• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Japan International Cooperation Agency (JICA) Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Japan International Cooperation Agency (JICA) Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Indonesia"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY (JICA) DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA (STUDI KASUS: KABUPATEN BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN 2007-2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Oleh :

TRI FARIDA IRYANI 44306007

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

(2)

iii ABSTRAK

Tri Farida Iryani, NIM 44306007, Peranan Japan International Cooperation Agency (JICA) Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia (Studi Kasus : Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan 2007-2010). Program studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, Bandung 2011.

Penelitian ini ialah mengenai sejauh mana peranan Japan International Cooperation Agency (JICA) dalam meningkatkan kualitas pendidikan di kabupaten Barru periode 2007-2010. Upaya yang dilakukan oleh JICA bagi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Upaya tersebut diwujudkan dengan dibuatnya suatu program yaitu PRIMA Pendidikan (PRIMA-P).

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini diantaranya ditunjang oleh teori-teori sebagai berikut : Teori Ilmu Hubungan Internasional, serta Kerjasama Internsional. Metode penelitian yang digunakan ialah metode Deskriptif Analitis dimana dengan menggunakan metode ini dapat menggambarkan bagaimana sebuah proses kerjasama internasional serta peran dari organisasi internasional dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di kabupaten Barru dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Hipotesis yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu: Japan International Cooperation Agency memiliki peranan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan yang ditandai dengan meningkatnya kualitas pendidikan dalam hal isi atau ruang lingkup materi, proses pembelajaran, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, pengelolaan serta pembiayaan”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa JICA memiliki peranan yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan yang ditunjukkan oleh adanya peningkatan keberhasilan yang signifikan dari program yang dilaksanakan untuk proses peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Barru. Berdasarkan data-dtaa yang terkumpul serta hasil analisis dari peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diatas telah teruji.

(3)

iv ABSTRACT

Tri Farida Iryani, NIM 44306007, Role of the Japan International Cooperation Agency (JICA) in Improving the Quality of Education in Indonesia (Case of Study: South Sulawesi Province Barru 2007-2010). The Study Programm is International Relations Science, Faculty of Social and Political Sciences, University Computer Indonesia, Bandung 2011.

This study is the extent to know which the role of the Japan International Cooperation Agency (JICA) in improving the quality of education in the district Barru on period 2007-2010. The Efforts was undertaken by JICA for the Junior High School in terms of increasing community-based management and to increase gross enrollment rates. The effort was realized by establishing a program, it is PRIMA-P.

Framework in this study are supported by the following theories: Theory of International Relations, as well as the international cooperation. The research method is Analytical Descriptive methode where using this method can describe how a process of international cooperation and the role of international organizations to improve the quality of education in the district Barru, with data collection technique which through by literature study. Hypotheses generated from this research is: "Japan International Cooperation Agency has a role in improving the quality of education in Barru district, province of South Sulawesi in content or scope of learning materials, learning process, the competence of graduates, educators and educational personnel, facilities, management and financing "

The results of this study indicate that JICA has an important role in improving the quality of education which was demonstrated by the presence of a significant increasing in the success of the program implemented for improving process of the quality of education in Barru. Based on the data-data collected and the analysis of the researchers, it can be concluded that the hypothesis above has been tested.

(4)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji dan syukur tak hentinya tercurah

kepada sang maha pencipta, Allah SWT. Atas segala karunia yang selalu Kau berikan dan setiap anugrah sampai saat ini dan hingga akhir nanti, sehingga

peneliti senantiasa mendapatkan semangat, kesabaran serta kekuatan untuk menyelesaikan skripsi dengan judul, “ Peranan Japan International

Cooperation Agency (JICA) Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Indonesia (Studi Kasus: Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan 2007-2010)”.

Penelitian ini berjalan dengan lancar berkat dukungan dari semua pihak

terutama dari ayahanda serta ibunda tercinta, dengan segala rasa hormat peneliti ucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada ayahanda Parni M Zoni atas

doa, dukungan, kasihsayang, perjuangan, kesabaran serta keikhlasannya, serta untuk Ibunda May Surya terimakasih atas doa, pengertian, kasihsayang, serta

kesabaran yang tak pernah ada batasnya, mungkin semuanya belum terbayar dan tidak akan pernah bisa terbayar, namun peneliti berharap mudah-mudahan ini semua bisa menggantikan airmata menjadi tawa diwajah kalian. Dan dengan

segala ketulusan serta kerendahan hati, peneliti juga turut menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

(5)

vi

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Aelina Surya, Dra, selaku Pembantu Rektor III, Universitas Komputer Indonesia. Terimakasih Bu atas segala ilmu yang

telah diberikan kepada peneliti selama peneliti menempuh perkuliahan. 3. Bpk. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A. selaku Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Atas segala kemudahan dalam perijinan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian. 4. Bpk. Andrias Darmayadi, S.IP, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Hubungan Internasional, terimakasih untuk segala ilmu dan didikan yang bapak berikan untuk kami. Bapak adalah pengajar, orang tua dan sahabat

bagi kami semua.

5. Ibu Yesi Marince, S.IP., M.Si, selaku pembimbing utama peneliti. Terimakasih atas segala bimbingannya, nasehat, dukungan, serta atas ilmu

yang telah diberikan dalam penyusunan penelitian ini,.

6. Keluarga besar HI UNIKOM, Bapak Budi Mulyana, S.IP., M.Si selaku

Dosen wali kami, Ibu Dewi Triwahyuni, S.IP., M.Si, Ibu Sylvia Octa Putri, S.IP, atas segala bimbingan dan pengetahuan yang diberikan terutama yang mendukung penelitian ini serta Dwi Endah Susanti, S.E,

atas segala kemudahan peneliti dalam hal administrasi selama perkuliahan. 7. Seluruh dosen pengajar pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional,

terimakasih atas semua ilmu yang telah di berikan selama peneliti berkuliah di UNIKOM.

8. Keluarga besar peneliti yang tak pernah bosan memberi dukungan serta

(6)

vii

kepercayaannya bahwa peneliti bisa menjalani semua ini hingga akhir,

“Yanti Handayani” yang selalu brsedia mendengarkan curhatan peneliti,

makasih ya udah ngasih keponakan yang “luar biasa” yang selalu bisa

bikin peneliti tersenyum…dd “Atur Sepri Mardani” ayo berjuang bikin

orang tua kita bangga… “Yopi Endriyuka” makasih buat dukungannya

selama ini…. buat semuanya maaf lulusnya lama makasih buat kesabaran,

dukungan, dan pengertian kalian semoga peneliti bisa menjadi adik serta

kk yang bisa kalian banggakan

9. Ega Januar Supit makasih buat pengorbanan waktu dan tenaganya selama

menemani penelitian semua ini ga akan berjalan lancar tanpa bantuan kamu, makasih juga buat pengertian, dukungannya dan semua petualangannya, makasih banyak ya jelek… jangan males kuliah ya 

believe that two is better than one

10.Untuk Nopi Jusarohwati “ay” terimakasih telah menjadi teman, sahabat,

serta keluarga thanks ya buat kebersamaannya yang penuh tawa, canda, dan air mata, you know me so well deh, tetep percaya kalo luw pasti bisa ngejalanin apapun..

