UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STRATA 1 MEDAN
ANALISIS ANOMALI PASAR HARI PERDAGANGAN PADA
RETURN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA
DRAFT SKRIPSI
OLEH
OCTAVIANUS PANDIANGAN 050502175
MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
ABSTRAK
Octavianus Pandiangan (2009). Analisis Anomali Pasar Hari Perdagangan pada Return Saham di Bursa Efek Indonesia. Dibimbing oleh Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, Ketua Departemen Manajemen; Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. Dosen Penguji I; Drs. Syahyunan, M.Si. Dosen Penguji II; Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji dan menganalisis terjadinya hari perdagangan (the day of week effect), minggu keempat(week four effect), rogalsky effect,bulan Januari (January Effect) pada return saham di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan terbuka yang ada di Bursa Efek Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-peusahaan yang terdaftar sebagai saham LQ-45 selama tahun 2008. Jenis data yang dipakai merupakan data sekunder yang berupa data laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel selama tahun 2008 dalam bentuk data harian.
Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif untuk menggambarkan rata-rata return saham harian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan ANOVA, One sample ttest, dan Independent sample
ttest.
Hasil uji hipotesis 1 dengan menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa tidak terjadi efek hari perdagangan return saham tahun 2008. Hasil uji hipotesis 2 dengan menggunakan One sample ttest menunjukkan tidak terjadi efek minggu keempat return saham tahun 2008. Hasil uji hipotesis 3 dengan menggunakan Independent sample ttest menunjukkan tidak terjadi Rogalsky Effect return saham tahun 2008. Hasil uji hipotesis 4 dengan menggunakan ANOVA menunjukkan tidak terjadi efek bulan Januari return saham tahun 2008
Kata Kunci : Return Saham, Efek Hari Perdagangan (The Day of Week
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah
yang Maha Kuasa atas kasih dan anugerahNya yang diberikan bagi penulis
sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis
Anomali Pasar Hari Perdagangan pada Return Saham di Bursa Efek Indonesia”
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penulisan skripsi
ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu
Penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun
untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak.
Pada penulisan Skripsi ini hingga sampai selesai, penulis telah mendapat
banyak bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen
Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku Dosen Pembimbing yang telah
5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si dan Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung
M.Si selaku Dosen Penguji yang memberikan dukungan dan saran dalam
memperbaiki Skripsi.
6. Seluruh Dosen dan Staff Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara untuk segala bantuan juga jasa-jasanya selama masa perkulihaan.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
7. Orangtua penulis, H. Pandiangan dan R. br Manullang dan adik-adik
tersayang (Beny, Tabita, Afriani, Horas).
8. UKM KMK USU F. EKONOMI.
9. Teman-teman mahasiswa manajemen stambuk 2005.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Juli 2009 Penulis
DAFTAR ISI
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
1. Tujuan Penelitian ... 8
2. Manfaat Penelitian ... 8
F. Metodologi Penelitian ... 9
1. Batasan Operasional ... 9
2. Definisi Operasional ... 10
3. Populasi dan Sampel ... 14
4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
5. Jenis Data ... 16
6. Teknik Pegumpulan Data ... 16
7. Metode Analisis Data ... 16
BAB II URAIAN TEORITIS ... 20
A. Penelitian Terdahulu... 20
B. Saham ... 20
1. Pengertian Saham. ... 20
2. Return Saham. ... 21
3. Manfaat Kepemilikan Saham. ... 22
4. Risiko Kepemilikan Saham. ... 24
5. Harga Saham. ... 26
C. Hari Perdagangan (The Day of Week Effect) ... 27
D. Minggu Keempat (Week Four Effect) ... 28
E. Rogalsky Effect ... 28
F. Bulan Januari (January Effect) ... 29
G. Indeks LQ45... 30
H. Indeks Harga Saham. ... 31
BAB III GAMBARAN UMUM ... 32
B. Perkembangan Bursa Efek Indonesia ... 35
C. Profil Perusahaan ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 39
A. Analisis Deskriptif ... 39
B. Pengujian Hipotesis ... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52
A. Kesimpulan ... 52
C. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Proses Pemilihan Sampel ... 14
Tabel 1.2 Nama- Nama Sampel Perusahaan ... 15
Tabel 3.1 Profil Perusahaan... 37
Tabel 4.1 Analisis Deskriptif ... 39
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Return Bulanan. ... 41
Tabel 4.3 Hasil Uji ANOVA ... 43
Tabel 4.4 Hasil Uji One-Sampel Test ... 45
Tabel 4.5 Perbedaan Rata-rata Return April dan Non-April ... 46
Tabel 4.6 Hasil Uji Independent Sampel Test ... 47
Tabel 4.7 Hasil Uji ANOVA ... 49
DAFTAR GAMBAR
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Dalam
menginvestasikan dana tersebut investor yang realistis akan membandingkan
keuntungan yang dihasilkan dengan risiko yang akan ditanggung oleh investasi
tersebut di masa yang akan datang investor harus terlebih dahulu membuat
bebagai analisa dan evaluasi atas saham-saham yang ditawarkan di bursa efek.
Pergerakan pasar saham internasional misalnya mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) nasional
dari hari ke hari. Oleh karena itu para investor dalam melakukan investasi perlu
berpikir lebih jauh ke depan serta memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
pengaruh internasional ini.
Pemain saham atau investor perlu memiliki sejumlah informasi yang
berkaitan dengan dinamika harga saham agar bisa mengambil keputusan tentang
saham per-usahaan yang layak untuk dipilih. Sebenarnya hampir semua investasi
mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Pemodal tidak tahu dengan pasti
hasil yang akan diperoleh dari investasi yang dilakukannya. Dalam keadaan
semacam ini dikatakan bahwa pemodal tersebut meng-hadapi risiko dalam
investasi yang dilaku-kannya. Penilaian saham secara akurat bisa meminimalkan
risiko sekaligus membantu investor mendapatkan keuntungan yang wajar,
mengingat investasi saham di pasar modal merupakan jenis investasi yang cukup
yang sering dijumpai adalah bahwa semakin besar return yang diharapkan
(expected), semakin besar pula peluang risiko yang terjadi.
Semakin kompleks tingkat persaingan, baik dalam hal menarik dana
investasi maupun dalam pemasaran produk merupakan peringatan dini untuk
mengelola setiap sumber dana dan sumber daya secara serius dan ini berarti
penyelengggaraan dengan tingkat efisiensi dan efektifitas seoptimal mungkin.
Apalagi saat ini dunia sedang dilanda krisis global yang menghambat laju
pertumbuhan ekonomi semua negara. Pasar modal merupakan salah satu alternatif
yang dapat dipilih oleh investor dalam melakukan investasi. Di pasar modal
terdapat berbagi macam perusahaan dengan kinerjanya masing-masing yang dapat
dipilih investor untuk melakukan investasi dalam berbagai macam surat berharga.
