Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syari’ah (SE.Sy)
Oleh
Wahyu Ary Nugroho NIM : 107046101917
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2011.
Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program StrataI
(Sl) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)Jakarta, l8
Dekan,
. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM
NIP. 11550 5051982031012
Panitia
Ujian
MunaqasyahKetua Dr. Euis Amalia, M.Ag
NrP. 1 971 07 0t1998032002
Mu'min
Rouf
M.Ag, NrP. 1 9700416t997031004Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D. NIP. 1 9691 2161996031001
Dr. Nurhasanah M.Ag
NIP. 150322141
Drs. Husni Thoyar M.Ag
NIP. 1945101019641 01001
M. Mujibur Rohman MA
NrP. 150411145 Sekretaris
Pembimbing I
Pembimbing I
Penguji I
%*,
2071
\
0leh:
Wahvu Arv Nrisioho.'.
NIM:
107{1461019i7 .#-Nt P. r 9691 2 r 6i996{t}
r(hl
..
riflh, M,Ag NlP. 15031214r
KONSENTRAST PT:RBANKAN StARIATi
PROGRAM.STUDI nfttATUALAT GKoNOMI
tst
M) :FAKULTAS SYARIAH T}AN T{UKUM UIN SYARIF ITTDAYATULLAH ,
.TAK,{RTA
lils2[t/2$ll
M
.i
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sember yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, Juni 2011
ii
rahmat, pertolongan dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih banyak
kelemahan dan kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis. Namun dengan banyaknya pihak yang memberikan bantuan
serta dukungannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, pada
kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof.Dr.H.M.Amin Suma, SH, M.A., M.M, selaku dekan Fakultas Syariah
and Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Mu’min Roup, S.Ag, MA selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D dan Ibu Dr. Nurhasanah, M.Ag.
selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan kesabaran hati memberikan
bimbingan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Isnawati Rais, selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan
iii membantu penulis dalam memperoleh data
7. Kepada pimpinan perpustakaan atas fasilitas peminjaman bukunya.
8. Keluarga tercinta : Bapak, Ibu, Kakak-kakakku, serta semua keluargaku untuk
doa, perhatian, support, dan kasih sayang yang tak ternilai.
9. Kepada seluruh ustadz dan guru yang telah mengajarkan dan memberikan
ilmu serta arahan kepada penulis.
10.Sahabat-sahabat seperjuangan LQLC, terima kasih atas senyum penyemangat
dan keceriaan terutama spirit yang telah diberikan.
11.Sahabat-sahabatku tercinta di PS C 2007 atas doa dan semangatnya
12.Teman-teman LiSEnSi dan LDK UIN yang telah mengajarkan dan sharing
atas arti ukhuwah, perjuangan, dan totalitas.
Semoga semua bantuan dan jerih payah yang telah diberikan mendapat
imbalan dari Allah SWT. Dan penulis juga berharap semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat. Atas semua perhatian yang idberikan penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iv
Daftar Isi...iv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah...3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...3
D. Review Studi Terdahulu...5
E. Kerangka Teori dan Konseptual...6
F. Metode Penelitian...8
G. Sistematika Penulisan...9
BAB II. LEMBAGA PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT A. Pengertian Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Umat...12
B. Tujuan dan Kategori Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Umat...14
C. Definisi dan Prinsip Pengelolaan ZIS...19
D. Tugas dan Fungsi ZIS...20
E. Dimensi Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat...21
BAB III. RELAWAN KEMANUSIAAN A. Pengertian dan Tujuan Relawan...25
B. Ciri-ciri relawan...27
C. Faktor- faktor yang Menyebabkan Orang Ingin menjadi Relawan...27
D. Tinjauan Mengenai Motivasi...30
v
D. Relawan dan Pemberdayaan Ekonomi Ummat...62
BAB V RELAWAN DI LEMBAGA PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT A. Manajemen Pengelolaan Relawan Rumah Zakat...65
B. Tantangan dan problematika ...76
C. Sikap dan Perilaku Relawan Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Ummat...78
BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan...81
B. Saran...82
DAFTAR PUSTAKA……….83
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dalam kurun waktu belakangan ini, di Indonesia semakin banyak orang
mendirikan lembaga-lembaga pemberdayaan ekonomi umat. Diantaranya dompet
dhuafa republika, Dompet Peduli Ummat DT, Rumah Zakat, PKPU dll. Hal ini
merupakan suatu fenomena menarik dan menggembirakan karena banyak orang yang
sadar akan kebutuhan umat. Mereka tidak hanya menghimpun dana atau pemasukan
lain dari umat seperti zakat, infaq, wakaf, dll. Namun juga mereka membuat program
pengembangan dan menyalurkan dana umat tadi untuk umat lainnya yang
membutuhkan. Bidang garapannyapun bermacam-macam mulai dari pendidikan,
ekonomi, sosial, pelatihan, tenaga kerja, bahkan bencana.
Dalam masa sekarang dimana ekonomi umat tengah berkembang dengan pesat,
sehingga hal ini membutuhkan jumlah Sumber Daya Manusia yang banyak,
sedangkan disisi lain kemampuan perusahaan atau lembaga pemberdayaan ekonomi
umat dalam memenuhi kebutuhan jumlah karyawan mereka juga terbatas, sehingga
untuk mengatasi hal tersebut diperlukan langkah kongkret dan strategis diantaranya
ialah turut melibatkan masyarakat. Sehingga kehadiran para relawan sebagai ujung
tombak dalam pelaksanaan tugas-tugas pemberdayaan masyarakat di lapangan sangat
Relawan adalah orang-orang biasa yang memiliki hati luar biasa untuk menolong
sesama, mesti tak jarang nyawa menjadi taruhan.1 Mereka adalah figur-figur yang
dapat menjadi panutan, mereka relawan kemanusiaan yang tanpa kenal lelah, tanpa
pamrih, tanpa disuruh, bekerja dalam diam membantu saudara-saudara mereka yang
tertimpa musibah.2 Relawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara
ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya (pikiran, tenaga,
waktu, harta, dsb) kepada masyarakat sebagai perwujudan tanggung jawab sosialnya
tanpa mengharapkan pamrih baik berupa imbalan (upah), kedudukan, kekuasaan,
kepentingan maupun karier.3
Jumlah orang yang berminat menjadi relawan pun cukup banyak bahkan saat
terjadi bencana orang bisa antri. Seperti saat Bencana Mentawai. Jumlah relawan dan
petugas sekitar 3.000 orang4 ini merupakan angka yang luar biasa. Namun dalam
realita di lapangan banyak sekali motif-motif yang mendasari orang untuk dapat
menjadi relawan, seperti motif pengabdian, motif ekonomi, motif strategi karir, motif
pengembangan diri, motif religi, dan lain-lain.
Bertolak dari permasalah tersebut di atas, penulis ingin lebih mengetahui motif
apa saja yang menyebabkan seseorang mau bergabung dan berkecimpung dalam
1
Majalah Gatra, Relawan Kemanusiaan.Edisi khusus akhir tahun (29 desember 2010-5 januari 2011) h.6
2
ibid
3
www.p2kp.org/pustaka/.../relawan/4_ISI_BOOKLET_RELAWAN.doc data diakses pada 31 januari 2011.
4
kegiatan relawan lembaga pemberdayaan ekonomi ummat, yang dituangkan dalam
skripsi berjudul ; “Motif Relawan Kemanusiaan Rumah Zakat Cabang Depok”
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kiranya penulis perlu membatasi pokok
permasalahan, agar mendapatkan suatu batasan yang jelas sekaligus mencegah
terjadinya pembahasan yang meluas yang tidak ada kaitannya dengan pokok
permasalahan.
