• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah di SMP Yapia : yayasan pendidikan al-hidayah ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah di SMP Yapia : yayasan pendidikan al-hidayah ciputat"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

YAPIA (Yayasan Pendidikan Al-Hidayah) Ciputat

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

REFNITA

NIM. 105018200692

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

YAPIA (Yayasan Pendidikan Al-Hidayah) Ciputat

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

REFNITA

NIM. 105018200692

Di bawah Bimbingan

Drs. Syafril M.Pd NIP. 19460601 196705 1 001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Refnita (105018200692). Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran Oleh Kepala Sekolah di SMP YAPIA Ciputat ( Penelitian langsung di SMP YAPIA Ciputat ). Skripasi di bawah Bimbingan Syafril M. Pd. Jurusan Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran oleh kepala sekolah di SMP YAPIA Ciputat, yang menyangkut pada : (1) Pemberian pengarahan kepada para guru; (2) Pemberian bimbingan kepada guru; (3) Kegiatan pengawasan terhadap kegiatan para guru; (4) Kegiatan pengevaluasian terhadap kegiatan para guru; (5) Pemberian motivasi kepada guru.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan study kasus. Penelitian ini dilaksankan pada bulan Maret sampai bulan Juni 2009. Informan dan sampel penelitian adalah seluruh guru yang ada di SMP YAPIA Ciputat yang berjumlah 24 responden. Teknik pengambilan data untuk pendekatan kualitatif ini menggunakan teknik observasi dan penyebaran angket.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

Supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah menurut para guru di SMP YAPIA Ciputat berdasarkan indikator telah terlaksana dengan Baik. Adapun perhitungan hasil dari setiap indikator adalah (1) Pemberian pengarahan kepada guru menunjukkan 76,6%, dengan demikian bahwa Kepala Sekolah telah memberikan pengarahan yang baik kepada para guru. (2) Pemberian bimbingan kepada guru menunjukkan 79,9%, dengan demikian bahwa Kepala Sekolah telah memberikab bimbingan yang baik kepada para guru. (3) Kegiatan pengawasan terhadap kegiatan para guru menunjukkan 80,28%, dengan demikian bahwa Kepala Sekolah telah melakukan kegiatan pengawasan yang baik terhadap kegiatan para guru. (4) Kegiatan pengevaluasian terhadap kegiatan guru menunjukkan bahwa 85,8%, dengan demikian menunjukkan bahwa Kepala Sekolah telah melakukan kegiatan pengawasan yang baik terhadap kegiatan para guru. (5) Pemberian motivasi terhadap para guru menunjukkan bahwa 81,3%, dengan demikian Kepala Sekolah telah memberikan motivaasi-motivasi kepada para guru dalam menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah.

(4)

Tak ada yang patut penulis sampaikan kecuali rasa syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan taufik serta hidayah, sehingga tanpa terasa penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran Oleh Kepala Sekolah di SMP YAPIA (Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah) Ciputat”, yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan dan fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah menuntun umatnya dahulu dari jaman yang penuh dengan kesesatan ke jaman yang terang benderang menuju keselamatan dunia dan akhirat.

Selesainya skripsi ini, tentunya tidak luput dari bantuan pihak-pihak yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materil yang tidak mampu penulis lupakan jasa-jasanya karena pengorbanan mereka semua, maka ingin rasanya penulis mencurahkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta stafnya.

2. Bapak Rusdy Zakarya, M.Ed, M. Phil Ketua Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd Ketua Prodi Manajemen Pendidikan Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Bapak Drs. Syafril M.Pd Dosen Pembimbing skripsi yang dengan sabar dan tulus, dalam membimbing, meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya disela-sela kesibukan beliau untuk memberikan bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(5)

Hidayatullah Jakarta ini.

6. Bapak Syaripulloh M.Si Dosen pembimbing PPKT yang telah banyak memberikan saran-saran bagi penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

7. Bapak Badri, S.Ag, Kepala SMP YAPIA Ciputat beserta seluruh guru dan staf jajarannya yang telah membantu penulis dengan memberikan izin untuk mengadakan penelitian di SMP YAPIA Ciputat tersebut dan bersedia memberikan data-data yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Keluargaku terutama untuk kedua orang tuaku ayahanda Ramadin dan ibunda Mariana yang telah memberikan doa serta restunya dan memenuhi segala kebutuhan yang penulis perlukan hingga menyelesaikan penelitian ini dan untuk kakakku Reflina serta adikku Rahmat Hidayat terima kasih atas segala pengertiannya.

9. Sobat-sobatku seperjuangan (Dwi, Dewi, Tsulis) yang telah membantu memberikan semangat, pendapat dan kritiknya kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10.Untuk Aa qu, terima kasih banyak atas segala bantuan dan kasih sayangnya, aku sayang kamu

Hanya harapan dan doa yang dapat disampaikan kepada semua pihak yang telah bekerjasama dalam membantu penulis guna menyelasikan skripsi ini agar mendapatkan balasan yang sberlipat ganda dari Allah SWT. Amin

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi isi, bahasa maupun penulisannya, maka dari itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran serta kritik yang membangun.

Jakarta, Maret 2010

Penulis

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KERANGKA TEORI, BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori ... 6

1. Hakikat Supervisi ... 6

a. Pengertian Supervisi... 6

b. Supervisi Akademik ... 8

c. Tujuan Supervisi Pengajaran... 11

d. Fungsi Supervisi Pengajaran ... 15

e. Prinsip-prinsip Supervisi Pengajaran ... 17

f. Dimensi-dimensi Substasi Supervisi Akademik. ... 21

g. Teknik-teknik Supevisi Pengajaran... 28

2. Pendekatan terhadap Supervisi Pengajaran... 31

3. PelaksanaanSupervisi oleh Kepala Sekolah... 33

4. Penilaian Keberhasilan Supervisi Akademik ... 35

5. Perbaikan Program Supervisi Akademik ... 35

6. Media, Sarana, dan Sumber ... 36

7. Instrumen Pengukuran Kemampuan Guru... 36

(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian ... 41

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41

C. Metode Penelitian ... 41

D. Sumber Data Penelitian... 41

E. Teknik Pengumpulan Data... 42

F. Instrumen Penelitian ... 43

G. Teknik Analisis Data... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 46

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

1. Karakteristik Responden ... 46

2. Data Hasil Angket ... 48

C. Interpretasi Data ... 66

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN

(8)

1 Kisi-Kisi Angket Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran di SMP YAPIA Ciputat... 41 .2 Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban dari Likert ... 44 .3 Interpretasi Nilai Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran di

SMP YAPIA Ciputat... 45 4 Jenis Kelamin Responden Guru SMP YAPIA Ciputat Tahun

Ajaran 2009/2010... 47 5 Pangkat/jabatan Responden Guru SMP YAPIA Ciputat Tahun

Ajaran 2009/2010... 47 6 Memberikan arahan kepada guru dalam menyusun materi

pembelajaran ... 48 7 Mengarahkan guru dalam melakukan analisis penilaian KBM ... 49 8 Memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat program

kerja tahunan ... 50 9 Memberikan bimbingan dalam membuat satuan pembelajaran... 50 10 Membantu guru dalam mengorganisir materi pelajaran yang

digunakan dalam pembelajaran... 51 11 Membantu guru dalam membuat tugas dan tanggung jawab di

sekolah ... 51 12 Membantu guru dalam pembagian tugas mengajar di sekolah ... 52 13 Memberikan bimbingan kepada guru dalam mencari sumber data 52 14 Memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat peraturan

di sekolah ... 53 15 Memberikan bimbingan kepada guru dalam menganalisis hasil

evaluasi... 53 16 Memberikan bimbingan kepada guru dalam mengatur

adminisratsi di sekolah... 54

(9)

