• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BMT DI YOGYAKARTA (Studi Kasus pada BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram Tahun 2011-2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BMT DI YOGYAKARTA (Studi Kasus pada BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram Tahun 2011-2015)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BMT DI YOGYAKARTA (Studi Kasus pada BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram Tahun 2011-2015)

SKRIPSI

Oleh:

Eny Widiaty 20130730147

FAKULTAS AGAMA ISLAM PROGRAM STUDI MUAMALAT

KONSENTRASI EKONOMI DAN PERBANKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BMT DI YOGYAKARTA

(Studi Kasus pada BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram Tahun 2011-2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu

pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Eny Widiaty 20130730147

FAKULTAS AGAMA ISLAM PROGRAM STUDI MUAMALAT

KONSENTRASI EKONOMI DAN PERBANKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Eny Widiaty, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan BMT di Yogyakarta (Studi Kasus pada BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram Tahun 2011-2015), adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara mengambil atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin itu, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.

Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tuisan saya sendiri. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta,16 Desember 2016 Yang membuat pernyataan,

(4)

MOTTO

“Allah akan meninggikan derajat orang

-orang yang

beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi

ilmu pengetahuan”

(Q.S. al-Mujadalah: 11)

“Tidak akan menyerah sebelum berjuang”

(Eny Widiaty)

“Dakilah gunung

-gunung ilmu itu setinggi mungkin

sampai helai nafas terakhirmu memaksa untuk berhenti”

(Marsudi Atmajaya)

“Jangan pernah berhenti bermimpi dan mengejar”

(Meta Ayuningtyas)

“Bacalah sebanyak bait yang tak mungkin lagi dibendung,

agar isi kepala membuncah tercecer, pecahnya

menggenang sungai manfaat”

(5)

PERSEMBAHAN

Ya Allah.. sudah jauh kaki ini melangkah..

Menjejar jalan terjal dan berliku, jatuh..

Semua berlalu mengikuti takdirmu, merengkuh setiap

keluh, menyapa setiap lelah..

Aku mengembara dalam pengembaraan yang panjang,

merasakan beratnya sebuah perjuangan..

Tapi dalam nama-Mu ku tempakan semuanya..

Setiap bait dalam hidupku adalah cara-Mu

mengajarkanku tentang sebuah makna. Engkau hanya

ingin agar aku siap. Sebab hidup tak seindah mimpi

yang kita torehkan..

Dan hari ini ku sujudkan wajahku dalam

pangkuan-Mu. Engkau berikan aku kesempatan untuk bisa

sampai di penghujung awal perjuanganku..

..Segala puji bagi-Mu Ya Allah..

“Sujud syukur k

u persembahkan karya sederhana ini

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik yang berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan BMT di Yogyakarta (Studi Kasus pada BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram Tahun 2011-2015)”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik

tanpa bantuan, do’a, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang telah menyuburkanku dengan Rahmat-Nya, memudahkan setiap langkahku menuju puncak dari pendakian panjang dan melelahkan ini. Apa yang aku torehkan adalah buah dari cinta kasih-Nya.

2. Bapak Dr. Mahli Zaenuddin Tago, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(7)

4. Ibu Julia Noermawati, S.E., M.S.I. selaku Dosen Pembimbing, yang telah dengan sabar memberikan motivasi, masukan-masukan, nasihat, dan saran yang sangat berguna bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Syakir Jamaluddin, S.Ag., M.A. selaku Dosen Wali yang telah memberikan petunjuk dan dorongan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam (EPI) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Seluruh dosen dan staff pengajar Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah membekali ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Almamater tercinta untuk kesempatan, ilmu, dan secangkir kenangan.

8. BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram yang telah memberikan bantuan dan informasi bagi kelancaran penulisan skripsi ini.

9. Kedua orang tua, Bapak Marzuki, S.Sos dan Ibu Rapiah yang selalu

menjembatani penulis dengan lautan do’a yang tidak berkesudahan.

Terimakasih untuk tiap lembar semangat yang menjadi penguat dalam rapuh perjuanganku, untuk nasihat yang tidak pernah kering memacu langkahku yang papa, kesabaran dalam mendidik kebodohan dan kedunguanku. Semua yang sampai kepadaku teramat besar, tidak bisa aku balas dengan hal serupa. Tapi semoga karya kecil atas pengabdianku selama tiga setengah tahun ini membuatmu sedikit bangga kepadaku.

(8)

saudara sekaligus sahabat terbaikku. Padamulah kubagi cerita bahagia hingga rahasia paling hitamku. Terimakasih sudah membantuku mencetak karya kecil ini dengan nasihat-nasihatmu yang tulus.

11. Marsudi Atmajaya untuk setiap kebersamaan dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Terimakasih untuk semua yang sampai kepadaku, terimakasih selalu memotivasi setiap keputus asaanku.

12. Keluarga besar yang ada di Lombok terimakasih untuk do’a dan semangat yang tercurah untuk penulis, untuk nasihat yang sering disampaikan. Semuanya menjadi bekal yang memacu penulis dalam menyelesaikan sebuah karya sebagai penanda akhir studi S1 ini.

13. Sahabat-sahabatku di rumah: Adek Anti, Andria, Tohri, Rizal, Asris, Amhel, Neny. Hidup terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan Tuhan dan orang lain. Tidak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama sahabat-sahabat terbaik. Terimakasih sudah mau mendengarkan curhat konyolku, keluh-kesahku tentang hal-hal sepele, kalian semua terbaiklah pokoknya.

14. Sahabat-sahabat seperjuangan di negri perantauan: Widia, Fiddi, Mbak Endah, dan Aisyah temen satu hobi yang super cerewet terimakasih atas segala bantuan dan motivasinya. Tanpa kalian aku tidak bisa menyelesaikan karya kecil ini, apa yang tertuang di dalamnya juga andil dari kalian.

(9)

pengalaman yang kalian bagi, untuk semua memori bahagia yang bersama kita ciptakan. Sangat terimakasih karena mau sama-sama bertindak aneh bersamaku, mau menikmati setiap detik kegilaan kita, curhat tentang hal-hal yang sebenarnya nggak penting, marah lantaran kejadian sepele. Tapi terimakasih, skripsi ini menjadi karya utuh berkat tangan-tangan kalian yang membantuku, dan semua yang kalian berikan telah meluruskan jalanku. 16. Keluarga besar EPI C UMY 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu. Terimakasih untuk kebersamaannya selama masa perkuliahan. Kenangan manis bersama kalian tak akan pernah terlupakan, selamanya kita menjadi keluarga.

17. Kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis hingga akhir penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi karya yang lebih baik di masa depan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 16 Desember 2016 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……… ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... ………... xiv

DAFTAR TABEL……….. xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang...……….……….. . 1

B. Rumusan Masalah... . 6

C. Tujuan Penelitian...………. 6

D. Manfaat Penelitian... 7

(11)

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu... 9

B. Kerangka Teori 1. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)... 14

2. Kinerja Keuangan... 39

C. Kerangka Berfikir... 48

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian... . 50

B. Variabel Penelitian... 51

C. Tempat dan Waktu Penelitian... 51

D. Sampel Penelitian...………... 51

E. Sumber Data Penelitian....……….. 52

F. Teknik Pengumpulan Data... 52

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum BMT... 53

B. Analisis Laporan Kinerja Keuangan BMT... 63

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan... .. 71

B. Saran... 72

DAFTAR PUSTAKA... 74

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu……….... 27

Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Kesehatan KSP dan USP.……... 68

Tabel 4.1 Laporan Profit Margin BMT... 81

Tabel 4.2 Jumlah Total dan Mean Profit Margin BMT... 82

Tabel 4.3 Laporan ROA BMT... 83

Tabel 4.4 Jumlah Total dan Mean ROA BMT... 84

Tabel 4.5 Laporan ROE BMT... 85

Tabel 4.6 Jumlah Total dan Mean ROE BMT... 86

Tabel 4.7 Laporan NPL BMT... 87

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Akad Musyarakah………... 46

Gambar 2.2 Akad Mudharabah... 28

Gambar 2.3 Akad Murabahah... 51

Gambar 2.4 Akad Bai’ as-Salam... 53

Gambar 2.5 Akad Bai’ al-Istishna’... 55

Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran... 66

Gambar 4.1 Struktur Organisasi BMT Forsitama………... 79

(14)
(15)
(16)

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BMT DI YOGYAKARTA

(Studi Kasus pada BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram Tahun 2011-2015)

Oleh: Eny Widiaty 20130730147

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari rasio Profit Margin, Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Non Performing Loan (NPL) dengan menganalisis laporan keuangan pada tahun 2011 sampai tahun 2015 yang diukur berdasarkan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06/Per/Dep.6/IV/2016 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram bahwa Profit Margin BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram perolehan kinerjanya masih kurang baik karena komposisinya kurang dari 5 persen. ROA pada BMT Forsitama cukup baik dibandingkan BMT Batik Mataram karena komposisinya lebih dari yang ditetapkan 3 persen. Sedangkan kinerja BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram dilihat dari rasio ROE sudah cukup bagus karena sudah memenuhi dari komposisi yang sudah ditetapkan 3 persen. Terakhir NPL BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram bahwa NPL BMT Forsitama cukup bagus karena kurang dari komposisi yang ditetapkan 5 persen, sedangkan BMT Batik Mataram rasio NPLnya masih tergolong tinggi karena melebihi dari komposisi yang ditetapkan, artinya tingkat kredit macet BMT Forsitama lebih rendah dibanding BMT Batik Mataram.

(17)

COMPARATIVE ANALYSIS OF BMT FINANCIAL PERFORMANCE IN YOGYAKARTA

(Case Study on BMT Forsitama and BMT Batik Mataram Years 2011-2015)

Created By: Eny Widiaty 20130730147

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the financial performance BMT Forsitama and BMT Batik Mataram. The analytical method used in this study consisted of ratios Profit Margin, Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), and Non Performing Loan (NPL) by analyzing financial statments in the year 2011 until 2015 as measured by the Regulation Deputy supervision of the Ministry of Cooperatives and Small and Medium Enterprises of the Republic of Indonesia Number 06/Per/Dep.6/IV/2016 on Guidelines for the Helth Assessment Unit Credit Unions and Savings and Loans Cooperative. Base on the analysis and discussion on BMT Forsitama and BMT Batik Mataram that Profit Margin BMT Forsitama and BMT Batik Mataram acquisition performance is still not good because the composition is less than 5 percent. ROA at BMT Forsitama really good compared BMT Batik Mataram as defined composition is more than 3 percent. While the performance of BMT Forsitama and BMT Batik Mataram visits from ROE ratio is really good because it meets a predefined composition 3 percent. The last is NPL BMT Forsitama and BMT Batik Mataram that NPL BMT Forsitama really good because less of the composition fixed at 5 percent, while the BMT Batik Mataram ratio NPL still relatively high due to exceeding of the composition of the set, meaning that the level of bad loans BMT Forsitama lower than BMT Batik Mataram.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan salah satu bentuk lembaga

keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam istilah Indonesia disebut juga Balai Usaha Mandiri Terpadu yang semua kegiatan usahanya dijalankan berdasarkan pada sistem syariah (prinsip-prinsip syariah). Perbedaan paling pokok lembaga keuangan konvensional dengan lembaga keuangan syariah adalah penetapan sistem bagi hasil sebagai alternatif dari sistem bunga. Bunga dalam Islam secara tegas tidak diperbolehkan. Karena bunga dianggap sebagai riba dan riba dilarang di dalam Islam. Praktik riba dianggap sebagai tambahan dipersyaratkan yang lebih dari modal asal dan biasanya diterapkan dalam transaksi hutang piutang. Larangan riba salah satunya terdapat dalam Q.S. Ar-Rum (30) ayat 39:

(19)

(pahalanya)”(Diterjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al-Qur’an (SK Mentri Agama RI No. 26 Tahun 1967)).

Hal ini yang melandasi sebagian besar masyarakat untuk beralih ke lembaga keuangan yang berbasis syariah seperti BMT, karena ingin perekonomian yang mereka jalankan sesuai dengan koridor Islam atau sesuai dengan apa yang tertuang dalam ajaran Islam.

BMT dalam menjalankan kegiatan usahanya mengacu kepada Undang-undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Simpan Pinjam Usaha oleh Koperasi. Juga dipertegas oleh KEP.MEN No.91 Tahun 2004 tentang Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Untuk kegiatan yang dijalankan diatur dalam Pasal 44 Ayat (1) Undang-undang No.25 Tahun 1992, bahwa koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, atau koperasi lain dan/ atau anggotanya.

(20)

karena menyumbang lebih dari separuh PDB Indonesia dan menyerap 97,22 persen tenaga kerja (http://m.cnnindonesia.com).

Pola pembiayaan yang sering diberikan oleh BMT dibedakan menjadi tiga, yaitu produk jual beli, produk bagi hasil, dan produk jasa, di mana setiap produk pembiayaan terdiri dari beberapa akad yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah pembiayaan. Salah satu daerah di Indonesia yang banyak persebaran lembaga keuangan syariah non bank berupa Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah Yogyakarta. Menurut catatan yang merujuk pada data

yang dilansir Kementrian Koperasi dan UMKM, hingga tahun 2014 tercatat BMT yang telah berbadan hukum Koperasi ada 2.104 Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) dan 1.032 Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Angka tersebut belum termasuk jumlah BMT yang belum berbadan hukum atau berbadan hukum lain seperti Perseroan Terbatas (PT) atau Lembaga Keuangan Mikro (LKM) (http://www.dpn-apsi.or.id).

(21)

harus diperhatikan agar tetap bisa bertahan hidup, sebab merupakan gambaran prestasi kerja yang dicapai oleh BMT dalam operasionalnya.