Perusahaan yang menawarkan surat berharga kepada masyarakat adalah
perusahaan-perusahaan yang telah memenuhi persyaratan yang diminta oleh
Badan Pengawas Modal (Bapepam) perusahaan yang telah memenuhi syarat dan
telah terdaftar di Bursa Efek untuk menjual saham kepada masyarakat disebut
perusahaan go public.
Timbulnya risiko dapat dipicu oleh berbagai informasi yang masuk ke
pasar seperti situasi politik yang tidak menentu adanya kebijakan pemerintah ,
ketidakpastian dalam dunia usaha dan khususnya dalam krisis global yang
melanda semua negara di dunia saat ini termasuk Indonesia.
Menurut kantor berita ekonomi syariah, tahun 2008 merupakan tahun yang
penuh tantangan bagi komunitas keuangan dunia termasuk Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan para pelaku Pasar Modal Indonesia. Krisis keuangan global yang
sektor keuangan dunia termasuk Indonesia. Hal tersebut berdampak pada kinerja
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI yang mengalami penurunan
signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Puncaknya terjadi pada Rabu 8 Oktober
2008, IHSG terkoreksi sebesar 10,38% hingga menyentuh level 1.451,669. Hal
tersebut mendorong BEI mensuspen perdagangan efek bersifat ekuitas dan
derivatif di seluruh pasar hingga dibuka kembali pada tanggal 13 Oktober 2008.
Akibat terimbas krisis finansial global seperti disebutkan dalam siaran pers, IHSG
terus mengalami penurunan pada 3 (tiga) bulan terakhir di tahun 2008 yang diikuti
dengan penurunan nilai kapitalisasi pasar di BEI. Hal tersebut menyebabkan pada
akhir tahun 2008, IHSG ditutup pada level 1.340,892 atau turun sebesar 51,17 %
dari level penutupan di tahun 2007 sebesar 2.745,826.
Nilai kapitalisasi pasar untuk saham di akhir tahun 2008 turun 46,42% dari
tahun sebelumnya senilai Rp1.988,3 triliun menjadi Rp1.065,36 triliun. Namun
demikian, rata-rata nilai transaksi harian meningkat sebesar 4,17% dari Rp 4,27
triliun di tahun 2007 menjadi Rp4,45 triliun pada tahun 2008, demikian pula
dengan rata-rata frekuensi transaksi harian yang mengalami peningkatan sebesar
16,19% dari 48.216 kali ditahun 2007 menjadi 56.022 kali di tahun 2008.
Sedangkan volume transaksi harian menurun sebesar 22,34% dari 4,23 miliar
lembar di tahun 2007 menjadi 3,28 miliar lembar di tahun 2008. Sementara itu,
sepanjang tahun 2008, aktifitas pasar Surat Utang Korporasi mencapai
Rp52.980,43 miliar atau turun sebesar 23% dibanding dengan tahun 2007 yaitu
Rp68.715,55 miliar. Frekuensi transaksi di tahun 2008 mencapai 12.170 kali atau
turun sebesar 21% dibandingkan tahun 2007 yang tercatat sebesar 15.478 kali.
menjadi Rp218 milliar per hari pada tahun 2008 atau turun 22 %. Untuk aktifitas
Surat Utang Negara (SUN) termasuk ORI disepanjang tahun 2008, mencapai
Rp949.465,73 miliar, atau mengalami penurunan sebesar 23% dari
Rp1.234.720,51 miliar pada tahun 2007. Frekuensi transaksi di tahun 2008
mencapai 49.500 kali atau turun sebesar 11% dibandingkan tahun 2007 yang
tercatat sebesar 55.453 kali. Rata-rata transaksi harian turun dari Rp 5.019 miliar
perhari pada tahun 2007 menjadi Rp3.907 miliar per hari pada tahun 2008 atau
turun 22%. (www.pkesinteraktif.com)
Adanya penelitian-penelitian mengenai pola perubahan return saham di
pasar modal memberikan kesimpulan yang beragam. Berbagai penelitian dalam
bidang pasar modal dan mengenai perilaku keuangan (behavioral finance)
menyatakan bahwa terdapat beberapa penyimpangan yang terjadi yang dapat
mempengaruhi harga saham. Penyimpangan tersebut diantaranya adalah
fenomena-fenomena The Day of Week Effect, Week Four Effect, Rogalsky Effect,
dan January Effect.
Penelitian day of the week effect di Bursa Efek Jakarta menunjukkan hasil
yang bervariasi. Hasil penelitian Primawurti (2003) dan Suwarni (2002)
menunjukkan pada return pasar IHSG tidak ditemukan adanya day of the week
effect tetapi pada return saham secara individual ditemukan adanya fenomena
tersebut. Algifari (1998) dan Listyaningsih (2004) menemukan adanya day of the
week effect.
Sun dan Tong (2002) dalam membuktikan lebih lanjut penelitian Wang, Li
dan Erickson menemukan bahwa return Senin yang negatif terkonsentrasi pada
tuntutan likuiditas investor individu. Mereka menyebut fenomena ini sebagai
week-four effect. Juga ditemukan bahwa negatif return yang terkonsentrasi antara
tanggal 18-26 setiap bulannya dapat dijelaskan secara statistik oleh negatif return
yang terjadi pada Jumat sebelumnya.
Rogalski (1984) dalam mengemukakan adanya hubungan yang menarik
antara day of the week effect dengan January effect. Rata-rata return Senin dalam
bulan Januari adalah positif, sementara return Senin di bulan lainnya adalah
negatif. Ini menunjukkan fenomena Monday effect menghilang pada bulan
Januari. Fenomena ini kemudian disebut Rogalski effect.
Rozeff dan Kinney (1976) adalah peneliti pertama yang mengemukakan
bahwa tingkat rata-rata return saham pada bulan Januari lebih tinggi bila
dibandingkan dengan tingkat rata-rata return saham pada bulan-bulan lain selama
periode waktu 1904 sampai 1974.
Keragaman argumentasi mengenai pola dan fenomena return saham
setiap hari perdagangan yang dhasilkan penelitian-penelitian yang terdahulu, baik
penelitian yang dilakukan di pasar modal luar negeri maupun penelitian di Bursa
Efek Indonesia menjadikan fenomena yang menarik untuk di teliti. Hal ini
mendorong penulis untuk melakuan penelitian tentang “Analisis Anomali Pasar
Hari Perdagangan pada Return Saham di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah konteks dari penelitian, mengapa penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya maka
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Diduga terjadi efek hari perdagangan (the day of the week effect) return
saham di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008.
2. Diduga terjadi efek minggu keempat (week four effect) return saham di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008.
3. Diduga terjadi rogalsky effect return saham di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2008.
4. Diduga terjadi efek bulan Januari (January Effect) retrun saham di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2008.
C. Kerangka Konseptual
Return saham adalah merupakan pendapatan perlembar saham yang
dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukan. Banyak faktor yang
dapat mempengaruhi besarnya return saham yang berkembang di pasar modal.
