• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modal sosial, dukungan sosial, dan ketahanan sosial keluarga di daerah pemukiman marjinal Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modal sosial, dukungan sosial, dan ketahanan sosial keluarga di daerah pemukiman marjinal Kota Bogor"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

KOTA BOGOR

RIDHA VIVIANTI SAM ACHMAD

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul modal sosial, dukungan sosial, dan ketahanan sosial keluarga di daerah pemukiman marjinal Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Ridha Vivianti Sam Achmad

(3)

ABSTRAK

RIDHA VIVIANTI SAM ACHMAD. Modal Sosial, Dukungan Sosial, dan Ketahanan Sosial Keluarga di Daerah Pemukiman Marjinal Kota Bogor. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.

Modal sosial dan dukungan sosial menjadi penting dalam pemberdayaan keluarga marginal. Beberapa peneliti menyatakan bahwa modal sosial dan dukungan sosial berperan penting dalam meningkatkan ketahanan sosial keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal sosial dan dukungan sosial terhadap ketahanan sosial keluarga di daerah pemukiman marginal Kota Bogor. Disain penelitian ini adalah cross sectional dengan lokasi penelitian di Kelurahan Paledang dan Kelurahan Babakan Pasar, Kota Bogor. Contoh dalam penelitian ini adalah 126 keluarga lengkap dengan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif signifikan antara modal sosial (solidaritas), dukungan sosial (dukungan keluarga, dukungan tetangga, dan dukungan pemerintah), dan lama pendidikan suami-istri dengan ketahanan sosial keluarga. Faktor yang mempengaruhi ketahanan sosial keluarga adalah modal sosial, dukungan sosial (dukungan sosial, keluarga luas, dukungan sosial pemerintah), umur istri, dan lama pendidikan istri.

Kata Kunci: modal sosial, dukungan sosial, ketahanan sosial keluarga

ABSTRACT

RIDHA VIVIANTI SAM ACHMAD. Social Capital, Social Support, and Family Social Strength in areas marginal Bogor city.Supervised by EUIS SUNARTI.

The importance of social capital and social support in marginal family empowerment. Some researchers stated that social capital and social support has significant role in increasing family social strength. The aims of this study was to analyze the influence of social capital and social support toward family social strength in areas marginal Bogor city. The design of this study was a cross sectional and the research location were in Paledang and Babakan Pasar village in Bogor City. The sample of this study was 126 intact family and selected by random sampling. The result showed a positive significant relationship between social capital (solidarity), social support (family support, neighbors support, and government support), and the education of husband and wife with family social strength. Factor that affect of social strength is social capital, social support (extended family support, government support), wife’s age, and the education of husband and wife.

(4)

MODAL SOSIAL, DUKUNGAN SOSIAL, DAN KETAHANAN

SOSIAL KELUARGA DI DAERAH PEMUKIMAN MARJINAL

KOTA BOGOR

RIDHA VIVIANTI SAM ACHMAD

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(5)

Judul : Modal Sosial, Dukungan Sosial, dan Ketahanan Sosial Keluarga di Daerah Pemukiman Marjinal Kota Bogor

Nama : Ridha Vivianti Sam Achmad

NIM : I24100010

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir Euis Sunarti, M.Si Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M. Sc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan karunia rahmat, berkah, hidayah dan kesehatan dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Modal Sosial, Dukungan Sosial, dan Ketahanan Sosial Keluarga di Daerah Pemukiman Marjinal Kota Bogor”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh untuk menyelesaikan program sarjana (S1) Jurusan Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan saran, masukan, serta arahan dalam proses penyusunan skripsi sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

2. Alfiasari SP, M.Si dan Megawati Simanjuntak SP, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberi arahan dan saran dalam proses penyusunan skripsi.

3. Seluruh dosen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang telah memberikan banyak ilmu dan pemahamannya kepada penulis.

4. Orang tua, kakak, dan saudara-saudara atas doa, dorongan dan semangat selama penulis menempuh dan menyelesaikan studi di IPB.

5. Teman-teman seperjuangan penulis dalam penelitian payung S1 (Dwifeny Ramadhany, Winny Faramuli, Nurul Fatwa, dan Zulfa Rahmawati) yang telah bekerja sama selama penyusunan dan penyelesaian skripsi

6. Teman-teman asal Makassar dan teman-teman IKK yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi

Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, karenanya penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Masukan, saran, dan arahan sangat penulis harapkan untuk menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Juli 2014

(7)

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

KERANGKA PIKIR 5

METODE PENELITIAN 7

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 7

Teknik pengambilan contoh 7

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 8

Pengolahan dan Analisis Data 9

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Hasil 11

Pembahasan 24

SIMPULAN DAN SARAN 27

Simpulan 27

Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN 30

(8)

Tabel 2 Nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi 11 karakteristik keluarga

Tabel 3 Sebaran contoh menurut jumlah asosiasi lokal yang diikuti 12 Tabel 4 Sebaran contoh menurut partisipasi anggota keluarga dalam 13 asosiasi lokal

Tabel 5 Sebaran contoh menurut partisipasi anggota keluarga pada 13 pengambilan keputusan dalam pertemuan asosiasi lokal

Tabel 6 Sebaran contoh menurut manfaat asosiasi lokal 14 Tabel 7 Sebaran contoh menurut kepercayaan masyarakat 14 Tabel 8 Sebaran contoh menurut solidaritas dan semangat 15 kerja masyarakat

Tabel 9 Sebaran pencapaian menurut indikator dukungan sosial 17 keluarga luas

Tabel 10 Sebaran pencapaian menurut indikator dukungan sosial tetangga 18 Tabel 11 Sebaran pencapaian menurut indikator dukungan sosial pemerintah 19

Tabel 12 Sebaran pencapaian menurut indikator ketahanan sosial keluarga 20 Tabel 13 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, modal sosial, 21 dukungan sosial dengan ketahanan sosial keluarga

Tabel 14 Koefisien korelasi antara dukungan sosial dengan modal 22 sosial

Tabel 15 Koefisien regresi hasil ringkasan model pengaruh karakteristik 23 keluarga, modal sosial, dan dukungan sosial yang signifikan

terhadap ketahanan sosial keluarga

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pikir karakteristik keluarga, modal sosial, 6 dukungan sosial, dan ketahanan sosial keluarga di daerah

pemukiman majinal

Gambar 2 Cara pengambilan contoh 7

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengaruh modal sosial dan dukungan sosial terhadap 30 ketahanan sosial keluarga

Lampiran 2 Pengaruh komponen modal sosial dan komponen dukungan 30 sosial terhadap ketahanan sosial keluarga

Lampiran 3 Pengaruh karakteristik keluarga, modal sosial, dan dukungan 30 sosial terhadap ketahanan sosial keluarga

Lampiran 4 Pengaruh karakteristik keluarga, komponen modal sosial 31 dan komponen dukungan sosial terhadap ketahanan sosial

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kepadatan penduduk merupakan salah satu masalah dalam pertumbuhan ekonomi. Kepadatan penduduk mempengaruhi jumlah penduduk miskin yang ada di negara Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2012) jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2012 mencapai 28,59 juta orang (11,66 persen) dan sebagian besar berada pada Pulau Jawa dengan jumlah 15,82 juta orang. Jawa Barat adalah provinsi ketiga terpadat di Pulau Jawa dengan kepadatan penduduk yang mencapai angka 4.42 juta orang dan Kota Bogor merupakan kota dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Jawa Barat dengan angka mencapai lebih dari 50.000 keluarga. Kepadatan ini tidak merata di beberapa wilayah Kota Bogor sehingga menimbulkan kondisi yang kurang akomodatif dalam pembangunan ekonomi, pertahanan keamanan dan keadilan sosial (Prawirosentono 1994). Ketidakmerataan ini diiringi dengan arus urbanisasi yang juga terus meningkat.

Masyarakat rural yang melakukan urbanisasi ke kota pada umumnya kurang memiliki keterampilan hidup sehingga banyak yang hanya menjadi pengangguran dan tergolong kategori miskin. Hal tersebut menjadi sebab munculnya kawasan pinggiran urban/pemukiman marjinal yang menjadi tempat pemukiman mereka. Pemukiman marjinal adalah pemukiman yang berada di sepanjang sungai dan bantaran sungai, stasiun kereta api, penghuninya merupakan pendatang, dan memimiliki bangunan permanen yang cukup baik (Yudhohusodo

dalam Poedjioetami 2005). Penelitian lain juga menambahkan bahwa pemukiman marjinal adalah zona perumahan yang sewanya murah, karena kondisi tanah yang paling tidak menguntungkan dari motivasi ekonomi, misalnya di pinggiran bantaran sungai; atau secara geografis wilayah-wilayah kota yang sering tergenang banjir di musim hujan dan yang tidak ditunjang fasilitas kota (Sulistyawati 2007). Kondisi pada pemukiman marjinal diduga kurang kondusif untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan seluruh anggota keluarga yang meliputi kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), sosial, dan psikologis. Pemukiman marginal kurang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan optimal, karena minimnya upaya yang mendukung pencapaian ketahanan keluarga. Ketahanan keluarga merupakan kemampuan keluarga mengolah sumber daya dan menyelesaikan masalah guna mencapai kesejahteraan sosial keluarga, sedangkan kersejahteraan sosial keluarga adalah penghargaan (self esteem) dan dukungan sosial (Sunarti 2001).

