• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan waktu, durasi, dan intensitas hiperglikemia dengan lama rawatan dan mortalitas pada pasien anak dengan penyakit kritis di unit perawatan intensif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan waktu, durasi, dan intensitas hiperglikemia dengan lama rawatan dan mortalitas pada pasien anak dengan penyakit kritis di unit perawatan intensif"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN WAKTU, DURASI, DAN INTENSITAS HIPERGLIKEMIA DENGAN LAMA RAWATAN DAN MORTALITAS PADA

PASIEN ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF

TESIS

YULIA LUKITA DEWANTI 067103003

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN WAKTU, DURASI, DAN INTENSITAS HIPERGLIKEMIA DENGAN LAMA RAWATAN DAN MORTALITAS PADA

PASIEN ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik(Anak) dalam Program Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi Kesehatan Anak-Spesialis pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

YULIA LUKITA DEWANTI 067103003

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : Hubungan waktu, durasi, dan intensitas hiperglikemia dengan lama rawatan dan mortalitas pada pasien anak dengan

penyakit kritis di unit perawatan intensif Nama : Yulia Lukita Dewanti

Nomor Induk Mahasiswa : 067103003

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. H. Chairul Yoel, Sp.A(K) Ketua

Prof. Dr. H. Munar Lubis, Sp.A(K) Anggota

Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS

(4)

PERNYATAAN

HUBUNGAN WAKTU, DURASI, DAN INTENSITAS HIPERGLIKEMIA DENGAN LAMA RAWATAN DAN MORTALITAS PADA

PASIEN ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, April 2010

(5)

Telah diuji pada

Tanggal:

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. H. Chairul Yoel, Sp.A(K) ...

Anggota : 1. Prof. Dr. H. Munar Lubis, Sp.A(K) ……...

2. Prof. Dr. H. M. Sjabaroeddin Lubis, Sp.A(K) ……...

3. Dr. H. Hasanul Arifin, Sp. An(K) …………

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayahNya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas

akhir pendidikan Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Anak di

FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala

kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua

pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan

penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Prof. Dr. H. Chairul Yoel Sp.A(K), yang telah

memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat

berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. Prof. Dr. H. Munar Lubis Sp.A(K), selaku pembimbing tesis dan juga

Ketua Program Pendidikan Spesialis Anak FK USU yang telah

(7)

dan telah memberikan banyak kesempatan untuk mengikuti kegiatan

akademik lainnya selama masa pendidikan.

3. Dr. Rina AC Saragih, MKed(Ped), Sp.A, Dr. Gema Nazri Yanni,

MKed(Ped), Sp.A dan Dr. Yunnie Trisnawati, MKed(Ped), Sp.A yang

telah sangat banyak membimbing serta membantu saya dalam

menyelesaikan penelitian serta tesis ini

4. Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K), selaku Kepala BIKA

Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan periode

2003-2006 dan Dr. H. Ridwan M Daulay, Sp.A(K), selaku Ketua

Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP

H. Adam Malik Medan periode 2006-2009, yang telah memberikan

bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

5. Seluruh staf pengajar di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU /

RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan sumbangan

pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini

6. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. H. Chairuddin P Lubis,

DTM&H, Sp.A(K) dan Dekan FK-USU yang telah memberikan

kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis

Anak di FK- USU.

7. DR. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, sebagai pembimbing statistik dalam

(8)

8. Anna Triana, Astri Nurhayati, Fellycia Tobing, Jeanida Mauliddina,

Erlina Masniari Napitupulu, Armila Ramadhani, dan Pranoto

Trilaksono yang selama empat setengah tahun bersama-sama dalam

suka dan duka serta teman sejawat PPDS DIKA dan semua pihak

yang telah memberikan bantuan selama pendidikan dan

terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Teristimewa untuk orangtua yang tercinta, Drs. H. A. Loekman

Hakim, MBA, dan dr. Hj. Suasti Djamil, abang Ir. Ika Wahyudi Putra,

dan Tri Restu Ramadhan, SE, kakak Ir. Dwi Mukti Yunita Wardhani

serta adik Noviandri Lukmanul Hakim, SE, Ak, MM yang selalu

mendoakan, memberikan dorongan, bantuan moril dan materil selama

penulis mengikuti pendidikan ini.

Kepada dr. H. Zulbahri, Sp.B dan dr. Hj. Nurhaida Djamil, Sp.M,

om dan tante beserta keluarga yang telah menerima untuk tinggal

dan memberikan dukungan penuh semangat selama pendidikan.

Kepada keluarga besar H. M. Djamil, sepupu-sepupu yang telah

mendukung dengan semangat dan harapan yang besar untuk

menyelesaikan pendidikan ini. Terima kasih atas doa, pengertian, dan

dukungan selama penulis menyelesaikan pendidikan ini, semoga budi

(9)

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan

ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, April 2010

(10)

DAFTAR ISI

Daftar Gambar xiii

Daftar Singkatan xiv

1.5.2. Di Bidang Pelayanan dan Pengembangan 3 Masyarakat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi 4

2.2. Hiperglikemia pada Keadaan Kritis 4

2.3. Patofisiologi Hiperglikemia pada Keadaan kritis 5

2.4. Kadar gula darah yang bermakna 9

2.5. Penatalaksanaan 11

(11)

3.2. Tempat dan Waktu penelitian 15

3.3. Populasi penelitian 15

3.4. Perkiraan Besar Sampel 15

3.4.1. Lama rawatan 15

3.4.2. Mortalitas 16

3.5. Kriteria Penelitian 17

3.6. Persetujuan/Informed consent 18

3.7. Etika Penelitian 18

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 18

3.9. Identifikasi Variabel 20

3.10. Definisi Operasional 20

3.11. Pengolahan dan Analisis Data 22

BAB 4. HASIL PENELITIAN 23

BAB 5. PEMBAHASAN 33

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 41

6.2 Saran 41

Ringkasan 42

Daftar Pustaka 46

Lampiran

1. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan 49

2. Lembar Penjelasan Kepada Orangtua 50 3. Lembar Isian Sampel 51

4. Lembar Persetujuan Komite Etik 52

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Karakteristik dasar sampel penelitian 25 Tabel 4.2. Karakteristik KGD sampel penelitian 26

Tabel 4.3. Analisis univariat hubungan waktu, durasi dan 27

Intensitas hiperglikemia terhadap lama rawatan Tabel 4.4. Analisis univariat faktor-faktor yang berhubungan 28

dengan lama rawatan

Tabel 4.5. Analisis univariat hubungan waktu, durasi dan 29 intensitas hiperglikemia terhadap mortalitas

Tabel 4.6. Analisis univariat faktor-faktor yang berhubungan 30

dengan mortalitas

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Mekanisme hiperglikemia menyebabkan 9

kerusakan sel

Gambar 2.4. Kerangka konseptual penelitian 14

Gambar 3.1. Alur penelitian 19

(14)

DAFTAR SINGKATAN

AGE : Advance Glycation End product

BB : Berat badan

Co. Ltd : Corporate Limited

CGMS : Continous Glucose Monitoring System

D 10% : Dextrose 10%

ISPAD : International Society for Pediatrics and Adolescent

Diabetes

mg : milligram

mmol : milimol

NADPH : Nicotinamid Adenosine Dinucleotide Phosphate

NICE-SUGAR : Normoglycemia in Intensive Care Evaluation-

Survival Using Glucose Algorithm Regulation

(15)

DAFTAR LAMBANG

n : besar sampel

s : simpangan baku

Xa-X0 : perbedaan klinis yang diinginkan untuk lama hari rawat (clinical judgement)

Zα : tingkat kemaknaan

Zβ : power penelitian

Po : proporsi populasi standard Qo : 1- P0

Pa-Po : perbedaan klinis yang diinginkan untuk mortalitas (clinical judgement)

> : lebih besar dari

< : lebih kecil dari

(16)

ABSTRACT

Background Hyperglycemia in critical care populations has been shown to be a risk factor for increased morbidity and mortality. There are still controversies about the relation between time, duration and intensity of hyperglycemia with length of stay and mortality of patient in Pediatric Intensive Care Unit (PICU), especially with wide variety setting.

Objective To evaluate relation between time, duration and intensity of hyperglicemia of critically ill children with length of stay and mortality in PICU.

Methods An observational study was performed in PICU of Haji Adam Malik Hospital Medan on July 2009-January 2010. Consecutive samples were 1 month -18 years old non-diabetic children indicated to be treated in PICU, with blood glucose level 126 mg/dL at the time of admissions. Blood glucose examinations were performed at 12, 24, 48 hours after admission and every 24 hour until the patient discharge or death. Time of higher glucose level, duration and intensity of hyperglycemia with length of stay and patients conditions at the end of their intensive care will be noted.

