KERJA (K3)
DENGAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN
PT TOYOTETSU CORPORATION
Oleh:
RIF'ATIL FARIHAH
102070025975
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PRODUKTIVITAS KARYAWAN
Skripsi
Oiajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah JaFarta Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh GelarSi3rjana Psikologi
Oleh:
RIF'ATIL FARIHAH
NIM: 102070025975
Oi Bawah Bimbingan
Pembimbing I
セMj_
Drs.Sofiandy Zal<aria, M.Psi.T NIP.
Pembimbing II
Yunita Faela Nisa, I\(1.Psi NIP. 150368748
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISL.AM NEGERI SYARIF HIDAYATUL.LAH
JAKARTA
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA SIKAP KARYAWAN TERHADAP PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(K3) DENGAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN PT TOYOTETSU
CORPORATION telah diujikan dalam munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 November 2006, Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta,November2006
Dekanl
Sidang Munaqasyah
Pembantu Dekanl Sekretaris
Ora. Zah
NIP: 150238773
M.Si
M,Si
Penguji II
セ
Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi.T
Pembimbing I
セ
Drs. Sofiandy Zakaria, M. PsLT
Pembimbing II
CBara1lf.J siapa ya1lf.J /ian ini
CeGiIi 6aiR...ami /ian R.§mann, ma/?g aia
termasuR...ora1lf.J ya1lf.J 6eruntu1lf.J
CBara1lf.J siapa /ian ini sama cfe1lf.Jan /ian R.§mann, ma/?g
ata
termasuR...
ora1lf.J ya1lf.J merugi
CBara1lf.J siapa /iati ini
CeGiIi 6uruR...aan /iati R.§matin, maR...a aia termasuR...
orang ya1lf.J cefa/?g.
Ja1lf.Jan pemali me1lf.Jata/?gn sesuatu paaa ora1lf.J fain 6agaimana
me1lf.Jerja/?gn sesuatu, tapi se6ut saja apa ya1lf.J mesti aia faR...u/?gn, ma/?g
mere/?g a/?gn me1lf.Jejut/?gn ancfa cfetigan R.§mampuannya.
SR...npsi ini R...u persem6ali/?gn
R.§paaa
YIyaliancfa aan iGuncfa tersaya1lf.J
serta
/?g/?gt
(A) Fakultas Psikologi (B) Jurusan Psikilogi (C) Oktober 2006
(D) Rifatil Farihah
(E) Hubungan Antara Sikap Karyawan Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Produktivitas Karyawan PT. TOYOTETSU CORP.
(F) xi
+
86 halaman(G) . Sikap karyawan adalah suatu kesadaran karyawan untuk
mengevaluasi tingkah laku atau perbuatan - perbuatan yang nyata dalam memberikan reaksi terhadap kegiatan atau aktivitas lingkungan kerjanya. Aktivitas didalam Iingkungan kerja berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan dalam meningkatkan produktivitas karyawan.
Penelitian ini untuk melihat hubungan antara sikap karyawan terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan
produktivitas karyawan di PT. TOYOTETSU CORP. Jenis penelitian ini adalah korelasional. Sampel penelitian ini adalah karyawan tetap bagian produksi yang telah bekerja selama 1 (satu tahun) di PT. TOYOTETSU CORP., yang bergerak dalam bidang perakitan suku cadang otomotif. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner sikap (aspek kogninif, afektif, dan konatif) yang disusun berdasarkan skala Likert dari definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Sedangkan untuk produktivitas karyawan diukur dengan menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan skala likert dari aspek-aspek produktivitas. Analisa data menggunakan perhitungan korelasi Spearman - Brown. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program statistik SPSS/PC +versi wim 11.5' diperoleh nilai r=0.819 yang signifikan pada level of significancy 0,05. hal ini menunjukkan ada hubungan positif antara sikap karyawan terhadap penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan produktivitas karyawan di PT. TOYOTETSU CORP. Artinya sikap karyawan terhadap
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tinggi (cenderung menyetujui dan merasa perlu adanya K3) dan produktivitas karyawan juga tinggi (mencapai target perusahaan).
(C) (D) (E) (F)
(G)
(H)
(B) Psychology majors November 2006
Rif atil Farihah
The Relation Between Attitude of Employees to Safety and Health of Working with Employees Productivity in PT. TOYOTETSU CORP.. ix+ 86 page
Employees attitude is an awareness of employees to evaluate the deed or behaviour - real deed in giving the reaction to environmental activity or activity of his working. Activity is in the working environment relate to Safety and Health of Working employeeses in improving the employees productivity. This research to see relation between
employees attitudes to applying of Safety and Health of Working with employees productivity in PT. TOYOTETSU CORP. this Type
Research is korelasional. The sample's research is employees remain to part of production which have worked during 1 ( one year) in PT. TOYOTETSU CORP., peripatetic in the field of assembling of access otomotif. Data obtained by using kuesioner attitude ( aspect cognition, affection, and conation) what is compiled pursuant to scale Likert from definition of Safety and Health of Working. Is while for the productivity of employees measured by using kuesioner compiled pursuant to scale Iikert from productivity aspects. Data analysis use calculation of
correlation Spearman - Brown. Data processing done constructively statistical program SPSS/PC+version 11.5 obtained by the value r= 0.819 the level of significancy 0,05. this matter show is positive relation between attitude of employees to Safety and Health of Working with employees productivity in PT. TOYOTETSU CORP.
Employees attitude to applying Safety and Health of Working high (tend to agree and feel important the existence of and high employees productivity also (reaching company goals).
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Yang berkuasa atas segala sesuatu. Rasa syukur yang tak henti-hentinya atas segala nikmat yang telah diberikan atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam juga penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang tetap istiqomah di jalan-Nya.
Dewasa ini produktivitas dapat dikatakan sebagai ukuran pendayagunaan faktor produksi, dan peran serta tenaga kerja dalam proses produksi. Hal ini penting dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi dan kesempatan perluasan kerja. Sehingga semakin lama makin terasa, bahwa masalah produktivitas tenaga kerja merupakan masalah yang perlu dibicarakan. Salah satu kebijakan perusahaan dalam rangka
meningkatkat produktivitas adalah dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mencoba melakukan penelitian tentang hubungan antara sikap karyawan terhadap 'penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas karyawan.
Dengan mengacu pada berbagai Iiteratur, penulis bertekad untuk
menyelesaikan penelitian ini sebagai syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Bagi kalangan akademis, penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat memperkaya literatur psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi. Sedangkan bagi praktisi, penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap kegunaan program
keselamatan dan kesehatan kerja bagi suatu perusahaan, khususnya berkaitan dengan produktivitas karyawan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih perlu disempurnakan, untuk itu berbagai kritik dan saran yang konstruktif dari sernua pihak sangat diharapkan.
Penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan, baik secara moril maupun materiil dari semua pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
2. Bapak Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi.T selaku pembimbing I dan Ibu Yunita Faela Nisa, M.Psi selaku pembimbing II, yang sudah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi arahan serta motivasi sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Terima kasih dan semoga Allah SWT memudahkan setiap niat baik kita, amino 3. Orangtuaku, Ibunda Maemunah dan Ayahanda Ismail (Aim) yang
sudah mengorbankan waktunya dan tenaganya untuk memberikan kasih sayang yang tulus dan ikhlas serta yang terbaik bagi penulis dalam mengenyam pendidikan dan mengarungi kehidupan, ibu bapak saya mencintaimu, saya akan membuat ibu dan bapak bahagia dan saya akan memberikan yang terbaik untukmu. Terima kasih, ya Allah Iingdungilah dan sayangilah kedua orangtuaku, Amin.
4. Kakak tercinta, Zulfatul Malikah, Imaroh, Musyafa'ah dan adikku Washilaturrahmah, atas dukungan material dan moril dan selalu memberikan keceriaan dan semangat, saya berjanji akan membantu kalian untuk sukses. Ya Allah berikan kami kemudahan dalam merahi kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin. Terirna kasih, mari buat
orangtua kita bahagia.
