• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Penggunaan Semak Bunga Putih (Chromolaena Odorata) Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Pada Domba Jantan Masa Pertumbuhan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Penggunaan Semak Bunga Putih (Chromolaena Odorata) Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Pada Domba Jantan Masa Pertumbuhan."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PENGGUNAAN SEMAK BUNGA PUTIH

(Chromolaena odorata) DALAM PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DOMBA JANTAN MASA PERTUMBUHAN

SKRIPSI

OLEH

PURWO SISWOYO 040306035

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANNIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KAJIAN PENGGUNAAN SEMAK BUNGA PUTIH

(Chromolaena odorata) DALAM PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DOMBA JANTAN MASA PERTUMBUHAN

SKRIPSI

OLEH

PURWO SISWOYO 040306035

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Penelitian : Kajian Penggunaan Semak Bunga Putih

(Chromolaena odorata) Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Domba Jantan Masa Pertumbuhan

Nama : Purwo Siswoyo

NIM : 040306035

Departemen : Peternakan Program Studi : Produksi Ternak

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP) (Hamdan, SPt, MSi

Ketua Anggota

)

Mengetahui :

(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP

Ketua Departemen Peternakan

)

(4)

ABSTRACT

Purwo Siswoyo, 2009. Utilization of weed chromolaena (Chromolaena

odorata) in feed toward the performance of weaning local male sheep under supervision of prof. dr. ir. Zulfikar siregar, mp, as supervisor and mr.hamdan, spt, msi, as co supervisor.

The research was held in livestock biology laboratory of animal science department of agriculture faculty of North Sumatera Utara University. This research was done for three months, since September 2008 until November 2008. The purpose of this is ti find out and to learn the weed chromolaena odorata usage level of feed toward the feed consumption, body weight gain and feed converttion toward weaning local male sheep average weight. This research used local male sheep with average body weight 15,65+ 1,6 Kg.

The research method was completely randomized design (CRD) which was consist of four treatment and five replication those were p0, without weed chromolaena odorata, p1 using weed chromolaena odorata for 15 percent, p2 using weed chromolaena odorata for 30 percent, p3 using weed chromolaena odorata 45 percent. The result show that the consumption (517,61;555,36;535,08;534,27 g/h/day respectively). The body weigh gain about (63,33;87,11;83,20 and 80,45 g/h/day respectively). Feed convertion (8,09;7,03;9.06 and 8,20 g/h/day respectively). The result of this research show that p0, p1, p2, and p3, were no significantly differences (p˃0.05) in feed consumption, average daily gain and feed convention ratio.

(5)

ABSTRAK

Purwo Siswoyo, 2009, Kajian Penggunaan Semak Bunga Putih (Chromolanae odorata) dalam pakan terhadap pertumbuhan domba jantan masa pertumbuhan di bawah pimpinan Prof.Dr.Ir Zulfikar Siregar, MP, Selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Hamdan, SPt, MSi, selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini di laksanakan selama 3 Bulan dimulai dari bulan September 2008 sampai dengan bulan November 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level penggunaan semak bunga putih dalam pakan terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konveksi pakan domba jantan masa pertumbuhan. Penelitian ini menggunakan domba lokal jantan dengan bobot badan awal rata-rata 15,65 ± 1,6 kg.

Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan lima ulangan yaitu P0 tanpa semak bunga putih, P1 semak bunga putih sebesar 15%, P2 semak bunga putih sebesar 30%, P3 semak bunga putih sebesar 45%. Hasil yang di peroleh yaitu konsumsi pakan secara berturut turut yaitu g/ekor/hari (517.61; 555.36; 535.08 dan 534;27). Pertambahan bobot badan secara berturut turut yaitu g/ekor/hari (63.33; 87.11; 83.20 dan 80.45). Konversi ransum secara berturut turut (8.09; 7.03; 9.06 dan 8.20). Hasil penelitian ini diperoleh bahwa perlakuan P0, P1, P2, dan P4 tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Purwo Siswoyo, dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1986 di Lubuk Pakam. Anak pertama dari tiga bersaudara, putra dari bapak Sudarno. K dan Rosmini Br Purba

Pendidikan formal yang pernah penulis ikuti hingga saaat ini :

1. SD Negeri 101900 Lubuk Pakam , lulus tahun 1998 2. SLTP Negeri 1 Medan, lulus tahun 2001

3. SMU Al-Azhar Medan, lulus tahun 2004

4. Tahun 2004 penulis lulus seleksi masuk ke Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB pada program studi Produksi Ternak.

5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Di Galang Sumatera Utara, pada Juni 2007- Juli 2007.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun skripsi ini berjudul “KAJIAN PENGGUNAAN SEMAK BUNGA

PUTIH (Chromolaena odorata) DALAM PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN PADA DOMBA JANTAN MASA PERTUMBUHAN”,

yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP, selaku Ketua komosi pembimbing dan Bapak Hamdan, SPt. MSi, selaku Anggota Komosi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga dan dorongan maupun memberikan informasi yang berharga bagi penulis.

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya dan dimohonkan kritik dan saran untuk demi sempurnanya skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, September 6, 2009

(8)

DAFTAR ISI

Kegunaan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Semak bunga putih (chromolaena odorata) ... 4

Ternak domba... 7

Pertumbuhan ternak domba ... 8

Bobot badan ... 9

Pencernaan ruminansia ... 10

Pakan ruminansia ... 10

Potensi bahan pakan ... 11

Bungkil inti sawit (BIS) ... 11

Pelepah daun kelapa sawit ... 11

Jerami padi ... 12

Pertumbuhan bobot badan ... 16

Konversi pakan ... 16

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian... 18

Bahan dan alat penelitian ... 18

Bahan ... 18

Alat ... 18

Metode penelitian ... 19

Parameter penelitian ... 21

(9)

Konversi pakan ... 22

Pelaksanaan penelitian ... 22

Persiapan kandang ... 22

Pengacakan domba ... 23

Pemberian pakan dan minum ... 23

Pemberian obat-obatan ... 23

Analisis data ... 23

Hasil dan penbahasan Hasil ... 24

Konsumsi pakan ... 24

Pertambahan bobot badan ... 25

Konversi pakan ... 25

Pembahasan ... 27

Konsumsi pakan ... 27

Pertambahan bobot badan ... 29

Konversi pakan ... 31

Rekapitulasi hasil penelitian ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 33

Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. ... Kandungan nilai gizi semak bunga putih (Chromolaena odorata) . 5

Tabel 2. Kandungan antinutrisi semak bunga putih ... 6

Tabel 3. Kebutuhan harian zat-zat pakan untuk ternak domba ... 11

Tabel 4. Kandungan nilai gizi pakan perlakuan ... 15

Tabel 5. Formulasi pakan perlakuan ... 20

Tabel 6. Rataan konsumsi pakan dalam bahan kering domba jantan selama penelitian (g/ekor/hari) ... 24

Tabel 7. Rataan pertambahan bobot badan domba jantan Selama penelitian (g/ekor/hari) ... 25

Tabel 8. Rataan konveksi pakan domba jantan selama penelitian ... 25

Table 9. Daftar sidik ragam konsumsi pakan domba jantan selama penelitian (g/ekor/hari) ... 26

Tabel 10. Daftar sidik ragam pertambahan bobot badan domba jantan selama penelitian (g/ekor/hari) ... 27

Tabel 11. Daftar sidik ragam konveksi pakan domba jantan selama penelitian ... 28

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

ABSTRACT

Purwo Siswoyo, 2009. Utilization of weed chromolaena (Chromolaena

odorata) in feed toward the performance of weaning local male sheep under supervision of prof. dr. ir. Zulfikar siregar, mp, as supervisor and mr.hamdan, spt, msi, as co supervisor.

The research was held in livestock biology laboratory of animal science department of agriculture faculty of North Sumatera Utara University. This research was done for three months, since September 2008 until November 2008. The purpose of this is ti find out and to learn the weed chromolaena odorata usage level of feed toward the feed consumption, body weight gain and feed converttion toward weaning local male sheep average weight. This research used local male sheep with average body weight 15,65+ 1,6 Kg.

The research method was completely randomized design (CRD) which was consist of four treatment and five replication those were p0, without weed chromolaena odorata, p1 using weed chromolaena odorata for 15 percent, p2 using weed chromolaena odorata for 30 percent, p3 using weed chromolaena odorata 45 percent. The result show that the consumption (517,61;555,36;535,08;534,27 g/h/day respectively). The body weigh gain about (63,33;87,11;83,20 and 80,45 g/h/day respectively). Feed convertion (8,09;7,03;9.06 and 8,20 g/h/day respectively). The result of this research show that p0, p1, p2, and p3, were no significantly differences (p˃0.05) in feed consumption, average daily gain and feed convention ratio.

(13)

ABSTRAK

Purwo Siswoyo, 2009, Kajian Penggunaan Semak Bunga Putih (Chromolanae odorata) dalam pakan terhadap pertumbuhan domba jantan masa pertumbuhan di bawah pimpinan Prof.Dr.Ir Zulfikar Siregar, MP, Selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Hamdan, SPt, MSi, selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini di laksanakan selama 3 Bulan dimulai dari bulan September 2008 sampai dengan bulan November 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level penggunaan semak bunga putih dalam pakan terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konveksi pakan domba jantan masa pertumbuhan. Penelitian ini menggunakan domba lokal jantan dengan bobot badan awal rata-rata 15,65 ± 1,6 kg.

Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan lima ulangan yaitu P0 tanpa semak bunga putih, P1 semak bunga putih sebesar 15%, P2 semak bunga putih sebesar 30%, P3 semak bunga putih sebesar 45%. Hasil yang di peroleh yaitu konsumsi pakan secara berturut turut yaitu g/ekor/hari (517.61; 555.36; 535.08 dan 534;27). Pertambahan bobot badan secara berturut turut yaitu g/ekor/hari (63.33; 87.11; 83.20 dan 80.45). Konversi ransum secara berturut turut (8.09; 7.03; 9.06 dan 8.20). Hasil penelitian ini diperoleh bahwa perlakuan P0, P1, P2, dan P4 tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketersediaan bahan pakan di Indonesia, terutama ternak ruminansia yang berupa hijauan sangat fluktuatif tergantung pada musim. Pada musim hujan hijauan sebagai pakan utama ternak ruminansia melimpah sedangkan pada musim kemarau sangat terbatas sampai tidak ada produksi sama sekali tergantung pada lamanya musim kemarau (Utomo, 2004).

Kebutuhan pakan ternak semakin besar yang tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan pakan yang cukup, menyebabkan harga pakan menjadi mahal. Dengan demikian, terbatasnya ketersediaan bahan pakan, disamping adanya persaingan dengan manusia, kiranya perlu dirintis usaha penganekaragaman pakan ternak yaitu dengan jalan memanfaatkan sumber pakan baru yang potensial, murah dan mudah diperoleh. Atau dengan memanfaatkan gulma seperti semak bunga putih.

Pada beberapa daerah, potensi bahan pakan ternak, khususnya ternak domba, banyak. Tetapi kurang atau tidak dapat dimanfaatkan karena beberapa alasan seperti kandungan anti nutrisinya yang tinggi, harus diolah terlebih dahulu agar dapat dimanfaatkan ataupun masyarakat tidak menyadari kegunaan dan potensi bahan pakan tersebut.

(15)

pertanian maupun rumput yang merupakan pakan ternak. Itulah sebabnya gulma ini terus diupayakan pemusnahannya (Rovihandono, 2007).

Ditinjau dari keberadaan tanaman gulma semak bunga putih yang merupakan gulma bagi tanaman pertanian dan pemanfaatannya masih sedikit, serta pakan alternatif yang bernilai ekonomis, maka salah satu cara untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan memanfaatkan semak bunga putih sebagai salah satu bahan pakan ternak, dalam hal ini ternak domba.

Semak bunga putih berpotensi sebagai pakan ternak karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi setara dengan lamtoro, palatabilitas lebih baik dari gamal, degrabilitas efektif dalam rumen > 80%, penggunaan sampai 30% dalam pakan meningkatkan konsumsi dan pertumbuhan ternak ruminansia, penelitian di Afrika dan Eropa menunjukkan ada senyawa antihelmintik (Marthen, 2007). Selain itu, semak bunga putih merupakan gulma bagi tanaman pertanian, sehingga secara tidak langsung pemberian semak bunga putih sebagai pakan ternak dapat membantu dalam usaha pengendalian gulma bagi tanaman pertanian. Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Bamikole (2006) bahwa pemberian semak bunga putih sampai 30% bahan kering dapat meningkatkan efisiensi dan konversi pakan domba, semak bunga putih juga memiliki gizi yang mirip dengan pakan konsentrat sehingga dapat digunakan sebagai bahan pakan.