Pembatasan Masalah meliputi:
Relawan yang dimaksud ialah relawan pada Rumah Zakat Cabang Depok periode
2009-2011
2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana Manajemen Pengelolaan dan Pola Rekrutmen Relawan rumah
Zakat?
2. Motifasi apa yang mendasari orang terlibat menjadi relawan Rumah Zakat?
C. Tinjauan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui bagaimana manajemen pengelolaan dan pola perekrutan
Relawan lembaga pemberdayaan ekonomi ummat.
c. Mengetahui motif apa saja yang menyebabkan orang bergabung menjadi
relawan.
2. Manfaat Penelitian
Harapan penulis semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis sebagai bagian
dari masyarakat yang selalu mendukung perkembangan lembaga pemberdayaan
ekonomi umat di Indonesia, serta bagi beberapa pihak antara lain;
a. Rumah Zakat sebagai salah satu lembaga pengelola ekonomi umat, semoga
dapat menjadi pertimbangan ke depan dalam memberdayakan SDM untuk
pengembangan ekonomi umat.
b. Akademisi, semoga penelitian ini dapat menjadi inspirasi lanjutan untuk
mengkaji dan mengembangkan ekonomi Islam.
c. Masyarakat, yang merupakan salah satu elemen dari suatu negara, semoga
menjadi motivasi untuk lebih giat lagi berperan dalam pengembangan
perekonomian bangsa terutama dalam diharapkan adanya peningkatan
kepercayaan dan peran aktif masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat di sekitarnya untuk mencapai kesejahterakan
D. Review Studi Terdahulu
Hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah skripsi yang ditulis
oleh:
1. Tuti Alawiyah ”Hubungan antara Persepsi tentang musibah dengan perilaku
prososial pada mahasiswa UIN Jakarta yang pernah menjadi relawan ” 2007.
dalam tulisannya beliau membahas mengenai perilaku prososial yaitu segala
bentuk tindakan yang dilakukan dan direncanakan untuk menolong orang lain,
tanpa memperdulikan motif-motif tertentu dan fokus kajiannya pada
penanganan musibah. Sedangkan yang dibahas pada skripsi saya ialah
motif-motif yang menyebabkan orang menjadi relawan pada lembaga pemberdayaan
ekonomi umat, jadi tidak harus menunggu musibah terlebih dahulu.
2. Ummu Salamah , ”Respon Terhadap Peran Relawan Bimbingan Rohani
Pasien Dompet Dhuafa Republika Dalam Upaya Penyembuhan Pasien di
Rumah Sakit Karya Bhakti Bogor” 2007. Dalam tulisan beliau para relawan
yang dijadikan objek penelitiannya sedangkan subjeknya ialah para pasien.
3. Rahman Shiddiq, ”Pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan PT BPRS
AlSALAM Cabang Depok” 2010. dalam tulisannya beliau lebih fokus pada
sejauh mana pengaruh motivasi kerja karyawan terhadap kinerja karyawan.
Hal ini berbeda dengan yang penulis buat baik dari segi objek, subjek, tempat,
E. Kerangka Teori dan Konseptual
Lembaga Perekonomian Umat adalah organisasi ekonomi yang berdasar pada
Syari’ah Islam dan didirikan oleh ummat Islam.5
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indoesia Motif adalah alasan (sebab) seseorang melakukan sesuatu.6 Sedangkan
motivasi adalah usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang
tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.7
Relawan adalah orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela (tidak karena
diwajibkan atau dipaksakan)8
Ciri-ciri relawan menurut Omoto dan Snyder (1995):9
1.Selalu mencari kesempatan untuk membantu. Dalam membanu ini pertolongan
yang diberikan membutuhkan waktu yang relatif lama serta tingkat keterlibatan
yang cukup tinggi.
2.Komitmen diberikan dalam waktu yang relatif lama
3.Memerlukan personal cost yang tinggi (waktu, tenaga, uang, dan sebagainya)
4.Mereka tidak mengenal orang yang mereka bantu.
5.Tingkah laku yang dilakukan relawan adalah bukan keharusan.
5
A. Dzazuli dan Yadi Jnwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah Pengenalan), Jakarta: PT RajaGrafindo. 2002. h. 4
6Hasan Alwi, dkk, Tim Redaksi ”Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Tiga” Jakata:Balai
Pustaka 2007. h 756
7
Ibid
8
Ibid, h. 1099
9
Faktor-faktor mengapa Orang ingin menjadi relawan:10
1. Terjalinnya komunikasi yang harmonis di dalam organisasi
2. Jadwal kerja yang sesuai dan tugas kerja yang menarik
3. Kontribusi nyata relawan terhadap masyarakat
4. Pelatihan dan dukungan emosional
5. Kebersamaan kelompok
Dalam Psikologi motivasi memiliki arti usaha-usaha yang dapat menyebabkan
seseorang atau kelompok tertentu tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin
mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya.11
Manajemen berasal dari kata to manage (mengurus), pokok dari manajemen tidak
lain adalah pengurusan suatu usaha, mengurus, mengatur, membimbing, memimpin,
agar tujuan suatu usaha itu tercapai seperti yang dikehendaki. Suatu proses kegiatan
daripada seorang pimpinan (manager) yang harus dilakukan dengan menggunakan
sumber tenaga kerja, serta dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia itu
dengan cara yang setepat-tepatnya.12
Manajemen SDM adalah pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada
pada individu(pegawai). Pengelolaan dan pendayagunaan tersebut dikembangakn
10
Michael E. Sheer The Five Factors, Why People Still Volunteering Social Work with
Volunteers. 2008 h. 23-25
11
Sondang Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1995), h. 35
12
secara maksimal didalam dunia kerja untuk mencapai tuuan organisasi dan
pengembangan individu pegawai.13
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah :
a. Library Reseearch
Penelitian Kepustakaan (Library Reseearch) merupakan penelitian yang
dijadikan landasan teori untuk ditindak lanjuti dan dikomparasikan dengan data di
lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara melakukan penelusuran
literature di perpustakaan, data dari seminar, majalah, dan website
b. Field Research
Penelitian Lapangan (Library Reseearch) adalah penelitian yang dilakukan
melalui wawancara dengan pihak yang berkompeten sesuai dengan penelitian.
2. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa
hasil wawancara dengan para pihak yang berkompeten sesuai dengan penelitian yaitu
di Rumah Zakat Cabang Depok dan dengan Para Relawan yang tergabung dalam
Relawan Rumah Zakat Cabang Depok. Sedangkan data sekunder berasal dari studi
kepustakaan, media cetak dan elektronik serta website. Data tersebut dikumpulkan,
13
diolah, dianalisis, dan diambil kesimpulan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif.
3. Metode Pengolahan Data
Data yang diolah adalah data kualitatif yang berasal dari library research dan dari
hasil wawancara. Metode penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah metode
wawancara terbuka. Karena dengan metode ini kita dapat langsung merasakan atau
menangkap suasana hati responden, seperti gelisah, takut, terkejut, gembira, sedih,
atau jawaban yang tidak wajar, bahkan jawaban bohongpun dapat langsung
terdeteksi.14 Dalam Rumah zakat Cabang Depok terdapat 17 orang Relawan,
sehingga metode ini sangat cocok mengingat jumlah populasi yang tidak terlalu
besar.
G. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metode Penelitian dan Sistematika Penelitian.