5. Ternan-ternan seperjuanganku Tuti A, Ana N, Udoh, Nenden, Ami, Eva, Atop, Jamali, Adhie , Yudies, k' Bekti, Diana, jUli, Uuk, Neneng, Totok, Afif, Arif, Yuri, Adhan, Rita, Lala, Lora, Nur, Ina. dan teman-ternan angkatan 2002 lainnya, terima kasih atas kasih sayang dan kebersamaannya mari kita menuju kesuksesan, karena sukses adalah kewajian kita. Terima kasih.
6. Saudara-saudaraku yang telah berjasa membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Akhirnya semoga Allah SWT membalas semua kebaikkan saudaraku semua dan i1mu yang ada bertambah serta bermanfaat. Amin. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, tetapi kita wajib berusaha untuk mendekatinya, terima kasih.
Jakarta, November 2006
HALAMAN JUDUL ,. '" i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PENGESAHAN " iii
MOTTO iv
vi
ABSTRAKSI .
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR lSI ix
DARTAR TABEL x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah 7
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah ..
1.3.1 Pembatasan Masalah 8
1.3.2 Perumusan Masalah 9
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian , '" .
1.4.1 Tujuan Penelitian 9
1.4.2 Manfaat Penelitian " 10
1.5 Sistematika Penulisan 11
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Produktivitas Karyawan
2.1.1 Pengertian Produktivitas Karyawan 12
2.1.2 Aspek-Aspek Produktivitas ... 20
2.1.3 Faktor-Faktor Pendukung Produktivitas 23 2.1.4 Usaha untuk Meningkatkan Produktivitas Karyawan .. . . 25 2.2 Sikap Karyawan
2.2.1 Pengertian Sikap ... ... 27
2.2.2 Komponen-komponen sikap ..
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap 31 2.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.3.1 Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3) 33 2.3.2 Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) 37 2.3.3 Aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) 38 2.3.4 Penyebab kecelakaan dalam kerja... 41 2.3.5 Usaha-usaha dalam meningkatkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) , 42
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan dan metode penelitian . 51
3.1.2 Identifikasi variabel-variabel penelitian 52 3.2 Pengambilan Sampel
3.2.1 Populasi dan sampel 55
3.2.2 Teknik pengambilan sampel 56
3.3 . Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Metode dan instrumen penelitian 57
3.3.2 Metode analisis instrumen 64
3.3.3 Metode analisis data... 72
3.4 Prosedur Penelitian 73
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA .
.4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
4.1.1 Gambaran sUbjek berdasarkan usia , 75
4.1.2 Gambaran subjek berdasarkan tingkat pendidikan 76 4.1.3 Gambaran sUbjek berdasarkan masa kerja , 77 4.1.4 Gambaran responden berdasarkan departemen I divisi 77 4.2 Presentasi dan Analisis Data
4.2.1 Uji persyaratan .,. 78
4.2 2 Uji hipotesis , ,. . 80
4.2.3 Korelasi antar factor , 81
4.3 Pembahasan , ,. 83
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan , ,. 85
5.2 Diskusi ,. .. 85
5.3 Saran " 90
[image:10.524.28.444.87.491.2]Tabel kerangka berpikir 49 Tabel kisi-kisi instrumen sikap buruh terhadap penerapan program K3.. 59 Tabel kisi-kisi instrumen skala produktivitas karyawan 62
Tabel Nilai kategori dalam tiap jawaban 63
Tabel revisi blue print skala sikap karyawan terhadap K3 67 Tabel revisi blue print skala produktivitas karyawan 69
Tabel kaidah reliabilitas 71
Tabel Distribusi usia responden.. 76
Tabel Distribusi tingkat pendidikan responden .. 76
Tabel Distribusi masa kerja responden... 77
Tabel Distribusi departemen/divisi 77
Tabel Hasil uji normalitas skala sikap karyawan terhadap K3 dengan
produktivitas 79
Tabel Hasil uji hipotesis.... 80
[image:11.522.72.440.65.487.2]PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi, tingkat persaingan antar perusahaan semakin meningkat, khususnya persaingan kualitas hasil perusahaan akan
mempengaruhi kompetisi dengan perusahaan lainnya. Modal utama dari keberhasilan kompetisi antar perusahaan adalah sumber daya manusia (80M) atau tenaga kerjanya. Kesadaran para pengusaha terhadap modal ,utama dalam memenangkan persaingan, maka antar perusahaan saling
bersaing dalam mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu mempunyai kompetensi yang baik dan memenuhi persyaratan.
Oalam banyak kasus, kegagalan suatu perusahaan atau organisasi dalam mengelola sumber daya manusia dapat dilihat dari banyaknya pemogokan yang menuntut peningkatan kesejahteraan, unjuk rasa dengan berbagai latar belakang, bolos kerja, karyawan tidak bergairah dalam bekerja dan turnover.
diharapkan. Rendahnya produktivitas pada perusahaan merupakan kerugian bagi perusahaan itu sendiri
Sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses peningkatan produktivitas, karena produktivitas menempati posisi yang amat strategis dalam mewujudkan tersedianya barang dan jasa. Pada umumnya
produktivitas yang semakin tinggi merupakan pendayagunaan sumber daya secara efisien. Setiap perusahaan, dalam proses produksinya harus selalu memperhatikan dan mempertimbangkan bagaimana caranya mencapai produktivitas yang tinggi dengan sumber daya atau faktor-faktor produksi yang ada.
Dewasa ini produktivitas dapat dikatakan sebagai ukuran pendayagunaan faktor produksi, dan peran serta tenaga kerja dalam proses produksi. Hal ini penting dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi dan kesempatan perluasan kerja. Sehingga semakin lama makin terasa, bahwa masalah produktivitas tenaga kerja merupakan masalah yang perlu dibicarakan.
dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang terbesar dan terbaik. Sumber daya yang dipergunakan untuk menghasilkan barang dan jasa terdiri dari berbagai factor seperti, tenaga kerja, tanah dan modal,
termasuk mesin-mesin, peralatan, bahan mentah, tenaga Iistrik, kemajuan teknologi dan lain-lain.
Pacta umumnya setiap perusahaan selalu ingin meningkatkan produktivitas kerja untuk menunjukkan bahwa perusahaan tersebut berkembang . Dalam hubungannya dengan usaha peningkatan produktivitas suatu perusahaan, salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah meningkatkan atau memperbaiki situasi Iingkungan kerja. Hal ini dimaksudkan agar dengan adanya/tersedianya fasilitas-fasilitas dalam Iingkungan perusahaan, karyawan dapat terpacu untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
Produktivitas karyawan dipengaruhi oleh fasilitas yang diberikan oleh perusahaan seperti keamanan pekerjaan, tunjangan dan lingkungan kerja. Bekerja dalam industri mengandung resiko berupa bahaya terhadap
mengancam Keselamatan dan Kesehatan Kerja karyawan. Oleh karena itu perusahaan perlu memberikan jaminan keamanan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk para karyawannya.
Pentingnya dilakukan usaha-usaha untuk melindungi Keselamatan dan Kesehatan Kerja karyawan di dalam menjalankan pekerjaannya telah
mendapat perhatian dari pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Keselamatan Kerja NO.1 Tahun 1970 (Soekotjo, dkk, 2000). Undang-undang ini merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Dengan adanya undang-undang ini, pemerintah berusaha untuk menanggulangi masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Bahkan di dalam usaha untuk menggugah semua pihak untuk menyadari bahwa program K3 merupakan suatu yang mutlak dilaksanakan dalam proses produksi barang dan jasa. penerapan K3 merupakan suatau usaha dan keadaan dalam Iingkungan atau tempat kerja yang dapat menjamin secara maksimal kesehatan dan
keselamatan personil yang berada di daerah atau tempat tersebut bail< pekerja maupun bukan pekerja perusahaan tersebut.
kebakaran, luka memar, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Semua itu sering dihubungkan dengan perlengkapan
perusahaan atau Iingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan mer'upakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik (A.A. Anwar Prabumangkunegara, 1993).
