• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Secara Analitis Pada Proyek GBI Bethel Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Secara Analitis Pada Proyek GBI Bethel Medan"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG

SECARA ANALITIS PADA PROYEK GBI BETHEL MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Tugas- tugas Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh

Ujian Sarjana Teknik Sipil

Oleh :

CHRISTINA ROMAULI SIREGAR

080404145

BIDANG STUDI GEOTEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan anugrah, berkat dan karunia-Nya hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini

dengan judul “Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Secara Analitis Pada

Proyek GBI Bethel Medan”.

Tugas akhir ini disusun untuk diajukan sebagai syarat dalam ujian sarjana teknik

sipil bidang studi struktur pada fakultas teknik Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis

menyadari bahwa isi dari Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan

keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pemahaman penulis. Untuk penyempurnaannya,

saran dan kritik dari bapak dan ibu dosen serta rekan mahasiswa sangatlah penulis harapkan.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang senantiasa penulis cintai yang dalam

keadaan sulit telah memperjuangkan hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik USU serta selaku dosen pembanding yang telah memberikan kritikan dan

nasehat yang membangun.

2. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

(3)

3. Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan saran kepada

penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Prof.Dr.Ir.Roesyanto,MSCE selaku dosen pembanding dan penguji yang telah

memberikan kritikan dan nasehat yang membangun.

5. Bapak DR.Ir.Sofian Asmirza,M.Sc selaku dosen pembanding dan penguji yang telah

memberikan kritikan dan nasehat yang membangun.

6. Ibu Ika Puji Hastuti,ST,MT selaku dosen pembanding dan penguji yang telah

memberikan kritikan dan nasehat yang membangun.

7. Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

8. Kedua orang tua penulis, W.Siregar dan D.Silaen, adik-adik penulis, dan keluarga besar

penulis yang turut mendukung segala kegiatan akademis penulis dan selalu memberikan

semangat kepada penulis.

9. Terimakasih juga kepada Andry Peranginangin yang selalu mendoakan dan memberi

semangat setiap saat sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.

10. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan dan semangat kepada

penulis, Bang Nuel Panggabean, Kak Reni, Stambuk 05, Kak Dian, Kak Hedy,

Stambuk 07, Abang Monang , Stambuk 08, yang paling menginspirasi, Deyva ,Evi,

Putri, Silvia, Astri, Nurul, Ester, Rosiva,Triyana, Handiman dan teman – teman lain

yang tidak dapat disebutkan satu persatu semuanya, serta senior-senior dan adik-adik

yang memberikan dukungan serta info mengenai kegiatan sipil.

11. Seluruh pegawai administrasi yang telah memberikan bantuan dan kemudahan dalam

(4)

Walaupun dalam menyusun Tugas akhir ini penulis telah berusaha untuk mengkaji

dan menyampaikan materi secara sistematis dan terstruktur, tetapi tentunya Tugas Akhir ini

masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun tentulah sangat penulis

harapkan di kemudian hari.

Medan, September 2012

(5)

ABSTRAK

Suatu perencanaan pondasi tiang harus dilakukan dengan teliti dan secermat

mungkin. Setiap Pondasi harus mampu mendukung beban sampai batas keamanan yang

telah ditentukan, termasuk mendukung beban maksimum yang mungkin terjadi.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kapasitas daya dukung dan penurunan

pondasi tiang pancang pada Proyek GBI Bethel Medan. Analisis dilakukan dengan metode

statis dan dinamis untuk mengetahui kapasitas daya dukung tiang pancang dan penurunan

yang terjadi. Kapasitas dukung tiang pancang dengan metode statis dihitung berdasarkan

data- data lapangan (SPT), sedangkan metode dinamis dihitung berdasarkan data lapangan

yaitu data kalendering dan PDA yang diperoleh saat pemancangan.

Berdasarkan metode statis untuk data lapangan (SPT) diperoleh kapasitas daya

dukung ultimit tiang tunggal Qu= 270,298 ton,sedangkan daya dukung ultimit tiang

kelompok berdasarkan efisiensi Converse-Labbare diperoleh Qu= 700,612 ton. Berdasarkan

metode dinamis untuk data kalendering (Metode Modified New ENR) diperoleh kapasitas

daya dukung ultimit tiang tunggal Qu= 333,884 ton,sedangkan daya dukung ultimit tiang

kelompok berdasarkan efisiensi Converse-Labbare diperoleh Qu= 865,427 ton. Kapasitas

daya dukung ultimit tiang kelompok lebih besar dari beban bekerja pada tiang sehingga

kapasitas dukung tiang pancang aman mendukung beban struktur. Sedangkan daya dukung

ultimit tiang tunggal yang diperoleh dari tes PDA diperoleh (Qu) = 116,1 ton. Untuk

penurunan elastis tiang kelompok menurut Meyerhoff diperoleh 21,41 mm < 25 mm.

Penurunan elastis tiang kelompok memenuhi syarat yang diijinkan.

(6)

DAFTAR ISI

2.6 Penggolongan Pondasi Tiang Pancang 12

2.6.1 Pondasi Tiang Menurut Bahan yang Dipakai 12

(7)

2.7 Tiang dukung ujung dan tiang gesek 26

2.7.1 Tiang dukung ujung 27

2.7.2 Tiang gesek 27

2.8 Peralatan pemancangan 28

2.9 Kapasitas daya dukung tiang pancang dari hasil SPT 33

2.9.1 Persiapan pengujian SPT 34

2.9.2 Prosedur pengujian SPT 35

2.9.3 Rumus perhitungan daya dukung SPT 40

2.10 Tiang pancang kelompok 42

2.11 Kapasitas kelompok dan efisiensi tiang 46

2.12 Distribusi beban dalam kelompok tiang 50

2.12.1 Kelompok tiang pancang yang menerima beban normal sentris 50

2.12.2 Kelompok tiang pancang yang menerima beban normal

eksentris 51

2.12.3 Kelompok tiang pancang yang menerima beban normal sentris

(8)

2.16.3 Tiang panjang dan tiang pendek untuk tanah non kohesif 66

2.17 Kapasitas daya dukung tiang pancang dari data Pile Driving

Analizer (PDA) 69

2.17.1 Instrumentasi PDA 70

2.17.2 Pemasangan instrumen PDA 71

2.17.3 Pekerjaan persiapan 71

2.17.4 Pelaksanaan pengujian PDA 71

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 72

3.1 Data umum proyek 72

4.2.1 Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang 79

4.2.1.1 Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang

dari data SPT 79

4.2.1.2 Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang

dari data kalendering 84

4.2.1.3 Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang

dengan efisiensi tiang kelompok 88

4.2.1.4 Daya dukung tiang pancang berdasarkan Tes PDA 91

(9)

4.2.3 Menghitung penurunan tiang kelompok 93

4.2.4 Menghitung daya dukung horisontal dengan Metode Broms 94

4.3 Diskusi 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101

5.1 Kesimpulan 101

5.2 Saran 102

Daftar pustaka xvi

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk penentuan harga N 37

Tabel 2.2 Hubungan antara angka penetrasi standar dengan sudut geser dalam

dan kepadatan tanah relatif pada tanah pasir 39

Tabel 2.3 Hubungan antara N dengan Berat Isi Tanah 39

Tabel 2.4 Harga efisiensi hammer 59

Tabel 2.5 Koefisien restitusi 59

Tabel 2.6 Karakteristik alat pancang diesel hammer 59

Tabel 2.7 Hubungan modulus subgrade (k1) dengan kuat geser undrained

lempung (Terzaghi, 1955) 64

Tabel 2.8 Nilai-nilai nh untuk tanah granuler (c=0) 64

Tabel 2.9 Nilai-nilai nh untuk tanah kohesif (Poulus dan Davis, 1980) 65

Tabel 4.1 Perhitungan daya dukung tiang berdasarkan data SPT (BH1) 81

Tabel 4.2 Perhitungan daya dukung tiang berdasarkan data SPT (BH2) 83

Tabel 4.3 Hasil Tes PDA 91

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.7 Tiang pancang precast prestressed concrete pile ... 15

