• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONSUMSI DAN PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN ENERGI BAHAN BAKAR MINYAK UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KONSUMSI DAN PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN ENERGI BAHAN BAKAR MINYAK UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI SURAKARTA"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ANALISIS KONSUMSI DAN PERILAKU KONSUMEN

DALAM PENGGUNAAN ENERGI BAHAN BAKAR MINYAK

UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI SURAKARTA

Skripsi

SUKMA HENDRA WAHYUDI S

I 0306077

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ix

ABSTRAK

Sukma Hendra Wahyudi S, NIM : I0306077. ANALISIS KONSUMSI DAN PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN ENERGI BAHAN

BAKAR MINYAK UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI

SURAKARTA. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010.

Masyarakat di Indonesia, khususnya masyarakat Kota Surakarta membutuhkan energi yang berasal dari minyak bumi untuk kendaraan bermotor yang digunakan sebagai penunjang dalam melakukan aktivitas kerja. Pada tahun 2008, Kota Surakarta mengalami kekurangan energi bahan bakar minyak jenis premium. Hal ini disebabkan salah satunya karena tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor di Surakarta. Tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor ini, diikuti dengan peningkatan konsumsi masyarakat akan bahan bakar minyak jenis premium.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam menggunakan energi dari bahan bakar minyak jenis premium serta mengetahui jumlah indeks konsumsi masyarakat di Surakarta. Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap. Tahap pertama adalah menentukan sampel. Dalam penentuan sampel penelitian metode yang digunakan yaitu area sampling dan purposive sampling. Sedangkan jumlah responden ditentukan dengan rumus dari Taro Yamane sebanyak 400 responden. Tahap kedua menyusun kuesioner, semua variabel, atribut, dan pertanyaan diadaptasikan dari model perilaku konsumen Kotler (1997). Tahap ketiga melakukan analisis cluster. Data diolah dengan menggunakan metode analisis cluster dan dilakukan profiling cluster hingga diperoleh karaktistik masyarakat Surakarta. Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah menghitung indeks konsumsi masyarakat Surakarta akan bahan bakar minyak jenis premium.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik masyarakat di Kota Surakarta dibagi menjadi tiga cluster. Cluster pertama mempunyai karakteristik usia, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga berada di atas rata-rata populasi. Dimana responden kebanyakan adalah pria dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta. Cluster kedua mempunyai karakteristik usia dan pendapatan berada di bawah rata-rata populasi, dengan jumlah anggota keluarga berada di atas rata-rata populasi. Jenis kelamin kebanyakan respondennya wanita, dengan pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa. Sedangkan cluster ketiga mempunyai karakterisik usia berada di atas rata-rata populasi, sedangkan untuk pendapatan dan jumlah anggota keluarga berada di bawah rata-rata populasi. Jenis kelamin responden kebanyakan pria, dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta. Indeks konsumsi masyarakat Surakarta dari penelitian ini sebesar 23 liter/bulan untuk tiap-tiap individu sedangkan indeks konsumsi per keluarga sebesar 95 liter/bulan.

Kata kunci: indeks konsumsi, BBM, uji validitas, uji reliabilitas, uji outlier, dan

analisis cluster.

(3)

commit to user

x ABSTRACT

Sukma Hendra Wahyudi S, NIM : I0306077. ANALYSIS OF CONSUMPTION AND CONSUMER BEHAVIOR IN THE USE OF ENERGY F UEL F OR MOTOR VEHICLES IN SURAKARTA. Thesis. Surakarta : Industrial Engineering Department, Engineering F aculty, Sebelas Maret University, October 2010.

People in Indonesia, especially the city of Surakarta requires energy derived from petroleum for motor vehicles which are used as support in performing work activities. In 2008, the city of Surakarta experiencing an energy shortage of premium fuel. This is due to one of them because of the high growth of motor vehicles in Surakarta. The high growth of these vehicles, followed by an increase in private consumption will fuel the premium type.

This study ains to determine people’s behavior in using the energy from fuel oil to know the amount of premium as well as private consumption index in Surakarta. This research was conducted in four stages. The first stage is to determine the sample. In determining the research sample, the method used is the area sampling and purposive sampling. While the number of respondents is determine by the formula Taro Yamane of 400 respondents. The second phase of preparing the questionnaire, all variables, attributes, and questions adapted from the model of consumer behavior Kotler (1997). The third stage cluster analysis and cluster profiling done to achieve the characteristics of Surakarta community. The last step in research is to calculate the index consumption Surakarta.

The result of this type of research shows that characteristic of the people in the city of Surakarta is devided into three clusters. The first cluster has the characteristics of age, income, and family size is above the average population. When respondents were mostly men with a job as private employees. The second cluster has the characteristic of age and income is below the average population, with the number of family members is above the average population. The sex of the respondents mostly women, with employment as a student. While the third cluster has the characteristic age is above the population average, while for income and family size is below the average population. The sex of the respondents mostly men, with jobs as private employees. Surakarta index consumption of this study of 23 liters per month for each individual while the index of consumption per family of 95 liters/month.

Keywords : consumption index, BBM, test validity, reliability test, outlier test, and cluster analysis.

(4)

commit to user

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan beberapa hal pokok mengenai penelitian ini, yaitu

latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

batasan masalah dan asumsi, serta sistematika pembahasan.

1.1 Latar Belakang

Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat dunia

salah satunya masyarakat di Indonesia. Hampir semua sektor kehidupan (industri,

rumah tangga, transportasi, jasa, dan lain-lain) tidak bisa dipisahkan dari sektor

energi (Nuryanti, 2007). Tiap-tiap sektor kehidupan yang ada tidak lepas dari

sumber energi yang berasal dari minyak bumi, khususnya sektor transportasi.

Selain itu, minyak bumi juga berperan besar dalam penghasil penerimaan devisa

negara. Ketergantungan akan minyak bumi inilah yang manyebabkan Indonesia

menjadi negara yang boros dalam pengkonsumsian energi.

Negara yang boros energi memiliki tingkat keelastisitasan energi yang

tinggi. Elastisitas energi adalah perbandingan antara pertumbuhan konsumsi

energi dengan pertumbuhan ekonomi. Di tingkat elastisitasnya Indonesia berada

pada kisaran 1,84 pada 2003. Tebilang sangat boros energi dibandingkan

Malaysia yang hanya 1,69, Thailand 1,16 dan Singapura 0,73, Amerika Serikat

0,26, Kanada 0,17 dan Jepang 0,10. Sementara itu indeks intensitas energi

Indonesia di atas 400, dibandingkan dengan Thailand hanya sekitar 350 dan

Amerika Utara tidak sampai 300, bahkan Jepang hanya memiliki intensitas energi

100 atau sekitar seperempat kali intensitas energi Indonesia (Riaukita, 2005).

Keborosan yang ada di Indonesia ini dipicu karena adanya pola

masyarakat Indonesia yang selalu mengkonsumsi hal-hal yang bersifat baru. Pola

konsumtif di Indonesia tahun demi tahun semakin meningkat. Pola konsumsi akan

hal baru ini terbukti dengan bertambah banyaknya masyarakat Indonesia yang

terpancing untuk membeli barang baru yang ada di media-media. Salah satu

contoh fenomena ini adalah fenomena pembelian kendaraan bermotor. Badan

(5)

commit to user

I-2

mengalami kenaikan 13% dari tahun sebelumnya yaitu dari 57.769.449 menjadi

65.273.451. Perincian kenaikan jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2008

antara lain, 994.965 untuk jumlah mobil, 479.747 untuk jumlah bis, 300.737

untuk jumlah truk, sedangkan untuk sepeda motor mengalami kenaikan yang pesat

sebesar 5.728.553 (BPS Nasional, 2008).

