PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI ULKUS
PEPTIKUM DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012
OLEH :
M. AGA FIRZA DIANDRA
100100334
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI ULKUS
PEPTIKUM DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012
OLEH :
M. AGA FIRZA DIANDRA
100100334
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI ULKUS
PEPTIKUM DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012
OLEH :
M. AGA FIRZA DIANDRA
100100334
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI ULKUS
PEPTIKUM DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH :
M. AGA FIRZA DIANDRA
100100334
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI ULKUS
PEPTIKUM DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH :
M. AGA FIRZA DIANDRA
100100334
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI ULKUS
PEPTIKUM DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH :
M. AGA FIRZA DIANDRA
100100334
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Ulkus peptikum merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi dengan dasar tukak tertutup debris dan meluas sampai di bawah epitel. Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia 40 dan 60 tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan karakteristik sosiodemografi ulkus peptikum berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan suku khususnya di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012.
Penelitian yang dilakuk an adalah penelitian yang bersifat deskriptif observasional dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 167 orang dengan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan rekam medis yang terdapat pada rumah sakit te rsebut. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif.
ABSTRACT
Peptic ulcer is an open wound with edemato us border, swelling, and spreading through epithelial tissue. Most cases were occured in individual aged 40 -60 years old.
The aim of this research was to find out prevalence and sociodemographic characteristics of peptic ulcer patients based on age, gender, occupation, marital status, education level and ethnicity at Haji Adam Malik General Hospital Medan.
This research was a descriptive observational study with cross sectional study. The amount of sample were 211 patients, selected by total sampling method. Data were collected using patients medical records at the hospital. Then, data was analyzed using descriptive analysis.
The result of this study shows that most patients were early elderly (20.4%), worked as enterpreneur (33.5%) and married (72.5%). Most Gender were man (50,3%). Most patients were high -school graduate (38.9%) and bataknese (40.1%).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah -nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah dengan judul “Prevalensi dan karakterisitik sosiodemografi Ulkus Peptikum di RSUP H Adam Malik Medan Tahun 2012”. Karya tulis ilmiah (KTI)
ini dimaksudkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Universitas Sumatera Utara.
Dalam Penulisan KTI ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, pengarahan, dan dorongan sehingga KTI ini dapat diselesaikan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, pen ulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan penulis yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing, dr. R. Lia Kusumawati, MS, SpMK (K) yang telah membimbing, membantu dan meluangkan waktunya bagi penulis sehingga KTI ini selesai.
Terima kasih dan penghargaan penulis kepada Orangtua d r. M. Nahrawi J. Hanafiah Sp.OG, dan Mardiani, atas segala nasehat, doa, dorongan dan motivasi yang besar bagi penulis sehingga KTI ini selesai.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan rasa hormat penyusun menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD.,KGEH selaku Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran Sumatera Utara .
2. dr. Zulkifli, MSc. sebagai dosen penguji I yang telah melua ngkan waktunya dalam menguji skripsi ini .
3. dr. Olga Rasiyanti Siregar, M. Ked(Ped), SpA. sebagai dosen penguji II yang telah meluangkan waktunya dalam menguji skripsi ini .
4. Seluruh Staf pengajar Fakultas Kedokteran USU .
tidak dapat dituliskan satu persatu, yang telah memberikan support kepada penulis.
6. Teman-teman kantin tersayang dan seperjuangan (M. Harmen Reza Siregar, M. Haritsyah Warli, Rizky Keumala Ansari, Aisha Citra Nissa, Akbar, Widi, Aulia, Hartok, Upi, Dapes, Petong, Inge, Asyifa, Eris, Putra, Nanda Cepot, Pojan, Aka, Bang Bayu, Wak Leng, Ega, Shiela, Imam, Egi, Ivan, Ejak, Ramsot, Fariz, Farid, Rizky, Dio, Nuzul, dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu) yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini selesai.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga KTI ini dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangsih pemikiran kita semua. Amin.
Medan,8Desember2013 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ... ... .... i
ABSTRAK... ... ... ... ii
ABSTRACT ... ... ... iii
KATA PENGANTAR ... ... ... iv
DAFTAR ISI ... ... ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ... ... viii
DAFTAR TABEL ... ... ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... ... ... x
BAB 1 PENDAHULUAN... ... ... 1
1.1 Latar Belakang... ... ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... ... ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... ... ... 3
1.3.1 Tujuan Umum ... ... ... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ... ... ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... ... ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... ... .. 4
2.1 Ulkus Peptikum ... ... ... 4
2.1.1 Definisi ... ... ... 4
2.1.2 Epidemiologi ... ... ... 4
2.1.3 Anatomi ... ... ... 5
2.1.4 Etiologi ... ... ... 5
2.1.5 Gejala... ... ... 6
2.1.6 Patofisiologi ... ... ... 7
2.1.7 Faktor Resiko ... ... ... 7
2.1.8 Diagnosis ... ... ... 8
2.1.9 Penatalaksanaan...9
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ... ... ... 11
3.1 Kerangka Konsep ... ... ... 11
3.2 Definisi Operasional ... ... ... 11
4.1 Rancangan Penelitian ... ... .... 15
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... ... 15
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... ... 15
4.3.1 Kriteria Indklusi dan Ekslusi ... ... 15
4.4 Metode Pengumpulan Data ... ... 15
4.5 Metode Analisis Data ... ... ... 15
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 17
5.1 Hasil Penelitian ... ... ... 17
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... ... 17
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel ... ... 17
5.2 Pembahasan ... ... ... 21
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 23
6.1 Kesimpulan ... ... ... 23
6.2 Saran... ... ... 23
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 3.2.1 Tabel Variabel dan Alat Ukur 13
Tabel 5.1 Tabel Distribusi Berdasarkan Umur 18
Tabel 5.2 Tabel Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin 18 Tabel 5.3 Tabel Distribusi Berdasarkan Pekerjaan 19 Tabel 5.4 Tabel Distribusi Berdasarkan Status Perkawinan 20 Tabel 5.5 Tabel Distribusi Berdasarkan Tingkat Pendidikan 20
DAFTAR LAMPIRAN
JUDUL
ABSTRAK
Ulkus peptikum merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi dengan dasar tukak tertutup debris dan meluas sampai di bawah epitel. Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia 40 dan 60 tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan karakteristik sosiodemografi ulkus peptikum berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan suku khususnya di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012.
Penelitian yang dilakuk an adalah penelitian yang bersifat deskriptif observasional dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 167 orang dengan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan rekam medis yang terdapat pada rumah sakit te rsebut. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif.
ABSTRACT
Peptic ulcer is an open wound with edemato us border, swelling, and spreading through epithelial tissue. Most cases were occured in individual aged 40 -60 years old.