BAB II : LEMBAGA PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT
Dalam bab ini diuraikan mengenai definisi lembaga
14
pemberdayaan ekonomi umat, Tujuan da kategori lembaga
perekonomian umat, definisi dan prinsip pengelolaan ZIS, dan
Tugas serta fungsi ZIS
BAB III RELAWAN KEMANUSIAAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengertian dan
tujuan relawan, ciri-ciri relawan, Faktor- faktor yang
Menyebabkan Orang Ingin menjadi Relawan, Tinjauan
Mengenai Motivasi, Relawan Kemanusiaan di Rumah Zakat
BAB IV : MODEL PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH ZAKAT
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai Kerangka Konsep
Rumah Zakat, Produk-produk pemberdayaan Rumah Zakat,
Pencapaian Rumah Zakat, Relawan dan Pemberdayaan
Ekonomi Umat
BAB V RELAWAN DI LEMBAGA PEMBERDAYAAN EKONOMI
UMAT
Pada bab ini akan diuraikan dan dianalisis apa saja motif
yang membuat orang menjadi bagian dari relawan lembaga
BAB VI : PENUTUP
Bab ini memaparkan mengenai kesimpulan dari pembahasan
bab-bab sebelumnya. Dan penulis mengajukan beberapa saran
dengan harapan dapat bermanfaat bagi stake-holders lembaga
12 A. Pengertian Lembaga Perekonomian Umat
Ketika kita berbicara mengenai lembaga perekonomian umat, maka ada tiga kata
yang harus dipahami terlebih dahulu yaitu kata lembaga, kata perekonomian, dan kata
umat. Dan selanjutnya barulah lembaga perekonomian umat dapat kita pahami secara
utuh dalam sebuah definisi atau pengertian tersendiri.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Lembaga adalah badan (organisasi) yang
tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha.1
Atau dalam pengertian lain Lembaga ialah pola periaku manusia yang mapan, terdiri
atas interaksi sosial berstruktur dalam satu kerangka nilai yang relevan.2 Menurut
Koentjaraningrat, lembaga atau pranata sosial berarti suatu sistem tata kelakuan dan
hubungan yang berpusat kepada aktifitas- aktifitas untuk memenuhi
kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kebutuhan masyarakat.3 Hani Handoko
menyatakan bahwa dalam suatu pengertian orgaisasi dapat diartikan sebagai suatu
lembaga atau kelompok fungsional.4
Dari uraian mengenai lembaga diatas, maka dapat dipahami bahwa yang
dimaksud dengan lembaga adalah organisasi sosial yang mengorganisir sekelompok
1
Hasan Alwi,dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 655
2
Ibid
3
Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi. (Jakarta: Universitas, 1964), h. 113
4
orang yang memiliki tujuan, target, sasaran, dan visi yang sama untuk menggarap
sebuah usaha sosial tertentu.5
Kata kedua yaitu perekonomian yang berasal dari kata dasar ekonomi. Ekonomi
adalah pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan sebagainya yang berharga.6 Atau
dalam definisi lainnya ekonomi ialah Ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi,
dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (eperti hal keuangan, perindustrian, dan
perdagangan).7
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia
yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan
jasa. Istilah "ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani “oikos” yang berarti
"keluarga, rumah tangga" dan “nomos”, atau "peraturan, aturan, hukum," dan secara
garis besar diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah
tangga”.8
Dan kata terakhir ialah kata umat. Umat adalah makhluk manusia atau para
penganut suatu agama.9 Umat adalah jamaah yang berarti golongan atau kumpulan.10
Ahmad Mustafa al-Maraghi dalam tafsir al-Maraghi menyebutkan pengertian umat
adalah sebagai suatu kelompok yang memiliki suatu ikatan di antara mereka dan
5
Prof. H. A. Djazuli dan Drs. Yadi Janwari, MA. Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat(Sebuah Pengenalan). (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), h. 2
6
Hasan Alwi,dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) h. 287
7
Ibid
8
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi, data diakses pada 20 Mei 2011
9
Hasan Alwi,dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.1242
10
Tgk. Munadi Usman, S.HI. Konsep Umat dalam Al-Qur’an.
menyatu laksana anggota tubuh. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Mishbah mengutip
pendapat ar-Raghib menyebutkan bahwa kata umat digunakan untuk semua
kelompok yang dihimpun oleh suatu persamaan, seperti satu agama. Penghimpunan
di sini apakah terjadi secara terpaksa maupun atas kehendak mereka. Jadi umat ini
adalah nama bagi suatu perkumpulan yang memiliki ikatan persamaan di antara
mereka, baik itu manusia maupun lainnya.11
Berkenaan dengan makna umat, maka dapat diketahui bahwa yang dimaksud
dengan umat adalah makhluk hidup yang diciptakan Tuhan, terutama manusia dan
binatang. Sedangkan menurut Esposito, umat sering diterjemahkan dengan komunitas
muslim.12 Oleh karena itu, kata umat sering dihubungkan dengan kata Islam menjadi
umat Islam.
Dari ketiga definisi diatas yaitu lembaga, ekonomi, dan umat, sehingga dapat kita
pahami bahwa yang dimaksud Lembaga perekonomian umat adalah organisasi
ekonomi yang berdasarkan pada Syari’ah Islam dan didirikan oleh umat Islam.13
B. Tujuan dan Kategori Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Umat
Dua dekade terakhir kita menyaksikan kebangkitan lembaga-lembaga keuangan
Islam di bumi Indonesia. Fenomena ini sungguh menarik bila dikaitkan dengan
semakin menguatnya pusaran ekonomi kapitalis-liberal dalam tata ekonomi global.
11
Ibid
12
A. Djazuli. Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-Rambu
Syari’ah. (Bandung: Gunung Jati Press, 2000), h. 234
13
Menjamurnya BMT dan Bank Syariah yang menginduk pada bank-bank
konvensional, asuransi Islam (takaful), lembaga zakat dan lain sebagainya, adalah
pertanda awal kebangkitan ekonomi umat.14
Saat ini bangsa Indonesia menghadapi dua tantangan pokok dalam usaha
menjalankan roda pembangunan. Kesenjangan yang semakin melebar antara
golongan kaya dan golongan miskin di satu sisi, dan kecenderungan meningkatnya
ketergantungan kaum miskin kepada pemilik modal dan ketergantungan Indonesia
kepada negara maju di sisi yang lain.15 Adi Sasono16 menambahkan, sedikitnya ada
empat permasalahan dasar pergerakan dakwah Islam. Pertama, masalah kemiskinan
baik dari sisi ekonomi maupun keterbatasan sarana dan kebutuhan fisik yang pada
urutannya melahirkan “budaya kemiskinan”. Kedua, sebagai akibat dari lilitan
kemikinan mendorong munculnya gejala keterbelakangan. Ketiga, munculnya sikap
eksklusif dan involutif. Terakhir, lemahnya kelembagaan penampung partisipasi dan
lemahnya mekanisme kerjasama untuk melancarkan perjuangan sistematis.
Menurut Ace Partadiredja, medium dakwah yang efektif adalah dengan
pendekatan enam kebutuhan pokok (basic need) manusia: makanan, pakaian,
permukiman, pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan. Dakwah lewat pemenuhan
kebutuhan pokok adalah suatu program dakwah dengan jalan pemenuhan kebutuhan
14
Marpuji Ali. Wakaf dan Pemberdayaan Ekonomi Umat.
http://ekisonline.com/component/content/article/35-ekonomi-makro/281-wakaf-dan-pemberdayaan-ekonomi-umat.html data diakses pada 23 Mei 2011
15 Adi Sasono, “Keadilan Sosial tema Abadi” dalam Muntaha Azhari & Abdul Mun’im Saleh
(ed.), Islam Indonesia Menatap Masa Depan (Jakarta: P3M,1989) h. 108.
16Adi Sasono, “Dakwah Pembangunan: Permasalahan dan Alternatif” dalam Amrullah
makan sehat dan bergizi, pakaian yang menutupi aurat, perumahan beserta
lingkungannya yang bersih dan sehat, pendidikan yang terjamin dan terjangkau,
kesehatan yang terpelihara, dan pekerjaan yang halal dan terhormat dan memberikan
pendapatan yang memadai.17
Jadi tujuan dari lembaga pemberdayaan ekonomi umat ialah untuk melayani
kebutuhan ekonomi umat dan pemberdayaan ekonomi umat guna terwujudnya
kesejahteraan dan kemaslahatan umat.