Setiap karyawan dapat memiliki sikap mendukung maupun tidak mendukung terhadap penerapan K3. Sikap mendukung timbul jika karyawan merasa bahwa program K3 dapat memberikan kenyamanan, ketenangan, kesehatan dan keamanan karyawan. Begitu juga sebaliknya, sikap tidak mendukung muncul , jika program K3 dirasakan tidak memberikan perasaan nyaman, tenang, dan aman saat bekerja. Jadi dapat disimpulkan positif dan negatifnya sikap karyawan akan ditentukan bagaimana karyawan merasakan
kenyamanan, keamanan dan ketenangan pada saat bekerja di dalam lingkungan kerja.
ini bergerak dalam bidang perakitan perlengkapan dan komponen kendaraan bermotor roda empat yang mempunyai label "TOYOTA". Karyawan PT. NUSA TOYOTETSU CORP., yang terlibat dalam proses produksi tidak terlepas dari alat kerja atau mesin. Hal ini jika tidak dilakukan secara benar dapat mengakibatkan kecelakaan kerja serta menyangkut keselamatan diri karyawan serta ruangan kerja yang tidak dikelola dengan baik akan
mengganggu kesehatan para karyawannya. Dalam kaitannya dengan keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan bagian produksi
PT.TOYOTETSU CORP., dan berdasarkan undang-undang keselamatan kerja NO.1 tahun 1970, yang menyatakan mutlaknya dilaksanakan program .K3 dalam proses produksi peralatan otomotif, perusahaan ini telah
menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iverson dan Buttigieg pada tahun 1998, menyatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel yang berkaitan dengan pekerjaan salah satunya adalah keamanan kerja dengan komitmen organisasi. Penelitian yang lain dilakukan oleh Catharina Krisya pada tahun 1999, yang menyatakan bahwa lingkungan kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas kerja.
peneliti bermaksud meneliti hubungan antara sikap karyawan terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan produktivitas kerja karyawan, yang akan diuji kebenarannya secara empirik melalui penelitian. Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap kegunaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi suatu
perusahaan, sehingga dapat memberikan motivasi pada perusahaan yang belum menerapkan program K3 dalam rangka meningkatkan kesejahteraan karyawan. Adapun judul penelitian ini adalah "Hubungan Antara Sikap Karyawan Terhadap Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Produktivitas Kerja Karyawan".
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana sikap karyawan terhadap penerapan K3 ?
2. Sejauhmana K3 mempengaruhi produktivitas kerja karyawan ? 3. Adakah hubungan antara sikap karyawan terhadap penerapan K3
dengan produktivitas kerja karyawan?
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan masalah
a. Tema penelitian ini adalah Hubungan antara sikap karyawan terhadap penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Produktivitas kerja karyawan, adapun batasan tema dalam penelitian ini adalah : 1. Sikap
Merupakan predisposisi untuk memberikan respon yang mendukung atau tidak mendukung terhadap suatu objek atau seseorang di dalam suatu lingkungan, yang tidak dapat dilihat tetapi akibat dari sikap yang dapat dilihat dan dievaluasi atau dinilai.
2. Sikap karyawan terhadap penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Yaitu kecenderungan berperilaku sesuai dengan penerapan program perlindungan dari perusahaan yang ditujukan bagi karyawan dan orang-orang sekitar tempat kerja dengan upaya menciptakan kerja yang aman dan sehat, alat dan mesin yang terawat serta karyawan yang terlatih.
3. Produktivitas karyawan
mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerjanya secara efektif dan efisien.
b. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Psikologi dalam rangka menyelesaikan tugas akhir perkuliahan.
c. Populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah karyawan bagian produksi pada PT. NUSA TOYOTETSU CORP., Bekasi.
1.3.2
Perumusan masalahBerdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas, maka ·rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan yang
signifikan antara sikap karyawan terhadap penerapan Keselamatan dan Kesehatan Karyawan (K3) dengan produktivitas kerja karyawan bagian produksi?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1
Tujuan penelitian1.4.2 Manfaat penelitian
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk hal-hal berikut ini :
1. Peningkatan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada psikologi organisasi dan industri. Organisasi industri dapat
mendeteksi dan mengambil langkah-Iangkah sedini mungkin untuk mempersiapkan program-program pengembangan K3 dan
pencegahan kecelakaan kerja.
2. Dapat dimanfaatkan oleh para praktisi yang berkecimpung pada masalah keselamatan dan kesehatan kerja pada sektor industri. 3. Pengembangan kajian tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) pada bidang Psikologi Industri dan Organisasi.
4. Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap kegunaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi suatu perusahaan, khususnya berkaitan dengan produktivitas kerja karyawan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khusus bagi Peneliti, yaitu peneliti dapat melihat secara langsung kondisi
1.5
Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai penelitian ini, berikut sistematika penulisan pada skripsi ini:
BAB I Pendahuluan, meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan dan permasalahan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.
BAB II Di dalam bab ini dikemukakan tinjauan pustaka, meliputi uraian-uraian konsep dan teori dari produktivitas, uraian-uraian-uraian-uraian konsep dan teori keselamatan dan kesehatan kerja, uraian-uraian tentang teori sikap, uraian-uraian tentang sikap karyawan terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), hubungan antara sikap karyawan terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada karyawan bagian produksi, serta hipotesis.
BAB III Metodologi Penelitian yang meliputi jenis penelitian dan variabel penelitian, pengambilan sampel, metode pengumpul data, teknik analisa data serta prosedur penelitian.
BAB IV : Presentasi dan analisa data, meliputi gambaran umum subjek, presentasi dan analisis data, dan pembahasan.
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Produktivitas Karyawan
2.1.1 Pengertian produktivitas karyawan
Pentingnya arti produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraan telah disadari secara umum. Tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak mendapatkan keuntungan dari produktivitas yang ditingkatkan sebagai kekuatan untuk menghasilkan lebih banyak nilai tambah dari sumber daya yang ada.
Sekarang ini masalah produktivitas mendapat perhatian yang besar dan banyak dibicarakan dalam perusahaan, hal ini terjadi seiring dengan perkembangan ekonomi di berbagai sektor dan diharapkan dengan
produktivitas maka keadaan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan mutu kehidupan besok harus lebih baik dari hari ini. Hal ini dapat membuat karyawan selalu mencari perbaikan-perbaikan dan peningkatan-peningkatan.
produktivitas menunjukkan tingkah laku sebagai keluaran atau (output) dari suatu proses berbagai macam komponen kejiwaan yang
melatarbelakanginya (Pandji Anoraga, 2005).
Itu berarti, kalau kita berbicara tentang produktivitas, tidak lain dari pada berbicara tingkah laku manusia atau individu, yaitu tingkah laku
produktivitasnya. Lebih khusus lagi dibidang kerja atau organisasi kerja. Para ahli psikologi industri dan organisasi, bahkan psikologi pada umumnya, telah banyak mengajukan masalah ini. Ada yang bersifat umum, tapi juga ada beberapa yang bersifat khusus. MisalnyaKurt L.ewin, seorang psikolog
,Jerman, mengemukakan bahwa tingkah laku itu merupakan fungsi dari kepribadian dan lingkungan individu yang bersangkutan (Pandji Anoraga, 2005).
Hal ini berarti bahwa produktivitas seseorang merupakan fungsi dari kepribadian dan lingkungannya. Maksud dari uraian ini ialah kalau kita menginginkan bertambah tinggi produktivitas karyawan, maka perlu dikaji lebih dalam mengenai masalah Iingkungan maupun kepribadiannya.
Produktivitas dapat diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa. Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber daya dalam memproduksi barang-barang.
Sumber daya yang dipergunakan untuk menghasilkan barang dan jasa terdiri dari"berbagai faktor, seperti tenaga kerja, tanah dan modal, termasuk mesin-mesin, peralatan bahan mentah, tenaga listrik, kemajuan teknologi dan lain-lain. Namun, diantara semua faktor produksi tersebut, sumber daya manusia memegang peranan utama dalam peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan teknologi pada hakekatnya adalah hasH karya manusia.