The aim of this research was to find out prevalence and sociodemographic characteristics of peptic ulcer patients based on age, gender, occupation, marital status, education level and ethnicity at Haji Adam Malik General Hospital Medan.
This research was a descriptive observational study with cross sectional study. The amount of sample were 211 patients, selected by total sampling method. Data were collected using patients medical records at the hospital. Then, data was analyzed using descriptive analysis.
The result of this study shows that most patients were early elderly (20.4%), worked as enterpreneur (33.5%) and married (72.5%). Most Gender were man (50,3%). Most patients were high -school graduate (38.9%) and bataknese (40.1%).
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut erosi, walaupun seringkali dianggap juga sebagai tukak (misalnya tukak karena stress). Diketahui bahwa ulkus peptik terjadi hanya pada area saluran GI yang terpajan pada asam hidroklorida dan pepsin. Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia 40 dan 60 tahun. Tet api, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah diobservasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering daripada wanita, tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir sama dengan pria. Setelah menopause, ins iden ulkus peptikum pada wanita hampir sama dengan pria. Diperkirakan bahwa 5% sampai 15% dari populasi di Amerika Serikat mengalami ulkus, tetapi hanya kira -kira setengahnya yang diketahui. Insidensi ini telah menurun sebanyak 50% selama 20 tahun terakhir (Smeltzer, 2001).
pertahanan pada lambung, meliputi lapisan: pre -epitel, epitel, post epitel ( Kang, J.Y., 1995).
Ulkus lambung tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi berbeda tergantung pada sosial ekonomi, demografi, dijumpai lebih banyak pada pria meningkat pada usia lanjut dan kelompok sosial ekonomi rendah dengan puncak pada dekade keenam. Insidensi dan kekambuhan/rekurensi saat ini menurun sejak ditemuka n kuman Helicobacter pylori(H. pylori) sebagai penyebab dan dilakukan terapi eradikasi. Di Britania Raya sekitar 6 -20% penduduk menderita ulkus pada usia 55 tahun (Tarigan, 2009).
InfeksiHelicobacter pylori adalah faktor utama dalam patogenesis ulkus lambung.Helicobacter pylori ditemukan pada sekitar 70% di pasien dengan ulkus pada lambung. Mekanisme ulkus yang terjadi dipengaruhi oleh Helicobacter pylori dan keseimbangan pertahanan mukosa lambung dan duodenum. Sejauh ini, pengobatan dengan antibiotik mem percepat penyembuhan ulkus dan mencegah rekurensi (Turner, 2010).
Perbandingan antara kejadian ulkus peptikum pada anak laki –laki dan perempuan adalah 1,5:1. Insidensi untuk ulkus peptikum primer sekitar 2 hingga 3 kali lipat lebih tinggi pada anak laki – laki dibanding anak perempuan. Ulkus peptikum primer tidak umum terjadi pada bayi dan anak usia di bawah 10 tahun. Prevalensi ulkus peptikum primer meningkat pada usia remaja. Sementara ulkus peptikum sekunder bisa menyerang semua usia, tetapi meningkat pada pasien usia di bawah 6 tahun. Ulkus peptikum primer relatif jarang terjadi pada anak – anak dengan angka kejadian 1 di antara 2500 rumah sakit pediatrik atau sekitar 1,7%. Pada pusat – pusat kesehatan anak di Amerika, hanya 5 ulkus primer yang didiagnosis setiap tahunnya. Insiden dari ulkus duodenal primer diperkirakan 5 kasus per 100.000 anak. Prevalensi infeksi Helicobacter pylori lebih tinggi dari nilai ini, diperkirakan 10% di negara
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Bagaimana prevalensi dan karakteristik sosiodemografis ulkus peptikum di RSUP H. Adam Malik Medan?
1.3 Tujuan Penilitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui prevalensi dan karakteristik sosiodemografi ulkus peptikum di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi pasien ulkus peptikum berdasarkan umur
2. Untuk mengetahui distribusi pasien ulkus peptikum berdasarkan jenis kelamin
3. Untuk mengetahui distribusi pasien ulkus peptikum berdasarkan pekerjaan
4. Untuk mengetahui distribusi pasien ulkus peptikum berdasarkan status perkawinan
5. Untuk mengetahui distribusi pasien ulkus peptikum berdasarkan tingkat pendidikan
6. Untuk mengetahui distribusi pasien ulkus peptikum berdasarkan suku
6.3.4 Manfaat Penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ulkus Peptikum
2.1.1 Definisi
Ulkus peptikum merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi dengan dasar tukak tertutup debris (Tarigan, 2009).
Ulkus peptikum merupakan erosi lapisan mukosa biasanya di lambung atau duodenum (Corwin, 2009).
Ulkus peptikum adalah keadaan terputusnya kontinuitas mukosa yang meluas di bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa, sub mukosa hingga lapisan otot dari suatu daerah saluran cerna yang langsung berhubungan dengan cairan lambung asam/pepsin (Sanusi, 2011).
2.1.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat sekitar 4 juta orang menderita ulkus peptikum dan sekitar 350.000 kasus baru terdiagnosa setiap tahunnya. Di Amerika Serikat sekitar 3000 orang meninggal dunia akibat ulkus duodenum dan 3000 akibat ulkus lambung. P asien yang di rawat akibat ulkus duodenum berkurang sekitar 50% dari tahun 1970 -1978 tapi untuk ulkus lambung tidak ada penurunan. Ada bukti bahwa merokok, penggunaan rutin aspirin, dan penggunaan steroid yang lama menyebabkan ulkus peptikum. Faktor genetik memainkan peranan penyebab ulkus peptikum. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kopi dan pengganti aspirin mungkin mempengaruhi ulkus, tapi banyak penelitian menunjukkan alkohol tidak merupakan penyebab ulkus (Kurata JH, 1984).
kaitan dengan usia, jumlah kemunculan ulkusmengalami penurunan pada pria usia muda, khususnya untuk ulkus duodenum, dan jumlah meningkat pada wanita usia tua. (Anand, 2012).
2.1.3 Anatomi
Epitel gaster terdiri dari rugae yang mengandung gastric pits atau lekukan yang berukuran mikroskopis. Setiap rugae bercabang menjadi empat atau lima kelenjar gaster dari sel -sel epitel khusus. Susunan kelenjar tergantung letak anatominya. Kelenjar di daerah cardia terdiri < 5 % kelenjar gaster yang mengandung mukus dan sel-sel endokrin. Sebagian terbesar kelenjar gaster (75%) terletak didalam mukosa oksintik mengandung sel-sel leher mukosa, parietal, chief, endokrin dan sel enterokromafin. Kelenjar pilorik mengandung mukus dan sel -sel endokrin (termasuk sel-sel gastrin) dan didapati di daerah antrum.
