POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD), STATUS GIZI DAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA MAHASISWA FIK DAN
FT UNIVERSITAS MUHAMAMMADIYAH SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
NURUL NURLITA J 310 151 022
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
.
Surakarta, 04 April 2017
Penulis
1
POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD), STATUS GIZI DAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA MAHASISWA FIK DAN FT UNIVERSITAS
MUHAMAMMADIYAH SURAKARTA
Abstrak
Pendahuluan: Makanan cepat saji adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan siap untuk disantap, seperti fried chicken, hamburger atau pizza. Seringnya mengkonsumsi fast food dan jarang berolahraga, akan menyebabkan penambahan berat badan yang tidak sehat. Lemak yang didapat dari mengkonsumsi makanan cepat saji tidak digunakan dengan baik oleh tubuh jika tidak berolahraga dan menumpuk dalam tubuh kemudian mengakibatkan overweight.
Tujuan : Mengetahui hubungan frekuensi konsumsi fast fooddengan status gizi dan kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Teknik di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Metode : Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan cross sectional. Data frekuensi konsumsi fast food diperoleh dengan menggunakan form frekuensi makanan semikuantitatif (FFQ) dan data berat badan awal didapat saat mahasiswa masuk perkuliahan sedangkan berat badan akhir pada waktu penelitian. Analisis data menggunakan uji korelasi Rank Spearman.
Hasil: Frekuensi konsumsi fast paling banyak pada Fakultas Teknik dengan kategori sering yaitu 73,7% dan rata-rata/minggu 3,44 x/minggu, status gizi lebih paling banyak pada mahasiswa Fakultas Teknik yaitu 51,4%, kenaikan berat badan paling banyak pada mahasiswa Fakultas Teknik yaitu 63,6% dan rata-rata kenaikan berat badan yaitu 0,489 kg.
Kesimpulan : Ada hubungan signifikan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (p=0,009) dan tidak ada hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi mahasiswa Fakultas Teknik (p=0,100). Ada hubungan signifikan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (p=0,000) dan ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Teknik (p=0,000).
Kata kunci : makanan cepat saji, kenaikan berat badan, status gizi, mahasiswa.
Abstrack
Background : Fast food is a ready to eat food and available in quick service, such as fried chicken, hamburgers or pizza. Consumption of fast food frequently and less exercise will lead to unhealthy weight gain without exercise from consuming fast food. Will be stored and accumulate in the body and then lead to overweight.
Purpose : To determine the relationship between the frequency of fast food consumption on nutritional status and weight gain in Faculty of Health Sciences and Faculty of Engineering students Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Methods : This study was an observational with cross sectional approach The frequency of fast food consumption obtained using a semiquantitative food frequency questionnaire (FFQ). The initial body weight obtained from the data when students enter the college while final body weight obtained during the research period. Analysis of data using Spearman rank correlation test.
2
Conclusion : The was no significant between association frequency of consumption of fast food and the nutritional status of faculty of health science students (p=0,009) and there was no association between the frequency of fast food consumption and nutritional status of faculty of engineering students (p=0,100). There was a significant association between the frequency of consumption of fast food and weight gain of faculty of health science students (p=0,000) and there was a relationship between the frequency of fast food consumption and weight gain of faculty of engineering students (p=0,000).
Keywords: fast food, weight gain, nutritional status, student.
1. PENDAHULUAN
Mahasiswa termasuk golongan remaja yang rentan terhadap gizi. Mahasiswa baru mulai makan pada siang hari. Hal tesrsebut dipilih dikarenakan jadwal kuliah atau aktivitas laboratorium yang cukup pagi, telat bangun (kesiangan), malas untuk sarapan, dan lain-lain, yang menyebabkan mahasiswa memilih fast food sebagai menu untuk makan siang. Makanan cepat saji dipilih karena penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, tempat saji dan penyajian yang higienis, dianggap makanan bergengsi, makanan modern, juga makanan gaul bagi anak muda (Lutfi, 2011).
Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan
siap untuk disantap, seperti fried chicken, hamburger atau pizza. Makanan cepat saji yang
mudah diperoleh di pasaran memberikan tersedianya variasi pangan sesuai selera dan daya beli. Pengolahan dan penyiapannya lebih mudah dan cepat, cocok bagi mereka yang sangat sibuk (Sulistijani, 2002). Mengkonsumsi fast food dan jarang berolahraga, maka dalam beberapa minggu tubuh akan mengalami penambahan berat badan yang tidak sehat. Lemak yang di dapat dari mengkonsumsi makanan cepat saji tidak digunakan dengan baik oleh tubuh jika tidak berolahraga. Lemak inilah yang tersimpan dan menumpuk dalam tubuh kemudian mengakibatnya overweight (Septiyani, 2011).
Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi gizi lebih dan obesitas di Indonesa pada kelompok usia >18 tahun mencapai 28,9% menurut indeks massa tubuh (IMT). Pemilihan tempat penelitian dilakukan di Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Teknik angkatan 2014 karena berdasarkan hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan pada mahasiswa angkatan tahun 2014 dilaporkan bahwa proporsi untuk mahasiswa
Fakultas Ilmu Kesehatan dengan kelebihan berat badan (overweight) sebesar 33,61%
sedangkan untuk proporsi mahasiswa Fakultas Teknik dengan kelebihan berat badan (overweight) sebesar 24,9%. Bila dibandingkan dengan Riskesdas 2013 bahwa kelebihan berat
3
pada mahasiswa Fakultas Teknik. Data berat badan dan tinggi badan diperoleh saat mahasiswa baru masuk ke perkuliahan yaitu tahun 2014.
2. METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional karena penelitian ini akan mengukur hubungan konsumsi fast food terhadap status gizi dan kenaikan berat badan dalam waktu bersamaan. Subjek penelitian berjumlah 38 responden untuk masing-masing populasi. Subjek penelitian yang masuk sebagai sampel penelitian dengan kriteria inklusi mahasiswa yang memiliki berat badan dan tinggi badan dan tidak mengalami penyakit kronis.
Data frekuensi konsumsi fast food diperoleh dengan menggunakan form frekuensi makanan semikuantitatif (FFQ). Data primer meliputi identitas responden (nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan), frekuensi konsumsi fast food sebulan terakhir, serta pengukuran berat badan badan dan tinggi badan secara langsung. Data sekunder adalah data berat badan awal didapat saat mahasiswa baru masuk perkuliahan, didapat dari biro kemahasiswaan. mengisi formulir sesuai dengan jumlah frekuensi fast food yang dimakan
dalam sehari. Frekuensi fast food sering apabila ≥3x seminggu dan kategori jarang apabila 1-2x
seminggu. Data berat badan dan tinggi badan diperoleh secara langsung dengan melakukan pengukuran menggunakan timbangan injak dan mikrotoa. Penilaian antropometri meliputi status gizi dan kenaikan berat badan.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan computer program SPSS versi 17. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel penelitian. Analisis bivariat hubungan frekuensi konsumsi fast food, status gizi dan kenaikan berat badan mahasiswa FIK dan FT dilakukan dengan mengunakan uji Rank Spearman sedangkan perbedaan frekuensi konsumsi fast food dengan status gizi dan kenaikan berat badan mahasiswa FIK dan FT menggunakan uji Mann Whitney.