Results 30 samples admitted from July-Januari 2009, 63% of them were death. Median of peak hyperglycemia was 237(181.2 - 301.25) mg/dL, Highest hyperglycemia happened at the first time patient admitted (53%), median duration of hyperglycemia comparing to PICU stay was 70 (25-97)%, median intensity was 186 (161.63 – 232.88) mg/dL. Only duration have significant relation with length of stay (P= 0.009) and mortality (P= 0.030).

Conclusion Duration of hyperglycemia have significant relation to length of stay and mortality

(17)

xvii

ABSTRAK

Latar Belakang Hiperglikemia pada pasien kritis merupakan faktor risiko terhadap meningkatnya angka morbiditas dan kematian. Hubungan antara waktu terjadinya hiperglikemia, durasi dan intensitas hiperglikemia dengan lama rawatan dan mortalitas pasien anak di unit perawatan intensif (UPI) masih merupakan kontroversi, terutama pada

setting UPI dengan variabilitas pasien yang luas.

Tujuan Untuk mengetahui hubungan antara waktu terjadinya hiperglikemia tertinggi, durasi serta intensitas hiperglikemia dengan lama rawatan dan mortalitas pada pasien anak dalam keadaan kritis di UPI Anak.

Metode Suatu penelitian observasional dilakukan di UPI Anak RSUP. H. Adam Malik Medan sejak bulan Juli 2009 sampai Januari 2010. Sampel konsekutif adalah anak berusia 1 bulan sampai 18 tahun dengan hiperglikemia non diabetik yang diindikasikan untuk rawatan UPI Anak, dengan kadar gula darah (KGD) 126 mg/dL saat pertama kali masuk. Pemeriksaan KGD dilanjutkan pada jam ke- 12, 24, 48 rawatan dan setiap 24 jam sampai pasien keluar rawatan atau meninggal. Dicatat waktu terjadinya hiperglikemia tertinggi, durasi dan intensitas hiperglikemia.

Hasil Didapatkan 30 sampel selama periode penelitian, 63% diantaranya meninggal. Median hiperglikemia tertinggi adalah 237(181.2 - 301.25) mg/dL, hiperglikemia tertinggi terjadi pada saat pasien pertama kali pasien masuk, median durasi hiperglikemia dibandingkan dengan lamanya rawatan UPI adalah 70 (25-97)%, median intensitas adalah 186 (161.63 – 232.88). Hanya durasi yang berhubungan secara signifikan dengan lama rawatan (P= 0.009) dan mortalitas (P= 0.030).

Kesimpulan Durasi hiperglikemia berhubungan secara signifikan dengan lama rawatan dan mortalitas.

(18)

ABSTRACT

Background Hyperglycemia in critical care populations has been shown to be a risk factor for increased morbidity and mortality. There are still controversies about the relation between time, duration and intensity of hyperglycemia with length of stay and mortality of patient in Pediatric Intensive Care Unit (PICU), especially with wide variety setting.

Objective To evaluate relation between time, duration and intensity of hyperglicemia of critically ill children with length of stay and mortality in PICU.

Methods An observational study was performed in PICU of Haji Adam Malik Hospital Medan on July 2009-January 2010. Consecutive samples were 1 month -18 years old non-diabetic children indicated to be treated in PICU, with blood glucose level 126 mg/dL at the time of admissions. Blood glucose examinations were performed at 12, 24, 48 hours after admission and every 24 hour until the patient discharge or death. Time of higher glucose level, duration and intensity of hyperglycemia with length of stay and patients conditions at the end of their intensive care will be noted.

Results 30 samples admitted from July-Januari 2009, 63% of them were death. Median of peak hyperglycemia was 237(181.2 - 301.25) mg/dL, Highest hyperglycemia happened at the first time patient admitted (53%), median duration of hyperglycemia comparing to PICU stay was 70 (25-97)%, median intensity was 186 (161.63 – 232.88) mg/dL. Only duration have significant relation with length of stay (P= 0.009) and mortality (P= 0.030).

Conclusion Duration of hyperglycemia have significant relation to length of stay and mortality

(19)

xvii

ABSTRAK

Latar Belakang Hiperglikemia pada pasien kritis merupakan faktor risiko terhadap meningkatnya angka morbiditas dan kematian. Hubungan antara waktu terjadinya hiperglikemia, durasi dan intensitas hiperglikemia dengan lama rawatan dan mortalitas pasien anak di unit perawatan intensif (UPI) masih merupakan kontroversi, terutama pada

setting UPI dengan variabilitas pasien yang luas.

Tujuan Untuk mengetahui hubungan antara waktu terjadinya hiperglikemia tertinggi, durasi serta intensitas hiperglikemia dengan lama rawatan dan mortalitas pada pasien anak dalam keadaan kritis di UPI Anak.

Metode Suatu penelitian observasional dilakukan di UPI Anak RSUP. H. Adam Malik Medan sejak bulan Juli 2009 sampai Januari 2010. Sampel konsekutif adalah anak berusia 1 bulan sampai 18 tahun dengan hiperglikemia non diabetik yang diindikasikan untuk rawatan UPI Anak, dengan kadar gula darah (KGD) 126 mg/dL saat pertama kali masuk. Pemeriksaan KGD dilanjutkan pada jam ke- 12, 24, 48 rawatan dan setiap 24 jam sampai pasien keluar rawatan atau meninggal. Dicatat waktu terjadinya hiperglikemia tertinggi, durasi dan intensitas hiperglikemia.

Hasil Didapatkan 30 sampel selama periode penelitian, 63% diantaranya meninggal. Median hiperglikemia tertinggi adalah 237(181.2 - 301.25) mg/dL, hiperglikemia tertinggi terjadi pada saat pasien pertama kali pasien masuk, median durasi hiperglikemia dibandingkan dengan lamanya rawatan UPI adalah 70 (25-97)%, median intensitas adalah 186 (161.63 – 232.88). Hanya durasi yang berhubungan secara signifikan dengan lama rawatan (P= 0.009) dan mortalitas (P= 0.030).

Kesimpulan Durasi hiperglikemia berhubungan secara signifikan dengan lama rawatan dan mortalitas.

(20)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Hiperglikemia sering terjadi pada keadaan setelah trauma ataupun pada

keadaan kritis, dan terjadi akibat respon dari stres yang merefleksikan

beratnya suatu penyakit akut.1,2 Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan hiperglikemia sebagai faktor risiko dari mortalitas dan

morbiditas serta faktor prediktor independen untuk hasil yang buruk pada

pasien dengan keadaan kritis.1,3,4 Berawal dari hal tersebut, hiperglikemia dianggap sebagai keadaan yang patut diperhatikan, dan berkembang

pemikiran mengenai tatalaksana hiperglikemia dalam keadaan kritis, serta

hubungannya dengan lama rawatan dan mortalitas.

Suatu penelitian terhadap pasien Unit Perawatan Intensif (UPI) Anak,

mendapatkan hiperglikemia dengan kadar gula darah (KGD) >200 mg/dL

terjadi pada 35.2%, dimana 68% diantaranya meninggal.5 Penelitian lain

mengemukakan prevalensi hiperglikemia pada pasien UPI Anak sebesar

16.7% sampai 75% dengan nilai batas gula darah sewaktu bervariasi antara

120 mg/dL, 150 mg/dL, dan 200 mg/dL. Risiko kematian meningkat sebesar

2.5 kali pada pasien dengan KGD >150 mg/dL dalam 24 jam, dan meningkat

5.68 kali pada kadar KGD>120 mg/dL dalam 10 hari.6

Sampai saat ini, nilai glukosa yang dapat dijadikan nilai ambang

(21)

merupakan hal yang diperdebatkan. Penelitian-penelitian yang ada dilakukan

pada pasien anak kristis dengan setting yang spesifik, seperti trauma kepala

berat,7,8 neonatal dengan enterokolitis nekrotikans,9 post operasi jantung,10 pasien anak dengan infus vasoaktif dan atau ventilasi mekanik,3,11 serta pasien dengan syok septik.. 12,13 Namun terdapat dua penelitian retrospektif

dilakukan pada seluruh pasien anak kritis di UPI anak.5,6 Studi yang ada kebanyakan retrospektif dan kesulitan dalam memperhitungkan faktor

perancu seperti penggunaan obat-obatan dan nutrisi. Nilai hiperglikemia

yang dijadikan acuan masih memakai acuan pada dewasa dan belum

diketahui apakah dapat diterapkan pada anak-anak.

Kesulitan dalam menentukan nilai pasti dari hiperglikemia yang

bermakna menyebabkan berkembangnya pendapat yang mengemukakan

apakah waktu, intensitas, ataupun durasi terjadinya hiperglikemia lebih

relevan untuk dijadikan patokan dalam memulai suatu tatalaksana

hiperglikemia.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah

penelitian, apakah waktu, durasi dan intensitas hiperglikemia berhubungan

(22)

1.3. Hipotesis

Waktu, durasi dan intensitas hiperglikemia berhubungan dengan lama

rawatan dan mortalitas pada pasien anak dengan penyakit kritis di UPI Anak.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan umum: Menurunkan lama rawatan dan mortalitas pasien UPI

Anak.