11.Susi Pesta (thanks udah nerima gw jadi temen luw, maaf ya sering minta

tolong…thanx juga buat begadang barengnya ), Ira Merdeka “wati”

(thanx buat tumpangan selama penelitian di Jakarta, jangan lupa

petualangan mengejar “56”, two thumbs up buat semangat luw, tetep jadi

istri dan ibu yang baik buat keluarga kecil luw), Anggy Cintami “ndut”

(7)

viii

thanx buat keceriaannya), Ciptani Sita Permana S.IP (thanx buat traktiran dan pulsanya ya heheheh,, sukses terus ya), Adyt N Saputra, Taufik

Rizaka “opik”, Tria W S “cece” (thanx buat ke”gokil”an, ke”jail”an,

ke”ceria”an, sampe ke”bodoh”an kalian yang selalu jadi hiburan dan bikin

kita-kita ketawa disaat setres, galau, dan lagi ga punya duit, itu bikin kalian susah dilupain ), dan buat Putri Cahaya Kemala S.IP “putaw”, Adhi Rusdinsyah S.IP (kalian ga solider ah…lulusnya ga barengan… 

sukses ya buat kalian, thanx buat kebersamaannya) dan buat penghuni HI 2006 lainnya Intan Sarah “jumi” maaf suka minta tolong, Amir Mubarak,

dua sejolinya 2006 Miranti Purnama Sari & M Bayu S, Hario R (stop panggil gw anak kecil, karena sekarang gw udah lulus hehe), Imanuel

Philip “el”, Luiza “alu”, Helder, dan buat kalian yang namanya ga kesebut

maaf ya, thanx buat kegilaannya selama ini tetep semangat ya guys

12.Terimakasih juga buat keluarga Ibu Hj. Ati Kusmiati Supit S.Pd atas

perhatian dan doanya, Fajar Juliandri Supit S.Hut atas bantuannya selama ini, juga untuk Mareta Safitri Supit makasih ya bisa nerima Tri dikeluarga kalian.

13.Buat anak-anak kupu-kupu gokil Landung “kiting” (thanx ya buat perjuangan selama di HIMA, maaf sering bikin luw kena masalah ),

Panji Permata R “item” (thanx buat semua sindirannya yang ga akan pernah gw lupa) Adhi Wardana ( kuliah yang serius luw jangan maen game aja, thanx buat pinjeman si mungil nokia…) “Didit & Imam” (maaf

(8)

ix

14.Buat ade jadi-jadian Angga Reksa Nugraha “anggrek” (makasih udah mau dengerin semua curhatan kk, semangat buat kuliahnya biarpun jauh dari

rumah ), Lusiana Syawali “usoii” (hey juragan ayam maaf ya kk suka

bikin repot), Abraham Namaskara “bram” (makasih buat kebersamaannya

ya), jadilah anak-anak yang baik ya seneng bisa kenal kalian semua

15.Terimakasih juga buat semua keluarga besar HI atas kebersamaannya

selama ini buat 2007 Lusiana Simbolon “lusi” (akhirnya perjuangan

bimbingan kita selama ini kebayar juga ya), Rica Hadam “ica”, Maria

“vina”, buat 2008 Krisnanta “de ndut”, Rizki Rakhmawati “qq”, Ira

Karmina, Wenaldy “anda”, 2009, 2010 dan buat semua yang ga bisa

disebutin satu persatu tetep semangat membangun prodi Ilmu Hubungan Internasional kita tercinta ya 

16.Terimakasih juga untuk Ibu Monika Sindu Utami serta Mis. Tomoko Masuda atas segala bantuannya serta kemudahannya dalam memperoleh

data yang berguna bagi penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu peneliti akan sanngat berterimaksih pada siapapun

yang telah memberikan kritik dan saran agar skripsi ini menjadi lebih baik.

Bandung, Agustus 2011

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pasca perang Dunia II, Jepang telah menekankan kawasan Asia sebagai

salah satu fokus dari kebijakan diplomatik khususnya kawasan Asia Tenggara. Hingga saat ini, Jepang telah banyak bekerjasama dengan negara-negara yang

berada dikawasan Asia Tenggara seperti kerjasama dalam bidang ekonomi. Sebagaimana Jepang merupakan mitra ekonomi terbesar di kawasan ini. Selain

itu, Jepang juga aktif dalam memberikan bantuan bagi proses pembangunan negara-negara berkembang.

Dalam melaksanakan berbagai kerjasama dengan memanfaatkan dana dan

teknologi yang dimiliki, pemerintah Jepang merumuskannya dalam kerangka Bantuan Pembangunan Resmi atau dikenal dengan Official Development Assistance (ODA). ODA merupakan komitmen pemerintah Jepang yang bersifat global dalam memberikan bantuan luar negerinya terhadap negara-negara berkembang. Pada awal kemunculannya, pinjaman ODA dinilai hanya akan

menguntungkan pihak Jepang saja. Isu inilah yang dinilai dapat menjadi tantangan bagi Jepang dalam memberikan bantuannya. Ditengah persaingan global dalam memberikan bantuan dengan Amerika Serikat, Jepang terus memperbaiki citranya

dengan menunjukkan perhatian yang lebih baik terhadap negara-negara berkembang dengan tujuan untuk memberikan sumbangsih serta peningkatan

(10)

2

Dalam pelaksanaannya, ODA Jepang memiliki beberapa bentuk kerjasama

baik melalui institusi pemerintahan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan Organisasi Internasional. Selanjutnya berdasarkan penyaluran bantuannya, ODA

Jepang terbagi ke dalam dua bentuk kerjasama yaitu dalam bentuk bantuan bilateral dan bantuan multilateral. Bantuan Multilateral diberikan melalui organisasi internasional salah satunya ialah penyaluran bantuan melalui

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Sedangkan untuk bantuan bilateral diberikan langsung kepada

negara-negara berkembang, dengan maksud untuk memberikan kontribusi dalam membina hubungan Jepang dengan masing-masing negara berkembnag melalui bantuan yang dirancang berdasarkan kesepakatan bersama antara kedua belah

pihak. Selanjutnya, bantuan Bilateral kemudian terbagi kedalam 3 kategori yaitu Bantuan Hibah, Kerjasama Teknik, dan Pinjaman ODA.

Semua bantuan tersebut disalurkan oleh suatu lembaga kerjasama yang disebut Japan International Cooperation Agency (JICA). JICA telah banyak memberikan bantuannya ke beberapa negara baik negara diluar dikawasan Asia

ataupun negara yang berada di kawasan Asia dan salah satunya ialah Indonesia. Kerjasama bilateral yang dibangun oleh Jepang dengan Indonesia telah

terjalin sejak tahun 1954 jauh sebelum dibentuknya JICA yaitu dengan adanya program pelatihan di Jepang dan penugasan tenaga ahli Jepang di Indonesia.

(11)

3

membantu peningkatan perekonomian seperti dibentuknya dana kerjasama

ekonomi luar negeri yang merupakan pengembangan dari dana kerjasama pembangunan Asia Tenggara. Selanjutnya dibentuklah Badan Kerjasama Teknik

Luar Negeri yang kemudian berubah menjadi Badan Kerjasama Internasional Jepang atau Japan International Cooperation Agency (JICA) (Bulletin JICA di Indonesia 2008: 21).

Kerjasama yang dibangun oleh pemerintah Jepang melalui JICA di Indonesia diharapkan dapat menjalin hubungan yang baik. Lembaga kerjasama

JICA telah ada di Indonesia sejak tahun 1974. Dalam merealisasikan bantuannya untuk membantu proses pembangunan negara-negara berkembang, JICA merumuskan program bantuannya yang kemudian disebut Country Assistance Strategy.

Country Assistance Strategy merupakan rumusan program prioritas yang diberikan oleh JICA kepada tiap-tiap negara penerima bantuan. Untuk Indonesia sendiri, bidang kerjasama yang menjadi prioritas JICA, diantaranya:

1. Kesinambungan pertumbuhan ekonomi yang digerakkan oleh sektor swasta

2. Menciptakan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan

3. Perdamaian dan stabilitas 4. Lingkungan

(Sumber: Bulletin JICA di Indonesia, hal. 11)

(12)

4

Demokratis dan Berkeadilan. Dimana hal tersebut merupakan salah satu faktor

penting dalam suatu proses pembangunan selain itu juga sesuai dengan cita-citang bangsa Indonesia. Dalam menjalankan program tersebut, JICA membaginya

kedalam beberapa hal misalnya saja bantuan terhadap peningkatan pendidikan dasar dan menengah, peningkatan pelayanan kesehatan dan medis, penyediaan air bersih dan sanitasi, serta stabilitas penyediaan pangan.