Sehingga setiap BMT mempunyai strategi sendiri dalam meningkatkan kinerja keuangannya agar prestasi usaha yang diperoleh setiap tahunnya meningkat dan kontribusinya terhadap perkembangan ekonomi juga meningkat. Karena kinerja sebuah lembaga atau perusahaan juga tergantung strategi yang diterapkannya. BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram misalnya, kedua BMT ini mempunyai strategi berbeda dalam upaya peningkatan kinerja usahanya. BMT Forsitama dalam pengelolaan pembiayaan sasaran utamanya adalah para ibu rumah tangga karena tujuannya untuk melakukan pemberdayaan terhadap kaum perempuan agar lebih produktif, kemudian melakukan pembinaan usaha terkhusus pada akad mudharabah, dan sasaran usaha lainnnya kepada para pedagang pasar di Kecamatan Berbah. Berbeda dengan BMT Batik Mataram, strategi usaha BMT Batik Mataram tidak menyentuh pedagang pasar akan tetapi lebih kepada warung-warung kelontong atau usaha rumahan lainnya. Pada BMT Batik Mataram tidak ada pembinaan seperti yang dilakukan BMT Forsitama, nasabah diberikan kebebasan mengelola usahanya sendiri.

(22)

karena BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram telah menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar yang diterapkan Perkoperasian.

Kriteria penilaian kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada Pertauran Deputi Bidang Pengawasan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06/Per/Dep.6/IV/2016 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Sedangkan dalam penelitian ini menerapkan rasio-rasio keuangan yang umum digunakan untuk mengukur perbandingan rasio-rasio keuangan dengan cara membandingkan prestasi satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu. Ada empat rasio yang dipilih dalam penelitian ini, yaitu Profit Margin, ROA, ROE, dan NPL yang merupakan indikator kunci dalam menilai kinerja keuangan lembaga atau perusahaan.

(23)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan bebrapa masalah yang menarik untuk dikaji, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja keuangan BMT dilihat dari rasio Profit Margin pada BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram di Yogyakarta tahun 2011-2015? 2. Bagaimana kinerja keuangan BMT dilihat dari rasio ROA pada BMT

Forsitama dan BMT Batik Mataram di Yogyakarta tahun 2011-2015? 3. Bagaimana kinerja keuangan BMT dilihat dari rasio ROE pada BMT

Forsitama dan BMT Batik Mataram di Yogyakarta tahun 2011-2015? 4. Bagaimana kinerja keuangan BMT dilihat dari rasio NPL pada BMT

Forsitama dan BMT Batik Mataram di Yogyakarta tahun 2011-2015?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kinerja keuangan BMT dilihat dari rasio Profit Margin pada BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram di Yogyakarta tahun 2011-2015. 2. Mengetahui kinerja keuangan BMT dilihat dari rasio ROA pada BMT

Forsitama dan BMT Batik Mataram di Yogyakarta tahun 2011-2015. 3. Mengetahui kinerja keuangan BMT dilihat dari rasio ROE pada BMT

Forsitama dan BMT Batik Mataram di Yogyakarta tahun 2011-2015. 4. Mengetahui kinerja keuangan BMT dilihat dari rasio NPL pada BMT

(24)

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Teoritis

a. Dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah khasanah keilmuan khususnya bidang ekonomi Islam.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong dilakukannya penelitian sejenis lebih lanjut dan dapat dijadikan referensi untuk pengembangan penelitian lain.

2. Praktis

a. Dapat dijadikan pertimbangan bagi BMT dalam mengambil keputusan untuk pemberian pembiayaan.

b. Dapat menjadi informasi dan sumbangan pemikiran terhadap pemerintah khususnya Disperindagkotan dalam melakukan evaluasi dan perbaikan kinerja Koperasi BMT.

E.Sistematika Penelitian

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

(25)

ilmiah, hasil penelitian maupun buku), penelitian terdahulu yang relevan dan terkait dengan tema skripsi dan kerangka pemikiran yang menerangkan secara ringkas variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian, serta kerangka berfikir yang merupakan alur dari penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Memuat secara rinci tentang desain penelitian, variabel penelitian, tempat dan waktu penelitian, sampel penelitian, sumber data, dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Menguraikan tentang deskriptif objek penelitian yang menjelaskan secara umum obyek penelitian dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, serta proses penginterpretasian data yang diperoleh untuk mencari makna dan implikasi dari hasil analisis.

BAB V : PENUTUP

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Metode Hasil

1 Yogi Yudha Perwira (2015), Analisis

Perbandingan Kinerja

Keuangan Perbankan

Syariah dengan

Perbankan

Konvensional (Studi

Kasus pada BNI

Syariah, BRI Syariah,

Bank Mandiri Syariah – BNI Konvensional, BRI

Konvensional, Bank

Mandiri Konvensional

Periode Tahun

2011-2014)

Uji beda dua

rata-rata (Uji t).

Berdasarkan analisis data

dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa rata-rata

rasio CAR, NPL, ROA, ROE,

dan BOPO dapat diketahui

bahwa Perbankan

Konvensional mempunyai

kinerja yang lebih baik

dibandingkan dengan kinerja

keuangan Perbankan Syariah.

Sedangkan pada rasio LDR

dapar diketahui bahwa

Perbankan Syariah

mempunyai kinerja keuangan

yang lebih baik dari Bank

(27)

2 Ina Yatul Maula

(2012), Analisis

Perbandingan

Tingkat Profitabilitas

Bank Syariah dan

Bank Konvensional

Tahun 2005-2009

Uji statistik

independent samples

test (Uji t untuk dua

sampel bebas)

Hasil penelitian menunjukkan

tidak terdapat perbedaan

secara signifikan mengenai

tingkat profitabilitas dilihat

dari ROA antara bank syariah

dan bank konvensional.

Tingkat profitabilitas dilihat

dari segi ROE menunjukkan

terdapat perbedaan yang

signifikan. Tingkat

profitabilitas dilihat dari segi

NIM juga terdapat perbedaan

yang signifikan, yaitu rata-rata

tingkat profitabilitas NIM

bank syariah 68.78, sedangkan

bank konvensional sebesar

52.22. Profitabilitas dilihat

dari segi BOPO menunjukkan

tidak terdapat perbedaan yang

signifikan, yaitu rata-rata

tingkat profitabilitas BOPO

bank syariah 82.0390,

sedangkan bank konvensional

(28)

3 Fibriyani Nur Khairin, Analisis

Perbandingan Rasio

ROA dan NPL

Antara Bank

Konvensional dan

Bank Syariah (Studi

pada PT. Bank Mega

Tbk dan PT. Bank

Mega Syariah Tbk)

Uji beda rata-rata

(Uji t untuk sampel

bebas).

Dari hasil analisis data dapat

diketahui secara keseluruhan

ROA industri perbankan

Indonesia semakin membaik

dari tahun ke tahun seiring

dengan semakin semakin

menurunnya tingkat NPL

perbankan pada periode

pengamatan tersebut.

4 Zulyani et.al. (2015), Analisis

Perbandingan Kinerja

Keuangan Perbankan

Syariah dan

Perbankan

Konvensional di

Indonesia Periode

Tahun 2011-2013

Uji beda rata-rata

(Uji t untuk sampel

bebas).