1.4.2. Tujuan khusus: Mengetahui hubungan antara waktu, durasi, dan

intensitas hiperglikemia dengan lama rawatan dan mortalitas pada pasien

anak dengan penyakit kritis di UPI Anak.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Di bidang akademik/ilmiah: meningkatkan pengetahuan di bidang

perawatan intensif, khususnya mengenai hiperglikemia dan hubungannya

dengan lama rawatan dan mortalitas.

1.5.2. Di bidang pelayanan dan pengembangan masyarakat: meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan terutama peranan hiperglikemia pada pasien

anak dengan penyakit kritis dengan memberi masukan terhadap UPI Anak

dengan variabilitas pasien yang luas, mengenai pengaruh hiperglikemia

terhadap pasien anak dengan penyakit kritis dengan mempertimbangkan

waktu, durasi ataupun intensitas hiperglikemia sebagai parameter

(23)

   

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi

Hiperglikemia menurut definisi berdasarkan kriteria diabetes melitus yang

dikeluarkan oleh International Society for Pediatrics and Adolescent Diabetes

(ISPAD) adalah KGD sewaktu ≥11.1 mmol/L (200 mg/dL) ditambah dengan

gejala diabetes atau KGD puasa (tidak mendapatkan masukan kalori

setidaknya dalam 8 jam sebelumnya) ≥7.0 mmol/L (126 mg/dL).14 Definisi lain hiperglikemia menurut World Health Organization (WHO) adalah KGD

≥126 mg/dL (7.0 mmol/L), dimana KGD antara 100 dan 126 mg/dL (6,1

sampai 7.0 mmol/L) dikatakan suatu keadaan toleransi abnormal

glukosa.3,15

Keadaan kritis didefinisikan sebagai semua kondisi yang memerlukan

penanganan khusus untuk kegagalan sistim organ vital.12,16,17

Stres hiperglikemia didefinisikan sebagai suatu keadaan hiperglikemia pada

pasien dengan keadaan kritis. 4,15,18

2.2. Hiperglikemia pada keadaan kritis

Hiperglikemia yang terjadi pada keadaan kritis adalah suatu stres

(24)

Intensive Insulin Therapy Trial, KGD lebih dari 110 mg/dL sudah dianggap

sebagai stres hiperglikemia.13,15,19

Hiperglikemia pada masa kritis dianggap menguntungkan karena

menyediakan suplai glukosa untuk energi yang adekuat untuk organ-organ

tubuh yang bergantung glukosa seperti otak, jantung dan sel-sel darah,

selain itu hiperglikemia juga mengkompensasi kehilangan volume dengan

meningkatkan pergerakan cairan intraseluler ke dalam kompartemen

intravaskular dan membebaskan ikatan air dengan glikogen.2 Hiperglikemia selain juga disebabkan oleh keadaan stres, pada pasien kritis, penggunaan

obat-obatan, seperti kotekolamin, kortikosteroid, dekstrosa intravena, dan

pemberian nutrisi diduga juga berpengaruh pada angka kejadian serta gejala

klinis hiperglikemia.3,12

Selain efek positifnya, hiperglikemia yang menetap atau

berkepanjangan pada masa kritis dapat meningkatkan risiko kematian akibat

gagal jantung, infark miokard, stroke iskemik, hemoragik dan lainnya yang

berakhir dengan gagal fungsi organ multipel.1,2,6

2.3. Patofisiologi hiperglikemia pada keadaan kritis

Pada keadaan kritis, terdapat stres dimana terjadi aktivasi sistim aksis

hipothalamus-pituatary-adrenal (HPA) dengan dilepaskannya kortisol dari

kelenjar adrenal. Peningkatan kortisol mengakibatkan peningkatan dari

(25)

tersebut merupakan komponen yang esensial dalam adaptasi terhadap suatu

penyakit dan stres untuk memelihara homeostasis sel dan organ. Milieu

metabolik hiperglikemia yang disebabkan oleh stres terjadi pada pasien

nondiabetik dengan keadaan kritis sangat kompleks. Kombinasi dari

berbagai faktor, termasuk adanya pelepasan yang berlebihan dari hormon

counter regulatory seperti glukagon, growth hormone, katekolamin,

glukokortikoid, dan sitokin seperti interleukin (IL) -1, IL-6, dan tumor necrosis

factor-α (TNF–α) ditambah dengan pemberian katekolamin, dektrosa dan

nutrisi sebagai terapi penunjang pada pasien dengan keadaan kritis, serta

terjadinya defisiensi insulin relatif, dan lemahnya pengambilan glukosa

perifer memegang peranan penting dari terjadinya hiperglikemia pada

keadaan stres.10,18,21

Glukagon adalah mediator hormonal primer dari glukoneogenesis.

Pada pasien dengan keadaan kritis, kadar glukagon serum meningkat secara

signifikan, hal ini disebabkan oleh stimulasi adrenergik oleh katekolamin dan

oleh sitokin. Sitokin seperti TNF-α dan IL-1 dan katekolamin secara

independen dan sinergis juga berperan dalam meningkatkan produksi

glukosa hati. Kadar insulin biasanya normal ataupun menurun, walaupun

didapatkan resistensi insulin perifer. Diduga pelepasan insulin terhambat

akibat peningkatan aktivasi dari reseptor pankreatik alfa. Penyebab resistensi

(26)

transporter insulin. Glukokortikoid mengganggu pengambilan glukosa pada

otot-otot rangka dan growth hormone menghambat jalur insulin dengan

mengurangi reseptor. 5,12,16,17

Pada anak dengan keadaan kritis, belum ada data yang jelas mengenai

respon terhadap stres dan efek dari hiperglikemia pada jaringan, karenanya

mekanisme hiperglikemia yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan

pada dewasa, dianggap sama dengan yang terjadi pada anak.3,18,21

Mekanisme yang menyebabkan kerusakan sel akibat hiperglikemia

adalah akibat penumpukan intraseluler dari spesimen oksigen reaktif

(Reactive Oxygen Specimen=ROS). KGD yang tinggi meningkatkan

perbedaan potensial akibat tingginya proton pada rantai respiratori

mitokondria, yang mengakibatkan perpanjangan hidup dari

superoxide-generating electron transport intermediates, sehingga terjadilah penumpukan

ROS. Saat terjadi penumpukan ini, terjadi 4 mekanisme yang menyebabkan

kerusakan sel, yaitu: 12,18

1. Peningkatan aliran jalur polyol: hiperglikemia menyebabkan peningkatan

konversi glukosa menjadi sorbitol polialkohol, bersaman dengan

penurunan nicotineamid adenosine dinucleotide phosphate (NADPH) dan

(27)

2. Peningkatan pembentukan advance glycation end product (AGE):

pembentukan dari AGE bertentangan dengan intergritas target sel dalam

modifikasi fungsi protein atau dengan menginduksi produksi

receptor-mediated dari reactive oxygen species, yang dapat menyebabkan

perubahan pada ekspresi gen.

3. Aktivasi dari isoform protein kinase C (PKC): hiperglikemia menyebabkan

peningkatan konversi glukosa menjadi sorbitol, yang dimetabolisir

menjadi fruktosa oleh sorbitol dehidrogenase, meningkatkan rasio

NADH/NAD+. Hal ini menyebabkan triose fosfat yang teroksidasi dan

sintesis de novo dari diacylglycerol (DAG). Peningkatan DAG

mengaktifkan PKC.

4. Peningkatan aliran jalur hexosamine :pada hiperglikemia, glukosa

semakin banyak memasuki hexosamine-pathway. Produk akhir dari jalur

ini, UDP-N-acetylglucosamine, adalah substart yang diperlukan untuk

faktor transkripsi intraseluler, yang mempengaruhi ekspresi dari banyak

gen. Jalur ini berhubungan dengan disfungsi endotelial dan

mikrovaskular.

(28)

Gambar 2.1. Mekanisme hiperglikemia menyebabkan kerusakan sel1

2.4. Kadar gula darah yang bermakna

Pada anak belum didapatkan nilai pasti KGD yang dianggap

membahayakan dan kadar yang diinginkan. Para dokter biasanya

memberikan terapi terhadap hiperglikemia hanya setelah konsentrasi gula

darah melebihi ambang batas ginjal untuk resorpsi glukosa (200 mg/dL

sampai 250 mg/dL [11,1mmol/L sampai 13,8 mmol/L]). Hal ini berdasarkan

pada keyakinan bahwa usaha untuk melawan peningkatan kadar glukosa

yang dianggap normal dapat merugikan. Alasan lain adalah penghindaran

terhadap hipoglikemia dan konsekuensinya lebih penting dibandingkan

(29)

Suatu penelitian terhadap anak dengan syok septik mengemukakan

adanya hubungan yang bermakna antara KGD tertinggi dengan mortalitas.12

Penelitian lain mendapatkan KGD >150 mg/dL memiliki rasio odds terhadap

kematian meningkat sebesar 2.6 kali pada kelompok pasien yang

meninggal.6

Dengan sulitnya menentukan nilai KGD yang dianggap berbahaya,

terdapat beberapa bagian hiperglikemia yang dipertimbangkan sebagai

keadaan yang bermakna, antara lain adalah waktu terjadinya hiperglikemia,

durasi serta intensitas hiperglikemia.

