, Konstruksi Sosial dan

Perlawanan. Debut Press. Jogjokarta

Barr, C. 1999. Discipline and Accumulate State Practice and Elite Consolidation in Indonesia Timber Sector 1967−1998 (thesis). Cornell University

Berger P and Luckmann T. 1990. Tafsir Sosial Atas Kenyataan, Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan. Hasan Basri, penerjemah. Jakartas: LP3ES. Terjemahan dari: The Social Construction of Reality. A Treatise in The Sociology of Knowledge.

Caporaso JA dan Levine, DP. 1992. Teori-Teori Ekonomi Politik. Suraji, penerjemah. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Terjemahan dari. Theories of Political Economy

Clark, B. 1998. Political Economy: A Comparative Approach. An imprint of Greenwood Publishing Grup, Inc. United Stated of America.

Creswell J. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitaif dan Mixed. Achmad F, penerjemah. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Terjemahan dari; Research Design, Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches.

Denzim K, Lincoln Y. 1997(editor). Handbook of Qualitative Research. (terjemahan 2009). Pustaka Pelajar. Jakarta

Dinas Kehutanan Riau. 2010. Rekapitulasi IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT di Provinsi Riau. Laporan Tahunan

Giddens, A. 1984. Teori Strukturasi untuk Analisis Sosial. Adi Loka S, penerjemah; Yogyakarta: Penerbit Pedati. Terjemahan dari: The Constitution of Society

(29)

Kementerian Kehutanan. 2011. Statistik Kehutanan Tahun 2011. Kementerian Kehutanan. Jakarta

Kementerian Kehutanan. 2012. Statistik Kehutanan Tahun 2012. Kementerian Kehutanan. Jakarta

Kartodihardjo H. 1998. Peningkatan Kinerja Pelaku usahaan Hutan Alam Produksi Melalui Kebijaksanaan Penataan Institusi (disertasi). Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Kholid M. 2007. Ekonomi Politik Migas : Studi Kasus atas Konfigurasi Ekonomi Politik Lahirnya UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan Implikasinya Bagi Masa Depan Pengembangan Industri Migas Nasional (tesis). Depok. Universitas Indonesia.

Kuswarno E. 2009. Fenomenologi : Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitiannya. Widya Padjajaran. Bandung

Irawan P. 2007. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Fisip UI Press. Jakarta

Leksono S. 2013. Penelitian Kualitatif Ilmu Ekonomi, dari metodologi ke metode. Penerbit RajaGrafindo Persada. Jakarta

Lubis AY dan Adian DG. 2011. Pengantar Filsafat Ilmu Pengetahuan, dari David Hume sampai Thomas Kuhn. Penerbit Koekoesan. Depok

Moran D. 2000. Introduction to Phenomenology. Routledge 11 New Fetter Lane, London and 29 west 35 th street New York.

Media Data Riset. 2010. Progres Pasar Industri Pulp dan Kertas Indonesia, 2010. Media Data Riset. Jakarta

Nugroho B. 2003. Kajian Institusi Pelibatan Usaha Kecil-Menengah Industri Pemanenan Hutan untuk Mendukung Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (disertasi). Bogor. Institut Pertanian Bogor

Nurrochmat DR, Suharjito D, Tambunan AB. 2012. Ekonomi Politik Kehutanan, Mengurai Mitosdan Fakta Pengelolaan Hutan. Indef. Jakarta

Rimbawan TD. 2012. Hubungan Negara dan Pelaku usaha di Era Reformasi, Studi Kasus Bisnis Grup Bakri (2004−2012)(disertasi). Depok. Universitas Indonesia.

Samuel H. 2012. Peter Berger, Sebuah Pengantar Ringkas. Penerbit Kepik. Depok Sulasman. 2014. Metodologi Penelitian Sejarah, Teori Metode Contoh Aplikasi.

Pustaka Setia. Bandung

Sulistiowati. 2010. Perusahaan Grup di Indonesia, Aspek Hukum dan Realitas Bisnis. Erlangga. Jakarta

Yudhiwati A. 2010. Pengambilalihan Saham Perseroan Terbatas Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK)(tesis). Semarang. Universitas Diponegoro

(30)

