• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) di Desa Janjimaria

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelaksanaan Fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) di Desa Janjimaria"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departeman Ilmu Administrasi Negara

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Donna Siagian Nim : 090921034

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Pelaksanaan Fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) di Desa Janjimaria

Medan, Maret 2011

Pembimbing Ketua Departemen Drs. M. Husni Thamrin Nasution, Msi Drs. M. Husni Thamrin

Nasution, Msi NIP. 19640108 199102 1001 NIP. 19640108 199102 1001

Dekan

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepadaTuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin mungkin agar hasil yang disajikan dalam skripsi ini bisa tampil sebaik mungkin. Namun penulis menyadari bahwa skripsi ini bisa tampil sebaik mungkin, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan dimasa yang akan datang.

Penulis juga menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak yang telah Tuhan berikan untuk menolong penulis. Tuhan berikan untuk menolong penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MSi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

2. Bapak Drs. H. Thamrin Nasution, MSi selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara

(4)

saran dan kritik dan pandangannya yang berguna bagi penulis sehingga skripsi ini dapat selesai

4. Seluruh dosen dan staff pengajar yang telah mengajar dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

5. Bapak Maniara selaku Ketua Badan Permusyaratan Desa (BPD) Desa Janjimaria yang membantu dan bekerja sama dengan penulis pada saat melakukan penelitian 6. Bapak Tigor Siagian selaku Kepala Desa Janjimaria yang membantu dan bekerja

sama dengan penulis pada saat melakukan penelitian

7. Teristimewa kepada Alm papa yang sangat kukasihi dan bunda tercinta yang telah membesarkan penulis memberikan kasih sayang yang tulus, doa dan dukungan serta berbagi masukan motivasi bagi penulis

8. Abang-abang yang aku kasihi trimakasih buat dukungan dan doanya.

9. Sahabat-sahabatku yang tercinta trimakasih buat dukungan, doa dan kerja samanya

10.Teman-teman seperjuangan stambuk 2009 trimakasih buat motivasi dan doanya, tetap semangat, sukses

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

A.

LatarBelakangMasalah………...1

B.

Perumusan Masalah………6

C.

Tujuan Penelitian………7

D.

Manfaat Penelitian………..7

E.

Kerangka Teori………...8

F.

Definisi Konsep……….29

G.

Definisi Operasional………..30

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

A.

Bentuk Penelitian………...32

B.

Lokasi Penelitian………...33

(6)

D.

Teknik Pengumpulan Data………34

E.

Teknik Analisa Data………...36

F.

Sistematika Penelitian………...37

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A.

Keadaan Umum Lokasi Penelitian………39

B.

Keadaan Penduduk Desa Janjimaria Secara Umum…...40

C.

Jenis- jenis Sarana………...45

1.1.

Sarana Sosial………...46

1.2.

Sarana dan Prasarana Produksi………...48

1.3.

Sarana dan Prasarana Perhubungan……….49

D.

Kelembagaan Desa………....51

BAB IV PENYAJIAN DATA

A.

Hasil wawancara dengan Ketua BPD………55

B.

Hasil wawancara dengan Kepala desa………...58

C.

Hasil wawancara dengan Anggota BPD………....62

D.

Hasil wawancara dengan Masyarakat………65

(7)

B.

Analisa data tentang

pelaksanaan kerja pemerintah desa………79

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan………82

B.

Saran………..84

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR WAWANCARA

(8)

DAFTAR TABEL

TABEL I : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Dusun

TABEL II : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

TABEL III : Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

TABEL IV : Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

TABEL V : Sarana Pendidikan, Peribadatan, Kesehatan dan Olah

Raga

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1: Permohonan Persetujuan Skripsi

LAMPIRAN 2: Penunjukan Dosen Pembimbing Skripsi LAMPIRAN 3: Undangan Seminar Proposal Penelitian

LAMPIRAN 4: Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi LAMPIRAN 5: Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Penelitian LAMPIRAN 6: Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

LAMPIRA 7: Daftar Wawancara Ketua BPD, Kepala Desa, Anggota

(10)

ABSTRAK

NAMA : Donna Siagian

NIM : 090921034

FAKULTAS : Ilmu Sosial dan Politik

DEPARTEMEN : Ilmu Administrasi Negara

PEMBIMBING : Drs. M.Husni Thamrin Nasution, MSi

Badan Permusyaratan Desa (BPD) merupakan salah satu unsur dalam pemerintahan desa yang diharapkan dapat membantu terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan desa yang demokratis sesuai dengan aspirasi masyarakat. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian deskriftif dengan menggunakan analisa kualitatif dan informan kunci sebagai sumber utama perolehan data dalam penelitian.

Penelitian ini berujuan untuk mengetahui pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) yang ada di Desa Janjimaria. Hasil penelitian di lapangan menggunakan teknik wawancara dengan analisa kualitatif menunjukkan bahwasanya pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) belum maksimal mengingat masih banyaknya terdapat fator-faktor yang menjadi penghambat seperti kurangnya dana operasional dalam menjalankan fungsinya, kurangnya partisipasi dari masyarakat untuk musyawarah yang semuanya itu tergambar dalam tolak ukur kinerja yang dijadikan acuan yaitu tidak bertambahnya secara signifikan nilai Badan Permusyaratan Desa (BPD).

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pembicaraan mengenai Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengandung esensi kepada masalah otonomi daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah juga merupakan hak daerah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, berdasarkan tuntutan dan dukungan dari masyarakat sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat.

Kebijakan tersebut memberikan kepada masyarakat untuk turut serta berpartisipasi dalam seluruh proses kebijakan pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Masyarakat daerah baik sebagai kesatuan kelompok maupun sebagai individu, merupakan bagian integral yang sangat penting dari sistem pemerintahan daerah, karena secara prinsip penyelenggaraan otonomi daerah bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera di daerah yang bersangkutan.

(12)

Kehadiran otonom daerah bagi setiap warga di desa memberikan dinamika dan suasana baru dalam proses penyelenggaraan pemerintahan desa. Sebab, masyarakat desa sadar bahwa keberadaan institusi-institusi demokrasi selama ini berada dalam posisi yang tidak kondusif dalam mendorong penegakan demokrasi pada masyarakat pedesaan.

Konsekwensi implementasi otonomi daerah salah satu perubahan yang fundamental adalah terjadinya pergeseran struktur politik pemerintahan desa yang jauh berbeda dibanding sebelumnya. Angin segar yang dibawa arus reformasi adalah lahirnya pelembagaan politik ditingkat desa yang diharapkan memberikan dinamika dan suasana politik yang lebih demokratis, otonom, independent dan sekaligus prospektif dalam pembangunan masyarakat desa. Pengaturan mengenai desa dalam undang-undang ini meliputi peraturan tentang:

1. Pembentukan, penghapusan dan pembangunan desa 2. Pemerintahan desa

3. Badan Permusyaratan Desa 4. Keuangan Desa

5. Kerjasama antar desa

(13)

Untuk memperkuat dasar-dasar operasional pelaksanaan pemerintahan desa, pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 2006 tentang pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa. Peraturan pemerintah ini melengkapi peraturan sebelumnya dengan menegaskan kewenangan desa.