Gambar 2.8 Tiang pancang precast reinforced concrete pile ... 16

Gambar 2.9 Tiang pancang cast in pile ... 17

Gambar 2.10 Tiang pancang baja ... 18

Gambar 2.11 Tiang ditinjau dari cara mendukung bebannya ... 27

Gambar 2.12 Pemukul aksi tunggal ... 29

Gambar 2.13 Pemukul aksi dobel ... 30

Gambar 2.14 Pemukul tenaga diesel ... 30

Gambar 2.15 Pemukul dengan vibrator ... 31

Gambar 2.16 Alat pancang tiang ... 33

Gambar 2.17 Penetrasi dengan SPT ... 35

Gambar 2.18 Skema urutan uji penetrasi standar (SPT) ... 36

Gambar 2.19 Korelasi nilai α dan koefisien undrained... 42

Gambar 2.20 Kelompok tiang ... 43

Gambar 2.21 Jarak antar tiang ... 44

Gambar 2.22 Pola susunan tiang pancang kelompok ... 46

(12)

Gambar 2.24 Beban normal sentris pada kelompok tiang pancang ... 50

Gambar 2.25 Beban normal eksentris pada kelompok tiang pancang ... 51

Gambar 2.26 Beban sentris dan momen kelompok tiang arah x dan y ... 52

Gambar 2.27 Skema pemancangan pondasi tiang... 56

Gambar 2.28 Skema deformasi tiang akibat beban lateral ... 62

Gambar 2.29 Tiang pendek dalam tanah non-kohesif ... 66

Gambar 2.30 Tahanan lateral ultimit dalam tanah non-kohesif ... 67

Gambar 2.31 Tiang panjang (tidak kaku) dalam tanah non-kohesif ... 68

Gambar 2.32 Tahanan lateral ultimit dalam tanah non-kohesif ... 69

Gambar 3.1 Tahapan pelaksanaan penelitian ... 75

Gambar 3.2 Peta lokasi SPT ... 77

Gambar 3.3 Peta lokasi Proyek GBI Bethel Medan ... 78

(13)

DAFTAR NOTASI

e = Koefisien restitusi

Eg = Efisiensi kelompok tiang

Ep = Modulus elastisitas tiang (kg/cm2)

Es = Modulus elastisitas tanah (kg/cm2)

H = Tebal lapisan tanah yang ditinjau (m)

Hu = Kapasitas daya dukung horisontal (ton)

I = Faktor pengaruh

Mx = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x.

My = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y.

n = Jumlah tiang dalam satu baris

nh = Koefisien variasi modulus

(14)

P = Beban yang bekerja (ton)

p = Keliling tiang (m)

Qa = Kapasitas dukung ijin tiang (ton)

Qg = Beban maksimum kelompok tiang (ton)

Qi = Beban aksial pada tiang ke-i.

Qp = Kapasitas dukung ujung tiang (ton)

Qs = Kapasitas dukung selimut tiang (ton)

Qu = Kapasitas dukung ultimit tiang (ton)

q = Tekanan pada dasar pondasi (t/m2)

s = Jarak pusat ke pusat tiang (m)

S = Penetrasi pukulan per cm (cm)

T = Faktor kekakuan untuk modulus tanah granuler

V = Jumlah beban vertikal yang bekerja pada pusat kelompok tiang.

Wp = Berat tiang (ton)

Wr = Berat hammer

xi,yi = Absis atau jarak tiang ke pusat berat kelompok tiang ke tiang nomor-i.

Ø = Sudut gesek dalam tanah (derajat)

α = Konstanta (faktor adhesi)

θ = arc tg d/s (derajat)

(15)

ABSTRAK

Suatu perencanaan pondasi tiang harus dilakukan dengan teliti dan secermat

mungkin. Setiap Pondasi harus mampu mendukung beban sampai batas keamanan yang

telah ditentukan, termasuk mendukung beban maksimum yang mungkin terjadi.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kapasitas daya dukung dan penurunan

pondasi tiang pancang pada Proyek GBI Bethel Medan. Analisis dilakukan dengan metode

statis dan dinamis untuk mengetahui kapasitas daya dukung tiang pancang dan penurunan

yang terjadi. Kapasitas dukung tiang pancang dengan metode statis dihitung berdasarkan

data- data lapangan (SPT), sedangkan metode dinamis dihitung berdasarkan data lapangan

yaitu data kalendering dan PDA yang diperoleh saat pemancangan.

Berdasarkan metode statis untuk data lapangan (SPT) diperoleh kapasitas daya

dukung ultimit tiang tunggal Qu= 270,298 ton,sedangkan daya dukung ultimit tiang

kelompok berdasarkan efisiensi Converse-Labbare diperoleh Qu= 700,612 ton. Berdasarkan

metode dinamis untuk data kalendering (Metode Modified New ENR) diperoleh kapasitas

daya dukung ultimit tiang tunggal Qu= 333,884 ton,sedangkan daya dukung ultimit tiang

kelompok berdasarkan efisiensi Converse-Labbare diperoleh Qu= 865,427 ton. Kapasitas

daya dukung ultimit tiang kelompok lebih besar dari beban bekerja pada tiang sehingga

kapasitas dukung tiang pancang aman mendukung beban struktur. Sedangkan daya dukung

ultimit tiang tunggal yang diperoleh dari tes PDA diperoleh (Qu) = 116,1 ton. Untuk

penurunan elastis tiang kelompok menurut Meyerhoff diperoleh 21,41 mm < 25 mm.

Penurunan elastis tiang kelompok memenuhi syarat yang diijinkan.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelaksanaan pembangunan suatu konstruksi yang pertama dilaksanakan dan

dikerjakan di lapangan adalah pekerjaan pondasi (struktur bawah). Pondasi merupakan

suatu pekerjaan yang sangat penting dalam pekerjaan teknik sipil, karena pondasi yang

memikul dan menahan semua beban yang bekerja di atasnya yaitu beban konstruksi atas.

Pondasi akan menyalurkan tegangan-tegangan yang akan terjadi pada beban struktur atas ke

dalam lapisan tanah keras yang dapat memikul beban konstruksi tersebut.

Pondasi sebagai struktur bawah dapat dibagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu pondasi

dalam dan pondasi dangkal. Pemilihan jenis pondasi tergantung kepada jenis struktur atas

apakah termasuk konstruksi berat atau konstruksi ringan dan tergantung kepada jenis

tanahnya. Untuk konstruksi beban ringan dan kondisi tanah cukup baik, biasanya dipakai

pondasi dangkal, tetapi untuk konstruksi berat biasanya digunakan pondasi dalam.

Secara umum permasalahan pondasi dalam lebih rumit dari pondasi dangkal.

Pondasi tiang pancang adalah batang yang relatif panjang dan langsing yang digunakan

untuk menyalurkan beban pondasi melewati lapisan tanah dengan daya dukung rendah ke

lapisan tanah keras yang mempunyai kapasitas daya dukung tinggi yang relatif cukup

dalam dibanding pondasi dangkal. Daya dukung tiang pancang diperoleh dari daya dukung

ujung (end bearing capacity) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung

gesek atau selimut (friction bearing capacity) yang diperoleh dari daya dukung gesek atau

(17)

Tiang pancang berinteraksi dengan tanah untuk menghasilkan daya dukung yang

mampu memikul dan memberikan keamanan kepada struktur atas. Untuk menghasilkan

daya dukung yang akurat maka diperlukan suatu penyelidikan tanah yang akurat juga. Ada

dua metode yang biasa digunakan dalam penentuan kapasitas daya dukung tiang pancang

yaitu metode statis dan metode dinamis.

Penyelidikan tanah dengan metode statis adalah penyelidikan sondir dan Standard

Penetration Test (SPT). Penyelidikan sondir bertujuan untuk mengetahui perlawanan

penetrasi konus dan hambatan lekat tanah yang merupakan indikasi dari kekuatan tanahnya

pada kedalaman tertentu dan juga dapat menentukan dalamnya berbagai lapisan yang

berbeda kekuatannya. Serta dapat digunakan untuk menghitung daya dukung lapisan tanah

dengan menggunakan rumus empiris.

Penyelidikan Standard Penetration Test (SPT) bertujuan untuk mendapatkan

gambaran lapisan tanah berdasarkan jenis dan warna tanah melalui pengamatan secara

visual, sifat-sifat tanah, karakteristik-karakteristik tanah. Data Standard Penetration Test

(SPT) dapat digunakan untuk menghitung daya dukung . Selain penyelidikan Standard

Penetration Test (SPT), analisis ini juga dilengkapi dengan pengambilan sampel di

laboratorium dan pengujian dinamik Pile Driving Analizer (PDA) terhadap tiang untuk

(18)

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah :

1. Menghitung dan membandingkan daya dukung tiang pancang dari hasil SPT,

kalendering ,dan test PDA

2. Menganalisa penurunan elastis pada tiang pancang .

1.3 Manfaat

Penulisan Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Memperoleh daya dukung ultimit dari hasil SPT,kalendering,dan tes PDA.