(16)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian semak bunga putih terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan domba jantan masa pertumbuhan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi bagi peneliti, kalangan akademis, maupun peternak khususnya peternak domba tentang pemberian bunga semak putih, sebagai salah satu pakan ternak. Selain itu, membantu dalam usaha pengendalian gulma tanaman pertanian.

Hipotesa Penelitian

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata)

Klasifikasi Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Asterales Family : Asteraceae Tribe : Eupatorieae Genus : Chromolaena Species : odorata (Pink, 2004).

Menurut Marthen (2007), potensi Semak Bunga Putih sebagai pakan ternak :

1. Kandungan protein cukup tinggi (21-36%) sebagai pakan ternak, setara dengan daun lamtoro, turi, dan gamal.

2. Produksi protein kasar dapat mencapai 15 ton/ha/tahun.. 3. Degradibilitas efektif dalam rumen lebih dari 80% 4. Palatabilitas lebih baik dari gamal.

5. Penelitian di Afrika menunjukan adanya senyawa antihelmintik.

(18)

jarak rapat. Pertumbuhan cepat menyebar karena produksi biji sangat tinggi (>93.000 biji/pohon/tahun), tahan pemangkasan, renggutan, api, panas dan bila kekurangan air, maka daun mengering dan gugur tetapi bonggol tetap hidup.Kandungan nilai gizi Semak Bunga Putih disajikan pada Tabel berikut. Tabel 1. Kandungan nilai gizi semak bunga putih (Chromolaena odorata)

Uraian Kandungan (%)

Kadar air 10,56

Kadar abu 17,49

Protein kasar 13,62

Lemak kasar 3,39

Serat kasar 13,97

TDN 63,92

BETN 40,97

Sumber: Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih 2008

(19)

Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) disajikan pada gambar berikut:

Gambar 2. Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata)

Meskipun menurut Marthen (2007) Chromolaena odorata mempunyai potensi sebagai pakan ternak, namun menurut Ikhimioya (2003), Chromolaena odorata mengandung zat antinutrisi. Kandungan antinutrisi Chromolaena odorata adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Kandungan antinutrisi Choromolaena odorata

Jenis Antinutrisi Jumlah

Haemagglutinnin, mg/g 9.72

Oxalate, % 1.89

Phytic acid, % 1.34

(20)

Tingginya kandungan Zat anti nutrisi dalam pakan akan menurunkan kecernan protein(Parakkasi,1995).

Ternak Domba

Domba diklasifikasikan sebagai hewan herbivora (pemakan rumput atau tumbuhan) karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Domba juga merupakan hewan mamalia karena menyusui anak-anaknya. Sistem pencernaan pakan yang khas di dalam rumen menyebabkan domba juga digolongkan sebagai hewan ruminansia. Sistem pencernaan yang khas inilah yang menyebabkan domba mampu mengkonversi pakan-pakan berkualitas rendah menjadi produk bergizi tinggi, seperti daging dan susu, serta hasil ikutan yang berkualitas tingggi, seperti kulit dan wol (Sodiq dan Abidin, 2002).

Domba sudah sejak lama diternakkan oleh manusia. Semua jenis domba memiliki beberapa karakteristik yang sama. Adapun numenklatur domba tersebut yaitu :

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Artiodactyla

Family : Caprae

Sub-family : Caprinae Genus : Ovis aries

Spesies : Ovis mouffon (domba mouffon), Ovis orientalis, Ovis vignei

(21)

Menurut Tomaszeweska et al., (1993) ternak domba mempunyai beberapa keuntungan dilihat dari segi pemeliharaannya, yakni:

1. Cepat berkembang biak, dapat beranak lebih dari satu ekor dan dapat beranak dua kali dalam setahun.

2. Selalu bergerombol bila sedang merumput atau berjalan.

3. Kurang pemilih dalam hal pakan sehingga memudahkan dalam pemeliharaan. 4. Dapat memberikan pupuk kandang untuk keperluan pertanian.

Sebagai sumber keuangan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang mendadak.

Pertumbuhan Ternak Domba

Pertumbuhan adalah kenaikan bobot badan dengan melakukan perkembangan berulang-ulang dan dinyatakan dengan pertambahan bobot badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lain (Tillman et al., 1991). Menurut Anggorodi (1990) pertumbuhan murni mencakup dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Pada umumnya pertumbuhan pada ternak mamalia dapat dibagi dalam dua periode utama yakni prenatal dan postnatal.

(22)

Ternak yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai respon yang baik terhadap pakan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi dan adanya keragaman yang besar dalam konsumsi bahan kering (Devendra and Burns, 1970).

Bobot Badan (kg)

Pertumbuhan biasanya mulai perlahan-lahan kemudian berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali terhenti. Pola seperti ini menghasilkan kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid (Gambar 1). Tahap cepat pertumbuhan terjadi pada saat kedewasaan tubuh hampir tercapai (Anggorodi, 1990).

Bobot Badan

Pertumbuhan Lambat

Pertumbuhan Cepat

Pertumbuhan Lambat

0 3 6 9 Umur (bulan)

(23)

Perkembangan sistem pencernaan pada domba mengalami 3 fase perubahan. Fase pertama, pada Domba dilahirkan sampai dengan umur 3 minggu yang disebut non ruminansia karena pada tahapan ini fungsi sistem pencernaan sama dengan hewan monogastrik. Fase kedua mulai 3-8 minggu disebut fase transisi yaitu perubahan dari tahapan nonruminansia menjadi ruminansia yang ditandai dengan perkembangan rumen. Tahap ketiga yaitu fase ruminansia dewasa setelah umur domba lebih dari 8 minggu (Van Soest, 1982).

Ternak ruminansia memiliki empat bagian perut yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum, keempatnya tidak mempunyai perbedaan yang nyata ketika ternak dilahirkan. Bagian perut yang terakhir mempunyai ukuran lebih besar dibanding ketiga bagian perut yang lain (Kartadisastra, 1997).

