• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Pasien Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan Yang Menjalani Kateterisasi Jantung di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Pasien Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan Yang Menjalani Kateterisasi Jantung di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PASIEN ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN YANG MENJALANI KATETERISASI JANTUNG DI RSUP H.

ADAM MALIK MEDAN

Oleh:

ANANDA MARINA 070100028

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PASIEN ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN YANG MENJALANI KATETERISASI JANTUNG DI RSUP H.

ADAM MALIK MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

ANANDA MARINA 070100028

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Karakteristik Pasien Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan yang Menjalani Kateterisasi Jantung di RSUP H. Adam Malik Medan Nama : Ananda Marina

NIM : 070100028

Pembimbing Penguji I

(dr. Muhammad Ali, Sp.A (K)) (dr. Juliandi Harahap, M.A) NIP : 19690524 199903 1 001 NIP : 19700702 199802 1 001

Penguji II

(dr. Bintang Sinaga, Sp.P) NIP : 19720228 199903 2 002

Medan, Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Latar belakang: Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur atau fungsi jantung yang telah ada sejak lahir. Salah satu cara untuk mendiagnosis dan sekaligus sebagai prosedur terapi PJB adalah dengan kateterisasi jantung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pasien anak dengan PJB yang menjalani kateterisasi jantung di RSUP H. Adam Malik Medan.

Metode: Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan sejak bulan Agustus 2010. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan cara total sampling, dimana jumlah sampel yang didapatkan adalah 30 sampel. Data pada penelitian ini diperoleh dari rekam medis pasien anak dengan PJB yang menjalani kateterisasi jantung di RSUP H. Adam Malik Medan.

Hasil: Dari hasil penelitian ini diperoleh rata-rata umur pasien adalah 5,7 tahun dimana sebanyak 19 orang (63,3%) berjenis kelamin laki-laki. Secara keseluruhan kateterisasi jantung masih digunakan hanya sebagai alat diagnosis saja. Jenis kateter yang paling sering digunakan adalah gabungan dari jenis kateter pigtail dan MPA (n=16; 53,3%). Pada diagnosis dengan kateterisasi jantung terdapat perbedaan pada hasil diagnosis sebelum dan sesudah kateterisasi. Jenis kontras yang paling sering digunakan adalah Iopamiro (n=29; 96,7%). Anestesi general

digunakan pada keseluruhan sampel. Rata-rata lama waktu radiasi pada tindakan kateterisasi jantung adalah 10 menit 59 detik. Rata-rata lama prosedur kateterisasi jantung adalah 52 menit 13 detik. Komplikasi hanya terjadi pada satu sampel saja (3,3%), yaitu berupa luka pada tempat insisi.

Kesimpulan: Melihat hasil penelitian yang masih menggunakan kateterisasi jantung sebagai alat diagnostik diharapkan dapat lebih dikembangkan sebagai prosedur terapi agar kita bukan hanya dapat mendiagnosis kelainan jantung tersebut, tetapi juga dapat melakukan penatalaksanaan.

(5)

ABSTRACT

Background: Congenital heart disease (CHD) is a disease with abnormal structure or function of the heart which is present at birth. A method to diagnose and also as the therapy procedure of the CHD is with cardiac catheterization. This research is conducted to determine the characteristics of pediatric patients with CHD who undergo cardiac catheterization in RSUP H. Adam Malik Medan. Method: This research was taken in RSUP H. Adam Malik since August 2010. This reseach was a descriptive study, with the method of total sampling, which the total sampels gained were 30 samples. The data were collected from medical records of the pediatric patients with CHD who underwent cardiac catheterization in RSUP H. Adam Malik Medan.

Results: From the result of the research could be obtained that the average age of the patients was 5.7 years old, 19 (63.3%) of which were male. Overall the cardiac catheteriation was used only for diagnostic device. Kind of catheter used the most was combination of pigtail catheter and MPA (n=16; 53.3%). Diagnosis with cardiac catheterization had differences between the diagnostic result before and after catheterization. The type of contrast used the most was Iopamiro (n=29; 96.7%). General anesthesia was used in the whole samples. The average radiation time in cardiac catheterization was 10 minutes and 59 seconds. The average procedure time in cardiac catheterization was 52 minutes and 13 seconds. Complication only occured in one sample (3.3%), which was incised wound.

Conclusion: Seeing the results of the research still using cardiac catheterization as a diagnostic device, it is expected to be more developed as a therapy procedure so that not only can we diagnose those cardiac abnormalities, we also can do the management.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Karateristik Pasien Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan yang Menjalani Kateterisasi Jantung di RSUP H. Adam Malik Medan “ dapat selesai tepat pada waktunya.

Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Muhammad Ali, Sp.A(K), selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan saran dan petunjuk dalam pelaksanaan pembuatan karya tulis ini.

3. Dr. Juliandi Harahap, M. A, dan Bintang Sinaga, Sp. P, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. Prof. dr. Adril Arsyad Hakim, Sp.BS, selaku Dosen Penasehat Akademis yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Bagian Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) dan Bagian Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) RSUP H. Adam Malik Medan serta instalasi rekam medik yang telah memberikan izin dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data di lokasi penelitian. 6. Bagian Poliklinik Kardiologi Anak RSUP H. Adam Malik Medan yang

telah memberikan tempat dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data.

7. Seluruh staff pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(7)

keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi tiada henti.

9. Sahabat-sahabat sekelompok karya tulis ilmiah (Citra, Taufik, Ami, Fandy, PW, Azizi, dan Armika), sahabat-sahabat senasib sepenanggungan dalam proses penulisan KTI ini.

10.Sahabat-sahabat penulis di FK USU (Nana, Nanda, Yasmine, Irfan, Inal, Iqbal, Hasbi, Alta, Otneil, Fitri, Hanum, Mail, Mas Tyo, Uty) serta teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis sadar karya tulis ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar semakin baik ke depannya. Akhir kata, penulis berharap agar hasil dari karya tulis ini dapat memberikan manfaat dalam pengembangan dunia kesehatan.

Medan, November 2010 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Penyakit Jantung Bawaan ... 3

2.1.1. Definisi Penyakit Jantung Bawaan ... 3

2.1.2. Epidemiologi Penyakit Jantung Bawaan ... 3

2.1.3. Etiologi dan Faktor Risiko Penyakit Jantung Bawaan ... 3

2.1.4. Jenis Penyakit Jantung Bawaan ... 4

2.2. Kateterisasi Jantung ... 6

2.2.1. Definisi Kateterisasi Jantung ... 6

2.2.2. Sejarah Kateterisasi Jantung ... 6

2.2.3. Indikasi Kateterisasi Jantung ... 7

2.2.4. Anestesi, Kontras, dan Lama Prosedur... 7

(9)

2.3. Kateterisasi Jantung pada PJB ... 10

2.3.1. Kateterisasi sebagai Diagnostik ... 10

2.3.2. Kateterisasi sebagai Terapi ... 11

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 15

3.2. Definisi Operasional ... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4.1. Rancangan Penelitian ... 17

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 17

4.5. Metode Analisis Data ... 18

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

5.1. Hasil Penelitian ... 19

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 19

5.1.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Indikasi Kateterisasi, dan Jenis Kateter ... 20

5.1.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Diagnosis Sebelum dan Sesudah Kateterisasi ... 21

5.1.4. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kontras, Jenis Anestesi, Lama Radiasi, Lama Prosedur, dan Komplikasi ... 23

(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

6.1. Kesimpulan ... 28

6.2. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Jenis Zat Anestesi pada Kateterisasi Jantung 8

5.1 Distribusi Umur, Jenis Kelamin, Indikasi Kateterisasi,

dan Jenis Kateter 20

5.2 Distribusi Diagnosis Sebelum Kateterisasi 21

5.3 Distribusi Diagnosis Setelah Kateterisasi 22

5.4 Distribusi Jenis Kontras, Jenis Anestesi, Lama Radiasi,

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Riwayat Hidup Peneliti 2. Form Penelitian

3. Ethical Clearence 4. Surat Izin Penelitian 5. Data Induk

(13)

ABSTRAK

Latar belakang: Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur atau fungsi jantung yang telah ada sejak lahir. Salah satu cara untuk mendiagnosis dan sekaligus sebagai prosedur terapi PJB adalah dengan kateterisasi jantung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pasien anak dengan PJB yang menjalani kateterisasi jantung di RSUP H. Adam Malik Medan.