3. HASILDANPEMBAHASAN
3.1 Distribusi Subjek menurut Frekuensi Konsumsi Fast food
4
Tabel 1
GambaranFrekuensiKonsumsiFast food Subjek
Kelompok Rata-rata/minggu Median Std. Deviasi Minimum Maksimum
FIK 2.16 2.00 1.3 1.00 5.00
FT 3.44 4.00 1.35 1.00 6.00
Tabel 2
DistribusiSubjekmenurutFrekuensiKonsumsiFast food Kelompok
FIK FT Frekuensikonsumsifast
food
Jumlah Persentase (%)
jumlah Persentase (%)
Sering 10 26,3 28 73,7
Jarang 28 73,7 10 26,3
Total 38 100 38 100
Pada tabel 1 menunjukkan subjek dan FIK yang mengkonsumsi fast food minimal adalah 1x/minggu dari konsumsi total per hari dan maksimal 5x/minggu dari konsumsi total per hari. Rata-rata frekuensi konsumsi fast food adalah 2.16±1.3x/minggu dari konsumsi total per hari. Subjek dari FT mengkonsumsi fastfood minimal adalah 1x/minggu dari konsumsi total per hari dan maksimal 6x/minggu dari konsumsi total per hari. Rata-rata frekuensi konsumsi fast food adalah 3.44±1.35x/minggu dari konsumsi total per hari. Pada tabel 2 rata-rata subjek mengkonsumsi fast food pada FIK paling banyak pada kategori jarang sebanyak 73,7% dan rata-rata subjek mengkonsumsi fast food pada Fakultas Teknik paling banyak pada kategori sering sebanyak 73,7%. Frekuensi konsumsi fast food
dikatakan sering apabila konsumsi ≥ 3x seminggu dan kategori jarang apabila konsumsi
1-2x seminggu (Imtihani, 2013). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Patricia dkk (1996), bahwa mahasiswa yang tinggal diluar asrama kampus memiliki kadar kolesterol dan trigliserida yang lebih tinggi dibanding mahasiswa yang tinggal di asrama kampus (rumah), hal tersebut karena mahasiswa yang tingga diluar kampus (kos) cenderung lebih sering makan makanan cepat saji.
3.2 Distribusi Subjek menurut Status Gizi
Makanan cepat saji seperti fried chicken dan French fries, sudah menjadi jenis makanan yang biasa dikonsumsi pada waktu makan siang atau makan malam. Apabila makanan
tersebut sering dikonsumsi akan menyebabkan gizi lebih (overweight). Berdasarkan hasil
5
Tabel 3
Distribusi Subjek menurut Status Gizi berdasarkan IMT
Berdasarkan tabel 3 dari kedua kelompok yaitu mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Teknik sebagian besar memiliki status gizi lebih yaitu sebanyak 51,2% pada mahasiswa FIK dan 51,4% pada mahasiswa FT. Status gizi lebih apabila Indeks Massa
Tubuh > 25 dan tidak gizi lebih apabila Indeks Massa Tubuh ≤ 25 (Depkes, 2001).
3.3Distribusi Subjek menurut Kenaikan Berat Badan
Penyebab naiknya berat badan secara umum adalah asupan energi yang melebihi kebutuhan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan, proses tumbuh kembang dan berbagai aktivitas jasmani anak. Berdasarkan hasil pengumpulan data karakteristik subjek, yaitu kenaikan berat badan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
Gambaran Kenaikan Berat Badan Subjek
Kelompok Rata-rata (kg) Median Std. Deviasi Minimum Maksimum
FIK -0.997 -2.00 3.017 -5.5 4.3
FT 0.489 1.400 2.633 -3.5 5.0
Tabel 5
Distribusi Subjek menurut Kenaikan Berat Badan Kelompok
FIK FT Kenaikan
berat badan
Jumlah Persentase (%)
jumlah Persentase (%)
Naik 12 36,4 21 63,6
Tidak naik 26 60,5 17 39,5
Total 38 100 38 100
Pada tabel 4 menunjukkan subjek FIK berdasarkan kenaikan berat badan minimal adalah -5.5kg dan maksimal 4.3kg. Rata-rata kenaikan berat badan adalah -0.997±3.017 kg dari total kenaikan berat badan selama 2 tahun. Subjek FT berdasarkan kenaikan berat badan minimal adalah -3.5kg dan maksimal 5kg. Rata-rata kenaikan berat badan adalah 0.489±2.633 kg dari total kenaikan berat badan selama 2 tahun. Berdasarkan tabel 5 dari
Kelompok
FIK FT Status Gizi
Frekuensi Persentase (%)
Frekuensi Persentase (%)
Gizi lebih 21 51,2 20 51,4
Tidak gizi lebih 17 48,6 18 48,8
6
kedua kelompok yaitu mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Teknik, mahasiswa Fakultas Teknik paling banyak mengalami kenaikan berat badan yaitu sebesar 63,6% sedangkan untuk mahasiswa FIK sebagian besar tidak mengalami kenaikan berat badan yaitu sebesar 60,5%. Subjek dikatakan mengalami kenaikan berat badan apabila >berat badan awal dan tidak mengalami kenaikan apabila =berat badan awal/<berat badan awal.
