• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemolaan Komunikasi Upacara adat Pernikahan Suku Melayu di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau (Studi Etnografi Pemolaan Komunikasi Upacara Adat Pernikahan Suku Melayu Pesisir di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemolaan Komunikasi Upacara adat Pernikahan Suku Melayu di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau (Studi Etnografi Pemolaan Komunikasi Upacara Adat Pernikahan Suku Melayu Pesisir di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian Studi atau Rangkaian Sidang

Oleh, AYLA RAFFANY

NIM. 41809145

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

Oleh:

AYLA RAFFANY NIM : 41809145

Artikel Ini Dibawah Bimbingan : Adiyana Slamet S.IP., M.Si

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam tentang Komunikasi pada Upacara adat Pernikahan Suku Melayu. Untuk menjabarkannya, maka fokus masalah tersebut peneliti bagi kedalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu peristiwa komunikasi, komponen komunikasi dan hubungan antar komponen komunikasi dalam upacara adat pernikahan suku Melayu di Kabupaten Bengkalis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitaif dengan studi etnografi komunikasi. Subjek penelitian adalah Upacara Adat Pernikahan yang dibagi menjadi beberapa tahap yaitu Upacara Antar Tanda / Antar Belanja, Upacara Ijab Kabul / Akad Nikah dan Upacara Hari langsung / Bersanding. Informannya terdiri dari 6 (enam) orang yaitu 3 (tiga) informan kunci dan 3 (informan pendukung) yang diperoleh melalui teknik porposive sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, catatan lapangan, studi kepustakaan, dokumentasi dan internet searching. Teknik uji keabsahan data dengan cara peningkatan ketekunan pengamatan tringulasi, kecukupan referensi dan pengecekkan anggota.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, peristiwa komunikasi pada upacara adat pernikahan suku Melayu ini bersifat sakral. Semua prosesi upacaranya dilakukan dirumah pengantin perempuan. Komponen komunikasi adalah bahasa yang digunakan untuk berinteraksi yaitu Bahasa Melayu dan simbol non-verbal dalam setiap hantaran yang diberikan. Sedangkan hubungan antar komponen yang menciptakan prilaku yang khas oleh masyarakat Melayu adalah Pantun. Simpulan dari penelitian ini bahwa masyarakat Melayu di Kabupaten Bengkalis mengikuti semua prosesi demi prosesi dalam upacara adat pernikahan yang juga berlandaskan nilai-nilai islami.

(3)

By : Ayla Raffany NIM : 41809145

This Article Under the Guidance : Adiyana Slamet S.IP., M.Si

This study is intended to describe in depth on Communication in Marriage Ritual of the Malays. To translate, the focus of researchers for the problem into several sub-problems, namely micro-event communication, communication components and relationships between components of communication in Malay wedding ceremony in Bengkalis.

The method used in this research is to study the method Qualitative ethnography of communication. Subjects were Marriage Ceremony is divided into several stages, Ceremony Antar Tanda / Antar Belanja, Ceremony Ijab Kabul / Akad Nikah Ceremony Hari Langsung / Bersanding. Informants consists of 6 (six) is 3 (three) and 3 key informants (informant supporters) porposive obtained through sampling techniques. Techniques of data collection through in-depth interviews, participant observation, field notes, library research, documentation and internet searching. Engineering test data validity by increasing persistence tringulasi observations, adequacy of references and checking members.

These results indicate that, on the communication events Malay wedding ceremonies are meant to be sacred. All ceremonial procession carried the bride home. Component of communication is the language used to interact with the Malay language and non-verbal symbols in any given delivery. While the relationship between the components that create a distinctive behavior by the Malay community is Pantun. Conclusions from this research that the Malay community in Bengkalis procession after procession followed all the wedding ceremony which was also based on Islamic values.

(4)

Suatu kebudayaan yang dimiliki suatu masyarakat mempunyai nilai-nilai dan norma-norma kultural yang diperoleh melalui warisan nenek moyang mereka dan bisa juga malalui kontak-kontak sosiokultural dengan manusia lain. Setiap manusia memiliki kebudayaan masing-masing sesuai dengan suku dan adat istiadat yang dimilikinya. Salah satu adat yang dimiliki oleh setiap suku adalah upacara pernikahan.

Adat istiadat yang berlaku didaerah kelompok Melayu di Provinsi Riau memiliki adat istiadat sendiri yang bersumberkan norma-norma yang mengatur segala kegiatan dan tingkah laku warga masyarakat yang bersendikan pada hukum syariat islam. Adat istiadat yang berada di provinsi riau adalah adat Melayu yang mempunyai corak yang sama dan mempunyai ciri-ciri yang berlainan setiap daerah dan kelompok adat, tetapi tetap memiliki kesamaan, seperti adat raja-raja, datuk-datuk, adat orang besar kerajaan, adat penghulu, batin, serta adat hamba raja.

Suku Melayu adalah salah satu suku bangsa yang mempunyai beraneka ragam adat istiadat dan kebiasaan yang dijalankan oleh masyarakat sebagai warisan budaya leluhur yang terus menerus dilestarikan sampai saat ini. Salah satu tradisi adat Melayu yang menjadi ciri keunikan dengan suku lain adalah adat pernikahan. Adat pernikahan ini masih tetap di junjung tinggi dan dilaksanakan karena terikat dengan hukum-hukum adat yang wajib ditaati oleh segenap masyarakatnya. Adat pernikahan ini juga merupakan salah satu pencerminan kepribadian atau penjelmaan dari pada suku Melayu itu sendiri dalam memperkaya budaya-budaya di Indonesia.

Pernikahan merupakan bagian manusia untuk melangsungkan keturunannya. Upacara pernikahan adat merupakan unsur budaya yang hayati dari masa ke masa yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang sangat luas dan kuat, mengatur dan mengarahkan tingkah laku setiap individu dalam masyarakat (Suwondo, 1978:2).

(5)

Upacara adat berasal dari dua kata yaitu upacara dan adat, upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Sedangkan pengertian Upacara adat adalah suatu upacara yang dilakukan secara turun-temurun yang berlaku di suatu daerah. Dengan demikian, setiap daerah memiliki upacara adat sendiri-sendiri, seperti upacara pernikahan, upacara labuhan, upacara camas pusaka dan sebagainya.

Pernikahan bagi masyarakat Melayu Riau di daerah Kabupaten Bengkalis amatlah penting. Hal ini terlihat pada : (1) amat cermat pengaturannya; (2) mencerminkan nilai-nilai luhur Agama dan Budaya yang dianut oleh masyarakat. Dalam upacara pernikahan adat Melayu Bengkalis, pelaksanaannya ada beberapa tahap, yaitu antara lain : Upacara Antar Tanda / antar Belanja, Upacara Akad Nikah / Ijab Kabul dan Upacara Hari Langsung / Bersanding.

Engkus Kuswarno dalam bukunya metode etnografi komunikasi juga mengemukakan bahwa etnografi komunikasi melihat perilaku dalam konteks sosiokultural, mencoba menemukan hubungan antara bahasa, komunikasi, dan konteks kebudayaan dimana peristiwa komunikasi itu berlangsung. Seperti halnya Gumperz yang menyatakan perlunya untuk melihat konteks social politik yang lebih besar dimana sebuah proses komunikasi berlangsung, karena itu akan mempengaruhi pola komunikasi yang digunakan. Pemolaan dalam kajian etnografi disebut juga sebagai hubungan antara komponen komunikasi dan peristiwa komunikasi (Kuswarno,2008:38).

(6)

terjadi secara berulang-ulang?

2. Bagaimana komponen komunikasi pada Upacara Adat Pernikahan Suku Melayu yang membangun peristiwa komunikasi yang berulang tersebut?