Berdasarkan hasil pengujian

menunjukkan bahwa pada

variabel rentabilitas terdapat

perbedaan yang signifikan

antara bank syariah dan bank

konvensional. Pada variabel

permodalan terdapat

perbedaan yang signifikan

antara bank syariah dan bank

konvensional. Pada variabel

likuiditas juga trdapat

perbedaan yang signifikan

antara bank syariah dan bank

(29)

5 Sinta Wardani dan Rachma Fitriati

(2010), Analisis

Komparasi

Profitabilitas

Sebelum dan Sesudah

Penawaran Umum

Saham Perdana

Uji pangkat tanda

wilcoxon dan Uji

Kruskal Wallis.

Berdasarkan hasil penelitian

secara umum diperoleh

kesimpulan bahwa penawaran

umum saham perdana atau

IPO pada Adhi Karya dapat

mempengaruhi kinerja

keuangan perusahaan menjadi

lebih baik dari pada

sebelumnya.

6 Yudiana Febrita Putri et.al. (2015), Analisis

PerbandinganKinerja

Keuangan Bank

Konvensional dan

Bank Syariah.

Independent Sample

t-Test (Uji t).

Dari penelitain tersebut

diketahui: terdapat perbedaan

yang signifikan pada rasio

LDR. Tidak terdapat

perbedaan yang signifikan

pada rasio ROE Bank

Konvensional dan Bank

Syariah. Pada rasio ROA

kemampuan Bank Syariah

dalam memperoleh laba

berdasarkan aset masih di

bawah Bank Konvensional.

Kemudian untuk rasio CAR,

rasio CAR Bank

Konvensional lebih besar

(30)

7 Abustan (2009), Analisis

Perbandingan Kinerja

Keuangan Perbankan

Syariah dengan

Perbankan

Konvensional

Independent sample

t-Test (Uji t).

Hasil dari analisis Bank

syariah mempunyai rata-rata

“Kinerja” lebih besar dari

bank konvensional. Hal

iniberarti bahwa selama

periode Juni 2002-Maret 2008

secara keseluruhan perbankan

syariah memiliki kinerja

(CAR, NPL, ROA, ROE,

BOPO, dan LDR) lebih baik

dibanding dengan perbankan

konvensional.

8 Ajar Alit Sambudi (2010), Perbandingan

Kinerja Keuangan

Baitul Maal Wat

Tamwil (BMT) di

Sukoharjo,

Karanganyar, dan

Solo

Rasio dari PINBUK. Penilaian kinerja keuangan

yang didasarkan pada standar

PINBUK menggambarkan

BMT di wilayah Sukoharjo,

Karanganyar, dan Solo jika

dilihat dari rata-rata

menunjukkan struktur

permodalan yang sangat sehat,

likuiditas yang kurang,

efisiensi yang sangat tinggi,

rentabilitas yang tinggi.

(31)

B.Kerangka Teori

1. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

a. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Baitul Maal Wat Tamwil ialah balai usaha mandiri terpadu yang

isinya berintikan baital-mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil – bawah dan kecil dengan – antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya (Nurul Huda et al., 2016: 35).

Muhammad (2004: 55), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa yang tidak menggunakan sistem bagi hasil yang produknya sendiri berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi.

BMT adalah lembaga ekonomi atau keuangan syariah non perbankan yang sifatnya informal karena lembaga ini didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya.

b. Fungsi, Tujuan, Visi, Misi, dan Pengelolaan Usaha BMT 1) Fungsi

(32)

a) Baitul mal (bait = rumah, al-mal = harta) menerima titipan dana ZIS (zakat, infak, dan sedekah) serta mengoptimalkan distribusinya dengan memberikan santunan kepada yang berhak (ashnaf) sesuai dengan peraturan dan amanat yang diterima.

b) Baitut tamwil (bait = rumah, at-tamwil = pengembangan harta) melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil, terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaaan kegiatan ekonomi.

Sedangkan fungsi dan peran BMT merujuk pada fungsi perkoperasian, yaitu terdapat dalam Undang-undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Pasal 4, yaitu:

a) membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;

b) berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat;

(33)

d) berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

2) Tujuan

BMT bertujuan mewujudkan kehidupan keluarga dan masyarakat di sekitar BMT yang selamat, damai, dan sejahteran. Akan tetapi jika dilihat dalam kerangka ekonomi Islam, tujuan BMT dapat berperan melakukan beberapa hal, yaitu:

a) membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi umat dalam program pengentasan kemiskinan,

b) memberikan sumbangan aktif terhadap upaya pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan umat,

c) menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota dengan prinsip syariah,

d) mengembangkan sikap hemat dan mendorong kegiatan gemar menabung,

e) menumbuhkembangkan usaha-usaha yang produktif dan memberikan bimbingan atau konsultasi bagi anggota di bidang usahanya,

f) meningkatkan wawasan atau kesadaran umat tentang sistem dan pola perekonomian Islam,

(34)

h) menjadi lembaga keuangan alternatif yang dapat menopang percepatan pertumbuhan ekonomi nasional (Nurul Huda et al., 2016: 38).

Sedangkan tujuan BMT merujuk pada tujuan perkoperasian, yaitu terdapat dalam Undang-undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Pasal 3, yaitu: Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

3) Visi

Dalam Nurul Huda et al. (2016: 38) dijelaskan bahwa selain memiliki fungsi dan tujuan, BMT juga memiliki visi untuk mewujudkan kualitas masyarakat di sekitar BMT yang selamat, damai, dan sejahtera dengan mengembangkan lembaga dan usaha BMT serta POKUSMA (Kelompok Usaha Muamalah) yang maju berkembang, terpercaya, aman, nyaman, transparan, dan berkehati-hatian.

4) Misi

(35)

terwujud kualitas masyarakat di sekitar BMT yang selamat, damai, dan sejahtera.

5) Pengelolaan Usaha BMT

Untuk mencapai fungsi, tujuan, visi, dan misi BMT, ada beberapa yang harus dilakuakan, yaitu:

a) mengembangkan kegiatan simpan pinjam dengan prinsip bagi hasil/ syariah;

b) mengembangkan lembaga dan bisnis Kelompok Usaha Muamalah, yaitu kelompok simpan pinjam yang khas binaan BMT; dan

c) Jika BMT telah berkembang cukup mapan, memprakarsai pengembangan Badan Usaha Sektor Rill (BUSRIL) dan sejumlah POKUSMA sebagai badan usaha pendamping (Nurul Huda et al., 2016: 38).

c. Prinsip BMT

Dalam Nurul Huda et al. (2016: 38) disebutkan beberapa prinsip BMT untuk menjalankan kegiatannya:

1) Penumbuhan

(36)

b) Modal awal (Rp 20.000.000,00 sampai Rp30.000.000,00) dikumpulkan dari para pendiri dan POKUSMA dalam bentuk simpanan pokok dan simpanan pokok khusus.

c) Jumlah pendiri minimum 20 orang.

d) Landasan sebaran keanggotaan yang kuat sehingga BMT tidak dikuasai oleh perseorangan dalam jangka panjang.

e) BMT adalah lembaga bisnis yang mengelola dana dan menghasilkan keuntungan, tetapi juga memiliki komitmen yang kuat untuk membela kaum yang lemah dalam penanggulangan kemiskinan.