Pembelian kendaraan bermotor yang meningkat ini sangat mudah terlihat

di kota-kota besar di Indonesia salah satunya kota Surakarta. Kota Surakarta

sendiri memiliki masyarakat yang berasal dari berbagai tipe golongan kerja. Mulai

dari pedagang, buruh pabrik, sampai pekerja kantoran. Berbagai macam tipe

pekerja di kota Surakarta, menjadikan kota ini selalu padat dengan penduduk yang

melakukan aktivitas kerja. Sehingga menjadikan masyarakat Surakarta banyak

yang membeli kendaraan bermotor ini sebagai penunjang dalam melakukan

aktivitas kerja. Adanya kendaraan bermotor yang digunakan untuk menunjang

aktivitas kerja masyarakat kota Surakarta, membuat kota ini memiliki peluang

penggunaan energi yang kurang terkontrol khususnya energi minyak atau sering

disebut dengan Bahan Bakar Minyak (BBM).

BBM di kota Surakarta sendiri juga pernah mengalami kekurangan persediaan

pada tahun 2008. Sejumlah SPBU di Solo kehabisan cadangan bensin.

Kelangkaan bensin ini terjadi lantaran lonjakan konsumsi dari masyarakat terus

berlanjut. Sementara Pertamina tidak menambah jumlah armada pengiriman

premium ke SPBU-SPBU (www.solopos.com). Sehingga terjadi banyak antrean di

tiap-tiap SPBU, dan antrean itu terjadi hanya pada SPBU yang memiliki stok

premium bukan yang stok yang lainnya.

Stok premium yang ada mengalami penipisan karena tingginya pertumbuhan

kendaraan bermotor di Surakarta. Tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor ini

telah mendorong peningkatan konsumsi premium sebesar 4-5% setiap bulannya

(www.detik.com). Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat dilakukan sebuah

riset tentang bagaimana perilaku dan indeks konsumsi masyarakat dalam

menggunakan BBM khususnya premium dengan judul “Analisis Konsumsi dan

Perilaku Konsumen Dalam Penggunaan Energi Bahan Bakar Minyak untuk

(6)

commit to user

I-3

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku masyarakat

dalam mengkonsumsi energi bahan bakar minyak khususnya premium

untuk kendaraan bermotor di wilayah Kota Surakarta.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Mengetahui perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi/menggunakan

energi bahan bakar minyak khususnya premium untuk kendaraan

bermotor di wilayah Kota Surakarta.

2. Mengetahui indeks konsumsi masyarakat dalam menggunakan energi

dari bahan bakar minyak khususnya premium untuk kendaraan

bermotor di wilayah Kota Surakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah mendapatkan bahan pertimbangan dalam membuat

kebijakan-kebijakan tentang pengendalian persediaan sumber daya

energi terhadap konsumsi energi dari bahan bakar minyak beberapa

tahun kedepan.

2. Pemerintah mendapatkan bahan evaluasi tentang tingkat konsumsi

bahan bakar minyak masyarakat sehingga pemerintah dapat menjaga

keseimbangan antara supply dan demand dari bahan bakar minyak.

3. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para penyedia

layanan pengisian bahan bakar minyak dalam menentukan jumlah

persediaan bahan bakar minyak bagi konsumen.

1.5 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini dibuat batasan-batasan sebagai berikut :

Responden yang diambil berdasarkan data demografi yaitu jumlah

kepala keluarga di wilayah Kota Surakarta yang menggunakan bahan

(7)

commit to user

I-4

1.6 Asumsi-asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Interpretasi responden terhadap pertanyaan dalam kuisioner adalah

sama dengan yang dimaksud peneliti.

2. Segala sesuatu yang dinyatakan responden (berupa jawaban yang

diberikan dalam kuesioner) merupakan cerminan pendapat mereka

yang sesungguhnya tanpa ada maksud tertentu.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang permasalahan,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

pembatasan masalah, asumsi-asumsi, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori, konsep dan fakta

yang menjadi landasan berpikir untuk menganalisis dan

membahas permasalahan yang ada. Tinjauan pustaka

diambil dari berbagai sumber yang berkaitan langsung

dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang tahap-tahap dan prosedur

penelitian untuk menggambarkan bagaimana penelitian

dilakukan dan kerangka berpikir yang digunakan untuk

mengkaji masalah. Langkah-langkah tersebut tersusun

dalam bentuk flowchart.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini menjelaskan tentang pengumpulan data yang

diperoleh dari kuisioner yang diisi oleh responden. Data

yang telah terkumpul, selanjutnya diuji proporsi dan

(8)

commit to user

I-5

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Bab ini menyajikan analisis dan interpretasi dari hasil

pengolahan data yang telah dilakukan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari analisis dan

interpretasi hasil penelitian mengacu pada penelitian serta

memberikan saran berupa masukan bagi perusahaan dan

(9)

commit to user

II-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang konsep, teori dan fakta yang digunakan dalam

penelitian sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk menganalisa permasalahan

yang ada serta penelitian sejenis yang pernah dilakukan.

2.1 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli dalam

bidang perilaku konsumen. Kotler (2000) menyatakan bahwa perilaku konsumen

adalah bagaimana konsumen memilih, membeli dan memanfaatkan barang atau

jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

Perilaku konsumen merupakan hal kompleks dan dipengaruhi banyak

faktor. Pendekatan pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan harus

benar-benar dirancang dengan baik dengan memperhatikan faktor-faktor perilaku

konsumen tersebut (Kotler, 1997).

2.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Dalam menganalisis setiap perilaku konsumen di dalam masyarakat tidak

mudah, hal ini dikarenakan terdapat bebagai macam faktor yang memperngaruhi

setiap perilaku konsumen tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen

dalam mengambil keputusan membeli dan mengkonsumsi suatu produk tertentu

adalah kebudayaan, sosial, personal dan psikologikal (Kotler, 1997), yang dapat

dilihat pada gambar 2.3.

Budaya

Budaya

Sosial

Kelompok referensi

Pribadi

Usia Psikologis

Subbudaya Keluarga

Tahap siklus hidup Motivasi

Pekerjaan Persepsi

Situasi Ekonomi Pembelajaran Pembeli

Kelas

sosial Peran dan status

Gaya hidup Kepercayaan

Kepribadian Sikap

Konsep diri

Sumber: Kotler, 1997

(10)

commit to user

II-2

Setiap peran yang yang ada dalam faktor-faktor tersebut sangat berbeda

untuk setiap jenis produk yang berbeda pula. Perbedaan ini dipengaruhi oleh

adanya faktor yang dominan pada setiap pembelian produk yang berbeda tersebut.

Contoh, pilihan wanita terhadap lipstik kurang dipengaruhi oleh keluarga, yang

mungkin berpengaruh adalah faktor sosial lain, misalnya lingkungan pergaulan.

Contoh lain, dalam menentukan tempat kuliah, faktor keluargalah yang paling

berpengaruh. Faktor kebudayaan kecil pengaruhnya (Simamora, 2002).

A. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor yang berpengaruh paling luas pada seorang

konsumen. Yang termasuk ke dalam faktor kebudayaan adalah budaya (suatu

simbol dan fakta yang kompleks yang diciptakan manusia dan diturunkan dari

generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam

masyarakat yang ada), sub budaya (ciri sosialisasi yang khas bagi

masing-masing anggotanya yaitu bangsa, ras, geografi), dan kelas sosial (kelas

dimana orang tersebut berada), dimana kesemuanya turut mempengaruhi

perilaku konsumen.

1. Budaya

Budaya adalah faktor penentu paling pokok dari keingginan dan perilaku

seseorang. Makhluk paling rendah biasanya dituntun oleh naluri.

Sedangkan manusia, perilaku biasanya dipelajari dri lingkungan

sekitarnya. Sehingga nilai, persepsi, preferensi dan perilaku antara

seseorang yang tinggal pada daerah tertentu dapat berbeda dengan orang

lain yang berada dilingkungan yang lain pula. Sehingga pemasar sangat

berkepentingan untuk melihat pergeseran budaya tersebut agar dapat

menyediakan produk-produk baru yang diinginkan konsumen.

2. Sub Budaya

Tiap budaya memiliki subbudaya yang lebih kecil, atau sekelompok orang

dengan sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi hidup

yang sama. Seperti kelompok kebangsaan yang bertempat tinggal disuatu

daerah mempunyai cita rasa dan minat etnik yang khas. Demikian pula

halnya dengan kelompok keagamaan. Daerah geografi adalah daerah

(11)

commit to user

II-3

penting dan pemasar sering menemukan manfaat dengan merancang

produk yang disesuaikan dengan kebutuhan subbudaya tersebut.

3. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah susunan yang relatif permanen dan teratur dalam suatu

masyarakat yang anggotanya memiliki nilai, minat dan perilaku yang

sama. Kelas sosial tidak ditentukan oleh faktor tunggal seperti pekerjaan,

pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan variable lainya. Kelas sosial

memperlihatkan preferensi produk dan merk yang berbeda.

B. Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti referensi

(kelompok-kelompok yang secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain), keluarga, peranan, dan status

(posisi seseorang dalam masing-masing kelompok).

1. Kelompok referensi

Perilaku sesorang banyak dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil.

Kelompok yang berpengaruh langsung dan di mana seseorang menjadi

anggota yang disebut kelompok keanggotaan. Ada yang disebut kelompok

primer, dimana angotanya berinteraksi secara tidak formal seperti

keluarga, teman dan sebagainya. Ada pula yang disebut kelompok

sekunder, yaitu seseorang berinteraksi secara formal tetapi tidak regular.

Contohnya adalah organisasi. Kelompok rujukan adalah kelompok yang

merupakan titik perbandingan atau tatap muka atau tak langsung dalam

pembentukan sikap seseorang. Orang sering dipengaruhi oleh kelompok

rujukan dimana ia tidak menjadi anggotanya. Pemasar dalam hal ini

berupaya mengidentifikasikan kelompok rujukan dari pasar sasarannya.

Kelompok ini dapat mempengaruhi orang pada perilaku dan gaya hidup.

Mereka dapat mempengaruhi pilihan produk dan merk yang akan dipilih

seseorang

2. Keluarga

Anggota keluarga pembeli dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap

(12)

commit to user

II-4

orang tua yang memberikan arah dalam hal tuntutan agama, politik

ekonomi dan harga diri.

3. Peran dan status

Seseorang dapat menjadi bagian dari beberapa kelompok selama hidupnya

seperti dalam keluarga dan organisasi. Posisi seseorang dalam

masing-masing kelompok disebut peran dan status. Setiap peran merupakan

kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan seseorang, seperti peran orang tua

dalam keluarga atau peran direktur dalam perusahaan. Setiap peran

memiliki status yang mencerminkan penghargaan umum terhadap peran

tersebutdalam masyarakat atau kelompok secara langsung. Setiap peran

dan status tidak hanya mempengaruhi perilaku secara umum tetapi juga

mempengaruhi perilaku pembelian seseorang

C. Faktor Personal

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor personal seperti umur dan

siklus hidup, pekerjaan, kondisi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan

konsep diri.

1. Umur dan siklus hidup

Orang akan mengubah barang atau jasa yang mereka beli sepanjang

kehidupan meraka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai

dengan usia. Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga. Sehingga

pemasar hendaknya memperhatikan perubahan minat pembelian yang

terjadi yang berhubungan dengan daur hidup manusia.

2. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya.

Dengan demikian pemasar dapat mengidentifikasikan kelompok yang

berhubungan dengan jabatan yang mempunyai minat di atas rata-rata

terhadap produk mereka.

3. Kondisi ekonomi

Keadaan ekonomi mempengaruhi pilihan produk. Pemasar yang

produknya peka terhadap pendapatan dapat dengan seksama

memperhatikan kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan

(13)

commit to user

II-5

adanya resesi, pemasar dapat mencari jalan untuk menetapkan posisi

produknya.

4. Gaya hidup

Orang yang bersal dari subbudaya, kelas sosial dan pekerjaan yang sama

dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup seseorang

menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin

dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. Konsep gaya hidup apabila

digunakan oleh pemasar secara cermat, dapat membantu untuk memahami

nilai-nilai konsumen yang terus berubah dan bagaimana nilai-nilai tersebut

mempengaruhi perilaku konsumen.

5. Kepribadian dan konsep diri

Tiap orang yang mempunyai kepribadian yang khas dan ini akan

mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu pada

karakteristik psikologis yang unik yang menimbulkan tanggapan relatif

konstan terhadap lingkungannya sendiri. Kepribadian sangat bermanfaat

untuk menganalisis perilaku konsumen bagi beberapa pilihan produk atau

merk.

D. Faktor Psikologis

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti motivasi,

persepsi, proses belajar, sikap dan kepercayaan.

1. Motivasi

Kebanyakan kebutuhan-kebutuhan yang ada tidak cukup kuat untuk

memotivasi seseorang untuk bertindak terhadap hal tertentu. Suatu

kebutuhan akan berubah menjadi suatu motif apabila kebutuhan itu telah

mencapai tingkat tertentu. Motif adalah suatu kebutuhan yang cukup

menekan seseorang untuk mengejar kepuasan.

2. Persepsi

Seseorang yang termotivasi akan siap bereaksi. Bagaimana seseorang itu

akan bertindak dipengaruhi oleh persepsi mengenai situasi. Dua orang

dalam kondisi motivasi yang sama dan tujuan situasi yang sama mungkin

bertindak secara berbeda karena perbedaan persepsi meraka terhadap

(14)

commit to user

II-6

individu memilih, merumuskan dan menafsirkan masukan informasi untuk

menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia.

3. Proses belajar

Proses belajar menjelaskan perubahan alam perilaku seseorang yang

timbul dari pengalaman dan kebanyakan perilaku manusia adalah hasil

proses belajar. Secara teori pembelajaran seseorang dihasilkan melalui

dorongan, rangsangan, isyarat, tanggapan, dan penguatan. Para pemasar

dapat membangun permintaan akan produk dengan menghubungkannya

dengan dorongan yang kuat, dengan menggunakan isyarat motivasi dan

memberikan penguatan positif.

4. Sikap dan kepercayaan

Dengan melalui proses belajar, seseorang akan mempunyai sikap dan

kepercayaan tertentu. Sikap adalah kesiapan mental yang diorganisasikan

melalui pengalaman dan memiliki pengaruh tertentu pada tanggapan

seseorang terhadap suatu objek dan situasi yang berhubungan dengannya.

Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk akan terbentuk melalui

sikap positif terhadap produk, yang didukung dengan adanya pengenalan

dan pemahaman yang baik terhadap produk tersebut. Selain itu,

kepercayaan terhadap produk juga dipengaruhi oleh faktor kepuasan yang

diperoleh konsumen. Kepercayaan terhadap produk akan membawa

konsumen tetap membeli atau menggunakan produk tersebut (Simamora,

2002).

2.2 Bahan Bakar Minyak

Bahan bakar adalah bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses

pembakaran dengan sendirinya, disertai pengeluaran karbon (Chemeng.UI, 2009).

Sedangkan bahan bakar minyak merupakan bahan yang berbentuk cair yang

apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran denagn sendirinya dimana

juga disertai adanya pengeluaran karbon.

Bahan bakar minyak memiliki berbagai macam jenis dan bentuk. Menurut

Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (2010) bahan bakar minyak yang ada

(15)

commit to user

II-7

1. Avgas ( AviationGasoline)

Bahan bakar minyak ini merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari

fraksi minyak bumi. Avgas didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan

tipe mesin sistem pembakaran dalam (internal combution), mesin piston

dengan sistem pengapian. Performa BBM ini ditentukan dengan nilai octane

number antara nilai dibawah 100 dan juga diatas nilai 100 . Nilai octane jenis

Avgas yang beredar di Indonesia memiliki nilai 100/130.

2. Avtur (Aviation Turbine)

Bahan bakar minyak ini merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari

fraksi minyak bumi. Avtur didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan

tipe mesin turbin (external combution). performa atau nilai mutu jenis bahan

bakar avtur ditentukan oleh karakteristik kemurnian bahan bakar, model

pembakaran turbin dan daya tahan struktur pada suhu yang rendah.

3. Bensin

Jenis bahan bakar minyak Bensin merupakan nama umum untuk beberapa

jenis BBM yang diperuntukkan untuk mesin dengan pembakaran dengan

pengapian. Di Indonesia terdapat beberapa jenis bahan bakar jenis bensin

yang memiliki nilai mutu pembakaran berbeda. Nilai mutu jenis BBM bensin

ini dihitung berdasarkan nilai RON (Randon Otcane Number). Berdasarkan

RON tersebut maka BBM bensin dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

- Premium (RON 88) : Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat

pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya adalah untuk

bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil, sepeda

motor, motor tempel dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor

gasoline atau petrol.