Sel parietal juga dikenal sebagai sel oksintik biasanya didapati di daerah leher atau isthmus atau kelenjar oksintik. Sel parietal yang tidak terangsang, mempunyai sitoplasma dan kanalikuli intraseluler yang berisi mikrovili ukuran pendek sepanjang permukaan atas. Enzim H+, K+ -ATPase didapati didaerah membran tubulovesikel. Bila sel dirangsang, membran ini dan membran atas/apikal lainnya diubah menjadi jaringan padat dari kanalikuli intraseluler apikal yang mengandung mik rovili ukuran panjang (Tarigan, 2009).
2.1.4 Etiologi
Diketahui ada dua faktor utama penyebab ulkus peptikum, yaitu, infeksiHelicobacter pylori, dan penggunaan NSAID (Lam, 1994).
InfeksiHelicobacterpylori
menggunakan NSAID kurang 75%. Dalam salah satu penelitian, pasien yang tidak menggunakan NSAID, 61% merupakan penderita ulkus duodenum dan 63% merupakan penderita ulkus lambung positif terinfeksi Helicobacter pylori. Hasil ini lebih rendah pada ras kulit putih dibandingkan ras yang tidak berkulit putih.
NSAID
Penggunaan NSAID pada kasus ulkus peptikum sudah menjadi penyebab umum. Obat ini mengganggu pembatas permeabilitas mukosa, membuat mukosa rentan rusak. Sebanyak 30% orang dewasa yang menggunakan NSAID menderita efek samping pada saluran gastrointestinal. Faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko ulkus duodenum pada penggunaan NSAID seperti riwayat ulkus peptikum sebelumnya, umur yang sudah tua, perempuan, penggunaan NSAID dengan dosis tinggi, penggunaan NSAID jangka panjang, dan penyakit penyerta yang parah.
Penelitian jangka panjang menemukan bahwa pasien dengan penyakit artritis dengan umur lebih dari 65 tahun yang secara teratur menggunakan aspirin dosis rendah dapat meningkatkan resiko dispepsia yang cukup parah apabila menghentikan penggunaan NS AID.
Walaupun prevalensi kerusakan saluran gastrointestinal akibat penggunaan NSAID pada anak tidak diketahui, sepertinya bertambah, terutama pada anak-anak dengan penyakit artritis kronis yang diobati dengan menggunakan NSAID. Ditemukan kasus ulserasi lam bung dari penggunaan ibuprofen dengan dosis rendah pada anak -anak (Anand, 2012).
2.1.5 Gejala
penderita. Contohnya anak -anak dan orang tua biasanya tidak memiliki gejala yang sering didapat atau tidak ada gejala sama sekali. Oleh karena itu ulkus biasanya diketahui ketika komplikasi terjadi.
Hanya setengah dari pe nderita ulkus duodenum mempunyai gejala yang sama seperti perih, rasa seperti terbakar, nyeri, pegal, dan lapar. Rasa nyeri berlangsung terus -menerus dengan intensitas ringan sampai berat biasanya terletak di bawah sternum. Kebanyakan orang yang menderita ulkus duodenum, nyeri biasanya tidak ada ketika bangun tidur tetapi timbul menjelang siang. Minum susu dan makan (yang menyangga keasaman PH lambung) atau meminum obat antasida mengurangi nyeri, tapi mulai timbul kembali setelah 2 atau 3 jam kemudian. Nyer i yang dapat membangunkan orang ketika malam hari juga ditemukan. Seringkali nyeri timbul sekali atau lebih dalam sehari selama beberapa minggu dan hilang tanpa diobati. Namun, nyeri biasanya timbul kembali 2 tahun kemudian dan terkadang juga dalam beberap a tahun kemudian. Penderita biasanya akan belajar mengenai pola sakitnya ketika kambuh (biasanya terjadi ketika stres).
Makan bisa meredakan sakit untuk sementara tetapi bisa juga malah menimbulkan sakit. Ulkus lambung terkadang membuat jaringan bengkak (edema) yang menjalar ke usus halus, yang bisa mencegah makanan melewati lambung. Blokade ini bisa menyebabkan kembung, mual, atau muntah setelah makan. (Keshav, 2004).
2.1.6 Patofisiologi
2.1.7 Faktor Resiko Konsumsi Rokok
Bukti yang cukup kuat menunjukkan bahwa mengonsumsi rokok merupakan faktor yang cukup besar yang berhubungan dengan kejadian, lama kejadian, rekurensi dan komplikasi dari ulkus peptikum yang disebabkan oleh Helicobacterpylori.Suatu penelitian epidemiologi menunjukkan merokok meningkatkan resiko baik ulkus duodenal maupun ulkus lambung dan resikonya tergantung pada jumlah rokok yang dikonsumsi. Merokok memperlambat penyembuhan ulkus, menyebabkan rekurensi , dan meningkatkan resiko komplikasi. Berhenti merokok sangat penting untuk mencegah rekurensi dari ulkus duodenal.
Konsumsi Alkohol
Konsentrasi tinggi dari alkohol menyebabkan kerusakan pembatas mukosa lambung terhadap ion hidrogen dan berhubungan dengan lesi mukosa lambung akut yang disebabkan pendarahan mukosa. Alk ohol sendiri menstimulasi sekresi asam, dan komposisi dari minuman beralkohol selain dari alkohol juga menstimulasi sekresi asam.
Faktor Psikologi
sehingga mudah terinfeksi Helicobacter pylori yang dapat menyebabkan ulkus (Soll, 2009).
2.1.8 Diagnosis Endoskopi
Endoskopi merupakan referensi standar untuk diagnosis dari ulkus peptikum. Salah satu kekurangan utamanya adalah biaya yang tinggi di beberapa negara seperti Amerika Serik at. Keputusan untuk melakukan endoskopi pada pasien yang diduga menderita ulkus peptikum didasarkan pada beberapa faktor. Pasien dengan komplikasi ulkus peptikum seperti pendarahan memerlukan evaluasi endoskopi untuk mendapatkan diagnosis yang akurat agar pengobatannya berhasil.
Radiografi
Pemeriksaanradiografi pada saluran gastrointestinal bagian atas juga bisa menunjukkan ulkus peptikum. Salah satu kekurangannya adalah paparan radiasi. Keuntungan endoskopi bisa melakukan biopsi mukosa untuk mendiagnosa Helicobacterpylori, sedangkan radiografi terbatas dalam praktik dunia kedokteran modern (Vakil, 2010).