3.4 Hubungan Pola Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food) dengan Status Gizi Mahasiswa FIK
Kesalahan dalam memilih makanan dan kurang cukupnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan timbulnya masalah gizi yang akhirnya mempengaruhi status gizi (Sediaoetama, 2000). Hasil analisis hubungan pola konsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6
Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food) dengan Status Gizi pada mahasiswa FIK
Status Gizi Total Gizi lebih Tidak gizi lebih
Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji
Jumlah (%) Jumlah (%)
Jumlah (%)
p
Sering 9 90 1 10 10 100
Jarang 12 42,9 16 57,1 28 100
0,009
Sebagian besar mahasiswa yang sering mengkonsumsi fast food memiliki status gizi lebih (90%), sedangkan mahasiswa yang jarang mengkonsumsi fast food sebagian besar memiliki status gizi tidak lebih (57,1%). Hasil ini dapat dibuktikan dengan uji korelasi Rank Spearman dengan nilai p sebesar 0,009 <0,05 artinya H0 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan signifikan frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) terhadap status gizi mahasiswa FIK.
Pada tabel 12 mahasiswa yang sering mengkonsumsi fast food akan mengalami gizi lebih, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Leily (2014), bahwa ada hubungan antara pola konsumsi fast food (berdasarkan frekuensi dan jumlah konsumsi) dengan
kejadian overweight. Faktor utama penyebab overweight dikarenakan adanya
7
3.5 Hubungan Pola Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food) dengan Kenaikan Berat Badan Mahasiswa FIK
Makanan cepat saji akan mempengaruhi asupan tingkat total kalori, Orang yang
mengkonsumsi fast food akan bertambah berat badannya dan menyebabkan obesitas
(Anggraini, 2013). Hasil analisis hubungan pola konsumsi makanan cepat saji (fast food) terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7
Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food) dengan Kenaikan Berat Badan pada mahasiswa FIK
Kenaikan Berat Badan Total Naik Tidak naik Frekuensi
Konsumsi Makanan Cepat Saji
Jumlah (%) Jumlah (%)
Jumlah (%)
p
Sering 10 100 0 0 10 100
Jarang 2 7,1 26 92,9 28 100
0,000
Seluruh mahasiswa yang sering mengkonsumsi fast food mengalami kenaikan berat badan (100%), sedangkan mahasiswa yang jarang mengkonsumsi fast food tidak mengalami kenaikan berat badan sebesar (92,9%). Sampel yang memiliki frekuensi konsumsi makanan cepat saji sering akan mengalami kenaikan berat badan. Hasil ini dapat dibuktikan dengan uji korelasi Rank spearman yang didapatkan nilai p= 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa FIK.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa mahasiswa yang sering
mengkonsumsi fast food mengalami kenaikan berat badan, hal ini sesuai dengan penelitian
yang diilakukan Bowman (2004), bahwa konsumsi fast food yang berlebihan akan meningkatkan resiko kejadian kelebihan berat badan. Fast food berkontribusi terhadap kinerja buruk dan obesitas. Fast food juga mengandung sejumlah besar lemak dan sebagian lemak akan terakumulasi dalam tubuh. Orang yang mengkonsumsi fast food akan bertambah berat badannya dan menyebabkan obesitas (Husein, 2012).
8
Perubahan dari pola makan tradisional ke pola makan barat seperti fast food yang banyak mengandung kalori, lemak dan kolesterol ditambah kehidupan yang disertai stress dan kurangnya aktivitas fisik, terutama di kota besar mulai menunjukkan dampak dengan meningkatnya masalah gizi lebih (obesitas) (Khomsan, 2004). Hasil analisis hubungan pola konsumsi makanan cepat saji (fast food) terhadap status gizi pada mahasiswa Fakultas Teknik dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8
Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food) dengan Status Gizi pada mahasiswa FT
Status Gizi Total Gizi lebih Tidak gizi lebih
Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji
Jumlah (%) Jumlah (%)
Jumlah (%)
p
Sering 17 60,7 11 39,3 28 100
Jarang 3 30 7 70 10 100
0,100
Persentase subjek yang memiliki status gizi lebih sebesar 60,7% dan hasil tersebut berasal dari subjek yang sering frekuensi konsumsi makanan cepat saji sering. Pada subjek dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji jarang yang mengalami status gizi lebih hanya sebesar 30%. Persentase subjek yang memiliki status gizi lebih memiliki jumlah yang lebih besar dibanding subjek yang memiliki status gizi tidak lebih dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji sering yaitu sebesar 60,7%, sedangkan yang tidak mengalami gizi lebih sebesar 30%. Subjek yang memiliki frekuensi konsumsi makanan cepat saji sering belum tentu mengalami status gizi lebih begitu juga sebaliknya. Hasil ini dapat diperkuat dengan uji korelasi Rank Spearman dengan nilai p sebesar 0,100 > 0,05 artinya H0 ditolak, hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji terhadap status gizi mahasiswa FT. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Damopolii dkk, (2013), bahwa terdapat hubungan antara konsumsi fast food dengan status gizi obesitas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Myhre (2013), bahwa mengonsumsi makanan di restoran (diluar rumah) memiliki kandungan gizi yang rendah terutama serat dan tinggi kalori serta gula karena termasuk makanan cepat saji sehingga menyebabkan konsumen mengalami gizi lebih bahkan obesitas.
9
energi. Penggunaan energi di setiap aktivitas akan berbeda tergantung tipe, lamanya dan berat orang yang melakukan aktivitas tersebut. Aktivitas seperti olahraga jika dilakukan remaja secara teratur dan cukup akan memberikan keuntungan, yaitu menjaga kesehatan dan mencegah dari penyakit salah makan (eating disorders) dan obesitas.
3.7 Hubungan Pola Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food) dengan Kenaikan Berat Badan Mahasiswa FT
Fast food mengandung sejumlah besar lemak dan sebagian lemak akan terakumulasi dalam
tubuh. Orang yang mengkonsumsi fast foodakan bertambah berat badannya dan menyebabkan obesitas (Husein, 2012). Hasil analisis hubungan pola konsumsi makanan cepat saji (fast food) terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Teknik dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9
Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food) dengan Kenaikan Berat Badan pada mahasiswa FT
Kenaikan Berat Badan Total Naik Tidak naik
Frekuensi Konsumsi Makanan
Cepat Saji Jumlah (%) Jumlah (%)
Jumlah (%)
p
Sering 21 75 7 25 28 100
Jarang 0 0 10 100 10 100
0,000
Persentase subjek yang memiliki berat badan naik sebesar 75% dan hasil tersebut berasal dari subjek yang memiliki frekuensi konsumsi makanan cepat saji sering, dan berbeda dengan sampel yang memiliki frekuensi konsumsi makanan cepat saji jarang yaitu sebesar 0%. Persentase pada sampel yang mengalami kenaikan berat badan memiliki hasil lebih besar dibanding sampel yang tidak mengalami kenaikan berat badan dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji yang sama-sama sering yaitu sebesar 75% sedangkan yang tidak mengalami kenaikan berat badan sebesar 25%. Sampel yang memiliki frekuensi konsumsi makanan cepat saji akan mengalami kenaikan berat badan. Hasil ini dapat diperkuat dengan uji korelasi Rank Spearman dengan nilai p sebesar 0,000 < 0,05, artinya bahwa ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa FT.