(7)

Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam sebuah penelitian untuk mencapai tujuan dan menentukan semua jawaban yang ada pada masalah yang diajukan (Nasir, 1988:51).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain etnografi komunikasi. Karena metode ini dapat menjelaskan secara rinci suatu hubungan dari kategori-kategori dan data yang ditemukan. Hal ini sesuai dengan tujuan dari studi etnografi komunikasi untuk menggambarkan, menganalisis dan menjelaskan perilaku komunikasi dari suatu kelompok sosial.

Sesuai dengan dasar pemikiran etnografi komunikasi, yang menyatakan bahwa saluran komunikasi yang berbeda akan mengakibatkan perbedaan struktur berbicara, dan kebudayaan suatu kelompok masyarakat. Dengan demikian, etnografi komunikasi membutuhkan alat atau metode penelitian yang bersifat kualitatif untuk dapat memahami objek kajiannya itu. Penelitian (berparadigma) kualitatif mengasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan alamiah (natural setting) mereka.

Defenisi penelitian (berparadigma) kualitatif itu sendiri menurut Bogdan dan Taylor adalah pendekatan keilmuan yang diarahkan pada latar dan individu secara holistic dan utuh. Moleong kemudian melengkapi penjelasannya mengenai metode penelitian kualitatif melalui definisi penelitian kualitatif dari Kirk dan Miller, yang menyebutkan bahwa sebagai tradisi tertentu dalam ilmu social metode penelitian kualitatif secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut, baik dalam bahasannya maupun dalam peristilahannya. Etnografi komunikasi sangat relevan termasuk dalam ranah penelitian kualitatif.

(8)

3.1 Peristiwa Komunikasi Pada Upacara Pernikahan Suku Melayu

Untuk menganalisis peristiwa komunikatif terdapat beberapa komponen yaitu: tipe peristiwa, topik, fungsi atau tujuan, setting, partisipan termasuk usia, bentuk pesan seperti bahasa yang digunakan, isi pesan dan urutan tindakan, serta kaidah interaksi dan norma interpretasi. Analisis komponen-komponen tersebut diharapkan dapat menelaah Peristiwa Komunikatif Pada Upacara Pernikahan Suku Melayu ditinjau dari aspek Upacara Antar Tanda / Antar Belanja, Upacara Akad Nikah / Ijab Kabul dan Upacara Hari Langsung / Bersanding.

TABEL 3.1

Peristiwa Komunikasi Pada Upacara Pernikahan Suku Melayu Peristiwa Tipe Peristiwanya perkenalan,

bahasa yang digunakan halus dan sopan.

Peristiwanya sakral dan hikmat.

Peristiwanya sakral namun diselingi dengan lelucuan saat terjadi berbalas pantun. Topik Kesepakatan besarnya

tanda yang akan diberikan

Sebagai pengikat bagi kedua belah pihak dan pihak laki-laki membantu dana karena pihak pe-rempuan memerlukan dana serta peralatan dan perlengkapan yang cukup banyak.

Puncak dari segala upacara perkawinan adalah terletak pada Ijab Kabul, dimana menentukan sah atau tidak nya perkawinan dimaksud.

Tujuan sebagai bentuk rasa bahagia kedua mempelai, Pesta atau perayaan setelah resmi menjadi pasangan suami isteri.

Setting Pihak laki-laki

men-datangi rumah pihak perempuan.

Lazimnya

di-laksanakan malam hari di-rumah pe-ngantin

(9)

ngantin perempuan, saksi (sebanyak dua orang yang ditunjuk kedua belah pihak, yaitu dari pengantin pe-rempuan dan pengantin laki-laki.

hadir, sebab membawa tepak, bagi men-jemput : orang besar kerajaan serta orang terkemuka, seperti : hantaran yang sifatnya non verbal, seperti tepak sirih, kain sarung tenunan, seperangkat alat sholat, kasut/ sendal, alat kecantik-kan (alat hias), handuk, bunga ram-pai,

Verbal, yaitu terjadi berbalas pantun dan tidak nya perkawinan, prosesi yang paling sakral, suasana nya hikmat.

Balas-berbalas pantun antara pihak laki-laki dan pe-rempuan,

Berinteraksi dengan baik dan sopan sekaligus saling

Berinteraksi dengan sopan, baik, disuasana

(10)

Norma ada konsekuansi yang harus ditanggung.

Meskipun sudah sah menjadi suami isteri, namun setelah prosesi ijab kabul, pengantin laki-laki harus pulang kerumahnya dan apabila pihak laki-laki tidak berasal dari Suku Melayu maka yang menjadi juru pantun akan disiapkan oleh pihak perempuan.

3.2 Komponen Komunikasi Pada Upacara Adat Pernikahan Suku Melayu

Komponen komunikasi dalam penelitian ini diuraikan untuk mengidentifikasi peristiwa komunikasi, komponen komunikasi mengambil peran sangat penting sehingga pemolaan komunikasi dapat berjalan, komponen komunikasi dalam upacara adat pernikahan suku Melayu di kabupaten Bengkalis adalah bahasa komunikasi yang digunakan.

3.2.1 Upacara Antar Tanda / Antar Belanja

Dalam upacara antar tanda / antar belanja, bahasa verbal yang digunakan untuk berinteraksi antara rombongan laki-laki dan keluarga perempuan adalah Bahasa Melayu. Bahasa Melayu memang menjadi bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat Melayu di kabupaten Bengkalis.

Sedangkan bahasa non verbal yang digunakan pada saat upacara antar tanda/antar belanja, barang yang dihantarkan pada saat upacara hantar belanja mempunyai makna yang berbeda. Hantaran terbagi menjadi 3, yaitu hantaran pokok, hantaran pengiring dan hantaran pelengkap.

3.2.2 Upacara Akad Nikah / Ijab Kabul

(11)

adalah berupa pemberian mahar dari pengantin laki-laki kepada pengantin perempuan. Mahar merupakan simbol untuk menunjukkan kesakralan akad pernikahan, dan menghormati kedudukan wanita dan pihak keluarganya di samping itu mahar juga bisa menjadi pertanda atas kesungguhan niat baik pihak laki-laki untuk membangun mahligai rumah tangga.

3.2.3 Upacara Hari Langsung / Bersanding

Partisipan pada upacara hari langsung atau bersanding masih menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Bengkalis. Para partisipan menikmati jamuan yang diberikan oleh tuan rumah dan saling berinteraksi dengan tamu lainnya yang sudah lama tidak dijumpai dengan bahasa Melayu. Sedangkan bahasa non verbal banyak sekali makna yang terkandung dalam setiap prosesi pada upacara bersanding karena setiap prosesi mempunyai makna yang berbeda.

3.3 Hubungan Antar Komponen Komunikasi Pada Upacara Pernikahan Suku Melayu

Hubungan antar komponen yang dimaksud adalah bagaimana setiap komponen komunikasi saling bekerjasama untuk menciptakan perilaku-perilaku yang khas dari kelompok masyarakat tersebut.