II. DINAMIKA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN HTI

Bagian ini menyajikan dinamika kebijakan pembangunan HTI yang berdampak terhadap penguasaan areal dan kepemilikan IUPHHK-HT oleh grup perusahaan besar. Kajian menggunakan perspektif sejarah. Bahan kajian adalah peraturan perundangan yang memberi peluang kepada pelaku usaha untuk menguasai usaha pembangunan HTI. Peraturan perundangan yang dikaji adalah Peraturan Menteri Kehutanan. Bab ini menganalisis jaringan kekuasaan (web power), peluang korupsi dan pola-pola korupsi serta kerugian negara yang ditimbulkan dalam pembangunan HTI. Peraturan Menteri Kehutanan yang dikaji adalah peraturan yang diterbitkan selama periode waktu 1989–2013. Kajian ini menggunakan teori konstruksi sosial dari Peter L.Berger dan Thomas Luckmann (Berger dan Luckman 1990) dan teori strukturasi Anthony Giddens (Giddens 1984)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Secara yuridis formal, pembangunan hutan tanaman dimulai ketika pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1990 tentang Hutan Tanaman Industri (HTI). Namun ide tentang pembangunan HTI sudah dimulai sejak tahun 1980-an. Ide tersebut tersebut dikembangkan dalam kajian yang dilakukan oleh perguruan tinggi, terutama Fakultas Kehutanan IPB dan UGM. Fakultas Kehutanan IPB telah menggagas ide tentang pembangunan HTI sebagai alternatif pengelolaan hutan eks Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang telah mengalami kerusakan berat. Pembahasan ide pembangunan HTI tersebut tertuang dalam lokakarya dengan tajuk Kini Menanam Esok Memanen tahun 1984. Gagasan ini kemudian dilanjutkan dengan implementasi dalam bentuk peraturan menteri kehutanan secara operasional. Sementara itu Fakultas Kehutanan UGM juga menggagas perlunya alternatif pembangunan hutan sebagai pengganti HPH yang telah mengalami penurunan potensi kayu. Pengembangan ide pembangunan HTI tersebut dilaksanakan melalui seminar pada tahun 1986.

Gagasan pembangunan HTI didasarkan pada kondisi kerusakan hutan yang diakibatkan oleh eksploitasi dengan model HPH. Berkurangnya potensi kayu hutan alam ini menurunkan kemampuan hutan alam dalam menyediakan bahan baku bagi industri kehutanan, terutama industri kayu lapis (plywood). Oleh karena itu, awalnya pembangunan HTI ditujukan untuk menyediakan bahan baku kayu lapis. HTI ini dikenal dengan HTI pertukangan. Selanjutnya pembangunan HTI untuk pemenuhan industri pulp dan kertas. Salah satu HTI yang dibangun untuk industri pulp dan kertas ini adalah HTI PT. Arara Abadi. HTI ini menyuplai bahan baku industri pulp dan kertas PT. Indah Kiat Pulp and Paper (PT. IKPP).

Disamping tujuan pemenuhan bahan baku industri, pembangunan HTI juga dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas hutan dan penyediaan lapangan kerja atau biasa dikenal dengan pro growth, pro job dan pro poor. Ketiga istilah tersebut diperkenalkan sebagai tujuan pembangunan HTI sekitar tahun 2000-an dengan menekankan bahwa pembangunan HTI tidak hanya semata-mata untuk tujuan industri. Tetapi memiliki tujuan lain yang juga lebih penting.

(31)

tercapai. Beberapa kasus seperti kasus konflik lahan di Riau (Dziaulhaq 2012) serta kasus pemberian IUPHHK-HT kepada PT. RAPP di Pulau Padang Riau telah menimbulkan pertentangan antara masyarakat dengan PT. RAPP. Pertentangan menjadi berita di berbagai media massa sekitar tahun 2011, baik di pusat maupun di daerah. Menurut beberapa analis, penolakan pembangunan HTI di Pulau Padang tersebut tidak lepas dari berbagai kepentingan yang bermain di belakang masyarakat. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa pembangunan HTI sarat dengan berbagai kepentingan. Para pelaku tersebut berkepentingan mendapatkan manfaat dari pembangunan HTI. Salah satu kepentingan pelaku usaha adalah menguasai areal dan kepemilikan IUPHHK-HT. Penguasaan ini dimaksudkan untuk mengamankan kelestarian bahan baku industrinya. Dengan menggunakan perspektif sejarah, dilakukan kajian dinamika kebijakan yang memberi peluang pada penguasaan usaha HTI. Melalui pengkajian terhadap perkembangan pembangunan HTI, dapat diketahui arah pengembangan HTI sampai saat ini. Fokus Penelitian

Pembangunan HTI saat ini telah mencapai 10 juta ha yang melibatkan 249 unit usaha IUPHHK-HT di seluruh Indonesia dan 58 unit IUPHHK-HT di Riau (Statistik Kehutanan 2011). Walaupun secara nasional IUPHHK-HT tersebar di seluruh Indonesia, tetapi pusat pengembangan HTI berada di Riau dengan luas total HTI mencapai 1,6 juta ha dengan dua industri pulp kertas yang memiliki kapasitas produksi total 4 juta ton per tahun.