10
sehingga mendorong mahasiswa untuk mengkonsumsi makanan cepat saji dengan alasan penyajian yang cepat dan memiliki rasa kenyang lebih lama karena tingginya kandungan karbohidrat dan gula. Hal ini diperkuat oleh penelitian Oktaviani (2012), bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan konsumsi fast food dengan kenaikan berat badan. Kenaikan berat badan yang terus menerus maka akan mengakibatkan status gizi lebih.
4. PENUTUP
Frekuensi fast food pada mahasiswa FIK dan FT paling banyak pada kategori sering sebanyak 73,7x/minggu yaitu pada mahasiswa FT.Status gizi paling banyak mengalami gizi lebih pada mahasiswa FT yaitu 51,4%.Kenaikan berat badan paling banyak di alami pada mahasiswa FT yaitu sebesar 63,6%. Ada hubungan signifikan frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food)dengan status gizi mahasiswa FIK (p<0,05) dan tidak ada hubungan antara frekuensi
konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi mahasiswa FT (p>0,05).Ada hubungan signifikan frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food)dengan kenaikan berat badan pada mahasiswa FIK (p<0,05) dan ada hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan kenaikan berat badan pada mahasiswa FT (p<0,05).
Diharapkan mahasiswa mulai mengurangi konsumsi makanan cepat saji (fast food) agar tidak terjadi peningkatan berat badan yang berlebihan dan berakibat pada status gizi lebih.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, A.K. 2013. Hubungan Kejadian Obesitas pada Anak dengan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Siap Saji di SDIT. Ulul Albab Bekasi. Jurnal Kesehatan.
Bowman S, Gortmaker S, Ebbeling, Pereira M, and Ludwig S. 2004. Effect of Fast Food Consumption on Energy Intake and Diet Quality Among Children in a National Household Survey. Pediatrics Vol. 113 No.1
Damopolii W, Mayulu N, Masi G. 2013. Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Obesitas pada Anak SD di Kota Manado. Ejournal Keperawatan. 1(1): 1-7.
Husein, S. 2012. Junk food Berkontribusi terhadap Kinerja Buruk dan
Obesitas.http://sumsel.tribunnews.com/m/index.php/2013/02/27/junkfoodbekontribusi-terhadap-kinerjaburuk-dan-obesitas.
11
Lutfi, S. 2011. Makan Teratur Mahasiswa Tingkat Akhir. Dikutip dari http://lutiblurry.com/ (diakses 10
Mei 2016).
Mahdiah, Z dan Asih, EK. 2004. Peran Mahasiswa dalam Mengurangi Pola Konsumsi Fastfood pada Remaja Kota. Karya Tulis Ilmiah. MahasiswaBidang Ilmu Pengetahuan Sosial. IPB. Bogor
Myhre B.J, Loken B.E, Wandel M dan Andersen F.L. 2013. Eating Location is Associated With the Nutritional Quality of the diet in Norwegian Adults. Public Health Nutrition: 17(4).
Oktaviani, WD., Saraswati, LD., Rahfiludin, MZ. 2012. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi, Karakteristik Remaja Orang Tua dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Studi Kasus pada Siswa SMA Negeri 9 Semarang Tahun 2012).1(2):542-553.
Patricia B, Brevard, Crystal D dan Ricketts. 1996. Residence of College Students Affects Dietery Intake, Physucal Activity, and Serum Lipid Levels. Journal of The Academy of Nutrition and Dietetics: 96(1).
Septiyani, R. 2011. Waspada Fast Food (Karya Tulis Ilmiah). Jakarta: Jurusan Teknik Industri Universitas Mercu Buana.
Sulistijani. D.A. 2002. Maraknya Makanan Cepat Saji (Dilihat dari Aspek Epidemiologi) Karya Tulis Ilmiah. Diakses tanggal 03 Mei 2016.