(12)

1. Peristiwa komunikasi upacara adat pernikahan suku Melayu di Kabupaten Bengkalis memiliki beberapa tahap yaitu upacara antar tanda / antar belanja, upacara ijab kabul / akad nikah dan upacara hari langsung / bersanding. Setiap prosesi nya mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu untuk mempererat ikatan silaturahmi dan saling membantu, seperti ungkapan adat yang mengatakan ‘berat dan ringan bantu-membantu’

2. Komponen komunikasi pada upacara adat pernikahan suku Melayu di Kabupaten Bengkalis terbagi menjadi dua, yaitu verbal dan non verbal. Dalam ketiga upacaranya, yaitu upacara antar tanda / antar belanja, upacara ijab kabul / akad nikah dan upacara hari langsung / bersanding bahasa verbal yang digunakan oleh semua partisipannya sama yaitu bahasa Melayu. Sedangkan bahasa non verbal yang terkandung dalam setiap upacara berbeda-beda. Pada upacara antar tanda / antar belanja diberikan 17 macam hantaran yang maksudnya adalah jumlah 17 adalah sama dengan jumlah rukun shalat, jumlah 17 terkait dengan jumlah rakaat sehari semalam. Karena mayoritas suku Melayu beragama islam. Sedangkapan pada upacara ijab kabul / akad nikah, ada mahar yang diberikan oleh pengantin laki-laki kepada pengantin perempuan yaitu sebagai simbol untuk menunjukkan kesakralan akad pernikahan, dan menghormati kedudukan wanita dan pihak keluarganya di samping itu mahar juga bisa menjadi pertanda atas kesungguhan niat baik pihak laki-laki untuk membangun mahligai rumah tangga dan dalam upacara hari langsung / akad nikah dilakukan tepuk tepung tawar yaitu sebagai penolak bala dari segala yang buruk.

(13)

Effendy, Onong Uchyana. 1994. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Effendy, Tenas. 1993. Lambang dan Falsafah Dalam Arsitektur dan Ragam Hias Tradisional Melayu Riau. Pemerintah Daerah Tingkat 1 Profinsi Riau (Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Riau).

Hamidy, UU. 1982. Kedudukan Kebudayaan Melayu di Riau. Pekanbaru : CV. Bumi Pustaka

Irawan, Soehartono. 2000. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Ismail, Siti Zainon. 2006. Pakaian Cara Melayu. Malaysia : Watan SDN. BHD.

Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy, Jalaluddin Rakhmat. 2009. Komunikasi Antar Budaya : Panduan

Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media

Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. 1977/1978. Adat Istiadat Daerah Riau. Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia (Suatu Pengantar). Bogor : Ghalia Indonesia.

Saefullah, Ujang. 2007. Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Budaya dan Agama. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

(14)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Ayla Raffany Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Pekanbaru, 25 November 1991 Kewarganegaraan : Indonesia

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat Lengkap : Pratista Town House Jl. Pratista Utara IV No. 10

Telepon / HP : 0877 185 185 98

E-mail : araffany@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

No Tahun Uraian Keterangan

1.

2009-Sekarang

Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung.

(15)

2007 - 2009 SMA Negeri 5 Bandung Berijazah

3. 2003-2006 SMP Negeri 1 Bengkalis - Riau Berijazah

4. 1997-2003 SD Negeri 1 Bengkalis - Riau Berijazah

5. 1996-1997 TK Rengat Barat - Riau Berijazah

Pengalaman Organisasi

Pengalaman Pelatihan dan Seminar

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2010 Peserta Table Manner Course Banana – Inn Hotel & Spa Bandung

Bersertifikat

2. 2010 Peserta Mentoring Agama Islam Prodi Ilmu Komunikasi & Public

Bersertifikat

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2003 Wakil Bendahara OSIS SMP Negeri 1 Bengkalis

-

2. 2004 Bendahara OSIS SMP Negeri 1 Bengkalis

(16)

Relations UNIKOM kerjasama dengan LDK UMMI UNIKOM

3. 2010 Peserta Pelatihan Public Speaking Prodi Ilmu Komunikasi & Public Relations UNIKOM

Bersertifikat

4. 2011 Peserta Study Tour Media Massa 2011 oleh Prodi Ilmu Komunikasi & Public Relations UNIKOM

Bersertifikat

5 2013 Pelatihan Membuat Toko Online Bersertifikat

6 2012 bedah buku “handbook of Public Relations” dan seminar “how to be a good writer

Bersertifikat

7 2009 workshop “the power of dreams” Berserfikat

8 2009 ceramah umum dekan fisip unikom “peningkatan kualitas kelimuan,

keterampilan ICT dan kewirausahaan sebagai fakultas ilmu sosial dan ilmu politik unggulan”

(17)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

2.1.1.1Makna Simbolis Dalam Pernikahan Masyarakat Baduy

Ditulis oleh Finy Winda Wahyuni, salah satu mahasiswi Unisba tahun 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitiatif dengan pendekatan Etnografi Komunikasi Dell Hymes.

Skripsi ini meneliti tentang makna yang terkandung dalam pernikahan masyarakat Baduy dari tiga aspek pernikahan, yaitu lamaran, ijab Kabul, dan perayaan pesta. Dengan melihat dari segi pertistiwa komunikasi, situasi komunikasi, dan tindak komunikasinya.

(18)

mendeskripsikan setiap kegiatan. Dari situasi komunikasi, peneliti dapat melihat konteks terjadinya komunikasi, baik lamaran, ijab kabul, dan perayaan pesta. Sedangkan untuk dimensi tindak komunikasinya, peneliti mengetahui interaksi yang dilakukan secara verbal dan non verbal.

2.1.1.2Komunikasi Ritual Dalam Upacara Adat WU,U HORI

Ditulis oleh Theodorus.R.Goran Gapun, salah satu mahasiswa UNIKOM tahun 2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan metode Kualitatif dengan menggunakan metode Study Literatur.

Hasil Penelitian menyatakan bahwa, Kegiatan Upacara Adat “Wu,u Hori” (Makan Rengky) di Desa Lamaole merupakan Suatu

bentuk Tradisi dari Kebudayaan yang ada di Desa Lamaole dilakukan setiap tahun pada bulan juli, kegiatan ini melibatkan semua unsur masyarakat yang ada di Desa Lamaole.

Kesimpulan dalam Penelitian ini bahwa di Desa Lamaole selalu mengadakan Komunikasi Ritual setiap Tahunnya, Komunikasi Ritual tersebut berupa suatu Kegiatan Upacara Adat untuk menyukuri hasil panen yang masyarakat Lamaole Peroleh, Upacara Adat tersebut yaitu Upacara Adat “Wu,u Hori” (Makan Rengky)

(19)

2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi 2.1.2.1 Definisi Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna.

“Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik penerima maupun pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu”. (Effendy, 2002: 9)

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemamfaatan untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya “Komunikasi adalah penyampaian pesan

melalui media elektronik”, atau terlalu luas, misalnya “Komunikasi

adalah interaksi antara dua pihak atau lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang disampaikannya. Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang di kutip dari buku Onong Uchana Effendy dari beberapa ahli, antara lain sebagai berikut: Carl .I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:

(20)

(Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan)). (Effendy, 2002: 49)

Sedangkan menurut Gerald A Miller yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa:

“In the main, communication has as its central interest those behavioral situations in which a source transmits a message to a receiver (s) with conscious intent to affect the latte’s behavior” (Pada pokoknya, komunikasi mengandung situasi keperilakuan sebagai minat sentral, dimana seseorang sebagai sumber menyampaikan suatu kesan kepada seseorang atau sejumlah penerima yang secara sadar bertujuan mempengaruhi perilakunya). (Effendy, 2002: 49)

Berdasarkan dari definisi di atas, dapat dijabarkan bahwa komunikasi adalah proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) kepada orang lain (komunikan) bukan hanya sekedar memberitahu, tetapi juga mempengaruhi seseorang atau sejumlah orang tersebut untuk melakukan tindakan tertentu (merubah perilaku orang lain).

2.1.2.2 Proses Komunikasi

(21)

1. Proses Komunikasi Secara Primer Yaitu proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung dapat menterjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, karena hanya bahasa yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain (apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini baik mengenai hal yang konkret maupun yang abstrak dan bukan hanya tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan pada waktu yang lalu dan yang akan datang).