Dalam upaya membantu meningkatan pendidikan Indonesia, pemerintah Jepang sendiri telah melaksanakan proyek kerjasama antara lain Program

Pengembangan dan Peningkatan Pendidikan Regional atau Regional Education Development and Improvement Program (REDIP), Proyek Pendidikan Pengajar Matematika dan Sains Indonesia atau Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project (IMSTEP), dan Pelatihan Penguatan Pelayanan Pendidikan Bidang Matematika dan Sains di tingkat Sekolah Menengah Pertama

atau Streingthening In-Service Teacher Training of Mathematics and Science Teacher Education at Junior Secondary Level (SISTTEMS). Kesemua program tersebut, memperoleh tanggapan yang sangat baik. Melihat keberhasilan yang telah dicapai, maka hal tersebut dijadikan sebagai landasan dibuatnya perencanaan dan pelaksanaan program PRIMA-P.

Program PRIMA-P dikhususkan pada Peningkatan Pendidikan Menengah Pertama. Program ini terfokus pada tiga prinsip sama seperti prinsip Dasar

(13)

5

Sebagaimana yang kita tahu, pendidikan merupakan hal yang penting

dalam proses pembangunan suatu negara terlebih bagi negara berkembang seperti Indonesia maka dari itu, Indonesia menjadikan pendidikan sebagai salah satu

prioritas utamanya seperti yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 “…mencerdaskan kehidupan bangsa…”. Sumber daya manusia yang bermutu, yang berpendidikan, merupakan kunci keberhasilan pembangunan suatu

negara. Dalam mewujudkan cita-cita bangsa, pada saat ini pemerintah Indonesia telah menetapkan kriteria kualitas pendidikan melalui Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Sistem Pendidikan. Dalam peraturan pemerintah tersebut, pada pasal 1 kriteria mengenai kualitas pendidikan dilihat dari beberapa hal seperti standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,

standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, serta standar penilaian pendidikan.

Keseluruhan standar yang telah diuraikan diatas, dibuat oleh pemerintah dengan tujuan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di setiap tingkat pendidikan dari mulai tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama

(SMP), serta Sekolah Menengah Umum (SMU). Pada kenyataannya, kriteria mengenai kualitas pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tidak mampu

meningkatkan kualitas pendidikan secara merata di seluruh wilayah di Indonesia. Ketidakmerataan pencapaian peningkatan pendidikan di beberapa provinsi

(14)

6

c. Sebaran sekolah tidak merata

d. Nilai masuk sebuah sekolah dengan standar tinggi

e. Rayoniasi (Riffai, 2011:37)

Menyadari akan hal tersebut pemerintah terus berupaya meningkatkan fasilitas pendidikan di seluruh sekolah, salah satunya yaitu dengan berusaha

meningkatkan fasilitas penunjang pendidikan seperti pengadaan laboratorium serta komputer agar dapat meningkatkan kegiatan pendidikan di sekolah. Dengan

melakukan upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendidikan di beberapa provinsi yang tingkat pendidikannya masih rendah dan salah satunya yaitu provinsi Sulawesi Selatan.

Provinsi Sulawesi Selatan terletak di bagian Selatan pulau Sulawesi. Propinsi ini beribukota di Makassar. Provinsi Sulawesi Selatan dibentuk pada

tahun 1960 dengan UU Nomor 47 Tahun 1960 tentang pembentukan daerah tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara Dan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara Tengah

yang mengesahkan terbentuknya Sulawesi Selatan dan Tenggara. Dan melalui UU Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah Dan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara, pemerintah memisahkan Sulawesi

Tenggara dari Sulawesi Selatan. Pada tahun 2004, pemerintah memecah Sulawesi Selatan, berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi

(15)

7

internasional. Luas wilayah provinsi Sulawesi Selatan ialah 62.482,54 Km2

dengan jumlah penduduk 8.233.375 Jiwa

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan) (diakses tanggal 8 Maret 2010).

Dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sekitar delapan juta jiwa, maka pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah menetapkan target untuk tahun 2009, yaitu peningkatan pada tingkat pendidikan dasar, maka

Rencana Pembangunan Daerah pun mengutamakan peningkatan pendidikan dasar dari segi pengembangan sumber daya manusia yang mendukung pencapaian

keperluan dasar dan perkembangan industri daerah. Ketimpangan pencapaian kualitas pendidikan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di provinsi Sulawesi Selatan dilihat dari beberapa hal yang mengacu kepada Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 seperti dari segi standar isi, proses, tenaga pendidik, kompetensi lulusan, sarana dan prasarana, pembiayaan serta

pengelolaan yang masih minim. Sedangkan, nilai rata-rata Ujian Nasional telah mencapai angka yang lebih tinggi daripada standar nasional, maka pendidikan di

provinsi Sulawesi Selatan perlu ditingkatkan lagi dengan membangun kerjasama antara masyarakat, sekolah, dan pengembangan administrasi pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan standar sistem pendidikan

(http://www.jica.go.jp/english/sitemap/index.html) (diakses tanggal 17 Februari 2010).

(16)

8

(PRIMA-P) yang fokuskan pada tiga kabupaten yaitu Kabupaten Barru,

Kabupaten Jeneponto, dan Kabupaten Wajo dengan jangka waktu pelaksanaan selama 3 tahun yaitu mulai Desember 2007 sampai dengan November 2010

(http://www.jica.go.jp/english/contact/index.html) (diakses tanggal 17 Februari 2010).

Kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah provinsi Sulawesi Selatan

dengan JICA tidak terlepas dari adanya otonomi daerah. Sejak tahun 1999, pemerintah Indonesia mulai memberlakukan otonomi daerah. Dengan

diberlakukannya otonomi daerah maka pemerintah pusat memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah untuk dapat membangun serta mengoptimalkan potensi daerah yang dimiliki. Otonomi daerah diartikan sebagai hak serta kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dengan adanya otonomi daerah maka setiap daerah akan berupaya untuk dapat membenahi daerahnya, mengembangkan kemampuan yang dimiliki sehingga

setiap daerah dapat ikut secara aktif dan produktif dalam membangun kerjasama dengan negara lain. Kerjasama yang terjalin dapat mempercepat pembangunan di daerah-daerah dengan begitu, dapat pula mempercepat pembangunan nasional.

Kerjasama yang terjalin di daerah bukan hanya kerjasama dalam bidang ekonomi, tetapi juga di dalam bidang kebudayaan serta bidang pendidikan.

(17)

9

pada pasal 21 dijelaskan mengenai hak daerah dalam menjalankan otonominya

salah satunya ialah mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah. Dan pada pasal 22 disebutkan pula apa saja yang menjadi kewajiban daerah dalam

menjalankan otonominya salah satunya yaitu meningkatkan pelayanan pendidikan dasar. Kerjasama yang terjalain dalam bidang pendidikan seperti yang dilakukan oleh pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dengan pihak JICA, merupakan suatu

upaya pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dalam menjalankan otonomi daerah

serta membangun daerahnya dari segi pendidikan

(http://semende.wordpress.com/2007/06/23/kutipan-undang-undang-tentang-otonomi-daerah/) Diakses tanggal 27 April 2010.

Kondisi pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan sebagian besar dinilai

masih memiliki kekurangan dilihat dari segi sarana dan prasarana yang masih minim, proses pelaksanaan pembelajaran, kompetensi lulusan, serta dari segi

pengelolaan kegiatan pendidikan. Kondisi tersebut tentu dapat menghambat pencapaian peningkatan kualitas pendidikan di provinsi Sulawesi Selatan yang

terdiri dari beberapa kabupaten dan salah satunya ialah kabupaten Barru.