2) Profesionalitas

a) Pengelola profesional, bekerja penuh waktu, pendidikan S-1 atau minimum D-3 mendapat pelatihan pengelolaan BMT oleh PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) selama dua minggu, memiliki komitmen kerja 5 Tata Cara Pendirian BMT penuh waktu, serta penuh hati dan perasaan untuk mengembangkan bisnis dan lembaga BMT.

b) Menjemput bola dan aktif membaur di masyarakat.

c) Pengelola profesional berlandaskan sifat amanat, shiddiq, tabligh, fathanah, sabar, dan istiqamah.

(37)

e) Bersedia mengikat kerja sama dengan PINBUK untuk menerima dan membayar (secara mencicil) jasa manajemen dan teknologi informasi (termasuk on-line system).

f) Pengurus mampu melaksanakan fungsi pengawasan yang efektif. g) Akuntabilitas dan transparansi dalam pelaporan.

3) Prinsip Islamiah

a) Menerapkan cita-cita dan nilai-nilai Islam (salam: keselamatan, berkeadilan, kedamaian, dan kesejahteraan) dalam kehidupan ekonomi masyarakat luas.

b) Akad yang jelas.

c) Rumusan penghargaan dan sanksi yang jelas serta penerapannya yang tegas/ lugas.

d) Berpihak pada yang lemah.

e) Program pengajian/ penguatan ruhani yang teratur, berkala, dan berkelanjutan sebagai bagian dari program tazkiah Da‟i Fi‟ah Qalilah (DFQ).

(38)

a) Jatidiri Koperasi

(1) Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan; (2) Koperasi didirikan dan melakukan kegiatannya berdasarkan: kejujuran, keterbukaan, tanggungjawab sosial dan peduli terhadap orang lain;

(3) Prinsip koperasi merupakan satu kesatuan sebagai landasan kehidupan koperasi, terdiri dari:

(a) Keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka; (b) Pengelolaan dilakukan secara demokratis;

(c) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota;

(d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; (e) Kemandirian;

(f) Pendidikan perkoperasian; (g) Kerjasama antar koperasi;

(39)

b) Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Untuk itu koperasi mempunyai fungsi dan peran untuk membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan usaha anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan usahanya.

c) Anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.

d. Standar Operasional BMT

Standar operasional BMT diatur dalam Peraturan Mentri Nomor 25.2/PER/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi, yaitu sebagai berikut:

1) Standar Operasional Manajemen Kelembagaan a) Pasal 6

KJKS dan Koperasi yang menyelenggarakan UJKS wajib memiliki Standar Operasional Manajemen Kelembagaan yang paling sediki mengatur mengenai:

(1) Standar organisasi dan manajemen. (2) Standar pengelolaan organisasi

(40)

(4) Standar penggunaan dan pembagiaan SHU.

(5) Standar pengelolaan harta kekayaan KJKS dan UJKS Koperasi.

(6) Standar pembubaran KJKS.

(7) Standar penutupan UJKS Koperasi. b) Pasal 7

Tata cara penyusunan standar operasional manajemen kelembagaan KJKS dan Koperasi yang menyelenggarakan UJKS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilaksanakan dengan menggunakan Pedoman yang diatur dalam Bab II lampiran Peraturan ini.

2) Standar Operasional Manajemen Usaha a) Pasal 8

Standar operasional manajemen usaha KJKS dan UJKS Koperasi mencakup:

(1) Batasan Layanan (2) Penghimpunan Dana (3) Penyaluran Dana b) Pasal 9

(41)

3) Standar Operasional Manajemen Keuangan a) Pasal 10

Standar operasional manajemen keuangan KJKS dan UJKS Koperasi terdiri dari:

(1) Standar batasan manajemen keuangan KJKS dan UJKS Koperasi;

(2) Standar keseimbangan arus dana; (3) Standar penggunaan kelebihan dana; (4) Standar penghimpunan dana dari luar; (5) Standar administrasi kas;

(6) Standar kas kecil;

(7) Standar biaya dibayar di muka; (8) Standar audit;

(9) Standar akuntansi. b) Pasal 11

Tata cara penyusunan standar operasional manajemen keuangan KJKS dan Koperasi yang menyelenggarakan UJKS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dilaksanakan dengan menggunakan Pedoman yang diatur dalam Bab IV lampiran Peraturan ini.

(42)

Pembiayaan menurut Syafi’i Antonio (2001: 160) merupakan

salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.

Sementara Nurul Huda et al. (2016: 79) mendefinisikan penyaluran dana dalam BMT adalah suatu transaksi penyediaan dana kepada anggota atau calon anggota yang tidak bertentangan dengan syariah, juga tidak termasuk jenis penyaluran dana yang dilarang secara hukum positif.

Adapun tujuan penyaluran dana BMT, yaitu:

1) meningkatkan daya guna, peredaran, dan lalu lintas uang anggota atau calon anggota BMT;

2) meningkatkan aktivitas investasi BMT; dan 3) sebagai sumber pendapatan terbesar BMT.

Pembiayaan yang diberikan oleh BMT digunakan untuk memenuhi banyak jenis keperluan nasabah. Namun Syafi’i Antonio (2001: 160) membagi pembiayaan menjadi dua, yaitu menurut sifat penggunaannya dan menurut keperluannya. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal:

(43)

2) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut:

1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan (b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. 2) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan

barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

Nurul Huda et al. (2016: 79) dalam bukunya juga mengklasifikasikan pembiayaan menjadi dua, yaitu berdasarkan tujuan penggunaan dan jenis pembiayaannya. Berdasarkan tujuan penggunaan dapat dibedakan antara lain:

1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan dana usaha bagi pembelian pengadaan atau penyediaan unsur-unsur barang dalam rangka perputaran usaha.

(44)

3) Pembiayaan multiguna, yaitu pembiayaan yang dapat digunakan untuk sewa barang, talangan dana, atau biaya jasa keperluan anggota.

Sementara itu, jenis pembiayaan berdasarkan segmen pasar BMT dibagi menjadi dua segmen berikut:

1) Pembiayaan usaha kecil, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada para anggota yang berprofesi sebagai pedagang atau pengusaha kecil, baik untuk mengembangkan perputaran usaha maupun penyediaan prasarana dan sarana usaha.

2) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada anggota untuk kebutuhan konsumtif, seperti pembelian barang elektronik, kendaraan, dan rumah.

f. Produk Pembiayaan BMT

Secara umum pembiayaan BMT dibedakan menjadi empat kategori, yaitu sebagai berikut:

1) Prinsip bagi Hasil, terdiri dari: a) al-Musyarakah

(45)

bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Selanjutnya Nurul Huda et al. (2016: 106), penyaluran musyarakah mempunyai beberapa ketentuan sebagaimana

berikut:

(1) Penyaluran dana musyarakah didahului dengan pernyataan ijab qabul oleh para pihak yang menyepakati kontrak (akad).

(2) Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum dan memperhatikan hak-hak kedua belah pihak.