(22)

2.1.2.3 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” mengatakan ada

pun beberapa tujuan berkomunikasi:

1. Perubahan Sikap, setelah melakukan proses komunikasi, pengirim pesan (komunikator) mengharapkan adanya perubahan sikap dari si penerima pesan (komunikan), dengan adanya perubahan sikap tersebut berarti semua pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

2. Perubahan Pendapat, proses pengiriman pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dengan media ataupun tanpa media berharap semua pesan dapat diterima, sehingga terjadi perubahan pendapat setelah menerima pesan tersebut.

(23)

4. Perubahan Sosial, Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat salah satu penyebabnya adalah proses berkomunikasi karena dengan berkomunikasi masyarakat dapat mengetahui apa saja yang tadinya mereka tidak tahu akan hal itu. (Effendy, 2002: 51)

2.1.2.4 Unsur-Unsur Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu kegiatan penyampaian suatu pesan yang tak pernah lepas dari kehidupan manusia. Komunikasi yang baik, tentunya akan menciptakan hubungan yang baik pula. Untuk menghasilkan hubungan yang baik itu, maka tidak boleh melupakan unsur-unsur yang ada dalam komunikasi. Berdasar pada hasil kajian Harold Laswell, unsur-unsur yang mempengaruhi suatu komunikasi terdiri dari lima, yaitu pengirim pesan (komunikator), penerima pesan (komunikan), pesan, media, dan umpan balik, dimana kelima unsur tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi.

1. Pengirim Pesan (Komunikator)

(24)

menghantarkan informasi sesuai keinginan. Karena apabila dalam penyampaian pesan sikapnya tidak baik, katakanlah sombong, maka pesan penting yang seharusnya sampai pada komunikan malah tidak sepenuhnya sampai akibat sikap kita tersebut. Komunikator juga harus memiliki sikap reseptif yang bersedia menerima gagasan terhadap pesan yang telah disampaikannya.

2. Penerima Pesan (Komunikan)

Komunikan merupakan seseorang yang mendapatkan suatu pesa. Komunikan juga dapat berupa perorangan, kelompok, ataupun massa. Dapat dikatakan bahwa komunikator dapat menjadi komunikan, dan sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator.

3. Pesan

Gambar 2.1 Proses Komunikasi

(25)

Pesan adalah apa yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Suatu pesan biasanya dikupas secara panjang lebar untuk berbagai segi. Penyampaian pesan dapat berupa lisan, face to face, atau melalui media. Bentuk pesan terdiri dari 3 macam, yaitu :

a. Informatif

Pesan yang seperti ini berisi informasi, fakta-fakta, kemudian komunikan mengambil keputusan. Biasanya pesan yang seperti ini lebih bisa diterima oleh para komunikan.

b. Persuatif

Pesan ini berisi bujukan atau rayuan. c. Koersif

Jika pesan yang satu ini berisi pesan yang bersifat memaksa dengan sanksi bila tidak melaksanakan.

4. Media

Media merupakan alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator ke komunikan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Menurut para pakar psikologi, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah mata dan telinga.

a. Media Lisan

(26)

telepon, mesin dikte atau videotape. Penerima bisa seorang diri, kelompok kecil, kelompok besar, atau massa. Keuntungan media lisan antara lain:

Mendapat tanggapan langsung entah berupa pertanyaan ataupun sekadar permintaan penjelasan.

Memungkinkan disertai nada atau warna suara, gerakgerik tubuh, raut wajah.

Dapat dilakukan dengan cepat. b. Media Tertulis

Pesan yang disampaikan secara tertulis dapat disampaikan melalui surat, memo, laporan, hand-out, selebaran, catatan, poster, gambar, grafik, dan lain-lain.

Keuntungan dari media terlulis antara lain:

Ada catatannya sehingga data dan informasi tetap utuh tidak dapat berkurang atau bertambah seperti informasi lisan.

Memberi waktu untuk dipelajari isinya, cara penyusunannya, dan rumusan kata-katanya.

c. Media Elektronik

Pesan yang disampaikan secara elektronik dilakukan melalui faksimili, e-mail, radio, televisi. Keuntungan dari media elektronik antara lain:

(27)

Data dapat disimpan

Jadi, pesan dapat dikirim melalui berbagai media dan media itu dapat dikombinasikan. Misalnya, pesan tertulis dijelaskan secara lisan. Pesan elektronik disusul dengan pesan tertulis. Karena itu, pesan dapat diterima dengan semua indra kita.

5. Efek

Efek adalah hasil akhir suatu komunikasi yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan. Apabila sikap dan tingkah orang lain itu sesuai, maka komunikasi itu berhasil, demikian pula sebaliknya. Efek ini dapat dilihat dari pendapat pribadi, pendapat publik, dan pendapat masyarakat. Dari efek inilah yang nantinya akan memicu adanya umpan balik dari komunikan. Dan umpan balik inilah yang dapat menentukan bahwasanya suatu komunikasi dapat berhasil atau tidak.

2.1.2.5 Fungsi Komunikasi

Komunikasi memiliki beberapa fungsi. Menurut Effendy ada empat fungsi utama dari kegiatan komunikasi, yaitu:

1. Menginformasikan (to inform)

(28)

terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2. Mendidik (to educate)

Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3. Menghibur (toentertain)

Adalah komunikasi selain berguna, untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan, mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4. Mempengaruhi (to influence)

Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan.(Wendy, 1997 : 36)

2.1.2.6 Sifat Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu

Komunikasi Teori dan Praktek” menjelaskan dalam berkomunikasi memiliki sifat-sifat adapun beberapa sifat komunikasi tersebut:

(29)

2. Bermedia (Mediated)

3. Verbal (Verbal)

Lisan (Oral)

Tulisan

4. Non verbal (Non-verbal)

Gerakan/ isyarat badaniah (gestural)

Bergambar (Pictorial) (Effendy, 2002:7)

Komuniktor (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (feddback) dari sikomunikan itu sendiri, dalam penyampain pesan komunikator bisa secara langsung (face-to-face) tanpa mengunakan media apapun, komunikator juga dapat menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.

(30)

2.1.2.7Bentuk Komunikasi

Komunikasi kelompok menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, adalah:

Komunikasi Kelompok (Group Communication)

“Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai

tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi, kelompok pemecah masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut” (Mulyana, 2007 : 74).

2.1.3 Tinjauan Tentang Budaya

(31)

berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri. "Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.

(32)

2.1.3.1 Definisi Budaya

Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia. Sedangkan definisi kebudayaan menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Budiono K, menegaskan bahwa, “menurut antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar”. Pengertian tersebut berarti pewarisan budaya-budaya

leluhur melalui proses pendidikan.

Beberapa pengertian kebudayaan berbeda dengan pengertian di atas, yaitu:

1. Kebudayaan adalah cara berfikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial (masyarakat) dalam suatu ruang dan waktu. 2. Kebudayaan sebagai keseluruhan yang mencakup

(33)

serta kemampuan serta kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. 3. Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa dan cipta

masyarakat. Karya yaitu masyaraakat yang menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan kebendaan yang terabadikan pada keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia yaitu kebijaksanaan yang sangat tinggi di mana aturan kemasyarakatan terwujud oleh kaidah-kaidah dan nilai-nilai sehingga denga rasa itu, manusia mengerti tempatnya sendiri, bisa menilai diri dari segala keadaannya.

Jadi dari Pengertian kebudayaan tersebut bahwa akal adalah sumber budaya, apapun yang menjadi sumber pikiran, masuk dalam lingkup kebudayaan. Karena setiap manusia berakal, maka budaya identik dengan manusia dan sekaligus membedakannya dengan makhluk hidup lain. Dengan akal manusia mampu berfikir, yaitu kerja organ sistem syaraf manusia yang berpusat di otak, guna memperoleh ide atau gagasan tentang sesuatu. Dari akal itulah muncul nilai-nilai budaya yang membawa manusia kepada ketinggian peradaban.