(10)

komunikasi efektif, pembagian peran dan penerimaan peran, penetapan tujuan, serta dorongan untuk maju yang akan menjadi kekuatan dalam menghadapi masalah keluarga (termasuk masalah perkawinan) dan memiliki hubungan sosial yang sehat (Sunarti 2001).

Perhatian pada peningkatan ketahanan sosial keluaga menjadi penting untuk dimanfaatkan secara optimal dalam proses pembangunan di Indonesia demi mencapai kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu, untuk mencapai kesejahteraan keluarga harus mampu mencapai ketahanan sosial terlebih dahulu. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan sosial keluarga diantaranya perbaikan lingkungan internal dan eksternal keluarga seperti modal sosial dan dukungan sosial (Sunarti dan Fitriani 2010). Alfiasari (2008) menyatakan bahwa keberadaan modal sosial berupa kepercayaan, jaringan sosial, dan norma sosial mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga miskin. Penelitian lain juga menjelaskan bahwa modal sosial mampu menjembatani status individu yang berbeda-beda dan menyediakan akses ke arah kekuasaan serta dapat mendistribusikan sumber daya yang langka (Daniel 2011). Selanjutnya, ketahanan sosial keluarga mampu dicapai melalui peningkatan dukungan sosial. Dukungan sosial dapat bersumber dari keluarga, teman, tetangga, masyarakat luas, dan pemerintah. Terkait dengan hal tersebut, penting dilakukan kajian yang mengelaborasi modal sosial, dukungan sosial, dan ketahanan sosial keluarga di daerah pemukiman marjinal.

Perumusan Masalah

Pengangguran menambah angka kemiskinan daerah perkotaan. Masalah kemiskinan merupakan salah satu permasalahan dalam proses pembangunan ekonomi. Hampir setiap negara mengalami permasalahan kemiskinan, baik negara maju maupun negara berkembang. Kemiskinan menyebabkan berbagai persoalan hidup yang harus dihadapi oleh individu, keluarga, masyarakat, dan negara. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, pelayanan kesehatan yang berkualitas, dan lingkungan yang prestatif. Hal ini sejalan dengan pandangan Sunarti (2001) bahwa keluarga berkaitan dengan banyak masalah sosial yang berkaitan dengan dampak peningkatan tingkat perceraian, dampak kekerasan, gerakan atau tuntutan hak memilih wanita, dan dampak industrialisasi.

(11)

sedangkan masyarakat urban marjinal lebih ke motif ekonomi, politik, pendidikan, dan kadang hierarki. Pola solidaritas sosial masyarakat pedesaan timbul karena adanya kesamaan-kesamaan kemasyarakatan, sedangkan masyarakat urban marjinal terbentuk karena adanya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat.

Lemahnya interaksi sosial pada masyarakat urban marjinal menggambarkan lemahnya sistem nilai yang ada. Sistem nilai tersebut bersumber pada pola budaya yang terdiri atas sistem kepercayaan, sistem simbolik dan standar orientasi yang sama, yang memungkinkan hubungan sosial, interaksi sosial dan proses sosial berjalan lancar. Proses sosial yang telah diformat sedemikian rupa oleh sistem budaya dan sistem kepercayaan yang ada, menjadikan setiap orang mengerti bagaimana hubungan dengan orang lain. Setiap anggota masyarakat berusaha mengintregasikan diri dengan sistem nilai yang ada melalui proses sosialisasi dan institusionalisasi tersebut (Parson 1955). Permasalahan tersebut menjadi alasan untuk meningkatkan modal sosial masyarakat urban marjinal. Menurut Coleman (1988) modal sosial memiliki tiga pilar utama, yaitu kepercayaan, jaringan sosial, dan norma-norma sosial yang terjalin dalam sistem sosial. Modal sosial lemah oleh proses-proses yang merusak kekerabatan, seperti perceraian dan perpisahan, atau migrasi. Ketika keluarga meninggalkan jaringan-jaringan kekerabatan mereka yang sudah ada, teman-teman dan kontak-kontak yang lainnya, maka nilai dari modal sosial mereka akan jatuh.

Dukungan sosial dari keluarga inti, keluarga besar dan masyarakat sekitar adalah hal yang sangat penting untuk meningkatkan modal sosial masyarakat khusunya kelompok sosial marjinal. Dukungan sosial dari keluarga besar dan tetangga dalam bentuk dukungan moril, material, dan emosional yang ditampilkan melalui sikap penuh pengertian, perhatian, kerjasama, bantuan materi, dan pemberian informasi dapat memberikan kekuatan dan mengurangi konsekuensi-konsekuensi negatif akibat adanya tekanan ekonomi (Sunarti et al. 2005). Hal ini didukung oleh penelitian Dieh (2005) yang mengatakan bahwa rendahnya dukungan sosial yang diterima dapat menyebabkan depresi, keterasingan, dan kecemasan. Selanjutnya, menurut Natalya dan Shelly (2009), dukungan yang nampak maupun yang tidak nampak tidak selamanya buruk dan tidak selamanya menguntungkan.

Berbagai masalah yang dihadapi keluarga mendorong mereka untuk meningkatkan modal sosial dan dukungan sosial sepanjang kehidupannya, sehingga keluarga harus bisa mempersiapkan sumber daya dan mengolahnya dengan baik agar mencapai ketahanan sosial keluarga. Pengelolaan sumber daya non-fisik, mekanisme penanggulangan masalah yang baik, orientasi terhadap nilai-nilai agama, efektif dalam berkomunikasi, senantiasa memelihara hubungan sosial, serta dapat menanggulangi krisis adalah upaya mewujudkan ketahanan sosial keluarga (Sunarti 2001).

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti sangat tertarik melakukan penelitian tentang modal sosial, dukungan sosial, dan ketahanan sosial keluarga di daerah pemukiman marginal. Dengan demikian dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

(12)

2. Bagaimana hubungan modal sosial dan dukungan sosial dengan ketahanan sosial keluarga di daerah pemukiman marginal?

3. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga, modal sosial, dan dukungan sosial terhadap ketahanan sosial keluarga di daerah pemukiman marginal?

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh modal sosial dan dukungan sosial terhadap ketahanan sosial keluarga di daerah pemukiman marginal Kota Bogor.

Tujuan Khusus

1. Menganalisis karakteristik keluarga, modal sosial, dukungan sosial, dan ketahanan sosial keluarga di daerah pemukiman marginal;

2. Menganalisis hubungan modal sosial dan dukungan sosial dengan ketahanan sosial keluarga di daerah pemukiman marginal;

3. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, modal sosial dan dukungan sosial terhadap ketahanan sosial keluarga di daerah pemukiman marginal.

Manfaat Penelitian

(13)

KERANGKA PIKIR

Kerangka pikir penelitian disajikan pada Gambar 1 yang menjelaskan tentang ketahanan sosial sebagai salah satu komponen ketahanan keluarga. Ketahanan sosial keluarga adalah kekuatan keluarga dalam penerapan nilai agama, pemeliharaan ikatan dan komitmen, komunikasi efektif, pembagian peran dan penerimaan peran, penetapan tujuan, serta dorongan untuk maju yang akan menjadi kekuatan dalam menghadapi masalah keluarga (termasuk masalah perkawinan) dan memiliki hubungan sosial yang sehat (Sunarti 2001). Keluarga merupakan lapisan masyarakat terkecil yang memiliki peranan penting dalam peningkatan sumber daya manusia. Keluarga merupakan wadah bagi individu untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidup. Keluarga mempunyai berbagai fungsi peran yang menentukan kualitas kehidupan baik kehidupan individu, keluarga, bahkan kehidupan sosial (kemasyarakatan). Teori struktur fungsional menjelaskan tentang sistem, struktur sosial, fungsi, dan keseimbangan di dalam keluarga. Teori ini membahas bagaimana perilaku seseorang dipengaruhi orang lain dan oleh institusi sosial, dan bagaimana perilaku tersebut pada gilirannya mempengaruhi orang lain dalam proses aksi-reaksi berkelanjutan (Sunarti 2001). Berangkat dari teori ini lahirlah berbagai kebijakan dan program-program peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga di Indonesia.