Dalam pasar modal yang efisien, investor tidak dapat menggunakan
analisis-analisis teknikal untuk mendapat keuntungan. Seorang investor akan menghadapi
kesulitan untuk menghasilkan suatu model ramalan berdasarkan hubungan waktu
yang dulu dan waktu yang akan datang untuk tujuan memperoleh keuntungan
yang lebih baik daripada di pasaran. Namun demikian muncul berbagai perilaku
ketidak teraturan akan penyimpangan-penyimpangan yang bisa dikenali di dalam
pasar modal. Ketidakteraturan ini secara terus menerus hadir dan telah
memberikan dampak yang cukup besar yang disebut sebagai market anomalies
berlawanan dengan hasil yang diharapkan pada posisi pasar modal yang efisien.
Selain itu, perdebatan tentang pasar yang efisien masih terjadi sampai saat ini, di
satu sisi banyak penelitian yang mengemukakan bukti empiris yang mendukung
konsep pasar yang efisien, tapi di sisi lain muncul sejumlah penelitian yang
mengemukakan adanya anomali pasar yang merupakan penyimpangan terhadap
hipotesis pasar yang efisien. Salah satu bentuk anomali pasar tersebut antara lain
adalah pengaruh hari perdagangan, pengaruh minggu keempaat, pengaruh
rogalsky dan pengaruh bulan januari.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya pada waktu
tertentu anomali-anomali pasar tersebut ada yang terbukti berpengaruh terhadap
return saham dan ada yang tidak berpengaruh terhadap return saham. Dengan
demikian kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan pada
gambar 1.1 berikut ini :
Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual
Sumber : Rr. Iramani, Ansyori Mahdi (2006), diolah
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena,
atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesis merupakan
jawaban sementarayang disusun yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui
Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan
adalah sebagai berikut:
1. Terjadi efek hari perdagangan (the day of week effect) return saham di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008.
2. Terjadi efek minggu keempat (week four effect) return saham di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2008.
3. Terjadi rogalsky effect return saham di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2008.
4. Terjadi pengaruh bulan Januari (January effect) return saham di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2008.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Menguji dan menganalisis terjadinya hari perdagangan , minggu keempat,
rogalsky effect,bulan Januari pada return saham di Bursa Efek Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi Investor
Sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi dalam pengambilan
keputusan dalam melakukan perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta.
b. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dukungan empiris
c. Bagi Peneliti
Sebagai bahan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang
return saham dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional
Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
Return Saham, Efek Hari Perdagangan, Efek Minggu Keempat,
Rogalsky Effect dan Efek Bulan Januari.
b. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini adalah perusahaan yang
listing di BEI sebagai saham yang masuk kedalam LQ-45 selama
Januari-Desember tahun 2008.
c. Adapun data yang dikumpulkan berupa data IHSI penutupan harian dari
saham dari perusahaan sampel yang masuk dalam LQ-45 selama periode
Januari-Desember tahun 2008.
2. Defenisi Operasional Variabel.
Defenisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Return Saham
Return saham yang digunakan adalah return realisasi (actual return) yang
merupakan capital gain/capital loss yaitu selisih antara harga saham periode saat
matematis actual return dapat diformulasikan sebagai berikut (Jogiyanto, HM
IHSIt = harga saham individu penutupan harian pada hari ke-t
IHSIt-1= harga saham individu penutupan harian pada hari sebelumnya
b. Efek Hari Perdagangan (The Day of The Week Effect)
Hari perdagangan saham (The Day of The Week Effect) dilakukan mulai hari
Senin sampai dengan hari Jumat. Dalam hal ini terjadi perbedaan return antara
hari Senin dengan hari-hari lainnya dalam seminggu secara signifikan
(Damodaran 1996). Biasanya return yang signifikan negatif terjadi pada hari
Senin, sedangkan return positif terjadi pada hari-hari lainnya. Untuk mencari nilai
return saham hari perdagangan dilakukan dengan cara:
Langkah pertama: menghitung return saham harian dari 34 sampel perusahaan
Langkah kedua, return saham yang diperoleh kemudian dirata-ratakan sehingga
diperoleh nilai return saham harian selama satu tahun sebanyak
250 return saham.
Langkah ketiga, return saham harian yang diperoleh kemudian dikelompokkan
berdasarkan harinya untuk kemudian diuji dengan metode
analisis data pengujian hipotesis yang digunakan yaitu ANOVA.
c. Efek Minggu Keempat (Week Four Effect)
Pengaruh Minggu Keempat (Week-four Effect) merupakan suatu fenomena
yang mengungkapkan bahwa Monday Effect hanya terjadi pada minggu keempat
untuk setiap bulannya. Sedangkan return hari Senin pada minggu pertama sampai
minggu ketiga dianggap tidak signifikan negatif atau sama dengan nol. Untuk
melihat efek minggu keempat pada return saham dilakukan dengan cara:
Langkah pertama, menghitung return saham hari Senin setiap minggu selama
tahun 2008.
Langkah kedua, return saham hari Senin yang diperoleh kemudian
dikelompokkan menjadi dua kelompaok yaitu return saham
pada minggu pertama sampai minggu ketiga dengan return
Langkah ketiga, return saham yang telah dikelompokkan tersebut diuji
berdasarkan metode analisis data yang digunakan untuk
menguji hipotesisnya melaui one sample ttest.
c. Rogalsky Effect
Rogalski Effect bisa diartikan sebagai suatu fenomena dimana return negatif
yang biasa terjadi pada hari Senin (Monday Effect) menghilang pada bulan
tertentu yaitu bulan April. Untuk melihat return saham rogalsky effect dilakukan
dengan cara:
Langkah pertama, menghitung return saham setiap hari Senin selama tahun 2008.
(
)
Langkah kedua, return saham yang diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi
dua yaitu return saham hari Senin pada bulan April dan return
saham hari Senin selain bulan April.
Langkah ketiga, return saham yang telah dikelompokkan kemudian diuji dengan
menggunakan metode analisis data pengujuan hipotesis yang
dipakai yaitu independent sample ttest.
Fenomena efek bulan Januari ini merupakan sebuah anomali. Disebut
anomali karena return saham dari setiap bulan pada sepanjang tahun apabila
dirata-ratakan relatif akan sama sehingga ketika return di bulan Januari lebih
tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya, hal ini adalah anomali.
Fenomena ini di pasar modal global dikenal dengan sebutan “January Effect”.
Untuk dapat melihat efek bulan Januari return saham pada tahun 2008 di BEI
maka dilakukan dengan cara:
Langkah pertama, menghitung return saham setiap bulannya yang diperoleh dari
return saham harian yang dirata-ratakan setiap bulannya.
) (
2008 Senin Jumat rata rata
Des
Jan
R
R
−=
− −Langkah kedua, return saham yang diperoleh kemudian dibagi berdasarkan bulan
masing-masing. Setelah itu kemudian dianalisis dengan
pengujian hipotesisnya yaitu ANOVA.
3. Populasi dan Sampel.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
yang listing atau yang terdaftar di BEI sebagai saham LQ 45 selama tahun 2008.
Hal ini dilakukan untuk menghindari saham tidur atau saham yang tidak
diperdagangkan pada waktu tertentu.
Tabel 1.1
Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Sampel
No. Karakteristik Sampel Jumlah
1. Perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45 selama tahun 2008 51 2. Perusahaan yang keluar dari saham LQ 45 selama tahun 2008 (17)
Sumber: data diolah peneliti (2008)
Berdasarkan karakteristik penarikan sampel, maka diperoleh sampel
penelitian sebanyak 34 perusahaan yang masuk dalam LQ 45 selama tahun 2008.
Adapun sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.2
Tabel 1.2
Nama–Nama Sampel yang Termasuk Dalam Saham LQ 45 Selama Tahun 2008
No Kode Efek Nama Emiten
1 AALI Astra Agro LestariTbk
2 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk
3 ASII Astra Internasional Tbk
4 BBCA Bank Central Asia Tbk
5 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk
6 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
7 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
8 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk
9 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk
10 BNBR Bakrie & Brothers Tbk
11 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk
12 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk
13 BTEL Bakrie Telecom Tbk
14 BUMI Bumi Resources Tbk
15 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 16 CPRO Central Proteinaprima Tbk
17 CTRA Ciputra Development Tbk
18 ELTY Bakrieland Development Tbk
19 ENRG Energi Mega Persada Tbk
20 INCO International Nickel Indonesia Tbk
21 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
22 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
23 ISAT Indosat Tbk
24 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 25 MEDC Medco Energi International Tbk 26 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
27 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
28 SMCB Holcim Indonesia Tbk
29 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk
31 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk
32 TRUB Truba Alam Manunggal Eingeneering Tbk 33 UNSP Bakrie Sumatra Plantations Tbk
34 UNTR United Tractors Tbk
Sumber:
4. Tempat dan Waktu Penelitian.
Tempat penelitian dilakukan di BEI melalui situs
Februari 2009 sampai bulan Mei 2009.
5. Jenis Data.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitaf yang
bersumber dari data sekunder
6. Metode Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi
pustaka berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, dan laporan-laporan
yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran masalah yang akan diteliti
serta melalui data sekunder berupa laporan-laporan yang dipublikasikan
oleh Bursa Efek Indonesia.
7. Metode Analisis Data.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu metode dimana data-data yang
secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik
yang dibahas.
b. Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis 1
Untuk menguji hipotesis pertama yaitu bahwa terjadi pengaruh the day of
week effect terhadap return saham, digunakan uji Analysis of Variance.
Analysis of Variance digunakan untuk mengetahui hubungan antara satu
variabel independent dan satu variabel dependent (Situmorang, 2008).
Hipotesis statistik pengujiannya adalah sebagai berikut:
H0 : Sn = Sl = Rb = Km = Jm
H1 : Sn≠ Sl≠ Rb≠ Km≠ Jm
Keterangan :
Jika Fratio ≤ F0.05,df1,df2 atau Sign
> 0.05,
maka H0 tidak dapat ditolak.Jika Fratio > F0.05,df1,df2 atau Sign < 0.05, maka H0 ditolak.
2. Pengujian Hipotesis 2.
Untuk menguji hipotesis yang kedua, yakni bahwa terjadi week-four effect
pada Bursa Efek Indonesia, maka digunakan one sample ttest dengan satu sisi
kiri. One sample ttest adalah pengujian yang pada prinsipnya ingin menguji
apakah suatu nilai tertentu (yang diberikan sebagai nilai pembanding)
berbeda secara nyata ataukah tidak dengan rata-rata sebuah sampel. Nilai
tertentu disini pada umumnya adalah nilai sebuah parameter untuk
mengukur suatu populasi(Santoso, 2008). Perumusan hipotesis statistiknya
H0 : Senin-akhir≥ 0
H1: Senin-akhir < 0
Keterangan :
Jika thitung≥ -t0.05;df, maka H0 tidak dapat ditolak.
Jika thitung < -t0.05;df , maka H0 ditolak
3. Pengujian Hipotesis 3.
Untuk menguji hipotesis yang ketiga, yakni bahwa terjadi Rogalski effect
pada Bursa Efek Indonesia, maka dilakukan pengujian independent sample
ttest satu sisi kanan. Pengujian independent sample ttest tujuannya adalah
untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata antara dua populasi,
dengan melihat rata-rata dua sampelnya (Santoso, 2008). Adapun
perumusan hipotesis statistiknya sebagai berikut:
H0 : 1≤ 2
H1: 1> 2
Keterangan :
1 = Rata-rata return Senin pada bulan April
2 = Rata-rata return Senin pada bulan selain April
Jika thitung≤ -t0.05;df, maka H0 tidak dapat ditolak.
Jika thitung > -t0.05;df, maka H0 ditolak.
4. Pengujian Hipotesis 4
Untuk menguji hipotesis yang keempat yaitu January effect dilakukan
dengan pengujian One Way ANOVA. Hipotesis statistinya adalah sebagai
berikut:
H1: 1 > 2
Keterangan:
1 = Rata-rata return pada bulan Januari
2 = Rata-rata return selain bulan Januari
Jika Fratio ≤ F0.05,df1,df2 pada
=
5%, maka H0 tidak dapat ditolak.Jika Fratio > F0.05,df1,df2 pada
=
5%, maka H0 ditolak.BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rr. Iramani, Ansyori Mahdi
(2006) dengan judul “Studi Tentang Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return
Saham pada BEJ” dimana hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukka n
bahwa hari perdagangan berpengaruh signifikan terhadap return saham harian
pada Bursa Efek Jakarta tahun 2005. Hal ini membuktikan bahwa terjadi
fenomena day of week effect di Bursa Efek Jakarta, dimana return terrendah
terjadi pada hari Senin dan return tertinggi terjadi pada hari Selasa. Hasil empiris
pada tahun 2005. Fenomena week four effect juga berhasil ditemukan pada Bursa
Efek Jakarta pada tahun 2005, dimana return negatif signifikan terjadi pada hari
Senin minggu keempat dan kelima setiap akhir bulan. Namun penelitian ini tidak
berhasil menemukan bukti terjadinya adanya Rogalski Effect pada bulan April
diBursa Efek Jakarta pada tahun 2005.
B. Saham
1. Pengertian Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan
atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan (Anoraga,
2006:58). Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas adalah pemilik persusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan tersebut.
Saham yang diperdagangkan di bursa ada dua jenis yaitu saham biasa
(common stock) dan saham preferen (prefered stock) (Anoraga, 2006:54). Saham
biasa (common stock) adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi
yang paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan
perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Sedangkan, saham preferen
(prefered stock) adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan antara
obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan yang tetap, tetapi
juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor (Darmadji,
2006:7). Dari kedua jenis saham tersebut, saham biasa (common stock) yang
paling banyak diperdagangkan di pasar modal.
2. Return Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa
return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi
yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Jogiyanto, 2003:109). Return
realisasi (actual return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi
dihitung berdasarkan data histori. Return realisasi penting karena digunakan
sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini juga
berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di
masa mendatang.
Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang
sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Return yang
digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi (actual return) yang
merupakan capital gain/capital loss yaitu selisih antara harga saham individu
harian saat ini (IHSIt) dengan harga saham individu pada hari sebelumnya
(IHSIt-1). Secara matematis actual return dapat diformulasikan sebagai berikut
(Jogiyanto HM, 2000) :
IHSIt-1= harga saham harian pada hari ke t-1
Apabila harga saham sekarang (IHSIt) lebih tinggi dari harga saham periode
lalu (IHSIt-1) maka terjadi keuntungan modal (capital gain), dan sebaliknya
apabila harga saham sekarang (IHSIt) lebih rendah dari harga saham periode lalu
3. Manfaat Kepemilikan Saham
Apabila seorang investor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik
dan disebut sebagai pemegang saham perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut. Sedikit banyaknya jumlah saham yang dibeli akan menentukan
persentase kepemilikan dari investor tersebut Pembelian saham yang dilakukan
investor tentunya memberikan manfaat.
Secara umum terdapat dua faktor yang yang bisa diperoleh dari pembelian
saham, yaitu manfaat ekonomis dan manfaat non ekonomis (Anoraga, 2006:60).
a. Manfaat ekonomis meliputi :
1. Dividen
Dividen (dividen) merupakan sebagian keuntungan perusahaan yang
dibagikan kepada pemegang saham. Dividen yang dibagikan perusahaan
dapat berupa dividen tunai (cash dividend), yaitu kepada setiap pemegang
saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu
untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham (stock
dividend), yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen dalam
bentuk saham sehingga jumlah saham yang dimiliki investor akan
bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut (Darmadji,
2006:12).
2. Capital Gain
Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh investor dari hasil jual beli
saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan nilai
beli yang lebih rendah (Anoraga, 2006:60).
Manfaat non ekonomis yang bisa diperoleh pemegang saham adalah
kepemilikan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk
menentukan jalannya perusahaan. Jumlah saham yang dimiliki investor akan
mementukan seberapa besar suaranya dalam RUPS.
4. Risiko Kepemilikan Saham
Saham dikenal dengan karakteristik “imbal hasil tinggi, risiko tinggi”
(high risk, high return). Artinya, saham merupakan surat berharga yang
memberikan peluang keuntungan dan potensi risiko yang tinggi. Saham
memungkinkan investor untuk mendapatkan imbal hasil atau capital gain yang
besar dalam waktu singkat. Namun, seiring berfluktuasinya harga saham, maka
saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian besar dalam waktu
singkat.
Adapun risiko yang dihadapi oleh investor atas kepemilikan sahamnya, antara lain
(Darmadji, 2006:13-15) :
a. Tidak Mendapat Dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan
keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika
mengalami kerugian.
b. Capital Loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan
capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Investor juga
dihadapkan pada risiko capital loss apabila ia menjual sahamnya dengan harga
c. Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi
Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan
menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi. Ini
berarti setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, hasil penjualan terlebih
dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih
terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.
d. Saham Dikeluarkan dari Bursa (Delisting)
Saham perusahaan di-delist dari bursa karena kinerja yang buruk, misalnya
dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami
kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden secara berturut-turut
selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai Peraturan
Pencatatan Efek di Bursa.
Saham yang telah di-delist tentu saja tidak dapat lagi diperdagangkan di bursa,
namun tetap dapat diperdagangkan di luar bursa dengan konsekuensi tidak
terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang
jauh lebih rendah dari harga sebelumnya.
e. Saham Dihentikan Sementara (Suspensi)
Saham yang di-suspend atau dihentikan sementara perdagangannya oleh
otoritas Bursa Efek, menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya
hingga suspensi tersebut dicabut. Suspensi dilakukan oleh otoritas Bursa jika
suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan
dipailitkan oleh kreditornya, dan berbagai kondisi lain yang mengharuskan
Otoritas Bursa men-suspend perdagangan saham tersebut sampai perusahaan
agar informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. Jika
telah didapatkan suatu informasi yang yang jelas, maka suspensi atas saham
tersebut dapat dicabut oleh Bursa dan saham dapat diperdagangkan kembali
seperti semula.
5. Harga Saham
Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut
akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat banyak orang menjual saham,
maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan.
Market Price merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang
paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar
yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah
harga penutupannya (closing price) (Anoraga, 2006:59).
Harga sebuah saham dapat berubah naik atau turun dalam hitungan yang
begitu cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan dalam
hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena banyaknya pesanan yang
dimasukkan ke sistem JATS (Jakarta Automated Trading System). Pada lantai
perdagangan Bursa Efek Indonesia terdapat lebih 400 terminal komputer di mana
para floor trader dapat memasukkan pesanan yang diterimanya dari nasabah.
Pada monitor-monitor yang memantau perdagangan saham, tertera beberapa
istilah harga saham yaitu (Darmadji, 2006:131) :
a. Previous Price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya.
b. Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat
c. High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang
terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
d. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang
terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
e. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.
f. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga terakhir
yang terjadi.
g. Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham pada
saat akhir sesi II yaitu jam 16.00 sore.
C. Hari Perdagangan (The Day of Week Effect).
The day of the week effect merupakan perbedaan return antara hari Senin
dengan hari-hari lainnya dalam seminggu secara signifikan. Biasanya return yang
signifikan negatif terjadi pada hari Senin, sedangkan return positif terjadi pada
hari-hari lainnya. Fenomena ini merupakan bagian dari anomali teori pasar
efisien. Pada teori pasar efisien menyatakan bahwa return saham tidak berbeda
pada setiap hari perdagangan. Namun fenomena day of the week effect,
menyatakan bahwa terdapat perbedaan return untuk masingmasing hari
perdagangan dalam satu minggu. Dimana pada hari Senin cenderung
menghasilkan return yang negatif. Monday Effect adalah salah satu bagian dari
day of the week effect. Fenomena Monday Effect menyatakan bahwa return pada
hari Senin cenderung menghasilkan return yang negatif, sedangkan return positif
D. Minggu Keempat (Week Four Effect).
Week-four Effect merupakan suatu fenomena yang mengungkapkan bahwa
Monday Effect hanya terjadi pada minggu keempat untuk setiap bulannya.
Sedangkan return hari Senin pada minggu pertama sampai minggu ketiga
dianggap tidak signifikan negatif atau sama dengan nol.