Metode: Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan sejak bulan Agustus 2010. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan cara total sampling, dimana jumlah sampel yang didapatkan adalah 30 sampel. Data pada penelitian ini diperoleh dari rekam medis pasien anak dengan PJB yang menjalani kateterisasi jantung di RSUP H. Adam Malik Medan.

Hasil: Dari hasil penelitian ini diperoleh rata-rata umur pasien adalah 5,7 tahun dimana sebanyak 19 orang (63,3%) berjenis kelamin laki-laki. Secara keseluruhan kateterisasi jantung masih digunakan hanya sebagai alat diagnosis saja. Jenis kateter yang paling sering digunakan adalah gabungan dari jenis kateter pigtail dan MPA (n=16; 53,3%). Pada diagnosis dengan kateterisasi jantung terdapat perbedaan pada hasil diagnosis sebelum dan sesudah kateterisasi. Jenis kontras yang paling sering digunakan adalah Iopamiro (n=29; 96,7%). Anestesi general

digunakan pada keseluruhan sampel. Rata-rata lama waktu radiasi pada tindakan kateterisasi jantung adalah 10 menit 59 detik. Rata-rata lama prosedur kateterisasi jantung adalah 52 menit 13 detik. Komplikasi hanya terjadi pada satu sampel saja (3,3%), yaitu berupa luka pada tempat insisi.

Kesimpulan: Melihat hasil penelitian yang masih menggunakan kateterisasi jantung sebagai alat diagnostik diharapkan dapat lebih dikembangkan sebagai prosedur terapi agar kita bukan hanya dapat mendiagnosis kelainan jantung tersebut, tetapi juga dapat melakukan penatalaksanaan.

(14)

ABSTRACT

Background: Congenital heart disease (CHD) is a disease with abnormal structure or function of the heart which is present at birth. A method to diagnose and also as the therapy procedure of the CHD is with cardiac catheterization. This research is conducted to determine the characteristics of pediatric patients with CHD who undergo cardiac catheterization in RSUP H. Adam Malik Medan. Method: This research was taken in RSUP H. Adam Malik since August 2010. This reseach was a descriptive study, with the method of total sampling, which the total sampels gained were 30 samples. The data were collected from medical records of the pediatric patients with CHD who underwent cardiac catheterization in RSUP H. Adam Malik Medan.

Results: From the result of the research could be obtained that the average age of the patients was 5.7 years old, 19 (63.3%) of which were male. Overall the cardiac catheteriation was used only for diagnostic device. Kind of catheter used the most was combination of pigtail catheter and MPA (n=16; 53.3%). Diagnosis with cardiac catheterization had differences between the diagnostic result before and after catheterization. The type of contrast used the most was Iopamiro (n=29; 96.7%). General anesthesia was used in the whole samples. The average radiation time in cardiac catheterization was 10 minutes and 59 seconds. The average procedure time in cardiac catheterization was 52 minutes and 13 seconds. Complication only occured in one sample (3.3%), which was incised wound.

Conclusion: Seeing the results of the research still using cardiac catheterization as a diagnostic device, it is expected to be more developed as a therapy procedure so that not only can we diagnose those cardiac abnormalities, we also can do the management.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur atau fungsi jantung yang telah ada sejak lahir. Kelainan ini terjadi karena gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal pertumbuhan janin (Harimurti, 2008). Penyakit Jantung Bawaan ini terjadi pada sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup. Insiden lebih tinggi pada lahir mati (2%), abortus (10-25%), dan bayi premature (2%) (Bernstein, 2004).

Evaluasi awal pada bayi dengan dugaan PJB meliputi tiga komponen utama. Pertama, defek jantung bawaan tersebut dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu PJB sianotik dan asianotik, hal ini dapat ditentukan dengan pemeriksaan fisik dan dibantu dengan oksimetri transkutan. Kedua, dua kelompok PJB dapat lebih lanjut dibagi berdasarkan corak vaskuler paru, apakah bertambah, normal, atau berkurang. Hal ini dapat dilihat melalui radiografi dada. Ketiga, elektrokardiogram dapat digunakan untuk menentukan apakah ada hipertrofi ventrikel kanan, kiri, atau biventrikuler. Sifat suara jantung dapat menyempitkan diagnosis banding. Diagnosis akhir dikonfirmasi dengan ekokardiografi dan/atau kateterisasi jantung (Bernstein, 2004).

Dewasa ini, telah terjadi perkembangan dalam hal penggunaan kateterisasi jantung. Jika pada awalnya, kateterisasi jantung hanya digunakan sebagai alat diagnostik PJB, maka sekarang kateterisasi jantung juga dimanfaatkan sebagai teknik intervensi non-bedah. Tahun 1996 merupakan awal dilakukannya intervensi transkateter pertama di Indonesia yang dilakukan oleh Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK UI/PJN Harapan Kita ( Harimurti, 2008).

(16)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Bagaimanakah karakteristik pasien anak dengan penyakit jantung bawaan yang menjalani kateterisasi jantung di RSUP H. Adam Malik Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien anak dengan penyakit jantung bawaan yang menjalani kateterisasi jantung di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Jantung Bawaan 2.1.1. Definisi

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan abnormalitas pada struktur maupun fungsi sirkulasi yang telah ada sejak lahir (Sani, 2007). Kelainan ini terjadi karena gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal pertumbuhan janin (Harimurti, 2008).

2.1.2. Epidemiologi

Penyakit Jantung Bawaan ini terjadi pada sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup. Insiden lebih tinggi pada lahir mati (2%), abortus (10-25%), dan bayi premature (2%) (Tank, 2000).

Penelitian di Taiwan menunjukkan prevalensi yang sedikit berbeda, yaitu sekitar 13,08 dari 1000 kelahiran hidup, dimana sekitar 12,05 pada bayi berjenis kelamin laki-laki, dan 14,21 pada bayi perempuan. Penyakit Jantung Bawaan yang paling sering ditemukan adalah Ventricular Septal Defect (Wu, 2009).

2.1.3. Etiologi dan Faktor Risiko

Pada sebagian besar kasus, penyebab dari PJB ini tidak diketahui (Sastroasmoro, 1994). Beberapa faktor yang diyakini dapat menyebabkan PJB ini secara garis besar dapat kita klasifikasikan menjadi dua golongan besar, yaitu genetik dan lingkungan.

(18)

Untuk faktor lingkungan, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: - Paparan lingkungan yang tidak baik, misalnya menghirup asap rokok. - Rubella, infeksi virus ini pada kehamilan trimester pertama, akan

menyebabkan penyakit jantung bawaan

- Diabetes, bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita diabetes tidak terkontrol mempunyai risiko sekitar 3-5% untuk mengalami penyakit jantung bawaan

- Alkohol, seorang ibu yang alkoholik mempunyai insiden sekitar 25-30% untuk mendapatkan bayi dengan penyakit jantung bawaan

- Ectasy dan obat-obat lain, seperti diazepam, corticosteroid, phenothiazin, dan kokain akan meningkatkan insiden penyakit jantung bawaan (Indriwanto, 2007).