Menurut Undang-Undang No.52 tahun 2009, ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisikmateril guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin. Pemukiman marjinal diduga sulit mencapai kesejahteraan keluarga, karena pemukiman ini kurang kondusif untuk membantu keluarga mengolah masalah dan pembagian tugas dalam keluarga. Oleh karena itu, kesejahteraan keluarga dapat dicapai melalui ketahanan sosial keluarga. Peningkatan ketahanan sosial keluarga dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, diantaranya adalah perbaikan lingkungan eksternal dan internal keluarga seperti dukungan sosial dan modal sosial keluarga (Sunarti dan Fitriani 2010). Modal sosial melihat tiga komponen penting, yaitu kepercayaan (trust), jaringan sosial (network), dan norma sosial (social norm). Tiga komponen ini mencakup dua dimensi penting, yaitu asosiasi lokal dan karakter masyarakat. Asosiasi lokal dapat dilihat dari partisipasi anggota keluarga dalam pertemuan asosiasi lokal, partisipasi anggota keluarga dalam pengambilan keputusan pada pertemuan asosiasi lokal, dan manfaat asosiasi lokal yang dirasakan anggota keluarga, sedangkan karakter masyarakat dapat dilihat dari kepercayaan, solidaritas, dan semangat kerja masyarakat.

(14)
(15)

METODE PENELITIAN

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul “Lingkungan Spasial, Modal Sosial, Perkembangan Anak, dan Ketahanan Sosial Keluarga di Daerah Pemukiman Marjinal Kota Bogor”. Disain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan metode wawancara dibantu dengan menggunakan kuisioner. Disain penelitian ini dilakukan untuk melihat Modal Sosial, Dukungan Sosial, dan Ketahanan Sosial Keluarga di Daerah Pemukiman Marjinal Kota Bogor. Lokasi penelitian adalah Kelurahan Paledang dan Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan lokasi tersebut memenuhi kriteria pemukiman marjinal. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari hingga Juli 2014.

Teknik Pengambilan Contoh

Populasi dalam penilitian ini adalah keluarga lengkap yang memiliki anak usia 3-5 tahun yang bertempat tinggal di pinggiran sungai atau bantaran rel kereta api. Contoh dalam penelitian ini adalah 126 keluarga dengan teknik simple random sampling. Adapun kerangka teknik penarikan contoh dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Purposive

Purposive

Purposive

Purposive

Simple

random sampling

Gambar 2 Cara pengambilan contoh Kota Bogor

Kecamatan Bogor Tengah

Kelurahan Paledang dan Kelurahan Babakan Pasar

338 Keluarga lengkap

(16)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengisian kuisioner sebagai data kuantitatif dan wawancara sebagai data kualitatif untuk menunjang data kuantitatif, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen lembaga/instansi yang berhubungan dengan penelitian ini. Jenis atau variabel penelitian dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu ketahanan sosial keluarga, modal sosial, dukungan sosial, dan karakteristik keluarga. Aspek ketahanan sosial keluarga mencakup: sumber daya non fisik, penanggulangan masalah keluarga non fisik, dan kesejahteraan sosial non fisik. Aspek modal sosial mencakup jumlah asosiasi lokal yang diikuti, tingkat partisipasi keluarga dalam asosiasi lokal, tingkat pengambilan keputusan saat pertemuan asosiasi lokal, manfaat asosiasi lokal, kepercayaan masyarakat, solidaritas masyarakat, dan semangat kerja masyarakat. Selanjutnya, aspek dukungan sosial mencakup dukungan sosial keluarga luas, dukungan sosial tetangga, dan dukungan sosial pemerintah. Sementara itu, aspek karakteristik keluarga meliputi usia suami-istri, besar keluarga, lama pendidikan suami-istri, pendapatan perkapita per bulan, dan lama menetap di tempat tinggal. Untuk karakteristik keluarga terdapat beberapa pengkategorian. Usia suami dan istri dikategorikan menjadi dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (40-60 tahun), dan dewasa akhir (> 60 tahun). Selanjutnya, lama pendidikan suami dan istri dikategorikan menjadi < 9 tahun dan ≥ 9 tahun. Besar keluarga dikategorikan menjadi keluarga kecil 0-4 orang, keluarga sedang 5-7 orang, dan keluarga besar ≥ 8 orang. Pendapatan per kapita per bulan suami dan istri dikategorikan menjadi < Rp 308570 dan ≥ Rp 308570.

Kuesioner modal sosial diacu dan dimodifikasi dari Suandi (2007) dengan nilai Cronbach alpha sebesar 0,664. Kuesioner dukungan sosial diacu dan dimodifikasi dari penelitian Sunarti et al. (2005) dengan nilai Cronbach alpha

sebesar 0,781. Ketahanan sosial keluarga diukur menggunakan kuesioner yang diacu dan dimodifikasi dari Sunarti (2001) dengan nilai Cronbach alpha sebesar 0,604.

Tabel 1 Variabel, skala, dan sumber kuisioner

Variabel Skala Sumber Instrument

Modal Sosial Interval Diacu dan dimodifikasi dari Suandi (2007) Asosiasi lokal

Karakter masyarakat Dukungan sosial

Diacu dan dimodifikasi dari Sunarti et al. (2005) Dukungan sosial keluarga

(17)

Pengolahan dan Analisis Data

Data primer yang diperoleh melalui pengisian kuisioner akan diinput, dan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for windows.

Kegiatan yang dilakukan mulai dari pengambilan data primer, transfer data, coding, editing, data entry, data cleaning, dan analisis data. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif (rata-rata, standar deviasi, nilai mimum-maksimum, dan presentase) digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga, modal sosial, dukungan sosial, dan ketahanan sosial keluarga. Jumlah pertanyaan yang berbeda pada setiap dimensi variabel dikompositkan dengan mentransformasi nilai skor yang telah didapatkan menjadi skor indeks. Indeks presentase dihitung dengan rumus:

Y = nilai yang didapatkan-nilai minimum x100% nilai maksismum – nilai minimum

2. Analisis inferensia yaitu uji korelasi dan uji regresi. Uji korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik keluarga, modal sosial, dukungan sosial, dengan ketahanan sosial keluarga. Sedangkan uji regresi digunakan untuk melihat pengaruh karakteristik keluarga, modal sosial, dan dukungan sosial, terhadap ketahanan sosial keluarga.

Model regresi:

X11 = Partisipasi anggota keluarga pada pertemuan asosiasi lokal

X12 = Partisipasi anggota keluarga dalam pengambilan keputusan pada pertemuan asosiasi lokal

X22 = Dukungan sosial tetangga X23 = Dukungan sosial pemerintah

(18)

Definisi Operasional

Karakteristik keluarga adalahciri-ciri yang dimiliki oleh keluarga yang tinggal di daerah marjinal yang meliputi usia suami-istri, besar keluarga, pendidikan suami-istri, pendapatan perkapita per bulan, dan lama menetap di tempat tinggal.

Pemukiman marjinal adalah pemukiman yang berada di bantaran sungai, dimana penduduknya sebagian besar bekerja di sektor informal, memiliki jarak antar rumah kurang dari 1 meter, dan rawan bencana, termasuk di dalamnya pemukiman kumuh dan pemukiman liar.

Usia adalah usia suami dan isteri saat dilakukan wawancara dan dinyatakan dalam tahun.

Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah atau yang masih menjadi tanggungan orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Lama Pendidikan adalah lama waktu pendidikan yang ditempuh oleh suami atau istri.

Pendapatan per kapita keluarga adalah rata-rata penghasilan per bulan yang diperoleh dari pekerjaan utama maupun tambahan ayah dan ibu yang dinilai dengan uang.

Lama menetap di tempat tinggal adalah jangka waktu atau lama menetap sebuah keluarga di suatu wilayah saat dilakukan wawancara dan dinyatakan dalam tahun.

Modal sosial adalah bentuk jaringan kerja sosial dan ekonomi di masyarakat yang terjadi antar individu dan kelompok baik formal maupun informal yang bermanfaat dan menguntungkan. Besarnya modal sosial diukur melalui dua dimensi, yaitu asosiasi lokal dan karakter masyarakat.

Asosiasi lokal adalah organisasi lokal yang diikuti oleh anggota keluarga yang teridri dari tingkat partisipasi dan tingkat pengambilan keputusan anggota dalam pertemuan asosiasi lokal.

Karakter masyarakat adalah pola hidup masyarakat sehari-hari yang terdiri dari kepercayaan, solidaritas, dan semangat kerja masyarakat.

Dukungan sosial adalah dukungan yang diperoleh keluarga baik dari keluarga luas, tetangga maupun pemerintah. Dukungan tersebut terdiri dari: dukungan emosi, dukungan instrumen, dan dukungan informasi.