(3) Modal yang diberikan harus uang tunai. Selain itu, para pihak tidak boleh meminjamkan, menghibahkan, atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan bersama.

(4) Partisipasi antara BMT dan anggotanya merupakan dasar pelaksanaan musyarakah dengan masing-masing pihak mengutus wakilnya.

(5) Keuntungan ataupun kerugian dibagi secara proporsional berdasarkan kesepakatan pada awal akad.

(46)

b) al-Mudharabah

al-Mudharabahdijelaskan Syafi’i Antonio (2001: 95) adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.

Nasabah Parsial: Asset

Bank Syariah Parsial: Pembiayaan

PROYEK USAHA

KEUNTUNGAN

Bagi hasil keuntungan sesuai porsi Kontribusi modal (nisbah)

Skema

al-Musyarakah

(47)

Selanjutnya Nurul Huda et al. (2016: 106), penyaluran mudharabah mempunyai beberapa ketentuan sebagaimana berikut:

(1) Dana musyarakah disalurkan oleh BMT kepada anggotanya untuk usaha yang produktif.

(2) BMT bertindak sebagai pemilik dana yang membiayai seluruh kebutuhan usaha.

(3) Anggota BMT adalah sebagai pengelola usaha.

(48)

Akad Mudharabah dapat dilihat pada Gambar 2:

Nasabah (Mudharib)

Bank (Shahibul

Maal) PERJANJIAN

BAGI HASIL

PROYEK USAHA

PEMBAGIAN KEUNTUNGAN

MODAL KEAHLIAN/

KETERAMPILAN

MODAL 100%

Nisbah X%

Nisbah Y%

Pengambilan Modal Pokok

Skema

al-Mudharabah

(49)

2) Prinsip Jual Beli, terdiri dari: a) Bai‟ al-Murabahah

Syafi’i Antonio (2001: 101) menyebutkan Bai‟ al-Murabahah

adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai‟ al-murabahah penjual harus memberi tahu harga pokok yang ia beli dan menentukan satu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.

Secara umum, syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam Bai‟ al -Murabahah menurut Nurul Huda et al. (2016: 82), yaitu:

(1) Pihak yang berakad harus: (a) cakap hukum, dan

(b) sukarela (ridha) atau tidak dalam keadaan terpaksa. (2) Objek yang diperjualbelikan:

(a) tidak termasuk barang yang diharamkan, (b) bermanfaat,

(c) dapat diserahkan dari penjual ke pembeli,

(d) merupakan hak milik penuh pihak yang berakad, dan (e) diserahkan oleh penjual kepada pembeli dengan

spesifikasi yang sesuai. (3) Akad (shigah):

(50)

(b) ijab qabul (serah terima) harus selaras, baik dalam spesifikasi barang maupun harga yang disepakati; (c) tidak mengandung klausul yang bersifat

menggantungkan keabsahan transaksi pada hal atau kejadian yang akan datang; dan

(d) tidak membatasi waktu; misalnya, “Saya jual ini kepada Anda untuk jangka waktu sepuluh bulan,

setelah itu jadi milik saya kembali.”

Akad Murabahah dapat dilihat pada Gambar 3:

Negosiasi & Persyaratan

BANK NASABAH

SUPLIER PENJUAL Akad Jual Beli

Bayar

Beli Barang

Kirim Terima Barang & Dokumen

2

1

4

6

5

3

Skema

Bai’ al

-Murabahah

(51)

b) Bai‟ as-Salam

Dalam pengertian Syafi’i Antonio (2001: 108)Bai‟ as-Salam

adalah pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayarannya dilakukan di muka.

Hal-hal yang terkait dengan ketentuan pembiayaan bai‟ as -salam dijelaskan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor

05/DSN-MUI/IV/2000 tentan Jual Beli Salam sebagaimana berikut:

(1) Ketentuan tentang pembayaran

(a) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat.

(b) Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.

(c) Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang.

(2) Ketentuan tentang barang

(a) Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai utang. (b) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.

(c) Penyerahan dilakukan kemudian.

(52)

(e) Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.

(f) Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.

(3) Penyerahan barang sebelum atau pada waktunya

(a) Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati.

(b) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, penjual tidak boleh meminta tambahan harga.

(c) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas lebih rendah, dan pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan harga (diskon).

(d) Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dan waktu yang disepakati dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan ia tidak boleh menuntut tambahan harga.

(53)

Pertama, membatalkan kontrak dan meminta kembali

uangnya.

Kedua, menunggu sampai barang tersedia.

Akad Bai‟ as-Salam dapat dilihat pada Gambar 4:

c) Bai‟ al-Istishna‟

Definisi Bai‟ al-Istishna‟ menurut Syafi’i Antonio (2001: 113) adalah kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang.

Skema

Bai’ as

-Salam

PRODUSEN PENJUAL

NASABAH

BANK SYARIAH Produsen Ditunjuk oleh Bank

4

Kirim Pesanan

3

Kirim Dokumen

1

Negosiasi Pesanan dengan Kriteria

5

Bayar

2

Pemesanan Barang & Bayar Tunai
(54)

Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir.

Adapun ketentuan-ketentuan bai‟ al-istishna‟ dalam Nurul Huda et al. (2016: 94), yaitu:

(1) Ketentuan tentang pembayaran

(a) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, maupun manfaat.

(b) Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan. (c) Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan

utang.

(2) Ketentuan tentang barang

(a) Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai utang. (b) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.

(c) Penyerahan dilakukan kemudian.

(d) Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.

(e) Pembeli (mustashni‟) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.

(55)

(g) Jika terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan memiliki hak memilih untuk melanjutkan atau membatalkan akad.

Akad Murabahah dapat dilihat pada Gambar 5:

3) Prinsip Sewa, terdiri dari: a) al-Ijarah

Skema

Bai’ al

-

Istishna’

NASABAH KONSUMEN

(PEMBELI)

PRODUSEN PEMBUAT

BANK PENJUAL

1

Pesan

2

Beli

3

Jual
(56)

al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,

melaui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/ milkiyyah) atas barang itu sendiri. b) al-Ijarah al-Muntahia Bit-Tamlik

al-Ijarah al-Muntahia Bit-Tamlik adalah sejenis perpaduan antara

kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan ijarah biasa.

4) Prinsip Jasa, terdiri dari: a) al-Wakalah

al-Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian

mandat. Pengertian lain mengatakan al-Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal yang diwakilkan.

b) al-Kafalah

al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung

(57)

c) al-Hawalah

al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang

kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama, hal ini merupakan pemindahan beban utang dari muhil (orang yang berutang) menjadi tanggungan muhal „alaih

(orang yang berkewajiban membayar utang).

d) ar-Rahn

ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam

sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.

e) al-Qard

al-Qard adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat

ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.

2. Kinerja Keuangan

a. Pengertian Kinerja Keuangan

(58)

prestasi yang dicapai oleh perusahaan selama periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009: 4), informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.