Kusriyanto dalam I wayan Mudiarta Utama (1993) menyebutkan bahwa produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara hasH yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu, biasanya per jam per orang, sedangkan peran serta tenaga kerja ialah penggunaan sumber daya manusia secara efisien dan efektif (I Wayan M.U, 1993).
Secara umum, pengertian produktivitas merupakan perbandingan antara hasH yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Namun, dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai pengertian
diharapkan dengan produktivitas ini akan mendorong karyawan tersebut untuk terus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerjanya secara efektif dan efisien (Pandji Anaroga, 1995).
Produktivitas dapat diartikan pula sebagai ukuran tingkat efisiensi dan
efektivitas dari setiap sumber yang digunakan selama produksi berlangsung. Produktivitas merupakan suatu kombinasi dari efektivitas dan efisiensi (Gaspersz, 2000). Efisiensi lebih menekankan pada daya guna dari penggunaan sumber daya, yang berarti penghematan dan meniadakan segala pemborosan yang tidak diperlukan, sehingga tenaga, pikiran, waktu dan biaya dalam proses produksi dapat dihemat. Efisiensi adalah pengertian sampai sejauh mana sumber daya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya dapat menjadi hasil yang sebesra-besarnya. Dari uraian ini dapat dikatakan bahwa efisiensi lebih memperhatikan kecermatan penggunaan sumber daya .
Efektivitas berhubungan dengan pelaksanaan tugas agar tercapai suatu tujuan dari penggunaan sumber daya untuk memberikan hasil guna, serta bagaimana sumber daya digunakan sesuai fungsi dari sumber daya tersebut, sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
digunakan untuk mencapai hasil (keluaran) yang optimal, sehingga efektivitas dapat dikatakan sebagai ketepatan penggunaan sumber daya (Umar, 2004).
Jusuf Suit dan Almasdi (1996) mengemukakan pengertian tentang efisiensi dan efektivitas sebagai berikut:
"Pengertian efisiensi ditinjau dari sudut sumber daya manusia adalah bagaimana sikap penghematan pemakaian bahan dan waktu serta biaya yang dilakukan oleh nasing-masing personal dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan. Sedangkan, pengertian efektivitas adalah ketepatan suatu tindakan atau kesempurnaan Uaminan) hasil suatu pekerjaan itu sendiri."
Jadi, sumber daya yang digunakan secara tepat atau efeklif akan
memberikan peluang atau kesempatan untuk terjadinya efisiensi. Apabila sumber daya telah diletakkan sesuai posisi atau fungsi, maka sumber daya tersebut sekarang dilibatkan dalam proses untuk memberikan hasil, sehingga dapat memberikan hasH yang sebesar-besarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masukanlinput telah dapat memberikan keluaran/output yang maksimal. Dengan perkataan lain, kemampuan menghasilkan dari sumber daya tersebut telah mengalami peningkatan atau produktivitasnya telah naik.
"Produktivitas adalah menghasilkan lebih banyak, dan berkualitas lebih baik, dengan usaha yang sama. Dengan demikian produktivitas tenaga kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya yang dipergunakan."
Hal tersebut berarti bahwa peningkatan produktivitas bukanlah membuat karyawan bekerja lebih lama atau lebih keras, melainkan lebih banyak merupakan hasil perencanaan yang tepat, dari efisiensi yang tinggi, serta dilu(3r itu tergantung pada usaha yang penuh kesadaran dari tiap-tiap karyawan.
Menurut dewan Produktivitas Nasional, pengertian produktivitas kerja adalah perbandingan terbalik antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sondang Siagian (1985) bahwa produktivitasォ・セ。 adalah kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal (Tarwaka, dkk, 2004).
kerja kemarin akan mendorong karyawan untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi harus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja.
Sikap yang demikian membuat karyawan selalu mencari perbaikan-perbaikan dan peningkatan-peningkatan. Karyawan yang mempunyai sikap tersebut terdorong untuk menjadi dinamis, kreatif, inovatif dan terbuka, serta kritis kepada ide-ide baru dan perubahan-perubahan. Terbuka pada ide-ide baru tidak perlu diartikan sebagai tidak mempunyai pendirian. Sebaliknya bersifat hati-hati atau kritis terhadap pembaharuan tidak perlu diartikan sebagai konservatif atau tertutup kepada perbaikan.
Seorang tenaga kerja dinilai produktif jika tenaga kerja tersebut, pada jabatan yang telah ditetapkan sebelumnya dan denganperalatan kerja yang sesuai, mampu meningkatkan kemampuan kerjanya lebih besar dari tenagakerja yang lain. Dapat juga dinyatakan bahwa seorang tenaga kerja menunjukkan tingkat produktivitas yang tinggi jika tenaga kerja tersebut, pada jabatan yang telah ditetapkan sebelumnya dan dengan peralatan kerja yang sesuai,
mampu bekerja untuk mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan standar yang ditentukan.
a. Sikap mental yang berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
b. Unsur sumber daya manusia merupakan unsur pokok dalam upaya peningkatan produktivitas. Sumber daya manusia merupakan titik sentral dari segala kegiatan peningkatan produktivitas. Agar lebih baik dari sebelumnya individu harus mempunyai usaha yang pada
dasarnya merupakan kegiatan yang bersifat lebih efektif dan lebih efisien.
Untuk perusahaan atau dalam lingkup yang lebih besar, yaitu dunia industri, seorang karyawan harus mempunyai pandangan akan pengertian mengenai produktivitas. Karyawan harus mempunyai pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan.
Dengan demikian produktivitas tidak dapat dilepaskan dari karyawan sebagai pelaku kerja. Produktivitas tidak hanya semata-mata ukuran input - output tetapi juga bagaimana karyawan melibatkan dirinya dalam proses
meningkatkan kemampuan kerjanya secara efektif dan efisien (Pandji Anaroga, 1995).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas karyawan adalah sikap karyawan terhadap kerja yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan menjadi lebih baik, sehingga dapat mendorong karyawan tersebut untuk terus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerjanya secara efektif dan efisien.
2.1.2 Aspek-aspek produktivitas
.Berdasarkan uraian diatas, maka produkivitas tidak terlepas dari aspek efektivitas dan efisiensi. Dengan demikian produktivitas karyawan terbentuk dalam efektivitas dan efisiensi (Umar, 2004).
Efektifitas dapat didefinisikan sebagai tingkat ketepatan dalam memilih atau menggunakan suatu metode untuk melakukan sesuatu (efektif
=
do rightthings). Efektivitas lebih mengarah pada pencapaian unjuk kerja yang
Efisiensi dapat didefinisikan sebagai tingkat ketepatan dan berbagai
kemudahan dalam melakukan sesuatu (efisiensi
=
do things right). Efisiensi lebih berkaitan dengan upaya membandingkan inputdengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Jadi efisiensi adalah seberapa hemat sumber daya yang digunakan dalam bekerja. Semakin besar sumber daya dapat dihemat, semakin tinggi tingkat efisiensi (Umar, 2004).Tinggi rendahnya efisiensi ditentukan oleh nilai input dan output, sedangkan tinggi rendahnya nilai efektivitas ditentukan oleh pencapaian target. Apabila . efisiensi dikaitkan dengan efektivitas, meskipun terjadi peningkatan
evektivitas, namun efisiensi belum tentu meningkat (Tarwaka, 2004).
Selanjutnya dapat diambil suatu kesimpulan bahwa produktivitas adalah fungsi dari efektivitas dan efisiensi. Oleh karena itu apabila suatu kegiatan dilaksanakan dengan efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya yang dimiliki akan menghasilkan produktivitas yang relatif tinggi.
Para pelaku yang produktif memiliki sikap dan pandangan bahwa setiap pekerjaan harus dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan dan dengan berbagai penghematan untuk memberikan hasil guna atau tercapainya tujuan dari penggunaan sumber daya.