(19)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakteristik Keluarga

Data pada Tabel 2 menunjukkan rata-rata usia contoh dan suami berada pada kategori dewasa awal (18-40 tahun). Rata-rata lama pendidikan contoh dan suami telah mencapai pendidikan wajib belajar sembilan tahun. Rata-rata jumlah anggota keluarga termasuk dalam kategori kecil (0-4 orang). Rata-rata pendapatan per kapita keluarga per bulan lebih dari Rp305.870. Selanjutnya, satu per tiga keluarga telah menetap di tempat tinggal mereka lebih dari 30 tahun, satu per tiga keluarga lagi telah menetap 15 sampai 30 tahun, dan satu per tiga keluarga lainnya baru menetap kurang dari 15 tahun.

Tabel 2 Nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi karakteristik keluarga

Karakteristik Keluarga Min-Maks Rata-rata±sd

Usia suami (tahun) 22-59 36.63±7.31

Usia istri (tahun) 19-48 32.80±6.48

Lama pendidikan suami (tahun) 6-17 10.41±2.44

Lama pendidikan istri (tahun) 4-15 9.86±2.71

Besar keluarga (orang) 3-10 4.31±1.30

Pendapatan perkapita (rupiah) 45000-5250000 674502.49±712988.34

Lama menetap di tempat tinggal (tahun) 1-47 23.49-12.34

Modal Sosial

Modal sosial adalah bentuk jaringan kerja sosial dan ekonomi di masyarakat yang terjadi antar individu dan kelompok baik formal maupun informal yang bermanfaat dan menguntungkan. Besarnya modal sosial diukur melalui dua dimensi, yaitu asosiasi lokal dan karakter masyarakat (Suandi 2007). Dimensi asosiasi lokal terdiri dari: jumlah asosiasi lokal yang diikuti, tingkat partisipasi anggota keluarga, tingkat pengambilan keputusan pada pertemuan asosiasi lokal, dan manfaat asosiasi lokal. Sedangkan dimensi karakter masyarakat terdiri dari: kepercayaan, solidaritas, dan semangat kerja masyarakat.

Jumlah Asosiasi Lokal yang Diikuti

(20)

Asosiasi lokal yang diikuti keluarga antara lain Kelompok Simpan Pinjam, Kelompok Sistem Kerja Upahan, PKK, Kelompok arisan, Kelompok Keagamaan, Majelis Taklim, Organisasi Olahraga, Kelompok Budaya/Seni, dan Koperasi Unit Desa. Hal ini didukung oleh penelitian Suandi (2007) yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah asosiasi lokal yang diikuti oleh anggota keluarga diharapkan dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat kebersamaan dan solidaritas sesama anggota masyarakat sehingga pada gilirannya akan berdampak terhadap kesejahteraan dan kemajuan desa. Sementara itu, masih terdapat 20 persen lebih keluarga yang tidak sama sekali mengikuti asosiasi lokal, karena menurut mereka mengurus anak dan keluarga lebih penting daripada mengikuti kegiatan asosiasi lokal.

Tabel 3 Sebaran contoh menurut jumlah asosiasi lokal yang diikuti

Jumlah Asosiasi Lokal yang Diikuti Sebaran Contoh (%)

Tidak ada (0) 27.78

Rendah (1-2) 38.09

Tinggi (>2) 34.13

Total 100.00

Rata-rata 2.17±0.95

Tingkat Partisipasi Anggota Keluarga

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa 70 persen lebih keluarga aktif berpartisipasi dalam asosiasi lokal. Hal ini menggambarkan adanya keterkaitan yang kuat antara asosiasi lokal dengan partisipasi anggota keluarga. Mereka menganggap asosiasi lokal berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, baik itu di bidang sosial, ekonomi, agama, maupun tumbuh kembang anak. Hanya masih ada sebagian kecil keluarga yang kurang aktif (19.48%) maupun yang tidak berpartisipasi dalam asosiasi lokal (5.48%). Hal ini dikarenakan mereka menganggap bahwa kehadiran mereka dalam acara atau rapat asosiasi lokal tidak lah terlalu penting, sebab kebanyakan dari mereka hanya anggota biasa. Di samping itu, mereka juga belum merasakan manfaat dari asosiasi lokal yang diikuti, sehingga mereka sangat jarang hadir dalam pertemuan asosiasi lokal.

Tabel 4 Sebaran contoh menurut partisipasi anggota keluarga dalam asosiasi lokal

Partisipasi dalam Asosiasi Lokal Sebaran Contoh (%)

Tidak aktif 5.48

Kurang aktif 19.48

Aktif 42.15

Sangat aktif 32.90

Total 100.00

(21)

Tingkat Pengambilan Keputusan pada Pertemuan Asosiasi Lokal

Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa hampir sebagian keluarga (44.66%) tidak aktif pada pengambilan keputusan dalam pertemuan asosiasi lokal dan hanya sebagian kecil keluarga yang aktif pada pengambilan keputusan dalam pertemuan asosiasi lokal. Hal ini disebabkan karena mereka menganggap bahwa kehadiran dalam asosiasi lokal sudah cukup mewakili keaktifan mereka, ikut berdiskusi untuk mengambil suatu keputusan dalam pertemuan tidak lah terlalu penting, mereka hanya setuju pada apa pun hasil rapat atau diskusi dalam pertemuan tersebut.

Tabel 5 Sebaran contoh menurut partisipasi anggota keluarga pada pengambilan keputusan dalam pertemuan asosiasi lokal

Pengambilan Keputusan dalam Pertemuan Asosiasi Lokal

Sebaran Contoh (%)

Tidak aktif 44.66

Kurang aktif 30.27

Aktif 18.28

Sangat aktif 6.79

Total 100.00

Rata-rata±sd 2.41±2.04

Manfaat Asosiasi Lokal

Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil keluarga yang mengatakan bahwa asosiasi lokal kurang bermanfaat bagi keluarga, tetapi 90 persen lebih keluarga mengatakan bahwa asosiasi lokal bermanfaat bagi keluarga. Hal ini mereka rasakan, karena asosiasi lokal yang diikuti sangat membantu keluarga terutama ibu rumah tangga dalam menunjang ilmu agama, tumbuh kembang anak, pendapatan ekonomi, dan hubungan kekerabatan (Suandi 2007). Manfaat asosiasi lokal mendorong masyarakat untuk mengembangkan kelembagaan yang lebih baik.

Tabel 6 Sebaran contoh menurut manfaat asosiasi lokal

Manfaat Asosiasi Lokal Sebaran Contoh (%)

Tidak bermanfaat 1.60

Kurang bermanfaat 1.14

Bermanfaat 60.35

Sangat bermanfaat 37.71

Total 100.00

(22)

Kepercayaan Masyarakat

Kepercayaan adalah suatu konsep abstrak yang sulit diukur, karena mungkin akan diartikan berbeda-beda di antara masing-masing orang (Sunarti dan Fitriani 2010). Tingkat kepercayaan seseorang dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu tingkat komitmen, kejujuran, dan tanggung jawab. Hasil penelitian berdasarkan item pertanyaan menunjukkan kepercayaan masyarakat relatif baik. Lebih dari separuh keluarga menunjukkan kepercayaan yang tinggi dalam berbagai hal, yakni kepercayaan yang tinggi masyarakat terhadap masyarakat yang lain untuk saling bantu-membantu ketika tertimpa sakit/cobaan, kepercayaan yang tinggi masyarakat terhadap norma/aturan yang berlaku di masyarakat, dan kepercayaan yang tinggi masyarakat terhadap masyarakat lain yang dapat bertanggung jawab apabila mengemban amanah (pimpinan). Kepercayaan ini muncul karena seringnya terjadi interaksi dan komunikasi antara masyarakat baik dalam hal keagamaan, ekonomi, maupun pendidikan. Sementara itu, masih terdapat 50 persen keluarga yang memiliki tingkat kepercayaan yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sikap masyarakat yang kurang mempercayai masyarakat lain terkait masalah uang dan masalah percakapan yang kadang kala tidak sesuai dengan kenyataan. Sebagian masyarakat hanya mendekati masyarakat yang lain, jika ada kepentingan atau tujuan tertentu. Penelitian ini sejalan dengan Sunarti dan Fitriani (2010) bahwa masyarakat akan bekerja sama atau bantu-membantu jika terdapat kepentingan yang sama atau tujuan pribadi.