Hal yang menarik sekali dan penting dalam struktur baru pemerintahan desa adalah hadirnya Badan Permusyaratan Desa yang berkedudukan sejajar dan menjadi mitra Pemerintaha Desa. Kehadiran BPD ditingkat desa, hendakanya diarahkan pada membangun hubungan yang sinergis antar lembaga legislatif dan eksekutif desa, tanpa perlu menimbulkan kesalah pahaman yang menjurus pada timbulnya konflik yang dapat mengganggu proses penegakan demokrasi di desa.

Terbentuknya BPD bertujuan mendorong terciptanya partnership yang harmonis serta tidak konfrontatif antara kepala desa sebagai kepala pemerintah desa dan BPD sebagai wakil-wakil rakyat desa yang diperagakan oleh lembaga legislatif baik ditingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat.

(14)

kontrol warga itu berlangsung tertutup dan sembunyi, kini bisa disuarakan secara langsung, terbuka dan prosedural.

Kembalinya fungsi kontrol atas kekuasaan eksekutif desa, yang selama ini didominasi oleh kepala desa, sekarang fungsi kontrol atas kekuasaan eksekutif desa dijalankan oleh Badan Permusyaratan Desa (BPD) sebagai badan legislatif desa yang merupakan lembaga kepercayaan masyarakat. Lahirnya Badan Permusyaratan Desa (BPD), dinilai sebagai institusi politik demokrasi di masyarakat pedesaaan sebagai pengganti LMD yang memberikan suasana baru dalam kehidupan demokrasi di desa. Badan Permusyaratan Desa (BPD) diharapkan menjadi wadah atau gelanggang politik baru bagi warga desa dan membangun tradisi demokrasi, sekaligus tempat pembuatan kebijakan publik desa serta menjadi alat kontrol bagi proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan ditingkat desa. Hal ini bisa terealisasi apabila Badan Permusyaratan Desa (BPD) sebagai mitra Kepala Desa, berperan aktif dalam membangun desa bersama kepala desa dan masyarakat.

(15)

Badan Permusyaratan Desa ( BPD) menjadi alat kontrol bagi pemerintah desa dalam menjalankan tugas-tugas pemerintah di desa. Sehingga diharapkan pemerintah desa komitmen terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Akan tetapi pembentukan Badan Permusyratan Desa (BPD) yang tidak melibatkan berbagai perwakilan dari masyarakat yang ada akan mengakibatkan pelaksanaan fungsinya tidak optimal. Hal ini terjadi pada proses pembentukan Badan Permusyaratan Desa (BPD) di Desa Janjimaria, maka yang terjadi adalah tubuh anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) hanya berlaku parsial bagi pemerintah desa yang terpilih.

Padahal, kegagalan dan kurang optimalnya sebuah lembaga dalam menjalankan peranan serta fungsinya secara maksimal disebabkan karena secara individu maupun lembaga kurang memiliki kinerja yang baik. Kerja pemerintah Desa Janjimaria tidak berjalan dengan baik, karena tidak adanya satu lembaga yang mampu mengontrol seluruh program kerja dalam rangka pelayanan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan desa. Sehingga seluruh tanggung jawab yang dibebankan tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien. Maka, menjadi sangat penting kehadiran Badan pemusyaratan Desa (BPD) dapat diterapkan dengan optimal di pemerintahan desa Janjimaria.

(16)

Berdasarkan pemikiran di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Badan Permusyaratan Desa (BPD) dalam menjalankan peran fungsinya terhadap pelaksanaan pemerintahan desa dengan judul ” Pelaksanaan Fungsi Badan Permusyaratan Desa di Desa Janjimaria ” .

B.

Perumusan Masalah

Menurut DR. Suharsimi Arikunto (1996:19) dalam penelitian harus dirumuskan masalah dengan jelas agar penelitian dapat di laksanakan dengan sebaik-baiknyya sehingga akan jelas dari mana harus dimulai dan kemana harus pergi. Perumusan masalah juga diperlukan untuk mempermudah menginterpretasikan data dan fakta yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) di Desa Janjimaria pada pemerintahan Desa Janjimaria Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba Samosir.

2. Bagaimana pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) di Desa Janjimaria diimplementasikan pada pemerintahan Desa Janjimaria Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba Samosir.

(17)

C.

Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

“ Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD), implementasinya pada pemerintahan Desa Janjimaria serta efektif dilaksanakan pada program kerja pemerintahan desa Janjimaraia di Desa Janjimaria Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba Samosir”

D.

Manfaat Penulisan

1. Manfaat ilmiah

Untuk menjadi khasanah ilmiah tentang pelaksanaan pemerintahan daerah dalam rangka pemberdayaan desa.

2. Manfaat Praktis

(18)

E.

Kerangka Teori

Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman dasar berpikir, yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih (Nawawi; 1987:40)

Selanjutnya Singarimbun menyebutkan bahwa teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, dan konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Ringkasnya, teori adalah hubungan satu konsep dengan konsep lainnya untuk menjelaskan gejala tertentu.

Adapun teori-teori yang mendasari penelitian ini adalah:

1.

Fungsi Lembaga Badan Permusyaratan Desa (BPD)

a. Defenisi Fungsi.

Fungsi merupakan tranformasi akibat pemetaan suatu nilai ke nilai lain b. Defenisi Lembaga Badan Permusyaratan Desa (BPD).

Badan Permusyaratan Desa (BPD) merupakan salah satu unsur dalam pemerintahan desa yang diharapkan dapat membantu terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan desa yang demokratis sesuai dengan aspirasi masyarakat.

(19)

1) Fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD):

a) Fungsi mengayomi yaitu: menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan.

b) Legilasi: merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa bersama-sama Pemerintah Desa.

c) Menampung aspirasi masyarakat yaitu menangani dan menyalurkan aspirasi yang diterima dari masyarakat kepada pejabat atau instansi yang berwenang. d) Pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan Peratauran

Desa, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja desa, pelaksanaan Keputusan Kepala Desa dan Kebijaksanaan Pemerintahan Desa serta memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Desa terhadap perjanjian kerja sama yang menyangkut kepentingan desa.

2) Wewenang Badan Permusyaratan Desa (BPD):

a) Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa.

b) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa.

c) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa

d) Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat;dan menyusun tata tertib Badan Permusyaratan Desa (BPD) 3) Hak Badan Permusyaratan Desa (BPD) :

(20)

4) Kewajiban Badan Permusyaratan Desa (BPD):

a) Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan.

b) Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

c) Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republuk Indonesia.

d) Menyerap, menampung, menghimpun dan menindak lanjuti aspirasi masyarakat.

e) Memproses pemilihan kepala desa.

f) Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan.

g) Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat. h) Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga

kemasyarakatan.

2.

Badan Permusyaratan Desa (BPD)

(21)

Desa ( BPD) terdiri dari ketua rukun warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Jumlah anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa. Peresmian anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota dihadapan masyarakat dan dipandu oleh. Pimpinan BPD yang terdri dari 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang wakil ketua, dan 1 (satu) orang sekretaris. Pimpinan Badan Permusyaratan Desa (BPD), dipilih dari dan oleh anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) secara langsung dalam rapat Badan Permusyaratan Desa (BPD) yang diadakan secara khusus, Rapat pemilihan pimpinan Badan Permusyaratan Desa (BPD) untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. Badan Permusyaratan Desa (BPD) berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat..