Menurut Sutardi (1980), kapasitas dari rumen ternak ruminansia sangat besar yaitu 4-10 liter untuk ternak domba. Sedangkan fungsi mikroba yang terdapat dalam retikulum adalah melaksanakan fermentasi, membentuk vitamin B kompleks dan vitamin K serta sumber zat makanan bagi induk semangnya.

Pakan Ruminansia

Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh hewan. Secara umum dapat dikatakan bahwa bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan (Tillman et al ; 1991).

(24)

ternak menjadi rendah antara lain ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang lambat dan bobot badan rendah (Martawidjaya dkk, 1999). Berikut ini adalah kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba.

Tabel 2. Kebutuhan harian zat-zat pakan untuk ternak domba

BB BK Energi Protein Ca P

(Kg) (Kg) %BB ME TDN Total DD (g) (g)

(Mcal) (Kg)

5 0,14 2,8 0,6 0,61 51 41 1,91 1,4

10 0,25 2,5 1,01 1,28 81 68 2,3 1,6

15 0,36 2,4 1,37 0,38 115 92 2,8 1,9

20 0,51 2,6 1,8 0,5 150 120 3,4 2,3

25 0,62 2,5 1,91 0,53 160 128 4,1 2,8

30 0,81 2,7 2,44 0,67 204 163 4,8 2,3

Sumber: NRC (National Resourc Concil) (1995)

Menurut Cahyono (1998), pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi

ternak dapat menyebabkan defisiensi zat pakan sehingga ternak mudah terserang

penyakit. Penyediaan pakan harus diupayakan secara terus-menerus dan sesuai dengan

standar gizi menurut status ternak yang dipelihara.

Potensi Bahan Pakan Bungkil Inti Sawit

Menurut Davendra (1997) bungkil inti sawit adalah limbah hasil ikutan dari hasil

ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau cara mekanik

(25)

palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok bagi ternak monogastrik dan lebih

cocok pada ternak ruminansia.

Pelepah dan Daun Kelapa Sawit

Pelepah daun kelapa sawit meliputi helaian daun, setiap helainya terdiri dari

lamina dan midrib, racis tengah, petiol dan kelopak pelepah. Helai daun berukuran 55 cm

hingga 65 cm dan menguncup dengan lebar 2,5 cm hingga 4 cm. Setiap pelepah

mempunyai lebih kurang 100 pasang helai daun. Jumlah pelepah yang dihasilkan

meningkat 30-40 pelepah pada saat tanaman berumur tiga hingga empat tahun

Di perkebunan PT Agricinal, setiap pohon rata-rata dapat menghasilkan 22

pelepah/tahun dengan rataan bobot pelepah 3,25 kg. Dengan demikian setiap hektar

tanaman dapat menghasilkan pelepah 9.292 kg. Total bahan kering pelepah yang

dihasilkan dalam setahun untuk setiap hektarnya adalah 1.640 kg. apabila 4.686 juta

hektar tanaman kelapa sawit Indonesia merupakan tanaman produktif maka bahan kering

yang tersedia mencapai 3.302 ton. Setiap pelepah rata-rata dapat menyediakan daun 0.5

kg, setara dengan 658 kg bahan kering/ha/tahun (http//www.pustaka.bogor.net.2003).

Daun kelapa sawit bila dilihat dari kandungan protein kasarnya maka bisa

dijadikan sebagai sumber protein dalam pakan ternak ataupun sebagai pengganti sumber

protein yang harganya relatif mahal. Tetapi menurut Sutardi (1980) kandungan serat

kasarnya cukup besar sehingga mempengaruhi kecernaan bahan pakan.

Jerami Padi

Jerami padi adalah limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi

pakan ternak. Jerami adalah bagian batang, daun tumbuhan yang setelah dipanen

bulir-bulir buah bersama dengan tangkainya dikurangi dengan akar dan bagian batang yang

(26)

Karakteristik jerami padi ditandai dengan rendahnya kandungan protein, mineral

khususnya kalsium dan posfor, nitrogen dan sedangkan serat kasarnya termasuk tinggi.

Hal ini menurut Kartadisastra (1997) mengakibatkan daya cernanya rendah, konsumsinya

menjadi terbatas, namun jerami padi masih potensial sebagai sumber energi dengan nilai

TDN sebesar 45%, disamping jumlahnya sangat besar dan belum dimanfaatkan secara

optimal oleh masyarakat.

Molases

Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula.

Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan karbohidrat,

protein ( 3-4% ) dan mineralnya cukup tinggi, sehingga bisa juga digunakan untuk pakan

ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung. Disamping harganya murah,

kelebihan tetes tebu adalah pada aroma dan rasanya. Oleh karena itu apabila dicampur

dalam pakan maka akan bisa memperbaiki aroma dan rasanya (Hassan and Ishada, 1991).

Urea

Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi di dalam

sistem pencernaan ruminansia. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif

terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan daya cerna.

Anggorodi (1979) menyatakan bahwa urea yang ditambahkan dalam pakan

ruminansia dengan kadar yang berbeda-beda, ternyata dirombak menjadi protein oleh

mikroorganisme rumen. Sejumlah protein dan urea dalam ransum mempertinggi daya

cerna selulosa dalam hijauan. Menurut Basir (1990), selain meningkatkan kualitas

hijauan, urea juga dapat digunakan sebagai pengganti protein butir-butiran. Urea dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein untuk pertumbuhan pada produksi ternak

(27)

Urea yang diberikan di dalam pakan ternak ruminansia, di dalam rumen akan

dipecah oleh enzim urease menjadi CO2 dan amonia, kemudian amonia bersama

mikroorganisme akan membentuk protein mikroba dengan bantuan energi. Apabila urea

berlebih atau tidak tercerna oleh tubuh ternak maka urea akan diabsorbsi oleh dinding

rumen, kemudian dibawa oleh aliran darah ke hati dan di dalam hati dibentuk kembali

amonia yang akhirnya dieksresikan melalui urine dan feses (Parakkasi, 1995).

Garam (NaCl)

Garam diperlukan domba sebagai perangsang menambah nafsu makan. Garam

juga sebagai unsur yang dibutuhkan sekali dalam kelancaran pekerjaan faali tubuh.

Domba membutuhkan garam sebanyak 5-10 gram/ekor/hari (Sumoprastowo, 1993).

Garam yang dimaksud disini adalah garam dapur (NaCl), dimana selain berfungsi sebagai

mineral juga berfungsi sebagai pembatas konsumsi yang berlebihan bagi ternak karena

adanya rasa asin (Pardede dan Asmira, 1997).