2.1.9 Penatalaksanaan
Beberapa faktor mempengaruhi penyembuhan ulkus dan kemungkinan untuk kambuh. Faktor yang reversibel harus diidentifikasi seperti infeksiHelicobacterpylori, penggunaan NSAID dan merokok.
Waktu penyembuhan ulkus tergantung pada ukuran ulkus. Ulkus lambung yang besar dan kecil bisa sembuh dalam waktu yang relatif sama jika terapinya efektif. Ulkus yang besar memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh (Soll, 2009)
Bedah
Antasida dan antikolinergik
Antasida dan antikolinergik biasanya tidak terlalu efektif dan harus digunakan terus-menerus dan menghasilkan efek samping.
H2 reseptor antagonis
Pengobatan pertama kali yang efektif pada ulkus peptikum terungkap ketika H2 reseptor antagonis ditemukan. Untuk saat itu obat seperti cimetidine dan ranitidine dipakai di pakai diseluruh dun ia.
Proton Pump Inhibitor (PPI)
PPI secara ireversibel menghentikan produksi asam oleh sel parietal. Omeprazole merupakan salah satu obat PPI pertama kali.
Menghentikan Helicobacter pylori
Menghentikan Helicobacter pylori merupakan cara paling ampuh dan secara permanen menghentikan hampir semua kasus ulkus. Diperlukan kombinasi terapi antara penghenti asam dan dua atau tiga antibiotik agar berhasil.
Penatalaksanaan Darurat
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Pada penelitian ini kerangka konsep tentang prevalensi dan karakteristik sosiodemografik ulkus peptikum adalah (Gambar 3).
Gambar 3. Kerangka Konsep Prevalensi dan Karakteristik Sosiodemografi Ulkus Peptikum
3.2. Definisi Operasional
Sesuai dengan masalah, tujuan, dan model penelitian, maka yang menjadi variabel dalam penelitian beserta dengan definisi operasionalnya masing -masing sesuai dengan yang dicatat oleh petugas rumah sakit sebagai berikut :
a. Ulkus peptikum adalah keadaan terputusnya kontinuitas mukosa yang meluas dibawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa, sub mukosa hingga lapisan otot dari suatu daerah saluran cerna yang langsung berhubungan dengan cairan lambung asam/pepsin.
Kejadian Ulkus Peptikum
Faktor Sosiodemografi:
- Umur - Jenis kelamin - Pekerjaan
b. Prevalensi adalah jumlah kasus penyakit pada suatu tempo tertentu dihubungkan dengan besar populasi.
c. Umur adalah usia penderita ulkus peptikum sesuai dengan yang tercatat pada data rekam medis yang dikategorikan.
d. Jenis kelamin adalah ciri tertentu penderita ulku s peptikum sesuai dengan yang tercatat pada data rekam medis.
e. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh penderita ulkus peptikum sesuai dengan yang tercatat pada data rekam medis.
f. Status perkawinan adalah status perkawinan penderita ulkus p eptikum sesuai dengan yang tercatat pada data rekam medis.
g. Tingkat pendidikan adalah sekolah formal terakhir yang pernah diikuti oleh penderita ulkus peptikum sesuai dengan yang tercatat pada data rekam medis.
Tabel 3.2.1 Variabel dan Alat Ukur VARIABEL ALAT UKUR CARA UKUR
HASIL UKUR SKALA
UKUR Umur Data Rekam Medik Melihat data rekam medik
Dewasa awal (21-30 tahun)
Dewasa akhir (31-40 tahun)
Lansia awal (41-50 tahun
Lansia akhir (51-60 tahun)
Manula (>60 tahun)
Ordinal Jenis Kelamin Data Rekam Medik Melihat data rekam medik Laki-laki Perempuan Nominal Pekerjaan Data Rekam Medik Melihat data rekam medik Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga Pelajar
Pegawai Negri Petani Pensiunan Anak Nominal Status Perkawinan Data Rekam Medik Melihat data rekam medik Kawin Belum Kawin
Nominal
Medik rekam medik
SD SMP SMA Sarjana
Suku
Data Rekam Medik
Melihat data rekam medik
Karo Batak Melayu Aceh Jawa
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain penelitian cross sectional yang dimana penelitian ini dilakukan hanya dalam satu kali dengan tujuan untuk membuat gambaran insidensi atau prevalensi dari penyakit ulkus peptikum pada penderita berdasarkan sosiodemografis.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada Juli -September 2013.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh data rekam medik penderita Ulkus Peptikum. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh data rekam medik Penderita Ulkus Pept ikum di RSUP H Adam Malik Medan periode Januari 2012–Desember 2012. Besar sampel penelitian ini dengan metode total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sebagai sampel, yaitu sebanyak 167 penderita.
4.3.1 Kriteria Inklusi Ekslusi
1. Kriteria Inklusi : Penderita berumur di atas 21 tahun 2. Kriteria Eksklusi : Penderita berumur di bawah 21 tahun
4.4. Metode Pengumpulan Data
4.5. Metode Analisis Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diperoleh dari data rekam medik dari penelitian dilakukan menggunakan data rekam medik yang ada di RSUP H. Adam Malik Medan
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17 Medan Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan. RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VIII/1990. Disamping itu, RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan RI No.502/Menkes/I X/1991 tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik pada tanggal 11 januari 1993.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel
Data penelitian merupakan rekam medik y ang berjumlah 167 yang merupakan pasien penderita pasien ulkus peptikum.