(22)

hadir. Hasil rapat Badan Permusyaratan Desa (BPD) ditetapkan dengan keputusan Badan Permusyaratan Desa (BPD) dan dilengkapi dengan notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPD. Pimpinan dan anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan desa. Tunjangan pimpinan dan anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) ditetapkan dalam APB desa. Untuk kegiatan Badan Permusyaratan Desa (BPD) disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan desa yang dikelola oleh Sekretaris Badan Permusyaratan Desa (BPD). Biaya ditetapkan setiap tahun dalam APB desa. Pimpinan dan anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan perangkat Desa.

Pimpinan dan Anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) dilarang:

a. Sebagai pelaksan proyek desa.

b. Merugikan kepentingan umum, meresahakan sekelompok masyarkat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain.

c. Melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya.

d. Menyalah gunakan wewenang. e. Melanggar sumpah/janji jabatan.

(23)

a. Persyaratan untuk menjadi anggota sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

b. Mekanisme musyawarah dan mufakat penetapan anggota. c. Pengesahan penetapan anggota.

d. Fungsi, dan wewenang. e. Hak, kewajiban dan larangan.

f. Pemberhentian dan masa keanggotaan. g. Penggantian anggota dan kepemimpinan. h. Tata cara pengucapan sumpah dan janji. i. Pengaturan tata tertib dan mekanisme kerja.

j. Tata cara menggali, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. k. Hubungan kerja dengan kepala desa dan lembaga kemasyarakatan. l. Keuangan dan administratif.

3.

Otonomi Daerah

Menurut Loggeman dalam tulisannya ” Het staatsrecht derzelfregerenda Gemenschappe ” istilah ototnomi mempunyai makna kebebasan atas kemandirian

tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan terbatas yang harus dipertanggung jawabkan.

Dalam pemberian tanggung jawab terkandung dua unsur:

(24)

b. Pemberian kepercayaan berupa kewenangan untuk memikirkan dan menetapkan sendiri bagaimana penyelesaian itu.

Pemberian kekuasaan dalam istilah otonomi dalam arti bertanggung jawab atas pengaturan dan pengurusan pemerintahan daerah mempunyai sifat mendorong atau memberikan perangsangan untuk berusaha menumbuh dan mengembangkan keinginan sendiri, sifat itu membangkitkan otoaktivitas dan mempertinggi harga diri dalam arti yang sebaik-baiknya (Syafruddin,1984;6). Otonomi daerah secara sederhana dapat diartikan sebagai hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri oleh satuan organisasi pemerintahan di daerah.

Otonomi yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah inilah yang disebut dengan otonomi daerah (Garna,2000:246)

Pengertaian otonomi daerah mengandung beberapa segi:

Pertama, bahwa otonomi daerah bukan skema kedaulatan daerah dalam konteks Negara federa. Otonomi dalam rangka undang-undang 1945 pasal 18 yang menyebutkan pembagian daerah Indonesia atas daerah besar klan kecil dengan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyaratan dalam sistem pemerintahan Negara klan hak asal usul dalam Negara yang bersifat istimewa.

(25)

ini tentunya membutuhkan bukti praktis dimana kekuasaan pusat memberikan kepercayan penuh terhadap daerah untuk mensejahterahkan rakyat dengan tetap menjaga integrasi bangsa.

Ketiga, prose politik yang dijalankan orde baru yang tidak memberikan harga

kepada partisipasi masyarakat telah dengan seksama menunjukkan bagaimana akibat dari elitesmi politk tersebut. Akibat dari sesuatu yang dimaksud tersebut bukan sesuatu yang harus ditanggung oleh elit melainkan oleh masyarakat. Dari ketiga segi tersebut dinyatakan bahwa otonomi daerah pada dasarnya adalah sebuah koreksi terhadap struktur kekuasaan yang semula lebih berakar keatas menjadi model baru yang berorentasi ke bawah. (Alexandar,2000:1-2)

Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan, Sedangkan daerah otonom itu sendiri adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Widjaja,2001:243).

Ada beberapa prinsip otonomi daerah yang dijadikan prinsip dalam penyelenggaraan pemerintah daerah,yaitu:

(26)

b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.

c. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota, sedangkan pada daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas.

d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi Negara sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah.

e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatakan kemandirian daerah otonom dan karenanya dalam daerah kabupaten/kota tidak ada lagi wilayah administrasi. Demikian pula kawasan khusus yang dibina oleh pemerintah atau pihak lain, seperti badan otorita, kawasan pelabuhan, kawasan pertambangan, kawasan perumahan , kawasan perkebunan, kawasan kehutanan, kawasan industri, kawasan perkotaan baru, kawasan pariwisata dan semacamnya berlaku ketentuan peraturan daerah otonom. f. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi

legislatif daerah, fungsi pengawasan maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintahan daerah.

(27)

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantaun, Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyrakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatakan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah. Aspek hubungan wewenang memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aspek keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Disamping itu, perlu diperhatikan pula peluang dan tantangan dalam persaingan global dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar mampu menjalankan perannya tersebut, daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara.

(28)

Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah.

Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya, adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.

(29)

Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai, pemerintah wajib melakukan pembinaan yang berupa pemberian pedoman seperti dalam penelitian, pengembangan, perencanaan dan pengawasan.

Di samping itu pula standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervise, pengendalian, koordinasi, pemantauan dan evaluasi. Bersamaan itu pemerintah wajib memberikan fasilitas yang berupa pemberian peluang kemudahan, bantuan, dan dorongan kepada daerah agar dalaam melaksanakan otonomi dapat dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dngan peratuaran perundang-undangan.

4.

Pemerintahan Daerah

Pemerintah daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

(30)

Kepala Daerah dan wakil kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat yang persyaratan dan taat caranya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dapat dicalonkan baik oleh partai politk atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memperoleh sejumlah kursi tertentu dalam DPRD dan atau memperoleh dukungan suara dalam pemilu Legislatif dalam jumlah tertentu.

Susunan dan kedudukan DPRD yang mencakup keanggotaan, pimpinan, fungsi, tugas, wewenang, hak, kewajiban, penggantian antar waktu, alat kelengkapan, protokoler, keuangan, peraturan tata tertib, larangan dan sangsi, diatur tersendiri di dalam Undang-undang mengenai susunan dan kedudukan Majelis Permusyaratan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakialn Rakyat Daerah. Hal-hal yang belum cukup diatur dalam undang-undang tersebut dan yang masih memerlukan pengaturan lebih lanjut baik yang bersifat penegasan maupun melengkapi diatur dalam Undang-Undang ini.

(31)

menyerahkan kepada DPRD untuk proses pengusulannya kepada pemerintah guna mendapatkan pengesahan.

Gubernur sebagai Kepala Daerah Provinsi berfungsi pula selaku wakil pemerintah di daerah dalam pengertian untuk menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah termasuk dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintah pada strata pemerintahan kabupaten dan kota.

Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa diantara lembaga pemerintah daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi. Hal ini tercermin dalam membuat kebijakan daerah berupa Peraturan Daerah. Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara pemerintah Daerah dan DPRD adalah sama-sama mitra sekerja dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga antar kedua lembaga itu membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya mendukung bukan merupakan lawan atau pesaing satu sama lain dalam melaksanakan fungsi masing-masing.

5.

Desa

(32)

langsung pada alam. Oleh karean itu, desa diasosiasikan sebagai masyarakat yang hidup secara sederhana pada sektor agraris, mempunyai ikatan sosial, adat dan tradisi yang kuat, bersahaja, serta tingkat pendidikan yang dikatakan rendah. Sedangkan dari sudut pandang politik dan hukum , desa sering diidentikkan sebagai organisasi kekuasaan. Melalui kaca mata ini, desa dipahami sebagai organisasi pemerintahan atau organisasi kekuasaan yang secara politis mempunyai wewenang tertentu dalam struktur pemerintahan Negara. (Juliantara,2000:18)

Desa berdasarkan Undang-undang ini adalah desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem pemerintah Nasional dan berada di kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasitisasi, dan pemberdayaan masyarakat.

(33)

Sebagai perwujudan demokrasi, dalam penyenggaraan pemerintahan desa dibentuk Badan Permusyaratan Desa atau sebutan lain yang sesuai dengan budaya yang berkembang di desa bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan peraturan desa, anggaraan pendapatan dan belanja desa, dan keputusan kepala desa. Di desa dibentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagi mitra kerja pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa.

Kepala desa pada dasarnya bertanggung jawab kepada rakyat desa yang dalam tata cara dan prosedur pertanggung jawabnya disampaikan kepada Bupati atau Walikota melalui camat. Kepada Badan Permusyaratan Desa (BPD), Kepala desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggung jawaban dan kepada rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggung jawabannya namun tetap harus memberi peluang kepada masyarakat melalui Badan Permusyratan Desa (BPD) untuk menyatakan dan/atau meminta keterangan lebih lanjut terhadap hal-hal yang bertalian dengan pertanggung jawaban yang dimaksud.

(34)

6.

Pemerintahan Desa

Dalam pemerintah daerah kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintahan desa dan Badan Permusyaratan Desa (BPD).

Pembentukan, penghapusan, dan atau penggabungan desa dengan memperhatikan asal usulnya atau prakarsa masyarakat. Desa di kabupaten/kota secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa bersama Badan Permusyaratan Desa (BPD) yang ditetapkan dengan Perda.

Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.

Kepala desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga Negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan Perda yang berpedoman kepada peraturan pemerintah. Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan sebagai kepala desa. Pemilihan Kepala Desa dalam kesatuan masyarakat hukum dapat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan diakui keberadaannya berlaku ketentuan, hukum adat setempat yang ditetapkan dalam Perda dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

(35)

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:

a. Urusan pemerintahn yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa.

b. Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada kepala desa.

c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota.

d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.

Tugas dan kewajiban kepala desa dalam memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa diatur lebih lanjut dengan Perda berdasarkan peraturan pemerintah. Badan Permusyaratan Desa (BPD) berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung damn menyalurkan aspirasi masyarkat.

Anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Pimpinan Badan Permusyaratan Desa (BPD) dipilih dari dan oleh anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD). Masa jabatan anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih lagi untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Syarat dan tata cara penetapan anggota dan pimpinan Badan Permusyaratan Desa (BPD) diatur dalam Perda yang berpedoman pada peraturan pemerintah.

Didesa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan peraturan desa dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

(36)

Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban.

Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja dan pengelolaan keuangan desa.

Sumber pendapatan desa terdiri atas: a. Pendapatan asli desa

b. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah dan kabupaten/kota.

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupataen/kota.

d. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.

Belanja desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Pengelolaan keuangan desa dilakukan oleh Kepala Desa yang dituangkan dalam peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah. Pedoman pengelolaan keuangan desa ditetapkan oleh Bupati/walikota dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Badan usaha milik desa dibentuk berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Badan usaha milik desa dapat melakukan pinjaman sesuai peraturan perundang-undangan.

(37)

dengan pihak ketiga dapat dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk pelaksanaan kerja sama, dapat dibentuk kerja sama.

Pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten/kota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan Badan Permusyaratan Desa (BPD). Pelaksanaan pembangunan kawasan pedesaaan diatur dengan Perda, dengan memperhatikan:

a. Kepentingan masyarakat desa. b. Kewenangan desa.

c. Kelancaran pelaksanaan investasi. d. Kelestarian lingkungan hidup.

e. Keserasian kepentingan antar kawasan dan kepentingan umum.

Pengaturan lebih lanjut mengenai desa ditetapkan dalam perda dengan berpedoman pada peraturan pemerintah. Perda, sebagaimana dimaksud wajib mengakui dan menghormati hak, asal-usul, dan adat istiadat desa.

F.

Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. (Singarimbun,1995:31).

(38)

1. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan.

2. Otonomi Desa adalah kewenangan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan.

3. Pemerintahan desa adalah kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa dan Badan Permusyaratan desa.(BPD)

4. Badan Permusyaratan Desa (BPD merupakan salah satu unsur dalam pemerintahan desa yang diharapkan dapat membantu terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan desa yang demokratis sesuai dengan aspirasi masyarakat.

5. Fungsi pemerintah desa adalah menjalankan tugas, kewajiban atau kerja pokok yang harus dilaksanakan oleh eksekutif desa atau kepala desa dan perangkai desa. 6. Pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) yaitu:

a. Fungsi mengayomi yaitu: menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersngkutan sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan.

b. Legisasi yaitu:merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa bersama-sama Perintah Desa.

(39)

d. Pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja desa, pelaksanaan Keputusan Kepala Desa dan Kebijaksanaan Pemerintahan Desa serta memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Desa terhadap rencana perjanjian kerja sama yang menyangkut kepentingan desa.

G.

Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana cara mengukur suatu variabel, dengan kata lain sebagai petunjuk pelaksanaannya. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah operasionalisasi kerangka teori yang telah diajukan sebelumnya (singarimbun 1989:46).

Adapun indikator-indikator dari variabel yang diteliti adalah Pelaksanaan Fungsi Badan Permusyaratan Desa di Desa Janjimaria Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba samosir adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD). 2. Peran Badan Permusyaratan Desa (BPD).

3. Kendala, penghalang dalam menjalankan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD).

4. Usaha-usaha yang dilakukan agar pelaksanaan Badan Permusyaratan Desa BPD) berjalan dengan baik.

(40)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Bentuk Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam penulisan penelitian.

Bentuk penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif yang maksudnya suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan melalui generalisasi yang menjelaskan suatu gejala atau kenyataan sosial yang berlangsung. (faisal, 1995:20)

Maka bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini sebenarnya beragam, banyak ahli yang memberikan pengertian yang lebih luas yaitu segala macam bentuk penelitian kecuali penelitian histories dan eksperimantal. Penelitian deskriptif ini adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Suryabrata, 1987:19).