(34)

bagaimana pola berpikir dan interpretasi manusia terhadap lingkungannya. Dalam kebudayaaan terdapat nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat dan hal itu memaksa manusia berperilaku sesuai budayanya. Antara kebudayaan satu dengan yang lain terdapat perbedaan dalam menentukan nilai-nilai hidup sebagai tradisi atau adat istiadat yang dihormati. Adat istiadat yang berbeda tersebut, antara satu dengan lainnya tidak bisa dikatakan benar atau salah, karena penilaiannya selalu terikat pada kebudayaan tertentu.

Kebudayaan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang, begitu pula sebaliknya. Di dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan, dan kebudayaan akan terus berkembang melalui kepribadian tersebut. Sebuah masyarakat yang maju, kekuatan penggeraknya adalah individu-individu yang ada di dalamnya. Tingginya sebuah kebudayaan masyarakat dapat dilihat dari kualitas, karakter dan kemampuan individunya.

(35)

Kebudayaan dan masyarakatnya memiliki kekuatan yang mampu mengontrol, membentuk dan mencetak individu. Apagi manusia di samping makhluk individu juga sekaligus makhluk sosial, maka perkembangan dan perilaku individu sangat mungkin dipengaruhi oleh kebudayaan. Atau boleh dikatakan, untuk membentuk karakter manusia paling tepat menggunakan pendekatan budaya.

Istilah kebudayaan merupakan tejemahan dari istilah culture dari bahasa Inggris. Kata culture berasa dari bahasa latin colore yang berarti mengolah, mengerjakan, menunjuk pada pengolahan tanah, perawatan dan pengembangan tanaman dan ternak. Upaya untuk mengola dan mengembangkan tanaman dan tanah inilah yang selanjutnya dipahami sebagai culture.

Sementara itu, kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi. Kata buddhi berarti budi dan akal. Kamu besar Bahasa Indonesia mengartikan kebudayaan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budaya) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat – istiadat.

(36)

adapt-istiadat, kebiasaan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Menurut Koentjaningrat (1985) kebudayaan adalah keseluruhan ide-ide, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Definisi lebih singkat terdapat pada pendapat Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964), menurut mereka kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Bila disimak lebih seksama, definisi Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi lebih menekankan pada aspek hasil material an kebudayaan. Sementara Koentjaraningrat menekankan dua aspek kebudayaan yaitu abstrak (non material) dan konkret (material). Pada definisi Koentjaraningrat, tampak bahwa kebudayaan merupakan suatu proses hubungan manusia dengan alam dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Dalam proses tersebut manusia berusaha mengatasi permasalahan dan tantangan yang ada dihadapannya.

(37)

realisasi gerak, kebiasaan, tata cara, gagasan, dan nilai-nilai yang dipelajari dan diwariskan, serta perilaku yang ditimbulkannya.

Menurut Marvin Harris, “konsep kebudayaan ditampakkan

oleh berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompok-kelompok masyarakat tertentu, seperti : adat (costum) atau cara hidup masyarakat” (1968:16). Definisi ini, walaupun untuk beberapa tujuan sangat membantu, menggemburkan perbedaan penting antara sudut pandang orang luar dengan sudut pandang orang dalam. Baik pola tingkah laku, adat maupun pandangan hidup masyarakat, semuanya dapat didefinisikan, diinterpretasikan, dan dideskripsikan dari berbagai perspektif. Karena tujuan etnografi adalah “untuk memahami sudut pandang penduduk asli” (Bronislaw Malinowski,

1922:25). Kebudayaan, merujuk pada pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasikan pengelaman dan melehirkan tingkah laku sosial.

2.1.3.2 Ciri – Ciri Kebudayaan

(38)

Kebudayaan daerah adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah tertentu yang memiliki ciri-ciri khas kedaerahan. Ciri-ciri kebudayaan daerah antara lain:

1. Memiliki sifat kedaerahan tertentu. 2. Mempunyai adat istiadat yang khas.

3. Memiliki unsur kebudayaan asli dan tradisional. 4. Dianut oleh penduduk daerah tersebut.

5. Adanya bahasa dan seni daerah. 6. Adanya unsur kepercayaan. 7. Adanya peninggalan sejarah.

2.1.3.3 Unsur – Unsur Kebudayaan

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:

1) Alat-alat teknologi 2) Sistem ekonomi 3) Keluarga

4) Kekuasaan politik

(39)

1) Bahasa, terdiri dari bahasa lisan dan tertulis. 2) System pengetahuan, terdiri dari : Pengetahuan

tentang sekitar alam,

3) Pengetahuan tentang alam flora. Pengetahuan tentang alam dan zat-zat mentah, pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang kelakuan sesama manusia, dan pengetahuan tentang ruang, waktu dan bilangan.

4) Organisasi social, terdiri dari : System kekerabatan, system kesatuan hidup setempat, asosiasi dan pekumpulan-perkumpulan, system kenegaraan.

5) System peralatan hidup dan teknologi, terdiri dari : Alat produktif, alat-alat distribusi dan transport, wadah-wadah dan tempat untuk menaruh, makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan perumahan, dan senjata.

(40)

7) System religi, terdiri dari : system kepercayaan, kesusastraaan suci, system upacara keagamaan, kelompok keagamaan, ilmu gaib, serta sistem nilai dan pandangan hidup.

8) Kesenian, terdiri dari : seni patung, seni relif, seni lukis dan gambar, seni rias, seni vokal, seni istrumen, seni kesusastraan, dan seni drama. 2.1.3.4 Wujud Kebudayaan

Prof. Dr. Koentjoroningrat menguraikan tentang wujud kebudayaan menjadi 3 macam yaitu:

1. Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-de, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

(41)

sistem, disebut sistem budaya atau cultural, yang dalam bahasa Indonesia disebut adat istiadat.

Wujud kedua adalah yang disebut sistem sosial atau sosial sistem, yaitu mengenai tindakan berpola manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi satu dengan lainnya dari waktu ke waktu, yang selalu menurut pola tertentu. Sistem sosial ini bersifat konkrit sehingga bisa diobservasi, difoto dan didokumentir.

Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkrit berupa benda-benda yang bisa diraba, difoto dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut di atas dalam kehidupan ideal dan adat-istiadat mengatur dan mengarahkan tindakan manusia baik gagasan, tindakan dan karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan secara fisik. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk lingkungan hidup tertentu yang makin menjauhkan mansia dari lingkungan alamnya sehingga bisa mempengaruhi pola berpikir dan berbuatnya.

2.1.3.5 Penetrasi Budaya

(42)

1. Penetrasi damai (penetration pasifique)

Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis.

Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.

2. Penetrasi kekerasan (penetration violante)

(43)

sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujud budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada sistem pemerintahan Indonesia.

2.1.4 Tinjauan Tentang Upacara Adat

2.1.4.1 Pengertian Upacara Adat

Dalam mempelajari Upacara Adat tentunya tidak terlepas dari sebuah bentuk Kebudayaan atau juga Adat Istiadat yang sering dilakukan oleh suatu kumpulan masyarakat di suatu Daerah tertentu yang memeliki suatu suatu adat Istiadat yang harus dapat di pertahankan secara turun-temurun, karena dapat dikatakan bahwa kebudayaan atau istiadat yang dimilki oleh suatu masyarakat Di Daerah tertentu merupakan sebuah warisan dari para Leluhur yang harus dipertahankan samapai seterusnya.

Pengertian upcara itu sendiri adalah: suatu kegiatan atau kebiasaan yang sering dilakukan oleh anggota masyarakat.

(44)

adat istiadat akan menderita, karena saksi keras yang secara tidak langsung dikenakan.