E. Rogalsky Effect.
Rogalski Effect merupakan suatu fenomena yang ditemukan oleh seorang
peneliti bernama Rogalski pada tahun 1984. Dalam penelitiannya, Rogalski
(1984) dalam Cahyaningdyah (2005) menemukan adanya hubungan yang menarik
antara fenomena Day of the Week Effect dengan January Effect, dimana
ditemukan bahwa ratarata return negatif pada hari Senin, menghilang pada bulan
Januari. Hal ini disebabkan adanya January Effect, yaitu adanya kecenderungan
return yang lebih tinggi pada bulan Januari dibandingkan dengan bulan-bulan
yang lainnya. Rogalski Effect bisa diartikan sebagai suatu fenomena dimana return
negatif yang biasa terjadi pada hari Senin (Monday Effect) menghilang pada bulan
tertentu. Hal ini disebabkan adanya kecenderungan return yang lebih tinggi pada
bulan tersebut dibandingkan dengan bulan-bulan yang lainnya. Dipasar modal
Amerika dikatakan bahwa return pada bulan Januari lebih tinggi daripada return
pada bulan lainnya, sehingga fenomena tersebut dikatakan sebagai January Effect.
Banyak penelitian yang telah dilakukan di Indonesia untuk menyingkap fenomena
January Effect, akan tetapi para peneliti tidak menemukan adanya fenomena
January Effect pada Bursa Efek Jakarta. Beberapa penelitian yang dilakukan pada
Bursa Efek Jakarta menyimpulkan bahwa return pada bulan April lebih tinggi
Effect. Hal ini disebabkan oleh ketentuan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas
Pasar Modal No.80/PM/1996, yang menyatakan bahwa laporan tahunan harus
disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan
kepada Bapepam 120 hari setelah tanggal tahun tutup buku perusahaan. Hal ini
berarti bahwa laporan keuangan maksimum disampaikan pada bulan April (Hendi
dan Darmadji 2001). Oleh karena itu sebelum bulan April dan pada awal bulan
April banyak perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan tahunan (Usman
dan Riphat 1997). Dengan adanya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan terhadap laporan keuangannya, menyebabkan sentimen positif bagi
perusahaa
F. Bulan Januari (January Effect).
January Effect merupakan kecenderungan terjadinya kenaikan harga
saham pekan pertama bulan Januari. Adanya kenaikan harga ini didorong oleh
aktivitas investor untuk kembali menyusun portofolio-nya setelah mereka
"terbenam" selama liburan akhir tahun. Permintaan investor yang meningkat
terhadap instrumen keuangan inilah yang mnyebabkan harga mengalami
kenaikan. Kenaikan permintaan ini didorong oleh ekspektasi investor yang positif.
January Effect ini sering juga disebut dengan Year End Effect.
Secara historis, January Effect hanya akan berdampak pada saham-saham
yang memiliki kapitalisasi kecil (small caps) daripada saham dengan kapitalisasi
menengah (mid caps) dan besar (big caps). Hal ini secara teori dapat dijelaskan
bahwa saham dengan kapitalisasi rendah memiliki akselarasi yang lebih cepat
besar. Tetapi saham mid caps dan big caps membutuhkan volume dan nilai
transaksi yang relatif lebih besar untuk menggerakkan harga sahamnya.
G. Indeks LQ45
Indeks ini hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih setelah melalui
beberapa kriteria pemilihan sehingga akan terdiri darisaham-saham dengan
likuiditas (LiQuid) tinggi dan juga mempertimbangkan Kapitalisasi Pasar saham
tersebut.
Kriteria Pemilihan Saham untuk Indeks LQ45
Untuk dapat masuk dalam pemilihan, suatu saham harus memenuhikriteria
tertentu dan melewati seleksi utama, sebagai berikut:
1. Masuk dalam rangking 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar reguler
(rata-rata transaksi selama 12 bulan terakhir)
2. Rangking berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama
12 bulan terakhir)
3. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan.
4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan
jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
Review Indeks dan Penggantian Saham
Bursa Efek Indonesia terus memantau perkembangan komponen saham
yang masuk kedalam perhitungan Indeks LQ45. Setiap tiga bulan sekali akan
dilakukan review pergerakan rangking saham-saham yang akan digunakan dalam
perhitungan Indeks LQ45. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan
tidak memenuhi kriteria lagi, maka saham tersebut harus dikeluarkan dari
perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria
(Fakhruddin, 2001:204).
H. Indeks Harga Saham
Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan
pergerakan harga saham. Indeks harga saham merupakan salah satu leading
indikator bagi perkonomian. Dipasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki
lima fungsi: (1) sebagai indikator trend pasar, (2) sebagai indikator tingkat
keuntungan, (3) sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu potofolio, (4)
memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif, (5) memfasilitasi
berkembangnya produk derivatif (Fakhruddin, 2001: 201)
Penentuan indeks harga saham, bisa dibedakan menjadi dua, yaitu yang
disebut dengan Indeks Harga Sahan Individu (IHSI) dan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). IHSI hanya menunjukkan perubahan dari suatu harga saham
perusahaan. Indeks ini tidak bisa untuk mengukur harga dari suatu saham tertentu
apakah mengalami perubahan, kenaikan, atau penurunan. Sedangkan untuk IHSG
akan menunjukkan pergerakan saham secara umumyang tercatat di bursa efek.
Indeks inilah yang paling banyak digunakan dan dipakai sebagai acuan tentang
perkembangan kegiatan di pasar modal (Panji, 2006: 101).
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bursa Efek Indonesia adalah salah satu bursa saham yang dapat
memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung
pembangunan Ekonomi Nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam
upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan
Pasar Modal Indonesia yang stabil.
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan
tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh
pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan
berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada
tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan
seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat
dilihat sebagai berikut:
14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh
Pemerintah Hindia Belanda.
1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek
di Semarang dan Surabaya.
Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang
dan Surabaya ditutup.
1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal
1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan
Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang
diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ
dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10
Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal
ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga
1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan
dibandingkan instrumen Pasar Modal.
1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum
dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri
dari broker dan dealer.
Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88)
yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan
lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas
Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem
computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari
1996.
1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan
di pasar modal Indonesia.
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading).
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Bursa Efek Jakarta awalnya mulai beroperasi sejak Agustus 1977 berjalan
agak tersendat-sendat mengingat pada saat itu jumlah perusahaan yang go public
hanya bertambah dalam hitungan jam selama sepuluh tahun pertama. Minat
investor masih sangat terbatas, mengingat belum banyak yang memahami
berinvestasi di pasar modal. Hal ini dapat dimengerti mengingat kegiatan pasar
modal merupakan kegiatan yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Di
samping itu berinvestasi di pasar modal merupakan investasi yang mempunyai
resiko sehingga investor perlu berhati-hati sebelum menanamkan uangnya di
pasar modal. Keadaan demikian menyebabkan indeks harga saham hanya
bergerak di sekitar 60-100 dan nilai perdagangan setiap hari rata-rata tidak lebih
dari Rp 50.000.000.
Pada tahun 1988 keadaan mulai berubah sejak pemerintah meluncurkan
berbagai deregulasi antara lain diperbolehkannya investor asing berinvestasi di
pasar modal, tidak adanya batasan fluktuasi harga saham di bursa efek. Hal ini
dapat dilihat dari indeks harga saham yang melejit menjadi 305 atau meningkat
tiga kali lipat dibandingkan dengan kurun waktu sepuluh tahun pertama.
Nilai transaksi harian meningkat menjadi Rp. 120.000.000 atau meningkat
lebih dari dua kali lipat. Kenaikan dramatis ini diikuti dengan meningkatnya
jumlah perusahaan go public pada tahun 1989 menjadi 56 atau meningkat lebih
dari dua kali lipat dibandingkan kurun waktu 10 tahun pertama. Perkembangan ini
berlanjut sehingga pada tahun 1993 Bursa Efek Jakarta mencapai pertumbuhan
yang sangat mengesankan 114,62 %. Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan
nomor tiga yang tertinggi di bursa-bursa Asia yang hanya dapat disaingi oleh
Tahun 1994 merupakan tahun tantangan bagi Bursa Efek Jakarta akibat
perkembangan faktor eksternal seperti keputusan yang dilakukan oleh Federal
Reserve Bank yang sepanjang tahun 1994 menaikkan suku bunga beberapa kali
yang secara keseluruhan mencapai 25 %.
Perubahan suku bunga ini mau tidak mau berpengaruh pada kinerja Bursa
Efek Jakarta. Hal ini dapat dilihat bahwa pada akhir tahun 1994 IHSG Bursa Efek
Jakarta menurun sebesar 20,23% yang dihitung dari IHSG tahun 1993.
Selanjutnya IHSG naik dari 469,64 pada akhir Desember 1994 menjadi 519,57
pada akhir Desember 1995. Perkembangan faktor eksternal ini tidak hanya terasa
pada Bursa Efek Jakarta tetapi juga mempengaruhi bursa lainnya di dunia.
C. Profil Perusahaan
Tabel 3.1 berikut menunjukkan profil perusahaan secara ringkas. Tabel ini
akan memperlihatkan jenis bisnis yang dikelola, tahun berdiri, serta status hukum
dari masing-masing emiten yang menjadi sampel penelitian.
Tabel 3.1
1 AALI Astra Agro LestariTbk 09-12-1997
Agriculture
3 ASII Astra Internasional Tbk
04-04-5 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk 25-11-1996 Perbankan BUMN
6 BBRI
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
10-11-2003 Jasa Perbankan BUMN
7 BDMN
Bank Danamon Indonesia Tbk
8 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk
26-04-1990 Jasa Pelayaran Ang Laut
PMDN
9 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 14-07-2003 Jasa Perbankan BUMN
10 BNBR Bakrie & Brothers Tbk
21-11-1989 Jasa Perbankan PMDN
13 BTEL Bakrie Telecom Tbk 03-02-2006 Jasa PMDN
18-03-1991 Animal Feed PMDN
16 CPRO Central Proteinaprima Tbk
28-11-2006 Agriculture Plantation
PMDN
17 CTRA Ciputra Development Tbk
28-03-1994 Developer and
28 SMCB Holcim Indonesia Tbk
10-08-1997 Basic Industry and Chemicals – Cement
29 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk
16-10-2006 Jasa Konstruksi PMDN
33 UNSP
Analisis deskriptif merupakan suatu metode dimana data-data yang
dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan
secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik
yang dibahas.
Pengamatan terhadap 34 saham perusahaan yang dijadikan sampel pada
penelitian ini, diproleh hasil rata-rata pendapatan harian pada bulan Januari 2008
sampai dengan Desember 2008, sebagaimana disajikan sebagai berikut.
Tabel 4.1.
Analisis Deskriptif Return Saham Harian Perusahaan LQ45 periode Tahun 2008 di BEI
Deviation
Senin 49 -0.010113773 0.038082567 -0.156138776 0.110136939
Selasa 50 -0.00717547 0.027175792 -0.098160452 0.060782593
Rabu 50 -0.004487436 0.031169784 -0.111760037 0.101943984
Kamis 45 -0.002009491 0.029376017 -0.075610549 0.066954156
Jumat 46 -0.000471695 0.030446726 -0.07880358 0.086773742
Total 240 -0.024257866 0.156250885 -0.520473394 0.426591414
Sumber: data diolah (lampiran)
Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa rata-rata return adalah negatif dan
return terendah terjadi pada hari Senin. dimana rata-rata return menunjukkan nilai
negatif sebesar -1,0113773% setelah itu terjadi kenaikan return pada hari Selasa
sebesar -0,7175477%. Pada hari Rabu meningkat menjadi -0,4487436% kemudian
pada hari Kamis meningkat menjadi -0,2009491% dan pada hari Jumat meningkat
menjadi -0,00471695%.
Agar memberikan gambaran yang lebih jelas, maka akan disajikan
fluktuasi rata-rata return harian pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 : Pergerakan Rata-Rata Return Harian Periode Tahun 2008
Dari gambar 4.1 dapat dilihat dengan jelas bahwa return terendah terjadi
pada hari Senin. Berdasarkan nilai standart deviasi, dapat diketahui bahwa
standart deviasi terbesar terjadi pada hari Senin yaitu sebesar 0.038082567. Hal
ini dapat dijelaskan bahwa rata-rata return pada hari Senin memiliki risiko
tertinggi dibanding hari perdagangan lainnya. Standart deviasi terendah terjadi
pada hari Selasa, yakni sebesar 0.027175792. Hal ini menandakan bahwa resiko
pada hari Selasa lebih kecil dibandingkan dengan hari lainnya. Akhirnya
berdasarkan penelitian minimum dan maksimumnya, dapat diketahui bahwa
return terendah pada tahun 2008 terjadi pada hari Senin yakni -15,6138776% dan
return tertinggi juga terjadi pada hari Senin yakni sebesar 11,0136939%. Hal yang
penting yang dapat diperhatikan dari penelitian ini adalah bahwa rata-rata return
setiap hari pada tahun 2008 adalah bernilai negatif.
Pengamatan return saham bulanan terhadap 34 perusahaan yang dijadikan
sampel penelitian ini, diperoleh hasi rata-rata return saham bulanan pada tahun
2008, sebagaimana disajikan sebagai berikut.
Tabel 4.2
Analisis Deskriptif Return Saham Bulanan Perusahaan LQ45 Periode Tahun 2008 di BEI
Bulan N Mean
Std.
Deviation Minimum Maximum
Januari 20 -0,00448 0,042635 -0,09816 0,101943984
Februari 19 0,001864 0,012463 -0,02558 0,02534165
Maret 18 -0,00569 0,027998 -0,0544 0,042030208
April 22 -0,00221 0,023747 -0,05526 0,039115539
Mei 20 0,006284 0,012371 -0,0172 0,028873426
Juni 21 -0,00226 0,009089 -0,01927 0,015330286
Agustus 20 -0,00661 0,021378 -0,04466 0,029304452
september 21 -0,01068 0,033169 -0,07656 0,073939757
Oktober 18 -0,02799 0,061194 -0,15614 0,086773742
november 20 -0,01199 0,043453 -0,07561 0,110136939
desember 19 0,00307 0,030876 -0,04457 0,079620159
Total 240 -0,00496 0,031422 -0,15614 0,110136939
Sumber: data diolah (lampiran)
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata return saham adalah negatif
dan return saham terendah terjadi pada bulan Oktober dimana rata-rata return
saham menunjukkan nilai negatif sebesar -2,80% sedangkan return saham yang
tertinggi terjadi pada bulan Mei dimana rata-rata return sahambernilai positif
sebesar 0,63%.