2.1.4. Jenis

Secara garis besar, PJB ini dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar, yaitu PJB asianotik dan sianotik (Widyantoro, 2006).

Penyakit jantung bawaan asianotik dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian berdasarkan beban fisiologis yang diberikannya kepada jantung. Salah satunya yaitu lesi shunt dari kiri ke kanan. Penyakit jantung bawaan yang termasuk ke dalamnya adalah Atrial Septal Defect, Ostium Secundum Defect, Sinus Venosus Atrial Septal Defect, Partial Anomalous Pulmonary Venous Return, Atrioventricular Septal Defects (Ostium Primum and Atrioventricular Canal or Endocardial Cushion Defects), Ventricular Septal Defect, Supracristal Ventricular Septal Defect with Aortic Insufficiency, Patent Ductus Arteriosus, Aorticopulmonary Window Defect, Coronary-Arteriovenous Fistula (Coronary-Cameral Fistula), Ruptured Sinus of Valsalva Aneurysm.

(19)

Anomalies and Interrupted Aortic Arch, Congenital Mitral Stenosis,and Pulmonary Venous Hypertension

Pada lesi regurgitan termasuk Pulmonary Valvular Insufficiency and Congenital Absence of the Pulmonary Valve, Congenital Mitral Insufficiency, Mitral Valve Prolapse, and Tricuspid Regurgitation. Pada lesi jantung tambahan termasuk Anomalies of the Aortic Arch, Anomalous Origin of the Coronary Arteries, Pulmonary Vascular Disease (Eisenmenger Syndrome)

Penyakit jantung bawaan sianosis dapat kita bagi menjadi lesi sianosis yang disertai dengan penurunan aliran darah paru dan lesi sianosis yang disertai penambahan aliran darah paru. Lesi sianosis yang disertai dengan penurunan aliran darah paru termasuk Tetralogy of Fallot, Pulmonary Atresia with Ventricular Septal Defect, Pulmonary Atresia with Intact Ventricular Septum, Tricuspid Atresia, Double-Outlet Right Ventricle with Pulmonary Stenosis, Transposition of the Great Arteries with Ventricular Septal Defect and Pulmonary Stenosis, Ebstein Anomaly of the Tricuspid Valve.

Lesi sianosis yang disertai dengan bertambahnya aliran darah paru termasuk d-Transposition of the Great Arteries, d-Transposition of the Great Arteries with Intact Ventricular Septum, Transposition of the Great Arteries with Ventricular Septal Defect, l-Transposition of the Great Arteries (Corrected Transposition), Double-Outlet Right Ventricle Without Pulmonary Stenosis, Double-Outlet Right Ventricle with Transposition of the Great Arteries (Taussig-Bing Anomaly), Total Anomalous Pulmonary Venous Return, Truncus Arteriosus, Single Ventricle (Double-Inlet Ventricle, Univentricular Heart), Hypoplastic Left Heart Syndrome, Abnormal Positions of the Heart and the Heterotaxy Syndromes (Asplenia, Polysplenia)

(20)

2.2. Kateterisasi Jantung 2.2.1. Definisi

Kateterisasi jantung adalah suatu prosedur diagnostik yang perlahan berkembang menjadi prosedur terapi untuk kelainan jantung (McPhee, 2009).

2.2.2. Sejarah

Konsep mengenai penyakit jantung didasarkan pada pengetahuan fisiologi dan anatomi yang didapat dari percobaan-percobaan dengan kateterisasi jantung sekitar 70 tahun yang lalu. Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Andre Cournand pada saat penerimaan Nobel pada 11 Desember 1956, kateterisasi jantung adalah kunci jawaban dari konsep penyakit jantung. Dengan menggunakan kunci tersebut, Cournand dan koleganya telah membawa kita ke era baru untuk memahami fungsi normal dan penyakit jantung pada manusia. Menurut Cournand, kateterisasi jantung pertama kali dilakukan oleh Claude Bernard pada tahun 1844. Subjeknya berupa kuda dimana kedua ventrikel dari kuda tersebut dimasuki dengan pendekatan retrograde dari vena jugularis dan arteri carotis (Olade, 2008). Aplikasi yang dilakukan oleh Bernard ini, memberi suatu nilai yang sangat besar dalam inovasi teknik ini. Suatu era investigasi pada hewan kemudian berujung pada suatu perkembangan penting pada teknik dan prinsip teknik kateterisasi jantung yang diterapkan pada manusia.

(21)

adalah untuk mengembangkan teknik terapi yang dapat memasukkan obat secara langsung ke jantung (Baim, 2006).

2.2.3. Indikasi

Kateterisasi jantung ini merupakan suatu tindakan invasif. Mengingat risikonya yang cukup tinggi, maka harus dipertimbangkan secara selektif untuk menggunakan teknik tersebut (Roebiono, 1996). Kateterisasi jantung bertujuan untuk mendapat gambaran dan data objektif secara pasti tentang perubahan anatomis dan fisiologis akibat berbagai kelainan pada jantung dan pembuluh darah. Pasien dengan PJB termasuk pasien yang memerlukan kateterisasi jantung. Dengan kateterisasi jantung dapat diketahui ada tidaknya kelainan jantung, jenis kelainan jantung, derajat kelainan tersebut, cara pengobatan yang tepat, dan menilai hasil pengobatan. Selain itu, kateterisasi jantung juga dapat digunakan untuk mengetahui tekanan pada ruang-ruang di jantung, melihat bagaimana darah melewati jantung, mengambil sampel darah, menginjeksikan zat kontras untuk melihat adanya hambatan pada pembuluh darah, atau abnormalitas dari ruang jantung, serta melakukan koreksi pada kelainan jantung tersebut (Parks, 2007).

Berdasarkan data-data di atas, indikasi untuk tindakan kateterisasi jantung dapat dikelompokkan menjadi dua golongan besar, yaitu:

1. Untuk menegakkan diagnosis, yaitu dengan menganalisis semua data hasil kateterisasi sehingga diperoleh gambaran anatomi dan fisiologi secara pasti

2. Untuk melakukan terapi, yaitu kateterisasi intervensi sebagai tindak lanjut dari diagnosis yang diperoleh

2.2.4. Anestesi, Kontras, dan Lama prosedur

(22)
[image:22.595.121.521.222.524.2]

Beberapa jenis zat anestesi yang digunakan pada kateterisasi jantung terdapat pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Jenis Zat Anestesi pada Kateterisasi Jantung (Arnold dan Holtby, 2005).

Pada kateterisasi jantung, injeksi zat kontras dilakukan untuk mengetahui adanya hambatan maupun penyempitan pada pembuluh darah. Adapun zat kontras yang digunakan pada kateterisasi jantung adalah Iohexol, Iodixanol, Diatrizoate meglumine/sodium, kombinasi Diatrizoate meglumine/sodium dengan Iohexol, serta kombinasi Diatrizoate meglumine/sodium dengan Iodixanol (Amini, et al, 2009).

(23)

Sedangkan untuk kateterisasi jantung kanan membutuhkan waktu rata-rata 84 menit untuk waktu lab dan waktu prosedur sekitar 32 menit. Untuk prosedur intervensi, dibutuhkan waktu rata-rata 117 menit, dengan waktu prosedur sekitar 70 menit (Baim, 2006).