Profesor H.A Djazuli dan Drs Yadi JAnwari, M.Ag dalam bukunya
Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat menyebutkan lembaga perekonomian umat
berdasarkan prinsip syariah di Indonesia, yaitu: Bank Syariah, Asuransi Syariah,
Badan Amil Zakat (BAZ)/ Lembaga Amil Zakat (LAZ), Unit Simpan Pinjam Syariah
(USPS), BAitul Mal wa Tamwil (BMT), dan Reksa Dana Syariah.
1. BAZ / LAZ
Berdasarkan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999, pengelolaan zakat dilakukan
oleh Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk oleh pemerintah yang terdiri dari
masyarakat dan unsure pemerintah untuk tingkat kewilayahan dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat yang terhimpun dalam berbagai ormas
( Organisasi Masyarakat ) Islam, yayasan dan institusi lainnya.
17Ace Partadiredja, “Dakwah Islam Melalui Kebutuhan Pokok Manusia” dalam Amrullah
2. Bank Syari’ah
Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang
dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam.18 Dalam Undang-Undang No 21
tahun 2008 yang dimaksud Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan usahanya
berdasarkan prinsip syariah.19 Dan Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.20
3. Asuransi
Secara umum, pengertian auransi dapat dilihat pada Pasal 246 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang. Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian yang dengan
perjanjian tersebut penanggung mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya karena suatu
peristiwa yang tidak tertentu.21 Dan Asuransi Islam adalah asuransi yang prinsip
operasionalnya didasarkan pada syari’at Islam dengan mengacu kepada Al-Qur’an
dan al- Sunnah.22
18
http://id.wikipedia.org/wiki/Perbankan_syariah, data diakses 22 Mei 2011
19
Undang- Undang No 21 tahun 2008, Pasal 1 ayat 7
20
Undang- Undang No 21 tahun 2008, Pasal 1 ayat 12
21
M. Suparman dan Endang. Hukum Asuransi. (Bandung: Alumni, 1993), h. 41
22
4. Unit Simpan Pinjam Syariah
Lembaga ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pinjaman
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik untuk kegiatan konsumsi maupun
produksi berdasarkan prinsip syariah.
5. BMT
Baitul Mal wa Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya
berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha
kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan
menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.23
6. Reksa dana Syari’ah
Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
manajer investasi.24 Sedangkan reksadana syariah adalah reksadana yang
dioperasikan menurut ketentuan dan prinsip Syariah Islam, baik dalam bentuk akad
antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al- mal / Rabb al Mal ) dengan
manajer investasi sebagai wakil shahib al mal, maupun antara manajer investasi
sebagai wakil shahib al mal dengan pengguna investasi.25
23
Ibid, h. 183
24
Fatwa DSN MUI No 20/DSN-MUI/IV/2001
25
Rumah Zakat merupakan salah satu Lembaga Amil Zakat Berdasarkan SK
Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 2003 yang mensertifikasi
organisasi ini sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional.26
Dengan demikian, dapat kita tarik kesimpulan bahwa Rumah Zakat merupakan
salah satu Lembaga Amil Zakat (LAZ). Dan LAZ adalah salah satu bagian dari
Lembaga perkonomian umat.
C. Definisi dan Prinsip Pengelolaan ZIS
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat, maka yang dimaksud Pengelolaan Zakat adalah kegiatan yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pendistribusian serta pendayagunaan zakat.27 Tujuan besar dilaksanakannya
pengelolaan zakat adalah:28
a. meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penunaian dan dalam pelayanan
ibadah zakat.
b. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
c. Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat
26
http://rumahzakat.org/profilnya.php?id=200911260001&cat=2, data diakses 22 Mei 2011
27
Fakhruddin. Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia. (Malang: UIN Malang Press, 2008). h. 251-252
28
Dalam pengelolaan ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah) terdapat beberapa prinsip yang
harus diikuti dan ditaati agar pengelolaan itu dapat berhasil guna sesuai dengan yang
diharapkan. Prinsip-prinsip tersebut adalah keterbukaan, sukarela, keterpaduan,
profeionalisme, dan kemandirian.29
D. Tugas dan Fungsi ZIS
Tugas pokok dari Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ)
sesuai dengan pasal 8 UU Nomor 38 tahun 1999 ialah untuk mengumpulkan,
mendistrubusikan, dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Dan
fungsi utamanya ialah sebagai wadah pengelola penerimaan, pengumpulan,
penyaluran, dan pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai wujud partisipasi umat Islam dalam
pembangunan nasional, selain itu juga berfungsi sebagai pembinaan dan
pengembangan swadaya masyarakat.30
BAZIS adalah Lembaga Swadaya Mayarakat yang mengelola penerimaan,
pengumpulan, penyaluran, dan pemanfaatan zakat, infaq, dan shadaqah secara
berdaya guna dan berhasil guna.31 Jadi BAZIS atau Lembaga Amil Zakat adalah salah
satu bagian dari lembaga atau organisasi yang melakukan pemberdayaan ekonomi
umat.
29
Prof. H. A. Djazuli dan Drs. Yadi Janwari, MA. Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat(Sebuah Pengenalan). (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), h. 4
30
Ibid, h 48
31
E. Dimensi Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat
Zakat merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan. Zakat yang
dikelola dengan baik, mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan,
economic growth with equity. Yang diterima oleh golongan ekonomi lemah,
memiliki implikasi positif terhadap meningkatnya daya beli masyarakat, yang pada
gilirannya mendorong peningkatan produksi.32
Monzer Kahf mengatakan bahwa zakat dan sistem pewarisan Islam, mendorong
distribusi harta secara egaliter dan dinamis, sehingga dengan demikian harta akan
selalu beredar, tidak memupuk hanya kepada kalangan kaya. Menurut Mustaq
Ahmad, zakat adalah sumber utama atas kas Negara sekaligus merupakan sokoguru
bagi kehidupan ekonomi yang dicanangkan Al-Qur’an. Zakat mencegah terjadinya
akumulasi harta pada salah satu tangan. Dan pada saat yang sama mendorong
manusia untuk melakukan investasi dan mempromosikan distribusi.33
Zakat bukan hanya ibadah individual tetapi zakat merupakan maaliyah
ijtima’iyyah yang memiliki posisi penting, strategis dan menentukan. Ibadah
maaliyah ijtima’iyyah adalah ibadah yang dilaksanakan dengan sesama manusia,
sehingga zakat harus diaktualisasikan dan diterapkan dalam kehidupan ekonomi umat
sebagai rahmat bagi manusia. 34
Berdasarkan sudut pandang sistem ekonomi, zakat merupakan upaya menciptakan
distribusi pendapatan menjadi lebih merata. Selain untuk tujuan distribusi,
32
Lili Bariadi, dkk. Zakat dan Wirausaha. (Jakarta: CED, 2005) h. 15
33
Ibid h 15-16
34
berdasarkan analisis fiskal, zakat merupakan sumber pendapatan dan pembiayaan
kegiatan ekonomi.
Yusuf Qardhawi membagi dua tujuan dari ajaran zakat, yaitu tujuan untuk
kehidupan individu dan tujuan untuk kehidupan sosial kemasyarakatan. Tujuan yang
pertama meliputi pensucian jiwa dari sifat kikir, mengembangkan sifat suka berinfak
atau memberi, mengembangkan akhlak seperti akhlak Allah, mengobati hati dari
cinta dunia yang membabi buta, mengembangkan kekayaan batin dan menumbuhkan
rasa simpati dan cinta sesama manusia. Dengan ungkapan lain, esensi dari semua
tujuan ini adalah pendidikan yang bertujuan untuk memperkaya jiwa manusia dengan
nilai-nilai spiritual yang dapat meninggikan harkat dan martabat manusia melebihi
martabat benda dan menghilangkan sifat materialisme dalam diri manusia.35
Zakat merupakan sumber dana yang cukup potensial, untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia. Afzalurrahman menegaskan bahwa tujuan zakat yang
terpenting adalah mempersempit ketimpangan ekonomi masyarakat. lebih gamblang
lagi Muhammad Daud Ali memaparkan mengenai tujuan zakat, yaitu sebagai
berikut:36
a. mengangkat derajat fakir miskin dan membantu keluar dari kesulitan hidup.
b. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin, ibnu
sabil, dan mustahiq lain.
c. Membina tali persaudaraan sesama umat islam, dan ummat manusia.