Tabel 7 Sebaran contoh menurut kepercayaan masyarakat

Kepercayaan Masyarakat

Sangat

Rendah Rendah Tinggi

Sangat Tinggi

% % % %

Umumnya masyarakat saling bantu membantu

ketika tertimpa sakit atau cobaan 7.14 26.98 59.53 6.35

Umumnya masyarakat saling mempercayai

orang lain jika berkaitan dengan masalah uang 26.00 47.00 25.00 2.00

Umumnya masyarakat saling mempercayai setiap percakapan masyarakat sesuai dengan kenyataannya

26.00 54.00 18.00 2.00

Umumnya masyarakat mempercayai

norma/aturan yang berlaku di masyarakat 4.76 18.26 74.60 2.38

Umumnya masyarakat dapat bertanggung

jawab apabila mengemban amanah (pimpinan) 6.35 34.92 53.97 4.76

Umumnya masyarakat masih mempercayai

(23)

Solidaritas dan Semangat Kerja Masyarakat

Solidaritas masyarakat merupakan kemauan dan kondisi masyarakat untuk sama-sama ingin saling membantu dan saling percaya sehingga mencapai keinginan bersama. Tinggi rendahnya tingkat solidaritas masyarakat dilihat dari tiga dimensi: ketergantungan satu sama lainnya, saling bantu-membantu, dan adanya kepekaan terhadap kemajuan desa (Suandi 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa solidaritas masyarakat relatif baik dalam hal kontribusi pada pembangunan desa dan dalam hal saling bantu-membantu. Hal ini karena mereka menyadari bahwa lingkungan tempat tinggal adalah bagian dari kehidupan mereka sehari-hari yang memerlukan perhatian baik secara materi maupun psikologis. Sementara itu, masih terdapat hampir separuh keluarga (46.03%) yang memiliki solidaritas rendah dalam hal kontribusi untuk kelompok/organisasi, hal ini terjadi karena sebagian anggota masyarakat masih belum merasakan manfaat organisasi lokal yang ada di sekitar tempat tinggal mereka, sehingga mereka tidak memiliki inisiatif ataupun kemauan untuk memberi sumbangan kepada organisasi tersebut.

Pada komponen semangat kerja masyarakat, hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir separuh keluarga (45.24%) memiliki tingkat semangat kerja yang tinggi. Hal ini dilihat dari kemauan dan etos kerja mereka dalam menambah pendapatan keluarga demi memenuhi kebutuhan pendidikan anak dan kebutuhan hidup kesehari-hari. Selanjutnya, dapat dilihat juga bahwa lebih dari separuh keluarga (54.76%) selalu melakukan kegiatan dengan disiplin (ulet, pantang menyerah) dan melakukan pekerjaan dengan segera. Hal ini mereka lakukan, karena mereka percaya bahwa memanfaatkan waktu dengan bijak akan membantu keluarga dalam mengolah waktu dan kuangan. Sementara itu, masih terdapat 3 persen lebih keluarga yang memiliki semangat kerja yang rendah. Hal ini terjadi karena mereka tidak mendapat dorongan dari istri atau suami atau pun hanya menggantungkan hidup keluarga kepada keluarga besar. Total rata-rata capaian modal sosial masih 61.79 persen, hal ini disebabkan karena banyak anggota keluarga yang tidak mengikuti kegiatan asosiasi lokal atau pun tidak ikut dalam pengambilan keputusan pada pertemuan asosiasi.

Tabel 8 Sebaran contoh menurut solidaritas dan semangat kerja masyarakat

Pernyataan Rendah

kelompok/organisasi sekitar 46.03 34.13 19.84

Umumnya masyarakat saling bantu dalam berbagai hal 1.59 55.56 42.85

Semangat Kerja Masyarakat

Umumnya masyarakat suka bekerja keras 4.76 50.00 45.24

Jika ada pekerjaan, selalu dikerjakan dengan segera 3.17 42.07 54.76

(24)

Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah dukungan yang diperoleh keluarga baik dari keluarga luas, tetangga maupun pemerintah. Dukungan tersebut terdiri dari: dukungan emosi, dukungan instrumen, dan dukungan informasi (Sunarti et al.

2005).

Dukungan Sosial Keluarga Luas

Dukungan sosial keluarga luas adalah dukungan yang diterima keluarga dari keluarga luas baik keluarga besar istri maupun keluarga besar suami (Sunarti dan Fitriani 2010). Dimensi dukungan sosial keluarga luas berupa dukungan instrumen, dan dukungan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan emosi telah diberikan oleh keluarga luas. Dukungan yang paling yang banyak diberikan keluarga besar berdasarkan dimensi emosi adalah kesediaan keluarga besar dalam berkata dan berbuat sesuatu untuk menghargai keluarga contoh (94.83%). Hal ini ditunjukkan dengan kesediaan keluarga luas membantu dan menghadiri acara dari keluarga contoh dan adanya norma tidak tertulis untuk menghargai keluarga luas atau orang yang lebih tua dengan sikap ramah dan santun.

Pada dimensi instrumen, dukungan yang paling yang banyak di terima keluarga adalah kesediaan keluarga luas untuk memberi solusi terhadap masalah yang ada pada keluarga (84.10%). Hal ini menunjukkan bahwa keluarga luas berperan penting dalam memberi saran dan membantu keluarga menyelesaikan masalah. Sementara itu, masih terdapat lebih dari separuh keluarga contoh yang tidak menerima dukungan instrumen dari keluarga besar dalam hal bantuan keuangan dan bantuan barang. Mereka mengatakan bahwa keluarga luas hampir tidak pernah peduli soal bantuan tersebut, sehingga hubungan antara keluarga luas kadang kala renggang dan kurang akrab. Hal ini sejalan dengan penelitian Heather dan Margie (2000) yang mengatakan bahwa seorang teman atau anggota keluarga mungkin memberikan kita dukungan, mungkin juga memberikan kita tekanan yang menyebabkan timbulnya regangan.

(25)

Tabel 9 Sebaran pencapaian (%) menurut indikator dukungan sosial keluarga

1 Keluarga besar bersedia mendengarkan masalah 88.85

2 Keluarga besar berusaha memperlihatkan kepedulian 85.75

3 Keluarga besar berusaha menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari 91.25

4 Keluarga besar senantiasa berkata sesuatu untuk menghargai 94.45

5 Keluarga besar senantiasa berbuat sesuatu untuk menghargai 95.20

Rata-rata dimensi emosi 91.10

Dukungan Instrumen

1 Keluarga besar memberi bantuan keuangan 65.90

2 Keluarga besar memberi bantuan barang 43.65

3 Keluarga besar membantu dalam mengasuh anak 66.65

4 Keluarga besar selalu memberi solusi terhadap masalah yang dihadapi 84.10

Rata-rata dimensi instrumen 65.08

Dukungan Informasi

1 Keluarga besar selalu memberi informasi apabila terdapat tanda bahaya

bencana

89.65

2 Keluarga besar tidak pernah menyembunyikan informasi apapun 90.50

Rata-rata dimensi informasi 90.08

Total rata-rata capaian dukungan sosial keluarga luas 81.45

Dukungan Sosial Tetangga

Berdasarkan data pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa lebih dari 80 persen keluarga memperoleh dukunagn emosi berupa sikap tetangga yang senantiasa berkata dan berbuat sesuatu untuk menghargai keluarga contoh, serta kehidupan dalam masyarakat yang selalu memberi rasa aman dan nyaman. Hal ini ditunjukkan dengan sikap tetangga yang selalu santun dan ramah, serta kebiasaan menghargai tetangga lain dengan membantu jika ada acara tertentu. Sementara itu, masih terdapat hampir separuh keluarga yang tidak menerima dukungan emosi dari tetangga. Tetangga kurang peduli dalam membantu keluarga menyelesaikan masalah, bertukar pikiran, atau pun memberikan saran.

(26)

jika ada kegiatan sosial masyarakat/kegiatan pemerintah (92.06%). Sementara itu, masih ada dua per tiga keluarga yang tidak bertukar informasi apa pun dengan tetangganya. Hal ini karena mereka cenderung berbicara ke tetangga jika ada kepentingan tertentu saja. Secara umum dua per tiga keluarga (60.51%) telah menerima dukungan dari tetangga. Dukungan yang paling banyak diterima adalah dukungan informasi (79.76%), sedangkan dukungan emosi dan dukungan instrumen yang diterima keluarga contoh masih rendah.