2.2.5. Kontraindikasi

Kontraindikasi dari kateterisasi jantung ini sangat bervariasi. Hal ini bergantung pada kemajuan teknik, peralatan serta ketrampilan operator. Seiring berkembangnya pengetahuan mengenai kateterisasi jantung, hampir dikatakan tidak ada lagi kontraindikasi absolut, yang ada hanya kontraindikasi relatif. Hal-hal yang termasuk dalam kontraindikasi relatif adalah:

1. Ventrikel iritabel yang tidak dapat dikontrol

2. Hipokalemia/intoksikasi digitalis yang tidak dapat dikoreksi 3. Hipertensi yang tidak dapat dikoreksi

4. Penyakit demam berulang

5. Gagal jantung dengan edema paru akut

6. Gangguan pembekuan: waktu protrombin > 18 detik 7. Gagal ginjal hebat/anuria

8. Alergi bahan kontras

Sedangkan satu-satunya yang dianggap sebagai kontraindikasi absolut adalah apabila pasien dan keluarganya menolak untuk dilakukan kateterisasi (Ontoseno, 1994).

2.3. Kateterisasi Jantung pada PJB 2.3.1. Kateterisasi sebagai Diagnostik

(24)

ruang jantung dapat diukur, sampel darah dapat diambil, dan zat kontras dapat diinjeksikan untuk dilihat dengan x-ray.

Hasil dari diagnostik dengan menggunakan kateterisasi sangat membantu dalam evaluasi pasien dengan kelainan jantung. Teknik kateterisasi ini dapat mengkonfirmasi dugaan yang kita dapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan/atau evaluasi dari metode noninvasive, seperti EKG, ekokardiogram, dan sebagainya.

Pada pelaksanaannya, kateter dapat dimasukkan melalui vena atau arteri. Hal ini didasarkan pada kondisi yang ingin dievaluasi. Untuk mengakses bagian kanan dari ruang maupun pembuluh darah, kateterisasi dilakukan melalui vena. Sedangkan untuk mengakses bagian kiri jantung, kateterisasi dilakukan melalui arteri. Kateterisasi melalui arteri dan vena ini dapat dilakukan secara

percutaneous atau via cutdown.

Pada prosedur kateterisasi terdapat beberapa komplikasi, seperti terjadinya luka pada arteri dan vena pada tempat dilakukannya kateterisasi. Hal ini terjadi pada 0,5-1,5% pasien. Lebam disertai perubahan warna kulit pada tempat punksi pembuluh darah terjadi pada 1-5% pasien. Komplikasi yang paling jarang terjadi adalah infeksi pada lokasi pemasangan kateter. Injeksi dari zat kontras dapat menyebabkan mual dan muntah pada 3-15% pasien, rasa gatal pada 1-3% pasien, reaksi alergi pada 0,2% pasien. Pada pasien yang mempunyai fungsi ginjal yang abnormal, injeksi zat kontras ini dapat memperburuk kondisi penyakit tersebut. Komplikasi mayor, seperti kematian, serangan jantung, dan stroke, yang terjadi dalam 24 jam setelah prosedur dilakukan, ditemui pada 0,2-0,3% pasien. Kematian dapat dikarenakan perforasi dari jantung maupun pembuluh darah, abnormalitas irama jantung, serangan jantung, dan reaksi alergi yang parah akibat injeksi kontras.

(25)

pada darah, dan hubungan abnormal dapat ditunjukkan secara langsung dengan penggunaan kateter.

Berbicara mengenai pengukuran tekanan pada PJB, hal ini diperlukan untuk mendiagnosis stenosis. Namun, adanya peningkatan tekanan tanpa disertai adanya stenosis juga merupakan hal yang menarik dan perlu dicari penyebabnya. Saturasi oksigen dapat digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi shunt dari kiri ke kanan, khususnya Atrial Septal Defect. Sedangkan hubungan abnormal yang dapat dideteksi dengan kateterisasi sangat berguna untuk menentukan diagnosis yang melibatkan dua sirkulasi (Lange and Hillis, 2003).

2.3.2. Kateterisasi sebagai Terapi

Kateterisasi jantung merupakan suatu alat diagnostik yang penting pada neonatus selama beberapa dekade. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, diagnosis tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan echocardiography, sehingga penggunaan kateterisasi jantung sebagai alat diagnostik menjadi berkurang. Sekarang, kateterisasi jantung semakin berkembang sebagai prosedur terapi (Shim, et al, 1999).

Beberapa contoh perkembangan kateterisasi jantung dalam prosedur terapi pada PJB adalah:

1. Opening of Atrial Communications

- Ballon Atrial Septostomy

Ballon atrial septostomy pertama kali digambarkan oleh Rashkind and Miller tahun 1966 sebagai prosedur paliatif pada kelainan Transposition of the Great Arteries. Pembuatan Atrial Septal Defect pada Transposition of the Great Arteries membuat percampuran darah antara aliran pulmonal dan darah vena sistemik, dimana hal ini meningkatkan saturasi oksigen.

- Blade Atrial Septostomy

(26)

- Static Ballon Atrial Dilation

Prosedur ini pertama kali dilakukan pada hewan percobaan pada tahun 1987 oleh Mitchell et al. Sedangkan pada manusia, hal ini pertama kali dilakukan pada tahun 1987 oleh Shrivastava et al. Indikasi dari penggunaan prosedur ini sama dengan ballon atrial septostomy dan blade atrial septostomy.

2. Closure Devices

- Devices for Atrial Septal Defects

Atrial Septal Defect (ASD) yang paling umum ditemukan adalah Secundum ASD dan bisa diintervensi dengan penutupan transkateter. Era dari penggunaan transkateter pada ASD dimulai pada tahun 1976 ketika King et al melaporkan aplikasi dari double-umbrella device pada manusia.

- Devices for Ventricular Septal Defects

Penggunaan preoperative transkateter dengan menggunakan double-disk device sangat membantu pada Ventricular Septal Defect (VSD). The Clamshell device, the Rashkind double umbrella port device, dan buttoned device telah digunakan untuk menutup muscular/ perimembranous VSD dengan berbagai tingkat kesuksesan (Rao, 2005)

- Devices for Patent Ductus Arteriosus

Era dari penggunaan transkateter pada Patent Ductus Arteriosus (PDA)

berawal dari tahun 1967, ketika Porstmann et al melaporkan penggunaan Ivalon untuk menutup PDA.

3. Ballon Dilation of Cardiac Valves

- Pulmonary Valve Stenosis

Sejak diawali dengan ballon valvulotomy tahun 1979 oleh Semb dan koleganya serta dilation ballon valvuloplasty tahun 1982 oleh Kan dan koleganya, telah terdapat banyak laporan tentang kesuksesan dari hasil penggunaan ballon dilation pada Pulmonary Valve Stenosis. Ballon dilation

(27)

- Aortic Valve Stenosis

Sejak penjabaran awal mengenai ballon dilation pada katup aorta oleh Lababidi et al, beberapa investigator telah melaporkan hasil yang baik dalam penggunaan ballon aortic valvuloplasty.

- Mitral Valve Stenosis

Penggunaan ballon dilation pada Rheumatic Mitral Valve Stenosis lebih luas dan berhasil dibandingkan penggunaan pada Congenital Stenosis.

4. Ballon Angioplasty

- Coarctation of the Aorta

Kemungkinan penggunaan ballon angioplasty pada Coarctation of the Aorta

pertama kali dijabarkan oleh Sos et al tahun 1979. - Systemic Venous and Pulmonary

5. Stenting Procedures

Beberapa tahun belakangan ini, penggunaan ballon yang diperluas dengan

stent telah memberi suatu peningkatan yang penting pada perkembangan teknik kateterisasi.