Penelitian deskriptif adalah akumulasi dari data dasar dalam cara deskriptif yang tidak perlu mencari atau menerangkan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau membuat makna implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat juga merupakan metode-metode deskriptif (Suryabrata, 1983:21).

(41)

dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan gambaran yang jelas, terarah dan menyeluruh dari masalah yang menjadi objek penelitian.

Maka dalam penelitian deskriptif ini penulis akan memperolah data-data dengan mudah dan akan mengambil suatu kesimpulan dengan sempurna.

B.

Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian bertempat di kantor Badan Permusyaratan Desa (BPD) Dan Kantor Kepala desa Desa Janjimaria Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara.

Sekretariat Kantor Badan Permusyaratan Desa (BPD) desa Janjimaria berada satu atap dengan Kantor Kepal desa Janjimaria Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara.

Hal ini barati bahwa secretariat atau kantor Kepal Desa Janjimaria yang terletak di Jl.D.I.Panjaitan Janjimaria Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara.

C.

Informan

(42)

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian, ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal, segai anggota tim dengan kebaikannya dan dengan kesukarelaannya informan tersebut dapat memberikan pandangan dari segi orang dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses dan kebudayaannya yang menjadi latar penelitian tersebut.

Dengan demikian, penulis menetapkan pihak-pihak yang menjadi informan kunci (key informan), informan biasa pada penelitian ini secara sengaja, yakni dengan perincian sebagai berikut:

a. Informan kunci (Key informan)

- Kepala Badan Permusyaratan Desa (BPD) - Kepala Desa

b. Informan biasa yang terdiri dari 4 orang masyarakat

D.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang tepat untuk mendapatkan data kualitatif pada umumnya agak berbeda dengan pengumpulan data melalui data kuantitatif. (Ali, 1997:198).

(43)

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Yakni pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian atau objek yang diteliti atau data yang diperoleh ini disebut data primer. Dalam hal ini data diperoleh dengan cara-cara sebagi berikut.

a. Wawancara, yaitu mendapatkan data dengan cara Tanya jawab dan berhadapan langsung dengan responden.

b. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. 2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Yakni data yang diperoleh untuk mendukung data primer. Data sekunder yang digunakan antara lain.

a. Studi Kepustakaan

Yakni pengumpulan data-data dengan cara mempelajari, mendalami dan mengutip teori-teori dan konsep konsep dari sejumlah literature baik buku, jurnal, majalah, Koran ataupun karya tulis lainnya yang relevan dengan topic penelitian. b. Dokumentasi

Memanfaatkan dokumen tertulis, gambar, foto atau benda-benda lain yang berkaitan dengan aspek-aspek yang diteliti.

E.

Teknik Analisa Data

(44)

Pengolahan dan penganalisaan data yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif menekankan pada segi pengamatan langsung secara partisipatif dari penelitian. Dengan demikian dapat diungkapakan fenomena-fenomena yang terjadi serta hal-hal yang melatar belakanginya yang pada akhirnya akan menghasilkan gambaran yang jelas, terarah dan menyeluruh dari masalah yang menjadi objek penelitian.

Dalam penelitian ini data yang didapatkan dari wawancara yang diperoleh dari responden, disajikan dalam pertanyaan bentuk tabel yang memuat jawaban-jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan. Sehingga peneliti mengerti kecenderungan jawaban responden untuk dianalisis berdasarkan argumen logika. Sedangkan data yang diperoleh melalui studi pustaka, dan dokumentasi digunakan sebagi data pendukung yang berkaitan dengan aspek-aspek yang diteliti.

Oleh karena analisa dari penelitian kualitatif tidak mendasarkan interpretasi datanya pada perhitungan-perhitungan seperti analisa data penelitian kuantitatif, maka analisa data terletak pada kemampuan nalar peneliti dalam menghubungkan data, fakta, dan informasi yang diperoleh oleh peneliti itu sendiri. (Ali, 1997:151)

F.

Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

(45)

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data, serta sistematika penulisan.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum keadaan Desa Janjimaria tempat beradanya Kantor Badan Permusyaratan Desa (BPD) dan kantor kepala desa Janjimaria seperti lokasi atau letak strategis, keadaan penduduk secara umum, sarana dan prasarana, lembaga-lembaga yang ada di Desa Janjimaria termasuk Badan Permusyaratan Desa (BPD), serta seluruh variabel yang mendukung penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan penyajian data yang dihasilkan dari hasil wawancara dan berupa dokumen sebagai bahan yang akan dianalisis, data yang diperoleh adalah bahan pengamatan bagi peneliti untuk melihat pelaksanaan Fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) di Desa Janjimaria.

BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

Bab ini berisikan analisa data yang disajikan pada bab iv dan interpretasi pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) di Desa Janjimaria.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diberikan oleh penulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan.

(46)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A.

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Desa Janjimaria adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Desa Sigumpar, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara. Letak desa yang berada diperbatasan atara kecamatan Silaen dengan Kecamatan Sigumpar. Adapun batas-batas Desa Janjimaria adalah Sebagai berikut:

Batas-batas wilayah Desa Janjimaria sebagai berikut: - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Hutanamora - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Baribatali - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Hutanagodang - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Barimbing

Desa Janjimaria berjarak 4 km dari ibukota kecamatan, 20 Km dari ibukota Kabupaten dan 121 Km dari ibukota provinsi.

Secara administratif desa ini terdiri dari 4 dusun, adapun dusun-dusun tersebut adalah: - Dusun I Lapo ganjang

(47)

B.

Keadaan Penduduk Desa Janjimaria Secara Umum

Pendududuk merupakan potensi utama dalam setiap pembangunan selain dari potensi lain yang dimiliki suatu Negara ataupun daerah secara khususnya.

Pengaruh pendududuk baik secara perilaku maupun status sosialnya menjadi tolak ukur dalam setiap perencanaan pembangunan. Begitu juga yang terjadi pada desa, efektif dan tidaknya jalan pembangunan di desa diukur dari kacamata partisipasi masyarakat terhadap fungsi dari lembaga-lembaga desa.