Menurut Gaspersz (2000), karakteristik umum dari karyawan yang produktif biasanya ditandai dengan beberapa hal berikut (Umar, 2004):
1. Secara terus menerus selalu mencari berbagai gagasan dan cara penyelesaian tugas yang baik.
2. Selalu memberikan saran-saran untuk perbaikan secara sukarela. 3. Menggunakan waktu secara efektif dan efisien.
4. Selalu melakukan perencanaan dengan menyerlakan jadwal waktu. 5. Selalu bersikap positif terhadap pekerjaan.
6. Dapat berperan sebagai anggota tim kerja sarna yang baik, sebagaimana juga menjadi pemimpin tim kerja sarna yang baik. 7. Dapat memotivasi diri melalui dorongan dari dalam diri sendiri. 8. Memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik terhadap
pekerjaannya serla mau menerapkannya dalam pekerjaan itu. 9. Mau menerima ide-ide atau saran-saran yang dianggap lebih baik
dari orang lain.
11. Sangat rnenyadari dan rnernperdulikan rnasalah pernborosan dan inefisiensi dalarn penggunaan surnber-surnber daya.
12. Mernpunyai tingkat kehadiran yang baik.
13. Seringkali rnelarnpaui standart kerja yang telah ditetapkan. 14. Selalu rnarnpu rnernpelajari sesuatu hal baru dengan cepat.
Berdasakan uraian diatas rnaka dapat disirnpulkan bahwa produktivitas karyawan dapat ditentukan oleh, pertarna faktor efektivitas, seperti rnerniliki pernaharnan yang baik terhadap pekerjaannya, selalu rnencari gagasan cara penyelesaian tugas dengan baik, rnenggunakan surnber daya sesuai dengan .ketentuan (prosedur), tepat dalarn rnenggunakan peralatan kerja sesuai
dengan fungsinya. Kedua ditentukan oleh faktor efisiensi, seperti
rnernperdulikan rnasalah pernborosan dalarn penggunaan surnber daya, rnau rnelakukan penghernatan dalarn penggunaan surnber daya, rnenggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, rnernelihara peralatan kantor/barang dengan teratur dan sesuai ternpatnya.
2.1.3 Faktor-faktor pendukung produktivitas
1. Motivasi. Motivasi merupakan kekuatan atau motor pendorong kegiatan seseorang kearah tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk mencapainya.
2. Kedisiplinan. Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma, dan kaidah yang berlaku.
3. Etos kerja. Etos kerja merupakan salah satu faktor penentu
produktiviyas, karena etos kerja merupakan pandangan untuk menilai sejauhmana kita melakukan suatu pekerjaan dan terus berupaya untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. 4. Keterampilan. Faktor ketrampilan baik ketrampilan teknis maupun
manajerial sangat menentukan tingkat pencapaian produktivitas. Dengan demikian setiap individu selalu dituntut untuk terampil dalam penguasaan i1mu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terutama dalam perubahab teknologi mutakhir.
Disamping faklor tersebul dialas, Manuaba (1992) mengemukakan bahwa faklor alat, cara dan lingkungan kerja sangal berpengaruh lerhadap
produklivilas.
2.1.4 Usaha untuk meningkatkan produktivitas karyawan
Dalam upaya meningkalkan produklivilas kerja perlu diingal bahwa faktor mariusia menjadi dasar penentuan dalam meningkatkan produklivitas kerja. Tujuan sebuah program peningkalan produktivitas kerja harus mencapai perubahan yang signifikan, yailu untuk memperoleh perbandingan yang lebih antara keluaran (output) dan masukan (input).
SB.Handayani (2000) mengatakan bahwa hal yang ulama yang perlu
dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas kerja ini adalah mengatasi sikap "lidak peduli" baik manajer maupun karyawan. Mereka sebenarnya sama-sama memiliki kepenlingan dalam meningkalkan produktivilas kerja, oleh karena itu mereka perlu komilmen bersama lerhadap peningkalan produklivitas kerja. Dalam meningkalkan produklivitas kerja membuluhkan tindakan yang memerlukan kekualan kepemimpinan yang besar dari manajemen puncak.
efektif dan efisien. Pada umumnya, strategi yang diterapkan untuk
meningkatkan produktivitas, antara lain: a. Penyempurnaan manajemen, melalui :
1. Peningkatan kemampuan manejerial dalam bidang perencanaan dan pengambilan keputusan,
2. perbaikan prosedur dan sistem manajemen (termasuk
kemampuan pimpinan dalam merancang dan menggunakan
sistem yang ada).
3. peningkatan "personal and interpersonal skill". b. Perbaikan manajemen sumber daya manusia, melalui :
1. Peninjauan kembali peraturan kepegawaian,
2. perumusan kembali tata cara dalam meningkatkan motivasi
pegawai,
3. Menyempurnakan penilaian prestasi kerja,
4. Penyempurnaan hubungan antara pegawai dan organisasi kerja.
c. Perbaikan kualitas kerja, melalui :
1. Perbaikan Iingkungan kerja (dalam arti lingkungan fisiknya),
2. Penerapan prinsip-prinsip pengembangan organisasi dalam
praktek kerja dan menciptakan budaya organisasi yang dapat menaikkan rasa bangga dan rasa memiliki terhadap organisasi
Yulis Rasul (1996) mengatakan bahwa usaha mengatasi rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja dimana perlu ditemukan cara-cara yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja yaitu dengan memberikan
penggajian yang baik, pendidikan, peningkatan partisipasi karyawan, perbaikan komunikasi dan perbaikan kondisi kerja.
Jadi upaya peningkatan produktivitas kerja harus dilaksanakan perusahaan secara bertahap dan berkesinambungan. Upaya ini merupakan perjalanan yang panjang tahap akhir yang harus terus berlangsung secara konsisten sepanjang hidup perusahaan. Keberhasilan dari pelaksanaan program .peningkatan produktivitas kerja pada akhirnya terpulang pada kemauan dan
kemampuan serta kesediaan untuk melaksanakan dengan penuh dedikasi, konsisten, semangat dan kekompakan.
2.2
Sikap Karyawan
2.2.1 Pengertian sikap
Sikap mempunyai peranan penting karena apabila sudah terbentuk pada diri seseorang, maka sikap tersebut akan dapat menentukan bagaimana
seseorang berperilaku terhadap objeknya. Sikap manusia, atau untuk
(Berkowitz, 1972). Puluhan definisi dan pengertian itu pada umumnya dapat dimaksukkan ke dalam salah-satu diantara tiga kerangka pemikiran
(Saifuddin Azwar, 2003).
Pertama adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi Louis Thurston, dkk (2003) yang menyatakan bahwa sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfaforable) pada objek tersebut. Secara lebih spesifik, Thurstone menformulasikan sikap sebagai derajat afek positif .atau negatif terhadap suatu objek psikologis (Saifuddin Azwar, 2003).
Kelompok pemikiran yang kedua diwakili oleh Bogardus, dkk (2003).
Kelompok pemikiran yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadik scheme). Menurut kerangka pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Secord dan Backman (1964), misalnya , mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu objek di
lingkungan sekitar.
Menurut Mann (1969) sikap terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut: 1. Afektif
Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosial inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.
2. Kognitif
Komponen kognitif beris kepercayaan (nilai dan pengalaman dasar), persepsi dan stereotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini),
3. Konatif
Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapi.
Ketiga komponen sikap yang telah disebutkan diatas merupakan suatu
kesatuan yang akan dimunculkan berkaitan dengan adanya rangsangan yang diterima individu. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku
secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual, karena itu adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap . seseorang akan dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek
(Saifuddin Az),var, 2003).
[image:41.521.25.451.264.633.2]Tabel2.1 Variabel
independen yang dapat diukur
Variable intervening
Variable dipenden yang
dapat diukur
STIMULI (individu, situasi, sosial, kelompok sosial, objek lainnya
isyu
dan sikap
Respon syarat simpatik
Berdasarkan uraian definisi sikap diatas, maka definisi sikap yang digunakan pada penelitian ini adalah definisi sikap dari kelompok pemikiran ketiga. Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.