Kinerja keuangan mengindikasikan apakah strategi perusahaan, implementasi strategi, dan segala inisiatif perusahaan memperbaiki laba perusahaan. Menurut Moh. Wahyuddin Zarkasyi (Dalam Zulyani et.al., 2015: 324) bahwa kinerja keuangan merupakan sesuatu yang dihasilkan atau hasil kerja yang dicapai dari suatu perusahaan. Definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi, menunjukkan kalau laporan laba rugi menggambarkan suatu aktivitas dalam satu tahun sedangkan untuk neraca menggambarkan keadaan pada suatu saat akhir tahun tersebut atas perubahan kejadian dari tahun sebelumnya.

Untuk melakukan pengukuran kinerja perlu adanya ukuran yang dipergunakan seperti:

(59)

2) Rasio pertumbuhan yang mengukur kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonomisnya dalam pertumbuhan perekonomian dan industri.

Ukuran penilaian (evaluation measure), mengukur kemampuan manajemen untuk mencapai nilai-nilai pasar yang melebihi pengeluaran kas. Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan di bidang keuangan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. Di sisi lain kinerja keuangan menggambarkan kekuatan struktur keuangan suatu perusahaan dan sejauh mana dengan asset yang tersedia, perusahaan sanggup meraih keuntungan.

Berdasarkan Pertauran Deputi Bidang Pengawasan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06/Per/Dep.6/IV/2016 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi bahwa pelaksanaan penilain kesehatan koperasi sebagai berikut:

1) Permodalan

Penilaian terhadap permodalan didasarkan pada 3 (tiga) rasio, yaitu:

a) Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Asset;

b) Rasio Modal Sendiri Terhadap Pinjaman yang Diberikan; c) Rasio Kecukupan Modal Sendiri.

(60)

Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada 4 (empat) rasio, yaitu:

(1) Rasio volume pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman yang diberikan;

(2) Rasio pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan; (3) Rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah; dan (4) Rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan. 3) Penilaian Manajemen

Penilaian aspek manajemen meliputi lima komponen sebagai berikut:

(1) Manajemen umum; (2) Kelembagaan;

(3) Manajemen permodalan; (4) Manajemen aktiva; (5) Manajemen likuiditas. 4) Penilaian Efisiensi

Penilaian efisiensi KSP/ USP koperasi didasarkan pada 3 (tiga) rasio, yaitu:

(1) Rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto; (2) Rasio beban usaha terhadap SHU kotor; dan

(61)

Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas dilakukan terhadap 2 (dua) rasio, yaitu:

(1) Rasio kas dan bank terhadap kewajiban lancar; dan

(2) Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima. 6) Kemandirian dan Pertumbuhan

Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada 3 (tiga) rasio, yaitu rentabilitas asset, rentabilitas ekuitas, dan kemandirian operasional.

7) Jati Diri Koperasi

Penilaian aspek jati diri koperasi dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya, yaitu mempromosikan ekonomi anggota. Aspek penilaian jati diri koperasi menggunakan 2 (dua) rasio, yaitu:

(1) Untuk rasio lebih kecil dari 25% diberi nilai 25 dan untuk setiap kenaikan 25% nilai ditambah dengan 25 sampai dengan rasio lebih besar dari 75% nilai maksimum 100%.

(2) Nilai dikalikan dengan bobot 7% diperoleh skor penilaian.

b. Rasio Kinerja Keuangan 1) Profit Margin

(62)

langsung pada analisis common-size untuk laporan laba-rugi. Rasio ini juga diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu.

S. Munawir juga mendefinisikan Profit Margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam persentase dan jumlah penjualan bersih. Profit Margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.

Adapun Profit Margin bisa dihitung sebagai berikut (M. Hanafi, 2014: 42):

Profit Margin yang tinggi menunjukkan kemampuan

perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Secara umum, rasio yang rendah menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rasio ini cukup bervariasi dari satu industri ke industri lainnya.

2) ROA (Return On Asset)

(63)

Dalam perbankan bahwa rasio ROA merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. ROA adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan total aset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan.

Return On Asset (ROA) sangat penting karena rasio ini

mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset produktif yang dananya sebagian besar berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Semakin besar Return On Asset (ROA) suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut, dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.

Return On Asset bank juga digunakan untuk mengetahui

hubungan antara organisasi dan kinerja keuangan bank-bank retail, sehingga strategi organisasi dalam rangka menghadapi persaingan yang semakin ketat dapat diformulasikan (Adeyemi-Belo dalam Zulyani et.al., 2015. Jurnal Tepak Manajemen Bisnis Vol.VII No.2).

Return On Asset (ROA) merupakan perbandingan antara laba

(64)

Menurut Bank Indonesia, penilaian aspek likuiditas mencerminkan kemampuan bank untuk mengelola tingkat likuiditas yang memadai untuk memenuhi kewajibannya secara tepat waktu dan untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Di samping itu bank juga harus dapat menjamin kegiatan dikelolaa secara efisien dalam arti bahwa bank dapat menekan biaya pengelolaan likuiditas yang tinggi serta setiap saat bank dapat melikuidasi assetnya secara cepat dengan kerugian yang minimal.

3) ROE (Return On Equity)

(65)

kepercayaan investor serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham.

Return On Equity merupakan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE disebut juga sebagai rentabilitas modal sendiri (Sutrisno dalam Zulyani et.al., 2015. Jurnal Tepak Manajemen Bisnis Vol.VII No2).

ROE adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) bank, rasio ini menunjukkan tingkat % (persentase) yang dapat dihasilkan. Rumus untuk menghitung ROE adalah:

4) NPL (Non Performing Loan)

Non Performing Loan (NPL) yaitu rasio yang digunakan untuk

(66)

Dalam perbankan syariah NPL disebut NPF atau Non Performing Financing yaitu suatu keadaan di mana nasabah sudah tidak sanggup lagi membayar sebagian atau seluruh kewajiban kepada bank seperti yang telah diperjanjikannya. Salah satu implikasi lain bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya pembiayaan bermasalah adalah hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dan pembiayaan yang diberikan sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank.

Adapun rumus untuk mencari NPL adalah sebagai berikut:

C.Kerangka Berfikir

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis laporan keuangan BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram di Yogyakarta tahun 2011 sampai tahun 2015 berkitan dengan kinerja keuangan BMT yang digambarkan dalam rasio Profit Margin, ROA, ROE, dan NPL. Analisis tersebut akan dapat dilihat pada

(67)

Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapat dijelaskan yaitu dari pembiayaan yang diberikan oleh BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram di Yogyakarta kemudian dianalisis laporan keuangannya (dalam hal ini laporan neraca, laporan laba-rugi, dan laporan perubahan ekuitas) untuk mengetahui tingkat kinerja keuangan kedua BMT tersebut dengan tolok ukur pada rasio keuangan berupa Profit Margin, ROA, ROE, dan NPL. Dari pengukuran tersebut diharapkan terjadi perubahan terhadap kinerja keuangan BMT setelah

Pembiayaan oleh BMT

BMT Batik Mataram BMT Forsitama

Laporan Keuangan BMT

Kinerja Keuangan: Rasio Profit Margin Rasio ROA

[image:67.595.150.493.121.505.2]

Rasio ROE Rasio NPL

(68)
(69)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kilas peristiwa masa sekarang (Nazir, 2003: 54). Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2003: 14).