Jumlah penduduk Desa Janjimaria berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan pihak pemerintah desa pada tahun 2010 adalah 972 jiwa yang dapat dirinci sebagai berikut:

1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin - Pria = 491 jiwa

- Wanita= 481 jiwa

Jumlah ini tersebar di 4 dusun yang terdiri dari 242 rumah tangga/kepala keluarga yang ada pada Desa Janjimaria. Untuk lebih jelasnya jumlah tersebut dapat dirinci dalam tabel berikut ini:

(48)

TABEL I

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Dusun

No Dusun Pria Wanita Jumlah

1. Lapo ganjang 104 142 246

2. Huta ginjang 101 172 273

3. Tapian nauli 107 125 232

4. Lapo toruan 109 112 221

Total 421 251 972

Sumber: Kantor Kepala Desa

2. Jumlah Penduduk berdasarkan kelompok umur

(49)

TABEL II

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

No. Kelompok umur Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

0 – 1 1 – 5 6 – 10 11 – 12 13 – 15 16 – 18 19 – 21 22 – 25 26 – 30 31 – 35 36 – 40 41 – 45 46 – 50 50 – 56 56 - keatas

21 79 59 70 35 30 40 29 45 39 50 35 38 80 100

(50)

3. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

Sesuai dengan data yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Janjimaria, bahwa mata pencaharian dari pendududuk Desa Janjimaria bervariasi bertani, wiraswasta sampai pegawai pemerintah. Namun jumlah terbanyak adalah penduduk yang bekerja sebagai petani. Disamping itu ada juga yang bekerja sebagai pedagang/wiraswasta dan pegawai negeri, pegawai swasta, TNI/POLRI, pensiunan pegawai negeri. Jika diklasifikasikan secara terperinci maka penduduk Desa Janjimaria menurut mata pencaharian atau jenis pekerjaannya dapat dilihat dalam table berikut:

TABEL III

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

(51)

4. Klasifikasi penduduk menurut tingkat pendidikan

Data klasifikasi penduduk desa Janjimaria menurut tingkat pendidikannya digunakan untuk mengetahui sejauh mana akses pendidikan ke Desa Janjimaria. Pendidikan adalah faktor yang sangat mempengaruhi pola berpikir suatu komunitas, sehingga dapat menjadi menjadi ukuran proaktif atau malah pasif masyarakat di desa itu akan keberadaan suatu lembaga pemerintahan desa.

Masyarakat yang aktif adalah masyarakat yang mau berpartisipasi dalam pembangunan, maka klasifikasi penduduk Desa Janjimaria menurut tingkat pendidikan secara terperinci dapat dilihat daln table berikut:

TABEL IV

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No. Tingkat pendidikan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Anak belum sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Akademi/Perguruan Tinggi 250 100 150 175 220 97

(52)

C.

Jenis-jenis Sarana

Sukses atau tidaknya pembangunan baik secara fisik maupun administratif seperti partisipasi masyarakat dalam mempotensikan lembaga-lembaga desa pada hakekatnya dapat dilihat dari sejumlah sarana dan prasarana yang ada. Untuk mengetahui perkembangan pembangunan Desa Janjimaria, terutama pada faktor kelembagaan pemerintah desa perlu kiranya penulis paparkan jenis-jenis sarana dan prasarana yang ada sebagai tolak ukur untuk melihat tingkat perkembangan Desa Janjimaria.Desa yang memiliki sarana dan prasarana yang baik adalah faktor pendukung dapat dilihatnya tingkat keseriusan kerja pemerintah desa dan aparatnya

1. Sarana Sosial

Warga desa Janjimaria bersifat heterogen dari yang terdiri dari suku: Batak, Jawa, Nias. Dari 972 jumlah penduduk yang mayoritas adalah suku batak berjumlah 875

Heterogenitas masyarakat membawa berbagai agama penganutnya yaitu:Islam, Kristen Protestan, Katolik. Kehidupan masyarakat di Desa Janjimaria masih diwarnai dengan sifat-sifat masyarakat desa pada umumnya, penganut adat istiadat yang kental masih terlihat dalam keseharian begitu juga dengan budaya kegotong royongan masih terlihat jelas ditengah-tengah masyarakat Desa Janjimaria.

(53)

terkecuali atas kemauan sendiri masyarakat. Hal ini yang menjadi ukuran tingkat partisipatif yang rendah dari masyarakat dalam program-program desa.

Namun kehidupan beragama di Desa Janjimaria diantara warga desa terjalin dengan baik. Toleransi, saling hormat-menghormati, dan menghargai tercermin dalam kehidupan yang harmonis. Bagi pembangunan desa ini merupakan modal besar pada desa yang heterogen. Stabilitas merupakan potensi yang akan memberi manfaat besar bagi tumbuh dan kembangnya pembangunan desa selain dari sarana yang memfasilitasinya.

Fasilitas sarana dan prasarana sosial yang ada di Desa Janjimaria, rata-rata dibangun atas swadaya masyarakat sendiri terkecuali yang berskala besar. Beberapa fasilitas sosial yang ada di Desa Janjimaria seperti, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, dan sarana olah raga dapat terlihat secara terperinci dalam tabel dibawah ini: TABEL V

Sarana Pendidikan, Peribadatan, Kesehatan dan Olah Raga

No. Jenis Sarana Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. TK/TPA Sekolah Dasar Gereja Pos Yandu Bidan Desa

(54)

2. Sarana dan Prasarana Produksi

Potensi ekonomi di Desa Janjimaria dipengaruhi oleh sistem bertani, ada juga yang membuka perusahaan, industri kecil.

Maka beberapa sarana dan prasarana produksi yang ada di Desa Janjimaria dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

TABEL VI

Sarana Dan Prasarana Produksi

No. Jenis sarana dan prasarana Jumlah

1. 2. 3.

Gilingan Padi Tali Air Traktor

3 2 3 Sumber: Kantor Kepala Desa

3. Sarana dan prasarana perhubungan

(55)

TABEL VII

Sarana Perhubungan

No. Jenis Sarana Jumlah 1. 2. 3. Angkutan Umum Dumtruck/truck besar Mobil pickup 15 Unit 5 Unit 3 Unit Sumber: Kantor Kepala Desa

TABEL VIII

Prasarana Perhubungan

No. Jenis Perhubungan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6 Jalan Aspal/Beton Jalan Diperkeras Jalan Tanah Jalan Propinsi Jalan Kabupaten/Kota Jalan Desa 4 Km 1 Km 1,5 Km 1 Km 4 Km 1 Km

(56)

D.

Kelembagaan Desa

1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Janjimaria

Desa Janjimaria sebagai Organisasi pemerintahan dipimpin oleh Kepala Desa dibantu Sekretaris Desa Dan Kepala-kepala Urusan.

Kepala Desa dipilih dan diangkat menjadi Kepala Pemerintahan Desa Janjimaria hasil dari Pilkades 2010

Berikut ini penulis cantumkan nama-nama Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala-kepala urusan, dan Kepala-kepala-Kepala-kepala dusun.

Jabatan Nama

- Kepala Desa Tigor Parlin Siagian, SE

- Sekretaris Hotman Siagian

- Kepala urusan pemerintahan Ir J.Sitorus

- Kepala urusan pembangunan Rumia Siagian

- Kepala Urusan Umum Bahal Siagian

- Kepala Dusun I Rudol Siagian

- Kepala Dusun II K. Ginting

- Kepala Dusun III Paimin Siagian

(57)

2. Lembaga-lembaga Masyarakat Desa

Lembaga-lembaga masyarakat desa juga tidak kalah pentingnya dalam rangka meningkatakan efektifitasnya dan efisiensi kinerja aparat desa dalam pelaksanaan tugas-tugasnya dalamnya bidang pembangunan masyarakat sehingga mampu melaksanakan tugas-tugasnya.