Dengan melihat tiga prinsip pada program PRIMA Pendidikan yang dapat mendukung dalam meningkatkan kualitas pendidikan di kabupaten Barru provinsi

Sulawesi Selatan, maka diharapkan kehadiran JICA dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di kabupaten Barru provinsi Sulawesi Selatan,

(18)

10

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul :

Peranan Japan International Cooperation Agency (JICA) Dalam

Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia”. Studi Kasus: Kab. Barru Provinsi Sulawesi Selatan (2007-2010)

Ketertarikan penulis terhadap penelitian ini didukung oleh beberapa

matakuliah pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, antara lain :

1. Pengantar Hubungan Internasional, mata kuliah ini membahas mengenai adanya interaksi antara aktor dalam pola hubungan internasional baik aktor itu merupakan suatu negara, organisasi internasional ataupun individu.

Dalam penelitian ini terdapat suatu interaksi antara lembaga kerjasama dalam hal ini JICA dengan suatu negara dalam hal ini negara Indonesia.

2. Hubungan Internasional Asia Pasifik, inti dari mata kuliah ini yaitu menjelaskan pola hubungan internasional dilihat dari pemetaan secara letak geografis yang berada dalam satu kawasan lebih spesifik lagi yaitu

kawasan Asia Pasifik. Dalam penelitian ini, baik negara Jepang ataupun negara Indonesia sama-sama berada pada kawasan Asia Pasifik sehingga

memungkinkan terciptanya kerjasama bilateral diantara keduanya dan ini merupakan bagian dari penelitian.

(19)

11

negaranya dapat memberikan pengaruh terhadap negara lain. Dalam hal ini

JICA dapat dikatakan sebagai salah satu alat dari kebijakan luar negeri dari pemerintah Jepang.

1.2 Permasalahan 1.2.1 Identifikasi Masalah

Untuk mengidentifikasi masalah tersebut, maka peneliti merangkumnya dalam beberapa pertanyaan :

1. Program apakah yang dilaksanakan oleh pihak Japan International Cooperation Agency dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan?

2. Kendala apakah yang dihadapi oleh Japan International Cooperation Agency dalam merealisasikan program tersebut?

3. Upaya apakah yang dilakukan oleh pihak Japan International Cooperation Agency untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan program tersebut?

4. Sejauhmana peranan Japan International Cooperation Agency dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Barru Provinsi

Sulawesi Selatan?

1.2.2 Pembatasan Masalah

(20)

12

teknis serta bantuan dana yang diberikan oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) dalam meningkatkan kualitas pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) melalui program PRIMA Pendidikan yang dilaksanakan di

Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan selama kurun waktu 3 tahun yaitu dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Pembatasan waktu dilakukan karena program PRIMA-P yang dilaksanakan di Kabupaten Barru dimulai pada tahun

2007 dan berakhir pada tahun 2010 dan hanya difokuskan pada tingkat pendidikan SMP.

1.2.3 Perumusan Masalah

Untuk memudahkan penelitian yang didasarkan pada identifikasi masalah

dan pembatasan masalah, maka penulis mengajukan perumusan masalah sebagai berikut :

“Sejauhmana peranan JICA dalam meningkatkan kualitas pendidikan di

kabupaten Barru provinsi Sulawesi Selatan melalui program PRIMA-P ?”

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui program yang telah dilakukan oleh Japan International Cooperation Agency dalam membantu meningkatkan mutu pendidikan di Sulawesi Selatan.

(21)

13

Cooperation Agency dalam merealisasikan programnya.

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh pihak Japan International Cooperation Agency dalam mengatasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan program tersebut.

4. Untuk mengetahui Sejauhmana peranan Japan International Cooperation Agency dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan penelitian ini secara teoritis ialah dengan adanya penelitian ini diharapkan muncul pemikiran-pemikiran baru sesuai dengan apa yang

telah dicapai. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya ilmu hubungan internasional.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan mengenai pendidikan yang baik sehingga dapat meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia.

3. Secara praktis hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

gambaran dan pengetahuan bagi berbagai pihak yang berminat atau yang sedang mangadakan penelitian mengenai peningkatan mutu pendidikan

(22)

14

1.4 Kerangka Pemikiran, Hipotesis dan Definisi Operasional 1.4.1 Kerangka Pemikiran

Pada awal kemunculannya Hubungan internasional merupakan interaksi

dimana aktornya suatu negara dengan negara lainnya. Dalam perkembangannya hubungan internasional tidak terbatas hanya pada hubungan antar negara saja, tetapi juga merupakan hubungan antar individu dengan kelompok-kelompok

kepentingan. Selanjutnya hubungan internasional didefinisikan sebagai berikut :

”Hubungan Internasional merupakan bentuk interaksi antara aktor

atau anggota masyarakat yang satu dengan aktor atau anggota masyarakat lain yang melintasi batas-batas negara. Terjadinya hubungan internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang

menutup diri terhadap dunia luar” (Perwita & Yani, 2006: 3-4).

Berdasarkan definisi mengenai hubungan internasional tersebut, maka ada

yang di sebut dengan interaksi internasional. Bentuk-bentuk interaksi dapat dilihat melalui beberapa cara salah satunya ialah mengklasifikasikan pola interaksi dilihat

dari kecenderungan sikap dan tujuan pihak-pihak yang melakukan hubungan timbal balik, maka pola interaksi dibedakan menjadi pola kerjasama, persaingan, dan konflik (Perwita & Yani, 2006:42). Berdasarkan pola-pola tersebut, maka

bentuk interaksi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang ialah pola kerjasama.

(23)

15

bidang seperti ideology, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan,

pertahanan dan keamanan (Perwita & Yani, 2006:33-34)

Berdasarkan teori tersebut, maka interaksi antara pemeirntah Indonesia

dengan pemerintah Jepang dikatakan sebagai interaksi dalam bentuk kerjasama internasional. Disebut demikian karena interaksi tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing negara dan melewati batas negara dimana

secara letak geografisnya Indonesia dan Jepang berada di kawasan yang berbeda. Dalam kerjasama internasional terdapat bentuk-bentuk kerjasama yaitu

bentuk kerjasama bilateral, trilateral, multilateral serta bentuk kerjasama unilateral. Adapun perbedaan diantara bentuk kerjasama tersebut yaitu pada jumlah negara yang melakukan kerjasama. Kerjasama bilateral ialah kerjasama

internasional yang dilakukan oleh dua negara dengan adanya kesepakat diantara dua negara tersebut. Sedangka pada kerjasama trilateral, multilateral dan

unilateral, merupakan kerjasama internasional yang dilakukan oleh lebih dari dua negara.

Kerjasama bilateral dapat diartikan sebagai kerjasama yang dilakukan oleh

dua negara dimana masing-masing negara memiliki kepentingan nasionalnya serta dilakukan dalam upaya memenuhi kebutuhan negaranya. Secara lebih jelas lagi

dalam buku “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”, Perwita dan Yani

mengartikan hubungan bilateral merupakan keadaan yang menggambarkan

hubungan timbal balik antara dua pihak yang terlibat, dan aktor utama dalam pelaksanaan hubungan bilateral ini adalah negara (2006:33).

(24)

16

pemerintah secara langsung ataupun direpresentasikan oleh lambaga kerjasama

sebagai kepanjangan pemerintah dari suatu negara seperti kerjasama bilateral yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dengan pemerintah Indonesia. Pemerintah

Jepang tidak secara langsung melakukan kesepakatan dalam melakukan kerjasama dengan pemerintah Indonesia tetapi di jalankan oleh suatu lembaga kerjasama yang dibentuk oleh pemerintah Jepang. Lembaga kerjasama yang dimaksud dalam

hal ini ialah Japan International Cooperation Agency (JICA) yang merupakan :

“Sebuah lembaga kerjasama internasional bagi pengembangan ekonomi dan sosial negara-negara berkembang yang dilaksanakan melalui bantuan bilateral antara pemerintah Jepang

dengan negara penerima bantuan”

(http://www.jica.go.jp/english/contact/index.html) (diakses tanggal 17 Februari 2010).