2. Terutama bagi penulis sendiri sebagai penambah ilmu pengetahuan dan pengalaman

agar mampu melaksanakan kegiatan yang sama pada saat bekerja atau terjun ke

lapangan.

3. Pihak mahasiswa lainnya yang membutuhkan informasi sebagai referensi atau

contoh apabila mengambil topik bahasan yang sama.

1.4. Pembatasan Masalah

Pada studi Tugas Akhir ini, batasan-batasannya antara lain :

1. Membahas kapasitas daya dukung aksial tiang pancang kelompok.

2. Membahas daya dukung lateral (horizontal) tiang pancang tunggal.

3. Hanya meninjau tiang pancang tegak lurus.

4. Meninjau penurunan elastis tiang pancang kelompok.

5. Analisis yang dilakukan adalah membandingkan daya dukung hasil tes PDA dengan

(19)

1.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan Tugas Akhir ini dilakukan beberapa cara untuk dapat

mengumpulkan data yang mendukung agar Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Beberapa cara yang dilakukan antara lain :

a. Metode Observasi

Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan data teknis pondasi tiang

pancang diperoleh dari hasil survei langsung ke lokasi Proyek Pembangunan Gereja GBI

Bethel Medan.

b. Pengambilan Data

Mengadakan konsultasi dengan pihak proyek Pembangunan Gereja GBI Bethel

Medan untuk memperoleh data-data teknis seperti data SPT , kalendering, uji laboratorium,

tes PDA dan foto-foto dokumentasi.

c. Metode kepustakaan

Membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang ditinjau untuk

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

Konstruksi bangunan harus mempunyai pondasi yang dapat mendukung beban

konstruksi tersebut. Pondasi merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam

pekerjaan teknik sipil, karena pondasi inilah yang memikul dan menahan semua beban

yang bekerja di atasnya yaitu beban konstruksi atas. Pondasi akan menyalurkan

tegangan-tegangan yang akan terjadi pada beban struktur atas ke dalam lapisan tanah keras yang dapat

memikul beban konstruksi tersebut. Perancangan pondasi secara seksama diperlukan agar

beban pondasi tidak mengakibatkan timbulnya tekanan yang berlebihan pada tanah di

bawahnya karena tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan yang besar

bahkan dapat mengakibatkan keruntuhan.

Setiap pondasi harus mampu mendukung beban sampai batas keamanan yang

ditentukan termasuk beban maksimum yang mungkin terjadi .Kemampuan pondasi untuk

mendukung beban yang bekerja di atasnya ditentukan oleh kapasitas daya dukung pondasi

tersebut umumnya ditentukan oleh kekuatan reaksi tanah dalam mendukung pondasi yang

dibebani dan kekuatan pondasi itu sendiri dalam menahan serta menyalurkan beban di

atasnya.

2.2 Definisi Tanah

Tanah di alam terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa

kandungan bahan organik. Butiran-butiran tersebut dapat dengan mudah dipisahkan satu

sama lain dengan kocokan air. Material ini berasal dari pelapukan batuan, baik secara fisik

(21)

material asal, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang menjadi penyebab terjadinya

pelapukan batuan tersebut.

Istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau, dan lempung digunakan dalam Teknik

Sipil untuk membedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi alam, tanah dapat terdiri dari dua

atau lebih campuran jenis-jenis tanah dan kadang-kadang terdapat pula kandungan bahan

organik. Material campurannya kemudian dipakai sebagai nama tambahan di belakang

material unsur utamanya. Sebagai contoh, lempung berlanau adalah tanah lempung yang

mengandung lanau dengan material utamanya adalah lempung dan sebagainya.

Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air, dan bahan padat. Udara dianggap

tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi sifat-sifat teknis

tanah. Ruang di antara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya dapat terisi oleh air atau

udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah dikatakan dalam kondisi jenuh. Bila

rongga terisi udara dan air, tanah pada kondisi jenuh sebagian (partially saturated). Tanah

kering adalah tanah yang tidak mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol.

2.3 Penyelidikan Tanah

Salah satu tahapan paling awal yang perlu dilakukan dalam perencanaan pondasi

adalah penyelidikan tanah. Uji penyelidikan tanah diperlukan untuk mengetahui daya

dukung dan karateristik tanah serta kondisi geologi, seperti mengetahui susunan lapisan

tanah/sifat tanah, mengetahui kekuatan lapisan tanah dalam rangka penyelidikan tanah dasar

untuk keperluan pondasi bangunan, jalan, jembatan dan lain-lain, kepadatan dan daya

dukung tanah serta mengetahui sifat korosivitas tanah. Penyelidikan tanah dilakukan untuk

mengetahui jenis pondasi yang akan digunakan untuk konstruksi bangunan, selain itu dari

hasil penyelidikan tanah dapat ditentukan perlakuan terhadap tanah agar daya dukung dapat

(22)

alternatif atau jenis pondasi, kedalaman serta dimensi pondasi yang paling ekonomis tetapi

masih aman. Jadi penyelidikan tanah sangat penting dan mutlak dilakukan sebelum struktur

itu mulai dikerjakan. Dengan mengetahui kondisi daya dukung tanah kita bisa

merencanakan suatu struktur yang kokoh dan tahan gempa, yang pada akhirnya akan

memberi rasa kenyamanan dan keamanan bila berada di dalam gedung. Penyelidikan tanah

yang dilakukan di lapangan yaitu Sondir (DCP), pengeboran tanah, pengujian Standard

Penetration Test (SPT) dan lain-lain. Dari sampel tanah yang diambil di lapangan untuk

mengetahui sifat-sifat dan karakteristik tanah maka dilakukan uji laboratorium.

2.4 Macam-macam Pondasi

Pondasi merupakan bagian paling bawah bangunan yang meneruskan beban

bangunan ke tanah yang berada di bawahnya. Klasifikasi pondasi dibagi 2 (dua) yaitu:

2.4.1 Pondasi dangkal

Pondasi dangkal didefinisikan sebagai pondasi yang mendukung bebannya secara

langsung. Pondasi ini memiliki kedalaman relatif dangkal hanya beberapa meter ke dalam

tanah. Pondasi ini biasanya digunakan pada kedalaman 0,8 – 1 meter. Pondasi dangkal

biasanya digunakan untuk konstruksi beban ringan dan kondisi lapisan permukaan cukup

(23)

a. Pondasi telapak

Pondasi telapak yaitu suatu pondasi yang mendukung bangunan secara langsung pada

tanah pondasi, bilamana terdapat lapisan tanah yang cukup tebal dengan kualitas yang

baik yang mampu mendukung bangunan itu pada permukaan tanah (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Pondasi telapak

b. Pondasi rakit

Pondasi rakit merupakan pondasi yang digunakan untuk mendukung bangunan yang

terletak pada tanah lunak atau digunakan bila susunan jarak kolomnya sedemikian dekat

di semua arahnya (Gambar 2.2).

(24)

c. Pondasi memanjang

Pondasi memanjang yaitu pondasi yang digunakan untuk mendukung sederetan kolom

yang berjarak dekat sehingga bila dipakai pondasi telapak sisinya akan terhimpit satu

sama lainnya (Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Pondasi memanjang

2.4.2 Pondasi dalam

Pondasi dalam digunakan untuk menyalurkan beban bangunan yang lemah di bagian

atas ke lapisan bawah yang keras. Pondasi dalam digunakan ketika lapisan tanah atas tidak

memiliki daya dukung dan ketika penggunaaan pondasi dangkal hanya akan menyebabkan

kerusakan struktur atau ketidakstabilan. Pondasi dalam digunakan dengan kedalaman lebih

dari 2 meter dan biasanya digunakan pada bangunan bertingkat atau karena lapisan tanah

keras yang terlalu dalam. Berikut ini adalah beberapa contoh pondasi dalam :

a. Pondasi tiang (pile foundation)

merupakan sebuah tiang yang dipancang ke dalam tanah sampai kedalaman yang

cukup untuk menimbulkan tahanan gesek pada selimutnya atau tahanan ujungnya

(Gambar 2.4). Pondasi tiang digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman normal tidak

mampu mendukung bebannya, sedangkan tanah keras terletak pada kedalaman yang

(25)

Gambar 2.4 Pondasi tiang

b. Pondasi sumuran (pier foundation)

Pondasi yang merupakan peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang digunakan

bila tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman yang relatif dalam (Gambar 2.5),

dimana pondasi sumuran nilai kedalaman (Df) dibagi lebarnya (B) lebih besar 4

sedangkan pondasi dangkal Df/B ≤ 1

(26)

2.5 Pondasi Tiang Pancang

Tiang pancang saat ini banyak digunakan di Indonesia sebagai pondasi

bangunan, seperti jembatan, gedung bertingkat, pabrik atau gedung-gedung industri,

menara, dermaga, bangunan mesin-mesin berat, dan lain-lain. Bangunan-bangunan tersebut

merupakan konstruksi-konstruksi yang memiliki dan menerima beban yang relatif berat.