dengan para siswa ... 55 19 Memberikan bimbingan kepada guru dalam melakukan

pembelajaran di kelas... 55 20 Memberikan bimbingan kepada guru dalam melakukan

komunikasi dengan para siswa di kelas ... 56 21 Mengawasi program kerja yang di buat oleh guru di kelas ... 57 22 Mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas... 58 23 Membuat diskusi untuk para guru demi kemajuan program

sekolah ... 58 24 Memberikan kesempatan kepad aguru untuk berpartisipasi dalam

menetapkan kebijakan demi kemajuan pendidikan di sekolah ... 59 25 Memberikan penilaian terhadap tugas yang diberikan kepada

guru di sekolah ... 59 26 Memberikan pembinaan mengenai teknik penyusunan program

perbaikan KBM bagi para guru... 60 27 Membantu guru dalam menciptakan iklim dan suasana yang

kondusif di sekolah ... 60 28 Melatih guru untuk menyusun instrumen penilaian yang dapat

mengukur kemajuan kinerja guru di sekolah ... 61 29 Membantu perbaikan kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam

melaksanakan program sekolah ... 61 30 Memberikan program tahunan yang di buat oleh guru dalam

kegiatan pengajaran di sekolah ... 62 31 Membantu guru dalam menentukan bahan pengayaan bidang

studi ... 62 32 Membantu pra guru dalam menyusun program semester sekolah . 63

(10)

kinerjanya... 65 35 Dalam rapat sekolah kepala sekolah memberikan motivasi

kepada guru untuk dapat mengembangkan pengajaran yang kreatif kepada siswa di sekolah... 65 36 Prosentase perhitungan nilai rata-rata ... 67

(11)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Refnita

NIM : 105018200692

Program Studi : Manajemen Pendidikan Jurusan : Kependidikan Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Januari 2010 Penulis

Refnita

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Departemen Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa perubahan dan pengembangan aspek kehidupan perlu ditanggapi oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Profesionalitas guru yang baik itu sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya iklim pendidikan yang efektif serta dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia

Dunia pendidikan saat ini dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan, di lihat dari banyaknya permasalahan pendidikan yang sampai saat ini belum dapat terselesaikan seperti mutu pendidikan yang rendah, minimnya profesionalisme tenaga pendidik, rendahnya sistem manajemen pendidikan sekolah, anggaran pendidikan yang tidak relevan, hingga kurangnya relevansi tenaga pendidik terhadap anak didiknya. Dari permasalahan-permasalahan di atas sangatlah mempengaruhi baik buruknya sistem pendidikan di Indonesia.

Dari permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia ini, dibutuhkan perubahan-perubahan yang signifikan seperti dalam kegiatan belajar mengajar dan kinerja pendidikan yang harus diawasi dan di bimbing oleh seorang supervisi pengajaran. Karena menurut Piet A Sahertian “Supervisi pengajaran adalah segala sesuatu yang dilakukan personalia sekolah untuk memelihara dan mengubah apa yang dilakukan sekolah dengan cara langsung mempengaruhi proses belajar mengajar dalam usaha

(13)

meningkatkan proses mengajar siswa”1. Dengan demikian, supervisi pengajaran dapat diartikan proses yang digunakan oleh personalia pendidikan (supervisior)

Kegiatan supervisi dilaksanakan melalui berbagai proses pemecahan masalah pengajaran. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Dengan demikian, ciri utama supervisi adalah perubahan dalam rangka peningkatan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar secara terus menerus.

Fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar mengontrol atau melihat apakah segala kegiatan pembelajaran telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, akan tetapi lebih dari itu. Supervisi dalam pendidikan mengandung pengertian yang luas, mencakup kondisi-kondisi atau syarat-syarat personil maupun material yang diperlukan guna terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik.

Ada beberapa teknik supervisi yang dapat digunakan untuk lebih memudahkan jalannya kegiatan supervisi. Teknik-teknik supervisi terbagi atas teknik supervisi yang bersifat individual maupun kelompok. Pemilihan teknik supervisi disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi, tempat dan juga waktu, jumlah dan sifat orang yang akan di supervisi serta guru (tenaga pengajar) juga perlu menjadi pertimbangan dalam melakukan supervisi.

Proses bantuan, arahan dan bimbingan bagi para guru ini merupakan tugas dan tanggung jawab supervisi pengajaran, maka dari itu seorang supervisor pengajaran harus dapat meneliti, mengamati dan mencari syarat-syarat yang diperlukan dalam upaya perbaikan dan mengembangkan diri dalam profesinya. Idealnya suatu supervisi dilakukan secara profesional dalam upaya pengembangan lembaga pendidikan.

Pada lembaga sekolah yang saya teliti yaitu SMP YAPIA CIPUTAT yang memiliki Visi :

1

(14)

Unggul dalam kualitas belajar dan berkarya, kokoh dalam IMTAQ dan serasi dalam kebersamaan” dan adapun Misinya yaitu :

1. Mewujudkan pendidikan yang bermutu, efisien dan relevan.

2. Mewujudkan pengembangan standar pencapaian ketuntasan belajar dan peningkatan standar kelulusan tiap tahunnya.

3. Mewujudkan pendidikan dan tenaga kependidikan yang jujur, Professional, terampil dan tangguh.

4. Mewujudkan sistem yang transparan, akuntabel, partisifatif dan objektif.

Dari visi dan misi di atas peneliti melihat ada beberapa masalah yang bertolak belakang dengan misi sekolah tersebut, serta permasalahan ketika proses belajar mengajar berlangsung diantaranya yaitu :

1. Banyaknya siswa yang tidak mengikuti tata tertib dalam berpakaian seperti ada beberapa anak didik yang tidak menggunakan atribut sekolah (bet dan topi), serta siswa yang terlambat datang ke sekolah 2. Banyak siswa yang keluar kelas ketika proses belajar mengajar

berlangsung

3. Ada beberapa guru meninggalkan ruang kelas dan menyuruh anak-anak untuk mencatat

Dari permasalahan-permasalahan yang ada di SMP YAPIA Ciputat ini, diperlukan supervisi pengajaran dalam mewujudkan kondisi pendidikan yang baik dan mengembangkan perilaku guru yang diperlukan dalam pencapaian tujuan pendidikan yang optimal.

(15)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Bagaimana minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang ada di sekolah tersebut ?

2. Bagaimana upaya kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi mengajar guru ?

3. Metode apa yang digunakan pengajar atau guru di sekolah tersebut ?

4. Bagaimana pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran di SMP YAPIA Ciputat ?

5. Kendala apa saja yang mungkin timbul dalam pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah ?

C. Pembatasan masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi permasalahan tersebut yaitu “Pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah di SMP YAPIA Ciputat”

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan masalah tersebut dengan “Bagaimana Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran oleh kepala sekolah di SMP YAPIA Ciputat”

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Secara Teoritis

(16)

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

a. Mahasiswa dan program studi sebagai masukan atau informasi tentang adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah di SMP YAPIA Ciputat

b. Kepala Sekolah, sebagai bahan informasi dalam upaya meningkatkan mutu supervisi pendidikan dan pengajaran di sekolah

c. Guru, sebagai bahan informasi dalam meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam mengajar

(17)

BAB II

KERANGKA TEORI, BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Pengertian Teori

1. Hakikat Supervisi

a. Pengertian Supervisi

Dilihat dari sudut etimologi supervisi berasal dari kata super dan

vision yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis, Supervisi adalah penglihatan dari atas. Pengertian itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi yang melihat berkedudukan lebih tinggi dari pada yang dilihat.2

Orang yang berfungsi memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir guru-guru kearah usaha mempertahankan suasana belajar mengajar yang lebih baik kita sebut Supervisor.

Dalam bukunya Good Carter, Dictionary of Education, supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan,

2

Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994) hal. 1

(18)

bahan-bahan pengajaran dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran.3

Menurut H. Burton dan Leo J. Bruckner, supervisi adalah suatu teknik yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.4 Sedangkan menurut Kimball Wiles,

mendefinisikan supervisi yaitu bantuan dalam perkembangan dari belajar mengajar yang baik.5

Menurut Ngalim Purwanto, .supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.6

Glickman dalam Ibrahim Bafadal mendefinisikan Supervisi Pengajaran adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar mengajar demi pencapaian tujuan pengajaran. Moh Rifai’i mendefinisikan supervisi pengajaran adalah tahapan/fase dalam administrasi sekolah, terutama mengenai keberhasilan dalam usaha mencapai harapan/tujuan tertentu dalam pengajaran.7 Menurut pendapat Harris dalam Piet A. Sahertian Supervisi Pengajaran adalah apa yang dilakukan oleh petugas sekolah terhadap stafnya untuk memelihara (maintain) atau mengubah pelaksanaan kegiatan di sekolah yang langsung berpengaruh terhadap proses mengajar guru dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.8

3

Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan,

(Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), cet ke-1, hal 17 4

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman penyelenggaraan Administrasi pendidikan,

(Surabaya : Usaha Nasional, 1981) cet Ke-1. H. 68 5

Piet A. Sahertian dan frans Mataheru, Konep Dasar dan Tekink Supervisi Pendidikan,

(Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), cet ke-1, hal 18 6

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 76

7

M. Moh. Rifa’i, Administrasi Pendidikan, (Bandung : Jemmars, 1986) ,h. 125-126

8

(19)

Supervisi diartikan sebagai pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu guru-guru, orang yang dipimpin agar menjadi guru (personil) yang cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pendidikan khususnya agar mampu meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar disekolah.9 Jadi, supervisi adalah sebagai suatu usaha layanan dan bantuan berupa bimbingan dari atasan (kepala sekolah) kepada personil sekolah (guru-guru) dan petugas sekolah lainnya. Supervisor sebagai pengawas pendidikan bertindak sebagai stimulator, pembimbing dan konsultan bagi guru-guru dalam perbaikan pengajaran dan menciptakan situasi belajar mengajar yang baik. Selain itu juga supervisi diharapkan mampu membawa dampak perkembangan yang baik bagi kemajuan proses pengajaran melalui peningkatan kurikulum yang ada di sekolah sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan mutu pendidikan.

b. Supervisi Akademik

Glickman (1981), mendefinisikan supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. (Daresh, 1989). Dengan demikian, berarti, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.

Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses

9

(20)

pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya (Sergiovanni, 1987). Penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik. Apabila dikatakan bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka dalam pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya.

Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian unjuk kerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat realita kondisi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya: Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, Apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan muridmurid di dalam kelas?, Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang berarti bagi guru dan murid?, Apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, Apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian unjuk kerja guru tidak berarti selesailah tugas atau kegiatan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan perancangan dan pelaksanaan pengebangan kemampuannya. Dengan demikian, melalui supervisi akademik guru akan semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya. Alfonso, Firth, dan Neville (1981) menegaskan Instructional supervision is herein defined as: behavior officially designed by the organization that directly affects

(21)

goals of organization. Menurut Alfonso, Firth, dan Neville, ada tiga konsep pokok (kunci) dalam pengertian supervisi akademik.

1) Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Inilah karakteristik esensial supervisi akademik. Sehubungan dengan ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan perilaku guru. Tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru (Glickman, 1981). Tegasnya, tingkat kemampuan, kebutuhan, minat, dan kematangan profesional serta karakteristik personal guru lainnya harus dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program supervisi akademik (Sergiovanni, 1987 dan Daresh, 1989).

2) Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi akademik merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan guru.

3) Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya. Secara rinci, tujuan supervise akademik akan diuraikan lebih lanjut berikut ini.

Supervisor pengajaran, tentu memiliki peran berbeda dengan “pengawas”. Supervisor, lebih berperan sebagai “gurunya guru” yang siap membantu kesulitan guru dalam mengajar. Supervisor pengajaran bukanlah seorang pengawas yang hanya mencari-cari kesalahan guru.

(22)

guru dalam pembelajaran dan harus membuat laporan mengenai pelaksanaan programnya; (b) sebagai konsultan, supervisor harus memiliki kemampuan sebagai spesialis dalam masalah kurikulum, metodologi pembelajaran, dan pengembangan staf, sehingga supervisor dapat membantu guru baik secara individual maupun kelompok; (c) sebagai pemimpin kelompok (group leader), supervisor harus memiliki kemampuan memimpin, memahami dinamika kelompok, dan menciptakan berbagai bentuk kegiatan kelompok; dan (d) sebagai evaluator, supervisor harus dapat memberikan bantuan pada guru untuk dapat mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum, serta harus mampu membantu mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru, membantu melakukan penelitian dan pengembangan dalam pembelajaran dan sebagainya.

c. Tujuan Supervisi pengajaran

Dalam melakukan suatu pekerjaan orang yang terlibat dalam pekerjaan itu harus mengetahui dengan jelas apakah tujuan pekerjaan itu, yaitu apa yang hendak dicapai. Dibidang pendidikan dan pengajaran seorang supervisor pendidikan harus mempunyai pengetahuan yang cukup jelas tentang apakah tujuan supervisi itu. Tujuan umum supervisi pendidikan adalah memperbaiki situasi belajar mengajar, baik belajar para siswa, maupun situasi mengajar guru.10

Secara umum tujuan supervisi pengajaran adalah untuk membentuk kepemimpinan dalam menjamin kelangsungan dan ketetapan penyesuaian kembali dalam program pendidikan yang berlangsung dari masa ke masa, dari tingkat ke ting kat dalam suatu sistem, dan dari pengalaman belajar yang satu ke pengalaman belajar yang lain.11

Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi

10

Imam Soepandi, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Universitas Jember Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, (Jakarta : 1998), hal. 65

11

(23)

muridnya (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley, 1980). Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat. Sedangkang menurut Sergiovanni (1987) ada tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

1) Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuannya profesionalnnya dalam memahami aka demik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.

(24)

dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian murid-muridnya.

3) Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Menurut Alfonso, Firth, dan Neville (1981) Supervisi akademik yang baik adalah supervisi akademik yang mampu berfungsi mencapai multitujuan tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya memerhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan lainnya. Hanya dengan merefleksi ketiga tujuan inilah supervisi akademik akan berfungsi mengubah perilaku mengajar guru. Pada gilirannya nanti perubahan perilaku guru ke arah yang lebih berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar murid yang lebih baik. Alfonso, Firth, dan Neville (1981) menggambarkan sistem pengaruh perilaku supervisi akademik sebagaimana gambar di bawah ini.

Sumber: Alfonso, RJ., Firth, G.R., & Neville, R.F.1981. Instructional Supervision, A Behavior System, Boston: Allyn and Bacon, Inc., p. 45.

(25)

Selanjutnya perilaku mengajar guru yang baik itu akan mempengaruhi perilaku belajar murid. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tujuan akhir supervisi akademik adalah terbinanya perilaku belajar murid yang lebih baik.

Supervisi pendidikan tidak lain adalah untuk meningkatkan pertumbuhan siswa dan dari sini sekaligus menyiapkan bagi perkembangan masyarakat.12

Amatembun merumuskan tujuan supervisi pendidikan (dalam hubungannya dengan tujuan pendidikan nasional) yaitu membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia-manusia pembangunan yang dewasa yang berpancasila.13

Yusak Burhanuddin mengemukakan bahwa tujuan supervisi pendidikan adalah dalam rangka mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar, secara rinci sebagai berikut:

a) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi belajar mengajar

b) Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan

c) Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga berjalan lancar dan memperoleh hasil optimal. d) Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya

e) Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan kekhilafan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah, sehingga dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh.14 Pelaksanaan supervisi dalam lapangan pendidikan pada dasarnya bertujuan memperbaiki proses belajar mengajar secara total.15 Dalam hal ini bahwa tujuan supervisi tidak hanya memperbaiki mutu mengajar guru, akan tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran pembelajaran, meningkatkan mutu pengetahuan dan keterampilan guru, memberikan bimbingan dan pembinaan

12

Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan pendidikan

(Jakarta : Bumi Aksara, 1994), hal. 294 13

N.A. Ametembun, Supervisi Pendidikan Penuntun Para Penilik Pengawas dan Guru-guru (Bandung : Suri, 2000), Edisi ke-5, hal. 26

14

Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung : CV. Pustaka Setia) cet. Ke-1, h. 100

15

(26)

dalam pelaksanaan kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar dan teknik evaluasi pengajaran

d. Fungsi Supervisi

Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu proses kerjasama hanyalah merupakan cita-cita yang masih perlu diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang nyata. Begitu juga seorang supervisor dalam merealisasikan program supervisinya memiliki sejumlah tugas dan tanggungjawab yang harus dijalankan secara sistematis.

Menurut W.H. Burton dan Leo. J. Bruckner sebagaimana dikutip oleh Piet A. Sahertian menjelaskan bahwa fungsi utama supervisi adalah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik.16

Menurut Swearingen, terdapat 8 (delapan) hal yang menjadi fungsi supervisi pendidikan yakni:

1) Mengkoordinasikan semua usaha sekolah 2) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah 3) Memperluas pengalaman guru-guru 4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif

5) Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus 6) Menganalisis situasi belajar mengajar

7) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf 8) Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan

mengajar guru-guru.17

Sesuai dengan fungsinya, supervisi harus bisa mengoordinasikan semua usaha-usaha yang ada dilingkungan sekolah. Ia bisa mencakup usaha setiap guru dalam mengaktualisasikan diri dan ikut memperbaiki kegiatan-kegiatan sekolah.

Dengan demikian perlu dikoordinasikan secara terarah agar benar-benar mendukung kelancaran program secara keseluruhan. Usaha-usaha tersebut baik dibidang administrasi maupun edukatif, membutuhkan keterampilan

16

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta 2000), Cet. Ke-1. h.21

17

Piet A. Sahertian dan frans Mataheru, Prinsip dan teknik Supervisi Pendidikan

(27)

supervisor untuk mengkoordinasikannya, agar terpadu dengan sasaran yang ingin dicapai.

Oteng Sutisna mengemukakan beberapa fungsi supervisi : 1) Sebagai penggerak perubahan

2) Sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran 3) Sebagai keterampilan dalam hubungan manusia

4) Sebagai kepemimpinan kooperatif.18

Supervisi sebagai penggerak perubahan ditujukan untuk menghasilkan perubahan manusia kearah yang dikehendaki, kemudian kegiatan supervisi harus disusun dalam suatu program yang merupakan kesatuan yang direncanakan dengan teliti dan ditujukan kepada perbaikan pembelajaran. Made Pidarta menyebutkan fusngsi supervisi dapat dibedakan menjadi dua bagaian besar yaitu :

a) Fungsi utama ialah membantu sekolah yang sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu perkembangan individu para siswa

b) Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta mempelopori kemajuan masyarakat.19

Fungsi kepemimpinan kepala sekolah bertindak sebagai pencipta hubungan yang harmonis dikalangan guru-guru dan karyawan, pendorong bagi kepribadian guru dan karyawan sebagai pelaksana kegiatan belajar, pelaksana dalam pengawasan, dan pelaksana dalam penempatan atau pemberian tugas dan tanggung jawab terhadap guru dan karyawan.

Fungsi pembinaan berarti kepala sekolah meningkatkan kemampuan profesi guru dalam bidang pengajaran, bimbingan dan penyuluhan dalam bidang pengelolaan kelas. Sedangkan fungsi pengawasan diartikan sebagai membina pengertian melalui komunikasi dua arah lebih menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan program kerja.

18

Oteng Sutisna, Administrasi dan Supervisi Pendidikan Dasar dan Teoritis Untuk Praktek Profesional, (Bandung : Angkasa 1989), Edisi Ke-5, hal. 235-242

19

(28)

Jadi dari beberapa pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa inti dari fungsi supervisi pendidikan adalah ditujukan untuk perbaikan dan peningkatan pembelajaran.

e. Prinsip-prinsip Supervisi Pengajaran

Seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi hendaknya bertumpu pada prinsip supervisi sebagai berikut:

1) Ilmiah (scientific) yang mencakup unsur-unsur sebagai berikut :

a) Sistematis, yaitu dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinyu b) Objektif, artinya yang di dapat berdasarkan pada observasi nyata,

bukan tafsiran pribadi

c) Menggunakan alat/instrument yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penelitian terhadap proses belajar mengajar

2) Demokratis

Menjunjung tinggi asas musyawarah. Memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat, serta sanggup menerima pendapat orang lain

3) Kooperatif

Seluruh staf sekolah dapat bekerja sama, mengembangkan usaha bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

4) Konstruktif dan kreatif

Membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat mengembangkan potensi-potensinya.20

Di samping prinsip itu dapat dibedakan juga prinsip positif dan prinsip negatif.

1) Prinsip positif, yaitu prinsip yang patut kita ikuti

a) Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif b) Supervisi harus kreatif dan konstruktif

c) Supervisi harus scientific dan efektif

d) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman kepada guru-guru e) Supervisi harus berdasarkan kenyataan

f) Supervisi harus memberi kesempatan kepada guru mengadakan Self Evolution.21

2) Prinsip Negatif, yaitu prinsip yang tidak patut kita ikuti a) Seorang supervisior tidak boleh bersifat otoriter

b) Seorang supervisior tidak boleh mencari kesalahan kepada guru-guru

20

Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan teknik Supervisi Pendidikan

(Surabaya : Usaha Nasional, 1981), hal. 30-31 21

(29)

c) Seorang supervisior bukan inspektur yang ditugaskan memeriksa apakah peraturan dan instruksi yang telah diberikan dilaksanakan dengan baik

d) Seorang supervisior tidak boleh menganggap dirinya lebih tinggi dari pada guru

e) Seorang supervisior tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal kecil dalam cara guru mengajar

f) Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa jika mengalami kegagalan.22

Bila prinsip-prinsip diatas diterima maka perlu diubah sikap para pemimpin pendidikan yang hanya memaksa bawahannya, menakut-nakuti dan melumpuhkan kreatifitas dari anggota staf. Sikap korektif harus diganti dengan sikap kreatif yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi dimana orang merasa aman dan tenang untuk mengembangkan kreatifitasnya.

Konsep dan tujuan supervisi akademik, sebagaimana dikemukakan oleh para pakar supervisi akademik di muka, memang tampak idealis bagi para praktisi supervisi akademik (kepala sekolah). Namun, memang demikianlah seharusnya kenyataan normatif konsep dasarnya. Para kepala sekolah baik suka maupun tidak suka harus siap menghadapi problema dan kendala dalam melaksanakan supervisi akademik. Adanya problema dan kendala tersebut sedikit banyak bisa diatasi apabila dalam pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah menerapkan prinsip-prinsip supervisi akademik. Akhir-akhir ini, beberapa literatur telah banyak mengungkapkan teori supervisi akademik sebagai landasan bagi setiap perilaku supervisi akademik. Beberapa istilah, seperti demokrasi (democratic), kerja kelompok (team effort), dan proses kelompok (group process) telah banyak dibahas dan dihubungkan dengan konsep supervisi akademik. Pembahasannya sematamata untuk menunjukkan kepada kita bahwa perilaku supervisi akademik itu harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana supervisor sebagai atasan dan guru sebagai bawahan. Begitu pula dalam latar sistem persekolahan, keseluruhan anggota (guru) harus aktif berpartisipasi, bahkan sebaiknya sebagai prakarsa, dalam proses supervisi akademik, sedangkan supervisor merupakan bagian darinya. Semua ini merupakan prinsip-prinsip supervisi akademik modern yang harus

22

(30)

direalisasikan pada setiap proses supervisi akademik di sekolahsekolah. Selain tersebut di atas, berikut ini ada beberapa prinsip lain yang harus diperhatikan dan direalisasikan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu sebagai berikut.

1) Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru, melainkan juga antara super-visor dengan pihak lain yang terkait dengan program supervisi akademik.

Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor harus memiliki sifatsifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor (Dodd, 1972).

2) Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi akademik bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu waktu jika ada kesempatan. Perlu dipahami bahwa supervisi akademik merupakan salah satu essential function dalam keseluruhan program sekolah (Alfonso dkk., 1981 dan Weingartner, 1973). Apabila guru telah berhasil mengembangkan dirinya tidaklah berarti selesailah tugas supervisor, melainkan harus tetap dibina secara berkesinambungan. Hal ini logis, mengingat problema proses pembelajaran selalu muncul dan berkembang.

(31)

4) Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam system perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan. Sistem perilaku tersebut antara lain berupa sistem perilaku administratif, sistem perilaku akademik, sistem perilaku kesiswaan, sistem perilaku pengembangan konseling, sistem perilaku supervisi akademik (Alfonso, dkk., 1981).

5) Antara satu sistem dengan sistem lainnya harus dilaksanakan secara integral. Dengan demikian, maka program supervisi akademik integral dengan program pendidikan secara keseluruhan. Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program pendidikan (Dodd, 1972).

6) Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik harus mencakup keseluruhan aspek pengembangan akademik, walaupun mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan akademik sebelumnya. Prinsip ini tiada lain hanyalah untuk memenuhi tuntutan multi tujuan supervise akademik, berupa pengawasan kualitas, pengembangan profesional, dan memotivasi guru, sebagaimana telah dijelaskan di muka.

7) Supervisi akademik harus konstruktif. Supervisi akademik bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru. Memang dalam proses pelaksanaan supervisi akademik itu terdapat kegiatan penilaian unjuk kerjan guru, tetapi tujuannya bukan untuk mencari kesalahankesalahannya. Supervisi akademik akan mengembangkan pertumbuhan dan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem akademik yang dihadapi.

(32)

yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi untuk mengukur seberapa kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.

f. Dimensi-dimensi Substasi Supervisi Akademik.

Para pakar pendidikan telah banyak menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional apabila ia memiliki kompetensi yang memadai. Seseorang tidak akan bisa bekerja secara profesional apabila ia hanya memenuhi salah satu kompetensi di antara sekian kompetensi yang dipersyaratkan. Kompetensi tersebut merupakan perpaduan antara kemampuan dan motivasi. Betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Selaras dengan penjelasan ini adalah satu teori yang dikemukakan oleh Glickman (1981). Menurutnya ada empat prototipe guru dalam mengelola proses pembelajaran. Proto tipe guru yang terbaik, menurut teori ini, adalah guru prototipe profesional. Seorang guru bisa diklasifikasikan ke dalam prototipe profesional apabila ia memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high level of commitment).

Penjelasan di atas memberikan implikasi khusus kepada apa seharusnya program supervisi akademik. Supervisi akademik yang baik harus mampu membuat guru semakin kompeten, yaitu guru semakin menguasai kompetensi, baik kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Oleh karena itu supervisi akademik harus menyentuh pada pengembangan seluruh kompetensi guru. Sehubungan dengan pengembangan kedua dimensi ini, menurut Neagley (1980) terdapat dua aspek yang harus menjadi perhatian supervisi akademik baik dalam perencanaannya, pelaksanaannya, maupun penilaiannya. Pertama, apa yang disebutkan dengan

substantive aspects of professional development (yang selanjutnya akan

(33)
(34)

1) Observasi Kelas

Observasi kelas merupakan salah satu cara paling baik memberikan supervisi pembelajaran karena dapat melihat kegiatan guru, murid, dan masalah yang timbul.

a) Perencanaan

Kepala sekolah merencanakan dalam menyusun program dalam satu semester atau tahunan. Program tidak terlalu kaku, tergantung dari jumlah guru yang perlu di observasi. Ada tiga macam observasi yaitu dengan pemberitahuan, tanpa pemberitahuan, dan atas undangan.

b) Mekanisme Observasi

(1) Persiapan yang diperhatikan:

- Guru diberi tahu kepala sekolah bahwa kepala sekolah akan mengadakan observasi

- Kesepakatan kepala sekolah dan guru tolok ukur tentang apa yang diobservasi.

(2) Sikap observer di dalam kelas

- Memberi salam kepada guru yang mengajar. - Mencari tempat duduk yang tidak mencolok.

- Tidak boleh menegur kesalahan guru di dalam kelas. - Mencatat setiap kegiatan.

- Bila ada memakai alat elektronika: tape recorder, kamera. - Mempersiapakan isian berupa check list.

(3) Membicarakan hasil observasi

Hasil yang dicatat dibicarakan dengan guru, ada beberapa hal yang perlu dikemukakan:

- Kepala sekolah mempersiapkan( bisa bertanya pada nara sumber atau perpustakaan).

- Waktu percakapan. - Tempat percakapan.

(35)

- Guru diberi kesempatan dialog dan mengeluarkan pendapat.

- Kelemahan guru hendaknya menjadi motivasi guru dalam memperbaiki kelemahan.

- Saran untuk perbaikan diberikan yang mudah dan praktis.

- Kesepakatan perbaikan disepakati bersama dengan menyenangkan. (4) Laporan percakapan

- Hasil pembicaraan didokumenkan menurut masing-masing guru yang telah diobservasi.

- Isi dokumen dimulai dari tanggal, tujuan data yang diperoleh, catatan diskusi, pemecahan masalah dan saran-saran.

2) Saling Mengunjungi

Dalam kegiatan belajar mengajar sudah ada wadah dari kegiatan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan pembelajaran guru-guru antara lain:

- Untuk tingkat SMP dan SMA adalah musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

- Untuk tingkat Sekolah Dasar adalah Pusat Kegiatan Guru (PKG) 3) Demonstrasi Mengajar

Dalam kegiatan pembelajaran sangat sukar menentukan mana yang benar dalam praktek mengajar karena mengajar menurut Siswoyo (1997), sebagai seni dan filsuf. Menurut pendapat di atas mengajar dalam pekerjaan di sekolah bukan pekerjaan yang mudah, sehingga kepala sekolah dalam demonstrasi pembelajaran tidak perlu mengakui kelemahan dan perlu mencarikan ahli yang dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran yang baik.

Selain itu dapat juga menggunakan kamera yang sederhana dan hasilnya dapat dilihat dengan TV Multi media. Yang perlu dipersiapkan:

a) Guru yang mengajar harus memberikan persiapan.

b) Kamera diletakkan di tempat strategis sehingga aktivitas guru siswa terlihat dan tanpa mengganggu kegiatan pembelajaran.

(36)

d) Hasil rekaman dapat dilihat dengan TV Multi media dan ditonton bersama kepala sekolah maupun guru-guru yang lain.

e) Guru-guru dan kepala sekolah memberikan komentar.

f) Hasil diskusi-diskusi tersebut untuk perbaikan mengajar guru yang

bersangkutan. 4) Supervisi Klinis

Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Perbedaannya dengan supervisi yang lain adalah prosedur pelaksanaannya ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dan kemudian langsung diusahan perbaikan kekurangan dan kelemahan tersebut.

Menurut Made Pidarta(1992),supervisi klinis diberlakukan bagi guru-guru yang sangat lemah dalam melaksanakan tugasnya. Untuk memperbaikinya tidak cukup dilakukan satu atau dua kali supervisi, melainkan dibutuhkan serentetan supervisi untuk memperbaiki satu persatu kelemahannya.

Pelaksanaan supervisi klinis menurut La Sulo (1987), mengemukakan ciri-ciri supervisi sebagai berikut:

a) Bimbingan supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi.

b) Kesepakatan antara guru dan supervisior tentang apa yang dikaji dan jenis keterampilan yang paling penting (diskusi guru dengan supervisior).

c) Instrumen dikembangkan dan disepakati bersama antara guru dengan supervisor

d) Guru melakukan persiapan dengan aspek kelemahan-kelemahan yang akan diperbaiki. Bila perlu berlatih di luar sekolah

e) Pelaksanaannya seperti teknik observasi kelas

f) Balikan diberikan dengan segera dan bersifat objektif g) guru hendaknya dapat menganalisa penampilannya

h) Supervisior lebih banyak bertanya dan mendengarkan dari pada memerintah atau mengarahkan

(37)

j) Supervisi dapat digunakan untuk membentuk atau peningkatan dan perbaikan keterampilan pembelajaran

5) Kaji Tindak

Sebagaimana namanya, penelitian aksi atau action research, merupakan paduan antara aksi (tindakan, action) dan penelitian (research). Aksi yang sekaligus penelitian yang mengandung aksi. Jenis metode penelitian ini dapat dilaksanakan di sekolah untuk memecahkan permasalahan pendidikan antara lain bagaimana siswa rajin mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Fokus utama kaji tindak adalah mendorong para praktisi untuk meneliti dan terlibat dalam praktek penelitiannya sendiri. Hasil penelitiannya dipakai sendiri oleh peneliti dan orang lain yang membutuhkan. Kaji tindak bersifat partisipatif, karena melibatkan guru dalam penelitiannya sendiri dan kolaborator, karena kaji tindak melibatkan orang-orang lain sebagai bagian dari suatu penelitian dan hasilnya dapat dinikmati bersama. Sehingga peran kepala sekolah dapat mendorong guru-guru dalam memperbaiki pembelajaran. Menurut Sungkowo (2004), kaji tindak (action research) dapat digunakan untuk guru-guru dalam membantu pembelajaran dan menolong membantu dalam penulisan karya ilmiah.

Pada umumnya pelaksanaan Kaji tindak ditujukan untuk :

a) Meningkatkan kualitas, seperti kualitas pembelajaran, kualitas siswa, kualitas kerjasama, kualitas bertanya.

b) Meningkatkan efektivitas, seperti siswa memahami apa yang diterangkan guru, siswa malaksanakan tugas-tugas yang telah ditetapkan.

c) Meningkatkan efisiensi guru, seperti dapat memanfaatkan metode, stategi dan penilaian pembelajaran.

(38)

a) Tahap Perencanaan:

Yang dimaksud tahap perencanaan adalah penelitian rencana kegiatan yang akan dilakukan. Untuk dapat menyusun rencana tersebut, ada beberapa kegiatan yang harus dilalui:

- Menemukan problem.

- Rencana pertemuan selama satu semester (32 pertemuan). - Kegiatan yang belum dilaksanakan sebelumnya.

- Mengembangkan hipotesis.

Untuk menemukan dan merumuskan problem kegiatan yang perlu dilaksanakan, antara lain :

- Meningkatkan kemampuan siswa betanya - Meningkatkan gemar membaca

- Meningkatkan nilai rapor dalam pembelajaran tertentu - Memanfaatkan buku-buku perpustakaan

Kegiatan hipotesis dirumuskan antara lain : - Pokok bahasan yang akan dilakukan

- Rencana bagaimana aksi akan dilakukan (urutan kegiatan, waktu pelaksanaan dan bahan yang diperlukan)

- Syarat Kolaborator dirumuskan antara lain : - Teman guru-guru (kalu bisa sejenis)

- Yang sudah memiliki pengalaman mengajar b) Tahap Pelaksanaan

Peneliti memulai melaksanakan apa yang direncanakan sebelumnya dan kolabulator yang duduk di bangku belakang mengamati dan mencatat dengan sikap netral. Hasil catatan tersebut berupa catatan lapangan dan sebaiknya dengan dokumen tape recorder atau yang lainnya.

c) Tahap Refleksi

(39)

Kemungkinan siklus kedua muncul permasalahan yang harus dipecahkan. Permasalahan pertama diperbaiki bersama sehingga fokus penelitian akan bertambah

d) Laporan Penelitian

Agar hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh pihak lain baik guru, pejabat pendidikan dan yang lain, maka hasil penelitian harus dikomunikasikan lewat pelaporan. Laporan hasil penelitian kaji tindak terdiri dari :

- Gagasan umum. - Perumusan masalah.

- Perencanaan penelitian kaji tindak. - Pelaksanaan penelitian kaji tindak. - Monitoring.

- Evaluasi dan refleksi. - Saran dan rekomendasi.

g. Teknik-teknik Supevisi Pengajaran

Dalam usaha meningkatkan program sekolah, kepala sekolah sebagai supervisor dapat menggunakan berbagai teknik atau metode supervisi pendidikan. Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat tercapai.

Teknik supervisi pendidikan berarti cara-cara khusus yang digunakan untuk menyelesaikan tugas supervisi dalam mencapai tujuan tertentu.23 Hendyat Soetopo membagi teknik supervisi menjadi empat bagian yaitu Teknik Kelompok, Teknik Perorangan, Teknik langsung, dan Teknik Tidak Langsung.24 Kemudian Ibrahim Bafadal mengemukakan teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok.25

23

Hariwung.A.J, Supervisi Pendidikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan 1989, hal.147

24

Hendyat Soetopo dan Wasti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta Bumi Aksara, 1998), Cet Ke-2, hal. 44-45

25

(40)

Adapun dalam hal ini ada beberapa teknik dalam Supervisi antara lain:

1) Kunjungan kelas

Kunjungan kelas merupakan salah satu cara paling baik memberikan supervisi pembelajaran Karena dapat melihat kegiatan guru, murid dan masalah yang timbul

2) Pembicaraan individual

Pembicaraan individual merupakan teknik yang sangat penting karena pengawas untuk bekerja secara individual dengan guru sehubungan dengan masalah-masalah profesionalnya.

3) Diskusi kelompok

Dalam hal ini adalah suatu kegiatan di mana kelompok orang yang berkumpul dalam situasi bertatap muka dan melalui interaksi lisan bertukar informasi atau berusaha untuk mencapai suatu keputusan tentang masalah bersama.

4) Demonstrasi mengajar

Dalam kegiatan pembelajaran sangat sukar menentukan mana yang benar dalam praktek mengajar karena mengajar menurut Siswoyo (1997) sebagai seni dan filusuf. Menurut pendapat diatas mengajar dalam pekerjaan disekolah bukan pekerjaan yang mudah, sehingga kepala sekolah dalam demonstrasi pembelajaran tidak perlu mengakui kelemahan dan perlu mencarikan ahli yang dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran yang baik

5) Kunjungan kelas antar guru

Bahwa kunjungan kelas yang dilakukan guru-guru di antara mereka sendiri adalah efektif dan sukai di mana biasanya direnakan atas permintaan guru-guru. Teknik ini lebih efektif lagi jika tiap observasi diikuti oleh suatu analisis yang berhati-hati.

6) Pengembangan kurikulum

Pentingnya relevansi kurikulum dengan kebutuhan murid dan masyarakat bagi memelihara dan meningkatkan kualiatas pendidikan.