- Pulmonary Artery Stenosis

Aplikasi stent ini paling banyak digunakan pada anak dengan Pulmonary Artery Stenosis

- Systemic Venous Stenosis

Prosedur stent ini telah sukses mengobati anak dengan stenosis vena cava superior dan inferior (Andrew, 2004)

6. Coil Occlusion

Percutaneous transcatheter occlusion pada hubungan vaskular yang tidak diinginkan telah memainkan peranan penting pada intervensi kardiologi anak sejak diungkapkan pertama kali oleh Gianturco dan kolega lebih dari 20 tahun yang lalu. Teknik dari prosedur ini bervariasi, bergantung pada tipe dari kelainan vaskular yang terjadi dan patofisiologi kelainan tersebut.

(28)

Penggunaan tersering dari teknik coil embolization pada kardiologi anak adalah oklusi transkateter pada Aortapulmonary Collaterals. Kelainan ini terjadi paling banyak pada anak dengan Tetralogy of Fallot

- Patent Ductus Arteriosus

Selama beberapa dekade, kardiolog telah mencari metode transkateter yang efektif untuk menutup Patent Ductus Arteriosus . Penggunaan coil occlusion

ini pada PDA sangat efektif. - Arteriovenous Fistula

Arteriovenous Fistula sangat efektif diobati dengan teknik coil occlusion ini. Teknik ini membutuhkan keahlian tingkat tinggi dan juga pengetahuan mengenai anatomi arteri dan teknik kateterisasi (Allen, 1998)

7. Septal Occluder Placement

(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Anak adalah setiap manusia yang berusia kurang dari 18 tahun kecuali terdapat hukum tertentu yang berlaku terhadap anak tersebut, kedewasaan dicapai lebih awal (UNICEF, 1989).

3.2.2. Penyakit jantung bawaan adalah penyakit dengan abnormalitas pada struktur maupun fungsi sirkulasi yang telah ada sejak lahir (Sani, 2007).

Umur

Jenis kelamin Indikasi kateterisasi

Diagnosis sebelum kateterisasi Diagnosis setelah kateterisasi Jenis kateter

(30)

3.2.3. Kateterisasi jantung adalah suatu prosedur diagnostik yang perlahan berkembang menjadi prosedur terapi untuk kelainan jantung (McPhee, 2009).

(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk melihat karakteristik pasien anak dengan penyakit jantung bawaan yang menjalani kateterisasi jantung di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan sejak bulan Agustus 2010.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua pasien anak dengan penyakit jantung bawaan yang menjalani kateterisasi jantung di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah semua pasien anak dengan penyakit jantung bawaan yang menjalani kateterisasi jantung di RSUP H. Adam Malik Medan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling, dimana jumlah sampel yang didapatkan adalah 30 sampel.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh dari rekam medik pasien anak dengan penyakit jantung bawaan yang menjalani kateterisasi jantung di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.5. Metode Analisis Data

(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17 Medan Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan. RSUP H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VIII/1990. Di samping itu, RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993.

5.1.2. Deskripsi Sampel berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Indikasi Kateterisasi, dan Jenis Kateter

(33)
[image:33.595.113.514.153.467.2]

Tabel 5.1. Distribusi umur, jenis kelamin, indikasi kateterisasi, dan jenis kateter sampel

Karakteristik n (%)

Umur

0-5 tahun 17 (56,7)

6-10 tahun 8 (26,7)

11-15 tahun 5 (16,7)

Jenis Kelamin

Perempuan 11 (36,7)

Laki-laki 19 (63,3)

Indikasi kateterisasi

Diagnosis 30 (100)

Terapi 0

Jenis kateter

Pigtail 7 (23,3)

MPA 7 (23,3)

Gabungan 16 (53,3)

Berdasarkan tabel 5.1, dapat dilihat dari 30 sampel yang digunakan dalam penelitian ini, sampel yang berusia 0-5 tahun berjumlah 17 orang (56,7%), dan merupakan kelompok umur paling sering yang menjalani kateterisasi jantung. Sedangkan kelompok umur yang paling sedikit menjalani kateterisasi jantung adalah sampel yang berusia 11-15 tahun, yaitu berjumlah 5 orang (16,7%). Sisanya yaitu kelompok umur 6-10 tahun berjumlah 8 orang (26,7%). Rata-rata umur pasien anak dengan PJB yang menjalani kateterisasi jantung adalah 5,7 tahun.

(34)

Indikasi kateterisasi pada pasien anak dengan PJB mencakup dua aspek, yaitu sebagai sarana diagnostik dan terapi. Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa penggunaan kateterisasi jantung pada pasien anak dengan PJB di RSUP H. Adam Malik Medan secara keseluruhan pada 30 sampel (100%) masih digunakan hanya sebagai alat diagnosis saja.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jenis kateter yang paling sering digunakan pada pasien anak dengan PJB di RSUP H.Adam Malik Medan adalah gabungan dari jenis kateter pigtail dan MPA yaitu digunakan pada 16 orang anak (53,3%), diikuti kateter pigtail dan MPA masing-masing digunakan sebanyak 7 orang anak (23,3%).

5.1.3. Deskripsi Sampel berdasarkan Diagnosis Sebelum dan Setelah Kateterisasi

[image:34.595.115.516.443.613.2]

Distribusi sampel berdasarkan indikasi sebelum dan sesudah kateterisasi jantung dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2. Distribusi diagnosis sebelum kateterisasi

Diagnosis Sebelum Kateterisasi n (%)

VSD 10 (33,3)

ASD 3 (10)

TOF 4 (13,3)

PDA 5 (16,7)

CoA 1 (3,3)

Kombinasi 7 (23,3)

(35)
[image:35.595.114.515.135.282.2]

Tabel 5.3. Distribusi diagnosis setelah kateterisasi

Diagnosis setelah kateterisasi n (%)

VSD 12 (40)

ASD 2 (6,7)

TOF 5 (16,7)

PDA 6 (20)

Kombinasi 5 (16,7)

Total 30 (100)

Pada penelitian ini, peneliti hanya mencari karakteristik diagnosis PJB anak sebelum dan sesudah kateterisasi, tanpa mencari hubungan antara keduanya. Pada diagnosis sebelum kateterisasi, PJB yang ditemukan pada anak digolongkan pada 6 kategori, yaitu PJB VSD, ASD, TOF, PDA, CoA, dan PJB kombinasi atau gabungan dari beberapa PJB. Dari 6 kategori tersebut, berturut-turut dari paling sering sampai paling jarang yaitu VSD sebanyak 12 orang (33,3%), kombinasi sebanyak 7 orang (23,3%), PDA sebanyak 5 orang (16,7%), TOF sebanyak 4 orang (13,3%), ASD sebanyak 3 orang (10%), dan CoA sebanyak 1 orang (3,3%).

(36)

5.1.4. Deskripsi Sampel berdasarkan Jenis Kontras, Jenis Anestesi, Lama Radiasi, Lama Prosedur, dan Komplikasi

[image:36.595.117.513.281.610.2]

Distribusi sampel berdasarkan jenis kontras, jenis anestesi, lama radiasi, lama prosedur, dan komplikasi yang terjadi pada kateterisasi jantung pada pasien anak dengan PJB dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.4. Distribusi jenis kontras, jenis anestesi, lama radiasi, lama prosedur, dan komplikasi

Karakteristik n (%)

Jenis kontras

Iopamiro 29 (96,7)

Aografi 1 (3,3)

Jenis anestesi

General 30 (100)

Lokal 0

Lama radiasi

< 10 menit 21 (70)

>10 menit 9 (30)

Lama prosedur

<1 jam 20 (66,7)

>1jam 10 (33,3)

Komplikasi

Ada 1 (3,3)

Tidak ada 29 (96,7)

Tabel di atas menunjukkan jenis kontras yang paling sering digunakan adalah Iopamiro, pada 29 sampel (96,7%), sedangkan pada 1 sampel (3,3%) digunakan Aografi.