2.2.2 Faktor-faktoryang mempengaruhi sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Saifuddin Azwar (2003), yaitu:
1. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi merupakan sesuatu yang telah dan sedang di alami oleh suatu individu. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus mempunyai kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2. Pengaruh kebudayaan
Pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan kita mendapat
reinforcement(penguatan/ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan
Suatu bentuk sikap merupakan pernyatan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Menurut Tollman, (dalam Saifuddin Azwar, 2003) proses terbentuknya sikap manusia melalui kepercayaan (belief), manusia belajar akan sesuatu harapan atau ekspansi yaitu rasa percaya bahwa suatu respon perilaku akan
merilbawa kepada suatu peristiwa atau hal tertentu. Peristiwa tersebut akan memiliki nilai positif apabila sesuai dengan harapan atau dalam istilah Tolman adalah konfirmasi, dan akan bernilai negatif apabila tidak sesuai dengan harapan atau tidak terjadi konfirmasi. Konfirmasi akan memperkuat rasa .percaya manusia bahwa suatu respon memang akan membawa kepada hal
tertentu (kognisi). Jadi, manusia belajar untuk mengulang perilaku yang memiliki nilai positif. Kepercayaan (belief) adalah ekspansi atau harapan yang selalu mendapat konfirmasi secara konsisten dan dengan dasar kepercayaan inilah sikap individu dapat terbentuk.
2.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.3.1 Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
bahwa seseorang manusia yang kodratnya memang memerlukan bekerja, lantas boleh diperlakukan sekehendaknya sendiri oleh pihak-pihak yang bisa menyediakan lapangan kerja. Pihak-pihak pemberi kerja pun berkewajiban menghormati harkat dan martabat para pekerjanya sebagai manusia. Dan ini berarti, memberinya imbalan yang sesuai dengan kemampuan
profesionalnya, dan memperlakukannya secara manusiawi.
Diantara perlakuan yang manusiawi adalah penciptaan Iingkungan kerja dan pengadaan sarana-sarana kerja yang menjamin keselamatan dan kesehatan kerja para pekerjanya. Tetapi tersedianya Iingkungan kerja dan sarana-.sarana kerja yang memadai itu harus dibarengi pula dengan kesedian para
pekerja sendiri untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kerja yang berlaku, khususnya ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan penggunaan sarana-sarana kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja mencakup kedua istilah risiko
dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan. Sedangkan
kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh Iingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisiko
Departemen tenaga kerja
R.1.
(dalam Soekotjo, dkk, 2000) melalui Undang-Undang NO.1 Tahun 1970 menyatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan .Kerja sebagai upaya perlindungan yang ditujukan agar para pekerja dan jugaorang lain yang ada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan selamat dan sehat, dan agar setiap sumber produksi digunakan secara aman dan efisien. Definisi tempat kerja menurut Undang-Undang Keselamatan Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan yang terbuka atau tertutup, bergeral< atau tetap, yang menjadi tempat tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan terdapat sumber bahaya.
Undang-undang ketenagakerjaan NO.13 tahun 2003 pasal 86 tentang keselamatan dan kesehatan kerja juga menjelaskan bahwa: (1) setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama, (2) untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja, (3) perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Dedi Hamid, 2003).
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para karyawan dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
.pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan dari kecelakaan di tempat kerja. Sedangkan kesehatan merujuk kepada kebebasan karyawan dari penyakit fisik maupun mental (Mondy dan Noe, 2002). Payaman
J.
Simanjuntak (1994) memberikan pengertian keselamatan kerja adalah kondisi yang bebas dari resiko kecelakaan atau kerusakan dengan resiko yang relatif sangat kecil di bawah tingkat tertentu.setiap perusahaan bagi keselamatan dan kesehatan karyawannya serta orang lain yang berada ditempat kerja, dengan upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat untuk kelancaran kinerja dan produktivitas kerja yang baik.
2.3.2 Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
MenurutAA Anwar Prabumangkunegara (1993) tujuan dari penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam perusahaan adalah sebagai berikut
1. Setiap pegawai mendapat jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja baik secara fisik , sosial dan psikologis.
2. Setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan seefektif mungkin.
3. Semua hasil produksi dipelihara keamanannya
4. Adanya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. 5. Meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja. 6. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
kerja.
7. Setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
keselamatan dan kesehatannya. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga telah ditujukan untuk mengidentifikasi kondisi yang tidak aman
(unsafe condition) dan tindakan tidak aman(unsafe act). Tindakan tidak
aman bisa terjadi karena pekerja kurang mengenal bahaya yang berasal dari pekerjaannya. Menurut Undang-undang, manajemen hanya dapat
mempekerjakan tenaga kerja setelah yakin tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat keselamatan kerja, karena itu manajemen wajib melakukan pembinaan dan memberikan penjelasan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (Soekotjo, dkk, 2000).
2.3.3 Aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Berdasarkan teori "tiga faktor" yang menyebutkan bahwa aspek-aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) «Pandji Anoraga, 2005), antara lain: 1. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja ialah segala sesuatu yang berada disekitar karywan dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Keadaan Iingkungan kerja memberikan pengarug yang besar terhadap kinerja karyawan. Lingkungan kerja yang baik dapat mempertinggi efisien dan efektifitas kerja. Faktor-faktor keadaan lingkungan kerja yang penting untuk diperhatikan antara lain: a. Penerangan yang baik memungkinkan pekerja melihat objek yang
sempurna, sehingga gelap atau dapat membuat silau, yang
berpengaruh negatif terhadap ketrampilan kerja. Warna ruang kantor yang serasi dapat meningkatkan produksi dan semangat kerja (AA Anwar, 1993).
b. Suhu dan sirkulasi udara yang tidak sempurna, sehingga ruangan kerja berdebu dan lembab. Temperatur dan kelembaban yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mempengaruhi kondisi fisik,
semangat kerja dan emosi karyawan.
c. Kebisingan merupakan bunyi-bunyi yang tidak dikehendaki dan mengganggu serla dapat merusak pendengaran dan penggunaan musik di tempat kerja pada waktu-waktu terlentu dapat menciptakan suasana kerja yang lebih serasi.
d. Ketentuan-ketentuan kerja yang sering dilanggar, seperli fasilitas umum didalam perusahaan yang tidak terpelihara, contohnya
we
yang tidak dibersihkan, lantai licin dan kotor yang memungkinkan orang tergelincir, tempat pembuangan sisa-sisa bahan pembuangan yang tidak sempurna, cara penempatan mesin dan bahan baku yang tidak tepat, jalur lalu lintas digunakan untuk menempatkan bahan-bahan baku, dan ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.Kondisi mesin dan peralatan kerja dapat berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kemungkinan timbulnya kasus kecelakaan kerja. Peralatan dan mesin kerja yang tidak ergonomis dapat cepat menimbulkan kelelahan bagi karyawan. Peralatan yang baik adalah yang senantiasa siap dipergunakan oleh karyawan. Menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (1993) kesalahan . dapat terletak pada mesin yang letaknya salah, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, dan alat-alat kerja yang telah rusak atau terlalu tua dan alat-alat perlindungan perseorangan telah rusak.
3. Manusia
Dibawah ini merupakan kesalahan-kesalahan manusia yang dapat menimbulkan kecelakaan, meliputi:
a. Sikap yang tidak wajar, seperti sembrono, tidak mengindahkan instruksi, lalai, melamun, tidak memakai alat pelindung diri, tidak kooperatif serta tidak sabar.
rendah memberikan peluang yang lebih besar pada terjadinya kecelakaan kerja.
c. Kurangnya kecakapan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, dapat dikarenakan belum cukup latihan, salah mengerti instruksi, tidak mendapat pelajaran terlebih dahulu mengenai suatu pekerjaan, serta merasa asing dalam pekerjaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), yaitu Iingkungan kerja, mesin dan alat kerja, serta manusia.