JICA merupakan suatu lembaga kerjasama yang dibentuk oleh pemerintah

Jepang yang memiliki fungsi dalam memberikan bantuan berupa dana ataupun bantuan berupa teknis dalam proses pembangunan negara lain khususnya negara-negara berkembang kawasan Asia. Hingga saat ini telah banyak negara-negara yang

mendapat bantuan luar negeri dari negara Jepang melalui JICA. Bantuan luarnegeri yang diberikan secara bilateral memiliki ikatan politi yang lebih kuat

daripada bantuan yang diberikan secara multilateral.

Secara umum bantuan luar negeri dapat didefinisikan sebagai transfer sumber daya dari satu pemerintah ke pemerintah lain yang dapat berbentuk barang

atau dana. Bantuan luar negeri umumnya tidak ditujukan untuk kepentingan politik jangka pendek melainkan untuk prinsip-prinsip kemanusiaan atau

(25)

17

Holsti dalam buku “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional” karangan

Perwita dan Yanyan membagi program bantuan luar negeri ke dalam empat jenis, yaitu :

1. Bantuan militer 2. Bantuan teknis

3. Grant dan program komoditi impor 4. Pinjaman pembangunan

(2006:83)

Dari ke empat jenis bantuan yang dikemukakan oleh Holsti maka bantuan yang diberikan oleh pemerintah Jepang melalui JICA termasuk kedalam jenis

bantuan teknis. Bantuan teknis merupakan bantuan yang berkaitan dengan pengetahuan serta keahlian. Bantuan tersebut berupa pengiriman personil dengan kualifikasi khusus dari negara industri kepada negara berkembang yang

terbelakang, untuk memberikan arahan kepada berbagai proyek dengan maksud menyebarkan pengetahuan dan keahlian.

Bantuan teknis yang diberikan oleh JICA terhadap Indonesia ialah berupa pelatihan-pelatihan manajemen pendidikan yang baik bagi pengajar serta instansi

terkait dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Segala macam bentuk bantuan yang telah diberikan oleh JICA terhadap Indonesia merupakan wujud nyata dari peranan JICA sebagai suatu lembaga kerjasama yang

bertujuan untuk membantu pembangunan negara-negara di dunia khususnya negara-negara berkembang.

(26)

18

dari sesorang atau struktur tertentu yang menduduki suatu posisi di dalam suatu

system. Suatu organisasi organisasi memiliki struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati bersama. Apabila struktur tersebut telah

menjalankan fungsi-fungsinya, maka organisasi itu telah menjalankan peranan tertentu. Dengan demikian peranan dapat dianggap sebagai fungsi dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan kemasyarakatan (Perwita & Yani, 2006: 30).

Bantuan yang diberikan oleh JICA terhadap Indonesia merupakan suatu bentuk nyata dari fungsinya sebagai lembaga kerjasama yang bertujuan untuk

memberikan bantuan terhadap pembangunan negara-negara berkembang. Bantuan yang diberikan oleh JICA terhadap Indonesia lebih di fokuskan pada pembangunan masyarakat salah satunya ialah dengan membantu dalam hal

peningkatan pendidikan di Indonesia. Definisi mengenai pendidikan dijelaskan oleh pemerintah dalam Undang-Undang.

Menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa, dan negara” (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003).

Menurut Departemen Pendidikan Nasional, secara umum kualitas atau mutu adalah karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan

(27)

19

dibuatnya beberapa kriteria mengenai kualitas pendidikan.

Pendidikan yang berkualitas menurut Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 dapat dilihat dari beberapa hal seperti standar isi, standar proses, standar

kompetensi lulusan, standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Hal-hal tersebut belum dicapai oleh seluruh wilayah Indonesia, maka

untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Sulawesi Selatan bekerjasama dengan pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA). Dengan adanya bantuan dari JICA dalam bidang pendidikan tentu dapat meringankan tugas pemerintah dan diharapkan pendidikan di provinsi Sulawesi Selatan dapat lebih meningkat dan mencapai target yang ditentukan oleh

pemerintah.

Dalam merelisasikan bantuannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan

di Sulawesi Selatan, JICA membuat suatu progam yang disebut program PRIMA-Pendidikan. Program PRIMA-Pendidikan ini difokuskan pada tingkat pendidikan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) di provinsi Sulawesi Selatan dan dikhususkan pada tiga kabupaten yaitu kabupaten Barru, kabupaten Jeneponto, dan kabupaten Wajo. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitiannya pada kabupaten

Barru.

Program PRIMA-Pendidikan (PRIMA-P) menerapkan 2 metode yaitu

Regional Education Development and Improvement Program (REDIP) serta

(28)

20

Sedangkan metode Lesson Study memiliki tujuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dari segi proses pembelajaran yang lebih baik, dengan begitu dapat meningkatkan kompetensi lulusan.

Bantuan dana yang diberikan oleh JICA juga memberikan peningkatan terhadap peningkatan sarana dan prasarana, serta dalam hal pembiayaan. Dengan adanya bantuan yang diberikan oleh JICA melalui program PRIMA-Pendidikan

beberapa keberhasilan telah dicapai di kabupaten Barru diantaranya seperti meningkatnya isi atau ruang lingkup yang berkaitan dengan materi, proses

pembelajaran, meningkatnya kompetensi lulusan, meningkatnya tenaga kependidikan, meningkatnya sarana dan prasarana, meningkatnya pengelolaan, serta dari segi pembiayaan.

1.4.2 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, penulis menarik sebuah hipotesis sebagai berikut :

Japan International Cooperation Agency memiliki peranan dalam

(29)

21

1.4.3 Definisi Operasional

Sesuai dengan rumusan hipotesis diatas, maka terdapat beberapa definisi operasional yang berhubungan dengan hipotesis tersebut, diantaranya yaitu :

1. Japan Internasional Cooperation Agency merupakan suatu lembaga kerjasama yang dibentuk oleh pemerintah Jepang yang berfungsi sebagai penyalur bantuan secara bilateral baik itu bantuan yang berupa teknis,

bantuan ODA Jepang serta bantuan Hibah.

2. Kualitas ialah pencapaian pendidikan yang lebih baik dengan didukung oleh

faktor-faktor penunjang dalam proses pendidikan seperti sarana prasarana dan sumber daya lainnya.

3. Isi atau ruang lingkup materi dalam hal ini berkaitan dengan kesiapan materi

yang diberikan seperti adanya silabus pembelajaran dalam penyelenggaraan pendidikan pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

4. Proses pembelajaran diartikan sebagai pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada tingkat pendidikan tertentu dalam penelitian ini yaitu kegiatan pembelajaran pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

5. Kompetensi lulusan merupakan kriteria atau kualifikasi tertentu yang harus dimiliki oleh peserta didik ketika lulus dari tingkat pendidikan Sekolah

Menengah Pertama (SMP).

6. Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan kriteria yang harus dimiliki

oleh seorang tenaga pendidik di setiap tingat pendidikan.

(30)

22

pendidikan tertentu.

8. Pengelolaan dalam hal ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan dalam kegiatan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama

(SMP)

9. Pembiayaan merupakan pengaturan terhadap biaya bagi kegiatan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

1.5 Metodologi Penelitian 1.5.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode penelitian analisis deskriptif. Metode penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan apa yang ada atau apa yang sudah ada. Menerangkan suatu masalah yang diteliti serta berupaya untuk menyampaikan fakta-fakta dengan jelas

serta telititi. Penelitian dengan metode ini juga menggambarkan suatu proses mekanisme dan keterkaitan variable-variabel yang ada dalam situasi tertentu.