Adapun lembaga-lembaga masyarakat di Desa Janjimariadapat dilihat dibawah ini: - LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa)

- BPD (Badan Permusyaratan Desa) - Karang Taruna

- PKK

- Perkumpulan Remaja Gereja

3. Badan Permusyaratan Desa (BPD)

(58)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini akan diuraikan hasil wawancara yang penulis coba sajikan dalam bentuk hasil wawancara wawancara tertulis. Adapun hasil wawancara tertulis ini merupakan salinan atas wawancara yang penulis lakukan dilapangan penelitian terhadap informan kunci (key informan) dan informan biasa pada penelitian tentang pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) di Desa Janjimaria Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba Samosir.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para informan merupakan pertanyaan yang berasal dari panduan wawancara yang penulis susun sebagai instrument dalam penelitian ini. Akan tetapi daftar pertanyaan ini bukanlah pertanyaan yang baku didalam pelaksanaan wawancara yang telah penulis lakukan pertanyaan-pertanyaan tersebut mengalami perkembangan yang penulis sesuaikan dengan permasalahan penelitian ini. Pelaksanaan wawancara langsung dengan informan yang telah penulis lakukan selama kurun waktu 2 minggu dengan melibatkan informan sebagaimana yang telah direncanakan pada proposal penelitian ini yaitu:

1. Ketua Badan Permusyaratan Desa (BPD)

2. Kepala Desa

3. Anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD)

(59)

Berikut hasil wawancara tersebut:

1. Hasil wawancara langsung dengan Bapak Ketua Badan Permusyaratan Desa (BPD) Desa Janjimaria (Bapak Parluhutan Siagian).

1. Menurut Bapak, apa fungsi dari Badan Permusyaratan Desa (BPD)?

“ Fungsi dari BPD itu membantu kepala desa dalam perencanaan

pembangunan desa dan sebagai mediasi dalam menyampaikan aspirasi

masyarakat “

Berdasarkan jawaban informan diatas dapat diketahui bahwa fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) itu adalah membantu kepala desa dalam perencanaan pembangunan desa dan juga sebagai mediasi dalam menyampaikan aspirasi masyarakat.

2. Bagaimana peran Badan Permusyaratan Desa (BPD) dalam pemerintahan desa di Desa Janjimaria?

“ Membantu pemerintah desa dalam membuat Perdes dan sosialisasi

kebijakan “

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa peran Badan Permusyaratan Desa (BPD) dalam pemerintahan desa di Desa Janjimaria adalah membantu pemerintah desa dalam membuat Perdes dan sosialisasi kebijakan.

3. Sejauh mana Bapak melaksanakan peran dan fungsi itu?

“ Ya membantu Kepala Desa dalam mensosialisasi Perdes tersebut “

(60)

Permusyaratan Desa (BPD) yaitu dalam membantu Kepala Desa dalam mensosialisasi Perdes tersebut.

4. Apa yang diperlukan supaya pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) berjalan dengan baik?

“ Adanya rasa kepedulian anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) dan

adanya operasional “

Berdasarkan kutipan diatas dapat kita ketahui bahwa pelaksanaan fungsi dari Badan Permusyaratan Desa (BPD) dapat berjalan dengan baik apabila ada rasa kepedulian dari anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) dan juga adanya operasional.

5. Apa yang menjadi penghalang, kendala dalam pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD)?

“ Kurangnya rasa keperdulian warga untuk musyawarah “

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui yang menjadi penghalang, kendala dalam pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) adalah kurangnya rasa kepedulian warga untuk musyawarah.

6. Usaha-usaha apa yang dilakukan agar pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) tersebut dapat terlaksana dengan baik?

“ Mensosialisasi masyarakat dengan langsung mengajak warga dari

warung/kedai “

(61)

dengan baik adalah dengan cara mensosialisasi masyarakat dengan langsung mengajak warga dari warung/kedai.

7. Bagaimana dukungan dari Kepala Desa dan masyarakat dalam pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) tersebut?

“ Dukungannya bisa dilihat dari partisipasi Kepala Desa dalam menjalankan

program-program yang dibentuk oleh Badan Permusyaratan Desa (BPD) selain

itu masyarakat juga ikut serta menjalankan dari program tersebut, walau

terkadang rasa kepedulian itu masih belum terlihat baik “

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa dukungan dari kepala desa dan juga masyarakat sangat penting, terutama dalam menjalankan program-program yang dibentuk oleh Badan Permusyaratan Desa (BPD).

8. Sejauh mana pengurus dan anggota menunjukkan fungsi itu dengan baik?

“ Karena adanya keterbatasan waktu dan jarak kampung yang satu dengan

kampung yang lain maka terkadang dibahas dikedai (antara anggota jumpa

diwarung) pengurus dan anggota menjalankan sesuai dengan kemampuan

masing-masing berdasarkan peraturan yang ada “

(62)

2. Hasil wawancara langsung dengan Kepala Desa Janjimaria (Bapak Tigor Siagian)

1. Seberapa penting pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) bagi Bapak dalam menjalankan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD)?

“ Menurut saya pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD)

sangat penting karena mendukung perencanaan dan pembangunan desa “

Berdasarkan jawaban informan diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) Sangat mempengaruhi setiap perencanaan dan pembangunan desa.

2. Sejauh ini mampukah Badan Permusyaratan Desa (BPD) menjalankan fungsinya?

“ Sejauh ini Badan Permusyaratan Desa (BPD) Masih mampu dan berfungsi

dalam penentuan peraturan desa dan musyawarah dalam penyelesaian masalah

serta menyampaikan aspirasi dari masyarakat “

Berdasarkan kutipan diatas Badan Permusyaratan Desa (BPD) masih mampu menjalankan fungsinya hal ini bisa dilihat dari penentuan peraturan desa, musyawarah, serta menyampaikan aspirasi dari masyarakat.

3. Apa yang diperlukan dalam membangun kerja sama Kepala Desa dengan Badan Permusyaratan Desa (BPD)?

“ Untuk membangun kerja sama antara Kepala Desa dengan Badan

(63)

memecahkan setiap permasalahan yang ada baik dipemerintahan desa

ataupun di lembaga Badan Permusyaratan Desa (BPD) “

Berdasarkan kutipan diatas membangun kerja sama antara Kepala Desa dengan Badan Permusyaratan Desa (BPD) diperlukan ketersediaan waktu untuk musyawarah dalam memecahkan masalah yang ada dipemerintahan desa ataupun di lembaga Badan Permusyaratan Desa (BPD).

4. Apakah sejauh ini Badan Permusyaratan Desa (BPD) masih bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Desa Janjimaria?

“ Sejauh ini Badan Permusyaratn Desa (BPD) masih bisa memenuhi

kebutuhan masyarakat “

Berdasarkan kutipan diatas dapat kita ketahui Badan Permusyaratan Desa (BPD) masih bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Janjimaria.

5. Bagaimana harapan masyarakat terhadap peran Badan Permusyaratan Desa (BPD) untuk kesejahteraan masyarakat Desa Janjimaria?

“ Harapan dari masyarakat terhadap peran Badan Permusyaratan Desa

(BPD) ini supaya dilanjutkan peran dan fungsinya, khususnya dalam

perencanaan pembangunan desa “

Berdasarkan jawaban informan dapat diketahui bahwa peran Badan Permusyaratan Desa (BPD) sangat diharapkan untuk menjalankan peran dan fungsinya khususnya dalam perencanaan pembangunan desa.