a. Umur
[image:31.612.133.510.674.713.2]Karakteristik umur pasien da lam penelitian ini dibagi atas 5 kategori: dewasa awal (21-30 tahun), dewasa akhir (31-40 tahun), lansia awal (41 -50 tahun), lansia akhir (51-60 tahun), dan manula (>60 tahun). Dari hasil penelitian didapati distribusi karakteristik pasien berdasarkan kategori umur sebagai berikut: kategori umur penderita penyakit ulkus peptikum terbanyak adalah dewasa awal dengan jumlah 48 (28,7%) kasus dan yang paling sedikit adalah dewasa akhirdengan jumlah 23 (13,8%) kasus. Data distribusi frekuensi karakteristik sampel berdasarkan umur selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur
Dewasa akhir 23 13,8
Lansia awal 31 18,6
Lansia akhir 33 19,8
Manula 32 19,2
Total 167 100
b. Jenis Kelamin
[image:32.612.125.512.107.183.2]Berdasarkan hasil penelitian didapati jumlah penderita ulkus peptikum paling banyak pada laki-laki yaitu sejumlah 84 (50,3%) kasus dan pada perempuan sejumlah 83 (49,7%) kasus. Data distribusi frekuensi karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
c. Pekerjaan
Karakteristik pekerjaan pasien da lam penelitian ini dibagi atas 6 kategori: wiraswasta, ibu rumah tangga, pelajar, p egawai negeri, petani dan pensiunan. Dari hasil penelitian didapati distribusi karakteristik pasien berdasarkan kategori pekerjaan ditemukan bahwa pasien dengan pekerjaan wiraswasta merupakan jum lah terbanyak, yaitu sejumlah 59 (35,3 %) kasus dan yang paling sedikit pensiunan, yaitu sejumlah 10 (6,0%) kasus.Data distribusi frekuensi karakteristik sampel berdasarkan pekerjaan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.3
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persen (%)
Laki-laki 84 50,3
Perempuan 83 49,7
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Pekerjaan
d. Status Perkawinan
Berdasarkan hasil penelitian ini didapati jumlah pasien paling banyak yaitu yang telah menikah sejumlah 121 (72,5%) kasus dan yang belum menikah sejumlah 46 (27,5%) kasus. Data distribusi frekuensi karakteristik sampel berdasarkan pekerjaan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Status Perkawinan
Perkawinan Frekuensi (n) Persen (%)
Belum Kawin 46 27,5
Kawin 121 72,5
Total 167 100
e. Tingkat Pendidikan
Karakteristik tingkat pendidikan pasien dalam penelitian ini dibagi atas 5 kategori: belum sekolah, SD, SMP, SMA, dan sarjana. Dari hasil
Pekerjaan Frekuensi (n) Persen (%)
Wiraswasta 59 35,3
Ibu Rumah Tangga 49 29,3
Pelajar 22 13,2
Pegawai Negri 11 6,6
Petani 16 9,6
Pensiunan 10 6
[image:33.612.129.513.508.583.2]tingat pendidikan ditemukan bahwa pasien dengan tingkat pendidikan terakhir SMA merupakan jumlah terbanyak, yaitu sejumlah 69 (41,3%) dan yang paling sedikit belum sekolah, yaitu sejumlah 8 (4 ,8%). Data distribusi frekuensi karakteristik sampel berdasarkan tingkat pendidikan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.5
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan Frekuensi (n) Persen (%)
Belum Sekolah 8 4,8
SD 40 24,0
SMP 35 21,0
SMA 69 41,3
Sarjana 15 9
Total 167 100.0
f. Suku
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Suku
Suku Frekuensi (n) Frekuensi (%)
Karo 22 13,2
Batak 67 40,1
Melayu 19 11,4
Aceh 10 6
Jawa 49 29,3
Total 167 100
5.2 Pembahasan
Berdasarkan umurpasien terbanyak penderita penyakit ulkus peptikum adalah dewasa awal (28,7%) yaitu usia 21-30 tahun. Hasil ini tidak terlalu berbeda dengan hasil penelitia n Nasif (2007) yang menyatakan prevalensi pasien ulkus peptikum di Indonesia terutama usia 20-60 tahun. Pada penelitian serupa oleh Smeltzer (20 01) di Amerika menyatakan frekuensi paling besar individu penderita ulkus peptikum antara usia 40-60 tahun. Hasil ini juga serupa dengan penelitian oleh Sreenivasan (2012) di malaysia yang menyatakan pasien ulkus terbanyak berada pada usia di atas 25 tahun. Pada penelitian yang dilakukan Goh (2008) juga menyatakan penderita ulkus peptiku m paling banyak diatas usia 25 tahun. Pada penelitian yang dilakukan Wy socki (2011) penderita ulkus peptikum paling banyak berada pada usia di atas 40 tahun.
Effendi (2005) yang menyatakan bahwa situasi pekerjaan yang penuh dengan stress dapat menyebabkan penyakit ulkus peptikum.
Berdasarkan status perkawinan pasien penderita ulkus peptikum terbanyak adalah orang yang sudah menikah (72,5%) dan yang belum menikah (27,5%) hal ini belum pernah diteliti sebelumnya .
Berdasarkan tingkat pendidikan pasien pender ita ulkus peptikum terbanyak adalah SMA (41,3%), diikuti oleh SD (24%), SMP (21 %), Sarjana (9%), dan belum sekolah (4,8%). Hasil ini berbeda dengan penelitian Levenstein (1995) di Amerika yang menyatakan semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka sem akin rentan menderita ulkus peptikum. Hal ini bisa disebabkan karena adanya perbedaan tingkat pendidikan antara kedua negara.
Berdasarkan suku pasien penderita ulkus peptikum terbanyak adalah mereka yang bersuku Batak (40,1%) hal ini dipengaruhi oleh tempat penelitian yang mayoritasnya suku batak , diikuti oleh Jawa (29,3%), Karo (13,2%), Melayu (11,4%), dan Aceh (6%). Pada penelitian di Malaysia oleh Goh (2008) didapati suku paling banyak adalah Cina dan India sedangkan yang paling sedikit adalah suku Melay u.
6.1 Kesimpulan
Penderita ulkus peptikum terbanyak dalam penelitian ini adalah dari kelompok lansia awal (20,4%) dengan jenis kelamin terbanyak laki-laki (50,3%). Pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta (33,5 %) dengan status perkawinan terbanyak adalah kawin (72,5%). Status pendidikan terbanyak adalah SMA (38,9 %) dengan suku paling banyak adalah batak (40,1%).
6.2 Saran
1. Diperlukannya studi epidemiologi mengenai faktor resiko dari ulkus peptikum.
2. Perlunya kajian tambahan terhadap faktor demografis lainnya seperti pendapatan dan daerah tempat tinggal
DAFTAR PUSTAKA
Anand, B.S., Katz, J., 2012.Peptic Ulcer Disease, Medscape Reference, Professor. Department of Internal Medicine, Division of Gastroenterology, Baylor College of Medicine. Available from: http://emedicine.medscape.com/ [accessed 15 April 2013].
Corwin, Elizabeth J., 2009. Ulkus Peptikum. Dalam: Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Goh, K., 2008.Prevalence of and risk factors for Helicobacter pylori infection in a multi-racial dyspeptic Malaysian population undergoing endoscopy. Journal of Gastroenterology and Hepatology.
Effendy, Nasrul., 2005.Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Kang J.Y., Yeoh K.G., Chia H.P. , Lee H.P., Chia Y.W., Guan R., Yap I., 1995. Chili-protective factor against peptic ulcer ? Digestive Diseases and Sciences.
Available from:http://www.jykang.co.uk/ [accessed 16 April 2013].
Keshav, Satish., 2004.The Gastroinstestinal System at a Glance. Oxford: Blackwell Publishing Ltd.