Waktu terjadinya hiperglikemia dianggap berpengaruh terhadap lama

rawatan dan kematian pasien.1 Suatu penelitian mendapatkan waktu hiperglikemia yang terjadi saat pertama kali masuk rawatan tidak

berpengaruh terhadap lama rawatan dan mortalitas.2 Namun, pada pasien anak kritis dengan trauma kepala ditemukan pasien dengan hiperglikemia

tertinggi pada saat masuk rawatan lebih banyak didapatkan pada kelompok

yang meninggal.7,13

Terdapat kontroversi mengenai apakah lebih berbahaya hiperglikemia

dengan kadar gula darah yang lebih tinggi, atau keadaan hiperglikemia yang

menetap atau berkepanjangan.12 Selain efek positifnya, hiperglikemia yang menetap atau berkepanjangan pada masa kritis dapat meningkatkan risiko

(30)

ada mengemukakan kadar hiperglikemia yang dianggap berarti adalah yang

menetap setelah 24 jam pertama dan akan menimbulkan mortalitas yang

tinggi bila menetap sampai 10 hari perawatan di UPI.6 Penelitian pada pasien anak dengan ventilator dan infus vasoaktif mendapatkan durasi hiperglikemia

lebih lama pada kelompok yang meninggal dan berpengaruh terhadap lama

rawatan dan kematian 3

Intensitas hiperglikemia adalah kekerapan terjadinya hiperglikemia

pada suatu rawatan UPI.3,6 Penelitian pada pasien UPI Anak yang ada mendapatkan pada kelompok pasien yang meninggal, hiperglikemia secara

signifikan lebih intens , median KGD>150 mg/dL pada 48 jam pertama

rawatan UPI berhubungan dengan peningkatan 3 kali risiko kematian

dibandingkan dengan median KGD <150 mg/dL. 3

2.5. Penatalaksanaan

Pada pasien dengan keadaan kritis di UPI Anak, target gula darah yang

diinginkan adalah sedekat mungkin dengan angka < 110 mg/dL.21 Dengan dilakukannya beberapa studi baru, maka saat ini nilai yang lebih permisif

pada anak adalah 90-140 mg/dL (5-7.7 mmol/L).22 Beberapa sentra sedang melakukan uji coba klinis lebih lanjut mengenai kontrol glukosa kepada

(31)

2.5.1. Kontrol glukosa konvensional versus kontrol glukosa intensif Terdapat dua macam penatalaksanaan hiperglikemia yang sedang

berkembang pada pasien dalam keadaan kritis, yaitu kontrol glukosa

konvensional (conventional glycemic control), dimana insulin digunakan

setelah KGD melewati ambang batas tertentu (kebanyakan menggunakan

angka ≥200 mg/dL, pada anak diambil angka ≥150 mg/dL, pada neonati

>250 mg/dL) 4,15,23,24 dan kontrol glukosa intensif (tight glycemic control) ,

dimana dilakukan pemberian insulin saat KGD melebihi batas nilai normal

(≥126 mg/dL).4,15,18

Suatu studi yang dilakukan terhadap pasien UPI Dewasa

mendapatkan infus insulin intensif secara signifikan menurunkan morbiditas

namun tidak mortalitas pada pasien UPI.4,15 Peneltian lain yang dikenal

dengan NICE SUGAR study, menyatakan kontrol glukosa intensif dengan

target gula darah ≤180 mg/dL menyebabkan mortalitas yang lebih rendah

dibandingkan dengan target gula darah 81 sampai 180 mg/dL.25

2.5.2. Penggunaan insulin

Insulin meningkatkan sintesis protein, sintesis glikogen, pengambilan glukosa

oleh sel, dan memfasilitasi proliferasi selular dengan efek apoptosis. Selain

itu, insulin juga memperbaiki dislipidemia, mempengaruhi efek anabolik

pada otot-otot rangka, memperbaiki serta memperlambat apoptosis, serta

(32)

memberikan proteksi terhadap gagal ginjal akut dan mencegah terjadinya

polineuropati.1,16,19

Insulin regular (short acting) intravena adalah regimen insulin yang

digunakan untuk pemberian intravena.2, 26-30 Terapi insulin dapat dimulai dengan dosis 0.05-0.1 unit/kg/jam, diberikan secara drip tanpa diawali

dengan bolus.27,31 Pemberian secara bolus masih dilakukan pada neonati, dimulai dengan bolus 0.005-0.1 unit/kg dilanjutkan dengan drip 0.01-0.2

unit/kg/jam.32,33

Satu studi menyimpulkan pemberian insulin yang meningkat

berhubungan positif dengan kematian, dimana kematian tersebut

berhubungan dengan hipoglikemia.34 Penelitian lain menyatakan peningkatan risiko komplikasi yang berhubungan dengan hipoglikemia pada pasien kritis

dengan sepsis yang diberikan terapi insulin intensif. Penelitian ini bahkan

dihentikan untuk alasan keamanan. 35 2.5.3. Pemantauan

Penggunaan insulin dalam tatalaksana pasien hiperglikemia memerlukan

pemeriksaan gula darah yang sering, bahkan dapat berulang setiap jam

sampai kadar gula stabil, setelahnya dapat setiap 4-6 jam.14,20 Diperlukan perhatian khusus dalam terapi ini untuk mencegah dan mengkoreksi

hipoglikemia serta penyesuaian dosis insulin.18,36 Saat ini telah digunakan

monitor glukosa secara kontinyu dengan menggunakan Continous Glucose

(33)

2.6. Kerangka Konseptual

(34)

   

BAB 3. METODOLOGI

3.1. Disain Penelitian

Metode yang digunakan adalah observasional cross sectional dengan

menilai hubungan waktu, durasi, dan intensitas hiperglikemia dengan lama

rawatan dan mortalitas.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di UPI Anak RSUP. H. Adam Malik. Waktu penelitian

November- Januari 2009.

3.3. Populasi Penelitian

Populasi target adalah semua pasien kritis yang dirawat di UPI Anak.

Populasi terjangkau adalah populasi target yang di rawat di UPI Anak RSUP.

H. Adam Malik selama periode penelitian. Sampel adalah populasi

terjangkau yang memenuhi kriteria.

3.4. Perkiraan Besar Sampel 3.4.1. Lama rawatan

Besar sampel untuk lama hari rawatan dihitung dengan menggunakan rumus

(35)

(Zα + Zβ) s 2 n =

(Xa-X0)

(1,96 + 0,842) 8 2

= = 16,6

(4,5-10)

Keterangan :

n= besar sampel

s=simpangan baku populasi untuk lama rawatan = 8.6

Xa-X0 = perbedaan klinis yang diinginkan (clinical judgement)

Zα = tingkat kemaknaan = 1.96 (untuk α 0.05)

Zβ = power penelitian, 80 %= 0.842 (untuk β 0.2)

3.4.2. Mortalitas

Besar sampel untuk mortalitas dihitung dengan menggunakan rumus uji

hipotesis proporsi suatu populasi:39

n = (Zα P0Q0 + Zβ PaQa ) 2

(Pa-P0)2

= (1,96  0.15 . 0.85 + Zβ0.35 . 0.65 ) 2 = 30

(36)

Keterangan :

n= besar sampel

Po = Proporsi populasi standard = 15 % (0,15) .3 Qo = 1- P0 = 0,85

Pa-Po = perbedaan klinis yang diinginkan (clinical judgement)

Zα = tingkat kemaknaan = 1.96 (untuk α 0.05)

Zβ = power penelitian, 80 %= 0.842 (untuk β 0.2)

Dari hasil perhitungan diperoleh besar sampel minimal adalah 30 pasien anak kritis.

3.5. Kriteria Penelitian 3.5.1. Kriteria inklusi:

Setiap pasien yang dirawat di UPI Anak dengan:

- Usia 1 bulan sampai18 tahun

- KGD sewaktu 126 mg/dL

3.5.2. Kriteria eksklusi:

- Anomali kongenital multipel

- Pasien paska pembedahan yang dirawat kurang dari 24 jam untuk

observasi rutin

- Pasien dengan diabetes mellitus

- Pasien yang diberikan terapi insulin sebagai tatalaksana

(37)

- Pasien yang tidak bersedia diperiksa atau tidak mau mengikuti

penelitian

3.6. Persetujuan/ informed concent

Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah

dilakukan penjelasan terlebih dahulu mengenai kondisi penyakit yang

dialami, dan efek yang akan diobservasi (lama rawatan dan mortalitas).