Fokus penelitian mengkaji dinamika kebijakan pembangunan HTI yang memberi insentif kepada grup perusahaan besar yang ada di Riau untuk menguasai usaha pembangunan HTI. Selanjutnya penelitian melihat apakah pembangunan HTI yang cenderung dikuasai oleh beberapa grup perusahaan besar menimbulkan kerugian bagi negara.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengevaluasi dinamika kebijakan Peraturan Menteri Kehutanan yang menciptakan peluang terjadinya penguasaan usaha pembangunan HTI

2. Memetakan kekuasaan dan kepentingan aktor/lembaga dalam proses penciptaan penguasaan usaha pembangunan HTI

3. Mengevaluasi peluang korupsi dan kerugian negara dalam permohonan perizinan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT)

Manfaat Penelitian

(32)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada tahun 2010–2013 di Riau sebagai bagian dari rangkaian penelitian disertasi secara keseluruhan. Subyek penelitian adalah pelaku yang terlibat dalam pembangunan HTI.

Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah komparatif (Sulasman 2014). Pendekatan ini mengkaji faktor-faktor yang menciptakan peluang penguasaan usaha pembangunan HTI pada beberapa periode waktu.

Metode pengumpulan dan analisis data didasarkan pada tujuan penelitian. 1. Dinamika kebijakan pembangunan HTI yang menciptakan penguasaan usaha

pembangunan HTI

Tujuan pertama ini ingin mengevaluasi peraturan menteri kehutanan. Peraturan menteri kehutanan yang dikaji adalah kebijakan yang memberi insentif kepada pelaku usaha sehingga memberi peluang kepada pelaku usaha untuk menguasai usaha pembangunan HTI. Kajian dilakukan terhadap kebijakan pembangunan HTI, terutama peraturan menteri kehutanan selama periode 1990−2013. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah, pertama melakukan pengumpulan peraturan perundangan (UU, PP dan Permenhut) yang diduga bersifat insentif bagi penguasaan usaha pembangunan HTI. Setelah diperoleh peraturan yang dimaksud dilanjutkan dengan analisis peraturan perundangan. Analisis data menggunakan analisis isi (content analysis). Analisis isi yang digunakan adalah analisis isi kualitatif (Eriyanto 2007) dengan melihat makna dibalik peraturan isi peraturan perundangan yang dikaji. Makna ini dikaitkan dengan implikasinya terhadap penguasaan usaha pembangunan HTI.

Data hasil analisis ini selanjutnya di konfirmasi ke pelaku yang terlibat dalam proses pembangunan HTI. Informan ini terdiri atas Dinas Kehutanan Provinsi Riau dan Kabupaten, pelaku usaha HTI dan konsultan kehutanan.

2. Kekuasaan dan kepentingan dalam proses pembangunan HTI

Tujuan kedua penelitian ini ingin menguraikan pusat-pusat kekuasaan dan kepentingan dalam pembangunan HTI. Identifikasi terhadap kekuasaan dan kepentingan ini dilakukan terhadap peraturan menteri kehutanan dengan mengurai proses yang terjadi dalam implementasi peraturan yang dimaksud. Peraturan menteri kehutanan yang dikaji untuk mengidentifikasi penguasaan usaha pembangunan HTI adalah peraturan menteri kehutanan yang diperoleh dari tujuan pertama.

Selanjutnya untuk mengkofirmasi data yang telah diperoleh dari analisis isi kemudian dilakukan wawancara kepada pelaku pembangunan HTI. Analisis data menggunakan pendekatan konsep kekuasaan-kepentingan (DFID 2003, Nugroho 2008 dan Hero 2012) yang dimodifikasi. Modifikasi yang dimaksud adalah menggunakan konsep kekuasaan-kepentingan untuk mengukur kekuasaan dan kepentingan aktor dengan menggunakan hasil analisis isi, wawancara dan pertimbangan peneliti. Pendefinisian tingkat kekuasaan dan kepentingan dilakukan secara kualitatif.