35
Ibid, h 16-17
36
d. Menghilangakan sifat kikir dan rakus pemilik harta
e. Membersihkan sifat iri dan dengki (kecemburuan sosial) dihati orang-orang
miskin.
f. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin.
g. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial, terutama pada mereka yang
mempunyai harta.
h. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan
hak orang lain yang ada padanya.
i. Sebagai pilar kebersamaan antara orang kaya dengan orang yang
membutuhkan, zakat merupakan jaminan sosial yang disyari’atkan oleh ajaran
Islam
j. Sebagai salah satu instrumen pengentasan kemiskinan.
k. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana
umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial, maupun
ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia. Bahkan orang yang
menuntut ilmu berhak menerima zakat atas golongan fakir miskin maupun
sabilillah. (Sayyid Sabiq, 1968: 146)
l. Untuk memasyarakatkan etika bisnis, zakat bukan membersihkan harta, tetapi
mengeluarkan sebagian hak orang lain dari harta yang diusahakan dengan
m. Sebagai Instrumen pemerataan dan keadilan sosial, yakni membagi secara adil
dan merata kekayaan Allah yang dititipkan kepada orang-orang yang
dikehendakinya.
25 A. Pengertian dan Tujuan Relawan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia relawan adalah orang yang melakuka
sesuatu dengan sukarela (tidak karena diwajibkan atau dipaksakan).1 Definisi lain
menyebutkan bahwa relawan adalah orang-orang biasa yang memilikin hati luar biasa
untuk menolong sesama, mesti tak jarang nyawa menjadi taruhan.2 Mereka adalah
figur-figur yang dapat menjadi panutan, mereka relawan kemanusiaan yang tanpa
kenal lelah, tanpa pamrih, tanpa disuruh, bekerja dalam diam membantu
saudara-saudara mereka yang tertimpa musibah.3 Relawan adalah seseorang atau sekelompok
orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang
dimilikinya (pikiran, tenaga, waktu, harta, dsb) kepada masyarakat sebagai
perwujudan tanggung jawab sosialnya tanpa mengharapkan pamrih baik berupa
imbalan (upah), kedudukan, kekuasaan, kepentingan maupun karier.4
“Relawan adalah orang atau sejumlah orang, baik terorganisir maupun tidak, yang
mendedikasikan potensi yang dimilikinya untuk membantu mengatasi permasalahan
orang lain tanpa mengharapkan pamrih,” demikian ditegaskan Ahyudin, Presiden
1Hasan Alwi, dkk, Tim Redaksi ”Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Tiga” Jakata:Balai
Pustaka 2007. h 1099
2
Majalah Gatra, Relawan Kemanusiaan.Edisi khusus akhir tahun (29 desember 2010-5 januari 2011) h.6
3
ibid
4
Masyarakat Relawan Indonesia (MRI)5 Coba simak lagi kata Ahyudin tentang
kerelawanan. Beliau bilang, karakteristik dasar relawan adalah memiliki jiwa simpati
dan empati. Relawan juga memiliki sikap peka dan peduli. Semangat, pemberani, dan
bertanggungjawab. Mereka bekerja dengan prinsip ikhlasan, tanpa motivasi pamrih
materi. Sebab, relawan tak sama dengan buruh, karyawan, atau pegawai. Relawan
lebih suka memberi, bukan menerima. Maka, eksistensi seorang relawan bermanfaat
untuk orang lain. “Kerelawanan adalah sifat dari orang-orang peduli. Ia adalah mata
pisau dari kepedulian. Sebagaimana kepedulian adalah solusi, maka kerelawanan juga
merupakan solusi. Maka, kerelawanan harus terus dikembangkan menjadi
kebudayaan dan peradaban,” tandas Ahyudin. Sebab setiap manusia, secara fitrah,
memiliki kepedulian. Seperti ditegaskan Ahyudin pula, kepedulian adalah fitrah
setiap manusia. Karena kepedulian merupakan fitrah, maka kepedulian adalah
kebutuhan setiap manusia. Dengan kepedulian inilah manusia menegaskan
eksistensinya sebagai mahluk sosial. Fitrah manusia adalah cenderung kepada
ketakwaan. Dengan demikian, kepedulian menjadi buah dari ketakwaan. Ia menjadi
antagonis dari individualis, hedonis, pelit, kikir, cuek, dan sombong.
“Dan hamba Tuhan terbaik adalah hamba Tuhan yang paling peduli,” tandas
Ahyudin.
5
Ugi, Relawan:Hamba Tuhan yang Baik
B. Ciri-ciri Relawan
Menurut Omoto dan Snyder (1995) ciri-ciri relawan adalah:6
1. Selalu mencari kesempatan untuk membantu. Dalam membanu ini
pertolongan yang diberikan membutuhkan waktu yang relatif lama serta
tingkat keterlibatan yang cukup tinggi.
2. Komitmen diberikan dalam waktu yang relatif lama
3. Memerlukan personal cost yang tinggi (waktu, tenaga, uang, dan
sebagainya)
4. Mereka tidak mengenal orang yang mereka bantu.
5. Tingkah laku yang dilakukan relawan adalah bukan keharusan.
C. Faktor- faktor yang Menyebabkan Orang Ingin menjadi Relawan
Michael E Sheer menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan mengapa
Orang ingin menjadi relawan ialah sebagai berikut:7
1. Terjalinnya komunikasi yang harmonis di dalam organisasi
Jalinan komunikasi yang baik akan membuat seseorang tetap berminat dan
bertahan menjadi relawan. Komunikasi tersebut mencakup kualitas informasi
yang mengalir dari organisasi kepada relawan. Informasi ini terdiri dari sejarah
organisasi, visi dan misinya, serta job description untuk relawan, kedudukan dan
6
Tuti Alawiyah, huungan Antara Persepsi Tentang Musiah Dengan Perilaku Prososial Pada Maasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Yang Pernah Menjadi Relawan, 2007 h. 40
7
Michael E. Sheer The Five Factors, Why People Still Volunteering Social Work with
penghargaan terhadap relawan dan umpan baliknya kepada relawan. Ketika
seorang relawan melakukan aktivitas yang berbeda dengan ia harapkan
sebelumnya, maka ia berpeluang besar untuk berhenti. Kemudian, perhargaan
terhadap relawan melalui pemberian reward, fasilitas atau mengadakan spesial
event untuk mengintegrasikan mereka dengan organisasi tidak selamanya akan
efektif. Justru melalui penghargaan informal dan apresiasi terhadap umpan balik
(feed back) , seperti dialog tatap muka (face to face) lebih cenderung
menghasilkan kepuasan dan komitmen relawan. Memberikan penghargaan ini di
saat masa-masa awal kerelawanan akan berdampak pada jangka waktu
pengabdian mereka nanti.
2. Jadwal kerja yang sesuai dan tugas kerja yang menarik
Relawan cenderung puas bila tugas kerja mereka terjadwal sesuai dengan
keinginan mereka. Selain itu pekerjaan yang mereka lakukan harus melibatkan
job skills (skill keterampilan kerja) dan tugas-tugas yang membuat mereka dapat
mengekspresikan diri. Sebagai contoh, relawan yang diberikan tugas kerja yang
menantang dan dapat mengekspresikan diri mereka sendiri akan membuat mereka
cenderung untuk bertahan lebih lama.