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Kesehatan dari Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian

Subyek dikumpulkan secara consecutive sampling. Semua sampel yang

memenuhi kriteria diobservasi lamanya rawatan dan mortalitas di UPI Anak.

Semua pasien dengan penyakit kritis yang masuk UPI Anak dilakukan

pemeriksaan KGD. Pasien dengan hiperglikemia diikutsertakan sebagai

sampel dan dilakukan pemantauan KGD pada jam ke 12, 24, dan 48

berikutnya. Pemeriksaan KGD akan diteruskan setiap 24 jam sampai pasien

keluar dari UPI Anak.

(38)

hiperglikemia serta lamanya rawatan dan keadaan pasien saat keluar dari

UPI Anak (meninggal atau perbaikan).

Alat ukur kadar glukosa yang digunakan adalah blood glucose test

meter merk Gluco Dr. (Medicus Co. Ltd) Sampel darah yang diambil adalah

darah perifer, diambil pada ujung digiti 2, 3, atau 4 dengan menggunakan

hemolet. Nilai KGD dikonfirmasikan dengan hasil KGD dari laboratorium

Patologi Klinik RSUP. H. Adam Malik untuk konfirmasi diagnosis. Alur

penelitian tergambar pada gambar 3.1.

(39)

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Waktu rasio

Intensitas gula darah rasio

Durasi hiperglikemia rasio

Variabel tergantung Skala

Lama rawatan rasio

Mortalitas nominal dikotom

Variabel perancu Skala

Infus vasoaktif nominal dikotom

Nutrisi parenteral nominal

Pemberian steroid nominal dikotom

Diagnosis nominal

Status nutrisi ordinal

3.10. Definisi Operasional

1. Hiperglikemia : KGD sewaktu 126 mg/dL.7

2. Keadaan kritis : semua kondisi yang memerlukan support untuk

kegagalan sistim organ vital dan atau memerlukan perawatan UPI

3. Kadar hiperglikemia tertinggi: KGD tertinggi selama dirawat di UPI

(40)

5. Intensitas hiperglikemia: median KGD sewaktu (hiperglikemia) pada

0, 12, 24, atau 48 jam rawatan UPI Anak (mg/dL)

6. Durasi hiperglikemia: persentase lamanya hiperglikemia menetap

dibandingkan dengan lama rawatan UPI Anak

7. Lama rawatan : waktu mulai pasien masuk UPI Anak hingga keluar

rawatan (jam)

8. Mortalitas : pasien meninggalselama dilakukan pemantauan di UPI

9. Infus vasoaktif: Penggunaan vasoaktif intravena (dopamin, dobutamin,

epinephrin) selama perawatan UPI

10. Pemakaian steroid: Pemberian steroid (prednison ataupun

deksametahason) selama perawatan UPI

11. Nutrisi parenteral: Pemberian nutrisi parenteral dengan minimal

dekstrosa 10% dengan atau tanpa minimal asam amino 5% dan atau

lemak 10%

12. Diagnosis: Penyakit dasar pasien yang dirawat di UPI Anak

13. Status nutrisi: Status gizi pasien yang dirawat di UPI Anak, terbagi

atas: gizi baik (BB/TB= 90-100%), gizi kurang (BB/TB< 90), gizi

(41)

3.11. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan

program komputer (SPSS versi 15). Interval kepercayaan yang digunakan

adalah 95% dan batas kemaknaan P < 0.05.

Untuk menilai hubungan antara waktu, intensitas, durasi,dengan lama

rawatan digunakan uji hipotesis regresi logistik ganda. Untuk menilai

hubungan antara waktu, intensitas, durasi dengan mortalitas digunakan uji

(42)

BAB 4. HASIL

Dari 146 pasien yang masuk ruang rawat intensif anak selama periode

penelitian, didapatkan 35 pasien (23.4%) menderita hiperglikemia, dimana 5

dieksklusikan (3 karena anomali kongenital multipel, 1 diabetes mellitus, 1

post operasi yang dirawat <24 jam). Didapatkan 30 orang sebagai sampel,

dimana 19 orang (63%) meninggal selama rawatan UPI Anak.

Setelah dilakukan uji abnormalitas data, maka didapatkan data

dengan skala rasio terdistribusi di tidak normal, sehingga data disajikan

dalam median. Median lama rawatan di UPI Anak pada penelitian ini adalah

84 (48-142.5) jam. Distribusi median KGD sampel dapat dilihat pada grafik

4.1.

Median usia pada sampel adalah 22.5 bulan (3.75 - 118.5). Penyakit

terbanyak adalah penyakit kardiovaskular sebanyak 8 orang (26.7%) diikuti

penyakit infeksi susunan saraf pusat sebanyak 7 orang (23.3%). Sebagian

besar pasien berada dalam status nutrisi gizi baik (73.3%). Karakteristik

(43)

Lama rawatan (jam)

Median KGD (mg/dL)

Gambar 4.1. Distribusi median KGD sampel

Pada penelitian ini, kadar hiperglikemia tertinggi adalah 632 mg/dL,

dengan median KGD tertinggi adalah 237 (181.2 - 301.25) mg/dL. KGD

tertinggi didapatkan pada saat pasien pertama kali masuk ke UPI Anak, yaitu

terdapat pada 16 orang (53.3%).

Median intensitas hiperglikemia adalah 186 (161.63 - 232.88) mg/dL.

Median durasi pasien menderita hiperglikemia adalah 48 (24-72) jam.

Median durasi hiperglikemia dibandingkan dengan lama rawatan UPI Anak

(44)
(45)

Tabel 4.2. Karakteristik KGD sampel penelitian

Variabel Median (IQR)

atau n (%)

Durasi, % lama rawatan UPI Anak Intensitas, mg/dL

hubungan antara waktu hiperglikemia tertinggi, KGD tertinggi, intensitas dan

durasi hiperglikemia dengan lama rawatan dan mortalitas. Terdapat beberapa

variabel perancu, yaitu diagnosa pasien, infus vasoaktif, pemberian nutrisi

parenteral dan status gizi. Dilakukan pula analisis multivariat terhadap

variabel perancu ini. Pada analisis univariat, variabel akan diikutkan ke

(46)

Tabel 4.3 menunjukkan analisis univariat variabel independen dengan

lama rawatan, dimana variabel yang berhubungan dengan lama rawatan

dalam analisis univariat adalah durasi hiperglikemia (P = 0.009). Intensitas

diikutkan ke dalam analisis multivariat (P=0.134).

Tabel 4.3. Analisis univariat hubungan waktu, durasi, dan intensitas hiperglikemia terhadap lama rawatan

Lama rawatan

Durasi, % lama rawatan UPI Anak Intensitas, mg/dL

dengan lama rawatan. Terlihat tidak ada variabel perancu yang berhubungan

bermakna dengan lama rawatan. Status nutrisi diikutkan dalam analisis

(47)

Tabel 4.4. Analisis univariat faktor-faktor yang berhubungan dengan lama rawatan

Peny. kardiovaskular Trauma kepala

Analisis univariat untuk menilai hubungan antara waktu, durasi dan intensitas

hiperglikemia dengan mortalitas dapat dilihat pada tabel 4.5. Variabel yang

(48)

Tabel 4.5. Analisis univariat hubungan waktu, durasi dan intensitas hiperglikemia

Durasi, % lama rawatan UPI Anak Intensitas, mg/dL

Hubungan faktor perancu dengan mortalitas dalam analisis univariat dapat

dilihat dalam tabel 4.6. Tidak ada faktor perancu yang bermakna terhadap

mortalitas, namun nutrisi parenteral (P 0.126) dan pemakaian steroid (P=

(49)

Tabel 4.6. Analisis univariat faktor-faktor yang berhubungan dengan mortalitas

(50)

Tabel 4.7. dan 4.8. menunjukkkan hasil analisis multivariat variabel

yang berhubungan dengan lama rawatan dan mortalitas.

Tabel 4.7. Hasil analisis multivariat terhadap lama rawatan

Variabel B P

bahwa variabel yang berhubungan dengan lama rawatan setelah dilakukan

kontrol terhadap intensitas dan status nutrisi adalah durasi hiperglikemia.

Variabel yang paling besar kontribusinya terhadap lama rawatan adalah gizi

kurang.