(64)

“ Sejauh ini Badan Permusyaratan Desa (BPD) memahami fungsinya dan

faktor pendukungnya bisa dilihat dengan adanya operasional “

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa Badan Permusyaratan Desa (BPD) memahami fungsinya dengan adanya faktor pendukung yaitu dengan adanya operasional.

7 Apakah ada hambatan atau kendala dalam membangun mitra kerja antara Ketua Badan Permusyaratan Desa (BPD) dengan Kepala Desa Janjimaria?

“ Dalam membangun kerja sama antara Kepala Desa dengan Ketua Badan

Permusyaratan Desa (BPD) terkadang ada hambatan yaitu perbedaan antara

visi dan misi “

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa hambatan ataupun kendala dalam membangun mitra kerja antara Ketua Badan Permusyaratan Desa (BPD) dengan Kepala Desa Janjimaria adanya perbedaan visi dan misi.

8 Hal apa saja yang dilakukan untuk mengurangi kendali tersebut?

“ Untuk mengurangi kendala tersebut harus adanya tranparansi dan rasa

kepedulian terhadap masyarakat “

Berdasarkan jawaban informan diatas dapat diketahui bahwa untuk mengurangi kendala dalam membangun mitra kerja antara Ketua Badan Permusyaratan Desa (BPD) dengan Kepala Desa harus adanya tranparansi dan kepedulian terhadap masyarakat.

(65)

“ Membantu Kepala Desa dalam sosialisasi Perdes dan kebijakan-kebijakan

lainnya “

Berdasarkan jawaban informan diatas dapat diketahui usaha yang dilakukan Badan Permusyaratan Desa (BPD) untuk berdaya guna dilakukan dengan membantu Kepala Desa dalam sosialisasi Perdes dan kebijakan-kebijakan lainnya.

3. Hasil wawancara langsung dengan anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) Bapak Ramidun Siagian.

1. Apa fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD)?

“ Fungsi dari BPD itu membantu kepala desa dalam perencanaan

pembangunan desa dan sebagai mediasi dalam menyampaikan aspirasi

masyarakat”

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) adalah membantu Kepala Desa dalam perencanaan pembangunan desa dan sebagai mediasi dalam menyampaikan aspirasi masyarakat.

2. Bagaimana peran Badan Permusyaratan Desa (BPD) dalam pemerintahan desa?

“ Membantu pemerintah desa dalam membuat Perdes dan sosialisasi

kebijakan “

(66)

3. Sejauh mana Bapak melaksanakan peran dan fungsi itu?

“ Ya membantu Ketua Badan Permusyaratan Desa (BPD) dalam menjalankan

fungsi dari Badan Permusyaratan Desa (BPD) dan ikut serta menerapkan atau

mengimplementasikan program ataupun setiap keputusan yang telah disepakati

bersama”

Berdasarkan jawaban informan diatas dapat diketahui bahwa anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) menjalankan fungsi dan perannya dengan cara membantu Ketua Badan Permusyaratan Desa (BPD) dalam menjalankan fungsi dari Badan Permusyaratan Desa (BPD) dan menerapkan atau mengimplementasikan program ataupun setiap keputusan yang telah disepakati bersama.

4. Apa yang diperlukan supaya pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) berjalan dengan baik?

“ Pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) dapat berjalan

dengan baik apabila adanya dana operasional yang cukup untuk setiap

perencanaan pembangunan desa dan program-program lainnya, serta

partisipasi masyarakat yang cukup “

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) dapat berjalan dengan baik apabila adanya dana operasional yang cukup untuk setiap perencanaan pembangunan desa dan program-program lainnya serta partisipasi masyarakat yang cukup.

(67)

“ Kurangnya rasa kepedulian warga untuk musyawarah hal ini disebabkan

oleh adanya keterbatasan waktu dan jarak maka frekuensi jumpa itu hanya

waktu-waktu tertentu saja misalnya hari minggu dan itupun jumpanya

diwarung/kedai “

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui yang menjadi penghalang, kendala dalam pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) adalah kurangnya rasa keperdulian warga untuk musyawarah hal ini disebabkan keterbatasan waktu dan jarak.

6. Usaha-usaha apa yang dilakukan agar pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) berjalan dengan baik?

“ Adanya rasa kepedulian anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD),

masyarakat dan adanya operasional “

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) dapat berjalan dengan baik apabila kepedulian anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD), masyarakat masih ada dan adanya operasional.

7. Bagaimana dukungan dari Kepala Desa dan masyarakat?

“ Dukungan dari Kepala Desa bisa dilihat partisipasinya membantu Ketua

Badan Permusyaratan Desa (BPD) dalam membuat peraturan yang berlaku

dimasyarakat serta menjalankan program-program pembangunan desa dan

partisipasi masyarakat dalam menjalankannya “

(68)

8. Sejauh mana pengurus dan anggota menunjukkan fungsi itu dengan baik?

“ Pengurus dan anggota berusaha menjalankan fungsi itu dengan

memaksimalkan segala potensi yang ada, baik dari segi sumber daya

manusianya, maupun dari dana operasionalnya “

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa pengurus dan anggota memanfaatkan potensi yang ada untuk mendukung berjalannya fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) ini dengan baik

4 Hasil wawancara langsung dengan Masyarakat (anggota masyarakat).

4.1. Hasil wawancara langsung dengan Bapak Rudolf Siagian.

1. Apa yang Bapak ketahui tentang Badan Permusyaratan Desa (BPD)?

“ Badan permusyaratan Desa (BPD) merupakan lembaga yang membantu

pemerintah desa dalam perencanaan pembangunan, sosialisasi dan juga

sebagai mediasi dalam menyampai

Referensi

Dokumen terkait

diagram aliran data memuat satu proses, menampilkan sistem secara keseluruhan, diagram tersebut tidak memuat penyimpanan aliran data secara sederhana dari sistem yang sedang

6.2 Pengaruh Jenis Operasi Terhadap Waktu Kesembuhan Pasien Katarak yang melakukan Operasi di Rumah Sakit Mata Bali Mandara pada Bulan Oktober- Desember 2015. 50

ldentifikasi mutasi noktah pad" gen Voltage Gated Sodium Channel (VGSC) telah dilakukan pada nyamuk Aedes aegypti dari Kelurahan Simongan Kota Semarang, yang telah resisten

Penerbitan Profil Dinas Kesehatan juga merupakan upaya publikasi yang dilakukan Dinas Kesehatan, memuat informasi tentang keadaan kesehatan masyarakat di Kabupaten Tojo Una Una

Bahwa hambatan dalam pelaksanaan wakaf uang yang ditentukan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf di Kabupaten Kubu Raya, Peraturan pelaksana yang

Pendidikan Islam adalah sebuah sarana atau pun furshoh untuk menyiapkan masyarakat muslim yang benar-benar mengerti tentang Islam. Di sini para pendidik muslim

Proses pembuatan pupuk dari limbah padat industri agar diaplikasikan pada tanaman sawi hijau ( B. Sawi hijau merupakan jenis sayur yang digemari oleh masyarakat

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian perlakuan berupa stretching dan myofascial release dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan fungsional kaki pada sales