Pelaksanaan penelitian dengan metode deskriptif ini tidak terbatas hanya

sampai pada pengumpulan dan penyususnan data, tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti dari data tersebut. Dalam analisis yang akan dilakukan

dalam penelitian ini, penelliti menggunakan deskriptif analitis yang bertujuan untuk mengetahui status dan mendeskripsikan aplikasi program yang berjalan di

(31)

23

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan (library research). Dengan teknik ini, data-data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari dokumentasi dan publikasi. bentuk data-data tersebut dapat ditemui pada buku refrensi, jurnal, majalah atau laporan dari instansi terkait, disamping pemanfaatan sumber-sumber tulisan

lainnya seperti pemanfaatan fasilitas dan jasa internet untuk mendapatkan data tertulis yang telah didokumentasikan.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan dibeberapa perpustakaan serta instansi terkait guna

mencari bahan serta data-data yang sesuai dengan penelitian, diantaranya : 1. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia, Jl. Dipati Ukur. Bandung.

2. Perpustakaan FISIP Universitas Pasundan, Jl. Lengkong Besar. Bandung. 3. Perpustakaan FISIP Universitas Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit. Bandung.

4. Perpustakaan FISIP Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Jatinangor. Sumedang.

5. JICA Indonesia, Sentral Senayan II, Lantai 14, Jl. Asia Afrika No.8 Gelora

Bung Karno – Senayan Jakarta Pusat.

6. Departemen Pendidikan Nasional, Jl. Jend. Sudirman Senayan, Jakarta

Pusat.

(32)

24

1.6.2 Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian yaitu dimulai sejak bulan Januari 2010 dan direncanakan selesai pada bulan Juli 2011

seperti yang dijelaskan dalam tabel.

Tabel 1.6.2 Tabel Waktu Penelitian

No Aktivitas

Waktu penelitian

2010 2011

Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agts Mar Apr Mei Juni Juli

1 Pencarian data

2 Pengajuan Judul

3 Pembuatan Usulan

Penelitian

4 Seminar Usulan

Penelitian

5 Pengumpulan Data

6 Penelitian

7 Bimbingan Skripsi

8 Rencana Sidang

1.7 Sistematika Penulisan

Peneliti mencoba menjabarkan sistematika penulisan yang akan dilakukan

pada penelitian ini yaitu sebagai berikut : BAB I Pendahuluan

(33)

25

dan hipotesis, metode penelitian dan teknik pengumpulan data, lokasi dan waktu

penelitian serta sistematika pembahasan. BAB II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini peneliti menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan subjek yang diteliti, seperti Hubungan Internasional, Kerjasama Internasional, Hubungan Bilateral, Bantuan Luar Negeri, serta Pendidikan. Tinjauan pustaka ini dapat pula

berisi uraian tentang data sekunder yang diperoleh dari jurnal-jurnal ilmiah atau hasil penelitian yang dapat dijadikan asumsi yang memungkinkan penalaran untuk

menjawab masalah yang diajukan dalam penelitian ini. BAB III Objek Penelitian

Dalam bab ini peneliti menjelaskan gambaran umum tentang bagaimana

pendidikan di Sulawesi Selatan. Menjelaskan gambaran umum mengenai JICA, yang terdiri dari latar belakang pembentukan, struktur organisasi dan

keanggotaan; kerjasama yang dibangun antara JICA dengan Indonesia dalam meningkatkan pendidikan dan meliputi juga upaya-upaya yang ditempuh oleh

keduanya.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini peneliti menjelaskan hasil dari program PRIMA-P yang

dicanangkan oleh JICA di Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi juga upaya-upaya yang ditempuh oleh Pemerintah Indonesia dalam mendukung penuh

(34)

26

BAB V Penutup

Dalam bab ini peneliti menjelaskan isi skripsi yang berupa kesimpulan dan saran penelitian yang dilakukan, penolakan atau penerimaan hipotesis yang telah

(35)

27 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hubungan Internasional

Studi hubungan internasonal merupakan studi tentang segala bentuk

interaksi antar aktor-aktor dalam hubungan nternasional. Aktor-aktor yang saling berinteraksi tersebut tidak hanya negara saja ada pula individu, ataupun organisasi-organisasi internasional. Menurut Menurut Perwita dan Yani,

Hubungan Internasional adalah :

”Hubungan Internasional merupakan bentuk interaksi antara aktor

atau anggota masyarakat yang satu dengan aktor atau anggota masyarakat lain yang melintasi batas-batas negara. Terjadinya hubungan internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang

menutup diri terhadap dunia luar” (2005: 3-4).

Pada perkembangannya yang menjadi sorotan dalam studi hubungan

internasional bukan hanya aktor-aktor yang berinteraksi tetapi juga bidang-bidang yang termasuk didalamnya. Saat ini, tidak hanya mencakup bidang politik saja, tetapi juga mencakup unsur-unsur ekonomi, sosial, budaya, hankam dan

sebagainya.

Studi hubungan internasional merupakan ilmu yang bersifat interdisipliner

(36)

28

interaksi yang bersifat konflik serta interaksi yang berbentuk kerjasama. Pada

dasarnya, pola hubungan atau interaksi internasional dapat berupa kerjasama (cooperation), persaingan (Competition), dan pertentangan (Conflict).

Hubungan internasional adalah interaksi aktor-aktor yang tindakan dan kondisinya memiliki konsekuensi penting terhadap aktor lain, maka dapat

dikatakan bahwa negara bangsa dapat dipandang sebagai pelaku utama dari hubungan internasional. Hal itu karena yang melakukan tindakan dan dampak dari tindakan itu adalah unit politik walaupun tidak tertutup kemungkinan yang

melakukan tindakan itu adalah aktor-aktor non-negara.

Dilihat dari penjelasan diatas, dapat diartikan bahwa meski negara

merupakan aktor utama dalam dalam hubungan internasional tetapi bisa saja yang melakukan tindakan merupakan aktor non-negara. Aktor non-negara yang dimaksud yaitu JICA yang dapat dikatakan sebagai suatu alat dari pemerintah

Jepang dalam melakukan kerjasama bilateral dengan negara-negara lain. Meski yang melakukan bukan dari aktor negara secara langsung, tetapi diwakilkan oleh

suatu lembaga kerjasama akan tetapi seperti yang telah disebutkan diatas, tetap saja memiliki konsekuensi terhadap unit politik yang menjadi partner dalam bekerjasama.

Pola Interaksi dalam hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat

(37)

29

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tujuan

utama studi hubungan intenasional adalah mempelajari perilaku internasional, seperti perilaku aktor, baik negara maupun aktor non-negara, dalam arena

internasional. Perilaku-perilaku aktor meliputi beberapa konsep umum seperti peranan, kerjasama, aktivitas sistem, dan pengaruh. Hal tersebut secara

keseluruhan dapat mengakibatkan pelaksanaan maupun pergeseran bentuk-bentuk hubungan dari bentuk-bentuk kerjasama, pembentuk-bentukan aliansi, interaksi dalam organisasi dalam organisasi internasional kearah konflik maupun sengketa.

2.2 Kerjasama Internasional

Dalam hubungan internasional dikenal apa yang dinamakan kerjasama internasional. Kerjasama internasional terbentuk karena adanya berbagai macam kepentingan nasional dari masing-masing negara yang tidak dapat dipenuhi dari

dalam negerinya sendiri. Kerjasama internasional meliputi berbagai bidang seperti ideology, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan, dan

keamanan.