2.3.4 Penyebab kecelakaan dalam kerja
Secara terperinci, pada sekitar tahun 1930, H. W.Heinrich menyebutkan suatu rangkaian faktor penyebab kecelakaan yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Teori yang dikenal sebagai teori domino ini menganggap faktor asal usul seseorang dan Iingkungan sosialnya akan mempengaruhi sikap serta perilaku dalam melakukan pekerjaan, sehingga mengakibatkan seseorang cenderung untuk bekerja ceroboh, tidak berhati-hati dan menjurus kearah kemungkinan terjadinya kesalahan dalam bekerja.
seluruh akibatnya. Teori tersebut sekaligus memperluas prinsip penerapan keselamatan dan kesehatan kerja, bahkan upaya yang perlu dilakukan tidak sekedar memperbaiki suatu "unsafe condition", melainkan juga mengoreksi tindakan manusia yang berbahaya (unsafe action).
2.3.5 Usaha-usaha dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3)
Usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Mutiara, 2002) guna mengurangi kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh kecenderungan karyawan untuk berperilaku dan bersikap yang tidak diinginkan (ubsafe act), adalah sebagai berikut:
a. Seleksi dan alat yang lain
b. Penyebaran poster dan propaganda c. Pelatihan keselamatan
d. Program insentif dan program penguatan yang positif e. Komitmen manajer puncak
f. Penentuan kebijaksanaan dalam keselamatan
g. Penetapan tujuan keselamatan dan mengendalikannya
h. Melakukan pengawasan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4.3
Pengertian Sikap Terhadap Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
(K3)
Suatu sikap yang muncul pada setiap manusia timbul dari adanya interaksi manusia dengan objek tertentu. Interaksi tersebut membentuk pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang dihadapi, sehingga sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan atau
pengalaman, karena itu sikap tidak dapat terlepas dari pengalaman yang dimiliki seseorang dengan objek lain diluar dirinya . Mann (dalam Saifuddin Azwar, 1995) berpendapat bahwa sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu perasaan (afektif), kepercayaan (kognitif) dan kecenderungan berperilaku .(konatif) seseorang berkaitan dengan objek yang dihadapi. Sedangkan
Bogardus (dalam Kartini Kartono, 1994) menyatakan bahwa sikap merupakan tendensi untuk bereaksi tertentu terhadap faktor-faktor lingkungan, dan bisa bersifat positif atau negatif. Oi dalam penelitian ini, objek dari sikap adalah penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
upaya mengamankan proses produksi, menjamin agar setiap orang yang berada di tempat kerja senantiasa dalam kondisi aman, sehat dan selamat.
Penciptaan Iingkungan kerja dan pengadaan sarana-sarana kerja yang menjamin keselamatan dan kesehatan kerja para pekerjanya. Tetapi tersedianya lingkungan kerja dan sarana-sarana kerja yang memadai itu harus dibarengi pula dengan kesedian para pekerja sendiri untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kerja yang berlaku, khususnya ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan penggunaan sarana-sarana kerja.
Dilanggarnya ketentuan-ketentuan itu dapat menyebabkan pekerja terganggu kesehatannya atau malah tertimpa kecelakaan, walaupun sarana-sarana kerja yang disediakan subenarnya sudah memadai. Kalau seseorang juru las misalnya, tidak mau menggunakan kacamata pelindung yang sudah
disediakan, ia tidak saja dapat terluka matanya, tetapi dapat juga terjadi kebutaan.
pekerjaan, kapan potensi bahaya tersebut aktif, bagaimana bentuk dan sifatnya serta tindakan pencegahan yang harus dilakukan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sikap karyawan terhadap penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
kecenderungan untuk memahami, merasakan dan berperilaku sesuai dengan penerapan kegiatan atau usaha perlindungan yang dilakukan perusahaan untuk para karyawannya dan orang-orang disekitar tempat kerja dengan upaya dapat menciptakan kerja aman dan sehat, alat-alat dan mesin yang terawat serta karyawan yang terlatih agar mencapai tujuan bersama yang .ditetapkan perusahaan.
2.5
Kerangka Berpikir
Pada umumnya setiap perusahaan selalu ingin meningkatkan produktivitas kerja untuk menunjukkan bahwa perusahaan tersebut berkembang . Dalam psikologi, produktivitas menunjukkan tingkah laku sebagai keluaran atau (output) dari suatu proses berbagai macam komponen kejiwaan yang melatarbelakanginya (Pandji Anoraga, 2005).
Dalam hubungannya dengan usaha peningkatan produktivitas suatu
atau memperbaiki situasi Iingkungan kerja. Hal ini dimaksudkan agar dengan adanya/tersedianya fasilitas-pasilitas dalam lingkungan perusahaan,
karyawan dapat terpacu untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bentuk manajemen suatu perusahaan terhadap karyawannya yang bertujuan melindungi para pekerjanya agar terhindar daru resiko kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan. Kepercayaan para karyawan terhadap manajemen yang diterapkan perusahaan berkaitan dengan produktivitas karyawan terhadap perusahaanya.
keselamatan dan kesehatan dalam bekerja, yang pada akhirnya akan tercermin melalui tindakan pemogokan yang menuntut peningkatan kesejahteraan, unjuk rasa dengan berbagai latar belakang, bolos kerja, karyawan tidak bergairah dalam bekerja dan turnover.
Sikap individu dapat terbentuk melalui kepercayaan (belief). Kepercayaan adalah ekspansi bahwa hal-hal tersebut akan memiliki nilai positif bila sesuai dengan harapah dan akan memiliki nilai negatif apabila tidak sesuai dengan harapan (Tolman dalam Saifuddin Azwar, 2003). Program K3 yang oleh karyawan dirasa atau dipandang efektif dan sesuai dengan prosedur dapat mensejahterakan karyawan sehingga dapat meningkatkan produktivitas karyawan.
Undang-undang ketenagakerjaan No.13 tahun 2003 pasal 86 tentang keselamatan dan kesehatan kerja juga menjelaskan bahwa: (1) setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Dedi Hamid, 2003).
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap karyawan terhadap penerapan program K3 yang dijalankan oleh manajemen
perusahaan dapat mempengaruhi produktivitas karyawan. Sikap yang positif aka'n terjadi apabila program K3 yang diterapkan dirasakan dapat
memberikan kenyamanan, ketentraman, keamanan dan kesehatan. Program K3 yang dipandang efektif akan menumbuhkan kepuasan dalam diri
karyawan sehingga dapat dijadiakan alat prediksi terhadap produktivitas kerja . karyawan.
KERANGKA BERPIKIR
HUBUNGAN ANTARASIKAPKARYAWAN TERHADAP PENERAPAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DENGAN KARYAWAN
I
I
I
SIKAP KARYAWAN III PRODUKTIVITAS
THDPK3 Ia KARYAWAN
-
LINGKUNGAN EFEKTIVITASKERJA I
--
MESIN&ALAT EFISIENSIKERJA I
2.6 Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teori yang telah dijabarkan diatas, maka dapat dikemukakan hipotesis atau kesimpulan sementara sebagai berikut : Ha: Ada hubungan yang signifikan antara sikap karyawan terhadap
penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan produktivitas kerja pada karyawan bagian produksi
adalah data yang dihasilkan dari serangkaian pengukuran atau observasi yang dinyatakan dengan angka-angka dan kemudian dianalisa dengan uji statistik (Dajan,1986). Dengan menggunakan data rumus statistik tertentu dalam menentukan tingkat validitas dan reliabilitas hasil penelitian yang dilakukan.
Sedangkan metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperolah data yang diperlukan (Suhartono,2002). Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi korelasional, yaitu penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan antara . dukungan sosial dengan kesepian.
3.1.2 Definisi variabel dan operasional variabel
A. Identifikasi variabel-variabel penelitian
Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus
dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel, yang berarti sesuatu yang mempunyai nilai. Menurut Sevilla (1993) variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri. Kerlinger (1973) menyebutkan variabel sebagai konstruk atau sifat
Variabel ada dua macam, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Beberapa sumber menjelaskan bahwa variabel bebas adalah variabel yang
menimbulkan atau menjadi sebab timbulnya variabel lain. Gay mengatakan variabel bebas adalah variabel yang dapat dimanipulasi atau variabel yang tidak dapat dimanipulasi. Sedangkan variabel terikat adalah hasil atau objek dari studi atau penelitian (Sevilla, 1993).