3. Kontribusi nyata relawan terhadap masyarakat
Faktor ini berhubungan erat dengan peran relawan yang dapat memberikan
kontribusi nyata terhadap masyarakat yang membutuhkan. Apakah itu melalui
kontak langsung atau peran-peran kecil yang efektif dan mampu memberikan
memberikan perubahan terhadap masyarakat cenderung menghargai kontribusi
kerelawanannya sebagai hal yang penting. Sebaliknya, mereka yang frustasi
karena tidak dapat memberikan kontribusi cenderung akan mengundurkan diri.
4. Pelatihan dan dukungan emosional
Dua hal ini adalah hal utama yang dicari relawan dari suatu organisasi.
Relawan yang mengikuti pelatihan lebih berpeluang mendapatkan kepuasan
dibandingkan mereka yang tidak. Selain itu, organisasi yang menawarkan
program pelatihan jangka panjang yang variatif juga berpeluang memiliki jumlah
relawan yang banyak, dapat meningkatkan kepuasan relawan dan komitmen
mereka. Kemudian, dukungan emosional (emotional support) ini mencakupi
lingkungan kondusif antara karyawan (paid worker), pemimpin relawan dan para
relawan. Relawan lebih suka bekerja dengan karyawan dan pemimpin yang mau
berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah, bekerjasama membuat proyek,
proaktif dalam mengajak relawan untuk berinisiatif dan beraktivitas. Sebaliknya,
saat para karyawan/pekerja profesional menolak partisipasi relawan, merasakan
relawan sebagai ancaman terhadap profesi mereka atau bekerjasama dengan
relawan berasaskan hierarki kekuasaan akan menyebabkan ketidakpuasan di
kalangan relawan.
5. Kebersamaan kelompok
Membangun kebersamaan di antara relawan merupakan hal penting untuk
ikatan sesama relawan dan antara relawan dengan organisasi. Hasil penelitian
membuktikan bahwa relawan cenderung mendapatkan kepuasan saat mereka
dapat berinteraksi dengan relawan lainnya dan bersosialisasi dengan orang lain
diluar tugas. Semisal melalui makan siang bersama, rekreasi dan kegiatan
kebersamaan antara relawan dan karyawan. Sebagai tambahan, kebersamaan akan
terjalin lebih kuat lagi bila organisasi mewajibkan para karyawannya mengingat
dan mengenal para relawan, terutama bila bertemu di luar organisasi.
D. Tinjauan Mengenai Motivasi 1. Definisi dan Ciri-ciri Motif
Setiap Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang tidak terlepas dari berbagai motif
dan sikap, yang mendorong seseorang melakukan serangkaian perbuatan yang disebut
kegiatan.8 Menurut Kamus Besar Bahasa Indoesia Motif adalah alasan (sebab)
seseorang melakukan sesuatu.9 Sedangkan motivasi adalah usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu
karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya.10 Tanpa adanya motif, orang akan cenderung diam dan tidak
melakukan sesuatu. Hal inilah yang menyebabkan mengapa motif perlu ditumbuhkan
8
Dr.Edy Sutrisno, M.SI, Manajeman Sumber Daya Manusia (Jakarta: Kencana, 2009), h. 121
9Hasan Alwi, dkk, Tim Redaksi ”
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Tiga” Jakata:Balai Pustaka 2007. h 756
10
agar dapat menjadi suatu pendorong orang melakukan sesuatu sesuai apa yang
diharapkan oleh sebuah organisasi.
Motif dapat tumbuh dari dalam, karena adanya kebutuhan dasar manusia yang
bersifat universal, akan tetapi motif juga dapat dirangsang dari luar. Guilfords (1970)
mengemukakan bahwa motives can be throught of as composed of two elements. The
first is drive whitch is represented as an internal energizing process goading the
organism to action. The second is the reward which is defined as the goal toward
which the action is directed; reaching the goal terminates the action.11 Jadi motif
terdiri dari dua unsure. Pertama yaitu dorongan untuk berbuat, yang kedua ialah
sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Dua unsure dalam motif inilah yang membuat
orang melakukan kegiatan dan juga sekaligus ingin mencapai apa yang dikehendaki
melalui kegiatan yang dilakukannya tersebut. Adapun ciri-ciri motif individu adalah
sebagai berikut:12
a. Motif adalah majemuk
Dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi beberapa
tujuan yang berlangsung bersama-sama. Misalkan seorang karyawan yang bekerja
dengan giat, dalam hal ini tidak hanya karena ingin naik pangkat.
11
Dr.Edy Sutrisno, M.SI, Manajeman Sumber Daya Manusia (Jakarta: Kencana, 2009), h. 121
12
b. Motif dapat berubah-ubah
Motif bagi seseorang seringkali berubah-ubah. Hal ini disebabkan oleh
keinginan manusia yang selalu berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingannya. Misalkan seorang karyawan pada suatu waktu menginginkan gaji
yang tinggi namun di waktu lain menginginkan pimpinan yang baik.
c. Motif berbeda-beda bagi individu
Dua orang yang melakukan pekerjaan yang sama, tetapi ternyata terdapat
perbedaan motif. Misalkan dua orang karyawan bekerja pada ruangan dan bidang
yang sama, yang satu menginginkan teman kerja yang baik, sedangkan yang satu
lagi menginginkan kondisi kerja yang menyenangkan.
d. Beberapa motif tidak disadari oleh individu
Banyak tingkah laku manusia yang tidak disadari oleh perilaku individunya.
Sehingga seringkali dorongan yang timbul karena berhadapan dengan situasi yang
kurang menguntungkan dan ditekan dibawah sadarnya. Dengan demikian,
seringkali jika ada suatu dorongan yang kuat dari dalam menjadikan individu
yang bersangkutan tidak dapat memahami motifnya sendiri.
2. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata dasar Motif yang berarti alasan (sebab) seseorang
melakukan sesuatu.13 Motivasi adalah usaha-usaha yang dapat menyebabkan
13
seseorang atau kelompok tertentu tergerak untuk melakukan sesuatu karena keinginan
untuk mencapai tujuan yang dikehendakinyaatau mendapatkan kepuasan dengan
perbuatannya.14
Motivasi juga didefinisikan sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan
ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.15 Edwin D Filippo
mendefinisikan motivasi sebagai suatu keahlian dalam mengarahkan pegawai dan
organisasi agar mau bekerja secara hasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan
organisasi sekaligus tercapai. Sedangkan menurut American Encyclopedia adalah
kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam diri
seseorang yang membangkitkan topangan dan mengarahkan tindakannya.16
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi:17
1. Faktor Intern
a. Keinginan untuk dapat hidup
b. Keinginan untuk dapat memiliki
c. Keinginan untuk dapat memperoleh penghargaan
d. Keinginan untuk memperoleh pengakuan
e. Keinginan untuk berkuasa
14
Sondang Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), h. 35
15
Stephen P. Robbins, Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi (Jakarta: Salemba Empat, 2008), h. 222
16
Suhendra dan Murdiyah Hayati, Menajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h.91
17
2. Faktor Ekstern
a. Kondisi lingkungan kerja
b. Kompensasi yang memadai
c. Supervisi yang baik
d. Adanya jaminan pekerjaan
e. Status dan tanggung jawab
f. Peraturan yang fleksibel
3. Teori-Teori Motivasi 3.1 Hierarki Kebutuhan
Abraham Maslow telah mengembangkan suatu konsep teori motivasi yang
dikenal dengan hierarki kebutuhan (hierarchy of needs. Menurut Maslow,
nampaknya ada semacam hierarki yang mengatur dengan sendirinya
kebutuhan-kebutuhan manusia ini.18
18
Hierarki Kebutuhan dari Maslow
Sumber: Paul Hersey dan Kenneth Blanchard, Management of Orgaizational
Behavior, 1982, h. 27
Dari gambar dapat kita ketahui bahwa Maslow mengklasifikasikan kebutuhan ke
dalam lima hierarki, yaitu:
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yabg paling dasar, hal ini seperti makan,
minum, perumahan, pakaian, yang harus dipenuhi oleh seseorang dalam upaya
mempertahankan dirinya dari kelaparan, kehausan, kedinginan, kepanasan, dan
sebagainya.19 Jadi dengan begitu seseorang mempunyai dorongan untuk bekerja
atau mencari penghasilan guna memenuhi kebutuhannya tersebut.