Tabel 10 Sebaran pencapaian (%) menurut indikator dukungan sosial tetangga

No Pernyataan Dukungan

Sosial Tetangga

Total %

Dukungan Emosi

1 Tetangga bersedia mendengarkan masalah 55.56

2 Tetangga berusaha memperlihatkan kepedulian 68.25

3 Tetangga senantiasa berkata sesuatu untuk menghargai 88.89

4 Tetangga senantiasa berbuat sesuatu untuk menghargai 87.30

5 Tetangga berusaha menjadi bagian penting dalam kehidupan

sehari-hari

44.45

6 Senantiasa saling berbagi masalah / bertukar pikiran dengan

tetangga

62.70

7 Tetangga memberikan dukungan, kritik, dan saran untuk

membantu dalam menyelesaikan masalah

60.32

8 Kehidupan dalam masyarakat memberi rasa aman dan nyaman 88.09

Rata-rata dimensi emosi 69.46

Dukungan Instrumen

1 Tetangga memberi bantuan keuangan 8.73

2 Tetangga memberi bantuan keuangan 7.94

3 Tetangga membantu dalam mengasuh anak 29.37

4 Tetangga selalu memberikan solusi terhadap masalah yang

dihadapi

43.65

5 Jika sakit atau terkena musibah,tetangga selalu menjenguk dan

membantu

78.58

6 Tetangga selalu siap menolong jika mendapatkan kesulitan 84.92

Rata-rata dukungan instrument 42.19

Dukungan Informasi

1 Selalu bertukar informasi terkait apapun dengan tetangga 67.46

2 Tetangga selalu memberi tahu jika ada kegiatan sosial

masyarakat/kegiatan pemerintah

92.06

Rata-rata dukungan informasi 79.76

Total rata-rata capaian dukungan sosial tetangga 60.51

Dukungan Sosial Pemerintah

(27)

(92.07%). Dukungan ini sangat membantu masyarakat, karena membuat mereka merasa nyaman dengan pelayanan pemerintah. Di sisi lain, dua per tiga keluarga mengatakan bahwa pemerintah masih belum optimal dalam mendengarkan masalah masyarakat. Hal ini karena mereka merasa keluhan mereka selama ini kepada pemerintah setempat sangat jarang diberikan solusi atau jalan keluar. Selanjutnya, pada dimensi instrumen, dukungan pemerintah yang paling banyak dirasakan oleh lebih dari separuh keluarga contoh adalah penyediaan fasilitas lengkap oleh pemerintah untuk menolong masyarakat saat terjadi bencana. Bantuan ini sangatlah berharga bagi keluarga, sebab sangat membantu meringankan beban mereka pasca terjadinya bencana. Tetapi, hanya satu per tiga keluarga yang menerima bantuan keuangan maupun bantuan barang dari pemerintah. Hal ini karena sebagian keluarga yang tercatat kurang mampu ternyata tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Selanjutnya, sebagian besar keluarga telah menerima dukungan informasi dari pemerintah dalam hal info tanda bahaya untuk kewaspadaan akan terjadinya bencana dan kesediaan pemerintah untuk selalu siap melayani pertanyaan warga seputar bencana atau lainnya. Dukungan informasi tersebut sangat penting bagi keselamatan masyarakat. Secara umum dua per tiga keluarga (61.64%) telah menerima dukungan dari pemerintah. Dukungan yang paling banyak diterima adalah dukungan emosi dan informasi, sedangkan dukungan instrumen yang diterima keluarga contoh masih sangat rendah (35.52%).

Tabel 11 Sebaran pencapaian (%) menurut indikator dukungan sosial pemerintah

No Pernyataan Dukungan

Sosial Pemerintah

Total %

Dukungan Emosi

1 Pemerintah bersedia mendengarkan masalah 69.05

2 Pemerintah berusaha memperlihatkan kepedulian 80.16

3 Petugas Lembaga Masyarakat menunjukkan sikap yang ramah

dan santun dalam melayani masyarakat

92.07

Rata-rata dukungan emosi 80.43

Dukungan Instrumen

1 Pemerintah memberikan bantuan keuangan 23.01

2 Pemerintah memberikan bantuan barang 14.29

3 Pemerintah menyediakan fasilitas lengkap untuk menolong

masyarakat saat terjadi bencana

56.35

4 Pemerintah selalu memberikan solusi terhadap masalah yang

dihadapi

48.42

Rata-rata dukungan instrumen 35.52

Dukungan Sosial

1 Pemerintah selalu memberi info tanda bahaya untuk

kewaspadaan akan terjadinya bencana

84.93

2 Pemerintah selalu siap melayani pertanyaan warga seputar

bencana atau lainnya

86.51

Rata-rata dukungan sosial 85.72

(28)

Ketahanan Sosial Keluarga

Secara umum sebagian besar keluarga (83.77%) telah memiliki ketahanan sosial keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh keluarga (100%) menyatakan bahwa mengurus anak merupakan hal yang sangat penting. Hal ini mengindikasikan bahwa anak merupakan aset keluarga yang harus didampingi dan dididik oleh ibu demi mempersiapkan individu yang bermanfaat bagi keluarga dan negara. Selanjutnya lebih dari 80 persen keluarga menyatakan bahwa keluarga harus memiliki tujuan yang ingin dicapai, bermusyawarah untuk mengambil suatu keputusan, saling mendukung untuk meningkatkan pendapatan keluarga, saling menghargai satu sama lain, dan keluarga sering berkomunikasi setiap hari. Hampir seluruhnya keluarga contoh memiliki ketahanan sosial yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Sunarti (2001) bahwa ketahanan sosial merupakan kekuatan keluarga dalam penerapan nilai agama, pemeliharaan ikatan dan komitmen, komunikasi efektif, pembagian peran dan penerimaan peran, penetapan tujuan, serta dorongan untuk maju yang akan menjadi kekuatan dalam menghadapi masalah keluarga (termasuk masalah perkawinan) dan memiliki hubungan sosial yang sehat. Di sisi lain, masih ada item ketahanan sosial yang memiliki persentase yang kecil, yakni 30 persen lebih keluarga masih belum melakukan pembagian tugas dalam keluarga serta tidak aktif dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar. Hampir separuh keluarga masih belum memiliki waktu khusus untuk berkumpul bersama keluarga. Hal ini karena mereka telah disibukkan dengan kegiatan masing-masing di luar rumah. Selanjutnya, lebih dari 80 persen keluarga yang memilih untuk tidak menceritakan masalah perkawinan kepada tetangga, sehingga tetangga tidak dapat meringankan masalah dan memberikan nasehat mengenai masalah perkawinan keluarga contoh. Hal ini karena menurut contoh masalah perkawinan merupakan masalah pribadi yang tidak baik untuk diceritakan ke orang lain.

Tabel 12 Sebaran pencapaian (%) menurut indikator ketahanan sosial keluarga

No Pernyataan Ketahanan Sosial Keluarga Total (%)

1 Keluarga memiliki cita-cita dan tujuan yang ingin dicapai 95.24

2 Keluarga bermusyawarah untuk mengambil suatu keputusan 93.65

3 Terdapat pembagian tugas dalam keluarga 63.20

4 Anggota keluarga menerima dengan senang hati setiap tugas

yang diterimanya

87.30

5 Keluarga saling mendukung untuk meningkatkan pendapatan

keluarga

95.65

6 Setiap anggota keluarga memiliki sikap saling menghargai satu

sama lain

96.83

7 Setiap anggota keluarga saling menerima kekurangan dan

kelebihan masing-masing anggota keluarga

97.62

8 Keluarga sering berkomunikasi setiap hari 92.07

9 Keluarga sering berkomunikasi saat mau tidur 77.78

10 Keluarga sering berkomunikasi waktu nonton televisi 84.13

11 Keluarga memiliki waktu khusus untuk berkumpul bersama

setiap hari

56.35

12 Keluarga dapat melihat sisi baik dari setiap kejadian yang

terjadi

(29)

No Pernyataan Ketahanan Sosial Keluarga Total (%)

13 Keluarga bekerja sama dalam menyelesaikan masalah 95.24

14 Ibu yakin bahwa keutuhan keluarga merupakan hal yang sangat

penting

99.21

15 Ibu yakin bahwa mengurus anak merupakan hal yang sangat

penting

100.00

16 Ibu yakin bahwa pekerjaan suami itu sangat penting 99.21

17 Ibu taat menjalani ibadah 87.31

18 Ibu berinisiatif meminta nasehat kepada orang lain yang

dipercaya jika ada masalah

73.02

19 Keluarga besar memberi nasehat mengenai masalah perkawinan 75.39

20 Tetangga memberi nasehat atau bantuan dalam mengatasi

masalah perkawinan

17.46

21 Keluarga aktif dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar 65.88

22 Ibu senang membantu tetangga atau orang lain 92.86

Total rata-rata capaian ketahanan sosial keluarga 83.77

Hubungan Antar Variabel

Hubungan antara Dukungan sosial dengan Modal sosial

Data pada Tabel 14 menunjukkan hubungan positif signifikan antara kepercayaan (r=0.304, p<0.005) dan solidaritas (r=0.215, p<0.005) dengan dukungan sosial tetangga. Hal ini berarti, semakin tinggi kepercayaan dan solidaritas masyarakat, maka akan semakin tinggi pula dukungan sosial tetangga Terdapat pula hubungan yang positif signifikan antara kepercayaan (r=0.207, p<0.005) dan semangat kerja masyarakat (r=0.192, p<0.005) dengan dukungan sosial pemerintah. Semakin tinggi kepercayaan masyarakat dan semangat kerja masyarakat, maka makin tinggi pula dukungan sosial pemerintah/lembaga masyarakat.