7) Buletin Supervisi

Ini merupakan alat komunikasi yang efektif, hal ini biasanya berupa pengumuman-pengumuman, analisis presentasi dalam pertemuan-pertemuan organisasi dan lain-lain.

8) Perpustakaan profesional

Perpustakaan ini merupakan sumber informasi yang sangat membantu kepada pertumbuhan profesional personil pengajar di sekolah.

9) Lokarkarya

Lokarkarya menyediakan kesempatan untuk kerjasama, untuk mempertemukan ide-ide, untuk mendiskusikan masalah-masalah bersama dan profesional dalam berbagai bidang studi.

10)Survey sekolah-masyarakat26

26

(41)

Yang dimaksud dengan teknik perseorangan adalah supervisi yang dilakukan secara individual. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan yaitu 1) Mengadakan Kunjungan Kelas (Class room Visitation)

Ada 3 macam kunjungan kelas

a) Kunjungan tanpa diberitahu (unannounced visitation), supervisor tiba-tiba datang kekelas tanpa diberitahu terlebih dahulu.

b) Kunjungan dengan cara memberitahu terlebih dahulu (announced visitation)

c) Kunjungan atas undangan

2) Mengadakan kunjungan observasi kelas (Observation Visit). 3) Mengadakan wawancara perseorangan (Individual Interview). 4) Mengadakan wawancara kelompok (Group Interview)27

Sedangkan teknik kelompok adalah suatu cara pelaksanaan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Bentuk-bentuk teknik yang bersifat kelompok ini, diantaranya yang paling pokok adalah :

1) Dengan mengadakan pertemuan atau rapat dengan guru-guru untuk membicarakan berbagai hal yang berhubungan dengan proses dan hasil belajar siswa.

2) Mengadakan dan membimbing diskusi kelompok diantara guru-guru bidang studi.

3) Memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengikuti penataran yang sesuai dengan bidangnya.28

Adapun teknik kelompok diantaranya yang umum dikenal adalah : 1) Pertemuan orientasi bagi guru baru.

2) Kepanitiaan 3) Rapat Guru 4) Diskusi

5) Tukar menukar pengalaman (sharing of experience). 6) Loka Karya (workshop)

7) Diskusi Panel 8) Seminar 9) Simposium.29

Teknik langsung adalah teknik yang digunakan secara langsung seperti penyelenggaraan rapat guru, workshop, kunjungan kelas, mengadakan

27

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet ke 1, hal. 54-56

28

Ngalim Purwanto,Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 122

29

(42)

converence. Sedangkan teknik tidak langsung adalah teknik yang dilakukan secara tidak langsung misalnya melalui bulletin board, questioner.

Teknik lisan adalah supervisi yang dilakukan secara tatap muka misalnya, supervisor mendiskusikan hasil observasi yang dilakukan guru, rapat dengan guru membicarakan hasil evaluasi belajar. Sedangkan teknik tulisan adalah supervisi yang dilakukan dengan menggunakan tulisan misalnya dalam kegiatan observasi untuk memperoleh data yang objektif tentang situasi belajar mengajar, supervise menggunakan alat-alat observasi berbentuk chek-list atau daftar sejumlah pertanyaan (evaluatif chek-chek-list)

2. Pendekatan terhadap Supervisi Pengajaran

Dalam pelaksanaan supervisi, karakteristik guru yang dihadapi oleh supervisor pasti berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari sisi usia dan kematangan, pengalaman kerja, motivasi maupun kemampuan guru. Karena itu, supervisor harus menerapkan pendekatan yang sesuai dengan karakteritik guru yang dihadapinya. Apabila pendekatan yang digunakan tidak sesuai, maka kegiatan supervisi kemungkinan tidak akan berjalan dengan efektif.

Sergiovanni (1982), mengemukakan berbagai pendekatan supervisi, antara lain (a) supervisi ilmiah (scientific supervision), (b) supervisi klinis (clinical supervision), (c) supervisi artistik, (d) integrasi di antara ketiga pendekatan tersebut.

a. Supervisi Ilmiah

John D. McNeil (1982), menyatakan bahwa terdapat tiga pandangan mengenai supervisi ilmiah sebagai berikut :

(43)

pendekatan ini, kegiatan mengajar harus dilandasi oleh penelitian, agar dapat dilakukan perbaikan secara tepat.

Kedua, supervisi ilmiah dipandang sebagai penerapan penelitian ilmiah dan metode pemecahan masalah secara ilmiah bagi penyelesaian permasalahan yang dihadapi guru di dalam mengajar. Supervisor dan guru bersama-sama mengadopsi kebiasaan eksperimen dan mencoba berbagai prosedur baru serta mengamati hasilnya dalam pembelajaran.

Ketiga, supervisi ilmiah dipandang sebagai democratic ideology. Maksudnya setiap penilaian atau judgment terhadap baik buruknya seorang guru dalam mengajar, harus didasarkan pada penelitian dan analisis statistik yang ditemukan dalam action research terhadap problem pembelajaran yang dihadapi oleh guru. Intinya supervisor dan guru harus mengumpulkan data yang cukup dan menarik kesimpulan mengenai problem pengajaran yang dihadapi guru atas dasar data yang dikumpulkan. Hal ini sebagai perwujudan terhadap ideologi demokrasi, di mana seorang guru sangat dihargai keberadaannya, serta supervisor menilai tidak atas dasar opini semata.

Keempat, pandangan tersebut tentunya sampai batas tertentu saat ini masih relevan untuk diterapkan. Pandangan bahwa guru harus memiliki pedoman yang baku dalam mengajar, perlu juga dipertimbangkan. Demikian pula pendapat bahwa guru harus dibiasakan melakukan penelitian untuk memecahkan problem mengajarnya secara ilmiah, dapat pula diadopsi. Pandangan terakhir tentunya harus menjadi landasan sikap supervisor, di mana ia harus mengacu pada data yang cukup untuk menilai dan membina guru.

b. Supervisi Artistik

(44)

Elliot W. Eisner (1982) menyatkan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan supervisi artistik, ialah pendekatan yang menekankan pada sensitivitas, perceptivity, dan pengetahuan supervisor untuk mengapresiasi segala aspek yang terjadi di kelas, dan kemudian menggunakan bahasa yang ekspresif, puitis serta ada kalanya metaforik untuk mempengaruhi guru agar melakukan perubahan terhadap apa yang telah diamati di dalam kelas. Dalam supervisi ini, instrumen utamanya bukanlah alat ukur atau pedoman observasi, melainkan manusia itu sendiri yang memiliki perasaan terhadap apa yang terjadi. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan (suasana) kependidikan di sekolah.

Dari pengertian tersebut, mungkin dapat dianalogikan dengan pendekatan penelitian. Supervisi ilmiah paradigmanya identik dengan penelitian kuantitatif sementara itu supervisi artistik lebih dekat dengan pendekatan penelitian kualitatif.

c. Supervisi Klinis

Supervisi klinis berangkat dari cara pandang kedokteran, yaitu untuk mengobati penyakit, harus terlebih dahulu diketahui apa penyakitnya. Inilah yang harus dilakukan oleh supervisor terhadap guru apabila ia hendak membantu meningkatkan kualitas pembelajaran mereka.

Supervisi klinis dilakukan melalui tahapan-tahapan: (a) pra observasi, yang berisi pembicaraan dan kesepakatan antara supervisor dengan guru mengenai apa yang akan diamati dan diperbaiki dari pengajaran yang dilakukan, (b) observasi, yaitu supervisor mengamati guru dalam mengajar sesuai dengan fokus yang telah disepakati, (c) analisis, dilakukan secara bersamasama oleh supervisor dengan guru terhadap hasil pengamatan, dan (d) perumusan langkah-langkah perbaikan, dan pembuatan rencana untuk perbaikan.