Penggunaan tiang pancang untuk konstruksi biasanya bertitik tolak pada beberapa hal

mendasar seperti anggapan adanya beban yang besar sehingga pondasi langsung jelas tidak

dapat digunakan, kemudian jenis tanah pada lokasi yang bersangkutan relatif lunak

(lembek) sehingga pondasi langsung tidak ekonomis lagi untuk dipergunakan. Mengingat

pembuatan pondasi tiang pancang dibandingkan dengan pembuatan pondasi lain, pondasi ini

mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut :

1) Waktu pelaksanaannya relatif cepat.

2) Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.

3) Kekuatan tiang yang dihasilkan dapat diandalkan karena tiang dibuat di pabrik dengan

pemeriksaan kualitas yang ketat.

4) Pelaksanaannya lebih mudah.

Pondasi tiang juga mempunyai kelemahan sebagai berikut :

1) Pemancangan sulit dilakukan apabila diameter tiang terlalu besar.

2) Harga pondasi tiang mahal.

3) Pada pelaksanaan pemancangan tiang menimbulkan getaran dan kebisingan pada

daerah sekitar yang berpenduduk padat.

4) Bila panjang tiang pancang kurang, maka dilakukan penyambungan. Penyambungan ini

(27)

2.6 Penggolongan Pondasi Tiang Pancang

Pada perencanaan pondasi, pemilihan jenis pondasi tiang pancang untuk berbagai

jenis keadaan tergantung pada banyak variabel. Faktor - faktor yang perlu dipertimbangkan

di dalam pemilihan tiang pancang antara lain type dari tanah dasar yang meliputi jenis tanah

dasar dan ciri - ciri topografinya, alasan teknis pada waktu pelaksanaan pemancangan dan

jenis bangunan yang akan dibangun. Pondasi tiang dapat digolongkan berdasarkan material

yang digunakan dan berdasarkan cara penyaluran beban yang diterima tiang ke dalam tanah.

2.6.1 Pondasi tiang menurut bahan yang digunakan

Tiang pancang dapat dibagi ke dalam beberapa kategori sebagai berikut :

A. Tiang pancang kayu

Pemakaian tiang pancang kayu adalah cara tertua dalam penggunaan tiang pancang

sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang kayu

tersebut dalam keadaaan selalu terendam penuh di bawah muka air tanah. Tiang pancang

kayu akan lebih cepat rusak atau busuk apabila dalam keadaaan kering dan basah yang

selalu berganti-ganti.

Pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk kayu hanya dapat

menunda atau memperlambat kerusakan tiang pancang kayu. Hal ini menyatakan bahwa

tiang pancang kayu tidak dapat dilindungi seterusnya menggunakan pengawetan atau

bersifat sementara.

Pemakaian tiang pancang kayu biasanya tidak diizinkan untuk menahan beban lebih

besar dari 25-30 ton untuk setiap tiang. Tiang pancang kayu sangat cocok untuk daerah rawa

dan daerah yang terdapat banyak hutan kayu seperti Kalimantan, sehingga mudah

memperoleh tiang kayu yang panjang dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk

(28)

Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu :

1. Kekuatan tarik besar sehingga pada saat pengangkatan untuk pemancangan tidak

menimbulkan kesulitan.

2. Tiang pancang dari kayu relatif ringan sehingga mudah dalam transport.

3. Mudah untuk pemotongannya apabila kayu ini sudah tidak dapat masuk lagi ke

dalam tanah.

Kerugian pemakaian tiang pancang kayu :

1. Tiang pancang kayu mempunyai umur relatif kecil dibandingkan dengan tiang

pancang beton atau baja terutama pada daerah yang tinggi air tanahnya sering

naik dan turun.

2. Tiang pancang kayu harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang terendah

agar tahan lama sehingga memerlukan biaya tambahan untuk air tanah yang

letaknya sangat dalam

3. Pada waktu pemancangan pada tanah berbatu (gravel) ujung tiang pancang kayu

ini dapat berbentuk sapu seperti terlihat pada Gambar 2.6a atau ujung tiang

merenyuk seperti terlihat pada Gambar 2.6b.

Gambar 2.6 Tiang pancang kayu

(29)

B. Tiang pancang beton

1. Precast prestressed concrete pile

Precast prestressed concrete pile adalah tiang pancang dari beton prategang yang

mengunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya prategangnya.

Keuntungan pemakaian tiang pancang precast prestressed antara lain :

a) Bahan tiang dapat diperiksa sebelum pemancangan

b) Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.

c) Tiang dapat dipancang sampai kedalaman yang dalam.

d) Pemancangan tiang dapat menambah kepadatan tanah granuler.

Kerugian pemakaian tiang pancang precast prestressed antara lain :

a) Kepala tiang kadang-kadang pecah akibat pemancangan.

b) Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.

c) Penggembungan permukaan tanah dan gangguan tanah akibat pemancangan

dapat menimbulkan masalah.

d) Pemancangan menimbulkan gangguan suara, getaran, dan deformasi tanah yang

dapat menimbulkan kerusakan bangunan sekitar.

Gambar 2.7 Tiang pancang precast prestressed concrete pile

(30)

2. Precast reinforced concrete pile

Precast reinforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton bertulang

yang dicetak dan dicor dalam acuan beton ( bekisting ), kemudian setelah cukup kuat

lalu diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan

praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah

besar, maka tiang pancang beton ini harus diberi penulangan-penulangan yang cukup

kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan

pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar, biasanya pancang beton ini dicetak

dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk transport.

Gambar 2.8 Tiang pancang precast reinforced concrete pile

(Sumber : HS, Sardjono, 1988)

3. Cast in place pile

Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang dicetak di tempat dengan cara

dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor tanah seperti

pada pengeboran tanah pada waktu penyelidikan tanah.

(31)

a) Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan

beton dan ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik ke atas.

b) Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan

beton, sedangkan pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah.

Gambar 2.9 Tiang pancang cast in pile

(Sumber : HS, Sardjono, 1988)

C. Tiang pancang baja

Jenis-jenis tiang pancang ini biasanya berbentuk H yang merupakan tiang pancang pipa.

Balok yang mempunyai flens lebar (wide flange) atau balok I dapat juga digunakan

akan tetapi bentuk H khususnya dibuat sebanding untuk menahan tegangan pancangan

yang keras yang mungkin akan dialami tiang pancang tersebut. Tiang pancang baja H

memilki perpindahan volume yang kecil karena daerah penampangnya tidak terlalu

besar. Selain itu, tiang pancang baja ini memiliki kelebihan yaitu kekuatan tiang yang

besar. Tiang pancang ini juga mempunyai kelemahan yaitu mudah berkarat (korosi)

sehingga dibutuhkan perlindungan terhadap karat. Tingkat karat pada tiang

berbeda-beda terhadap tekstur dari komposisi tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah, dan

(32)

a. Pada tanah yang mempunyai tekstur kasar, karat terjadi karena sirkulasi air

dalam tanah tersebut hampir mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara

terbuka.

b. Pada tanah liat (clay), karat terjadi karena kandungan oksigen dalam tanah

sedikit sehingga menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang

terjadi karena terendam air.

c. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak di bawah lapisan tanah

padat yang mengandung sedikit sekali oksigen akan menghasilkan karat yang kecil

sekali pada tiang pancang baja.

Pada dasarnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat

dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena keadaan udara pada pori-pori

tanah pada lapisan tanah tersebut dan adanya bahan-bahan organis dari air tanah.

Hal ini dapat ditanggulangi dengan memoles tiang baja tersebut dengan (coaltar)

atau dengan sarung beton sekurang-kurangnya 20” (± 60 cm) dari muka air tanah

terendah. Karat atau korosi yang terjadi karena udara pada bagian tiang yang terletak

di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada konstruksi baja biasa.