Tabel 14 Koefisien korelasi antara dukungan sosial dengan modal sosial

Variabel Dukungan

(30)

Hubungan Karakteristik Keluarga, Dukungan Sosial dan Modal Sosial, dengan Ketahanan Sosial Keluarga

Data pada Tabel 13 menunjukkan hubungan yang positif signifikan antara ketahanan sosial keluarga dengan lama pendidikan suami (r=-0.178, p<0.005) dan lama pendidikan istri (r=0.286, p<0.005). Hal ini berarti, semakin tinggi lama pendidikan suami dan istri, maka semakin tinggi pula ketahanan sosial keluarga, sebab mereka memiliki tujuan keluarga yang ingin dicapai dan makin luas jangkauan sosialisasi keluarga dengan lingkungan sekitarnya. Terdapat pula hubungan yang positif signifikan antara ketahanan sosial keluarga dengan solidaritas (r=0.215, p<0.005). Hal ini berarti, semakin tinggi solidaritas masyarakat maka semakin tinggi pula ketahanan sosial keluarga, sebab pada solidaritas yang tinggi terdapat frekuensi interaksi antara satu individu dengan individu lainnya merujuk pada seberapa jauh individu melakukan kontak langsung antara satu dengan lainnya atau pun memperluas hubungan sosial (Suandi 2007). Selanjutnya, terdapat hubungan yang positif signifikan antara ketahanan sosial keluarga dengan dukungan sosial keluarga luas (r=0.335, p<0.005), dukungan sosial tetangga (r=0.277, p<0.005), dan dukungan sosial pemerintah (r=0.216, p<0.005). Artinya, semakin tinggi dukungan sosial keluarga luas, dukungan sosial tetangga, dan dukungan sosial pemerintah, maka semakin tinggi pula ketahanan sosial keluarga.

Tabel 13 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, modal sosial, dan dukungan sosial dengan ketahanan sosial

Variabel Ketahanan Sosial Keluarga

Umur suami (tahun) -0.113

Umur istri (tahun) -0.130

Lama pendidikan suami (tahun) 0.178*

Lama pendidikan istri (tahun) 0.286**

Pendapatan perkapita (rupiah) 0.135

Besar keluarga (orang) -0.098

Lama menetap di daerah tempat tinggal (tahun) -0.078

Jumlah asosiasi lokal yang diikuti 0.138

Partisipasi anggota dalam asosiasi -0.030

Partisipasi anggota dalam pertemuan 0.107

Manfaat asosiasi 0.039

Kepercayaan 0.121

Solidaritas 0.215*

Semangat kerja 0.171

Dukungan keluarga 0.335**

Dukungan tetangga 0.277**

Dukungan pemerintah 0.216*

(31)

Pengaruh Karakteristik Keluarga, Modal Sosial, dan Dukungan Sosial terhadap Ketahanan Sosial Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat model regresi, komponen dukungan sosial secara konsisten berpengaruh terhadap ketahanan sosial keluarga di semua model. Selanjutnya, untuk modal sosial, hanya total modal sosial yang konsisten berpengaruh terhadap ketahanan sosial keluarga pada dua model regresi, sedangkan untuk karakteristik keluarga hanya lama pendidikan istri yang konsisten berpengaruh terhadap ketahanan sosial keluarga pada dua model regresi.

Tabel 15 Koefisien regresi hasil ringkasan model pengaruh karakteristik keluarga, modal sosial, dan dukungan sosial yang signifikan terhadap ketahanan sosial keluarga (penjabaran tabel pada lampiran)

Variabel Beta Sig. F Adj. R2

Konstanta regresi 0.000 14.067 0.173

Modal sosial 0.190 0.022

Dukungan sosial 0.364 0.000

Konstanta regresi 0.000 4.213 0.188

Dukungan keluarga luas 0.329 0.000

Konstanta regresi 0.000 4.721 0.211

Lama pendidikan istri 0.217 0.028

Modal sosial 0.200 0.016

Dukungan sosial 0.310 0.000

Konstanta regresi 0.000 3.591 0.237

Umur istri -0.318 0.034

Lama pendidikan istri 0.227 0.023

Dukungan keluarga luas 0.281 0.002

Dukungan pemerintah 0.187 0.044

Berdasarkan hasil uji regresi modal sosial dan dukungan sosial terhadap ketahanan sosial keluarga, diperoleh nilai adjusted R-square sebesar 0.173, artinya model yang digunakan pada penelitian ini dapat menjelaskan sebesar 17.3 persen faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan sosial keluarga dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Modal sosial berpengaruh positif signifikan terhadap ketahanan sosial keluarga dengan nilai beta 0.190. Hal ini berarti setiap kenaikan 1 satuan modal sosial, maka akan meningkatkan ketahanan sosial keluarga sebesar 0.190 point. Selanjutnya dukungan sosial berpengaruh positif signifikan terhadap ketahanan sosial keluarga dengan nilai beta 0.364. Hal ini berarti setiap kenaikan 1 satuan dukungan sosial, maka akan meningkatkan ketahanan sosial keluarga sebesar 0.364 point.

(32)

kenaikan 1 satuan dukungan sosial keluarga luas, maka akan meningkatkan ketahanan sosial keluarga sebesar 0.329 point.

Untuk hasil uji regresi modal sosial, dukungan sosial, dan karakteristik keluarga terhadap ketahanan sosial keluarga, diperoleh nilai adjusted R-square sebesar 0.211, artinya model yang digunakan pada penelitian ini dapat menjelaskan sebesar 21.1 persen faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan sosial keluarga dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Lama pendidikan istri berpengaruh positif signifikan terhadap ketahanan sosial keluarga dengan nilai beta 0.217. Hal ini berarti setiap kenaikan 1 satuan lama pendidikan istri, maka akan meningkatkan ketahanan sosial keluarga sebesar 0.217 point. Modal sosial berpengaruh positif signifikan terhadap ketahanan sosial keluarga dengan nilai beta 0.200. Hal ini berarti setiap kenaikan 1 satuan modal sosial, maka akan meningkatkan ketahanan sosial keluarga sebesar 0.200 point. Selanjutnya dukungan sosial berpengaruh positif signifikan terhadap ketahanan sosial keluarga dengan nilai beta 0.310. Hal ini berarti setiap kenaikan 1 satuan dukungan sosial, maka akan meningkatkan ketahanan sosial keluarga sebesar 0.310 point.

Sementara itu, berdasarkan hasil uji regresi karakteristik keluarga, komponen modal sosial, dan komponen dukungan sosial terhadap ketahanan sosial keluarga diperoleh nilai adjusted R-square sebesar 0.237, artinya model yang digunakan pada penelitian ini dapat menjelaskan sebesar 23.7 persen faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan sosial keluarga dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Umur istri berpengaruh negatif signifikan terhadap ketahanan sosial keluarga dengan nilai beta -0.318. Hal ini berarti setiap kenaikan 1 satuan umur istri, maka akan mengurangi ketahanan sosial keluarga sebesar 0.318 point. Lama pendidikan istri berpengaruh positif signifikan terhadap ketahanan sosial keluarga dengan nilai beta 0.227. Hal ini berarti setiap kenaikan 1 satuan lama pendidikan istri, maka akan meningkatkan ketahanan sosial keluarga sebesar 0.227 point. Dukungan sosial keluarga luas juga berpengaruh positif signifikan terhadap ketahanan sosial keluarga dengan nilai beta 0.281. Hal ini berarti setiap kenaikan 1 satuan dukungan sosial keluarga luas, maka akan meningkatkan ketahanan sosial keluarga sebesar 0.281 point. Selanjutnya, dukungan sosial pemerintah juga berpengaruh positif signifikan terhadap ketahanan sosial keluarga dengan nilai beta 0.187. Hal ini berarti setiap kenaikan 1 satuan dukungan sosial pemerintah, maka akan meningkatkan ketahanan sosial keluarga sebesar 0.187 point. Komponen modal sosial tidak menunjukkan pengaruh terhadap ketahanan sosial keluarga, hal ini diduga karena kuisioner modal sosial yang digunakan belum optimal sehingga perlu didukung atau dilengkapi dengan sumber kuisioner lain.