Ultra Mineral

Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan dalam jumlah yang kecil, namun

berperan penting agar proses fisiologisnya dapat berlangsung dengan baik.

Mineral digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang dan gigi, pembentukan darah

dan pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim yang

berperan dalam proses metabolisme di dalam sel. Penambahan mineral dalam pakan

domba atau kambing dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan mineral di dalam

pakan (Setiadi dan Inounu, 1991). Kandungan nilai gizi berbagai bahan pakan disajikan

(28)

Tabel 3. Kandungan nilai gizi bahan pakan perlakuan

Bahan Pakan

Kandungan Nilai Gizi (%)

BK PK LK SK TDN

Bungkil inti sawit 90,6 19 2 16 81

Pelepah dan daun kelapa sawit 93,41 6,5 4,47 32,55 56

Jerami padi 90 4,5 1,65 35 40

Molases 67,5 0,65 0,08 0,38 81

Sumber: - Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, Departemen Peternakan FP USU (2001)

- Jatasari (1979)

Konsumsi Pakan

Tingkat konsumsi (voluntary feed intake) adalah jumlah pakan yang terkonsumsi oleh ternak bila pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Konsumsi pakan ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat energi, keseimbangan asam amino, tingkat kehalusan ransum, aktifitas ternak, berat badan, kecepatan pertumbuhan dan suhu lingkungan (Parakkasi, 1995).

Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel meliputi palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia serta kualitas bahan pakan (Departemen Pertanian, 2002). Menurut Parakkasi (1995) yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsi pakan adalah palatabilitas. Makanan yang berkualitas baik, tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan makanan berkualitas rendah, sehingga kualitas pakan yang relatif sama maka tingkat konsumsinya juga relatif sama.

(29)

Pertambahan bobot badan dapat dikatakan pertumbuhan dimana pertumbuhan itu adalah suatu fenomena universal yang kompleks mulai dari fertilitas, pembelahan, perbanyakan sel serta diferensiasi sel-sel. Pertumbuhan murni yaitu menyangkut pertumbuhan jaringan dalam otot dan tulang serta organ-organ tubuh (Maynard et al., 1979).

Tillman et al (1983) menyatakan bahwa pertumbuhan adalah pengukuran kenaikan bobot badan dengan melakukan penimbangan berulang-ulang dan dinyatakan dengan pertambahan bobot badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya. Menurut Tomaszewska, dkk (1993) bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa.

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan atau produksi yang dihasilkan) dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan adalah indikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah angka konversi pakan berarti semakin baik (Anggorodi, 1979).

Neshum et al (1979) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konversi ransum yaitu lingkungan (suhu, penyakit, makanan dan minuman). Kemampuan genetik, nilai gizi ransum dan tingkat energi ransum.

(30)
(31)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian berlangsung selama 3 bulan dimulai dari bulan Agustus 2008 sampai Oktober 2008.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Bahan yang digunakan antara lain:

• 20 ekor domba jantan lepas sapih dengan bobot badan

(15,65 Kg ± 1,6)

Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) Pakan yang disusun menurut perlakuan

Obat-obatan seperti obat cacing (kalbazen), salep mata (terramycin) anti

bloat untuk obat kembung dan vitamin. • Air minum.

• Desinfektan (Rodalon)

Alat

Alat yang digunakan antara lain:

• Kandang metabolis 20 unit dengan ukuran 1x 0,5m beserta

kelengkapannya.

(32)

• Timbangan, untuk menimbang domba berkapasitas 50 kg dengan

kepekaan 200g, timbangan berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk menimbang pakan.

• Choper untuk mencincang bahan pakan.

• Grinder untuk menghaluskan bahan pakan yang bentuk fisiknya kasar. • Terpal plastik untuk menjemur bahan pakan.

• Ember, sapu, alat tulis dan kalkulator serta alat penerangan.

Metode Penelitian

Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan lima ulangan. Setiap ulangan terdiri dari satu ekor domba.

Sedangkan ulangan didapat dari rumus : t (n-1) ≥ 15

4 (n-1) ≥ 15 4n-4 ≥ 15 4n ≥ 19

n ≥ 4.75 dibulatkan 5

Perlakuan yang diteliti adalah sebagai berikut :

(33)

Table 4. Formulasi Pakan Perlakuan

Perlakuan/ Bahan Jumlah (%)

Nutrisi

Pelepah dan daun kelapa sawit 31.3 4.10969 1.39911 10.18815 17.528

Bungkil inti sawit 36 6.84 0.72 5.76 29.16

(34)

Bungkil inti sawit 30.5 5.795 0.61 4.88 24.705

Pelepah dan daun kelapa sawit 21.3 2.79669 0.95211 6.93315 11.928

Bungkil inti sawit 23 4.37 0.46 3.68 18.63

Jerami padi 4 0.18 0.062 1.4 1.6

Molases 5 0.0325 0.004 0.019 4.05

Chromolaena odorata 45 6.129 1.5255 6.2865 28.764

Garam 0.5 0 0 0 0

Urea 0.7 1.49331 0 0 0

Mineral 0.5 0 0 0 0

Jumlah 100 15.0015 3.00361 18.31865 64.972

Denah pemeliharaan yang dilaksanakan sebagai berikut:

(35)

Dimana: Perlakuan (P0, P1, P2 dan P3

Ulangan (1, 2, 3, 4 dan 5) )

Hanafiah (2002) menyatakan bahwa metode linear yang digunakan untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah:

Yij = µ + τi + Σ

Dimana:

ij

Yij

I = perlakuan (i = 0 ….., 3).

= Hasil pengamatan dari perlakuan tingkat ke-i dan pada ulangan ke-j.

J = ulangan (j = 1 ….., 5).

µ = Nilai tengah dimana Yij ditarik sebagai sampel.

τi = Pengaruh perlakuan berbagai level umbut sawit ke-i.

Σij = Pengaruh galat atau sisa seluruh faktor lain di luar perlakuan yang diulang

ke-I dan mendapat perlakuan ke-j.

Parameter Penelitian 1. Konsumsi Pakan (g)

Konsumsi pakan dihitung setiap satu hari satu malam (24 jam). Data konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang diberikan pada pagi hari kemudian dikurangkan dengan penimbangan sisa pakan yang dilakukan pada pagi hari besoknya.