Adapun variabel yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yang termasuk dalam variabel bebas dan variabel terikat :
Variabel bebas : Sikap karyawan terhadap penerapan K3 Variabel terikat : Produktivitas kerja
B. Definisi operasional variabel penelitian
1. Produktivitas
Yaitu sikap karyawan terhadap kerja yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan menjadi lebih baik, sehingga dapat mendorong karyawan tersebut untuk terus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerjanya yang diukur diukur dengan pengembangan instrumen skala produktivitas karyawan yang berdasarkan indikator efektivitas dan efisiensi.
2. Sikap Terhadap Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3.2 Pengambilan Sampel
3.2.1 Populasi dan sampel 1. Populasi
Populasi atau universeialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang eiri-cirinya akan diduga (Masri Singarimbun, dkk, 1989). Populasi juga dapat disebut dengan sesuatu yang akan menjadi tempat generalisasi dari hasil penelitian. Oleh karena itu populasi harus homogen (Sutrisno Hadi : 1993). Populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah karyawan bagian produksi pada PT. NUSA TOYOTETSU CORPORATION, Bekasi, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Karyawan tetap pada bagian produksi b. Pendidikan SMU, STM, atau sederajat. e. Jenis kelamin pria
d. Usia 20 tahun - 30 tahun 2. Sampel
Adapun yang dijadikan sampel dalam penelitian in! adalah karyawan tetap pada bagian praduksi PT. TOYOTETSU CORPORATION dengan jumlah papulasi sebanyak 526 arang, yang terbagi dalam dua departemen. Pertama, departemen welding yang berjumlah 363 arang dan yang kedua departemen stamping yang berjumlah 163 arang. Menurut Gay dalam sevilla (1993) dalam pengambilan sampel dar! papulas! pada penel!tian deskriptif adalah 10 persen dari jumlah papulasi. Berdasarkan teari tersebut maka jumlah sampel yang digunakan untuk pengujian validitas dan reliabilitas skala sikap terhadap penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah 10 persen dari departemen welding dan 20 persen dari departemen stamping, yang seluruhnya berjumlah 64 orang.
3.2.2 Teknik pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple
random sampling, yaitu sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa
(3) memilih sampel melalui prosedur yang sesuai di mana setiap anggota mempunyai peluang yang sama sebagai sampel penyelidik (Sevilla, 1993).
Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan
menggunakan teknik undian. Fox dalam (1993) menyebutnya sebagai teknik
fishbowl. Prosedur ini dapat dilakukan melalui, pertama menetapkan
nomor-nomor pada anggota populasi yang terkumpul dalam daftar sampling.
Kemudian tulis nomor untuk setiap anggota pada potongan kertas kecil, satu nomor untuk ウ・セゥ。ー anggota populasi. Selanjutnya, semua kertas digulung lalu diletakkan dalam kotak yang cukup besar sehingga gulungan tersebut dapat bergerak secara bebas pada semua arah. Kemudian potongan kertas tersebut diambil satu persatu sesuai dengan jumlah yang diinginkan.
3.3
Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Metode dan instrumen penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan penelitian adalah dengan menggual<an skala. Skala merupakan alat ukur untuk mengungkapkan variabel sikap tehadap penerapan program
1. Skala sikap karyawan terhadap penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
a. Definisi konseptual
Sikap Terhadap Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Yaitu kecenderungan berperilaku sesuai dengan penerapan program perlindungan dari perusahaan yang ditujukan bagi karyawan dan orang-orang sekitar tempat kerja dengan upaya menciptakan kerja yang aman dan sehat, alat dan mesin yang terawat serta karyawan yang terlatih.
b. Definisi operasional
Yaitu kecenderungan berperilaku sesuai dengan penerapan program perlindungan dari perusahaan yang ditujukan bagi karyawan dan orang-orang sekitar tempat kerja dengan upaya menciptakan kerja yang aman dan sehat, alat dan mesin yang terawat serta karyawan yang terlatih yang diukur dengan skala sikap terhadap penerapan K3 berdasarkan indikator lingkungan kerja, mesin dan alat kerja, serta manusia
Tabel3.1
Kisi-kisi Instrumen sikap karvawan terhadap penerapan program K3
NOMOR ITEM
L
NO FAKTOR INDIKATOR Fav Unfav
1 Lingkunga a. Penerangan 3,4,8,10,11,
n kerja dan penataan 13,15,17,19
ruang
b. Suhu dan 1,2,5,6,7,9,1 ,20,21,22,2 sirkulasi 2,14,16,18,3 3,24,25,26, 36 udara
0,31,32,33,3 27,28,29
c.
Kebisingand. Ketentuan- 4,35,36 ketentuan
keria.
2 Mesin dan a. Peletakan 37,38,39,42, 40,41,44,47 alat kerja mesin 43,45,46,49, ,48,51,53,5
b. Perawatan
mesin 50,62,65,66, 4,58,65,66,
c.
Alat 67,69,60,61, 67,68,74,75 42 pelindung62,63,64,69, ,76,77,78 70,71,72,73
3 Manusia a. Sikap kerja 79,80,81,82, 84,85,88,89
b.
Kesehatan 83,86,87,91, ,90,94,95,9c.
Keahlian danpengetahuan 92,93,96,97, 8,100,101,1 K3 99,112,113, 02,103,104,
d. Pelatihan K3
114,115,116 105,106,10 50 ,117,118,11 7,108,109,1 9,120,121,1 10,111,112 22,123,124,
125,126,127 ,128
d. Kalibrasi Instrumen Penelitian
Skala ini kemudian diujikan kepada 35 karyawan bagian produksi PT. TOYOTETSU CORP. Bekasi. Dari data yang masuk dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk menentukan item-item yang valid dan reliabel sehingga dapat digunakan dalam penelitian. Skala ini disusun menggunakan skala model Iikert yang terdiri dari 128 pernyataan tentang sikap karyawan terhadap penerapan program K3 dengan 64 pernyataan favorabel dan 64 pernyataan unfavorabel.
2. Skala produktivitas karyawan a. Definisi konseptual
Produktivitas adalah sikap karyawan terhadap kerja yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan menjadi lebih baik, sehingga dapat mendorong karyawan tersebut untuk terus
mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerjanya secara efektif dan efisien.
b. Definisi operasional
pengembangan instrumen skala produktivitas karyawan yang berdasarkan indikator efektivitas dan efisiensi.
c. Kisi-kisi skala produktivitas
Tabel3.2
Kisi-kisi Instrumen Skala Produktivitas Karyawan
.
NOMOR ITEM
NO FAKTOR INDIKATOR Fav Unfav L
1 Efektivitas a. Memiliki pemahaman yang baik terhadap pekerjaan.
b. Selalu meneari 5,6,7,8 1,2,3,4 gagasan eara
,9,11,1 ,10,20, penyelesaian tugas
dengan baik. 2,13,1 21,22, 25 e. Menggunakan
4,15,1 23,24, sumber daya sesuai
dengan ketentuan 6,17,1 25, (prosedur).
8,19, d. Tepatdalam
menggunakan
peralatan kerja sesuai dengan fungsinya. 2 Efisiensi a. Mempedulikan
masalah pemborosan dalam penggunaan
sumber daya. 26,27, 30,31, b. Mau melakukan
28,29, 32,33, penghematan dalam
penggunaan sumber 34,35, 39,40, 25 daya.
36,37, 41,44, e. Menggunakan waktu
dengan sebaik- 38,42, 45,47 baiknya.
43,46, d. Memelihara peralatan
kantor/barang dengan 48,49, teratur dan sesuai
50 tempatnya.
50--d. Kalibrasi Instrumen penelitian
Skala ini kemudian diujikan kepada 35 karyawan bagian produksi PT. TOYOTETSU CORP. Bekasi. Dari data yang masuk dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk menentukan item-item yang valid dan reliabel sehingga dapat digunakan dalam penelitian. Skala ini disusun menggunakan skala modellikert yang terdiri dari 50 pernyataan tentang produktivitas karyawan dengan 25 pernyataan favorabel dan 25 pernyataan unfavorabel.
Skala sikap karyawa