Menurut Muhadi Sugiono ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kerjasama internasional :

1. Pertama, negara bukan lagi sebagai aktor eksklusif dalam politik internasional melainkan hanya bagian dari jaringan interaksi

(38)

30

2. Kedua, kerjasama internasional tidak lagi semata-mata ditentukan

oleh kepentingan masing-masing negara yang terlibat di dalamnya, melainkan juga oleh institusi internasional, karena institusi

internasional seringkali bukan hanya bisa mengelola berbagai kepentingan yang berbeda dari negara – negara anggotanya, tetapi

juga memiliki dan bisa memaksakan kepentingannya sendiri. (Sugiono, 2006: 6).

Kerjasama internasional diwujudkan dalam suatu perjanjian atau

kesepakatan dengan tujuan dapat merangkum masing-masing kepentingan aktor internasional. Kerjasama internasional merupakan suatu perwujudan kondisi

masyarakat yang saling tergantung satu dengan yang lain. Dalam melakukan kerjasama ini dibutuhkan suatu wadah yang dapat memperlancar kegiatan kerjasama tersebut. tujuan dari kerjasama ini ditentukan oleh persamaan

kepentingan dari masing-masing pihak yang terlibat. Kerjasama internasional dapat terbentuk karena kehidupan internasional meliputi bidang, seperti ideologi,

politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan dan keamanan (Perwita dan Yani, 2006: 34).

Perwita dan Yani memaparkan bahwa dalam suatu kerjasama internasional

bertemu berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di dalam negerinya sendiri. Kerjasama internasional

(39)

31

kerjasama tersebut dapat mendukung konsepsi dari kepentingan tindakan yang

unilateral dan kompetitif. Kerjasama internasional terbentuk karena kehidupan internasional meliputi berbagai bidang seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial

budaya, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan (2006: 33-34).

Dari beberapa bentuk kerjasama yang telah dipaparkan diatas, maka

kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan JICA termasuk kedalam bentuk kerjasama regional yang memiliki pengertian bahwa kerjasama ini dilakukan oleh negara-negara yang berada dalam satu wilayah. Dalam hal ini,

Indonesia dengan JICA yang mewakili negara Jepang berada dalam satu wilayah Asia.

Bentuk kerjasama internasional tidak hanya dilihat berdasarkan bentuk-bentuk yang telah dipaparkan diatas, namun dapat juga dilihat dari segi kecenderungan sikap dan tujuan pihak-pihak yang melakukan hubungan timbal

balik. Dalam hubungan internasional terdapat beberapa bentuk interaksi dilihat dari banyaknya pihak yang melakukan hubungan antara lain hubungan bilateral,

trilateral, regional, multilateral/ internasional.

2.2.1 Kerjasama Bilteral

Kerjasama internasional terbentuk karena adanya beragam kepentingan

nasional yang tidak dapat dipenuhi oleh negaranya sendiri. Bentuk kerjasama internasional yang dibedakan berdasarkan pihak yang melakukan hubungan antar

(40)

32

“Dalam diplomasi bilateral konsep utama yang digunakan adalah

sebuah negara akan mengejar kepentingan nasionalnya demi mendapatkan keuntungan yang maksimal dan cara satu-satunya adalah dengan membuat hubungan baik dan berkepanjangan antar

negara” (2002:15-16).

Dalam buku “Pengantar Imu Hubungan Internasional”, Perwita dan Yani

mengartikan hubungan bilateral merupakan keadaan yang menggambarkan hubungan timbal balik antara dua pihak yang terlibat, dan aktor utama dalam

pelaksanaan hubungan bilateral ini adalah negara (2006:28)

Sebagai contoh dari bentuk kerjasama bilateral ialah kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang. Dalam

kerjasama ini pemerintah Jepang tidak secara langsung berhubungan dengan pemerintah Indonesia namun direpresentasikan oleh lembaga kerjasama yaitu

Japan International Cooperation Agency (JICA).

2.2.2 Konsep Peranan

Peran JICA dapat dikatakan sebagai upayanya dalam menjalankan fungsinya sebagai suatu lembaga kerjasama yang memberikan bantuan bagi

negara-negara berkembang dalam menjalankan proses pembangunan yang lebih dikhususkan pada pembangunan sumberdaya manusia secara intelektualitasnya.

Peranan JICA tersebut tentu tidak dapat dipisahkan dari peranan nasional negara yang mendirikannya.

Konsep peranan nasional berkaitan dengan orientasi politik luar negeri.

(41)

33

aatau dijalankan. Hubungan antara unit-unit nasional dalam system internasional

tidak dapat dipahami hanya dengan melihat tindakan yang dilaukannya seperti pengiriman surat atau pernyataan perang. Pemerintah negara menyadari hubungan

mereka dengan lingkunagn itu lebih luas dari sekedar pertimbangan kondisi tertentu yang mempengaruhi mereka. Perlua ada sikap atau posisi yang disebut

peranan. Dua komponen kebijakan luar negeri yang merefleksikan pertimbangan tertentu ialah orientasi dan peanan. Kedua komponen ini dapat menjelaskan mengapa suatu negara beserta pemerintahannya menjalin hubungan dengan dunia

luar. Dari jalinan hubungan ini dapat terlihat perilaku dasar dan kebutuhan nasional yng bermain didalamnya juga kondisi eksternal yang melingkupinya.

Dalam hubungan internasional, peranan merupakan tugas utama yang harus dijalankan oleh aktor-aktor seperti individu, negara, maupun organisasi internasional. Peranan (role) juga merupakan perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi.

Menurut Perwita dan Yani, peranan juga dapat diartikan sebagai

pelaksanaan dari fungsi oleh struktur-struktur tertentu. Peranan dapat dikatakan ebagai aspek fisiologis organisasi yang meliputi fungsi, adaptasi, dan proses. Peranan dapat diartikan sebagai orientasi atau konsepsi dari bagian yang

dimainkan oleh suatu pihak dalam posisi sosialnya. Dengan peranan tersebut, para pelaku peranan baik individu maupun organisasi akan berperilaku sesuai dengan

(42)

34

lain atau lingkungan engan hubungan dan pola yang menyusus struktur sosial

(2006:31).

Dari konsep peranan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dikatakan

bahwa peranan merupakan pelaksanaan dari fungsi-fungsi oleh struktur-struktur tertentu. Peranan ini tergantung juga pada posisi atau kedudukan struktur itu dan

harapan lingkungan sekitar terhadap struktur tadi. Peranan juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisi serta kemampuan dari aktor tersebut.

2.3 Bantuan Luar Negeri

Bantuan luar negeri merupakan salah satu instrument kebijakan yang

sering digunakan dalam hubungan luar negeri. Secara umum, bantuan luar negeri dapat didefinisikan sebagai transfer sumber daya dari satu pemerntah ke pemerintah lain yang berupa barang atau dana. Bantuan luar negeri umumnya

tidak ditujukan untuk jangka pendek melainkan untuk prinsip kemanusiaan atau pembangunan ekonomi jangka panjang.

Pengertian bantan luar negeri dalam Perwita dan Yani bahwa bantuan luar negeri pada umumnya tidak ditujukan hanya untuk kepentingan jangka pendek, melainkan untuk prinsip-prinsip kemanusiaan dan pembangunan ekonomi jangka

panjang. Ada dua syarat aliran modal dari luar negeri merupakan bantuan luar negeri, yaitu :

(43)

35

2. Aliran modal dari luar negeri atau dana tersebut diberikan kepada negara

penerima atau dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan daripada yang berlaku dalam pasar internasional (2006:83 )

Bantuan luar negeri merupakan salah satu instrument kebijakan luar negeri. Bantuan luar negeri merupakan tindakan ekonomi yang memiliki sifat dan

efektifitas yang berbeda dibandingkan diplomasi dan propaganda. Adapun pengertian mengenai bantuan luar negeri menurut Yanuar Ikbar yaitu :

“Bantuan luar negri (foreign aid) dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan negara, masyarakat (penduduk), atau lembaga-lembaga masyarakat atau lembaga-lembaga lainnya yang berada pada suatu negara tertentu di luar negri, memberikan bantuan berupa pinjaman, memberikan hibah atau pula penanaman modal mereka terhadap pihak tertentu di negara lainnya” (2007 : 188).