Pengertian Upacara Adat itu sendiri adalah: Suatu bentuk kegitaan yang berhubungan dengan kebudayaan atau adat-istiadat yang sering dilakukan oleh suatu anggota Masyarakat yang ada di Daerah tertentu, dapat dikatakan juga merupakan sebuah tradisi yang selalu dilakukan secara turun-temurun atau juga merupakan Warisan kebudayan dari para Leluhur yang harus dapat dipertahankan, dan juga merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu yang ada disuatu Daerah, yang memiliki aturan, dam Nilai yang sangat Sakral yang harus dijunjung dan apabila melanggarnya dengan sendirinya akan mendapat saksi.

2.1.4.2 Tujuan Melaksanakan Upacara Adat

Tentunya dalam melakukan Suatu Kegiataan Upacara Adat, suatu Masyarakat di Daerah tertentu memilki Tujuan utama kenapa harus melakukan Kegiataan Upacara Adat tersebut.berikut ini adalah tujuan melakukan kegiatan Upacara Adat:

1. Untuk mempertahankan Tradisi Upacara Adat ini dari Para Leluhur

(45)

3. Upacara Adat ini dilakukan juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan juga mengahormati para Leluhur

4. Upacara Adat ini dilakukan juga sebagai bentuk Pelestarian Kebudayan

5. Upacara Adat ini dilakukan untuk memperkenalkan kebudayaan kepada para Masyarakat Luar

2.1.5 Tinjauan Tentang Upacara Pernikahan

Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan semua manusia. Dalam era globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem pada masa ini menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya, misalnya perkawinan.

Di Indonesia upacara pernikahan dilakukan dengan dua cara, tradisional dan modern. Ada kalanya pengantin menggunakan kedua cara tersebut, biasanya dalam dua upacara terpisah.

(46)

Upacara modern. Upacara pernikahan modern dilakukan dengan mengikuti aturan-aturan dari luar negeri. Biasanya gaya yang dipakai adalah gaya Eropa. Pernikahan yang dilakukan dengan aturan Islam mungkin dapat juga dimasukkan ke dalam kategori upacara pernikahan modern.

Untuk mendeskripsikan upacara perkawinan, Koenjtaraningrat (1985:243) menyatakan bahwa upacara terbagi atas empat komponen yaitu:

1. Tempat upacara. 2. Saat upacara.

3. Benda- benda dan alat upacara. 4. Pemimpin dan peserta upacara

2.1.6 Tinjauan Tentang Pernikahan

(47)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nikah berarti ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Sementara kawin (hubungannya dengan manusia, bukan hewan) diartikan sebagai membentuk keluarga dengan lawan jenis; bersuami atau beristeri.

Pernikahan adalah sesuatu yang sangat sakral di dalam budaya masyarakat Melayu sebab hal ini berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan. Pernikahan mempunyai nuansa tersendiri dan sangat dihormati oleh masyarakat. Upacara pernikahan pada masyarakat Melayu merupakan serangkaian aktifitas yang terdiri dari beberapa tahap, mulai dari Upacara Merisik hingga Upacara Peresmian Pernikahan.

Faktor pendukung keberhasilan penyesuaian pernikahan terletak dalam hal:

1. Saling memberi dan menerima cinta. 2. Saling menghormati dan menghargai. 3. Saling terbuka antara suami istri.

Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menjaga kualitas hubungan antar pribadi dan pola-pola perilaku yang dimainkan oleh suami maupun istri, serta kemampuan menghadapi dan menyikapi perbedaan yang muncul. Menurut aspek sosial budaya faktor penghambat yang mempersulit penyesuaian perkawinan :

(48)

2. Suami maupun istri tidak berinisiatif menyelesaikan masalah. 3. Perbedaan budaya dan agama diantara suami dan istri.

4. Suami maupun istri tidak tahu peran dan tugasnya dalam rumah tangga.

Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menyikapi perubahan, perbedaan, pola penyesuaian yang dimainkan dan munculnya hal-hal baru dalam perkawinan. Yang kesemuanya itu dirasa kurang membawa kebahagiaan hidup berumah tangga, sehingga masing- masing pasangan gagal dalam menyesuaikan diri satu sama lain.

2.1.7 Tinjauan Tentang Pemolaan Komunikasi

Pola Komunikasi Telah lama diakui bahwa banyak perilaku linguistik rulegoverned: yaitu, ia mengikuti pola teratur dan kendala yang dapat dirumuskan secara deskriptif sebagai aturan (Sapir 1994 dalam buku Saville, Troike, 2003:10-12).

(49)

berbahasa itu untuk menunjukkan bahwa ada yang berpola keteraturan di mana ia telah diambil untuk tidak hadir, dalam kegiatan berbicara sendiri.”

Sosiolinguistik seperti yang diungkapkan Labov, Trudgill, dan Bailey dalam Saville, Troike 2003, telah menunjukkan bahwa ahli bahasa sebelumnya apa yang dianggap penyimpangan atau "variasi bebas" dalam perilaku linguistik dapat ditemukan dan diprediksiuntuk menunjukkan regular dan pola statistik. Sosiolinguistikdan etnografi komunikasi keduanya peduli dengan menemukan keteraturan dalam penggunaan bahasa, tetapi sosiolinguistik biasanya berfokus pada variabilitas dalam pengucapan dan bentuk gramatikal, sementara etnografer prihatin dengan bagaimana unit komunikatif diatur dan bagaimana mereka pola dalam arti lebih luas dari "cara berbicara, "dan juga dengan bagaimana pola-pola ini saling berhubungan secara sistematis dengan dan memperoleh arti dari aspek lain dari budaya. Memang, bagi sebagian orang, pola budaya adalah: "jika kita memahami kebudayaan sebagai pola yang memberikan makna pada tindakan sosial dan entitas kita dapat mulai melihat dengan tepat bagaimana aktor sosial memberlakukan budaya melalui berbahasa bermotif dan tindakan berpola.”

(50)

status sosial, dan pekerjaan: misalnya, seorang guru memiliki cara yang berbeda untuk berbicara dari pengacara, dokter, atau seorang salesman asuransi.

Cara berbicara juga pola sesuai dengan tingkat pendidikan, tempat tinggal pedesaan atau perkotaan, wilayah geografis, dan fitur lain dari organisasi sosial. Hubungan antara bentuk dan fungsi adalah contoh dari pola komunikatif sepanjang dimensi yang berbeda. Meminta seseorang dalam bahasa Inggris jika ia memiliki pena ini mudah diakui sebagai permintaan bukan pertanyaan-nilai kebenaran, misalnya, karena merupakan bagian dari pola struktural reguler untuk meminta hal-hal dalam bahasa Inggris, orang yang menjawab"Ya, saya lakukan, "tanpa menawarkan satu sedang bercanda, kasar, atau anggota masyarakat tutur yang berbeda. Akhirnya, pola komunikasipada tingkat individu, di tingkat ekspresi dan interpretasi dari kepribadian.Sejauh faktor-faktor emosional seperti kegugupan memiliki efek fisiologis paksa pada mekanisme vokal, efek ini biasanya tidak dianggap sebagai bagian yang disengaja "komunikasi" (meskipun mereka mungkin jika sengaja dimanipulasi, seperti dalam bertindak).

(51)

ucapan ramah di jalan antara speaker Cina mungkin memiliki manifestasi permukaan yang sesuai untuk marah untuk bahasa Inggris. Guru Anglo Demikian pula, siswa Indian Amerika sering menafsirkan '"normal" kelas proyeksi tingkatsebagai kemarahan dan permusuhan, dan guru menafsirkan tingkat siswa lebih lembut sebagai rasa malu atau kemasaman. Persepsi individu sebagai "fasih" atau "pendiam" juga dalam hal norma-norma budaya, dan bahkan ekspresi rasa sakit dan stres secara budaya berpola: orang-orang dalam masyarakat tutur bahasa Inggris belajar penarikan atau marah, dalam tawa gugup Jepang atau cekikikan, dan dalamNavajo diam.Walaupun saya telah terdaftar sosial, kelompok, dan tingkat individu pola secara terpisah, ada web tak terlihat hubungan timbal balik antara mereka, dan memang di antara semua pola-pola budaya.