Agar memberikan gambaran yang lebih jelas, maka akan disajikan
fluktuasi rata-rata return saham bulanan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 : Pergerakan Rata-Rata Return Saham Bulanan Periode Tahun 2008
Dari Gambar 4.2 terlihat jelas bahwa return saham terndah terjadi pada
bulan Oktober. Berdasarkan nilai standart deviasi, dapat diketahui bahwa standart
deviasi terbesar terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar 0,06119. Hal ini
menjelaskan bahwa rata-rata return saham pada bulan Oktober memiliki risiko
yang tertinggi dibanding bulan lainnya pada tahun 2008. Standart deviasi terendah
terjadi pada bulan Mei, yakni sebesar 0,01237. Hal ini menandakan bahwaresiko
bulan Mei lebih kecil dibandingkan bulan lainnya pada tahun 2008.
B. Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis 1
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah bahwa hari perdagangan
berpengaruh terhadap return saham harian tahun 2008 pada Bursa Efek Indonesia.
Pembuktian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan Uji F Analysis of
Variance (ANOVA).
Hasil pengujian ANOVA dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Uji ANOVA
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Between
Groups 0.003 4 0.001 0.725 0.576
Within
Groups 0.233 235 0.001
Total 0.236 239
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 0,725 lebih
kecil dari pada nilai Ftabel sebesar 2,370. Tingkat signifikansi yang diperoleh
adalah 0,576 yang lebih besar dari pada tingkat signfikansi 0.05 . Secara empiris
hal ini membukt ikan bahwa hari perdagangan tidak berpengaruh secara signifikan
Dengan demikian, tidak terjadi pengaruh hari perdagangan (the day of week effect)
pada return saham di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008.
Efek hari perdagangan (the day of gthe week effect) return saham tidak
terjadi pada tahun 2008. Hal ini disebabkan oleh karena rata-rata return saham
pada tahun 2008 bernilai negatif setiap harinya. Artinya, bahwa pada tahun 2008
rata-rata return saham yang diperoleh oleh setiap perusahaan LQ45 menurun atau
tetap. Kondisi ini bertentangan dengan kondisi pasar sebenarnya dimana return
saham bernilai negatif hanya terjadi pada hari Senin sedangkan untuk hari
lainnnya return saham bernilai positif.
Penyebab tidak terjadinya efek hari perdagangan return saham pada tahun
2008 di BEI adalah tidak terlepas dari pengaruh krisis ekonomi global yang
terjadi. Krisis keuangan global yang bermula dari Amerika Serikat memberikan
dampak yang negatif pada sektor keuangan di dunia termasuk pasar modal
Indonesia. Kondisi ini membuat para investor sangat berhati-hati dalam
berinvestasi dalam bentuk saham sehingga membuat kondisi di pasar modal
menjadi tidak stabil akibat perilaku investor yang sangat protektif.
Untuk perusahaan-perusahaan LQ45 sendiri kondisi ini juga sangat
mempengaruhi penerimaan return sahamnya. Perolehan return saham yang
negatif atau sama dengan nol membuat perusahaan sangat berhati-hati dalam
menjual saham-sahamnya kepada investor.
Pengujian yang kedua adalah untuk menguji bahwa rata-rata return hari
Senin pada minggu keempat adalah negatif dibandingka dengan rata-rata return
hari Senin pada minggu pertama, kedua, dan ketiga.
Hasil pengujian yang dilakukan melalui One sample ttest dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa nilai rata-rata return hari Senin
pada akhir bulan adalah sebesar -0,01323. Nilai thitung lebih besar dari pada ttabel
(-1,613 > -1,796) dengan tingkat signifikansi 0,135 yang lebih besar dari pada
0.05, begitu juga dengan rata-rata return hari Senin pada awal bulan dimana nilai
thitung lebih besar dari pada nilai ttabel (-1,609 > -1,671) dengan tingkat signifikansi
0,117 yang lebih besar dari pada 0,05 yang berarti bahwa H0 tidak dapat di tolak.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa rata-rata return hari Senin pada akhir bulan dan
awal bulan adalah tidak signifikan atau tidak berbeda dengan nol. Dengan
demikian tidak terjadi efek minggu keempat (week four effect) return saham di
Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini jika dibandingkan dengan
kondisi yang sebenarnaya dimana biasanya return saham terendah hari Senin
hanya terjadi pada minggu keempat. Sedangkan return saham hari Senin minggu
pertama sampai minggu ketiga dianggap tidak signifikan negati atau sama dengan
nol. Sementara pada tahun 2008 return saham dari minggu pertama sampai
minggu keempat bernilai negatif.
Fenomena Week-four effect ini biasanya disebabkan karena adanya
tuntutan untuk memenuhi segala kebutuhan utama yang harus dilakukan pada
awal bulan berikutnya. Oleh karena itu, pada akhir bulan banyak terjadi tekanan
jual pada Bursa Efek Jakarta. Sesuai dengan teori penawaran, jika terdapat banyak
barang yang ditawarkan maka akan menyebabkan penurunan harga. Penurunan
harga inilah yang menyebabkan return pada minggu keempat dan minggu kelima
menjadi negatif. Hasil ini memberikan implikasi bagi para investor agar
melakukan pembelian saham pada hari Senin di minggu keempat dan minggu
kelima untuk setiap bulannya. Namun akibat dari kondisi pasar modal yang tidak
pasti karena kondisi ekonomi dunia membuat para investor enggan untuk
berbelanja saham meskipun telah terjadi penurunan harga saham. Investor lebih
memilih untuk menahan modalnya dan berhati-hati dalam berinve stasi.
3. Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis yang ketiga dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan
bahwa rata-rata return saham pada hari Senin pada bulan April lebih besar
Hasil pengujian yang dilakukan melalui independent sample ttest dapat
dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Perbedaan Rata-Rata Return April dan Non-April
Bulan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Return April 4 -.0029 .00835 .00417
Non april 45 -.0134 .04256 .00634
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa rata-rata return hari Senin bulan
April adalah sebesar -0,0029, sedangkan rata-rata return hari Senin selain bulan
April adalah sebesar -0,0134. Artinya, return saham pada hari Senin pada bulan
April lebih besar dari pada return saham hari Senin selain bulan April. Perbedaan
return saham pada hari Senin bulan April dan non April juga dapat dilihat dari
metode analisis data Independent Sample Ttest sebagai berikut.
Tabel 4.6
Hasil Uji Independent Samples Test Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Berdasarkan tabel 4.6 nilai thitung adalah 1,383 sedangkan nilai ttabel 1,711