PEMBAHASAN

(33)

2007). Jumlah asosiasi lokal yang diikuti masyarkat berkisar antara tidak satu pun sampai dengan lima asosiasi lokal. Asosiasi lokal yang diikuti keluarga antara lain Kelompok Simpan Pinjam, Kelompok Sistem Kerja Upahan, PKK, Kelompok arisan, Kelompok Keagamaan, Majelis Taklim, Organisasi Olahraga, Kelompok Budaya/Seni, dan Koperasi Unit Desa. Tingkat partisipasi anggota pada asosiasi lokal yang diikuti tergolong aktif, sedangkan untuk tingkat pengambilan keputusan anggota pada pertemuan asosiasi lokal tergolong kurang aktif. Hal ini sejalan dengan penelitian Suandi (2007), yang menyatakan bahwa tingkat pengambilan keputusan tergolong kurang aktif, sebab lebih banyak didominasi oleh pimpinan rapat/diskusi sehingga mereka hanya memiliki sedikit peluang dalam mengambil keputusan. Selanjutnya, asosiasi lokal yang diikuti keluarga bermanfaat membantu keluarga terutama ibu rumah tangga dalam menunjang ilmu agama, kekerabatan sosial, peningkatan ekonomi, serta pengetahuan tumbuh kembang anak.

Cerminan karakter masyarakat yang baik salah satunya dapat dilihat dari kehidupan sosial mereka sehari-hari yang dalam konteks ini terdiri dari: kepercayaan, solidaritas, dan semangat kerja. Kepercayaan masyarakat meliputi: komitmen, kejujuran, dan tanggung jawab (Suandi 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat relatif baik. Hal ini ditunjukkan dengan kepercayaan masyarakat yang tinggi kepada masyarakat yang lain untuk saling bantu-membantu ketika tertimpa sakit/cobaan, kepercayaan yang tinggi masyarakat terhadap norma/aturan yang berlaku di masyarakat, kepercayaan yang tinggi masyarakat terhadap masyarakat lain yang dapat bertanggung jawab apabila mengemban amanah (pimpinan), serta kepercayaan yang tinggi masyarakat terhadap sifat tolong-menolong yang ada di sekitar mereka. Kepercayaan ini muncul karena seringnya terjadi interaksi dan komunikasi antara masyarakat baik dalam hal keagamaan, ekonomi, maupun pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Putnam et al.dalam Luoma-aho (2009) yang menyatakan bahwa modal sosial adalah penampilan organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma-norma, dan jaringan (dari ikatan-ikatan masyarakat), yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi adanya koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. Di sisi lain, masih ada juga masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sikap masyarakat yang kurang mempercayai masyarakat lain terkait masalah uang dan masalah percakapan yang kadang kala tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini sejalan dengan penelitian Sunarti dan Fitriani (2010) bahwa keluarga tidak dapat sepenuhnya mempercayai masyarakat di sekitarnya, sebab mereka tidak dapat sepenuhnya mengikuti informasi atau kondisi, yang menurut mereka merugikan.

(34)

manfaat organisasi lokal yang ada di sekitar tempat tinggal, sehingga mereka tidak memiliki inisiatif ataupun kemauan untuk memberi sumbangan kepada organisasi tersebut. Selanjutnya adalah komponen semangat kerja masyarakat yang dapat dilihat dari semangat masyarakat dalam meningkatkan pendapatan dan semangat masyarakat dalam mengerjakan kewajiban/tanggung jawab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat semangat kerja masyarakat tergolong tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Suandi (2007) bahwa semangat kerja yang tinggi ditunjukkan dengan tingginya pemanfaatan waktu kerja dan tingginya kesungguhan untuk melakukan pekerjaan yang produktif.

Secara umum rata-rata capaian modal sosial masih 61.79 persen, hal ini disebabkan karena banyak anggota keluarga yang tidak mengikuti kegiatan asosiasi lokal atau pun tidak ikut dalam pengambilan keputusan pada pertemuan asosiasi. Sementara itu, hanya 60 persen lebih contoh yang menerima dukungan sosial dari tetangga maupun pemerintah, tetapi 81.45 persen contoh telah menerima dukungan dari keluarga luas. Selanjutnya, sebagian besar keluarga (83.77%) telah memiliki ketahanan sosial keluarga yang digunakan untuk mengelolah masalah, berbagi peran dan fungsi, serta digunakan untuk mencapai cita-cita keluarga.

Berdasarkan hasil uji korelasi, terdapat hubungan positif signifikan antara dukungan sosial (dukungan keluarga luas, tetangga, dan pemerintah) dengan modal sosial. Hal ini berarti semakin tinggi dukungan sosial keluarga, maka semakin tinggi pula modal sosial keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diperoleh keluarga mampu meningkatkan partisipasi keluarga dalam pengambilan keputusan pada pertemuan asosiasi, manfaat asosiasi yang dirasakan keluarga, kepercayaan kepada masyarakat, serta rasa solidaritas dan semangat kerja masyarakat. Hal ini sesuai dengan Almedom dalam Jackson (2010) yang mengatakan bahwa modal sosial adalah istilah umum yang merangkul kohesi sosial, dukungan sosial, integrasi sosial, dan beberapa faktor penentu sosial lainnya.

(35)

semakin tinggi lama pendidikan suami dan istri maka semakin tinggi pula ketahanan sosial keluarga (Sunarti dan Fitriani 2010).

Berdasarkan hasil uji regresi, umur istri berpengaruh negatif terhadap ketahanan sosial keluarga. Artinya, semakin bertambah umur istri, maka peluang untuk meningkatkan ketahanan sosial keluarga semakin rendah. Hal ini didukung dengan penelitian Budiantari dan Rustayuni (2013) bahwa usia produktif bisa bekerja lebih lama daripada dengan pekerja yang berusia nonproduktif, sehingga juga berpengaruh pada ketahanan sosial sebuah keluarga. Selanjutnya, lama pendidikan istri berpengaruh positif signifikan terhadap ketahanan sosial keluarga. Artinya, ibu yang memiliki lama pendidikan yang tinggi, maka akan berpeluang lebih tinggi untuk meningkatkan ketahanan sosial keluarga (Sunarti dan Fitriani 2010). Dukungan sosial keluarga luas dan dukungan sosial pemerintah juga berpengaruh terhadap ketahanan sosial keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Herawati et al. (2012) bahwa dukungan sosial yang diterima oleh keluarga akan membantu dalam mengatasi permasalahan keluarga, sehingga ketahanan keluarga yang menjadi output keluarga akan tercapai.

Sementara itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa modal sosial dan dukungan sosial berpengaruh terhadap ketahanan sosial keluarga. Hal ini menjawab pernyataan Sumini dalam Anggoro (2009) bahwa ketahanan sosial suatu komunitas erat kaitannya dengan ketersediaan modal sosial, karena modal sosial diprediksi mampu mempengaruhi ketahanan sosial masyarakat. Penelitian lain juga menyatakan bahwa anggota keluarga biasanya bergantung pada berbagai macam sumber bantuan yang mendukung mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari (Rodrigo et al. 2011). Masih banyak faktor-faktor lain yang tidak diteliti yang dapat meningkatkan ketahanan sosial keluarga. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan sosial keluarga menurut Herawati et al. (2012) adalah motivasi suami/istri, kesadaran dan kebutuhan dalam meningkatkan kemandirian nilai, kemandirian ekonomi, kemampuan dalam menghadapi masalah, dan peran sosial dalam masyarakat.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Gambar

gambar di bawah ini.
Tabel 1  Variabel, skala, dan sumber kuisioner
Tabel 2  Nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi                        karakteristik keluarga
Tabel 3  Sebaran contoh menurut jumlah asosiasi lokal yang diikuti
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan kriteria taraf keberhasilan tindakan, dapat diketahui rata-rata aktivitas siswa dalam pelaksanaan tindakan pada pertemuan 1 berada dalam

Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Laboratorium Kemetrologian dan diundangkan dalam

Interaksi enzim eksoxilanase IT-08 terhadap substrat pNP-X maupun xilooligosakarida masih belum ada yang melaporkan sampai saat ini, hal ini dikarenakan belum

Dengan demikian, dalam proses kegiatan belajar menjadi terhambat karena kondisi kelas yang kurang kondusif untuk pembelajaran Sosiologi karena para siswa cenderung

Tes hematokrit merupakan bagian dari pemeriksaan darah rutin yang perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar tinggi rendahnya Hematokrit pada Rusa Timor

Rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian ini adalah apakah pemberian dosis pupuk kandang kotoran ayam pada tanah gambut pedalaman berpengaruh

Berdasarkan Hasil korelasi Pearson dan regresi logistik faktor-faktor yang menunjukkan adanya hubungan positif terhadap akses pembiayaan dari lembaga keuangan dan

(9) Izin usaha yang telah dicabut oleh Kepala Daerah atau Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata karena pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota