PENGELOLAAN ASET/BARANG MILIK DAERAH DI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BANTUL
TAHUN 2014-2015
Disusun Oleh: SUFRI NURYAMIN
NIM. 20120520145
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
PENGELOLAAN ASET/BARANG MILIK DAERAH DI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BANTUL
TAHUN 2014-2015
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh: SUFRI NURYAMIN
NIM. 20120520145
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sufri Nuryamin
NIM : 20120520145
Menyatakan bahwa:
1. Skripsi dengan judul “Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah di Dinas
Pekerjaan Umun Kabupaten Bantul Tahun 2014-2015” yang saya buat ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Isi skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dosen pembimbing.
3. Saya menyetujui penggunaan skripsi ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun dalam bentuk karya ilmiah lainnya oleh dosen pembimbing.
4. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.
5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguh-sungguhnya, apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Yogyakarta, Agustus 2016
Yang Membuat Pernyataan
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Ayahanda Abdul Ra’uf,S.Pd. dan Ibunda Aniar
Kakak Fitri Jasnaini,S.K.M
Kakek Bahgi dan Nenek Alm. Ami
Sahabat dan teman-teman Urang Gayo di Yogyakarta
Teman-teman IP 2012 Universitas Muhammadiyah
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah memberikan semangat dan dukungan serta motivasi dalam penulisan skripsi ini:
1. Ayahanda Abdul Ra’uf,S.Pd. yang telah berjuang untuk membesarkan dan mendidik penulis hingga saat ini, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Idola!
2. Ibunda tercinta Aniar, wanita tangguh yang berjuang mulai dari melahirkan sampai membesarkan dan merupakan guru pertama dalam kehidupan. Semoga selalu diberi kesehatan oleh Allah SWT. Love you, always!
3. Kak Fitri Jasnaini,S.K.M, dan Suami Bang Ihsan Brampu dan juga Keponakan Cantik Jihan Salsabila Brampu. Semoga menjadi keluarga yang diridhoi Allah SWT.
4. Kakekku Bahgi dan Alm NenekAmi dan juga nenek Item semoga Allah memberikan umur yang panjang.
5. Bodat tercinta Widuri Wulandari Marbun, yang tidak pernah capek dalam menasehati, membimbing dan mengarahkan dan juga memarahi tentunya. InsyaAllah abang tunggu di pelaminan.
6. Bapak Dr. Ulung Pribadi selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan arahan dan masukan untuk kelancaran skripsi ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan Bapak.
7. Whin Cogay Alias Hambali, kawan dari kecil dan seperjuangan sampai sekarang. Semoga kelak kita menjadi orang besar dan sukses dunia akhirat. Amin!
vi
kehidupan yang telah diberikan semoga kita dipertemukan di jajaran pejabat Gayo Lues kelak. Amin!
9. Seluruh masyarakat IMAGAYO (Ikatan Mahasiswa Gayo Lues Yogyakarta). Merupakan tempat bernaung dan berkumpul bersama Urang Gayo di perantauan. Sukses buat kita semua.
10. Teman KKN 042, semoga sukses selalu!
11. Teman-teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan Angkatan Tahun 2012.
vii
MOTTO
“
Man khoroja fii tholabil
„ilmi fahuwa fii
sabiilillahi hatta yarji‟a”
Barang siapa yang keluar menuntut ilmu maka dia berjalan di jalan Allah sampai dia pulang (Al-Mahfudzat)
“Izaa shodaqol azmu wadhoha assabiil”
Jika ada kemauan pasti ada jalan (Al-Mahfudzat)
VINI, VIDI, VICI
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan
Hidayah-Nya. Serta tak lupa sholawat serta salam atas junjungan kita Nabi
Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah di Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Bantul Tahun 2014-2015”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammdiyah
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Ali Muhammad, S.IP., M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Ibu Dr. Titin Purwaningsih., S.IP., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Bapak Dr. Ulung Pribadi Sebagai dosen Pembimbing Skripsi yang telah
ix
berbagi pengalaman, arahan dan telah banyak memberikan ide-ide dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Erni Zuhriyati,S.IP,.MA. Sebagai dosen penguji skripsi I yang
memberikan banyak masukan dalam skripsi ini.
6. Bapak Dr. Suswanta sebagai dosen penguji II yang telah memberikan
masukan dan perbaikan dalam skripsi ini.
7. Staff Dinas PU Bantul yang telah bersedia menjadi informan dalam
kelancaran skripsi ini.
8. Staff DPPKAD Bantul yang telah memberikan banyak informasi dan data
untuk menunjang pembuatan skrispsi ini.
9. Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
10.Seluruh staff dan karyawan Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
11.Semua pihak yang telah banyak membentu baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Yogyakarta, Agustus 2016
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN...ii
HALAMAN PERNYATAAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...iv
UCAPAN TERIMAKASIH...v
HALAMAN MOTTO...vii
KATA PENGANTAR...viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR GAMBAR ...xiv
SINOPSIS ...xv
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 LATAR BELAKANG...1
1.2 RUMUSAN MASALAH...8
1.3 TUJUAN PENELITIAN...8
1.4 MANFAAT PENELITIAN...9
1.5 KERANGKA DASAR TEORI...9
1.5.1 Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah...10
1.5.2 Pemerintah Daerah...14
1.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Aset...16
1.6 DEFINISI KONSEPSIONAL...18
1.7 DEFINISI OPERASIONAL...19
1.8 METODE PENELITIAN...20
1.8.1 Jenis Penelitian...20
xi
1.8.3 Unit Analisis...21
1.8.4 Jenis Data...21
1.9 TEKNIK PENGUMPULAN DATA...21
1.9.1 Observasi...21
1.9.2 Wawancara Mendalam (deepth interview)...22
1.9.3 Dokumentasi...22
1.10 TEKNIK ANALISIS DATA...22
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN...26
2.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Bantul...26
2.1.1 Kondisi Geografis...26
2.1.2 Visi dan Misi Kabupaten Bantul...28
2.2 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul...29
2.3 Dinas Pendapatan dan Pengeloaan Keuangan dan Aset Daerah...30
BAB III PEMBAHASAN...32
3.1 Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah Kab. Bantul...32
3.1.1 Perencanaa dan Penganggaran...32
3.1.7 Pengamanan dan Pemeliharaan Barang Milik Daerah...77
3.1.8 Penilaian Barang Milik Daerah...82
3.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengelolaan Barang Milik Daerah...99
3.2.1 Inventarisasi Aset...99
3.2.2 Legal Audit...106
3.2.3 Penilaian Aset...108
3.2.4 Optimalisasi Aset...110
xii
BAB IV PENUTUP ...114
4.1 Kesimpulan...114
4.2 Saran...119
DAFTAR PUSTAKA...121
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbatasan Wilayah Kab. Bantul...26
Tabel 2.2 Luas Wilayah dan Kecamatan di Kab. Bantul...27
Tabel 3.1 Wewenang tugas dan Fungsi SKPD ... 36
Tabel 3.2 Rencana Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD)... 40
Tabel 3.3 KIB A: Tanah...103
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan Alur Proses Perencanaan dan Penganggaran BMD...35
Gambar 3.2 Penerimaan, Penyiimpanan dan Penyaluran...49
Gambar 3.3 Bentuk-Bentuk Pemanfaatan Barang Milik Daerah...66
Gambar 3.4 Proses Penyewaan Barang Milik Daerah...70
Gambar 3.5 Proses Pinjam Pakai Barang Milik Daerah...72
Gambar 3.6 Prosedur BGS dan BSG...76
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
PENGELOLAAN ASET/BARANG MILIK DAERAH DI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014-2015
Disusun oleh:
SUFRI NURYAMIN
20120520145
Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pada
Hari/Tanggal : Jum’at, 26 Agustus 2016
Pukul : 11.00-11.45
Tempat : Ruang IGOV Lama 1
SUSUNAN TIM PENGUJI
Ketua
Dr. Ulung Pribadi,M.Si.
Penguji I Penguji II
Erni Zuhriyati, S.S., S.IP.,MA. Drs. Suswanta, M.Si.
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan UMY
ii
SINOPSIS
Aset daerah merupakan sesuatu yang harus dikelola dengan baik, karena merupakan sumber potensial dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun, banyak sekali permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaanya. Seperti yang terjadi di Dinas Pekerjaan Umum (DPU). Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif untuk mendapatkan fakta-fakta mengenai permasalahan aset di DPU selaku unit analisis dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk melengkapi data dalam penelitian ini.
Proses pengelolaan barang milik daerah di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul meliputi: perencanaan dan penganggaran yang disusun dalam RKBMD, RKPBMD yang selanjutnya menjadi RKA. Pengadaan dilakukan melalui ULP (Unit Layanan Pengadaan) yang ada di Pemda yang bersifat permanen. Sejauh ini proses pengadaan sudah berjalan dengan baik. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran aset daerah di DPU sudah berjalan dengan optimal, permasalahan yang dihadapi hanya pada penyimpanan yang dikarenakan besarnya jumlah barang maka membutuhkan gudang penyimpanan dan petugas yang banyak juga. Penggunaan dilakukan setelah penetapan status penggunaan oleh Bupati dan setelahnya DPU wajib melakukan penatausahaan terhadap aset tersebut. Rentang kendali yang luas merupakan kesulitan yang dihadapi dalam proses penggunaan. Penatausahaan merupakan kendala utama yang dihadapi DPU khususnya inventarisasi aset. Pemanfaatan aset di DPU sudah berjalan optimal dalam menunjang tupoksi DPU. Pengamanan dan pemeliharaan aset masih bermasalah terutama dalam pengamanan administrasi. Penilaian dilakukan oleh tim penilai yang ditetapkan oleh Bupati Bantul. Penghapusan dilaksanakan melalui usulan daftar penghapusan barang oleh DPU ke DPPKAD Bantul. Pemindahtanganan dilaksanakan oleh DPPKAD setelah ada usulan dari SKPD, namun sejauh ini DPU belum melakukan pemindahtanganan aset. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian tidak berjalan optimal, masih banyak kesalahan yang dilakukan DPU dalam pengelolaan aset. Pembiayaan dibebankan kepada APBD Bantul dan tidak ada kendala yang dihadapi dalam proses ini. Tuntutan ganti rugi dilakukan apabila ada kesalahan dalam pengelolaan aset yang merugikan daerah, namun sejauh ini belum pernah terjadi di DPU. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan aset di DPU yaitu: inventarisasi aset berpengaruh terhadap penyajian laporan keuangan dan aset daerah. Inventarisasi aset bermasalah di DPU, sehingga berpengaruh terhadap kesalahan dalam penatausahaan aset. Legal audit berpengaruh terhadap pengamanan hukum aset yang sejauh ini sudah berjalan optimal di DPU. Penilaian aset berpengaruh terhadap kewajaran penyajian aset yang sudah berjalan dengan baik di DPU. Optimalisasi aset berpengaruh terhadap pemanfaatan aset dalam menunjang tupoksi DPU yang tidak mengalami masalah. Pengawasan dan pengendalian (pengembangan SIMA) berpengaruh dalam mendapatkan data aset secara cepat dan akurat dan sudah berjalan di Pemkab Bantul dalam bentuk SIMDA.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lahirnya prinsif Good Governance, menuntut bahwa pemerintah, baik pemeritah
pusat maupun pemerintah daerah harus membuat laporan keuangan yang transparan dan
akuntabel. Tujuan utamanya adalah agar semua yang dilaporkan baik itu Barang Milik
Negara (BMN) maupun Barang Milik Daerah (BMD) bisa dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat secara keseluruhan dan tepat sesuai tujuan. Namun, pengelolaan aset/barang
milik negara atau daerah tidak semudah yang dibayangkan, banyak sekali faktor yang
menjadi kendala, antara lain, masih banyak instansi yang belum dapat menyajikan data secara
pasti, berapa sesungguhnya nilai aset tersebut.
Pencatatan yang ada pada instansi pemakai barang masih banyak yang tidak up to
date dan sudah ketinggalan zaman karena nilai yang tercatat pada umumnya didasarkan atas
nilai perolehan yang tentu tidak mencerminkan nilai sesungguhnya. Belum lagi
permasalahan-permasalahan lain di bidang pengelolaan aset daerah seperti tidak jelasnya
status hukum aset, pemanfaatan aset oleh pihak lain yang tidak mengikuti prosedur,
tukar-menukar aset daerah yang cenderung merugikan daerah, pencatatan aset yang tidak tertib dan
konflik kepentingan dalam pemanfaatan aset daerah.1 Faktor lainnya adalah terbatasnya tenaga SDM yang menyajikan laporan keuangan, kebijakan untuk pengelolaan aset yang
belum mengakomodir semua hal yang diperlukan, penguasaan dan pemeliharaan aset agar
tidak hilang, rusak, atau dicuri, dan sebagainya. Permasalahan mengenai pengelolaan aset
daerah ini harus segera diselesaikan. Walaupun belum sempurna namun harus ada
pembenahan dalam penataannya karena aset daerah merupakan kekayaan yang harus
1
dipelihara, diamankan, dan dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai amanah yang harus
diemban untuk masyarakat.
Untuk menjawab tantangan diatas maka lahirlah Peraturan Pemerintah Nomor. 6
Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang merupakan peraturan
turunan Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Hal tersebut
merupakan perubahan paradigma baru dalam pengelolaan barang milik negara/daerah dan
memunculkan optimisme baru dalam penataan dan pengelolaan barang/aset negara/daerah
yang lebih tertib, akuntabel dan transparan. Pengelolaan aset negara dalam pengertian yang
dimaksud dalam Pasal1 Ayat (1) dan Ayat (2) Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2006 adalah
tidak sekedar administratif semata, tetapi lebih maju berfikir dalam menangani aset
negara/daerah, dengan bagaimana meningkatkan efisiensi, efektifitas dan menciptakan nilai
tambah dalam mengelola aset.
Oleh karena itu, lingkup pengelolaan aset Negara mencakup perencanaan kebutuhan
dan penganggaran; pengadaan; penggunaan; pemanfaatan; pengamanan dan pemeliharaan;
penilaian; penghapusan; pemindahtanganan; penatausahaan; pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian. Proses tersebut merupakan siklus logistik yang lebih terinci yang didasarkan
pada pertimbangan perlunya penyesuaian terhadap siklus perbendaharaan dalam konteks
yang lebih luas (keuangan negara).2
Aset daerah harus dijaga, dikelola, diamankan dan dimanfaatkan dengan sebaik
mungkin, selain sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
selaku stakeholder, aset daerah juga merupakan sumber potensial penerimaan daerah serta
dapat membantu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Oleh karena itu, pemerintah
daerah harus pandai dan terampil dalam mengelola aset atau barang milik daerah dan dituntut
2
untuk membenahi sistem pengelolaan aset daerah dengan berpedoman pada regulasi dan
undang-undang yang berlaku.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah merupakan acuan utama pemerintah dalam pengelolaan aset daerah, yang
juga sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penilaian Barang Daerah, serta dipertegas dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Aset
daerah merupakan suatu potensi ekonomi dan sumber daya yang bersifat mutlak bagi setiap
pemerintah daerah. Pengelolaan aset yang baik akan berkontribusi besar bagi pemerintah
daerah, sebaliknya jika pengelolaannya buruk maka akan berdampak buruk pula pada
pemerintah daerah tersebut.
Aset atau barang milik daerah itu sendiri dikelola oleh unit organisasi yang memiliki
hak dan tanggung jawab atas aset tersebut. Pengelola barang/aset daerah tersebut adalah
pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta
melakukan pengelolaan barang milik negara/daerah.3 Pengelolaan aset atau barang milik daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu secara profesional dan mandiri mengelola
asetnya melalui kemampuan manajemen aset yang terbagi dalam lima tahapan kerja, yaitu:
inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi pemanfaatan aset serta pengawasan
dan pengendalian dengan pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA).4
Menghadapi persoalan pengelolaan aset daerah perlu proses yang cukup panjang,
pemerintah daerah dituntut untuk bekerja keras dalam pelaksanaannya sehingga tujuan
tersebut bisa tercapai. Untuk mencapai hal tersebut tentunya bukan perkara yang mudah,
3
Peraturan pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
4
pasalnya banyak hal yang harus diperbaharui dan diperbaiki. Struktur pemerintahan
merupakan elemen utama yang harus diperbaiki dan diperbaharui, karena dengan struktur
yang baik akan menghasilkan pekerjaan yang baik, begitu pula sebaliknya. Semuanya harus
dilihat dari tupoksinya dan harus disesuaikan dengan pejabat yang diperlukan, sehingga tidak
terjadi pemerintahan yang kaya struktur tapi miskin fungsi, dan tidak juga terjadi sebaliknya
kaya fungsi tapi miskin struktur, harus seimbang antara keduanya. Peraturan
perundang-undangan tentang pengelolaan aset daerah juga harus dipertegas, selama ini peraturan yang
ada hanyalah mengenai teknis pengelolaan dan tidak ada peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang hukuman atau punishment kepada pemerintah yang melalaikan tupoksinya.
Persoalan asetpun muncul dari sorotan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan
DIY. Seperti yang kita ketahui ada 5 kabupaten/kota yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta, yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo dan Gunung
Kidul. Jika dilihat secara sekilas tidak ada permasalahan terkait pengelolaan aset daerah.
Kabupaten Sleman misalnya, menurut data yang dilangsir dalam berita koran lokal berau post
bahwa tidak ada permasalahan terkait pengelolaan aset daerah di Kabupaten Sleman, Pemda
Sleman memastikan aset-aset diadakan pendataan lapangan kemudian diinventarisasi
aset/barang yang ada data ataupun buktinya, dan barang/aset yang tidak ada bukti
kepemilikannya tidak dimasukan ke daftar inventaris barang milik daerah, namun barang
tersebut diusahakan statusnya harus jelas dan bekerjasama dengan SKPD atau instansi
terkait.5 Bahkan, belum lama ini beberapa pejabat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bulungan melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Sleman
guna belajar tata cara terkait pengelolaan aset daerah.6 Hal tersebut menegaskan bahwa tidak ada permasalahan terkait pengelolaan aset daerah di Kabupaten Sleman.
5
Berau Post, edisi kamis, 12 november 2015. Diakses tanggal 19 april 2015 pukul 01.00 WIB
Tidak jauh berbeda dengan kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo juga tidak mengalami permasalahan yang serius
terkait pengelolaan aset daerah, bahkan ketiga Kabupaten/kota Tersebut akan mudah
mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) karena tidak ada kasus yang terjadi dalam pengelolaan aset daerah. Wajar Tanpa
Pengecualian merupakan suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).7
Berbeda dengan Kabupaten/Kota sebelumnya, persoalan pengelolaan aset pun terjadi
pada Kabupaten Bantul. Berdasarkan catatan berita sub bagian hukum BPK perwakilan DIY,
bahwasanya pada tahun 2015 ada beberapa aset yang bermasalah. Pemkab Bantul menelusuri
asal-usul aset daerah senilai Rp10,2 miliar karena mendapat sorotan dari Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) terkait aset tersebut. Aset-aset tersebut sampai saat ini masih belum jelas
asal-usul dan administrasinya. Tahun 2014, hal serupa juga terjadi di pemkab Bantul, aset
senilai Rp 35 miliar masih menjadi catatan merah dari BPK, dan pada tahun 2015 masih ada
aset senilai Rp 10,2 miliar dari total aset sebesar Rp 3,2 triliun yang harus segera diselesaikan
persoalan administrasinya.8
Menurut catatan berita dari sub bagian hukum Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
perwakilan DIY, bahwasanya permasalahan aset yang ditelusuri asal-usulnya tersebut hampir
terdapat di seluruh SKPD yang ada di Pemkab Bantul, baik kantor, badan maupun dinas.
Namun, nilai yang paling besar ada di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) yang mencapai Rp 1,4
triliun, karena masih banyak gedung yang belum ternilai asetnya. Permasalahan pada
aset-aset tersebut terjadi dari banyak sisi yang semuanya sudah dijelaskan dalam UU, Perda
maupun Perbup tentang pengelolaan aset daerah, dan seharusnya tidak terjadi dalam
7
Buletin Teknis (Bultek) 01 tentang Pelaporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah paragraf 13.
8
prakteknya. Kesalahan tersebut antara lain, tidak adanya nomor rekening atau kode barang,
tidak adanya tahun perolehan, tidak diketahui asal usul barang apakah dari hasil jual beli atau
hibah, dan tidak adanya harga satuan pada aset-aset tersebut. Sedangkan, dalam ketentuan
dan peraturan yang sudah ditetapkan harus dicantumkan semuanya, agar aset-aset tersebut
jelas asal-usulnya, dan agar aset-aset daerah yang ada di pemkab Bantul khususnya di Dinas
Pekerjaan Umum (DPU) benar-benar sah dan bisa dipertanggungjawabkan baik kepada BPK
sendiri maupun kepada masyarakat secara keseluruhan.
Permasalahan tersebut tentu akan berimbas kepada kinerja seluruh SKPD yang ada di
Pemkab Bantul, pasalnya jika permasalahan aset itu tidak terselesaikan dan mendapat sorotan
dari BPK, maka bisa dipastikan Bantul tidak akan mendapat predikat Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP). Lampu merah dari BPK tersebut merupakan peringatan terhadap
Pemkab Bantul khususnya Dinas Pekerjaan Umum (DPU) terkait pengelolaan aset daerah
yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Selain mendapat sorotan dari BPK,
permasalahan aset tersebut tentunya akan berimbas juga terhadap kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah daerah kabupaten Bantul, jika permasalahan tersebut terus menerus
terjadi dan tidak segera diselesaikan tentunya akan mempersulit dalam pelaporan, dan hal
tersebut tentunya akan menimbulkan berbagai persfektif di masyarakat mengenai kinerja
pemerintah daerah Kabupaten Bantul, dan akan mengurangi kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah daerahnya. Berdasarakan latar belakang diatas maka peneliti
tertarik untuk menganalisa lebih jauh tentang “Pengelolaan Aset Daerah di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul Tahun 2014-2015”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses pengelolaan aset daerah di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Bantul tahun 2014-2015?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan aset daerah di Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Bantul?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses pengelolaan barang/aset daerah di Dinas Pekerjaan Umum
Kab. Bantul.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan barang/aset daerah
di Dinas Pekerjaan Umum Kab. Bantul.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Secara teoritis, manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Menambah pengetahuan tentang proses pengelolaan barang/aset daerah, serta
faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan aset daerah tersebut.
b. Sebagai bahan kajian studi banding dalam rangka penelitian lebih lanjut.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi masukan:
a. Bagi peneliti
Manfaat dari penelitian ini bagi peneliti sendiri adalah dapat mengetahui dan
menambah wawasan tentang pengelolaan aset daerah, dan dapat
mengaplikasikan teori-teori yang di dapat di bangku kuliah ke lapangan.
Sebagai bahan acuan dan perbaikan dalam kinerja pejabat pemerintah
khususnya dalam pengelolaan aset.
1.5 KERANGKA DASAR TEORI
Teori adalah serangkaian konsep-konsep menjadi suatu penjelasan yang menunjukan
bagaimana konsep-konsep itusecara logis berhubungan atau menentukan suatu hipotesa.9 Teori juga merupakan sistem yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena dengan cara
merinci konstruk-konstruk (yang membentuk fenomena itu), beserta hukum atau aturan yang
mengatur keterkaitan antara satu konstruk dengan lainnya.10
Teori juga adalah serangkaian asumsi, konsep, kontrak proporsi untuk menerangkan
suatu fenomena sosial secara sistimatis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep.11 Jadi, adapun kerangka teori dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah
Kata pengelolaan dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula pengaturan
atau pengurusan. Banyak orang yang mengartikan manajemen sebagai pengaturan,
pengeloaan, dan pengadministrasian, dan memang itulah pengertian yang populer saat ini.
Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh
sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu.
Pengelolaan Barang Milik Daerah adalah rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap
barang daerah yang meliputi perencanaan, penentuan, kebutuhan, penganggaran, standarisasi
barang dan harga, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, inventarisasi, pengendalian,
pemeliharaan, pengamanan, pemanfaatan, perubahan status hukum serta penatausahaannya.12 Pengelolaan barang milik negara/daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian
9Muchtar Mas‟ud. Disiplin dan Metodologi
. Jakarta, LP3ES, 1989, hal. 216.
10
Cecep Winata. 2012. Kerangka Pemikiran Teoritik. Modul 4 UMBY-FE: Jakarta. Hlm 1
11
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi.1989. Metode Penelitian Survey, Lp3ES: Jakarta. Hal 37
12
hukum, tansparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.Barang milik
daerah meliputi barang yang dibeli atau diperoleh lainnya yang sah.13 1.5.1.1 Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu to manage, yang artinya mengurus,
mengatur, melaksanakan dan mengelola.14 Menurut Ensiklopedi Administrasi Indonesia,
manajemen adalah: segenap kekuatan menggerakkan sekelompok orang yang mengerahkan fasilitas dalam satu usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Maka dari itu
manajemen dapat berlangsung:
1. Dalam bidang kerja administrasi seperti; kepegawaian, perbekalan, keuangan, tata usaha,
dan hubungan masyarakat.
2. Dapat dilaksanakan dalam bidang kerja substansi seperti; produksi, penjualan, pengajaran,
industrialisasi, agrarian, pertahanan keamanan, dan sebagainya.15
Pengertian manajemen menurut Luther Hasley Guliek mengemukakan teori tentang
aktivitas manajemen yang mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Planning atau Perencanaan.
2. Organizing atau Pengorganisasian.
3. Staffing atau Penyusunan Staf.
4. Directing atau Pembimbingan.
5. Coordinating atau Pengkoordinasian.
6. Budgetting atau Penganggaran.16 1.5.1.2 Manajemen Aset
13
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
14
Faustino Cardoso Gomes. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi Offset hlm.1
15
Eselon IV Lembaga Administrasi Negara. Diktat Teknis. 2007. Manajemen Aset Daerah (Asset Management Pyscal). Hlm. 2
16Ibid,
Pengertian aset secara umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything)
yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value) atau
nilai tukar (exchange value) yang dimilki oleh badan usaha, instansi atau individu
(perorangan). Aset adalah barang yang dalam pengertian hukum disebut benda yangterdiri
dari benda tidak bergerak dan benda bergerak. Barang yang dimaksud meliputi barang yang
tidak bergerak (tanah dan atau bangunan) dan barang bergerak, baik yang berwujud
(tangible) maupun tidak terwujud (intangible), yang tercakup dalam aktiva/kekayaan atau
harta kekayaan dari suatu perusahaan, badan usaha, institusi atau individu perorangan.17Aset atau barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah.18
Manajemen aset tidak bisa terlepas dari siklus pengelolaan barang yang dimulai dari
perencanaannya sampai penghapusan barang tersebut, yang kalau diurut adalah sebagai
berikut:
1. Perencanaan (planning), meliputi penentuan kebutuhan dan penganggarannya.
2. Pengadaan (Procurement), meliputi cara pelaksanaannya, standard barang dan harga
atau penyusunan spesifikasi dan sebagainya.
3. Penyimpanan dan penyaluran (storage and distribution).
4. Pengendalian (Controlling).
5. Pemeliharaan (Maintainance).
6. Pengamanan (Safety).
7. Pemanfaatan penggunaan (Utilities).
8. Penghapusan (Disposal).
17
Siregar, D.Doli.2004. Manajemen Aset. Jakarta : PT Grahatama Pustaka Utama. Hlm 178
18
9. Inventarisasi (Inventarization)19 1.5.1.3 Manajemen Aset Daerah
Pemerintah daerah dituntut untuk menertibkan administrasi terkait pengelolaan aset
atau barang milik daerah, maka dari itu telah dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 17 Tahun 2007 tentang pedoman teknis pengelolaan barang milik daerah, dengan
tujuan untuk menjadi pedoman pemerintah daerah dalam pengelolaan barang milik daerah.
Dalam pasal 4 ayat 2 pada peraturan tersebut dijelaskan bahwa Pengelolaan barang daerah
adalah rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap barang daerah yang meliputi, perencanaan
kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penerimaan penyimpanan dan penyaluran,
penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,
penghapusan, pemindah-tanganan, pembinaan pengawasan dan pengendalian, pembiayaan
dan, tuntutan ganti rugi. Selanjutnya dalam ayat sebelumnya yaitu ayat 1 pada pasal yang
sama dijelaskan bahwa Pengelolaan barang daerah tersebut dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan
kepastiannilai.
Pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan azas:
1. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di bidang
pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang,
pengguna barang, pengelola barang dan Kepala Daerah sesuai fungsi, wewenang dan
tanggung jawab masing-masing.
2. Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dilaksanakan
berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan.
3. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah harus
transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar.
19
4. Azas efisiensi,yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar barang milik
daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam
rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara
optimal.
5. Azas akuntabilitas,yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
6. Azas kepastian nilai,yaitu pengelolaan barang milik daerah harus didukung oleh
adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan
pemindahtanganan barang milik daerah serta penyusunan neraca Pemerintah
Daerah.20
1.5.2 Pemerintah Daerah
Pemerintah dan pemerintahan merupakan dua istilah yang sering kali disamakan,
namun jika diteliti lebih jauh, antara pemerintahdan pemerintahan memiliki pengertian yang
berbeda. Pemerintah berarti „organ atau perlengkapan‟. Pemerintah dalam arti luas berarti
semua organ, badan atau lembaga, alat perlengkapan negara yang menjalankan berbagai
kegiatan untuk mencapai tujuan negara. Singkatnya, Pemerintah dalam arti luas adalah semua
lembaga negara yang terdiri dari lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Sebaliknya,
pemerintah dalam arti sempit adalah hanyalah lembaga eksekutif.21 Sedangkan pemerintahan menunjukkan kepada „bidang-bidang tugas atau fungsi‟. Pengertian pemeritahan dalam arti
luas adalah segala kegiatan yang terorganisir yang bersumber pada kedaulatan dan
kemerdekaan berlandaskan pada dasar negara, rakyat, atau penduduk dan wilayah negara itu
demi tercapainya tujuan negara.22Jadi, pemerintah daerah berarti semua organ, badan atau
20Ibid, hlm 8 21
Jimung, Martin. 2005. Politik Lokal dan Pemerintah Daerah dalam Prespektif Otonomi Daerah. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.
22
lembaga, alat perlengkapan daerah yang menjalankan berbagai kegiatan untuk mencapai
tujuan yang ada di daerah.
Sedangkan dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 dijelaskan bahwa,
pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah adalah adalah
penyelenggaraan urusan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.23
1.5.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengelolaan Aset
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan aset menurut Doli D. Siregar adalah
inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset dan pengembangan SIMA
(sistem informasi manajemen aset). Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Inventarisasi Aset
Inventarisasi aset terdiri atas dua aspek, yaitu inventarisasi fisik dan
yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis,
alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah
legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan
adalah pendataan, kodifikasi/labelling, pengelompokan dan pembukuan/administrasi
sesuai dengan tujuan manajemen aset.
2. Legal Audit
Legal audit merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang berupa
inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan
aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan strategi untuk
23
memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan ataupun
pengalihan aset. Permasalahan legal yang sering ditemui antara lain status hak
penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, pemidahtanganan aset yang tidak
termonitor, dan lain-lain.
3. Penilaian Aset
Penilaian aset merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian atas
aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan penilaian yang independen.
Hasil dari nilai tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan
maupun informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin dijual.
4. Optimalisasi Aset
Optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang
bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah atau volume, legal
dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam tahapan ini aset-aset yang dikuasai
pemda diidentifikasikan dan dikelompokan atas aset yang memiliki potensi dan tidak
memiliki potensi. Aset yang memiliki potensi dapat dikelompokan berdasarkan
sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan ekonomi
nasional, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Tentunya
kriteria untuk menentukan hal tersebut harus terukur dan transparan. Sedangkan aset
yang tidak dapat dioptimalkan harus dicari faktor penyebabnya. Apakah faktor
permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah, ataupun faktor lainnya. Hasil
akhir dari tahapan ini adalah rekomendasi yang berupa sasaran, strategi dan program
untuk mengoptimalkan aset yang dikuasasi.
5. Pengawasan dan Pengendalian
Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan dan pengalihan aset merupakan
satu permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada pemda saat ini. Satu sarana
yang efektif untuk meningkatkan kinerja aspek ini adalah pengembangan SIMA.
adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah. Dalam SIMA
ini keempat aspek itu diakomodasi dalam sistem dengan menambahkan aspek
pengawasan dan pengendalian. Sehingga setiam penanganan terhadap satu aset,
termonitor jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang bertanggungjawab
menanganinya. Hal ini yang diharapkan akan meminimalkan KKN (Kolusi, Korupsi,
dan Nepotisme) dalam tubuh Pemda.24
1.6 DEFINISI KONSEPSIONAL
Definisi konsepsional merupakan suatu usaha untuk menjelaskan batasan antara satu
konsep dengan konsep yang lainnya agar tidak terjadi kerancuan atau kesalahpahaman.
Definisi konsepsional juga merupakan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara
tepat suatu fenomena yang akan diteliti. Definisi konsepsional ini juga digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak tentang kejadian, keadaan kelompok atau individu yang
menjadi pusat perhatian dalam ilmu sosial.25 Adapun definisi konsepsional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah dalam mengatur, menata dan memanajemen dalam rengka
penertiban administrasi barang milik daerah yang merupakan barang yang diperoleh
dari APBD atau diperoleh dari hasil lainnya yang sah.
2. Pemerintah Daerah, yaitu suatu organisasi atau instansi yang berada di daerah dan
diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus segala urusan yang berada di
daerah tersebut.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi aset daerah, yaitu inventarisasi aset, legal audit,
penilaian aset, optimalisasi aset dan pengembangan SIMA (sistem informasi
24
Op. Cit, hlm 518-519
25
manajemen aset). Kelima faktor dan tahapan tersebut saling berhubungan dan
terintegrasi antara satu sama lain.
1.7 DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang didefinisikan
yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat
pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatu
variabel.26
Adapun indikator dalam penelitian ini yaitu:
1. Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah
a. Perencanaan dan pengagaran;
b. Pengadaan;
c. Penerimaan, Penyimpanan dan Penyaluran;
d. Penggunaan;
e. Penatausahaan;
f. Pemanfaatan;
g. Pengamanan dan pemeliharaan;
h. Penilaian;
i. Pengahapusan;
j. Pemindahtanganan;
k. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
l. Pembiayaan; dan
m. Tuntutan ganti rugi.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan aset/barang milik daerah
a. Inventarisasi Aset
26
b. Legal Audit
c. Penilaian Aset
d. Optimalisasi Aset
e. Pengawasan dan Pengendalian (Pengembangan SIMA).
1.8 METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Adapun pengertian dari penelitian kualitatif yaitu mengangkat secara ideografis berbagai fenomena dan
realitas sosial. Pembangunan dan pengembangan teori sosial khususnya sosiologi
dapat dibentuk dari empiri melalui berbagai fenomena atau kasus yang diteliti.27 Penelitian kualitatif yang digunakan peneliti untuk mendapatkan fakta-fakta yang ada
dalam proses pengelolaan barang milik daerah.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Bantul.
Lokasi ini dipilih karena pada tahun 2014 dan 2015 ditemukan persoalan terkait
dengan pengelolaan aset.
3. Unit Analisis
Sesuai dengan permasalahan yang ada pada pembahasan penelitian ini, maka unit analisis dari penelitian ini adalah Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten
Bantul serta Dinas Pendapatan, Pengelolaan dan Keuangan Aset Daerah Bantul.
4. Jenis Data
Adapun sumber data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu menggunakan :
a. Data Primer
27
Data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari informan atau unit
analisa melalui wawancara.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang merupakan data penunjang dalam menganalisa
masalah-masalah yang ada pada penelitian ini. Adapun sumber data pada penelitian ini berupa
peraturan perundang-undagan, buku-buku, internet, dokumen resmi dari pemerintah
terkait dan literatur lain yang berkaitan dengan penelitian.
1.9 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1.9.1 Observasi
Obeservasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pendekatan dan pengamatan secara langsung ke objek penelitian sehingga diperoleh
data-data yang diperlukan. Observasi juga merupakan pengamatan yang dilakukan
secara sengaja, sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis
untuk kemudian dilakukan pencatatan.28 1.9.2 Wawancara mendalam (deepth interview)
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung
dengan informan atau responden yaitu staff dari SKPD yang terkait masalah
pengelolaan aset dan juga staff dari DPPKAD Bantul selaku penanggung jawab
pengelolaan aset daerah di Kabupaten Bantul.
1.9.3 Dokumentasi
Dokumentasi ini merupakan pelengkap dari observasi dan wawancara, sebuah
penelitian tentunya akan lebih dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan jika
adanya dokumentasi, baik berupa laporan maupun gambar-gambar. Menurut
Herdiansyah, studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri
atau oleh orang lain tentang subjek.29
1.10 TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam
suatu pola, kategori dan saluran uraian dasar yang membedakannya dengan penafsiran, yaitu
memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan hubungan dan mencari
hubungan antara dimensi dimensi uraian.30
Ada beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam menganalisa penelitian
kualitatif, diantaranya:
1. Mengorganisasikan data
Data yang telah diperoleh dari obyek penelitian melalu wawancara mendalam (deepth
interview) dituliskan dengan lengkap, dibaca dan dipelajari berulang-ulang agar peneliti
dapat memahami dengan benar hasil penelitian yang telah didapatkan.
2. Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang
penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali.
Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka
awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman ini,
peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding,
melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan
diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan
berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.
29
Dian Eka Rahmawati. 2011. “Diktat Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial”. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
30
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti
menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh
responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami
secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat
menangkap penagalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek.
3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut
terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang
telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan teori yang telah
dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan
teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis
tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara
konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada.
4. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk
ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya
tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau alternative penjelasan lain tetnag
kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada
alternative penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdpat hal-hal yang
menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan
dengan alternative lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat
berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang
membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah
selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah presentase data yang didapat
yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan
observasi dengan subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data yang
diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehinggga penulis
mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran
mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara
keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil
penelitian.31
31
BAB II
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Bantul
2.1.1 Kondisi Geografis
Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
adapun batasan wilayah Kabupaten Bantul sebagai beriku :
Tabel 2.1
Perbatasan Wilayah Kabupaten Bantul
Utara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman
Selatan Samudra Indonesia
Timur Kabupaten Gunung kidul
Barat Kabupaten Kulon Progo
Sumber: http://www.bantul.go.id
Luas wilayah Kabupaten Bantul 506,85 KM2 (15,90 % dari luas wilayah DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 140% dan lebih dari separuhnya (60%) daerah perbukitan
yang kurang subur. Secara garis besar terdiri dari : Bagian Barat adalah daerah landai yang
kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 Km2 (17,73 % dari seluruh wilayah). Bagian Tengah adalah daerah datar dan landai merupakan daerah
pertanian yang subur seluas 210.94 Km2 (41,62 %). Bagian Timur adalah daerah yang lantai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05
Km2 (40,65 %). Bagian Selatan adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit berlagun, terbentang di Pantai
Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek.1
1
Total penduduk yang ada di Kabupaten Bantul sebanyak 919.440 Jiwa. Yang terdiri
dari 299.722 Kepala Keluarga. Secara Administratif atau pemerintahan, Kabupaten Bantul
terdiri dari 17 Kecamatan, 75 Desa, 933 Dusun. Adapun luas wilayah dari setiap kecamatan
yang ada di Kabupaten Bantul dan banyaknya desa sebagai berikut:
Tabel 2.2
Luas Wilayah dan Desa Kecamatan di Kabupaten Bantul 2015
NO. Kecamatan
2.1.2 Visi dan Misi Kabupaten Bantul
Kabupaten Bantul untuk mewujudkan tujuan pembangunan Kabupaten Bantul
ditetapkan visi daerah, yaitu : “Bantul Projotamansari Sejarah, Demokrasi, dan Agamis.”
Adapun visi tersebut mengandung pengertian bahwa kondisi Kabupaten Bantul yang ingin
diwujudkan dimasa yang akan datang adalah Bantul yang produktif profesional, ijo
royo-royo, tertib, aman, sehat dan asri, sejahtera, dan demokratis, yang semuanya itu akan
Misi merupakan tentang tujuan operasional organisasi (Pemerintah) yang diwujudkan
dalam produk dan pelayanan, sehingga dapat mengikuti irama perubahan zaman bagi
pihak-pihak yang berkepentingan bagi masa mendatang. Sebagai penjabaran dari Visi yang
ditetapkan diatas, pernyataan misi mencerminkan tentang segala sesuatu yang akan
dilaksankan untuk pencapain Visi tersebut. Dengan adanya pernyataan Misi organisasi, maka
akan dapat dijelaskan menagapa organisasi ekesis dan apa maknanya pada masa yang akan
datang. Adapun Misi Kabupaten Bantul sesuai RPJMD Tahun 2011-2015 adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah menuju tata kelola pemerintah yang
empatik
2. Meningkatkan kualitas hidup rakyat menuju masyarakat Bantul yang sehat, cerdas,
berakhlak mulia dan berkepribadian Indonesia dengan memperhatikan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan kualitas pertumbuhan
ekonomi, pemeratan pendapatan berbasis pengembangan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat yang responsif gender
4. Meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko bencana dengan memperhatikan
penataan ruang dan pelestarian lingkungan.2
2.2 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul
Regulasi yang mengatur pembentukan dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul
dibentuk berdasarkan :
1. Peraturan Daerah 53 Tahun 2000 Tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul
2
2. Keputusan Bupati Bantul Nomor 158 Tahun 2001 Tentang Penjabaran Tugas Pokok
dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul
Untuk mendukung visi pemerintah Kabupaten Bantul “Bantul Projotamansari,
Sejahtera, Demokratis, dan Agamis”, maka Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul
merupakan visi sebagai berikut : “Mewujudkan Peningkatan Pelayanan Masyarakat Melalui
Pelaksanaan Pembangunan Prasarana dan Sarana Bidang Jalan dan Cipta Karya di Kabupaten
Bantul”. Visi tersebut mengandung pengertian bahwa dengan mewujudkan peningkatan
pelayanan kepada masyarakat Bantul. Dinas Pekerjaan Umum harus melaksanakan program
pembangunan Prasarana dan Sarana di Bidang Jalan dan Cipta Karya secara
berkesinambungan sesuai dengan Perencanaan Strategis selama 5 tahun.
Untuk mewujudkan visi Dins Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul tersebut disusu
misi organisasi sebagai berikut :
1. Meningkatkan pelayanan di sektor transportasi, sub sektor Prasarana Jalan di
Kabupaten Bantul
2. Meningkatkan pelayanan di sektor Perumahan dan Permukiman serta pengembangan
wilayah secara terpadu di Kabupaten Bantul
3. Mendukung peningkatan pelayanan masyarakat pada sektor Kesehatan, Pendidikan,
Perdagangan dan Peningkatan Kinerja Aparatur Pemerintah di Kabupaten Bantul
4. Melaksanakan penyusunan pemanfaatan, pengendalian dan pengawasan tata ruang
dan bangunan
5. Memberikan pelayanan yang optimal dalam hal peningkatan derajat kesehatan
masyarakat melalui pelayanan sampah, tinja, taman, dan pemakaman.3
2.3 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
3
Dasar Pembentukan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yaitu
berdasarkan oleh
1. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2011 Perubahan Ketiga atas
Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Pembentukan
Organisasi Dinas Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul
2. Peraturan Bupati Bantul Nomor 80 Tahun 2011 Tentang Rincian Tugas Pokok Fungsi
dan Tata Kerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Bantul
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah merupakan unsur
pelaksanaan Pemerintah Daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset
dipimpin oleh Kepala Dinas dan berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada
Bupati melalui Sekretaris Daerah. Tugas dari DPPKAD Bantul yaitu melaksanakan urusan
rumah tangga Pemerintah Daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan
keuangan dan aset daerah.
Visi DPPKAD yaitu terpercaya dan handal dalam tata kelola keuangan dan kekayaan
daerah, terbaik se Indonesia. Misi DPPKAD itu sendiri yaitu :
1. Mengembangkan kebijakan dan tata kelola fisikal daerah yang sehat dan lebih
responsif
2. Mewujudkan manajemen keuangan dan aset daerah yang semakin berkualitas
3. Pemantapan organisasi berbasis manusia yang unggul dalam moral, trampil
dan memahami medan kerja.4
4
1
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah Kab. Bantul
3.1.1 Perencanaan dan Penganggaran
Perencanaan merupakan langkah awal dari suatu program ataupun
kegiatan, perencanaan juga merupakan suatu unsur yang penting dalam menyusun
suatu program ataupun kegiatan, tanpa adanya perencanaan maka seseorang
ataupun sekelompok orang tidak bisa memulai suatu kegiatan dengan baik. Maka,
tidaklah salah jika perencanaan merupakan tolak ukur baik buruknya suatu
kegiatan kedepannya, jika rencananya baik maka kegiatan juga akan baik, begitu
juga sebaliknya. Perencanaan juga merupakan salah satu langkah manajemen
dalam kerangka mencapai strategi suatu organisasi yang ingin di capai dengan
memperhatikan ekonomis, efektifitas, dan efisiensi, demikian juga dengan
organisasi pemerintah, dalam kerangka mencapai proses pengadaan Barang Milik
Daerah yang ekonomi, efisien dan efektif diperlukan suatu perencanaan yang
bagus dan akuntabel.
Ketentuan mengenai perencanaan kebutuhan barang milik daerah telah
tertuang dalam peraturan pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang pengelolan
barang milik daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, yang menjelaskan
bahwa perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan merumuskan rincian
2
telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan
tindakan pemenuhan kebutuhan yang akan datang. Perencanaan kebutuhan harus
bisa dan mampu menghubungkan antara ketersediaan barang sebagai hasil dari
pengadaan yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar
tindakan yang akan datang dalam rangka pencapaian efisiensi dan efektivitas
pengelolaan barang milik daerah. Perencanaan kebutuhan disusun dalam Rencana
Kerja dan Anggaran (RKA) dengan memperhatikan ketersediaan barang milik
daerah yang sudah ada.
Perencanaan Pengelolaan Barang Milik Daerah ini harus berpedoman pada
standarisasi barang dan standarisasi kebutuhan barang/sarana prasarana
perkantoran. Berdasarkan rencana kebutuhan Barang Milik Daerah, pemerintah
daerah kemudian mengusulkan anggaran pengadaannya. Dalam hal ini,
masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) perlu melakukan
pengawasan (monitoring) mengenai apakah Barang Milik Daerah yang
direncanakan untuk dimiliki daerah tersebut benar-benar dibutuhkan daerah.1 Hal inilah yang sering kali menjadi permasalahan dalam aplikasi dan prakteknya di
lapangan, dimana Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak melakukan
pengawasan dengan benar terhadap barang milik daerah yang direncanakan untuk
dimiliki suatu daerah, sehingga barang atau aset yang direncanakan oleh
pemerintah daerah sesuai formalitas saja dan tidak melihat sesuai kebutuhan,
sehingga banyak aset/barang milik daerah yang terbengkalai dan tidak jelas
penggunaannya, dan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan.
