FAKTOR RISIKO YANG MEMENGARUHI TERJADINYA PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM
MALAHAYATI MEDAN
TESIS
Oleh SALMANDI 127032286/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
FAKTOR RISIKO YANG MEMENGARUHI TERJADINYA PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM
MALAHAYATI MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
SALMANDI 127032286/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : FAKTOR RISIKO YANG MEMENGARUHI TERJADINYA PENYAKIT JANTUNG
KORONER PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI MEDAN TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : Salmandi
Nomor Induk Mahasiswa : 127032286
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP)
Ketua Anggota
(drh. Rasmaliah, M.Kes)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada Tanggal : 07 Agustus 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP Anggota : 1. drh. Rasmaliah, M.Kes
PERNYATAAN
FAKTOR RISIKO YANG MEMENGARUHI TERJADINYA PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM
MALAHAYATI MEDAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, September 2014
ABSTRAK
Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian diseluruh dunia, dari 58 juta kematian di dunia, 17,5 juta (30%) diantaranya disebabkan oleh PJPD, terutama oleh serangan jantung (7,6 juta) dan stroke (5,7 juta). 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung iskemik. Prevalensi PJK di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya (tahun 1992 16,6%, 1995 19,0%, 2001 26,0%).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko terhadap kejadian penyakit jantung koroner (PJK) pada pasien di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan design kasus kontrol dan pengambilan sampel dengan non probability sampling (purposive sampling). Sampel terdiri dari 62 kasus dan 62 kontrol (matching). Analisis data terdiri dari analisis univariat, analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil analisis bivariat antara faktor risiko dangan kejadian PJK. faktor risiko yang berpengaruh terhadap PJK adalah dislipidemia (p = 0,02, OR = 2,76) dan hipertensi (p = 0,004, OR = 2,88). Yang tidak berpengaruh terhadap PJK adalah merokok (p = 0,47), aktivitas fisik (p =0,58), diet (p =0,46), obesitas (p = 0,29) dan DM (p =1,07). Dari hasil uji regresi logistik didapatkan bahwa faktor paling dominan memengaruhi terjadinya PJK adalah hipertensi (p = 0,005, OR = 2,88 dan B = 1,06). Dari hasil Population Artibutable Risk didapatkan hipertensi adalah 48%.
Disarankan: Untuk RS Islam Malahayati, Agar Yayasan/Direktur RS Islam Malahayati membentuk tim penyuluh kesehatan guna meningkatkan pengetahuan pasien yang berkunjung, berhubungan dengan faktor risiko PJK. Untuk pasien, agar memeriksakan, mempertahankan kadar kolesterol dan tekanan darah dalam batas normal serta mengkonsumsi obat-obatan sesuai indikasi. Untuk Dinas Kesehatan, agar meningkatkankan penyuluhan kesehatan tentang faktor risiko PJK. Untuk Peneliti lain, Agar penelitian yang dilakukan lebih baik dengan design yang berbeda sehingga dapat meminimalkan kesalahan dalam penelitian berikutnya berhubungan dengan PJK
ABSTRACT
Cardiovascular disease (CVD) is a major cause of morbidity and mortality throughout the world, out of the 58 million deaths in the world, 17.5 million (30%) were caused by CVD, mainly by heart attacks (7.6 million) and stroke (5.7 million). 60% of all causes of death due to ischemic heart disease. In Indonesia the CHD was increasing each year (in 1992 16.6% 1995 19.0% 2001 26.0%).
The objective of this research is to find out the influence of the risk factors of coronary heart desease (CHD) in patients in Malahayati Islamic Hospital Medan. This study is an observational analytic study with a case-control design and the sample obtained by a non-probability sampling (purposive sampling). The sample consisted of 62 cases and 62 controls (matching). The data is analysed by univariate analysis, bivariate analysis by chi-square test and multivariate analysis by a multiple logistic regresion.
The results of the bivariate analysis between risk faktor and CHD. The risk factors of CHD was influenced by dyslipidemia (p = 0.02, OR = 2.76) and hypertension (p = 0.004, OR = 2.88). the risk factors was no influenced by smoking (p = 0.47), physical activity (p = 0.58), diet (p = 0.46), obesity (p = 0.29) and DM (p = 1, 07). The results of the logistic regression showed the most dominant factor affecting the CHD was hypertension (p = 0.005, OR = 2.88 and B = 1.06).The results of population artibutable risk of hypertension showed 48%.
It in recommended that to Malahayati Islamic Hospital, the Foundation/Director of Malahayati Islamic Hospital generate the teams to improve the knowledge of the patients who spends the visit, associated by risk factors of CHD. The patients suggested, to check, maintaince their cholesterol and blood pressure to normal level and take medication as indicated. The health outhority suggested to improve the health education on risk factors of CHD. To the other researchers, suggested to actived the better investigation with different design to minimize an error in the other research of CHD.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. karena atas berkat dan
rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tanpa ada
pertolongan dari-Nya sulit rasanya menyelesaikan tesis yang begitu banyak rintangan
dan halangan.
Tesis ini berjudul “Faktor Risiko yang Memengaruhi terjadinya Penyakit Jantung Koroner pada Pasien di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan Tahun 2014”.
Penulisan tesis ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Administrasi
Kesehatan Komunitas/Epidemiologi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M.&H., M.Sc. (C.T.M.), Sp.A.(K.), selaku
Rektor USU, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan pada Program Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
Sekolah Pascasarjana USU.
2. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan FKM USU beserta staf dan jajarannya
yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama mengikuti pendidikan dan
3. Dr. Ir. Evawani Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Pasca Sarjana
FKM USU.
4. dr. Isfanuddin Nyak Kaoy, Sp.JP (K), selaku direktur Rumah Sakit Islam
Malahayati Medan, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian.
5. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP (K) (pembimbing I) dan drh Rasmaliah,
M.Kes (pembimbing II ), yang telah banyak memberikan waktu, pikiran, serta
tenaga dalam membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan tesis
ini.
6. Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H (Penguji I) dan Drs. Jemadi, M.Kes (penguji II),
yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam peningkatan ilmu
pengetahuan demi kesempurnaan tesis ini.
7. Kedua orang tua saya yang senantiasa mendukung penulis baik dari segi moril
maupun materil, adik-adik dan sanak saudara yang selalu memberikan motivasi
selama pendidikan dan penulisan tesis ini.
8. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Administrasi Kesehatan Komunitas/
Epidemiologi Angkatan 2012 yang telah membantu dan memotivasi penulis
selama proses penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini mempunyai kekurangan dan
kesalahan, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan tesis ini dan juga sebagai tambahan ilmu bagi penulis untuk penelitian
yang akan datang. Segala kritik dan saran yang disampaikan penulis ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
Terakhir penulis mohon maaf yang setulusnya kepada semua pihak jika
ditemui kekurangan dan kekhilafan selama penulis mengikuti pendidikan dan
penelitian berlangsung. Semoga Allah SWT. yang akan membalas semua kebaikan
dengan berlipat ganda. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin..!
Wassalam.
Medan, September 2014 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Salmandi, lahir pada tanggal 02 Desember 1985 di Desa Celala Kab. Aceh
Tengah. Anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Jamaluddin dan Ibu Kasmidar.
Pada tahun 1993 sampai 1999 sekolah di SD Negeri Celala Kab. Aceh Tengah
dengan status berijazah. Tahun 1999 sampai 2002 sekolah di SLTP Negeri 5 Silih
Nara Kab. Aceh Tengah dengan status berijazah. Tahun 2002 sampai 2005 sekolah
di Pondok Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Kota Medan dengan status
berijazah. Tahun 2005 sampai 2008 kuliah di Akademi Keperawatan (Akper)
Malahayati Medan dengan status berijazah. Tahun 2009 sampai 2011 melanjutkan
pendidikan S-1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara
(STIKes SU) Medan dengan status berijazah dan pada tahun 2012 sampai 2014
melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Program Studi Administrasi
Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Universitas Sumatera Utara.
Tahun 2008 sampai sekarang bekerja di RS Islam Malahayati Medan sebagai
perawat pelaksana di Ruang Gawat Darurat. Pada tahun 2011 pernah menjadi staf
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Hipotesis Penelitian ... 7
1.5. Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Pengertian Penyakit Jantung Koroner ... 9
2.2. Anatomi, Fisiologi Jantung dan Arteri Koroner ... 10
2.2.1 Struktur dan Fungsi Jantung ... 10
2.2.1.1 Struktur Jantung ... 10
2.2.1.2 Fungsi ... 10
2.2.1.3 Arteri Koroner Jantung ... 10
2.3. Patogenesis Plak Aterosklerosis ... 11
2.4. Patofisiologi PJK ... 13
2.5. Gejala PJK ... 16
2.6. Klasifikasi PJK ... 17
2.7. Komplikasi PJK ... 20
2.8. Epidemiologi PJK ... 20
2.9. Faktor Risiko PJK ... 22
2.9.1 Faktor Risiko PJK yang tidak Dapat Dimodifikasi ... 22
2.9.1.1 Keturunan ... 22
2.9.1.2 Umur ... 23
2.9.1.3 Jenis Kelamin ... 23
2.9.1.4 Ras/Etnis ... 25
2.9.2 Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi ... 25
2.9.2.1 Merokok ... 25
2.9.2.2 Aktivitas Fisik ... 29
2.9.2.4 Dislipidemia ... 34
2.9.2.5 Obesitas ... 38
2.9.2.6 Hipertensi ... 40
2.9.2.7 Diabetes Melitus ... 43
2.10. Pencegahan PJK ... 46
2.10.1 Pencegahan Primordial (Pre Primary Prevention)... 47
2.10.2 Pencegahan Primer (Primary Prevention) ... 47
2.10.3 Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention) ... 49
2.10.3.1 Riwayat/Anamnesis ... 49
2.10.3.2 Pemeriksaan Fisik ... 50
2.10.3.3 Pameriksaan Penunjang/Pemeriksaan Diagnostik PJK... 51
2.10.4 Pencegahan Tersier (Tertiary Prevention) ... 54
2.11. Kerangka Teori penelitian ... 55
2.12. Kerangka Konsep Penelitian ... 56
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 57
3.1. Jenis dan Desain Penelitian ... 57
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 57
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 57
3.2.2 Waktu Penelitian ... 57
3.3. Populasi dan Sampel ... 57
3.3.1 Populasi ... 57
3.3.1.1 Populasi Kasus ... 58
3.3.1.2 Populasi Kontrol ... 58
3.3.2 Sampel ... 58
3.3.2.1 Kriteria Inklusi ... 58
3.3.2.2 Kriteria Eksklusi ... 59
3.3.2.3 Besar Sampel ... 59
3.3.2.4 Cara Pengambilian Sampel ... 61
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 61
3.4.1 Data Primer ... 61
3.4.2 Data Sekunder ... 62
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 62
3.6. Aspek Pengukuran ... 65
3.7. Instrumen Penelitian dan Alat Penelitian ... 65
3.7.1 Instrumen Penelitian ... 65
3.7.2 Alat Penelitian ... 66
3.8. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 66
3.8.1 Validitas ... 66
3.8.2 Reabilitas ... 66
3.9. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 66
3.9.2 Analisis Data ... 68
3.9.2.1 Analisis Univariat ... 68
3.9.2.2 Analisis Bivariat ... 68
3.9.2.3 Analisis Multivariat ... 69
3.10. Prosedur Penelitian ... 69
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 71
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 71
4.2. Deskripsi Penelitian ... 73
4.2.1 Analisis Univariat ... 73
4.2.1.1 Karakteristik Responden ... 73
4.2.1.2 Faktor Risiko ... 75
4.2.2 Analisis Bivariat ... 77
4.2.3 Analisis Multivariat ... 79
4.2.4 Populasi Atributabel Risk ... 79
BAB 5. PEMBAHASAN ... 80
5.1. Analisis Univariat Karakteristik Responden ... 80
5.2. Analisis Bivariat Faktor Risiko PJK... ... 82
5.2.1 Dislipidemia ... 82
5.2.2 Hipertensi ... 83
5.2.3 Rokok ... 84
5.2.4 Aktivitas Fisik ... 85
5.2.5 Diet ... 86
5.2.6 Obesitas ... 87
5.2.7 DM ... 88
5.3. Keterbatasan Penelitian ... 89/
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 91
6.1. Kesimpulan ... 91
6.2. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 94
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Tiga Penampilan Klinis Umum Penderita PJK ... 50
3.1. Besar Sampel Berdasarkan Beberapa Penelitian Terdahulu ... 60
3.2. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 65
3.3. Risiko Relatif Dinyatakan dengan Besar Odds Rasio ... 68
4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, suku, Pendidikan dan Pekerjaan ... 74
4.2. Faktor Risiko Berdasarkan Kebiasaan Merokok, Aktivitas Fisik, Diet, Dislipidemia, Obesitas, Hiperensi dan DM ... 76
4.3. Hasil Analisis Bivariat Faktor Risiko Berdasarkan Kebiasaan Merokok, Aktivitas Fisik, Diet, Dislipidemia, Obesitas, Hiperensi dan DM ... 78
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner ... 15
2.2. Nomenklatur Sindroma Koroner Akut ... 19
2.3. Hazart Rasio Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah pada Perokok ... 27
2.4. Hazart Rasio Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah pada Hiperdislipidemia ... 36
2.5. Hazart Rasio Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah pada Penderita Hipertensi ... 41
2.6. Hazart Rasio PJPD pada Penderita Diabetes Melitus ... 45
2.7. Kerangka Teori Penelitian ... 55
2.8. Kerangka Konsep Penelitian ... 56
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Inform Consent Penelitian ... 103
2. Kuesioner penelitian ... 104
3. Master Data Penelitian ... 109
4. Output Penelitian ... 114
5. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 132
6. Surat Permohonan Izin Uji Kuesioner ke RS HAM ... 133
7. Balasan Surat Izin Uji Kuesioner dari RS HAM ... 134
8. Surat Permohonan Izin Penelitian ke RSIM ... 136
9. Balasan Surat Izin Penelitian dari RSIM ... 137
10.Surat Selesai Penelitian dari RSIM ... 138
ABSTRAK
Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian diseluruh dunia, dari 58 juta kematian di dunia, 17,5 juta (30%) diantaranya disebabkan oleh PJPD, terutama oleh serangan jantung (7,6 juta) dan stroke (5,7 juta). 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung iskemik. Prevalensi PJK di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya (tahun 1992 16,6%, 1995 19,0%, 2001 26,0%).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko terhadap kejadian penyakit jantung koroner (PJK) pada pasien di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan design kasus kontrol dan pengambilan sampel dengan non probability sampling (purposive sampling). Sampel terdiri dari 62 kasus dan 62 kontrol (matching). Analisis data terdiri dari analisis univariat, analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil analisis bivariat antara faktor risiko dangan kejadian PJK. faktor risiko yang berpengaruh terhadap PJK adalah dislipidemia (p = 0,02, OR = 2,76) dan hipertensi (p = 0,004, OR = 2,88). Yang tidak berpengaruh terhadap PJK adalah merokok (p = 0,47), aktivitas fisik (p =0,58), diet (p =0,46), obesitas (p = 0,29) dan DM (p =1,07). Dari hasil uji regresi logistik didapatkan bahwa faktor paling dominan memengaruhi terjadinya PJK adalah hipertensi (p = 0,005, OR = 2,88 dan B = 1,06). Dari hasil Population Artibutable Risk didapatkan hipertensi adalah 48%.
Disarankan: Untuk RS Islam Malahayati, Agar Yayasan/Direktur RS Islam Malahayati membentuk tim penyuluh kesehatan guna meningkatkan pengetahuan pasien yang berkunjung, berhubungan dengan faktor risiko PJK. Untuk pasien, agar memeriksakan, mempertahankan kadar kolesterol dan tekanan darah dalam batas normal serta mengkonsumsi obat-obatan sesuai indikasi. Untuk Dinas Kesehatan, agar meningkatkankan penyuluhan kesehatan tentang faktor risiko PJK. Untuk Peneliti lain, Agar penelitian yang dilakukan lebih baik dengan design yang berbeda sehingga dapat meminimalkan kesalahan dalam penelitian berikutnya berhubungan dengan PJK
ABSTRACT
Cardiovascular disease (CVD) is a major cause of morbidity and mortality throughout the world, out of the 58 million deaths in the world, 17.5 million (30%) were caused by CVD, mainly by heart attacks (7.6 million) and stroke (5.7 million). 60% of all causes of death due to ischemic heart disease. In Indonesia the CHD was increasing each year (in 1992 16.6% 1995 19.0% 2001 26.0%).
The objective of this research is to find out the influence of the risk factors of coronary heart desease (CHD) in patients in Malahayati Islamic Hospital Medan. This study is an observational analytic study with a case-control design and the sample obtained by a non-probability sampling (purposive sampling). The sample consisted of 62 cases and 62 controls (matching). The data is analysed by univariate analysis, bivariate analysis by chi-square test and multivariate analysis by a multiple logistic regresion.
The results of the bivariate analysis between risk faktor and CHD. The risk factors of CHD was influenced by dyslipidemia (p = 0.02, OR = 2.76) and hypertension (p = 0.004, OR = 2.88). the risk factors was no influenced by smoking (p = 0.47), physical activity (p = 0.58), diet (p = 0.46), obesity (p = 0.29) and DM (p = 1, 07). The results of the logistic regression showed the most dominant factor affecting the CHD was hypertension (p = 0.005, OR = 2.88 and B = 1.06).The results of population artibutable risk of hypertension showed 48%.
It in recommended that to Malahayati Islamic Hospital, the Foundation/Director of Malahayati Islamic Hospital generate the teams to improve the knowledge of the patients who spends the visit, associated by risk factors of CHD. The patients suggested, to check, maintaince their cholesterol and blood pressure to normal level and take medication as indicated. The health outhority suggested to improve the health education on risk factors of CHD. To the other researchers, suggested to actived the better investigation with different design to minimize an error in the other research of CHD.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama
kesakitan dan kematian diseluruh dunia. Prevalensi PJPD di 13 Negara Eropa yaitu
Australia (laki-laki 12,2%, perempuan 7,3% untuk penyakit jantung, laki-laki 5,2%,
perempuan 3,5% untuk stroke), Belgia (laki-laki 18,8%, perempuan 11,8% untuk
penyakit jantung, laki-laki 3,9%, perempuan 4,2% untuk stroke), Denmark (laki-laki
10,8%, perempuan 7,6% untuk penyakit jantung, laki-laki 6,5%, perempuan 4,6%
untuk stroke), Prancis (laki-laki 19,3%, perempuan 9,8% untuk penyakit jantung,
laki-laki 3,7%, perempuan 3,5% untuk stroke), Yunani (laki-laki 14,9%, perempuan
10,7% untuk penyakit jantung, laki-laki 4,1%, perempuan 3,5% untuk stroke), Jerman
(laki-laki 14,3%, perempuan 9,3% untuk penyakit jantung, laki-laki 5,6%, perempuan
3,1% untuk stroke), Italia (laki-laki 12,7 %, perempuan 9,1% untuk penyakit jantung,
laki-laki 3,8%, perempuan 2,5% untuk stroke), Belanda (laki-laki 14,7%, perempuan
8,9% untuk penyakit jantung, laki-laki 5,0%, perempuan 4,8% untuk stroke), Spanyol
(laki-laki 11,4%, perempuan 10,0% untuk penyakit jantung, laki-laki 2,4%,
perempuan 1,8% untuk stroke, Swiss (laki-laki 9,5%, perempuan 5,4% untuk
penyakit jantung, laki-laki 2,9%, perempuan 2,2% untuk stroke), Amerika Serikat
(laki-laki 26,4%, perempuan 19,7% untuk penyakit jantung, laki-laki 6,6%,
penyakit jantung, laki-laki 3,2%, perempuan 2,5% untuk stroke) (Lawrence dkk,
2012)
Berdasarkan laporan WHO (2005), dari 58 juta kematian di dunia, 17,5 juta
(30%) diantaranya disebabkan oleh PJPD, terutama oleh serangan jantung (7,6 juta)
dan stroke (5,7 juta). 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah
penyakit jantung iskemik (Depkes RI, 2009).
PJPD seperti stroke dan penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab
utama kematian di kedua negara maju dan berkembang di dunia, setengah dari
populasi dunia sekarang tinggal di negara Asia. Berdasarkan data statistik pada tahun
2002, angka kematian akibat stroke dan PJK di 9 negara Asia (3 di Asia Timur, 3 di
Asia Tenggara dan 3 di Asia Selatan) jika dibandingkan dengan 3 negara Barat
(Amerika Serikat, Inggris dan Australia), maka angka kematian akibat stroke dan PJK
di negara Asia lebih tinggi dari pada negara Barat, kecuali di negara Jepang dan
Korea Selatan. Proporsi kematian akibat PJK di negara Asia dan Barat adalah sebagai
berikut: Asia Timur (Jepang 35/100.000 penduduk per tahun, Korea Selatan
35/100.000 penduduk per tahun, Cina 65/100.000 penduduk per tahun), Asia
Tenggara (Thailand 60/100.000 penduduk per tahun, Malaysia 105/100.000
penduduk per tahun, Indonesia 170/100.000 penduduk per tahun), Asia Selatan (India
230/100.000 penduduk per tahun, Banglades 220/100.000 penduduk per tahun,
Pakistan 230/100.000 penduduk per tahun), Barat (Amerika 110/100.000 penduduk
per tahun, Inggris 100/100.000 penduduk per tahun, Australia 80/100.000 penduduk
PJK menyumbang lebih dari 450.000 kematian di Amerika Serikat pada tahun
2004. Beban PJK di Amerika Serikat sangat besar, lebih dari 13 juta orang yang
terkena dampak, dan biaya perawatan kesehatan langsung melebihi Rp
150.000.000.000 pertahunnya (WHO, 2010).
PJK merupakan penyebab kematian paling umum (kematian dini) di Inggris, 1
dari 5 pria dan 1 dalam 7 perempuan meninggal akibat PJK. Ada 94.000 kematian
akibat PJK di Inggris setiap tahun, tingkat kematian akibat PJK mencapai sebesar
45% pada orang-orang berusia < 65 tahun dalam 10 tahun terakhir. Tingkat kematian
di Inggris pada saat musim gugur lebih rendah dari pada di beberapa negara lain
seperti Australia (48%) dan Norwegia (54%). Kematian akibat PJK tertinggi di
Skotlandia, Inggris Utara dan terendah di Inggris Selatan. Selama lebih dari 25 tahun
angka ini tertinggi di Skotlandia. Rata-rata kejadian infark miokard 600 per 100.000
penduduk pada laki berusia 30-69 tahun dan 200 per 100.000 penduduk pada wanita.
Prevalensi angina sekitar 52.000 kasus baru per tahun pada pria dan 43.000 kasus
baru pada wanita yang tinggal di Inggris. Sekitar 4% pada pria dan 0,5% pada wanita
di Inggris mengalami serangan jantung. Prevalensi PJK di Skotlandia (4,6%), Wales
(4,3%) dan Inggris (3,5%), Prevalensi lebih tinggi pada kelompok sosial ekonomi
rendah (British Heart Foundation, 2010).
Prevalensi PJK di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya (tahun 1992
16,6%, 1995 19,0%, 2001 26,0%). Khusus di Sulawesi Selatan mengalami
peningkatan yaitu 2,76% pada tahun 1997, yang dirawat di rumah sakit mencapai
1999. Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar, tercatat jumlah kunjungan
pasien di poli jantung juga meningkat dari 10.886 orang pada tahun 2006 menjadi
11.478 orang tahun 2007 (Hermansyah dkk, 2012).
Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Utara (2000), PJK menempati urutan
ketiga dari PTM (hipertensi, DM, dan PJK) dari pola penyakit penderita rawat inap di
rumah sakit dengan jumlah penderita sebanyak 354 orang yang berumur > 60 Tahun
dengan proporsi 2,66%. Jumlah kematian penderita PJK sebanyak 37 orang dengan
CFR (Case Fatality Rate) 12,17% (Yanti, 2009). Kasus PJPD berdasarkan data rekam medik Poli klinik Kardiovaskular RSUP H. Adam Malik Medan, bulan Juni sampai
Desember tahun 2010 tercatat pasien yang datang dan didiagnosa Hipertensi dan PJK
sebanyak 319 orang (Malau, 2011).
Dari penelitian Damanik di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2000-2004
menyebutkan bahwa jumlah penderita PJK sebanyak 230 kasus dengan jumlah
kematian sebanyak 13 orang CFR sebesar 5,65%. Kemudian Berdasarkan data yang
ditemukan oleh Yanti (2009), jumlah penderita PJK di RSU Dr. Pirngadi Medan
tahun 2003 sebanyak 198 kasus, tahun 2004 sebanyak 274, tahun 2005 sebanyak 259
kasus, tahun 2006 sebanyak 283 kasus. Hasil Riskesdas (2007), menunjukan bahwa
ada beberapa faktor risiko terjadinnya PJK seperti berat badan lebih dan obesitas
(obesitas umum) 19,1%, obesitas sentral 18,8%, DM di daerah perkotaan 5,7%, ≥ 1
kali makan ikan asin 24,5%, sering makan makanan berlemak (tinggi lemak) 12,8%,
emosional 11,6%, perokok setiap hari 23,7%, dan konsumsi alkohol 12 bulan terakhir
4,6% (Kepmenkes RI, 2009).
Tingginya morbiditas dan mortalitas PJK, serta pembiayaan akibat waktu
perawatan dan biaya pengobatan, pemeriksaan penunjangnya tentu tidak sedikit.
Belum lagi keberhasilan pengobatan sangat bergantung kepada kecepatan
penanganan penyakit. Oleh karena itu upaya pencegahan PJK sangat bermanfaat
karena sudah pasti lebih murah dan lebih efektif, hal ini dapat ditempuh dengan cara
mengenali faktor risiko penyakit dan berprilaku hidup sehat (Supriyono, 2008).
Berdasarkan survei pendahuluan, dari rekam medik (medical record) RS Islam Malahayati tahun 2013, diperoleh data kunjungan pasien dengan PJK rawat
jalan rata-rata 34 orang perbulan. Data rawat inap pada lima tahun terakhir
mengalami peningkatan, pada tahun 2008 berjumlah 50 orang, tahun 2009 berjumlah
53 orang, tahun 2010 berjumlah 54 orang, tahun 2011 berjumlah 65 orang, tahun
2012 berjumlah 68 orang dan tahun 2013 meningkat lebih dari dua kali lipat dari
tahun sebelumnya yaitu 156 orang. Pada beberapa pasien harus dilakukan usaha
untuk memperbaiki aliran darah arteri koroner dengan memecah plak atau ateroma
yang telah tertimbun dan mengganggu aliran darah ke jantung serta penanaman stant
jantung yang di kenal dengan PTCA (Percutaneous Transluminal Coronary
Angioplasty) dengan jumlah rata-rata 12 orang perbulan yang menghabiskan biaya
sampai ratusan juta rupiah, selain biaya yang cukup mahal untuk perawatan bahkan
banyaknya hari produktif pada penderita dan keluarga yang hilang akibat penyakit
(<50 tahun) yang masuk ke ruang unit Gawat Darurat meninggal dalam rentang
waktu < 5 menit akibat serangan jantung (sindrom koroner akut/PJK) secara
tiba-tiba, sehingga tindakan medis yang dilakukan tidak dapat menyelamatkan jiwanya.
Bertitik tolak dari uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
pengaruh faktor risiko terhadap kejadian PJK pada pasien di RS Islam Malahayati
Medan tahun 2014.
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh faktor risiko
terhadap kejadian PJK pada pasien di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan tahun
2014.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko terhadap
kejadian PJK.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengaruh merokok terhadap kejadian PJK.
2. Mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian PJK.
3. Mengetahui pengaruh diet terhadap kejadian PJK.
4. Mengetahui pengaruh dislipidemia terhadap kejadian PJK.
5. Mengetahui pengaruh obesitas terhadap kejadian PJK.
7. Mengetahui pengaruh DM terhadap kejadian PJK.
8. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian PJK.
9. Mengetahui population atributable risk PJK.
1.4. Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh merokok, aktivitas fisik, diet, dislipidemia, obesitas,
hipertensi dan DM terhadap kejadian PJK pada pasien di RS Islam Malahayati Medan
tahun 2014.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat
bagi RS Islam Malahayati, pasien RS Islam Malahayati, program kesehatan dan
peneliti lain.
1. RS Islam Malahayati Medan
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah bagi pihak manajemen rumah
sakit dapat mengidentifikasi dan mengetahui faktor yang mempengaruhi kepuasan
pasien. Selain itu, hasil akhir dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan
bagi pihak rumah sakit dalam meningkatkan kualitas layanannya khususnya
berhubungan dengan PJK.
2. Pasien RS Islam Malahayati
a. Agar terhindar dari PJK bagi pasien yang tidak menderita PJK
b. Agar terhindar dari komplikasi PJK bagi yang sudah dan sedang menderita
c. Agar meningkatkan harapan hidup bagi penderita PJK yang sudah
mengalami komplikasi.
3. Program Pelayanan Kesehatan
a. Memberikan informasi tentang pengaruh faktor risiko terhadap kejadian PJK.
b. Memberikan sumbangan bagi program pencegahan dan pengendalian penyakit
tidak menular untuk mengurangi kejadian PJK.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu
kesehatan, khususnya ilmu Epidemiologi dan sebagai bahan informasi untuk
penelitian selanjutnya.
5. Khusus bagi peneliti untuk meningkatkan ilmu pengetahuan tentang pengaruh
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Penyakit Jantung Koroner
PJK adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat
menyebabkan serangan jantung (American Heart Association, 2013).
PJK juga disebut penyakit arteri koroner (CAD), penyakit jantung iskemik
(IHD), atau penyakit jantung aterosklerotik, adalah hasil akhir dari akumulasi plak
ateromatosa dalam dinding-dinding arteri yang memasok darah ke miokardium (otot
jantung) (Manitoba Centre for Health Policy, 2013).
PJK terjadi ketika zat yang disebut plak menumpuk di arteri yang memasok
darah ke jantung (disebut arteri koroner), penumpukan plak dapat menyebabkan
angina, kondisi ini menyebabkan nyeri dada dan tidak nyaman karena otot jantung
tidak mendapatkan darah yang cukup, seiring waktu, PJK dapat melemahkan otot
jantung, hal ini dapat menyebabkan gagal jantung dan aritmia
PJK adalah penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri jantung
yang disebut pembuluh darah koroner. Sebagaimana halnya organ tubuh lain, jantung
pun memerlukan zat makanan dan oksigen agar dapat memompa darah ke seluruh
tubuh, jantung akan bekerja baik jika terdapat keseimbangan antara pasokan dan
pengeluaran. Jika pembuluh darah koroner tersumbat atau menyempit, maka pasokan
kebutuhan dan pasokan zat makanan dan oksigen, makin besar persentase
penyempitan pembuluh koroner makin berkurang aliran darah ke jantung, akibatnya
timbullah nyeri dada (UPT-Balai Informasi Teknologi lipi pangan& Kesehatan, 2009)
2.2. Anatomi, Fisiologi Jantung dan Arteri Koroner
Sistem kardiovaskular dapat dianggap sebagai sistem transportasi tubuh,
sistem ini memiliki tiga komponen utama yaitu jantung, pembuluh darah dan darah
itu sendiri. Jantung adalah alat pemompa dan pembuluh darah adalah rute
pengiriman, darah dianggap sebagai cairan yang mengandung oksigen dan nutrisi
yang dibutuhkan tubuh dan membawa limbah yang perlu dibuang (Virtual Medical
Centre, 2013).
2.2.1 Struktur dan Fungsi Jantung 2.2.1.1 Struktur Jantung
Jantung adalah otot seukuran kepalan tangan dan berbentuk kerucut dengan
panjang 12 cm, lebar 9 cm dan tebal 6 cm, terletak di antara dua paru-paru di sebelah
kiri dari tengah dada, memiliki empat ruang yaitu atrium kiri, atrium kanan, ventrikel
kiri dan ventrikel kanan (Virtual Medical Centre, 2013).
2.2.1.2 Fungsi
Jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh (Virtual Medical
2.2.1.3Arteri Koroner Jantung
Jantung manusia normal memiliki dua arteri koroner mayor yang keluar dari
aorta yaitu right coronary artery dan left main coronary artery, dinamakan koroner karena bersama dengan cabangnya melingkari jantung seperti crown (mahkota corona). Arteri koroner meninggalkan aorta lebih kurang ½ inci di atas katup semilunar aorta, Left main coronary artery bercabang menjadi dua, yaitu left anterior descendens yang memberikan perdarahan pada area anterior luas ventrikel kiri, septum ventrikel dan muskulus papillaris anterior, sementara left circumflex memberikan perdarahan pada area lateral ventrikel kiri dan area right coronary artery dominan kiri. Right coronary artery memberikan perdarahan pada SA node, AV node, atrium kanan, ventrikel kanan, ventrikel kiri inferior, ventrikel kiri posterior
dan muskulus papillaris posterior (Kasma, 2011).
2.3. Patogenesis Plak Aterosklerosis
Struktur arteri koroner jantung yang sehat terdiri atas 3 lapisan, yaitu: intima,
media dan adventitia. Intima merupakan lapisan monolayer sel-sel endotel yang menyelimuti lumen arteri bagian dalam. Sel-sel endotel menutupi seluruh bagian
dalam sistem vaskular hampir seluas 700 m2 dan berat 1,5 kg. Sel endotel memiliki
berbagai fungsi, diantaranya menyediakan lapisan nontrombogenik dengan menutupi permukaannya dengan sulfat heparan dan melalui produksi derivat prostaglandin
platelet, rusaknya lapisan endotel akan memicu terjadinya aterosklerosis sebagaimana
yang akan dijelaskan dibawah ini.
Ada beberapa hipotesis yang menerangkan tentang proses terbentuknya
aterosklerosis, seperti monoclonal hypothesis, lipogenic hypothesis dan response to injure hypothesis. Namun yang banyak diperbincangkan adalah mengenai response to injure hypothesis sebagai berikut:
a. Stage A : Endothelial Injure
Endotelial yang licin berfungsi sebagai barrier yang menjamin aliran darah koroner lancar. Faktor risiko yang dimiliki pasien akan memudahkan masuknya
lipoprotein densitas rendah yang teroksidasi maupun makrofag ke dalam dinding
arteri. Interaksi antara endotelial injure dengan platelet, monosit dan jaringan ikat (collagen), menyebabkan terjadinya penempelan platelet (platelet adherence) dan agregasi trombosit (trombosit agregation).
b. Stage B : Fatty Streak Formation
Pembentukan fatty streak merupakan pengendapan kolesterol-kolesterol yang telah dioksidasi dan makrofag di bawah endothelium arteri. Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah akan menyerang endotel dan dioksidasi oleh radikal-radikal bebas pada permukaan endotel, lesi ini mulai tumbuh pada masa
kanak-kanak, makroskopik berbentuk bercak berwarna kekuningan, yang terdiri
c. Stage C: Fibrosis Plaque Formation
Formasi plak fibrosis terdiri atas inti atau central cholesterol dan tutup jaringan
ikat (cap fibrous). Formasi ini memberikan dua gambaran tipe yaitu Stable fibrous plaque dan Unstable fibrous plaque (Kasma, 2011).
2.4. Patofisiologi PJK
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan
kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya ke
tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri
koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal. Langkah pertama dalam pembentukan
aterosklerosis dimulai dengan disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat
terjadi setelah cedera pada sel endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel
meningkatkan permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam
lemak dan triglesirida, sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam
lemak menghasilkan oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembuluh
darah. Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun,
termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit ke
area cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori poten yang kemudian
memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan trombosit ke area
lesi, menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T dan B, dan melepaskan
mengaktifkan siklus inflamasi, pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area
cedera, sal darah putih akan menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif endotelial
yang bekerja seperti velcro sehingga endotel lengket terutama terhadap sel darah putih, pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit dan neutrofil mulai
berimigrasi di antara sel-sel endotel keruang interstisial. Di ruang interstisial, monosit
yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin, yang
meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori juga merangsan ploriferasi sel
otot polos yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika intima. Selain itu
kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima karena permeabilitas
lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan teradapat lapisan
lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi terus berlanjut, agregasi trombosit
meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah (tombus), sebagian dinding pembuluh
diganti dengan jaringan parut sehingga mengubah struktur dinding pembuluh darah,
hasil akhir adalah penimbunan kolesterol dan lemak, pembentukan deposit jaringan
parut, pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit dan proliferasi sel otot polos
sehingga pembuluh mengalami kekakuan dan menyempit. Apabila kekakuan ini
dialami oleh arteri-arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi
sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi
iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel miokardium sehingga
menggunakan glikolisis anerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses
pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam
dengan angina pectoris. Ketika kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot
jantung berkepanjangan dan iskemia miokard yang tidak tertasi maka terjadilah
kematian otot jantung yang di kenal sebagai miokard infark (Corwin, 2009).
[image:34.612.92.536.236.671.2]Patofisiologi PJK
Gambar 2.1. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner zat masuk arteri
Arteri
Proinflamatori Permeabelitas
Reaksi inflamasi Cedera sel endotel
Sel darah putih menempel di arteri
imigrasi keruang interstisial
Aliran darah pembuluh kaku & sempit
Pembentukan Trombus monosit makrofag
Lapisan lemak sel otot polos tumbuh
Nyeri
Asam laktat terbentuk MCI
2.5 Gejala PJK
Gejala PJK yang biasanya timbul adalah:
1. Dada terasa sakit, terasa tertimpa beban, terjepit, diperas, terbakar dan tercekik.
Nyeri terasa di bagian tengah dada, menjalar ke lengan kiri, leher, bahkan
menembus ke punggung. Nyeri dada merupakan keluhan yang paling sering
dirasakan oleh penderita PJK.
2. Sesak nafas
3. Takikardi
4. Jantung berdebar-debar
5. Cemas
6. Gelisah
7. Pusing kepala yang berkepanjangan
8. Sekujur tubuhnya terasa terbakar tanpa sebab yang jelas
9. Keringat dingin
10.Lemah
11.Pingsan
12.Bertambah berat dengan aktivitas
Tapi kebanyakan orang yang menderita PJK tidak mengalami beberapa gejala
di atas, tiba-tiba saja jantung bermasalah dan dalam kondisi yang kronis (UPT-Balai
2.6. Klasifikasi PJK
Menurut Braunwald (2001), PJK memiliki beberapa klasifikasi sebagai
berikut:
1. Angina Pektoris Stabil
Angina pektoris stabil adalah keadaan yang ditandai oleh adanya suatu
ketidaknyamanan (jarang digambarkan sebagai nyeri) di dada atau lengan yang
sulit dilokalisasi dan dalam, berhubungan dengan aktivitas fisik atau stres
emosional dan menghilang dalam 5-15 menit dengan istirahat dan atau dengan
obat nitrogliserin sublingual (Yusnidar, 2007). Angina pektoris stabil adalah rasa
nyeri yang timbul karena iskemia miokardium yang merupakan hasil dari
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen miokard.
Iskemia miokard dapat disebabkan oleh stenosis arteri koroner, spasme arteri
koroner dan berkurangnya kapasitas oksigen di dalam darah (Aladdini, 2011).
2. Angina pektoris tak stabil adalah angina pektoris (atau jenis ekuivalen
ketidaknyamanan iskemik) dengan sekurang-kurangnya satu dari tiga hal berikut;
a. Timbul saat istirahat (atau dengan aktivitas minimal) biasanya berakhir
setelah lebih dari 20 menit (jika tidak diberikan nitrogliserin).
b. Lebih berat dan digambarkan sebagai nyeri yang nyata dan merupakan onset
baru (dalam 1 bulan).
c. Timbul dengan pola crescendo (bertambah berat, bertambah lama, atau lebih sering dari sebelumnya). Pasien dengan ketidaknyamanan iskemik dapat
Istilah angina tidak stabil pertama kali digunakan 3 dekade yang lalu dan
dimaksudkan untuk menandakan keadaan antara infark miokard dan kondisi lebih
kronis dari pada angina stabil. Angina tidak stabil merupakan bagian dari sindrom
koroner akut, dimana tidak ada pelepasan enzim dan biomarker nekrosis miokard.
Angina dari sindrom koroner akut (SKA) cenderung merasa lebih parah dari angina
stabil, dan biasanya tidak berkurang dengan istirahat beberapa menit atau bahkan
dengan tablet nitrogliserin sublingual. SKA menyebabkan iskemia yang mengancam
kelangsungan hidup otot jantung. Kadang-kadang obstruksi menyebabkan SKA
hanya berlangsung selama waktu yang singkat dan tidak ada nekrosis jantung yang
terjadi, SKA memiliki dua dua bentuk gambaran EKG yantu:
1. Infak Otot Jantung tanpa ST Elevasi (Non STEMI)
Non STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang
disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak, erosi dan ruptur
plak ateroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Pada non STEMI, trombus yang terbentuk biasanya tidak menyebabkan oklusi
menyeluruh pada lumen arteri koroner. Non STEMI memiliki gambaran klinis
dan patofisiologi yang mirip dengan angina tidak stabil, sehingga penatalaksanaan
keduanya tidak berbeda. Diagnosis Non STEMI ditegakkan jika pasien dengan
manifestasi klinis angina tidak stabil menunjukkan bukti adanya nekrosis miokard
2. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST (STEMI)
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi trombus pada plak aterosklerosis yang sudah ada sebelumnya
(Kasma, 2011).
Bagan dibawah 2.2. memperlihatkan suatu reorganisasi manifestasi klinis
[image:38.612.134.500.286.470.2]infark miokard akut yang sekarang disebut sindroma koroner akut.
Gambar 2.2. Nomenklatur Sindroma Koroner Akut Sumber : Braunwald. Acute myocardial Infarction. Heart Disease. 2001
2.7. Komplikasi PJK
Adapun komplikasi PJK adalah:
1. Disfungsi ventricular
2. Aritmia pasca STEMI
3. Gangguan hemodinamik
4. Ekstrasistol ventrikel
Sindroma Koroner Akut
Elevasi ST Tanpa Elevasi ST
Infark miokard
5. Takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel
6. Syok kardiogenik
7. Gagal jantung kongestif
8. Perikarditis
9. Kematian mendadak (Karikaturijo, 2010).
2.8. Epidemiologi PJK
PJK merupakan penyakit tidak menular (noncommunacable disease) yang tidak hanya menyerang laki-laki saja, namun wanita juga berisiko, meskipun
kasusnya tidak sebesar pada laki-laki. Pada orang yang berumur > 65 tahun
ditemukan 20 % PJK pada laki-laki dan 12 % pada wanita (Supriyono, 2008).
Penyakit jantung adalah penyakit negara maju atau negara industri, lebih
tepatnya, penyakit ini disebut sebagai penyakit masyarakat modern, dengan pola
hidup modern. Karena itu penyakit jantung tidak saja monopoli negara maju, tetapi
juga di negara yang sedang berkembang yang menunjukkan kecendrungan
peningkatannya sesuai dengan kecundrungan modernisasi masyarakatnya. Hal ini
disebabkan karena penyebab penyakit jantung berkaitan dengan keadaan dan perilaku
masyarakat maju misalnya tingginya stres, salah makan dan gaya hidup modern
seperti rokok dan minum alkohol yang berlebihan (Bustam, 2007).
Sementara itu PJPD di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia
cenderung meningkat sebagai modernisasi yang meniru gaya hidup negara sudah
suatu organisme tertentu, namun penularan penyakit ini melalui peniruan gaya hidup
sehingga penyakit ini ada yang menyebut sebagai ‘new communicable disease’. Menurut WHO (1990), kematian karena PJPD adalah sebesar 12 juta jiwa pertahun,
sehingga dianggap sebagai pembunuh nomor satu umat manusia jika dibandingkan
dengan kematian yang disebabkan oleh penyakit lain seperti diare 5 juta jiwa, kanker
4,8 juta jiwa, dan TBC 3 juta jiwa/tahun. Padahal dikatakan bahwa PJPD ini adalah
suatu prevantable disease (penyakit yang dapat dicegah), di mana 50% kematian dini dapat dicegah dengan upaya-upaya memodifikasi gaya hidup (Bustam, 2007).
Menurut PERKI (2004), PJPD saat ini menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian di Indonesia. Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) yang dilakukan secara berkala oleh departeman kesehatan menunjukkan
bahwa PJPD memberikan kontribusi sebesar 19,8% dari seluruh penyebab kematian
pada tahun 1993 dan meningkat menjadi 24,4% pada tahun 1998 (Muttaqin, 2009).
2.9.Faktor Risiko PJK
Faktor risiko seseorang untuk menderita SKA ditentukan melalui interaksi dua
atau lebih faktor risiko yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable factors) dan faktor yang dapat dimodifikasi (modifiable factors), Faktor yang dapat dimodifikasi yaitu; merokok, aktivitas fisik, diet, dislipidemia, obesitas, hipertensi
dan DM. Sedangkan faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin,
2.9.1 Faktor Risiko yang tidak dapat Dimodifikasi 2.9.1.1 Keturunan
Fakta menyebutkan bahwa faktor keturunan telah lama dikenal memainkan
peran terhadap kejadian PJK, Sebuah studi yang dipimpin oleh Profesor Kristina
Sundquist dari Pusat Penelitian Perawatan Kesehatan Primer di Malmo (Swedia)
yang diterbitkan dalam American Heart Journal. Penelitian ini dimulai pada tahun 1973 sampai 2008, terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan jumlah 80.214
responden yang diadopsi pada tahun ≤ 1932. Penelitian ini mengungkapkan bahwa
individu yang memiliki setidaknya satu orang tua biologis yang menderita PJK
memiliki risiko 40-60% terkena PJK jika dibandingkan dengan anak yang orang
tuanya tidak memiliki riawayat PJK, meskipun kedua orang tua angkatnya menderita
PJK. Kemudian Profesor Sundquist menyimpulkan bahwa hasil penelitian
menunjukkan bahwa risiko PJK tidak ditransfer melalui gaya hidup yang tidak sehat
dalam keluarga, melainkan melalui gen. Akan tetapi bukan berarti gaya hidup
seseorang bukanlah faktor risiko terhadap peningkatan kejadian PJK (Medical New
Today, 2011).
2.9.1.2 Umur
PJK berkembang semakin bertambahnya umur seseorang, Semakin bertambah
usia semakin besar kemungkinan untuk menderita PJK dan menderita serangan
jantung fatal. Setelah umur 40 tahun risiko terkena PJK adalah 49% untuk laki-laki
dan 32% untuk perempuan. Lebih dari 4/5 atau 81% orang-orang yang meninggal
merupakan faktor risiko yang membuat orang-orang merasa agak tidak berdaya
dalam memerangi PJK (Garko, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Delima dkk (2009), dengan
menggunakan studi kasus kontrol dengan tingkat kepercayaan 95% (CI 95%), jumlah
responden 661.165 orang, menyebutkan bahwa risiko menderita penyakit jantung
cenderung meningkat dengan bertambahnya umur, risiko cenderung meningkat
hingga > 2,2 kali pada kelompok umur > 55 tahun, 2,49 kali pada kelompok umur >
75 tahun jika dibandingkan dengan kelompok umur 15-24 tahun.
2.9.1.3 Jenis Kelamin
American Heart Association (AHA) (2004), melaporkan bahwa 1 dari 3
wanita dewasa menderita PJPD, sejak tahun 1984 jumlah kematian akibat PJPD pada
perempuan lebih tinggi dari pada pada laki-laki. sekitar tiga juta wanita memiliki
riwayat serangan jantung akibat PJK. 38% wanita yang menderita serangan jantung
akan meninggal lebih awal dalam waktu satu tahun dibandingkan dengan laki-laki
hanya 25%, meskipun wanita memiliki serangan jantung pada usia yang lebih tua
daripada laki-laki, perempuan mungkin meninggal dalam beberapa minggu setelah
menderita PJK. Namun 64% dari wanita yang meninggal mendadak akibat PJK tidak
mengalami gejala sebelumnya. Peningkatan kejadian PJK pada wanita itu terjadi
setelah menopause dan kematian 2-3 kali lebih besar daripada wanita sebelum
menopause. Oleh karena itu, wanita pasca-menopause harus ekstra waspada terhadap
PJK. Usia rata-rata untuk laki-laki yang memiliki serangan jantung pertama akibat
tahun. Risiko PJK meningkat setelah umur > 40 tahun pada laki-laki yaitu 49% dan
perempuan 32%, meskipun kejadian PJK bagi perempuan lebih lambat 10-20 tahun
dari pada laki-laki, namun pada wanita yang lebih serius mengalami serangan jantung
dan kematian mendadak (Garko dan Michael, 2012).
Prevalensi penyakit jantung di Indonesia menunjukkan perempuan lebih
tinggi dari pada laki-laki. Hasil SKRT (2001) menunjukkan prevalensi penyakit
jantung pada populasi semua umur lebih tinggi pada perempuan dibanding laki-laki
(4,9% vs 3,4%), hasil SKRT (2004), prevalensi penyakit jantung menurut gejala pada
populasi umur ≥ 15 tahun juga lebih tinggi pada perempuan (2,3% vs 1,3%), Bahkan
hasil penelitian tahun 1985 di masyarakat pedesaan di Kabupaten Semarang berbeda
dengan gambaran di rumah sakit saat itu, ternyata prevalensi penyakit jantung
iskemik pada wanita lebih tinggi dibanding laki-laki (Delima dkk, 2009).