Tabel 4.8. Hasil analisis multivariat terhadap mortalitas

(51)

Dari tabel 4.8. didapatkan hasil analisis multivariat menunjukkan

bahwa variabel yang berhubungan dengan mortalitas setelah dilakukan

kontrol terhadap nutrisi parenteral dan pemakaian steroid adalah durasi

hiperglikemia. Variabel yang paling besar kontribusinya terhadap kematian

(52)

BAB 5. PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah penelitian yang mencari hubungan antara durasi, waktu,

dan intensitas hiperglikemia dengan lama rawatan dan mortalitas pasien UPI

Anak. Penelitian ini dilakukan pada pasien anak dalam keadaan kritis dengan

hiperglikemia yang dirawat di UPI Anak. Hiperglikemia sering terjadi pada

pasien dalam keadaan kritis, dimana dianggap sebagai respon adaptif dari

stres.1,12

UPI Anak pada penelitian ini adalah UPI Anak RSUP H. Adam Malik

dengan variabilitas pasien yang luas, berada pada tempat dimana hanya

sedikit UPI Anak yang ada, dan diindikasikan untuk semua pasien termasuk

pasien paska operasi, baik yang memerlukan penggunaan ventilator maupun

tidak. Studi lain yang ada mengkhususkan pada pasien UPI anak maupun

dewasa dengan diagnosis rawat tertentu.7-11 Kebanyakan studi yang ada dilakukan pada pasien dengan sepsis, dikarenakan sepsis adalah penyebab

utama kematian pada UPI dan penyebab peningkatan lama hari rawat.13,40 Sampai saat ini belum diketahui angka kejadian pasti hiperglikemia

pada anak dalam keadaan kritis. Angka prevalensi yang ada dilaporkan

adalah 3 sampai 71%.16 Penelitian yang dilakukan terhadap 353 pasien non diabetik mendapatkan angka kejadian hiperglikemia dengan kriteria KGD >

(53)

rawatan UPI Anak selama periode penelitian. Sebanyak 63% meninggal

selama rawatan UPI Anak, berbeda dengan studi lainnya dimana rerata

mortalitas pasien UPI Anak dengan hiperglikemia non diabetes adalah

sebesar 2.2%-16.4%.6

Kriteria hiperglikemia yang digunakan pada penelitian ini adalah

keadaan dimana KGD ≥126 mg/dL (7.0 mmol/L), hal ini sesuai definisi

hiperglikemia dari WHO. Pemeriksaan KGD dilakukan pada waktu pertama

kali masuk ke UPI Anak (jam ke-0), jam ke-12, jam ke-24, jam ke-48 dan jam

ke-72. Studi yang dilakukan pada pasien UPI Anak dengan ventilator

mendapatkan bahwa hiperglikemia sering terjadi pada pasien UPI Anak dan

terjadi pada saat awal pasien dirawat.11 Studi lain mengatakan risiko kematian meningkat pada pasien hiperglikemia dalam 24 jam pertama dan

KGD tertinggi yang terjadi dalam dalam 48 jam pertama rawatan UPI Anak

pada pasien dengan infus vasoaktif juga berpengaruh terhadap kematian.3 Studi pada pasien UPI Anak dengan sepsis meningococcal mengemukakan

hiperglikemia terjadi pada 72 jam pertama rawatan UPI Anak berhubungan

erat dengan mortalitas.6,13

Hiperglikemia pada penelitian ini banyak terjadi pada pasien dengan

penyakit kardiovaskular (26.7%), diikuti dengan infeksi susunan saraf pusat

(23.3%). Studi lain pada setting UPI ANAK yang luas, hiperglikemia terjadi

(54)

meningkat juga dapat diakibatkan oleh penggunaan katekolamin (infus

vasoaktif diantaranya epinefrin, dopamin dan dobutamin) pada pasien

dengan penyakit kardiovaskular maupun paska operatif kardiovaskular, yang

diketahui dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Katekolamin memacu

glikogenolisis dan dan glukoneogenesis, juga menyebabkan terjadinya

inhibisi pada α adrenergik receptor mediated yang dapat menurunkan

pelepasan insulin di pankreas. Katekolamin juga menurunkan pengambilan

glucose insulin mediated pada jaringan perifer sehingga terjadi resistensi

insulin. Hal ini menyebabkan menyebabkan produksi glukosa bertambah

sehingga dapat terjadi hiperglikemia.41

Demikian pula halnya dengan penggunaan kortikosteroid yang banyak

digunakan pada pasien penyakit infeksi susunan saraf pusat dimana

diberikan prednison ataupun deksametason pada tatalaksananya.

Glukokortikoid meningkatkan produksi growth hormone sehingga juga

berperan dalam menambah berat keadaan hiperglikemia.442 Glukokortikoid,

berupa kortisol dan kortikosteroid meningkatkan keluaran glukosa hepar

dengan menstimulasi katabolisme dari lemak serta protein perifer yang

dibutuhkan untuk glukoneogenesis.443

Penggunaan infus vasoaktif dan pemberian steroid, nutrisi parenteral

dan status nutrisi dianggap dapat mempengaruhi lamanya rawatan dan

(55)

sakit.3 Penelitian yang dilakukan di Inggris terhadap pasien dengan keadaan kritis menyatakan malnutrisi sebagai ko morbid tingginya mortalitas

dan lama rawatan UPI Anak, dan terjadi pada 45% pasien UPI Anak.3 Hal ini tidak terjadi pada penelitian ini, dimana 22 anak (73.3%) berada dalam

kondisi gizi baik.

Nutrisi parenteral berpengaruh dalam lama rawatan dan angka

kematian pasien. Nutrisi yang adekuat diperlukan untuk proses

kesembuhan, dan nutrisi parenteral diberikan pada pasien yang tidak

mungkin mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat melalui oral.

Konsentrasi glukosa plasma darah akan meningkat pada pasien yang

diberikan infus glukosa dengan kadar yang lebih tinggi.17,45 Nutrisi parenteral pada UPI Anak dalam penelitian ini cenderung diberikan kepada pasien

yang dipuasakan lebih dari 3 hari ataupun pasien dengan klinis berat dan

tidak memungkinkan diberikan peroral. Adapun sediaan yang diberikan

adalah D10% , Aminofusin® 5% dan Ivelip® 10%. Pada penelitian ini hanya

4 anak(13.3%) yang diberikan nutrisi parenteral.

Studi yang dilakukan terhadap pasien UPI Anak dengan hiperglikemia

mendapatkan bahwa baik infus vasoaktif, pemberian steroid, maupun nutrisi

parenteral yang diberikan berhubungan dengan lamanya rawatan dan

kematian.3Berbeda dengan penelitian ini, dimana tidak ada faktor-faktor

(56)

(52.6%) diantaranya meninggal. Pasien yang diberikan steroid lebih banyak

dibandingkan pemberian infus vasoaktif (diberikan pada 10 anak, 7 anak

(38.8%) meninggal) maupun nutrisi parenteral (diberikan pada 4 anak, 1

anak(5.3%) meninggal).

Hiperglikemia pada pasien kritis dianggap menguntungkan karena

menyediakan suplai glukosa untuk energi yang adekuat untuk organ-organ

tubuh yang bergantung glukosa,2 namun hiperglikemia juga dapat

meningkatkan risiko kematian akibat gagal jantung, infark miokard, stroke

iskemik, hemoragik dan lainnya yang berakhir dengan gagal fungsi organ

multipel.1,2,6 Sampai saat ini, nilai KGD berapa yang menjadi ambang batas

yang berbahaya dan yang dijadikan batasan dalam memulai terapi

hiperglikemia pada keadaan kritis masih diperdebatkan.16,25,46 Suatu ulasan

mendapatkan waktu terjadinya hiperglikemia tertinggi, durasi hiperglikemia

ataupun variabilitas serta intensitas hiperglikemia lebih relevan dalam

menentukan dimulainya suatu terapi terhadap hiperglikemia.1

Suatu penelitian terhadap anak dengan syok septik yang tidak respon

terhadap pemberian cairan, mendapatkan KGD >178 mg/dL menunjukkan

sensitivitas dan spesifisitas terbaik dalam mengidentifikasi pasien yang

memiliki risiko tinggi untuk meninggal. Studi ini mengemukakan adanya

hubungan yang bermakna antara KGD tertinggi dengan mortalitas.12 Studi

lain mendapatkan KGD >150 mg/dL memiliki rasio odds terhadap kematian

(57)

237 (181.2 - 301.25) mg/dL dan tidak berhubungan dengan lama rawatan

dan mortalitas.

Penelitian yang dilakukan terhadap pasien UPI Anak dengan

hiperglikemia non diabetik menyatakan tidak ada hubungan antara KGD

pada saat awal masuk rawatan UPI Anak dengan risiko kematian.6 Pada

penelitian ini didapatkan hiperglikemia tertinggi paling banyak terjadi pada

pasien saat masuk UPI Anak (221mg/dL (171.25-295.25)) dan terjadi pada

53.3% pasien, namun waktu terjadinya hiperglikemia tidak berhubungan

dengan lama rawatan dan mortalitas.