19
2. Kebutuhan rasa aman
Menurut maslow ketika kebutuhan fisik akan makan, sandang dan papan
sudah terpenuhi maka akan naik kekebutuhan lain yaitu keamanan. Orang mulai
memikirkan masalah keamanannya seperti memelihara anjing yang bisa
menggonggong, memakai jasa keamanan, dan lainnya. Hal ini dilakukan guna
menjaga dirinya, harta serta keluarganya.
3. Kebutuhan hubungan sosial
Kebutuhan ini timbul karena seseorang ingin dapat bergaul dalam masyarakat,
kebutuhan berafiliasi dengan sesamanya, kebutuhan mencari hubungan yang
bermakna. Dalam hal ini orang berusaha mencari teman bergaul yang sederajat
dengan kedudukan sosialnya.20 Atau orang juga akan cenderung untuk mencari
anggota suatu club atau organisasi, guna memenuhi kebutuhan pergaulan social
dirinya.
4. Kebutuhan Pengakuan
Kebutuhan ini muncul karena seseorang ingin memperoleh status atau cirri
pandang akan keberadaan dirinya disuatu lingkungan.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan ini ada karena orang ingin melakukan atau mengeksplorasi
kemampuan yang ada pada dirinya.
20
3.2 Teori Motivasi Herzberg
Frederick Herzberg berusaha memperluas hasil karya Maslow dan
mengembangkan suatu teori yang khusus bisa diterapkan kedalam motivasi
kerja.21
a. Faktor pemeliharaan (Maintenance Factors / Hygiene Factors)
Faktor pemeliharaan adalah factor-faktor pemeliharaan yang
berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh
ketentraman badaniyah, pemeliharaan ketentraman, dan kesehatan.
b. Faktor Motivasi (Motivation Factors)
Faktor motivasi merupakan factor pendorong seseorang untuk
berprestasi yang bersumber dari dalam diri orang yang bersangkutan,
factor motivator ini mencakup:22
Kepuasan Kerja
Prestasi yang diraih
Peluang untuk maju
Pengakuan orang lain
Kemungkinan pengembangan karier, dan
Tanggung jawab
21
Ibid, h. 230
22
3.3 Teori Motivasi Aldefer (Alderfer’s ERG Theory)
Alderfer mengenalkan tiga kelompok inti dari kebutuhan- kebutuhan,
yakni: kebutuhan akan keberadaan (existence need), kebutuhan berhubungan
(relatedness need), dan kebutuhan untuk berkembang (growth need). Teori
ERG berasal dari kepanjangan Existence, Relatedness, dan Growth.23
Kebutuhan akan keberadaan (existence need) meliputi kebutuhan
psikologi (rasa lapar, haus, tidur) dan kebutuhan rasa aman. Sehingga teori ini
merupakan kebutuhan seseorang untuk dapat dipenuhi dan terpeliharanya
keberadaan yang bersangkutan sebagai manusia di tengah-tengah masyarakat
atau perusahaan.
Kebutuhan berhubungan (relatedness need) ini mencakup semua
kebutuhan yang melibatkan hubungan seseorang dengan orang lain.
Kebutuhan ini sebanding dengan kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, dan
sebagai kebutuhan prestise dalam teori Maslow.24
Kebutuhan untuk berkembang (growth need) ini merupakan kebutuhan
yang berkaitan dengan pengembangan potensi diri seseorang, seperti
pertumbuhan kreativitas dan pribadi. Kebutuhan ini sebanding dengan
kebutuhan harga diri dan perwujudan diri.25
23
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada) h. 232
24
Dr.Edy Sutrisno, M.SI, Manajeman Sumber Daya Manusia (Jakarta: Kencana, 2009), h. 148
25
4. Motivasi Dalam Islam
Motif di dalam Islam disebut juga dengan niat.26 Sebagaimana hadits Rasulullah
( ( ن ام ئ ما امنإ ا اب امعأا امنإ . ها إ ج ف س ها إ ج ناك نمف إ جا ام إ ج ف ا ح أ ما أ ا ص ا ن ج ناك نم ، س ) [ ) امامإ ا ن سح ا با ا ا ب ب نب غم ا نب م ا بإ نب عامسإ نب محم ها ع بأ ن ث حم ا ف صم ا ب ا حصأ ام ن ا ام ح حص ف باس ا شق ا م سم نب جاجح ا نب م سم ]
Dari Amīr al-Mu’minīn, Abū Hafsh „Umar bin al-Khaththāb t, dia menjelaskan
bahwa dia mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya setiap amal perbuatan
tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai
dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena
urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin
dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut” (HR. al-Bukhāriy dan Muslim)
Dalam Al-Qur’an juga terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan motivasi:
26
Artinya: dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS At-Taubah: 105)27
Artinya: apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS
Al-Jumuah: 10)28
Miftah Faridl berpendapat bahwa niat bisa diartikan dengan motif, karena
pengertian niat ada dua pengertian yaitu getaran batin untuk menentukan jenis
perbuatan ibadah seperti sholat subuh , tahiyatul masjid dan lain-lain. Niat yang
kedua dalam arti tujuan adalah maksud dari sesuatu perbuatan (motif).29
Niat dalam pengertian motif mempunyai dua fungsi :
27
AL-Qur’an AL-Karim dan Terjemahannya, Departemen Agama RI
28
Ibid
29
1. Menentukan nilai hukum (wajib, sunat , makruh dan haram) , yaitu untuk sesuatu
amal yang tidak ditentukan secara tegas hukumnya dalam Al-Quran dan as-Sunah.
2. Menentukan kualitas pahala dari sesuatu perbuatan-perbuatan yang tertinggi ikhlas
dan perbuatan terendah riya.
Memurnikan niat karena Allah semata merupakan landasan amal yang ikhlas.
Maksud niat disini adalah pendorong kehendak manusia untuk mewujudkan suatu
tujuan yang dituntutnya. Maksud pendorong adalah penggerak kehendak manusia
yang mengarah pada amal. Sedangkan tujuan pendorongnya banyak sekali dan sangat
beragam.30
Abdul Hamid Mursi31menerangkan motivasi dalam perspektif Islam sebagai berikut :
1. Motivasi fisiologis
Allah telah memberikan ciri-ciri khusus pada setiap makhluk sesuai dengan
fungsi-fungsinya. Diantara cirri-ciri khusus terpenting dalam tabiat penciptaan hewan
dan manusia adalah motivasi fisiologis. Studi-studi fisiologis menjelaskan adanya
kecenderungan alami dalam tubuh manusia unutk menjaga keseimbangan secara
permanen. Bila keseimbangan itu lenyap maka timbul motivasi untuk melakukan
aktivitas yang bertujuan mengembalikan keseimbangan tubuh seperti semula. 32
a. Motivasi Menjaga Diri
30
Yusuf Al Qardhawy, Niat dan Ikhlas Cet-Ke 13 (Jakarta: Pustaka Al-Kaustar, 2005), h.17-18
31
Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif (Jakarta:GIP,1997), h.107
32
Allah SWT menyebutkan pada sebagian ayat Al-Quran tentang
motivasi-motivasi fisiologis terpenting yang berfungsi menjaga individu dan kelangsungan
hidupnya. MIsalnya lapar, dahaga, bernapas dan rasa sakit. Secara tersirat dalam
Surat Thaha ayat 117-121 tiga motivasi terpenting untuk menjaga diri dari lapar,
haus, terik matahari, cinta kelangsungan hidup, ingin berkuasa.33 Sebagian ayat
al-Qur’an menunjukkan pentingnya motivasi memenuhi kebutuhan perut dan perasaan
takut dalam kehidupan.