Kurata, J.H., Haile, B.M., 1984. Epidemiology of Peptic Ulcer Disease. US National Library of Medicine. National Institutes of Health.Available
from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ [accessed 16 April 2013].
Lam, S.K., 1994.,Aetiological factors of peptic ulcer. Perspectives of epidemiological observations this century. U.S National Library of Medicine. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ [Accessed 16 April 2013].
Mutaz, S.I., 2009.Peptic Ulcer Disease. Available from: http://emedicine.medscape.com [accessed 15 April 2013].
Nasif, H., R. Dahlan, I. L. Lingga. 2007. Profil dan Optimalisasi
Penggunaan Kombinasi Anti Tukak peptik Dengan Antasida pada Pasien
Tukak Peptik di Ruang Rawat Inap SMF Penyakit Dalam RSAM Bukit
tinggi. Jurnal Sains Dan Teknologi Farmasi.
Sanusi, Iswan A., 2011. Tukak Lambung. Dalam: Rani, Aziz., Simadibrata, M., Syam, A.F., (eds).Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Smeltzer, S.C., 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Soll, S.H, Graham D.Y., 2009. Peptic Ulcer Disease. Dalam: Yamada, T., (ed). Textbook
of Gastroenterology.Oxford: Blackwell Publlishing Ltd.
Sreenivasan, S.,Batumanathan G., 2012.Prevalence of Helicobacter pylori infection among patients referred for endoscopy: Gender and ethnic differences dalam Asian Pacific Journal of Tropical Disease. Kedah, Malaysia.
Tarigan, P., 2009. Tukak Gaster. Dalam: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B. , Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Ilmu Dalam Edisi V Jilid I.Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Turner J.R., 2010.The Gastrointestinal Tract. Dalam: Robbins, S.L., Cotran, R.S., Kumar, V., (eds). Pathologic Basis of Disease. 8th ed Philadelphia: Saunders Elsevier.
Vakil, N., 2010. Peptic Ulcer Disease. Dalam: Feldman, M., Friedman, L.S., Brandt ., L.J., (eds).Sleisenger and Fodtran’s Gastrointestinal and Liver Disease: Pathophysiology/ Diagnosis/Ma nagement.Philadelphia: Saunders Elsevier.
Wysocki, A., Budzy, P., 2011 .Changes in the Localization of Perforated Peptic Ulcer and its Relation to Gender and Age of the Patients throughout the last 45
Years.U.S National Library of Medicine. Available from :
No
Nomor
Rekam Medis Umur
Jenis Kelamin Pekerjaan Status Perkawinan Tingkat Pendidikan Suku Range Umur Kategori Umur
1 00.51.66.18 49 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SD Karo 41-50
lansia awal
2 00.51.92.06 60 Laki-Laki Pensiunan Kawin SMA Batak 51-60
lansia akhir
3 00.51.74.19 48 Perempuan
Ibu Rumah Tangga
Belum
Kawin Sarjana Batak 41-50
lansia awal
4 00.51.54.05 53 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Batak 51-60
lansia akhir
5 00.51.33.23 76 Perempuan Petani Kawin SD Batak >60 manula
6 00.51.92.05 50 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMP Batak 41-50
lansia awal 7 00.51.80.96 84 Laki-Laki Pensiunan Kawin SMA Karo >60 manula
8 00.51.21.43 55 Laki-Laki Petani Kawin
Belum
Sekolah Melayu 51-60
lansia akhir
9 00.51.19.05 60 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Batak 51-60
lansia akhir
10 00.51.74.18 53 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SD Jawa 51-60
lansia akhir
11 00.53.87.21 71 Laki-Laki Petani Kawin SD Batak >60 manula
12 00.53.87.20 24 Perempuan Pelajar
Belum
Kawin SMA Aceh 21-30
dewasa awal
13 00.53.89.20 29 Perempuan Wiraswasta Kawin Sarjana Aceh 21-30
dewasa awal
14 00.53.30.14 34 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMP Karo 31-40
dewasa akhir
15 00.54.24.78 68 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMA Melayu >60 manula
16 00.54.24.77 52 Laki-Laki Petani Kawin
Belum
Sekolah Batak 51-60
lansia akhir 17 00.54.26.71 63 Perempuan Pensiunan Kawin SMP Jawa >60 manula
18 00.54.24.76 57 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Batak 51-60
lansia akhir
19 00.54.26.09 72 Perempuan Pensiunan Kawin SMA Jawa >60 manula
20 00.51.21.45 55 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMA Melayu 51-60
lansia akhir
21 00.51.80.98 21 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMP Melayu 21-30
dewasa awal
22 00.51.77.57 44 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMP Aceh 41-50
lansia awal
23 00.51.19.07 45 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMA Karo 41-50
lansia awal
24 00.52.19.86 21 Perempuan Pelajar
Belum
Kawin SMA Batak 21-30
dewasa awal
25 00.52.87.31 44 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Melayu 41-50
lansia awal
26 00.52.72.21 65 Laki-Laki Petani Kawin SD Karo >60 manula
27 00.52.19.84 23 Perempuan Pelajar
Belum
Kawin SMA Jawa 21-30
dewasa awal
28 00.52.72.22 46 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SD Batak 41-50
lansia awal 29 00.50.05.83 90 Perempuan Pensiunan Kawin SMA Karo >60 manula
akhir
32 00.49.99.07 65 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SD Batak >60 manula
33 00.49.10.82 53 Perempuan
Pegawai
Negri Kawin SMA Batak 51-60
lansia akhir
34 00.49.94.49 62 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMA Batak >60 manula
35 00.49.10.83 32 Laki-Laki Wiraswasta
Belum
Kawin SMP Jawa 31-40
dewasa akhir
36 00.53.41.84 61 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Batak >60 manula
37 00.49.10.84 56 Perempuan Wiraswasta Kawin SD Melayu 51-60
lansia akhir
38 00.50.05.81 24 Laki-Laki Wiraswasta
Belum
Kawin SMA Jawa 21-30
dewasa awal
39 00.50.04.96 53 Laki-Laki Petani Kawin SMP Batak 51-60
lansia akhir
40 00.50.04.97 29 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMP Jawa 21-30
dewasa awal
41 00.50.57.43 52 Laki-Laki
Pegawai
Negri Kawin Sarjana Jawa 51-60
lansia akhir