- Pertamax (RON 92) : ditujukan untuk kendaraan yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan tanpa timbal (unleaded).

Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi diatas

tahun 1990 terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan

(16)

commit to user

II-8

- Pertamax Plus (RON 95) : Jenis BBM ini telah memenuhi standar

performance International World Wide Fuel Charter (WWFC). Ditujukan

untuk kendaraan yang berteknologi mutakhir yang mempersyaratkan

penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan ramah lingkungan. Pertamax

Plus sangat direkomendasikan untuk kendaraan yang memiliki kompresi ratio

> 10,5 dan juga yang menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI),

Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI), Turbochargers dan

catalytic converters.

4. Minyak Tanah (Kerosene)

Minyak tanah atau kerosene merupakan bagian dari minyak mentah yang

memiliki titik didih antara 150 °C dan 300 °C dan tidak berwarna. Digunakan

selama bertahun-tahun sebagai alat bantu penerangan, memasak, water

heating, dll. Umumnya merupakan pemakaian domestik (rumahan), usaha

kecil.

5. Minyak Solar (HSD)

High Speed Diesel (HSD) merupakan BBM jenis solar yang memiliki angka

performa cetane number 45, jenis BBM ini umumnya digunakan untuk mesin

trasportasi mesin diesel yang umum dipakai dengan sistem injeksi pompa

mekanik (injection pump) dan electronic injection, jenis BBM ini

diperuntukkan untuk jenis kendaraan bermotor trasportasi dan mesin industri.

6. Minyak Diesel (MDF)

Minyak Diesel adalah hasil penyulingan minyak yang berwarna hitam yang

berbentuk cair pada temperatur rendah. Biasanya memiliki kandungan sulfur

yang rendah dan dapat diterima oleh Medium Speed Diesel Engine di sektor

industri. Oleh karena itulah, diesel oil disebut juga Industrial Diesel Oil

(IDO) atau Marine Diesel Fuel (MDF).

7. Minyak Bakar (MFO)

Minyak bakar bukan merupakan produk hasil destilasi tetapi hasil dari jenis

residu yang berwarna hitam. Minyak jenis ini memiliki tingkat kekentalan

yang tinggi dibandingkan minyak diesel. Pemakaian BBM jenis ini umumnya

untuk pembakaran langsung pada industri besar dan digunakan sebagai bahan

(17)

commit to user

II-9

ekonomi lebih murah dengan penggunaan minyak bakar. Minyak Bakar tidak

jauh berbeda dengan Marine Fuel Oil (MFO).

8. Biodiesel

Jenis bahan bakar ini merupakan alternatif bagi bahan bakar diesel

berdasar-petroleum dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak nebati atau

hewan. Secara kimia, ia merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran

mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak. Jenis Produk yang

dipasarkan saat ini merupakan produk biodiesel dengan campuran 95 persen

diesel petrolium dan mengandung 5 persenCPO yang telah dibentuk menjadi

Fatty Acid Methyl Ester (FAME).

9. Pertamina Dex

Merupakan bahan bakar mesin diesel modern yang telah memenuhi dan

mencapai standar emisi gas buang EURO 2, memiliki angka performa tinggi

dengan cetane number 53 keatas, memiliki kualitas tinggi dengan kandungan

sulfur di bawah 300 ppm, jenis BBM ini direkomendasikan untuk mesin

diesel teknologi injeksi terbaru (Diesel Common Rail System), sehingga

pemakaian bahan bakarnya lebih irit dan ekonomis serta menghasilkan tenaga

yang lebih besar.

2.3 Indeks Konsumsi

Menurut kamus bahasa Indonesia, indeks adalah daftar harga sekarang

dibandingkan dengan harga sebelumnya menurut persentase untuk mengetahui

turun naiknya harga barang atau rasio antara dua unsur kebahasaan tertentu yg

mungkin menjadi ukuran suatu ciri tertentu. Sedangkan konsumsi mempunyai

pengertian pemakaian hasil produksi atau barang-barang yang langsung

memenuhi kebutuhan hidup kita (KBI Online, 2010).

Dari kedua pengertian diatas dapat diketahui bahwa indeks konsumsi

merupakan sebuah rasio dengan ukuran tertentu yang digunakan untuk

mengetahui berapa besar pemakaian hasil produksi yang digunakan dalam

memenuhi kebutuhan hidup manusia. Jadi dapat diketahui juga bahwa indeks

(18)

commit to user

II-10

mengetahui seberapa besar pemakaian barang hasil produksi (bahan bakar

minyak) yang digunakan oleh manusia.

2.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam setiap melakukan penelitian dapat

dikumpulkan dengan beberapa cara, dengan cara dan sumber yang berbeda.

Metode pengumpulan data terdiri dari:

2.4.1 Observasi

Observasi adalah cara mengumpulkan data dengan cara melakukan

pencacatan secara cermat dan teliti. Secara umum observasi dapat dilaksanakan

dengan cara, sebagai berikut:

1. Dengan partisipasi

Dalam observasi jenis ini, pengamat ikut menjadi partisipan.

2. Tanpa partisipasi

Observasi jenis ini, pengamat bertindak sebagai non partisipan.

2.4.2 Wawancara

Wawancara merupakan sebuah metode pengumpulan data dengan cara

bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden. Dalam

wawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan responden.

Pewawancara merupakan orang yang memegang kunci keberhasilan wawancara.

Wawancara memerlukan keterampilan tertentu dalam mengajukan pertanyaan dan

menangkap jawaban responden.

2.4.3 Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya. Analisa data kuantitatif didasarkan pada hasil kuesioner

tersebut. Sekaran (2000) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan

kuesioner, yaitu: prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan fisik.

1. Prinsip Penulisan Kuesioner

(19)

commit to user

II-11

Yang dimaksud di sini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut merupakan

bentuk pengukuran atau bukan?, kalau berbentuk pengukuran, maka dalam

membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus skala pengukuran

dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.

b. Bahasa yang digunakan

Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner harus disesuaikan

dengan kemampuan berbahasa responden.

c. Tipe dan bentuk pertanyaan

Tipe pertanyaan dalam kuesioner dapat terbuka atau tertutup dan bentuknya

dapat menggunakan kalimat positif atau negatif. Berdasarkan jenis

pertanyaannya, kuesioner dibedakan menjadi empat macam (Aaker, 1995),

yaitu:

1. Pertanyaan tertutup

Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang telah disertai pilihan

jawabannya. Responden tinggal memilih salah satu jawaban yang

tersedia, dan tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain.

2. Pertanyaan terbuka

Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban

bebas dari responden.

3. Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka

Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka adalah pertanyaan yang

telah disediakan jawabannya tetapi kemudian diberi pertanyaan terbuka.

4. Pertanyaan semi terbuka

Pertanyaan semi terbuka adalah pertanyaan yang disediakan pilihan

jawabannya tetapi kemudian masih ada kemungkinan bagi responden

untuk memberikan tambahan jawaban.

d. Pertanyaan tidak mendua

Setiap pertanyaan dalam kuesioner jangan mendua sehingga menyulitkan

responden untuk memberikan jawaban. Contoh: bagaimana pendapat anda

(20)

commit to user

II-12 e. Tidak menanyakan yang sudah lupa

Setiap pertanyaan dalam kuesioner, sebaiknya juga tidak menanyakan

hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa.

f. Pertanyaan tidak menggiring

Pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya tidak menggiring ke jawaban yang

baik saja atau ke yang jelek saja.

g. Panjang pertanyaan

Pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan

membuat jenuh responden dalam mengisi.

h. Urutan pertanyaan

Urutan pertanyaan dalam kuesioner, dimulai dari yang umum menuju ke hal

yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak.

2. Prinsip Pengukuran

Kuesioner yang diberikan kepada responden merupakan instrumen penelitian

yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu

instrumen kuesioner tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data

yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Maka kuesioner perlu

diuji validitas dan reliabilitasnya.