Konsumsi pakan = pakan yang diberikan – pakan sisa.

(36)

Pertambahan bobot badan dihitung berdasarkan selisih dari penimbangan bobot badan akhir dikurangi dengan bobot badan awal dibagi dengan jumlah hari pengamatan. Pertambahan bobot badan dihitung dengan rumus:

1

PBB = Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) B2 = Bobot badan akhir penimbangan (kg) B1 = Bobot badan awal penimbangan (kg) T2 = Waktu akhir penimbangan (tanggal) T1 = Waktu awal penimbangan (tanggal)

3. Konversi Pakan

Konversi pakan dihitung berdasarkan perbandingan jumlah pakan dikonsumsi (g/ekor/hari) dengan pertambahan bobot badan (g/ekor/hari). Konversi pakan dapat dihitung dari rumus berikut:

PBB 1. Persiapan Kandang

Kandang dan semua peralatan yang akan digunakan seperti tempat pakan dan tempat minum dibersihkan dan disinfektan.

2. Pengacakan Domba

(37)

3. Pemberian Pakan dan Air Minum

Pakan yang diberikan adalah dalam bentuk tepung tanpa hijauan dimana semua bahan pakan yang digunakan dijadikan dalam bentuk konsentrat. Pakan diberikan pada pagi hari pada pukul 08.00 WIB dan sore hari pada pukul 16.00 WIB. Sisa pakan ditimbang untuk mengetahui konsumsi. Sebelum dilaksanakan penelitian diberikan waktu untuk beradaptasi, setelah domba dapat mengkonsumsi pakan penelitian 75-100% baru penelitian dimulai. Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum, air diganti setiap harinya dan tempatnya dicuci bersih.

4. Pemberian Obat-obatan

Ternak domba pertama masuk kandang diberikan obat cacing selama adaptasi. Sedangkan obat lainnya diberikan bila diperlukan.

5. Analisis Data

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian dihitung dalam bahan kering yang diperoleh dari konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan selama penelitian.

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak untuk menghabiskan sejumlah pakan yang diberikan selama 24 jam. Konsumsi pakan dapat dihitung dengan pengurangan jumlah pakan yang diberikan dengan sisa dari pakan tersebut. Pakan yang diberikan selama penelitian dalam bentuk konsentrat. Pemberian pakan diberikan secara ad libitum. Konsumsi pakan dihitung selama penelitian adalah konsumsi berdasarkan bahan keringnya untuk perlakuan P0 sebesar 89.59%, P1 90.89%, P2 89.82%, dan P3 91.99%. Konsumsi pakan domba lokal jantan lepas sapih selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel.5.Rataan konsumsi pakan dalam bahan kering domba jantan selama penelitian (g/ekor/hari)

Total 2065.41 2160.32 2182.94 2211.79 2091.13 10711.60 2142.32

(39)

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 sebesar 555.3617 g/ekor/hari dan rataan terendah akan konsumsi pakan yaitu pada perlakuan P0 sebesar 517.6103 g/ekor/hari.

Pertambahan Bobot Badan

Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ialah dengan mengukur pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan adalah hasil penimbangan bobot badan sebelumnya persatuan waktu (g/ekor/hari). Adapun rataan pertambahan bobot badan domba jantan lepas sapih selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel.6. Rataan pertambahan bobot badan domba jantan selama penelitian (g/ekor/hari)

(40)

Konversi Pakan

Konversi pakan dapat dihitung dengan cara membandingkan antara konsumsi pakan yang diberikan dengan pertambahan bobot badan yang didapat pada waktu yang sama. Nilai konversi yang paling kecil ialah pakan yang efisien. Penghitungan nilai konversi pakan dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan pakan. Rataan konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel.7. Rataan konversi pakan domba jantan selama penelitian

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4 5

P 0 9.51 4.72 8.61 8.86 8.74 40.44 8.09

P 1 11.13 5.50 6.81 4.75 6.96 35.15 7.03

P 2 10.20 9.62 6.93 9.54 9.03 45.32 9.06

P 3 4.62 11.43 4.08 11.18 9.69 41.01 8.20

Total 35.46 31.27 26.43 34.33 34.42 161.92 32.38

Rataan 8.87 7.82 6.61 8.58 8.60 40.48 8.10

(41)

Pembahasan

Untuk mengetahui pengaruh pemberian dari keempat perlakuan tersebut terhadap konsumsi pakan domba lokal jantan lepas sapih dilakukan analisis sidik ragam yang terlihat pada Tabel.8 berikut.

Konsumsi Pakan

Tabel.8. Analisis ragam konsumsi pakan domba jantan selama penelitian (g/ekor/hari)

Keragam DB JK KT F.hit

F.tabel

0,05 0,01

Perlk. 3 3580.943 1193.648 0.786446tn 3,24 5,29

Galat 16 24284.39 1517.774

Total 19 27865.33

Keterangan: tn = tidak nyata

(42)

oleh semak bunga putih. Parakkasi (1995) menyatakan bahwa jumlah konsumsi pakan dalam bentuk bahan kering juga dipengaruhi oleh palatabilitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Ikhimioya (2003) adalah kelima sesudah Bambusa vulgaris, Mangifera indica, Newbouldia laevis. Berkaitan dengan yang dikatakan oleh Parakkasi (1995), bahwa tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh palatabilitas, makan hal ini berkesesuaian dengan hasil penelitian ini yaitu tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam tingkat konsumsi, karena Chromolaena odorata kurang disukai oleh ruminansia.

Konsumsi bahan kering pada penelitian ini sebesar 2.7% didapat dari menghitung total dari konsumsi dibagi bobot badan dikalikan 100%, lebih tinggi dari hasil NRC (National Resourc Concil) (1995) yang menyatakan bahwa konsumsi bahan kering ternak domba sekitar 2.6%, dari hasil tersebut dapat disimpulkan kebutuhan konsumsi bahan kering ternak dapat di penuhi. Ternak memiliki palatabilitas yang baik terhadap pakan dalam bahan kering pada penelitian ini disebabkan oleh aroma harum yang ditimbulkan oleh semak bunga putih menurut Marthen (2007) Semak bunga putih berpotensi sebagai pakan ternak karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi setara dengan lamtoro, palatabilitas lebih baik dari gamal, degrabilitas efektif dalam rumen > 80%, suplementasi sampai 30% dalam ransum meningkatkan konsumsi dan pertumbuhan ternak domba.