Gambar 2.10 Tiang pancang baja

(33)

Keuntungan penggunaan tiang pancang baja:

a. Tiang pancang baja memiliki daya dukung tinggi.

b. Tiang pancang baja mudah dalam penyambungan.

Kelemahan penggunaan tiang pancang baja :

a. Tiang pancang baja mudah korosi .

b. Tiang pancang baja terutama profil H mudah bengkok akibat pengaruh luar.

D. Tiang pancang komposit

Tiang pancang komposit (composite pile) merupakan tiang pancang yang terdiri dari

dua bahan yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang.

Tiang pancang komposit dapat berupa beton dan kayu maupun beton dan baja. Tiang

ini dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang dengan bahan

yang berbeda, misalnya bahan beton di atas muka air dan bahan kayu tanpa perlakuan

apapun di sebelah bawahnya. Pembuatan sambungan ini menyita biaya dan waktu

sehingga diabaikan terutama di Amerika dan Kanada.

Tiang komposit dibedakan menjadi 5 jenis sebagai berikut:

1. Water Proofed Steel and Wood Pile

Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang di bawah permukaan air

tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Kita telah mengetahui bahwa kayu akan

tahan lama/awet bila terendam air, karena itu bahan kayu disini diletakan di bagian

bawah yang mana selalu terletak di bawah air tanah. Kelemahan tiang ini adalah

pada tempat sambungan apabila tiang pancang ini menerima gaya horizontal yang

permanen. Adapun cara pelaksanaannya secara singkat sebagai berikut:

(34)

a) Casing dan core (inti) dipancang bersama-sama dalam tanah hingga mencapai

kedalaman yang telah ditentukan untuk meletakan tiang pancang kayu tersebut

dan ini harus terletak di bawah muka air tanah yang terendah.

b) Kemudian core ditarik ke atas dan tiang pancang kayu dimasukan dalam casing

dan terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras.

c) Secara mencapai lapisan tanah keras pemancangan dihentikan dan core ditarik

keluar dari casing. Kemudian beton dicor ke dalam casing sampai penuh terus

dipadatkan dengan menumbukkan core ke dalam casing.

2. Composite Dropped in – Shell and Wood Pile

Tipe tiang ini hampir sama dengan tipe di atas hanya memakai shell yang terbuat

dari bahan logam tipis permukaannya diberi alur spiral. Secara singkat

pelaksanaannya sebagai berikut:

a) Casing dan core dipancang bersama-sama sampai mencapai kedalaman yang

telah ditentukan di bawah muka air tanah.

b) Setelah mencapai kedalaman yang dimaksud core ditarik keluar dari casing dan

tiang pancang kayu dimasukkan dalam casing terus dipancang sampai mencapai

lapisan tanah keras. Pada pemancangan tiang pancang kayu ini harus diperhatikan

benar-benar agar kepala tiang tidak rusak atau pecah.

c) Setelah mencapai lapisan tanah keras core ditarik keluar lagi dari casing

d) Kemudian shell berbentuk pipa yang diberi alur spiral dimasukkan dalam casing.

Pada ujung bagian bawah shell dipasang tulangan berbentuk sangkar yang mana

tulangan ini dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat masuk pada ujung atas

(35)

e) Beton kemudian dicor ke dalam shell. Setelah shell cukup penuh dan padat casing

ditarik keluar sambil shell yang telah terisi beton tadi ditahan dengan cara

meletakkan core di ujung atas shell.

3. Composite Ungased – Concrete and Wood Pile

Dasar pemilihan tiang komposit tipe ini adalah:

 Lapisan tanah keras dalam sekali letaknya sehingga tidak memungkinkan untuk

menggunakan cast in place concrete pile, sedangkan kalau menggunakan precast

concrete pile terlalu panjang, akibatnya akan susah dalam transport dan mahal.

 Muka air tanah terendah sangat dalam sehingga bila menggunakan tiang pancang

kayu akan memerlukan galian yang cukup dalam agar tiang pancang kayu

tersebut selalu berada di bawah permukaan air tanah terendah.

Adapun prinsip pelaksanaan tiang komposit ini adalah sebagai berikut:

a) Casing baja dan core dipancang bersama-sama dalam tanah sehingga sampai pada

kedalaman tertentu ( di bawah m.a.t )

b) Core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan casing terus

dipancang sampai kelapisan tanah keras.

c) Setelah sampai pada lapisan tanah keras core dikeluarkan lagi dari casing dan

beton sebagian dicor dalam casing. Kemudian core dimasukkan lagi dalam

casing.

d) Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak tertentu

sehingga terjadi bentuk beton yang menggelembung seperti bola di atas tiang

pancang kayu tersebut.

(36)

ditekan dengan core kembali sedangkan casing ditarik ke atas sampai keluar dari

tanah.

f) Tiang pancang komposit telah selesai.

Tiang pancang komposit seperti ini sering dibuat oleh The Mac Arthur Concrete

Pile Corp.

4. Composite Dropped – Shell and Pipe Pile

Dasar pemilihan tipe tiang seperti ini adalah:

 Lapisan tanah keras letaknya terlalu dalam bila digunakan cast in place concrete.

 Muka air tanah terendah terlalu dalam kalau digunakan tiang komposit yang

bagian bawahnya terbuat dari kayu.

Cara pelaksanaan tiang tipe ini adalah sebagai berikut:

a) Casing dan core dipasang bersama-sama sehingga casing seluruhnya masuk

dalam tanah. Kemudian core ditarik.

b) Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah dimasukkan dalam

casing terus dipancang dengan pertolongan core sampai ke tanah keras.

c) Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik keatas kembali.

d) Kemudian shell yang beralur pada dindingnya dimasukkan dalam casing hingga

bertumpu pada penumpu yang terletak di ujung atas tiang pipa baja. Bila

diperlukan pembesian maka besi tulangan dimasukkan dalam shell dan kemudian

beton dicor sampai padat.

e) Shell yang telah terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan casing ditarik

(37)

lain pada tipe tiang ini dapat pula dipakai tiang pemancang baja H sebagai ganti

dari tiang pipa.

5. Franki Composite Pile

Prinsip tiang hampir sama dengan tiang franki biasa hanya bedanya disini pada

bagian atas dipergunakan tiang beton precast biasa atau tiang profil H dari baja.

Adapun cara pelaksanaan tiang komposit ini adalah sebagai berikut:

a) Pipa dengan sumbat beton dicor terlebih dahulu pada ujung bawah pipa baja

dipancang dalam tanah dengan drop hammer sampai pada tanah keras. Cara

pemasangan ini sama seperti pada tiang franki biasa.

b) Setelah pemancangan sampai pada kedalaman yang telah direncanakan, pipa diisi

lagi dengan beton dan terus ditumbuk dengan drop hammer sambil pipa ditarik

lagi ke atas sedikit sehingga terjadi bentuk beton seperti bola.

c) Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa sampai bertumpu

pada bola beton pipa ditarik keluar dari tanah.

d) Rongga di sekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan kerikil atau

pasir.

2.6.2 Pondasi tiang menurut cara pemasangannya

Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian besar, yaitu :

A. Tiang pracetak

Tiang pancang dari beton bertulang yang dicetak dan dicor dalam bekisting setelah

cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Tiang pracetak menurut cara

(38)

1. Cara penumbukan

Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan ke dalam tanah dengan cara

penumbukan oleh alat penumbuk (hammer).

2. Cara penggetaran

Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan ke dalam tanah dengan cara

penggetaran oleh alat penggetar (vibrator).

3. Cara penanaman

Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman tertentu,

lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun lagi dengan

tanah.

Keuntungan pemancangan tiang pancang dengan cara tiang pracetak :

1. Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat, hasilnya lebih

dapat diandalkan.

2. Persediaan yang cukup banyak di pabrik sehingga mudah memperoleh tiang ini,

kecuali tiang dengan ukuran khusus.

3. Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.

4. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang pancang sehingga

mempermudah pengawasan pekerjaan konstruksi.

B. Tiang yang dicor di tempat

Tiang yang dicor di tempat merupakan suatu cara dimana tiang dicetak menurut

lubang pada tanah yang berbentuk seperti tiang, kemudian dituangkan adukan beton

ke dalam lubang tersebut. Tiang yang dicor di tempat menurut cara pemasangannya

(39)

1. Cara penetrasi alas

Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah kemudian

pipa baja tersebut dicor dengan beton.