(37)

Pada penelitian ini, lama radiasi pada kateterisasi dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu lama radiasi di bawah 10 menit dan lama radiasi di atas 10 menit. Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa lama radiasi pada kateterisasi jantung paling banyak dalam jangka waktu di bawah 10 menit, yaitu pada 21 orang sampel (70%), sedangkan dalam jangka waktu di atas 10 menit ditemukan pada 9 orang (30%). Rata-rata lama waktu radiasi pada tindakan kateterisasi jantung adalah 10 menit 59 detik.

Lama prosedur pada kateterisasi pada penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu lama prosedur di bawah 1 jam dan lama prosedur di atas 1 jam. Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa lama prosedur pada kateterisasi jantung paling banyak dalam jangka waktu di bawah 1 jam, yaitu pada 20 orang sampel (66,7%), sedangkan dalam jangka waktu di atas 1 jam ditemukan pada 10 orang (33,3%). Rata-rata lama prosedur kateterisasi jantung adalah 52 menit 13 detik.

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa komplikasi pada tindakan kateterisasi hanya terjadi pada satu sampel saja (3,3%), sedangkan pada 29 sampel (96,7%) tidak dijumpai adanya komplikasi.

5.2. Pembahasan

Pada penelitian yang kami lakukan, didapati rata-rata umur pasien anak dengan PJB yang menjalani kateterisasi jantung adalah 5,7 tahun (1 tahun-15 tahun). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Begic et al

(2000) di Sarajevo Clinical Center, dimana didapatkan umur rata-rata pasien anak dengan PJB yang menjalani kateterisasi jantung adalah 5,9 tahun (11 hari-17 tahun).

(38)

Penggunaan kateterisasi jantung pada PJB terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai alat diagnostik dan terapi. Namun, pada penelitian kami didapati penggunaan kateterisasi jantung pada PJB di RSUP H. Adam Malik Medan secara keseluruhan (100%) sebagai alat diagnostik. Sedangkan menurut Shim et al (1999), sekarang penggunaan kateterisasi lebih dititikberatkan sebagai prosedur terapi pada PJB. Hal ini dikarenakan diagnosis pada PJB dapat dilakukan dengan menggunakan echocardiography.

Pada prosedur kateterisasi jantung pada pasien anak dengan PJB di RSUP H. Adam Malik Medan yang kami lakukan, jenis kateter yang paling sering digunakan adalah gabungan kateter pigtail dengan MPA (53,3%). Kateter pigtail

merupakan jenis kateter yang digunakan untuk mengakses bagian kiri jantung dan dimasukkan melalui arteri. Sedangkan kateter MPA (Multipurpose Angiographic)

dapat dimasukkan melalui vena untuk mendapatkan informasi dari bagian kanan jantung (Baim, 2006).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hoffman (2002), jenis PJB yang paling sering ditemukan adalah Ventricular Septal Defect (VSD). Hal ini ditunjang oleh penelitian kami yang juga menunjukkan bahwa jenis PJB yang paling banyak ditemukan adalah VSD.

Pada diagnosis dengan kateterisasi jantung terdapat perbedaan pada hasil diagnosis sebelum dan sesudah kateterisasi. Hal ini mungkin disebabkan oleh alat ataupun cara diagnostik yang digunakan sebelum penggunaan kateterisasi jantung kurang sensitif untuk mendeteksi kelainan jantung tersebut. Menurut Bernstein (2004) evaluasi awal PJB meliputi 3 komponen utama. Pertama, evaluasi apakah kelainan jantung tersebut termasuk sianotik atau asianotik. Kedua, perhatikan corak vaskuler paru, apakah bertambah, normal, atau berkurang. Ketiga, penggunaaan elektrokardiogram untuk menentukan apakah terjadi hipertrofi ventrikal kanan, kiri, atau biventrikuler. Diagnosis akhir dikonfirmasi dengan penggunaan ekokardiografi dan/atau kateterisasi jantung.

(39)

adalah cincin benzene dengan 3 atom iodine pada posisi 1,3,5. Zat kontras ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu High Osmolality Contrast Media (HOCM), dimana biasanya merupakan isotonic contrast media (IOCM) dan Low Osmolality Contrast Media (LOCM) dan biasanya merupakan Nonionic contrast agent.

Berdasarkan penelitian kami, jenis kontras yang paling sering digunakan adalah Iopamiro (96,7%). Iopamiro (Iopamidol) termasuk golongan Low Osmolality Contrast Media (LOCM) dan Nonionic contrast agent. Nonionic contrast agent secara rutin telah digunakan pada prosedur kateterisasi jantung sejak akhir tahun 1980. Hal ini mungkin disebabkan karena kejadian efek yang tidak diinginkan (adverse reaction) seperti reaksi idionsinkrasi atau reaksi alergi lebih kecil pada LOCM (Lock, 2000).

Pada penelitian kami, didapati pada seluruh pasien anak dengan PJB yang menjalani kateterisasi jantung digunakan general anestesi. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kebanyakan prosedur kateterisasi jantung dilakukan dengan anestesi general. Penggunaan anestesi general ini bertujuan mengurangi atau menghilangkan rasa tidak nyaman pada pasien selama prosedur berlangsung. Selain itu, alasan penggunaan anestesi general ini adalah agar pasien dapat sepenuhnya dikontrol atau koperatif selama prosedur berlangsung (Mullins, 2006).

Pada penelitian yang kami lakukan, didapati rata-rata waktu radiasi adalah 10 menit 59 detik dengan rentang antara 3-26 menit. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Papadopouolou (2005), dimana didapati rentang waktu radiasi adalah 5,2-39 menit. Menurut Baim (2006), lama radiasi di atas 60 menit dapat menimbulkan luka pada kulit.

(40)

ketrampilan operator dan personil yang membantu, sarana yang tersedia, dan informasi yang diperlukan (Ontoseno, 1994).

(41)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rata-rata umur pasien anak dengan PJB yang menjalani kateterisasi jantung adalah 5,7 tahun.

2. Pasien anak dengan PJB yang menjalani kateterisasi jantung terbanyak adalah pada jenis kelamin laki-laki,yaitu sebanyak 19 orang (63,3%), diikuti jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 11 orang (36,7%).

3. Penggunaan kateterisasi jantung pada pasien anak dengan PJB di RSUP H. Adam Malik Medan secara keseluruhan pada 30 sampel (100%) masih digunakan hanya sebagai alat diagnosis saja.

4. Terdapat perbedaan hasil pada diagnosis sebelum dan sesudah kateterisasi jantung.

5. Jenis kateter yang paling sering digunakan pada pasien anak dengan PJB di RSUP H.Adam Malik Medan adalah gabungan dari jenis kateter pigtail

dan MPA.

6. Jenis kontras yang paling sering digunakan adalah Iopamiro.

7. Anestesi general atau anestesi umum digunakan pada keseluruhan sampel (30 orang).

8. Rata-rata lama waktu radiasi pada tindakan kateterisasi jantung adalah 10 menit 59 detik.

9. Rata-rata lama prosedur kateterisasi jantung adalah 52 menit 13 detik. 10. Komplikasi pada tindakan kateterisasi jantung hanya terjadi pada satu

(42)

6.2. Saran

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian tersebut, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penelitian lanjutan berupa hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian dan jenis PJB

2. Penelitian lanjutan berupa perbandingan sensitivitas antara kateterisasi jantung dengan echocardiography sebagai sarana diagnostik pada PJB 3. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan kateterisasi jantung di

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, H.D., et al. 1998. Pediatric Therapeutic Cardiac Catheterization : A Statement for Healthcare Professionals From the Council on Cardiovascular Disease in the Young. Circulation97: 609-625.