3. Penampilan Fisik Kuesioner

Penampilan fisik kuesioner sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi

respon atau keseriusan responden dalam mengisi kuesioner.

2.5 Skala

Setiap pertanyaan dalam wawancara atau pernyataan dalam kuesioner

mewakili satu variabel (atau satu descriptor) dan masing-masing pertanyaan atau

pernyataan mewakili satu aspek/karakteristik/atribut dari suatu objek yang ingin

dinilai. Setiap variabel selalu diukur/dinilai dari suatu objek yang ingin dinilai.

Setiap variabel selalu diukur/ dinilai dengan menggunakan skala. Menurut Hair

(1988) ada empat macam skala yang dapat digunakan, sebagai berikut:

1. Skala nominal/kategori

Yaitu skala yang nilai-nilainya hanya berupa atribut atau kategori yang tidak

(21)

commit to user

II-13 2. Skala ordinal

Yaitu skala yang nilai-nilainya dapat diurutkan atau dapat dibandingkan dalam

pengertian lebih besar atau lebih kecil tetapi jarak antara dua nilai tidak dapat

diukur/diartikan.

3. Skala interval

Yaitu skala yang nilai-nilainya dapat diurutkan atau dibandingkan dalam

pengertian lebih besar atau lebih kecil dan juga jarak antara dua nilainya dapat

diukur/diartikan. Tetapi skala interval memiliki titik nol (zero point) yang tidak

tetap/sembarang. Perbedaan antara skala interval dan skala ratio hanya pada

zero point saja, yaitu skala ratio memiliki zero point yang absolut (tetap).

4. Skala ratio

Yaitu skala yang paling kuantitatif atau paling presisi dalam melakukan

pengukuran karena memiliki nilai titik nol absolute. Skala ini banyak dipakai

untuk variabel-variabel eksak yang nilainya memiliki satuan uang, waktu,

berat, dan jarak.

5. Skala nominal dan skala ordinal termasuk dalam skala nonmetrik (kualitatif),

sedangkan skala interval dan skala ratio termasuk dalam skala metrik

(kuantitatif).

2.6 Metode Sampling

Ada 2 macam metode pengambilan sampel (Suliyanto, 2006) yaitu

pengambilan sampel secara acak (probability sampling) dan pengambilan sampel

secara tidak acak (nonprobability sampling).

2.6.1 Pengambilan Sampel Secara Acak

Pengambilan sampel secara acak (probability sampling) adalah metode

sampling yang setiap anggota populasinya memiliki peluang yang spesifik dan

bukan nol untuk terpilih sebagai sampel. Peluang setiap anggota populasi tersebut

dapat sama, dapat juga tidak. Pengambilan sampel secara acak, terdiri dari:

1. Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling), adalah suatu

teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota populasi memiliki

(22)

commit to user

II-14

2. Pengambilan sampel acak sistematis (systematic sampling), adalah suatu

teknik pengambilan sampel dimana titik mula pengambilan sampel dipilih

secara random dan kemudian setiap nomor dengan interval tertentu dari daftar

populasi dipilih sebagai sampel.

3. Pengambilan sampel acak terstratifikasi (stratified sampling), adalah suatu

teknik pengambilan sampel dimana terlebih dahulu dilakukan pembagian

anggota populasi ke dalam kelompok-kelompok kemudian sampel diambil

dari setiap kelompok tersebut secara acak. Stratifikasi atau pembagian ini

dapat dilakukan berdasarkan ciri/karakteristik tertentu dari populasi yang

sesuai dengan tujuan penelitian.

4. Pengambilan sampel kelompok (cluster sampling), adalah suatu teknik

pengambilan sampel dimana sampling unitnya bukan individual melainkan

kelompok individual (cluster) berdasar ciri/karakteristik tertentu. Selanjutnya

dari cluster-cluster yang ada, dipilih satu cluster secara acak, kemudian

diambil sampel secara acak dari cluster terpilih ini. Hal ini dimungkinkan

karena masing-masing cluster dianggap homogen sehingga tidak diperlukan

dilakukan pengambilan sampel pada semua cluster.

5. Pengambilan sampel secara bertahap (double sampling), adalah suatu teknik

pengambilan sampel yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama

dilakukan untuk mendapatkan informasi awal. Tahap selanjutnya dilakukan

wawancara ulang dengan tambahan untuk mendapatkan informasi yang lebih

detail.

2.6.2 Pengambilan Sampel Secara Tidak Acak

Pengambilan sampel secara tidak acak (non probability sampling) adalah

metode sampling yang setiap anggota populasinya tidak memiliki peluang yang

sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota populasi tertentu

untuk terpilih tidak diketahui. Pengambilan sampel secara tidak acak terdiri dari:

1. Accidental Sampling (Convenience Sampling), adalah suatu teknik

pengambilan sampel dimana sampel yang diambil merupakan sampel yang

paling mudah diperoleh atau dijumpai.

2. Purposive Sampling (Judgmental Sampling), adalah suatu teknik pengambilan

(23)

commit to user

II-15

yang terseleksi oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel

tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri

atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

3. Quota Sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana sampel

diambil dari suatu sub populasi yang mempunyai karakteristik-karakteristik

tertentu dalam batasan jumlah atau kuota tertentu yang diinginkan.

4. Snowball Sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel yang sangat

sesuai digunakan untuk mengetahui populasi dengan ciri-ciri khusus yang sulit

dijangkau. Pemilihan pertama dilakukan secara acak, kemudian setiap

responden yang ditemui diminta untuk memberikan informasi mengenai

rekan-rekan lain yang mempunyai kesamaan karakteristik yang dibutuhkan.

2.7 Pengujian Data

Penelitian merupakan sebuah proses yang dilakukan secara sistematis

dan terencana untuk memecahkan dan mencari setiap jawaban terhadap sebuah

permasalahan tertentu. Beberapa tahap uji yang dilakukan sebelum melakukan

pengolahn data dalam melakukan sebuah penelitian meliputi:

2.7.1 Uji validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu instrumen ukur dalam melakukan fungsi ukurnya

(Azwar, S.,1997). Validitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen ukur itu

dapat mengukur apa yang ingin diukur. Suatu tes atau instrumen ukur dapat

dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan

fungsi alat ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud

dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak

relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas

rendah.

Validitas alat pengumpul data dapat digolongkan dalam beberapa jenis,

yaitu:

A. Validitas Isi (Content)

Validitas isi suatu instrumen ukur ditentukan oleh sejauh mana isi

(24)

commit to user

II-16

kerangka konsep. Dalam penelitian, seringkali peneliti hanya mengukur suatu

konsep berdasar satu aspek saja.

B. Validitas Kriteria (Criterion-Related)

Validitas kriteria terdiri dari validitas konkuren (concurrent) dan prediktif

(predictive). Validitas konkuren adalah validitas yang diperoleh dengan cara

mengkorelasikan instrumen ukur baru dengan tolok ukur lain yang sudah teruji

kevaliditasannya. Sedangkan validitas prediktif adalah validitas instrumen ukur

yang dibuat oleh peneliti untuk memprediksikan apa yang akan terjadi di masa

yang akan datang.

C. Validitas Rupa

Validitas rupa adalah jenis validitas yang berbeda dengan validitas lainnya

karena validitas rupa tidak menunjukkan apakah instrumen ukur mengukur apa

yang ingin diukur, tetapi hanya menunjukkan bahwa dari segi ‘rupa’, suatu

instrumen ukur tampaknya dapat mengukur apa yang ingin diukur.

D. Validitas Konstruk (Construct)

Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Dengan mengetahui

kerangka konsepnya, seorang peneliti dapat menyusun tolok ukur operasional

konsep tersebut.

Langkah-langkah pengujian validitas konstruk meliputi (Husein, Umar,

1989):

1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur

2. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada responden yang

berjumlah minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini maka

distribusi nilai akan lebih mendekati kurva normal.

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total,

dengan salah satu cara adalah menggunakan rumus teknik korelasi product

moment.

Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan korelasi adalah:

(

) ( ) ( )

( )

[

]

[

( )

2

]

Y 2 Y N 2 X 2 X N Y X XY N r S -S × S -S S × S -S

(25)

commit to user

II-17 Dimana :

r = koefisien korelasi item dengan total pertanyaan

N = jumlah responden

X = skor pertanyaan

Y = skor total sampel

Nilai r yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r pada tabel r

product moment yang dapat dilihat pada lampiran. Pernyataan-pernyataan tersebut

dapat dianggap valid bila memiliki konsistensi internal, yaitu mengukur aspek

yang sama. Apabila dalam perhitungan ditemukan pernyataan yang tidak valid,

kemungkinan pernyataan tersebut kurang baik susunan katanya atau kalimatnya,

karena kalimat yang kurang baik dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda.

2.7.2 Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrumen

ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1989). Bila suatu

instrumen ukur dipakai dua kali – untuk mengukur konsep yang sama dan hasil

pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka instrumen ukur tersebut

reliabel. Reliabilitas diartikan sebagai tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran

(Azwar, 1997).

Secara teoritis, besarnya koefisien korelasi/reliabilitas berkisar antara

0.00 – 1.00. Namun pada kenyataannya, koefisien 0.00 dan 1.00 tidak pernah

tercapai dalam pengukuran, karena konsistensi (maupun ketidakkonsistensian)

yang sempurna tidak dapat terjadi dalam pengukuran aspek-aspek psikologis dan

sosial yang menggunakan manusia sebagai subjeknya, dimana dalam diri manusia

terdapat berbagai sumber eror yang sangat mempengaruhi kecermatan hasil

pengukuran.

Reliabilitas dapat dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach’s

Alpha. Rumus untuk menghitung koefisien Cronbach’s Alpha adalah dengan

persamaan :

÷÷ ø ö çç

è

æ S

-=

t v

i v n

n

1 1

a

(26)

commit to user

II-18 Dimana:

n = jumlah variabel/atribut

vi = varians variabel/atribut

vt = varians nilai total

2.7.3 Uji outlier

Outlier adalah nilai ekstrim yang diperoleh untuk suatu variabel pada case

tertentu. Pengertian ekstrim bukan merupakan ekstrim absolut tetapi ekstrim

relatif terhadap sebagian besar nilai-nilai lainnya untuk variabel yang sama.

Outlier dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe, yaitu:

1. Outlier tipe 1, outlier yang terjadi karena kesalahan prosedur seperti kesalahan

memasukkan data/coding. Outlier tipe 1 sedapat mungkin harus dihilangkan.

2. Outlier tipe 2, adalah outlier yang terjadi karena kejadian yan luar biasa, yaitu

secara kebetulan terpilih nilai ekstrim. Outlier tipe 2 dapat dikeluarkan dari

sampel jika tidak diinginkan ada nilai ekstrim, tentunya dengan pertimbangan

yang logis.

3. Outlier tipe 3, outlier yang terjadi karena kejadian yang luar biasa dimana nilai

ekstrim tersebut tidak dapat dijelaskan atau secara nalar mesnya nilai akstrim

tersebut tidak pernah mucul (bukan bagian populasi). Outlier tipe 3 harus

segera dikeluarkan dari sampel karena tidak logis.

4. Outlier tipe 4, outlier dimana nilainya sendiri tidak ekstrim tetapi

kombinasinya dengan nilai variabel-variabel lain menjadi aneh atau tidak

lumrah (outlier multivariat). Jika kombinasi ini dipandang tidak wajar atau

tidak logis, maka outlier tersebut harus dikeluarkan dari sampel, tetapi jika

dianggap sebagai bagian dari populasi , maka outlier tersebut sebaiknya tetap

diikutkan dalam sampel (Hair, 1998).

Setelah mendapatkan deskritif dari data penelitian, langkah selanjutnya adalah

melakukan standarisasi data (z score), yang dirumuskan, sebagai berikut:

s

X x

z= - . . . (2.3)

N

x x

x x

X- = 1 + 2 + 3 +....+ N

(27)

commit to user

II-19

(

)

1 2

1

-=

å

N x x

s . . . (2.5)

Keterangan:

z = nilai z score data

X = nilai rata-rata

σ = standar deviasi x = nilai data

N = jumlah data

Jika sebuah data outlier maka nilai z yng didapat lebih besar dari angka +2,5

dan lebih kecil dari angka -2,5.

2.8 Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah semua metode statistic yang secara simultan

menganalisis lebih dari dua variabel. Metode-metode analisis multivariat

dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu:

1. Metode dependence

Metode dependence adalah metode analisis multivariat yang jelas-jelas

memisahkan antara variabel dependen dan variabel independen. Dalam

kelompok pertama ini, satu atau beberapa variabel diperlakukan sebagai

variabel dependen sedangkan sisanya sebagai variabel independen. Yang

termasuk dalam kelompok dependen adalah multiple regression analysis,

multiple discriminant analysis, logistic regression, multivariat analysis of

variance (MANOVA), canonical correlation analysis dan structural equation

modeling (LISRELL).

2. Metode interdependence

Metode interdependence adalah metode-metode analisis multivariat yang tidak

memisahkan variabel-variabel menjadi variabel independen dan variabel

dependen. Dalam kelompok ini tidak ada istilah variabel independen dan

variabel dependen. Diantaranya adalah analisis faktor, cluster dan

(28)

commit to user

II-20

2.9 Analisis Cluster

Analisis cluster merupakan teknik multivariate yang tujuan utamanya

adalah untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik

yang dimiliki masing-masing objek (Hair et al, 1998). Berdasarkan kriteria

tertentu, analisis cluster mengklarisifikasikan objek (dapat berupa responden,

produk, atau entity) sehingga setiap objek yang berada dalam satu grup akan

bersifat saling memiliki kemiripan (homogen/similar), sedangkan objek-objek

antar grup akan bersifat heterogen. Berdasarkan hal ini, analisis cluster akan

berusaha meminimumkan variansi di dalam cluster (within-cluster) dan

memaksimumkan variansi antar grup (between-cluster). Seperti halnya analisis

faktor, pada analisis cluster tidak ada variable yang didefinisikan bebas atau

tergantung, semua variable diperhitungkan secara simultan.

Salah satu sifat analisa cluster adalah ‘more an art than a science’ (Hair et

al, 1998) sehingga dapat dengan mudah mengalami salah terap (misapplied).

Ukuran kesamaan atau logaritma yang berbeda dapat mempengaruhi hasil. Untuk

mengatasi hal ini, harus dilakukan analisis cluster berulang-ulang dengan

menggunakan metode yang berbeda-beda sehingga dapat menemukan pola

tersembunyi dalam pengelompokan objek-objek yang ada. Menurut Hair (1998)

langkah-langkah analisis cluster dapat dibagi dalam enam tahap, yaitu:

1. Penentuan tujuan analisis

Tujuan analisis cluster ada tiga, yaitu taxonomy description yang merupakan

analisis cluster dilakukan dengan tujuan eksplorasi (exploratory purpose), yaitu

untuk mengklasifikasikan objek-objek kedalam beberapa grup. Data

simplification adalah analisis cluster yang dilakukan untuk menyederhanakan

data, yaitu dengan mereduksi jumlah observasi bagi keperluan analisis

selanjutnya. Relationship identification yaitu analisis cluster yang dilakukan

untuk mengidentifikasi hubungan kemiripan (similarity) dan perbedaan

(differences)

2. Penyusunan desain riset analisis

Desain riset analisis cluster meliputi pendeteksian outlier, pengukuran

kemiripan objek dan penstandarisasian data. Dalam pendeteksian outlier,

(29)

commit to user

II-21

representatif terhadap struktur populasi yang sesungguhnya, oleh karena itu

pendeteksian terhadap outlier sangat diperlukan. Outlier dapat dideteksi dengan

menggunakn grafik, dimana dari grafik tersebut dapat diketahui adanya

objek-objek yang mempunyai profil yang berbeda, yang ditunjukkan dari nilai yang

sangat ekstrim pada satu atau beberapa variable.

Pada analisis cluster, konsep kemiripan adalah sangat mendasar. Kemiripan

interobjek adalah pengukuran kesesuaian atau kemiripan antara objek yang

akan dikelompokkan. Kemiripan interobjek dapat dilihat dari tiga ukuran, yaitu

korelasi dan jarak untuk data metrik, serta asosiasi untuk data nonmetrik.