2. Cara penggalian

Cara ini dapat dibagi lagi menurut peralatan pendukung yang digunakan antara

lain :

a) Penggalian dengan tenaga manusia

Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia adalah

penggalian lubang pondasi yang masih sangat sederhana dan merupakan

cara konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi

dalam yang pada umumnya hanya mampu dilakukan pada kedalaman

tertentu.

b) Penggalian dengan tenaga mesin

Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin adalah

penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin, yang memiliki

kemampuan lebih baik dan lebih canggih.

Keuntungan pemancangan tiang pancang dengan cara tiang dicor di tempat :

1. Karena getaran dan keriuhan pada saat melaksanakan pekerjaan sangat kecil,

cocok untuk pekerjaan pada daerah padat penduduknya.

2. Tiang dapat dibuat tiang yang lurus dengan diameter besar dan tiang yang lebih

panjang karena tidak menggunakan sambungan.

(40)

2.7 Tiang dukung ujung dan tiang gesek

Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam

(Hardiyatmo, H. C.,2010), yaitu :

2.7.1 Tiang dukung ujung (end bearing pile)

Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya

ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zona

tanah yang lunak yang berada di atas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai

batuan dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang diperkirakan tidak

mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitas tiang sepenuhnya ditentukan dari tahanan

dukung lapisan keras yang berada di bawah ujung tiang (Gambar 2.11a).

2.7.2 Tiang gesek (friction pile)

Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan oleh

perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah di sekitarnya (Gambar 2.11b). Tahanan

gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah di bawahnya diperhitungkan pada hitungan

kapasitas tiang.

(a) Tiang dukung ujung (b) Tiang gesek

(41)

2.8 Peralatan pemancangan

Pondasi tiang umumnya dipancang dengan peralatan hammer atau dengan vibrator

yang digerakkan dengan generator. Hammer bekerja diantara sepasang peralatan penuntun

arah yang digantung pada crane disebut lead. Ujung bawah dari lead dihubungkan dengan

dasar krane oleh suatu plat horizontal yang disebut spotter. Spotter ini dapat mengatur tiang

pancang saat pemukulan dan memperkirakan bagian lead di atas tiang vertikal.

Macam-macam alat pancang :

1. Drop hammer

Palu berat yang diletakan pada ketinggian tertentu di atas tiang palu tersebut

kemudian dilepaskan dan jatuh mengenai bagian atas tiang. Untuk menghindari

menjadi rusak akibat tumbukan ini, pada kepala tiang dipasangkan semacam topi

atau cap sebagai penahan energi .Biasanya cap dibuat dari kayu. Pemancangan tiang

biasanya dilakukan secara perlahan. Jumlah jatuhnya palu per menit dibatasi pada

empat sampai delapan kali.

Keuntungan menggunakan drop hammer :

a) Peralatannya sederhana.

b) Tinggi jatuh dapat diperiksa dengan mudah.

c) Kesulitan kecil dan biaya operasi murah.

Kelemahan menggunakan drop hammer :

a) Kepala tiang mudah rusak.

b) Pancang pemancangan terbatas.

(42)

2. Pemukul aksi tunggal (single acting hammer)

Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik oleh

udara atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan oleh

beratnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram

dikalikan tinggi jatuhnya.

Gambar 2.12 Pemukul aksi tunggal

(Sumber : Hardiyatmo, 2010)

3. Pemukul aksi dobel (double acting hammer)

Pemukul aksi dobel menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram dan untuk

mempercepat gerakan ke bawahnya. Kecepatan pukulan dan energi output biasanya

lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.

Gambar 2.13 Hammer aksi dobel

(43)

4. Pemukul tenaga diesel (diesel hammer)

Alat pemancang tiang tipe ini berbentuk lebih sederhana dibandingkan dengan

pemukul lainnya. Diesel hammer memiliki satu silinder dengan dua mesin diesel,

piston, atau ram, tangki bahan bakar, tangki pelumas, pompa bahan bakar, injektor,

dan mesin pelumas. Pemukul bertenaga diesel ini cocok digunakan untuk tanah

pondasi yang keras.

Gambar 2.14 Pemukul tenaga diesel

(Sumber : Hardiyatmo, 2010)

Keuntungan menggunakan pemukul tenaga diesel :

a) Menghasilkan daya tumbuk yang lebih besar.

b) Mudah dipindahkan.

c) Biaya bahan bakar rendah.

Kelemahan menggunakan pemukul tenaga diesel:

a) Pada lapisan tanah lunak, pengerjaan menjadi lambat.

(44)

5. Pemukul dengan vibrator

Pemukul dengan vibrator ini menggunakan pembangkit tenaga berupa beban statis

dan sepasang beban yang berputar eksentrik. Gaya getaran kuat yang dihasilkan

mesin pemukul ini akan menembus tanah karena pengaruh beban.

Gambar 2.15 Pemukul dengan vibrator

(Sumber : Hardiyatmo, 2010)

Keuntungan menggunakan pemukul dengan vibrator :

a) Mampu memancang dalam arah dan kedudukan yang tepat

b) Suara penumbukan hampir tidak terdengar

c) Kepala tiang tidak cepat rusak

Kelemahan menggunakan pemukul dengan vibrator yaitu memerlukan tenaga listrik

(45)

Dalam pekerjaan pemancangan tiang terdapat nama alat-alat berikut ini :

1. Anvil adalah bagian yang terletak pada dasar pemukul yang menerima beban benturan

dari ram dan mentransfernya ke kepala tiang.

2. Helmet atau drive cap (penutup pancang) adalah bahan yang dibuat dari baja cor yang

diletakkan di atas tiang untuk mencegah tiang dari kerusakan saat pemancangan dan

untuk menjaga agar as tiang sama dengan as pemukul.

3. Cushion (bantalan) dibuat dari kayu keras atau bahan lain yang ditempatkan diantara

penutup tiang (pile cap) dan puncak tiang untuk melindungi kepala tiang dari

kerusakan.

4. Ram adalah bagian pemukul yang bergerak ke atas dan ke bawah yang terdiri dari

piston dan kepala penggerak (driving head).

5. Leader adalah rangka baja dengan dua bagian paralel sebagai pengatur tiang agar pada

saat tiang dipancang arahnya benar.

Gambar 2.16 Alat pancang tiang

(46)

2.9 Kapasitas daya dukung tiang pancang dari hasil Standard Test Penetration (SPT)

Suatu metode uji yang dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk

mengetahui perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan contoh terganggu dengan

teknik penumbukan. Standard Test Penetration (SPT) terdiri atas uji pemukulan tabung

belah dinding tebal ke dalam tanah disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan

tabung belah sedalam 300 mm vertikal.

Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan berat 63,5 kg, yang dijatuhkan

secara berulang dengan tinggi jatuh 0,76 m. Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap,

yaitu berturut-turut setebal 150 mm untuk masing-masing tahap. Tahap pertama dicatat

sebagai dudukan, sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap kedua dan ketiga

dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam

pukulan/0,3 m).

Tujuan dari percobaan SPT ini adalah untuk menentukan kepadatan relatif lapisan

tanah dari pengambilan contoh tanah dengan tabung sehingga diketahui jenis tanah dan

ketebalan tiap-tiap lapisan kedalaman tanah dan untuk memperoleh data yang kualitatif pada

perlawanan penetrasi tanah serta menetapkan kepadatan dari tanah yang tidak berkohesi

yang biasa sulit diambil sampelnya.

2.9.1 Persiapan pengujian SPT

Lakukan persiapan pengujian SPT di lapangan dengan tahapan sebagai berikut

(Gambar 2.17):

1. Pasang blok penahan (knocking block) pada pipa bor

(47)

3. Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan pengujian dari

bekas-bekas pengeboran.

4. Pasang split barrel sampler pada pipa bor, dan pada ujung lainnya disambungkan

dengan pipa bor yang telah dipasangi blok penahan.

5. Masukkan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau sampai kedalaman

pengujian yang diinginkan.

6. Beri tanda pada mata bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian 15 cm, 30 cm

dan 45 cm.

(48)

2.9.2 Prosedur pengujian SPT

1. Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau pada interval sekitar

1,50 m sampai dengan 2,00 m atau sesuai keperluan.

2. Tarik tali pengikat palu (hammer) sampai pada tanda yang telah dibuat sebelumnya

(kira-kira 75 cm).

3. Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan (Gambar 2.18).

4. Ulangi langkah 2 dan 3 berkali-kali sampai mencapai penetrasi 15 cm.

5. Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15 cm yang pertama.

6. Ulangi langkah 2, 3, 4 dan 5 sampai pada penetrasi 15 cm yang kedua dan ketiga.

7. Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm

15 cm pertama dicatat N1

15 cm kedua dicatat N2

15 cm ketiga dicatat N3

Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2 + N3. Nilai N1 tidak diperhitungkan

karena masih kotor bekas pengeboran.

8. Bila nilai N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan pengujian dan tambah

pengujian sampai minimum 6 meter.

(49)

Gambar 2.18 Skema urutan uji penetrasi standar (SPT)

Dari pelaksanaan pengujian dengan metode SPT, maka angka N dari suatu lapisan

dapat diketahui dan dari angka tersebut dapat ditentukan karakteristik suatu lapisan tanah

seperti pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk penentuan harga N

Klasifikasi Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan

Hal yang perlu dipertimbangkan secara menyeluruh dari hasil-hasil

survey sebelumnya

Unsur tanah, variasi daya dukung vertikal (kedalaman permukaan dan susunannya), adanya lapisan lunak

(ketebalan konsolidasi dan penurunan), kondisi drainase dan lain-lain.

(50)

Harga N yang diperoleh dari SPT tersebut diperlukan untuk memperhitungkan daya dukung

tanah. Daya dukung tanah tergantung pada kuat geser tanah. Hipotesis pertama mengenai

kuat geser tanah diuraikan oleh Coulomb yang dinyatakan dengan:

= + tan∅ (2.1)

dimana :

τ = Kekuatan geser tanah (kg/cm²)

c = Kohesi tanah (kg/cm²)

σ = Tegangan normal yang terjadi pada tanah (kg/cm²)

ϕ = Sudut geser tanah (º)

Untuk mendapatkan sudut geser tanah dari tanah tidak kohesif (pasiran) biasanya dapat

dipergunakan rumus Dunham (1962) sebagai berikut :

1. Tanah berpasir berbentuk bulat dengan gradasi seragam, atau butiran pasir bersegi-segi

dengan gradasi tidak seragam, mempunyai sudut geser sebesar :

∅ = √12 + 15 (2.2)

∅ = √12 + 50 (2.3)

2. Butiran pasir bersegi dengan gradasi seragam, maka sudut gesernya adalah :

∅ = 0,3 + 27 (2.4)

Angka penetrasi sangat berguna sebagai pedoman dalam eksplorasi tanah dan untuk

memperkirakan kondisi lapisan tanah. Hubungan antara angka penetrasi standar dengan

sudut geser tanah dan kepadatan relatif untuk tanah berpasir, secara perkiraan dapat dilihat

(51)

Tabel 2.2 Hubungan antara angka penetrasi standar dengan sudut geser dalam dan

kepadatan relatif pada tanah pasir

Angka penetrasi

Sumber : Braja M. Das-Noor Endah, Mekanika Tanah. 1985

Hubungan antara harga N dengan berat isi yang sebenarnya hampir tidak mempunyai arti

karena hanya mempunyai partikel kasar (Tabel 2.3). Harga berat isi yang dimaksud sangat

tergantung pada kadar air.

(52)

Pada tanah tidak kohesif daya dukung sebanding dengan berat isi tanah, hal ini berarti

bahwa tinggi muka air tanah banyak mempengaruhi daya dukung pasir. Tanah di bawah air

mempunyai berat isi efektif yang kira-kira setengah berat isi tanah di atas muka air. Tanah

dapat dikatakan mempunyai daya dukung yang baik, dapat dinilai dari ketentuan berikut ini:

1. Lapisan kohesif mempunyai nilai SPT, N > 35

2. Lapisan kohesif mempunyai harga kuat tekan (qu) 3 – 4 kg/cm² atau harga SPT N > 15

Hasil percobaan pada SPT ini hanya merupakan perkiraan kasar merupakan bukan

nilai yang teliti. Perlu menjadi catatan bagi kita bahwa jumlah pukulan untuk 15 cm pertama

yang dinilai N1 tidak dihitung karena permukaan tanah dianggap sudah terganggu.

2.9.3 Rumus perhitungan daya dukung dari hasil SPT

1. Daya dukung pondasi tiang pada tanah non kohesif

Qp = 40 x N−SPT x x Ap ( 2.5)

Dimana :

N-SPT = Jumlah pukulan yang diperoleh dari percobaan SPT

= N-SPT yang digunakan Ncorr = (N1+N2)/2

= N1 adalah nilai N rata-rata 10D dari ujung tiang ke atas

= N2 adalah nilai N rata-rata 4D dari ujung tiang ke bawah

D = Diameter tiang pancang (m)

Ap = Luas penampang tiang (m2)

2. Tahanan geser selimut tiang pada tanah non kohesif

(53)

Dimana :

N-SPT = Jumlah pukulan yang diperoleh dari percobaan SPT

= N-SPT yang digunakan Ncorr = (N1+N2)/2

= N1 adalah nilai N rata-rata 10D dari ujung tiang ke atas

= N2 adalah nilai N rata-rata 4D dari ujung tiang ke bawah

Li = Panjang lapisan tanah (m)

P = Keliling tiang (m)

3. Daya dukung pondasi tiang pada tanah kohesif

Qp = 9 x cu x Ap (2.7)

Dimana :

cu = Kohesi undrained (kN/m2)

cu = N-SPT x 2/3 x 10 (2.8)

Ap = Luas penampang tiang (m2)

4. Tahanan geser selimut tiang pada tanah kohesif

Qs = α x cu x p x Li (2.9)

Dimana :

Koefisien adhesi antara tanah dan tiang ( Gambar 2.19 )

cu = Kohesi undrained (kN/m2)

Li = Panjang lapisan tanah (m)

(54)

Gambar 2.19 Korelasi nilai α dan koefisien undrained Sumber : ( Braja M. Das , 2007 )

2.10 Tiang pancang kelompok

Pondasi tiang pancang yang umumnya dipasang secara berkelompok. Yang

dimaksud berkelompok adalah sekumpulan tiang yang dipasang secara relatif berdekatan

dan biasanya diikat menjadi satu di bagian atasnya dengan menggunakan pile cap. Untuk

menghitung nilai kapasitas dukung kelompok tiang, ada bebarapa hal yang harus

diperhatikan terlebih dahulu, yaitu jumlah tiang dalam satu kelompok, jarak tiang, dan

(55)

Gambar 2.20 Kelompok tiang

a. Jumlah Tiang (n)

Untuk menentukan jumlah tiang yang akan dipasang didasarkan beban yang bekerja

pada pondasi dan kapasitas dukung ijin tiang, maka rumus yang dipakai adalah sebagai

berikut ini.

= (2.10)

Dimana :

P = Beban yang berkerja

Qa = Kapasitas dukung ijin tiang tunggal

b. Jarak Tiang (S)

Jarak antar tiang pancang di dalam kelompok tiang sangat mempengaruhi

perhitungan kapasitas dukung dari kelompok tiang tersebut. Untuk bekerja sebagai

(56)

bangunan pada daerah masing – masing. Pada prinsipnya jarak tiang (S) makin rapat,

ukuran pile cap makin kecil dan secara tidak langsung biaya lebih murah. Tetapi bila

fondasi memikul beban momen maka jarak tiang perlu diperbesar yang berarti menambah

atau memperbesar tahanan momen.

S ≥ 2,5D

S ≥ 3D

Gambar 2.21 Jarak antar tiang

(Sumber : HS, Sardjono, 1988)

Biasanya jarak antara 2 tiang dalam kelompok diisyaratkan minimum 0,60 m dan maximum

2,00 m. Ketentuan ini berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1. Bila S < 2,5 D

a. Kemungkinan tanah di sekitar kelompok tiang akan naik terlalu berlebihan karena

terdesak oleh tiang-tiang yang dipancang terlalu berdekatan.

b. Terangkatnya tiang-tiang di sekitarnya yang telah dipancang terlebih dahulu.

2. Bila S > 3 D

Apabila S > 3 D maka tidak ekonomis, karena akan memperbesar ukuran/dimensi dari poer

(57)

Pada perencanaan pondasi tiang pancang biasanya setelah jumlah tiang pancang dan

jarak antara tiang-tiang pancang yang diperlukan kita tentukan, maka kita dapat menentukan

luas poer yang diperlukan untuk tiap-tiap kolom portal. Bila ternyata luas poer total yang

diperlukan lebih kecil dari pada setengah luas bangunan, maka kita gunakan pondasi

setempat dengan poer di atas kelompok tiang pancang.

Apabila luas poer total diperlukan lebih besar daripada setengah luas bangunan,

maka biasanya kita pilih pondasi penuh (raft fondation) di atas tiang-tiang pancang.

c. Susunan tiang

Susunan tiang sangat berpengaruh terhadap luas denah pile cap, yang secara tidak

langsung tergantung dari jarak tiang. Bila jarak tiang kurang teratur atau terlalu lebar, maka

luas denah pile cap akan bertambah besar dan berakibat volume beton menjadi bertambah

besar sehingga biaya konstruksi membengkak. Berikut ini adalah contoh susunan tiang

(58)

Gambar 2.22 Pola susunan tiang pancang kelompok

(Sumber : Bowles, 1999)

2.11 Kapasitas kelompok dan efisiensi tiang

Kapasitas kelompok tiang tidak selalu sama dengan jumlah kapasitas tiang tunggal

yang berada dalam kelompoknya. Hal ini dapat terjadi jika tiang pancang dalam lapisan

pendukung yang mudah mampat atau dipancang pada lapisan tanah yang tidak mudah

mampat, namun di bawahnya terdapat lapisan lunak.

Stabilitas kelompok tiang-tiang tergantung dari dua hal yaitu :

a) Kemampuan tanah di sekitar dan di bawah kelompok tiang untuk mendukung beban

total struktur.

b) Pengaruh konsolidasi tanah yang terletak di bawah kelompok tiang.

Oleh karena itu, cara pemasangan tiang tunggal seperti : pemasangan tiang dengan

(59)

Pada beban struktur tertentu, penurunan kelompok tiang yang sama dengan penurunan tiang

tunggal hanya terjadi jika dasar kelompok tiang terletak pada lapisan keras. Jika tiang-tiang

dipancang pada lapisan yang dapat mampat (misalnya lempung kaku) ,atau kondisi yang

lain, dipancang pada lapisan yang tidak mudah mampat (misalnya pasir padat) tetapi lapisan

tersebut berada di atas lapisan tanah lunak, maka kapasitas kelompok tiang mungkin lebih

rendah dari jumlah kapasitas masing-masing tiang.

Jika kelompok tiang dipancang dalam tanah lempung lunak, pasir tidak padat, atau

timbunan, dengan dasar tiang yang bertumpu pada lapisan kaku, maka kelompok tiang

tersebut tidak mempunyai resiko akan mengalami keruntuhan geser umum, asalkan diberi

faktor aman yang cukup terhadap bahaya keruntuhan tiang tunggalnya. Akan tetapi,

penurunan kelompok tiang masih tetap harus dipancang secara keseluruhan ke dalam tanah

lempung lunak.

Pada kelompok tiang yang dasarnya bertumpu pada lapisan lempung lunak, faktor

aman terhadap keruntuhan blok harus diperhitungkan, terutama untuk jarak tiang-tiang yang

dekat. Pada tiang yang dipasang pada jarak yang besar, tanah di antara tiang-tiang tidak

bergerak sama sekali ketika tiang bergerak ke bawah oleh akibat beban yang bekerja

(Gambar 2.23a). Apabila jarak tiang-tiang terlalu dekat saat tiang turun oleh akibat beban,

tanah di antara tiang-tiang juga ikut bergerak turun. Pada kondisi ini kelompok tiang dapat

dianggap sebagai satu tiang besar dengan lebar yang sama dengan lebar kelompok tiang.

Saat tanah yang mendukung beban kelompok tiang ini mengalami keruntuhan, maka model

keruntuhannya disebut keruntuhan blok (Gambar 2.23b). Keruntuhan blok tanah yang

terletak di antara tiang bergerak ke bawah bersama-sama dengan tiangnya. Mekanisme

keruntuhan yang demikian dapat terjadi pada tipe-tipe tiang pancang maupun tiang bor.

Umumnya model keruntuhan blok terjadi bila rasio jarak tiang dibagi diameter (S/D) sekitar

(60)

Gambar 2.23 Tipe keruntuhan dalam kelompok tiang : (a) Tiang tunggal

(b) Kelompok tiang

Sumber : Hardiyatmo, 2002

Kapasitas kumpulan tiang pancang bisa dianggap sebagai jumlah desain beban dari

beberapa tiang pancang individual atau sebagai suatu jumlah yang lebih sedikit. Jika

kapasitas tersebut merupakan jumlah dari beberapa tiang pancang invidual, maka efisiensi

kelompok adalah Eg = 1,0. Pendapat mengenai efisiensi kelompok ditentukan sebagai

berikut:

Qg = Eg . n . Qu (2.11)

Dimana :

Eg = efisiensi kelompok tiang

Qg = beban maksimum kelompok yang mengakibatkan keruntuhan

n = Jumlah tiang dalam kelompok.

Qa = Beban maksimum tiang tunggal.

Beberapa persamaan efisiensi tiang telah diusulkan untuk menghitung kapasitas

kelompok tiang, namun semuanya hanya bersifat pendekatan. Persamaan-persamaan yang

(61)

bentuk tiang yang meruncing, variasi sifat tanah dengan kedalaman dan pengaruh muka air

tanah. Persamaan-persamaan efisiensi tiang yang disarankan oleh Converse-Labarre

Formula dan Los Angeles Group sebagai berikut :

 Metode Converse-Labarre Formula

Eg = 1

− θ

( ) ( ) (2.12)

 Metode Los Angeles Group

Eg = 1−

. . m( n−1) + ( m −1) + √2 ( m−1) ( n−1) (2.13)

Dimana :

m = Jumlah baris tiang.

n = Jumlah tiang dalam satu baris.

θ = Arc tg d/s, dalam derajat.

s = Jarak pusat ke pusat tiang

d = Diameter tiang.

(62)

2.12 Distribusi beban dalam kelompok tiang

Struktur bangunan dirancang untuk mendukung beban-beban yang bekerja pada

bangunan tersebut, baik beban mati, hidup, gempa, angin ataupun beban-beban lainnya.

Beban-beban tersebut akan diteruskan oleh struktur atas terutama kolom ke pondasi. Beban

yang didukung oleh pondasi akan berupa beban normal vertikal, beban momen dan beban

lateral. Selanjutnya beban-beban tersebut akan didistribusikan ke masing-masing tiang

untuk diteruskan ke tanah dasar. Dalam hal ini peran pile cap akan sangat menentukan

besarnya beban yang didukung masing-masing tiang.

2.12.1 Kelompok tiang pancang yang menerima beban normal sentris

Beban yang bekerja pada kelompok tiang pancang dinamakan bekerja secara sentris

apabila titik rangkap resultan beban-beban yang bekerja berimpit dengan titik berat

kelompok tiang pancang tersebut. Dalam hal ini beban yang diterima oleh tiap-tiap tiang

pancang adalah

Gambar 2.24 Beban normal sentris pada kelompok tiang pancang

Gambar

Gambar 2.10 Tiang pancang baja
Gambar 2.11  Tiang ditinjau dari cara mendukung bebannya
Gambar 2.13 Hammer aksi dobel (Sumber : Hardiyatmo, 2010)
Gambar 2.14 Pemukul tenaga diesel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pondasi tiang merupakan salah satu jenis dari pondasi dalam yang umum digunakan, yang berfungsi untuk menyalurkan beban struktur kelapisan tanah keras yang mempunyai

Pondasi tiang pancang adalah batang yang relative panjang dan langsing yang digunakan untuk menyalurkan beban pondasi melewati lapisan tanah dengan daya dukung rendah kelapisan

Untuk meneruskan beban dari bagian struktur atas/bangunan atas ke lapisan tanah di bawahnya hingga mencapai daya dukung yang diinginkan, maka diperlukan suatu

Pada umumnya konstruksi jembatan memiliki beban yang harus diperhitungkan, yaitu berupa beban sendiri, beban kendaraan, beban angin, beban tekanan tanah dan beban lainnya

Pondasi tiang pancang adalah batang yang relatif panjang dan langsing yang digunakan untuk menyalurkan beban pondasi melewati lapisan tanah dengan daya dukung

Pondasi tiang merupakan salah satu jenis dari pondasi dalam yang umum digunakan, yang berfungsi untuk menyalurkan beban struktur kelapisan tanah keras yang

Dalam pembangunan yang tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang diterimanya

Dalam pembangunan yang tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung bearing capacity yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang diterimanya atau