Amini, M., 2009. N-acetylcysteine does not prevent contrast-induced nephropathy after cardiac catheterization in patients with diabetes mellitus and chronic kidney disease: a randomized clinical trial. Trials 10: 45.

Andrews, R.E., Tulloh, R.M., 2004. Interventional Cardiac Catheterisation in Congenital Heart Disease. Arch Dis Child 89:1168-1173.

Arnold, P.D., Holtby, H.M., 2005. Anesthesia for The Cardiac Catheterization Laboratory. Dalam: Andropoulos, D.B., Stayer, S.A., Russel, I.A.,

Anesthesia for Congenital Heart Disease. Blackwell Futura, California: 407-427.

Baim, Donald S., 2006. Grossman's Cardiac Catheterization, Angiography, & Intervention, 7th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins.

Baker, Charles., 1999.

Diunduh dari

April 2010]

Begic, Z., Dinarevic, S., Terzic, R., 2000. Pediatric Catheterization In Treatment

Of Congenital Heart Diseases. Diunduh dari:

[Diakses 7 November

(44)

Bernstein, Daniel. 2007. The Cardiovascular System. Dalam: Kliegman, Robert M. et al. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18th Edition. Saunders Elsevier, Philadelphia: 1828 – 1928.

Fachri, D., 2007. Upaya Medis yang Dapat Dikerjakan pada Penyakit Jantung

Bawaan. Diunduh dari:

Harimurti, Ganesja M., 2008. Penyakit Jantung Bawaan: dari Pisau ke Jarum.

Diunduh dari:

[Diakses 12 Februari 2010]

Hoffman, J., Kaplan, Samuel., 2002. The Incidence of Congenital Heart Disease. J. Am. Coll. Cardiol.39:1890-1900.

Indriwanto., 2007. Faktor Risiko dan Tanda-Tanda Anak dengan Penyakit

Jantung Bawaan. Diunduh dari:

Lange, R.A., Hillis, L.D., 2003. Diagnostic Cardiac Catheterization. Circulation

107: e111-e11.

Lock, J.E., Keane, J.F., Perry, S. B., 2000. Diagnostic and Interventional Catheterization in Congenital Heart Disease, 2nd ed. USA: Kluwer Academic Publishers.

McPhee, S.J., Papadakis, M.A., 2009. Current Medical Diagnosis &

(45)

Mullins, C.E., 2006. Cardiac Catheterization in Congenital Heart Disease: Pediatric and Adult. USA: Blackwell Futura.

Olade, Roger B., 2008. Cardiac Catheterization (Left Heart). Diunduh dari:

2010]

Ontoseno., 1994. Kateterisasi Jantung dan Angiokardiografi. Dalam: Sastroasmoro, Sudigdo., Madiyono, Bambang., Buku Ajar Kardiologi Anak.

Binarupa Aksara, Jakarta: 134-163.

Papadopoulou, D. et al, 2005. Entrance Radiation Doses During Paediatric Cardiac Catheterisations Performed For Diagnosis Or The Treatment Of Congenital Heart Disease. Radiat Prot Dosimetry 117 (1-3): 236-240.

Park, Myung K. 2008. Pediatric Cardiology for Practitioners, 5th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier.

Phillips, B. L. et al, 2010. Procedural Complications During Congenital Cardiac Catheterization. Congenital Heart Disease 5(2) :118–123 [Abstract].

Rao, P.S., 2005. Diagnosis and Management of Acyanotic Heart Disease: Part II - Left-to-right Shunt Lesions. Indian J Pediatr 72 (6) : 503-512.

Reyntjens et al, 2005. Glycopyrrolate during sevoflurane–remifentanil-based

anaesthesia for cardiac catheterization of children with congenital heart

(46)

Roebiono, P.S., 1996. Bagaimana Dokter Spesialis Jantung Melakukan Pemeriksaan pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan. Diunduh dari:

Sani, M.U., Mukhtar-Yola, M., Karaye, K.M., 2007. Spectrum of Congenital Heart Disease in a Tropical Environment: An Echocardiography Study. J Natl Med Assoc. 99: 665-669.

Sastroasmoro, Sudigdo., Madiyono, Bambang., 1994. Epidemiologi dan Etiologi Penyakit Jantung Bawaan. Dalam: Sastroasmoro, Sudigdo., Madiyono, Bambang., Buku Ajar Kardiologi Anak. Binarupa Aksara, Jakarta: 165-171.

Shim, D., Lloyd, T.R., Crowley, D.C., Beekman, R.H., 1999. Neonatal Cardiac Catheterization: A 10-Year Transition from Diagnosis to Therapy. Pediatr Cardiol20 (2): 131-133.

Tank, S., Malik, S., Joshi, S., 2004. Epidemiology of Congenital Heart Disease

among Hospitalised Patients. Diunduh dari:

[Diakses 10 Maret 2010]

UNICEF (United Nations International Children's Fund). 1989. Definition of the

Child. Diunduh dari

2010]

Widyantoro, Bambang., 2006. Penyakit Jantung Bawaan: Haruskah Selalu

Berakhir di Ujung Pisau Bedah. Diunduh dari:

(47)
(48)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ananda Marina

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 16 Juli 1989

Agama : Islam

Alamat : Jalan Karya Setuju nomor 21 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Panglima Polem Rantauprapat (1995-2001) 2. SLTP Negeri 2 Rantauprapat (2001-2004)

3. SMA Panglima Polem Rantauprapat (2004-2007) Riwayat Pelatihan : 1. Pekan Ta`aruf PHBI FK USU Tahun 2007

2. Masa Orientasi dan Pelatihan HMI Komisariat FKG USU Tahun 2008

Riwayat Organisasi : 1. Anggota bidang Administrasi dan Kesekretariatan HMI Komisariat FK USU Periode 2008-2009 2. Sekretaris Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis

(49)

LAMPIRAN 2

FORMULIR PENELITIAN

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Indikasi kateterisasi : Diagnosis sebelum kateterisasi : Diagnosis setelah kateterisasi :

Jenis kateter :

Jenis kontras :

Anestesi :

Lama radiasi :

Lama prosedur :

Komplikasi :

(50)
(51)
(52)
(53)

LAMPIRAN 5

DATA INDUK

KARAKTERISTIK PASIEN ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN YANG MENJALANI KATETERISASI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

umur gender indikasi dxbcath dxacath kateter kontras anastesi radiasi kat.

Radiasi prosedur kat.