42 00.50.05.13 34 Laki-Laki Wiraswasta
Belum
Kawin Sarjana Jawa 31-40
dewasa akhir
43 00.48.38.31 77 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMP Batak >60 manula
44 00.48.67.05 52 Laki-Laki Petani Kawin SMP Batak 51-60
lansia akhir
45 00.48.38.32 43 Perempuan
Pegawai
Negri Kawin SMA Aceh 41-50
lansia awal
46 00.48.38.33 24 Laki-Laki Pelajar
Belum
Kawin SMA Melayu 21-30
dewasa awal
47 00.53.30.16 31 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Batak 31-40
dewasa akhir
48 00.50.32.19 52 Laki-Laki
Ibu Rumah
Tangga Kawin SD Jawa 51-60
lansia akhir
49 00.50.32.18 46 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMP Batak 41-50
lansia awal
50 00.50.05.12 22 Perempuan Pelajar
Belum
Kawin SMA Jawa 21-30
dewasa awal
51 00.45.40.46 43 Laki-Laki
Pegawai
Negri Kawin SMA Batak 41-50
lansia awal
52 00.45.40.45 50 Laki-Laki
Pegawai
Negri Kawin SMA Batak 41-50
lansia awal
53 00.48.31.86 68 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Jawa >60 manula
54 00.53.41.85 31 Laki-Laki Petani Kawin SMA Batak 31-40
dewasa akhir
55 00.53.30.15 21 Laki-Laki Pelajar
Belum
Kawin SMP Batak 21-30
dewasa awal
56 00.50.29.53 56 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMA Batak 51-60
lansia akhir
57 00.50.05.53 75 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SD Jawa >60 manula
58 00.50.01.62 62 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SD Karo >60 manula
59 00.50.57.41 53 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Karo 51-60
akhir
61 00.50.05.11 32 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMP Batak 31-40
dewasa akhir
62 00.50.32.17 54 Laki-Laki Petani Kawin SD Batak 51-60
lansia akhir
63 00.50.32.20 58 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SD Jawa 51-60
lansia akhir
64 00.50.04.98 22 Laki-Laki Pelajar
Belum
Kawin SMA Batak 21-30
dewasa awal
65 00.50.01.64 43 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMP Melayu 41-50
lansia awal
66 00.52.77.24 49 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SD Batak 41-50
lansia awal
67 00.51.21.46 31 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SD Batak 31-40
dewasa akhir
68 00.51.45.36 42 Laki-Laki
Pegawai
Negri Kawin SMA Batak 41-50
lansia awal
69 00.52.87.33 33 Laki-Laki Wiraswasta
Belum
Kawin SMA Batak 31-40
dewasa akhir
70 00.51.77.58 58 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMP Aceh 51-60
lansia akhir
71 00.51.03.62 77 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SD Batak >60 manula
72 00.51.66.19 70 Perempuan Wiraswasta Kawin SD Melayu >60 manula
73 00.51.19.08 22 Perempuan Wiraswasta Kawin SMA Batak 21-30
dewasa awal
74 00.45.31.88 43 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Melayu 41-50
lansia awal
75 00.46.32.88 30 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Jawa 21-30
dewasa awal
76 00.54.26.49 41 Laki-Laki Wiraswasta
Belum
Kawin SMA Batak 41-50
lansia awal
77 00.54.24.79 50 Laki-Laki Wiraswasta Kawin
Belum
Sekolah Melayu 41-50
lansia awal
78 00.54.26.86 75 Perempuan Pensiunan Kawin SMA Batak >60 manula
79 00.49.10.85 73 Laki-Laki
Pegawai
Negri Kawin Sarjana Melayu >60 manula
80 00.53.83.23 30 Perempuan Wiraswasta
Belum
Kawin SMP Melayu 21-30
dewasa awal
81 00.53.41.87 59 Perempuan Pensiunan Kawin Sarjana Batak 51-60
lansia akhir
82 00.48.39.82 39 Laki-Laki Wiraswasta
Belum
Kawin SMA Batak 31-40
dewasa akhir
83 00.38.82.72 28 Perempuan Wiraswasta
Belum
Kawin SMA Batak 21-30
dewasa awal
84 00.41.83.37 22 Laki-Laki Pelajar
Belum
Kawin SMP Jawa 21-30
dewasa awal
85 00.42.67.70 42 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Jawa 41-50
lansia awal
86 00.42.27.84 48 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMP Batak 41-50
lansia awal
87 00.43.86.42 28 Laki-Laki Pelajar
Belum
Kawin SMA Batak 21-30
dewasa awal
akhir
90 00.49.94.50 23 Perempuan Pelajar
Belum
Kawin SMA Jawa 21-30
dewasa awal
91 00.50.01.63 29 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Batak 21-30
dewasa awal
92 00.49.99.09 47 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMP Jawa 41-50
lansia awal
93 00.52.72.23 25 Laki-Laki Wiraswasta
Belum
Kawin SMA Batak 21-30
dewasa awal
94 00.51.45.35 53 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SD Jawa 51-60
lansia akhir
95 00.53.41.86 30 Laki-Laki Wiraswasta
Belum
Kawin SMA Aceh 21-30
dewasa awal
96 00.37.47.40 24 Perempuan Pelajar
Belum
Kawin SMP Jawa 21-30
dewasa awal
97 00.48.39.81 38 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMA Jawa 31-40
dewasa akhir
98 00.49.77.71 22 Laki-Laki Pelajar
Belum
Kawin SMA Jawa 21-30
dewasa awal
99 00.51.74.20 55 Laki-Laki Wiraswasta Kawin Sarjana Batak 51-60
lansia akhir
100 00.51.92.07 55 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMP Jawa 51-60
lansia akhir
101 00.52.87.32 25 Perempuan Pelajar
Belum
Kawin SMP Karo 21-30
dewasa awal
102 00.36.90.50 75 Perempuan Pensiunan Kawin Sarjana Karo >60 manula
103 00.45.40.47 26 Perempuan Pelajar
Belum
Kawin SMP Jawa 21-30
dewasa awal
104 00.51.45.33 56 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SD Jawa 51-60
lansia akhir
105 00.37.47.38 60 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SD Jawa 51-60
lansia akhir 106 00.48.39.79 83 Perempuan Wiraswasta Kawin SD Jawa >60 manula
107 00.49.77.69 28 Perempuan Wiraswasta
Belum
Kawin SMP Karo 21-30
dewasa awal
108 00.51.77.55 71 Laki-Laki Petani Kawin SD Karo >60 manula
109 00.52.87.30 62 Perempuan Petani Kawin SMP Batak >60 manula
110 00.04.84.51 82 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SD Karo >60 manula
111 00.26.20.83 78 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SD Jawa >60 manula
112 00.36.90.48 45 Perempuan