(43)

tersebut sejalan dengan penelitian ini, yaitu pemberian Chromolaena odorata sampai level 45% tidak menunjukkan hasil yang nyata terhadap konsumsi.

Pertambahan Bobot Badan

Untuk melihat pengaruh pemberian dari keempat perlakuan tersebut terhadap pertambahan bobot badan domba lokal jantan lepas sapih dilakukan analisis keragaman yang terlihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel.9. Daftar analisa ragam pertambahan bobot badan domba jantan selama penelitian (g/ekor/hari).

Keragam DB JK KT F.hit

F.tabel

0,05 0,01

Perlk. 3 1650.166 550.0554 0.753024tn 3,24 5,29

Galat 16 11687.39 730.462

Total 19 13337.56

Keterangan: tn = tidak nyata

(44)

terlalu berbeda. Hal ini juga didukung oleh Soeparno (1994) yang menyatakan bahwa jenis, kandungan gizi dan konsumsi pakan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan. Hal ini juga terjadi seiring dengan umur, genetik dan bobot badan awal ternak yang masih homogen. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Tomaszewska et al. (1993) bahwa laju pertambahn bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan erat dengan berat dewasa. Pertambahan bobot badan dalam penelitian ini tidak berkorelasi positif dengan konsumsi bahan kering pakan.

Penelitian Chromolaena odorata sampai level 20% pada domba yang dilakukan oleh Apori dkk (2003) menunjukkan bahwa tidak terjadi pertambahan bobot badan yang nyata. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan tingkat palatabilitas yang rendah dari Chromolaena odorata sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ikhimioya (2003). Disamping itu, Chromolaena odorata mempunyai zat antinutrisi yang menurut Church (1972) bahwa antinutrisi pada pakan ternak dapat menurunkan kecernaan protein. Hal inilah kemungkinan yang menyebabkan walaupun kandungan protein Chromolaena odorata cukup tinggi, namun zat antinutrisi yang dikandungnya menyebabkan kecernaan N nya menurun.

(45)

acid dan Saponin. Hasil penelitian Ginting (1987), bahwa pakan domba yang mengandung zat antinutrisi yaitu tannin akibat pemberian kekacangan Bauhinia purpurea L maka perlakuan pakan tidak berpengaruh terhadap kecernaan N dan pertambahan bobot badan. Hasil penelitian Wiryasasmita dan Nuramaliati (1984) dengan pakan yang mengandung antinutrisi yaitu tannin, menyebabkan terjadinya penurunan pertambahan bobot badan pada ruminansia.

Konversi Pakan

Untuk mengetahui pengaruh pemberian perlakuan terhadap pertumbuhan

domba lokal jantan lepas sapih dilakukan analisis ragam yang terlihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel.10. Daftar analisis ragam konversi pakan domba jantan selama penelitian

Kragam DB JK KT F.hit

F.tabel

0,05 0,01

Perlk. 3 10.42074 3.473582 0.574159tn 3,24 5,29

Galat 16 96.79779 6.049862

Total 19 107.2185

Keterangan: tn = tidak nyata

(46)

konversi pakan juga tidak berbeda nyata. Konversi pakan khususnya ternak ruminansia kecil dipengaruhi oleh kualitas pakan, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam jaringan tubuh ternak. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, akan diikuti oleh pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dan makin efisien penggunaan pakannya Pond et al. (1995). Kurang efisiennya penggunaan pakan dengan meningkatnya level penggunaan semak bunga putih kemungkinan karena nilai kecernaan pakan yang semakin rendah. Hal ini bersesuaian juga dengan hasil penelitian Apori dkk. (2003) yang menyatakan bahwa pemberian Chromolaena odorata sampai 20% tidak berpengaruh nyata terhadap kecernaan. Juga hal ini didukung oleh penelitian Haryanto et al. (1992), yang menyatakan nilai kecernaan yang rendah menyebabkan pakan menjadi tidak efisien.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian secara menyeluruh diatas dapat digambarkan pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Daftar rekapitulasi hasil penelitian Pemanfaatan Chromolaena odorata Dalam Pakan Terhadap Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih

Parameter yang diamati

Perlakuan

P0 P1 P2 P3

Konsumsi Pakan (g/ekor/hari) 517.61tn 555.36tn 535.07tn 534.27tn

Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/hari) 69.33tn 87.11tn 83.20 tn 80.44

Konversi Pakan

tn

(47)
(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian Chromolaena odorata tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan sehingga keseluruhan perlakuan terdapat kecenderungan bahwa pemberian Chromolaena odorata dapat diberikan pada domba lokal jantan lepas sapih sampai dengan level 45 % sebagai bahan pakan inkonvensional.

Saran

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R., 1979, Ilmu Kesehatan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.

Anggorodi, R., 1990, Ilmu Kesehatan Ternak Umum. PT.Gramedia, Jakarta.

Apori, S. O., Odoi F. N. A., Ganyo, E., 2003, : Intake And Digestibility Of Organic Matter And Nitrogen In Chromolaena Odorata Leaf Meal-Based Diets By Sheep. Ghana Journal of Agricultural Science

Basir, H. J. 1990). Penggunaan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ternak, Laporan Penelitian Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh.

Blakely, J., dan D. H. Bade, 1998. Ilmu Peternakan, Edisi 4, UGM Press, Yogyakarta

Cahyono, B., 1998, Beternak Domba dan Kambing. Kanisius, Yogyakarta.

Church, H.L. 1972. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant 2nd Ed. Vol.II. Dep. Anim. Sci USA. P . 115-248

Davendra, C; 1997. Utilization of Feedingstuffs from the Oil Palm. Feedingstuffs for Livestock In South East Asia, Serdang Selangor, Malaysia.

Devendra, C. and Burns., 1970, Goat Production In The Tropics. C. A. B., Farham Royal Bucks, England

Departemen Pertanian, 2002. Teknologi Tepat Guna: Budi Daya Peternakan, Jakarta.