(33)

Tujuan ketiga ini ingin memetakan peluang korupsi yang terjadi dalam pembangunan HTI, terutama korupsi yang berhubungan dengan implementasi peraturan menteri kehutanan yang memiliki keterkaitan dengan proses penguasaan usaha pembangunan HTI. Peluang korupsi yang teridentifikasi ini dianalisis berdasarkan kekuasaan yang ada dalam pembangunan HTI (tujuan kedua). Peluang korupsi ini dianalisis dengan melihat ada tidaknya penyelewengan penggunaan kekuasaan/kewenangan untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Setelah teridentifikasi korupsi dengan pola korupsi yang terjadi kemudian dilakukan dengan menghitung peluang kerugian negara akibat korupsi. Metode perhitungan kerugian negara menggunakan pendekatan penerimaan negara yang menjadi hak negara tetapi tidak disetorkan ke kas negara8.

Data dikumpulkan dari hasil wawancara dengan informan yang terdiri atas dinas kehutanan provinsi/kabupaten, pelaku usahaHTI, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan konsultan kehutanan. Penelusuran adanya peluang korupsi dilakukan melalui wawancara mendalam dan kajian dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Kerugian negara dihitung setelah diketahui peluang dan pola korupsi. Data kerugian negara ini diperoleh dari hasil wawancara yang selanjutnya divalidasi dengan melakukan perhitungan dengan menggunakan data tambahan lain yang berhubungan. Kerugian negara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kehilangan pendapatan negara karena adanya korupsi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan ide/gagasan tentang pembangunan HTI dapat dibedakan menjadi beberapa periode. Pembagian periode ini didasarkan pada pengembangan ide/gagasan dan kinerja dalam pembangunan HTI9.

a. Periode Pengembangan Gagasan Pembangunan HTI (1980–1990)

Periode pengembangan gagasan adalah periode dimana ide pembangunan HTI mulai digodok. Pemikiran ini diawali oleh adanya realitas bahwa konsesi yang diberikan oleh pemerintah dalam bentuk Hak Pelaku usahaan Hutan (HPH) telah menimbulkan kerusakan yang besar terhadap sumberdaya hutan. Pemikiran tentang pembangunan HTI ini dikembangkan oleh perguruan tinggi (IPB dan UGM), Badan Penelitian Penelitian Pengembangan Kehutanan dengan Kementerian Kehutanan sebagai pelaksana ide/gagasan tersebut. Periode ini ditandai dengan pengembangan model pembangunan HTI yang meliputi aspek perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Beberapa ide yang dimunculkan dalam periode ini adalah pemberian bantuan modal dalam pembangunan HTI. b. Periode Implementasi Gagasan Pembangunan HTI (1990–2000)

8 Metode penghitungan kerugian negara terdiri atas 5 cara yaitu : 1) kerugian keseluruhan (total loss)

dengan beberapa penyesuaian, 2) selisih antara harga kontrak dengan harga pokok pembelian atau harga pokok produksi, 3) selisih antara harga kontrak dengan harga atau nilai pembanding tertentu, 4) penerimaan yang menjadi hak negara tetapi tidak disetorkan ke kas negara, dan 5) pengeluaran yang tidak sesuai dengan anggaran, digunakan untuk kepentingan pribadi atau pihak-pihak tertentu (Tuanakotta 2009)

9 Periodesasi ini didasarkan atas hasil penelitian dan kajian peneliti. Dasar yang digunakan adalah

Gambar

Gambar 1-1.  Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 1-2. Model Fenomenologi
Tabel 1-1. Informan Penelitian dan Waktu Wawancara
Tabel 2-1. Peraturan Perundangan yang memiliki dampak terhadap penguasaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisa data statistik menggunakan Uji-t dua pihak diperoleh nilai diketahui thitung ≥ ttabel atau 4,29 ≥ 1,99 pada taraf signifikan α = 0,05,

How to draw data flow diagrams using rules and guidelines.. How to decompose data flow diagrams into

Hal ini terlihat dengan jelas jika diambil contoh pada lokasi perumahan di Keudah, dimana untuk perjalanan tanpa trafik yang berarti hanya memakan waktu 8.50 (mm:ss) jika

SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA MALANG.. TAHUN

Untuk mengkaji dan merancang media komunikasi kesehatan yang sesuai dengan karakterisktik lingkungan masyarakat wilayah kerja Puskesmas Panambungan Kecamatan Mariso, Kota

Tujuan penelitian, untuk mengetahui:(1) keterampilan berpikir kritis siswa yang diberi model siklus belajar hipotesis-deduktif lebih tinggi daripada model siklus

8 Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengeksplorasi tahapan perawatan dengan pendekatan reorganized ketika dokter gigi melakukan rehabilitasi seluruh rahang dengan

Agus Sunarjanto, MM, selaku Anggota Tim Peneliti dan Dosen Pembimbing Pertama yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk ikut serta dalam penelitian yang