Pegawai
Negri Kawin Sarjana Aceh 41-50
lansia awal
113 00.51.03.59 55 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SD Jawa 51-60
lansia akhir
114 00.51.66.16 58 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Jawa 51-60
lansia akhir
115 00.10.81.00 55 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Batak 51-60
lansia akhir
116 00.28.98.38 73 Perempuan Petani Kawin SD Karo >60 manula
117 00.32.16.01 66 Perempuan Wiraswasta Kawin SD Karo >60 manula
118 00.35.36.86 44 Laki-Laki Wiraswasta Kawin
Belum
Sekolah Batak 41-50
lansia awal
120 00.41.83.36 35 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Jawa 31-40
dewasa akhir 121 00.42.67.69 70 Laki-Laki Pensiunan Kawin SMA Batak >60 manula
122 00.42.27.83 49 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMP Batak 41-50
lansia awal
123 00.43.86.41 46 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SD Jawa 41-50
lansia awal
124 00.51.80.97 26 Laki-Laki Wiraswasta
Belum
Kawin Sarjana Batak 21-30
dewasa awal
125 00.49.99.08 38 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMP Batak 31-40
dewasa akhir
126 00.51.21.44 61 Laki-Laki Pensiunan Kawin SMA Batak >60 manula
127 00.51.45.34 29 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin Sarjana Karo 21-30
dewasa awal
128 00.37.47.39 28 Perempuan
Ibu Rumah Tangga
Belum
Kawin SMP Jawa 21-30
dewasa awal
129 00.48.39.80 34 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Melayu 31-40
dewasa akhir
130 00.49.77.70 41 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMA Karo 41-50
lansia awal
131 00.50.57.42 32 Perempuan Wiraswasta
Belum
Kawin SMA Batak 31-40
dewasa akhir
132 00.51.19.06 25 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Batak 21-30
dewasa awal
133 00.50.05.82 21 Perempuan Wiraswasta
Belum Kawin
Belum
Sekolah Batak 21-30
dewasa awal
134 00.51.77.56 21 Perempuan Pelajar
Belum
Kawin SD Karo 21-30
dewasa awal
135 00.04.84.52 44 Perempuan
Pegawai
Negri Kawin SMA Batak 41-50
lansia awal
136 00.36.90.49 21 Laki-Laki Petani
Belum
Kawin SD Jawa 21-30
dewasa awal
137 00.51.03.60 52 Laki-Laki
Pegawai
Negri Kawin SMA Batak 51-60
lansia akhir
138 00.51.33.24 21 Perempuan Pelajar
Belum
Kawin SMA Batak 21-30
dewasa awal
139 00.51.54.06 22 Laki-Laki Pelajar
Belum
Kawin SD Batak 21-30
dewasa awal
140 00.51.66.17 22 Laki-Laki Pelajar
Belum
Kawin SMP Aceh 21-30
dewasa awal
141 00.52.19.85 24 Laki-Laki Pelajar
Belum
Kawin SD Melayu 21-30
dewasa awal
142 00.51.03.61 22 Perempuan Pelajar
Belum Kawin
Belum
Sekolah Jawa 21-30
dewasa awal
143 00.51.33.25 64 Laki-Laki Petani Kawin SD Jawa >60 manula
144 00.51.54.07 34 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin Sarjana Batak 31-40
dewasa akhir
145 00.53.87.22 40 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMA Batak 31-40
dewasa akhir
146 00.41.83.38 44 Laki-Laki Pelajar
Belum
Kawin SD Batak 41-50
lansia awal
147 00.42.83.38 53 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin Sarjana Jawa 51-60
Negri akhir
150 00.43.86.43 47 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMA Karo 41-50
lansia awal
151 00.48.67.07 92 Laki-Laki Petani Kawin SMA Jawa >60 manula
152 00.49.94.51 28 Laki-Laki Wiraswasta
Belum
Kawin SD Jawa 21-30
dewasa awal
153 00.50.05.55 51 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMP Melayu 51-60
lansia akhir
154 00.51.80.99 28 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Jawa 21-30
dewasa awal
155 00.49.99.10 25 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SD Karo 21-30
dewasa awal
156 00.50.29.55 24 Laki-Laki Wiraswasta
Belum
Kawin SMA Batak 21-30
dewasa awal
157 00.49.77.72 21 Laki-Laki Wiraswasta
Belum
Kawin SD Melayu 21-30
dewasa awal
158 00.50.05.14 35 Laki-Laki Wiraswasta
Belum
Kawin Sarjana Batak 31-40
dewasa akhir
159 00.50.57.44 42 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Batak 41-50
lansia awal
160 00.51.74.21 45 Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Kawin SMA Melayu 41-50
lansia awal
161 00.51.92.08 23 Perempuan Pelajar
Belum
Kawin SMA Jawa 21-30
dewasa awal
162 00.53.30.17 29 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMA Batak 21-30
dewasa awal
163 00.48.38.34 28 Laki-Laki Wiraswasta
Belum
Kawin SMA Jawa 21-30
dewasa awal
164 00.36.90.51 25 Laki-Laki Wiraswasta
Belum
Kawin SMP Karo 21-30
dewasa awal
165 00.45.40.48 36 Laki-Laki Petani Kawin SD Jawa 31-40
dewasa akhir
166 00.51.54.08 41 Laki-Laki Wiraswasta Kawin SMP Jawa 41-50
lansia awal
167 00.38.82.80 31 Laki-Laki Wiraswasta
Belum
Kawin SMA Batak 31-40
Umur
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid dewasa awal 48 28.7 28.7 28.7
dewasa akhir 23 13.8 13.8 42.5
lansia awal 31 18.6 18.6 61.1
lansia akhir 33 19.8 19.8 80.8
manula 32 19.2 19.2 100.0
Total 167 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 84 50.3 50.3 50.3
Perempuan 83 49.7 49.7 100.0
Total 167 100.0 100.0
Tingkat Pendidikan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Belum
Sekolah 8 4.8 4.8 4.8
SD 40 24.0 24.0 28.7
SMP 35 21.0 21.0 49.7
SMA 69 41.3 41.3 91.0
Sarjana 15 9.0 9.0 100.0
PEKERJAAN
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Wiraswasta 59 35.3 35.3 35.3
Ibu Rumah
Tangga 49 29.3 29.3 64.7
Pelajar 22 13.2 13.2 77.8
Pegawai Negeri 11 6.6 6.6 84.4
Petani 16 9.6 9.6 94.0
Pensiunan 10 6.0 6.0 100.0
Total 167 100.0 100.0
PERKAWINAN
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Belum
Kawin 46 27.5 27.5 27.5
Kawin 121 72.5 72.5 100.0
Total 167 100.0 100.0
SUKU
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Karo 22 13.2 13.2 13.2
Batak 67 40.1 40.1 53.3
Melayu 19 11.4 11.4 64.7
Aceh 10 6.0 6.0 70.7
Jawa 49 29.3 29.3 100.0