1
3
Maka, dari itu pengawasan dari masyarakat terkhususnya Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah selaku perwakilan dari masyarakat sangat diperlukan
dan harus dilakukan dengan sebaik mungkin, sehingga tidak terjadi
penyalahgunaan barang milik daerah kedepannya.
Setelah melakukan perencanaan Barang Milik Daerah, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan penganggaran. Penganggaran dalam perencanaan
kebutuhan Barang Milik Daerah merupakan kegiatan atau tindakan untuk
merumuskan penentuan kebutuhan Barang Daerah dengan memperhatikan alokasi
anggaran ataupun pagu masing-masing SKPD sesuai dengan RKPD.2 Kegiatan perencanaan kebutuhan dan penganggaran harus terkoordinasi dengan baik, dan
tidak bisa dipisahkan dari proses pengelolaan barang milik daerah, karena
pelaksanaan kegiatan perancanaan dan penganggaran bukan merupakan kegiatan
yang berdiri sendiri. Selain itu, kegiatan perencanaan dan penganggaran harus
sesuai dengan standarisasi yang telah ditetapkan, dan harus disesuiakan dengan
kondisi daerah masing-masing, guna menghindari permasalahan untuk proses
kegiatan pengelolaan barang milik daerah kedepannya.
Untuk memperjelas proses kegiatan perencanaan dan penganggaran, bisa
kita lihat gambar dibawah ini.
2
4
Gambar 3.1
Bagan alur proses perencanaan dan penganggaran BMD
Sumber: Modul pokok-pokok pengelolaan Barang Milik Daerah
Gambar bagan diatas menjelaskan proses perencanaan dan penganggaran,
mulai dari unit terkecil yaitu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) sampai ke
5
yang terkait dalam proses perencanan dan penganggaran kebutuhan barang milik
daerah. Berdasarkan bagan di atas tersebut juga Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Bantul melakukan proses perencanaan dan penganggaran BMD.
Proses perencanaan kebutuhan dan penganggaran Barang Milik Daerah
membutuhkan pemahaman dari seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah terhadap
tahapan kegiatan pengelolaan Barang Milik Daerah, sehingga koordinasi dan
sinkronisasi dalam kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan baik. Berkaitan
dengan hal tersebut, seluruh SKPD perlu memahami wewenang tugas dan fungsi
masing-masing, untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
Wewenang tugas dan Fungsi SKPD
Jabatan Tugas/wewenang
Kepala Daerah
-Pemegang kekuasaan Barang Milik Daerah;
-Mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran BMD;
-Bertanggungjawab untuk melaksanakan pembinaan dan pengelolaan BMD.
Sekretaris Daerah
-Asisten yang membidangi membantu Kepala daerah dalam pelaksanaan, pembinaan dan pengelolaan BMD;
-Bertanggungjawab atas terselenggaranya koordinasi dan
sinkronisasi antara pembina, pengelola dan pengguna barang/kuasa barang;
-Mengambil tindakan pengamanan sementara;
Asisten yang membidangi
-Pembantu pengelola bertanggungjawab atas terlaksanakannya tertib pemenuhan standarisasi sarana dan prasarana Pemerintah Daerah, standarisasi harga dan;
-Bertanggungjawab atas penyelenggaraan pengelolaan Barang Milik Daerah
Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah
-Sebagai pengguna, bertugas dan bertanggungjawab atas perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penggunaan, penatausahaan, pemeliharaan/perbaikan, pengamatan dan pengawasan barang dalam lingkungan wewenangnya.
6
Berdasarkan tabel di atas, bahwa Kepala SKPD yang merupakan pengguna
dari BMD memiliki banyak tanggungjawab terkait dengan pengelolaan BMD.
Dimulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penggunaan, penatausahaan,
pemeliharaan, pengamatan dan pengawasan menjadi tanggungjawab dari setiap
SKPD. Melalui pembagian tugas, wewenang dan fungsi tersebut diharapkan
adanya koordinasi dan sinkroniasasi dari seluruh SKPD yang terlibat, sehingga
kegiatan perencanaan kebutuhan dan penganggaran Barang Milik Daerah bisa
berjalan sesuai tujuan dan tepat sasaran.
Suatu kegiatan atau program dilaksanakan didasarkan atas beberapa
pertimbangan, atau mempunyai tujuan terhadap suatu organisasi yang melakukan
kegiatan atau program tersebut. Perencanaan kebutuhan barang juga dilaksanakan
berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjalankan atau melaksanakan fungsi dan tugas
masing-masing Unit/Satuan Kerja;
2. Untuk mengisi kebutuhan barang pada masing-masing Unit/Satuan
Kerja sesuai besaran organisasi/jumlah pegawai/luas wilayah dalam
satu organisasi;
3. Untuk mengganti barang-barang yang rusak, dihapus, dijual, hilang,
mati atau sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga
memerlukan penggantian;
4. Adanya peruntukan barang yang didasarkan pada peruntukan standar
perorangan, jika terjadi mutasi bertambah personil sehingga
7
5. Untuk menjaga tingkat persediaan Barang Milik Daerah dalam jumlah
yang tepat agar agar efisien dan efektif; dan
6. Pertimbangan perkembangan teknologi.3
Fungsi perencanaan penganggaran merupakan rangkaian kegiatan dalam
pemenuhan kebutuhan dengan memperhatikan kemampuan/ketersediaan
keuangan daerah. Perencanaan penganggaran untuk pemenuhan kebutuhan barang
harus terinci dengan memuat banyaknya barang, nama barang, waktu dan jumlah
biaya yang diperlukan. Perencanaan kebutuhan Barang Milik Daerah disusun oleh
masing-masing unit sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (RKA-SKPD) dengan memperhatikan standarisasi sarana dan prasarana
kerja pemerintahan daerah dan standarisasi harga yang telah ditetapkan oleh
Kepala Daerah.
Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Bantul dalam melakukan
kegiatan perencanaan dan penganggaran berpedoman pada regulasi Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 dan juga Peraturan Daerah Kabupaten Bantul
Nomor 30 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, dimana
perencanaan kebutuhan barang milik daerah disusun dalam rencana kerja dan
anggaran SKPD (RKA-SKPD) setelah memperhatikan ketersediaan barang milik
daerah dengan berpedoman pada standar barang dan harga yang kemudian
dituangkan dalam Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD). Hal
tersebut sesuai dengan yang dipaparkan oleh staff yang mengurus aset di DPU
yang mengatakan bahwa:
3