Hiperglikemia yang menetap terbukti dapat merugikan dan

berhubungan dengan meningkatnya risiko infeksi, polineuropati, sindroma

disfungsi organ multipel bahkan kematian pada pasien anak maupun

dewasa.13 Penelitian terhadap pasien anak paska operasi jantung menyatakan durasi hiperglikemia berhubungan dengan lama rawatan di UPI

maupun bangsal, dimana semakin lama durasi hiperglikemia, lama rawatan

semakin bertambah.2 Penelitian lain mengemukakan hiperglikemia akan menimbulkan mortalitas yang lebih tinggi bila menetap sampai 10 hari

perawatan di UPI Anak.6 Pada penelitian kami, median durasi hiperglikemia dibandingkan dengan lama rawatan adalah 70 (25-95)% dari hari rawatan

UPI Anak, dimana durasi lebih lama pada pasien yang meninggal yaitu 81

(58)

penelitian kami berhubungan dengan lama rawatan (P= 0.025) maupun

mortalitas (P= 0.023). .

Studi mengenai hipoglikemia, hiperglikemia dan variabilitas KGD

menyatakan variabilitas dari hiperglikemia berhubungan dengan

meningkatnya lama rawatan dan mortalitas.5 Pada penelitian lain mengenai

intensitas hiperglikemia didapatkan kelompok yang meninggal memiliki

intensitas hiperglikemia yang lebih tinggi pada 48 jam pertama dibandingkan

dengan kelompok yang hidup, dan intensitas hiperglikemia pada analisa

univariat berhubungan dengan mortalitas, namun setelah dilakukan analisa

multivariat, intensitas hiperglikemia tidak berhubungan dengan mortalitas.3

Pada penelitian kami, intensitas hiperglikemia lebih tinggi pada kelompok

yang meninggal, namun tidak berhubungan dengan mortalitas.

Dari analisa multivariat didapatkan gizi kurang mempunyai kontribusi

terbesar dalam lama rawatan pada studi ini. Hal ini dimungkinkan karena,

pada UPI Anak kami, anak dengan gizi kurang cenderung mengalami

penyakit dengan tingkat keparahan lebih tinggi dibanding yang lainnya, dan

pasien dengan keadaan demikian cenderung lebih lama dikeluarkan dari

rawatan UPI Anak dengan alasan perbaikan nutrisi dengan sediaan yang

hanya bisa didapatkan di UPI Anak.

Pada analisa multivariat terhadap mortalitas, didapatkan pemberian

(59)

Hal ini dapat mungkin dapat terjadi, karena pada UPI Anak kami, nutrisi

parenteral diberikan pada pasien yang keadaan umumnya lebih buruk.

Penelitian ini masih mempunyai kelemahan-kelemahan seperti desain

penelitian yang hanya bersifat observasional, cara pengambilan sampel,

waktu yang sempit dan jumlah sampel yang sedikit. Selain itu, keparahan

penyakit hanya dinilai dengan diagnosis, tanpa adanya penilaian dengan

sistem skoring untuk tingkat keparahan penyakit. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut dengan disain studi yang lebih baik dan

(60)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari 146 pasien yang masuk UPI Anak selama periode penelitian,

didapatkan 35 pasien (23.4%) menderita hiperglikemia, dimana 5

dieksklusikan (3 karena anomali kongenital multipel, 1 diabetes mellitus, 1

post operasi yang dirawat <24 jam). Didapatkan 30 orang sebagai sampel,

dimana 19 orang (63%) meninggal selama rawatan UPI Anak. Median KGD

tertinggi adalah 237 mg/dL. KGD tertinggi terbanyak terjadi pada saat pasien

masuk ke UPI Anak sebanyak 53.3%. Median intensitas hiperglikemia adalah

186 mg/dL, dan median durasi hiperglikemia selama 70 % waktu rawatan

UPI Anak.

Pada penelitian ini ditemukan hanya durasi hiperglikemia yang

berhubungan dengan lama rawatan dan mortalitas.

6.2. Saran

Hiperglikemia pada anak dengan penyakit kritis sering terjadi dan harus lebih

diwaspadai. Durasi hiperglikemia dapat dijadikan pertimbangan untuk

(61)

DAFTAR PUSTAKA

1. Klein GW, Hojsak JM, Rapaport R. Hyperglycemia in the pediatric intensive care unit. Curr Opin Clin Nutr Metab Care 2007;10:187-92

2. Yates AR, Dyke PC, Taeed R,dkk. Hyperglycemia is a marker for poor outcome in the postoperative pediatric cardiac patient. Pediatr Crit Care Med 2006;7:351-5

3. Srinivasan V, Spinella PC, Drott HR, Roth CL, Helfaer MA, Nadkarny V. Association of timing, duration, and intensity of hyperglycemia with intensive care unit mortality in critically ill children. Pediatr Crit Care Med 2004;5:329-36

4. Van den Berghe G, Wouters P, Weekers F, Verwaest C, et al. Intensive insulin therapy in critically ill patients. N Engl J Med 2001;345:1359-67 5. Wintergerst KA, Buckingham B, Gandrud L, Wong BJ, Kache S, Wilson

DM.Association of hypoglycemia, hyperglycemia, and glucose variability with morbidity and death in the pediatric intensive care unit. Pediatrics. 2006;118:173-9

6. Faustino EV, Apkon M. Persistent hyperglycemia in critically ill children. J Pediatr. 2005;14630-4

7. Chiaretti A, De Benedictis R, Langer A,dkk. Prognostic implications of hyperglicemia in pediatric head injury. Childs Nerv Syst 1998; 14: 455-9 8. Cochran A, Scaife ER, Hansen KW, Downey EC. Hyperglycemia and

outcomes from pediatric traumatic brain injury. J Trauma 2003;55:1035-8 9. Hall NJ, Peters M, Eaton S, Prerro A. Hyperglicemia is associated with

increased morbidity & mortality rates in neonates with necrotizing enterocolitis. J Pediatr Surg 2004;39: 898-901

10. Pittas AG, Siegel RD, Lau J. Isulin therapy for critically ill hospitalized patients. Arch Intern Med 2004;164:2005-11.

11. Yung M, Wilkins B, Norton L, Slater A. Glucose control, organ failure, and mortality in pediatric intensive care. Pediatr Crit Care Med 2008;9(2):147-52

12. Branco RG, Garcia PCR, Piva JP, Casartelli CH, Seibel V, Tasker RC. Glucose level and risk of mortality in pediatric septic shock. Pediatr Crit Care Med. 2005;6:470-2

13. Van Waardenburg DA, Jansen TC, Vos GD, Buurman WA. Hyperglycemia in children with meningococcal sepsis and septic shock: the relation between plasma levels of insulin and inflammatory mediators. J Clin Endocrinol Metab 2006;91:3916-21

(62)

16. Van den Berghe G. Ednocrine consequences of systemic disease: critical illness. Dalam: Brook C, Clayton P, Brown R, penyunting. Brook’s Clinical pediatric endocrinology. Edisi ke-5. Massachussetts:Blackwell publishing; 2005.h.492-503

17. DiCarlo JV. Nutritional stabilization. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-8. Philadelphia:Saunders Elsevier. 2007.h. 437-8

18. Krinskley JS. Association between hyperglycemia and increased hospital mortality in a heterogenous population of critically illpatients. Mayo clin proc. 2003;78:1471-8

19. Marik PE, Raghavan M. Stress-hyperglicemia, insulin and immunomodulation in sepsis. Intensive Care M ed 2004;30: 748-56

20. Nasraway SA. Hyperglicemia during critical illness. Journal of parenteral and enteral nutrition.2006;30:254-8

21. Szumita PM, Greenwood B, Anger K, Pendergrass M. Prevention and treatment of hyperglycemia in hospitalized patients. Pharmacy times. 2007;4:5-11

22. Ulate KP, Falcao GCL, Bielefeld MR, Morales JM, Rotta AT. Strict glycemic targets need not be so strict: a more permissive glycemic range for critically ill children. Pediatrics 2008;122:e898-904

23. Vlasselaers D, Milants I, Desmet L, Wouters PJ, Vanhorebeek I, Van de Heuvel I, dkk. Intensive insuline therapy for patients in paediatric intensive care: a prospective, randomised controlled study. Lancet 2009;373:547-56

24. Hirshberg E, Lacroix J, Sward K, Willson D, Morris AH. Blood glucose control in critically ill adults and children. Chest 2008;133: 1328-35

25. The NICE-SUGAR study investigaros. Intensive versus conventional glucose control in critically ill patients. N Engl J Med 2009; 360: 1283-97 26. Krinskley JS. Effect of an intensive glucose management protocol on the

mortality of critically ill adult patients. Mayo clin proc 2004;79(8):992-1000 27. Bragstad HJ, Danne T, Deeb LC, Jarozs-Chobot P,Urakami T, Hanas R.