2.9.1.4 Ras/Etnis
Studi statistik menunjukkan bahwa ras/etnis memiliki peran penting terhadap
kejadian PJK. Pada orang Afrika, Meksiko, India, Hawaii asli dan beberapa orang
Asia memiliki risiko lebih tinggi untuk PJK dari pada pada orang Kaukasia (Inggris)
dan Jepang (Asia Timur). Hal ini terjadi karena orang kulit hitam (terutama Afrika)
memiliki faktor risiko kelebihan berat badan dan obesitas lebih tinggi, DM dan
hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling serius bagi PJK (Garko dan
2.9.2 Faktor Risiko yang dapat Dimodifikasi
Adapun faktor risiko PJK yang dapat dimodifikasi adalah:
2.9.2.1 Merokok
Merokok dalam jangka waktu yang lama akan meningkatkan risiko PJK dan
serangan jantung, merokok memicu pembentukan plak pada arteri, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat meningkatkan risiko PJK dengan cara
menurunkan level kolesterol HDL (Hight density lifid). Semakin banyak merokok semakin besar risiko terkena serangan jantung. Studi menunjukkan jika berhenti
merokok selama setahun maka akan menurunkan setengah dari risiko serangan
jantung (Ramandika, 2012).
Menurut Depkes (2007), Penggunaan rokok merupakan salah satu faktor
risiko terbesar pada penyakit tidak menular. Menurut data Susenas tahun 2001,
jumlah perokok di Indonesia sebesar 31,8%. Jumlah ini meningkat menjadi 32% pada
tahun 2003, dan meningkat lagi menjadi 35% pada tahun 2004. Pada tahun 2006, The Global Youth Survey (GYTS) melaporkan 64,2% atau 6 dari 10 anak sekolah yang disurvei terpapar asap rokok selama mereka di rumah. Lebih dari sepertiga (37,3%)
pelajar biasa merokok dan yang lebih mengejutkan lagi adalah 30,9% atau 3 diantara
10 pelajar menyatakan pertama kali merokok pada umur dibawah 10 tahun. Data
Riskesdas tahun 2007 juga memperlihatkan tingginya prevalensi penduduk yang
merokok. Jumlah perokok aktif umur > 15 tahun adalah 35,4% (65,3% laki-laki dan
5,6% perempuan), berarti 2 diantara 3 laki-laki adalah perokok aktif. Lebih bahaya
mengancam keselamatan kesehatan lingkungan. Merokok dapat merubah
metabolisme khususnya dengan meningkatnya kadar kolersterol darah, di samping itu
dapat menurunkan HDL. Tingginya kadar kolesterol darah mempunyai pengaruh
yang besar terhadap terjadinya PJK (Arief, 2011).
Menurut laporan WHO (2002), tingkat merokok di Asia pada laki-laki (sekitar
> 40%) jauh lebih tinggi dari pada laki-laki di Barat (30-40%). Sebaliknya, tingkat
merokok di Asia pada perempuan (< 20%) jauh lebih rendah dibandingkan pada
wanita Barat (20-40 %). Merokok merupakan faktor risiko untuk stroke dan PJK.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Korea dengan
menggunakan metode Prospektive Cohort Study dengan jumlah 648.346 laki-laki Korea usia ≥10 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah
rokok yang dihisap perhari semakin tinggi risiko terjadinya PJK dan penyakit
Gambar 2.3. Hazart Rasio Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah pada Perokok
Sumber
Dari gambar diatas maka dapat dijelaskan bahwa ada kecenderungan linier
yang kuat dari peningkatan risiko stroke iskemik, perdarahan subarachnoid dan MI
akibat dari banyaknya jumlah rokok yang dihisap per hari. Namun merokok tidak
menunjukkan hasil resiko relatif (RR) 1,32 (1,24 -1.40) untuk stroke dan 1,60
(1,49-1,72) untuk PJK. Ada hubungan dosis-respons yang jelas antara jumlah rokok dihisap
per hari dengan kejadian stroke dan PJK. Untuk mantan perokok, dibandingkan
dengan perokok saat ini dengan hasil RR 0,84 (0,76-0,92) untuk stroke dan 0,71
(0,64-0,78) untuk PJK, jadi dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa berhenti
merokok memiliki manfaat yang jelas
Menurut penelitian Supriyono (2008), dengan design kasus kontol, dari hasil
analisisi bivariat menunjukkan bahwa kebiasaan merokok memiliki hubungan yang
signifikan dengan kejadian PJK (p = 0,011), kebiasaan merokok juga berisiko untuk terjadinya PJK pada usia > 45 tahun sebesar 2,4 kali dibandingkan dengan yang tidak
merokok (OR=2,4 ; 95% CI=1,3-4,5).
Penelitian Framingham dalam Anwar (2004), memaparkan bahwa kematian
mendadak akibat PJK pada laki-laki perokok 10x lebih besar dari pada bukan
perokok dan pada perempuan perokok 4,5x lebih tinggi dari pada bukan perokok. Hal
ini disebabkan meningkatnya beban miokard yang dipicu oleh katekolamin dan
menurunnya komsumsi O2 akibat inhalasi CO sehingga menimbulkan takikardi,
vasokonstriksi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merubah 5-10% Hb menjadi karboksi -Hb. Semakin sering menghisap rokok akan
menyebabkan kadar HDL kolesterol makin menurun. Efek merokok ini akan
berdampak langsung pada peningkatan tingkat diabetes disertai obesitas dan
hipertensi, sehingga orang yang merokok cenderung lebih mudah terjadi proses
Ringkasnya, merokok merupakan faktor risiko untuk PJK dan stroke (stroke
iskemik) pada orang Asia. Karena tingkat merokok pada orang Asia jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan orang Barat, berhenti merokok sangat penting untuk
pencegahan PJPD di Asi
2.9.2.2 Aktivitas Fisik
Aktifitas fisik dianjurkan terhadap setiap orang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesegaran tubuh. Aktifitas fisik berguna untuk melancarkan peredaran
darah dan membakar kalori dalam tubuh (Hermansyah, 2012). Aktivitas fisik secara
teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung dan
pembuluh darah. Kegiatan aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila kegiatan
dilakukan terus-menerus sekurangnya 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan
secara kumulatif 150 menit selama lima hari dalam satu minggu. Namun hampir
separuh penduduk (47,6%) kurang melakukan aktivitas fisik (Riskesdas Sumsel,
2007).
Latihan/olahraga merupakan suatu aktivitas aerobik, yang bermanfaat untuk
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru,
peredaran darah, otot-otot dan sendi-sendi. Suatu latihan olahraga yang dilakukan
secara teratur akan memberikan pengaruh yang besar terhadap tubuh kita. Latihan
fisik dengan pembebanan tertentu akan mengubah faal tubuh yang selanjutnya akan
mengubah tingkat kesegaran jasmani. Aktivitas aerobik teratur menurunkan risiko
PJK meskipun hanya 11% laki-laki dan 4% perempuan (Salim dan Nurrohmah,
Hasil penelitian Febriani (2011), Hariadi dan Ali (2005), menjelaskan bahwa
orang yang tidak mempunyai kebiasaan olahraga beresiko lebih besar terkena PJK
daripada orang yang mempunyai kebiasaan olahraga, serta olahraga teratur bisa
mengurangi risiko PJK (Salim dan Nurrohmah, 2013).
Menurut penelitian Salim dan Nurrohmah (2013), di RSUD dr. Moewardi
menyebutkan bahwa responden yang tidak rutin melakukan olah raga berisiko
mengalami kejadian PJK 2.250 lebih besar dibandingkan dengan responden yang
rutin melakukan olah raga.
Menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI (2006),
Aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang menguntungkan terhadap kesehatan
yaitu:
1. Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah
tinggi, DM dan lain-lain
2. Berat badan terkendali
3. Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat
4. Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional
5. Lebih percaya diri
6. Lebih bertenaga dan bugar
Beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:
a. Berjalan kaki, misalnya turunlah dari bus lebih awal menuju tempat kerja
kira-kira menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan saat pulang berhenti di
halte yang menghabiskan 10 menit berjalan kaki menuju rumah
b. Lari ringan/jogging
c. Push-up
d. Naik turun tangga
e. Mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur (fitness)
f. Berkebun
g. Menimba air
h. Berkebun/bercocok tanam
i. Mencangkul
j. Bermain tenis
k. Bermain bulu tangkis
l. Bermain Sepak bola/basket/ volly
m. Senam aerobik
n. Berenang
o. Bersepeda
p. Latihan beban seperti dumble dan modifikasi lain
q. Mendaki gunung
2.9.2.3 Diet
Diet dapat didefenisikan sebagai usaha seseorang dalam mengatur pola makan
dan mengurangi makan untuk mendapatkan berat badan yang ideal.
Diet terbagi 2 yaitu :
1. Diet sehat
2. Diet tidak sehat
Diet tidak sehat terbagi dua macam
a. Makanan Tinggi Lemak
Makan tinggi lemak sangat berhubungan dengan tingginya jumlah kolesterol
dalam darah. Makanan orang Amerika rata-rata mengandung lemak dan kolesterol
yang tinggi sehingga kadar kolesterol cenderung tinggi, sedangkan orang Jepang
umumnya berupa nasi, sayur-sayuran dan ikan sehingga orang Jepang rata-rata
memiliki kadar kolesterol rendah sehingga prevaleni PJK lebih rendah di Jepang dari
pada Amerika (Malau, 2011).
b. Kurang Konsumsi Sayurandan Buah-buahan
Menurut Reine (2005), Sayuran dan buah-buahan merupakan makanan
rendah kalori, kaya serat vitamin dan mineral untuk menjaga kesehatan (Dewi, 2013).
Perilaku makan sehat merupakan perilaku mengkonsumsi beberapa variasi kelompok
makanan yang direkomendasikan yaitu karbohidrat, protein, lemak, Sayuran dan
buah-biahan secara universal (Ogden, 2010). Data frekuensi dan porsi asupan sayuran
dan buah dikumpulkan dengan menghitung jumlah hari konsumsi dalam seminggu
sayuran dan buah-buahan apabila makan sayur dan atau buah minimal 5 porsi per
hari (400 g) selama 7 hari dalam seminggu. Dikategorikan kurang apabila konsumsi
sayuran dan buah-buahan kurang dari ketentuan di atas. Secara keseluruhan,
penduduk umur > 10 tahun kurang konsumsi sayuran dan buah-buahan sebesar
97,0%. (Riskesdas Sumatera Selatan, 2007).
Riskesdas (2007), menyebutkan bahwa hanya 5,5 % warga Sumatera Utara usia
> 10 tahun yang mengonsumsi Sayuran dan buah yang mengandung serat sesuai
anjuran WHO(Starberita Medan, 2012).
Menurut Almatsier (2004), porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang
dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 150 – 200 gram dan porsi
buah yang dianjurkan sehari untuk dewasa adalah sebanyak 200-300 gram (Gustiara,
2012).
Dalam jangka panjang sedikit konsumsi sayuran dan buah-buahan dapat
menyebabkan penyakit kronis misalnya hipertensi, kanker, PJK, diabetes dan obesitas
(Ogden, 2010). Dalam penelitan studi meta-analisis, yang diterbitkan pada tahun 1992 dan 2004 menunjukkan bahwa konsumsi > 5 porsi buah dan sayuran/hari (>
391 g) menyebabkan 17% penurunan risiko PJK (p < 0,001). kemudian penelitian serupa yang dilakukan He dkk (2007), dengan menggunakan metode studi
meta-analisis yang diterbitkan tahun sebelumnya menunjukkan bahwa konsumsi buah dan
sayuran > 5 porsi/hari akan menyebabkan penurunan risiko PJK sebesar 4% (Produse
Sejak studi meta-analisis diatas dipublikasikan maka Nikolic dkk (2008),
melakukan sebuah studi di Serbia dengan menggunakan metode kasus-kontrol yang
terdiri dari 290 responden (67% laki-laki dan 33% perempuan usia 23-79 tahun), dari
hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, subyek yang mengkonsumsi sedikit
sayuran (< 1 cawan per minggu p < 0,01) akan mengalami 3 kali kemungkinan lebih tinggi terkena PJK jika dibandingkan dengan subjek yang mengkonsumsi lebih dari
satu cawan perhari dan untuk buah/jus buah, studi meta-analisis independen menunjukkan bahwa orang yang mengkonsumsi sedikit buah/jus buah akan
mengalami 1,78 kali terjadinyan PJK (P < 0,05 , < 0.001) jika dibandingkan dengan
orang yang banyak mengkonsumsi buah/jus buah (>1 porsi perhari) (Produse for
Better Health Foudatian, 2011).
2.9.2.4 Dislipidemia (Kolestrol dalam Darah)
Pada buku Hurst’s dijelaskan bahwa kolesterol merupakan prasyarat terjadi PJK,
kolesterol akan berakumulasi di lapisan intima dan media pembuluh arteri koroner.
Jika hal tersebut terus berlangsung maka akan membentuk plak sehingga pembuluh
arteri koroner yang mengalami inflamasi atau terjadi penumpukan lemak kemudian
mengalami aterosklerosis (Fuster dkk, 2010). Hiperlipidemia juga disebabkan karena
abnormal lipoprotein dalam darah, hal ini disebabkan karena meningkatnya LDL dan
menurunnya HDL (Kumar dkk, 2010).
Pada awalnya di negara-negara Barat, PJK berhubungan dengan kolesterol
yang tinggi, sedangkan di negara-negara Asia, kolesterol total (TC) umumnya lebih
urbanisasi tumbuh di Asia, maka kadar kolesterol total pada negara-negara Asia
mengalami peningkatan selama 50 tahun terakhir. Misalnya, studi Hisayama di Japan
melaporkan bahwa prevalensi hiperkolesterolemia (total kolesterol [TC] ≥ 5,7
mmol/L) meningkat dari 2,8% menjadi 25,8% pada pria dan dari 6,6% menjadi
41,6% pada wanita selama tahun 1961-2002. Peningkatan kolesterol di negara-negara
Asia dapat dikaitkan dengan peningkatan dalam asupan makanan yang berlemak.
Banyak penelitian epidemiologi di Asia telah memberikan informasi tentang
hubungan kolesterol dengan risiko PJPD. Studi kohort yang dilakukan oleh Korean National Health selama 11 tahun yang terdiri dari 787.442 pria dan wanita berusia 30-64 tahun, untuk hubungan antara kolesterol dengan peningkatan kejadian stroke
Gambar 2.4. Hazart Rasio PJPD pada Penderita Hyperdislipidemia Sumber :
Gambar diatas menggunakan design meta-analisis study dengan CI 95%, menjelaskan bahwa peningkatan 1 mmol/L kolesterol maka HR akan menjadi 1,20
(1,16-1,24) untuk stroke iskemik, HR 0,91 (0,87-0,95) untuk stroke hemoragik dan
HR 1,48 (1,43-1,53) untuk infark. Penelitian APCSC dengan design studi kohort
selama 5,5 tahun dengan CI 95%, menjelaskan bahwa adanya hubungan TC
(kolesterol total) dengan kejadian PJPD dan menginformasikan bahwa peningkatan ≥
1 mmol/L akan menyebabkan terjadinya peningkatan risiko PJPD, dengan RR 1,35
(1,13-1,40), penurunan risiko stroke hemoragik fatal RR 0,80 (0,70-0,92 )
Penelitan Hisayama di Jepang (2009), menunjukkan bahwa risiko terkena
infark pada otak nonembolic dan PJK megalami peningkatan pada responden dengan LDL yang tinggi, tetapi tidak ada hubungan yang jelas dengan kejadian stroke
hemoragik. Penelitan arteriosklerosis yang dilakukan di Jepang pada tahun 2010
dengan mengunakan longitudinal cohort study melaporkan bahwa non–highdensity lipoprotein (non- HDL) lebih dapat dipercaya sebagai prediktor untuk peningkatan terjadinya MI akut dari pada TC, singkatnya, hiperkolesterolemia umumnya
merupakan faktor risiko untuk penyakit aterosklerotik seperti stroke iskemik dan MI
pada orang Asia. Karena prevalensi hiperkolesterolemia telah meningkat di Asia
selama setengah abad terakhir, oleh karena itu pentingnya manajemen kolesterol
untuk mencegah penyakit aterosklerosis di masa depan (Imamura dkk, 2009).
Menurut Yayasan Jantung Indonesia (2003), kadar kolesterol dikatakan tinggi
apabila kadar kolesterol total ≥ 240 mg/L.
Menurut laboratorium RS Islam Malahayati, kadar kolesterol dikatakan tinggi
apabila :
1. Kadar kolesterol total > 200 mg/dl.
2. Kadar kolesterol LDL ≥ 160 mg/dl.
3. Kadar kolesterol HDL ≤ 55 mg/dl.
2.9.2.5 Obesitas
Obesitas sudah menjadi sebuah epidemi di negara maju, ukuran objektif
obesitas biasanya dinilai dari nilai IMT, dimana ukuran international untuk obesitas