Prosedur komplikasi kel. Umur 5 laki-laki diagnosis VSD VSD gabungan iopamiro general 0:05:33

<10

menit 1:02:00 >1 jam tidak ada

0-5 tahun

11 perempuan diagnosis VSD VSD gabungan iopamiro general 0:05:00 <10

menit 0:55:00 < 1jam tidak ada

11-15 tahun

2 perempuan diagnosis VSD VSD gabungan iopamiro general 0:05:53 <10

menit 0:30:00 < 1jam tidak ada

0-5 tahun

1 perempuan diagnosis kombinasi kombinasi MPA iopamiro general 0:15:29 >10

menit 1:00:00 < 1jam tidak ada

0-5 tahun

9 laki-laki diagnosis VSD VSD MPA iopamiro general 0:07:32 <10

menit 0:44:00 < 1jam tidak ada

6-10 tahun

6 laki-laki diagnosis TOF TOF MPA iopamiro general 0:26:00 >10

menit 1:05:00 >1 jam tidak ada

6-10 tahun

4 laki-laki diagnosis kombinasi PDA gabungan iopamiro general 0:05:45 <10

menit 1:00:00 < 1jam tidak ada

0-5 tahun

13 perempuan diagnosis TOF VSD gabungan iopamiro general 0:08:27 <10

menit 0:38:00 < 1jam tidak ada

11-15 tahun

1 perempuan diagnosis PDA PDA gabungan iopamiro general 0:05:25 <10

menit 0:28:28 < 1jam tidak ada

(54)

5 laki-laki diagnosis yang lain ASD pigtail iopamiro general 0:03:33 <10

menit 0:25:00 < 1jam tidak ada

0-5 tahun

14 laki-laki diagnosis ASD TOF MPA iopamiro general 0:07:33 <10

menit 0:36:00 < 1jam tidak ada

11-15 tahun

1 laki-laki diagnosis ASD VSD gabungan iopamiro general 0:05:55 <10

menit 1:15:00 >1 jam tidak ada

0-5 tahun

4 laki-laki diagnosis kombinasi VSD gabungan iopamiro general 0:03:55 <10

menit 0:36:00 < 1jam tidak ada

0-5 tahun

3 laki-laki diagnosis ASD ASD gabungan iopamiro general 0:07:57 <10

menit 0:57:33 < 1jam tidak ada

0-5 tahun

9 laki-laki diagnosis VSD VSD gabungan iopamiro general 0:05:32 <10

menit 0:45:32 < 1jam tidak ada

6-10 tahun

6 perempuan diagnosis kombinasi TOF gabungan iopamiro general 0:26:00 >10

menit 1:03:00 >1 jam tidak ada

6-10 tahun

3 perempuan diagnosis kombinasi kombinasi pigtail iopamiro general 0:15:32 >10

menit 1:03:00 >1 jam ada

0-5 tahun

7 laki-laki diagnosis kombinasi kombinasi pigtail iopamiro general 0:25:27 >10

menit 1:00:00 < 1jam tidak ada

6-10 tahun

5 perempuan diagnosis PDA PDA pigtail aografi general 0:05:32 <10

menit 0:34:00 < 1jam tidak ada

0-5 tahun

5 laki-laki diagnosis TOF TOF MPA iopamiro general 0:26:33 >10

menit 1:02:00 >1 jam tidak ada

0-5 tahun

2 perempuan diagnosis PDA PDA pigtail iopamiro general 0:05:36 <10

menit 1:01:00 >1 jam tidak ada

0-5 tahun

1 laki-laki diagnosis VSD VSD gabungan iopamiro general 0:05:32 <10

menit 0:56:00 < 1jam tidak ada

0-5 tahun

8 laki-laki diagnosis VSD VSD gabungan iopamiro general 0:06:33 <10

menit 0:57:33 < 1jam tidak ada

(55)

11 laki-laki diagnosis VSD VSD MPA iopamiro general 0:07:33 <10

menit 0:43:33 < 1jam tidak ada

11-15 tahun

11 laki-laki diagnosis VSD kombinasi gabungan iopamiro general 0:26:00 >10

menit 1:15:00 >1 jam tidak ada

11-15 tahun

4 perempuan diagnosis VSD VSD pigtail iopamiro general 0:06:33 <10

menit 0:57:23 < 1jam tidak ada

0-5 tahun

1 laki-laki diagnosis kombinasi kombinasi gabungan iopamiro general 0:16:32 >10

menit 1:05:00 >1 jam tidak ada

0-5 tahun

3 laki-laki diagnosis PDA PDA gabungan iopamiro general 0:05:33 <10

menit 0:44:23 < 1jam tidak ada

0-5 tahun

9 laki-laki diagnosis TOF TOF MPA iopamiro general 0:24:32 >10

menit 1:03:00 >1 jam tidak ada

6-10 tahun

7 perempuan diagnosis PDA PDA pigtail iopamiro general 0:06:34 <10

menit 0:44:23 < 1jam tidak ada

(56)

LAMPIRAN 6

HASIL OUTPUT

KARAKTERISTIK PASIEN ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN YANG MENJALANI KATETERISASI JANTUNG DI RSUP H.

ADAM MALIK MEDAN

A. HASIL OUTPUT BERDASARKAN UMUR Kelompok Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0-5 tahun 17 56.7 56.7 56.7

6-10 tahun 8 26.7 26.7 83.3

11-15 tahun 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

B. HASIL OUTPUT BERDASARKAN JENIS KELAMIN Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid perempuan 11 36.7 36.7 36.7

laki-laki 19 63.3 63.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

(57)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid diagnosis 30 100.0 100.0 100.0

D. HASIL OUTPUT BERDASARKAN JENIS KATETER Jenis Kateter

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid pigtail 7 23.3 23.3 23.3

MPA 7 23.3 23.3 46.7

gabungan 16 53.3 53.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

E. HASIL OUTPUT BERDASARKAN DIAGNOSIS SEBELUM

KATETERISASI

Diagnosis Sebelum Kateterisasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid VSD 10 33.3 33.3 33.3

ASD 3 10.0 10.0 43.3

TOF 4 13.3 13.3 56.7

PDA 5 16.7 16.7 73.3

yang lain 1 3.3 3.3 76.7

kombinasi 7 23.3 23.3 100.0

(58)

F. HASIL OUTPUT BERDASARKAN DIAGNOSIS SETELAH KATETERISASI

Diagnosis Setelah Kateterisasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid VSD 12 40.0 40.0 40.0

ASD 2 6.7 6.7 46.7

TOF 5 16.7 16.7 63.3

PDA 6 20.0 20.0 83.3

kombinasi 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

G. HASIL OUTPUT BERDASARKAN JENIS KONTRAS Jenis Kontras

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid iopamiro 29 96.7 96.7 96.7

aografi 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

H. HASIL OUTPUT BERDASARKAN JENIS ANASTESI Jenis Anastesi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

(59)

I. HASIL OUTPUT BERDASARKAN LAMA RADIASI Lama Radiasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid >10 menit 9 30.0 30.0 30.0

<10 menit 21 70.0 70.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

J. HASIL OUTPUT BERDASARKAN LAMA PROSEDUR Lama Prosedur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < 1jam 20 66.7 66.7 66.7

>1 jam 10 33.3 33.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

K. HASIL OUTPUT BERDASARKAN KOMPLIKASI Komplikasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ada 1 3.3 3.3 3.3

tidak ada 29 96.7 96.7 100.0

Gambar

Tabel 2.1. Jenis Zat Anestesi pada Kateterisasi Jantung (Arnold dan Holtby,
Tabel 5.1. Distribusi umur, jenis kelamin, indikasi kateterisasi, dan jenis
Tabel 5.2. Distribusi diagnosis sebelum kateterisasi
Tabel 5.3. Distribusi diagnosis setelah kateterisasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

1) Untuk mengetahui karakteristik pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis oral di bangsal rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan. 2) Untuk melihat gambaran klinis pasien, jenis jamur,

Rasa takut atau kekhawatiran yang dialami pasien kanker dalam menjalani pengobatan kemoterapi di RSUP Haji adam malik medan..

3 Untuk mengetahui sebaran pasien CTS yang mengalami DM dan Non DM periode Januari 2014 - September 2015 di RSUP H. Adam Malik

pasien pneumonia pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014.

simtom ansietas dan depresi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5. dialisis di RSUP H Adam

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan didapatkan hasil motivasi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan didapatkan hasil motivasi

Dari hasil penelitian pada karakteristik penyakit vesiko-bulosa autoimun pada anak di RSUP. Adam Malik Medan dan RSUD. Jumlah pasien vesiko-bulosa pada anak di