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio-rasio kinerja keuangan yang terdiri dari rasio Profit Margin, ROA, ROE, dan NPL. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur berdasarkan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06/Per/Dep.6/IV/2016 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1

Pedoman Penilaian Kesehatan KSP dan USP Koperasi

Catatan Rasio (%)

[image:69.595.197.429.628.724.2]
(70)

B.Variabel Penelitian

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang,

atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau

satu objek dengan objek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah kinerja keuangan BMT dengan rasio Profit Margin, ROA, ROE dan NPL.

C.Tempat dan Waktu Penelitian

Obyek penelitian ini adalah BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram, di mana BMT Forsitama terletak di Jl. Tanjung Tirto, Berbah, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa yogyakarta. Sedangkan BMT Batik Mataram berpusat di Jl. Kapten Piere Tendean, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (Depan Toko Sakola). Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2016.

D.Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 2 BMT, yaitu BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram. Sampel tersebut dipilih berdasarkan:

1. BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram sudah berdiri selama lima tahun. 2. BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram menyajikan laporan keuangan

(71)

E.Sumber Data Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang relevan dan akurat terkait apa yang akan diteliti oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen dan laporan keuangan tahunan yaitu selama 5 tahun (laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan aktiva produktif) yang diperlukan dalam penelitian ini pada BMT Forsitama dan BMT Batik Mataram di Yogyakarta. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah soft file, literatur, internet, dokumentasi dan pendukung lainnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

(72)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Sampel Penelitian 1. Gambaran Umum BMT

a. BMT Forsitama

KSU Syari’ah BMT Forsitama berdiri berawal dari adanya

keprihatinan para tokoh masyarakat setempat terhadap kehidupan ekonomi masyarakat sekitarnya. Banyak masyarakat sekitar yang hidup sangat sederhana bahkan masih ada di bawah garis kemiskinan. Sulitnya pekerjaan dan susahnya membuka peluang usaha yang ada, membuat bertambahnya para usia produktif yang menganggur. Keterbatasan permodalan untuk usaha dan susahnya memperoleh atau mengakses modal untuk usaha, sehingga membuat bertambahnya deretan usaha-usaha mikro yang gulung tikar.

(73)

Berawal dari keprihatinan terhadap fenomena yang ada di masyarakat, membuat para tokoh masyarakat sekitar terutama tokoh-tokoh yang aktif di pengajian sering mengadakan pertemuan-pertemuan untuk membahas fenomena yang terjadi di masyarakat karena prihatin terhadap kondisi masyarakat yang semakin hari terjerat hutang kepada rentenir.

Seringnya pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh para tokoh agama kemudian memberikan pencerahan, terkait bagaimana mempersatukan visi dan misi dalam memberikan pemecahan terhadap masalah yang ada di dalam masyarakat. Dalam perjalanannya yang sangat panjang, mulailah dibentuk sebuah organisasi yang melibatkan pemerintah setempat mulai dari Kelurahan sampai Kecamatan dengan tujuan agar organisasi yang dibentuk secara legal dan diakui keberadaannya oleh semua pihak. Sehingga terbentuklah organisasi kemasyarakatan yang disebut FORSITAMA yang mempunyai arti Forum Silaturrahmi Takmir Masjid bergerak dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan keagamaan.

(74)

terbentuklah KSU SYARI’AH BMT FORSITAMA dan diresmikan pada

tanggal 12 Juli 2008 bertempat di SDN Tanjungtirto I.

KSU SYARI’AH BMT FORSITAMA mempunyai usaha pokok

berupa simpan pinjam bagi para anggotanya dan tidak menutup kemungkinan membuka unit-unit usaha lainnya. Sementara dalam bidang sosial, menghimpun, mengelola, dan menyalurkan ZIS (Zakat, Infaq, dan Shodaqoh). Sumber dana ZIS berasal dari para pengurus, anggota, dan pengelola. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga terbuka bagi para shahibul maal yang ingin menyalurkan danananya melalui KSU

SYARI’AH BMT FORSITAMA dan pentasarufannya akan dilakukan

dengan transparan dan profesional oleh KSU SYARI’AH BMT FORSITAMA atau atas referensi para shahibul maal yang diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS).

b. BMT Batik Mataram

BMT Batik Mataram merupakan Unit Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dari Koperasi Batik Mataram yang pengelolaannya dilakukan secara otonom. Sebuah badan usaha yang berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan yang bertujuan memajukan kesejahteraan anggota dan lapisan masyarakat yang berpedoman pada prinsip syariah.

(75)

syariah. Bermula dari keprihatinan para pengurus akan banyaknya praktek riba yang dilakukan oleh para rentenir yang sudah menggrogoti deretan usaha ekonomi mikro dengan bunga yang melambung tinggi, sehingga mengakibatkan kerugian. Selain itu, keterbatasan permodalan masyarakat sekitar untuk usaha dan susahnya memperoleh atau mengakses modal untuk usaha. Ditambah lagi dengan banyaknya antusias masyarakat untuk bergabung menjadi anggota koperasi, akan tetapi terbentur dengan ketentuan dari Koperasi Batik Mataram yang tidak dapat menambah anggota baru tanpa memenuhi syarat keanggotaan sesuai AD/ART, maka terwujud kesepakatan untuk mendirikan unit jasa keuangan syariah yang diberi nama BMT Batik Mataram.

BMT Batik Mataram mulai beroperasi pada tanggal 05 April 2009 hasil kerjasama Koperasi

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1  Akad Musyarakah……………………………….......
Tabel 2.1
Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

102 Atas Pembiayaan Murabahah Pada BMT ( Baitul Maal Wa Tamwil) (Studi Kasus di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Nur Indah Abadi, KJKS BMT Bina Tanjung dan

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengenalan motif batik Yogyakarta dengan metode Linear Discriminant Analysis menggunakan feature - feature di atas

Sehingga dari data di atas, metode Hidden Markov Models akan digunakan penulis untuk mengenali pola batik Yogyakarta ini dan untuk menganalisa metode perhitungan serta pengenalan

Hasil analisis data Pembiayaan dengan prinsip Ijarah multijasa di BMT Tumang Cabang Kartasura telah sesuai dengan PSAK 107 diterapkan untuk entitas yang melakukan

Pembiayaan di BMT Nurul Ummah Ngasem Jawa Timur Setelah peneliti mengamati pelaksanaan akad al-qardh wal ijarah pada produk pembiayaan di lapangan kemudian

Hal itu sesuai dengan hasil wawancara di atas yang menunjukkan bahwa UMKM yang menerima pembiayaan mudharabah dari BMT Nurul Jannah mengatakan bahwa pembiayaan

a) Kepada pihak lain (yang tidak terkait hubungan hukum dengan BMT), baik dilakukan sendiri oleh nasabah pembiayaan atau pemilik jaminan ataupun dengan bantuan

Hasil dari analisis diatas adalah perlakuan akuntansi pembiayaan di BMT khalifah belum sesuai dengan PSAK 105 karena pada saat penyerahan investasi mudharabah, BMT khalifah