ISPAD clinical practice consensus guidelines 2006-1007 insulin treatment. Pediatric diabetes 2007;8: 88-102

28. Brink S, Laffel L, Likitmaskul S, Liu L, Olsen B, Silink M, dll. ISPAD clinical practice consensus guidelines 2006-1007 sick day management in children and adolescent with diabetes.. Pediatric diabetes 2007;8: 88-102 29. Malhotra A, Jacobi J, Kriensley J. Insulin therapy in ICU: The role of long-acting insulin. Presented at the 2007 Congress of Society of critical care medicine. February 2007

(63)

31. Alemzadeh R, Wyatt DT. Diabetes Mellitus in children Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, editor. Nelson textbook of pediatrics. Edisi 18. Philadelphia:Saunders Elsevier 2007.h. 2404-31 32. Wilker RE. Hypoglycemia and hyperglycemia. Dalam: Cloherty JP,

Eichenwald EC, Stark AR, editor. Manual of neonatal care. Edisi 6. Philadelphia: Wolters Kluwer Lippincott Williams & Wilkins: 2008.h. 546-9 33. Richard GE. Diabetic Ketoacidosis.Dalam: Fuhrman BP,Zimmerman J,

editors.Pediatric critical care.Edisi ke-3.Philadelphia:Elsevier 2006. h.1125-34

34. Finney SJ, Zekvel C, Elia A, Evans PW. Glucose control and mortality in critically ill patient.JAMA 2003;290:2041-7

35. Brunkhorst FM, Engel C, Bloos F, Meier-Hellman A, Ragaller M, Weiler N dkk. Intensive insulin therapy and pentastarch resuscitation in severe sepsis. N Engl J Med 2008;358:125-39

36. Vanhorebeek I, Langouche L, Van den Berghe G. Tight blood glucose control: what is the evidence?. Crit care med 2007;35(9):s496-502

37. Allen HF, Rake A, Roy M, Dennis Brenner. Prospective detection of hyperglycemia in critically ill children using continuous glucose monitoring. Pediatr Crit Care Med 2008;9(2):153-8

38. Madiyono B. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung seto;2002.h. 257-86

39. Madiyono B, Moechlisan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam:Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3.Jakarta:Sagung seto; 2008.h.302-30

40. Gropper MA. Evidence-based management of critically ill patients: analysis and implementation. Anesth Analg 2004;99:566-72

41. McPhee SJ. Disorders of the adrenal medulla. Dalam: McPhee SJ, Ganong WF, penyunting. Pathophysiology of disease an introduction to clinical medicine. Edisi ke-5. New York: McGraw-Hill;2006.h.327-37

42. Funk JL. Disorders of the endocrine pancreas. Dalam: McPhee SJ,

Ganong WF, editor. Pathophysiology of disease: an introduction to clinical medicine. 5th ed. New York: McGraw-Hill 2006. h.531-2

43. McPhee SJ. Disorders of the adrenal cortex. Dalam: McPhee SJ, Ganong WF, penyunting. Pathophysiology of disease an introduction to clinical medicine. Edisi ke-5. New York: McGraw-Hill;2006.h.589-623

44. Branco RG, Tasker RC, Garcia PC, Piva JR, Xavier LD. Glycemic control and insulin therapy in sepsis and critical illness. Jornal de Pediatria 2007;83(5):s128-36

(64)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

( INFORM CONSENT )

Yang bertandatangan di bawah ini : Nama :

Umur :

Pekerjaan

Alamat :

Orang tua dari (nama anak):...

Telah menerima dan mengerti penjelasan dokter tentang penelitian

“HUBUNGAN WAKTU, DURASI, DAN INTENSITAS HIPERGLIKEMIA DENGAN LAMA RAWATAN DAN MORTALITAS PAD APASIEN ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF” termasuk tujuan, keuntungan serta efek samping yang dapat ditimbulkannya. Dengan

penuh kesadaran serta tanpa paksaan, saya bersedia menjadi peserta

penelitian tersebut.

Demikianlah surat persetujuan ini saya perbuat dengan penuh

kesadaran dan tanpa paksaan siapapun.

Medan, 2009

(65)

Lampiran 2

Penjelasan dan Kepada Orang Tua Selamat pagi / siang / malam Bapak / Ibu

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri, nama saya dr.Yulia Lukita

Dewanti. Saat ini saya sedang mengikuti Program Pendidikan Spesialis Anak

di FK-USU dan sedang melakukan penelitian di Divisi Pediatri Gawat Darurat

Intensive Care Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H.

Adam Malik Medan, dengan judul “Hubungan waktu, durasi, dan intensitas hiperglikemia dengan lama rawatan dan mortalitas pada pasien anak dengan penyakit kritis di unit perawatan intensif” yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh hiperglikemia terhadap lama rawatan

dan angka kematian pasien PICU.

Anak Bapak / Ibu akan dilakukan pemeriksaan kadar gula darah

melalui jarí tangan atau telapak kaki dengan menggunakan glucostick pada

saat masuk PICU, dan 12, 24, 48 jam kemudian, dan diteruskan setiap 24

jam sampai keluar dari unit rawat intensif. Dari penelitian yang ada, tidak

ditemukan bukti yang dapat membahayakan bayi. Tetapi, bila Bapak / Ibu

tidak berkenan, maka tidak akan mempengaruhi prosedur perawatan

terhadap Bayi Bapak/Ibu. Adapun biaya penelitian ini tidak akan dibebankan

kepada Bapak / Ibu dan data ini akan saya rahasiakan.

Bila ditemukan hal-hal yang tidak diinginkan, ataupun yang ingin

ditanyakan, silahkan menghubungi saya :

Nama : dr.Yulia Lukita Dewanti

Alamat : KompleksTamanSetia BudiIndah blok B no.71

Telfon : (061) 77373242

Demikian yang saya sampaikan, atas perhatian dan kerjasama yang Bapak /

(66)

Lampiran 3

Lembar Isian Sampel

No. /MR. :...

Nama Pasien:………...………L/P…….…..

Alamat:……….

Diagnosa masuk:………...

Diagnosa keluar:………...

BB/PB: ...

STATUS GIZI: ...

TERAPI YANG DIBERIKAN:

...

.

...

.

...

.

...

.

Tgl. Masuk/Tgl. Keluar………

Lama Rawatan:...

Hidup/Meninggal

KADAR GULA DARAH SEWAKTU

(67)

Lampiran 4

(68)

53

Lampiran 5

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Yulia Lukita Dewanti

Tanggal lahir : 4 Juli 1981

Tempat lahir : Jakarta

Alamat : Kompleks Taman Setia Budi Indah

Blok B no. 71 Medan

Nama orang tua : Drs. H. A. Loekman hakim, MBA

Dr. Ny. H. Suasti Djamil

Pendidikan

1. Sekolah Dasar Lambung Mangkurat Banjarmasin

2. Sekolah Dasar Islam Al-Ikhlas Jakarta, tamat tahun 1992

3. Sekolah Menegah Pertama Islam Al-Ikhlas Jakarta, tamat tahun

1995

4. Sekolah Menegah Atas Negeri 34 Jakarta, tamat tahun 1998

5. Fakultas Kedokteran Trisakti Jakarta, tamat tahun 2005

Riwayat Pekerjaan

1. Dokter umum SMF Anak RSUP POLRI Katamso, 2005

Pendidikan Spesialis

Adaptasi di BIKA FK. USU : 01-09-2005 s/d 31-12-2005

Pendidikan Tahap I : 01-01-2006 s/d 31-12-2006

Pendidikan Tahap II : 01-01-2007 s/d 28-02-2008

Pendidikan Tahap III : 01-03-2008 s/d 15-01-2010

Gambar

Gambar 2.1. Mekanisme hiperglikemia menyebabkan kerusakan sel1
Gambar 2. 2. Kerangka konseptual penelitian
Gambar 3.1. Alur penelitian
Gambar 4.1. Distribusi median KGD sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang atas rahmat dan karuniaNya, dan yang telah memberi kekuatan sehingga penulis

Most of the poets who have become known as the Orígenes group or generation, among them Piñera, Gastón Baquero, Diego, Vitier, Fina García Marruz, and, somewhat

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian Program Studi Strata Satu Jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya..

Fenomena dalam penelitian ini adalah mengenai peran UPTD III dalam pengelolaan Rusunawa Penjaringansari dimana pengelolaan tersebut tertulis dalam Surat Edaran

Pendidikan ketaatan dan keteladanan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Siti Mahmudah di dalam mendidik agama pada anaknya. Karena dengan melalui pendidikan

Salah satu jenis dari alat penukar kalor ialah alat penukar kalor pipa ganda (Double Pipe Heat Exchanger, DPHE), di bedakan menurut arah aliran fluidanya, berlawanan

Hubungan antara kepemimpinan dan kinerja keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi yang bersangkutan. Bahkan

Dengan memanfaatkan hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, penelitian ini bermaksud menerapkan sebuah metode deteksi manusia pada kamera pengawas di kantor