(52)

Perhatian untuk pola selalu menjadi dasar dalam antropologi, dengan interpretasi makna yang mendasari tergantung pada penemuan dan deskripsi struktur normatif atau desain. Penekanan yang lebih baru pada proses interaksi dalam menghasilkan pola perilaku meluas kekhawatiran ini penjelasan serta deskripsi. (Saville, Troike, 2003:10-12)

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 2.2.1.1 Interaksi Simbolik

Istilah ini pertama kali diperkenalan oleh Herbert Blumer dalam lingkup sosiologi, sebenarnya ide ini telah dikemukakan oleh George Herbert Mead (gurunya Blumer) yang kemudian dimodifikasikan oleh Blumer untuk tujuan tertentu.

(53)

Pendekatan interaksi simbolik yang dimaksud Blumar mengacu pada tiga premis utama, yaitu :

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna – makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka

2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain, dan

3. Makna – makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial sedang berlangsung.

Interaksi simbolik dalam pembahasanya telah berhasil membuktikan adanya hubungan bahasa dengfan komunikasi. Sehingga, pendekatan ini menjadi dasar pemikiran ahli –ahli ilmu sosiolingustik dan ilmu komunikasi.

2.2.2 Model Alur Kerangka Pemikiran

(54)

maupun nonverbal, sehingga menimbulkan sebuah interaksi yang didalamnya terdapat simbol-simbol yang memiliki makna tertentu.

Interaksi simbolik pertama kali dikemukakan oleh George Herbert Mead, yang kemudian dimodifikasi oleh Blumer untuk tujuan tertentu. interaksi simbolik dalam pembahasannya menunjuk kepada sifat khas dari interaksi antar manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu, interaksi yang terjadi antar individu tersebut berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan.

(55)

Temukan hubungan antara antarkomponen komunikasi pada upacara adat pernikahan suku melayu yang membangun peristiwa komunikasi, yang akan dikenal kemudian sebagai pemolaan komunikasi (comminications pattering).=> (Hubungan antarkomponen yang dimaksud adalah bagaimana setiap komponen komunikasi saling bekerja sama untuk menciptakan perilaku komunikasi yang khas dari kelompok masyarakat tersebut. (Kuswarno, 2008:37-38)

Upacara adat disini mencakup semua elemen-elemen verbal, nonverbal, pola elemen-elemen dalam peristiwa tutur tertentu, rentang varian yang mungkin (dalam semua elemen dan pengorganisasian elemen-elemen itu), dan makna-makna dalam varian tertentu. Interaksi simbolik mencakup persepsi ciri-ciri penting dalam situasi komunikatif, seleksi dan hubungan tertentu, norma-norma interaksi dan interpretasi dan strategi untuk mencapai tujuan.

Adat pernikahan suku melayu (aspek kebudayaan) mencakup struktur sosial, nilai dan sikap, peta/ skema kognitif, proses enkulturasi (transmisi pengetahuan dan keterampilan). Semuanya itu sangat berhubungan khas dan berulang antar komponen komunikasi.sehingga proses komunikasi disini menghasilkan peristiwa-peristiwa yang khas dan berulang.

(56)

yaitu dengan mengetahui peristiwa komunikasi yang berulang, komponen komunikasi yang membangun peristiwa komunikasi yang berulang tersebut, dan hubungan antara komponen.

(57)

Gambar 2.2

Model Alur Kerangka Pemikiran “Etnografi Komunikasi Upacara Adat

Pernikahan Suku Melayu di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau”

Sumber : Peneliti, April 2013 Upacara Adat Pernikahan Suku Melayu

Etnografi Komunikasi

Komponen Hubungan Antar

Komponen Peristiwa

Interaksi Simbolik

Etnografi Komunikasi Upacara Adat Pernikahan Suku Melayu di Kabupaten Bengkalis Provinsi

(58)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Setiap kebudayaan mempunyai ciri khas tersendiri supaya budayanya dikenal oleh budaya luar, keciri-khasannya dapat membuktikan bahwa sampai sejauh mana budaya tersebut dipengaruhi oleh budaya dari luar. Pernikahan, kebudayaan di masing-masing daerah berbeda-beda pelaksanaan dan adatnya. Pernikahan dikebudayaan Melayu pasti berbeda dengan kebudayaan Sunda. Keunikan yang dimiliki oleh setiap kebudayaan, baik ritual dan perayaannya memiliki makna masing-masing bagi masyarakat dalam kebudayaan tersebut. Keunikan itu membuat masyarakat luar ingin mengetahui keunikan-keunikan yang dimiliki setiap budaya.

Suatu kebudayaan yang dimiliki suatu masyarakat mempunyai nilai-nilai dan norma-norma kultural yang diperoleh melalui warisan nenek moyang mereka dan bisa juga malalui kontak-kontak sosiokultural dengan manusia lain. Setiap manusia memiliki kebudayaan masing-masing sesuai dengan suku dan adat istiadat yang dimilikinya. Salah satu adat yang dimiliki oleh setiap suku adalah upacara pernikahan.

(59)

mempunyai corak yang sama dan mempunyai ciri-ciri yang berlainan setiap daerah dan kelompok adat, tetapi tetap memiliki kesamaan, seperti adat raja-raja, datuk-datuk, adat orang besar kerajaan, adat penghulu, batin, serta adat hamba raja.

Suku Melayu adalah salah satu suku bangsa yang mempunyai beraneka ragam adat istiadat dan kebiasaan yang dijalankan oleh masyarakat sebagai warisan budaya leluhur yang terus menerus dilestarikan sampai saat ini. Salah satu tradisi adat Melayu yang menjadi ciri keunikan dengan suku lain adalah adat pernikahan. Adat pernikahan ini masih tetap di junjung tinggi dan dilaksanakan karena terikat dengan hukum-hukum adat yang wajib ditaati oleh segenap masyarakatnya. Adat pernikahan ini juga merupakan salah satu pencerminan kepribadian atau penjelmaan dari pada suku Melayu itu sendiri dalam memperkaya budaya-budaya di Indonesia.

Pernikahan adalah suatu yang sacral, maka dari itu kita harus mengetahui makna yang terkandung disetiap ritual yang dilaksanakan dalam pernikahan, mulai dari lamaran sampai pesta yang diselenggarakan. Adat istiadat yang dimiliki oleh kebudayaan mempengaruhi semua aktifitas dalam melaksanakan pernikahan apa lagi jika disuatu daerah tersebut masing menjunjung tinggi adat istiadat dari sang leluhur.

(60)

mengatur dan mengarahkan tingkah laku setiap individu dalam masyarakat (Suwondo, 1978:2).

Pernikahan pada hakekatnya merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat dibawah suatu peraturan khusus atau khas dan hal ini sangat diperhatikan baik oleh Agama, Negara maupun Adat, artinya bahwa dari peraturan tersebut bertujuan untuk mengumumkan status baru kepada orang lain sehingga pasangan ini diterima dan diakui statusnya sebagai pasangan yang sah menurut hukum, baik agama, negara maupun adat dengan sederatan hak dan kewajiban untuk dijalankan oleh keduanya sehingga pria itu bertindak sebagai suami sedangkan wanita bertindak sebagai istri.

Pensteriotipan suatu kebudayaan menjadi cerminan bahwa budaya tersebut sudah dikenal oleh masyarakat luar dengan persepsi tersendiri yang mengacu pada adat istiadat atau kebiasaan kebudayaan tersebut yang sudah terkenal luas dan tersebar di masyarakat luar.