Untuk mengetahui kemiripan dapat dilihat dari koefisien korelasi antara

pasangan objek. Korelasi yang tinggi mengindikasikan kemiripan, dan

sebaliknya korelasi yang rendah mengindikasikan perbedaan. Tetapi,

pengukuran korelasi ini sangat jarang digunakan karena penekanan aplikasi

analisis cluster adalah pada jarak objek bukan pola nilainya.

Pengukuran jarak berdasar kemiripan yang mewakili kemiripan sebagai

kedekatan observasi dengan yang lain. Pengukuran jarak sesungguhnya adalah

pengukuran terhadap perbedaan, dimana semakin besar nilainya menunjukkan

semakin kurang kemiripannya. Jarak dikonversikan sebagai pengukuran

kemiripan dengan menggunakan hubungan kebalikan. Pengukuran asosiasi

berdasar kemiripan digunakan untuk membandingkan objek yang termasuk

data nonmetrik (nominal dan ordinal). Pengukuran ini dapat menilai tingkat

kepercayaan atau kesesuaian antara pasangan responden.

Sebelum proses penstandarisasian data dimulai, perlu ditentukan lebih

dahulu apakah data perlu distandarisasikan atau tidak. Pertimbangan antara lain

kebanyakan pengukuran jarak sangat peka terhadap perbedaan skala atau

besarnya variable. Variable dengan standar deviasi yang besar mempunyai

pengaruh yang lebih terhadap nilai akhir kemiripan dan bila dilihat melalui

grafik, tidak akan terlihat adanya perbedaan pada dimensi sehubungan dengan

letaknya. Proses standarisasi dapat terbagi menjadi dua, yaitu standarisasi

variable dan standarisasi observasi/objek. Standarisasi variable adalah

perubahan dari setiap variabel menjadi skor standar (Z score) dengan

(30)

commit to user

II-22

Standarisasi observasi dilakukan terhadap responden atau objek. Standarisasi

ini sangat diperlukan, jika clustering dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi

kepentingan relatif suatu variabel terhadap variabel lainnya.

Menurut Dillon dalam proses clustering, teknik yang dapat dilakukan untuk

pengukuran jarak, antara lain:

a. Interval

1. Euclidian Distance

D(X,Y) =

å

(

Xi -Yi

)

2 . . . (2.6)

2. Squared Euclidian Distance

D(X,Y) =

(

å

Xi -Yi

)

2. . . (2.7)

b. Frekuensi

1. Chi Square

D(X,Y) =

(

( )

)

( )

( )

(

)

( )

÷÷ ø ö ç ç è æ -+ -

å

å

i i i i i i Y E Y E Y X E X E

X 2 2

. . . (2.8)

c. Biner

1. Squared Euclidian Distance

D(X,Y) = b + c . . . (2.9)

2. Euclidian Distance

D(X,Y) = b+c. . . .(2.10)

3. Pengujian asumsi

Analisis cluster tidak termasuk teknis statistik inferensia, dimana parameter

analisis ini adalah seberapa besar sampel dapat mewakili populasi. Analisis

cluster mempunyai sifat matematik dan bukan dasar statistik. Syarat

kenormalan, linieritas dan homogenitas tidak begitu penting karena

memberikan pengaruh yang kecil sehingga tidak perlu diuji. Adapun hal-hal

yang perlu diuji adalah kerepresentatifan sampel dan mltikolonieritas. Dalam

kepresentatifan sampel, sampel dikumpulkan dan cluster diperoleh dengan

harapan dapat mewakili struktur populasi. Baik atau tidaknya analisis cluster

sangat tergantung pada seberapa representatif sampel, sehingga sampel harus

(31)

commit to user

II-23

multikolonieritasan, variabel-variabel yang bersifat multikolonier secara

implisit mempunyai bobot lebih besar. Multikolinieritasan bertindak ebagai

proses pembobotan yang berpengaruh pada analisis, sehingga variabel-variabel

yang digunakan terlebih dahulu harus diuji tingkat multikolinieritasannya.

4. Pembentukan cluster (partisi) dan penilaian overall fit

Proses partisi (partitioning) dan penilaian overall fit dimulai setelah

variabel-variabel yang digunakan dipilih dan matriks korelasi dibentuk.

Sebelum proses dimulai, harus dilakukan pemilihan algoritma pembentukan

cluster yang akan digunakan, dan penentuan berapa jumlah cluster yang akan

dibentuk. Algoritma pembentukan cluster terdiri dari prosedur hirarki

(hierarchical procedures) dan prosedur non hirarki (nonhierarchical

procedures).

Teknik hirarki adalah teknik clustering yang membentuk konstruksi hirarki

atau berdasarkan tingkatan tertentu seperti struktur pohon. Jadi proses

pengelompokkan dilakukan secara bertingkat atau bertahap. Teknik hirarki

terbagi menjadi dua, yaitu metode agglomeratif (agglomerative methods) dan

metode divisive (divisive methods). Metode agglomeratif dimulai dengan

pernyataan bahwa setiap objek membentuk clusternya masing-masing. Dua

objek dengan jarak terdekat bergbung, selanjutnya objek ketiga akan bergabung

dengan cluster yang ada atau bersama objek yang lain membentuk cluster yang

lain membentuk cluster baru. Hal ini dilakukan dengan tetap memperhitungkan

jarak kedekatan antar objek. Proses akan terus berlanjut hingga akhirnya

terbentuk satu cluster yang terdiri dari keseluruhan objek. Sementara itu,

metode divisif berlawanan dengan metode agglomeratif. Metode dimulai

dengan satu cluster besar yang mencakup semua observasi (objek), kemudian

objek yang memiliki ketidakmiripan besar dipisahkan sehingga membentuk

cluster yang lebih kecil, dan seterusnya untuk objek-objek yang tidak mirip

lainnya. Proses pemisahan terus berlanjut hingga setiap obsevasi adalah cluster

bagi dirinya sendiri.

Sementara itu, prosedur nonhirarki tidak melibatkan proses pembentukan

kontruksi struktur pohon. Dimulai dengan memilih sejumlah nilai cluster awal

(32)

commit to user

II-24

cluster-cluster tersebut. Metode nonhirarki yang digunakan adalah K-Means

Clustering.

5. Interpretasi hasil

Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah karakteristik apa yang

membedakan masing-masing cluster kemudian sesuai dengan tujuan,

pemberian nama dilakukan berdasar apa yang dapat diberikan oleh objek

pembentuk kepada masing-masing cluster tersebut. Tentunya terlebih dahulu

perlu ditentukan spesifikasi/kriteria yang mendasari cluster-cluster yang telah

terbentuk. Disamping itu, interpretasi dari hasil clustering dapat dilakukan

terhadap grafik dendogram maupun analisis nilai koefisien agglomeratif. Jarak

antar pengelompokkan sebenarnya merupakan interpretasi dari beberapa nilai

kedekatan dalam menggabungkan objek dalam cluster.

Interpretasi cluster menghasilkan lebih dari hanya suatu deskripsi.

Interpretasi cluster memberikan penilaian kesesuaian cluster yang terbentuk

berdasar teori prioritas atau pengalaman praktek. Dalam konfirmatori, analisis

cluster memberikan pengertian secara langsung terhadap penilaian kesesuaian.

Cluster juga memberikan langkah-langkah untuk membuat suatu penilaian dari

segi signifikansi prakteknya.