Menurut Rix Alan dalam buku “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional” karangan Perwita dan Yani ada empat motivasi dari negara para pemberi bantuan

atau negara donor dalam memberikan bantuan, diantaranya :

1. Motif kemanusiaan yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan di

negara-negara dunia ketiga melalui dukungan kerjasama ekonomi 2. Motif politik yang memusatkan tujuan untuk meningkatkan image

negara donor. Peraihan pujian menjadi tujuan dari pemberian bantuan

luar negeri baik dari politik domestik dan hubungan luar negeri negara donor

(44)

36

pada kepentingan negara donor. Dengan kata lain, motif keamanan

memiliki sisi ekonomi

4. Motif yang berkaitan dengan kepentingan nasional negara donor

(2006: 84).

Menurut Michael Todaro dalam buku Yanuar Ikbar, bantuan luar negeri

adalah bantuan yang meliputi semua pinjaman konsesional (suku bunga dan jangka pembayaran kembali modal yang dipinjamkan secara lunak dibandingkan dengan syarat-syarat yang berlaku bagi pinjaman komersial) dan bantuan

pemerintah dalam bentuk uang atau barang, mengalihkan sumber-sumber dari negara kaya ke negara dunia ketiga dengan tujuan untuk pembangunan atau

pemerataan pendapatan (Ikbar, 2007: 58)

Bantuan luar negeri merupakan salah satu instrumen kebijakan yang sering dan telah digunakan dalam hubungan luar negeri selama berabad-abad pada masa

lampau, instrumen ini terutama tidak digunakan untuk permasalahan politik jangka pendek melainkan untuk prinsip-prinsip kemanusiaan atau pembangunan

ekonomi jangka panjang. Dalam jangka panjang, bantuan luar negeri dimaksudkan untuk membantu menjamin beberapa tujuan politik negara donor yang tidak dapat dicapai hanya melalui diplomasi, propaganda atau kebijakan

publik.

Berdasarkan paparan mengenai konsep bantuan diatas, jelas bahwa

(45)

37

bantuan pembangunan. Bantuan yang diberikan diharapkan dapat benar-benar

membantu pembangunan dari segi sumber daya manusia.

2.4 Pendidikan

Fenomena hubungan internasional kini semakin mengarah pada persoalan

sehari-hari penduduk dunia termasuk Indonesia. Hal tersebut tentu berpengaruh pada pembangunan suatu negara. Maka keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan seperti pendidikan, sangat ditentukan oleh fenomena yang terjadi dalam

perubahan sistem internasional.

Konteks pendidikan dalam hubungan internasional yang dijelaskan dalam

buku “Refleksi Teori Hubungan Internasional : dari Tradisional ke Kontemporer”

yang ditulis oleh Asrudin dan Mirza Jaka Suryana tahun 2009.

“dalam beberapa waktu ini, fenomena hubungan internasional telah dan akan terus menunjukkna kompleksitas yang semakin tinggi. Hal ini ditunjukkkan bukan saja pada semakin beragamnya aktor hubungan internasional yang saling berinteraksi (the actors), tetapi juga ditunjukkan dengan semakin bervariasinya isu (the issues) yang diperbincangkan dalam hubungan internasional serta semakin rumitnya proses interaksi (the process) seprti isu mengenai kemiskinan, pendidikan dasar secara universal, kesetaraan jender dan memberdayakan perempuan, HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, pembangunan lingkungan, dan kemitraan global untuk pembangunan yang trejadi antar berbagai aktor hubungan internasional.” (2009: 34)

Dalam upaya mengatasi persoalan pembangunan yang salah satunya ialah

(46)

38

pengembangan tujuan pembangunan bersama untuk mengembangkan negara

berkembang dengan bantuan dari negara maju agar dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan sumber daya manusia.

Millenium Development Goals (MDGs) merangkum aspirasi pembanguunan dunia secara menyeluruh. Tapi apsirasi ini bukn sebagai tujuan pembangunan semata, namun juga mencakup nilai dan hak universal manusia seperti bebas dari kelaparan, hak untuk mendapatkan pendidikan dasar, hak akan kesehatan dan sebuah tanggungjawab kepada generasi mendatang. Kita telah mencapai kemajuan yang penting menuju ke delapan tujuan tersebut, tapi kita masih belum barada di jalur yang tepat untuk menyelasaikan komitmen tersebut.” (2008:2)

Selanjutnya pemerintah Indonesia mengatur pendidikan nasional dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Dalam pasal 1 pendidikan didefinisikan sebagai :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan

masyarakat.” (2003 :2)

Pendidikan dasar menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional

Nomor 20 Tahun 2003 pasal 17 adalah :

1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah.

2) Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama

(47)

39

3) Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. (2003:8)

2.4.1 Kualitas Pendidikan

Menurut Departemen Pendidikan Nasional, secara umum kualitas atau

mutu adalah dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam mamuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat. (2001:7)

Mutu pendidikan yang dijelaskan oleh Suryusubroto dapat dilihat dalam dua hal, yakni mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Proses

pendidikan yang bermutu apabila seluruh komponen pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri. Faktor-faktor dalam proses pendidikan adalah berbagai input, seperti bahan ajar, metodologi, saran sekolah, dukungan

administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana kondusif. Sedangkan, mutu pendidikan dalam konteks hasil pendidikan

mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (2004:210-211).

Pengertian kualitas atau mutu dapat dilihat juga dari konsep secara

absolute serta relative. Dalam diterapkan dalam dunia pendidikan konsep kualitas absolute ini bersifat elitis Karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang akan

(48)

40

kualitas berarti memenuhi spesifikasi yang diterapkan dan sesuai dengan tujuan

(fit for their purpose) (Nurkholis, 2003: 68).

Menurut Admodiwirio, peningkatan kualitas pendidikan sangat

menekankan pentingnya peranan sekolah sebagai pelaku dasar utama yang otonom, dan peranan orangtua dan masyarakat dalam mengembangkan

pendidikan. Sekolah perlu diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan pelanggan. Sekolah sebagai institusi otonom diberikan peluang untuk mengolah dalam proses

koordinasi untuk mnecapai tujuan-tujuan pendidikan (2000: 5-6).

2.4.2 Standar Nasional Pendidikan

Standar nasional pendidikan ialah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia. Yang

merupakan kriteria dari standar nasional pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 ialah

sebagai berikut: 1. Standar isi

Standar isi menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2005 pasal 1:

“standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang

dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus

Gambar

Tabel Waktu Penelitian
Tabel 3.1.2
Tabel 3.2.1(1)
Tabel 3.2.1 (2)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dari hasil uji simultan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, desentralisasi dan akuntabilitas publik secara

• Meningkatkan aliran darah ke jantung • Meningkatkan aliran daarah ke otak • Merangsang / menstimulasi reseptor.. Alpha

Mengandalkan pengolahan data yang baik sangat diperlukan oleh Mengandalkan pengolahan data yang baik sangat diperlukan oleh sebuah perusahaan atau organisasi karena dengan

Dilihat dari sisi kekuatan hubungan, maka kekuatan hubungan partisipasi pendampingan PKH dengan upaya ibu terhadap peningkatan kualitas pendidikan keluarga memiliki

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan mempengaruhi repons sosial maladaptif pada individu. Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan respon

Untuk meningkatkan Instruksi Pressiden Nomor 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam menjadi materi peraturan yang bisa dibuat oleh presiden berdasarkan pada

Dari 50% wanita infertil terbukti menderita pe- nyakit radang panggul yang ditegakkan dengan biopsi endometrium (metode Kiviat), sebanyak 93,8% pasien dengan penyakit radang