Berlakunya hukum adat pernikahan dalam setiap masyarakat atau suku sering berbeda-beda. Tata cara adat pernikahan antara masyarakat yang satu dengan yang lain, demikian pula prosesi pernikahan suku Melayu memiliki prosesi pernikahan yang berbeda-beda dengan berbagai suku bangsa di Indonesia akan tetapi dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut justru merupakan unsur yang penting yang memberikan identitas kepada setiap suku bangsa di Indonesia.

(61)

suatu upacara yang dilakukan secara turun-temurun yang berlaku di suatu daerah. Dengan demikian, setiap daerah memiliki upacara adat sendiri-sendiri, seperti upacara pernikahan, upacara labuhan, upacara camas pusaka dan sebagainya.

Pada umumnya masing-masing upacara terdiri atas kombinasi berbagai macam unsur upacara seperti berkorban, berdoa, bersaji makan bersama, berprosesi, semadi, dan sebagainya. Urutannya telah tertentu sebagai hasil ciptaan para pendahulunya yang telah menjadi tradisi (AB Usman dkk, 2004: 205). Upacara adat ini secara tidak langsung dapat memberikan gambaran dan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang kita dapatkan, sebagai simbol syukur memang sering kali melakukan upacara adat yang sudah menjadi tradisi dan dapat menjadikan nilai nilai yang baik dimata masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang tumbuh dalam kehidupan manusia berguna untuk mewujudkan keseimbangan dalam tatanan kehidupan. Nilai-nilai dan norma-norma tersebut dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang pada akhirnya menjadi sebuah adat istiadat. Salah satu bentuk adat istiadat tersebut adalah upacara adat, sehingga upacara adat dapat diartikan sebagai rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan- aturan tertentu menurut adat atau agama berkaitan dengan tradisi dan kepercayaan masyarakat.

(62)

tahap, yaitu antara lain : Upacara Antar Tanda / antar Belanja, Upacara Akad Nikah / Ijab Kabul dan Upacara Hari Langsung / Bersanding.

Etnografi merupakan kajian khusus yang membahas tentang kebudayaan atau sistem kepercayaan di suatu daerah, Etnografi berasal dari budaya anthropology, Etnografi oleh Spradley dan McCurdy didefinisikan sebagai “Tugas menggambarkan kebudayaan tertentu.” Sebagaimana telah dijelasakan di

atas, Etnografi adalah metode utama yang digunakan oleh antropolog budaya untuk mempelajari kebudayaan yang relatif primitif. Namun, metode etnografi juga dapat digunakan dalam masyarakat yang kompleks seperti kelompok-kelompok dalam masyarakat kota yang memiliki kelompok-kelompok subkultur tersendiri.

Engkus Kuswarno dalam bukunya metode etnografi komunikasi juga mengemukakan bahwa etnografi komunikasi melihat perilaku dalam konteks sosiokultural, mencoba menemukan hubungan antara bahasa, komunikasi, dan konteks kebudayaan dimana peristiwa komunikasi itu berlangsung. Seperti halnya Gumperz yang menyatakan perlunya untuk melihat konteks social politik yang lebih besar dimana sebuah proses komunikasi berlangsung, karena itu akan mempengaruhi pola komunikasi yang digunakan. Pemolaan dalam kajian etnografi disebut juga sebagai hubungan antara komponen komunikasi dan peristiwa komunikasi (Kuswarno,2008:38).

(63)

Suara yang dihasilkan harus dalam urutan bahasa-khusus tapi biasa jika mereka harus ditafsirkan sebagai pembicara bermaksud; urutan mungkin dan bentuk kata-kata dalam sebuah kalimat dibatasi oleh aturan tata bahasa, dan bahkan definisi baik wacana terbentuk ditentukan oleh budaya khusus aturan retorika.

Perilaku komunikasi yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu, ketiga keterampilan itu terdiri dari keterampilan linguistik, keterampiran interaksi, dan keterampilan budaya, ketiganya disebut sebagai kompetensi komunikasi yang dalam model etnografi disebut juga peristiwa komunikasi yang menghasilakan pemolaan komunikasi.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Makro

Berdasarkan latar belakang diatas, pertanyaan Makro yang diangkat oleh peneliti adalah sebagai berikut : “Bagaimana Pemolaan Komunikasi Upacara Adat Pernikahan Suku Melayu di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau ?”

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

(64)

2. Bagaimana komponen komunikasi pada Upacara Adat Pernikahan Suku Melayu yang membangun peristiwa komunikasi yang berulang tersebut?

3. Bagaimana hubungan antar komponen komunikasi yang membangun peristiwa Upacara Adat Pernikahan Suku Melayu, yang akan dikenal sebagai pemolaan komunikasi?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk menjawab, mendeskripsikan, menganalisa, menceritakan, dan menjelaskan tentang bagaimana Upacara Adat Pernikahan Suku Melayu di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peristiwa-peristiwa Upacara Adat Pernikahan Suku Melayu yang terjadi secara berulang-ulang.

2. Untuk mengetahui komponen komunikasi pada Upacara Adat Pernikahan Suku Melayu yang membangun peristiwa komunikasi yang berulang tersebut.

(65)

Pernikahan Suku Melayu, yang akan dikenal sebagai pemolaan komunikasi.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan ilmu pengetahuan secara teoritis bagi penelitian-penelitian selanjutnya sehingga mampu menunjang pengembangan Ilmu Komunikasi secara umum, serta menambah wawasan serta referensi pengetahuan tentang etnografi komunikasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Peneliti melakukan penelitian ini bermaksud agar hasil penelitian ini dapat dijadikan:

a. Kegunaan Bagi Peneliti

(66)

b. Kegunaan Bagi Akademisi

Selain untuk diri sendiri, penelitian ini dapat digunakan oleh mahasiswa program studi ilmu komunikasi secara khusus dalam penambahan pengetahuan literatur tentang bagaimana upacara adat pernikahan suku Melayu di kabupaten Bengkalis Provinsi Riau dan mahasiswa Unikom yang tertarik dengan masalah yang diteliti.

c. Kegunaan Bagi Masyarakat Malayu Bengkalis - Riau

Gambar

TABEL 3.1
Proses KomunikasiGambar 2.1
Gambar 2.2

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan tujuan komunikasi promosi ini berdasrkan hasil wawancara dengan bapak Mas’ud selaku manager pada tanggal 15 Juni 2018 di kantor Koperasi Pondok Pesantren

Pengertian Kemandirian Beberapa ahli berpandangan bahwa masa remaja memiliki tuntutan yang tinggi untuk lepas dari orangtua/keluarga dan menjadi mandiri secara otonomi autonomy

Hal ini terlihat bahwa curahan kerja rumahtangga pengusaha dalam usaha mempengaruhi curahan kerja pekerja dari luar rumahtangga, produksi kerupuk yang menentukan besarnya

Pemilu 1977, bisa dibilang merupakan pemilu pertama yang diikuti oleh partai-partai hasil fusi partai politik, dimana Golkar selalu diunggulkan pada masa Orde

Individu yang memiliki penerimaan diri akan lebih dapat menghargai diri sendiri dan orang lain, tidak sibuk menuntut diri sendiri diluar batas kemampuan (Fitri, 2017),

Dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) membutuhkan perangkat kebijakan yang lintas sektoral pada pusat dan koordinasi dengan daerah, sehingga menciptakan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa kesiapan mahasiswa keperawatan dalam aspek pengetahuan hanya mencapai pada tingkatan pengetahuan cukup,

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Komunikasi interpersonal antara pembina dan warga binaan anak sudah berjalan dengan baik di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B