3. Pelaksanaan Supervisi oleh Kepala Sekolah

(45)

kepala sekolah sebagai instructional leader. Dalam kenyataannya, pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah, sebagaimana pengawas, juga masih terfokus pada pengawasan administrasi. Pada umumnya kepala sekolah akan melakukan supervisi pengajaran pada guru melalui kunjungan kelas, apabila dia mendapat laporan mengenai kinerja guru yang kurang baik, atau berbeda dari teman-temannya. Bahkan seringkali dijumpai, seorang kepala sekolah melakukan supervisi terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dengan cara mengintip dari balik pintu atau jendela, agar tidak diketahui. Perilaku kepala sekolah tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya (Jawa) yaitu pekewuh yang dipersepsikan secara salah. Dalam pemahaman yang salah tersebut, apabila kepala sekolah melakukan supervisi kunjungan kelas dan mengamati PBM yang dilakukan guru, maka ia dianggap tidak percaya pada kemampuan guru. Hal ini akan menimbulan konflik dalam hubungan guru dengan kepala sekolah.

Setelah tujuan-tujuan pembinaan keterampilan pengajaran berdasarkan kebutuhan-kebutuhan pembinaan yang diperoleh melalui analisis kebutuhan di atas, kepala sekolah menganalisis setiap tujuan untuk menentukan bentukbentuk teknik dan media supervisi akademik yang akan digunakan. Menurut Gwynn (1961), teknik-teknik supervisi bila dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Tujuan pengembangan strategi dan media supervisi akademik ini adalah sebagai berikut.

a. Mendaftar pembinaan-pembinaan keterampilan pengajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan teknik supervisi individual.

b. Mendaftar pembinaan keterampilan pengajaran yang akan dilakukan melalui teknik supervisi kelompok.

c. Mendaftar mengidentifikasi dan memilih teknik dan media supervise yang siap digunakan untuk membina keterampilan pengajaran guru yang diperlukan.

(46)

teknik dan media tertentu sebagaimana telah dikembangkan. Mengenai teknik-teknik supervisi, baik yang individual maupun kelompok, dan medianya akan diuraikan secara khusus pada akhir bab ini.

4. Penilaian Keberhasilan Supervisi Akademik

Penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat keberhasilan yang dicapai. Dalam konteks supervisi akademik, penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Tujuan penilaian pembinaan keterampilan pembelajaran adalah untuk: (1) menentukan apakah pengajar (guru) telah mencapai kriteria pengukuran sebagaimana dinyatakan dalam tujuan pembinaan, dan (2) untuk menentukan validitas teknik pembinaan dan komponen-komponennya dalam rangka perbaikan proses pembinaan berikutnya. Prinsip dasar dalam merancang dan melaksanakan program penilaian adalah bahwa penilaian harus mengukur performansi atau perilaku yang dispesifikasi pada tujuan supervisi akademik guru. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.1) Katakan dengan jelas teknik-teknik penilaian. 2) Tulislah masing-masing tujuan. 3) Pilihlah atau kembangkan instrumen-instrumen pengukuran yang secara efektif bisa menilai hasil yang telah dispesifikasi. 4) Uji lapangan untuk mengetahui validitasnya. 5) Organisasikan, analisis, dan rangkumlah hasilnya.

5. Perbaikan Program Supervisi Akademik

Sebagai langkah terakhir dalam pembinaan keterampilan pengajaran guru adalah merevisi program pembinaan. Revisi ini dilakukan seperlunya, sesuai dengan hasil penilaian yang telah dilakukan. Langkah-langkahnya sebagai berikut.

(47)

guru untuk masa berikutnya. d. Mengimplementasikan program pembinaan yang telah dirancang kembali pada masa berikutnya.

6. Media, Sarana, dan Sumber

Dalam setiap pembinaan keterampilan pembelajaran guru dengan menggunakan teknik supervisi akademik tertentu diperlukan media, sarana, maupun sumber-sumber tertentu. Apabila digunakan teknik buletin supervise dalam membina keterampilan pembelajaran guru, maka diperlukan bulletin sebagai media atau sumbernya. Apabila digunakan teknik darmawisata dan membina guru maka diperlukan tempat tertentu sebagai sumber belajarnya. Apabila digunakan perpustakaan jabatan sebagai pusat pembinaan keterampilan pembelajaran guru maka diperlukan buku-buku, ruang khusus, dan sarana khusus, sebagai sarana dan sumber belajar. Demikianlah seterusnya untuk teknik-teknik supervisi akademik lainnya, semuanya memerlukan media, sarana, dan sumber sebagai penunjang pelaksanaannya.

7. Instrumen Pengukuran Kemampuan Guru

(48)

merencanakan dan memprogram supervisi akademik selalu diperlukan instrumen pengukuran.

Instrumen pengukuran ini, baik pengetahuan maupun kemampuan, bila berupa tes-tes tertentu yang secara valid dan reliabel bisa mengukur pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Khusus untuk mengukur kemampuan guru, karena lebih berbentuk performansi atau perilaku (behavioral), biasanya digunakan instrument observasi yang mengamati unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran. Instrumen ini banyak diambil dari yang sudah ada, yang sudah valid dan reliabel, maupun dikembangkan sendiri oleh supervisor Apabila kepala sekolah ingin mengembangkan sendiri instrumen observasi maka disarankan agar merujuk kepada jenis-jenis kemampuan pembelajaran yang menang harus dimiliki oleh guru. Setiap jenis kemampuan yang dikembangkan dalam instrumen observasi harus disediakan skala pengukuran. Ada bermacam-macam skala pengukuran, misalnya skala tigas, skala lima, dan skala tujuh. Apabila digunakan skala tiga, maka bentuknya menjadi tidak mampu (1) cukup mampu (2) dan mampu (3). Apabila digunakan skala lima, maka bentuknya menjadi sangat kurang mampu (1) kurang mampu (2) cukup mampu (3) mampu (4) dan sangat mampu (5). Nantinya apabila telah digunakan, maka semakin kecil skor kemampuannya (kategori kemampuannya) berarti semakin perlu dibina. Semakin rendah skornya berarti guru semakin tidak mampu mengelola proses pembelajaran.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI pernah mengembangkan satu instrumen pengukuran yang disebut dengan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). APKG ini merupakan instrumen yang kembangkan dan resmi digunakan untuk mengukur kemampuan guru yang bersifat generic essensial.

Gambar

gambar di bawah ini.
Tabel 1 Kisi-Kisi Angket Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran Oleh Kepala
Tabel 2 Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban dari Likert
Tabel 3 Interpretasi Nilai Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran di SMP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendapat lain diungkapkan oleh Olivia (Piet A. Sahertian, 2000: 27), sasaran supervisi meliputi “…memperbaiki pengajaran, pengembangan kurikulum, dan pengembangan

PELAKSANAAN PENGAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM UPAYA PEMBENTUKAN WAWASAN KEBANGSAAN PADA.. SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 4 DELANGGU TAHUN

ANALISIS PELAKASANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP).. DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (Studi Kasus di Kelas VII SMP N

Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) satuan biaya pendidikan di SMP Negeri 1 Banjar tahun pelajaran 2008/2009, (2) komposisi biaya pendidikan yang ditanggung oleh

karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran di SMP, (2) pembimbingan guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran sesuai

Temuan dari penelitian menyatakan teknik supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah SMP Negeri 36 Padang dalam mengembangkan profesionalisme guru adalah dengan melakukan teknik

19641025 198811 1 002 DOKUMEN EVALUASI PERMASALAHAN, PENYELESAIAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN KTSP SMP NEGERI 1 GUDO TAHUN PELAJARAN 2018/2019 No Uraian

Kedua : Menugaskan Tim Pengembang Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan Tahun Pelajaran 2024/2025 untuk menyusun Dokumen Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan KOSP SMP Negeri 1