Nurjainah Ginting, 1987. Bauhinia Purpurea L Untuk Domba Ditinjau Dari Segi Neraca N. Institut Pertanian Bogor. Bogor

http:/

(50)

Hanafiah, K. A., 2002, Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hassan, A. and M. Ishada, 1991. Effect of Water, Molasses and Urea Addition on Oil Palm Frond Silage Quality, Fermentation and Palatability, In Proceeding of the Third International Symposium on the Nutrition of Herbivora, Penang.

http//www.pustaka.bogor.net.2003. < 12 Mei 2008 >

Ikhimiyoya,2003. Acceptability of selected common shrubs/tree leaves in Nigeria by West African Dwarf Goats. Departement of Animal Science, Faculty of Agriculture, Ambrose Alli University, Ekpoma, Nigeria.

Kartadisastra, H. R. 1997, penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta.

Komar; 1984. Teknologi Pengolahan Jerami Sebagai Makanan Ternak, Yayasan Dian Grahita, Bandung.

Martawidjaya, M. B. Setiadi dan S. S. Sitorus, 1999, Pengaruh Tingkat Protein Energi Ransum Terhadap Kinerja Produksi Kambing Kacang Muda. Balai Penelitian Ternak, Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4(3).

Maynard, L. A. Loosly, J. K. Hintz, H. F. and Warner, R. G., 1979, Animal Nutrition. Mc Graw-Hill Publishing Press, Bombay, New Delhi.

Marthen, L.M ; 2007. Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) Untuk Peningkatan Produksi Tanaman Dan Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana Kupang NTT.

M.A. Bamikole, U.J. Ikhatua and A.E. Osemwenkhae , 2006. A Case of Chromolaena odorata Feeding to Sheep. Department of Animal Science, University of Benin, Benin City, Nigeria

Nasution, U., 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. PT. Gramedia, Jakarta.

(51)

N. R. C. 1995, Nutrient Requirement of Sheep. National Academy of Science, Washington DC.

Parakkasi, A., 1995, Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press, Jakarta.

Pardede, S. I. dan S. Asmira, 1997. Pengolahan Produk Sampingan Industri Pertanian Menjadi Permen Jilat Untuk Sapi Potong Yang Dipelihara Secara Tradisional, Karya Tulis Ilmiah Bidang Studi Peternakan, Universitas Andalas, Padang.

Pink, A

Rovihandono, R; 2005. Memulihkan Rumput Sabana di Sumba Timur Melalui Pemanfaatan Gulma.Yayasan Kehati, Jakarta.

Setiadi, B., dan I. Inounu, 1991. Beternak Kambing-Domba Sebagai Ternak Potong, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Sodiq, A. dan Z. Abidin, 2002, Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis: penggemukan Domba. PT. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Sumoprastowo, R. M., 1993. Beternak Domba Pedaging dan Wol, Bhratara, Jakarta.

Sutardi, T., 1980, Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I, Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Lepdosoekojo, 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tomaszeweska, M. W., J. M, Mastika, A, Djaya Negara, S. Gardiner dan T. R. Wiradarya, 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Universitas 11 Maret, Surabaya.

(52)

Van Soest, R. J. 1982. Nutritional Ecology of the Ruminant. Durhom and Downey Inc, USA.

Williamson, G dan W.J.A. Payne, 1993. Pengantar Ilmu Peternakan di Daerah Tropis. UGM-Press, Yogyakarta.

(53)

LAMPIRAN

1. Pertambahan Bobot Badan

Perlakuan Bobot Awal Bobot Akhir Total PBB PBB/gr/hr kon/hr/gr BK Konversi

R1 14.5 20.3 5.8 64.444 534.4444 454.2778 7.0491

P0 R2 16.5 23 6.5 72.222 660.4444 561.3778 7.7729

R3 16.6 22.2 5.6 62.222 630.4444 535.8778 8.6123

R4 16.4 22 5.6 62.222 648.4444 551.1778 8.8582

R5 15 20 5 55.555 570.98 485.34 8.7361

R1 14.5 18.4 3.9 43.333 567.55 482.42 11.132

R2 16.6 26.2 9.6 106.66 690 586.5 5.4984

P1 R3 16 23.2 7.2 640.88 544.75 6.8094

R4 16.5 27.4 10.9 121.11 676.55 575.07 4.7483

R5 16 23.6 7.6 84.444 691.83 588.05 6.9638

.

R1 16 23.6 7.6 84.444 693.33 589.33 6.9789

R2 16.4 24.5 8.1 90 578.44 491.67 5.4630

P2 R3 16.5 23.4 6.9 76.666 625.16 531.39 6.9311

R4 16 23.4 7.4 82.222 648.44 551.17 6.7035

R5 14.5 22.3 7.8 86.666 602.11 511.79 5.9053

(54)

R2 14.5 18.6 4.1 45.555 612.66 520.76 11.431

P3 R3 15 27.6 12.6 140 671.66 570.91 4.0779

R4 15.5 19.8 4.3 47.777 628.66 534.36 11.184

R5 14.5 19.2 4.7 52.222 595.22 505.93 9.6881

Gambar

Tabel 1. Kandungan nilai gizi semak bunga putih (Chromolaena odorata)
Tabel 2. Kandungan antinutrisi Choromolaena odorata
Tabel 2. Kebutuhan harian zat-zat pakan untuk ternak domba
Tabel 3. Kandungan nilai gizi bahan pakan perlakuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Kelompok Simpan Pinjam Khusus Perempuan merupakan salah satu alternatif pemecahan permasalahan kemiskinan di perdesaan yaitu memberikan permodalan

Setelah melewati masa akut, anti HAV dari kelas IgG akan menetap dalam tubuh sehingga pasien yang pernah terinfeksi hepatitis A tidak akan mengalami infeksi

Adapun tujuan perusahaan sebagaimana dinyatakan dalam anggaran dasar PT.Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Pekanbaru adalah ”untuk melaksanakan dan menunjang

Gambar 5 adalah grafik Sum Square Error (SSE) proses learning Jaringan saraf tiruan (JST) yang digunakan pada sistem ini menggunakan jenis multi layer perceptron.. Lapisan

anisopliae yang diaplikasikan secara disemprot menunjukkan efektifitas yang rendah terhadap nimfa wereng coklat, sedangkan yang diaplikasikan di sekitar perakaran

Selain itu juga, wisata masjid bersejarah pun akan mampu meningkatkan kekuatan sosial; dan hal tersebut sejalan dengan temuan Azmi &amp; Ismail yang menunjukkan

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang mana telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Hasil analisis menunjukkan bahwa peringkat pertama dalam kasus sangat dipertimbangan investor dalam mengambil keputusan investasi adalah Analisis terhadap laporan keuangan