6. Profiling cluster

Tahap profiling meliputi penggambaran karakteristik dari setiap cluster

untuk menjelaskan bahwa masing-masing cluster adalah berbeda berdasar

dimensi-dimensi tertentu. Analisis profil tidak memfokuskan pada apa yang

secara langsung menentukan cluster tapi karakteristik cluster setelah proses

identifikasi. Lebih lanjut, adanya penegasan bahwa karakteristik adalah

berbeda secara signifikan terhadap cluster dan dapat memprediksi

(33)

commit to user

II-25

2.10 Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang digunakan sebagai acuan atau landasan dalam teori ini

adalah penelitian yang dilakukan oleh Titik Hirdayanti (2004) yang berjudul

“Analisis Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Koran Harian Lokal di

Kotamadya Surakarta”. Penelitian ini mengambil studi kasus Koran harian lokal

di kotamadya Surakarta dengan memakai model faktor-faktor yang

memperngaruhi perilaku pembelian konsumen. Penelitian ini menggunakan

metode pengolahan data yang sama dengan penulis lakukan yaitu analisis cluster

dalam menentukan karakteristik konsumen, namun berbeda dalam pengambilan

studi kasus serta model yang diterapkan. Secara detail perbedaan penelitian

[image:33.595.110.515.210.600.2]

tersebut disajikan pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Perbedaan dengan penelitian terdahulu

Penulis Titik Hirdayanti

Studi Kasus BBM jenis premium di Surakarta

Koran harian lokal di Surakarta

Kedalaman Materi

Global Global

Pengambilan Model

Model faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen (Kotler) dan dikembangkan dengan model tingkat konsumsi konsumen.

Model faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen (Kotler)

Menggunakan faktor dan variabel-variabel penemu perilaku konsumen yang sama (Kotler)

Pengolahan Data

Analisis cluster, dan analisis konsumsi

Analisis cluster dan analisis chi-square

Menggunakan analisis cluster

yang sama dalam menentukan karakteristik

(34)

commit to user

III-1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

[image:34.595.124.496.230.746.2]

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian dapat dilihat pada

Gambar. 3.1.

(35)

commit to user

III-2

Langkah-langkah penyelesaian masalah pada Gambar 3.1, diuraikan

sebagai berikut :

3.2 Tahap Identifikasi Masalah

Tahap ini diawali dengan studi literatur, studi lapangan, perumusan

masalah, penentuan tujuan penelitian dan menentukan manfaat penelitian.

Langkah-langkah yang ada pada tahap identifikasi masalah tersebut dijelaskan

pada subbab berikut ini.

3.2.1 Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mendukung proses identifikasi penelitian

mengenai besarnya jumlah konsumsi konsumen akan energi yang berasal dari

BBM. Pencarian informasi ini dilakukan dengan melalui internet, dan

perpustakaan sehingga diperoleh referensi yang dapat digunakan untuk

mendukung pembahasan mengenai penelitian ini.

3.2.2 Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan sebagai observasi awal untuk mengetahui lebih

jelas permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Observasi awal dilakukan

melalui pengamatan langsung ke masyarakat Surakarta. Dari masyarakat

diperoleh informasi mengenai berbagai opini terhadap penggunaan bahan bakar

minyak untuk kendaraan bermotor. Perolehan informasi dari masyarakat adalah

dengan menggunakan metode wawancara dan pengamatan langsung ke

masyarakat Surakarta. Wawancara ini dilakukan pada para warga (kepala

keluarga) yang berada disekitar kampus dan beberapa mahasiswa yang

menggunakan kendaraan bermotor. Selain itu diperoleh juga data sekunder dari

perusahaan berupa data penjualan. Data yang diperoleh ini kemudian digunakan

sebagai pendukung dalam menentukan konsumsi dan perilaku masyarakat dalam

penggunaan energi bahan bakar minyak khususnya premium untuk kendaraan

(36)

commit to user

III-3

3.2.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, kemudian disusun

sebuah rumusan masalah. Perumusan masalah dilakukan dengan menetapkan

sasaran-sasaran yang akan dibahas untuk kemudian dicari solusi pemecahan

masalahnya. Perumusan masalah juga dilakukan agar dapat fokus dalam

membahas permasalahan yang dihadapi. Adapun permasalahan yang akan dibahas

lebih lanjut adalah bagaimana mengetahui konsumsi dan perilaku masyarakat

dalam penggunaan energi bahan bakar minyak khususnya premium untuk

kendaraan bermotor di wilayah Kota Surakarta.

3.2.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ditetapkan agar penelitian yang dilakukan dapat

menjawab dan menyelesaikan rumusan masalah yang dihadapi. Adapun tujuan

penelitian yang ditetapkan dari hasil perumusan masalah adalah mengetahui

perilaku masyarakat dan indeks konsumsi masyarakat dalam penggunaan energy

bahan bakar minyak khususnya premium untuk kendaraan bermotor di wilayah

Kota Surakarta.

3.2.5 Pembatasan Masalah

Agar pembahasan masalah lebih terarah, penelitian dilakukan dengan

pembatasan bahwa setiap dilakukan berdasarkan data dan informasi yang

diperoleh melalui hasil studi literatur dan kuesioner yang disebar berdarsarkan

data demografi yaitu jumlah kepala keluarga di wilayah Kota Surakarta yang

menggunakan bahan bakar minyak khususnya premium.

3.2.6 Menentukan Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan diadaptasikan dari model Kotler (1997).

Keputusan pembeli dalam melakukan pembelian dipengaruhi oleh adanya

rangsangan pembelian. Rangsangan-rangsangan tersebut merupakan rangsangan

pemasaran yang terdiri dari product, price, place, dan promotion atau biasa

(37)

commit to user

III-4

pembelian adalah rangsangan yang berupa ekonomi, teknologi, politik, dan

budaya.

Selain itu didalam memutuskan untuk membeli, para konsumen selalu

menggunakan proses yang sama. Proses pengambilan keputusan pembelian

dirangkum menjadi lima tahap, yaitu pengenalan masalah/kebutuhan, pencarian

informasi mengenai kebutuhan akan sesuatu yang diinginkan, evaluasi alternative

produk, kemudian melakukan keputusan pembelian dan melakukan perilaku

setelah pembelian (Gambar 3.2). Perilaku setelah pembelian didasarkan pada

faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk

membeli sebuah produk atau jasa antara lain faktor kebudayaan, sosial, personal,

[image:37.595.120.505.236.618.2]

dan psikologis.

Gambar 3.2 Model Penelitian

Masing-masing faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

konsumen tersebut memiliki atribut-atribut yang mendukung faktor-faktor yang

ada. Faktor budaya terdiri dari tiga atibut, yaitu: budaya, subbudaya, dan kelas

(38)

commit to user

III-5

peran dan status sosial. Faktor personal terdiri dari tujuh atribut, yaitu: usia, tahap

daur hidup, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri.

Faktor psikologis terdiri dari lima atribut yaitu: motivasi, persepsi, pembelajaran,

kepercayaan dan sikap (Gambar 3.3).

Budaya

Budaya

Sosial

Kelompok referensi

Pribadi

Usia Psikologis

Subbudaya Keluarga

Tahap siklus hidup Mot

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan dengan penelitian terdahulu
Gambar. 3.1.
Gambar 3.2 Model Penelitian
Gambar 3.3  Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Sumber: Kotler, 1997
+7

Referensi

Dokumen terkait

Minyak kelapa dan minyak kemiri dapat dijadikan sebagai bahan alternatif untuk dicampur dengan solar dalam campuran tertentu, untuk mendapatkan konsumsi bahan bakar

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Penambahan Bioaditif Minyak Terpentin sebagai Campuran Premium terhadap Konsumsi Bahan Bakar dan

Sebelum melakukan perancangan elemen pemanas, sebaiknya dilakukan pengukuran konsumsi bahan bakar minyak nyamplung, untuk mengetahui laju aliran massa minyak

Data konsumsi BBM diambil dari data yang tercatat di Pertamina berdasarkan data pembelian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU. Variabel BBM terdiri atas premium dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi bahan bakar mesin diesel menggunakan bahan bakar campuran solar dengan minyak cengkeh lebih irit dan prosentase kepekatan

Bahan bakar jenis Premium menjadi bahan bakar yang paling boros digunakan, sedangkan Pertamax Plus merupakan jenis bahan bakar yang paling rendah dikonsumsi untuk

Namun kemampuan energi sekam padi sebagai bahan bakar alternatif dalam pengganti bahan bakar minyak sangat efektif dikembangkan untuk skala rumah tangga dan

Hasil penelitian konsumsi bahan bakar spesifik, menggunakan pertalite dan pertamax menunjukkan konsumsi bahan bakar pertalite lebih tinggi dari pada pemakaian bahan bakar pertamax pada