b. Motivasi Menjaga Kelangsungan Jenis
Allah menciptakan motivasi-motivasi dasar yang merangsang manusia untuk
menjaga diri yang mendorongnya menjalankan dua hal terpenting yakni motivasi
seksual dan rasa keibuan.34Motivasi seksual merupakan dasar pembentukan keluarga
dan dalam penciptaan kaum wanita Allah menganugerahi motivasi dasar untuk
melakukan misi penting yaitu melahirkan anak-anak. Al-Quran mengambarkan
betapa beratnya seorang ibu mengandung dan merawat anaknya.
2. Motivasi Psikologis atau Sosial
a. Motivasi Kepemilikan
Motivasi memiliki merupakan motivasi psikologis yang dipelajari manusia di
tengah pertumbuhan sosialnya, di dalam fase pertumbuhan, berkembang
kecenderungan individu untuk memiliki, berusaha mengakumulasi harta yang dapat
memenuhi kebutuhan dan jaminan keamanan hingga masa yang akan datang.
33
Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an (Jakarta:GIP, 1997),h.109.
34
Harta mempunyai peranan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Urutan pemuasan
kebutuhan tersebut sebagai berikut :
1) Kebutuhan pangan dan papan
2) Kebutuhan kesehatan dan pendidikan
3) Kebutuhan bagi kelengkapan hidup
4) Kebutuhan posisi, status dan pengaruh sosial
Mengenai motivasi kekuasaan, al-Quran menengarai yang artinya :
”dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (syurga).35
b. Motivasi Berkompetensi
Berkompetensi (berlomba-lomba) merupakan dorongan psikologis yang
diperoleh dengan mempelajari lingkungan dan kultur yang tumbuh di dalamnya.
Manusia biasa berkompetensi dalam ekonomi, keilmuan, kebudayaan, sosial dan
sebagainya. Al-Quran menganjurkan manusia agar berkompetensi dalam ketakwaan,
amal shaleh, berpegang pada prinsip-prinsip kemanusiaan, dan mengikuti manhaj
Ilahi dalam hubungan dengan sang pencipta dan sesama manusia sehingga
memperoleh ampunan dan keridhan Allah SWT.
35
c. Motivasi Kerja
Motivasi kerja dimiliki oleh setiap manusia, tetapi ada sebagian orang yang lebih
giat bekerja daripada yang lain. Kebanyakan orang mau bekerja lebih keras jika tidak
menemui hambatan merealisasikan apa yang diharapkan. Selama dorongan kerja itu
kuat, semakin besar peluang individu untuk lebih konsisten pada tujuan kerja. Ada
juga yang menyukai dorongan kerja tanpa mengharapkan imbalan, sebab ia
menemukan kesenangan dan kebahagiaan dalam perolehan kondisi yang dihadapi dan
dalam mengatasi situasi yang sulit.36
Dalam perspektif Islam, aktivitas perekonomian harus disertai komitmen untuk
mematuhi petunjuk Tuhan yang digariskan Al-Quran dan dijabarkan as-Sunnah.Islam
telah menetapkan pekerjaan bagi seorang muslim sebagai hak sekaligus kewajiban.
Islam menganjurkan bekerja dan memerintahkan agar pekerjaan dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Prinsip pertama ynng ditegakkan Islam dalam mengatur masyarakat
ialah agar setiap orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri dan orang-orang yang
menjadi tanggungannya.37
Konsep motivasi spiritual menurut Umar Chapra sejiwa dengan apa yang
dikemukakan Weber bahwa dunia Barat berkembang tidak didorong oleh nilai
konsumtif melainkan oleh motivasi dari nilai kreatif yang disebut etos karya. Karena
Max Weber seorang protestan, maka etos karya itu disebut etos Protestan, itulah etos
36
Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an (Jakarta:GIP, 1997),,h.116
37
agama.38 Umat Kristen juga mempunyai pandangan bahwa pembangunan perlu
memiliki apa yang disebut “transcendent persfektive” artinya faktor tindakan Allah
(dibaca Alah) dalam pembangunan atau sejarah manusia jangan dilupakan.39
Masih banyak ayat Quran yang memotivasi manusia untuk menekuni pekerjaan
sehingga hidupnya menjadi tenang dan aman, maka dari itu pula manusia mampu
bersikap positif, serius, tekun dalam bekerja serta merasa yakin terhadap janji sang
pemberi Rezeki.
E. Relawan Kemanusiaan di Rumah Zakat
Relawan bukan merupakan karyawan, dia adalah supporting system suatu
lembaga. Dia tidak memiliki penghasilan atau gaji tetap dari pegawai akan tetapi
hanya memperoleh fee atau upah. Begitu pula yang terjadi dengan relawan
Rumah Zakat, relawan adalah orang yang dengan sukarela membantu
program-program pemberdayaan yang diselenggarakan oleh Rumah Zakat.
Jadi jika kita berfikiran “mengunakan” relawan dapat lebih “hemat” dari sisi
pembiayaan program maka jawabannya belum tentu benar. Memang relawan
tidak digaji, hanya mendapatkan pengganti uang transport atau uang makan, tetapi
jika kita cermati maka biaya untuk “me-maintanance” relawan sebenarnya
38
Nataatmadja, Intelegensia Spiritual (Jakarta:Perenial Press, 2001), h. 190
39
sepadan dengan biaya yang kita alokasikan untuk gaji “full time outreach
worker”. 40 Kenapa demikian ?, karena karakter Relawan yang bersifat “
kerelaan” membuat managemen tidak bisa “memaksakan” relawan untuk
meluangkan seluruh waktu, pikiran dan tenaganya untuk lembaga akhirnya
Managemen harus memberikan reward yang dibutuhkan oleh relawan seperti
capacity building, pengembangan diri dan memberikan ruang yang longgar untuk
relawan agar bisa mengaktualisasikan dirinya di lembaga. Tingkat turn over yang
tinggi juga menuntut biaya tambahan untuk proses rekruitmen dan training bagi
relawan. Belum lagi dilihat dari sisi waktu program yang bertambah panjang
karena proses hand over dari relawan lama ke relawan baru yang akan
memunculkan extension cost.41
Relawan dipilih sebagai ujung tombak program dikarenakan relawan memiliki
keunggulan yang khas dibanding dengan full time outreach worker , yaitu :idealisme,
asupan semangat baru, ide – ide baru dan usia relawan yang rata-rata masih muda.
Hal ini sesuai dengan sasaran kelompok pendampingan. Namun tentu saja tidak
seluruh program Community Development cocok menggunakan relawan. Hal ini
tergantung dari karakter program dan karakter organisasi.42
40
Handaru Suryo Putro, RELAWAN : UJUNG TOMBAK PROGRAM,
http://handaru.wordpress.com/2008/01/07/relawan-ujung-tombak-program/, data diakses pada 20 Mei 2011
41
ibid
42
Peran Relawan dalam pemberdayaan ekonomi umat khususnya di Rumah Zakat,
sudah cukup banyak. Diantaranya mereka memberikan pelatihan, penyuluhan, dan
penyaluran bantuan. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam pemberdayaan masyarakat. Baik itu dibidang Pendidikan, kesehat